NIM : 320210303013
Tugas Biologi
Reklamasi
Kegiatan reboisasi dan penghijauan merupakan bagian rehabilitasi hutan dan lahan.
Kegiatan reboisasi dilaksanakan di dalam kawasan hutan, sedangkan kegiatan penghijauan
dilaksanakan di luar kawasan hutan. Rehabilitasi hutan dan lahan diprioritaskan pada lahan
kritis, terutama yang terdapat di bagian hulu daerah aliran sungai, agar fungsi tata air serta
pencegahan terhadap banjir dan kekeringan dapat dipertahankan secara maksimal.
Rehabilitasi hutan bakau dan hutan rawa perlu mendapat perhatian yang sama sebagaimana
pada hutan lainnya. Pada cagar alam dan zona inti taman nasional tidak boleh dilakukan
kegiatan rehabilitasi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kekhasan, keaslian, keunikan, dan
keterwakilan dari jenis flora dan fauna serta ekosistemnya.
Dalam penggunaan istilah dan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan perlu berhati-
hati karena terdapat pasal yang tidak memberlakukan kegiatan ini. Sebagai contoh belum
lama ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktur
Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian DAS KLHK menyebutkan bahwa pihaknya tahun
2019 ini menyiapkan anggaran Rp52 miliar untuk program rehabilitasi Cagar Alam Cycloop
dan pemulihan Danau Sentani. Pernyataan ini kurang cermat dan misleading (menyesatkan)
karena dengan jelas dalam pasal 41 ayat (2) berikut penjelasannya mengatakan bahwa cagar
alam tidak boleh/dilarang dilakukan kegiatan rehabilitasi.
Kegiatan rehabilitasi hutan telah dilaksanakan oleh pemerintah secara massal pada
pemerintahan Orde Baru sejak terbitnya Instruksi Presiden (Inpres) Reboisasi dan
Penghijauan tahun 1976 dan dilanjutkan pada era reformasi ini dengan program Rehabilitasi
Hutan dan Lahan hingga sekarang. Maksud dari kegiatan rehabilitasi hutan ini salah satunya
adalah mengurangi luas lahan kritis dalam kawasan hutan dan menekan laju angka deforestasi
yang makin cepat dan masif. Menurut data KLHK, deforestasi di Indonesia 0,63 juta ha
(2016), 0,48 juta ha (2017), dan 0, 44 juta ha (2018). Sementara itu, lahan kritis dalam
kawasan hutan yang masih tersisa hingga sekarang 14 juta ha yang tersebar Jawa 2,12 juta ha,
Sumatra 4,5 juta ha, Kalimantan 2,8 juta ha, Sulawesi 1,8 juta ha, Papua 975 ribu ha, Bali dan
Nusa Tenggara 953 ribu ha, dan Maluku 687 ribu ha.
Restorasi
Istilah restorasi juga dikenal dalam perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut.
Dalam PP No. 57/2016 pasal 30 ayat (3) disebutkan bahwa pemulihan fungsi ekosistem
gambut dilakukan melalui suksesi alami; rehabilitasi; restorasi; dan/atau cara lain yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Restorasi pada ekosistem gambut
dilakukan dengan penerapan teknik-teknik restorasi: mencakup pengaturan tata air di tingkat
tapak; pekerjaan konstruksi, operasi, dan pemeliharaan yang meliputi penataan infrastruktur
pembasahan (rewetting) gambut; dan/atau penerapan budidaya menurut kearifan lokal.
Restorasi ekosistem gambut telah dilakukan oleh pemerintah dengan membentuk Badan
Restorasi Gambut (BRG) tahun 2016. Hasil kerja BRG akan dapat dilihat pada akhir tahun
2020, yang mengatur dan memfasilitasi restorasi 2 juta ha lahan gambut di Provinsi Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan
Papua.