Anda di halaman 1dari 7

No.

WA BU KRISTINA DWI SRIHADI

081390954719
Buku ekonomi kelas XI
bisa didonwload di
elearning MAN 2 Kota
semarang

g-kri91000066121724@madrasah.kemenag.go.id
kristina123456789

kristinasrihadi@gmail.com
Contoh Perhitungan PPK
Setelah kita mengetahui cara menghitung pendapatan perkapita, maka mari kita mengetahui
proses perhitungannya.

 Perhitungan Pendapatan Perkapita Nominal


Rumus ini akan melibatkan PNB berdasarkan harga yang pada saat itu memang sedang berlaku.

Jadi jika angka PNB pada negara Zimbabwe di tahun 2019 adalah 1.300.567.000 dengan total
jumlah penduduk adalah 262 juta jiwa di tahun yang sama, maka rumus perhitungannya adalah
sebagai PPK = PNB : Jumlah Penduduk. Sehingga, nilai PPK pada negara Zimbabwe
adalah 1.300.567.000 : 262.000.000 = 0.0049639961832061 atau 4.963.996.

 Perhitungan Pendapatan Perkapita Riil


Jika di negara Zimbabwe PNB tahun 2010 nya adalah sebanyak 400.000.000.000, dan angka
PNB pada tahun 2019 adalah 1.300.567.000 dengan jumlah total penduduk adalah 262 juta jiwa,
maka berdasarkan harga tetap, rumus PPK nya adalah PPK = PNB konstan : Jumlah
Penduduk. Sehingga, bisa diketahui bahwa nilai GDP pada negara zimbabwe adalah PPK
= 400.000.000.000 : 262.000.000 = 0.0015267175572519 atau 1.526.717

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka bisa kita ketahui bahwa pendapatan nominal pada
negara Zimbabwe adalah 4.963.996 dengan nilai pendapatan riilnya sebanyak 1.526.717. Dari
data tersebut, maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa PPK nominal negara Zimbabwe ternyata
tiga kali lebih besar daripada PPK riil nya.

Lantas. Bagaimana dengan Pendapatan


Perkapita di Indonesia?
Jika dibandingkan dengan berbagai negara besar lain di seluruh dunia, maka PPK negara kita
masih tergolong rendah. Pendapatan perkapita masyarakat Indonesia tercatat masih jauh
tertinggal dari negara tetangga, yaitu Singapura, Malaysia, dan bahkan Brunei Darussalam.

Singapura adalah negara yang memiliki nilai PPK paling besar di seluruh negara Asean.

Akibat pandemi Covid-19, Indonesia mengalami penurunan pendapatan per


kapita. Pendapatan per kapita pada tahun 2020 tercatat US$ 3.870 atau turun
dari 2019 yang sebesar US$ 4.050. 
Selain mengalami penurunan pendapatan per kapita, Indonesia juga turun kelas
ke negara berpendapatan menengah ke bawah (lower middle-income country)
setelah pada tahun lalu masuk ke dalam kategori negara upper middle-income.

Pasalnya, menurut Bank Dunia, ambang batas minimal untuk sebuah negara
bisa masuk kategori negara berpendapatan menengah ke atas di tahun ini naik
menjadi US$ 4.096. 

Ekonom senior INDEF Faisal Basri mengatakan, butuh waktu paling cepat
sekitar dua sampai tiga tahun untuk Indonesia naik kelas lagi, alis mengejar
untuk kembali masuk ke jajaran negara upper middle-income. 

“Syarat utama, agar tidak lebih lama adalah pertumbuhan ekonomi setidaknya
5% dan nilai tukar rupiah stabil,” ujar Faisal, seperti dikutip Kontan.co.id, Kamis
(8/7). 

Faisal kemudian mengimbau agar Indonesia tak patah arang. Malahan, ini jadi
pembelajaran untuk bertransformasi dan memperkokoh landasan agar ke
depannya Indonesia lebih siap dalam menghadapi persoalan. 

Ia kemudian mengutip Direktur Center of INternational Development Sumitom


(FSAID) Asim Khwaja, “Setiap guncangan menjadi peluang untuk menjadi lebih
baik dengan cara yang berbeda,” tandasnya. 

Dikutip dari laman resmi indonesia-investment.com , pendapatan PDB perkapita negara kita
kenyataannya terus menukik meningkat selama satu dekade ke belakang. Namun, tingkat akurasi
PDB per kapita masih dipertanyakan.

Jadi, apakah PDB perkapita adalah alat ukur yang layak untuk negara Indonesia sendiri? Karena
pada dasarnya masyarakat Indonesia mempunyai karakteristik yang tinggi dalam hal distribusi
pendapatan.

Hal tersebut sesuai dengan kenyataan bahwa nilai kekayaan 43.000 orang terkaya di Indonesia,
atau yang hanya mewakili 0.02% dari total penduduk Indonesia, hampir setara dengan 25% PDB
negara kita.

Sementara itu, kekayaan 40 orang paling kaya di Indonesia saja sama dengan 10,3% PDB, yang
merupakan jumlah yang sama dengan gabungan harta 60 juta masyarakat paling miskin di
Indonesia.
Oleh karenanya, perhitungan PPK di Indonesia sebenarnya masih perlu diteliti lebih dalam lagi
tentang nilai akurasinya dengan berdasarkan komposisi distribusi pendapatan masyarakat
Indonesia.

Nah, pertanyaan besarnya adalah, dalam golongan yang manakah kita saat ini?

“Syarat utama, agar tidak lebih lama adalah pertumbuhan ekonomi setidaknya
5% dan nilai tukar rupiah stabil,” ujar Faisal, seperti dikutip Kontan.co.id, Kamis
(8/7). 

Faisal kemudian mengimbau agar Indonesia tak patah arang. Malahan, ini jadi
pembelajaran untuk bertransformasi dan memperkokoh landasan agar ke
depannya Indonesia lebih siap dalam menghadapi persoalan. 

Ia kemudian mengutip Direktur Center of INternational Development Sumitom


(FSAID) Asim Khwaja, “Setiap guncangan menjadi peluang untuk menjadi lebih
baik dengan cara yang berbeda,” tandasnya. 

Sejumlah negara juga berpindah ke kategori menengah bawah, seperti Belize,


Iran dan Samoa. Sedangkan, Mauritius, Panama, dan Romania turun dari
kategori negara berpendapatan tinggi ke menengah atas.
Bank Dunia mengelompokkan setiap negara berdasarkan GNI per kapita.
Negara dengan GNI per kapita sebesar US$ 1.046-4.095 masuk kategori
berpendapatan menengah bawah dan US$ 4.096-12.695 di kategori
berpendapatan menengah atas.

 
Negara yang memiliki GNI per kapita di atas US$ 12.695 berada di kelompok
berpendapatan tinggi. Beberapa di antaranya adalah Australia, Brunei
Darussalam, Singapura, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat, dan mayoritas
negara Eropa.

Cara menghitung pendapatan perkapita


1. Pendapatan Perkapita Nominal = Produk Nasional Bruto (PNB) / Total Jumlah
Penduduk.
2. PDB Riil = Produk Nasional Bruto (PNB) Konstan / Total Jumlah Penduduk.
3. Pendapatan Perkapita Nominal = Produk Nasional Bruto (PNB) / Total Jumlah
Penduduk.
Cara menghitung pendapatan perkapita

Perhitungan pendapatan perkapita memiliki dua metode yang bisa diterapkan, yaitu

metodenya adalah berikut ini.

1. Pendapatan Perkapita Nominal (PPK Nominal)

Perhitungan  ini didasari oleh harga yang sedang berlaku di periode tertentu. Istilahnya

sendiri dikenal juga dengan sebutan pendapatan perkapita nominal. Pendapatan ini bisa

didapat setelah mengetahui jumlah Produk Nasional Bruto (PNB).

Rumusnya adalah sebagai berikut:

Pendapatan Perkapita Nominal = Produk Nasional Bruto (PNB) / Total Jumlah Penduduk

2. Pendapatan Perkapita Riil atau PDB Riil

Perhitungan berdasarkan harga tetap yang berlaku di periode tertentu. Hasilnya nanti disebut

sebagai Produk Domestik Bruto (PDB) riil. Perhitungan PDB ini berbeda dengan PNB. PNB

akan ikut menghitung pendapatan dari produksi yang dilakukan di luar negeri. Sedangkan

PDB, hanya berlaku secara nasional.

Rumusnya adalah sebagai berikut:


PDB Riil = Produk Nasional Bruto (PNB) Konstan / Total Jumlah Penduduk

Contoh menghitung pendapatan perkapita


Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah contoh untuk menghitung pendapatan perkapita pada
masing-masing metode yang sudah disebutkan sebelumnya.

Contoh kasus 1 dengan perhitungan PPK Nominal


Suatu negara pada tahun 2019 memiliki nilai Produk Nasional Bruto 1.200.000 miliar dan
memiliki jumlah penduduk 24.000.000 jiwa. Maka, perhitungannya PPK Nominal-nya adalah:

Pendapatan Perkapita Nominal = Produk Nasional Bruto (PNB) / Total Jumlah Penduduk

Pendapatan Perkapita Nominal = 1.200.000 miliar/ 24.000.000 jiwa

Pendapatan Perkapita Nominal = 5.000.000

Contoh kasus 2 dengan perhitungan PDB Riil


Suatu negara pada tahun 2010 Produk Nasional Bruto-nya 800.000 miliar dan Produk Nasional
Bruto-nya pada 2019 adalah 1.200.000 miliar dengan jumlah penduduk total 24.000.000 jiwa.
Maka, perhitungan PDB Riil-nya adalah sebagai berikut:

PDB Riil = Produk Nasional Bruto (PNB) Konstan / Total Jumlah Penduduk

PDB Riil = 800.000 miliar / 24.000.0000

PDB Riil = 33.333.333,34

Walaupun ada rumus pendapatan perkapita yang cukup jelas, tapi rumus itu dinilai tidak terlalu
tepat untuk mengetahui kemakmuran suatu negara. Alasannya karena setiap negara
ekonominya tidak merata, pasti ada wilayah yang menjadi unggulan, dan wilayah yang
tertinggal yang penduduknya tidak mendapatkan fasilitas yang sama dengan unggulan itu.

Oleh karena itu, masing-masing negara perlu menghitung juga jumlah penduduk miskin di
negara mereka. Mereka pun tetap harus berusaha mengurangi tingkat kemiskinan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai