Anda di halaman 1dari 2

SKI XI pertemuan 9

BAB IV
PERADABAN ISLAM PADA MASA DAULAH SYAFAWI DI PERSIA
Persia memiliki andil besar dalam membentuk peradaban Islam,
dan salah satu kota yang memberikan kontribusi besar terhadap
peradaban Islam di Persia adalah Isfahan. Kota Isfahan banyak
menyimpan kenangan kejayaan masa lampau yang melahirkan banyak
jembatan yang beratap, istana-istana, masjid-masjid, menara. Di masa
kejayaan Islam Isfahan menjadi kota yang sangat maju dalam ilmu
pengetahuan, kebudayaan dan perdagangan.
Ketika Daulah Syafawi berkuasa Ifahan menjadi ibu kota yang
sangat indah, sehingga dijuluki dengan sebutan kota separuh dunia
(Esfahan Nefs-e Jahan) karena pada watu itu segala sesuatu yang dicari
semuanya ada di kota Isfahan.

A.Sejarah Lahirnya Daulah Syafawi.


Daulah Syafawi di Persia baru berdiri pada waktu Daulah Turki
Usmani sudah mencapai puncak kejayaan. Namun pada
kenyataannya Daulah Syafawi berkembang sangat cepat. Nama
Syafawi itu berasal dari sebuah nama Tarekat Syafawiyah. Tarekat
Syafawiyah yang semula berupa faham tata cara ajaran ibadah
akhirnya berkembang menjadi sebuah gerakan politik dan menjadi
Daulah dengan nama Daulah Sfafawi. Dalam perkembangannya
Daulah Syafawi sering berselisih dan bersinggungan dengan Daulah
Turki Usmani.
Daulah Syafawi merupakan peletak dasar berdirinya negara
Iran. Sebelum Daulah Syafawi berdiri, cikal bakal lahirnya Daulah ini
dimlai dari sebuah gerakan Tarekat Syafawiyah yang berdiri di daerah
Ardabil kota Azerbaijan. Tarekat Syafawiyah didirikan oleh Safi al Din.
Awal mulanya Tarekat ini bertujuan meluruskan orang-orang yang
ingkar dan memerangi orang-orang yang keluar dari syariat. Tarekat
ini akhirnya berubah bentuk dari pengajian tasawuf murni menjadi
gerakan keagamaan di Persia, Syiria, dan Anatolia.
Dalam perkembangan penganut Tarekat Syafawiyah sangat
fanatik terhadap ajaran-ajarannya, sehingga ingin mendirikan sebuah
kekuasaan tersendiri. Dengan dukungan yang kuat dari pengikutnya
akhirnya membentuk kekuatan dan kekuasaan sendiri.
Dibawah kepemimpinan Juned terbentuk prajurit yang kuat dan
siap untuk memasuki dunia perpolitikan. Dari gerakan politik ini
menimbulkan konflik perselisihan dengan penguasa Kara Koyunlu
(penguasa Suku Turki).
kelompok Juned kalah dan Juned diasingkan. Nasib baik masih
menaungi Juned karena tempat pengasingan Juned mendapatkan
perlindungan dari Diyar Bakar ( juga suku Turki ) yang tinggal di
Istana Uzun Hasan, penguasa sebagian besar Persia. Juned
mencoba merebut darah Ardabil tetapi gagal dan terbunuh.
Kepemimpinan Juned dilanjutkan oleh anaknya yaitu Haidar. Dalam
berbagai pertempuran akhirnya Haidar kalah dan terbunuh, kemudian
kepemimpinan gerakan Syafawi dilanjutkan puteranya Haidar yaitu
Ismail yang masih berumur 7 tahun. Ismail menyusun pasukan dan
kekuatan. Pasukan itu diberi nama Qizilbas (baret merah).
Pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbas dipimpin Ismail
menyerang dan mengalahkan Akara Koyunlu di Tabriz. Di kota Tabriz
inilah Ismail memproklamirkan dirinya sebagai khalifah pertama
Daulah Syafawi dengan nama Ismail I.
Ismail I memimpin Daulah Syafawi selama 23 tahun yaitu tahun
1501-1504 M. Dalam waktu 10 tahun wilayah kekuasaannya meliputi
seluruh Persia. Ambisi politik Ismail I mendorongnya untuk terus
mengembangkan wilayah kekuasaan ke daerah-daerah lainnya
seperti Turki Usmani, tetapi dalam usahanya untuk menguasai Turki
Usmani, Ismali mengalami kekalahan, justru Turki Usmani yang
dipimpin Sultan Salim dapat menduduki daerah Tabriz. Secara terus
menerus Daulah Syafawi dan Daulah Usmani selalu terjadi konflik
yang berkepanjangan.

Anda mungkin juga menyukai