Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS TINGKAT TSP (TOTAL SUSPENDED PARTICULATE) DAN

DEBU JATUH (DUSTFALL) PADA UDARA AMBIEN

Muhammad Arung Makkawaru

Program Studi Teknik dan Manajemen Lingkungan, Sekolah Vokasi, Institut Pertanian Bogor.
Jl. Kumbang No. 14, Kota Bogor, Jawa Barat

Email: arung_makkawaru@apps.ipb.ac.id

ABSTRAK
Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara adalah masuk atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien
oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara
ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Jenis-jenis bahan pencemar udara yang sering ditemukan di daerah
perkotaan yaitu partikulat (PM), karbon monoksida (CO), sulfur oksida (SOx), nitrogen oksida (NOx), dan oksidan
fotokimia (Prabowo K dan Burhan M, 2018). Namun, selain jenis-jenis pencemar udara tersebut, terdapat jenis
pencemar udara lain yang juga perlu diperhatikan keberadaannya, yaitu TSP (Total Suspended Particulate) dan
debu jatuh (dustfall). TSP merupakan partikel dengan diameter kurang dari 100 μm. TSP akan berada di udara
dalam waktu yang lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui
saluran pernapasan. TSP umumnya mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda, dengan berbagai ukuran
dan bentuk yang berbeda pula, tergantung sumber emisinya. Debu jatuh (dustfall) adalah debu yang terpengaruh
oleh gravitasi, sehingga bergerak secara vertikal ke bawah dan mengendap di sekitar sumber emisi (Prabowo K
dan Burhan M, 2018). Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh nilai konsentrasi TSP (Total
Suspended Particulate) dan debu jatuh (dustfall) yang sangatlah tinggi dan melewati baku mutu yang telah
ditetapkan, yaitu sebesar 2572,42 μg/Nm3 dan 301,35 ton/km2bulan, sehingga perlu dilakukan usaha pengendalian
agar kondisi kesehatan dari makhluk hidup yang terpapar tidak semakin buruk.

Kata kunci: TSP (Total Suspended Particulate), debu jatuh (dustfall), udara, baku mutu

LATAR BELAKANG
Pencemaran udara menurut berlebihan tanpa adanya usaha
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia pengontrolan dan pengawasan akan
No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian menyebabkan dampak negatif ke
Pencemaran Udara adalah masuk atau lingkungan dan kesehatan makhluk hidup,
dimasukkannya zat, energi, dan/atau seperti kabut asap, smog fotokimia,
komponen lain ke dalam udara ambien oleh gangguan pernapasan bahkan kecacatan.
kegiatan manusia, sehingga mutu udara Jenis-jenis bahan pencemar udara
ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang sering ditemukan di daerah perkotaan
yang menyebabkan udara ambien tidak yaitu partikulat (PM), karbon monoksida
dapat memenuhi fungsinya. Tercemarnya (CO), sulfur oksida (SOx), nitrogen oksida
udara disuatu lokasi dapat disebabkan (NOx), dan oksidan fotokimia (Prabowo K
karena adanya kegiatan manusia seperti dan Burhan M, 2018). Namun, selain jenis-
penggunaan kendaraan bermotor, kegiatan jenis pencemar udara tersebut, terdapat
industri, pembakaran lahan, bahkan jenis pencemar udara lain yang juga perlu
merokok. Kegiatan-kegiatan tersebut diperhatikan keberadaannya, yaitu TSP
tentunya apabila dilakukan secara (Total Suspended Particulate) dan debu
jatuh (dustfall). TSP (Total Suspended adalah debu yang terpengaruh oleh
Particulate) dan debu jatuh (dustfall) gravitasi, sehingga bergerak secara vertikal
merupakan parameter yang wajib diukur ke bawah dan mengendap di sekitar sumber
menurut Peraturan Pemerintah Republik emisi (Prabowo K dan Burhan M, 2018).
Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Baku mutu TSP (Total Suspended
Pengendalian Pencemaran Udara. TSP Particulate) menurut Peraturan Pemerintah
(Total Suspended Particulate) dan debu Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999
jatuh (dustfall) dalam konsentrasi rendah tentang Pengendalian Pencemaran Udara
belum menimbulkan dampak negatif pada adalah 230 µg/Nm3 untuk waktu
tubuh manusia, namun apabila pengukuran 24 jam dan 90 µg/Nm3 untuk
konsentrasinya di udara sudah tinggi dan waktu pengukuran 1 tahun, sedangkan debu
melewati baku mutu udara ambien yang jatuh (dustfall) memiliki baku mutu sebesar
telah ditetapkan, tentunya akan 10 Ton/km2/Bulan untuk daerah
2
menimbulkan dampak seperti asma dan pemukiman, dan 20 Ton/km /Bulan untuk
penurunan jarak pandang (Rochimawati daerah industri. TSP (Total Suspended
MR, 2014). Particulate) dan debu jatuh (dustfall) dapat
TSP merupakan partikel dengan diukur konsentrasinya di udara dengan
diameter kurang dari 100 μm. TSP akan bantuan alat yang bernama HVAS (High
berada di udara dalam waktu yang lama Volumetric Air Sampler) dan Dustfall
dalam keadaan melayang-layang di udara Canister. Tujuan dari penelitian yang
dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat
saluran pernapasan. TSP umumnya konsentrasi TSP (Total Suspended
mengandung berbagai senyawa kimia yang Particulate) dan debu jatuh (dustfall) lalu
berbeda, dengan berbagai ukuran dan membandingkanya dengan baku mutu yang
bentuk yang berbeda pula, tergantung telah ditetapkan.
sumber emisinya. Debu jatuh (dustfall)

METODOLOGI
Alat yang digunakan untuk Kecepatan udara yang diambil (Qc):
mengukur tingkat tingkat TSP (Total
𝑇𝑇𝑇𝑇
Suspended Particulate) di udara yaitu Qc = Qs x
𝑇𝑇𝑇𝑇
HVAS (High Volumetric Air Sampler).
Pengukuran dilakukan selama satu jam. Volume sampel udara (V):
Kertas filter yang digunakan ditimbang dua
kali, yaitu sebelum pengukuran dan V = Qc x t
sesudah pengukuran. Rumus yang
digunakan untuk mengetahui tingkat TSP Volume udara ambien (VR):
(Total Suspended Particulate) di udara
𝑝𝑝 298
adalah sebagai berikut: Vr = V x x
360 𝑇𝑇𝑇𝑇+273

Menghitung berat debu (W): Konsentrasi partikulat udara ambien (C1):

W = W2 – W1 C1 =
𝑊𝑊
𝑉𝑉𝑉𝑉
Konsentrasi partikulat udara standart (C2): pengukuran dan sesudah pengukuran.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui
𝑇𝑇1 0.185
C2 = C1 x ( ) tingkat debu jatuh (dustfall) di udara adalah
𝑇𝑇2
sebagai berikut:
Keterangan:
Qc = Kecepatan Aliran Udara Menghitung berat debu (W):
(liter/menit)
Qs = Kecepatan Udara Sampling W = W2 – W1
(liter/menit)
Luas penampang canister (A):
Tr = SuhuRuang (K)
Ta = SuhuAlat (K) 1
t = Lama Sampling (menit) A = x п x D2
4
V = Volume Udara Sampel (liter) Konsentrasi debu jatuh (C):
Vr = Volume UdaraAmbien (liter)
P = TekananUdara (760 mmHg) C=
𝑊𝑊
x
30
𝐴𝐴 𝑇𝑇
C1 = Konsentrasi Partikulat Ambien
(μg/m3)
Keterangan:
C2 = Konsentrasi Partikulat
A = Luas Penampang Canister (m2)
Udara Standart (μg/Nm3)
W = Berat Debu (gram)
П = 3.14
Alat yang digunakan untuk
D = Diameter Canister (m)
mengukur tingkat tingkat sedangkan debu
T = Lama Pengukuran (hari)
jatuh (dustfall) di udara yaitu Dustfall
C = Konsentrasi Debu Jatuh
Canister. Pengukuran dilakukan selama 12
(ton/km2bulan)
hari. Kertas filter yang digunakan
ditimbang dua kali, yaitu sebelum

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Perhitungan TSP (Total Suspended Particulate) dan Debu Jatuh (Dustfall)

Baku Mutu
No. Parameter Konsentrasi
PP RI No. 41 Tahun 1999
TSP
1 (Total Suspended Particulate) 2572,42 230
(μg/Nm3)
Debu Jatuh
10 (Pemukiman)
2 (Dustfall) 301,35
20 (Industri)
(ton/km2bulan)

Berdasarkan perhitungan yang telah jatuh (dustfall) sangatlah tinggi dan


dilakukan, diperoleh nilai konsentrasi TSP melewati baku mutu yang telah ditetapkan,
(Total Suspended Particulate) dan debu yaitu sebesar 2572,42 μg/Nm3 dan 301,35
ton/km2bulan. Tingginya konsentrasi TSP Jusuf Anwar (2001) dalam Martono H,
dan debu jatuh tersebut dapat disebabkan Bambang S, Ninik S (2003), faktor emisi
karena kecepatan angin. Secara umum, gas buang kendaraan bermotor terhadap
semakin tinggi kecepatan angin, bangkitan pencemaran udara terlihat dari besarnya
debu jatuh dan TSP yang terbentuk akan jumlah kandungan partikel debu yang
semakin tinggi pula tinggi (Yuwono AS, dikeluarkannya. Kendaraan bermotor
Budi M, Allen K, 2015). Kecepatan angin berbahan bakar bensin menghasilkan
tertentu dapat mengakibatkan terangkatnya partikel debu 11 pon/1000 galon,
partikel-partikel halus dari permukaan sedangkan kendaraan bermotor bermesin
tanah sehingga menghasilkan debu diesel sebesar 110 pon/galon. Berdasarkan
(Rochimawati MR, 2014). Selain itu, faktor hal tersebut, diketahui bahwa mesin diesel
curah hujan dan vegetasi atau tutupan lahan mengeluarkan 10 kali lipat partikel debu
yang rendah juga ikut memepengaruhi dibandingkan dengan mesin berbahan
peningkatan konsentrasi TSP dan debu bakar bensin.
jatuh, menurut Yan et al. (2011) dalam Konsentrasi TSP dan debu jatuh di
Yuwono AS, Budi M, Allen K (2015), atmosfer dapat menyebabkan berubahnya
tutupan vegetasi dapat meningkatkan radiasi matahari yang dapat diserap oleh
ambang batas kecepatan angin dalam permukaan bumi (Kaufman et al. 2002)
menghasilkan bangkitan debu jatuh dari dalam (Rochimawati MR, 2014). Pada
permukaan tanah sehingga semakin tinggi beberapa orang yang sensitif, partikel
persentase tutupan lahan akan semakin tersuspensi dapat mengakibatkan penyakit
rendah bangkitan debu jatuh yang asma dan penyakit pernapasan lainnya.
terbentuk. Selain itu, menurut Smith dan Selain itu, aerosol partikel tersuspensi dapat
Lee (2003) dalam Yuwono AS, Budi M, bertindak sebagai inti kondensasi awan dan
Allen K (2015), dampak erosi tanah oleh mempengaruhi produktivitas hujan (Levin
angin terhadap produksi debu jatuh dari et al. 1996) dalam (Rochimawati MR,
permukaan tanah meningkat dengan 2014).
menurunnya tutupan vegetasi dan Konsentrasi TSP dan debu jatuh di
meningkatnya kekeringan tanah. Erosi udara ambien dapat dikontrol dengan
tanah merupakan salah satu masalah menggunakan beberapa cara, yaitu
ekologi yang berkaitan dengan konservasi menanam tanaman pada lahan gersang,
tanah dan air karena mengakibatkan melakukan penyiraman lahan dan jalanan
kesuburan tanah yang terus menurun, tanpa tutupan dari vegetasi secara rutin,
keseimbangan hidrologi terganggu, sumber pembersihan lahan dan jalanan dari pasir,
air mengering dan ketersediaan air untuk kegiatan industri, penggunaan dust
berkurang (Hardianto et al. 2007) dalam collector dapat membantu meminimalkan
(Rochimawati MR, 2014). konsentrasi TSP dan debu jatuh yang
Selain karena faktor alam, dihasilkan.
peningkatan TSP dan debu jatuh juga
disebabkan karena kegiatan manusia seperti KESIMPULAN
kegiatan pembangunan yang melibatkan Berdasarkan perhitungan yang telah
proses pengeolaan lahan, mobilisasi dilakukan, diperoleh hasil yang
material alam seperti pasir atau batu, dan menunjukkan bahwa konsentrasi TSP
penggunan kendaraan bermotor. Menurut (Total Suspended Particulate) dan debu
jatuh (dustfall) melebihi baku mutu yang
telah ditetapkan dalam PP RI No. 41 Tahun
1999 yaitu masing-masing sebesar 2572,42
μg/Nm3 dan 301,35 ton/km2bulan.
Konsentrasi TSP (Total Suspended
Particulate) dan debu jatuh (dustfall) yang
tinggi perlu dilakukan upaya pengendalian
agar lingkungan dan kondisi kesehatan
makhluk hidup yang terpapar tidak semakin
parah.

DAFTAR PUSTAKA
Martono H, Bambang S, Ninik S. 2003.
Kandungan TSP dan PM-10 di
udara Jakarta dan sekitarnya. Jumal
Ekologi Kesehatan. Vol 2(3): 255-
262.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
Rochimawati MR. 2014. Pendugaan
bangkitan konsentrasi Total
Suspended Particulatee (TSP) di
udara ambien dari Permukaan tanah
[Tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Prabowo K, Burhan M. 2018. Penyehatan
Udara. Jakarta (ID): Kemeterian
Kesehatan Republik Indonesia.
Yuwono AS, Budi M, Allen K. 2015.
Penentuan faktor emisi debu jatuh
dan partikel tersuspensi dalam
udara ambien di Pulau Jawa.
Prosiding Seminar Hasil-Hasil
PPM IPB 2015. 1: 181-191.

Anda mungkin juga menyukai