Anda di halaman 1dari 29

Persalinan Kala II

ABSEN 12 - 22
Tujuan

Menjelaskan batasan, gejala dan diagnosis kala dua persalinan.


Membuat persiapan untuk memandu dan memberikan asuhan
kala dua persalinan
Melakukan penatalaksanaan fisiologis kala dua
Melakukan prosedur untuk melahirkan dan menolong bayi
Menjelaskan alasan dan cara merujuk ibu bersalin dan/atau bayi
baru lahir
Batasan, gejala dan diagnosis
kala dua persalinan
Batasan

dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan


berakhir dengan lahirnya bayi.
Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Gejala

Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya


kontraksi.
Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum
dan/atau vaginanya.
Perineum menonjol.
Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.
Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
Diagnosis pasti

Ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya adalah:


pembukaan serviks telah lengkap, atau
terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Persiapan untuk
memandu dan
memberikan asuhan kala
dua persalinan

Persiapan Penolong Persalinan


menerapan prinsip dan praktik pencegahan infeksi
(PI) yang dianjurkan (mencuci tangan, memakai sarung
tangan dan perlengkapan pelindung pribadi.)
1. Sarung Tangan

Memakai sarung tangan DTT/ steril selama periksa dalam,


membantu kelahiran bayi, episiotomi, penjahitan laserasi dan
asuhan segera bagi bayi baru lahir.
Sarung tangan DTT / steril harus menjadi bagian dari perlengkapan
untuk menolong persalinan (partus set) dan prosedur penjahitan
(suturing atau heckting set). Sarung tangan harus diganti apabila
terkontaminasi, robek atau bocor.
2. Perlengkapan Pelindung Diri
APD penghalang / barier antara penolong dengan bahan-
bahan yang berpotensi untuk menularkan penyakit. Penolong
persalinan harus memakai celemek yang bersih dan penutup
kepala atau ikat rambut pada saat menolong persalinan. Juga
gunakan masker penutup mulut dan pelindung mata mata
(kacamata) yang bersih dan nyaman. Kenakan semua
perlengkapan pelindung pribadi selama membantu kelahiran bayi
dan plasenta serta saat melakukan penjahitan laserasi atau luka
episiotomi.
3. Persiapan Tempat Persalinan, Peralatan dan Bahan
Penolong menilai ruangan persalinan : memiliki pencahayaan cukup (jendela,
lampu), tempat tidur dengan kasur dilapisi kain penutup bersih, apabila
hanya beralaskan kayu atau kasur yang diletakkan diatas lantai lapisi plastik
dan kain bersih (sebagai anti bocor), ruangan hangat (jangan panas) dan
terhalang dari tiupan angin langsung, harus tersedia meja bersih dan mudah
dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan.

Pastikan semua perlengkapan dan bahan-bahan tersedia dan berfungsi


dengan baik (perlengkapan untuk menolong persalinan, menjahit laserasi
atau luka episiotomi dan resusitasi BBL) dan harus dalam keadaan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril
4. Penyiapan Tempat dan Lingkungan untuk Kelahiran Bayi

Ruangan harus bersih, hangat (minimal 25 C), pencahayaannya


cukup, dan bebas dari tiupan angin. Bila ibu bermukim di daerah
pegunungan atau beriklim dingin, sebaiknya disediakan minimal
2 selimut, kain atau handuk yang kering dan bersih untuk
mengeringkan dan menjaga kehangatan tubuh bayi.
5. Persiapan Ibu dan Keluarga
Asuhan Sayang Ibu
Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses
persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua, dan
kerabat yang disukai ibu sangat diperlukan dalam menjalani proses
persalinan.
Alasan: Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan
dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama proses persalinan.
Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu
untuk berganti posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan
dan minuman, teman bicara, dan memberikan dukungan dan semangat
selama persalinan dan melahirkan bayinya.
Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu
dan anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses
persalinan atau kelahiran bayi kepada mereka.
Tenteramkan hati ibu dalam menghadapai dan menjalani kala dua persalinan.
Lakukan bimbingan dan tawarkan bantuan jika diperlukan.
Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat
dan spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran
berkepanjangan dan menahan nafas. Anjurkan ibu beristirahat di antara kontraksi.
Alasan: Meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernapas sehingga terjadi
kelelahan yang tidak perlu dan meningkatkan risiko asfiksia pada bayi sebagai akibat
turunnya pasokan oksigen melalui plasenta.
Anjurkan ibu untuk minum selama persalinan kala dua.
Alasan: Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal tersebut.
Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala dua persalinan. Berikan rasa
aman dan semangat serta tentramkan hatinya selama proses persalinan berlangsung.
Dukungan dan perhatian akan mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran
proses persalinan dan kelahiran bayi. Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari
setiap tindakan setiap kali penolong akan melakukannya, jawab setiap pertanyaan yang
diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan
yang dilakukan (misalnya tekanan darah, denyut jantung janin, periksa dalam).
Membersihkan Perineum Ibu

Praktik terbaik pencegahan infeksi pada persalinan kala dua diantaranya adalah
melakukan pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang (DTT).
Gunakan gulungan kapas atau kasa yang bersih, bersihkan mulai dari bagian
atas ke arah bawah (dari bagian anterior vulva ke arah rektum) untuk mencegah
kontaminasi tinja.
Letakkan kain bersih di bawah bokong saat ibu mulai meneran.
Sediakan kain bersih cadangan di dekatnya.
Jika keluar tinja saat ibu meneran, jelaskan bahwa hal itu biasa terjadi. Bersihkan
tinja tersebut dengan kain alas bokong atau tangan yang sedang
menggunakansarung tangan.
Ganti kain alas bokong dan sarung tangan DTT.
Jika tidak ada cukup waktu untuk membersihkan tinja karena bayi akan segera
lahir maka sisihkan dan tutupi tinja tersebut dengan kain bersih.
Mengosongkan Kandung Kemih

Anjurkan ibu dapat berkemih setiap 2 jam atau lebih sering jika
kandung kemih selalu terasa penuh.
Alasan: Kandung kemih yang penuh mengganggu penurunan kepala
bayi, selain itu juga akan menambah rasa nyreri pada perut bawah,
menghambat penatalaksanaan distosia bahu, menghalangi lahirnya
plasenta dan perdarahan pascapersalinan.

Jangan melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin


sebelum atau setelah kelahiran bayi dan/atau plasenta.
Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan bila terjadi retensi urin
dan ibu tak mampu berkemih sendiri.
Alasan: Selain menyakitkan, kateterisasi akan meningkatkan risiko
infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran kemih ibu.
Proses Fisiologis Kala II

Membimbing Ibu untuk Meneran



Bila tanda pasti kala dua telah diperoleh, tunggu sampai ibu
merasakan adanya dorongan spontan untuk meneran. Teruskan
pemantauan kondisi ibu dan bayi.
Langkah mendiagnosa persalinan
kala dua dan memulai meneran:
Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih yang mengalir).
Pakai satu sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam.
Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam.
Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah lengkap (10 cm),
lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur PI (Lihat Bab 2: pedoman periksa dalam).
Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan ibu dan bantu ibu mencari posisi nyaman
(bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan di sekitar ruang bersalin. Ajarkan cara bernapas
selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayinya (lihat pedoman fase aktif
persalinan) dan catatkan semua temuan pada partograf.
Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan belum
saatnya untuk meneran, beri semangat dan ajarkan cara bernapas cepat selama kontraksi
berlangsung. Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dan beritahukan untuk
menahan diri untuk meneran hingga penolong memberitahukan saat yang tepat untuk itu.
Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil
posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan benar dan mengikuti
dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu dan mendukung
usahanya. Catatkan hasil pemantauan pada partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ
setiap 5-10 menit. Pastikan ibu dapat beristirahat di antara kontraksi.
Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu
ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu, anjurkan untuk berjalan-
jalan). Posisi berdiri dapat membantu penurunan bayi yang berlanjut dengan dorongan untuk
meneran. Ajarkan cara bernapas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayi
(lihat pedoman fase aktif persalinan) dan catatkan semua temuan pada partograf. Berikan
cukup cairan dan anjurkan/perbolehkan ibu untuk berkemih sesuai kebutuhan. Pantau DJJ
setiap 15 menit. Stimulasi puting susu mungkin dapat meningkatkan kekuatan dan kualitas
kontraksi. Jika ibu ingin meneran, lihat petunjuk pada butir 7 diatas.
Jika ibu tetap ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan lengkap,
anjurkan ibu untuk mulai meneran di setiap puncak kontraksi. Anjurkan ibu mengubah
posisinya secara teratur, tawarkan untuk minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Lakukan
stimulasi puting susu untuk memperkuat kontraksi.
Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika kelahiran bayi
tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala bayi mungkin
disebabkan oleh disproporsi kepala-panggul (CPD).
Posisi Ibu Saat Meneran

Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu


dapat mengubah-ubah posisi secara teratur selama kala dua
karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari
posisi meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-
plasenter tetap baik.
Jongkok / berdiri
Merangkak atau Berbaring Miring
ke Kiri
Cara Meneran

Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama


kontraksi.
Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran.
Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontraksi.
Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah
untuk meneran jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan ke
dada.
Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu
kelahiran bayi. Dorongan pada fundus meningkatkan risiko distosia
bahu dan ruptura uteri. Peringatkan anggota keluarga ibu untuk tidak
mendorong fundus bila mereka mencoba melakukan itu.
Pemantauan Selama Kala Dua Persalinan
Kondisi ibu, bayi dan kemajuan persalinan harus selalu dipantau secara berkala dan
ketat selama berlangsungnya kala dua persalinan.

Pantau, periksa dan catat:


nadi ibu setiap 30 menit
frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
DJJ setiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit
penurunan kepala bayi setiap 30menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa luar)
dan periksa dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi, hal ini dilakukan lebih cepat
warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau bercampur mekonium
atau darah)
apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat di samping atau terkemuka
putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir
kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelum bayi pertama lahir
catatkan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan
Prosedur untuk melahirkan dan menolong
bayi

1. Posisi Ibu Saat Melahirkan


Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali pada posisi
berbaring telentang (supine position).
2. Pencegahan Laserasi
Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala bayi pada diameter 5-6 cm
tengah membuka vulva (crowning) karena pengendalian kecepatan dan
pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan perineum dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya robekan.
3. Melahirkan Kepala
Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), letakkan kain yang bersih dan kering
yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan siapkan kain atau handuk bersih di
atas perut ibu. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat
keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum. Selalu isap mulut bayi
lebih dulu sebelum mengisap hidungnya
Periksa Tali Pusat pada Leher

4. Melahirkan Bahu
Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu meneran sambil
menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi hingga bahu depan melewati simfisis.
Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala keatas dan lateral tubuh bayi sehingga bahu
bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan
5. Melahirkan Seluruh Tubuh Bayi

Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke arah perineum dan sanggah bahu
dan lengan atas bayi pada tangan tersebut.
Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat melewati
perineum.
Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian punggung, bokong dan kaki
Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas di antara kedua kaki bayi yang kemudian
dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari tangan lainnya
Letakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut bawah ibu dan posisikan
kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.
Segera keringkan sambil melakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan kain atau selimut di
atas perut ibu.
Indikasi untuk Tindakan dan Rujukan
Segera selama Persalinan Kala Dua
Syok
Dehidrasi
Infeksi
Pre-eklampsia
Inersia uteri
Gawat janin
Distorsia bahu
Cairan ketuban bercampur mekonium

Anda mungkin juga menyukai