Anda di halaman 1dari 7

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD PANDAN TAPANULI TENGAH

NOMOR : 001/ /AKR/PAB/I/2019

TENTANG
PELAYANAN SEDASI

DI RSUD PANDAN

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan


memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien khususnya
terhadap pelayanan sedasi di RSUD Pandan. , maka perlu kebijakan
yang mengatur pelayanan sedasi dalam hal ini mencakup sedasi
moderat dan sedasi dalam di Rumah Sakit ;
b. bahwa untuk mewujudkan sebagaimana tersebut pada butir a, telah
disusun Pelayanan Sedasi di RS. ;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada butir
(a) dan (b), perlu ditetapkan melalui Peraturan Direktur RSUD
Pandan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Praktek
Kedokteran;
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
779/Menkes/SK/VIII/2008 tanggal 19 Agustus 2008 tentang Standar
Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi Rumah Sakit;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
519/MENKES/PER/III/2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif di Rumah Sakit;
7. Undang-undang praktek kedokteran No. 29 Tahun 2004 pasal 51
tentang Layanan Anestesia harus sesuai dengan kebutuhan pasien;
8. Undang-undang praktek kedokteran No. 29 Tahun 2004 pasal 44
tentang Standar Pelayanan Anestesi dan Sedasi dilakukan
berdasarkan pedoman pelayanan medis departemen;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit;
10.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/MENKES/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN KEPALA RSUD PANDAN. TENTANG


KEBIJAKAN PELAYANAN SEDASI DI RUMAH SAKIT .
KESATU : Kebijakan tentang Pelayanan Sedasi. sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Peraturan ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan;

KEDUA : Kebijakan Pelayanan Sedasi di. dipergunakan sebagai acuan dalam


menyelenggarakan Pelayanan Sedasi di. ;
KETIGA : Segala sesuatu yang belum diatur dalam Peraturan ini akan diatur
kemudian hari oleh Direktur;

KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan diubah dan diperbaiki
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Pandan
Pada Tanggal : Januari 2019
DIREKTUR RSUD PANDAN
KABUPATEN TAPANULI TENGAH

dr. SRI INDRA SUSILO


NIP : 19660202 200212 1 004
Lampiran I
Surat Keputusan Direktur RSUD Pandan
Tapanuli Tengah
Nomor : 001/ /AKR/PAB/I/2019
Tanggal : Januari 2019

KEBIJAKAN PELAYANAN SEDASI


RSUD PANDAN

1. Layanan Sedasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sedasi dengan tujuan
mengurangi kecemasan, ketidaknyamanan pada pasien dalam menjalani suatu tindakan/
prosedur.
2. Layanan sedasi dilakukan oleh Anestesiologi dan Terapi Intensif yang mencakup
pelayanan :
a. Layanan sedasi sedang
b. Layanan sedasi dalam
3. Klasifikasi sedasi :
a. Sedasi Sedang/ moderat : suatu keadaan dimana setelah pemberian obat sedasi
menyebabkan penurunan kesadaran, namun pasien masih memiliki respon terhadap
rangsang suara, baik disertai ataupun tidak dengan rangsang sentuhan. Ventilasi
spontan masih adekuat dan belum diperlukan intervensi unuk menjaga patensi jalan
nafas. Fungsi kardiovaskuler masih tidak berubah.
b. Sedasi dalam : suatu keadaan dimana setelah pemberian obat terjadi penurunan
kesadaran, pasien hanya bereaksi dengan pemberian rangsang nyeri. Fungsi
pernafasan dapat terganggu. Pasien membutuhkan bantuan untuk menjaga patensi
jalan nafas dan pernafasan spontan dapat menjadi tidak adekuat. Fungsi
kardiovaskuler biasanya tidak terganggu.
4. Layanan sedasi diberikan kepada :
a. Pasien pediatrik
b. Pasien dewasa
c. Pasien geriatri
5. Layanan sedasi dilakukan di unit pelayanan di lingkungan RSU. .
6. Layanan sedasi yang diberikan harus dapat memenuhi kebutuhan layanan sedasi dari
disiplin terkait serta sesuai dengan bentuk layanan sedasi yang dimiliki oleh anestesiologi
dan terapi intensif di RSUD Pandan.
7. Layanan sedasi dilakukan oleh anestesiologi dan terapi intensif yang memiliki SIP di
RSUD Pandan. sebagai DPJP anestesi sesuai dengan tingkat kompetensinya.
8. Pemberi layanan sedasi sedang dan dalam harus memiliki kompetensi :
a. Menguasai berbagai tehnik dan jenis-jenis sedasi.
b. Mengetahui dan menguasai farmakologi dari obat-obat sedasi dan penggunaan obat-
obat reversal.
c. Melakukan monitoring atau pemantauan selama sedasi.
d. Melakukan penanganan apabila terjadi komplikasi.
9. Setiap layanan sedasi harus melalui proses penerimaan, penilaian, perencanaan dan
persiapan;
10. Setiap tindakan sedasi yang dilakukan oleh DPJP harus melalui proses komunikasi dan
pemberian informasi atau edukasi berupa resiko, manfaat dan alternatif tindakan sedasi
serta mendapat persetujuan dari pasien atau keluarga pasien;
11. Pasien, keluarga dan atau pengambil keputusan diberi edukasi mengenai penanganan
nyeri pasca prosedur.
12. Pemberian informasi/ edukasi ini dilakukan oleh dokter spesialis anestesi yang
berkompeten.
13. Setiap layanan sedasi harus didokumentasikan dalam rekam medis dan status anestesia;
14. Setiap pemberi layanan sedasi bertanggung jawab untuk :
a. Ikut mengembangkan, menanamkan dan menjaga agar kebijakan serta prosedur
layanan sedasi yang ada terus dikembangkan dan diperbaiki.
b. Menjaga program pengendalian kualitas yang telah dibentuk serta melaksanakannya.
c. Mengawasi dan meninjau seluruh layanan sedasi yang telah dibentuk serta
melaksanakannya.
15. Pemberian sedasi, baik sedasi sedang maupun dalam dilaksanakan pada tempat yang
memiliki peralatan lengkap untuk penguasaan jalan nafas dan resusitasi serta peralatan
monitoring intra sedasi.
16. Dokter spesialis anestesi bertanggung jawab untuk menilai dan menetukan status medis
pasien dengan melakukan penilaian pra sedasi berdasarkan prosedur sebagai berikut :
a. Subjektif : anamnesis terhadap keadaan sekarang dan riwayat penyakit pasien.
b. Objektif : melakukan pemeriksaan fisik, mengidentifikasi adanya permasalahan yang
menyangkut jalan nafas, meminta dan/ atau mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan
konsultasi dari bagian lain yang diperlukan untuk melakukan tindakan sedasi.
c. Asesmen : mendiskusikan dan menjelaskan rencana tindakan sedasi yang akan
dilakukan kepada pasien dan keluarga.
d. Planning :
1) Memilih dan merencanakan tindakan sedasi yang akan dilakukan.
2) Merencanakan perawatan pasca sedasi dan obat analgesia pasca sedasi yang akan
digunakan.
17. Penilaian pra sedasi digunakan sebagai dasar interpretasi temuan yang akan didapatkan
selama pemantauan anestesi dan masa pemulihan.
18. Selama pemberian sedasi sedang dan dalam harus dilakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap :
a. Kesadaran dilakukan dan dicatat setiap 5 menit.
b. Pengukuran tekanan darah dilakukan dan dicatat setiap 5 menit.
c. Perhitungan laju nadi dilakukan dan dicatat setiap 5 menit.
d. Perhitungan laju nafas setiap 5 menit.
e. Saturasi oksigen dilakukan secara kontinyu dan dicatat setiap 5 menit.
19. Semua hasil pemantauan dicatat dan didokumentasikan pada rekam medik sedasi.
20. Pemantauan EKG digunakan pada pasien dengan kelainan kardiovaskuler.
21. Tindakan pemantauan selama sedasi sedang dan dalam dilakukan dokter anestesi yang
telah dinyatakan kompeten untuk melakukan pemantauan selama anestesi.
22. Semua pasien pasca sedasi sedang dan dalam harus menjalani tatalaksana pasca sedasi
yang tepat sesuai kondisi pasien dan dilakukan pemantauan tanda vital sesuai dengan
mondisi pasien.
23. Selama periode pasca sedasi sedang dan dalam, dilakukan pemantauan kesadaran,
tekanan darah, laju nadi, laju nafas, saturasi oksigen dan derajad nyeri setiap 15 menit
selama satu jam pertama, setiap 30 menit selama satu jam kedua dan selanjutnya
dilakukan pemantauan setiap jam.
24. Dilakukan perhitungan resiko jatuh pasien dan tatalaksana sesuai dengan prosedur
pencegahan resiko jatuh.
25. Hasil pemantauan, pemberian obat, cairan, tindakan, maupun jenis komplikasi yang
terjadi beserta penanganannya harus ditulis secara lengkap di rekam medis oleh DPJP
Anestesi.
26. Penentuan kondisi pemulihan dan pemulangan pasca sedasi dilakukan oleh DPJP
Anestesi yang bertugas sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu Skor Aldrete
untuk pasien rawat inap dan PADSS untuk pasien rawat jalan.
27. Penilaian skor Modified Aldrete atau PADSS dilakukan setaip interval 1 jam dan apabila
skor sudah mencapai nilai sama dengan atau lebih dari 8 maka pasien dapat dipindahkan/
dipulangkan ke ruang perawatan.
28. Hasil asesmen pra sedasi, monitoring intra sedasi dan pasca sedasi di dokumentasikan
dalam rekam medik pasien.
29. Sedasi sedang dan dalam pada pasien pediatrik memerlukan pendekatan yang
menyeluruh meliputi :
a. Pemeriksaan pra sedasi untuk mengevaluasi kondisi medis yang dapat menyebabkan
peningkatan resiko bila pasien menerima obat-obat sedasi.
b. Lama puasa yang sesuai apabila dilakukan prosedur elektif dan pertimbangan antara
kedalaman sedasi dengan resiko yang akan terjadi apabila pasien tidak puasa pada
keadaan darurat.
c. Pemeriksaan jalan nafas yang terfokus yang dapat menyebabkan sumbatan (tonsil
besar, abnormalitas jalan nafas).
d. Pemahaman mengenai farmakokinetik dan farmakodinamik dari obat-obatan yang
digunakan untuk sedasi termasuk interaksi obat.
e. Peralatan emergensi, manajemn jalan nafas dan akses vena yang sesuai dengan usia
dan ukuran anak.
f. Ketersedian obat termasuk obat emergensi dan antidotum.

g. Selama pemberian sedasi sedang dan dalam harus dilakukan pemantauan dan
evaluasi terhadap :
1) Kesadaran dilakukan dan dicatat setiap 5 menit.
2) Perhitungan laju nadi dilakukan dan dicatat setiap 5 menit.
3) Perhitungan laju nafas setaip 5 menit.
4) Saturasi oksigen dilakukan secara kontinyu dan dicatat setiap 5 menit.
h. Semua hasil pemantauan dicatat dan didokumentasikan pada rekam medik sedasi.
i. Pemantauan EKG digunakan pada pasien dengan kelainan kardiovaskuler.
j. Selama periode pasca sedasi, dilakukan pemantauan kesadaran, laju nadi, laju nafas,
saturasi oksigen dan derajad nyeri setiap 15 menit selama satu jam pertama, setiap 30
menit selama satu jam kedua dan selanjutnya dilakukan pemantauan setiap jam.
k. Pemulihan kesadaran sampai pada keadaan sebelum sedasi.
l. Pemberian instruksi pasca sedasi.
30. Sedasi sedang dan dalam pada pasien geriatrik juga memerlukan pendekatan yang
menyeluruh meliputi :
a. Pemeriksaan pra sedasi untuk mengevaluasi kondisi medis yang dapat menyebabkan
resiko bila pasien menerima obat-obat sedasi (keadaan respirasi dan kardiovaskular).
b. Pemeriksaan jalan nafas yang terfokus (gigi geligi, Skor Mallampati).
c. Penggunaan obat sedasi dengan dosis yang lebih rendah dibadingkan dengan pasien
yang lebih muda.
d. Pemberian obat dengan kecepatan pemberian yang lebih lambat.
e. Pemahaman mengenai farmakokinetik dan farmakodinamik dari obat-obatan yang
digunakan untuk sedasi termasuk interaksi obat.
f. Ketersedian obat dengan kecepatan pemberian yang lebih lambat.
g. Selama pemberian sedasi sedang dan dalam harus dilakukan pemantauan dan
evaluasi terhadap :
1) Kesadaran dilakukan dan dicatat setiap 5 menit.
2) Pengukuran tekana darah dilakukan dan dicatat setaip 5 menit.
3) Perhitungan laju nadi dilakukan dan dicatat setiap 5 menit.
4) Perhitungan laju nafas setiap 5 menit.
5) Saturasi oksigen dilakukan secara kontinyu dan dicatat setiap 5 menit.
h. Semua hasil pemantauan dicatat didokumentasikan pada rekam medik sedasi.
i. Pemantauan EKG digunakan pada pasien dengan kelainan kardiovaskular.
j. Selama periode pasca sedasi, dilakukan pemantauan kesadaran, tekanan darah, laju
di, laju nafas, saturasi oksigen dan derajat nyeri setiap 15 menit selama satu jam
pertama, setiap 30 menit selama satu jam kedua dan selanjutnya dilakukan
pemantauan setiap jam
k. Pemulihan kesadaran sampai pada keadaan sebelum sedasi.
l. Pemberian instruksi pasca sedasi.

Ditetapkan di : Pandan
Pada Tanggal : Januari 2019
DIREKTUR RSUD PANDAN
KABUPATEN TAPANULI TENGAH

dr. SRI INDRA SUSILO


NIP : 19660202 200212 1004

Anda mungkin juga menyukai