Anda di halaman 1dari 20

Standard Prosedur Operasional (SPO)

PROGRAM KIA
PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER

Ditetapkan
Kepala UPT Puskesmas Medang

Nurkholis, S.Kep, MM
NIP. 19680328 198803 1 004

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA


DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS MEDANG
JL. RAYA BLORA REMBANG KM 8 BLORA

1
ASUHAN
PERSALINAN
NORMAL
SOP
No.Dok : 800/SOP/KIA

No.Revisi : 01
Pemerintah
Kabupaten Blora Tgl.Terbit : 01/X/2018

Halaman : 1 / 12

UPT Puskesmas Medang Tanda Tangan Nurkholis, S.Kep, MM


NIP. 19680328 198803 1 004

1.Pengertian Pe Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala
dengan ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan bayi
yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam .
Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai
secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian
selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi
belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap.
Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.

2.Tujuan Menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi
bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi
dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan
kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).

3.Kebijakan

4.Referensi SK Kementerian kesehatan


Mochtar, rustam.1998
58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN) 2008
Panduan Operasional Pelayanan Persalinan Dan Nufas Normal Bagi Tenaga
Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Jakarta, 2015
5.Langkah - langkah I. Mengenali tanda dan gejala kala dua
Langkah 1
Dengarkan, lihat dan periksa gejala dan tanda Kala Dua

 Ibu merasakan dorongan kuat dan meneran


 Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada
rektum dan vagina
 Perineum tampak menonjol
2
 Vulva dan sfinger ani membuka

II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan


Langkah 2
Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru
lahir. Untuk asfiksia: tempat tidur datar dan keras, 2 kain dan 1
handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm
dari tubuh bayi
 Gelarlah kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan
ganjal bahu bayi
 Siapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai di dalam partus set.

Langkah 3

Kenakan atau pakai celemek plastik.

Langkah 4

Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan


dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

Langkah 5

Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam.

Langkah 6

Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (Gunakan tangan yang


memakai sarung tangan DTT dan steril. Pastikan tidak
terkontaminasi pada alat suntik).

III. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik


Langkah ke 7
Bersihkan vulva dan perineum, seka dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air
DTT
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi
tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
 Buang kapas atau pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% – Langkah
9)

Langkah 8

Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.

3
 Bila selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan
sudah lengkap maka lakukan amniotomi.

Langkah 9

Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang


masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam
larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangah setelah sarung
tangan dilepaskan.

Langkah 10

Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi


uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160
x/ menit)

 Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal


 Dokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.

IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses


Bimbingan Meneran
Langkah 11
Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai
dengan keinginannya
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
sesuai temuan yang ada
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
untuk meneran secara benar.

Langkah 12

Pinta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada rasa


ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu
merasa nyaman).

Langkah 13

Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada


dorongan kuat untuk meneran:

 Bimbing  ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif


 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki

4
cara meneran apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk
ibu
 Berika cukup asupan cairan per-oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60
menit (1 jam) meneran (multigravida).

Langkah 14

Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang


nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
60 menit.

V. Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi


Langkah 15
Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

Langkah 16

Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu

Langkah 17

Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan

Langkah 18

Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

VI. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

 Lahirnya kepala
Langkah 19
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala
bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas
cepat dan dangkal.

Langkah 20
Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses
kelahiran bayi
5
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat
di dua tempat dan potong diantara klem tersebut.

Langkah 21
Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.

 Lahirnya bahu
Langkah 22
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
 Lahirnya badan dan tungkai
Langkah 23
Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum
ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas.

Langkah 24
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
ke punggung, bokong dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing
mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

VII. Penanganan Bayi Baru Lahir


Langkah 25
Lakukan penilaian (selintas):
 Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernapas tanpa
kesulitan?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak bernapas atau megap-megap segera lakukan
tindakan resusitasi (Langkah 25 ini berlanjut ke langkah-
langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksi).

Langkah 26
Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kasa yang bersih

Langkah 27

Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu

 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh


6
lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan
 Ganti handuk basah dengan handuk kering
 Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.

Langkah 28

Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain dalam
uterus (hamil tunggal).

Langkah 29

Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin


(agar uterus berkontraksi baik).

Langkah 30

Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit


(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikkan oksitosin).

Langkah 31

Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi
lahir pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar
klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan
penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.

Langkah 32

Pemotongan dan pengikatan tali pusat

 Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit


kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut
bayi) di antara 2 klem tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan
lakukan ikatan kedua menggunakan benang dengan simpul
kunci
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan.

Langkah 33

Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.


Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting payudara ibu.

7
Langkah 34

Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi.

VIII. Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga

Langkah 35

Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva.

Langkah 36

Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

Langkah 37

Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah


sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas
(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur di atas.

 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau


anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

 Mengeluarkan plasenta
Langkah 38
Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat:

1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM


2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit
setelah bayi lahir
6. Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.

Langkah 39

Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

8
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan.

 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau


steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

 Rangsangan taktil (masase) uterus

Langkah 40

Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan


masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras)

 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak


berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil /
masase.

IX. Menilai Perdarahan

Langkah 41

Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkah plasenta ke dalam
kantung plastik atau tempat khusus.

Langkah 42

Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan


penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

X. Melakukan Asuhan Pasca Persalinan

Langkah 43

Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi


perdarahan pervaginam.

Langkah 44

Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu – bayi (di dada
ibu paling sedikit 1 jam).

 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu


dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya
9
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasil menyusu.

Langkah 45

Lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik


profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri
anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu – bayi.

Langkah 46

Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian


Vitamin K1) di paha kanan anterolateral.

 Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa


disusukan
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu.

Langkah 47

menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI

 Evaluasi

Langkah 48

Lanjutkan permantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per


vaginam

 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan


 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan
asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

Langkah 49

Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai


kontraksi.

Langkah 50

Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangann darah.

Langkah 51

Periksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit


10
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama
2 jam pertama persalinan

 Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama


pasca persalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.

Langkah 52

Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi


bernapas dengan baik (40-60 kali/ menit) serta suhu tubuh normal
(36,5 – 37,5).

 Kebersihan dan keamanan

Langkah 53

Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin


0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah didekontaminasi.

Langkah 54

Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang


sesuai.

Langkah 55

Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa


cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.

Langkah 56

Pastikan ibu merasa nyaman, Bantu ibu memerikan ASI.


Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan
yang diinginkannya.

Langkah 57

Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

Langkah 58

Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,


balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.

Langkah 59

11
Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan dengan tissue atau handuk yang kering dan
bersih.

 Dokumentasi

Langkah 60

Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda


vital dan asuhan kala IV.
6.Diagram Alir
Mengenali tanda dan gejala kala dua

Menyiapkan Pertolongan Persalinan

Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik

Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses


Bimbingan Meneran

Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi

Pertolongan Kelahiran Bayi

Penanganan Bayi Baru Lahir

Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga

Menilai Perdarahan

Melakukan Asuhan Pasca Persalinan

Dokumentasi

7.Unit terkait PKD Wilayah kerja UPT Puskesmas Medang


UPT Puskesmas Medang
Ruang Persalinan
Ruang Nifas
Laboratorium
Ruang KIA

8. Rekaman historis perubahan


No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai

12
diberlakukan
1 UPTD menjadi UPT Semua dokumen menggunakan UPT 01 Mei 2018
2 Kebijakan Isi kebijakan menggunakan sesuai SK 01 Mei 2018
3 Penulisan halaman Setiap lembar harus diberi halaman 01 Mei 2018
contoh 1/10 sebelah kanan bawah
4 Diagram alir Semua harus dibuat untuk 01 Mei 2018
memperjelas prosedur
5 Prosedur Isi prosedur memuat bagaimana dan 01 Mei 2018
kapan harus dilakukan, dimana dan
oleh siapa dilakukan
6 Kepala UPT Puskesmas Nurkholis, S.Kep, MM
NIP. 19680328 198803 1 004
Medang
- Menyesuaikan jika ada SK dan
SOP baru / SK dan SOP perubahan
- Jika tidak ada perubahan, SK dan
SOP lama masih berlaku

13
Unit : ……………………………………………………………………
Nama Petugas : ……………………………………………………………………
Tanggal Pelaksanaan : ……………………………………………………………………

No Langkah Kegiatan Ya Tidak TB

1 Mengenali tanda dan gejala kala dua


Dengarkan, lihat dan periksa gejala dan tanda Kala Dua
 Ibu merasakan dorongan kuat dan meneran
 Ibu merasakan regangan yang semakin
meningkat pada rektum dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfinger ani membuka
2 Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia: tempat
tidur datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering,
lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
 Gelarlah kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan
ganjal bahu bayi
 Siapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali
pakai di dalam partus set
3 Kenakan atau pakai celemek plastik.
4 Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang
bersih dan kering.
5 Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan
dalam.
6 Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (Gunakan tangan
yang memakai sarung tangan DTT dan steril. Pastikan tidak
terkontaminasi pada alat suntik).
7 Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin
Baik
Bersihkan vulva dan perineum, seka dengan hati-hati dari
depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air DTT
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi
tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke
belakang
 Buang kapas atau pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia
 Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi,
lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% – Langkah
9)

14
8 Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap.
 Bila selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan
sudah lengkap maka lakukan amniotomi.
9 Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan
terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua
tangah setelah sarung tangan dilepaskan.
10 Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat
relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas
normal (120 – 160 x/ menit)
 Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
 Dokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan
semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf.
11 Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses
Bimbingan Meneran
Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang
nyaman dan sesuai dengan keinginannya
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
sesuai temuan yang ada
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada
ibu untuk meneran secara benar.

12 Pinta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila


ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu
ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan
dan pastikan ibu merasa nyaman).
13 Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada
dorongan kuat untuk meneran:
 Bimbing  ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam
waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk
ibu
 Berika cukup asupan cairan per-oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir
setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60
menit (1 jam) meneran (multigravida).

15
14 Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan
untuk meneran dalam 60 menit.
15 Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi
Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut
ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-
6 cm.
16 Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong
ibu
17 Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat
dan bahan
18 Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19 Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
Lahirnya kepala
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang
dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.
20 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan
proses kelahiran bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat
di dua tempat dan potong diantara klem tersebut.
21 Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22 Lahirnya bahu
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23 Lahirnya badan dan tungkai
Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah
perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku
sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
24 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung, bokong dan kaki. Pegang kedua mata
kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-
masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).

16
25 Penanganan Bayi Baru Lahir
Lakukan penilaian (selintas):
 Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernapas tanpa
kesulitan?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak bernapas atau megap-megap segera
lakukan tindakan resusitasi (Langkah 25 ini berlanjut ke
langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan
asfiksi).
26 Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
 Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian
tangan
 Ganti handuk basah dengan handuk kering
 Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.
27 Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain
dalam uterus (hamil tunggal).
28 Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan
oksitosin (agar uterus berkontraksi baik).
29 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10
unit (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30 Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah
bayi lahir pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari
sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu)
dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem
pertama.
31 Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit
kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi
perut bayi) di antara 2 klem tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi
kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi
berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan
benang dengan simpul kunci
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan.
32 Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit
bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu.
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di
dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara
ibu.
33 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di
kepala bayi.
34 Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga
Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari
vulva.

17
35 Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali
pusat.
36 Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang –
atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio
uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
37 Mengeluarkan plasenta
Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-
kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan
plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan
tali pusat:
1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih
penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5. Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit
setelah bayi lahir
6. Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual.
38 Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan.
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT
atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput
kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau
steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
39 Rangsangan taktil (masase) uterus
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras)
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak
berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan
taktil / masase.

18
40 Menilai Perdarahan
Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan
pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkah plasenta
ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
41 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42 Melakukan Asuhan Pasca Persalinan
Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43 Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu – bayi (di
dada ibu paling sedikit 1 jam)
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup
menyusu dari satu payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun
bayi sudah berhasil menyusu
44 Lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuskular di
paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu – bayi.
45 Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam
pemberian Vitamin K1) di paha kanan anterolateral.
 Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-
waktu bisa disusukan
 Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum
berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan
sampai bayi berhasil menyusu.
46 Evaluasi
Lanjutkan permantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
per vaginam
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan
asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
47 Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
48 Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangann darah.
49 Periksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama 2 jam pertama persalinan
 Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pasca persalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang
tidak normal.
50 Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernapas dengan baik (40-60 kali/ menit) serta suhu tubuh
normal (36,5 – 37,5).

19
51 Kebersihan dan keamanan
Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah didekontaminasi.
52 Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
53 Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
54 Pastikan ibu merasa nyaman, Bantu ibu memerikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan
yang diinginkannya.
55 Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
56 Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit.
57 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan dengan tissue atau handuk yang kering
dan bersih.
58 Dokumentasi
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV.
Jumlah

Compliance rate (CR) : ……………..%

…………………………………………..
Pelaksana / auditor

……………………………………….
NIP: ………………..........................

20

Anda mungkin juga menyukai