KALA 2
1. Menjelaskan batasan, gejala dan diagnosis kala
dua persalinan.
2. Membuat persiapan untuk memandu dan
memberikan asuhan kala dua persalinan
Tujuan 3. Melakukan penatalaksanaan fisiologis kala dua
4. Melakukan prosedur untuk melahirkan dan
menolong bayi
5. Menjelaskan alasan dan cara merujuk ibu bersalin
dan/atau bayi baru lahir .
• BATASAN
• Pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi
Diagnosis Pasti
pembukaan serviks telah lengkap, atau
terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Persiapan untuk
memandu dan
memberikan asuhan
kala dua persalinan
PERSIAPAN PENOLONG
1. Sarung Tangan
- Gunakan gulungan kapas atau kasa • Letakkan kain bersih di bawah bokong
yang bersih. saat ibu mulai meneran
• Bersihkan mulai dari bagian atas ke • Jika keluar tinja saat ibu meneran,
arah bawah (dari bagian anterior vulva bersihkan dengan kain alas bokong
ke arah rektum) untuk mencegah atau tangan yang menggunakan sarung
kontaminasi tinja. tangan. Lalu, ganti kain alas dan
sarung tangan.
9/3/20XX 11
Mengosongkan Kandung Kemih
Anjurkan ibu dapat berkemih setiap 2 jam
atau lebih sering jika kandung kemih selalu
terasa penuh
Jika ibu tak dapat berjalan ke kamar mandi,
bantu agar ibu dapat duduk dan berkemih di
wadah penampung urin
Jangan melakukan kateterisasi kandung
kemih secara rutin sebelum atau setelah
kelahiran bayi dan/atau plasenta. Kateterisasi
kandung kemih hanya dilakukan bila terjadi
retensi urin dan ibu tak mampu berkemih
sendiri.
9/3/20XX Presentation Title 12
C. Penataan Fisiologis Kala Dua
Penatalaksanaan Fisiologi Kala Dua
Setelah terjadi
Harap diingat bahwa
pembukaan lengkap,
Sebagian besar daya
beritahukan pada ibu
dorong untuk
bahwa hanya
melahirkan bayi,
dorongan
dihasilkan dari
alamiahnya yang
kontraksi uterus.
mengisyaratkan ia
Meneran hanya
untuk meneran dan
menambah daya
kemudian
kontraksi untuk
berisitirahat di antara
mengeluarkan bayi.
kontraksi.
14
Membimbing Bila tanda pasti kala dua telah
Ibu untuk diperoleh, tunggu sampai ibu
merasakan adanya dorongan spontan
Meneran untuk meneran. Teruskan pemantauan
kondisi ibu dan bayi.
Langkah mendiagnosa persalinan kala dua
dan memulai meneran:
• Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih yang mengalir).
• Pakai satu sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam.
• Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam.
• Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah
lengkap (10 cm),
• Jika pembukaan belum lengkap, tenteramkan ibu dan bantu ibu mencari posisi
nyaman (bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan di sekitar ruang bersalin.
• Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan
belum saatnya untuk meneran
• Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu mengambil
posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif. Pastikan ibu dapat
beristirahat di antara kontraksi.
• Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu ibu
untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu, anjurkan untuk berjalan-
jalan).
• Pantau DJJ setiap 15 menit. Stimulasi puting susu mungkin dapat meningkatkan kekuatan
dan kualitas kontraksi.
• Jika ibu tetap ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit pembukaan lengkap,
anjurkan ibu untuk mulai meneran di setiap puncak kontraksi. Anjurkan ibu mengubah
posisinya secara teratur, tawarkan untuk minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit.
Lakukan stimulasi puting susu untuk memperkuat kontraksi.
• Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit upaya tersebut diatas atau jika kelahiran bayi
tidak akan segera terjadi, rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala bayi mungkin
disebabkan oleh disproporsi kepala-panggul (CPD).
Posisi Ibu saat Meneran
Alur untuk Penatalaksanaan Fisiologis Persalinan Kala
Dua
Posisi Ibu Saat Meneran
Cara Meneran
• Ibu meneran mengikuti dorongan alami selama kontraksi.
• Beritahukan untuk tidak menahan nafas saat meneran.
• Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat di antara kontraksi.
• Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ia akan lebih mudah untuk
meneran jika lutut ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan ke dada.
• Minta ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
• Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu
kelahiran bayi. Bisa meningkatkan risiko distosia bahu dan ruptura uteri.
Amniotomi
• Dilakukan apabila selaput ketuban
belum pecah dan pembukaan sudah
lengkap.
• Perhatikan warna air ketuban yang
keluar saat dilakukan amniotomi.
Jika terjadi pewarnaan mekonium
pada air ketuban maka lakukan
persiapan pertolongan bayi setelah
lahir karena hal tersebut
menunjukkan adanya hipoksia dalam
rahim.
Pemantauan Kala II
Pantau, periksa dan catat:
• nadi ibu setiap 30 menit
• frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
• DJJ setiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit
• penurunan kepala bayi setiap 30menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa luar) dan periksa
dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi, hal ini dilakukan lebih cepat
• warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau bercampur mekonium atau darah)
• apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat di samping atau terkemuka
• putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir
• kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelum bayi pertama lahir
• catatkan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan persalinan
Posisi ibu melahirkan:
-Posisi telentang keatas (supine)
Prosedur
-Pastikan ada alas kain/handuk dibawah
Melahirkan ibu
& Menolong -Berikan kain/handuk diatas perut ibu
Bayi untuk meletakkan bayi
-Pastikan alat-alat bantuan tersedia dan
mudah terjangkau
Prosedur Melahirkan & Menolong Bayi
Pencegahan Laserasi:
• Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan
tidak terkendali.
• Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual yang tepat
untuk mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya
laserasi.
• Bimbing ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernafas dengan
cepat pada waktunya.
• Bisa juga dilakukan episiotomi rutin, tapi belum didukung bukti ilmiah
Indikasi Episiotomi
Indikasi untuk melakukan episiotomi untuk mempercepat
kelahiran bayi bila didapatkan:
• Gawat janin dan bayi akan segera dilahirkan dengan tindakan
• Penyulit kelahiran per vaginam (sungsang, distosia bahu,
ekstraksi cunam (forsep) atau ekstraksi vakum)
• Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat
kemajuan persalinan
Risiko Episiotomi Rutin
1 2 3 4 5
Saat bahu posterior lahir, Tangan bawah (posterior) Lanjutkan penelusuran dan Dari arah belakang, Letakkan bayi di atas kain
geser tangan bawah menopang samping lateral memegang tubuh bayi ke sisipkan jari telunjuk atau handuk pada perut
(posterior) ke arah tubuh bayi saat lahir. Secara bagian punggung, bokong tangan atas di antara kedua bawah ibu dengan posisi
perineum dan sanggah bahu simultan, tangan atas dan kaki. kaki bayi yang kemudian kepala bayi sedikit lebih
dan lengan atas bayi pada (anterior) untuk menelusuri dipegang dengan ibu jari rendah dari tubuhnya.
tangan tersebut. dan memegang bahu, siku, dan ketiga jari tangan Segera keringkan sambal
dan lengan bagian anterior lainnya. melakukan rangsangan
taktil.
Indikasi untuk Tindakan dan
rujukan segera selama
persalinan kala 2
Syok Tanda & Gejala
Nadi cepat, lemah (110 x /menit atau lebih)
Tekanan darah rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg)
Pucat pasi
Berkeringat atau dingin, kulit lembab
Nafas cepat (lebih dari 30 x/menit)
Cemas, bingung atau tidak sadar
Produksi urin sedikit (kurang dari 30 cc/jam)
Pengelolaan
1. Baringkan miring ke kiri.
2. Naikkan kedua kaki untuk meningkatkan aliran darah ke jantung.
3. Pasang infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan
RL atau NS. Infuskan 1 L dalam 15 sampai 20 menit; jika mungkin infuskan 2 L
dalam waktu satu jam pertama, kemudian turunkan ke 125 cc/jam.
4. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat
obstetri dan bayi baru lahir.
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Dehidrasi Tanda & Gejala
Perubahan nadi (100 x/menit atau lebih)
Urin pekat
Produksi urin sedikit (kurang dari 30 cc/jam)
Pengelolaan
1. Anjurkan untuk minum.
2. Nilai ulang setiap 30 menit (menurut pedoman di partograf). Jika kondisinya tidak
membaik dalam waktu satu jam, pasang infus menggunakan jarum diameter besar
(ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS 125 cc/jam.
3. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat
obstetri dan bayi baru lahir.
4. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Infeksi Tanda & Gejala
Nadi cepat (110 x/menit atau lebih)
Suhu lebih dari 38 ºC
Menggigil
Air ketuban atau cairan vagina yang berbau
Pengelolaan
1. Baringkan miring ke kiri.
2. Pasang infus menggunakan jarum diameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan
RL atau NS 125 cc/jam.
3. Berikan ampisilin 2 gr atau Amoksisillin 2 gr per oral.
4. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksaaan gawat darurat
obstetri dan bayi baru lahir.
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
• Tanda & gejala:
Pre-eklampsia - tekanan darah diastolik 90–110 mm Hg
ringan - proteinuria hingga 2+
Pengelolaan:
-Nilai ulang TD setiap 15 menit (saat di antara kontraksi
atau meneran).
-Jika TD110 mmHg /lebihpasang infus dan berikan RL
atau NS 125 cc/jam.
-Baringkan miring ke kiri.
-Lihat penatalaksanaan PEB.
• Tanda & gejala:
Pre-eklampsia - TD diastolik 110 mm Hg atau lebih
berat/ Eklampsia - TD diastolik 90 mm Hg atau lebih dengan kejang
- nyeri kepala
- ganguan penglihatan
- kejang (eklampsia)
Pengelolaan:
-Baringkan miring ke kiri.
-Pasang infus (RL atau NS 125 cc/jam)
-Berikan dosis awal 4 gr MgSO4 20% IV selama 20 menit
-Berikan MgSO4 50%, 10 gr (5 gr IM pada masing-masing
bokong)
-Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan
gawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
-Dampingi ibu ke tempat rujukan
• Tanda & gejala:
Inersia uteri - Kurang dari 3 kontraksi dalam 10 menit
- Lama kontraksi kurang dari 40 detik.
Pengelolaan:
-Anjurkan untuk mengubah posisi dan berjalan-jalan
-Anjurkan untuk minum
-Pecahkan ketuban jika selaput ketuban masih utuh (gunakan ½
Kocher DTT)
-Stimulasi puting susu
-Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
-Jika bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran (primigravida) atau 1
jam (multigravida), segera rujuk
-Dampingi ibu ke tempat rujukan.
• Tanda & gejala:
Gawat janin - DJJ <120x/menit atau >60 x/menit, mulai waspada tanda awal
gawat janin
- DJJ <100x/menit atau >180 x/menit.
Pengelolaan:
1. Baringkan miring ke kiri, anjurkan ibu untuk menarik nafas
panjang perlahan-lahan dan berhenti meneran.
2. Nilai ulang DJJ setelah 5 menit:
- Jika DJJ normal, minta ibu kembali meneran dan pantau
DJJ setelah setiap kontraksi. Pastikan ibu tidak berbaring
terlentang dan tidak menahan nafasnya saat meneran
- Jika DJJ abnormal, rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan gawatdarurat obstetri dan
bayi baru lahir
- Dampingi ibu ke tempat rujukan.
• Penilaian
Kepala bayi Penurunan kepala bayi
tidak turun • Tanda & gejala:
- Kepala bayi tidak turun
Pengelolaan:
• Anjurkan untuk meneran sambil jongkok atau berdiri
• Jika bayi tidak lahir setelah 2 jam meneran (primigravida) atau
1 jam meneran (multigravida)baringkan miring ke kiri
• Segera rujuk
• Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Penilaian
Distosia bahu Lahirnya bahu
Tanda & gejala
1. Nilai DJJ:
- DJJ normal minta ibu kembali meneran dan
pantau DJJ setelah setiap kontraksi. Pastikan ibu
tidak berbaring telentang dan tidak menahan
nafasnya saat meneran
- DJJ tidak normal tangani sebagai gawat janin.
2. Segera setelah kepala bayi lahir, hisap mulut
kemudian hidung bayi dengan penghisap lendir
sebelum bahu dilahirkan.
Tali Pusat Tanda & Gejala
Menumbung Tali pusat teraba atau terlihat saat periksa dalam
Pengelolaan
Nilai DJJ, jika ada:
Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan gawat darurat obstetri dan bayi baru lahir.
Dampingi ibu ke tempat rujukan.
Baringkan miring ke kiri dengan pinggul agak naik. Dengan memakai sarung tangan DTT atau steril, satu tangan
tetap di dalam vagina untuk mengangkat kepala bayi agar tidak menekan tali pusat dan letakkan tangan yang
lain di abdomen untuk menahan bayi pada posisinya (keluarga dapat membantu melakukannya).
ATAU
Minta ibu berlutut dengan bokong lebih tinggi dari kepalanya. Dengan mengenakan sarung tangan DTT atau
steril, satu tangan tetap di dalam vagina untuk mengangkat kepala bayi dari tali pusat.
2. Jika DJJ tidak ada
Beritahukan ibu dan keluarganya.
Lahirkan bayi dengan cara yang paling aman.
Lilitan Tali Tanda & Gejala
Pusat Tali pusat melilit leher bayi
Pengelolaan
1. Jika tali pusat melilit longgar di leher bayi, lepaskan melewati kepala bayi.
2. Jika tali pusat melilit erat di leher bayi, lakukan penjepitan tali pusat dengan klem
di dua tempat kemudian potong diantaranya, kemudian lahirkan bayi dengan segera.
Kehamilan Pengelolaan
Kembar Tak 2. Jika bayi kedua dengan presentasi kepala dan kepala segera turun, biarkan
Terdeteksi kelahiran berlangsung seperti bayi pertama.
3. Jika kondisi-kondisi tersebut tidak terpenuhi, baringkan ibu miring ke kiri.
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan.
PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR PERSALINAN NORMAL
KEGIATAN KASUS
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan
steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)
7. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam
larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160x/ menit)
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta
asuhan lainnya pada partograf
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan
posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan
janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi
semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi
kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu
merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran:
Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam
waktu yang lama)
Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran
(primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
9/3/20XX Presentation Title 56
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan
segera lanjutkan proses kelahiran bayi
Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem
tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
24. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
24. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
24. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
24. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke
arah distal(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
24. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga
bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
puting payudara ibu
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
33. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
33. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat
33. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang –
atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
Mengeluarkan plasenta
33. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali
pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan,segera lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
38. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan
38. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
38. Setelah satu jam, lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, beri antibiotika salep mata pencegahan, dan vitamin K 1 1 mg
38. Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
38. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
38. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca
persalinan
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
38. Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali / menit), suhu tubuh normal (36,5 – 37,5 ºC).
Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk ke
rumah sakit.
Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.
Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit-ke-kulit
dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.