Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fira Putri Wulandari

NIM : 320210303013

Prodi : Kimia Militer

Tugas Biologi
Reklamasi

Menurut UU No. 4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara


disebutkanbahwa reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha
pertambanganuntuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan
ekosistem agar dapatberfungsi kembali sesuai peruntukannya. Sedangkan menurut Young
dan Chan (1997) reklamasi berasal dari kata toreclaim yakni bermakna to bring
back to proper state, artinya adalah membuat kondisi menjadi lebih baik untuk
pembudidayaan atau membuat sesuatu yang sudah baik menjadilebih baik, serta tidak
mengandung implikasi pemulihan kekondisi asal tetapi lebihmengutamakan fungsi
dan azas pemanfaatan lahan. Pengertian lain dari reklamasi yang dihubungkan dengan
kegiatan pertambanganyaitu suatu usaha memperbaiki atau memulihkan kembali
lahan dan vegetasi dalamkawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan dan energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya.

Reklamasi hutan dapat dilakukan pada kegiatan bekas pertambangan, pembangunan


jaringan listrik, telepon, instalasi air, kepentingan religi, kepentingan pertahanan keamanan,
atau bencana alam. Reklamasi hutan akibat bencana alam dalam kawasan hutan dapat terjadi
secara murni dan sebagai akibat kelalaian pemegang hak pengelolaan atau izin pemanfaatan
hutan. Reklamasi hutan pada areal bencana alam dilakukan pada semua kawasan hutan
kecuali cagar alam dan zona inti taman nasional.

Contoh reklamasi lahan sudah banyak dilakukan oleh perusahaan tambang di


Indonesia. Salah satunya yakni tambang nikel PT Inco di Soroako, Sulawesi Tengah yang
telah mengembangkan pohon unggulan seperti cempaka dan mahoni. PT Adaro Tbk yang
merupakan perusahaan tambang batu bara di Kalsel juga berhasil melakukan reklamasi lahan
tambangnya seluas 113 hektare itu kini bahkan sudah dihuni beberapa spesies. Di sana ada
tiga kelompok bekantan. Setiap kelompok terdiri dari 15 hingga 20 ekor bekantan. Selain
monyet berhidung panjang, ada 37 jenis burung yang menghuni areal tersebut.
Rehabilitasi

Rehabilitasi lahan adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali


danmeningkatkan kondisi lahan yang rusak (kritis), agar dapat berfungsi secara optimal,
baiksebagai unsur produksi, media pengatur tata air maupun sebagai unsur perlindungan
alamlingkungan. Revegetasi merupakan suatu usaha atau kegiatan penanaman kembali
lahanbekas tambang. Rehabilitasi hutan dan lahan diselenggarakan melalui kegiatan
reboisasi, penghijauan, pemeliharaan, pengayaan tanaman, atau penerapan teknik konservasi
tanah secara vegetatif dan sipil teknis, pada lahan kritis dan tidak produktif. Kegiatan
rehabilitasi sebagaimana dimaksud dilakukan di semua hutan dan kawasan hutan kecuali
cagar alam dan zona inti taman nasional.

Kegiatan reboisasi dan penghijauan merupakan bagian rehabilitasi hutan dan lahan.
Kegiatan reboisasi dilaksanakan di dalam kawasan hutan, sedangkan kegiatan penghijauan
dilaksanakan di luar kawasan hutan. Rehabilitasi hutan dan lahan diprioritaskan pada lahan
kritis, terutama yang terdapat di bagian hulu daerah aliran sungai, agar fungsi tata air serta
pencegahan terhadap banjir dan kekeringan dapat dipertahankan secara maksimal.
Rehabilitasi hutan bakau dan hutan rawa perlu mendapat perhatian yang sama sebagaimana
pada hutan lainnya. Pada cagar alam dan zona inti taman nasional tidak boleh dilakukan
kegiatan rehabilitasi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kekhasan, keaslian, keunikan, dan
keterwakilan dari jenis flora dan fauna serta ekosistemnya.

Dalam penggunaan istilah dan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi hutan perlu berhati-
hati karena terdapat pasal yang tidak memberlakukan kegiatan ini. Sebagai contoh belum
lama ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktur
Perencanaan dan Evaluasi Pengendalian DAS KLHK menyebutkan bahwa pihaknya tahun
2019 ini menyiapkan anggaran Rp52 miliar untuk program rehabilitasi Cagar Alam Cycloop
dan pemulihan Danau Sentani. Pernyataan ini kurang cermat dan misleading (menyesatkan)
karena dengan jelas dalam pasal 41 ayat (2) berikut penjelasannya mengatakan bahwa cagar
alam tidak boleh/dilarang dilakukan kegiatan rehabilitasi.

Kegiatan rehabilitasi hutan telah dilaksanakan oleh pemerintah secara massal pada
pemerintahan Orde Baru sejak terbitnya Instruksi Presiden (Inpres) Reboisasi dan
Penghijauan tahun 1976 dan dilanjutkan pada era reformasi ini dengan program Rehabilitasi
Hutan dan Lahan hingga sekarang. Maksud dari kegiatan rehabilitasi hutan ini salah satunya
adalah mengurangi luas lahan kritis dalam kawasan hutan dan menekan laju angka deforestasi
yang makin cepat dan masif. Menurut data KLHK, deforestasi di Indonesia 0,63 juta ha
(2016), 0,48 juta ha (2017), dan 0, 44 juta ha (2018). Sementara itu, lahan kritis dalam
kawasan hutan yang masih tersisa hingga sekarang 14 juta ha yang tersebar Jawa 2,12 juta ha,
Sumatra 4,5 juta ha, Kalimantan 2,8 juta ha, Sulawesi 1,8 juta ha, Papua 975 ribu ha, Bali dan
Nusa Tenggara 953 ribu ha, dan Maluku 687 ribu ha.

Restorasi

Restorasi adalah tindakan untuk membawa ekosistem yang telah


terdegradasikembali menjadi semirip mungkin dengan kondisi aslinya sedangkan tujuan
utama restorasiterumbu karang adalah untuk peningkatan kualitas terumbu yang terdegradasi
dalam halstruktur dan fungsi ekosistem. alah satu kegiatan pengawetan adalah pemulihan
ekosistem. Pemulihan ekosistem dilakukan untuk memulihkan struktur, fungsi, dinamika
populasi, serta keanekaragaman hayati dan ekosistemnya. PP 28 tahun 2011 tentang
pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam pasal 29 mengamanatkan
bahwa tata cara pelaksanaan pemulihan ekosistem yang dilakukan melalui mekanisme alam,
rehabilitasi dan restorasi. Restorasi dapat dilakukan melalui kegiatan pemeliharaan,
perlindungan, penanaman, pengkayaan jenis tumbuhan dan satwa liar, atau pelepasliaran
satwa liar hasil penangkaran atau relokasi satwa liar dari lokasi lain.

Sejak 2004, Kementerian Kehutanan (sekarang KLHK) telah mengeluarkan kebijakan


pengelolaan hutan produksi melalui Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Restorasi
Ekosistem (IUPHHK-RE). Sebuah upaya mengembalikan areal hutan produksi yang telah
rusak menjadi seimbang keadaan hayatinya. Melalui kebijakan ini, hutan produksi dapat
dikelola untuk dimanfaaatkan hasilnya mulai dari hasil hutan bukan kayu, jasa lingkungan,
serta pemanfaatan kawasan dan hasil hutan kayu setelah keseimbangan hayati dan
ekosistemnya tercapai. IUPHHK-RE ini pula membuka peluang investasi baru di sektor
kehutanan mengingat akan potensi ekonominya bagi pelaku usaha maupun masyarakat
sekitar.

Dengan pengelolaan Restorasi Ekosistem, beberapa aspek lingkungan hidup dan


kehutanan yang dapat diwujudkan. Sebut saja, membangun Indonesia dari pinggiran yang
saat ini terdapat lebih dari 33.000 desa hutan atau mewujudkan kemandirian ekonomi serta
ketahanan pangan dan energi. Disamping itu juga menunjukkan kehadiran negara dalam
sistem reformasi dan penegakan hukum di bidang lingkungan hidup dan kehutanan, serta
melindungi keragaman hayati, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional. Restorasi Ekosistem juga menggambarkan pengelolaan hutan yang lestari,
penting bagi kelestarian keragaman hayati serta sebagai mitigasi perubahan iklim.
Pemerintah telah mengalokasikan sekitar 1,79 juta ha kawasan hutan produksi untuk kegiatan
Restorasi Ekosistem. Saat ini, sekitar 558,185 ribu ha hutan produksi telah dikelola melalui
IUPHHK-RE dan mengeluarkan 14 izin IUPHHK-RE yang termasuk di dalamnya Hutan
Harapan, izin konsesi pertama RE di Indonesia yang diberikan kepada PT. Restorasi
Ekosistem Indonesia (REKI) pada 2008. Hutan seluas 98.554 ha ini terbentang di perbatasan
Jambi dan Sumatera Selatan yang merupakan inisiasi bersama antara Burung Indonesia,
Royal Society for the Protection of Birds (RSPB) dan Birdlife International.

Istilah restorasi juga dikenal dalam perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut.
Dalam PP No. 57/2016 pasal 30 ayat (3) disebutkan bahwa pemulihan fungsi ekosistem
gambut dilakukan melalui suksesi alami; rehabilitasi; restorasi; dan/atau cara lain yang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Restorasi pada ekosistem gambut
dilakukan dengan penerapan teknik-teknik restorasi: mencakup pengaturan tata air di tingkat
tapak; pekerjaan konstruksi, operasi, dan pemeliharaan yang meliputi penataan infrastruktur
pembasahan (rewetting) gambut; dan/atau penerapan budidaya menurut kearifan lokal.
Restorasi ekosistem gambut telah dilakukan oleh pemerintah dengan membentuk Badan
Restorasi Gambut (BRG) tahun 2016. Hasil kerja BRG akan dapat dilihat pada akhir tahun
2020, yang mengatur dan memfasilitasi restorasi 2 juta ha lahan gambut di Provinsi Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan
Papua.

Anda mungkin juga menyukai