Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang terdapat pada bab sebelumnya

dan hasil penelitian yang telah diperoleh penulis, maka dapat ditarik

kesimpulan antara lain sebagai berikut :

1. Pengaturan hukum gratifikasi dari perusahaan farmasi

kepada dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan diatur

dalam UU No 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi. Perbedaannya hanyalah subjeknya yaitu dokter sebagai

pelakunya. Profesi dokter sampai saat ini belum diterima

sepenuhnya sebagai subjek delik korupsi (gratifikasi) dikarenakan

statusnya yang masih belum jelas. Kalaupun dalam kenyataannya

terbukti bahwa dokter melakukan gratifikasi, maka tetap mengacu

pada ketentuan Pasal 12 huruf b UU Tipikor untuk menjeratnya.

delik gratifikasi dalam undang-undang tersebut diartikan secara

luas, yang mana hal tersebut sejalan dengan konsep

pertanggungjawaban materil yang negatif dalam tindak pidana

korupsi

143
144

2. pertanggungjawaban hukum gratifikasi yang dilakukan oleh

perusahaan farmasi terhadap dokter tetap dapat dijerat dengan

ketentuan UU Tipikor. Mengenai dokter sebagai subjek hukum

memang dianggap dapat bertanggungjawab secara pidana,

dikarenakan memang hanya manusialah yang dapat melakukan

perbuatan hukum sedangkan korporasi (perusahaan farmasi

tidaklah demikian). Tetapi dalam perkembangannya korporasi telah

diterima sebagai subjek hukum dalam tindak pidana korupsi, dan

dianggap dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Ini

berdasarkan doktrin strict liability dan vicarious liability yang dianut

didalam perundang-undangan pidana khusus.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang terdapat pada diatas, maka penulis

dapat ditarik memberikan saran antara lain sebagai berikut :

1. Hendaknya dilakukan pengawasan oleh Rumah Sakit

Pemerintah terhadap pihak-pihak yang menganggu kebebasan dan

kemandirian profesi dokter serta lebih meningkatkan citra

pelayanan medis, karena perusahaan farmasi dalam hal ini berada

di posisi yang strategis yaitu sebagai penyedia produk obat dan

dokter sebagai pihak yang mengindikasikan medis serta

menuliskan resep obat. Dalam hal ini posisi pasien sangat rentan
145

menjadi korban karena pasien yang harus membayar biaya medis

dan tunduk pada arahan dokter

2. Kedepannya Undang-Undang gratifikasi dimana tercantum

dalam rumusan pasal 12B ayat (1) UU Tipikor diperluas, sehingga

penegak hukum dapat berperan aktif dalam menegakkan keadilan

dan tidak hanya dokter pegawai negeri saja melainkan dokter agar

dapat menutup celah hukum yang selama ini terjadi dalam

pelayanan medis di rumah sakit sehingga mengakibatkan pasien

merasa dirugikan dan ragu atas rasa kepercayaan masyarakat

terhadap dokter dan dokter harus lebih mengutamakan kesehatan

dan kenyamanan si pasien, mengingat indak pidana korupsi di

bidang kedokteran sangat sulit untuk dibongkar modus

operandinya.

Anda mungkin juga menyukai