Anda di halaman 1dari 5

TUBERKULOSIS (TB) PARU

No. : SOP/ /
Dokumen 35.07.103.102/2016
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit : Januari 2016 UPTD PUSKESMAS
Halaman :1/5 PUJON

KABUPATEN dr. Wiwit Wijayati


MALANG Nip.197501242006042015

1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya.Indonesia merupakan negara yang termasuk sebagai 5 besar dari 22
negara di dunia dengan beban TB. Kontribusi TB di Indonesia sebesar
5,8%. Saat ini timbul kedaruratan baru dalam penanggulangan TB, yaitu
TB Resisten Obat (Multi Drug Resistance/ MDR).
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk Menangani TB Paru
3. Kebijakan Keputusan Kepala UPTD Puskesmas Pujon Nomor : 440/ /Kep/
35.07.103.102/2015 Tentang Kebijakan Pelayanan klinis di unit Puskesmas
Pujon
4. Referensi Buku Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer Edisi I tahun 2013
5. Langkah- 1. Anamnesa
langkah 2. Pemeriksaan Fisik
Prosedur 3. Penegakan diagnosa: Penanganan TB Paru
4. Tatalaksana
Tujuan pengobatan
a. Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas
pasien.
b. Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan.
c. Mencegah kekambuhan TB.
d. Mengurangi penularan TB kepada orang lain.
e. Mencegah kejadian dan penularan TB resisten obat.
Prinsip-prinsip terapi
a. Praktisi harus memastikan bahwa obat-obatan tersebut digunakan
sampai terapi selesai.
b. Semua pasien (termasuk pasien dengan infeksi HIV) yang tidak
pernah diterapi sebelumnya harus mendapat terapi Obat Anti TB
TUBERKULOSIS (TB) PARU
UPTD
KABUPATEN No. Dokumen : SOP/ / dr. Wiwit Wijayati
421.103.101/2015 Nip. 197501242006042015
MALANG
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit :
Halaman : 2 /2

(OAT) lini pertama sesuai ISTC (Tabel 2).


1. Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Etambutol.
2. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan
Rifampisin
3. Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan Terapi
rekomendasi internasional, sangat dianjurkan untuk penggunaan
Kombinasi Dosis Tetap (KDT/fixed-dose combination/ FDC)
yang terdiri dari 2 tablet
(INH dan RIF), 3 tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH,
RIF, PZA, EMB).
Tabel 2. Dosis Obat TB

Rekomendasi dosis dalam mg/kgBB


Obat Harian 3x seminggu

INH* 5(4-6) max 10(8-12) max 900


300mg/hr mg/dosis
RIF 10 (8-12) max 10 (8-12) max 600
600 mg/hr mg/dosis

PZA 25 (20-30) max 35 (30-40) max 2400


1600 mg/hr mg/dosis
EMB 15 (15-20) max 30 (25-35) max 2400
1600 mg/hr mg/dosis
Note : Tahap lanjutan di beberapa literatur dianjurkan untuk setiap hari.
c. Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan
prinsip pengobatan dengan:
1. Sistem Patient-centred strategy, yaitu memilih bentuk obat, cara
pemberian cara mendapatkan obat serta kontrol pasien sesuai
dengan cara yang paling mampu laksana bagi pasien.
2. Pengawasan Langsung menelan obat (DOT/direct observed
therapy)
d. Semua pasien dimonitor respon terapi, penilaian terbaik adalah
followup mikroskopis dahak (2 spesimen) pada saat:

627457419.docx
TUBERKULOSIS (TB) PARU
UPTD
KABUPATEN No. Dokumen : SOP/ / dr. Wiwit Wijayati
421.103.101/2015 Nip. 197501242006042015
MALANG
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit :
Halaman : 2 /2

1. Akhir fase awal (setelah 2 bulan terapi),


2. 1 bulan sebelum akhir terapi, dan pada akhir terapi.
3. Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak positif pada 1 bulan
sebelum akhir terapi dianggap gagal (failure) dan harus
meneruskan terapi modifikasi yang sesuai.
4. Evaluasi dengan foto toraks bukan merupakan pemeriksaan
prioritas dalam follow up TB paru.
e. Catatan tertulis harus ada mengenai:
1. Semua pengobatan yang telah diberikan,
2. Respon hasil mikrobiologi
3. Kondisi fisik pasien
4. Efek samping obat
f. Di daerah prevalensi infeksi HIV tinggi, infeksi Tuberkulosis –
HIV sering bersamaan, konsultasi dan tes HIV diindikasikan
sebagai bagian dari tatalaksana rutin.
g. Semua pasien dengan infeksi Tuberkulosis-HIV harus dievaluasi
untuk:
1. Menentukan indikasi ARV pada tuberkulosis.
2. Inisasi terapi tuberkulosis tidak boleh ditunda.
3. Pasien infeksi tuberkulosis-HIV harus diterapi Kotrimoksazol
apabila CD 4 < 200.
Selama terapi : evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan.

Pengobatan TB Anak

627457419.docx
TUBERKULOSIS (TB) PARU
UPTD
KABUPATEN No. Dokumen : SOP/ / dr. Wiwit Wijayati
421.103.101/2015 Nip. 197501242006042015
MALANG
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit :
Halaman : 2 /2

Gambar 1. Alur tatalaksana pasien TB Anak pada sarana pelayanan


kesehatan dasar

Tabel 3. OAT KDT pada anak (sesuai rekomendasi IDAI)

Berat badan 2 bulan tiap hari 4 bulan tiap hari


(kg) 3KDT Anak RHZ 2KDT Anak RH
(75/50/150) (75/50)

5-9 1 tablet 1 tablet


10-14 2 tablet 2 tablet

15-19 3 tablet 3 tablet


20-32 4 tablet 4 tablet
Keterangan:
a. Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg harus dirujuk ke
rumah sakit
b. Anak dengan BB >33 kg , harus dirujuk ke rumah sakit.
c. Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah.
d. OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh
atau digerus sesaat sebelum diminum.

h. Sumber penularan dan Case Finding TB Anak

627457419.docx
TUBERKULOSIS (TB) PARU
UPTD
KABUPATEN No. Dokumen : SOP/ / dr. Wiwit Wijayati
421.103.101/2015 Nip. 197501242006042015
MALANG
SOP No. Revisi :
Tgl. Terbit :
Halaman : 2 /2

Apabila kita menemukan seorang anak dengan TB, maka harus


dicari sumber penularan yang menyebabkan anak tersebut tertular
TB. Sumber penularan adalah orang dewasa yang menderita TB
aktif dan kontak erat dengan anak tersebut. Pelacakan sumber
infeksi dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologis dan BTA
sputum (pelacakan sentripetal).
6. Unit Terkait UGD, Rawat Jalan, Rawat Inap

627457419.docx

Anda mungkin juga menyukai