Pelestarian Ghumah Baghi Di Kota Pagaralam
Pelestarian Ghumah Baghi Di Kota Pagaralam
ABSTRACT. The existence of traditional house that are made of wood is very closely related to
the preservat ion of the culture that develops in the community. The purpose of this research is
to elucidate the factors that may have influenced the community to maintain their traditional
wooden houses. This study used a qualitative approach with case study method. Data collection
was conducted by in-depth interviews, participant observation, and documentation studies. The
data obtained were then analysed to elaborate on the factors that may have influenced the
community to maintain their traditional wooden-based houses which are commonly called
ghumah baghi. The results of the study show that culture, inheritance, raw materials, economic
conditions of the community, knowledge of the community, and government policies are the
factors that may have encouraged the community to maintain the existence of their ghumah
baghi.Involving the various related stakeholders, the government policy in protecting ghumah
baghi as a cultural sanctuary, and the cultivation of substitute wood species as raw material for
making ghumah baghi, are all essential endeavours in its conservation.
Keywords: besemah (tribe); culture; ghumah baghi; traditional house; tourism.
ABSTRAK. Keberadaan rumah tradisional berbahan dasar kayu sangat terkait dengan
pelestarian budaya yang berkembang di masyarakat. Tujuan penelitian untuk menjelaskan
faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat mempertahankan rumah tradisionalnya yang
berbahan dasar kayu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi
kasus. Pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam, pengamatan terlibat, dan studi
dokumentasi; selanjutnya data tersebut dianalisis faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat
mempertahankan ghumah baghi-nya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat
mempertahankan keberadaan ghumah baghi-nya yang berbahan dasar kayu karena berbagai
faktor, yaitu: kebudayaan, warisan, bahan baku, kondisi ekonomi masyarakat, pengetahuan
masyarakat, dan kebijakan pemerintah. Pelibatan berbagai stalkholders terkait, kebijakan
pemerintah dalam melindungi ghumah baghi sebagai cagar budaya, dan budidaya jenis-jenis
kayu subtitusi sebagai bahan baku pembuatan ghumah baghi merupakan upaya-upaya yang
perlu dilakukan dalam pelestarian ghumah baghi.
Kata kunci: besemah; budaya; ghumah baghi; rumah tradisional; pariwisata.
Penulis untuk korespondensi, surel : Oktarinemelly19@gmail.com
216
Oktarine Melly Aminah Harum. et. al : Pelestarian Ghumah Baghi ……. (7): 216-224
Karakter sebuah suku dapat dilihat dari menjaga kearifan lokalnya (Sabrina et al.,
tradisi dan budaya yang terbentuk dalam 2010). Rumah tradisional juga dipercaya
suatu permukiman dan bagaimana mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan
menjaga kearifan lokalnya (Sabrina et al., sekitar yang akan memberikan kearifan lokal
2010). Rumah tradisional juga dipercaya di daerah tersebut (Juwita et al., 2017).
mampu beradaptasi dengan lingkungan
Konsep tradisional sangat pragmatif dan
sekitar yang akan memberikan kearifan lokal
tidak bisa dibatasi dengan tegas, karena
di daerah tersebut (Juwita et al., 2017).
bersifat relatif dan tergantung penguasaan
Konsep tradisional sangat pragmatif dan teknologi membangun oleh masyarakat
tidak bisa dibatasi dengan tegas, karena disuatu wilayah; inilah yang disebut sebagai
bersifat relatif dan tergantung penguasaan budaya lokal yang dibentuk oleh masyarakat
teknologi membangun oleh masyarakat sesuai dengan pemahaman mereka
disuatu wilayah; inilah yang disebut sebagai terhadap lingkungan alam dan sosial (Arios,
budaya lokal yang dibentuk oleh masyarakat 2014). Keberadaan rumah tradisional
sesuai dengan pemahaman mereka menjadi penting karena sangat terkait
terhadap lingkungan alam dan sosial (Arios, dengan pelestarian budaya yang
2014). Keberadaan rumah tradisional dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian
menjadi penting karena sangat terkait bertujuan untuk menjelaskan faktor-
dengan pelestarian budaya yang faktoryang memengaruhi masyarakat
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian mempertahankan rumah tradisionalnya yang
bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor berbahan dasar kayu di Kelurahan Pelang
yang memengaruhi masyarakat Kenidai Kota Pagaralam.
mempertahankan rumah tradisionalnya yang
berbahan dasar kayu di Kelurahan Pelang Bahan dan Metode
Kenidai, Kota Pagaralam.
Penelitian dilakukan pada bulan
November 2018 sampai dengan Januari
METODE PENELITIAN 2019 di Kelurahan Pelang Kenidai,
Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagar
Alam, Provinsi Sumatera Selatan (Gambar
Rumah tradisional merupakan cermin 1). Pendekatan yang digunakan dalam
nilai budaya yang nampak dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
perwujudan bentuk, struktur, tata ruang dan dengan metode studi kasus.Data
hiasannya (Arifin, 2010). Masyarakat dikumpulkan melalui wawancara mendalam,
biasanya menjadikan rumah tradisional pengamatan terlibat, dan studi
dengan banyak informasi sosial dan budaya dokumentasi.Informan kunci penelitian
di dalamnya (Bellal, 2013), sehingga dalam wawancara mendalam merupakan
merupakan fenomena yang kompleks masyarakat yang memiliki rumah tradisional
berdasarkan mode gaya arsitektur yang besemah (4 orang), tokoh masyarakat dan
digunakan (Munawaroh et al., 2017). Selain pemilik rumah tradisional besemah (1
itu, rumah tradisional digambarkan sebagai orang), lembaga adat (1 orang), Walikota
ekosistem yang dikelola manusia dengan Kota Pagaralam (1 orang), mantan Walikota
subsidi energi yang tinggi, struktur yang Kota Pagaralam (1 orang), Kepala Bidang
kompleks, dan beberapa fungsi (Sangeeta Sumber Daya Manusia Ekonomi Kreatif
et al., 2013). Kota Pagaralam (1 orang), dan Ketua Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Permukiman tradisional dapat Pagaralam (1 orang). Data yang
mencerminkan simbol-simbol suku budaya dikumpulkan kemudian dianalisis secara
bangsa pemiliknya yang dapat diwujudkan kualitatif dengan cara membuat transkrip
melalui pemanfaatan lahan, pembuatan data- pembuatan koding – kategorisasi data
rumah, dan kepercayaan yang mengatur – penyimpulan sementara – triangulasi –
kepercayaan masyarakat(Arios, 2014). penyimpulan akhir untuk menggetahui
Karakter sebuah suku dapat dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi
tradisi dan budaya yang terbentuk dalam masyarakat mempertahankan keberadaan
suatu permukiman dan bagaimana mereka rumah tradisionalnya.
217
Jurnal Hutan Tropis Volume 7 No. 2, Edisi Juli 2019
218
Oktarine Melly Aminah Harum. et. al : Pelestarian Ghumah Baghi ……. (7): 216-224
219
Jurnal Hutan Tropis Volume 7 No. 2, Edisi Juli 2019
220
Oktarine Melly Aminah Harum. et. al : Pelestarian Ghumah Baghi ……. (7): 216-224
221
Jurnal Hutan Tropis Volume 7 No. 2, Edisi Juli 2019
agar tidak terjadi banyak kerusakan di menginap atau homestay bagi wisatawan
rumah ini”). yang berkunjung ke Kelurahan Pelang
Kenidai; sementara program jangka
Pengetahuan masyarakat berpengaruh
panjangnya menjadikan lokasi tersebut
terhadap kebudayaan,khususnya dalam
sebagai desa wisata.
pelestarian ghumah baghi. Interaksi yang
terjadi antara manusia dan lingkungan di Kegiatan yang sudah dilakukan
sekitarnya ikut berperan dalam Pemerintah Kota Pagaralam dalam
menghasilkan pengetahuan ataucara pengembangan pariwisata adalah
pandang di masyarakat yang disebut Pagaralam Heritage dan festival
kearifan lokal. Tingkat pengetahuan kebudayaan. Kegiatan tersebut belum rutin
mempengaruhi masyarakat dalam dilakukan, sehingga masyarakat tidak begitu
bersosialisasi dengan menyesuaikan diri merasakan dampak positif dari kegiatan
terhadap lingkungan dalam upaya kebudayaan tersebut, seperti yang
mempertahankan keberadaan ghumah disampaikan oleh informan:
baghi-nya. Menurut Koentjaraningrat (2015)
“Dulu lah udem ngadeka festival Pagar alam
tanpa adanya kearifan lokal, maka
Heritage di sinini.. anye tape lom tejadwal..
kebudayaan akan hilang. Hal tersebut akan
jadi kandek makini lom bie manfaat nek
membentuk manusia untuk berperilaku
kami ghaseka” (“Dulu pernah diadakan
sebagai makhluk berbudaya. Mora (2012)
festival Pagaralam Heritage di sini… tapi
mengemukakan bahwa pengetahuan dan
belum terjadwal… jadi untuk saat ini
budaya harus selaras dengan mewujudkan
manfaat tersebut belum begitu kami
kembali tradisi kehidupan secara gotong
rasakan)”.
royong, musyawarah dan melestarikan nilai-
nilai budaya daerah sebagai identitas Keberadaan ghumah baghi menjadi
bangsa yang tidak bisa punah. salah satu daya tarik bagi wisatawan, baik
dari dalam maupun luar negeri. Peningkatan
Kebijakan pemerintah jumlah wisatawan yang berkunjung dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat
Saat ini Pemerintah Kota Pagaralam dan pengembangan pembangunan di
sedang menyusun sebuah kebijakan berupa wilayah tersebut. Kegiatan-kegiatan yang
peraturan daerah yang mengatur pelestarian mendukung pariwisata dianggap
ghumah baghi. Tujuannya adalah untuk memberikan dampak positif bagi
mendorong masyarakat mempertahankan masyarakat yang mempertahankan
dan melestarikan ghumah baghi sebagai keberadaan ghumah baghi-nya. Masyarakat
bagian dari kebudayaan masyarakat dapat menghidangkan berbagai masakan
setempat. Keberadaan ghumah baghi dirasa tradisional dan juga dapat mempertunjukkan
penting oleh pemerintah karena sangat seni budaya yang dimilikinya sebagai
terkait dengan identitas daerah, khususnya pelengkap dari kegiatan pariwisata yang
di Kota Pagaralam. Sari et al., (2017) diadakan. Desa wisata yang akan dibangun
menyatakan kebijakan dan badan hukum dapat mendorong masyarakat untuk
merupakan faktor penting dalam mengatur mengembangkan potensinya, sehingga
kelestarian ghumah baghi. mereka dapat mengelola pariwisatanya
sendiri dan menjadikan desanya sebagai
Pemerintah Kota Pagaralam juga sedang desa mandiri.
membuat kebijakan pelestarian ghumah
baghi yang akan diakomodir di dalam A’inun et al. (2015) berpendapat bahwa
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pembangunan desa wisata membutuhkan
(APBD). Selain itu, Pemerintah Kota dukungan dan partisipasi dari seluruh
Pagaralam juga telah mengusulkan kepada masyarakat desa sehingga masyarakat
pemerintah pusat dengan sumber dana dapat merasakan memiliki pariwisata secara
yang berasal dari Anggaran Pendapatan bersama-sama dan dapat merasakan
dan Belanja Negara (APBN). Kebijakan manfaat keberadaan desa wisata di
tersebut merupakan program jangka pendek wilayahnya.Sejalan dengan pendapat
yang direalisasikan untuk mempertahankan tersebut, Sedyawati (2008) menyatakan
dan melestarikan kebudayaan yang ada, bahwa budaya memiliki peranan penting
agar tetap dikenal dan diberdayakan dalam pembangunan ekonomi, karena
kembali oleh masyarakatnya. Adapun budaya bersifat dinamis harus terus
program jangka menengahnya adalah dikembangkan untuk meningkatkan
menjadikan ghumah baghi menjadi tempat kapasitas sosial sesuai dengan
222
Oktarine Melly Aminah Harum. et. al : Pelestarian Ghumah Baghi ……. (7): 216-224
SIMPULAN DAN SARAN A’inun, F., Krisnani, H., & Darwis, R.S.
2015. Pengembangan Desa Wisata
melalui Konsep Community Based
Tourism. Prosiding Riset dan PKM,
Simpulan 2(3): 301-444.
Arifin, R. 2010. Perubahan Identitas
Pelestarian ghumah baghidipengaruhi Rumah Tradisional Kaili di Kota Palu.
oleh keinginan masyarakat untuk Jurnal Ruang, 2(1): 23-26.
melestarikan kebudayaan yang dimiliki,
serta keinginan masyarakat untuk Arios, R.L. 2014. Permukiman Tradisional
mempertahankan keberadaan rumah Orang Besemah di Kota Pagaralam.
tradisional tersebut sebagai warisan Jurnal Budaya,19(2): 183-198.
keluarga. Kelangkaan bahan baku yang
Bellal, T. 2013. Gender and Zones of
digunakan serta minimnya perekonomian Users in Traditional Berber M’zab
masyarakat (hanya bergantung pada sektor Houses. International Journal of
pertanian)juga menjadi alasan masyarakat Humanities and Social Science, 3(19):
tidak dapat mengganti rumah mereka
23-41.
dengan rumah yang lebih modern. Selain
itu, keterbatasan pengetahuan mayarakat Febryano, I.G., Suharjito, D., & Soedomo,
dan kebijakan pemerintah ikut andil dalam S. 2009. Pengambilan Keputusan
mempertahankan keberadaan ghumah Pemilihan Jenis Tanaman dan Pola
baghi yang tersisa. Tanam di Lahan Hutan Negara dan
Lahan Milik: Studi Kasus di Desa
Saran Sungkai Langka, Kecamatan Gedong
Tataan, Kabupaten Pesawaran,
Upaya pelestarian ghumah baghisebagai Provinsi Lampung. Forum
bagian dari kebudayaan masyarakat harus Pascasarjana, 32(2): 129-141.
melibatkan berbagai stalkholders. Febryano, I.G. 2008. Analisis Finansial
Pemerintah Kota Pagaralam juga perlu Agroforestri Kakao di Lahan Hutan
membuat kebijakan yang melindungi Negara dan Lahan Milik. Jurnal
ghumah baghi sebagai cagar budaya dan Perennial, 4(1): 41-47.
mendorong budidaya jenis-jenis kayu
subtitusi sebagai bahan baku pembuatan Hidayat, W., Sya’bani, M.I.,Purwawangsa,
ghumah baghi, seperti jenis kayu bambang H., Iswanto, A.H., & Febrianto, F. 2011.
lanang dan jenis-jenis lainnya yang memiliki Effect of Wood Species and Layer
potensi untuk dikembangkan di hutan Structure on Physical and Mechanical
rakyat. Properties of Strand Board. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kayu Tropis, 9(2):
134:140.
UCAPAN TERIMA KASIH Juwita, R., Kalsum, S.A.U., Awaludin, A.A.,
& Sahmad, F.A. 2017. Stuctural Test of
Traditional Arfak House in Papua.
Ucapan terima kasih disampaikan Procedia Engineering, 171: 1542-1549.
kepada semua pihak yang telah membantu Koentjaraningrat. 2015. Pengantar Ilmu
penelitian ini, yaitu: Satar (Ketua Lembaga Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Adat Besemah), Ujang (tokoh masyarakat),
Revi, Masroni, Tabroni, dan Marna (pemilik Martawijaya, A., Kartasujana, I., Kadir,
ghumah baghi), Alpian Maskoni, S.H. K.,& Prawira, S.A. 2005a. Atlas Kayu
(Walikota Kota Pagaralam periode 2018- Indonesia Jilid 1. Bogor: CV Media
2023), ibu dr. Hj. Ida Fitriati, M.Kes. Aksara.
(Walikota Pagaralam periode 2013-2018), Martawijaya, A., Kartasujana, I., Kadir,
Bapak Daflis Jhoni, S.E., M.M. (Kepala K.,& Prawira, S.A. 2005b. Atlas Kayu
Bidang Dinas Pariwisata), dan Ir. Hj. Zaitun., Indonesia Jilid 2. Bogor: CV Media
M.Si (Kepala Bappeda). Aksara.
223
Jurnal Hutan Tropis Volume 7 No. 2, Edisi Juli 2019
Martin, E., & Galle, F.B. 2009. Motivasi Sabrina, R., Antariksa., & Prayitno, G.
dan Karakteristik Sosial Ekonomi 2010. Pelestarian Pola Permukiman
Rumah Tangga Penanam Penghasil Tradisional Suku Sasak Dusun
Kayu Pertukangan. Jurnal Penelitian Limbungan Kabupaten Lombok Timur.
Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 6(2): Jurnal Tata Kota dan Daerah, 1(2): 81-
117-134. 97.
Mora, L. 2012. Pelestarian Kebudayaan Sari, S.R., Hariani, A.R., & Werdiningsih,
melalui Pendidikan. Jurnal Sosial H. 2007. Pelestarian dan
Budaya, 6(1): 212-243. Pengembangan Kawasan Kota Lama
sebagai Landasan Budaya Kota
Munawaroh, A., Siti., Rachmat, A.G., &
Semarang. Jurnal Kebudayaan, 17(1):
Satrio, A.P. 2017. Penerapan Konsep
53-77.
Flexible dan Green Architecture pada
Rumah Typical di Lampung. Jurnal Sedyawati, G. 2008. Perubahan
Arsitektur Nalars, 16(2): 101-112. Kebudayaan dan Masyarakat dalam
Pembangunan. Semarang: IKIP
Pujiono, S. 2017. Pengaruh Perbedaan
Semarang Press.
Media Tanam Terhadap
Perkembangan Perkarangan dan Winarno, B.A., Nurlia, A., & Martin, E.
Keberhasilan Stek Pucuk Manglid 2012. Realitas Pengelolaan Bambang
(Magnolia champaca var pubinervia Lanang (Michelia champaca L) oleh
(Blume) Figlar & Noot.). Prosiding Masyarakat pada Daerah Sebaran
Pendidikan Biologi dan Saintek. 2(3): Alaminya di Kabupaten Empat Lawang.
27-33. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan, 10(4): 211-223.
Putra, I. 2016. Pola Ragam Hias Ghumah
Baghi di Desa Gunung Agung Pauh Wulandari, C. 2009. Identifikasi Pola
Kecamatan Dempo Utara Kota Agroforestri yang Diimplementasikan
Pagaralam. Skripsi tidak diterbitkan. Masyarakat pada Lahan Marjinal di
Palembang: Universitas Islam Negeri Lampung Utara. Jurnal Ilmu Pertanian
Raden Fatah. Indonesia,14(3): 158-162.
Rinaldi, Z., Purwantiasning, A.W., &
Nur’aini, R.D. 2015. Analisis Konstruksi
Tahan Gempa Rumah Tradisional Suku
Besemah Pagaralam Sumatera
Selatan. Prosiding Sains dan
Teknologi. 15(41): 60-87.
224