pada rehabilitasi luka bakar • Mahasiswa mampu melakukan peran Ft pada rehabilitasi luka bakar STANDAR REHABILITASI MANAJEMEN PELAYANAN FT PADA LUKA BAKAR • Rehabilitasi pada Fase Akut - standar 1 : A. kriteria umum - standar 1 : B. kriteria pernafasan - standar 1 : C. kriteria rehabilitasi - standar 2 • Rehabilitasi pada Fase Intermediet - standar 3 • Fase Re-integrasi - standar 4 • Rehabilitasi pada Fase Akhir - standar 5 • Fase Rekonstruksi -standar 6 - standar 6 : pre op - standar 6 : post op REHABILITASI PADA FASE AKUT • Pada fase akut, banyak pasien luka bakar memerlukan perawatan medis yang intensif, terutama pasien dengan area luka bakar yang luas dan atau pasien dengan trauma inhalasi. • Trauma luka bakar dalam tahap awal penyembuhan :pergantian balutan yang berkali-kali/sesering mungkin dan sering dilakukan tindakan operatif. • Pasien dapat memperlihatkan/menunjukkan tanda dan gejala yang potensial berefek pada sistem besar dalam tubuh termasuk sistem respirasi, neurologi, orthopedi dan kardiovasculer. • Banyak pasien akan terpengaruh psikologinya meskipun ini tidak bisa terlihat secara jelas smpai akhir. STANDAR I • Manajemen terapiutik pasien luka bakar ditentukan oleh ketelitian assessment dan rumusan yang detail dari setiap masalah, tujuan intervensi/treatment dan detail intervensi, manajemen perencanaan. A. KRETERIA UMUM • Berikut informasi yang di kumpulkan dan didokumentasikan secara jelas dan singkat. : • Riwayat kondisi - lokasi insiden(rumah, tempat kerja dll) - tanggal dan waktu dan penyebb luka bakar - merokok atau yang menganggu pernapasan - trauma tambahan(patah tulang, trauma kepala) - % TBSA,area luka bakar, kedalaman luka bakar (skala luka bakar) - treatment saat itu - tanggal masuk pasien - tanggal untuk pengobatan - tanggal operasi (termasuk detail prosedur operasi, nama ahli bedah) • Riwayat pengobatan - termasuk riwayat pengobatan yang relevant sebelumnya : pernapasan, jantung, saraf, ortopedi atau masalah psikiatri. • Riwayat obat - pengobatan pasien sebelum sampai masuk - alergi • Riwayat Sosial - tangan yang dominan (khusus untuk luka bakar daerah ektremitas atas) - perokok/ mantan perokok/bukan perokok - dengan siapa pasien tinggal - mobilitas sblm luka bakar (pakai alat bantu jalan) dan fungsional - tahapan tumbuh kembang (khusus pediatri) - agama - perlindungan anak (khusus pediatrik) B. Kreteria Pernafasan • Jika pasien diduga atau diketahui mengalami trauma inhalasi • Jika pasien mempunyai masalah pernafasan sebelumnya • Jika pasien dengan masalah pernafasan lainya akibat dari trauma luka bakar (pembengkakan paru2) • Assessment pernafasan dilakukan untuk segera menentukan intervensi yang dibutuhkan oleh pasien. Assessment ini dilakukan dan didokumentasikan dalam 24 jam dari pasien masuk (RS). C. Kreteria Rehabilitasi • Pemeriksaan muskuloskeletal dilakukan untuk menetukan segera intervensi yang dibutuhkan oleh pasien.tingkat kesadaran pasien harus jelas dicatat saat memulai pemeriksaan. Pasien Sadar, non paralysed • Persepsi pasien terhadap nyeri. • Observasi cardiovaskuler/temperatur • Posisi pasien • Pemakaian drains, catheter dll • Luka terbuka • Pemakaian balutan • Lokasi odema • posisi tangan saat istirahat (luka bakar ektremitas atas) • Aktif ROM • Pasif ROM • Transfer/pemeriksaan gait • Pemeriksaan kemapuan fungsional dasar (makan,toileting) • pengaruh thd status psikologi • Pemeriksaan lain (status neurologi) Pasien gangguan kesadaran,paralysed • Pemeriksaan padadasarnya sama seperti di atas, tetapi pemeriksaan aktif ROM, pemeriksaan Gait, Fungsional dan psikologi tdk bisa dilakukan pada kondisi ini. STANDAR 2 • Intervensi/penanganan individu/pasien fase akut atau program menejemn diterapkan berdasarkan pemeriksaan/assessment pasien. • Program ini dikembangkan dalam hubungan dengan pasien dan atau kluarga pasien. • Program ini diberikan secara khusus, termasuk beberapa/semua teknik intervensi pengobatan dan modalitas : chest Fisioterapi, limb elevation, correct positioning,splinting, active/passive exercises, functional/play activities dan pasien atau family education dan support. Splinting and positioning • Saat kulit terbakar dan bekas luka aktif berkontraksi selama berjam-jam,berhari-hari atau berminggu-minggu, Splinting dan Positioning adalah aspek penting dari terapi luka bakar. • Splinting dan Positioning mungkin diperlukan tergantung pada lokasi dan keparahan cedera dan kemampuan pasien untuk bekerja sama secara aktif. • Indikasi splinting dipengaruhi oleh berpotensi menimbulkan bekas luka dan kontraksi serta kemampuan pasien untuk mempertahankan rentang Gerakan secara mandiri. • splinting dapat digunakan pada skin graft untuk memungkinkan cangkok tumbuh sampai stabil, ini biasanya 5-7 hari. Tujuan
• Untuk immobilisasi cangkok kulit setelah
operasi. • Mencegah kontraktur kulit dan tendon. • Untuk mempertahankan lingkup sendi saat pasien tidak mampu untuk melakukannya mis. pasca operasi, di ICU • Untuk mencegah deformitas jangka panjang. Exercise • Latihan bertujuan untuk mempertahankan dan mendapatkan kembali lingkup gerak sendi,kekuatan, toleransi latihan dan fungsi yang optimal. • Biasanya pasien luka bakar mengalami penurunan dalam kinerja latihan, toleransi dan kekuatan karena tirah baring lama, imobilisasi (untuk melindungi cangkok baru) serta buruk kesadaran dan kemampuan untuk mematuhi pengobatan. • Faktor lain yang memengaruhi partisipasi aktif dalam latihan termasuk nyeri, penyembuhan luka lambat dan luka kerusakan. Lanjutan • Latihan meliputi ambulasi, pelatihan ulang fungsional,latihan ROM, penguatan Bentuk apapun dr aktivitas fisik bisa menjadi bentuk latihan. • Latihan harus dimulai sedini mungkin • Lanjutkan latihan pada fase akut, menengah, dan Panjang fase perawatan, dengan dosis latihan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pasien. NB • perawatan gerak/ROM akan diperlukan sampai bekas luka matang biasanya 12-18 bulan pasca luka bakar, • namun ini bias bervariasi pd setiap individu. Intervention Range of movement • ROM aktif dapat diberikan secepat/sesegera mungkin. Active-assisted ROM dan ROM pasif berguna untuk menambh lingkup gerak sendi terutama jika pasien tidak dapat berpartisipasi secara aktif. • Peregangan perlu pengulangan yang rendah tetapi durasinya lama. • Lokasi luka bakar penting untuk diperhatikan untuk memprediksi potensi jaringan parut dan kontraktur sendi. Strength • Prinsip latihan kekuatan setelah cedera luka bakar adalah tidak berbeda dengan latihan kekuatan setelah cedera lain mis. cedera muskuloskeletal. • Resistensi juga dapat dibuat dengan tambahan seperti resistance band (misalnya Theraband), • Senam di tempat tidur dapat digunakan jika pasien tidak mampu melakukan latihan penguatan lain yang lebih efektif. • Peralihan dari fase rehabilitasi akut ke fase intermediet berbeda pada setiap pasien, tergantung banyak faktor misal : ukuran dari luka bakar, tingkat berat-ringannya dan keterlibatan sistem tubuh. • Banyak pasien sbg contoh dengan % luka bakar kecil akan masuk fase ini sesegera mungkin (bisa dalam bbrp minggu atau sebulan) untuk menjdi status kondisi kesehatan yang stabil. • Pada fase ini fokus utama pengobatan adalah aktivitas dan fungsi. STANDAR 3 • Integrasi tim kerja multi disipliner luka bakar. • Luka bakar/bekas luka di periksa dan di dokumentasikan paling sedikit seminggu sekali baik pasien rawat inap atau pun rawat jalan. • Pada pasein rawat jalan yang kehadiranya tdk teratur pemeriksaan/dokumentasi luka bakar atau bekas luka dikalakukan setiap kunjungan. • Yang perlu di periksa lokasi luka yng terlihat.(jika luka masih terbuka) - lihat ada infeksi apa tdk • Lokasi bekas luka yg terlihat. - pengukuran luas area - foto • Pemeriksaan Fisik dan cognitif - nyeri : subjektif/objektif pengukuran - gangguan sensasi : objektif pengukuran - aktif ROM : Gonio - pasif ROM: Gonio - kekuatan otot - cognitif - dll • Fase Reintegrasi biasanya masuk kedalam fase rehabilitasi intermediet dan fokus pada pengembalian status sosial dan pengembalian berangsur-angsur maksimal fungsional dan kemandirian. • Pasien dengan luka bakar yang luas dan atau dengan masalah psikologi yang kompleks akan sllu memerlukan bantuan untuk terlibat kembali dalam integrasi sosial (cedera yng berat) STANDAR 4 • terapi Home programme Kemadirian pasien dan fungsional pasien • Pada fase akhir rehabilitasi, luka bakar biasanya sudah sembuh dan ditekankan pada manejemn belas luka, pengembalian fungsi scara maksimal/kemandirian dan dilanjutkan dukungan scara psikologis. • Bagi individu dengan bekas luka bakar yang signifikan/masalah psikologis yng kompleks pada fase ini dapat berlanjut smpai bbrp bulan atau tahun (misal px anak) STANDAR 5 • Implementasi terapi pada menejemn modalitas/teknik luas bekas luka bakar menjadi dasar pemeriksaan pasien termasuk massage jaringan parut, splinting dan stretching. RECONSTRUCTIVE PHASE • Fase rekonstruksi dapat selama fase akhir dari rehabilitasi. Pasien luka bakar dengan berikut masalhnya biasanya akan di tawarkan operasi rekonstruksi. : - jaringan parut yg mengganggu secara kosmetik - hipersensitif / nyeri jaringan parut luka bakar - jaringan parut yg menyebbkan kontraktur sendi - jaringan parut yg menyebbkan keterbatasnan fungsi • Banyak anak dengan luka bakar major akan menjalani operasi rekonstruksi dengan jarak yang teratur sepanjang masa anak2. tidak ada batas waktu rekonstruksi, tentu saja bbrp pasien memilih untuk menjalani rekonstruksi bbrp tahun setelah awal mreka luka bakar. STANDAR 6 • Manajemen program/intervensi suatu individu di susun dan diimplementasikan oleh fisioterapis luka bakar. • Ini didasari pada ketelitian pemeriksaan pre dan post OP dan detail susunan masalh/tujuan intervensi dan intervensi/manajemen perencanaan • Program ini di tujukan ke pd pasien dan klurga pasein • Pre-op - pemeriksaan Fisik harus dilakukan dan didokumentasikan.(sesuai standar 5) - kerja tim multidisipliner • Post-op - kembali ke standar 1C jika post-op terdapat gangguan penafasan lihat standar 1B - implementasi intervensi individu: standar 2 - begitu seterusnya smpai sndar 5 LT • Seorang anak laki-laki 9 tahun mengalami luka bakar di area lengan bawah kanan dan kiri serta pada pagian punggung , sehingga kedua lengan bawah harus di amputasi. Anak tersebut tidak bisa makan,berpakaian,minum, anak tersebut juga belum bisa mengikuti pelajaran di sekolahnya. Selama menjalani perawatan orang tua anak tersebut selalu memberikan semangt kepada anaknya. Anak tersenut mengeluh nyeri pada area punggung • Tentukan pemeriksaan dan penanganan rehabilitasi Ft pada kondisi tersebut Ketentuan LT: Berdasarkan sekenario di atas tentukan : • Tentukan Body Functions and Body Structures dapa kondisi tersebut! • Tentukan activity limitations pada kondisi tersebut! • Tentukan Participation restrictions pada kondisi di atas! • Apakah ada komponen Environmental factors pada kondisi di atas, jelaskan! • Tentukan pemeriksaan dan penanganan rehabilitasi Ft pada kondisi tersebut.