Anda di halaman 1dari 16

Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.

Visit www.DeepL.com/pro for more information.

Jurnal Manajemen Logistik Asia Vol. 1


No. 2, November 2022 hal. 74-83
Diterbitkan oleh Departemen Bisnis dan Keuangan,
Universitas Diponegoro

Hubungan Perilaku dengan Kecelakaan Kerja pada Petani Padi yang


Menggunakan Pestisida di Desa Oebobo Kecamatan Batu Putih
Joss Bryan1, Jacob M. Rato2, Grouse T.S Oematan3*, Anderias Umbu Roga4
1Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana, Indonesia,
Jossbryan07@gmail.com
2Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana, Indonesia,
jacobratu@staf.undana.ac.id
3Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana, Indonesia,
grouseoematan@staf.undana.ac.id
4Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa
Cendana, Indonesia, andriasumburoga@gmail.com
*
(Penulis koresponden)

Abstrak Kasus kecelakaan kerja merupakan masalah kesehatan di berbagai


belahan dunia, termasuk di wilayah Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan antara perilaku dengan
kecelakaan kerja pada petani padi yang menggunakan pestisida di Desa
Oebobo, Kecamatan Batu Putih. Jenis penelitian ini menggunakan survei
analitik dengan desain cross sectional. Hasil penelitian dianalisis secara
statistik dengan menggunakan uji chi-square yang menunjukkan
hubungan antara pengetahuan dengan kecelakaan kerja diperoleh nilai
(p-value) sebesar 0,023, dan hubungan antara sikap dengan kecelakaan
kerja diperoleh nilai (p-value) sebesar 0,044. Hubungan antara tindakan
dengan kecelakaan kerja diperoleh nilai (p-value) sebesar 0,030 sehingga
secara statistik terdapat hubungan antara perilaku dengan kecelakaan
kerja pada padi yang menggunakan pestisida di Desa Oebobo Kecamatan
Batu Putih. Penelitian ini memberikan kontribusi untuk mengetahui
penyebab kecelakaan kerja pada petani pengguna pestisida yaitu
kurangnya pengetahuan, sikap yang tidak mau menggunakan alat
pelindung diri, dan tindakan yang tidak aman dalam bekerja.
Penggunaan APD oleh petani padi masih kurang. Mayoritas petani
umumnya masih merasa acuh tak acuh terhadap hal ini. Temuan yang
diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap,
dan tindakan berhubungan dengan kecelakaan kerja pada petani padi
pengguna pestisida di Desa Oebobo Kecamatan Batu Putih. Kedepannya,
perlu adanya penyuluhan yang lebih intens baik oleh pendamping desa
maupun pihak terkait lainnya agar dapat meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman para petani di desa tersebut, serta mencegah
terjadinya kecelakaan kerja di kemudian hari.

Kata kunci Perilaku; kecelakaan kerja; petani; pestisida


Jurnal Manajemen Logistik Asia Vol. 1 No. 2, November 2022

PENDAHULUAN
Banyak manfaat yang diberikan oleh pestisida kepada petani, namun ada juga dampak
negatif yang ditimbulkan bagi penggunanya. Kandungan zat kimia pada pestisida dapat
berdampak buruk bagi kesehatan petani, adapun gangguan kesehatan yang dapat dialami
adalah keracunan. Keracunan merupakan salah satu dampak negatif yang dapat timbul
akibat penggunaan pestisida yang tidak bijak, baik keracunan kronis maupun akut. Keracunan
akut biasanya menimbulkan gejala pusing, mual, sakit kepala, bahkan sampai gejala muntah-
muntah. Keracunan kronis memang sulit dideteksi, namun dalam jangka waktu yang lama
dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Beberapa gangguan kesehatan yang terkait
dengan penggunaan pestisida adalah gangguan hati, ginjal, gangguan sistem pernafasan,
kanker, keguguran, cacat lahir, dan saraf. World Health Organization (WHO) sebagai
organisasi kesehatan di dunia menyatakan bahwa keracunan yang diakibatkan oleh
penggunaan pestisida dapat membunuh Pengujian dampak pestisida yang dilakukan oleh
Balai Hiperkes Bali bekerja sama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan di delapan
kabupaten dari 551 orang yang diperiksa 20,32 % keracunan ringan, 4,25 % keracunan
sedang. Data tahun 2004, dengan sampel 394 orang dari 9 kabupaten, 19 orang keracunan
ringan, dan 3 orang keracunan sedang. Pada tahun 2005, dari 207 sampel yang diperiksa,
lima orang keracunan ringan, dan dua orang keracunan sedang (Hayati et al., 2018).
Berdasarkan hasil data keracunan di Indonesia, menurut Sentra Informasi Keracunan (SIKer)
Nasional memberikan data, terdapat 771 kasus keracunan akibat pestisida pada tahun 2016.
Penyebab keracunan akibat pestisida adalah perilaku petani yang kurang memperhatikan
penggunaan alat pelindung diri (APD) dalam penyemprotan pestisida. Alat pelindung diri bagi
petani antara lain masker, kacamata, topi, baju khusus, sepatu khusus, dan sarung tangan.
Kecelakaan kerja di kalangan petani terjadi karena kurangnya pengetahuan petani dan sikap
serta tindakan petani yang acuh terhadap perlindungan diri, sehingga menyebabkan
keracunan seperti mual, pusing, iritasi kulit, dan lain-lain. Faktanya, kepatuhan penggunaan
APD pada petani dapat mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diduga sebelumnya, yang
dapat menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda. Kecelakaan kerja disebabkan oleh
faktor fisik dan faktor manusia. Faktor fisik seperti kondisi kerja yang tidak aman, lantai yang
licin, penerangan yang kurang, silau, dll. Faktor manusia seperti perilaku pekerja yang tidak
memenuhi keselamatan kerja karena kecerobohan, mengantuk, dan kelelahan (Marchamah
& KH, 2017).
Kasus kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong tinggi. Merujuk pada data Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, pada tahun 2019 terdapat 114.000
kasus kecelakaan kerja. Sementara itu, pada tahun 2020 angka tersebut meningkat pada
rentang Januari hingga Oktober 2020, BPJS Ketenagakerjaan mencatat ada 177.000 kasus
kecelakaan kerja (Widianto, 2021).
Kecelakaan kerja masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara

75
Bryan et al.
Jurnal Manajemen Logistik Asia Vol. 1 No. 2, November 2022
Timur. Catatan BPJS Ketenagakerjaan Provinsi Nusa Tenggara Timur menyebutkan bahwa
pada tahun 2017 kasus kecelakaan kerja meningkat empat kali lipat dibandingkan tahun
2016. Kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2016 sebanyak 19 kasus, sedangkan pada
tahun 2017 meningkat menjadi 79 kasus. Pada tahun 2018 jumlah kasus kecelakaan kerja

76
Bryan et al.
Jurnal Manajemen Logistik Asia Vol. 1 No. 2, November 2022

kecelakaan kerja di NTT menurun menjadi 71 kasus. Kasus-kasus yang tercatat di BPJS
Ketenagakerjaan tidak mencakup seluruh insiden yang terjadi. Hal ini dikarenakan fenomena
gunung es masih terjadi pada kasus kecelakaan kerja (Young et al., 2020).
Kecamatan Batu Putih merupakan salah satu dari 32 kecamatan yang ada di Kabupaten Timor
Tengah Selatan. Sesuai dengan kondisi alam Kecamatan Batu Putih yang berada di daerah
pegunungan, maka tentunya terdapat sungai dan juga beberapa air permukaan yang
memudahkan untuk melakukan kegiatan pertanian, sehingga sebagian besar penduduk
Kecamatan Batu Putih bermata pencaharian di sektor pertanian. Desa Oebobo merupakan
salah satu desa di Kecamatan Batu Putih dengan jumlah penduduk sebanyak 361 jiwa yang
bermata pencaharian sebagai petani padi. Desa Oebobo memiliki luas lahan yang mana lahan
terluas adalah lahan sawah. Oleh karena itu Desa Oebobo merupakan salah satu desa
penghasil beras karena sebagian besar penduduk Desa Oebobo berprofesi sebagai petani
padi.

TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku
Perilaku menurut World Health Organization (WHO), ada empat alasan utama seseorang
berperilaku, diantaranya adalah adanya pikiran dan perasaan, adanya panutan yang sangat
dipercaya, adanya sumber daya yang mendukung terbentuknya perilaku individu dan
masyarakat, adanya lingkungan sosial budaya dalam masyarakat yang mempengaruhi
terbentuknya perilaku pada diri seseorang.
Benjamin Bloom, dikutip dalam Notoadmojo Soekidjo (2016), menyatakan bahwa perilaku
dibagi menjadi tiga domain, yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor
(psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk kepentingan
pendidikan praktis. Dikembangkan tiga tingkatan domain perilaku, yaitu pengetahuan, sikap,
dan tindakan; Pengetahuan adalah hasil penginderaan seseorang atau hasil tahu seseorang
terhadap suatu objek melalui indera yang dimilikinya, seperti mata, hidung, atau telinga.
Secara umum, pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu: tahu, memahami, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi; sikap adalah respon manusia yang masih tertutup terhadap
suatu objek atau stimulus, yang melibatkan faktor pendapat dan juga emosi yang
menyertainya, seperti senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju. Seperti halnya
pengetahuan, sikap dibagi menjadi beberapa tingkatan sebagai berikut: menerima,
merespon, menghargai, dan bertanggung jawab; tindakan dibagi menjadi tiga tingkatan
menurut kualitasnya, yaitu: persepsi, praktik terpimpin, praktik mekanistik, dan adopsi.
Menurut Notoadmojo Soekidjo (2016), sikap tidak serta merta terwujud dalam tindakan
(overt behavior). Agar sikap menjadi nyata, diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang
memungkinkan, antara lain fasilitas.

Kecelakaan Kerja

77
Bryan et al.
Jurnal Manajemen Logistik Asia Vol. 1 No. 2, November 2022
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan atau peristiwa yang merugikan
manusia, merusak harta benda, atau menyebabkan kerugian pada proses. Kecelakaan kerja
juga dapat didefinisikan sebagai

78
Bryan et al.
Jurnal Manajemen Logistik Asia Vol. 1 No. 2, November 2022

kejadian yang tidak diinginkan dan tidak terduga yang dapat menyebabkan korban jiwa
dan/atau harta benda (Pisceliya & Mindayani, 2018).
Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain; penyebab langsung
adalah penyebab yang dapat dilihat dan dirasakan secara langsung. Penyebab langsung
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tindakan tidak aman adalah suatu bentuk tindakan yang
tidak sesuai dengan keselamatan dalam bekerja dan berbahaya karena hal ini berkaitan erat
dengan cara kerja, dan kondisi tidak aman adalah semua kondisi yang dapat memiliki resiko
menimbulkan bahaya bagi pekerja. Penyebab dasarnya dibagi menjadi 2, yaitu kondisi
internal, meliputi faktor manusia atau personal, kurangnya keterampilan pengetahuan, dan
motivasi yang kurang, serta faktor lingkungan, meliputi faktor fisik, biologi, kimiawi, dan
ergonomi.
Jenis-jenis kecelakaan kerja yang terjadi antara lain: terbentur, terbentur, jatuh dari
ketinggian, terpeleset, terpapar, terhisap atau tersedot, dan tersentuh arus listrik. Ada empat
pengendalian utama untuk mencegah kecelakaan kerja, yaitu eliminasi, substitusi,
pengendalian teknik, dan pengendalian administratif.

Pestisida
Pestisida secara harfiah berarti pembunuh hama (Djojosumarto, 2008:21) dalam (Rehulina,
2021). Sedangkan menurut The United States Environmental Pesticide Control Act (Rehulina,
2021), pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang secara khusus digunakan untuk
mengendalikan, mencegah, atau membasmi serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma,
virus, bakteri, jasad renik yang dianggap sebagai hama kecuali virus, bakteri, atau jasad renik
lain yang terdapat pada manusia dan hewan atau semua zat atau campuran zat yang
digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau mengeringkan tanaman.
Pestisida diciptakan untuk mencegah masalah perlindungan tanaman tertentu, misalnya
hama (serangga, tungau, mamalia, burung, dan siput), penyakit (virus, bakteri, jamur), gulma,
atau rumput liar. Gangguan yang disebabkan oleh organisme pengganggu tanaman (OPT)
dapat dikendalikan dengan menggunakan pestisida. Jenis-jenis pestisida adalah insektisida,
akarisida, moluskisida, rodentisida, fungisida, bakterisida, nematisida, dan herbisida
(Djojosumarto, 2020).
Keberhasilan aplikasi pestisida ditentukan oleh teknik aplikasi yang tepat. Di bidang pertanian,
pestisida diaplikasikan dengan beberapa cara, yaitu penaburan, penyemprotan, pengasapan,
penghembusan, pengasapan, perlakuan benih, pencelupan, penyuntikan, dan penyiraman
(Nenotek & Harini, 2018). Menurut Djojosumarto (2020), ada beberapa jenis alat aplikasi
pestisida yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit, yaitu penyemprot
(penyemprot manual, penyemprot bertenaga mesin, dan penyemprot bermotor), blower,
dan pengasapan tikus.

Alat Pelindung Diri (APD)

79
Bryan et al.
Jurnal Manajemen Logistik Asia Vol. 1 No. 2, November 2022
Menurut Yulianto (2020), Alat Pelindung Diri (APD) adalah suatu alat yang memiliki
kemampuan untuk melindungi pekerja pada saat melakukan pekerjaan yang berfungsi untuk
melindungi tubuh pekerja dari bahaya

80
Bryan et al.
Jurnal Manajemen Logistik Asia Vol. 1 No. 2, November 2022

saat bekerja. Alat pelindung diri atau alat pelindung diri adalah peralatan yang wajib
digunakan untuk melindungi dan menjaga keselamatan pekerja saat bekerja, yang memiliki
potensi bahaya atau kecelakaan kerja.
Menurut Tarwaka dalam Yulianto (2020), kriteria alat pelindung diri (APD) yang digunakan
dan efektif dalam penggunaan dan pemeliharaannya adalah: APD harus dapat memberikan
perlindungan yang efektif bagi pekerja terhadap potensi bahaya yang dihadapi di tempat
kerja APD harus ringan sehingga ketika digunakan, pekerja dapat merasa aman, tidak
menimbulkan gangguan bagi pengguna APD dan mudah digunakan yang berarti tidak
mengganggu tubuh pengguna baik itu gangguan pendengaran, penglihatan, maupun
gangguan kesehatan lainnya ketika menggunakan APD.
Alat pelindung diri yang dapat digunakan saat penyemprotan pestisida berdasarkan peraturan
tentang APD antara lain alat pelindung kepala, alat pelindung pernafasan, alat pelindung mata,
alat pelindung tangan, alat pelindung kaki, dan pakaian pelindung (Karina, 2019).
Tujuan penggunaan APD saat melakukan pekerjaan adalah untuk melindungi tubuh pekerja
apabila rekayasa atau teknik dan administrasi tidak dapat dilakukan, meningkatkan
produktivitas dan efektivitas kerja serta membuat lingkungan kerja menjadi aman.
Sedangkan manfaat penggunaan APD adalah untuk melindungi seluruh tubuh atau sebagian
tubuh terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja pada saat melakukan suatu
pekerjaan dan mengurangi risiko sakit akibat kecelakaan kerja.
Pemilihan APD yang baik adalah salah satu persyaratan yang paling penting. Penggunaan APD
yang kurang baik akan menyebabkan kecelakaan bagi pekerja jika tidak terlindungi jika
terjadi paparan di tempat kerja. Berikut ini adalah cara memilih APD yang baik yaitu APD
harus memberikan perlindungan yang tepat terhadap suatu bahaya yang dihadapi oleh
pekerja, berat APD harus ringan, dan jenis APD tidak menimbulkan rasa tidak nyaman yang
berlebihan, dapat digunakan secara fleksibel, tidak menimbulkan bahaya tambahan apabila
disalahgunakan, APD harus memenuhi standar dan tahan lama serta tidak membatasi gerak
pemakainya.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan desain cross-sectional. Dari segi
data primer, peneliti menggunakan instrumen kuesioner pada 78 petani padi, dengan syarat
utama berada di wilayah Kelurahan Oebobo Kecamatan Batu Putih, dan memperoleh berkas-
berkas yang berkaitan dengan profil Kelurahan Oebobo. Data dalam penelitian ini ditabulasi
terlebih dahulu, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji chi-square. Penelitian ini
berfokus pada hubungan antara perilaku dengan kecelakaan kerja pada petani padi yang
melakukan penyemprotan pestisida.

81
Bryan et al.
Jurnal Manajemen Logistik Asia Vol. 1 No. 2, November 2022

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hubungan Pengetahuan dengan Kecelakaan Kerja pada Petani Padi di Desa Oebobo
Kecamatan Batu Putih
Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan kecelakaan kerja pada petani padi di
Desa Oebobo Kecamatan Batu Putih dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hubungan antara Pengetahuan dan Kecelakaan Kerja


Kecelakaan Kerja Jumlah
Pengetahuan Punya Tidak Ada nilai p
% % N %
Kecelakaan (n) Kecelakaan
(n)
Tidak Cukup 36 46,2 1 1,3 37 47,4
Cukup. 24 30,8 2 2,6 26 33,3
0,023
Bagus. 11 14,1 4 5,1 15 19,2
Total 71 100 7 100 78 100

Berdasarkan tabel 1, hasil uji chi-square pada variabel pengetahuan didapatkan bahwa
terdapat hubungan dengan kecelakaan kerja di Kelurahan Oebobo, dengan nilai p-value
sebesar 0,023 (P<0,05). Pengetahuan yang kurang sebanyak 47,4%, dengan 46,2% mengalami
kecelakaan kerja dan 1,3% tidak mengalami kecelakaan kerja. Responden dengan
pengetahuan cukup sebanyak 33,3%, dengan 30,8% mengalami kecelakaan kerja dan 2,6%
tidak mengalami kecelakaan kerja. Responden dengan pengetahuan baik sebanyak 19,2%,
dengan kategori mengalami kecelakaan kerja sebanyak 14,1% dan 5,1% tidak mengalami
kecelakaan kerja. Data tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan
dengan terjadinya kecelakaan kerja pada petani padi di Desa Oebobo Kecamatan Batu Putih.
Pengetahuan petani dalam menggunakan APD berperan penting dalam meminimalisir
terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja dalam bekerja karena semakin baik pengetahuan
responden, maka tingkat kesadaran responden untuk menggunakan APD yang baik akan
semakin tinggi. Sebaliknya, jika pengetahuan petani rendah maka kesadaran petani untuk
menggunakan APD juga akan semakin kurang lengkap. Kelengkapan alat pelindung diri
seperti masker, topi, pakaian pelindung, sepatu boot, dan sarung tangan. Rendahnya
pengetahuan yang dimiliki oleh petani juga disebabkan oleh faktor usia, dimana usia sangat
erat kaitannya dengan daya tangkap dan juga cara berpikir seseorang. Semakin tua usia
seseorang maka daya tangkap dan pola pikirnya juga semakin berkembang, sehingga
pengetahuan yang diperoleh semakin baik (Sitorus, 2017).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gustina dkk. (2019), yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian
gangguan kesehatan pada petani pengguna pestisida di Desa Simpang Pino Kecamatan Ulu
Manna tahun 2018, dengan nilai p-value sebesar 0,008. Penelitian ini memiliki kesamaan
yaitu petani masih kurang pengetahuan dan kurangnya informasi mengenai penggunaan APD
yang berguna dalam mencegah bahaya pestisida, dan juga ketersediaan APD yang belum
82
Bryan et al.
Jurnal Manajemen Logistik Asia Vol. 1 No. 2, November 2022
menjadi prioritas petani.

83
Bryan et al.
Jurnal Manajemen Logistik Asia Vol. 1 No. 2, November 2022

Hubungan Sikap dengan Kecelakaan Kerja pada Petani Padi di Desa Oebobo Kecamatan
Batu Putih

Hasil analisis hubungan antara sikap dengan kecelakaan kerja pada petani padi di Desa
Oebobo, Kecamatan Batu Putih, dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Hubungan antara Sikap dan Kecelakaan Kerja


Kecelakaan Kerja Jumlah
nilai p
Sikap Punya Tidak Ada
% % N %
Kecelakaan (n) Kecelakaan
(n)
Positif 27 34,6 0 0,0 27 34,6
Negatif 44 56,4 7 9,0 51 65,4 0,044
Total 71 100 7 100 78 100

Berdasarkan tabel 2, hasil uji chi-square untuk variabel sikap ditemukan adanya hubungan
dengan kecelakaan kerja di Kelurahan Oebobo, dengan nilai p-value sebesar 0,044 (P<0,05).
Sikap positif sebesar 34,6%, dengan 34,6% mengalami kecelakaan kerja dan 0,0% tidak
mengalami kecelakaan kerja. Responden dengan sikap negatif sebanyak 65,4%, dengan
kategori 56,4% mengalami kecelakaan kerja dan 9,0% tidak mengalami kecelakaan kerja. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan kecelakaan kerja pada
petani padi di Desa Oebobo Kecamatan Batu Putih.
Sikap yang baik adalah sampai pada tahap menerima, merespon, menghargai, bahkan
bersedia bertanggung jawab terhadap tindakan atau penggunaan alat pelindung diri pada
petani saat bekerja. Sikap juga dikatakan sebagai perasaan mendukung (positif) atau
perasaan tidak mendukung (negatif) terhadap suatu objek tertentu (Notoadmodjo, 2021).
Pada penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa petani yang sudah lama bekerja meyakini
bahwa dirinya sudah kebal terhadap bahaya berbagai jenis bahan kimia berbahaya dan risiko
kecelakaan kerja, sehingga tidak perlu menggunakan alat pelindung diri, tidak menggunakan
topi pelindung kepala, sarung tangan yang kedap air/pestisida dan masker pelindung dari
penghirupan pestisida. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap
kondisi pekerja merupakan hal yang penting karena lebih banyak masalah yang disebabkan
oleh kecerobohan pekerja dibandingkan dengan kerja mesin. Sikap dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang sekitar yang dianggap penting,
dan pengaruh budaya sekitar. Perwujudan sikap tidak dapat dilihat secara langsung tetapi
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup sehingga sikap pada umumnya
melibatkan perasaan, pikiran, dan sebagainya. Oleh karena itu, semakin positif sikap pekerja,
maka semakin baik pula perilakunya terhadap penggunaan APD saat bekerja. Pada kategori
sikap negatif, penyebab utamanya adalah kurangnya pengetahuan petani mengenai
penggunaan APD saat penyemprotan pestisida, dan informasi yang benar jarang didapatkan
petani dari penyuluh pertanian setempat. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

84
Bryan et al.
Jurnal Manajemen Logistik Asia Vol. 1 No. 2, November 2022
dilakukan oleh Hasanah (2022), yang menyatakan bahwa terdapat

85
Bryan et al.
Jurnal Manajemen Logistik Asia Vol. 1 No. 2, November 2022

hubungan antara sikap dengan perilaku penggunaan APD saat penyemprotan pestisida di Pos
UKK Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah II tahun 2022, dengan nilai p-value sebesar 0,000.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2020), yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan kejadian kecelakaan kerja pada petani di
Desa Sukaindah, dengan nilai p-value sebesar 0,019.

Hubungan Tindakan dengan Kecelakaan Kerja pada Petani Padi di Desa Oebobo
Kecamatan Batu Putih
Hasil analisis hubungan antara tindakan dengan kecelakaan kerja pada petani padi di Desa
Oebobo, Kecamatan Batu Putih, dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hubungan antara Tindakan dan Kecelakaan Kerja


Kecelakaan Kerja Jumlah
Tindakan Mengalami Tidak Ada nilai p
% % N %
Kecelakaan Kecelakaan
(n) (n)
Bagus. 4 5,1 2 2,6 6 7,7
Buruk 67 85,9 5 6,4 72 92,3 0,030
Total 71 100 7 100 78 100

Berdasarkan tabel 3, hasil uji chi-square untuk variabel tindakan didapatkan ada hubungan
dengan kecelakaan kerja di Kelurahan Oebobo, dengan nilai p-value sebesar 0,030 (P<0,05).
Tindakan yang baik sebanyak 7,7%, dengan 5,1% mengalami kecelakaan kerja dan 2,6% tidak
mengalami kecelakaan kerja. Responden dengan tindakan buruk sebanyak 92,3%, dengan
kategori 85,9% mengalami kecelakaan kerja dan 6,4% tidak mengalami kecelakaan kerja. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara suatu tindakan dengan terjadinya
kecelakaan kerja pada petani padi di Desa Oebobo Kecamatan Batu Putih.
Berdasarkan apa yang ditemukan di lapangan, beberapa petani tidak menggunakan APD
secara lengkap, hal ini dikarenakan petani beranggapan bahwa penggunaan APD sangat
mengganggu pergerakan petani dalam bekerja. Petani juga beranggapan bahwa kelengkapan
alat pelindung diri harus didukung oleh ekonomi karena petani tidak memiliki biaya untuk
membeli alat pelindung diri yang berkualitas. Hal ini menunjukkan bahwa sikap tidak serta
merta terwujud dalam tindakan. Agar suatu sikap menjadi nyata, diperlukan faktor
pendukung atau kondisi yang memungkinkan, seperti persepsi seseorang mulai terbentuk
dalam proses berpikirnya mengenai tindakan yang ingin dilakukan. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Akbar dkk. (2022) menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara tindakan dengan perilaku petani yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja pada petani di Kota Kotamobagu pada tahun 2022, dengan nilai p-value
sebesar 0,001.

86
Bryan et al.
Jurnal Manajemen Logistik Asia Vol. 1 No. 2, November 2022

KESIMPULAN
Penggunaan APD oleh petani padi masih sangat rendah, dan hal ini dilatarbelakangi oleh
kurangnya pemahaman tentang pentingnya APD dalam bekerja. Mayoritas petani umumnya
masih merasa acuh tak acuh terhadap hal ini. Temuan yang diperoleh dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dan tindakan berhubungan dengan kecelakaan
kerja pada petani padi yang menggunakan pestisida di Desa Oebobo, Kecamatan Batu Putih.
Kedepannya, perlu adanya penyuluhan yang lebih intens baik oleh pendamping desa maupun
pihak terkait lainnya agar dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman para petani di
desa tersebut, serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja di kemudian hari.

REFERENSI
Akbar, H., Santoso, E. B., Sainal, A. A., & Musrah, A. S. (2022). Hubungan Perilaku Penggunaan
APD dengan Kecelakaan Kerja pada Petani di Kota Kotamobagu. 13(2), 540-551.
Djojosumarto, P. (2020). Pengetahuan Dasar Pestisida Pertanian dan Penggunaannya. PT
Agromedia Pustaka.
Gustina, M., Rahmawati, U., . M., & Zolendo, N. S. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan
dan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Kejadian Gangguan Kesehatan pada
Petani Pengguna Pestisida di Desa Simpang Pino Kecamatan Ulu Manna Tahun 2018.
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat, 7(1), 25-29.
https://doi.org/10.37676/jnph.v7i1.758
Hasanah, N. . E. & L. R. (2022). 1272-Article Text-3248-1-10-20220131. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Petani
Penyemprot Pestisida di Wilayah Kerja Puskesmas Paal Merah II, 2(Vol 2 No 9:
Februari 2022), 1-8. https://stp-mataram.e-journal.id/JIP/article/view/1272
Hayati, R., Kasman, K., & Jannah, R. (2018) Faktor-faktor yang berhubungan dengan alat
pelindung diri pada petani pengguna pestisida.Kesehatan Masyarakat, 8, 11-17.
Karina, A. T. (2019). Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat pelindung
diri oleh petani pengguna pestisida di Desa Kacaribu tahun 2019. Universitas
Sumatera Utara.
Lestari, Y. D. (2020). Hubungan Pengetahuan Pekerja dengan Pencegahan Kegawatdaruratan
Kecelakaan Kerja di Desa Sukaindah Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 02(02).
https://jurnal.medikasuherman.ac.id/imds/index.php/JIKMDS/article/view/173%0Ahttp
s://jurnal.medikasuherman.ac.id/imds/index.php/JIKMDS/article/viewFile/173/132
Marchamah, D. N. S., & KH, O. W. (2017). Komitmen Kebijakan, Penerapan SMK3,
Pengetahuan, dan Sikap K3 terhadap Penggunaan APD pada Perusahaan Jasa
Bongkar Muat. Jurnal Perspektif Kesehatan Masyarakat, 2(3), 270-278.
Muda, D. Y. A., Berek, N. C., & Tedju Hinga, I. A. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Tenaga
Kesehatan di RSUP Prof. R. Soeharso Surakarta.
W.Z. Johanes Kupang. Media Kesehatan Masyarakat, 2(3), 17-24.

87
Bryan et al.
Jurnal Manajemen Logistik Asia Vol. 1 No. 2, November 2022
https://doi.org/10.35508/mkm.v2i3.2770
Nenotek, P. S., & Harini, T. S. (2018). Pestisida dan Teknik Aplikasi.

88
Bryan et al.
Jurnal Manajemen Logistik Asia Vol. 1 No. 2, November 2022

Notoadmodjo. (2021). Pengaruh Pendidikan Kesehatan dan Pengetahuan terhadap Sikap


Orang Tua dalam Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi. Pendidikan
Keperawatan dan Kebidanan, 01(2), 41-48.
Notoadmojo Soekidjo. (2016). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Pisceliya, D. M. R., & Mindayani, S. (2018). Analisis Kecelakaan Kerja pada Pekerja
Pengelasan di CV. Cahaya Tiga Putri. 3(1), 66-75.
Rehulina. (2021). HUBUNGAN PERILAKU PETANI DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG
DIRI (APD) PADA SAAT PENGGUNAAN PESTISIDA DI DESA LEPAR SAMURA KECAMATAN
TIGAPANAH KABUPATEN KARO TAHUN 2021. Poltekes Medan (Vol. 3. No. 1,
Edisi 2).
Sitorus, F. (2017). Gambaran Pengetahuan Petani Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri di
Desa Sumber Mufakat Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2017.Skripsi.
Universitas Sumatera Utara.
Widianto, S. (2021). Angka Kecelakaan Kerja Masih Tinggi. Biro Hubungan Masyarakat, 7.
Yulianto. (2020). Perilaku Penggunaan APD Sebagai Alternatif Meningkatkan Kinerja Karyawan
Terpapar Kebisingan Intensitas Tinggi. Scopindo Media Pustaka.

89
Bryan et al.

Anda mungkin juga menyukai