Anda di halaman 1dari 22

Isu- Isu Kebijakan Pendidikan

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Pendidikan Islam

Oleh :

Kelompok 2

1. Nur Hayati
2. Nur Indah Sari
3. Shakila Rahma

Prodi : Pendidikan Agama Islam

Semester 2

Dosen Pengampu : Dr. Ficki Padli Pardede, MA

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH

AL – HIKMAH TEBING TINGGI

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


Kata Pengantar

Puji syukur kita penjatkan kehadirat Allah, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Isu-Isu Kebijakan Pendidikan”.

Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Kebijakan
Pendidikan. Dalam Penulisan makalah ini penyusun merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis.

Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah
memberikan ilmu yang lebih baik dan bermanfaat pada mereka yang telah memberikan
bantuan, semoga dibalas oleh Allah sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Tebing Tinggi, 12 Maret 2022

Tim Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar ...............................................................................................................i

Daftar Isi .........................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan ...............................................................................................................1

BAB II Pembahasan

A. Pengertian dan Hakikat Isu – Isu Kebijakan Pendidikan ..................................2


B. Penyusunan Agenda Setting .............................................................................
C. Kekuasan Terhadap Isu Kebijakan ...................................................................
D. Meta Analisis dan Isu kebijakan .......................................................................
E. Isu-Isu Kebijakan Pendidikan di Indonesia ......................................................
F. Isu-Isu Kontemporer Dalam Pembaharuan Islam .............................................

BAB III Penutup

A. Kesimpulan .......................................................................................................
B. Kritik dan Saran ................................................................................................

Daftar Pustaka................................................................................................................
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Ketika membicarakan hubungan kekuasaan dan pendidikan, maka asumsiyang banyak


berkembang bahwa keduanya merupakan bahagian yang terpisah,dan tidak memiliki
hubungan satu sama lainnya, padahal keduanya (kekuasaandan pendidikan) merupakan dua
elemen penting dalam sistem sosial politikdisetiap Negara, baik Negara berkembang maupun
Negara maju. Ada hubungan erat dan dinamis antara pendidikan dan politik disetiap Negara,
keduanya merupakan sumber transformasi sosial dalam masyarakat modern. Arti penting
pendidikan bagi keberlangsungan hidup ternyata masih banyakmengalami masalah-masalah
yang cukup pelik ketika dilangsungkan berdasarkan kekuasaan.

Pendidikan hendaknya tidak lagi dimaknai sebagai upaya sistematis untuk


menyiapkan pelajar menghadapi masa depannya, tetapi sebagai kegiatan memfasilitasi para
pelajar menggali potensi untuk merangkai masa depan. Sehingga pendidikan tidak boleh
bertentangan dengan kehendak Tuhan yaitu bahwa anak didik adalah hasilMaha Karya-Nya
harus dioptimalkan potensi positifnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Isu-Isu Kebijakan Pendidikan?
2. Apasajakah langkah penyusunan agenda setting?
3. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan terhadap isu kebijakan pendidikan?
4. Apa yang dimaksud dengan meta analisis?

C. Tujuan
1. Mengetahui maksud dari isu-isu kebijakan pendidikan
2. Mengetahui langkah menyusun agenda setting
3. Memahami kekuasaan terhadap isu kebijakan pendidikan
4. Mengetahui maksud dari meta analisis
BAB II
Pembahasan

A. Pengertian dan Hakikat Isu Kebijakan Pendidikan


1. Pengertian kebijakan menurut beberapa ahli

Menurut Monahan dan Hengst, secara etimologi (asal kata) diturunkan dalam bahasa
Yunani, yaitu “Polis” yang artinya kota(city). Dapat ditambahkan, kebijakan mengacu kepada
cara-cara dari semua bagian pemerintahanmengarahkan untuk mengelola kegiatan mereka.
Dalam hal ini, kebijakan berkenaan dengangagasan pengaturan organisasi dan merupakan
pola formal yang sama-sama diterima pemerintahatau lembaga sehingga dengan hal itu
mereka berusaha mengejar tujuannya.1

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yg menjadi garis besar dandasar rencana
dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan carabertindak (pemerintahan,
organisasi, dan sebagainya) pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip,atau maksud sebagai garis
pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapaisasaran; garis haluan.2

2. Pengertian isu menurut beberapa ahli


Isu adalah sebagai suatu konsekuensi atas beberapa tindakan yang dilakukan oleh
satuatau beberapa pihak yang dapat menghasilkan negosiasi dan penyesuaian sector swasta,
kasus pengadilan sipil atau criminal atau dapat menjadi masalah kebijakan public melalui
tindakanlegislative atau perundangan menurut Hainsworth dan Meng.
Sedangkan menurut Barry Jones dan Chase, isu adalah sebuah masalah yang
belumterpecahkan yang siap diambil keputusannya. Isu merepresentasikan suatu kesenjangan
antara praktik korporat dengan harapan-harapan para stakeholder.
Berdasarkan definisi yang telahdisebutkandiatas, isu adalah suatu hal yang terjadi baik
di dalam maupun di luar organisasi yangapabila tidak ditangani secara baik akan memberikan
efek negatif terhadap organisasi dan berlanjut pada tahap krisis.

1
Syafaruddin, 2008: 75
2
Ali Imron,Kebijakan Pendidikan Di Indonesia: Proses, Produk, Dan Masa Depannya, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), hlm,4.
Jadi isu-isu kebijakan pendidikan adalah suatu hal yang terjadi dan tersebar di
masyarakatmengenai kebijakan pendidikan yang apabila tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkanmasalah yang serius dalam kebijakan pendidikan.

B. Penyusunan Agenda Setting


Agenda setting merupakan upaya media untuk membuat pemberitaannya tidak
semata-mata menjadi saluran isu dan peristiwa. Ada strategi, ada kerangka yang dimainkan
media sehingga pemberitaan mempunyai nilai lebih terhadap persoalan yang muncul. 
Syukur Kholil mengutip pendapat Samsudin A. Rahim mengemukakan bahwa agenda
setting adalah peran media massa yang mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi pendapat
dan perilaku masyarakat dengan menentukan agenda terhadap masalah yang dipandang
penting.
Agenda Setting Theory adalah teori yang menyatakan bahwa media massa merupakan
pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer dua elemen
yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran
publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa.
Tahapan pembentukan Agenda Setting
Gladys Lang dan Kurt Lang merinci tahapan dalam enam langkah:
1. Pers menyoroti beberapa kejadian atau aktivitas dan membuat kejadian atau
aktivitas tersebutmenjadi menonjol.
2. Jenis-jenis isu yang berbeda membutuhkan jumlah dan jenis liputan berita yang
berbedauntuk mendapatkan perhatian.
3. Peristiwa - Peristiwa dan aktivitas dalam fokus perhatian harus “dibingkai” atau
diberi bidangmakna dimana didalamnya peristiwa dan aktivitas tersebut dapat
dipahami.
4. Bahasa yang digunakan media dapat mempengaruhi persepsi akan pentingnya
sebuah isu.
5. Media menghubungkan aktivitas atau kejadian yang telah menjadi fokus
perhatian dengansimbol-simbol sekunder yang lokasinya pada lanskap politik
mudah diketahui. Orangmemerlukan dasar untuk berpijak pada sebuah isu.
6. Pembentukan agenda dipercepat ketika individu-individu yang terkenal dan
dapat dipercayamulai berbicara tentang sebuah isu.

Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn :


1. Tahap penyusunan agenda
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda
publik.Sebelumnya masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk
dalam agendakebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda
kebijakan para perumuskabijakan. Pada tahap ini mungkin suatu masalah tidak
disentuh sama sekali, sementara masalahyang lain ditetapkan menjadi fokus
pembahasan, atau ada pula masalah karena alasan- alasantertentu ditunda untuk
waktu yang lama.
2. Tahap formulasi kebijakan
Maslaah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuatkebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari
pemecahan masalahterbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai
alternatif atau pilihan kebijakan(Policyalternatives/policyoptions) yang ada. Dalam
perumusan kebijakan masing-masing alternative bersaing untuk dapat dipilih
sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkanmasalah. Dalam tahap ini
masing-masing actor akan bersaing dan berusaha untuk mengusulkan pemecahan
masalah terbaik.
3. Tahap adopsi kebijakan
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus
kebijakan, padaakhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi
dengan dukungan dari mayoritaslegislatif, konsensus antara direktur lembaga atau
putusan peradilan.
4. Tahap implementasi kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika program
tersebut tidakdiimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi
maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil
dilaksanakan oleh unit-unit administrasikan yang memobilisasikan sumber daya
finansial dan manusia. Pada tahapimplementasi ini berbagai kepentingan akan
saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakanmendapat dukungan para
pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain munkinakanditentang oleh
para pelaksana.
5. Tahap evaluasi kebijakan
Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi,
unukmelihatsejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang
diinginkan, yaitu memecahkanmasalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu
ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai
apakah kebijakan publik yang telah dilaksanakansudah mencapai dampak atau
tujuan yang diinginkan atau belum.

C. Kekuasan Terhadap Isu Kebijakan


Kekuasan merupakan karakter khas manusia untuk bisa berbuat sesuatu yang lain dari
padayang lain dalam proses interaksinya terhadap alam dan lingkungan sosial, yang pada
gilirannyadapat menaikkan kelas manusia tersebut untuk bisa mendominasi.
Pengertian kekuasaan(power) dalam pendidikan ternyata memiliki konotasi yang
berbedadengan pengertian kekuasaan yang kita lihat sehari-hari. Jenis kekuasaan tersebut
dapat kita bedakan menjadi kekuasaan yang transformative dan kekuasaan yang berfungsi
sebagai transmitif.
Kekusaan dalam pendidikan yang bersifatTransformative adalah, yang dalam
prosesterjadinya hubungan kekuasaan tidak ada bentuk subordinasi antara subjek dengan
subjek yang lain.
Arti penting pendidikan bagi keberlangsungan hidup ternyata masih bayak
mengalamimasalah-masalah yang cukup pelik ketika dilangsungkan berdasarkan kekuasaan.
Setidaknya adempat masalah yang berkenaan erat dengan pelaksanaan pendidikan
berdasarkan kekuasaan :
1. Domestifikasi dan Stupidikasi.
Proses domestifikasi (penjinakan) dan stupidikasi (pembodohan) dalam pendidikan
disebut juga imprealisme pendidikan dan kekuasaan.Artinya, peserta didik menjadi
menjadi subjek eksploitasi oleh suatu kekuasaan di luar pendidikan dan menjadikan
peserta didik sebagai budakdan alat dari penjajahan mental yang dilakukan oleh
para penguasa.Prosesdomestifikasi dalam pendidikan ini dapat kita lihat dari
perlakuan yang salahterhadap ijazah (pemujaan ijazah). Ijazah dijadikan tangga
untuk menaikkan status sosial,terlepas dari bagaimana proses yang dilalui dalam
mendapatkannya. Dengan pemujaan tersebut,dampaknya sangat luas seperti
bertaburannya para pemegang ijazah yang tidak berkualitas,namun tak jarang
mendapatkan posisi penting dan strategis dalam sebuah instansi baik negerimaupun
swasta.
2. Indoktrinasi
Sudah menjadi rahasia umum bahwa sistem pendidikan menjadi sasaran empuk bagi
penguasa untuk bisa menancapkan kukunya dalam penentuan kurikulum.
Kurikulum dari mulaitaman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi semuaya
berada dalam genggaman pemerintah tanpa ada kebebasan dari lembaga-lembaga
pendidikan tersebut untuk menyusunsendiri kurikulumnya. Melalui kurikulum
inilah proses indoktrinasi yaitu proses untukmengekalkan struktur kekuasaan yang
ada terjadi.Selanjutnya, apabila kurikulum berisi indoktrinasi maka cara
penyampaian proses belajarmengajar tentunya juga mengikuti pola indoktrinasi.
Pola pembelajaran yang demikian padagilirannya akan menghantarkan kebudayaan
bangsa menghadapi stagnasi, hal ini disebabkankarena matinya daya kreatifitas dari
para anggota masyarakat sebagai buah dari proses pendidikan yang diwarnai
dengan indoktrinasi.
3. Demokrasi dalam Pendidikan
Sistem pendidikan demokratis tak lebih dari sekedar nama, tanpa
menyuguhkankesempatan-kesempatan bagi perkembangan kebebasan yang
merupakan ciri demokrasi. Hal inidapat dilihat dari apa yang tengah digaungkan
belakangan ini terkait wajib belajar, bahkandikatakan bahwa pendidikan merupakan
hak asasi dari setiap insan, namun ternyata masih cukup bayak kalangan yang
belum atau mungkin tidak bisa mengenyam pendidikan karena berbagai macam
keterbatasan.
Tumbuhnya demokrasi dalam proses pendidikan mendorong tumbuhnya
pendekatanmultikulturalisme. Multikulturalisme menghargai berbagai corak dan
warna yang beragam dari bagsa plural seperti Indonesia. Dengan pendekatan ini
diharapkan corak dan warna yang cukup beragam tersebut bisa tetap bersaudara
dalam perbedaan sehingga terhindar dari benturan budayayang merupakan
tantangan tersenidir dalam proses demokrasi.
4. Integrasi Sosial
Integrasi sosial merupakan capital budaya yang sangat ampuh oleh suatu
masyarakat dalammelanjutkan kehidupannya. Masyarakat yang ketiadaan capital
budaya akan sangat rentankepada disintegrasi pada waktu mengalami krisis. Kita
bisa lihat bagaimana negara-negara diAsia tenggara ketika menghadapi krisis tahun
1997, akibat kurangnyacapital budaya tidak kuatmenahan krisis sehingga berakibat
keterpurukan yang berlarut seperti di Indonesia. Pengalamanini kiranya cukup
mengajarkan betapa pentingnya kekuasaan yang berakar dari bawah (Grass-root)
atau yang berdasarkan kepada kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat setempat.

D. Meta Analisis dan Isu Kebijakan


Meta analisis adalah adalah suatu bentuk penelitian kuantitatif yang menggunakan
angka-angka dan metode statistik dari beberapa hasil penelitian untuk mengorganisasikan
danmenggali informasi sebanyak mungkin dari data-data primer yang diperoleh,
sehinggamendekati kekomprehensifan dengan maksud-maksud lainnya. Salah satu syarat
yang diperlukandalam melakukan meta analisis adalah pengkajian terhadap hasil-hasil
penelitian yang sejenis.
Kelebihan Meta Analisis.
1. Meta analisis memungkinkan mengkombinasikan berbagai macam hasil
penelitiandengan cara yang kuantitatif.
2. Mampu menggambarkan hubungan antar penelitian dengan baik sehingga
dapatmengatasi adanya perbedaan hasil antar penelitian,
3. Meta analisis lebih objektif karena fokus pada data sedangkan reviewliteratur
lainnya(seperti metode naratif) fokus pada kesimpulan dari berbagai macam studi.
4. Meta analisis fokus pada effectsize.
5. Meta analisis dilakukan secara kuantitatif, sehingga lebih mudah dilakukan.

Kekurangan Meta Analisis :

1. Sampling bias towardsempiricalstudies


Sampling bias berarti pengambilan sampel yang tidak sesuai karena ketidakseragaman
tiap-tiap studi. Pengambilan sampel yang cocok untuk metaanalisis adalah dengan
cara survey,laboratoriumexperiment, dan studi lapangan.
2. Publication Bias
Meta analisis menggunakan data yang terdapat dalam penelitian
yangtelahterpublikasisehingga dianggap penelitian tidak representatif karenahasil-
hasil pengamatan yangsignifikan lebih cenderung dipublikasikandaripada yang
tidak signifikan.
3. ApplesandOranges
Metode ini bisa dianalogikan seperti membedakan antara buah jerukdan apel,
artinyamengkombinasikan studi yang berbeda dalam analisis yangsama.
4. MethodologicalError
Kesimpulan yang salah dapat dikarenakan kesalahan yang bersifat metodologi.
Dalammelakukan analisis, peniliti sebaiknya melakukan ekstraksi pada data dan
statistik yangterdiri dari effectsize, ukuran sampel,variabel moderator yang
mungkin dan sebagainya.

Tujuan Meta Analisis

Penelitian meta analisis secara lebih sederhana dan mencakup poin-poin penting
dalam pengertian para ahli yang telah dijabarkan adalah sebuah analisis atas analisis, dari
sejumlahhasil penelitian dalam masalah sejenis dengan merangkum hasil-hasil penelitian
tersebut secarakuantitatif. Penelitian meta analisis ini memiliki tujuan, yaitu :

1. Untuk menyelesaikan ketidakpastian hasil laporan.


2. Untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan masalah yang belum dikaji.
3. Untuk menemukan konsistensi atau ketidak-konsistenan suatu penelitian yang
sejenis.
4. Untuk memperoleh estimasi effectsize, seberapa kuat hubungan atau seberapa besar
perbedaan antar variabel ditiap penelitian.
5. Melakukan interfensi dari data dalam sample ke dalam populasi, baik dengan
hipotesis(anggapan dasar yang masih perlu dibuktikan) maupun dengan melakukan
estimasi(perkiraan berdasarkan keadaan-keadaan yang ada).
6. Melakukan control terhadap variabel yang berpotensi mengacaukan agar
tidakmengganggu hubungan atau perbedaan dari penelitian-penelitian yang ada.

Langkah-langkah Meta Analisis

Langkah-langkah dalam melakukan meta analisis secara umum adalah sebagai berikut :

1. Menentukan dan mempelajari topik penelitian yang akan dirangkum.


2. Mencari dan mengumpulkan sejumlah penelitian dengan topik yang telah
ditentukan danmenyeleksinya. Pencarian literatur penelitian dapat dilakukan secara
manual ataupunmelalui situs-situs internet.
3. Melakukan perhitungan effectsize dengan metode dalam meta analisis dan uji
hipotesisterhadapeffect size.
4. Mengidentifikasi ada tidaknya heterogenitas effectsize dalam model pada tahap ini,
jikateridentifikasi adanya heterogenitas effectsize, maka lanjut ke langkah. Namun,
jika tidak teridentifikasi adanya heterogenitas effectsize maka menuju ke langkah.
5. Analisis variabel moderator.
6. Menarik kesimpulan dan menginterpretasi hasil penelitian meta analisis.

E. Isu–Isu Kebijakan Pendidikan Di Indonesia


1. Issu kritis Aspek Masalah Kurikulum dan Pembelajaran di Indonesia
Begitu banyak masalah-masalah kurikulum dan pembelajaran yang dialami
Indonesia.Masalah-masalah ini turut andil dalam dampaknya terhadap
pembelajaran dan pendidikanIndonesia.
2. Issu kritis aspek Pembelajaran
Skinner (1958) memberikan definisi belajar “Learning is a process progressive
behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu
merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Skinner percaya
bahwa proses adaptasi akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi
penguatan(Reinforcement). Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan
yang lebih baik.

3. Issu kritis aspek guru


 Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum
memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya
sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No. 20/2003 yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan
melakukan pengabdian masyarakat.
 Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat
rendahnyakualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah,
terang saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang
mengajar lagidi sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek,
pedagang mierebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan
sebagainya.
4. Issu kritis aspek masyarakat
Perubahan kurikulum yang mengikuti alur perubahan kepemimpinan
telahmembawa pendidikan kita pada kegitan politik sehingga memberi dampak
negatifterhadappekembangan pendidikan dan kemampuan siswa di indonesia,
tidak hanyasiswa dan lembaga pendidikanyang dikenai dampak perubahan
tersebut, namun perubahan kurikulum juga berpengaruh pada masyarakat terdidik
untuk terusmengimbangi perubahan aturan yang terjadi dalam dunia pendidikan di
Indonesia.
5. Issu kritis aspek pemerintah pusat
Gema reformasi dikumandangkan oleh para mahasiswa dan pemuda di
Indonesiatepatnya tahun 1998 yang sempat menelan korban jiwa dan tidak sedikit
harta bendayang melayang akibatChaos yang terjadi di sejumlah daerah. Teriakan
pembaruantersebut dilakukan oleh mahasiswa, pemuda, dan elemen bangsa
lainnya karena merekamenganggap bahwa penguasa tidak lagi konsisten
memperjuangkan amanat rakyat. Namun setelah 19 tahun teriakan reformasi
menggelora, Indonesia kini masihmemiliki sejumlah persoalan kebangsaan dan
kemasyarakatan yang tidak mudah untukdiselesaikan, baik untuk tingkat regional
maupun nasional. Salah satu persoalan yanghingga kini masih mendera bangsa
Indonesia adalah isu seputar kebijakan pendidikan.Pendidikan di Indonesia tidak
mampu menghasilkan alumni yang siap kerja, para lulusantidak memiliki kualitas
yang dapat diandalkan, para tamatan SMU/SMK dan PerguruanTinggi tidak
memiliki kecerdasaan dan kemampuan kewirausahaan (Enterpreneurship),dan
para Perguruan Tinggi gagal merubah perilaku para mahasiswa. Lulusan
SMU/SMK dan Perguruan Tinggi tidak siap memenuhi kebutuhan masyarakat dan
dunia kerja.

F. Isu-Isu Kontemporer Dalam Pembaharuan Islam


1. Penerapan Student Centered Approach dalam Pendidikan Islam.
Kendala dalam pendidikan Islam diantaranya karena siswa kurang dilatih untuk
berfikir kritis. Metodologi pengajaran yang selama ini diterapkan juga lebih bertumpu
pada “subject-centered” dan “lectured-based” dengan lebih banyak mentransfer ilmu
pengetahuan semata kepada siswa, dan belum siap menerapkan konsep metode
“Student-centered Approach” yang sesuai hasil riset dapat menjadikan siswa mampu
mengembangkan daya fikir yang lebih baik.
Agar pendidikan Islam berkembang lebih baik dan dapat berdampak baik pula pada
kehidupan siswa saat ini serta masa mendatang, kita harus mengajarkan mereka untuk
tidak hanya menjadi pribadi muslim yang berakhlak mulia saja, tetapi juga mereka
harus mampu menghadapi tantangan zaman, mampu mengatasi masalah dan dapat
mengambil keputusan yang tepat dan baik.

2. Kurikulum Pendidikan Islam


Wacana ilmiah yang berfokus pada aspek dualisme pendidikan antara pendidikan
Islam dan pendidikan umum sekuler barat telah ada dan berlangsung sejak zaman
kolonial dulu. Dualisme Pendidikan ini melahirkan pemisahan kurikulum pendidikan
Islam dari pendidikan modern.
Ada beberapa jenis kurikulum yang diterapkan pada lembaga pendidikan Islam.
Beberapa sekolah Islam mengadopsi kurikulum nasional sebagai tambahan komponen
studi Islam. Beberapa sekolah Islam yang lain menggunakan Al Quran dan Assunnah
sebagai sumber utama pelaksanaan pengajarannya. Sekolah-sekolah lainnya
mengajarkan pokok bahasan pendidikan Islam secara penuh tanpa memperdulikan
mata pelajaran modern di dalam kurikulumnya. Namun secara keseluruhan sekolah-
sekolah Islam menekankan bahwa pendidikan akhlaq adalah yang utama.
Maksud dari pengelolaan kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan yang
kooperatif, komprehensif, sistemik dalam rangka mewujudkan pencapaian tujuan
kurikulum. Dalam konteks pendidikan Islam, pengelolaan kurikulum seyogyanya
dikembangkan sesuai dengan konteks manajemen berbasis madrasah, dan
memperhatikan hasil evaluasi terhadap kurikulum yang pernah diberlakukan seperti
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006-2013, kurikulum
2013, dan kurikulum berbasis KKNI. Adapun prinsipprinsip pelaksanaan kurikulum
diantaranya adalah: produktifitas, demokratisasi, kooperatif, efektifitas dan efisiensi,
serta mengarah pada visi, misi, dan tujuan.
Komponen-komponen tersebut merupakan suatu sistem yang harus selalu
berkait. Tahapan dalam pengelolaan kurikulum di dalam lembaga pendidikan Islam
setidaknya terdiri dari empat tahap, yaitu ;
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pelaksanaan
d. Pengendalian.

Kurikulum juga harus dikembangkan, disesuaikan, disinergikan sesuai dengan


tuntutan zaman. Tujuan dari pengembangan kurikulum dalam hal ini adalah upaya
melakukan perubahan, pemyesuaian, dan pemberian kesempatan-kesempatan belajar
kepada peserta didik kearah perubahan yang diinginkan dan menilai sampai dimana
perubahanperubahan itu terjadi pada diri siswa. Konsep pengembangan kurikulum ini
sesuai dengan konsep change and continuity, dinamis, kontekstual, dan berkelanjutan.

3. Peningkatan Kualitas Pendidik


Perencanaan dalam rangka peningkatan mutu pendidik pada pendidikan Islam perlu
dilakukan dengan seksama, hal ini terkait dengan tugas dan tanggungjawab mulia para
pendidik dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam itu sendiri. Tenaga pendidik
(guru dan dosen) harus ditingkatkan kompetensinya melalui antara lain :
a. Seleksi dan pengangkatan yang ketat melalui system perekrutan tenaga
pendidik yang terstruktur baik
b. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan
c. Mengembangkan karir pendidik
d. Meningkatkan budaya kerja pendidik
e. Meningkatkan kesejahteraan pendidik dan
f. Meningkatkan pengelolaan (manajemen) Sumber Daya Manusia.

Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan


bahwa pendidik merupakan tenaga professional yang bertanggungjawab dalam
pelaksanaan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian pada
masyarakat (bagi pendidik di perguruan tinggi). Peningkatan mutu tenaga pendidik
meliputi perencanaan, seleksi, pembinaan, pengembangan, penilaian, kompensasi dan
pemberhentian.

4. Pengelolaan Peserta Didik (Pembinaan Kesiswaan)


Pengelolaan peserta didik didasari pada pemikiran bahwa pembelajaran hendaknya
dipusatkan perhatiannya pada pengaturan, pengawasan, dan layanan peserta didik
baik yang ada di kelas maupun di luar kelas, seperti pendaftaran, pembelajaran, ujian
hingga kelulusan. Fungsi dari pengelolaan peserta didik harus diarahkan pada
pengembangan diri peserta didik yang optimal, baik aspek potensi individu, sosial,
dan potensi lainnya. Analisis kebutuhan peserta didik meliputi antara lain: calon
peserta didik, penerimaan peserta didik, orientasi peserta didik, penempatan peserta
didik, pembinaan dan pengembangan peserta didik, evaluasi dan pelaporan, kelulusan
dan alumni.
Proses yang utama adalah tahap pembinaan dan pengembangan peserta didik,
pembinaan harus diarahkan sesuai visi, misi dan tujuan pendidikan Islam berdasarkan
potensi (fitrah) sesuai bakat dan minat yang dimiliki peserta didik.
Tujuan pembinaan peserta didik meliputi: pengembangan potensi siswa, pemantapan
kepribadian siswa, dan penyiapan siswa agar menjadi warga masyarakat yang
berakhlakul karimah. Tujuan pembinaan yang utama adalah menyiapkan siswa agar
memiliki akhlakul karimah, berpengetahuan luas, dan memiliki ketrampilan untuk
kehidupannya (Permendiknas No 39/2008 tentang Materi Pembinaan Kesiswaan).

5. Penganggaran
Pembiayaan pendidikan Islam adalah tanggungjawab bersama antara pemerintah,
umat dan keluarga. Anggaran pemerintah yang dialokasikan pada bidang pendidikan
berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan berkelanjutan. Fatah (2000)
mengungkapkan kewajiban pembiayaan pendidikan Islam ini, sebagaimana diatur
dalam Permendiknas No. 48/2008 tentang Pendanaan Pendidikan, harus dilaksanakan
secara adil dan merata meliputi biaya satuan pendidikan, gaji, tunjangan, dan biaya
peserta didik. Pengertian lain dari pembiayaan pendidikan merupakan jumlah uang
yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan pembiayaan pendidikan
yang mencakup gaji guru, peningkatan professional guru, pengadaan ruang belajar,
perbaikan ruang, pengadaan peralatan, pengadaan buku pelajaran, dan alat tulis kantor
(ATK), kegiatan ekstra kurikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan, dan supervise
pendidikan.
Pembiayaan pendidikan pada dasarnya menitikberatkan pada upaya pendistribusian
benefit pendidikan dan beban yang harus ditanggung masyarakat. Biaya secara
sederhana berarti jumlah nilai uang yang dibelanjakan atau jasa pelayanan yang
diserahkan pada siswa. Thomas (2004) mengatakan: hal yang penting dalam
pembiayaan pendidikan adalah berapa besar uang yang harus dibelanjakan, darimana
sumber uang diperoleh, dan kepada siapa uang harus dialokasikan.

6. Peningkatan Mutu Pembelajaran.


Peningkatan mutu pembelajaran dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a. Kepemimpinan yang baik
b. Peningkatan kualitas peserta didik
c. Pengembangan kualitas guru dan dosen
d. Pengembangan kurikulum dan materi pembelajaran
e. Penerapan metode belajar yang tepat
f. Perbaikan sarana dan prasarana
g. Peningkatan kualitas belajar siswa
h. Kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri.

7. Kompetensi Lulusan
Kompetensi lulusan pendidikan Islam yang utama adalah menghasilkan lulusan yang
memiliki keahlian mengaktualisasikan ajaran Islam dalam kehidupan masa kini.
Memenuhi level KKNI.
a. Kemampuan kerja
b. Penguasaan pengetahuan
c. Kemampuan manajerial
d. Tanggung jawab.
Lembaga pendidikan Islam diharapkan melahirkan kompetensi lulusan yang
menguasai kecakapan yang dipersyaratkan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Lulusan harus memiliki karakteristik
kompetensi yang terukur pencapaiannya dilihat dari sisi kognitif, affektif, dan
psikomotorik. Sisi kognitif menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan
dan tehnologi. Sisi affektif menghasilkan lulusan yang berakhlak mulia. Sisi
psikomotorik menghasilkan lulusan yang trampil di bidang yang dipelajarinya.

8. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Islam.


Proses pendidikan yang bermutu harus didukung oleh sarana dan prasarana yang baik
seperti : fasilitas belajar, media belajar, serta sumber belajar yang baik lainnya, baik
mutu maupun jumlahnya. Sarana prasarana yang baik akan mendukung terciptanya
lingkungan sekolah yang kondusif dan akan mendorong motivasi belajar serta
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini menegaskan
pentingnya sarana prasarana yang modern di sekolahsekolah Islam. Dengan sarana
dan prasarana yang baik, seperti laboratorium IPA, lab komputer, lab bahasa, sarana
ICT yang modern, ruang multi media dan lainlain, siswa dapat belajar bukan hanya
secara teoritis tetapi juga bisa melakukan praktikum dengan baik. Standar pelayanan
minimal sarana dan prasarana meliputi lahan, bangunan atau ruang, perabot, alat
peraga, buku, perpustakaan, ruang administrasi harus disediakan oleh sekolah-sekolah
Islam.
Soetopo (1998) mengatakan bahwa sarana pendidikan adalah segala sesuatu yang
meliputi peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses
pendidikan di sekolah, seperti gedung, ruangan, meja, kursi, alat peraga, dan buku
pelajaran. Adapun prasarana adalah semua komponen yang secara tidak langsung
menunjang proses belajar mengajar di sebuah lembaga pendidikan seperti: jalan
menuju sekolah, halaman sekolah, dan tata tertib sekolah.
UU No. 20/2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional menyatakan: “Setiap satuan
pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi
keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan intelektual, emosional, dan kejiwaan peserta didik”.

9. Peningkatan Hubungan Sekolah Islam dengan Umat dan Masyarakat Umum


Hubungan sekolah Islam dengan umat adalah hubungan timbal balik antar organisasi
sekolah Islam dengan umat dan masyarakat secara umum. Dengan adanya komite
sekolah misalnya, diharapkan semua pemangku kepentingan (Stakeholder) pendidkan
Islam mengambil peran maksimal, sehingga sekolahsekolah Islam mampu
memberikan pelayanan terbaik bagi umat.
Kerjasama sekolah-sekolah Islam dengan masyarakat adalah semua bentuk kegiatan
bersama yang langsung atau tidak langsung bermanfaat bagi kedua belah pihak.
Dengan demikian, semua bentuk dukungan masyarakat termasuk dukungan orang tua
siswa adalah wujud kerjasama. Unsur-unsur masyarakat yang dapat menjalin
kerjasama dalam pendidikan Islam diantaranya adalah orang tua, warga, lembaga
masyarakat di sekitar sekolah, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan,
pemerintah, pengusaha dan industri.
Yang menjadi asas pelaksanaan kerjasama antar lembaga sekolah Islam dan umat
meliputi:
a. Asas manfaat, merupakan kegiatan bersama saling menguntungkan
b. Asas gotong royong, hubungan kerjasama tidak harus selamanya didasarkan
pada keuntungan materi, tetapi aspek sosial yang dikedepankan .

Alfan (2014) menyatakan pada dasarnya masyarakat membutuhkan sekolah, dan


sebaliknya sekolah membutuhkan masyarakat; lalu komunikasi antara sekolah dan
masyarakat dapat diwujudkan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat terhadap kebutuhan dan praktek pendidikan dan pada akhirnya akan
menghasilkan kerja sama untuk meningkatkan mutu pendidikan dan daya serap
lulusan.
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah disampaikan diatas, dapat kita ambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Isu-isu kebijakan pendidikan adalah suatu hal yang terjadi dan tersebar di
masyarakatmengenai kebijakan pendidikan yang apabila tidak ditangani dengan
baik akanmenimbulkan masalah yang serius dalam kebijakan pendidikan.
2. Agenda setting adalah upaya media untuk membuat pemberitaannya tidak semata-
mata menjadi saluran isu dan peristiwa.
3. Isu-isu kebijakan pendidikan ada 6, yaitu 1) Issu kritis Aspek Masalah Kurikulum
dan Pembelajaran di Indonesia; 2) Isu krisis aspek pembelajaran; 3) Isu kritis aspek
guru; 4) Isu kritis aspekmasyarakat; dan: 5) Isu kritis aspek pemerintah pusat.
4. Meta analisis adalah adalah suatu bentuk penelitian kuantitatif yang
menggunakanangka-angka dan metode statistik dari beberapa hasil penelitian
untukmengorganisasikan dan menggali informasi sebanyak mungkin dari data-data
primeryang diperoleh, sehingga mendekati kekomprehensifan dengan maksud-
maksud lainnya.Salah satu syarat yang diperlukan dalam melakukan meta analisis
adalah pengkajianterhadap hasil-hasil penelitian yang sejenis.
B. Kritik dan Saran
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih focus dan lebih detail dalam menjelaskan tentang materi ini
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
Daftar Pustaka

Dewi Salma Prawiradilaga, D. A. (2013).Mozaik TeknologiPendidikan e-


learning.Jakarta:Prenadamedia Group.
Chan, Sam M & Tuti T.Sam. (2005).Kebijakan Pendidikan Era Otonomi
Daerah.Jakarta:Rajawali Pers.
H.A.R. Tilaar. (2003).Kekuasaan dan Pendidikan.Magelang : Indonesia Tera.
Syafaruddin,2008.Efektivitas Kebijakan Pendidikan: Konsep, Strategi, Dan Aplikasi
Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif.Jakarta: Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai