Anda di halaman 1dari 8

KISI-KISI FILSAFAT

1. Makna manusia pengetahuan berpikir

Manusia mempunyai akal sebagai dasar berpikir untuk memahami lingkungannya dan
melakukan perubahan dalam dirinya. bahkan Berpikir bagi manusia menjadi hal yang sangat
penting karena tanpa berfikir, kemanusian manusia pun tidak bermakna bahkan mungkin tak
akan pernah ada. Dengan berfikir manusia mengolah pengetahuan dan dengan pengolahan
tersebut pemikiran manusia menjadi lebih mendalam dan lebih bermakna. Dengan
pengetahuan manusia bisa (mengajarkan) dan dengan berfikir manusia bisa (mengembangkan)
serta dengan mengamalkannya manusia bisa meraih kehidupan yang lebih baik.

Definisi tentang manusia

1. Plato (427-348 SM)

Manusia dapat dilihat secara dualistas yaitu dari unsur jasad dan jiwa. Jasad akan
musnah sedangkan jiwa tidak. Jiwa mempunyai 3 kekuatan yaitu logistikon (berpikir rasional);
themoydes (keberanian); epithymetikon (keinginan).

2. Aristoteles (384-322 SM)

Manusia adalah hewan yang berakal sehat, mengeluarkan pendapat,dan berbicara


berdasarkan apa yang dipikirkannya. Manusia itu adalah hewan berpolitik (zoon politikon
atau politikon animal), hewan yang membangun masyarakat diatas famili-famili menjadi
pengelompokan impersonal dari satu kampung dan negara.

3. Ibnu Sina (980-1037 M)

Manusia adalah mahluk yang mempunyai kemampuan untuk (1)makan (2)tumbuh


(3)berkembang biak (4)mengamati hal-hal yang baru (5)pergerakan di bawah kekuasaan
(6)mengetahui hal2 yang umum (7)berkehendak secara bebas. Tumbuhan(1,2,3); Hewan
(1,2,3,4,5)

4. Ibnu Khaldun (132-1406 M)

Manusia sebagai hewan dengan kesanggupan berfikir, Kesanggupannya merupakan


sumber kesempurnaan dan puncak dari segala kemuliaan dan ketinggian manusia di atas
mahluk-mahluk lain

5. Ibnu Miskawaih

Manusia adalah makhluk yang mempunyai kekuatan 1. Al-Quwatun Aqliya (berfikir);


2.Al-quwatun Godhbiyah (amarah) 3.Al-Quwatun Syahwiyah (syahwat).

6. Harold Titus

“Man is an animal organism, it is true but he is able to study him self asa an organism
and to compare and interpret living forms and to inquire about the meaning of human
existence”.
Kesimpulan

1. Manusia punya kemampuan untuk bertanya;

2. Manusia punya kemampuan untuk berpengetahuan;

3. Manusia memiliki kehendak yang bebas;

4. Manusia berperilaku sesuai norma (bermoral);

5. Manusia makhluk bermasyarakat dan berbudaya;

6. Manusia punya kemampuan berpikir reflektif dalam totalitas;

7. Manusia memiliki kesadaran diri;

8. Manusia percaya pada Tuhan YME; dan,

9. Manusia sanggup berperang mempertahankan kehidupannya.

2. Metode filsafat
1.Metode Kritis
Bersifat analisa istilah dan pendapat. Kemudian di sistematikakan dalam hermeneutika
yang menjelaskan keyakinan dan berbagai pertentangannya. Caranya dengan bertanya,
membedakan, membersihkan, menyisihkan, dan menolak suatu keyakinan. Untuk menemukan
keyakinan terbaik di dalamnya.

2.Metode Filsafat Intuitif


Tidak bertumpu pada intelek dan rasionalisasi manusia. Tapi tidak bersifat anti
intelektual. Manusia terkadang harus berjalan menjauhi rasionalisasi manusia dan menjalani
fitrah manusia secara nyata. Suatu keyakinan tanta dijerat rasio dan logika.

3, Metode Skolastik

Metode Mengajar, diperkenalkan Thomas Aquinas (1225-1247) dan Aristoteles (masa


klasik). Seseorang yang menyiarkan sesuatu ttg pokok bahasan filsafat dikomentari filsuf lain,
agar topik bisa dipahami dari segala Arah. Setelah pro kontra dihimpun dan di bandingkan
ada peristiwa lectio (mencapai pemahaman baru yang lebih baik) atau bisa disputatio (melalui
perdebatan).

4. Filsafat Matematis
Metode Analisis . Ada keteraturan, ketersusunan alami dalam kenyataan yang
berhubungan dengan pengertian manusia. (diungkap dengan penemuan/via invantions). Cara:

● Empiris ration (mencari hal nyata yg telah dialami orang)


● Kelebihan logika, analisa geometris dan aljabar dan menghindari kelemahannya\

5. Metode Empiris-Eksperimental
Dipengaruhi metode Descartes, yang menekankan data kesadaran dan
pengalaman individual yang tidak diragukan lagi dari pada harus berpatokan pada rasio.
Metode filsafat empiris yang menjadi antitesis dari rasionalisme ini dipelopori David Hume
(1711-1776). Namun metode david ini sedikit Berbeda dari descartes karena lebih menekankan
pada eksperimen yang ketat untuk membuktikan sebuah empirisme sejati.

6. Metode Transcendental

Disebut juga metode neo-skolastik. Dipelopori Immanuel-Kant (1724-1804) yang


menjadi titik tolak periode baru bagi filsafat barat. Mendamaikan aliran yang berseberangan:
rasionalisme dań empirisme (Transenden :penengah)

Namun metode ini mempertahankan objektivitas, universalitas dan keniscayaan suatu


pengertian. Metode ini menerima pendapat bahwa pengertian berasal dari fenomena yang
tidak dapat melampaui batas-batasnya.

Suatu kebenaran bukan merupakan konsep tunggal, terapi dalam pernyataan dan kesimpulan
lengkap. Membedakan pengertian menjadi 2 Jenis:

1. Pengertian analitis, yakni pengertian yang selalu bersifat apriori, misalnya dalam ilmu pasti;
(Misalnya lingkaran itu tidak memiliki sudut. Kita tidak perlu mengadakan penelitian untuk
melihat apakah semua lingkaran itu tidak memiliki sudut. Kita cukup memikirkannya saja.)

2. Pengertian sintesis, pengertian ini dibagi menjadi dua yakni:


- aposteriori singular yang dasar kebenarannya pengalaman subjektif, seperti
ungkapan “Saya merasa panas”.
- apriori yang merupakan pengertian yang universal dan pasti “suhu cuaca hari ini
panasnya mencapai 34 derajat celcius”

● Intinya metode ini menerima nilai objek ilmu positif, nilai objektif agama, dan moral.
Seperti efek placebo (Placebo adalah “obat palsu” yang bentuknya dibuat mirip dengan
obat asli. Obat ini sering digunakan sebagai pembanding untuk menguji efektivitas suatu
obat dalam uji klinis. Meski tidak mengandung obat apa pun, placebo bisa menimbulkan
efek semu yang membuat penggunanya merasa lebih baik) obat yang sebetulnya tidak
dapat menyembuhkan, namun membuat seseorang percaya ia akan sembuh karena
telah meminumnya.

7. Metode Dialektis / Hangelian Method

Langkah awal metode ini adalah pengayaan dengan mengambil konsep atau pengertian yang
lazim diterima dan jelas. Kemudian dibuat suatu anti tesis atau bantahan dari konsep atau
pengertian yang lazim tersebut. Setelah itu diambil kesimpulan dari keduanya dandibentuklah
suatu sintesis dari keduanya. Pada akhirnya sintesis tersebut akan menemui anti tesis lainnya,
untuk kemudian disintesiskan kembali untuk mendapatkan hakikat yang lebih baik lagi.

8. Metode Fenomenologis
phainomai, artinya adalah “yang terlihat”. Jadi fenomena adalah data sejauh disadari
dan sejauh masuk dalam pemahaman. Metode fenomenologi dilakukan dengan melakukan tiga
reduksi (epoch) terhadap objek, yaitu:

● Mereduksi suatu objek formal dari berbagai hal tambahan yang tidak substansial.

● Mereduksi objek dengan menyisihkan unsur-unsur subjektif seperti perasaan,


keinginan dan pandangan. Pencarian objek murni tersebut disebut dengan reduksi
eidetis.

● Reduksi ketiga bukan lagi mengenai objek atau fenomena, tetapi merupakan wende
zum subjekt (mengarah ke subjek), dan mengenai terjadinya penampakan diri
4sendiri.

9. Metode Filsafat Eksistensialisme


Tokohnya Heidegger, Sartre, Jaspers, Marcel dan Merleau-Point. Para tokoh
eksistensialis tidak menyetujui tekanan Husserl pada sikap objektif. Bagi kalangan
eksistensialis, subjektifitas manusialah yang pertama-tama dianalisa.

• Intinya Metode Ini Melihat Sesuatu Dengan Objektif Tanpa melihat sisi subjektifnya seperti
kepentingan, perasaan, atau tekanan sosial. Bayangkan bagaimana rasa penasaran seorang
anak kecil yang belum mengerti apa-apa ketika menemukan hal baru. Ia akan mengobservasinya
dan melakukan apapun untuk secara tidak sadar mempelajari dan mengenalnya, termasuk
meremas dan menendang kucing liar yang ia temukan di halaman belakang rumah. dipopulerkan
oleh Edmund Husserl (1859-1938).

Karena bisa jadi sebetulnya sesuatu yang dianggap “ada” (exist) itu tidak dapat
“mengada” tanpa ada konteks pembentuk disekitarnya: perasaan manusia, interaktifitas individu
dalam suatu kelompok dan kepentingan tertentu. Beberapa sifat eksistensialis ialah:

● Subjektivitas individualis yang unik, bukan objek dan bukan umum.

● Keterbukaan terhadap manusia dan dunia lain: internasionalitas dan praksis bukan teori saja.

● Pengalaman afektif dalam hubungan dengan dunia, bukan observasi.

● Kesejarahan dan kebebasan, bukan essensi yang tetap.

● Segi tragis dan kegagalan.

Pada dasarnya dalam analisis eksistensi itu, de facto mereka memakai fenomenologi
yang otentik, dengan observasi dan analisa teliti. Setiap ungkapan, baik awam maupun ilmiah,
berakar pada suatu pengalaman langsung yang bersifat pra-reflektif dan pra-ilmiah. Melalui
analisa ungkapan pengalaman terbatas itulah, justru dapat ditemukan kembali pengalaman
yang lebih fundamental.

10. MetodeAnalitikaBahasa
● Wittgenstein adalah tokoh dominan dalam metode ini. Ia mempelajari filsafat dengan
alasan yang kemungkinan sama dengan kebanyakan orang. Ia penasaran dengan
filsafat yang begitu membingungkan. Setelah melakukan penelitian, ia menemukan
bahwa kebingungan ini banyak disebabkan oleh bahasa filosofis yang rancu dan kacau.

● Bagaimana seseorang bisa mengetahui benar salahnya suatu pendapat, sebelum ia


mampu memastikan bahwa bahasa yang dipakai untuk menyampaikan pertanyaan,
pernyataan dan perbincangan itu adalah benar?

● “Arti” bukanlah sesuatu yang berada “di belakang” bahasa; tidak ada arti “pokok”. Arti
kata tergantung dari pemakaiannya, makna timbul dari penggunaan. Arti kata itu
seluruhnya tergantung dari permainan bahasa (language games) yang sedang
dimainkan.

● Metode ini meneliti dan membedakan permainan-permainan bahasa itu untuk


mendapatkan keyakinan yang lebih baik. Juga menetapkan peraturan masing-masing
bahasa agar tidak terjadi kekeliruan logis dan kesalahpahaman yang disebabkan oleh
kerancuan makna kata.

3. PENDEKATAN FILSAFAT

Pendekatan berdasarkan sudut pandang

1. Dipandang sebagai object, artinya dipandang sebagai kumpulan pendapat serta


pemikiran yang dikemukakan para filsuf
2. Dipandang sebagai proses, filsafat merupakan bentuk berpikir yang sesuai dengan
kaidah berpikir filsafat.

Menurut Adian (2002)

1. Pendekatan Definisi

Melalui definisi yang dikemukakan ahli, penelusuran kata etimologis sangat penting.
mengingat kata filsafat itu sendiri pada dasarnya merupakan kristalisasi atau representasi dari
konsep-konsep yang terdapat dalam definisi itu sendiri.

2. Pendekatan Sistematika

Bertujuan memahami objek formal filsafat dengan menelaah objek materialnya. Objek
material filsafat adalah semua yang ada dengan berbagai variasi substansi dan tingkatan.
Objek material ini bisa ditelaah dari berbagai sudut pandang sesuai dengan focus keterangan
yang diinginkan. Variasi fokus telaahan yang mengacu pada objek formal ini melahirkan
berbagai bidang kajian dalam filsafat yang menggambarkan sistematika filsafat.

3. Pendekatan Tokoh
ditujukan untuk memahami pemikiran para filsuf (filsuf umumnya jarang membahas tuntas
wilayah filsafat. Seorang filsuf biasanya mempunyai fokus utama dalam pemikiran filsafatnya
dan mempunyai sifat khas. Bisa disebut juga pendektan aliran.

4. Pendekatan Sejarah

berusaha memahami filsafat dengan melihat aspek sejarah dan perkembangan


pemikiran filsafat dari waktu ke waktu berdasarkan kecenderungan kecenderungan umum
sesuai dengan semangat zamannya

4. Hubungan filsafat dan ilmu,


Persamaan (lebih tepatnya persesuaian) antara filsafat dan ilmu adalah keduanya
menggunakan cara berpikir reflektif dalam memahami fakta-fakta tentang kehidupan dan
dunia

Perbedaan filsafat dan ilmu lebih berkaitan dengan titik fokus dan model penyelidikan. Ilmu
mengkaji bidang yang terbatas, serta lebih bersifat analitis dan deskriptif dalam
pendekatannya.

● Filsafat Ilmu mempunyai substansinya yang khas. Filsafat Ilmu merupakan bidang
pengetahuan campuran yang perkembangannya tergantung pada hubungan timbal balik
dan saling mempengaruhi antara filsafat dan ilmu.

5. prinsip dasar,

(Prinsip yang sudah jelas, tidak membutuhkan pembuktian

•Aksioma adalah suatu pernyataan yang mengandung kebenaran universal yang mana
kebenaran tersebut sudah terbukti dengan sendirinya atau dengan kata lain suatu hal yang
diterima sebagai kenyataan yang bersifat universal atau umum.

● Setiap ilmu pengetahuan memiliki prinsip dasar atau aksioma yang berbeda, tetapi tidak
jarang aksioma dari suatu ilmu juga merupakan aksioma bagi ilmu yang lain

● Euklidus (Ahli Geometri) menyatakan sebuah aksioma yang mana “suatu keseluruhan lebih
besar dari sebagian.”

● Prinsip dasar dalam logika digunakan juga dalam ilmu yang lain. Prinsip dasar dalam logika
sering disebut juga dengan prinsip penalaran atau prinsip pemikiran atau prinsip dasar
pernyataan.

6. sejarah dan perkembangan.


Masa I Sebelum Yunani Kuno

Situasi

Manusia masih menggunakan batu sebagai alat bantu. Karenanya zaman ini juga
dikenal dengan zaman batu.

Waktu

Zaman ini disebut- sebut sebagai masa persiapan lahirnya filsafat (abad 6 SM

Kondisi

Hal ini dikuatkan oleh penemuan-penemuan yang diperkirakan sebagai peninggalan


zaman Sebelum Masehi

Faktor Yang Mendahului Lahirnya Filsafat Menurut K.Bartens

● Berkembangnya mite-mite atau mitologi yang cukup luas di kalangan bangsa


Yunani. Mitologi-mitologi ini dianggap salah satu sebab yang membidani lahirnya
filsafat karena mitologi merupakan percobaan untuk memahami.
● Kesusasteraan Yunani, seperti karya puisi Homeros yang berjudul Ilias dan
Odyssea mempunyai kedudukan yang istimewa dalam karya sastra Yunani.
Bahkan dalam jangka waktu yang cukup lama, karya tersebut dijadikan sebagai
semacam buku pedoman bagi bangsa Yunani
● Pengaruh Timur Kuno seperti Mesir dan Babylonia yang sudah mengenal ilmu
hitung dan ilmu ukur. Berdampak positif bagi bangsa Yunani, terutama perannya
mendukung perkembangan astronomi Yunani. Di sinilah letak kecerdasan
bangsa Yunani, yang mampu mengolah kembali ilmu pengetahuan dari timur
dengan begitu ilmiah.

Masa II Yunani Kuno


Pada Masa Yunani Kuno, kelahiran pemikiran filsafat diawali pada abad ke-6 SM
yang ditandai oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng- dongeng yang selama ini
menjadi pembenaran setiap gejala alam. Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode
filsafat alam. Dikatakan demikian karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli
pikir alam, di mana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di sekitarnya.

Kejayaan
Pemikiran filsafat Yunani Kuno mencapai puncaknya pada masa Aristoteles (384 SM 322 SM).
Ia mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan ialah mencari penyebab objek yang
diselidiki. Kekurangan utama para filosof sebelumnya adalah mereka tidak memeriksa semua
penyebabnya

Massa III Pertengahan Renainsans


- "kelahiran kembali." Itu adalah gerakan budaya Eropa antara abad ke-14 dan ke-16.
Abad Pertengahan adalah periode dari abad ke-5 hingga ke-16.
- Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as. Pada permulaan Abad
Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan.
- Zaman Renaisans adalah zaman kelahiran-kembali (Renaissance, bahasa Perancis)
kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 M. Sesudah
mengalami masa kebudayaan tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh ajaran
kristiani.
- Renaissance muncul dari timbulnya kota-kota dagang yang makmur akibat
perdagangan mengubah perasaan pesimistis (zaman Abad Pertengahan) menjadi
optimistis
- Apabila abad pertengahan diwarnai oleh corak agama maka renaissance sebaliknya.
Ciri utama renaissance adalah humanisme, individualisme lepas dari Agama (tidak mau
di atur oleh agama), empirisme (zaman kebebasan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan) dan rasionalisme (kebebasan dalam mengembangkan fikiran).
CIRI : bERFIKIR DIPIMPIN GEREJA, Berfilsafat di dalam ling ajaran Arisoteles,
berfilsafat tengan pertolongan Augustinus,dll.

Massa IV Moders Kontemporär

● Di abad 20 sampai sekarang. Filsafat abad ke-20 adalah puncak 2500 tahun sejarah
filsafat, ditandai dengan diferensiasi disiplin ilmu dan pendidikan filsafat serta proses
radikalisasi kritik rasionalitas pada segala bidang.
● Di zaman Kontemporer ini, teknologi sudah berkembang dengan sangat pesat
● Zaman kita juga mempunyai ciri kemajuan peradaban dan teknologi sebagai akibat dari
pemanfaatan ilmu pengetahuan dalam berbagai lapangan kehidupan yang berbeda.
Kemajuan teknologi ini telah memudahkan berbagai persoalan hidup umat manusia,
sehingga membuatnya mampu mengeksploitasi dan menguasai alam
● Sehingga Fokus Filsafat Modern lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia
sendiri, lebih memusatkan perhatiannya kepada hidup didunia ini daripada hidup di
akhirat. beberapa paham yang muncul di antaranya adalah Idealisme, Empirisme serta
Rasionalisme.

IDEALISME
Idealisme mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah spirit dan jiwa. Sumber filsafatnya mengikuti
filsafat kritisisme yang diperkenalkan oleh Immanuel Kant dan muridnya Fichte yang dikenal
sebagai penganut Idealisme Subjektif (1762–1814).

Rasionalisme adalah aliran filsafat ilmu yang berpandangan bahwa otoritas rasio (akal) adalah
sumber dari segala pengetahuan. Dengan demikian, kriteria kebenaran berbasis pada
intelektualitas.

Paham Empirisme mengajarkan bahwa segala sesuatu di dalam pikiran kita akan didahului
oleh pengalaman. Hal tersebut bertolak belakang dengan paham Rasionalisme. Para penganut
Empirisme menentang penganut Rasionalisme

Anda mungkin juga menyukai