Anda di halaman 1dari 10

PERBANDINGAN PERENCANAAN SISTEM PLAMBING AIR BERSIH

PADA RUSUNAMI X DENGAN HOTEL TEBU DAN HUBUNGANNYA


DENGAN KONSEP GREEN BUILDING

Disusun oleh:
Adelia Eka Wahyuni 1222915022
Hana Fitriyani 1222915013
Kukuh Nur Ilhamsyah 1222915014
Muhammad Arung Makkawaru 1222915017

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


UNIVERSITAS BAKRIE
JAKARTA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pembangunan gedung di Indonesia marak terjadi karena semakin tingginya
kebutuhan hidup akibat perkembangan penduduk dan juga urbanisasi. Keadaan
pembangunan yang sangat besar dapat mempengaruhi kualitas lingkungan, maka setiap
pembangunan harus menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan. Salah satu wujud
implementasi konsep pembangunan berkelanjutan adalah bangunan ramah lingkungan atau
green building. Green building merupakan konsep bangunan ramah lingkungan yang
bertujuan untuk mengurangi dampak negatif bangunan bagi lingkungan. Dengan
menerapkan konsep green building ini pada bangunan, diharapkan dapat membantu
mengurangi penggunaan energi, sumber daya alam, serta dampak polusi dari bangunan.
Poin terbesar dalam penerapan konsep green building ini adalah penghematan air dan
energi, serta penggunaan energi terbarukan untuk melindungi lingkungan dari kerusakan
yang semakin parah (Massie FY dkk 2018)
Bangunan ramah lingkungan mengacu kepada suatu tatanan pembangunan yang
memanfaatkan proses-proses yang ramah lingkungan dan dalam pengoperasiannya
memakai sumber daya secara efisien sepanjang siklus hidup bangunan tersebut. Salah
satunya adalah konservasi air. Konservasi air mencakup pengurangan penggunaan sumber
daya air, daur ulang air, dan perbaikan keseimbangan neraca air. (Green Building Council
Indonesia 2012 dalam Rinka DY, dkk 2014). Aspek yang dikaji dalam konservasi air antara
lain penggunaan meteran air untuk mengetahui jumlah pemakaian, perhitungan
penggunaan air, pengurangan penggunaan air, penggunaan alat-alat plambing/fitur air yang
mampu menghemat penggunaan air, proses mendaur ulang air, dan efisiensi penggunaan
air lansekap. (Rahman A dkk 2021). Sistem plambing merupakan hal penting dalam
pembangunan gedung. Pemasangan instalasi dengan sistem plambing yang benar akan
menjamin serta menjaga kesehatan lingkungan hunian.
Plambing merupakan suatu sistem penyediaan air bersih dan penyaluran air
buangan di dalam bangunan atau juga dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelaksanaan pemasangan pipa dan peralatan di dalam gedung yang
bersangkutan dengan air bersih maupun air buangan yang dihubungkan dengan sistem
saluran kota (Sunarno dalam Suhardiyanto 2016). Fungsi dari peralatan plambing adalah
pertama, untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang membutuhkan dengan
jumlah aliran serta tekanan yang sesuai, dan kedua membuang air kotoran dari tempat-
tempat tertentu dan tetap menjaga kebersihan tempat-tempat yang dilaluinya
(Noerbambang & Morimura dalam Surhadiyanto 2016)
2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui perbandingan dari
perencanaan sistem plambing air bersih dari dua jurnal yang berbeda dan hubungannya
dengan konsep green building.

3. Metode
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah studi literatur
dengan mebandingkan perencanaan sistem plambing air bersih di Rusunami X dan Hotel
Tebu menggunakan dua jurnal yang berbeda.

BAB II

GAMBARAN UMUM

1. Rusunami X
Rumah susun sederhana milik (Rusunami) merupakan fasilitas pemukiman yang
disediakan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan papan masyarakat ekonomi
menengah ke bawah. Pembangunan Rusunami X direncanakan memiliki dua tower dengan
jumlah masing-masing sebanyak 15 lantai dan 378 unit sehingga total akan tersedia 756
unit kamar. Rusunami X dibangun pada lahan seluas 6.059 dimana tower A dan tower B
akan dilengkapi dengan fasilitas penunjang seperti area parkir, Ruang Terbuka Hijau
(RTH), saluran limbah, aliran listrik, alat komunikasi, fasilitas peribadatan, dan lapangan
olahraga. Rencana ruangan Rusunami X tipe A direncanakan dibangun dengan ukuran 3,0
x 5,0 meter yang difasilitasi dengan toilet, ruang tidur, balkon, dan rencana ruangan
Rusunami X tipe B direncanakan dibangun dengan ukuran 5,8 x 4,5 meter dengan fasilitas
seperti toilet, ruang tidur, ruang makan, ruang duduk, dan balkon. Kebutuhan air bersih di
Rusunami X sebesar 311 m3/hari.

2. Hotel Tebu
Hotel Tebu merupakan hotel berbintang yang berlokasi di Kota Bandung. Hotel
Tebu memiliki 6 lantai.

BAB III

PEMBAHASAN

1. Rusunami X
1. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
Perhitungan kebutuhan air bersih menggunakan rumus :
Kebutuhan air bersih = Jumlah populasi x Standar pemakaian air bersih = l/orang/hari

Berdasarkan tabel tersebut kebutuhan air Rusunami X sebesar 311 m3/hari.


Terdapat angka safety factor sebesar 20% dari debit total yang diperhitungkan untuk
mengantisipasi lonjakan air saat terjadi pemakaian puncak. Perhitungan jumlah penghuni
dengan mempertimbangkan jumlah kamar sebanyak 756 unit mampu menampung 3 orang.
Jumlah karyawan sebanyak 12 orang berasal dari data pihak pengelola sedangkan jumlah
pengunjung diperkirakan dari sebesar 70% dari jumlah penghuni. Pengunjung merupakan
tamu, asisten rumah tangga, pengantar makanan serta orang yang bersangkutan dengan
penghuni Rusunami

2. Penentuan jalur pipa bersih


Penentuan jalur pipa air bersih berdasarkan denah perencanaan pembangunan
Rusunami dari setiap lantainya sedangkan untuk perhitungan dimensi pipa air bersih
ditentukan menggunakan unit beban alat plambing. Berdasarkan hasil analisis perencanaan
jalur air bersih di Rusunami X akan direncanakan 2 jalur, yaitu jalur air bersih first class
dengan rentang diameter pasaran 20-25 mm dan second class dengan diameter berkisar
antara 20-25 mm. Skema pelayanan air bersih di Rusunami X dilakukan dengan
menampung air dari PDAM Tirta Medal di Ground water tank sebelum di pompa ke roof
tank, dari roof tank dialirkan secara gravitasi ke seluruh alat plambing yang ada seluruh
kamar.
Sistem pompa bekerja membuat perbedaan tekanan antara tekan masuk (suction)
dan bagian keluar (discharger) yang mengubah tenaga mekanik dari tenaga (penggerak)
menjadi tenaga kinetic (kecepatan) pada pompa, sehingga air dapat mengalir dan tidak
terjadi kekurangan tekan. Pompa secara umum yang digunakan untuk rumah susun, hotel
dan apartemen ada dua jenis yaitu: (1) pompa transfer adalah pompa yang umumnya
dipasang pada ground tank, yang dimana ground tank ini adalah tempat sumber utama air
sebelum dialirkan ke masing-masing ruangan. Pompa transfer bekerja untuk mengalirkan
air dari ground tank menuju pada roof tank dan (2) pompa booster adalah pompa yang
menyalurkan air dari roof tank ke masing-masing alat plambing. Fungsi utamanya adalah
untuk memenuhi distribusi air pada lokasi dengan jarak atau ketinggian tertentu. Konsep
yang sama diterapkan untuk sistem penyediaan air bersih di Rusunami X. Penggunaan
pompa booster dipergunakan untuk melayani air bersih di lantai 12 sampai dengan 15.
Sistem tekan menggunakan pompa booster digunakan untuk mendistribusi pada lantai 12
sampai lantai 15, dikarenakan untuk alat plambing shower memiliki tekanan sebesar 0,7
bar.

3. Efisiensi penggunaan Air Bersih


Rusunami X memanfaatkan grey water untuk memenuhi syarat keperluan flushing
alat plambing WC sehingga dapat mengurangi pemakaian air dari sumber utama. Menurut
Pynkyawati T dan Wahadamaputera S (2014), grey water adalah buangan limbah cair yang
berasal dari floor drain, wastafel, dan tempat cuci piring (sink). Grey water ini termasuk
air kotor, tetapi bukan berasal dari kotoran manusia. Black water adalah buangan limbah
cair yang berasal dari kloset dan urinoir. Buangan dari kloset termasuk dalam golongan
limbah padat organik.
Air limbah yang dihasilkan di Rusunami X diolah menggunakan STP dengan
volume 200 m3. Air limbah black water akan ditampung di dalam tangki septik dengan
volume 60 m3 yang dilengkapi dengan bidang resapan. Lumpur dari tangki septik secara
periodik akan disedot dan diambil oleh pihak ketiga berizin untuk diolah di instalasi
pengolahan lumpur tinja (IPLT).
Proses daur ulang air limbah yang dilakukan dapat mengurangi kebutuhan air bersih
sebesar 51% atau 159,2 m3/hari. Selain menghemat penggunaan air proses ini juga turut
menjaga kelestarian lingkungan mengingat saat ini sumber air baku di Kabupaten
Sumedang semakin langka. Selain proses daur ulang air perlu dilakukan pula upaya
kampanye hemat air untuk seluruh penghuni Rusunami. Poster dan papan pengumuman di
pasang di semua tempat sumber sehingga timbul kesadaran penghuni untuk turut
menghemat penggunaan air
Berdasarkan hasil perencanaan dan perhitungan, maka kesimpulan yang didapat
adalah timbulan air limbah Rusunami X sebesar 248,8 m3/hari terdiri dari grey water
sebesar 199,04 m3/hari dan black water sebesar 49,76 m3/hari. Air limbah grey water
didaur ulang menggunakan STP dan black water direncanakan menggunakan tangki septik
dengan bidang resapan. Lumpur tinja dari tangki septik akan disedot oleh pihak ketiga
berizin. Debit air limbah grey water yang didaur ulang mampu menghemat penggunaan air
sebesar 51%. Air hasil daur ulang tersebut akan dipergunakan untuk penggelontoran WC.

2. Hotel Tebu
Pada perencanaan sistem perpipaan hotel ini akan digunakan konsep dari Green
Building. Air bersih akan dipisahkan menjadi dua jalur berdasarkan kegunaannya.
Pemisahan dua jalur pipa air bersih terbagi atas air bersih kelas satu untuk keperluan mandi,
mencuci, wudhu dan air bersih kelas dua untuk keperluan penggelontoran (flushing) WC.

1. Perhitungan Kebutuhan Air berdasarkan Populasi Gedung


Kebutuhan air bersih kelas satu didasarkan pada perkiraan jumlah populasi pada
gedung yang akan dibangun. Perkiraan jumlah populasi dihitung berdasarkan luas dari
ruangan pada tiap lantai dalam gedung. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan,
didapat total kebutuhan air air bersih dalam gedung yaitu sebesar 79 m3/hari.

2. Perhitungan Tangki Bawah (Ground Tank) Penampung Air


a. Tangki Bawah Kelas Satu
Didasarkan pada total kebutuhan air untuk populasi dalam gedung. Jadi didapat
volume tangki bawah untuk air kelas satu sebesar 79m3 dengan dimensi panjang
(P) sebesar 7 m, lebar (L) sebesar 3,45 m, dan kedalaman (H) sebesar 3,3 m (dengan
freeboard 30 cm).
b. Tangki Bawah Kelas Dua
Didasarkan pada jumlah dari air hujan yang ditampung, air buangan grey water dan
air kondensasi AC yang digunakan kembali. Kedua jenis air diolah terlebih dahulu
dan ditampung pada tangki bawah. Jadi didapat Volume tangki bawah untuk air
kelas dua sebesar 67 m3 dengan dimensi panjang (P) sebesar 6,36 m, lebar (L)
sebesar 3,18 m, dan kedalaman (H) sebesar 3,3 m (dengan freeboard 30 cm).

3. Perhitungan Tangki Atap (Roof Tank) Penampung Air


a. Tangki Atap (Roof Tank) Kelas Satu
Roof tank merupakan reservoir yang digunakan untuk melayani fluktuasi
kebutuhan air minum pada saat-saat tertentu. Hasil perhitungan didapatkan volume
tangki atap untuk air kelas satu sebesar 5,4 m3 dengan dimensi panjang (P) sebesar
3 m, lebar (L) sebesar 1,44 m, dan kedalaman (H) sebesar 1,3 m (dengan freeboard
30 cm).
b. Tangki Atap (Roof Tank) Kelas Dua
Perhitungan volume didasarkan pada jumlah alat plambing WC dalam gedung dan
unit beban alat plambing. Berdasar perhitungan diperoleh pemakaian air serentak
dalam satu gedung kira-kira sebesar 349 L/menit. Untuk mendapatkan volume
tangki atap untuk air kelas dua, debit pemakaian air tersebut dikali dengan jangka
waktu kebutuhan puncak (Tp) sebesar 30 menit. Sehingga didapat volumenya
sebesar 0,349 m3/menit x 30 menit = 10,47 m3 dengan dimensi panjang (P) sebesar
4 m, lebar (L) sebesar 2 m, dan kedalaman (H) sebesar 1,3 m (dengan freeboard 30
cm).

4. Penentuan Diameter Pipa


Pembuatan jalur pipa air bersih dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui jumlah
alat plambing yang harus dilayani dan apa saja alat plambing yang digunakan. Lalu
diberi tanda pada setiap alat plambing yang digunakan dan di setiap cabang pipa.
Penentuan jalur pipa berdasarkan denah. Perhitungan diameter pipa dilakukan dengan
menghitung akumulasi beban alat plambing yang akan dilayani berdasarkan SNI 03-
7065-2005.

5. Perhitungan Tekanan
Perhitungan tekanan dilakukan pada lantai teratas yaitu lantai 6 karena pada lantai
tersebut memiliki perbedaan elevasi yang pendek dari reservoir atas, sehingga tidak
memiliki tekanan yang cukup untuk mengalirkan air ke alat plambing pada titik kritis,
oleh karena itu, perlu menggunakan pompa booster agar air dapat mengalir ke titik
kritis tersebut, hasil perhitungan didapat tekanan yang dibutuhkan pada lantai 6 untuk
tekanan air bersih kelas satu dan kelas dua sebesar 1,72 bar dan 1,04 bar.

6. Perhitungan Kapasitas Pompa


Terdapat 4 pompa yang harus disediakan dalam perencanaan Hotel Tebu, 2 pompa
booster yang berfungsi memompa air dari tangki atap menuju 2 lantai teratas dan 2
pompa untuk memompa air dari tangki bawah menuju tangki atap. Dari hasil
perhitungan pompa 1 kelas satu membutuhkan daya untuk menyalurkan air dari tangki
bawah 1 menuju tangki atap 1 sebesar 1 kw dan pompa 2 membutuhkan daya untuk
menyalurkan air dari tangki bawah 2 menuju tangki atap 2 sebesar 4,4 kw. Pada pompa
3 membutuhkan daya untuk menyalurkan air kelas satu dari tangki atap 1 menuju lantai
5 dan 6 sebesar 1,1 kw. Pompa 4 merupakan pompa booster yang menyalurkan air dari
tangki atap 2 menuju peralatan plambing pada lantai 5 dan lantai 6 untuk kategori air
kelas dua. Selanjutnya total dari jumlah unit beban alat plambing tersebut diplotkan ke
grafik hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran yaitu sebesar 175
L/menit atau 2,92 x 10-3 m3/s. Didapat daya yang dibutuhkan untuk menyalurkan air
kelas dua dari tangki atap 2 menuju lantai 5 dan 6 sebesar 0,5 kw.

7. Neraca Air
Total kebutuhan air untuk penghuni hotel sebesar 79m3/hari, dengan air buangan 80%
yaitu sebesar 63m3/hari. Dari air buangan tersebut 74% merupakan grey water sebesar
47 m3/hari dan 26% merupakan black water sebesar 16 m3/hari. Air dari kondensasi
AC, air buangan (grey water), ditampung dan masuk unit pengolahan untuk digunakan
kembali untuk penggelontoran WC (flushing). Air dapat dihemat yaitu air kondensasi
AC sebesar 43 m3/hari, air hujan 24 m3/hari, ditampung dengan total 67 volume
ground tank 2 m3/hari, sehingga air dapat dihemat 54.43% dari total kebutuhan air
bersih.

3. Perbandingan Sistem Plambing Air Bersih Rusunami X dan Hotel Tebu dan
Hubungannya dalam Konsep Green Building
Berdasarkan data yang diperoleh dari kedua jurnal, diketahui bahwa kebutuhan air
bersih pada Rusunami X adalah 311 m3/hari, sedangkan pada Hotel Tebu adalah 79 m3/hari.
Jalur air bersih pada Rusunami X dan Hotel Tebu memiliki kesamaan yaitu pada masing-
masing gedung akan direncanakan 2 jalur air bersih, yaitu jalur air bersih kelas satu dan
kelas dua. Jalur air bersih kelas satu digunakan untuk keperluan mandi, mencuci, wudhu.
Sedangkan jalur air bersih kelas dua digunakan untuk keperluan penggelontoran (flushing)
WC. Sebelum digunakan untuk masing- masing keperluan, air bersih di Rusunami X dan
Hotel Tebu ditampung di tangki penampungan air bersih, yaitu di roof tank dan di ground
tank. Di Hotel Tebu, dijelaskan di dalam jurnal bahwa ground tank dan roof tank terbagi
dua, yaitu ground tank untuk air kelas satu dan kelas dua, lalu roof tank untuk air kelas satu
dan kelas dua.
Air bersih yang berasal dari tangki penampungan dialirkan ke tiap lantai di Gedung
Rusunami X dan Hotel Tebu dengan bantuan gravitasi dan sistem perpompaan. Di Gedung
Rusunami X, air ditampung di ground water tank sebelum di pompa ke roof tank, dari roof
tank dialirkan secara gravitasi ke seluruh alat plambing yang ada di seluruh kamar. Untuk
sistem perpompaan, pompa yang digunakan di Rusunami X ada dua, yaitu pompa transfer
dan pompa booster. Pompa transfer digunakan untuk mengalirkan air yang ditampung di
ground tank menuju ke roof tank, sedangkan pompa booster digunakan untuk mengalirkan
air dari roof tank ke masing-masing alat plambing. Penggunaan pompa booster di
Rusunami X digunakan untuk melayani air bersih di lantai 12 sampai dengan 15.
Untuk perencanaan sistem instalasi plambing air bersih di Hotel Tebu, terdapat
empat pompa yang disediakan, yaitu dua pompa transfer untuk memompa air dari tangki
bawah menuju tangki atap dan dua pompa booster yang berfungsi memompa air dari tangki
atap menuju dua lantai teratas. Penggunaan pompa booster pada dua lantai teratas
disebabkan karena memiliki perbedaan elevasi yang pendek dari reservoir atas, sehingga
tidak memiliki tekanan yang cukup untuk mengalirkan air ke alat plambing pada titik kritis,
sehingga diperlukan penggunaan pompa booster agar air dapat mengalir.
Air bersih yang mengalir di Rusunami X dan Hotel Tebu nantinya pasti akan
digunakan untuk berbagai keperluan yang tentunya akan menghasilakan air limbah
domestik. Data kebutuhan air bersih yang telah diperoleh sebelumnya dapat digunakan
untuk memperkirakan timbulan air limbah domestik yang dihasilkan tiap gedung. Rasio air
limbah yang dihasilkan dalam satu gedung sebesar 80% dari total kebutuhan air bersih.
Menggunakan rasio yang telah ditentukan, diperoleh hasil bahwa air limbah domestik yang
dihasilkan di Rusunami X untuk grey water sebesar 199,04 m3/hari dan black water sebesar
49,76 m3/hari, sehingga apabila ditotalkan sebesar 248,8 m3/hari. Untuk air limbah
domestik yang dihasilkan di Hotel Tebu, memiliki total sebesar 63 m3/hari, dari total air
limbah tersebut, grey water yang dihasilkan sebesar 47 m3/hari dan black water yang
dihasilkan sebesar 16 m3/hari.
Air limbah domestik yang dihasilkan di Rusunami X dan Hotel Tebu akan
digunakan kembali sebagai bentuk penerapan konsep green building. Namun, tidak semua
air limbah domestik dimanfatkan kembali. Air limbah domestik yang dimanfaatkan
kembali yaitu air limbah jenis grey water. Menurut Handoko JPS (2016), grey water
merupakan air yang berasal dari kegiatan rumah tangga seperti cuci piring, cuci pakaian,
mengepel lantai, kegiatan mandi, cuci kendaraan, dan sebagainya. Karakteristik Grey water
adalah memiliki zat organik yang cukup tinggi dan grey water dari dapur memiliki
kandungan organik yang lebih tinggi dibandingkan grey water dari kamar mandi (Li F, dkk
2009) dalam (Safrodin A dan Mangkoedihardjo S 2016).
Perencanaan jalur air buangan limbah domestik di Rusunami X akan direncanakan
2 jalur, yaitu jalur air buangan grey water dan black water. Air limbah grey water akan
diolah kembali sehingga memenuhi syarat untuk keperluan flushing alat plambing WC agar
mengurangi pemakaian air dari sumber utama. Air limbah tersebut diolah menggunakan
STP. STP (Sewarage Treatment Plant) adalah sistem pengolahan air limbah domestik yang
menggunakan prinsip pengolahan biologi. Proses anaerob dan aerob dipergunakan untuk
mengolah air limbah grey water sehingga kandungan organik yang terkandung di dalamnya
akan tersisihkan. Proses daur ulang air limbah yang dilakukan dapat mengurangi kebutuhan
air bersih sebesar 51% atau 159,2 m3/hari. Di Hotel Tebu, air yang berasal dari kondensasi
AC, air buangan (grey water) ditampung kemudian masuk pada unit pengolahan dan
digunakan kembali untuk keperluan penggelontoran WC sehingga air yang dapat dihemat
sekitar 54,43 % dari total kebutuhan air bersih.
Pemanfaat kembali air limbah domestik dalam dua contoh gedung di atas,
merupakan bentuk penerapan green building pada kriteria konservasi air. Menurut Rinka
DY, dkk (2014), Konservasi air dalam konsep green building adalah meminimalisasikan
sistem daur ulang dan penggunaan kembali air, termasuk air hujan dan air buangan.

KESIMPULAN

Berdasarkan studi kasus yang dilakukan pada dua jurnal yang berbeda, dapat disimpulkan
bahwa perencanaan sistem plambing di Rusunami X dan Hotel Tebu telah menerapkan konsep
green building, dalam hal ini yaitu konservasi air. Hal tersebut dapat diketahui dari pemanfaatan
kembali air limbah domestik yaitu grey water untuk keperluan penggelontoran WC, sehingga dapat
menghemat kebutuhan air bersih sebesar 51% di Rusunami X dan 54,43% di Hotel Tebu.

DAFTAR PUSTAKA

Affiandi J, Pharmawati K, dan Nurprabowo A. 2016. Perencanaan Sistem Instalasi Plambing Air
Bersih Gedung Hotel Tebu. Jurnal Rekayasa Lingkungan. 4(2):1-9
Handoko JPS. 2016. Optimalisasi pemanfaatan greywater pada bangunan rumah susun sebagai
upaya mewujudkan sustainable architecture, studi kasus: rumah susun
juminahan di Yogyakarta. Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan. 5(2):
59-104.
Massie FY, Dundu AKT, Tjakarta J. 2018. Penerapan Konsep Green Building pada Industri Jasa
Konstruksi di Manado. 6(8): 553-558.
Pynkyawati T dan Wahadamaputera S. 2014. Utilitas Bangunan Modul Plumbing. Jakarta Timur:
Griya Kreasi.
Rinka DY, Sururi MR, dan Wardhani E. 2014. Perencanaan Sistem Plambing Air Limbah dengan
Penerapan Konsep Green Building pada Gedung Panghegar Resort Dago Golf-
Hotel & Spa. Jurnal Reka Lingkungan. 2(2):1-12
Rahman A, Wardhani E, dan Halomoan N. 2021. Perencanaan Sistem Plambing Air Bersih dan
Air Buangan di Rusunami X dengan Aspek Konservasi Air. Serambi
Engineering. 6(3): 2044-2050
Safrodin A dan Mangkoedihardjo S. 2016. Desain IPAL pengolahan grey water dengan teknologi
subsurface flow constructd wetland di Rusunawa Grudo Surabaya. 5(2): 144-
149.
Surhadiyanto. 2016. Perancangan Sistem Plambing Instalasi Air Bersih dan Air Buangan pada
Pembangunan Gedung Perkantoran Bertingkat Tujuh Lantai. Jurnal Teknik
Mesin. 5(3): 1-8

Anda mungkin juga menyukai