Makalah Kel.2 Pengelolaan Satuan Unit Pendidikan
Makalah Kel.2 Pengelolaan Satuan Unit Pendidikan
Disusun oleh :
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Pengelolaan Satuan Unit Pendidikan”.
Penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih banyak kepada ibu Dr. Neni Hermita,
M.Pd dan Diah Anugrah Dipuja, M.Pd selako dosen pengampu mata kuliah Pengelolaan
Pendidikan yang telah memberikan kesempatan pada penyusun untuk menyusun makalah ini
sampai selesai.
Melalui kata pengantar ini penyusun lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kurang tepat
atau menyinggu perasaan pembaca. Dengan ini penyusun mempersembahkan makalah ini
dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga
dapat memberikan manfaat.
ii
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat,
danpemerintah melalui serangkaian kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan
yangberlangsung di sekolah maupun di luar sekolah. Pendidikan dianggap penting bagi
setiapbangsa dalam membangun negara dan proses pembangunan negara untuk
menjadikannegara lebih maju. Pentingnya pendidikan bagi bangsa sendiri juga dipertegas
dalamundang-undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 mengenai sistem
PendidikanNasional (UU Sisdiknas) yang merumuskan tujuan dan fungsi pendidikan
nasionaldikembangkan untuk meningkatkan dan memajukan pendidikan Inonesia.
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat kepela
sekolah, guru-guru, pegawai tata usaha, dan peserta didik memerlukan adanya
pengelolaan organisasi/tenaga pendidik yang baik supaya dapat berjalan dengan lancar
sesuai arah dan tujuannya. Pengelolaan pendidikan yang baik, dimaksudkan agar
pembagian tugas dan tanggung jawab dapat merata kepada semua orang sesua dengan
kecakapan dan fungsinya masing-masing. Tiap orang mengerti dan menyadari tugasnya
dan tempatnya di dalam struktur organisasi itu. Dengan demikian dapat dihindari pula
adanya tindakan yang sewenang-wenang atau otoriter dari kepala sekolah, seniaknya
dapat diciptakan adanya suasana yang demokratis dalam menjalankan roda sekolah.
Untuk mempertemukan tujuan pendidikan dapat diupayakan menjadi tolak ukur
keberhasilan pendidikan dan tujuan pendidikan yang dapat diupayakan dengan cara
mengelola pendiidkan itu sendiri. Semkain berkualitas POACE (Planning, Organizer,
Actual, Controling, Evaluation) maka akan semakin tinggi tingkat ketercapaian tujuan
pendiidkan. Lebih jelasnya mengenai pengelolaan satuan pendiidkan akan diterangkan
pada bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan Satuan Pendidikan?
2) Apa saja tujuan Pengelolaan Pendidikan?
3) Apa saja jenis-jenis Satuan Pendidikan?
4) Apa saja standar dalam Pengelolaan Satuan Pendidikan?
1
5) Apa saja unsur-unsur penting dalam Pengelolaan Pendidikan?
6) Apa saja landasan hukum dalam Pengelolaan Satuan Pendidikan?
7) Apa saja hambatan yang terjadi dalam Pengelolaan Satuan Pendidikan?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian Satuan Pendidikan
2) Untuk mengetahui tujuan Pengelolaan Pendidikan
3) Untuk mengetahui jenis-jenis Satuan Pendidikan
4) Untuk mengetahui standar dalam Pengelolaan Satuan Pendidikan
5) Untuk mengetahui unsur-unsur penting dalam Pengelolaan Pendidikan
6) Untuk mengetahui landasan hukum dalam Pengelolaan Satuan Pendidikan
7) Untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam Pengelolaan Satuan Pendidikan
2
BAB II
KAJIAN TEORI
3
perkembangan atau perbaikan untuk usia pendidikan. Selain itu, manajemen di bidang
pendidikan juga memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut:
1) Mewujudkan suasana belajar dan proses belajar yang efektif, aktif, kreatif, bermakna,
dan menyenangkan
2) Terwujudnya pelajar yang aktif dalam pengembangan diri sehingga memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, kontrol diri, kecerdasan, kepribadian yang baik, ahlak
yang mulia, dan keterampilan yang bermanfaat bagi masyarakat
3) Untuk memenuhi satu dari 5 kompetensi tenaga kependidikan
4) Agar tujuan pendidikan tercapai dengan efektif dan efisien
5) Citra positif pendidikan semakin meningkat
6) Meningkatkan mutu pendidikan
7) Terwujudnya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan, dan akuntabel
8) Tenaga pendidik mendapat bekal pengetahuan tentang proses dan tugas administrasi
pendidikan
4
Perguruan Tinggi
Akademi
Politeknik
Sekolah tinggi
Institus
Universitas
2) Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal
dapat dihargai setara hasil program pendidikan formal setelah melalui proses
penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan.
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yangb berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
Pendidikan nonformal berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan
penenkanan pada penguasaan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap
dan kepribadian profesional.
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia
dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan
meliputi Paket A, Paket B, dan Paket C, serta pendidikan lain ynag ditunjuk untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik seperti:
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM),
Lembaga Kursus,
Lembaga Pelatihan,
Kelompok Belajar,
Majelis Taklim,
sanggar,
Taman Penitipan Anak (TPA)
Kelompok Bermain (KB)
5
3) Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama
dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai
standar nasional pendidikan. Mengacu pada pengertian pendidikan informal di atas,
fungsi dan peranan utama pendidikan ini adlah untuk memebnetuk karakter dan
kepribadian seseorang.
Adapun beberapa contoh jalur pendidkan ini adalah sebgaai berikut:
Pendidikan budi pekerti
Pendidikan agama
Pendidikan etika
Pendidikan sopan santun
Pendidikan moral
Sosialisasi dengan lingkungan
6
Indonesia No 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan pendidikan oleh Satuan
pendidikan Dasar dan Menengah.
1) Menurut Pasal 49, Standar Pengelolaan oleh Satuan pendidikan
Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukan dengan kemandirian,
kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Pengelolaan satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan tinggi menerapkan otonomi perguruan tinggi.
2) Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah
Menurut Pasal 60, Pemerintah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan
dengan memprioritaskan program: wajib belajar, peningkatan angka partisipasi
pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah dan tinggi, penuntasan
pemberantasan buta aksara, penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik ysng
diselengarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.
Peningkatan status guru sebagai profesi;
peningkatan mutu guru/dosen
standarisasi pendidikan
akreditasi pendidikan
peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan lokal, nasional, dan global
pemenuhan Standar Pelayanan Minima (SPM ) bidang pendidikan
Penjaminan mutu pendidikan nasional.
3) Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah Daerah
Pasal 59 ayat 1, Pemerintah daerah menyusun rencana kerja tahunan bidang
pendidikan dengan memprioritaskan program:
Wajib belajar
Peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah
Penuntasan pemberantasan buta aksara
Penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselengarakan oleh
Pemerintah Daerah maupun masyarakat
Peningkatan status guru sebagai profesi
Akreditasi pendidikan
Peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat
Pemenuhan Standar pelayanan minimal (SPM) bidang pendidikan.
4) Beberapa aspek Standar Pengelolaan sekolah yang harus dipenuhi yaitu:
7
Perencanaan program
Pelaksanaan rencana kerja
Pengawasan dan evaluasi
Kepemimpinan sekolah/madrasah
Sistem informasi manajemen.
8
Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama dengan
penuh rasa kebebasan.
Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta
dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam
menetapkan dan menjelaskan tujuan.
Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu
membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan
prosedur mana yang paling efektif dan efisien.
Pemimpin bertanggungjawab dalam mengambil keputusan bersama dengan
kelompok.
Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan
eksistensi organisasi.
c. Macam-Macam Tipe Kepemimpinan
1. Tipe Otoriter / Tipe authoritarian
Dalam kepemimpinan yang otoriter, pemimpin bertindak sebagai diktator
terhadap anggota kelompok.
2. Tipe Laissez-faire
Pemimpin tidak memberikan kepemimpinannya, melainkan membiarkan
bawahannya berbuat sekehendaknya. Keberhasilan lembaga ditentukan atas
kesadaran dan dedikasi anggota kelompok. Struktur organisasinya kabur,
segala kegiatan dilakukan tanpa rencana dan tanpa pengawasan dari pimpinan.
3. Tipe Demokratis
Kepemimpinannya bukan sebagai dictator, tapi di tengah-tengah anggota
kelompoknya. Pemimpin berusaha menstimulus anggotanya agar bekerja
secara produktif untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin selalu berpangkal
pada kepentingan dan kebutuhan anggotanya.
2. Kekuasaan
Kekuasaan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang- orang lain.
Melalui pemahaman tersebut, di manapun juga manusia berada dan bermasyarakat,
fenomena kekuasaan, dalam bentuk yang bermacam-macam, pasti dimiliki oleh
masyarakat tersebut. Max Weber (1946, dalam Soekanto, 2003:268) mengatakan,
kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan
masyarakat akan kemauan- kemauan sendiri, dengan sekaligus menerapkannya
9
terhadap tindakan- tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan – golongan
tertentu.
Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta
manusia. Oleh karena itu, kekuasaan (power) sangat menarik perhatian para ahli ilmu
pengetahuan kemasyarakatan. Sesuai dengan sifatnya sebagai ilmu pengetahuan
kemasyarakatan. Tidak memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang baik atau yang
buruk. Sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur yang sangat penting dalam
kehidupan suatu masyarakat. Penilaian baik atau buruk senantiasa harus diukur
dengan kegunaannya untuk mencapai suatu tujuan yang sudah ditentukan atau
disadari oleh masyarakat. Karena kekuasaan sendiri mempunyai sifat yang netral,
maka menilai baik atau buruknya harus dilihat pada penggunaannya bagi keperluan
masyarakat. Kekuasaan senantiasa ada di dalam setiap masyarakat baik yang masih
bersahaja, maupun yang sudah besar atau rumit susunannya.
3. Pembuatan Keputusan
Pembuatan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses
mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara
beberapa alternatif yang tersedia. Setiap proses pembuatan keputusan selalu
menghasilkan satu pilihan final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan atau suatu
opini terhadap pilihan. Langkah-langkah dalam pembuatan keputusan antara lain
sebagai berikut.
a) Rumuskan persoalan keputusan
Persoalan (problem) adalah sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan yang
diinginkan/ diharapkan. Kita harus berusaha mencari pemecahan yang baik bagi
suatu persoalan yang tepat (benar) sebab pemecahan yang terbaik bagi persoalan
yang salah tak ada gunanya. Maka dari itu, dalam membuat keputusan untuk
memecahkan persoalan harus bisa menemukan persoalan apa yang perlu
dipecahkan/ diselesaikan.
b) Kumpulkan informasi yang relevan
Memecahkan persoalan berarti suatu keputusan atau tindakan untuk
menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya persoalan tersebut.
Perlu dikumpulkan data atau informasi yang relevan artinya faktor-faktor yang
mungkin terjadi penyebab timbulnya persoalan tersebut.
c) Cari alternatif tindakan
10
Memutuskan berati memilih salah satu dari beberapa alternatif tindakan yang
tersedia berdasarkan kriteria tertentu. Singkatnya, buatlah alternatif tindakan yang
fisibel sebanyak mungkin.
d) Analisis alternatif yang fisibel
Setiap alternatif harus dianalisis, harus dievaluasi baik berdasarkan suatu
kriteria tertentu atau prioritas. Hasil analis memudahkan pengambil keputusan di
dalam memilih alternatif yang baik.
e) Memilih alternatif terbaik
Di dalam pengambilan keputusan, pengambil keputusan harus memilih salah
satu alternatif di antara banyak alternatif. Pemilihan dapat dilakukan berdasarkan
pada kriteria tertentu, kompromi, atau tekanan. Memang harus diakui ada hasil
keputusan yang memuaskan semua pihak tetapi ada juga yang merugikan pihak
lain.
11
minimal oleh tiga wakil kepala satuan pendidikan yang masing-masing secara
berturut-turut membidangi akademik, sarana dan prasarana, serta kesiswaan.
b. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 dan 51.
Pengelolaan sistem pendidikan nasional merupakan tanggung jawab Menteri.
Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk
menjamin mutu pendidikan nasional.
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya
satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan
menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.
Pemerintah Daerah Provinsi melakukan koordinasi atas penyelenggaraan
pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas
penyelenggaraan pendidikan lintas daerah Kabupaten/Kota untuk tingkat
pendidikan dasar dan menengah.
Pemerintah Kabupaten/Kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan
menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal.
Perguruan tinggi menetapkan kebijakan dan memiliki otonomi dalam mengelola
pendidikan di lembaganya.
Ketentuan mengenai pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip
manajemen berbasis sekolah/madrasah.
Pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi,
akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan.
Ketentuan mengenai pengelolaan satuan pendidikan sebagaimana dimaksud ayat
(1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 19 Tahun 2012
tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
12
ataupun karena faktor fasilitas. Dari uraian di atas tampaklah bahwa kewenangan
penanganan masalah pengelolaan dapat kita klasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu:
1) Masalah yang ada dalam wewenang guru.
Ada sejumlah masalah pengelolaan kelas yang ada dalam ruang lingkup
wewenang seorang guru bidang studi untuk mengatasinya. Hal ini berarti bahwa
seorang guru bidang studi yang sedang mengelola proses belajar mengajar dituntut
untuk dapat menciptakan, memperhatikan dan mengembalikan iklim belajar kepada
kondisi belajar mengajar yang menguntungkan jika ada gangguan, sehingga peserta
didik berkesempatan untuk dapat mengambil manfaat yang optimal dari kegiatan
belajar yang dilakukannya.
Kegiatan tersebut meliputi cara mengatur tempat duduk peserta didik disesuaikan
dengan format belajar, membina raport yang baik dengan peserta didik, memberi
pujian, memberi hadiah (barang) kepada peserta didik yang menyelesaikan tugas
dengan benar sebelum waktunya, menegur peserta didik yang mengganggu teman di
sebelahnya, mendamaikan peserta didik yang bertengkar pada jam pelajaran yang
sedang berlangsung sampai kepada melaporkan. Pelanggaran tata tertib oleh peserta
didik yang sudah diberi teguran dan peringatan baik kepada wali kelas, kepala sekolah
ataupun orang tua peserta didik.
2) Masalah yang ada dalam wewenang sekolah.
Dalam kenyataan sehari-hari di kelas, akan ditemukan masalah pengelolaan yang
lingkup wewenang untuk mengatasinya berada di luar jangkauan guru bidang studi.
Masalah ini harus diatasi oleh sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan. Bahkan
mungkin juga ada masalah pengelolaan yang tidak bisa hanya di atasi satu lembaga
pendidikan akan tetapi menuntut penanganan bersama antar sekolah.
Masalah-masalah yang ada di bawah wewenang sekolah antara lain pembagian
ruangan yang adil untuk setiap tingkat atau jurusan, pengaturan upacara bendera pada
setiap hari Senin dan bila pada hari tersebut hujan lebat, menegur peserta didik yang
selalu terlambat pada saat apel bendera, mengingatkan peserta didik yang tidak mau
memakai seragam sekolah, menasehati peserta didik yang rambutnya gondrong,
memberikan peringatan keras kepada peserta didik yang merokok di kelas atau di
sekolah dan suka minum-minuman keras, sampai kepada mendamaikan peserta didik
jika terjadi perselisihan antar sekolah.
3) Masalah-masalah yang di luar kekuasaan guru dan sekolah.
13
Masih ada satu masalah pengelolaan yang berada di luar wewenang guru bidang
studi atau sekolah untuk mengatasinya. Dalam mengatasi masalah semacam ini
mungkin yang harus terlibat adalah orang tua, lembaga-lembaga yang ada dalam
masyarakat seperti karang taruna, bahkan para penguasa dan lembaga pemerintahan
setempat. Pihak-pihak tersebut di atas dituntut untuk turut membina ketertiban
melalui pembiasaan yang baik di rumah pengawasan orang tua, menyediakan fasilitas
rekreasi yang sehat bagi remaja dan sebagainya. Juga pada mereka dituntut untuk
turut mengatasi berbagai masalah pengelolaan kalau terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan yang dilakukan oleh peserta didik.
Masalah pengelolaan kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dilakukan
oleh para peserta didik pengelolaan tersebut mungkin berupa minum-minuman keras
di luar rumah, nonton film di luar batas umur yang sudah ditentukan, bergerombol di
jalan dan membuat keributan, ngebut di jalan umum sehingga membahayakan
pemakai jasa jalan yang lainnya, perkelahian antar sekolah, sampai kepada hal-hal
yang bisa digolongkan lagi kepada kenakalan akan tetapi sudah masuk kejahatan
seperti pencurian, penjambretan, penodongan dan pemerasan.
Masalah semacam ini benar-benar sudah berada di luar jangkauan guru dan
sekolah untuk mengatasinya walaupun sampai batas-batas tertentu usaha pencegahan
dan penyembuhan selalu dilakukan baik oleh guru bilang studi, wali kelas, atau
sekolah sebagai lembaga pendidikan.
14
BAB III
PENUTUB
A. Kesimpulan
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, satuan
pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.
Pengelolaan satuan pendidikan atau pengelolaan sekolah merupakan pengelolaan
pendidikan yang berada pada unit paling bawah untuk merencanakan program pendidikan
dan membuat keputusan yang berada pada tindakan-tindakan nyata yang dilakukan secara
komprehesif untuk meng-cover seluruh kebutuhan-kebutuha sekolah, visi, misi, dan
tujuan pendidikan sekolah (Dinding, Nurdin dan Imam Sibaweh, 2015:45).
Jenis-jenis pendidikan:
1) Pendidikan formal
2) Pendidikan nonformal
3) Pendidikan informal
Terdapat tiga unsur pokok dalam pengelolaan pendidikan:
1) Unsur kepemimpinan,
2) Unsur kekuasaan
3) Unsur pembuatan keputusan.
Landasan Hukum Pengelolaan Satuan Pendidikan:
1) Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Pasal 49 dan 50.
2) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 dan 51.
3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 19 Tahun 2012
tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Hambatan Pengelolaan Pendidikan Satuan Pendidikan:
1) Masalah yang ada dalam wewenang guru
2) Masalah yang ada dalam wewenang sekolah
3) Masalah-masalah yang di luar kekuasaan guru dan sekolah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin, Diding dan Sibaweh, Imam. 2015. Pengelolaan Pendidikan dari Teori menuju
Implementasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo, Persada.
Lipham, James M, and James Hoek Jr. 1974. The Principalship, Foundation and
Functions. New York: Harper and Row, Publisher
16