Anda di halaman 1dari 4

KOMITMEN ORGANISASI

komitmen organisasi (Organizational Commitment) adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana
seseorang individu mengenal dan terikat pada organisasi

Fred Luthan (Baron, A.R. & Greenberg, J., 2000) misalnya, mendefinisikan komitmen organisasi
sebagai suatu keinginan kuat anggota organisasi karena peran organisasi yang juga mendukung
anggota organisasi tersebut. Dengan kata lain, komitmen organisasi merupakan sikap yang
merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota
organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan
yang berkelanjutan

okoh lain Woodman, Sawyer, dan Griffin (Baron, A.R. & Greenberg, J., 2000), berpendapat bahwa
komitmen organisasi lebih pada kreativitas dalam organisasi yang merupakan kreativitas kelompok,
yang memungkinkan adanya individu-individu saling 37 bekerja sama dalam situasi atau lingkungan
yang saling mendukung.

Schermerhorn (2005:385) merumuskan pengertian komitmen organisasi secara singkat, yaitu


kesetiaan seorang individu kepada organisasi. “The loyalty of an individual to the organization”.

Kinicki & Kreitner, (2003:129) Individu dengan komitmen yang tinggi akan kuat identifikasinya
dengan organisasi dan mendapatkan kebanggaan sebagai anggota. Adanya kebanggaan sebagai
anggota organisasi, pekerja tidak hanya sekedar bekerja, tetapi disertai keberpihakan pada
organisasi, serta berniat untuk memelihara keanggotaannya dalam organisasi itu (Robbins, 2005:79).

obbins & Coulter juga menyatakan bahwa komitmen organisasi menggambarkan orientasi pekerja ke
arah organisasi, berkenaan dengan kesetiaan, identifikasi, dan keterlibatannya dalam organisasi.

komitmen terhadap organisasi mencakup identifikasi dengan tujuan yang akan dicapai oleh
organisasi, perasaan pekerja atas keterlibatannya dalam tugas-tugas yang harus diemban dalam
organisasi, serta perasaan pekerja atas loyalitasnya terhadap organisasi

Komitmen terhadap organisasi yang tinggi, dapat memberi dampak positif bagi organisasi, yaitu
dapat meningkatkan produktivitas (Kreitner & Kinicki, 1998:542).

Bagi pekerja dengan komitmen yang kuat terhadap organisasi, pada umumnya tidak akan melakukan
pemutusan hubungan kerja untuk mencari dan memperoleh pekerjaan pada organisasi lain(Gibson,
Ivancevich & Donnelly, 1997:186). Pergantian pekerja yang terlalu sering akan menambah biaya
organisasi, yaitu untuk biaya untuk proses penerimaan pekerja baru, seperti biaya iklan, seleksi dan
pelatihan yang diperlukan bagi pekerja baru. Di samping itu, pekerja baru umumnya kurang terampil
dibandingkan dengan pekerja lama. Dengan demikian biaya monitoring bagi pekerja baru, juga
menjadi lebih besar. Sebaliknya, pekerja dengan komitmen yang kuat terhadap Pengembangan
Sumber Daya Manusia 31 organisasi, dapat mengintegrasikan tujuan pribadi dengan tujuan
organisasi

Pergantian pekerja yang terlalu sering akan menambah biaya organisasi, yaitu untuk biaya untuk
proses penerimaan pekerja baru, seperti biaya iklan, seleksi dan pelatihan yang diperlukan bagi
pekerja baru. Di samping itu, pekerja baru umumnya kurang terampil dibandingkan dengan pekerja
lama. Dengan demikian biaya monitoring bagi pekerja baru, juga menjadi lebih besar. Sebaliknya,
pekerja dengan komitmen yang kuat terhadap Pengembangan Sumber Daya Manusia 31 organisasi,
dapat mengintegrasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi

Upaya Peningkatan Komitmen Organisasi

Imbalan intrinsik penting untuk meningkatkan komitmen pekerja terhadap organisasi. (Gibson,
Ivancevich & Donnelly, 1997:187). Imbalan intrinsik kepada pekerja dapat berbentuk pemenuhan
kebutuhan pekerja dengan memberikan kesempatan untuk berprestasi, serta mengakui prestasi
yang telah ditunjukkan oleh pekerja

Untuk dapat meningkatkan kinerja para pekerja, perlu dipahami tentang faktor -faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat komitmen pekerja terhadap organisasi, yaitu (1) sistem imbalan intrinsik, (2)
integrasi kepentingan pribadi pekerja dengan kepentingan organisasi, dan (3) rancangan jabatan
yang menantang (Gibson, Ivancevich & Donnelly, 1997:187).

Untuk meningkatkan komitmen pekerja terhadap organisasi, perlu diupayakan untuk meningkatkan
masukan dari pekerja kepada organisasi, agar para pekerja merasa bahwa suara mereka didengarkan

KONSEP KOMITMEN ORGANISASI

a keberhasilan pengelolaan organisasi sangatlah ditentukan oleh keberhasilan dalam mengelola


komitmen sumber daya manusia. Seberapa jauh komitmen karyawan terhadap organisasi tempat
mereka bekerja, sangatlah menentukan organisasi itu dalam mencapai tujuannya. Sehingga tidak
jarang, orang diangkat untuk menduduki jabatan tertentu pastilah mereka yang mempunyai
komitmen atau loyalitas yang tinggi terhadap organisasi.

komitmen karyawan terhadap organisasi sangat penting, karena jika para tenaga kerja berkomitmen
pada organisasi, mereka akan lebih produktif. Tanpa ada komitmen yang tinggi yang dimiliki oleh
karyawan, maka tidak akan ada kinerja yang dihasilkan oleh karyawan tersebut. Menurut Mathis dan
Jackson (2001), komitmen organisasi merupakan tingkat kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja
terhadap tujuan organisasi dan mempunyai keinginan untuk tetap ada di dalam organisasi tersebut.
Ketika karyawan tidak mempunyai komitmen terhadap organisasi, maka mereka akan bekerja secara
acuh tak acuh, dan tidak akan mampu menghasilkan kinerja yang tinggi yang pada akhirnya mereka
akan meninggalkan organisasi, baik karena kesadaran sendiri maupun diberhentikan oleh
perusahaan. (Suryaman, 2016)

Suryaman (2016) menyitir dari berbagai ahli dalam menjelaskan komitmen organisasi, di antaranya
mengambil pendapat dari Steers & Porter (2005) yang menjelaskan bahwa komitmen organisasi
sebagai: 1. identification (kepercayaan terhadap nilai- nilai organisasi), 2. job involvement (kesediaan
untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi), dan 3. loyalty (keinginan untuk tetap
menjadi anggota organisasi bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang karyawan terhadap
organisasinya.

Colarelli dan Bishop (dalam Riveros dan Tsai, 2011) menjelaskan bahwa, komitmen organisasi
dipahami sebagai komitmen terhadap tujuan institusi dan organisasi. Dengan kata lain, komitmen
organisasi lebih mengarah pada komitmen para anggota organisasi untuk berusaha keras mencapai
tujuan institusi atau organisasi.

Berdasarkan beberapa konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa komitmen organisasional


merupakan perwujudan dari kerelaan, kesadaran, dan keikhlasan seseorang untuk terikat dan selalu
berada di dalam organisasi yang digambarkan oleh besarnya usaha, tekad, dan keyakinan dapat
mencapai visi, misi, dan tujuan bersama

PERAN KOMITMEN ORGANISASI

Khan et. al. (2010) berpendapat, bahwa komitmen organisasi berhubungan sangat erat dengan
kinerja karyawan. Artinya, semakin tinggi komitmen organisasi seseorang, akan mampu
meningkatkan kinerja karyawan, dan sebaliknya, semakin rendah komitmen organisasi, semakin
rendah pula kinerja karyawan tersebut. Khan et. al. (2010: 293) juga berpendapat, bahwa komitmen
organisasi merupakan komponen yang paling penting untuk meningkatkan kinerja organisasi. Pada
sebagian besar organisasi yang tingkat stresnya tinggi, akan berakibat pada rendahnya kepuasan dan
rendahnya produktivitas kerja serta rendahnya komitmen organisasi. Sebaliknya, pada organisasi
yang tingkat komunikasi interpersonalnya tinggi, akan meningkatkan komitmen organisasi yang pada
akhirnya akan meningkatkan kinerja organisasi. Hal ini berarti komitmen dapat meningkatkan kinerja
organisasi, dan sebaliknya. Semakin rendah komitmen anggota organisasi semakin rendah pula
kinerja anggota organisasi tersebut.

INDIKATOR KOMITMEN

Pengukuran komitmen organisasional dalam suatu penelitian dapat menggunakan dimensi yang
dikembangkan oleh Allen dan Meyer (2001: 64), yang menyatakan bahwa dimensi yang dapat diukur
dari komitmen organisasional pegawai ialah: 1. komitmen afektif; 2. komitmen kontinu; dan 3.
komitmen normatif.

Komponen afektif terdiri dari indikator-indikator: (a) karakteristik personal; (b) karakteristik struktur
organisasi; (c) karakteristik hubungan kerja; (d) pengalaman kerja; (e) kepercayaan yang kuat dan
menerima nilai dan tujuan organisasi; (f) kerelaan menggunakan upaya demi kepentingan organisasi;
dan (g) keinginan yang kuat untuk menjaga keanggotaan dalam organisasi. 2. Komponen kontinu
terdiri dari indikator-indikator: (a) keuntungan bila seseorang tetap tinggal sebagai anggota
organisasi; dan (b) kerugian bila ia meninggalkan organisasi. 3. Komponen normatif meliputi
indikator-indikator: (a) sosialisasi (budaya, keakraban antar-anggota); dan (b) investasi di dalam
organisasi.

Apabila menggunakan teori yang dikemukakan oleh Steers (2005), maka instrumen komitmen
organisasi dapat dikembangkan dengan tiga dimensi utama, yaitu: (1) identifikasi; (2) keterlibatan;
dan (3) loyalitas terhadap organisasi atau perusahaannya. 1. Identifikasi merupakan keyakinan dan
penerimaan terhadap serangkaian nilai dan tujuan organisasi. Dimensi ini tecermin dalam beberapa
indikator seperti: a. adanya kesamaan nilai dan tujuan pribadi dengan nilai dan tujuan organisasi; b.
penerimaan terhadap kebijakan organisasi; c. adanya kebanggaan menjadi bagian dari organisasi; d.
proporsi perusahaan memasukkan kebutuhan dan keinginan karyawan dalam tujuan organisasinya;
e. suasana saling mendukung di antara para karyawan dengan organisasi; f. kerelaan karyawan
menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan organisasi; dan g. penerimaan karyawan terhadap
tujuan organisasi. 2. Keterlibatan yaitu keinginan yang kuat untuk berusaha demi kepentingan
organisasi. Hal ini tecermin dari indikator-indikator: a. usaha karyawan untuk menerima dan
melaksanakan setiap tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya; b. usaha karyawan untuk
melaksanakan tugas-tugasnya; c. dorongan karyawan untuk melakukan pekerjaan di luar tugas dan
peran yang dimilikinya apabila bantuannya dibutuhkan oleh organisasi; c. bekerja sama baik dengan
pimpinan maupun dengan sesama teman kerja; d. partisipasi karyawan dalam berbagai kesempatan
pembuatan keputusan; e. keyakinan karyawan bahwa apa yang telah diputuskan adalah merupakan
keputusan bersama; f. tingkat keterlibatan karyawan dalam merumuskan tujuan orga84 II Bab 5 •
Komitmen Organisasi I nisasi; dan g. keengganan absen meskipun mereka sakit hingga benar-benar
tidak dapat masuk kerja. 3. Loyalitas karyawan terhadap organisasi memiliki indikator: a. kesediaan
seorang untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi; b. kesediaan seseorang untuk
mengorbankan kepentingan pribadinya demi mencapai kesuksesan dan keberhasilan organisasi
terse but; c. kesediaan karyawan untuk mempertahankan diri bekerja dalam perusahaan; d.
perasaan karyawan akan adanya keamanan; dan e. kepuasan karyawan di dalam organisasi tempat
ia bergabung untuk bekerja.

Anda mungkin juga menyukai