Anda di halaman 1dari 3

LEGILSLATIVE DRAFTING/ PERANCANGAN KONTRAK

LECTURE-2 PRODI ILMU HUKUM


Dosen Muhammad Syuib, MH, MlegSt

PENGERTIAN KONTRAK
Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu contract, sedangkan dalam bahasa Belanda
disebut overeenkomst yang artinya perjanjian sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal
1313 KUHPerdata. Sementara itu istilah kontrak dalam Bahasa Indonesia sudah lama ada,
seperti misalnya kontrak kerja. Dalam Black’s Law Dictionary, contract adalah “an
agreement between two or more persons which creates an obligation to do or not to do a
particular thing”.

J.Satrio: kontrak, yaitu suatu perjanjian antara dua orang atau lebih yang menciptakan
kewajiban untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu hal yang khusus (J. Satrio, 1992: 33).
Sedangkan Subekti secara tegas membedakan antara Perjanjian, Perikatan dan Kontrak.
Menurutnya kontrak adala perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tertulis
(Subekti, 1979: 1).

Dari berbagai pengertian yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa definisi kontrak adalah
“hubungan hukum antara subyek hukum yang satu dengan subyek hukum yang lain dalam
bidang harta kekayaan, dimana subyek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu
juga subyek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan
yang telah disepakatinya” (H.S. Salim, 2013: 27).

Atau secara sempit dapat dikatakan kontrak adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan
(promissory agreement) diantara dua atau lebih pihak yang dapat menimbulkan atau
menghilangkan hubungan hukum. Meskipun secara bahasa sama artinya dengan perjanjian
namun ada perbedaan pemahaman dengan perjanjian. Perbedaan pengertian antara
keduanya dapat dilihat dari bentuk dibuatnya suatu perjanjian. Tidak semua perjanjian
dibuat secara tertulis, karena perjanjian dapat berupa lisan maupun tulisan. Perjanjian yang
dibuat secara tertulis itulah yang disebut kontrak.

Kontrak dalam prakteknya selalu dibuat tertulis dan harus memenuhi syarat-syarat sahnya
suatu perjanjian, yaitu Pasal 1320 KUH Perdata. Dalam pembuatan sebuah kontrak, selain
memenuhi syarat sahnya perjanjian maka pemahaman tentang hukum kontrak harus
dikuasai karena dalam pembuatan kontrak kepentingan para pihak akan diakomodir dalam
suatu perjanjian.

Penyusunan kontrak merupakan persoalan tentang perancangan dan analisa terhadap


kepentingan hukum para pihak yang melakukan kesepakatan. Karena setiap kontrak
mempunyai resiko yang berbeda-beda berdasarkan kepentingan para pihak, maka suatu
kontrak harus disusun sesuai dengan ketentuan serta dilakukan analisa terhadap kontrak
tersebut. Yang menjadi pertanyaan adalah apa yang dimaksud dengan perancangan
kontrak?
Dalam kamus Bahasa Indonesia, perancangan berarti proses, cara atau perbuatan
merancang. Perancangan kontrak (contract drafter, ada juga yang menyebut legal drafter)
adalah suatu bentuk perbuatan merancang dengan melakukan persiapan pembuatan,
penyusunan kontrak yang dimulai dari pengumpulan bahan-bahan hukum, penafsiran dan
menuangkan keinginan para pihak dalam kontrak.

Merancang kontrak adalah mengatur dan merencanakan struktur, anatomi, dan substansi
kontrak yang dibantu oleh para pihak. Dalam melakukan perancangan kontrak, terutama
kontrak bisnis, harus memahami asas-asas, prinsip-prinsip dan sumber hukum kontrak
menurut hukum posistif Indonesia seperti KUH Perdata dan perundangan-undangan yang
berkaitan dengan substansi kontrak.

Sebelum kontrak ditandatangani untuk disetujui oleh para pihak, yang mesti dilakukan
lebih dulu adalah menganalisa kontrak. Analisa/penelaahan/kajian/interprestasi/penaf siran
terhadap suatu rancangan kontrak adalah dengan melihat apakah terpenuhi syarat-syarat
sahnya kontrak, penerapan azas-azas hukum, ketentuan perundang-undangan yang terkait,
keinginan para pihak serta bagaimana perlindungan hukum bagi para pihak yang
mengikatkan diri dalam kontrak tersebut.

Dalam membuat kontrak, terutama kontrak bisnis, ada tiga tahap yang dilalui hingga
pelaksanaan kontrak, yaitu :
1. Tahap pracontractual, yaitu adanya penawaran dan penerimaan,
2. Tahap contractual, yaitu adanya persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak, dan
3. Tahap post contractual, yaitu pelaksanaan perjanjian.
Perancangan kontrak merupakan tahap pra contractual dan contractual.

SUMBER-SUMBER HUKUM PERANCANGAN KONTRAK

Hukum kontrak yang ada di Indonesia diatur di dalam Buku III KUH Perdata, yang terdiri dari
18 bab dan 631 pasal, dari Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1864. Pengaturan perancangan
kontrak di Buku III KUH Perdata meliputi:

a. Perikatan pada umumnya (Pasal 1233 KUH Perdata - Pasal 1312 KUH Perdata)
b. Perikatan yang dilahirkan dari perjanjian (Pasal 1313 KUH Perdata - Pasal 1352 KUH
Perdata)
c. Hapusnya perikatan (Pasal 1381 KUH Perdata - Pasal 1456 KUH Perdata)
d. Jual beli (Pasal 1457 KUH Perdata - 1540 KUH Perdata)
e. Tukar menukar (Pasal 1541 KUH Perdata – Pasal 1546 KUH Perdata)
f. Sewa menyewa (Pasal 1548 KUH Perdata – Pasal 1600 KUH Perdata)
g. Persetujuan untuk melakukan pekerjaan (Pasal 1601 KUH Perdata - Pasal 1617 KUH
Perdata)
h. Persekutuan (Pasal 1618 KUH Perdata – Pasal 1652 KUH Perdata)
i. Badan Hukum (Pasal 1653 KUH Perdata – Pasal 1665 KUH Perdata)
j. Hibah (Pasal 1666 KUH Perdata - Pasal 1693 KUH Perdata)
k. Penitipan barang (Pasal 1694 KUH Perdata - Pasal 1739 KUH Perdata)
l. Pinjam pakai (Pasal 1740 KUH Perdata – Pasal 1753 KUH Perdata)
m. Pinjam meminjam (Pasal 1754 KUH Perdata - Pasal 1769 KUH Perdata)
n.Bunga tetap atau abadi (Pasal 1770 KUH Perdata - Pasal 1773 KUH Perdata)
o. Perjanjian untung-untungan (Pasal 1774 KUH Perdata - Pasal 1791 KUH Perdata)
p. Pemberian Kuasa (Pasal 1792 KUH Perdata - Pasal 1819 KUH Perdata)
q. Penanggungan utang (Pasal 1820 KUH Perdata - Pasal 1850 KUH Perdata)
r. Perdamaian (Pasal 1851 KUH Perdata – Pasal KUH Perdata)

Dari seluruh pasal di atas sesungguhnya tidak disebutkan pasal berapa yang secara pasti
menjadi acuan dalam merancang sebuah kontrak. Namun bila melihat Pasal 1338 ayat (1)
KUH Perdata yang berbunyi: “Semua perjajian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya’’, maka para pihak diberi kebebasan untuk
dapat:

1. Membuat atau tidak membuat perjanjian.


2. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun.
3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya.
4. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.

Kebebasan membuat kontrak ini tidak serta merta membebaskan para pihak untuk
membuat kontrak sebebas-bebasnya sesuai yang diinginkan. Kontrak apapun yang dibuat
harus tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan
serta memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata sebagai syarat sahnya sebuah perjanjian.

MANFAAT PERANCANGAN KONTRAK


Manfaat yang didapatkan dalam proses perancangan dan analisa suatu kontrak bagi para
pihak diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Memberikan kepastian tentang identitas pihak pihak yang dalam kenyataannya terlibat
dalam perjanjian;
b. Memberikan kepastian dan ketegasan tentang hak dan kewajiban utama masing-masing
pihak sesuai dengan inti kontrak atau perjanjian yang hendak diwujudkan para pihak;
c. Memberikan jaminan tentang keabsahan hukum (legal validity) dan kemungkinan
pelaksanaan secara yuridis (legal enforceablility) dari kontrak yang dibuat;
d. Memberikan petunjuk tentang tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak yang
terbit dari kontrak yang mereka adakan;
e. Memberikan jaminan kepada masing-masing pihak bahwa pelaksanaan janji-janji yang
telah disepakati dalam kontrak yang bersangkutan akan menerbitkan hak untuk menuntut
pelaksanaan janji-janji atau prestasi dari pihak yang lain yang mengingkari janjinya;
f. Menyediakan jalan yang dianggap terbaik bagi para pihak untuk menyelesaikan
perselisihanperselisihan atau perbedaan pendapat yang mungkin terjadi ketika transaksi
bisnis mulai dilaksanakan;
g. Memberikan jaminan bahwa janji-janji dan pelaksanaan janji-janji yang dimuat di dalam
kontrak adalah hal-hal yang mungkin wajar, patut dan adil untuk dilaksanakan (fair and
reasonable).

Anda mungkin juga menyukai