Anda di halaman 1dari 5

Tugas Filsafat Kesehatan Masyarakat

Nama : Fahrul Nizam

Npm : 2307210035

Dosen : Dr. Radhiah Zakaria, MSc

TOPIK : EVIRONMRNTAL TOBACCO SMOKE

TEMA : HUBUNGAN PAPARAN ASAP ROKOK LINGKUNGAN SELAMA KEHAMILAN (PEROKOK PASIF )
TERHADAP KASUS BERAT BADAN LAHIR RENDAH(BBLR)

Latar Belakang

Rokok merupakan salah satu sumber pencemaran udara yang berasal dari produk olahan tembakau
(Kemenkes, 2018). Se*ap harinya dihasilkan 10-15 miliar puntung rokok ke lingkungan serta merugikan
rumah tangga dan pemerintah lebih dari US $ 1,4 triliun akibat pengeluaran perawatan kesehatan dan
kehilangan produk*fitas (WHO, 2017). Indonesia sendiri merupakan negara dengan jumlah konsumen
rokok terbesar ke*ga di dunia dan menduduki peringkat pertama di ASEAN (Kemenkes, 2016). Hal ini
menyebabkan terjadinya 230.000 kasus kema*an di Indonesia akibat penggunaan produk tembakau
(Kemenkes, 2019).

Salah satu indikator kesehatan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan(SDGs) yaitu dengan
mengimplementasi Framework Conven*on for Tobacco Control (FCTC) sebagai upaya untuk
melindungi generasi dari paparan asaprokok sehingga dapat mengurangi beban penyakit dan kema*an
global akibat penggunaan tembakau (WHO, 2018). Menurut WHO (2001), *dak ada Tingkat paparan
yang aman bagi perokok pasif. Paparan asap rokok selama kehamilan dapat mempengaruhi
perkembangan anak dan menyebabkan kerusakan permanen pada janin (Fitri, 2018). Menurut
(Sep*awa* & Lis*an*, 2019), paparan polusi udara dapat meningkatkan risiko terhadap kasus berat
badan lahir rendah sebanyak 1,74 kali.

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan bahwa presentasi jumlah
kasus berat badan lahir dibawah <2.500 gram mencapai angka 6.2%. Kasus ini merupakan suatu
ancaman generasi lanjut untuk dapat tumbuh sehat dan produk*f dalam pembangunan bangsa karena
bayi yang lahir dengan berat badan <2.500 gram akan meningkatkan angka risiko kema*an, kesakitan
dan kecacatan neonatus serta berdampak jangka panjang pada anak di masa depan (Jumha* dan
Novian*, 2018). Presentasi kasus berat badan lahir rendah merupakan salah satu penyebab *ngginya
angka kema*an neonatal di Indonesia yang mencapai angka 19% (Kemenkes, 2019). Oleh karena itu
penguranga npenggunaan tembakau di Indonesia merupakan salah satu intervensi utama untuk
mencegah kelahiran dengan berat badan rendah.

Se*ap tahun, pada tanggal 31 Mei, Pemerintah Indonesia dan mitra memperinga* Hari Tanpa
Tembakau Sedunia (HTTS). Peringatan HTTS tahun 2022, yang ditandai dengan kampanye global
“Tobacco: Threat to our environment”, merupakan kesempatan untuk meningkatkan kesadaran
tentang efek bahaya dari konsumsi rokok dan paparan asap rokok terhadap lingkungan. Tema ini
dianggap relevan untuk menjawab tantangan terbesar di bidang kesehatan masyarakat dan isu
lingkungan hidup. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran di kalangan masyarakat
tentang dampak lingkungan dari tembakau – mulai dari penanaman, produksi, distribusi, dan limbah,
sehingga memberikan satu alasan tambahan bagi perokok untuk berhen* merokok(Kementrian
Kesehatan RI, 2022).

Penerapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan salah satu cara efek*f untuk melindungi masyarakat
dari bahaya asap rokok dan mengurangi dampak pada lingkungan dengan melarang merokok di
berbagai tatanan, termasuk rumah, ins*tusi pendidikan, tempat kerja dan tempat-tempat umum. Pada
*ngkat regional ASEAN adanya inisia*f regional mempromosikan lingkungan bebas asap rokok melalui
penyelenggaraan ASEAN Smoke-free Awards (ASA) untuk mengurangi penggunaan tembakau dan
mendukung gaya hidup sehat bagi seluruh masyarakat ASEAN.

Mengurangi konsumsi tembakau dapat menjadi pengungkit utama untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan (SDGs), bukan hanya yang terkait langsung dengan kesehatan, namun
juga melindungi lingkungan hidup. Pemerintah juga memas*kan seluruh masyarakat untuk memiliki
akses berhen* merokok melalui layanan konseling berhen* merokok “Quitline” dan klinik berhen*
merokok di se*ap puskesmas. Komitmen berhen* merokok dapat meningkatkan kesehatan,
menyelamatkan nyawa, melindungi lingkungan dan menghemat beban negara dari penyakit akibat
rokok. (Kementrian Kesehatan RI, 2022)

DAFTAR PUSTAKA

Fitri, L. (2018). Hubungan Bblr Dan Asi Ekslusif Dengan Kejadian Stun*ng Di Puskesmas Lima Puluh
Pekanbaru. Jurnal Endurance, 3(1), 131. hJps://doi.org/10.22216/jen.v3i1.1767
Kementrian Kesehatan RI. (2022). Rokok Ancaman Kesehatan Dan Lingkungan. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2022.
Sep*awa*, D., & Lis*an*, A. N. (2019). Exploring Indoor Air Pollu*on Exposure During Pregnancy and
Risk of Low Birth Weight in Seberang Ulu 1, Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
10(2), 93–100. hJps://doi.org/10.26553/jikm.2019.10.2.93-100
World Health Organiza*on. 2018. “WHO FCTC Opens 8th COP Session To Review Progress, Strengthen
Global Fight Against Tobacco Use”. Diakses Pada Tanggal 1 Mei 2020 Pukul : 10.00 Dari
:HJps://Www.Who.Int/News-Room/Detail/01-10-2018-Who-Fctc-Opens-8th-Cop-Session-To-
Review- Progress-Strengthen-Global-Fight-Against- Tobacco-Us

Kementerian Kesehatan Ri. 2020. “Apakah Rokok Elektrik Lebih Baik Dari Rokok Tembakau? Keduanya
Tidak Baik!”. Jakarta: Kemenkes Ri. Diakses Pada Tanggal 1 Mei 2020 Pukul : 09.11 Dari
HJps://Www.Kemkes.Go.Id/Ar*cle/View/20011700004/Apakah-Rokok-Elektrik-Lebih-Baik-Dari-
Rokok-Tembakau-Keduanya-Tidak-Baik-.Html

Kementerian Kesehatan Ri. 2018. “Apa Yang Dimaksud Dengan Rokok?” Jakarta: Kemenkes Ri. Diakses
Pada Tanggal 1 Mei 2020 Pukul : 09.11 Dari HJp://P2ptm.Kemkes.Go.Id/Infographic-P2ptm/Penyakit-
Paru-Obstruk*f-Kronik-Dan-Gangguan-Imunologi/Apa-Yang-Dimaksud- Dengan-Rokok

World Health Organiza*on. 2017. “World No Tobacco Day 2017: Bea*ng Tobacco For Health,
Prosperity, The Environment And Na*onal Development”. Diakses Pada Tanggal 1 Mei 2020 Pukul :
10.00 Dari : HJps://Www.Who.Int/News-Room/Detail/30-05-2017-World-No- Tobacco-Day-2017-
Bea*ng-Tobacco-For-Health-Prosperity-The- Environment-And-Na*onal-Development
 Dampak dari hubungan paparan asap rokok lingkungan selama kehamilan (perokok pasif)
terhadap kasus berat badan lahir rendah (BBLR) melibatkan peningkatan risiko kesehatan
pada janin, dapat menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan di bawah normal. Risiko
ini dapat berkontribusi pada masalah pertumbuhan dan kesehatan bayi setelah lahir, serta
meningkatkan potensi komplikasi kesehatan jangka panjang.

 Kebijakan hukum yang mengatur tentang Asap Tembakau Lingkungan (ETS) sebagi berikut :
 peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang
Mengandung Zat Adik*f Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan: Mengatur
tentang kemasan dan peringatan pada produk tembakau.
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2013 tentang Pengamanan Bahan
yang Mengandung Zat Adik*f Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan: Merinci
lebih lanjut tentang tata cara penerapan peringatan kesehatan pada kemasan rokok.
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1098/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedoma
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (KTR): Memberikan pedoman pelaksanaan
kawasan tanpa rokok untuk melindungi masyarakat dari paparan asap rokok di
tempat-tempat umum.

 Perkembangan aturan terkait asap tembakau dalam konteks kesehatan lingkungan sering
kali mencakup langkah-langkah untuk melindungi masyarakat dari dampak nega*f asap
rokok. Beberapa perkembangan tersebut termasuk

 Pembatasan Merokok di Tempat Umum: Banyak yurisdiksi telah mengadopsi atau


memperketat undang-undang yang membatasi merokok di tempat-tempat umum,
termasuk restoran, kafe, dan transportasi publik. Ini bertujuan untuk melindungi
non-perokok dari paparan asap rokok pasif.
 Kawasan Tanpa Rokok (KTR): Peningkatan jumlah kawasan tanpa rokok, baik di
dalam ruangan maupun di area terbuka, sebagai upaya untuk menciptakan
lingkungan yang bebas asap rokok.

 Peringatan Kesehatan yang Lebih Kuat: Peningkatan dalam kejelasan dan efek*vitas
peringatan kesehatan pada bungkus rokok, termasuk gambar-gambar yang lebih
grafis, untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko kesehatan akibat merokok.

 Pajak dan Harga Rokok: Implementasi pajak tambahan pada produk tembakau
untuk meningkatkan harga rokok dan mengurangi konsumsi, yang dapat berdampak
posi*f pada kesehatan masyarakat dan lingkungan.

 Edukasi Pencegahan:
edukasi kesehatan dan pencegahan yang lebih ak*f untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang dampak merokok pada kesehatan diri dan
lingkungan.

 Pengembangan Teknologi Alterna*f: Dorongan untuk mengembangkan dan


mempromosikan teknologi alterna*f seper* produk tembakau bebas asap atau
produk penggan* rokok tradisional.
 Kolaborasi dengan Industri: Upaya untuk melibatkan industri dan memo*vasi
perusahaan tembakau untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan
kesehatan masyarakat.

 Perkembangan aturan ini mencerminkan kesadaran yang semakin meningkat


tentang dampak asap tembakau terhadap kesehatan dan lingkungan serta upaya
untuk mengurangi risikonya.

 Upaya untuk mengurangi akibat dari paparan asap rokok lingkungan selama kehamilan
(perokok pasif) terhadap kasus berat badan lahir rendah (BBLR) melibatkan langkah-langkah
pencegahan dan edukasi, termasuk:

 Pendidikan Kesehatan: Kampanye penyuluhan dan edukasi yang ditujukan kepada


masyarakat umum, terutama ibu hamil dan keluarga, untuk meningkatkan
pemahaman tentang bahaya paparan asap rokok dan risiko terkait BBLR

 Pembatasan Merokok di Tempat Umum: Menerapkan dan menegakkan kebijakan


pembatasan merokok di tempat-tempat umum untuk mengurangi paparan asap
rokok bagi ibu hamil dan masyarakat secara umum.

 Dukungan Kesehatan untuk Ibu Hamil: Meningkatkan akses dan dukungan


kesehatan untuk ibu hamil, termasuk program berhen* merokok dan pemantauan
kesehatan selama kehamilan.

 Pemantauan dan Peneli*an: Melakukan pemantauan terhadap implementasi


kebijakan dan melakukan peneli*an untuk terus memahami dampak paparan asap
rokok selama kehamilan serta mengevaluasi efek*vitas upaya pencegahan.

 Pengembangan Kebijakan: Mengembangkan dan menguatkan kebijakan yang


mendukung lingkungan bebas asap rokok, baik di tempat umum maupun di
lingkungan rumah tangga.

Upaya kolabora*f dari pemerintah, lembaga kesehatan, masyarakat, dan sektor terkait lainnya
diperlukan untuk mencapai pengurangan risiko yang signifikan terkait BBLR akibat paparan asap
rokok selama kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai