Anda di halaman 1dari 2

Nekat dan Niat, Si Kunci untuk Membuka Gerbang Perubahan

Drs. Ida Bagus Artha Adnyana, M.Hum, seorang pahlawan tanpa tanda jasa yang akrab di panggil Pak
Artha Adnyana. Beliau lahir di Penarukan pada tahun 1963. Pak Artha Adnyana merupakan seorang dosen di
Politeknik Negeri Bali yaitu mengampu mata kuliah Bahasa Indonesia, tata tulis laporan, korespondensi, dan BIPA
Tingkat Mahir (Darmasiswa). Beliau memiliki hobi menulis. Pada saat sma pun ia banyak meraih prestasi dalam
bidang menulis. Dilanjutkan saat kuliah kembali meraih prestasi dalam bidang menulis juga.
Perjalanan karir beliau tidaklah semulus yang kita bayangkan. Banyak pengalaman berat yang sudah
pernah dilewati. Bermula menadi seorang loper koran dan pada saat itu ia tetap sekolah namun mengambil kerja
sampingan. Dengan bermodal sepeda gayung ia menyusuri dari rumah ke rumah. Pasti berat untuk ukuran anak
sekolah namun harus sambal bekerja. Itu semua dilakukannya untuk membiayai sekolahnya, ia tak ingin
merepotkan orang lain. Tak banyak orang yang bisa melakukannya. Namun beliau sudah berhasil melewatinya.
Pak artha adnyana menjadi loper koran semenjak ia duduk di bangku sma. Hingga akhirnya lulus bangku sma, ia
melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah. Ia kuliah di universitas udayana di tahun 1983-1987. Mengambil
jurusan sastra Indonesia, linguistik. Saat kuliah pun ia masih sempat untuk menjadi loper koran di sela-sela jam
kuliahnya. Singkatnya setelah lulus mendapatkan gelar S1 nya, ia masih tetap bekerja menjadi loper koran, tapi
bukan hanya bekerja sebagai loper koran melainkan ada kerja tambahan yang ia miliki yaitu sebagai penyunting
atau editor di Bali Post.
Selanjutnya saat ia melaksanakan pekerjaannya sebagai loper koran, ada salah satu pelanggannya
menawarkan pekerjaan untuk mengajar. Saat itu ia masih belum kepikiran untuk menjadi seorang pengajar.
Namun, ia berubah pikiran yang dikiranya orang yang menawarinya itu hanya keisengan semata ternyata
realitanya ialah salah satu orang penting di Politeknik Negeri Bali. Akhirnya keesokan harinya dengan
bermodalkan kenekatan tanpa mempersiapkan apa-apa, ia datang menemui pelanggan kemarin yang menawarinya.
Ternyata pelanggan tersebut seorang sekretaris direktur. Lalu diajaklah pak artha bertemu direktur, tanpa
wawancara, sekretaris direktur hanya mengucapkan bahwa pak artha ini tahan banting dan juga saat itu sangat
diperlukannya tenaga pengajar mata kuliah Bahasa Indonesia. Tanpa basa-basi diterimalah pak artha sebagai dosen
dan keesokan harinya langsung diminta untuk mengajar.
Saat ia menjadi dosen, pak artha masih tetap menjadi seorang loper koran dan sebagai penyunting. Setelah
menikah, pak artha lebih focus bekerja dibidang mengajar, karena setelah melakukan pertimbangan akhirnya ia
memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai loper koran dan sebagai penyunting. Pertama kali ia menjadi seorang
dosen di jurusan administrasi niaga.
Pak Artha Adnyana merupakan pencetus ide adanya redaksi mandiri. Atas permintaan direktur untuk
membuat majalah akhirnya beliau bersama 2 dosen lainnya sama-sama mengisi rubric majalah. Yang pada saat itu
mahasiswa dengan hobi menulis sangatlah sedikit, sehingga rubric yang harus diisi, kebanyakan dibuat oleh dosen
dosen ini. Namun seiring berjalannya waktu terbentuklah UKM Jurnalistik. Pada tahun 1989-an ia resmi menjadi
Pembina UKM Jurnalistik.
Pada tahun 1993-1994-an UKM Jurnalistik ditinggal sebentar karena beliau harus melanjutkan pendidikan
S2 nya di universitas Udayana. Setelah mendapat gelar S2 nya, ia kembali lagi menjadi Pembina ukm jurnalistik
hingga saat ini. Setelah beliau kembali dari masa pendidikannya, beliau langsung diminta untuk menjadi sekretaris
di unit ke-UPT-an.
Selanjutnya selain menjadi dosen, Pak artha ini pernah ada ikut andil dalam proyek TPSDP yang cukup
lama rentang waktunya yaitu selama 7 tahun. Proyek ini dibiayai langsung oleh world bank. Setelah itu, beliau
pernah juga menjadi ketua jurusan Administrasi Niaga. Singkatnya disaat masa jabatan ketua jurusannya habis ia
diminta untuk memperpanjang masa jabatannya, namun ia menolak. Memimpin orang pintar itu adalah kesulitan
terbesar seorang pemimpin. Yang sebenarnya sulit itu bukan pekerjaannya tapi mengatur orang yang pintar dengan
berbagai kepentingan. Adapun dua hasil penelitiannya yang terbaru yakni “Model Perancangan Tugas Menulis
Berbasis Semiotik untuk Meningkatkan Pengetahuan Kewirausahaan Mahasiswa di Politeknik Negeri Bali”
sebagai Ketua Peneliti dan “Pengembangan Kamus Istilah Bahasa Inggris Akuntansi untuk Mendukung Proses
Pembelajaran Mandiri” sebagai Anggota Peneliti.
Hobinya pun masih tetap berlanjut. Hobi menulis sudah melekat di dirinya. Selain menulis sastra Bahasa,
saat ini Pak Artha juga menekuni dalam bidang penulisan keagamaan. Ia juga memotivasi dirinya orang yang
memiliki tulisan bagus itu pasti memiliki hobi membaca yang tinggi pula. Bukan honor yang dikerjar saat itu
namun kebanggaan yang didapat. Harapan beliau, saat ini memang sudah era digital. Jangan mementingkan
kecepatan, tetap selektif memilih konten. Tambah kreasi dan inovasi, sehingga pembaca tidak jenuh. Ada pula
pesan yang disampaikan yaitu gaya tulisan tidak didapat dari menulis, melainkan didapat dari membaca. Juga ada
pun kalimat yang dipakai pedoman sehari hari yaitu warnai dunia dengan langkahmu.

Anda mungkin juga menyukai