J3M118167 - Muhammad Arung Makkawaru - B - Kualitas Udara
J3M118167 - Muhammad Arung Makkawaru - B - Kualitas Udara
Program Studi Teknik dan Manajemen Lingkungan, Sekolah Vokasi, Institut Pertanian Bogor.
Jl. Kumbang No. 14, Kota Bogor, Jawa Barat
Email: arung_makkawaru@apps.ipb.ac.id
ABSTRAK
Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara adalah masuk atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien
oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara
ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Jenis-jenis bahan pencemar udara yang sering ditemukan di daerah
perkotaan yaitu partikulat (PM), karbon monoksida (CO), sulfur oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx), dan oksidan
fotokimia (Prabowo K dan Burhan M, 2018). Namun, selain jenis-jenis pencemar udara tersebut, terdapat jenis
pencemar udara lain yang juga perlu diperhatikan keberadaannya, yaitu TSP (Total Suspended Particulate) dan
debu jatuh (dustfall). TSP merupakan partikel dengan diameter kurang dari 100 μm. TSP akan berada di udara
dalam waktu yang lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui
saluran pernapasan. TSP umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran
dan bentuk yang berbeda pula, tergantung sumber emisinya. Debu jatuh (dustfall) adalah debu yang terpengaruh
oleh gravitasi, sehingga bergerak secara vertikal ke bawah dan mengendap di sekitar sumber emisi (Prabowo K
dan Burhan M, 2018). Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai konsentrasi TSP (Total
Suspended Particulate) dan debu jatuh (dustfall) yang sangatlah tinggi dan melewati baku mutu yang telah
ditetapkan, yaitu sebesar 2572,42 μg/Nm3 dan 301,35 ton/km2bulan, sehingga perlu dilakukan usaha pengendalian
agar kondisi kesehatan dari makhluk hidup yang terpapar tidak semakin buruk.
Kata kunci: TSP (Total Suspended Particulate), debu jatuh (dustfall), udara, baku mutu
LATAR BELAKANG
Pencemaran udara menurut berlebihan tanpa adanya usaha
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia pengontrolan dan pengawasan akan
No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian menyebabkan dampak negatif ke
Pencemaran Udara adalah masuk atau lingkungan dan kesehatan makhluk hidup,
dimasukkannya zat, energi, dan/atau seperti kabut asap, smog fotokimia,
komponen lain ke dalam udara ambien oleh gangguan pernapasan bahkan kecacatan.
kegiatan manusia, sehingga mutu udara Jenis-jenis bahan pencemar udara
ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang sering ditemukan di daerah perkotaan
yang menyebabkan udara ambien tidak yaitu partikulat (PM), karbon monoksida
dapat memenuhi fungsinya. Tercemarnya (CO), sulfur oksida (SOx), nitrogen oksida
udara disuatu lokasi dapat disebabkan (NOx), dan oksidan fotokimia (Prabowo K
karena adanya kegiatan manusia seperti dan Burhan M, 2018). Namun, selain jenis-
penggunaan kendaraan bermotor, kegiatan jenis pencemar udara tersebut, terdapat
industri, pembakaran lahan, bahkan jenis pencemar udara lain yang juga perlu
merokok. Kegiatan-kegiatan tersebut diperhatikan keberadaannya, yaitu TSP
tentunya apabila dilakukan secara (Total Suspended Particulate) dan debu
jatuh (dustfall). TSP (Total Suspended adalah debu yang terpengaruh oleh
Particulate) dan debu jatuh (dustfall) gravitasi, sehingga bergerak secara vertikal
merupakan parameter yang wajib diukur ke bawah dan mengendap di sekitar sumber
menurut Peraturan Pemerintah Republik emisi (Prabowo K dan Burhan M, 2018).
Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Baku mutu TSP (Total Suspended
Pengendalian Pencemaran Udara. TSP Particulate) menurut Peraturan Pemerintah
(Total Suspended Particulate) dan debu Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999
jatuh (dustfall) dalam konsentrasi rendah tentang Pengendalian Pencemaran Udara
belum menimbulkan dampak negatif pada adalah 230 µg/Nm3 untuk waktu
tubuh manusia, namun apabila pengukuran 24 jam dan 90 µg/Nm3 untuk
konsentrasinya di udara sudah tinggi dan waktu pengukuran 1 tahun, sedangkan debu
melewati baku mutu udara ambien yang jatuh (dustfall) memiliki baku mutu sebesar
telah ditetapkan, tentunya akan 10 Ton/km2/Bulan untuk daerah
2
menimbulkan dampak seperti asma dan pemukiman, dan 20 Ton/km /Bulan untuk
penurunan jarak pandang (Rochimawati daerah industri. TSP (Total Suspended
MR, 2014). Particulate) dan debu jatuh (dustfall) dapat
TSP merupakan partikel dengan diukur konsentrasinya di udara dengan
diameter kurang dari 100 μm. TSP akan bantuan alat yang bernama HVAS (High
berada di udara dalam waktu yang lama Volumetric Air Sampler) dan Dustfall
dalam keadaan melayang-layang di udara Canister. Tujuan dari penelitian yang
dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat
saluran pernapasan. TSP umumnya konsentrasi TSP (Total Suspended
mengandung berbagai senyawa kimia yang Particulate) dan debu jatuh (dustfall) lalu
berbeda, dengan berbagai ukuran dan membandingkanya dengan baku mutu yang
bentuk yang berbeda pula, tergantung telah ditetapkan.
sumber emisinya. Debu jatuh (dustfall)
METODOLOGI
Alat yang digunakan untuk Kecepatan udara yang diambil (Qc):
mengukur tingkat tingkat TSP (Total
𝑇𝑇𝑇𝑇
Suspended Particulate) di udara yaitu Qc = Qs x
𝑇𝑇𝑇𝑇
HVAS (High Volumetric Air Sampler).
Pengukuran dilakukan selama satu jam. Volume sampel udara (V):
Kertas filter yang digunakan ditimbang dua
kali, yaitu sebelum pengukuran dan V = Qc x t
sesudah pengukuran. Rumus yang
digunakan untuk mengetahui tingkat TSP Volume udara ambien (VR):
(Total Suspended Particulate) di udara
𝑝𝑝 298
adalah sebagai berikut: Vr = V x x
360 𝑇𝑇𝑇𝑇+273
W = W2 – W1 C1 =
𝑊𝑊
𝑉𝑉𝑉𝑉
Konsentrasi partikulat udara standart (C2): pengukuran dan sesudah pengukuran.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui
𝑇𝑇1 0.185
C2 = C1 x ( ) tingkat debu jatuh (dustfall) di udara adalah
𝑇𝑇2
sebagai berikut:
Keterangan:
Qc = Kecepatan Aliran Udara Menghitung berat debu (W):
(liter/menit)
Qs = Kecepatan Udara Sampling W = W2 – W1
(liter/menit)
Luas penampang canister (A):
Tr = SuhuRuang (K)
Ta = SuhuAlat (K) 1
t = Lama Sampling (menit) A = x п x D2
4
V = Volume Udara Sampel (liter) Konsentrasi debu jatuh (C):
Vr = Volume UdaraAmbien (liter)
P = TekananUdara (760 mmHg) C=
𝑊𝑊
x
30
𝐴𝐴 𝑇𝑇
C1 = Konsentrasi Partikulat Ambien
(μg/m3)
Keterangan:
C2 = Konsentrasi Partikulat
A = Luas Penampang Canister (m2)
Udara Standart (μg/Nm3)
W = Berat Debu (gram)
П = 3.14
Alat yang digunakan untuk
D = Diameter Canister (m)
mengukur tingkat tingkat sedangkan debu
T = Lama Pengukuran (hari)
jatuh (dustfall) di udara yaitu Dustfall
C = Konsentrasi Debu Jatuh
Canister. Pengukuran dilakukan selama 12
(ton/km2bulan)
hari. Kertas filter yang digunakan
ditimbang dua kali, yaitu sebelum
Tabel 1. Hasil Perhitungan TSP (Total Suspended Particulate) dan Debu Jatuh (Dustfall)
Baku Mutu
No. Parameter Konsentrasi
PP RI No. 41 Tahun 1999
TSP
1 (Total Suspended Particulate) 2572,42 230
(μg/Nm3)
Debu Jatuh
10 (Pemukiman)
2 (Dustfall) 301,35
20 (Industri)
(ton/km2bulan)
DAFTAR PUSTAKA
Martono H, Bambang S, Ninik S. 2003.
Kandungan TSP dan PM-10 di
udara Jakarta dan sekitarnya. Jumal
Ekologi Kesehatan. Vol 2(3): 255-
262.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
Rochimawati MR. 2014. Pendugaan
bangkitan konsentrasi Total
Suspended Particulatee (TSP) di
udara ambien dari Permukaan tanah
[Tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Prabowo K, Burhan M. 2018. Penyehatan
Udara. Jakarta (ID): Kemeterian
Kesehatan Republik Indonesia.
Yuwono AS, Budi M, Allen K. 2015.
Penentuan faktor emisi debu jatuh
dan partikel tersuspensi dalam
udara ambien di Pulau Jawa.
Prosiding Seminar Hasil-Hasil
PPM IPB 2015. 1: 181-191.