Teori Beharviorisme 2
Teori Beharviorisme 2
MAKALAH
Oleh :
Kelompok 2
1. Mawar Saragih
2. Nur Hayati
3. Nur Indah Sari
Segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan rahmat dan karuni Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dengan judul teori belajar
behavioristik.
Shalawat dan salam tidak lupa kami sampaikan kepada pemimpin para nabi, nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang kita harapkan syafaatnya baik di dunia maupun
di akhirat.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada bapak Anugerah Mulia Tampubolon,
M.Pd sebagai pengampu mata kuliah teori belajar dan pembelajaran yang membimbing kami
dalam pengerjaan tugas makalah ini, kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman –
teman sekalian yang membantu kami dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ..............................................................................................................
B. Saran .........................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan aktivitas individu yang melakukan belajar, yaitu proses kerja faktor
internal. Menurut Peaget belajar adalah proses penyesuaian atau adaptasi melalui asimilasi dan
akomodasi antara stimulasi dengan unit dasar kognisi seseorang yang oleh Peaget menjadi
schema. Menurut pandangan psikologi behavioristik merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini yang penting dalam belajar adalah input
yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Jika ditinjau dari konsep atau teori, teori behavioristik ini tentu berbeda dengan teori yang
lain. Hal ini dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari-hari dikelas. Ada berbagai asumsi atau
pandangan yang muncul tentang teori behavioristik. Teori behavioristik memandang bahwa
belajar adalah mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dan tugas guru adalah mengontrol stimulus dan lingkungan belajar agar
perubahan mendekati tujuan yang diinginkan.
Oleh karena itu, dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
kelompok kami menyusun makalah Teori Belajar Behavioristik dalam rangka mengetahui lebih
lanjut lagi tentang Teori Belajar Behavioristik dan diharapkan tidak lagi muncul asumsi yang
keliru tentang pendekatan behaviorisme tersebut, sehingga pembaca memang benar-benar
mengerti apa dan bagaimana pendekatan behaviorisme.
B. Rumusan Masalah
Setelah mengkaji latar belakang diatas, dapat diambil beberapa permasalahan sebagai
kajian dari pembuatan makalah ini yakni diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar behaviorisme?
2. Apasajakah prinsip – prinsip teori belajar behaviorisme?
3. Apa tujuan pembelajaran behaviorisme?
4. Bagaimana aliran teori menurut Ivan P. Pavlop, Edwin R. Guthrie, dan J. Watson?
5. Apa kelebihan dan kekurangan dalam teori belajar behaviorisme?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengertian teori belajar behavioristik
2. Menganalisis prinsip – prinsip teori belajar behaviorisme
3. Mengetahui tujuan belajar teori behaviorisme
4. Menganalisis aliran teori menurut Ivan P. Pavlop, Edwin R. Guthrie, dan J.
Watson
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori belajar behaviorisme
BAB II
PEMBAHASAN
2
Rumini, Psikologi Pendidikan, UPP UNY, Yogyakarta, 1993.
3
Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, Stain Jember Press, Jember, 2011. Hlm. 62
3. Behaviorisme tidak mengakui adanya potensi bawaan seperti bakat, sifat umum yang
menurun. Sebab pendidikan dan lingkungan memegang kekuasaan penuh terhadap proses
pembentukan perilaku individu.
Dan Skinner juga memuat dalam bukunya tentang prinsip-prinsip behavioristik, berikut
ini prinsip yang dikemukakan oleh skinner dalam bukunya yang berjudul The Behavior of
Organism. Beberapa prinsip Skinner:
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar
diberi penguat.
2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran, tidak digunkan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu
diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
5. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktifitas sendiri.
6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variabel Rasio rein forcer.
7. Dalam pembelajaran digunakan shaping.
4
Rumini, Psikologi Pendidikan, UPP UNY, Yogyakarta, 1993.
5
Soemadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,1998, hlm. 264
c. Pandangan Pavlop dalam belajar.
Dalam proses belajar, mencakup belajar yang sederhana dan yang kompleks.
Belajar sederhana merupakan dasar dari belajar yang kompleks. Hal ini
menunjukkan bahwa belajar menurut teori Classical Conditioning Pavlov
mengutamakan proses dari pada hasil. Oleh karena itu, dalam proses belajar,
teori Pavlov lebih mengutamakan stimulus dari pada respon.
Pavlop berasumsi bahwa, tindakan atau tingkah laku organisme disebabkan
oleh rangsangan atau stimulus yang diterimanya.Dengan kata lain, perilaku
organism dikontrol oleh stimulus. Atas dasar inilah teori Classical
Conditioning Pavlov sering disebut teori S-R tipe S.6
d. Aplikasi teori Pavlop dalam pendidikan.
Salah satu contoh penerapan teori classical conditioning dalam dunia
pendidikan adalah seperti lonceng berbunyi yang menandakan dimulai atau
pelajaran berakhir, pertanyaan oleh guru yang menandakan siswa dapat
menjawabnya.Semua kondisi tersebut diciptakan untuk memanggil respon
atau tanggapan.
6
Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan, Stain Jember Press, Jember, 2011, hlm. 76-77
suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan
yang sama.7
Hukum kontiguiti adalah satu prinsip asosionisme yaitu respon atas suatu situasi
cendrung diulang, bilamana individu menghadapi suatu yang sama. Kunci teori
guthrie terletak pada prinsip tunggal bahwa kontiguitas merupakan fondasi
pembelajaran.
a. Hukuman menurut Guthrie
Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie – Guthrie juga percaya
bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses
belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu
mengubah tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini adalah guru
harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus
dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Hukuman yang diberikan
dalam proses pembelajaran harus sesuai dengan asumsi dan ideologi yang ada
dalam diri siswa.
Meskipun menurut sekolah hukuman itu tidak edukatif dan tidak efektif, bisa
saja menurut sekolah yang lain sangat efektif. Hal ini disebabkan oleh asusmi
ideologis yang diyakini di kalangan siswa. Contoh jenis hukuman di pondok
pesantren tidak sesuai jika diterapkan di sekolah formal yang jauh dari budaya
pondok pesantren.8
Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses belajar.
Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat dengan
Guthrie yaitu:
1) Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat bersifat
sementara.
2) Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi
bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
7
Bell Gredler, E. Margaret. Belajar dan Membelajarkan.( Jakarta: CV. Rajawali, 1991) hal.109
8
M. Saekhan Muchith. Pembelajaran Kontekstual. (Semarang: RaSAIL Media Group). Hlm, 53-54
3) Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain
(meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman. Dengan
kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum melakukan hal-hal
lain yang kadangkala lebih buruk daripada kesalahan yang
diperbuatnya.
Ketidak samaannya terletak pada bila hukuman harus diberikan (sebagai
stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah
ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar
respon yang sama menjadi semakin kuat.
Misalnya, seorang siswa perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika
siswa tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus
ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan siswa (sehingga ia
melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan
pengurangan ini mendorong siswa untuk memperbaiki kesalahannya,
maka inilah yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif
adalah penguatan positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan
untuk memperkuat respon. Namun bedanya adalah penguat positif
menambah, sedangkan penguat negatif adalah mengurangi agar
memperkuat respon.
b. Dorongan Menurut Guthrie
Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie – Drives (dorongan)
fisiologis merupkan apa yang oleh Guthrie dikatakan maintaining stimuli
(stimuli yang mempertahankan) yang menjaga organisme tetap aktif sampai
tujuan tercapai.
Misalnya, rasa lapar menghasilkan stimuli internal yang terus ada sampai
makanan dikonsumsi. Ketika makan diperoleh, maintaining stimuli akan
hilang, dan karenanya kondisi yang menstimulasi telah berubah.9
c. Metode yang dirumuskan Gutrie
Gutrie merumuskan beberapa metode yang diantaranya adalah:10
9
Opcit, BR. Hergenhahn, hal. 241
10
Opcit, Theory Of Learning, hal.65
a) Metode Threshold (Ambang)
Yaitu metode mencari petunjuk yang memicu kebiasaan buruk dan
melakukan respons lain saat petunjuk itu muncul. Misalnya, saat
diketahui alasan merokok karena stres, maka ketika suatau saat stres
itu datang lakukan kegiatan lain.
b) Metode Fatigue (kelelahan) :
yaitu, membiarkan respons terus menerus hingga tidak lagi menjadi
fungsi dari stimulus. Misalnya, gadis kecil senang menyalakan korek
api, tugasnya adalah membiarkannya sampai dia merasa menyalakan
korek api tidak lagi menyenangkan.
c) Metode Incompatible Stimuli (stimuli menyimpang) :
yaitu memberikan penyandingan terhadap stimuli karena dianggap
dapat menimbulkan respons buruk. Misalnya, ibu memberi anaknya
sebuah boneka, tetapi anak justru takut dan gemetar. Jadi, ibu harus
menjadi stimulus yang dominan agar kombinasi keduanya berbentuk
relaksasi.
Ketiga metode di atas menurut Guthrie efektif karena disajikan suatu petunjuk
tindakan yang tidak diinginkan dan berusaha mempengaruhi agar tindakan itu
tidak dilakukan, karena ada stimuli utuk perilaku lain yang terjadi dan
membuat respons yang buruk menjadi tersingkirkan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Behavioristik merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek–aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk
perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Tokoh-Tokoh dan Pemikirannya terhadap Teori Belajar Behavioristikyang terdapat pada
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Ivan Petrovich Pavlop
2. Edwin Ray Guthrie
3. John Watson
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan
pengetahuan, sedangkan belajar sebagai aktivitas mimetic, yang menuntut pembelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
Teori ini memliki banyak kelebihan dan kekurangan. Sehingga apa yang menjadi
kelebihannya bisa menjadikan motivasi untuk menggairahkan belajar Dan kekurangannya kita
renovasi agar bisa lebih baik lagi.
B. Saran
Kami menyadri bawasannya, penyusun dari hasil revisi makalah ini hanyalah manusia
yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Tuhan
Yang Maha Kuasa, sehingga dalam penulisan dan penyusunannya revisi dari makalah ini masih
jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu kami sebagai pemakalah memohon maaf yang sebesar-
besarnya. Tetapi satu harapan kami, kiranya dengan adanya makalah ini, bisa menambah
wawasan para pembaca tentang Aliran Teori Behavioristik.
DAFTAR PUSTAKA
B. Uno, Hamzah. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta : PT Bumi Aksara,
2006.
Budiningsih, C., Asri. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005
Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Pranada Media Group, 2009.
Gredler, Bell. E. Margaret. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali, 1991.