Resume Praktikum Pertanian Berkelanjutan Di Indonesia
Resume Praktikum Pertanian Berkelanjutan Di Indonesia
RESUME PRAKTIKUM
PERTANIAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA
BAB II
PEMBAHASAN
Adapun beberapa pertanyaan dan jawaban yang disampaikan pada saat diskusi
berlangsung di google meet, yaitu :
1. Bu Yoscarini :
a) Berdasarkan adanya regulasi dan inovasi yang telah dijelaskan. Masalah apa
saja yang sedang dialami oleh petani di Indonesia saat ini dan bagaimana
solusinya?
b) Hama apa saja yang dapat diatasi oleh insektisida yang telah dipaparkan dan
mereka biasa timbul di tanaman apa?
c) Bagaimana cara untuk memproduksi produk yang unggul, penanggulangan
pencemaran yang ada, dan pemupukan yang baik seperti apa?
Jawaban :
a) Masalah yang sedang dihadapi saat ini oleh petani, yaitu lahan yang
menurun baik kualitas dan kuantitasnya yang dikarenakan oleh
pembangunan gedung atau bangunan lainnya. Lalu, petani lebih
memprioritaskan untuk meningkatkan ekonomi dibandingkan
lingkungannya, sehingga tanah tidak terkelola dengan baik dan lingkungan
akan rusak. Solusi untuk menghadapi hal tersebut dapat dengan
diberikannya penyuluhan atau saran bagi para petani untuk tidak merusak
lingkungan oleh pemerintah maupun mahasiswa yang paham mengenai
pertanian dan juga regulasi yang ada harus lebih ditegakkan dan diperkuat.
b) Insektisida alami dari biji mimba dapat digunakan untuk membunuh larva
ulat jarak, ulat grayak, dan ulat tembakau. Ulat-ulat tersebut biasanya
terdapat di tanaman tembakau cerutu.
c) Produk yang unggul dihasilkan dari bibit yang baik, namun terdapat
beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pembibitan, yaitu pupuk,
air, cahaya, dan iklim. Untuk menanggulangi masalah pencemaran yang
dikarenakan oleh pemberian pupuk kimia pada tanaman agrikultur, yaitu
dapat mengganti penggunaan pupuk kimia dengan pupuk organik. Pupuk
organik yang dapat digunakan tersebut adalah pupuk kandang dan pupuk
organik cair.
Jawaban :
a) Karena, dengan menggunakan pestisida kimia hama di tanaman dapat lebih
cepat mati dan penggunaan pestisida kimia sudah menjadi kebiasaan para
petani di Indonesia, dikarenakan mereka tidak mau menyulitkan diri sendiri
dengan lama dan susahnya pembuatan pestisida alami.
b) Untuk mengatasi hal tersebut dapat dengan melakukan pendekatan ke
masyarakat petani oleh pemerintah mengenai sistem pertanian organik yang
lebih baik dari pertanian sebelumnya dan juga dapat dengan memberikan
pendidikan kepada mereka mengenai kerugian terhadap penggunaan bahan
kimia.
4. Fikhriyan :
a) Bagaimana seharusnya pemerintah dalam penanganan tanah yang terus
terfragmentasi akibat pembangunan secara terus-menerus di Indonesia dan
program apa saja yang sudah diadakan oleh pemerintah dalam peningkatan
pertanian di indonesia?
b) Indonesia walaupun negara agraris, namun pemerintah tetap saja melakukan
impor beras yang dimana sudah menjadi makanan pokok masyarakat.
Bagaimana ketahanan pangan di Indonesia yang pemerintahnya hanya
mengutamakan komoditas jagung dibandingkan beras?
Jawaban :
a) Program yang sudah terlaksana, yaitu BIMAS, SUPTA, NAWACITA.
Hambatan yang terjadi pada program NAWACITA adalah untuk menjadi
petani pertanian organik, maka lahan yang dimiliki harus tersertifikasi
terlebih dahulu dengan harga per hektar lahan sekitar 5 – 10 juta rupiah dan
hal tersebut terbilang mahal untuk para petani di Indonesia. Regulasi di
Indonesia masih lemah dan juga diiringi dengan penurunannya kualitas dan
kuantitas lahan yang dikarenakan pemerintah Indonesia masih
mengutamakan kemajuan ekonomi tanpa memperhatikan aspek lainnya.
b) Impor beras merupakan bukti dari penurunannya kualitas dan kuantitas lahan
di Indonesia yang dimana sebenarnya beras merupakan kebutuhan sehari-
hari masyarakat Indonesia. Akibat dari hal tersebut seharusnya pemerintah
dapat merasakan kerugian.
BAB III
KESIMPULAN
Pertanian di Indonesia sudah dimulai dari Era Abad Ke-19 hingga saat ini
dengan sistem yang berbeda-beda. Pertanian itu sendiri bergantung pada kondisi
iklim hingga daya dukung lahan. Seiring dengan perkembangan sistem pertanian
di Indonesia, maka bermunculan pula inovasi-inovasi baru dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan dan dapat menunjang kesejahteraan para
petani.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Abbas S. 1997. Revolusi Hijau dengan Swasembada Beras dan Jagung. Jakarta
(ID): Sekretariat Badan Pengendali BIMAS.
Ardiwinata AN. 2020. Pemanfaatan arang aktif dalam pengendalian residu
pestisida di tanah: prospek dan masalahnya. J Sumberdaya Lahan.
14(1):49-62.
Ario. 2010. Menuju Swasembada Pangan Revolusi Hijau II. Jakarta (ID):
Introduksi Managemen Dalam Pertanian.
Charina A, Kusumo RAB, Sadeli AH, Deliana Y. 2018. Faktor-faktor yang
mempengaruhi petani dalam menerapkan standar operasional prosedur
(sop) sistem pertanian organik di kabupaten bandung barat. J Penyuluhan.
14(1):68-78.
Efendi E. 2016. Implementasi sistem pertanian berkelanjutan dalam mendukung
produksi pertanian. J Warta. 47.
Hariansyah M. 2009. Pemanfaatan kotoran ternak sapi sebagai penghasil bio gas.
J Teknik. 8(1):19-27.
Hidayati IN, Suryanto. 2015. Pengaruh perubahan iklim terhadap produksi
pertanian dan strategi adaptasi pada lahan rawan kekeringan. Jl
Ekonomi dan Studi Pembangunan. 16(1):42-52.
Ilham HA, Syahta R, Anggara F, Jamaluddin. 2018. Alat perangkap hama
serangga padi sawah menggunakan cahaya dari tenaga surya. Journal of
Applied Agricultural Science and Technology. 2(1):11-19.
Muharam S. 2020. Kebijakan “revolusi hijau” paman birin dalam menjaga
kerusakan lingkungan di provinsi kalimantan selatan. J Anlisis
kebijakan dan pelayanan publik. 6(1).
Perdinan et al. 2018. Adaptasi perubahan iklim dan ketahanan pangan : telaah
inisiatif dan kebijakan. J Hukum Lingkungan Indonesia. 5(1):60-87.
Rahayu et al. 2015. Pengaruh suhu dan kelembaban terhadap pertumbuhan
fusarium verticillioides bio 957 dan produksi fumonisin b1. J Agritech.
35(2):156-163.
Rachmat R, Lubis S. 2010. Prospek teknologi pembuatan beras bergizi melalui
fortifikasi iodium. J Pangan. 19(3):265-274.
Rinaldi H. 2019. Dampak revolusi hijau dan modernisasi teknologi pertanian studi
kasus pada budidaya pertanian bawang merah dikabupaten brebes. J
Sejarah Citah lekha. 4(2).
Setyowati DL, Sedyawat SM. 2010. Sebaran ruang terbuka hijau dan peluang
perbaikan iklim mikro di semarang barat. J Biosaintifika. 2(2):61-74.
Subiyakto. 2009. Ekstrak biji mimba sebagai pestisida nabati: potensi, kendala,
dan strategi pengembangannya. J Perspektif. 8(2):108-116.
Suryana A, Kariyasa K. 2008. Ekonomi padi di asia : suatu tinjauan berbasis
kajian komparatif. J Agro Ekonomi. 26(1):17-31.