Anda di halaman 1dari 7

Nama : Paujiah

NIM : 2010912120013

1. Siapa saja sumber daya manusia K3 yang ada di tempat kerja? mengapa dan
ketentuannya serta ruang lingkupnya bagaimana?
Jawaban :
a. Top Management (Leaader)
Leader dalam lingkup K3 diperlukan guna mewujudkan budaya
keselamatan di lingkungan kerja. Seorang leader dalam K3 harus memiliki
basis safety leadership. Safety leadership itu sendiri memiliki 8 kompenen
yaitu:
 Mendukung anggota tim melalui pemantauan aktif atas keputusan dan
tindakan, dan memastikan keselarasan dengan strategi, visi, dan nilai
keselamatan perusahaan
 Mengenali dan memberi penghargaan kepada anggota tim berdasarkan
demonstrasi mereka tentang brankas yang efektif
 Secara aktif merawat kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan umum
perilaku anggota tim
 Berkolaborasi, atau berbagi kepemilikan keselamatan dengan anggota tim
dengan meminta partisipasi aktif mereka dalam pengambilan keputusan
keselamatan, dan memberdayakan semua orang di tim untuk mengambil
tanggung jawab pribadi atas keselamatan
 Berbagi visi untuk keselamatan dan memfasilitasi pengembangan tujuan
tim, target, dan rencana untuk mencapainya
 Menginspirasi tim untuk mencapai visi keselamatan dan keunggulan
keselamatan melalui komunikasi yang memotivasi dan mendorong
 Pemodelan perilaku kepatuhan keselamatan yang menetapkan tolok ukur
dari apa yang diharapkan dari tim
 Menantang anggota tim untuk memikirkan masalah dan skenario
keselamatan dengan cara yang mungkin tidak pernah mereka
pertimbangkan sebelumnya.
b. P2K3 (Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
P2K3 merupakan Wadah kerjasama antara unsur pimpinan perusahaan
dan tenaga kerja dalam menangani masalah K3 di Perusahaan. Tujuannya
yaitu untuk menyamakan persepsi, saling Pengertian, dan partisipasi efektif
dalam meningkatkan pelaksanaan K3 di Tempat Kerja. Tugas pokok P2K3
adalah memberikan saran dan pertimbangan di bidang K3 kepada pengusaha /
pengurus tempat kerja (diminta maupun tidak). Manfaat p2k3 di suatu
perusahaan yaitu :
 Mengembangkan kerjasama bidang K3
 Meningkatkan kesadaran dan partisipasi tenaga kerja terhadap K3
 Forum komunikasi dalam bidang K3
 Menciptakan tempat kerja yang nihil kecelakaan dan penyakit akibat kerja
c. Ahli K3
Berdasarkan Permenaker 02/93 tentang Tata Cara Penunjukan,
Kewajiban dan Wewenang Ahli K3 disebutkan bahwa seorang tenaga kerja
teknis berkeahlian khusus di bidang K3 yang dapat membantu pemerintah
maupun perusahaan dalam melakukan pelaksanaan pembinaan dan
pengawasan K3 di tempat kerja. Ahli K3 di suatu perusahaan memiliki
kewajiban yang harus dijalankan yaitu :
 Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundangan keselamatan
dan kesehatan kerja sesuai dengan bidang yang ditentukan dalam
keputusan penunjukannya;
 Memberikan laporan kepada Menteri Tenaga Kerja atau Pejabat yang
ditunjuk mengenai hasil pelaksanaan tugas dengan ketentuan sebagai
berikut:
 Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja satu kali
dalam 3 (tiga) bulan, kecuali ditentukan lain;
 Untuk ahli keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan yang
memberikan jasa dibidang keselamatan dan kesehatan kerja setiap saat
setelah selesai melakukan kegiatannya
 Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan/instansi yang
didapat berhubungan dengan jabatannya.
Selanjutnya untuk wewenang seorang ahli K3 di suatu perusahana yaitu :
 Memasuki tempat kerja sesuai dengan keputusan penunjukan
 Meminta keterangan dan atau informasi mengenai pelaksanaan syarat-
syarat keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerja sesuai dengan
keputusan penunjukannya
 Memonitor, memeriksa, menguji, menganalisa, mengevaluasi dan
memberikan persyaratan serta pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja
yang meliputi:
 Keadaan dan fasilitas tenaga kerja.
 Keadaan mesin-mesin, pesawat, alat-alat kerja, instalasi serta
peralatan lainnya.
 Penanganan bahan-bahan.
 Proses produksi.
 Sifat pekerjaan.
 Cara kerja.
 Lingkungan kerja
d. Pekerja
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada
Pasal 1 angka 2 menentukan bahwa Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Sedangkan, dalam
Pasal 1 angka 3 menentukan bahwa pekerja/buruh adalah setiap orang yang
bekerja dalam menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
2. Jelaskan hal apa saja yang ada ketahui mengenai pelayanan kesehatan di
tempat kerja, sedikitnya meliputi:
o Apa alasan sebuah perusahaan melaksanakan pelayanan kesehatan di
tempat kerja?
Jawaban :
Setiap perusaahaan pada dasarnya memiliki kewajiban untuk melakukan
peleyanan Kesehatan di tempat kerja bagi para pekerjanya karena hal
tersebut telah tecantum dalam beberpa undang-undang dan peraturan
lainnya. Pelayanan kesehatan di tempat kerja dilakukan dalam rangka
pembinaan, pencegahan, diagnosa, pengobatan, perawatan dan
rehabilitasi terhadap kasus kecelakaan kerja dan atau penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan. Tujuan dilakukannya pelayanann
Kesehatan di tempat kerja di antaranya :
 Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri
dengan pekerjaannya
 Melindungi tenaga kerja terhadap gangguan kesehatan yang timbul
dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
 Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan
kemampuan fisik tenaga kerja
 Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi tenaga
kerja yang sakit

o Apa saja bentuk, jenis dan upaya pelayanan kesehatan di tempat kerja?
Jawaban :
Pada dasarnya ad atiga jenis pemeriksaan kesehetan di tempat kerja, yang
terdiri dari pelayana Kesehatan awal, berkala dan khusus.
a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja (awal) dialakukan sebelum seorang
tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan. Ditujukan agar tenaga
kerja yg diterima berada dalam kondisi kesehatan yg setinggitingginya,
tidak mempunyai penyakit menular yg akan mengenai tenaga kerja lainnya
dan cocok utk pekerjaan yg dilakukan sehingga keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja yg bersangkutan dan tenaga kerja yg lainnya dapat dijamin.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala (periodik) dilakukan setelah tenaga kerja
bekerja. Dilakukan minimal 1 thn sekali/ditentukan olh Direktur Binwas
Naker. Ditujukan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja
sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya
pengaruh-pengaruh dr pekerjaan seawal mungkin yg perlu dikendalikan dg
usaha-usaha pencegahan.
c. Pemeriksaan kesehatan khusus bertujuan untuk menilai adanya pengaruh-
pengaruh dari pekerjaan terhadap tenaga kerja atau golongan-golongan
tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan dilakukan pada:
 Tenaga kerja yg mengalami kecelakaan atau penyakit yg memerlukan
perawatan >2 minggu
 Tenaga kerja berusia >40 tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga
kerja cacat, serta tenaga yg muda yg melakukan pekerjaan tertentu
 Tenaga kerja yg terdapat dugaan2 tertentu mengenai gangguan-
gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai
dengan kebutuhan
 Terdapat keluhan-keluhan diantara tenaga kerja atau atas permintan
Pegawai Pengawas K3/Balai Hiperkes/Balai K3 lainnya/Pendapat
umum masyarakat.

o Bagaimana teknis pelaksanaan pelayanan kesehatan di tempat kerja?


Jawaban :
Mekanisme pelaksaan pemeriksaan Kesehatan tenaga kerja terdiri dari
beberapa unsur yaitu :
 Dilakukan oleh dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja.
 Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja membuat rencana
pemeriksaan.
 Dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja harus membuat laporan tentang
kegiatan pemeriksaannya 2 bulann setelah pemeriksaan kesehatan
dilakukan ke Dinsaker.
Selain itu dalam Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan
Ketenagakerjaan Nomor Kep. 22/Djppk/V/2008 tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja disebutkan bahwa teknis
penyelenggaraan program/kegiatan pelayanan kesehatan kerja mengacu pada
prinsip-prinsip :
a. Program/kegiatan kesehatan kerja berupa upaya kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu, dengan lebih menitik beratkan pada upaya
kesehatan preventif dan promotif tanpa mengurangi upaya kesehatan
kuratif dan rehabilitatif.
b. Upaya kesehatan yang bersifat preventif dan promotif disesuaikan
dengan hasil penilaian risiko potensi bahaya yang ada di perusahaan.
c. Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif minimal berupa
pelayanan kesehatan kerja yang bersifat dasar yaitu :
 pemberian Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan
 pengobatan (rawat jalan tingkat pertama);
d. Perencanaan program dan kegiatan pelayanan kesehatan kerja dibuat
dengan skala prioritas dan mempertimbangkan kondisi perusahaan,
permasalahan kesehatan di perusahaan maupun masalah kesehatan umum
lainnya.
e. Program/kegiatan pelayanan kesehatan kerja terutama ditujukan untuk
pencegahan penyakit akibat kerja (PAK), peningkatan derajat kesehatan
tenaga kerja dan peningkatan kapasitas kerja melaui program/kegiatan :
 Pemeriksaaan kesehatan tenaga kerja;
 Penempatan tenaga kerja disesuaikan dengan status kesehatannya;
 Promosi/peningkatan kesehatan tenaga kerja;
 Pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK) melalui perbaikan
lingkungan kerja (program higiene industri);
 Pencegahan PAK melalui perbaikan kondisi kerja (program
ergonomi kerja);
 P3K, medical emergency respon, pengobatan, rehabilitasi, rujukan
kesehatan, pemberian kompensasi akibat kecelakaan dan PAK.;
 Pengembangan organisasi, program dan budaya kesehatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai