Anda di halaman 1dari 5

Abstrak

Pelaksanaan program Kemitraan USAID-Prioritas dalam bidang pendidikan dipengaruhi oleh


kolaborasi peran beberapa aktor dan mengacu pada prinsip terkait satu sama lain dalam setiap
tahap pelaksanaan meliputi prinsip kesetaraan, prinsip keterbukaan, dan prinsip azas manfaat
bersama dan seluruh tahapan pelaksanaan program Kemitraan USAID-Prioritas terjadi
interaksi secara dinamis dan saling mendukung dari seluruh prinsip terkait satu sama lain,
maka sekolah dapat memperbaiki kinerja kuantitas dan kulitas pelayanan pendidikan secara
berkelanjutan.. Peran aktor pada pelaksanaan program Kemitraan USAID-Prioritas dilihat
dari pengorganisasian partisipan, menciptakan ide untuk intervensi strategis, membangun
koalisi, review dan adopsi, implementasi, monitoring, dan evaluasi strategi yang pada
pelaksanaannya akan dipengaruhi oleh faktor pendukung dan faktor penghambat. Dalam
pelaksanaan program kemitraan USAID-Prioritas, penulis menemukan dampak positif
terhadap pembaharuan sistem pendidikan, apabila seluruh stakeholders bidang pendidikan
dapat melaksanakan metode pembelajaran berdasarkan kurikulum yang merupakan kebijakan
pusat dan dapat memberikan dampak positif bagi sistem pendidikan, maka sekolah dapat
melaksanakan program Kemitraan USAID-Prioritas untuk memperbaiki pelayanan
pendidikan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif. Fokus
penelitian dalam penelitian ini adalah (1) Pelaksanaan Program Kemitraan USAID-Prioritas
dalam aspek peningkatan kualitas pembelajaran, tata kelola dan koordinasi antar institusi, (2)
Peran masing-masing aktor, (3) Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program
kemitraan USAID-Prioritas, serta (4) Model kemitraan USAID-Prioritas bidang pendidikan
dalam perspektif pelayanan publik. Data dan informasi diperoleh melalui wawancara.
Penelitian ini menggunakan pemikiran kualitatif yang bersifat empirical inductive. Analisis
data menggunakan grand theory Public Service dengan pendekatan teori Public-Private
Partnership (PPP).

Kata kunci : USAID-Prioritas, Public-Private Partnership, Pendidikan


Ringkasan

Upaya perbaikan pelayanan pendidikan di tingkat kota masih belum merata, salah satu
contohnya adalah di Kota Batu, yang penulis pilih menjadi lokasi dalam penelitian ini. Salah
satu sekolah di pinggiran kota Batu yang bisa dilihat adalah SDN Sumbergondo 2 Batu.
Karena lokasi sekolah yang jauh dari pusat kegiatan perkotaan menyebabkan sekolah ini
kurang mendapat perhatian dari pemerintah sehingga kualitas, sarana dan prasarana dalam
proses kegiatan belajar mengajar menjadi kurang baik. Lahirnya program kemitraan PPP
(Public Private Partnership) dengan institusi pemerintah Amerika Serikat yakni USAID
dalam bentuk program USAID-Prioritas. Program USAID-Prioritas (Prioritizing Reform,
Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers) merupakan bagian dari
kesepakatan antara Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Republik Indonesia.Program
USAID-Prioritas berupaya untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di
sekolah, meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten atau
kota, meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan
atau pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang.
Reformasi dalam bidang pendidikan diarahkan untuk memberikan tanggung jawab i i i i i i

yang lebih besar kepada birokrasi yang terdapat di daerah untuk menangani pendidikan secara
i i i i i i i

langsung dengan cara memobilisasi dukungan penuh masyarakat (desentralisasi), serta dalam
i i i i i i i i i

meningkatkan dinamika internal sekolah dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan
i i i i i i i i i i

lebih besar pada elemen-elemen yang berada pada level sekolah seperti kepala sekolah, guru,
i i i i i i i

orang tua siswa, staf administrasi, dalam melaksanakan penyelenggaraan sekolah sehari-hari
i i i i i i i i i i

(otonomi sekolah), yang disebut juga dengan wujud dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
i i i i i i i

Konsep formal kemitraan yang tercantum dalam Undang-undang No.9 Tahun 1995 yang
menyatakan, kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau
dengan usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling membutuhkan, saling memperkuat
dan saling menguntungkan. Konsep tersebut diperkuat pada Peraturan Pemerintah No.44
Tahun 1997 yang menerangkan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah saling
memperkuat, ssaling menguntungkan dan saling menghidupi dengan mengacu pada 3 prinsip
kunci kemitraan/partnership yaitu Prinsip Kesetaraan, Prinsip Keterbukaan, dan Prinsip Azas
Manfaat Bersama.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang bersifat kualitatif agar dapat
menggali berbagai informasi tentang dinamika Pelaksanaan Kemitraan Program USAID
Prioritas dalam perspektif pelayanan publik, maka akan diusahakan untuk memperoleh
informasi yang menyangkut interaksi, respons, maupun pandangan dari berbagai stakeholder
yang ada di Kota Batu secara komprehensif, holistik, mendalam dan sesuai dengan kondisi
Kota Batu. Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah (1) Pelaksanaan Program Kemitraan
USAID-Prioritas dalam aspek peningkatan kualitas pembelajaran, tata kelola dan koordinasi
antar institusi, (2) Peran masing-masing aktor dalam pelaksanaan program kemitraan
USAID-Prioritas, (3) Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program kemitraan
USAID-Prioritas bidang pendidikan dalam perspektif pelayanan publik, serta (4) Model
kemitraan USAID-Prioritas bidang pendidikan dalam perspektif pelayanan publik. Data dan
informasi diperoleh melalui wawancara kepada narasumber. penelitian ini mengikuti
pemikiran kualitatif yang bersifat empirical inductive. Analisis data menggunakan grand
theory Public Service dengan pendekatan teori Public-Private Partnership (PPP).
USAID-Prioritas menggunakan pendekatan “Pengembangan Sekolah Secara
menyeluruh/whole school development yang berarti pengembangan yang melibatkan unsur
sekolah termasuk guru, kepala sekolah, masyarakat, dan siswa. 4) Pelatihan yang difasilitasi
oleh USAID-Prioritas adalah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dan Pembelajaran Aktif
yang terdiri atas Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM) untuk jenjang
pendidikan dasar, dan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
untuk jenjang pendidikan menegah yang mampu meningkatkan mutu pendidikan di level
pendidikan dasar. Peran aktor sekolah adalah sebagai koordinator, fasilitator, dan pengambil
keputusan terakhir serta membuka jaringan (networking) dengan pihak lain. Peran aktor
masyarakat sebagai pemberi persetujuan dan pengesahan dokumen hasil kesepakatan
bersama antar aktor, serta pengelola dana partisipasi masyarakat dan terhadap pelaksanaan
janji perbaikan pelayanan. Peran aktor privat sebagai pendukung dalam pengadaan fasilitas
perbaikan pelayanan sekolah; dan peran aktor global sebagai fasilitator dalam bentuk bantuan
teknis untuk perbaikan pelayanan sekolah. Rendahnya Komitmen Guru dan Tenaga Terhadap
Pelaksanaan Program. Pelaksanaan Program Kemitraan USAID-Prioritas termasuk baru
karena diperkenalkan di Kota Batu mulai tahun 2011, Kurangnya Pemahaman Program.
Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa tingkat keberhasilan suatu program baru, seperti
program Kemitraan USAID-Prioritas ini terletak atau tergantung pada apakah stakeholders
atau para aktor yang terlibat pelaksanaan program tersebut dapat memahami program secara
mendalam dan substantif atau tidak, serta kurangnya pemahaman makna bantuan teknis yang
menjadi faktor penghambat utama dalam pelaksanaan program kemitraan USAID-Prioritas
ini.
Pelaksanaan program Kemitraan USAID-Prioritas memberikan dampak positif
terhadap pembaharuan sistem pendidikan. Kurikulum merupakan kebijakan tetap yang
merupakan kewenangan dari pemerintah pusat yang tidak di abaikan oleh sekolah dalam
pelaksanan metode MBS, PAKEM dan CTL yang menjadi metode alternatif sekolah untuk
melakukan desentralisasi dibidang pendidikan. Tujuan dari program pembelajaran tersebut
akan mengarahkan sekolah menjadi lebih otonom dan partisipatif. Bukti pembaharuan yang
terjadi dari diterapkannya program kemitraan USAID-Prioritas di Kota Batu penyebabkan
munculnya dorongan bagi para unsur sekolah untuk melakukan perubahan positif pada sistem
pendidikan. Hal ini merupakan uoaya untuk member dorongan kepada para tenaga pendidik
(Guru) untuk dapat memiliki tambahan pengetahuan dan keterampilan untuk mewujudkan
sekolah yang otonom.
Hasil dari kerja sama USAID-Prioritas pemerintah Kota Batu secara garis besar
terlihat dengan adanya perubahan keadaan fisik dan nonfisik sekolah di Kota Batu sejak
pelaksanaan program Kemitraan USAID-Prioritas pada tahun 2012 hingga sekarang. Apabila
ada interaksi antar aktor: sekolah, masyarakat, privat dan global; ada aktor masyarakat:
anggota komite sekolah menjadi anggota lintas organisasi dan lintas sektor serta paguyuban
kelas diberi kesempatan untuk berpartisipasi pada pelaksanaan program sekolah baik di
dalam maupun di luar kelas; sekolah dapat mengatasi faktor penghambat; sekolah melakukan
pengembangan metode pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku, maka sekolah
dapat memperbaiki pelayanan dan mutu pendidikan secara berkelanjutan.
Summary

Efforts to improve education services at the city level are still not evenly distributed,
one example is in Batu City, which the author chose to be the location of this research. One
of the schools on the outskirts of Batu that can be seen is SDN Sumbergondo 2 Batu. Because
the location of the school is far from the center of urban activities, this school has received
less attention from the government so that the quality, facilities and infrastructure in the
process of teaching and learning activities are not good. The birth of the PPP (Public Private
Partnership) partnership program with the United States government institution, namely
USAID in the form of the USAID-Prioritas program. The USAID-Prioritas (Prioritizing
Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia's Teachers) program is part of
an agreement between the United States Government and the Government of the Republic of
Indonesia. The USAID-Prioritas program seeks to improve the quality and relevance of
learning in schools, improve education governance and management in schools and districts
or cities, increasing coordination support within and between schools, educational institutions
or teacher training and government at all levels.
Reforms in the field of education are directed at giving greater responsibility to the
bureaucracy in the regions to handle education directly by mobilizing full support for the
community (decentralization), as well as improving the internal dynamics of schools, this can
be done by providing greater opportunities for elements Elements at the school level such as
principals, teachers, parents and students, administrative staff, and carrying out daily school
administration (school autonomy), which is also known as the form of School-Based
Management (SBM). The formal concept of partnership is contained in Law No. 9 of 1995
which states that partnership is a collaboration between small and medium-sized businesses
or with large businesses by taking into account the principles of mutual need, mutual
strengthening and mutual benefit. This concept is reinforced in Government Regulation
No.44 of 1997 which explains that the ideal form of partnership is mutually reinforcing,
mutually beneficial and mutually supportive by referring to 3 key partnership/partnership
principles, namely the Equality Principle, the Openness Principle, and the Mutual Benefit
Principle.
This study uses a qualitative type of research in order to explore various information
about the dynamics of the Implementation of the USAID Priority Partnership Program in a
public service perspective, it will be endeavored to obtain comprehensive information
regarding interactions, responses, and views from various stakeholders in Batu City. holistic,
in-depth and in accordance with the conditions of Batu City. The focus of research in this
study is (1) Implementation of the USAID-Priority Partnership Program in aspects of
improving the quality of learning, governance and coordination between institutions, (2) The
role of each actor in the implementation of the USAID-Priority partnership program, (3)
Supporting factors and hindering the implementation of the USAID-Priority partnership
program in the field of education in the perspective of public services, and (4) the model of
the USAID-Priority partnership in the field of education in the perspective of public services.
Data and information were obtained through interviews with resource persons. This research
follows qualitative thinking that is empirically inductive. Data analysis used the grand theory
of Public Service with the approach of Public-Private Partnership (PPP) theory.
USAID-Prioritas uses the “Whole School Development” approach, which means
development that involves school elements including teachers, principals, communities, and
students. 4) The training facilitated by USAID-Prioritas is School-Based Management
(SBM), and Active Learning which consists of Active, Creative, and Fun Learning (PAKEM)
for basic education, and Contextual Teaching and Learning (CTL) for secondary education
level that is able to improve the quality of education at the basic education level. The roles of
school actors are as coordinators, facilitators, and final decision makers as well as opening
networks (networking) with other parties. The role of community actors as givers of approval
and ratification of documents resulting from mutual agreements between actors, as well as
managers of community participation funds and towards the implementation of service
improvement promises. The role of private actors as supporters in the provision of school
service improvement facilities; and the role of global actors as facilitators in the form of
technical assistance for the improvement of school services. Low Commitment of Teachers
and Personnel to Program Implementation. The implementation of the USAID-Priority
Partnership Program is new because it was introduced in Batu City starting in 2011, Lack of
Program Understanding. Based on the researcher's observations that the success rate of a new
program, such as the USAID-Priority Partnership program, lies or depends on whether the
stakeholders or actors involved in implementing the program can understand the program in
depth and substantively or not, and the lack of understanding of the meaning of technical
assistance is a factor. the main obstacle to the implementation of this USAID-Priority
partnership program.
The implementation of the USAID-Priority Partnership program has had a positive
impact on reforming the education system. The curriculum is a permanent policy which is the
authority of the central government which is not ignored by schools in implementing the
SBM, PAKEM and CTL methods which are alternative methods for schools to decentralize
the field of education. The purpose of the learning program is to direct schools to be more
autonomous and participatory. Evidence of reforms that occurred from the implementation of
the USAID-Prioritas partnership program in Batu City caused the emergence of an impetus
for school elements to make positive changes to the education system. This is an effort to
encourage educators (teachers) to be able to have additional knowledge and skills to create an
autonomous school.
The results of the USAID-Prioritas cooperation with the Batu City government are
broadly seen in the changes in the physical and non-physical conditions of schools in Batu
City since the implementation of the USAID-Prioritas Partnership program in 2012 until
now. If there is interaction between actors: school, community, private and global; there are
community actors: school committee members become members of cross-organizational and
cross-sectoral and class associations given the opportunity to participate in the
implementation of school programs both inside and outside the classroom; schools can
overcome inhibiting factors; schools develop learning methods in accordance with the
applicable curriculum, so schools can improve services and quality of education on an
ongoing basis.

Anda mungkin juga menyukai