Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) Modul 2

Skill 2. APN

Latar Belakang Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (in partu) pada saat uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum in partu
jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada serviks.
Tanda dan gejala inpartu termasuk:
• Penipisan dan pembukaan serviks
• Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
• Keluarnya lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina.

A. Kala satu persalinan


Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala satu dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase
aktif.

1. Fase laten persalinan:


• Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap.
• Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
• Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam.

2. Fase aktif persalinan:


• Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumya meningkat (kontraksi
dianggap adekuat / memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam
waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).
• Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1
cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm).
• Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

B. Kala dua persalinan


Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga
sebagai kala pengeluaran.

Ada beberapa tanda dan gejala kala dua persalinan:


• Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.

2
• Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum
dan/atau vaginanya.
• Perineum terlihat menonjol.
• Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.
• Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

Diagnosis kala dua persalinan dapat ditegakkan atas dasar hasil


pemeriksaan dalam yang menunjukkan:
• Pembukaan serviks telah lengkap, atau
• Terlihatnya bagian kepala bayi pada introitus vagina.

Persiapan penolong persalinan


Selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi seperti yang
dianjurkan, termasuk di antaranya cuci tangan, memakai sarung
tangan dan perlengkapan pelindung pribadi.

1. Sarung Tangan
Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus dipakai
dalam melakukan setiap pemeriksaan dalam, membantu kelahiran
bayi, melakukan episiotomi, menjahit laserasi dan memberikan
asuhan bagi bayi baru lahir. Sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi
atau steril harus menjadi bagian dari perlengkapan pertolongan
persalinan (partus set) dan prosedur penjahitan (suturing set).
Sarung tangan harus diganti apabila terkontaminasi atau
berlubang.

2. Perlengkapan pelindung pribadi


Mengenakan celemek yang bersih dan penutup kepala atau ikat
rambut pada saat menolong persalinan. Jika memungkinkan, pakai
masker dan kacamata yang bersih. Kenakan semua perlengkapan
pelindung pribadi setama membantu kelahiran bayi atau plasenta
dan pada saat melaksanakan penjahitan laserasi atau luka
episiotomi.

3. Persiapan tempat persalinan, peralatan dan bahan


Penolong persalinan harus menilai ruangan di mana proses
persalinan akan berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki
sistem pencahayaan/penerangan yang cukup, baik melalui jendela,
lampu di langit-langit kamar, maupun sumber cahaya lainnya. Ibu
dapat menjalani persalinan di tempat tidur dengan kain tebal yang
bersih atau kasur di lantai dengan kain pelapis yang bersih.
Ruangan harus hangat dan terhalang dari tiupan angin secara
langsung. Harus tersedia meja atau permukaan yang bersih dan
mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan
selama persalinan. Pastikan bahwa semua perlengkapan dan
bahan-bahan tersedia dan berfungsi dengan baik; termasuk partus
set, perlengkapan menjahit dan resusitasi bayi baru lahir. Semua
perlengkapan dan bahan-bahan dalam set tersebut harus dalam
keadaan disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Daftar tilik lengkap
untuk bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan esensial yang
dibutuhkan untuk persalinan, membantu kelahiran dan asuhan bayi
baru lahir.

3
4. Persiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi
Persiapan untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru lahir
harus dimulai sebelum bayi lahir. Siapkan lingkungan yang sesuai
untuk kelahiran bayi dengan memastikan bahwa ruangan tersebut
bersih dan bebas dari tiupan angin. Sebaiknya matikan kipas angin
atau penyejuk ruangan. Sediakan pula paling tidak 2 selimut, kain
atau handuk kering dan bersih untuk mengeringkan dan
menyelimuti bayi.

5. Persiapan ibu dan keluarga


Asuhan sayang ibu
• Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu selama persalinan
dan kelahiran. Penting untuk mengikut-sertakan suami, ibunya
atau siapapun yang diminta ibu untuk mendampinginya, saat ia
membutuhkan perhatian dan dukungan.
Alasan: Dukungan dari pendamping selama persalinan
berkaitan dengan hasil persalinan yang lebih baik
• Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam asuhan ibu. Mereka
dapat membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan pijatan,
memberikan minuman dan makanan, berbicara dengan ibu
serta memberikan semangat selama persalinan dan kelahiran
bayinya.
• Berikan dukungan dan semangat pada ibu dan anggota
keluarganya. Jelaskan proses kelahiran dan kemajuan
persalinan kepada ibu dan keluarganya.
• Tentramkan hati ibu selama kala dua persalinan. Berikan
bimbingan dan bantuan jika memang diperlukan.
• Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran
• Saat pembukaan lengkap, jelaskan pada ibu untuk hanya
meneran apabila ada dorongan kuat untuk meneran. Jangan
menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan
napas. Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
Alasan: Meneran secara berlebihan sehingga menahan upaya
untuk mengambil napas akan mengakibatkan kelelahan yang
tidak perlu bagi ibu dan meningkatkan risiko asfiksia pada bayi
karena menurunnya pasokan oksigen ke plasenta.
• Anjurkan ibu untuk minum selama kala dua persalinan.
Alasan: Ibu akan mudah mengalami dehidrasi selama
persalinan dan kelahiran. Untuk mempertahan kondisi optimal
pada ibu dan bayinya, pastikan agar ibu mendapat cukup
asupan cairan.
• Kadang-kadang, kala dua persalinan menimbulkan rasa
khawatir pada ibu. Berikan rasa aman, semangat dan
tentramkan hati ibu selama proses persalinan berlangsung.
Dukungan tersebut dapat mengurangi ketegangan, membantu
kelancaran proses persalinan dan kenyamanan proses
kelahiran bayi. Jelaskan setiap tindakan kepada ibu sebelum
melakukannya, jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu,
jelaskan apa yang terjadi pada ibu dan bayinya dan alasan-
alasan tentang tujuan suatu tindakan. Jelaskan pula hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan (misalnya tekanan darah,
denyut jantung janin, pemeriksaan dalam).

4
6. Membersihkan perineum ibu
Berikut adalah prinsip-prinsip umum pencegahan infeksi pada kala
dua persalinan. Bersihkan vulva dan perineum ibu secara lembut
dengan menggunakan air matang (desinfeksi tingkat tinggi), dan
gulungan kapas atau kasa yang bersih. Bila tersedia, boleh
gunakan larutan antiseptik. Usapkan dari atas ke bawah mulai dari
bagian anterior vulva ke arah rektum untuk mencegah kontaminasi
tinja. Saat ibu mulai meneran, letakkan kain bersih di bawah
bokong ibu dan sediakan kain bersih lain di dekatnya. Jika ibu
mengeluarkan tinja pada saat meneran, tenteramkan ibu bahwa hal
tersebut adalah biasa dan bersihkan tinja tersebut dengan kain
bersih atau tangan yang memakai sarung tangan (sesudahnya
ganti dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi yang lain).
Kemudian bersihkan kembali vulva, jika bagian tersebut
terkontaminasi oleh tinja. Jika kain di bawah bokong tercemar oleh
tinja, ganti dengan kain lain yang bersih. Jika tidak ada cukup
waktu untuk membersihkan tinja sebelum kelahiran bayi, tutupi tinja
tersebut dengan kain bersih.

7. Pengosongan kandung kemih


Anjurkan ibu untuk berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih
sering atau bila kandung kemih terasa ibu penuh. Bantu ibu ke
kamar mandi jika perlu. Berikan pula bantuan agar ibu dapat duduk
di atas penampung urin jika ibu tidak bisa berjalan ke kamar mandi.
Alasan: Kandung kemih yang penuh dapat tmenghalangi kontraksi
dan penurunan kepala bayi. Hal ini akan menambah rasa sakit,
kesulitan untuk melahirkan plasenta, perdarahan pascapersalinan
dan menghambat penatalak-sanaan distosia bahu.
Jangan melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin
sebelum atau setelah kelahiran bayi dan/atau plasenta.
Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan apabila kandung
kemih penuh dan ibu tidak dapat berkemih sendiri.
Alasan: Kateterisasi dapat nienimbulkan rasa sakit, meningkatkan
risiko infeksi dan kemungkinan luka pada saluran kemih.

8. Amniotomi
Jika selaput ketuban belum pecah dan pembukaan telah lengkap,
lakukan amniotomi. Penolong persalinan harus memperhatikan
warna air ketuban saat dilakukan amniotomi. Jika ada pewarnaan
mekonium pada air ketuban, perlu dilakukan persiapan dan upaya
antisipatif untuk untuk melahirkan bayi dengan cairan ketuban yang
mengandung mekonium.

Tujuan 1. Menjelaskan batasan dan mendiagnosis kala dua persalinan.


Pembelajaran 2. Membuat persiapan untuk pertolongan kala dua persalinan
(termasuk mempersiapkan tempat persalinan, perlengkapan,
bahan-bahan dan obat-obatan dan mempersiapkan ibu serta
keluarganya).
3. Menerangkan indikasi-indikasi dan bagaimana cara melakukan
amniotomi.
4. Memperagakan posisi meneran dan cara membimbing ibu untuk
meneran.
5. Menilai kemajuan kala dua persalinan.
6. Menilai kondisi janin selama kala dua persalinan.
7. Menilai kondisi ibu selama kala dua persalinan.

5
8. Menerangkan indikasi dan memahami risiko atau manfaat
episiotomi.
9. Memperagakan manuver tangan saat membantu melahirkan
kepala, bahu dan tubuh bayi.
10. Menyebutkan kemungkinan penyulit dan komplikasi selama kala
dua persalinan.
11. Menerangkan penatalaksanaan awal terhadap penyulit dan
komplikasi selama kala dua persalinan.
12. Memahami pentingnya menyiapkan rencana rujukan sebelum
persalinan dan kelahiran, serta menjelaskan persiapan sebelum
merujuk.

Penatalaksanaan Penatalaksanaan fisiologis kala dua persalinan didasarkan pada


fisiologis kala prinsip bahwa kala dua merupakan peristiwa normal yang akan diakhiri
dua persalinan dengan kelahiran normal tanpa adanya intervensi. Penolong
persalinan berpatokan pada tanda-tanda bahwa ibu sudah dalam kala
dua persalinan. Untuk itu, penolong persalinan akan membimbing,
memberikan dukungan terus menerus, membesarkan hati ibu, dan
saran-saran. Dalam hal ini, penolong persalinan tidak memberikan
instruksi khusus tentang bagaimana cara meneran. Saat pembukaan
sudah lengkap, anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan
dorongan alamiahnya, dan beristirahat di antara kontraksi. Jika
diinginkan, ibu dapat mengubah posisinya. Posisi berdiri atau
jongkok, dapat mempersingkat kala dua persalinan. Biarkan ibu
untuk mengeluarkan suara selama persalinan dan proses kelahiran
berlangsung.

Gambar 1. Posisi meneran dengan duduk atau setengah duduk


Posisi duduk atau setengah duduk (gambar 3-1) seringkali nyaman
bagi ibu dan ia bisa beristirahat dengan mudah di antara kontraksi
jika merasa lelah. Keuntungan dari kedua posisi ini adalah
memudahkan melahirkan kepala bayi.

6
Gambar 2. Posisi meneran jongkok atau berdiri
Keuntungan posisi ini adalah dapat mempercepat kemajuan kala
dua persalinan dan mengurangi rasa nyeri hebat.

Gambar 3. Posisi meneran merangkak atau berbaring miring ke kiri


Posisi meneran Ibu mungkin menemukan bahwa merangkak atau
berbaring miring ke kiri bisa lebih nyaman dan lebih efektif baginya
untuk meneran. Kedua posisi tersebut mungkin baik jika ada
masalah bagi bayi yang akan berputar ke posisi oksiput anterior.
Merangkak seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu yang
mengalami nyeri punggung saat persalinan. Berbaring miring ke kiri
seringkali merupakan posisi yang baik bagi ibu jika kelelahan karena
ibu bisa beristirahat dengan mudah di antara kontraksi. Posisi ini
juga bisa membantu mencegah laserasi.

Sebagian besar penolong akan memimpin persalinan dengan


menginstruksikan untuk menarik napas panjang dan meneran,
segera setelah pembukaan lengkap. Biasanya, ibu dibimbing untuk
meneran tanpa berhenti selama 10 detik atau lebih, tiga sampai empat
kali per kontraksi (Sagady, 1995). Meneran dengan cara ini dikenal
sebagai meneran dengan tenggorokan terkatup atau manuver
Valsava. Hal ini ternyata dapat mengurangi pasokan oksigen ke janin.
Pada banyak penelitian, meneran dengan cara tersebut di atas,
berhubungan dengan kejadian menurunnya denyut jantung janin (DJJ)
dan rendahnya nilai Apgar (Enkin, et al, 2000). Karena cara ini
berkaitan dengan buruknya keluaran janin, maka cara ini sebaiknya
tidak digunakan. Dianjurkan untuk menatalaksana kala dua persalinan
secara fisiologis.
Dalam penatalaksanaan fisiologis kala dua persalinan, ibulah yang
mengendalikan dan mengatur saat meneran dan bukan penolong
persalinan. Berikan asuhan sayang ibu dengan memberikan semangat
pada saat ia meneran dan berikan bimbingan jika ibu tidak meneran
secara efektif. Ingat bahwa kontraksi uterus yang mendorong bayi ke

7
luar dari jalan lahir dan meneran hanya merupakan upaya bantuan
terhadap kontraksi uterus untuk melahirkan bayi.

Memulai meneranb
Bila sudah didapatkan tanda pasti kala dua persalinan, tunggu sampai
ibu merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran. Teruskan
pemantauan kondisi ibu dan bayi.

Cara meneran
• Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan
alamiahnya selama kontraksi.
• Jangan anjurkan untuk menahan napas pada saat meneran.
• Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara
kontraksi.
• Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin
merasa lebih mudah untuk meneran jika ia menarik lutut ke arah
dada dan menempelkan dagu ke dada.
• Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
• Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu
kelahiran bayi. Dorongan pada fundus meningkatkan risiko
distosia bahu dan ruptura uteri. Cegah setiap anggota keluarga
yang mencoba melakukan dorongan pada fundus.

Catatan: Jika ibu adalah primipara dan ia belum melahirkan (atau


persalinan tidak terjadi segera) setelah dua jam meneran,
segera rujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Jika ibu
adalah multipara dan ia belum melahirkan (atau
persalinan tidak terjadi segera) setelah satu jam meneran,
segera rujuk ke fasilitas kesehatan rujukan (lihat Alur
untuk penatalaksanaan fisiologis kala dua persalinan).

Mendiagnosis kala dua persalinan dan memulai meneran:


• Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
• Pakai satu sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril pada
tangan yang akan melakukan pemeriksaan dalam.
• Jelaskan pada ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan dalam.
• Lakukan pemeriksaan dalam secara hati-hati untuk memastikan
bahwa pembukaan sudah lengkap (10 cm). Buka sarung tangan
sesuai dengan upaya pencegahan infeksi
• Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan ibu dan bantu ibu
mendapatkan posisi yang lebih nyaman atau memperbolehkan ibu
untuk berjalan-jalan. Anjurkan ibu untuk tetap bernapas selama
kontraksi berlangsung. Teruskan pemantauan ibu dan bayinya
sesuai dengan pedoman fase aktif persalinan dan catatkan semua
temuan pada partograf.
• Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan serviks belum
lengkap, berikan semangat dan anjurkan ibu untuk bernapas cepat,
atau bernapas biasa dalam setiap kontraksi. Anjurkan ibu untuk
mengambil posisi yang paling nyaman baginya dan anjurkan untuk
menahan keinginan meneran sampai pembukaan sudah lengkap.
• Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa Ingin meneran,
bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman untuk meneran.
Beri semangat dan anjurkan untuk mulai meneran sesuai dengan

8
dorongan alamiahnya. Persilakan keluarga ibu untuk membantu
dan mendukung usahanya. Catat pemeriksaan dalam pada
partograf. Memberi minum pada ibu dan teruskan memantau DJJ
setiap 5 menit. Pastikan bahwa ibu beristirahat di antara
kontraksi.
• Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan
untuk meneran, bantu ibu mengambil posisi yang nyaman atau
biarkan ibu berjalan jalan. Posisi berdiri seringkali memperinudah
penurunan bayi, yang nantinya akan membantu menimbulkan rasa
ingin meneran. Anjurkan ibu untuk terus bernapas selama kontraksi
berlangsung. Catat pemeriksaan dalam pada partograf. Teruskan
memantau kondisi ibu dan bayi se-suai dengan pedoman fase aktif
persalinan dan catat semua temuan pada partograf. Beri ibu minum
dan anjurkan/perbolehkan untuk berkemih sesuai dengan
kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit. Stimulasi puting susu
mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan kualitas kontraksi.
Bimbing ibu untuk bernapas selama kontraksi berlangsung. Jika ibu
merasa ingin meneran, anjurkan ibu untuk melakukannya (lihat di
atas).
• Jika ibu tidak merasa ingin meneran setelah pembukaan
lengkap selama 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada
saat puncak setiap kontraksi. Anjurkan ibu untuk merubah posisi
secara teratur, tawarkan minuman sesering mungkin dan pantau
DJJ setiap 5 menit. Dapat dilakukan stimulasi puting susu untuk
memperkuat kontraksi.
• Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit berikutnya atau jika
kelahiran bayi tidak akan segera terjadi, segera rujuk ke fasilitas
kesehatan rujukan. Jika kepala tidak turun meskipun ibu sudah
meneran selama 60 menit, kemungkinannya adalah disproporsi
kepala panggul (CPD= Cephalopelvic Disproportion) dan segera
lakukan rujukan.

Pencegahan laserasi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat
bayi dilahirkan, terutama saat kelahiran kepala dan bahu. Kejadian
laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak
terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu selama persalinan dan
gunakan manuver tangan yang tepat (dibahas di bagian selanjutnya)
untuk mengendalikan kelahiran bayi serta membantu mencegah
terjadinya laserasi. Kerjasama ini dibutuhkan terutama saat kepala
bayi dengan diameter 5-6 cm tengah membuka vulva (crowning).
Kelahiran kepala yang terkendali dan perlahan memberikan waktu
pada jaringan vagina dan perineum untuk melakukan penyesuaian
dan akan mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Saat
kepala mendorong vulva dengan diameter 5-6 cm, bimbing ibu
untuk meneran dan berhenti untuk beristirahat atau bernapas
dengan cepat.
Meskipun episiotomi rutin sering dilakukan di masa lalu (karena
para penolong persalinan percaya bahwa dengan melakukan
episiotomi akan mencegah penyulit dan infeksi, serta lukanya akan
sembuh dengan lebih baik daripada robekan spontan) tetapi tidak
ada bukti ilmiah yang mendukung pendapat ini (Enkin, et al, 2000;
Wooley, 1995).

9
Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena dapat
menyebabkan:
• Meningkatnya jumlah darah yang hilang dan risiko hematoma
• Lebih sering meluas menjadi laserasi derajat tiga atau empat
dibandingkan dengan laserasi derajat tiga atau empat yang
terjadi tanpa episiotomi
• Meningkatnya nyeri pascapersalinan
• Meningkatnya risiko infeksi

Indikasi untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat kelahiran


bayi bila didapatkan:
• Gawat janin
• Penyulit kelahiran per vaginam (sungsang, distosia bahu, ekstraksi
forseps, ekstraksi vakum)
• Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat
kemajuan persalinan

Melahirkan kepala
Saat kepala bayi mendorong atau membuka vulva sekitar 5-6 cm,
letakkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan
bayi segera setelah bayi lahir. Letakkan kain bersih dan kering yang
dilipat 1/3-nya di bawah bokong ibu. Lindungi perineum dengan satu
tangan (di bawah kain bersih dan kering) dan letakkan ibu jari dan 4
jari tangan tersebut di lipat paha pada kedua sisi perineum. Letakkan
tangan yang lain pada kepala bayi. Berikan tekanan yang lembut dan
tidak keras pada kepala bayi dengan menggunakan tangan lainnya
dan biarkan kepala bayi keluar secara bertahap di bawah tangan
tersebut.

10
Alasan: Melindungi perineum dan mengendatikan keluarnya
kepala bayi dengan hati-hati dapat mengurangi robekan
pada vagina dan perineurn.

Perhatikan perineum pada saat kepala keluar dan dilahirkan. Usap


muka bayi dengan kain atau kasa bersih atau disinfeksi tingkat tinggi
untuk membersihkan mulut dan hidung bayi dari lendir dan darah.

Jangan melakukan penghisapan secara rutin pada mulut dan


hidung bayi; sebagian besar bayi yang sehat tidak memerlukan
penghisapan, karena bayi normal dapat membersihkan jalan
napasnya sendiri. Penghisapan lendir yang terlalu dalam akan
menyebabkan denyut jantungnya menjadi tidak teratur (bradikardia)
dan/atau bayi berhenti bernapas (apnea), karena alasan tersebut
penghisapan lendir secara rutin pada bayi sangat tidak dianjurkan
(Enkin, et al, 2000). Tapi jika cairan ketuban mengandung
mekonium, lakukan penghisapan secara hati-hati pada mulut dan
hidung bayi dengan menggunakan kateter penghisap lendir De
Lee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap
(yang baru dan bersih) segera setelah kepala lahir dan sebelum
bahu lahir.
Alasan: Bayi akan menarik napas pertama setelah bahu dan
dadanya dilahirkan, penghisapan air ketuban dan
mekonium dari mulut dan hidung bayi sebelum bahu lahir
akan membantu upaya pencegahan aspirasi mekoniuna
pada bayi
tersebut.

11
Selalu hisap mulut bayi lebih dulu sebelum menghisap hidungnya.
Menghisap hidung lebih dulu dapat menyebabkan bayi menarik
napas dan menghirup mekonium atau cairan yang ada di dalam
mulut. Jangan masukkan kateter atau bola karet penghisap terlalu
dalam pada mulut atau hidung bayi. Hisap lendir pada bayi dengan
lembut, hindari penghisapan yang dalam dan agresif.
Alasan: Penghisapan yang terlalu dalam dapat menyebabkan
denyut jantung melambat dan tidak teratur atau bayi
berhenti bernapas (Enkin, et al, 2000).

Periksa tali pusat pada leher


Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan
bernapas cepat. Raba leher bayi apakah ada lilitan tali pusat. Jika
lilitan tali pusat longgar di leher bayi, lepaskan melewati kepala
bayi. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, klem di dua
tempat dan potong tali pusat di antara 2 klem tersebut.

Melahirkan bahu
Setelah menyeka mulut clan hidung bayi hingga bersih dan
memeriksa tali pusat, tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya dan
awasi rotasi spontan kepala bayi.
• Setelah rotasi eksternal, letakkan satu tangan pada masing-
masing sisi kepala bayi dan beritahukan pada ibu untuk meneran
pada kontraksi berikutnya.
• Lakukan tarikan perlahan ke arah bawah dan luar secara lembut
(ke arah tulang punggung ibu) hingga bahu anterior tampak di
bawah arkus pubis.
• Angkat kepala bayi ke arah atas dan luar (mengarah ke langit-
langit) untuk melahirkan bahu posterior bayi.

12
Catatan: Sangat sulit untuk memperkirakan kapan distosia bahu
akan terjadi; antisipasi adanya kemungkinan distosia bahu
pada setiap kelahiran bayi. Jika terjadi distosia bahu, lihat
Lampiran A-3 untuk penatalaksanaannya.

Tanda-tanda dan gejala-gejala distosia bahu adalah sebagai


berikut:
• Kepala bayi lahir tapi tetap berada di vagina.
• Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar.
• Kepala bayi tersangkut di perineum, seperti masuk kembali ke
dalam vagina (kepala 'kura-kura' ).

Melahirkan sisa tubuh bayi


• Saat bahu posterior lahir, selipkan tangan pada bagian bawah
(posterior) kepala bayi ke arah perineum dan biarkan bahu dan bagian
tangan bayi lahir ke tangan yang ini.
• Gunakan jari-jari tangan yang sama untuk mengendalikan kelahiran
siku dan tangan pada sisi posterior bayi pada saat melewati
perineum.
• Gunakan tangan yang berada di belakang (posterior) untuk
menahan tubuh bayi saat lahir (Gambar 3-8).
• Gunakan tangan bagian depan (anterior) untuk melahirkan bahu
anterior dan untuk mengendalikan kelahiran siku dan tangan
anterior bayi.
• Setelah kelahiran tubuh dan lengan, sisipkan tangan bagian
depan (anterior) di punggung bayi ke arah bokong dan kaki bayi
untuk menahan laju kelahiran bayi saat kaki lahir (Gambar 3-8).
• Sisipkan jari telunjuk dari tangan yang sama di antara kaki bayi,
pegang dengan mantap bagian mata kaki bayi dan baru lahirkan
kakinya secara hati-hati (Gambar 3-8).

13
Mengeringkan dan merangsang bayi
Segera keringkan dan rangsang bayi dengan kain atau selimut di atas
perut ibu. Pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik.

Memotong tali pusat


Dengan menggunakan klem disinfeksi tingkat tinggi atau steril, klem
tali pusat 3 cm dari pusat bayi. Lakukan pengurutan pada tali pusat
dari klem ini ke arah ibu (hal ini akan mencegah darah
menyemprot pada saat tali pusat dipotong) dan kemudian pasang
klem kedua pada sisi ibu 2 cm dari klem pertama. Pegang tali pusat
di antara kedua klem tersebut (dengan satu tangan) untuk
melindungi bayi. Gunakan tangan lain untuk memotong tali pusat di
antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting disinfeksi
tingkat tinggi atau steril (Gambar 3-9). Setelah memotong tali pusat,
ganti handuk yang telah basah dan selimuti bayi dengan selimut
atau kain bersih dan kering. Pastikan bahwa kepala bayi terselimuti
dengan baik.

14
Memantau selama Lanjutkan penilaian kondisi ibu dan janin serta kemajuan persalinan
penatalaksanaan selama kala dua persalinan secara berkala.
kala dua
persalinan Periksa dan catat:
• Nadi ibu setiap 30 menit
• Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
• UJJ setiap selesai meneran
• Penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen
(pemeriksaan luar) setiap 30 menit dan pemeriksaan dalam setiap
60 menit atau kalau ada indikasi
• Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau
bercampur mekonium atau darah)
• Apakah ada presentasi majemuk (misalnya tangan) atau tali pusat
berada di samping atau di atas kepala
• Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir
• Adanya kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelumnya
(setelah bayi pertama lahir)
• Semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan dicatat pada
catatan persalinan
Peralatan Meja peralatan non steril:
1. Apron
2. Masker bedah
3. Headcap
4. Oksitosin 2 ampul dalam kom
5. Stetoskop Laennec

Meja peralatan steril:


1. Partus set (gunting episiotomy, gunting plasenta, gunting mayo, ½
kocher, klem gtali pusat, pinset anatomis, needle holder)
2. Spuit 3 cc
3. Kain linen, bedong bayi

15
4. Kapas bulat, kasa secukupnya
5. Betadin
6. Handschoen steril

Bed pemeriksaan:
Manekin APN kala 2 dan bayi

Peralatan lain:
1. Sepatu Boot
2. Baskom isi klorin
3. Baskom isi cairan DTT
4. Wastafel + handuk
5. Tempat sampah medis dan non medis

Setting Ruangan

Referensi 1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku


Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan. Direktorat Bina Kesehatan Ibu. Jakarta
2. Abdul Bari Saifudin. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Bina Pustaka Sawrono
Prawirohardjo. Jakarta
3. Abdul Bari Saifudin. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Bina Pustaka Sawrono Prawirohardjo. Jakarta

Tutor dr. Muljo Hadi Sungkono, SpOG, Subsp. Obginsos (K)


Dr. dr. Arsana Wiyasa, SpOG, Subsp. FER (K)
Dr. dr. Edy Mustofa, SpOG, Subsp. Obginsos (K), FISQua
dr. Pande Made Dwijayasa, SpOG, Subsp. FER (K)
Dr. dr. Nugrahanti Prasetyorini, SpOG, Subsp. KFM (K)
Dr. dr. Tatit Nurseta, SpOG, Subsp. Onk (K)
Dr. dr. Sutrisno, SpOG, Subsp. FER (K)
Dr. dr. Rahajeng, SpOG, Subsp. Urogin (K)
dr. Yahya Irwanto, SpOG, Subsp. Onk (K)
Dr. dr. Bambang Rahardjo, SpOG, Subsp. KFM (K)
Dr. dr. I Wayan Agung Indrawan, SpOG, Subsp. Obginsos (K), FISQua
dr. M. Nooryanto, SpOG, Subsp. KFM (K)
dr. Suheni Ninik Hariyati, SpOG, Subsp. KFM (K)

16
dr. Hermawan Wibisono, SpOG, Subsp. FER (K), PhD
dr. Mulyo Hadi Wibowo, SpOG
dr. Anggia Prameswari Wardhana, SpOG
dr. Rudi Priyo Utomo, SpOG

17
Alur untuk Penatalaksanaan Fisiologis Kala Dua Persalinan

Tanda pasti kala dua persalinan:


• Pembukaan serviks lengkap; atau
• Kepala janin terlihat dari introitus vagina

Lanjutkan dengan
penatalaksanaan
fisiologis:
• Pecahkan selaput Bayi lahir
ketuban bila belum dalam 60
pecah menit pada Lakukan:
Dorongan
• Anjurkan untuk multipara atau • Manajemen aktif
spontan Ya Ya
kala tiga
mulai meneran 120 menit
untuk
• Nilai DJJ, pada • Asuhan bayi
meneran?
kontraksi, tanda- primipara? baru lahir
tanda vital,
kandung kemih
secara rutin
• Anjurkan untuk
minum
• Anjurkan Tidak
Tidak perubahan posisi

Rujuk

• Anjurkan perubahan posisi


• Lakukan stimulasi
• Minta Ibu mengosongkan kandung kemihnya
• Anjurkan untuk minum
• Nilai DJJ, kontraksi dan tanda-tanda vital
• Evaluasi dalam 60 menit

Lanjutkan
Dorongan dengan
untuk Ya
penatalaksanaan
meneran?
fisiologis kala
dua persalinan

Tidak

Bayi lahir dalam Lakukan:


waktu 60 menit • Manajemen aktif
• Bimbing Ibu untuk meneran saat kontraksi kala tiga
• Anjurkan untuk minum (atau kelahiran Ya
bayi akan segera • Asuhan bayi
• Anjurkan perubahan posisi baru lahir
terjadi
• Lakukan stimulasi puting susu
• Nilai DJJ setiap 5 menit

Tidak

Rujuk

18
Tabel 3-1. Indikasi untuk tindakan dan rujukan segera selama kala dua persalinan

Penilaian Temuan dari penilaian dan Rencana asuhan atau perawatan


pemeriksaan

• Nadi Tanda atau gejala syok: 1. Baringkan ibu miring ke kiri


• Tekanan • Nadi cepat, lemah (110 kali 2. Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu
Darah / menit atau lebih) untuk meningkatkan aliran darah ke
• Pernapasan • Tekanan darah rendah jantung.
• Kondisi (sistolik kurang dari 90 3. Pasang infus menggunakan jarum
keseluruhan mmHg) berdiameter besar (ukuran 16 atau 18)
• Urin • Pucat pasi dan berikan Ringer laktat atau cairan
• Berkeringat atau dingin, kulit garam fisiologis (NS). Infuskan 1 liter
lembab dalam 15 sampai 20 menit; jika mungkin
• Napas cepat (lebih dari 30 infuskan 2 liter dalam waktu satu jam
kali/menit) pertama, kemudian turunkan ke 125
• Cemas, bingung atau tidak ml/jam.
sadar 4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
• Produksi urin sedikit (kurang memiliki kemampuan asuhan
dari 30ml/jam) kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir.
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan,

• Nadi Tanda atau gejala dehidrasi: 1. Anjurkan ibu untuk minum


• Urin • Perubahan nadi (100 kalU 2. Nilai ulang ibu setiap 30 menit (menurut
menit atau lebih) pedoman pada partograf). Jika
• Urin pekat kondisinya tidak membaik dalam waktu
• Produksi urin sedikit (kurang satu jam, pasang infus menggunakan
dari 30 ml/jam) jarum berdiameter besar (ukuran 16
atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau
cairan garam fisiologis (NS) 125 ml/jam.
3. Berikan ampisilin 2 gr atau amoksisilin 2
gr peroral.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
• Nadi Tanda atau gejala lnfeksi 1. Baringkan ibu miring ke kiri
• Temperatur • Nadi cepat (110 x/menit 2. Pasang infus menggunakan jarum
• Cairan vagina ataulebih) berdiameter besar (ukuran 16 atau 18)
• Kondisi • Temperatur tubuh lebih dari clan berikan Ringer Laktat atau cairan
secara umum 38° C garam fisiologis (NS) 125ml/jam.
• Menggigil 3. Berikan ampisilin 2 gr atau amoksisilin 2
• Air ketuban atau cairan gr peroral.
vagina yang berbau 4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan asuhan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir.
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan.

19
Penilaian Temuan dari penilaian dan Rencana asuhan atau perawatan
pemeriksaan
• Tekanan Tanda atau gejala preeklam- 1. Nilai ulang tekanan darah setiap 15
darah psia ringan: menit (pada saat beristirahat di
• Urin • Tekanan darah diastolik antara kontraksi dan meneran).
• Keluhan 90 - 110 mm Hg 2. Jika tekanan darah 110 mm Hg atau
subjektif • Proteinuria hingga 2+ lebih, pasang infus dengan
• Kesadaran menggunakan jarum berdiameter
• Kejang besar (ukuran 16 atau 18) dan
berikan Ringer Laktat atau cairan
garam fisiotogis (NS) 125 ml/jam.
3. Baringkan ibu miring ke kiri
4. Lihat di bawah untuk penatalak-
sanaan preeklampsla berat.

Tanda atau gejala pree- 1. Baringkan ibu miring ke kiri


klampsia berat atau 2. Pasang Infus dengan menggunakan
eklampsla: jarum berdiameter besar (ukuran 16
• Tekanan darah diastolik atau 18) dan berikan Ringer Laktat
110 mm Hg atau lebih atau cairan garam fisiologis (NS)
• Tekanan darah diastolik 125 ml/jam.
90 mmHg atau Iebih 3. Jika mungkin berikan dosis awal 4 gr
dengan kejang MgSO4 20% IV selama 20 menit.
• Nyeri kepala 4. Berikan MgSO4 50%, 10 gr (5 gr IM
• Gangguan penglihatan pada masing-masing bokong)
• Kejang setiap saat 5. Segera rujuk Ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan asuhan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi
baru lahir.
6. Dampingi ibu ke tempat rujukan.

• Kontraksi Tanda-tanda inersia uteri: 1. Anjurkan ibu untuk mengubah posisi


• Kurang dari 3 kontraksi dan berjalan-Jalan.
dalam waktu 10 menit, 2. Anjurkan untuk minum
masing-masing kontraksi 3. Jika selaput ketuban masih utuh,
berlangsung kurang dari pecahkan dengan menggunakan alat
40 detik pemecah selaput ketuban atau kiem
Kocher disinfeksi tingkat tinggi atau
steril.
4. Stimulasi puting susu
5. Anjurkan ibu untuk mengosongkan
kandung kemihnya
6. Jika bayi tidak lahir seteiah 2 jam
meneran untuk primipara atau 1 jam
untuk multipara, rujuk ibu ke
fasilitas yang memiliki kemampuan
asuhan kegawatdaruratan obstetri
dan bayi baru lahir.
7. Dampingi ibu ke tempat rujukan

20
Penilaian Temuan dari penilaian dan Rencana asuhan atau perawatan
pemeriksaan
Denyut Tanda gawat janin: 1. Baringkan ibu miring ke kiri,
Jantung • DJJ kurang dari 120 anjurkan ibu untuk menarik napas
Janin atau lebih dari 160 panjang perlahan-lahan dan berhenti
kali/menit, mulai meneran
waspada tanda awal 2. Nilai ulang DJJ setelah 5 menit:
gawat janin a. Jika DJJ normal, minta ibu
• DJJ kurang clarl 100 kembali meneran dan pantau
atau lebih dari 180 DJJ setelah setiap kontraksi.
x/menit Pastikan ibu tidak berbaring
telentang dan tidak menahan
napasnya saat meneran.
b. Jika DJJ abnormal, rujuk ibu ke
fasilitas yang memiliki kemam-
puan asuhan kegawat daru-
ratan obstetri dan bayi baru
lahir dan dampingi ibu ke
tempat rujukan
Penurunan Kepala bayl tidak turun 1. Anjurkan ibu untuk meneran
Kepala Bayi sambil jongkok atau berdiri.
2. Jika bayi tidak lahir setelah 2 jam
meneran (primipara) atau 1 jam
meneran (multigravida), baringkan
ibu miring ke kiri.
3. Rujuk ibu ke fasilitas yang memi-
liki kemampuan asuhan kegawat-
daruratan obstetri clan bayi baru
lahir.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Lahirnya Tanda-tanda distosia bahu: 1. Lihat Lampiran 3.
Bahu • Kepala bayi tidak
melakukan putaran paksi
luar
• Kepala bayi tersangkut
di perineum (kepala
'kura-kura')
• Bahu bayi tidak lahir

21
Cairan Tanda-tanda calran ketuban 1. Nilai DJJ:
Ketuban bercampur mekonlurn: a. Jika DJJ normal, minta ibu
• Cairan ketuban berwarna kembali meneran dan pantau
hijau (mengandung DJJ setelah setiap kontraksi.
mekonium) Pastikan ibu tidak berbaring
telentang dan tidak menahan
napasnya saat meneran.
b. Jika DJJ tidak normal, tangani
sebagai gawat janin (lihat di
atas).
2. Segera setelah kepala bayi lahir,
hisap mulut bayi lalu kemudian
hidungnya dengan penghisap
lendir De Lee disinfeksi tingkat
tinggi atau steril atau bola karet
penghisap yang baru dan bersih
sebelum bahu dilahirkan.
Penilaian Temuan dari penilaian dan Rencana asuhan atau perawatan
pemeriksaan
Tali Pusat Tanda-tanda tali pusat 1. Nilai DJJ, jika ada:
menum • Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
bung: memiliki kemampuan asuhan
kegawatdaruratan obstetri dan
• Tali pusat teraba atau bayi baru lahir.
terlihat saat pemeriksaan • Dampingi ibu ke tempat rujukan.
dalam • Baringkan ibu miring ke kiri
dengan pinggul agak naik.
Dengan memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril,
satu tangan tetap di dalam
vagina untuk mengangkat kepala
. bayi agar tidak menekan tali pusat
dan letakkan tangan yang lain
pada abdomen untuk menahan
bayi pada posisinya (keluarga
dapat membantu melakukannya).
ATAU
• Minta ibu berlutut dengan bokong
lebih tinggi dari kepalanya. Dengan
mengenakan sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau
steril, satu tangan tetap di dalam
vagina untuk mengangkat kepala
bayi dari tali pusat.
2. Jika DJJ tidak ada
• Beritahukan ibu dan keluarganya.
• Lahirkan bayi dengan cara yang
paling aman.

22
Tanda-tanda lilitan tali 1. Jika tali pusat melilit longgar di
pusat: leher bayi, lepaskan melewati kepala
bayi.
• Tali pusat melilit leher
bayi 2. Jika tali pusat melilit erat di leher
bayi, kiem di dua tempat dan potong,
kemudian teruskan untuk segera
membantu kelahiran bayi.
Untuk Kehamilan kembar 1. Nilai DJJ.
kehamilan takterdeteksi 2. Jika bayi kedua presentasi kepala dan
kembar tak kepala segera turun, biarkan kelahir-
terdeteksi an berlangsung seperti bayi pertama
3. Jika kondisi-kondisi tersebut tidak
terpenuhi, baringkan ibu miring ke
kiri.
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
memiliki kemampuan asuhan
kegawat daruratan obstetri dan bayi
baru lahir.
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan.

23
CHECK LIST
MKK REPRODUKSI
SKILL 2
Skill APN

Nama :
NIM :
Kelompok :
Tanggal :

Skor
No Jenis Kegiatan
0 1 2
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1 Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
• Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
• Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vagina
• Perineum menonjol
• Vulva dan sfinger ani membuka
II MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2 Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru
lahir. Untuk asfiksia → tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk
bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh
bayi
• Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi
• Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di
dalam partus set
3 Memakai celemek plastik.
4 Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5 Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
6 Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik).
Bila ketuban belum pecah: pinggirkan ½ kocher pada partus set
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK
7 Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT
• Jika introitus vagina, perineum dan anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari depan ke belakang
• Buang kasa atau kapas pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia
• Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan
dan rendam dalam larutan klorin 0,5% → langkah # 9)
8 Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

• Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap

24
maka lakukan amniotomi
9 Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian
lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10 Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
• Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
• Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES
BIMBINGAN MENERAN
11 Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya.
• Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan
kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan
yang ada
• Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran
secara benar
12 Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu
merasa nyaman)
13 Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran:
• Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
• Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
• Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
• Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
• Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
• Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
• Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
• Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir 120 menit
(2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida)
14 Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15 Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16 Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17 Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
18 Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


Keluarnya Kepala
19 Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva

25
maka lindungi perineum dengan satu tangan dengan dilapisi dengan
kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu
untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.
20 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
• Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi
• Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong di antara dua klem tersebut
21 Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya bahu
22 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul
di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23 Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu
untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas.
24 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki
dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25 Lakukan penilaian (selintas):
a. Apabila bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak dengan aktif?

Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap lakukan


langkah resusitasi (lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru
lahir)
26 Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27 Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam
uterus (hamil tunggal)
28 Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik.
29 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin)
30 Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira
3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31 Pemotongan dan pengikatan tali pusat
• Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut
• Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya

26
dengan simpul kunci pada sisi lainnya
• Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32 Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berasa di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
33 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
34 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10cm dari vulva
35 Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi tangan lain menegangkan tali pusat.
36 Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorso-
kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta
tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu
Mengeluarkan Plasenta
37 Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan
lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
• Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10cm dari vulva dan lahirkan plasentanya
• Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir
6. Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
38 Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan.
• Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari
tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus
39 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah
15 detik masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
40 Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam
kantung plastik atau tempat khusus
41 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan

27
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42 Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43 Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam
• Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini
dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung
sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
• Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu.
44 Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuskular di paha
kiri anterolateral.
45 Setelah satu jam pemberian Vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral
• Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan
• Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu
Evaluasi
46 Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per
vaginam
• 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
• Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
• Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
• Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
47 Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
48 Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49 Memeriksa nadi ibu dan keadaankandung keming setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan
• Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pasca persalinan
• Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
50 Periksa kembali bayi utnuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60 kali / menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5)
Kebersihan dan Keamanan
51 Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
52 Buang bahan-bahan yagn terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai
53 Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
54 Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang

28
diinginkannya.
55 Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
56 Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
57 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
58 Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
dan asuhan kala IV.

Keterangan: 0 = tidak dikerjakan, 1 = dikerjakan tetapi kurang sesuai/benar, 2 =


dikerjakan dengan benar

Nilai Total Mahasiswa


Nilai akhir = ------------------------------------ x 100 =
Nilai Total Checklist

29

Anda mungkin juga menyukai