Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“ Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pengembangan Bahan Ajar”


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pengembangan Bahan Ajar Ips Sd
Dosen Pengampu : Burhanuddin M.pd

Oleh :

Kelompok 6

1. Baiq.Siti Salma Hasnia : 200102207


2. Dini Hariani : 200102213
3. M.Asmul Bahri : 200102225

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)

UNIVERSITAS HAMZANWADI

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik, dan Hinayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk dan isinya yang sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Makalah ini memuat tentang “FAKTOR-FAKTOR YANG
DIPERTIMBANGKAN DALAM PENGEMBANGAN BAHAN AJAR” dan
berbagai penjelasannya. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR, yang penyusun sajikan berdasarkan dari
berbagai sumber. Ucapan terimakasih penyusun sampaikan setinggi-tingginya kepada
berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Dengan adanya
makalah ini, selain untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu ,
penyusun berharap agar makalah ini mendatangkan wawasan yang lebih luas kepada
pembacanya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Burhanuddin, M.P.d selaku dosen
Mata Kuliah Pengembangan Bahan Ajar IPS SD . Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca, khususnya kepada penyusun
sendiri. Harapan penyusun, semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Pancor, 17 April 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
A. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
pengembangan bahan ajar.............................................................3
B. Prosedur pengembangan bahan ajar.............................................11
C. Keuntungan prosedur pengembangan bahan ajar.........................16

BAB III PENUTUP.......................................................................................17


A. Kesimpulan..................................................................................17
B. Saran............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Sudrajat (2008) bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional
materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari
siswa dalam satu ketentuan waktu untuk mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari
pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau
nilai.
Menurut Husni (2010) bahan ajar sebagai salah satu alat bantu dalam kegiatan
pembelajaran dalam pemenuhannya harus sesuai dengan kompetensi yang
diinginkan, tanpa pemahaman terhadap hal tersebut maka siapapun yang akan
mengembangkan bahan ajar akan mengalami kesulitan.
Pengertian Bahan Ajar Kata “bahan ajar” menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti “Segala sesuatu yang dapat dipakai atau dijadikan pedoman
atau pegangan untuk mengajar”. Pedoman atau pegangan untuk mengajar ini
adalah acuan kompetensi belajar untuk melaksanakan proses
pembelajaran/perkuliahan siswa/mahasiswa sehingga tujuan
pembelajaran/perkuliahan tersebut akan tercapai maksimal sesuai kurikulum dan
silabus yang berlaku.
Bahan ajar ini sebagai pendukung dalam proses pendidikan dan latihan yang
dilaksanakan. Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses
yang sistematik agar kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin.
Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar dan
harus selalu diperhatikan dalam proses pengembangan bahan ajar, yaitu isi,
cakupan, keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan dan pengemasan. Kualitas

1
bahan ajar sangat tergantung pada ketepatan dalam memperhitungkan faktor-
faktor tersebut dalam pengembangan bahan ajar.
Pengembangan bahan ajar yang sistematis dimulai dari proses perancangan
dan pengembangannya dapat berupa aktivitas mengembangkan sendiri, atau
menggunakan bahan ajar yang sudah ada, sampai pada uji coba bahan ajar.
Pengetahuan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hasil
perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar dan prosedur
pengembangan bahan ajar yang sistematik juga diperlukan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi faktor yang dipertimbangkan dalam pengembangan
bahan ajar?
2. Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar?
3. Bagaimana keuntungan prosedur pengembangan bahan ajar?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui faktor yang dipertimbangkan dalam pengembangan bahan
ajar.
2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar.
3. Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh dari mengembangkan bahan
ajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pengembangan Bahan Ajar

Menurut Husni bahan ajar mempunyai peran penting dalam proses


pembelajaran, yaitu acuan yang digunakan oleh penatar atau petatar. Bagi petatar
bahan ajar menjadi acuan yang diserap isinya sehingga dapat menjadi
pengetahuan dan bagi penatar bahan ajar ini menjadi acuan dalam
menyampaikan keilmuannya.
Pengembangan bahan ajar oleh penatar membutuhkan kreativitas untuk
membuat sesuatu yang lain, unik, juga membutuhkan pengetahuan tentang
lingkungan sekitarnya agar bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan
ketersediaan bahan/materi di sekitarnya.
Di samping itu penatar juga harus memiliki pengetahuan tentang beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan bahan ajar seperti
kecermatan isi, ketepatan cakupan, ketercernaan, penggunaan bahasa, ilustrasi,
perwajahan/pengemasan serta kelengkapan komponen bahan ajar.

1. Kecermatan Isi

Kecermatan isi adalah validitas/kesahihan isi atau kebenaran ini secara


keilmuan, dan keselarasan isi. Kebenaran isinya berdasarkan sistem nilai yang
dianut oleh suatu masyarakat atau bangsa.

Validitas isi menunjukkan bahwa isi bahan ajar dikembangkan berdasarkan


konsep dan teori yang berlaku dalam bidang ilmu serta sesuai dengan
kemutakhiran perkembangan bidang ilmu dan hasil penelitian empiris yang
dilakukan dalam bidang ilmu tersebut. Dengan demikian isi bahan ajar dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah, benar dari segi keilmuan.

3
2. Ketepatan Cakupan

Kecermatan isi berfokus pada kebenaran isi secara keilmuan dan sistem
nilai yang berlaku di masyarakat. Maka ketepatan cakupan berhubungan
dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalaman isi atau materi serta
keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu.

Keluasan dan kedalaman isi bahan ajar sangat berhubungan dengan


keutuhan konsep berdasarkan bidang ilmu. Dalam bidang ilmu tersebut yang
paling utama adalah tujuan pembelajaran. Setiap penatar pasti mempunyai
tujuan pembelajaran dari mata tatarnya. Dari tujuan tersebut, dapat
menentukan seberapa luas, dalam, dan utuh topik yang akan disajikan kepada
petatar. Kemudian bahan ajar dikembangkan sesuai dengan materi pokok dan
komponennya berdasarkan pada materi yang telah ditentukan tersebut.

3. Ketercernaan Bahan Ajar

Bahan ajar, menggunakan media apapun, harus memiliki tingkat


ketercernaan yang tinggi. Artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya dapat
dimengerti oleh peserta dengan mudah. Ada enam hal yang mendukung
tingkat ketercernaan bahan ajar, sebagai berikut.

a.  Pemaparan yang Logis

Bahan ajar dipaparkan secara logis, misalnya mulai dari yang umum
ke yang khusus atau sebaliknya (deduktif atau induktif), dari yang mudah
ke yang sukar, atau dari yang inti ke yang pendukung. Dengan demikian,
peserta dapat dengan mudah mengikuti pemaparan, dan dapat segera
mengkaitkan pemaparan tersebut dengan informasi sebelumnya yang
sudah dimilikinya. Bahan ajar yang dipaparkan secara tidak logis akan
menyulitkan peserta belajar. Dengan demikian, informasi yang diterima

4
oleh peserta akan saling terkait, bahkan dapat dikaitkan dengan informasi
yang sudah dimiliki sebelumnya.

b. Penyajian Materi yang Runtut

Bahan ajar disajikan secara sistematis, tidak meloncat-loncat.


Keterkaitan antar materi/topik dijelaskan dengan cermat, kemudian setiap
topik disajikan secara sistematis dengan 3 strategi yaitu,

i. penyajian uraian, contoh dan latihan,


ii. contoh, latihan, penyajian uraian,
iii. penyajian uraian, latihan, contoh (PCL – CLP – PLC).

Urutan strategi penyajian dapat berubah-ubah sehingga tidak


membosankan, namun setiap bagian perlu diberi penjelasan yang
memadai sehingga tidak membingungkan peserta. Keruntutan penyajian
isi bahan ajar mempermudah peserta dalam belajar, dan juga menuntun
peserta untuk terbiasa berpikir runtut.

c.    Contoh dan Ilustrasi yang Memudahkan Pemahaman

Untuk menyajikan suatu topik dan memaparkan suatu pokok bahasan


diperlukan contoh dan ilustrasi yang dapat membantu dan mempermudah
pemahaman peserta.

Contoh dan ilustrasi dapat dikembangkan dalam beragam bentuk,


tercetak-narasi sebagai bagian dari penyajian isi bahan ajar dalam materi
pokok yang berbentuk cetak, poster, kartu-kartu (flipchart), atau dalam
bentuk non cetak seperti video, audio, simulasi berbantuan atau juga
dalam bentuk realita seperti model, atau bahan sesungguhnya untuk
didemonstrasikan kepada peserta. Prinsip utama dalam pemilihan contoh
dan ilustrasi adalah ketepatan contoh dan ilustrasi untuk memperjelas

5
teori atau konsep yang dijelaskan (bukan malah membuat peserta semakin
bingung), serta menarik dan bermanfaat bagi peserta. Dapat diperoleh
melalui sumber-sumber mutakhir seperti majalah, Koran, ataupun dari
situs-situs di internet.

d.   Alat Bantu yang Memudahkan

Bahan ajar perlu memiliki alat bantu yang dapat mempermudah


peserta dalam mempelajari bahan ajar tersebut Dalam bahan ajar cetak,
alat bantu dapat berupa rangkuman untuk setiap bab, penomoran, judul
bab yang jelas, serta tanda-tanda khusus, misalnya tanda tanya yang
menandakan pertanyaan.

Dalam bahan ajar noncetak, alat bantu juga dapat berupa rangkuman,
petunjuk belajar bagi peserta, serta tanda-tanda khusus yang dapat
diberlakukan serta dapat membantu peserta belajar, misalnya nada suara
yang berbeda dalam kaset audio, atau caption dalam program video.

Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan alat bantu bahan ajar


adalah prinsip konsistensi, artinya alat Bantu yang simbol atau
bentuknya sama harus digunakan dengan arti yang sama di semua isi
bahan ajar untuk mata pelajaran tertentu. Jadi, alat bantu yang
simbolnya atau bentuknya sama hendaknya tidak digunakan untuk arti
yang berbeda-beda dalam satu bahan ajar yang sama. Misalnya, gambar
“tangan yang sedang menulis” digunakan untuk arti “Latihan” yang
harus dikerjakan oleh peserta secara tertulis. Hendaknya gambar yang
sama jangan digunakan untuk arti yang lain,

e.    Format yang Tertib dan Konsisten

Bahan ajar perlu memelihara ketertiban dan konsistensi agar mudah


dikenali, diingat, dan dipelajari oleh peserta. Misalnya, jika guru

6
menggunakan kertas merah untuk lembar kerja peserta, maka seterusnya
gunakanlah warna kertas merah untuk LKS, jangan gunakan warna
merah untuk komponen lain dalam bahan ajar. Dengan demikian, setiap
kali peserta melihat warna kertas merah, maka peserta akan menandai
sebagai LKS.

f.     Penjelasan tentang Relevansi dan Manfaat Bahan Ajar

Dalam bahan ajar perlu ada penjelasan tentang manfaat dan kegunaan
bahan ajar dalam mata tataran. Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan
utama yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas, atau sebagai
alat bantu peserta belajar mandiri di rumah (buku kerja, paket kerja
mandiri), atau juga sebagai alat bantu peserta belajar dalam kelompok.
Peran ini perlu dijelaskan kepada peserta dengan cermat, sehingga
peserta dapat menggunakan bahan ajar dengan jelas.

Di samping itu, bahan ajar juga perlu menjelaskan keterkaitan antara


topik yang dibahas dalam bahan ajar dengan topik-topik dalam mata
pelajaran lainnya. Dengan demikian, peserta dapat melihat keterkaitan
topik bahan ajar dengan topik lain, dan tidak terkesan bahwa masing-
masing topik adalah berdiri sendiri-sendiri.

4. Penggunaan Bahasa

Dalam mengembangkan bahan ajar, penggunaan bahasa menjadi salah


satu faktor yang penting. Penggunaan bahasa, yang meliputi pemilihan ragam
bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf
yang bermakna, sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun
isi bahan ajar Anda sudah cermat, menggunakan format yang konsisten, serta
dikemas dengan menarik, namun jika bahasa yang Anda gunakan tidak
dimengerti oleh peserta, maka bahan ajar tidak akan bermakna apa-apa.

7
Penggunaan bahasa menjadi faktor penting, bukan hanya dalam
pengembangan bahan ajar cetak seperti buku kerja peserta, lembar kerja
peserta, tetapi juga dalam pengembangan bahan ajar non cetak, seperti kaset
audio, video, bahan ajar berbasiskan komputer, dan lain-lain.

Dengan demikian, ragam bahasa yang digunakan dalam bahan ajar biasanya
ragam bahasa nonformal atau bahasa komunikatif yang lugas dan luwes.
Dalam bahasa komunikatif, pembaca diajak untuk berdialog secara intelektual
melalui sapaan, pertanyaan, ajakan, dan penjelasan, seolah-olah dialog dengan
orang kedua itu benar-benar terjadi. Penggunaan bahasa komunikatif akan
membuat peserta merasa seolah-olah berinteraksi dengan gurunya sendiri
melalui tulisan-tulisan yang disampaikan dalam bahan ajar.

5. Perwajahan/Pengemasan

Perwajahan dan atau pengemasan berperan dalam perancangan atau


penataan letak informasi dalam satu halaman cetak, serta pengemasan dalam
paket bahan ajar multimedia. Penataan letak informasi untuk satu halaman
cetak dalam bahan ajar hendaknya mempertimbangkan beberapa hal berikut:

a.    Narasi atau teks yang terlalu padat dalam satu halaman membuat
peserta lelah membacanya.

b.    Bagian kosong (white space) dari satu halaman sangat diperlukan


untuk mendorong peserta mencoret-coret bagian kosong tersebut
dengan rangkuman atau catatan yang dibuat peserta sendiri.
Sediakan bagian kosong secara konsisten dalam halaman-halaman
bahan ajar.

Perwajahan dan pengemasan bahan ajar juga meliputi penyediaan alat


bantu belajar dalam bahan ajar, sehingga bahan ajar dapat dipelajari
peserta secara mandiri (sendiri, atau dengan teman-teman dalam

8
kelompok). Dalam kasus bahan ajar cetak, alat bantu belajar terdiri dari
tiga kategori, yaitu alat bantu belajar pada bagian pendahuluan, alat bantu
belajar pada uraian informasi per topik, dan alat bantu belajar pada bagian
akhir bahan ajar cetak, sebagai berikut:

 Pendahuluan:
 Judul
 Daftar isi
 Peta konsep, diagram, pemandu awal
 Tujuan pembelajaran
 Tes awal

 Uraian:
 Ringkasan awal
 Pengacuan pada bagian bahan ajar lain
 Judul bagian
 Perintah/instruksi
 Signposts (tanda verbal atau visual di bagian samping
teks
 Rangkuman

 Akhir:
 Senarai (daftar kata sukar)
 Tes akhir
 Indeks

Tidak semua alat bantu belajar tersebut harus ada dalam satu bahan ajar,
artinya dapat memilih alat bantu belajar yang paling tepat dan paling
dibutuhkan untuk melengkapi bahan ajar.

9
6.  Ilustrasi

Penggunaan ilustrasi dalam bahan ajar memiliki ragam manfaat, antara lain
untuk memperjelas pesan atau informasi yang disampaikan, membuat bahan
ajar menjadi lebih menarik melalui variasi penampilan.

Ilustrasi dapat dibuat sendiri sebagai pengembang bahan ajar, jika


mempunyai keterampilan menggambar yang baik. Namun, ilustrasi juga
dapat dibuatkan oleh perancang grafis atau pelukis, yang menerjemahkan
gambar-gambar yang diinginkan ke dalam ilustrasi yang baik dan tepat.
Selain itu, ilustrasi juga dapat diambil dari sumber langsung (misalnya foto),
sumber atau buku lain (misalnya majalah atau ensiklopedia). Jika ilustrasi
diperoleh dari sumber atau buku lain berkewajiban memberi penjelasan
tentang hal itu dalam bahan ajar yang tulis.

Ilustrasi yang biasa digunakan dalam bahan ajar, antara lain daftar atau
tabel, diagram, grafik, kartun, foto, gambar, sketsa, simbol, dan skema.

7. Kelengkapan Komponen

Idealnya, bahan ajar merupakan paket multikomponen dalam bentuk


multimedia. Paket tersebut mempunyai sistematika penyampaian dan urutan
materi yang baik, meliputi penyampaian tujuan belajar, memberi bimbingan
tentang strategi belajar, menyediakan latihan yang cukup banyak, memberi
saran-saran untuk belajar kepada peserta (pertanyaan kunci, soal, tugas,
kegiatan), serta memberikan soal-soal untuk dikerjakan sendiri oleh peserta
sebagai cara untuk mengukur kemampuan diri sendiri dan umpan baliknya.
Paket bahan ajar dapat bersifat lengkap dalam satu paket, atau dapat juga
dilengkapi dengan sumber informasi lain (dari internet, atau buku lain),
panduan belajar/peserta, serta panduan guru.

B. Prosedur Pengembangan Bahan Ajar

10
Menurut Depdiknas dalam Krisma (2014) merinci prosedur/ langkah-langkah
pengembangan bahan ajar, yaitu diantaranya sebagai berikut :
1. Pertama, menentukan kriteria pokok pemilihan bahan ajar dengan
mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Hal
ini dikarenakan setiap aspek dalam SK dan KD jenis materi yang berbeda-
beda dalam kegiatan pembelajaran.
2. Kedua, mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Materi pembelajaran
dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip dan
prosedur), aspek afektif (pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan
penilaian) serta aspek psikomotorik (gerakan awal, semi rutin, dan rutin).
3. Ketiga, mengembangkan bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan SK-
KD yang telah teridentifikasi tadi. Dan yang keempat, mengembangkan
sumber bahan ajar.
Menurut Krisma (2014) pengembangan suatu bahan ajar harus didasarkan
pada analisis kebutuhan siswa. Terdapat sejumlah alasan mengapa perlu
dilakukan pengembangan bahan ajar, seperti yang disebutkan oleh Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas sebagai berikut:
1. Ketersediaan bahan sesuai tuntutan kurikulum, artinya bahan belajar yang
dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum
2. Karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat
disesuaikan dengan karakteristik siswa sebagai sasaran, karakteristik tersebut
meliputi lingkungan sosial, budaya, geografis maupun tahapan
perkembangan siswa
3. Pengembangan bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah
atau kesulitan dalam belajar.
Dengan demikian, pengembangan bahan ajar di sekolah perlu memperhatikan
karakteristik siswa dan kebutuhan siswa sesuai kurikulum, yaitu menuntut
adanya partisipasi dan aktivasi siswa lebih banyak dalam pembelajaran.
Pengembangan lembar kegiatan siswa menjadi salah satu alternatif bahan ajar

11
yang akan bermanfaat bagi siswa menguasai kompetensi tertentu, karena lembar
kegiatan siswa dapat membantu siswa menambah informasi tentang materi yang
dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Menurut Krisma (2014) pengembangan bahan ajar perlu dilakukan secara
sistematik berdasarkan langkah-langkah yang saling terkait untuk menghasilkan
bahan ajar yang bermanfaat.
Penatar seringkali mengabaikan prosedur pengembangan bahan ajar yang
sistematik ini karena berasumsi, jika sudah dibuat dengan baik sesuai dengan
materi yang akan diajarkan, maka bahan ajar dapat digunakan dengan efektif
dalam proses pembelajaran. Padahal Menurut Husni (2010) ada beberapa
langkah yang harus dilakukan penatar sebelum sampai pada kesimpulan bahwa
bahan ajar sudah dikembangkan dengan baik, serta bahan ajar yang digunakan
memang baik. Paling tidak ada empat langkah utama dalam prosedur
pengembangan bahan ajar yang baik, sebagai berikut:
1. Analisis
Pada tahap ini dicoba untuk mengenali siapa peserta diklat, dengan
perilaku awal dan karakteristik yang dimiliki. Perilaku awal berkenaan dengan
penguasaan dan kemampuan bidang ilmu atau mata tataran yang sudah
dimiliki peserta. Seberapa jauh peserta sudah menguasai mata tataran itu?
Sementara itu karakteristik awal memberikan informasi tentang ciri-ciri
peserta.
Jika informasi tentang peserta sudah diketahui, maka implikasi terhadap
rancangan bahan ajar dapat ditentukan, dan bahan ajar dapat segera
dikembangkan. Pengenalan yang baik terhadap perilaku awal dan karakteristik
awal peserta sangat diperlukan untuk menentukan kebutuhan peserta dan
kemudian merancang bahan ajar yang bermanfaat bagi peserta.
2. Perancangan
Dalam tahap perancangan, ada beberapa hal yang harus dilakukan atau
diperhatikan yaitu:

12
a. Perumusan Tujuan Pembelajaran berdasarkan Analisis
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, akan diperoleh peta atau
diagram tentang kompetensi yang akan dicapai peserta baik kompetensi
umum maupun kompetensi khusus. Kompetensi umum dan kompetensi
khusus, jika dirumuskan kembali dengan kaidah-kaidah yang berlaku,
akan menjadi tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran
khusus. Adapun kaidah yang berlaku, antara lain dengan melengkapi
komponen tujuan pembelajaran yaitu Audience, Behavior, Condition,
Degree.
b. Pemilihan Topik Mata Tataran
Jika tujuan pembelajaran sudah ditetapkan dan analisis sudah
dilakukan, maka peserta sudah mempunyai gambaran tentang kompetensi
yang harus dicapai oleh peserta melalui proses belajar. Dengan demikian
petatar juga dapat segera menetapkan topik mata tataran dan isinya. Apa
saja topik, tema isu yang tepat untuk disajikan dalam bahan ajar, sehingga
peserta dapat belajar dan mencapai kompetensi yang telah ditetapkan?
Apa saja teori, prinsip atau prosedur yang perlu didiskusikan dalan bahan
ajar?
Acuan utama pemilihan topik mata tataran adalah silabus dan analisis
instruksional yang telah penatar miliki. Selanjutnya penatar juga dapat
menggunakan berbagai buku dan sumber belajar serta melakukan
penelusuran pustaka, yaitu mengkaji buku-buku tentang mata tataran
termasuk encyclopedia, majalah, dan buku yang ada di perpustakaan.
c. Pemilihan Media dan Sumber
Pemilihan media dan sumber belajar harus dilakukan setelah penatar
memiliki analisis instruksional dan mengetahui tujuan pembelajaran.
Penatar diharapkan tidak memilih media hanya karena media tersebut
tersedia bagi penatar, disamping itu penetar diharapkan juga tidak
langsung terbujuk oleh kesediaan beragam media canggih yang sudah

13
semakin pesat berkembang saat ini seperti komputer. Yang perlu diingat,
media yang dipilih adalah untuk digunakan oleh peserta dalam proses
belajar. Jadi pilihlah media yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik
mata tataran, yang memudahkan peserta belajar, serta yang menarik dan
disukai peserta. Kata kuncinya adalah: Media yang dapat membelajarkan
peserta. Media itulah yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih
d. Pemilihan Strategi Pembelajaran
Tahap pemilihan strategi pembelajaran merupakan tahap ketika
merancang aktivitas belajar. Dalam merancang urutan penyajian harus
berhubungan dengan penentuan tema/ isu/ konsep/ teori/ prinsip/ prosedur
utama yang harus disajikan dalam topik mata tataran. Hal ini tidaklah
terlalu sulit jika sudah memiliki peta konsep dari apa yang ingin
dibelajarkan. Jika sudah mengetahuinya maka bagaimana materi itu
disajikan, secara umum dapat dikatakan bagaimana struktuk bahan
ajarnya.
Berbagai urutan penyajian dapat dipilih berdasarkan urutan kejadian
atau kronologis, berdasarkan lokasi, berdasarkan sebab akibat dan lain
sebagainya.
3. Pengembangan
Persiapan dan perancangan yang matang sangat diperlukan untuk
mengembangkan bahan ajar dengan baik. Beberapa saran yang dapat
membantu untuk memulai pengenbangan bahan ajar yaitu:
a. Tulislah apa dapat ditulis, mungkin berbentuk LKS, bagian dari
penyususnan buku atau panduan praktik
b. Jangan merasa bahwa bahan ajar harus ditulis secara berurutan
c. Tulis atau kembangkan bahan ajar untuk peserta yang telah dikenal
d. Ingat bahan ajar yang dikembangkan harus dapat memeberikan
pengalaman belajar kepada peserta

14
e. Ragam media, sumber belajar, aktivitas dan umpan balik
merupakan komponen penting dalam memperoleh bahan ajar yang
menarik, bermanfaat dan efektif bagi peserta
f. Ragam contoh, alat bantu belajar, ilustrasi serta pengemasan bahan
ajar juga berperan dalam membuat bahan ajar
g. Gaya penulisan untuk bagian tekstual, naratif, explanatory,
deskriptif, argumentatif dan perintah sangat penting agar peserta
dapat memahami maksud penatar.
4. Evaluasi dan Revisi
Evaluasi merupakan proses untuk memperoleh beragam reaksi dari
berbagai pihak terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Reaksi ini
hendaknya dipandang sebagai masukan untuk memperbaiki bahan ajar
dan menjadikan bahan ajar lebih berkualitas. Evaluasi sangat
diperlukan untuk melihat efektifitas bahan ajar yang dikembangkan.
Apakah bahan ajar yang dikembangkan memang dapat dimengerti,
dibaca dengan baik dan dapat membelajarkan peserta. Di samping itu
evaluasi diperlukan untuk memperbaiki bahan ajar sehingga menjadi
bahan ajar yang baik.
Secara umum ada 4 cara untuk mengevaluasi bahan ajar yaitu
a. Telaan oleh ahli materi (lebih ditekankan pada validitas keilmuan
serta ketepatan cakupan)
b. Uji coba satu-satu (Salah seorang peserta mengkaji bahan ajar,
kemudian diminta untuk memberikan komentar tentang
keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan tingkat kesukaran)
c. Uji coba kelompok kecil (Satu kelompok kecil mengkaji bahan
ajar, kemudian diminta untuk memberikan komentar tentang
keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan tingkat kesukaran)

15
d. Uji coba lapangan ( Untuk memperoleh informasi apakah bahan
ajar dapat mencapai tujuan?. Apakah bahan ajar dianggap
memadai dan seterusnya.

C. Keuntungan Mengembangkan Bahan Ajar


Menurut Denita keuntungan bagi guru dalam mengembangkan bahan ajar
antara lain sebagai berikut:
1. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik.
2. Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk
diperoleh.
3. Memperkaya, karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai
referensi.
4. Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis
bahan ajar.
5. Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan
peserta didik karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada
gurunya.
6. Menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

Keuntungan bagi peserta didik antara lain sebagai berikut:


1. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik.
2. Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan
terhadap kehadiran guru.
3. Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang
harus dikuasainya

BAB III

PENUTUP

16
A. Kesimpulan
Pengembangan bahan ajar perlu dilakukan sebagai pendukung dalam proses
pendidikan dan latihan yang dilaksanakan secara sistematis. Dalam
pengembangannya, perlu memperhatikan faktor-faktor yang berlaku dan
prosedur/ langkah-langkah pengembangannya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain: Kecermatan Isi, Ketepatan
Cakupan, Ketercernaan Bahan Ajar, Penggunaan Bahasa,
Perwajahan/Pengemasan, Ilustrasi, dan Kelengkapan Komponen. Sedangkan
prosedurnya terdiri dari empat langkah utama, yaitu: Analisis, Perancangan,
Pengembangan, Evaluasi dan Revisi.
Semua acuan tersebut dibutuhkan demi mendapat keuntungan/manfaat dari
pengembangan bahan ajar sebagai pendukung yang penting untuk mengajar guru
dan belajar siswa.
B. Saran
Guru dalam mengembangkan bahan ajar, sebaiknya jangan melewatkan
prosedur yang berlaku. Karena meskipun materi sudah tersedia dan sesuai. Tetapi
jika tidak mengikuti prosedur maka bahan ajar yang akan dikembangkan jadi
kurang efisien. Faktor-faktor yang sekiranya kurang dipandang dalam
pengembangan bahan ajar juga sebaiknya dipelajari, karena hal-hal kecil
terkadang dapat berpengaruh besar pada pengembangan bahan ajar apabila
dilewatkan/ tidak diperhatikan dengan seksama.

17
DAFTAR PUSTAKA

Denita, Rifda. 2016. https://rifdadenita.blogspot.co.id/2016/01/makalah-


pengembangan-bahan-ajar.html di akses pada 15 April 2022

Abdul Gafur, Pedoman khusus penyusunan materi pembelajaran (Instructional


matrials) . Jakarta, Direktorat Pendidikan Menengah Umum

Ida Malati Sajadi, Paulina Pannen, Susy Puspitasari, Durri Andriani, Benny A
Pribadi, Tian Belawati, Kho You Tung. 2015. Pengembangan Bahan Ajar,
Jakarta Universitas Terbuka

Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) Krisma, Richa. 2015. Pengembangan Bahan


Ajar. http://pengembanganbahanjar.blogspot.co.id/2014/07/pemilihan-
bahan-ajar.html di akses pada 14 April 2022.

Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Konsep Pengembangan Bahan Ajar.


https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/04/konsep-pengembangan-
bahan-ajar-2/ di akses pada 17 April 2022.

18

Anda mungkin juga menyukai