Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Nama : Muhammad Arung Makkawaru

PKKE NIM : J3M118167


Kelas : B2
PJP : Ir. Ae Priatna, MM
Ivone Wulandari Budiharto, S.Si, M.Si
Asisten: Rega Fahlevi, A.Md
Shabrina Alma P, A.Md
Muhammad Saiful Mu’thi Daulay, A.Md

INTERAKSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGUNJUNG


SERTA PENERAPAN PRINSIP EKOWISATA DI KAWASAN
WISATA HUTAN MANGROVE TONGKE-TONGKE

PROGRAM STUDI TEKNIK DAN MANAJENEM LINGKUNGAN


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggungjawab terhadap
kelestarian area yang masih alami, memberi manfaat secara ekonomi dan
mempertahankan keutuhan budava bagi masyarakat setempat. Atas dasar
pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan
konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia. Menurut Arida INS (2017),
melalui ekowisata, wisatawan dan seluruh komponen yang terkait dengan
penyelenggaraan wisata diajak untuk lebih peka terhadap masalah lingkungan dan
sosial sehingga diharapkan sumberdaya alam tetap lestari dan wisatawan
mempunyai apresiasi lingkungan yang tinggi. Di samping itu, masyarakat di sekitar
objek pariwisata memperoleh keuntungan dari penyelenggaraan pariwisata, karena
wisatawan ekowisata yang datang umumnya mempunyai tujuan mencari
kesempatan untuk bersatu dengan alam dan budaya lokal dengan menjauhi hiruk-
pikuk suasana perkotaan.
Keberadaan masyarakat sekitar ekowisata perlu dibangun potensinya untuk
mewujudkan ekowisata berbasis masyarakat yang merupakan salah satu upaya
pengembangan pedesaan melalui sektor pariwisata, yang tidak hanya menyuguhkan
sumber daya wisata yang masih alami, namun juga berkontibusi terhadap
konservasi lingkungan, dan masyarakat sebagai pengendali utama dalam
pengembangannya (Tanaya DR dan Iwan R, 2014). Menurut Hijriati E dan Rina
M (2014), Perkembangan ekowisata mempengaruhi masyarakat pada aspek
ekologi, sosial, dan ekonomi. Pada aspek ekologi dapat meningkatkan kesadaran
penduduk untuk melindungi lingkungan dengan membuang sampah pada
tempatnya dan mulai menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Dalam aspek
sosial, terjadi peningkatan kerjasama masyarakat terutama di bidang ekowisata.
Kegiatan sosial di masyarakat sering diadakan sejalan dengan perkembangan
ekowisata. Pada ekonomi, kesempatan kerja yang berasal dari sektor ekowisata bisa
menjadi penghasilan tambahan bagi keluarga.
Kawasan wisata Hutan Mangrove Tongke-Tongke merupakan salah satu
tempat wisata yang berbasis ekowisata. Keberadaan dari kawasan wisata Hutan
Mangrove Tongke-Tongke tidak lepas dari peran masyarakat, dan akan terus
berkembang dengan bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Keberadaan kawasan
wisata Hutan Mangrove Tongke-Tongke diharapkan dapat menjadi primadona
kawasan ekowisata di Sulawesi Selatan, sehingga untuk menarik minat wisatawan
perlu adanya pengembangan fasilitas, namun tentunya juga perlu memperhatikan
kelestarian flora dan faunanya. Pada praktikum kali ini, dilakukan kunjungan ke
kawasan wisata Hutan Mangrove Tongke-Tongke untuk melakukan observasi dan
penilaian mengenai keadaan umum kawasan wisata Hutan Mangrove Tongke-
Tongke berdasarkan prinsip ekowisata.

1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktikum yang dilakukan kali ini yaitu:
1. Mengetahui interaksi dan tingkat kepuasan pengunjung Hutan Mangrove
Tongke-Tongke.
2. Mengetahui keadaan umum dari kawasan wisata Hutan Mangrove Tongke-
Tongke berdasarkan prinsip ekowisata.

BAB II
METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Kunjungan ke kawasan wisata Hutan Mangrove Tongke-Tongke dilakukan
pada tanggal 5 Desember 2020. Kawasan wisata Hutan Mangrove Tongke-Tongke
terletak di Kabupaten Sinjai, Kecamatan Sinjai timur, Desa Tongke-tongke.

2.2 Metode Kerja


Kegiatan praktikum dilakukan dengan mengunjungi kawasan wisata Hutan
Mangrove Tongke-Tongke secara langsung, lalu melakukan kegiatan observasi
untuk mengetahui keadaan kawasan wisata secara umum, selain itu dilakukan juga
pengisian kuesioner untuk mengetahui interaksi dan tingkat kepuasan pengunjung
Hutan Mangrove Tongke-Tongke. Data-data yang diperoleh kemudian diolah dan
dianalisis menggunakan bantuan literatur.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Hutan Mangrove Tongke-Tongke


Penanaman mangrove di Tongke-Tongke dilatarbelakangi karena terjadinya
abrasi di Tongke-Tongke sejak tahun 1984 khususnya di dusun Cempae dan
Babana. Selain terjadinya abrasi, wilyah pemukiman juga sering tergenang air dan
dihantam ombak yang tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, masyarakat pun
berupaya untuk membangun tanggul yang terbuat dari batu karang, namun usaha
tersebut tidaklah berhasil dikarenakan tanggul tersebut tidak bertahan lama dan
hancur hanya dalam kurun waktu beberapa bulan. Kegagalan dalam pembuatan
tanggul membuat masyarakat mulai melakukan penanaman mangrove karena
meihat desa tetangga yaitu Desa Pangasa yang menanam mangrove untuk
melindungi tambak mereka dari hantaman gelombang laut. Penanaman mangrove
dilakukan oleh 10 orang tokoh masyarakat yang dipelopori oleh H. Taiyeb dan
dimotori oleh H. Badaruddin sebagai tokoh lingkungan. Sebelum melakukan
penanaman mangrove, terlebih dahulu dilakukan peninjauan lokasi. Lokasi yang
terpilih untuk menanam mangrove adalah lokasi dengan kondisi berlumpur dan
berpasir. Bibit mangrove yang ingin ditanaman, diambil secara gratis di Desa
Pangasa atas persetujuan masyarakat setempat. Banyaknya Bibit yang diambil
tergantung kemampuan masyarakat dalam menanam. Bibit Mangrove ditanam
secara langsung ke tanah dengan cara membuat lubang dilahan yang ditentukan.
Luas lahan yang digunakan pada saat penanaman awal yaitu 5 Ha karena proses
penanaman hanya dilakukan oleh 10 orang tokoh masyarakat. Bibit yang ditanam
sebanyak 10.000 hingga 20.000 bibit dalam satu hektar dengan jarak 50 × 50 cm.
penanaman bibit mangrove dilakukan seecara bertahap tergantung kemampuan
dalam menanam mangrove. Melihat perkembangan mangrove yang tumbuh dengan
baik, Sainuddin salah satu inisiator penanaman mangrove kemudian membentuk
kelompok penyelamatan lingkungan melalui penanaman hutan mangrove yang
diberi nama Aku Cinta Indonesia (ACI) dan memilih H.Taiyeb sebagai ketua
kelompoknya, Sainuddin sebagai Sekretaris dan Amiruddin sebagai bendahara
tetapi belum secara formal. Pemerintah Kabupaten baru mengetahui adanya
tanaman mangrove di Desa Tongke- Tongke setelah 2 tahun penanaman. Bupati
pada saat itu adalah Arifuddin Mattotorang. Arifuddin Mattotorang mengajak
sekolah – sekolah khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Sinjai
untuk mengadakan perkemahan sekaligus melakukan kegiatan penanaman
mangrove. Perkembangan hutan mangrove Tongke – Tongke terjadi tahun 1995
setelah mendapat piagam penghargaan Kalpataru sebagai penyelamat lingkungan
hingga menjadi sebuah obyek wisata. Obyek wisata hutan mangrove Tongke –
Tongke ramai dikunjungi oleh wisatawan serta menjadi laboratorium
pengembangan mangrove di Sulawesi Selatan. Keberadaan hutan mangrove ini
memberi dampak sosial, ekonomi dan pariwisata bagi masyarakat (Lestari R et al.,
2019).

3.2 Lokasi dan Aksesibilitas Hutan Mangrove Tongke-Tongke


Hutan Mangrove Tongke-tongke terletak di Kabupaten Sinjai, Kecamatan
Sinjai timur, Desa Tongke-tongke, Untuk menjangkau lokasi tersebut dri kota-kota
besar seperti Makassar, Gowa, Bone dan Bulukumba itu sendiri tidaklah sulit
namun ada beberapa kendala wisatawan dengan jauhnya jarak tempuh seperti
melewati jalur Makassar- Bulukumba 220 km dengan waktu tempuh sekitar 7 jam,
sedangkan melewati Makassar-Maros-bone berjarak 186 km dengn waktu tempuh
4 jam dan sementara melewati Makassar-Gowa berjarak 164 km dengan waktu
tempuh 3 jam, Untuk dari ibu kota sendiri berjarak 7 km bisa menggunakan
kendaraan umum sambil menulusuri jalan aspal mulus, melewati perkampungan
khas nelayan dengan berbagai perahu dan tambak (Hidayatullah et al., Tanpa
tahun).
Gambar 1 Lokasi Hutan Mangrove Tongke-Tongke

3.3 Interaksi dan Tingkat Kepuasan Pengunjung Hutan Mangrove Tongke-


Tongke
Tabel 1 Hasil pengisian kuesioner mengenai karakteristik pengunjung Hutan
Mangrove Tongke-Tongke

Presentase
No. Indikator Jumlah
(%)
1. Pendidikan terakhir
a. SD 0 0
a. SMP 0 0
b. SMU/SMK 6 100
c. Diploma 0 0
d. Sarjana 0 0
e. Laninnya 0 0
TOTAL 6 100
2. Pekerjaan
a. Pelajar 0 0
b. Mahasiswa 6 100
c. PNS 0 0
d. Pegawai BUMN/BUMD 0 0
TOTAL 6 100
3. Pendapatan
a. < Rp 500.000 6 100
b. Rp 500.000-Rp 1.000.000 0 100
c. Rp 1.000.000-Rp 3.000.000 0 0
d. Rp 3.000.000-Rp 5.000.000 0 0
e. > Rp 5.000.000 0 0
TOTAL 6 100
Pengeluaran per bulan untuk melakukan
4.
kegiatan perjalanan
a. < Rp 500.000 6 100
b. Rp 500.000-Rp 1.000.000 0 0
c. Rp 1.000.000-Rp 2.000.000 0 0
d. Rp 2.000.000-Rp 3.000.000 0 0
e. > Rp 3.000.000 0 0
f. Tidak ada pengeluaran 0 0
TOTAL 6 100
5. Kunjungan:
a. Sendiri 0 0
b. Keluarga 0 0
c. Teman 6 100
d. Rombongan 0 0
e. Lainnya 0 0
TOTAL 6 100
6. Alasan mengetahui tempat ruang akses
a. Teman/Keluarga/Saudara 6 100
b. Iklan di TV 0 0
c. Iklan di Billboard 0 0
d. Instansi tertentu 0 0
e. Koran/Majalah/Surat Kabar 0 0
f. Brosur/Selebaran 0 0
g. Lainnya 0 0
TOTAL 6 100
7. Waktu yang dihabiskan untuk melakukan
perjalanan ke tempat wisata
a. < 30 menit 6 100
b. 1 jam 0 0
c. 1-2 jam 0 0
d. 2-3 jam 0 0
e. 3-4 jam 0 0
f. > 4 jam 0 0
g. Lainnya 0 0
TOTAL 6 100
8. Total melakukan kunjungan ke tempat wisata
a. Pertama kali 0 0
b. Dua kali 0 0
c. 3-5 kali 2 33
d. 5-10 kali 4 67
e. Lainnya 0 0
TOTAL 6 100
9. Waktu yang dihabiskan ketika melakukan
kunjungan ke tempat wisata
a. Kurang dari 2 jam 5 83
b. 2 – 5 jam 1 17
c. Satu hari 0 0
d. 2 hari 1 malam 0 0
e. Lainnya 0 0
TOTAL 6 100
10. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 3 50
b. Perempuan 3 50
TOTAL 6 100

Tabel 2 Hasil pengisian kuesioner mengenai motivasi pengunjung Hutan Mangrove


Tongke-Tongke

Presentase
No. Indikator Jumlah
(%)
1. Tujuan mendatangi objek wisata
a. Rekreasi 6 100
b. Wisata 0 0
c. Penelitian 0 0
d. Bekerja 0 0
TOTAL 6 100
2. Alasan tertarik untuk datang ke objek wisata
a. Objeknya menarik 5 83
b. Mudah dijangkau 1 17
c. Murah 0 0
TOTAL 6 100

Tabel 3 Hasil pengisian kuesioner mengenai biaya yang dikeluarkan pengunjung


Hutan Mangrove Tongke-Tongke

Presentase
No. Indikator Jumlah
(%)
1. Biaya transportasi
a. Kurang dari Rp. 10.000 2 33
b. Rp. 10.000-50.000 4 67
c. Rp. 50.000-100.000 0 0
d. Rp. 100.000-500.000 0 0
e. Rp. 500.000 0 0
f. Lebih dari Rp. 500.000 0 0
TOTAL 6 100
2. Biaya makan dan minum
a. Kurang dari Rp. 10.000 4 67
b. Rp. 10.000-50.000 2 33
c. Rp. 50.000-100.000 0 0
d. Rp. 100.000-500.000 0 0
e. Rp. 500.000 0 0
f. Lebih dari Rp. 500.000 0 0
TOTAL 6 100
3. Biaya tiket masuk
a. Kurang dari Rp. 5.000 0 0
b. Rp. 5.000-10.000 6 100
c. Rp.10.000-50.000 0 0
d. Rp. 50.000-100.000 0 0
TOTAL 6 100
4. Biaya pemandu
a. Kurang dari Rp. 10.000 6 100
b. Rp. 10.000-50.000 0 0
c. Rp. 50.000-100.000 0 0
d. Rp. 100.000-500.000 0 0
e. Rp. 500.000-1.000.000 0 0
TOTAL 6 100
5. Biaya penginapan
a. Kurang dari Rp. 10.000 6 100
b. Rp. 10.000-50.000 0 0
c. Rp. 50.000-100.000 0 0
d. Rp. 100.000-500.000 0 0
e. Rp. 500.000-1.000.000 0 0
TOTAL 6 100

Tabel 4 Hasil pengisian kuesioner mengenai tingkat kepuasan pengunjung Hutan


Mangrove Tongke-Tongke

Presentase
No. Indikator Jumlah
(%)
1. Tingkat kepuasan
a. Tidak puas 0 0
b. Kurang puas 0 0
c. Biasa saja 1 17
d. Puas 4 67
e. Sangat puas 1 17
TOTAL 6 100

Berdasarkan data hasil pengisian kuesioner, dapat diketahui bahwa


pengunjung dari Hutan Mangrove Tongke-Tongke rata-rata masih berusia muda,
mereka mengunjungi tempat wisata tersebut bersama teman mereka karena
mengetahui keberadaan dari Hutan Mangove Tongke-Tongke dari mulut ke mulut,
yaitu dari Teman/Keluarga/Saudara mereka. Pengunjung yang ada rata-rata
membutuhkan waktu perjalanan menuju ke Hutan Mangrove Tongke-Tongke
kurang dari 30 menit, dengan total kunjungan mulai dari 3-5 kali hingga 5-10 kali
kunjungan. Pengujung rata-rata menghabiskan waktu mereka mengunjungi Hutan
Mangrove Tongke-Tongke selama kurang dari 2 jam.
Seluruh pengunjung yang melakukan pengisian kuesioner pada praktikum kali
ini merupakan penduduk lokal yang berasal dari Kebupaten Sinjai, mereka
mengunjungi Hutan Mangrove Tongke-Tongke dengan tujuan melakukan rekreasi,
yaitu sekadar berjalan-jalan santai atau berfoto bersama. Pengunjung-pengunjung
tersebut beralasan mempunyai minat untuk berkunjung ke Hutan Mangrove
Tongke-Tongke karena tempat wisata tersebut dinilai menarik dan mudah
dijangkau.
Karena pengunjung yang berhasil terdata merupakan pengunjung lokal, maka
biaya transportasi yang dihabiskan oleh mereka kurang dari Rp. 10.000 dan juga
ada yang berada pada rentang Rp. 10.000-50.000. Pengunjung tersebut biasanya
menggunakan uang mereka kurang dari Rp. 10.000 dan Rp. 10.000-50.000 untuk
membeli makanan atau minuman yang dijual di Hutan Mangrove Tongke-Tongke.
Karena tidak adanya fasilitas pemandu dan penginapan di Hutan Mangrove
Tongke-Tongke, maka pengunjung tidak pernah mengeluarkan dana sepeser pun
untuk kedua fasilitas tersebut. Pengunjung yang ingin memasuki tempat wisata
Hutan Mangrove Tongke-Tongke harus terlebih dahulu membayar biaya tiket
masuk sebesar Rp. 5.000.
Berdasarkan penilaian tingkat kepuasan oleh enam pengunjung Hutan
Mangrove Tongke-Tongke, dapat diketahui bahwa sebanyak empat pengunjung
merasa puas, satu pengunjung sangat puas, dan satu pengunjung lagi menilai biasa
saja. Aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung-pengunjung tersebut saat
mengunjungi Hutan Mangrove Tongke-Tongke yaitu berjalan-jalan di sepanjang
area tracking mangrove, makan di warung yang disediakan oleh penduduk lokal,
dan berfoto karena pemandangan di Hutan Mangrove Tongke-Tongke dinilai
bagus. Pengunjung yang mengunjungi Hutan Mangrove Tongke-Tongke
menyarankan agar tempat wisata tersebut memperbaiki beberapa papan jalan di
area tracking, karena terdapat beberapa papan jalan yang rusak sehinggga cukup
membahayakan pengunjung, menambah fasilitas lain agar lebih menarik, serta tetap
konsisten dalam menjaga kebersihan dari Hutan Mangrove Tongke-Tongke.

3.4 Prinsip-Prinsip Ekowisata di Hutan Mangrove Tongke-Tongke


Prinsip-Prinsip Ekowisata yang terdapat di Hutan Mangrove Tongke-Tongke
yaitu:

1. Prinsip Konservasi
Pada daerah wisata Hutan Mangrove Tongke-Tongke, dapat ditemui jenis
mangrove yang tumbuh yaitu berjenis Ryzhopora mucnorata dan juga
tanaman Nypa fruticans. Sedangkan untuk jenis faunanya dapat ditemui
jenis fauna Arboreal seperti serangga, ular pohon, kelelawar, butung
bangau, burung belibis dan fauna lautan seperti tiram, ikan, kepiting bakau
dan udang. Terdapat 27 spesies ikan dan 4 spesies udang dan sedikitnya 8
spesies gastropoda, ada juga 8 spesies bivalia yang hidup menetap di
kawasan Hutan Mangrove Tongke-Tongke (Hutan mangrove Tongke-
tongke dengan kawasan yang luas serta dukungan pemerintah pariwisata
kabupaten sinjai dan KKP (Kementrian Kelautan dan Perikanan)
diharapkan dapat mewujudkan kawasan wisata hutan mangrove yang
mendukung kelestarian dari flora dan fauna yang terdapat di hutan
mangrove sehingga keberadaan flora dan fauna tersebut tidak punah dan
kondisi lingkungan yang ada di sekitar kawasan mangrove tidak rusak
karena abrasi dari terjangan ombak laut.
Gambar 2 Pohon mangrove yang terdapat di kawasan Hutan Mangrove
Tongke-Tongke

2. Prinsip partisipasi masyarakat


Keberadaan Hutan Mangrove Tongke-Tongke pada awalnya dapat terwujud
karena adanya partisipasi masyarakat sekitar yang berupaya menanam bibit
pohon mangrove, sehingga terwujudlah kawasan hutan mangrove yang luas
dan cantik seperti sekarang. Keikutsertaan masyarakat sekitar dalam
membangun kawasan Hutan Mangrove Tongke-Tongke, juga dapat terlihat
dari adanya partisipasi mereka untuk membuat fasilitas berupa warung
makan, toko souvenir, dan lahan parkir bagi pengunjung. Keberadaan
warung dan lahan parikir tersebut diharapkan dapat menarik minat
pengunjung sehingga perekonomian masyarakat sekitar ikut terbantu.

Gambar 3 Warung jajanan di kawasan wisata Hutan Mangrove Tongke-


Tongke

Gambar 4 Toko souvenir di kawasan wisata Hutan Mangrove Tongke-


Tongke

Gambar 5 Lahan parkir yang disediakan oleh masyarakat di kawasan wisata


Hutan Mangrove Tongke-Tongke

3. Prinsip wisata
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, keberadaan Hutan Mangrove
Tongke-Tongke diharapkan dapat membantu perekonomian dari
masyarakat setempat, dengan tersedianya warung makan, toko souvenir,
dan lahan parkir. Namun, menurut pengakuan masyarakat, pendapatan yang
mereka dapatkan masih dinilai kurang, karena penunjung yang berkunjung
ke kawasan wisata biasanya tidak menggunakan fasilitas seperti warung
makan karena telah membawa makanan sendiri dari rumah serta
kebanyakan pengunjung yang dating hanya sekadar ingin jalan-jalan dan
berfoto di kawasan Hutan Mangrove Tongke-Tongke.
4. Prinsip edukasi
Hutan Mangrove Tongke-Tongke biasa juga dikenal dengan laboratorium
bakau yang terdapat di Sulawesi Selatan memiliki potensi yang besar
sebagai tempat pembelajaran hutan mangrove. Namun, sayangnya hal
tersebut masih belum didukung dengan fasilitas yang memadai,
dikarenakan di kawasan Hutan Mangrove Tongke-Tongke hanya terdapat
satu tempat pembelajaran kepada pengunjung yaitu pondok informasi. Hal
ini dapat dikatakan sebagai suatu permasalahan mengingat besarnya potensi
dari ekosistem hutan mangrove di kawasan Hutan Mangrove Tongke-
Tongke yang dapat dipelajari oleh pengunjung sehingga dapat menambah
pengetahuan dan meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa betapa
pentingnya keberadaan kawasan hutan mangrove bagi lingkungan sekitar.
Gambar 6 Pondok informasi di kawasan wisata Hutan Mangrove Tongke-
Tongke

Gambar 7 Bentuk papan informasi yang ditampilkan di kawasan wisata Hutan


Mangrove Tongke-Tongke

5. Prinsip rekreasi dan wisata


Kawasan Hutan Mangrove Tongke-Tongke memiliki beberapa fasilitas
wisata yang dapat digunakan oleh pengunjung yaitu area tracking
mangrove, gazebo, warung makan, toko souvenir, lahan parkir, mushola,
WC umum, pondok informasi, dan menara pandang. Fasilitas yang sering
digunakan oleh pengunjung yaitu area tracking mangrove, para pengunjung
biasanya menggunakan fasilitas tersebut untuk sekadar berfoto atau
berjalan-jalan santai. Hutan Mangrove Tongke-Tongke, dapat dibuat lebih
menarik lagi dengan menambah fasilitas seperti area bermain, area
memancing, serta area untuk piknik dan bersantai, serta memperbaiki
fasilitas yang mulaui rusak, seperti papan kayu pijakan yang tentunya dapat
membahayakan pengunjung. Pengembangan area wisata Hutan Mangrove
Tongke-Tongke tentunya harus tetap memperhatikan kelestarian dari flora
dan fauna yang terdapat di kawasan tersebut serta keberlangsungan ekonomi
masyarakat setempat.

Gambar 8 Area tracking mangrove dan gazebo yang terdapat di kawasan


wisata Hutan Mangrove Tongke-Tongke
Gambar 9 Mushola umum di kawasan wisata Hutan Mangrove Tongke-
Tongke

Gambar 10 Kawasan wisata Hutan Mangrove Tongke-Tongke jika dilihat


dari atas

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan kunjungan yang telah dilakukan dapat disimpulkan:

1. Secara umum, Kawasan Hutan Mangrove Tongke-Tongke memiliki


beberapa fasilitas wisata yang dapat digunakan oleh pengunjung, yaitu area
tracking mangrove, gazebo, warung makan, toko souvenir, lahan parkir,
mushola, WC umum, pondok informasi, dan menara pandang.
Pengembangan area wisata Hutan Mangrove Tongke-Tongke tentunya
perlu dilakukan untuk menarik minat pengunjung, namun harus tetap
memperhatikan kelestarian dari flora dan fauna yang terdapat di kawasan
tersebut serta keberlangsungan ekonomi masyarakat setempat.
2. Berdasarkan penilaian tingkat kepuasan oleh enam pengunjung Hutan
Mangrove Tongke-Tongke, dapat diketahui bahwa sebanyak empat
pengunjung merasa puas, satu pengunjung sangat puas, dan satu pengunjung
lagi menilai biasa saja. Aktivitas yang dilakukan oleh pengunjung-
pengunjung tersebut saat mengunjungi Hutan Mangrove Tongke-Tongke
yaitu berjalan-jalan di sepanjang area tracking mangrove, makan di warung
yang disediakan oleh penduduk lokal, dan berfoto karena pemandangan di
Hutan Mangrove Tongke-Tongke dinilai bagus.

DAFTAR PUSTAKA

Arida INS. 2017. Ekowisata, Pengembangan, Partisipasi Lokal, dan Tantangan


Ekowisata. Bali (ID): Cakra Press.
Hidayatullah, Trisutomo S, Ali M. Tanpa tahun. Pengembangan ekowisata
Hutan Mangrove Tongke-Tongke Kabupaten Sinjai, Kecamatan Sinjai
Timur. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.
Hijriati E, Rina M. 2014. Pengaruh ekowisata berbasis masyarakat terhadap
perubahan kondisi ekologi, sosial dan ekonomi di Kampung Batusuhunan,
Sukabumi. Jurnal Sosiologi Pedesaan. Vol. 2(3): 146-159.
Lestari R, Amirullah, Ahmadin. 2019. Sejarah Hutan Mangrove Tongke-Tongke
di Kabupaten Sinjai. Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian
Kesejarahan. Vol. 6(1): 91-97.
Tanaya DR, Iwan R. 2014. Potensi pengembangan ekowisata berbasis
masyarakat di kawasan Rawa Pening, Kabupaten Semarang. Jurnal Teknik
PWK. Vol. 3(1): 71-81.
HUTAN Muhammad Arung Makkawaru

J3M118167

MANGROVE
B2

TONGKE-TONGKE

AYO KE SINJAI
atasiwokE nad isavresnoK
nasawaK naalolegneP
Penanaman mangrove di

TIKET MASUK Tongke-Tongke

dilatarbelakangi karena

RP. 5.000 terjadinya abrasi di Tongke-

Tongke sejak tahun 1984,

untuk mengatasi hal

PARKIR MOTOR tersebut, masyarakat pun

berupaya untuk membangun


RP. 2.000
tanggul yang terbuat dari

batu karang, namun usaha

PARKIR MOBIL tersebut tidaklah berhasil.

Kegagalan dalam

RP. 5.000 pembuatan tanggul

membuat masyarakat mulai

melakukan penanaman

mangrove. Kini, kawasan

hijau Tongke-Tongke

memiliki luas hingga 173,5

FASILITAS hektare (Ha).

Tracking mangrove

Gazebo LOKASI
Warung makan

Toko souveir
Hutan Mangrove
Lahan parkir
Tongke-tongke terletak di
Mushola

WC umum
DOKUMENTASI KEINDAHAN Kabupaten Sinjai,

Kecamatan Sinjai timur,


Pondok informasi
TONGKE-TONGKE Desa Tongke-Tongke.

Anda mungkin juga menyukai