Anda di halaman 1dari 31

PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL

FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................2
1.1 Latar Belakang....................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................3
1.3 Tujuan Praktikum................................................................................................3
1.4 Manfaat Praktikum..............................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................4


2.1 Definisi Tachimetri.............................................................................................4
2.2 Jenis Pengukuran dan Perhitungan......................................................................6

BAB III METODE PELAKSANAAN.........................................................................8


3.1 Definisi Umum....................................................................................................8
3.2 Prosedur K3.........................................................................................................8
3.3 Peralatan Praktikum ...........................................................................................9
3.4 Lokasi Pengukuran............................................................................................13
3.5 Prosedur Pelaksanaan........................................................................................13
3.6 Pembacaan Baak Ukur......................................................................................15
3.7 Alur Pelaksanaan...............................................................................................15

BAB IV ANALISIS DATA.........................................................................................20


4.1 Perhitungan Tachimetri.....................................................................................20
4.2 Contoh Perhitungan ..........................................................................................24

BAB V PENUTUP.......................................................................................................27
5.1 Kesimpulan........................................................................................................27
5.2 Saran..................................................................................................................27

LAMPIRAN ………………………………………………………………..………..28

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 1


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu Ukur Tanah (IUT) merupakan ilmu yang menggambarkan tentang sebagian
besar fisik permukaan bumi beserta obyek-obyek diatasnya yang menyerupai keadaan
bumi sebenarnya di lapangan untuk pembuatan peta topografi yang digunakanan dalam
melakukan pekerjaan-pekerjaan konstruksi. Ilmu ini juga menjadi dasar dalam mata
kuliah lainnya seperti rekayasa jalan raya, irigasi, drainase dan sebagainya. Di dalam
pekerjaan teknik sipil ilmu ukur tanah tidak lepas dari kegiatan pengukuran pekerjaan
konstruksi seperti pembuatan jalan raya, saluran drainase, jembatan, pelabuhan, jalur rel
kereta api dan sebagainya yang memerlukan data hasil pengukuran agar konstruksi yang
dibagun dapat dipertanggung jawabkan dan terhindar dari kesalahan konstruksi.Untuk
memperoleh hasil pengukuran yang akurat diperlukan metode pengukuran yang tepat
serta peralatan ukur yang tepat pula. Salah satunya yaitu dengan menggunakan alat
theodolite dan menggunakan metode pengukuran tachymetri.
Didalam metode pengukuran tachymetri terdapat pengukuran kerangka dasar
vertical untuk mendapat hubungan titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi
(pengukuran kerangka dasar horizontal) dan pengukuran-pengukuran tegak guna
mendapat hubungan tegak antara titik-titik yang diukur (pengukuran kerangka dasar
vertikal) serta pengukuran titik-titik detail.

Pengukuran titik-titik detail dengan metode tachymetri pada dasarnya dilakukan


dengan menggunakan peralatan dengan teknologi lensa optis dan elektronis digital.
Pengukuran metode tachymetri ini mempunyai keunggulan dalam hal ketepatan dan
kecepatan dibandingkan dengan metode offset.

Pengukuran metode tachymetri menggunakan alat theodolit, baik yang bekerja


secara optis maupun elektronis digital yang dinamakan dengan total station. Alat
theodolit didirikan di atas patok yang telah diketahui koordinat dan ketinggiannya

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 2


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

berdasarkan hasil pengukuran kerangka dasar. Patok tersebut mewakili titik-titik ikat
pengukuran. Titik-titik detail dapat berupa unsur alam atau unsur buatan manusia.

Data yang diperoleh di tempat alat berdiri meliputi azimuth magnetis, sudut
vertical inklinasi (sudut miring) atau zenith dan tinggi alat. Pada alat theodolite dengan
fasilitas total station koordinat dan ketinggian tinggi titik-titik detail dapat langsung
diperoleh dan direkam ke dalam memori penyimpanan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian metode tachymaetri ?


2. Apa saja peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan praktikum tachymetri?
3. Bagaimana prosedur K3 saat melakukan praktikum tachymetri?
4. Bagaimana prosedur penggunaan alat dan prosedur pengukuran tachymetri?
5. Bagaimana proses pengolahan hasil data tachymetri yang diambil dari lapangan?

1.3. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan dan menganalisis pengertian dari metode


Tachymetri
2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan dan menganalisis cara kerja dari metode
Tachymetri
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami bagaimana prosedur K3 saat melakukan
praktikum tachymetri.
4. Mahasiswa mampu mendeskripsikan dan menganalisis cara mengolah data yang
didapat dari metode Tachymetri

1.4. Manfaat Praktikum

Manfaat yang akan didapatkan melalui praktikum ini, antara lain meningkatkan
pemahaman dan memberikan pengalaman kepada mahasiswa mengenai proses
pengukuran dan prosedur yang harus dilakukan dalam pengukuran titik-titik detail
situasi melalui metode tachymetri.
1.5. Lokasi Pengukuran
Kampus ITS Manyar Depan R1, R2, R3, gazebo kayu, R5, R 6, R7, dan gazebo beton.

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 3


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tachymetri

“Metode Stadia” yang disebut “Tachymetri” di Eropa, adalah cara yang cepat dan
efisien dalam mengukur jarak yang cukup teliti untuk sipat datar trigonometri, beberapa
polygon dan penentuan lokasi detail-detail fotografi.
Tachimetri adalah suatu metode pengukuran jarak horizontal dan jarak vertikal
dengan membaca nonius horizontal dan nonius vertikal serta membaca benang –
benang silang pada alat teodolit terhadap rambu.
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari pengukuran metode Tachimetri
antara lain:

Ketelitian cukup tinggi, yaitu antara 1 : 500 sampai dengan 1 : 10.000.


Tidak terpengaruh oleh keadaan permukaan tanah yang jelek.
Tidak banyak membutuhkan banyak tenaga / pertugas lapangan,
perlengkapan dan Pengukuran cepat.
Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan selain pengukuran kerangka
dasar vertikal yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan pengukuran kerangka dasar
horizontal yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan
pengukuran titik-titik detail untuk menghasilkan titik-titik detail yang tersebar di
permukaan bumi yang menggambarkan situasi daerah pengukuran. Pengukuran
titik-titik detail dilakukan sesudah pengukuran kerangka dasar vertikal dan
pengukuran kerangka dasar horizontal dilakukan. Pengukuran titik-titik detail
mempunyai orde ketelitian lebih rendah dibandingkan orde pengukuran kerangka
dasar.Pengukuran titik-titik detail pada dasarnya dapat dilakukan dengan 2 metode,yaitu
offset dan tachimetri. Metode offset menggunakan peralatan sederhana, seperti pita ukur,
yalon, meja ukur, mistar, busur derajat, dan lain sebagainya. Pengukuran metode
tachimetri mempunyai keunggulan dalam hal ketepatan

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 4


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

dan kecepatan dibandingkan metode offset. Pengukuran titik-titik detail


metode tachymetri ini relatif cepat dan mudah karena yang diperoleh dari lapangan
adalah pembacaan benang dari rambu ukur, sudut horizontal (azimuth magnetis),
sudut vertikal (zenith) dan tinggi alat. Hasil yang diperoleh dari pengukuran
tachimetri adalah posisi planimetris (koordinat) X, Y, dan Z.
Dalam penentuan koordinat titik-titik detail, pekerjaan pengukuran harus
meliputi:
1. Elevasi tanah tiap patok
Elevasi ini bisa dihitung yaitu dengan menjumlahkan elevasi awal dan
beda tinggi antara titik ikat yang telah diketahui elevasinya dengan titik
detail.
1) Bacaan BA, BB, dan BT setiap titik detail
Dapat diketahui dengan pembidikan teodolith dan baak ukur dengan
sudut vertikal 90° atau mendekati 90°.
2) Sudut vertikal dan horizontal setiap titik detail
Bisa diketahui dengan pembacaan teodolith biasa, namun pemutaran alat
harus searah jarum jam dan menjadikan salah satu patok sebagai awal
pengukuran disetiap permulaan.

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 5


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

2.2 Jenis Pengukuran dan Perhitungan

Rumus-rumus umum yang digunakan dalam pengukuran metode tachimetri


adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan Jarak Mendatar dan Jarak Miring

Rumus jarak optis bila garis bidik teodolith tegak lurus pada baak ukur adalah
sebagai berikut :
do = 100 (BA – BB)

Karena tidak tegak lurus, maka yang digunakan adalah proyeksi tegak lurus
bacaan BA dan BB, yaitu BA’ dan BB’.
Sehingga didapat hubungan sebagai berikut :
do(jarak miring) = 100 (BA’ – BB’)

BA’ – BB’ = (BA – BB) Cos h


Jadi do = 100 (BA – BB) Cos h
dm = do Cos h
Sehingga dm = 100 (BA – BB) Cos h .Cos h
dm = 100 (BA – BB) Cos2 h

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 6


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

Dimana:
= jarak mendatar antara titik A dan B
dm = jarak optis antara titik A dan B
do = jarak miring (apabila sudut vertikal kurang dari 90°)

BA = bacaan benang atas


BB = bacaan benang bawah

2. Perhitungan Beda Tinggi


Beda tinggi antara titik A dan titik B dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
HAB = TAA + TPA + V – BT – TPB
Dimana :
HAB = beda tinggi antara titik A dan titik B
TAA = tinggi alat
TPA = tinggi patok A
TPB = tinggi patok B
V = jarak vertical (dm tg 
bacaan benang tengah

3. Perhitungan Tinggi Atas Tanah (Elevasi)


Dimana :
HB = HA + HAB
HB = elevasi di patok B
HA = elevasi di patok A (elevasi awal)
HAB = beda tinggi patok A dengan patok B

4. Perhitungan koordinat X dan Y


Untuk menghitung koordinat X dan Y pada suatu titik dapat digunakan rumus
sebagai berikut : X = dm·sinα + koordinat x titik tempat berdirinya alat

Y = dm·cosα + koordinat y titik tempat berdirinya alat

5dm = jarak mendatar antara titik acuan dengan titik yang dibidik
α = sudut azimuth

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 7


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Definisi Umum

Pengukuran dengan theodolit bertujuan untuk mendapatkan relief dari


permukaan tanah. Pengukuran ini juga dapat digunakan untuk mendapat data sudut
horizontal serta vertical. Dengan pengukuran ini, banyak manfaat yang bisa
diperoleh dari data yang dihasilkan karena sangat berguna dalam cut dan fill suatu
permukaan tanah yang tidak rata. Pengukuran ini dapat digunakan untuk:
a. Perencanaan jalan raya
b. Perencanaan jalan kereta api
c. Landasan pacu pesawat terbang
d. Pembuatan saluran irigasi
e. Perencanaan jalur pipa
f. Pembuatan bendungan
g. Pembuatan peta kontur dan topografi

3.2 Prosedur K3

Pada saat melaksanakan praktikum, maka perlu diperhatikan :


a. Baca dan pelajari prosedur kerja dan prosedur penggunaan alat Theodolite
b. Penyetelan Theodolite adalah pengaturan instrumen di suatu tempat sampai
memenuhi syarat-syarat pengukuran
c. Perhatikan dan ingat macam-macam sekrup penyetel dan coba bidik suatu titik target
d. Jangan memutar sekrup sebelum mengetahui kegunaanya
e. Bekerjalah secara hati-hati dan sabar
f. Lakukan praktikum dengan sungguh-sungguh, fokus, dan serius. Jangan bergurau.
g. Bersihkan semua peralatan setelah selesai digunakan
h. Pakailah pakaian kerja dan persiapan P3K
i. Hati-hati dalam penggunaan, dan hindari kerusakan alat ukur Theodolite dan
kelengkapanya
j. Letakkan boks/ tempat alat ukur di dekat alat ukur
k. Wajib menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 8


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

3.3 Peralatan Praktikum


1) Safety Vest
Digunakan untuk keselamatan kerja dan pemberi peringatan bahwa sedang ada
pekerjaan di sekitar daerah tersebut.

Gambar 1.1 Savety Vest


Kegunaan dari rompi safety adalah:
 Dapat terlihat pada saat kondisi gelap
 Memudahkan orang lain mendeteksi pemakai dari jarak jauh, sehingga lebih
waspada dan mengurangi kecepatan berkendara.
 Melindungi dari air hujan dan angin
 Sebagai alat bantu identifikasi kelompok pekerja

2) Masker
Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari debu, kotoran, dan bakteri yang
masuk.

Gambar 1.2 Masker

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 9


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

3) Theodolite
Digunakan untuk membaca pengukuran sudut (horizontal dan vertikal), jarak,
dan elevasi

Gambar 1.3 theodolit


4) Tripod
Digunakan untuk meletakkan theodolite. Tripod mempunyai tiga kaki yang
dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing ujungnya runcing
agar tertancap kuat ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi
rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri.

Gambar 1.4. Tripod


5) Traffic Cone
Traffic Conee digunakan sebagai pengarah jalannya kendaraan agar tidak
mengganggu proses praktikum.

Gambar 1.5. Traffic Cone

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 10


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

6) Baak Ukur
Digunakan untuk membaca tinggi rendahnya permukaan tanah. Baak ukur
mempunyai bentuk penampang segi empat panjang yang berukuran ± 3-4 cm,
lebar ±10 cm, panjang ±300 cm, bahkan ada yang panjangnya hingga 500 cm
seperti pada gambar 5 berikut.

Gambar 1.6. Baak Ukur

7) Roll Meter dan Meteran


Roll meter terbuat dari fiberglass dengan panjang 30-50 m dan dilengkapi
tangkai untuk mengukur jarak antara patok yang satu dengan patok selanjutnya.

Gambar 1.7. Roll Meter dan Meteran


8) Payung
Digunakan untuk melindungi theodolite dari sinar matahari langsung maupun
hujan karena lensa teropong pada theodolite sangat peka terhadap sinar
matahari.

Gambar1. 8. Payung

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 11


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

9) Paku Payung atau Pilox


Berfungsi sebagai tanda di lapangan untuk titik utama dalam pengukuran.

Gambar1.9 Paku Payung


10) Alat Penunjang Lain
Alat penunjang lainnya seperti lembar kertas pencatat data, kalkulator, alat tulis,
yang dipakai sebagai pendukung kelancaran jalannya praktikum.

Gambar 1.10. Alat Penunjang Lainnya

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 12


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

3.4 Lokasi Pengukuran

Lokasi : kampus ITS manyar

3.5 Prosedur Pelaksanaan


a. Tempatkan alat ukur di atas titik kerangka dasar atau titik kerangka penolong dan
atur sehingga alat siap untuk pengukuran, ukur dan catat tinggi alat di atas titik ini.
b. Dirikan rambu di atas titik bidik dan tegakkan rambu dengan bantuan nivo kotak.
c. Arahkan teropong ke rambu ukur sehingga bayangan tegak garis diafragma berimpit
dengan garis tengah rambu. Kemudian kencangkan kunci gerakan mendatar
teropong.
d. Kendorkan kunci jarum magnet sehingga jarum bergerak bebas. Setelah jarum
setimbang tidak bergerak, baca dan catat azimuth magnetis dari tempat alat ke titik
bidik.
e. Kencangkan kunci gerakan tegak teropong, kemudian baca bacaan benag tengah,
atas dan bawah serta cata dalam buku ukur. Bila memungkinkan, atur bacaan
benang tengah pada rambu di titik bidik setinggi alat, sehingga beda tinggi yang
diperoleh sudah merupakan beda tinggi antara titik kerangka tempat berdiri alat dan
titik detil yang dibidik.

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 13


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

f. Titik detil yang harus diukur meliputi semua titik alam maupun buatan manusia
yang mempengaruhi bentuk topografi peta daerah pengukuran.
 Kesalahan pengukuran cara tachymetri dengan theodolit berkompas
1. Kesalahan alat, misalnya:
a. Jarum kompas tidak benar-benar lurus.
b. Jarum kompas tidak dapat bergerak bebas pada prosnya.
c. Garis bidik tidak tegak lurus sumbu mendatar (salah kolimasi).
d. Garis skala 0° - 180° atau 180° - 0° tidak sejajar garis bidik.
e. Letak teropong eksentris.
f. Poros penyangga magnet tidak sepusat dengan skala lingkaran mendatar.
2. Kesalahan pengukur, misalnya:
a. Pengaturan alat tidak sempurna ( temporary adjustment )
b. Salah taksir dalam pembacaan
c. Salah catat, dll. nya.
3. Kesalahan akibat faktor alam, misalnya:
a. Deklinasi magnet.
b. atraksi lokal.
Bagian – bagian theodolit seperti pada gambar 13 berikut.

Gambar 1.11 Bagian-Bagian Theodolit

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 14


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

1. Pembantu Visir : berfungsi untuk membantu pembidikan yaitu membantu


mengarahkan teropong ke target , untuk membantu pembidikan secara kasar.
2. Lensa Obyektif : berfungsi untuk menangkap bayangan obyek / target .Lensa
positif yang memberikan bayangan nyata terbalik dan diperkecil
3. Klem Sumbu II : berfungsi untuk pengunci sumbu II
4. Sumbu II : berfungsi sebagai poros perputaran teropong terhadap sumpu
putar horizontal.
5. Nivo Teropong : digunakan untuk membentuk garis bidik mendatar. Pada
kebanyakan theodolite yang baru, nivo teropong sudah tidak ada lagi.
6. Ronsel Lensa Tengah : berfungsi menggerakkan limbus dengan perlahan
pada saat klem limbus dikunci (membantu menepatkan bidikan ke target).
7. Reflektor Sinar : berfungsi untuk menangkap cahaya dan memantulkannya
ke mikroskop pembacaan lingkaran horisontal, sehinga bisa terbaca
8. Mikroskop Bacaan Lingkaran Horisontal A : berfungsi sebagai tempat
pembacaan arah horizontal.
9. Klem Horisontal : berfungsi sebagai klem pembuka atau pengunci lingkaran
horizontal.
10. Skrup Penggerak Halus Alhidade Horisontal : berfungsi menggerakkan
teropong arah horisontal dengan perlahan pada saat klem horisontal dikunci
11. Penggerak Halus Limbus : berfungsi menggerakkan limbus dengan
perlahan pada saat klem limbus dikunci (membantu menepatkan bidikan ke
target).
12. Skrup Penyetel ABC : berfungsi untuk menyeimbangkan nivo kota guna
pembuatan sumbu I vertikal.
13. Plat Dasaran / Tatakan : sebagai plat penyangga seluruh bagian alat
14. Kepala Statif : merupakan bagian dari statif. Tempat dudukan pesawat
Theodolite.
15. Kaki Statif : bagian dari statif. Alat yang digunakan untuk berdirinya
pesawat Theodolite.Bagian bawahnya berbentuk lancip,berfungsi supaya kaki
statif menancap ke tanah dengan kuat agar pesawat tidak jatuh.
16. Penggantung Unting – unting : digunakan untuk memasang tali unting-
unting.
17. Baut Instrumen : Pengencang antara pesawat theodolite dan statif
18. Nivo Alhidade Horisontal : digunakan untuk membuat sumbu I vertical
secara halus, setelah dilakukan pendekatan dengan nivo kotak.
19. Skrup Koreksi Nivo Alhidade Horisontal : berfungsi menyeimbangkan
nivo Alhidade horizontal.

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 15


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

20. Mikroskop pemb. Lingkaran Horisontal B : mikroskop yang digunakan


untuk membaca sudut lingkaran horizontal
21. Skrup Penggerak Halus Vertikal : berfungsi menggerakkan teropong arah
vertikal secara perlahan pada saat klem teropong dikunci.
22. Lensa Okuler : lensa negatif sebagai lensa mata.
23. Ring Pelindung Diafragma : berfungsi sebagai pelindung diafragma
24. Mikroskop pembacaan Lingkaran Vertikal : tempat pembacaan Iingkaran
vertikal.
25. Tabung Sinar : membantu menyinari Iingkaran vertical.
26. Piringan Lingkaran Vertikal : adalah piringan dari metal atau kaca tempat
skala lingkaran. Lingkaran ini berputar bersama teropong dan dilindungi oleh
alhidade vertikal.
3.6. Membaca Baak Ukur
1. Bidik dan arahkan teropong pada baak ukur yang didirikan vertikal pada suatu
titik sasaran dengan menggunakan garis bidik yang ada di atas theodolite.
2. Bila bayangan kabur, perjelas dengan memutar sekrup pengatur lensa dan jika
benang silang kabur, perjelas dengan memutar sekrup pengatur diafragma.
3. Himpitkan benang silang diafragma dengan sumbu baak ukur, dengan cara
mengatur sekrup diafragma penggerak halus.
4. Lakukan pembacaan baak ukur, misal benang atas (BA), benang tengah (BT)
dan benang bawah (BB) 1,340.
5. Pembacaan baak ukur selesai dan harus memenuhi ketentuan : BA+BB=2BT
atau (BA-BT)=(BT-BB)
6. Untuk mendapatkan jarak optis, digunakan rumus : S x m ; dimana
(BA-BB) = S dan m = 100 yang merupakan faktor pengali.
Contoh pembacaan baak ukur

Gambar 1.13 Pembacaan Baak Ukur


Catatan: dalam baak ukur satu kotak mewakuli 1 cm

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 16


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

3.7. Alur Pelaksanaan


a. Urutan pengaturan serta pemakaian :
1. Dengan menggunakan patok-patok yang telah ada yang digunakan pada
pengukuran sipat datar dan pengukuran poligon, dirikan alat theodolit
pada titik(patok) sebagai titik ikat pada awal pengukuran (patok
pertama).
2. Ketengahkan gelembung nivo dengan prinsip pergerakan 2 sekrup kaki
kiap ke dalam dan keluar saja dan 1 sekrup kaki kiap ke kanan atau ke
kiri saja.
3. Pada posisi teropong biasa diarahkan teropong titik detail 1 yang telah
didirikan rambu ukur di atas target tersebut, kemudian baca benang atas,
benang tengah, dan benang bawah dari rambu ukur pada titik detail 1
dengan bantuan sekrup ksar dan halus pergerakan vertikal.
4. Bacalah sudut horizontal yang menunjukan azimuth magnetis dari titik
detail 1 dan baca pula sudut vertikal berupa sudut miring atau sudut
zenith pada titik detail tersebut. Jika sudut vertikal yang dibaca relatif
kecil antara 0o – 5o maka dapat dipastikan sudut tersebut adalah sudut
inklinasi (miring) dan jika berada di sekitar sudut 90 o maka dapat
dipastikan sudut tersebut adalah sudut zenith. Setelah terbaca semua data
tersebut kemudian kita pindahkan rambu ukur ke titik detail berikutnya
dan lakukan hal yang sama seperti diatas. Dalam membuat titik detail
buatlah sebanyak-banyaknya sedemikian rupa sehingga informasi dari
lapangan baik planimetris maupun ketinggian dapat disajikan secara
lengkap di atas peta.
5. Pindahkan alat theodolit ke titik ikat berikutnya, selanjutnya lakukan
pengukuran tachymetri ke titik-titik detail lainnya.
6. Selanjutnya pengolahan data tachymetri dipindahkan dengan pengolahan
data pengukuran sipat datar dan pengukuran polygon sedemikian rupa
sehingga diperoleh koordinat dan tinggi titik-titik detail.

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 17


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

7. Pengukuran tachymetri selesai. Hasil yang diperoleh dari prakek


pengukuran tachymetri di lapangan adalah koordinat planimetris X,Y,
dan ketinggian Z titik-titik detail yang diukur sebagai situasi daerah
pengukuran untuk keperluan penggambaran titik detail dan garis-garis
kontur dalam pemetaan.
a. Pembacaan sudut mendatar :
1. Terlebih dahulu kunci boussole atau pengencang magnet kita lepaskan,
kemudian akan terlihat skala pembacaan bergerak; sementara bergerak
kita tunggu sampai skala pembacaan diam, kemudian kita kunci lagi.
2. Pembacaan bersifat koinsidensi dengan mempergunkan tromol
mikrometer.
(berarti pembacaan dilakukan pada angka-angka yangberselisih 180
atau 200gr).
Pembacaan puluhan menit/centi grade dan seterusnya dilakukan pada
tromol mikrometer. Untuk pembacaan biasa, tromol mikrometer berada
sebelah kanan, sedangkan untuk pembacaan luar biasa; tromol berada di
sebelah kiri. Untuk dapat melihat angka-angka pembacaan pada keadaan
biasa maupun luar biasa, kita putar penyetel angka pembacaan (angka
pembacaan dapat diputar baik menurut biasa/luar biasa dengan selisih
180 atau 200gr)

b. Pembacaan Sudut Miring/Jurusan


1. Terlebih dahulu gelembung skala vertikal dengan menggunakan skrup
collimator.
2. Sistim pembacaan dengan menggunakan angka yang sama/sebelah kiri
bawah dengan sebelah kanan atas).
Bagian skala antara angka yang sama mempunyai satuan puluhan menit.

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 18


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

c. Pembacaan Rambu
1. Untuk pembacaan jarak, benang atas kita tempatkan di 1m atau 2 m pada
satuan meter dari rambu. Kemudian baca benang bawah dan tengah.
2. Untuk pembacaab sudut miring, arahkan benang tengah dari teropong ke
tinggi alatnya, sebelum pembacaan dilakukan, gelembung nivo vertikal
harus diketengahkan dahulu. Tinggi alat harus diukur dan dicatat.

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 19


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

BAB IV
ANALISIS DATA

4.1. Perhitungan Tachimetri

JENIS PENGUKURAN : DETAIL SITUASI DIUKUR OLEH : KELOMPOK 2


LOKASI : SEKELILING GAZEBO KAYU KAMPUS ITS MANYAR ALAT UKUR : THEODOLITE
TANGGAL : 12-Apr-19 NO. SERI : DT 6₁₀ D20544 (32790)
CUACA : CERAH BERAWAN NO. SEKSI : DARI PATOK 3 KE 4
Nomor Patok Tinggi Benang Sudut Jarak Beda Tinggi Koordinat
Sudut Tinggi
Azimuth Miring V
Tempat Tempat Keterangan Horizontal Teropong Patok BA BT BB Miring Datar Naik Turun Atas Tanah
Atas Patok Atas Tanah (°) / Zenith (m) X Y
Berdiri Dibidik (°) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
(m) (m) (°)
4 titik tinjau 0,0000 1,338 1,155 0,973 258,5861 90 36,5 36,5 0,000 0,270 36,866 69460,9460 9194158,3610
3 titik acuan 1,425 0,000 37,635 69496,4115 9194165,4970
pohon dekat
A 4,2208 1,602 1,507 1,412 262,8069 90 19,0 19,0 0,000 -0,082 37,553 69477,561 9194163,118
gazebo kayu 1
pohon dekat
B 7,7194 1,532 1,470 1,406 266,3056 90 12,6 12,6 0,000 -0,045 37,590 69483,838 9194164,685
gazebo kayu 2
pohon dekat
C 11,0069 1,467 1,422 1,377 269,5931 90 9,0 9,0 0,000 0,003 37,638 69487,412 9194165,433
gazebo kayu 3
gazebo kayu 1
D 5,5625 1,548 1,418 1,288 264,1486 90 26,0 26,0 0,000 0,007 37,642 69470,547 9194162,846
tiang 1
gazebo kayu 1
E 6,1319 1,545 1,428 1,311 264,7181 90 23,4 23,4 0,000 -0,003 37,632 69473,111 9194163,343
tiang 2
gazebo kayu 2
F 8,0000 1,525 1,478 1,431 266,5861 90 9,4 9,4 0,000 -0,053 37,582 69487,028 9194164,937
tiang 1
gazebo kayu 2
F' 22,6250 1,465 1,365 1,265 281,2111 90 20,0 20,0 0,000 0,060 37,695 69476,793 9194169,385
tiang 3
gazebo kayu 2
G 9,9556 1,562 1,480 1,393 268,5417 90 16,9 16,9 0,000 -0,055 37,580 69479,517 9194165,067
tiang 2
gazebo kayu 2
G' 25,4583 1,486 1,400 1,313 284,0444 90 17,3 17,3 0,000 0,025 37,660 69479,629 9194169,695
tiang 4
gazebo kayu 3
H 21,0083 1,485 1,444 1,403 279,5944 90 8,2 8,2 0,000 -0,019 37,616 69488,326 9194166,864
tiang 1
gazebo kayu 3
H' 37,7569 1,441 1,391 1,342 296,3431 90 9,9 9,9 0,000 0,034 37,669 69487,540 9194169,890
tiang 3
gazebo kayu 3
I 32,2486 1,461 1,432 1,403 290,8347 90 5,8 5,8 0,000 -0,007 37,628 69490,991 9194167,560
tiang 2
gazebo kayu 3
I' 50,3139 1,437 1,400 1,362 308,9000 90 7,5 7,5 0,000 0,025 37,660 69490,575 9194170,207
tiang 4
K pojok kanan R3 283,2015 1,383 1,373 1,363 541,7876 90 2,0 2,0 0,000 0,052 37,687 69496,349 9194163,498
K' pojok kiri R3 272,5639 1,451 1,400 1,348 531,1500 90 10,3 10,3 0,000 0,025 37,660 69497,996 9194155,320
Gambar : 1.14 bidikan patok 3-4

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 20


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

JENIS PENGUKURAN : DETAIL SITUASI DIUKUR OLEH : KELOMPOK 2


LOKASI : SEKELILING GAZEBO KAYU KAMPUS ITS MANYAR ALAT UKUR : THEODOLITE
TANGGAL : 12-Apr-19 NO. SERI : DT 6₁₀ D20544 (32790)
CUACA : CERAH BERAWAN NO. SEKSI : DARI PATOK 4 KE 5
Nomor Patok Tinggi Benang Sudut Jarak Beda Tinggi Koordinat
Sudut Tinggi
Azimuth Miring V
Tempat Tempat Keterangan Horizontal Teropong Patok BA BT BB Miring Datar Naik Turun Atas Tanah
(°) / Zenith (m)
Berdiri Dibidik (°) Atas Patok Atas Tanah (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) X Y
(m) (m) (°)
5 titik tinjau 0,0000 1,412 1,313 1,214 355,6062 90 19,8 19,8 0,000 0,374 37,240 69459,6251 9194178,1553
4 titik acuan 1,437 0,250 36,866 69460,9460 9194158,3610
gazebo kayu 1
D' 49,4028 1,292 1,235 1,178 405,0090 90 11,4 11,4 0,000 0,452 37,318 69469,008 9194166,421
tiang 3
gazebo kayu 1
E' 56,2806 1,442 1,371 1,301 411,8868 90 14,1 14,1 0,000 0,316 37,182 69472,040 9194167,064
tiang 4
J pojok kanan R1 105,6986 1,425 1,397 1,368 461,3048 90 5,7 5,7 0,000 0,290 37,156 69466,535 9194157,244
J' pojok kiri R1 144,4431 1,641 1,583 1,525 500,0493 90 11,6 11,6 0,000 0,104 36,970 69468,395 9194149,468
L atas kiri saluran 76,9653 1,477 1,450 1,423 432,5715 90 5,4 5,4 0,000 0,237 37,103 69466,098 9194159,978
atas kanan
M 76,2736 1,647 1,596 1,545 431,8798 90 10,2 10,2 0,000 0,091 36,957 69470,640 9194161,533
saluran
atas kiri saluran
N 79,5125 1,578 1,491 1,405 435,1187 90 17,3 17,3 0,000 0,196 37,062 69477,666 9194162,804
2
Gambar : 1.15 bidikan patok 4-5

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 21


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

JENIS PENGUKURAN : DETAIL SITUASI DIUKUR OLEH : KELOMPOK 2


LOKASI : SEKELILING GAZEBO KAYU KAMPUS ITS MANYAR ALAT UKUR : THEODOLITE
TANGGAL : 12-Apr-19 NO. SERI : DT 6₁₀ D20544 (32790)
CUACA : CERAH BERAWAN NO. SEKSI : DARI PATOK 5 KE 6
Nomor Patok Tinggi Benang Sudut Jarak Beda Tinggi Koordinat
Sudut Tinggi
Azimuth Miring V
Tempat Tempat Keterangan Horizontal Teropong Patok BA BT BB Miring Datar Naik Turun Atas Tanah
(°) / Zenith (m)
Berdiri Dibidik (°) Atas Patok Atas Tanah (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) X Y
(m) (m) (°)
6 titik tinjau 0,0000 1,588 1,424 1,261 76,7910 90 32,7 32,7 0,000 0,226 37,466 69491,8327 9194185,7258
5 titik acuan 1,400 0,250 37,240 69459,6251 9194178,1553
L' pojok kiri R4 80,3667 2,940 2,885 2,829 157,1577 80,367 -10,9 10,6 1,803 0,568 37,808 69463,750 9194168,363
gazebo beton 1
M 301,1139 1,095 1,068 1,042 377,9049 90 5,3 5,3 0,000 0,582 37,822 69461,255 9194183,199
tiang 1
gazebo beton 1
M' 287,2514 1,356 1,308 1,261 364,0424 90 9,5 9,5 0,000 0,342 37,582 69460,295 9194187,632
tiang 3
gazebo beton 1
N 328,9111 1,399 1,355 1,312 328,9111 90 8,7 8,7 0,000 0,295 37,535 69455,133 9194185,606
tiang 2
gazebo beton 1
N' 310,1319 1,425 1,368 1,311 386,9229 90 11,4 11,4 0,000 0,282 37,522 69464,787 9194188,320
tiang 4
gazebo beton 2
O' 325,6250 1,369 1,292 1,214 402,4160 90 15,5 15,5 0,000 0,358 37,598 69470,080 9194189,598
tiang 3
gazebo beton 2
P' 333,6681 1,398 1,300 1,202 410,4591 90 19,6 19,6 0,000 0,350 37,590 69474,740 9194190,633
tiang 4
Gambar : 1.16 bidikan patok 5-6

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 22


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

JENIS PENGUKURAN : DETAIL SITUASI DIUKUR OLEH : KELOMPOK 2


LOKASI : SEKELILING GAZEBO KAYU KAMPUS ITS MANYAR ALAT UKUR : THEODOLITE
TANGGAL : 12-Apr-19 NO. SERI : DT 6₁₀ D20544 (32790)
CUACA : CERAH BERAWAN NO. SEKSI : DARI PATOK 6 KE 3
Nomor Patok Tinggi Benang Sudut Jarak Beda Tinggi Koordinat
Sudut Tinggi
Azimuth Miring V
Tempat Tempat Keterangan Horizontal Teropong Patok BA BT BB Miring Datar Naik Turun Atas Tanah
(°) / Zenith (m)
Berdiri Dibidik (°) Atas Patok Atas Tanah (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) X Y
(m) (m) (°)
3 titik tinjau 0,0000 1,505 1,401 1,298 167,8326 90 20,7 20,7 0.000 -0,051 37,415 69496,4115 9194165,4970
6 titik acuan 1,350 0,000 37,466 69491,8327 9194185,7258
L pojok kanan R4 84,9403 1,414 1,261 1,109 252,7729 90 30,5 30,5 0.000 0,089 37,555 69462,701 9194176,693
gazebo beton 3
Q 114,0556 1,279 1,223 1,167 281,8882 90 11,2 11,2 0.000 0,127 37,593 69480,873 9194188,033
tiang 1
gazebo beton 3
Q' 131,2528 1,312 1,245 1,178 299,0854 90 13,4 13,4 0.000 0,105 37,571 69480,123 9194192,240
tiang 3
gazebo beton 3
R 126,4181 1,186 1,150 1,113 167,8326 90 7,3 7,3 0.000 0,200 37,666 69493,371 9194178,590
tiang 2
gazebo beton 3
R' 1,290 1,238 1,185 90 10,5 10,5 0.000 0,112 37,578 69491,833 9194196,226
tiang 4
atas kanan
S 91,4667 1,422 1,291 1,167 259,2993 90 25,5 25,5 0.000 0,059 37,525 69466,776 9194180,991
saluran
T atas kiri saluran 1,420 1,350 1,281 90 13,9 13,9 0.000 0,000 37,466 69491,833 9194199,626
atas kanan
U 90,6889 1,345 1,310 1,265 258,5215 90 8,0 8,0 0.000 0,040 37,506 69483,993 9194184,134
saluran 2
V pojok kanan R6 53,3431 1,294 1,270 1,245 221,1757 90 4,9 4,9 0.000 0,080 37,546 69488,607 9194182,038
V' pojok kiri R6 19,1458 1,336 1,228 1,219 186,9784 90 11,7 11,7 0.000 0,122 37,588 69490,411 9194174,112
Gambar : 1.17 bidikan patok 6-3

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 23


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

4.2. Contoh Perhitungan


Contoh perhitungan tachimetri pada titik 3 (pohon dekat gazebo kayu 1)
1. Perhitungan sudut azimuth

α = αi +
<H
α = 258,5861 + 4,2208
= 262,8096
(dilakukan dengan cara yang sama pada titik tinjau yang lain)
α = sudut azimuth titik acuan
αi = sudut azimuth titik tinjau
<H = sudut horizontal titik tinjau
2. Perhitungan jarak

Jarak Jarak Datar


Miring
dd = dm . cos (90-sudut miring)
dm = (BA-
dm = (BA-BB)100 . cos (90-sudut miring)
= (1,602-1,412)100 . cos (90-90)
= 19,00 m
dd = dm . cos (90-sudut miring)
= 19 . cos (90-90)
= 19,00 m
dm = jarak miring
dd = jarak datar
BA = bacaan benang atas
BB = bacaan benang bawah
sudut miring = sudut vertical

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 24


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

3. Perhitungan jarak vertikal


V = dd . tan
(radians

V = 19 . tan (radians (90-90))


= 0,00 m
V = jarak vertikal
dd = jarak datar
sudut miring = sudut vertical
4. Perhitungan beda tinggi

∆H =
tinggi alat
∆H = 1,425 - 1,507 + 0
= -0,082
∆H = beda tinggi
BT = bacaan benang tengah
V = jarak vertical
5. Perhitungan elevasi

Zi = Z +
∆H
Zi = 37,635 + (-0,082)
= 37,553 m
Zi = elevasi titik tinjau
Z = elevasi titik acuan
∆H = beda tinggi
6. Perhitungan koordinat
Koordinat X Koordinat Y
Xi = dd . sin (radians (αi)) +X Yi = dd . cos (radians (αi)) +Y

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 25


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

Xi = dd . sin (radians (αi)) +X


= 19 . sin (radians (262,8069)) + 69496,4115
= 69477,561
Yi = dd . cos (radians (αi)) +Y
= 19 . cos (radians (262,8096)) + 9194165,4970
= 9194163,118
X, Y = koordinat titik acuan
Xi, Yi = koordinat titik tinjau
dd = jarak datar
αi = sudut azimuth titik tinjau

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 26


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

BAB V

PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan Pengukuran titik-titik detail tachymetri
merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam praktek, terutama dalam
pemetaan daerah yang luas dan bentuknya tidak beraturan. Alat yang digunakan untuk
mengukur arah maupun mengukur jarak yaitu Theodolit Kompas atau BTM.

Pada arah-arah garis di lapangan diukur denagn jarum kompas dan jaraknya
diukur dengan benang silang diafragma pengukur jarak yang terdapat pada teropong.

Selain itu, dapat diukur pula besarnya sudut tegak sehingga jarak mendatar dan
beda tinggi dapat dihitung. Dengan cara ini titik-titik detail dapat diukur dari titik
penolong.

Besaran-besaran yang diukur :

1. Azimuth

2. Jarak (optis)

3. Sudut tegak

5.2. Saran
Sebaiknya ketika melakukan praktikum mengikuti prosedur yang telah
ada untuk meminimalisir kesalahan data dan kecelakaan kerja. Praktikum harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh, fokus, dan serius. Pelaksanaan praktikum

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 27


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

LAMPIRAN GAMBAR SKETSA

Gambar 1.1 sketsa kontur tachimetri

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 28


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

Gambar 1.2 sketsa kontur tachimetri

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 29


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

Gambar 1.3 sketsa kontur tachimetri

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 30


PROGRAM D3 TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
Sekretariat: JL. Menur 127, Surabaya

Gambar 1.4 sketsa kontur tachimetri

TACHYMETRI PEMETAAN 1 KELAS X 31

Anda mungkin juga menyukai