Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PEMBERIAN OKSIGENASI


RSUD dr.LOEKMONO HADI KUDUS
DI RUANG BOUGENVILLE 2

Di Susun Oleh :
Nama : Della Ayu Setyorini
NIM : 92022040032
Kelompok : 2

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2022/2023
Jalan Ganesha l Purwosari Kudus, Jawa Tengah, 59316 | Email: umkudus.ac.id
A. PENGERTIAN
Oksigen merupakan salah satu kebutuhan yang diperlukan dalam proses
kehidupan karena oksigen sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh.
Kebutuhan oksigen didalam tubuh harus terpenuhi karena apabila berkurang maka
akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan apabila berlangsung lama akan
menyebabkan kematian Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat
dilakukan dengan cara pemberian oksigen melalui saluran pernafasan, pembebasan
jalan nafas dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen, memulihkan dan
memperbaiki organ pernafasan agar berfungsi secara normal(Budyasih, 2014)
Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh
bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen
merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua proses
penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta pembiakan hanya berlaku
apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (Eki, 2017)
Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem
tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara
alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran
gas antara individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara
untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk
mengeluarkan karbon dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan
kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari.
Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis,
perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Pradana, 2019).
B. ETIOLOGI
1. Faktor Fisiologis
a. Penurunan kapasitas angkut O₂
Secara fisiologis, daya angkut hemoglobin untuk membawa O ke
jaringan adalah 97%. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-
waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya, pada penderita
anemia atau pada saat yang terpapar racun. Kondisi tersebutdapat
mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O₂.
b. Penurunan Konsentrasi O₂ inspirasi
Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapidan penurunan
kadar O₂ inspirasi.
c. Hipovolemik
Kondisi ini disebabkan oleh penurunan volume sirkulasi darah akibat
kehilangan cairan ekstraselular yang berlebihan.
d. Peningkatan Laju Metabolik
Kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus-
menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya, tubuh
mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan massa otot.
e. Kondisi Lainnya
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada, seperti
kehamilan, obesitas, abnormalitas musculoskeletal, trauma, penyakit otot,
penyakit susunan saraf, gangguan saraf pusat dan penyakit kronis.
2. Faktor perkembangan
a. Bayi prematur
Bayi yang lahir prematur berisiko menderita penyakit membran hialin
yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang
membatasi ujung saluran pernafasan. Kondisi ini disebabkan oleh produksi
surfaktan yang masih sedikit karena kemampuan paru menyintesis surfaktan
baru berkembang pada trimester akhir.
b. Bayi dan anak-anak
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran pernapasan atas,
seperti faringitis, influenza, tonsilitis, dan aspirasi benda asing (misal:
makanan, permen dan lain-lain).
c. Anak usia sekolah dan remaja
Kelompok usia ini berisiko mengalami infeksi saluran napas akut
akibat kebiasaan buruk, seperti merokok.
d. Dewasa muda dan paruh baya
Kondisi stress, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang
berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit
jantung dan paru pada kelompok usia ini.
e. Lansia
Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan
fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastis paru, pelebaran alveolus,
dilatasi saluran bronkus dan kifosis tulang belakang yang menghambat
ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O₂.
3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi
paru, sedangkan malnutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot
pernapasan yang akan mengurangi kekuatan kerja pernapasan.
b. Olahraga
Latihan fisik akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung
dan kedalaman serta frekuensi pernapasan yang akan meningkatkan
kebutuhan oksigen.
c. Ketergantungan zat adiktif
Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat
mengganggu oksigenasi. Hal ini terjadi karena :
1) Alkohol dan obat-obatan daoat menekan pusat pernapasan dan susunan saraf
pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernapasan.
2) Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat
mendepresi pusat pernapasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman
pernafasan.
d. Emosi
Perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan
merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernapasan sehingga kebutuhan
oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan
kedalaman pernapasan.
e. Gaya hidup
Kebiasaan merokok dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskulrisasi
perifer dan penyakit jantung. Selain itu nikotin yang terkandung dalam rokok
bisa mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
4. Faktor Lingkungan
a. Suhu
Faktor suhu dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan
Hb dan O₂. Dengan kata lain, suhu lingkungan juga bisa memengaruhi
kebutuhan oksigen seseorang.
b. Ketinggian
Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara
sehingga tekanan oksigen juga ikut turun. Akibatnya, orang yang tinggal di
dataran tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernapasan dan
denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen.
c. Polusi
Polusi udara, seperti asap atau debu seringkali menyebabkan sakit
kepala, pusing, batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada
orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur
berisiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat-zat berbahaya.
C. TANDA & GEJALA/ MANIFESTASI KLINIS
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda
gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas
tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung),
dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh
menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior- posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan
kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif
sehingga menjadi gangguan oksigenasi.
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS
abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman),
hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi,
irama dan kedalaman nafas.
D. PATHOFISIOLOGI
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi. Proses
ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke
paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard
juga dapat mempengaruhi pertukaran gas(Sasmi, 2016).
E. PATHOFLOW
Factor lingkungan (udara,
bakteri, virus, jamur) masuk
melalui saluran nafas

Infeksi dan peradangan

Hipersekresi kelenjar Kontraksi otot-otot polos


mukosa saluran pernafasan

Akumulasi secret Penyempitan saluran


berlebihan pernafasan

Gangguan penerimaan O2 Keletihan otot


dan Pengeluaran CO2 pernafasan

Dispnea, fase ekspirasi Dispneas, GDA, abnormal, hiperkapnia,


memanjang, ortopnea, hipoksemia, hipoksia, konfusi, nafas cuping
kapasias paru menurun, pola hidung, pola pernafasan abnormal, sianosis
nafas abnormal, takipnea,
hiperventilasi, pernafasan
sukar Pola nafas tidak efektif

Penggunaan alat bantu Gangguan mobilitas


Gangguan Pertukaran nafas fisik
gas
Bersihan jalan nafas tidak efektif
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Pemeriksaan GDA
3. Oksimetri
4. Sinar X dada
5. Bronkoskopi
6. Endoskopi
7. Fluoroskopi
8. CT-Scan
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi oksigen adalah tindakan pemberian oksigen melebihi
pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi
oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah respirasi
respiratorik, mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja napas dan kerja
otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %.
Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :
1. Perubahan frekuensi atau pola napas
2. Perubahan atau gangguan pertukaran gas
3. Hipoksemia
4. Menurunnya kerja napas
5. Menurunnya kerja miokard
6. Trauma berat
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa
metode, diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi
dada, napas dalam dan batuk efektif, dan penghisapan lender atau subtioning.
a. Inhalasi oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan
dengan menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada
pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal,
dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencega
terjadinya hipoksia.
Terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah dan
sistem aliran tinggi.
1) Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan
oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola
pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya
dengan menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana,
sungkup muka dengan kantong rebreathing dan sungkup muka
dengan kantong non rebreathing.
a) Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat
memberikan oksigen dengan aliran 1 -6 liter/menit dan
konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.
b) Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling
atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi
oksigen 40 - 60 %.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki
kantong yang terus mengembang baik pada saat
inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi,
oksigen akan masuk dari sungkup melalui lubang antara
sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari
udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada
kantong. Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit, dengan
konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup,
satu katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada
saat ekspirasi dan satu katup yang fungsinya mencegah
udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10
– 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%
2) Sistem aliran tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2
lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan,
sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat
dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan
ventury mask atau sungkup muka dengan ventury dengan aliran
sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan
ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan
alat yang memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai
dengan warna alat, misalnya : warna biru 24%, putih 28%,
jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan hijau 60%.
b. Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
dengan cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien
dengan gangguan sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan
tujuan meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan
jalan napas (Eki, 2017).
1) Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada
punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan
penuh yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan
melepaskan sekret pada dinding bronkus sehingga pernapasan
menjadi lancar.
2) Vibrasi
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara
memberikan getaran yang kuat dengan menggunakan kedua
tangan yang diletakkan pada dada pasien secara mendatar,
tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara
yang dihembuskan sehingga sputum yang ada dalam bronkus
terlepas.
3) Postural drainase
Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran
sekret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya
gravitasi bumi dan dalam pengeluaran sekret tersebut
dibutuhkan posisi berbeda pada stiap segmen paru.
4) Napas dalam dan batuk efektif
Merupakan cara bernapas untuk memperbaiki ventilasi alveolus
atau memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasis,
meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress. Latihan
batuk efektif merupakan cara yang dilakukan untuk melatih
pasien untuk memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan
tujuan untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari
sekret atau benda asing di jalan napas (Eki, 2017)
5) Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan
sekret atau lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen
(Eki, 2017)
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas, Umur, Jenis Kelamin
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering muncul pada klien gangguan kebutuhan
oksigenasi adalah sebagai berikut:
1) Batuk
2) Peningkatan produksi sputum
3) Dispnea
4) Hemoptysis
5) Mengi
6) Chest pain
c. Riwayat Penyakit Saat Ini
Pengkajian riwayat penyakit saat ini seperti menanyakan tentang riwayat
penyakit sejak timbulnya keluhan hingga pasien meminta pertolongan.
Misal sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan
tersebut terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan
pertama kali timbul, apa yang dilakukan ketika keluhan ini terjadi,
keadaan apa yang memperberat atau memperingan keluhan, adakah usaha
untuk mengatasi keluhan ini sebelum meminta pertolongan, berhasil atau
tidak usaha tersebut.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu memberikan data tentang informasi kesehatan
klien. Kaji klien tentang kondisi kronis manifestasi pernapasan, karena
kondisi ini memberikan petunjuk tentang penyebab masalah baru.
Dapatkan pula informasi tentang sejak kapan terjadi penyakit, apakah
pasien pernah dirawat sebelumnya, dengan penyakit apa, apakah pernah
mengalami penyakit yang berat, apakah pernah mempunyai keluhan yang
sama
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian riwayat keluarga pada pasien dengan gangguan oksigenasi
sangat penting untuk mendukung keluhan dari penderita. Perlu dicari
riwayat keluarga yang memberikan predisposisi keluhan kepada pasien.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Mata
a) Lesi kuning pada kelopak mata
b) Konjungtiva pucat
c) Konjungtiva sianosis
2) Hidung
a) Pernapasan dengan cuping hidung
b) Membrane mukosa sianosis
c) Bernapas dengan mengerutkan mulut
3) Kulit
a) Sianosis perifer
b) Penurunan turgor
4) Jari dan kuku
a) Sianosis perifer
b) Clubbing perifer
5) Dada dan Thoraks
a) Inspeksi
Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk, dan
kesimetrisan ekspansi serta keadaan kulit. Inspeksi pada
dada bisa dikerjakan pada saat bergerak aray pada saat
diam. Amati juga pergerakan pernapasan klien. Sedangkan
untuk mengamati adanya kelainan tulang punggung baik
kifosis, skoliosis, maupun lordosis, akan lebih mudah
dilakukan pada saat bergerak dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui frekuensi (eupnea, bradipnea, dan
takipnea), sifat (pernapasan dada, diafragma, stoke,
kussmaul, dll).
b) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan
dada, mengobservasi abnormalitas, mengidentifikassi
keadaan kulit, dan mengetahui taktil fermitus. Kaji
abnormalitas saat inspeksi seperti: masa, lesi, dan bengkak.
Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh
nyeri. Taktil fremitus (getaran pada dinding dada yang
dihasilkan ketika berbicara).
c) Perkusi
Perkusi langsung yakni pemeriksaan memukul thoraks
klien dengan bagian palmar jaritengan keempatujung jari
tangannya.
Perkusi tak langsung, yakni pemeriksa menempelkan suatu
objek padat yang disebut pleksimeter pada dada klien, lalu
sebuah objek lain yang disebut pleskor untuk memukul
pleksimeter tadi, sehingga menimbulkan suara. Suara
perkusi pada klien tuberkulosis paru biasanya hipersonor
yaitu bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan
dan timbul pada bagian paru yang berisi udara.
d) Auskultasi
Terdapat bunyi tambahan seperti ronkhi pada daerah yang
sakit.
6) Sistem gastrointestinal
Pengkajian untuk mengetahui adakah polifagi, polidipsi, mual,
muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
7) Sistem urinary
Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem musculoskeletal
Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi
badan, apakah cepat lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya
gangren di ekstrimitas.
9) Sistem neurologis
Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, dan disorientasi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pola nafas tidak efektif b/d hambatan upaya nafas
2) Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi perfusi
3) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan secret
4) Gangguan mobilitas fisik b.d penggunaan alat oksigenasi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Pola Nafas Tidak Efektif Pola Nafas (L.01004) Manajemen Jalan Napas
(D.0005) Tujuan: Setelah dilakukan (I.01011)
Definisi : Inspirasi tindakan keperawatan Observasi:
dan/atau ekspirasi yang diharapkan pola napas klien - Monitor pola napas
tidak memberikan ventilasi adekuat (frekuensi, kedalaman,
Kriteria hasil
adekuat. usaha napas)
- Dispnea menurun
Penyebab : - Penggunaan otot bantu
- Monitor bunyi napas
1. Depresi pusat nafas menurun tambahan (misal
pernapasan - Pemanjangan fase gurgling, mengi,
2. Hambatan upaya ekspirasi menurun wheezing, ronkhi kering
napas (misal nyeri - Ortopnea menurun - Monitor sputum
saat bernapas, - Pernapasan pursed lip (jumlah, warna, aroma)
kelemahan otot menurun Terapeutik:
pernapasan - Pernapasan cuping - Pertahankan kepatenan
3. Deformitas dinding hidung menurun jalan napas dengan
dada - Frekuensi nafas head-tilt dan chin-lift
4. Deformitas tulang membaik (jawthrust jika curiga
dada - Kedalaman nafas trauma servikal)
membaik
5. Gangguan - Atur posisi semi-fowler
- Ekskursi dada membaik
neuromuscular - Ventilasi semenit
atau fowler
6. Gangguan membaik - Berikan minum hangat
neurologis (misal - Kapasitas vital - Lakukan fisioterapi
elektroensefalogra membaik dada, jika perlu
m [EEG] positif, - Diameter thoraks - Lakukan penghisapan
cedera kepala, anterior posterior lendir kurang dari 15
gangguan kejang) membaik detik
7. Imaturitas - Tekanan ekspirasi - Lakukan
neurologis membaik hiperoksigenasi seelum
8. Penurunan energi - Tekanan inspirasi penghisapan
9. Obesitas membaik endotrakeal
10. Posisi tubuh yang - Keluarkan sumbatan
menghambat benda padat dengan
ekspansi paru forsep McGill
11. Sindrom - Berikan oksigen jika
hipoventiasi perlu
12. Kerusakan inervasi Edukasi
diafragma - Anjurkan cairan 2000
(kerusakan saraf C5 ml/hari, jika tidak
ke atas) kontraindikasi
13. Cedera pada - Ajarkan teknik batuk
medula spinalis efektif
14. Efek agen Kolaborasi
farmakologis - Kolaborasi pemberian
15. Kecemasan bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
Gejala dan Tanda Mayor jika perlu
Subjektif : dyspnea Pemantauan Respirasi
Objektif : Penggunaan Observasi
otot bantu pernapasan, fase - Monitor frekuensi,
ekspirasi memanjang, pola irama, kedalaman,dan
napas abnormal (misal upaya napas
takipnea, bradipnea, - Monitor pola napas
hiperventilasi, kussmaul, (seperti bradipnea,
cheyne-stokes) takipnea, hiperventilasi,
Gejala dan Tanda Minor kussmaul, chyne-stokes,
Subjektif : Ortopnea biot, ataksik)
Objektif : Pernapasan - Monitor kemampuan
pursed-lip, batuk efektif
pernapasancuping hidung, - Monitor adanya
diameter thoraks produksi sputum -
anteriorposterior Monitor adanya
meningkat, ventilasi sumbatan jalan napas
semenit menurun, kapasitas - Palpasi kesimetrisan
vital menurun, tekanan ekspansi paru
ekspirasi menurun, tekanan - Auskultasi bunyi napas
inspirasi menurun, ekskursi - Monitor saturasi
dada berubah. oksigen
- Monitor nilai AGD
Terapeutik
- Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan hasil
pemantaan jika perlu
Gangguan Pertukaran Pertukaran Gas (L.01003) Pemantauan Respirasi
Gas (D.0003) Tujuan: Setelah dilakukan (I.01014)
Definisi : Kelebihan atau tindakan keperawatan Observasi:
kekurangan oksigenasi dan diharapkan oksigenasi - Monitor frekuensi, irama,
atau eliminasi karbondi dan/atau eliminasi kedalaman, dan upaya
napas
oksida pada membran karbondioksida pada
- Monitor pola napas
alveolus kapiler. membrane alveolus kapiler (seperti bradipnea,
Penyebab : dalam batas normal. takipnea, hiperventilasi,
1. Ketidakseimbangan Kriteria hasil: kussmaul, chyne-stokes,
ventilasi perfusi - Tingkat kesadaran biot, ataksik)
2. Perubahan meningkat - Monitor kemampuan batuk
membran alveolus - Dyspnea menurun efektif
kapiler - Bunyi nafas tambahan - Monitor adanya produksi
Gejala dan Tanda Mayor menurun sputum
Subjektif : dyspnea - Takikardia menurun - Monitor adanya sumbatan
Objektif:PCO2meningkat/ - Pusing menurun jalan napas
menurun, takikardi, pH - Penglihatan kabur - Palpasi kesimetrisan
arteri menurun ekspansi paru
meningkat/menurun,bunyi - Diaphoresis menurun - Auskultasi bunyi napas
napas tambahan - Gelisah menurun - Monitor saturasi oksigen
Gejala dan Tanda Minor - Nafas cuping hidung - Monitor nilai AGD
Terapeutik:
Subjektif : Pusing, menurun
- Atur interval pemantauan
penglihatan kabur. - PCO2, PO2, pH arteri respirasi sesuai kondisi
Objektif : Sianosis, membaik pasien
diaforesis, gelisah, napas - Sianosis membaik - Dokumentasikan hasil
cuping hidung, pola napas - Pola nafas membaik pemantauan
abnormal (cepat/lambat, - Warna kulit membaik Edukasi:
regular/ireguler, - Jelaskan tujuan
dalam/dangkal), warna danprosedur pemantauan
kulit abnormal (misal pucat - Informasikan hasil
dan kebiruan), kesadaran pemantauan, jika perlu
menurun Terapi Oksigen
Observasi:
- Monitor kecepatan aliran
oksigen
- Monitor posisi alat terapi
oksigen
- Monitor aliran oksigen
secara periodik dan
pastikan fraksi yang
diberikan cukup
- Monitor efektifitasterapi
oksigen (misal oksimetri,
analisa gas darah), jika
perlu
- Monitor kemampuan
melepaskan oksigen saat
makan
- Monitor tanda tanda
hipoventilasi
- Monitor tanda dan gejala
toksikasi oksigen dan
atelektasis
- Monitor tingkat
kecemasan akibat terapi
oksigen
- Monitor integritas mukosa
hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik:
- Bersihkan sekret pada
mulut, hidung dan trakea,
jika perlu
- Pertahankan kepatenan
jalan napas
- Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
- Berikan oksigen tambahan,
jika perlu
- Tetap berikan oksigen saat
pasien di transportasi
- Gunakan perangkat
oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas
pasien
Edukasi:
- Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi:
- Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
Bersihan jalan nafas Bersihan jalan napas Latihan batuk efektif (I.01006)
tidak efektif (D.0001) (L.01001) Observasi:
Definisi : ketidakmampuan Tujuan: Setelah dilakukan - Identifikasikemampuan
membersihkan sekret atau tindakan keperawatan batuk
obstruksi jalan nafas untuk diharapkan nafas normal - Monitor adanya retensi
mempertahankan jalan nafas Kriteria hasil: sputum
tetap paten. - Batuk efektif meningkat - Monitor tanda dan gejala
Penyebab : - Produksi sputum infeksi saluran napas
1. Spasme jalan napas. menurun - Monitor input dan output
2. Hipersekresi jalan - Mengi menurun cairan (mis. jumlah dan
napas.  - Wheezing menurun karakteristik)
Terapeutik:
3. Disfungsi - Atur posisi semi-Fowler
neuromuskuler. atau Fowler
4. Benda asing dalam - Pasang perlak dan
jalan napas. bengkok di pangkuan
5. Adanya jalan napas pasien
buatan. - Buang sekret pada tempat
sputum
6. Sekresi yang Edukasi:
tertahan. - Jelaskan tujuan dan
7. Hiperplasia dinding prosedur batuk efektif
jalan napas. - Anjurkan tarik napas
8. Proses infeksi . dalam melalui hidung
9. Respon alergi. selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik,
10. Efek agen
kemudian keluarkan dari
farmakologis (mis. mulut dengan bibir
anastesi). mencucu (dibulatkan)
Gejala dan Tanda Mayor selama 8 detik
Subjektif : tidak tersedia - Anjurkan mengulangi
Objektif: tarik napas dalam hingga
1. batuk tidak efektif 3 kali
2. tidak mampu batuk. - Anjurkan batuk dengan
3. sputum berlebih.
4. Mengi, wheezing kuat langsung setelah tarik
dan / atau ronkhi napas dalam yang ke-3
kering. Kolaborasi:
5. Mekonium di jalan - Kolaborasi pemberian
nafas pada mukolitik atau
Neonatus. ekspektoran, jika perlu
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Dispnea.
2. Sulit bicara.
3. Ortopnea.
Objektif :
1. Gelisah.
2. Sianosis.
3. Bunyi napas menurun.
4. Frekuensi napas berubah.
5. Pola napas berubah.

Kondisi Klinis Terkait 


1. Gullian barre
syndrome.
2. Sklerosis multipel.
3. Myasthenia gravis.
4. Prosedur diagnostik
(mis. bronkoskopi,
transesophageal
echocardiography
[TEE] ).
5. Depresi sistem saraf
pusat.
6. Cedera Kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
9. Sindron aspirasi
mekonium
10. Infeksi saluran
Napas.
Gangguan Mobilitas Fisik Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi (I.05173)
(D.0054) Tujuan : Setelah dilakukan Observasi :
Definisi : Keterbatasan tindakan keperawatan - Identifikasi adanya nyeri
dalam gerakan fisik dari diharapkan kemampuan dalam atau keluhan fisik
satu atau lebih ekstremitas gerak fisik dari satu atau lebih lainnya
secara mandiri ekstremitas dapat dilakukan - Identifikasi toleransi fisik
Penyebab : secara mandiri. melakukan pergerakan
1. Kerusakan integritas Kriteria Hasil - Monitor frekuensi
struktur tulang - Pergerakan ekstremitas jantung dan tekanan
2. Perubahan metabolisme cukup meningkat darah sebelum memulai
3. Ketidakbugaran fisik - Kekuatan otot sedang mobilisasi
4. Penurunan kendali otot - Rentang gerak cukup - Monitor kondisi umum
5. Penurunan massa otot meningkat selama melakukan
6. Penurunan kekuatan otot - Kaku sendi menurun mobilisasi
7. Keterlambatan - Gerakan terbatas Terapeutik :
perkembangan menurun - Fasilitasi aktivitas
8. Kekakuan sendi - Kelemahan fisik mobilisasi dengan alat
9. Kontraktur menurun bantu
10. Malnutrisi - Fasilitasi melakukan
11. Gangguan pergerakan
muskuloskeletal - Libatkan keluarga untuk
12. Gangguan membantu pasien dalam
neuromuskular meningkatkan
13. Indeks masa tubuh diatas pergerakan
persentil ke-75 sesuai Edukasi :
usia - Jelaskan tujuan dan
14. Efek agen farmakologis prosedur mobilisasi
15. Program pembatasan - Anjurkan mobilisasi dini
gerak - Ajarkan mobilisasi
16. Nyeri sederhana yang harus
17. Kurang terpapar dilakukan
informasi tentang
aktivitas fisik
18. Kecemasan
19. Gangguan kognitif
20. Keengganan melakukan
pergerakan
21. Gangguan sensori
persepsi

Gejala dan Tanda Mayor


Subyektif : Mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas.
Obyektif :
1. Kekuatan otot
menurun
2. Rentang gerak
(ROM) menurun

Gejala dan tanda Minor


Subyektif :
1. Nyeri saat bergerak
2. Enggan melakukan
pergerakan
3. Merasa cemas saat
bergerak
Obyektif :
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak
terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera medula
spinalis
3. Trauma
4. Fraktur
5. Osteoarthirtis
6. Ostemalasia
7. Keganasan
4. PENGGUNAAN REFERENSI
Budyasih, S. (2014). Asuhan Keperawatan Pada..., SUPRAPTI BUDYASIH,
Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
Eki. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
Pada Pasien Dengan Congestive Heart Failure (CHF) di Irna Penyakit
Dalam RSUP DR. M. DJAMIL
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
Pradana, F. A. A. (2019). PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
OKSIGENASI. (201902040042)
Saputra, Lyndon. (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Binarupa Aksara
Sasmi, A. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. R DENGAN
GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI

Anda mungkin juga menyukai