Anda di halaman 1dari 724

MENTERI KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA
SALINAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

.
NOMOR 334/KMK 01/2021

TENTANG

PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA


DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pengelolaan Barang


Milik Negara di lingkungan Kementerian Keuangan yang
efektif , efisien dan akuntabel, perlu dilakukan
penyempurnaan dan simplifikasi pengaturan pengelolaan
Barang Milik Negara;
b. bahwa dalam rangka penyempurnaan dan simplifikasi
pengaturan pengelolaan Barang Milik Negara sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu disusun suatu pedoman
pengelolaan Barang Milik Negara di lingkungan
Kementerian Keuangan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan
Menteri Keuangan tentang Pengelolaan Barang Milik Negara
di Lingkungan Kementerian Keuangan;

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang


Pengelolaan Barang Milik Negara/ Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Barang Milik Negara / Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2020 Nomor 142, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6523);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244 / PMK.06 / 2012
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengawasan dan
Pengendalian Barang Milik Negara (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 1352) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
52 / PMK.06 / 2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 244 / PMK.06 / 2012 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Barang
Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 492) ;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150 / PMK.06 / 2014
tentang Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 991);

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-2-

4 . Peraturan Menteri Keuangan Nomor 246 / PMK. 06 / 2014


tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik
Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1977) sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
76 / PMK.06 / 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 246 / PMK.06 / 2014 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 549) ;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71 / PMK.06 / 2016
tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Milik Negara yang
Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas dan
Fungsi Kementerian Negara / Lembaga (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 644) ;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/ PMK.06 / 2016
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan
Penghapusan Barang Milik Negara (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 757);
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor lll / PMK.06 / 2016
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindahtanganan Barang
Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 1018);
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 113 / PMK.06 / 2016
tentang Penilaian Barang Sitaan Dalam Rangka Penjualan
Secara Lelang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 1020) ;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181 / PMK.06 / 2016
tentang Penatausahaan Barang Milik Negara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1817);
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118 / PMK.06 / 2018
tentang Tata Cara Rekonsiliasi Barang Milik Negara Dalam
Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1286) ;
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 97 / PMK.06 / 2019
tentang Pengasuransian Barang Milik Negara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 697);
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115 / PMK.06 / 2020
tentang Pemanfaatan Barang Milik Negara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 972) ;

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 3-

13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 172 / PMK.06 / 2020


tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang
Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 1242);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENGELOLAAN
BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
KEUANGAN.

PERTAMA : Menetapkan Pengelolaan Barang Milik Negara di lingkungan


Kementerian Keuangan, dengan rincian pengaturan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KEDUA : Pengelolaan Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud


dalam Diktum PERTAMA merupakan pedoman bagi Pengguna
Barang, pimpinan Unit Eselon I, Kuasa Pengguna Barang, dan
Kepala Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Keuangan
dalam pelaksanaan pengelolaan Barang Milik Negara.

KETIGA : Sekretaris Jenderal c.q. Kepala Biro Manajemen Barang Milik


Negara dan Pengadaan melakukan monitoring, evaluasi dan
pembinaan atas pelaksanaan Keputusan Menteri ini.

KEEMPAT : Pada saat Keputusan Menteri ini mulai berlaku:


1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 21 / KMK.01 / 2012
tentang Pedoman Pengamanan Barang Milik Negara di
Lingkungan Kementerian Keuangan;
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1157 / KMK.01 / 2015
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengawasan dan
Pengendalian Barang Milik Negara di Lingkungan
Kementerian Keuangan sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 594 / KMK.01 / 2017
tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 1157 / KMK.01 / 2015 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik
Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan;
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 791/ KMK.01/ 2017
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sewa Barang Milik
Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan;
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 793 / KMK.01 / 2017
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penggunaan Barang
Milik Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan;

7
MENTERI KEUANGAN
REPUBIJK INDONESIA

-4-
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 680 / KM .1 / 2018
tentang Standar dan Tata Kelola Rumah Susun Negara di
Lingkungan Kementerian Keuangan;
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 855 / KM .1 / 2018
tentang Perencanaan Penggunaan, Pemanfaatan ,
Pemindahtanganan, dan Penghapusan Barang Milik Negara
di Lingkungan Kementerian Keuangan; dan
7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 622 / KMK.01/ 2019
tentang Pedoman Penyusunan , Penelitian, dan Penyampaian
Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara di Lingkungan
Kementerian Keuangan ;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

KELIMA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari


2022 .

Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada:


1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;
3. Direktur Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian
Keuangan selaku Pengelola Barang Milik Negara;
4. Sekretaris Jenderal, para Direktur Jenderal, para Kepala
Badan , Inspektur Jenderal dan Kepala Lembaga Nasional
Single Window di lingkungan Kementerian Keuangan;
.
5 Para Kepala Biro / Pusat, para Sekretaris Direktorat
Jenderal, para Sekretaris Badan, Sekretaris Inspektorat
Jenderal, Sekretaris Lembaga, Sekretaris Pengadilan Pajak,
Sekretaris Komite Pengawas Perpajakan, Direktur
Utama / Direktur Lembaga, Sekretaris Komite Stabilitas
Sistem Keuangan dan Sekretaris Komite Nasional Ekonomi
dan Keuangan Syariah di lingkungan Kementerian
Keuangan .

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Agustus 2021
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SRI MULYANIINDRAWATI

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Umum
u.b.
Pit. Kepala Bagian Administrasi Kementerian

/
/

NIP
(rsYAH
^
10213 - 199703 1 001
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 334 / KMK.01/ 2021
TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA


DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Umum
Penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien sangat membutuhkan
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai yang terkelola dengan baik
dan efisien , sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa Menteri Keuangan
sebagai Chief Operational Officer (COO) di Kementerian Keuangan berwenang
dan bertanggungjawab atas pengelolaan aset di lingkungan Kementerian
Keuangan .
Untuk mewujudkan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang efektif , efisien
dan akuntabel, serta untuk memberikan kemudahan bagi para pelaku
pengelolaan BMN , perlu dilakukan penyempurnaan dan simplifikasi pengaturan
pengelolaan BMN .

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dan Tujuan disusunnya Keputusan Menteri ini adalah untuk
memberikan pedoman bagi para pihak yang terlibat dalam pengelolaan BMN ,
sehingga dapat pelaksanaan tugas pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan dapat berjalan lebih lancer dan optimal.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengelolaan BMN yang diatur dalam Keputusan Menteri ini
meliputi:
1. Perencanaan BMN;
2 . Penggunaan BMN;
3. Pemanfaatan BMN;
4. Pengamanan dan Pemeliharaan BMN;
5. Penilaian BMN;
6. Pemindahtanganan BMN ;
7. Pemusnahan BMN;
8. Penghapusan BMN;
9. Penatausahaan BMN; dan
10. Pengawasan dan Pengendalian BMN .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-2-

D. Definisi
1. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BMN , adalah semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas bebas Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
2. Kementerian Negara, yang selanjutnya disebut Kementerian , adalah
perangkat pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan .
3. Lembaga adalah organisasi non kementerian lembaga dan instansi lain
pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu
berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
atau peraturan perundang-undangan lainnya.
4 . Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMN .
5. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN .
6. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan, yang selanjutnya disebut
Kepala Biro, adalah Pejabat struktural yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian.
7. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang
ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada
dalam penguasaannya dengan sebaik- baiknya.
8. Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta
menunjang pelaksanaan tugas pejabat dan / atau pegawai negeri.
9. Rumah Negara Golongan I , yang selanjutnya disebut Rumah Jabatan,
adalah Rumah Negara yang dipergunakan bagi pemegang jabatan tertentu
dan karena sifat jabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut,
serta hak penghuniannya terbatas selama pejabat yang bersangkutan
masih memegang jabatan tertentu tersebut.
10. Rumah Negara Golongan II, yang selanjutnya disebut Rumah Instansi,
adalah Rumah Negara yang mempunya hubungan yang tidak dapat
dipisahkan dari suatu instansi dan hanya disediakan untuk didiami oleh
Pegawai Negeri dan apabila telah berhenti atau pensiun rumah
dikembalikan kepada negara.
11. Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian- bagian yang distrukturkan
secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan
merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan
digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi
dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
12. Rumah Susun Negara, yang selanjutnya disebut Rusunara, adalah Rumah
Susun yang dimiliki negara yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian , sarana pembinaan keluarga, serta penunjang pelaksanaan tugas
dan fungsi bagi pejabat dan / atau pegawai negeri.
13. Satuan Rumah Susun , yang selanjutnya disebut Sarusun, adalah unit
hunian Rumah Susun yang dihubungkan oleh dan mempunyai akses ke
selasar / koridor / lobi dan lantai lainnya dalam bangunan Rumah Susun ,
serta akses ke lingkungan dan jalan umum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 3-

14 . Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan , yang


selanjutnya disebut Kendaraan Jabatan, adalah kendaraan bermotor yang
digunakan oleh pejabat pemerintah untuk kepentingan operasional satuan
kerja dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsinya.
15. Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Kantor, yang selanjutnya
disebut Kendaraan Operasional, adalah kendaraan bermotor yang
digunakan untuk mendukung operasional kantor / satuan kerja dalam
melaksanakan tugas dan fungsi pemerintah.
16. Perangkat Pengguna adalah perangkat elektronik untuk melakukan
aktivitas perkantoran dan pengolahan informasi, antara lain desktop , mobile
devices ( laptop, tablet ) , printer, dan / atau scanner.
17. Perencanaan Kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan
BMN untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan
keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan
yang akan datang.
18. Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat
RKBMN , adalah dokumen perencanaan BMN untuk periode 1 (satu) tahun .
19. Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara, yang selanjutnya
disebut RKBMN Pengadaan, adalah dokumen yang memuat daftar BMN
yang direncanakan untuk dilakukan pengadaan , yang telah terdapat
standar barang dan standar kebutuhan .
20. Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara Kuasa Pengguna, yang
selanjutnya disingkat RKBMN- PKP, adalah dokumen yang memuat daftar
BMN yang direncanakan untuk dilakukan pengadaan oleh Kuasa Pengguna
Barang, yang telah terdapat standar spesifikasi dan standar jumlah.
21. Rencana Kebutuhan Pemeliharaan Barang Milik Negara, yang selanjutnya
disebut RKBMN Pemeliharaan, adalah dokumen yang memuat daftar BMN
yang direncanakan untuk dilakukan pemeliharaan.
22. Hasil Penelitian RKBMN adalah dokumen hasil penelitian rencana
kebutuhan pengadaan dan pemeliharaan BMN yang disampaikan oleh
Pengguna Barang kepada Pengelola Barang.
23. Hasil Penelitian RKBMN-PKP adalah dokumen hasil penelitian RKBMN- PKP
yang ditetapkan oleh Pengguna Barang.
24 . Hasil Penelaahan RKBMN adalah dokumen penelaahan RKBMN antara
Pengguna Barang dan Pengelola Barang.
25. Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN adalah dokumen penelaahan
RKBMN yang diusulkan untuk dilakukan perubahan .
26. Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN adalah dokumen penelaahan usulan
perubahan hasil penelaahan RKBMN antara Pengguna Barang dan
Pengelola Barang.
27. Rencana Strategis Kementerian / Lembaga yang selanjutnya disebut Renstra
K / L, adalah dokumen perencanaan Kementerian / Lembaga untuk periode
5 (lima) tahun .
28. Standar Barang dan Standar Kebutuhan, yang selanjutnya disingkat SBSK,
adalah standar barang dan standar kebutuhan BMN yang ditetapkan oleh
Pengelola Barang.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-4-

29. Perencanaan Penggunaan BMN adalah kegiatan perumusan , penyusunan ,


dan penetapan Rencana Penggunaan BMN guna menunjang
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan .
30. Perencanaan Pemanfaatan BMN adalah kegiatan perumusan, penyusunan,
dan penetapan Rencana Pemanfaatan BMN dalam rangka pendayagunaan
BMN yang tidak atau sedang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas
dan fungsi Kementerian Keuangan.
31. Perencanaan Pemindahtanganan BMN adalah kegiatan perumusan ,
penyusunan, dan penetapan Rencana Pemindahtanganan BMN yang sudah
tidak digunakan oleh Kementerian Keuangan atau sudah tidak
dimanfaatkan oleh mitra Pemanfaatan.
32 . Perencanaan Penghapusan BMN adalah kegiatan perumusan , penyusunan,
dan penetapan Rencana Penghapusan BMN dari Daftar Barang
Pengguna / Kuasa Pengguna Kementerian Keuangan.
33. Rencana Penggunaan BMN adalah dokumen perencanaan BMN
Kementerian Keuangan untuk periode waktu tertentu yang memuat daftar
BMN yang direncanakan penggunaannya.
34 . Rencana Pemanfaatan BMN adalah dokumen perencanaan BMN
Kementerian Keuangan untuk periode waktu tertentu yang memuat daftar
BMN yang direncanakan untuk dilakukan Pemanfaatan.
35. Rencana Pemindahtanganan BMN adalah dokumen perencanaan BMN
Kementerian Keuangan untuk periode waktu tertentu yang memuat daftar
BMN yang direncanakan untuk dipindahtangankan .
36 . Rencana Penghapusan BMN adalah dokumen perencanaan BMN
Kementerian Keuangan untuk periode waktu tertentu yang memuat daftar
BMN yang direncanakan untuk dihapus dari Daftar Barang
Pengguna / Kuasa Pengguna Kementerian Keuangan.
37. Standar Spesilikasi adalah spesifikasi barang yang ditetapkan sebagai
acuan perhitungan Pengadaan dan Penggunaan BMN.
38. Standar Jumlah adalah satuan jumlah barang yang ditetapkan sebagai
acuan perhitungan Pengadaan dan Penggunaan BMN.
39. Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu Perusahaan Asuransi
dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan Premi oleh
Perusahaan Asuransi sebagai imbalan untuk memberikan penggantian
kepada tertanggung atau pemegang Polis karena kerugian , kerusakan,
biaya yang timbul, kehilangan keuntungan , atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang
polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.
40. Polis adalah akta perjanjian asuransi atau dokumen lain yang
dipersamakan dengan akta perjanjian asuransi, serta dokumen lain yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan perjanjian
asuransi, yang dibuat secara tertulis dan memuat perjanjian antara pihak
perusahaan asuransi dan pemegang Polis.

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-5-

41. Konsorsium Asuransi BMN adalah kumpulan Perusahaan Asuransi dan


Perusahaan Reasuransi yang terdiri dari Ketua Konsorsium dan Anggota
Konsorsium , yang tergabung bersama serta terikat dalam kontrak
konsorsium untuk memberikan dan menyelenggarakan pengasuransian
BMN .
42. Nilai Pertanggungan adalah harga sebenarnya atau nilai sehat suatu objek
yang dipertanggungkan sesaat sebelum terjadi suatu kerugian atau
kerusakan , yang dihitung berdasarkan biaya memperoleh / memperbaiki
objek yang dipertanggungkan ke dalam keadaan barn.
43. Premi adalah sejumlah uang yang ditetapkan oleh Perusahaan Asuransi
dan disetujui oleh pemegang Polis untuk dibayarkan berdasarkan
perjanjian asuransi untuk memperoleh manfaat.
44. Keadaan Kahar ( force majeure) adalah suatu kejadian yang terjadi diluar
kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan sehingga suatu kegiatan
tidak dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya.
45. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam
mengelola dan menatausahakan BMN yang sesuai dengan tugas dan fungsi
instansi yang bersangkutan .
46 . Pemanfaatan adalah pendayagunaan BMN yang tidak digunakan untuk
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian / Lembaga dan / atau
optimalisasi BMN dengan tidak mengubah status kepemilikan .
47. Sewa adalah Pemanfaatan BMN oleh Pihak Lain dalam jangka waktu
tertentu dan menerima imbalan uang tunai.
48. Pinjam Pakai adalah Pemanfaatan BMN melalui penyerahan penggunaan
BMN dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah atau Pemerintah Desa
dalam jangka waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka
waktu tersebut berakhir diserahkan kembali kepada Pengelola
Barang / Pengguna Barang.
49. Kerja Sama Pemanfaatan , yang selanjutnya disingkap KSP, adalah
Pemanfaatan BMN oleh Pihak Lain dalam jangka waktu tertentu dalam
rangka peningkatan penerimaan negara bukan pajak dan sumber
pembiayaan lainnya.
50. Bangun Guna Serah , yang selanjut disingkat BGS, adalah Pemanfaatan
BMN berupa tanah oleh Pihak Lain dengan cara mendirikan bangunan
dan / atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh Pihak
Lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk
selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan / atau sarana
berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu.
51. Bangun Serah Guna, yang selanjutnya disingkat BSG, adalah Pemanfaatan
BMN berupa tanah oleh Pihak Lain dengan cara mendirikan bangunan
dan / atau sarana berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya
diserahkan untuk didayagunakan oleh Pihak Lain tersebut dalam jangka
waktu tertentu yang disepakati.
52. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur, yang selanjutnya disingkat KSPI ,
adalah Pemanfaatan BMN melalui kerja sama antara pemerintah dan badan

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-6-

usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
53. Kerja Sama Terbatas Untuk Pembiayaan Insfrastruktur, yang selanjutnya
disingkat KETUPI , adalah Pemanfaatan BMN melalui optimalisasi BMN
untuk meningkatkan fungsi operasional BMN guna mendapatkan
pendanaan untuk pembiayaan penyediaan infrastruktur lainnya.
54. Badan Layanan Umum , yang selanjutnya disingkat BLU, adalah Badan
Layanan Umum pada Pengelola Barang yang bertugas mengelola BMN
berupa aset infrastruktur dan mengelola pendanaan hasil Hak Pengelolaan
Terbatas atas Aset Infrastruktur BMN.
55. Swasta adalah Warga Negara Indonesia atau Warga Negara Asing yang
mempunyai izin tinggal dan / atau membuat usaha atau badan hukum
Indonesia dan / atau badan hukum asing, selain Badan Usaha Milik
Negara / Daerah , yang menjalankan kegiatan usaha untuk memperoleh
keuntungan .
56. Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN, yang selanjutnya disingkat PJPB,
adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Pemanfaatan
BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur dalam bentuk Kerja Sama
Penyediaan Infrastruktur dan Kerja Sama Terbatas Untuk Pembiayaan
Infrastruktur.
57. Proyek Kerja Sama adalah penyediaan infrastruktur yang dilakukan melalui
perjanjian kerja sama antara Menteri / Pimpinan Lembaga dan badan usaha
atau pemberian izin pengusahaan dari Menteri / Pimpinan Lembaga kepada
badan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan .
58. Penanggung Jawab Proyek Kerja Sama, yang selanjutnya disingkat PJPK,
adalah pihak yang ditunjuk dan / atau ditetapkan sebagai penanggungjawab
Proyek Kerja Sama dalam rangka pelaksanaan kerja sama Pemerintah dan
badan usaha dalam penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan .
59. Pengamanan Administrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pejabat
yang ditunjuk untuk menatausahakan dalam rangka mengamankan BMN
Kementerian dari segi administratif .
60. Pengamanan Fisik adalah kegiatan yang dilakukan oleh pejabat yang
ditunjuk untuk mengamankan BMN Kementerian yang ditujukan untuk
mencegah terjadinya penurunan fungsi barang, penurunan jumlah barang,
dan hilangnya barang.
61. Pengamanan Hukum adalah kegiatan untuk mengamankan BMN
Kementerian dengan cara melengkapi bukti status kepemilikan BMN.
62. Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua
BMN selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya
guna dan berhasil guna.
63. Penilai adalah pihak yang melakukan Penilaian secara independen
berdasarkan kompetensi yang dimilikinya.
64. Penilaian adalah proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas
suatu objek Penilaian berupa BMN pada saat tertentu.

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-7-
65. Penilai Pemerintah pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang
selanjutnya disebut Penilai Pemerintah, adalah Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang diberi tugas,
wewenang, dan tanggung jawab untuk melakukan Penilaian , termasuk atas
hasil penilaiannya secara independen sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
66 . Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnya disebut Direktorat
Jenderal, adalah unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang Penilaian.
67. Direktur Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnya disebut Direktur
Jenderal, adalah pejabat unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan
yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang Penilaian .
68. Pihak Lain adalah pihak- pihak selain Kementerian / Lembaga, Pemerintah
Daerah , dan Pemerintah Desa.
69. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan BMN.
70. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan BMN kepada Pihak Lain dengan
menerima penggantian dalam bentuk uang.
71. Tukar Menukar adalah pengalihan kepemilikan BMN yang dilakukan antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah , atau antara Pemerintah
Pusat dengan Pihak Lain , dengan menerima penggantian uang dalam
bentuk barang, paling sedikit dengan nilai seimbang.
72. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah atau kepada Pihak Lain tanpa memperoleh penggantian .
73. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan / atau kegunaan
BMN.
74. Penghapusan adalah tindakan menghapus BMN dari daftar barang dengan
menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan
Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan / atau Kuasa Pengguna Barang
dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam
penguasaannya.
75. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan ,
inventarisasi, dan pelaporan BMN sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
76. Pemutakhiran adalah kegiatan pemutakhiran ( updating ) data dan laporan
BMN dengan cara melengkapi unsur-unsur data BMN , terkait adanya
penambahan atau pengurangan nilai dan informasi lainnya tentang BMN .
77. Laporan Barang adalah laporan yang disusun oleh Pelaksana
Penatausahaan BMN pada Pengguna Barang / Pengelola Barang yang
menyajikan posisi BMN di awal dan akhir periode tertentu secara
semesteran dan tahunan serta mutasi selama periode tersebut.
78. Rekonsiliasi adalah kegiatan pencocokan data transaksi keuangan yang
diproses dengan beberapa sistem / subsistem yang berbeda berdasarkan
dokumen sumber yang sama.
79. Daftar Barang adalah daftar yang memuat data BMN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-8-

80. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah,
dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan / atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
81. Pelaksana Penatausahaan adalah unit yang melakukan Penatausahaan
BMN pada Kuasa Pengguna Barang dan Pengguna Barang.
82. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang, yang selanjutnya disingkat
UAKPB , adalah unit yang melakukan penatausahaan BMN pada tingkat
satuan kerja / Kuasa Pengguna Barang.
83. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah , yang selanjutnya
disingkat UAPPB-W , adalah unit yang membantu melakukan
penatausahaan BMN pada tingkat wilayah atau unit kerja lain yang
ditetapkan sebagai UAPPB-W oleh Pengguna Barang.
84. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I, yang selanjutnya
disingkat UAPPB-E1, adalah unit organisasi yang membantu melakukan
penatausahaan BMN pada tingkat Eselon I Pengguna Barang.
85. Unit Akuntansi Pengguna Barang, yang selanjutnya disingkat UAPB, adalah
unit yang melakukan penatausahaan BMN pada Pengguna Barang.
86. Unit Akuntansi Pembantu Kuasa Pengguna Barang, yang selanjutnya
disingkat UAPKPB, adalah unit pembantu yang bertanggung jawab terhadap
penatausahaan BMN yang dilaksanakan oleh UAKPB di lingkungannya.
87. Pejabat Pengurus Persediaan adalah pegawai yang ditunjuk oleh
UAKPB / UAPKPB untuk menerima, menyimpan, mendistribusikan dan
menatausahakan persediaan dalam gudang / tempat penyimpanan lainnya.
88. Surat Perintah Mengeluarkan Barang, yang selanjutnya disingkat SPMB,
adalah surat yang diterbitkan oleh UAKPB / UAPKPB yang menjadi dasar
bagi Pejabat Pengurus Persediaan untuk mengeluarkan persediaan dari
gudang / tempat penyimpanan lainnya.
89. Buku Persediaan adalah buku untuk mencatat / membukukan setiap jenis
persediaan yang masuk dan keluar dari gudang / tempat penyimpanan
lainnya dengan menggunakan aplikasi penatausahaan.
90. Daftar Rincian Persediaan adalah daftar yang digunakan untuk mencatat
persediaan per jenis barang dengan menggunakan aplikasi penatausahaan .
91. Investigasi adalah penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta,
melakukan peninjauan dengan tujuan memperoleh jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan ( peristiwa- peristiwa) yang berkaitan dengan
Penggunaan , Pemanfaatan , dan Pemindahtanganan BMN.
92. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat APIP,
adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu ,
pemantauan , evaluasi, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah.

E. Pelimpahan Kewenangan Pengelolaan BMN


1. Dalam pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan , Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang dapat melimpahkan
sebagian kewenangannya kepada Pejabat di lingkungan Kementerian
Keuangan .
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-9-

2. Ketentuan lebih lanjut terkait pelimpahan kewenangan pelaksanaan


pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
3. Pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang
kepada pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan diikuti dengan
penyesuaian terhadap penyusunan Naskah Dinas, sebagai berikut:
a. Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan yang ditandatangani oleh
Menteri Keuangan atau pejabat lain untuk dan atas nama Menteri
Keuangan menggunakan Kepala Naskah Dinas berupa Lambang Negara
berwana kuning emas yang diikuti tulisan MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA.
b. Naskah Dinas unit organisasi selain Naskah Dinas jabatan Menteri
Keuangan menggunakan Kepala Naskah Dinas unit organisasi berupa
Logo Kementerian Keuangan , nama unit organisasi dan alamat unit
organisasi.
c. Penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan dan Naskah Dinas
unit organisasi mengikuti ketentuan dalam Keputusan Menteri
Keuangan tentang Penomoran dan Pemberian Kode Naskah Dinas pada
Kan tor Pusat di lingkungan Kementerian Keuangan.
Format penomoran diatur sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab I huruf B.
4. Penyusunan Naskah Dinas berupa Keputusan maupun Lampiran
Keputusan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman
Penyusunan Peraturan Menteri Keuangan, Keputusan Menteri Keuangan,
Peraturan Pimpinan Unit Organisasi Eselon I , dan Keputusan Pimpinan
Unit Organisasi Eselon I di Lingkungan Kementerian Keuangan.
5. Penyusunan Naskah Dinas selain Naskah Dinas Keputusan mengacu pada
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pedoman Tata Naskah Dinas di
Lingkungan Kementerian Keuangan .
MENTER 1 KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 10 -

BAB II
RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA

A. UMUM
1. Objek Perencanaan Kebutuhan BMN meliputi BMN:
a. berupa tanah dan / atau bangunan; dan
b. selain tanah dan / atau bangunan .
2. Kewenangan dan Tanggung Jawab
a. Wewenang dan Tanggung Jawab Pengguna Barang
1) Pengguna Barang memiliki kewenangan:
a) menetapkan petunjuk teknis penelitian RKBMN;
b) melakukan penelitian atas usulan RKBMN dan RKBMN - PKP yang
disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW;
c) menyampaikan usulan RKBMN kepada Pengelola Barang;
d) menandatangani dokumen yang menjadi data dukung penyampaian
usulan RKBMN sesuai dengan batasan kewenangannya;
e) menandatangani Hasil Penelahaan RKBMN;
f ) menandatangani Perubahan Hasil Penelahaan RKBMN;
g) menetapkan jadwal penyusunan , penelitian, dan penyampaian
usulan RKBMN dan RKBMN-PKP di lingkungan Kementerian
Keuangan;
h ) menetapkan Hasil Penelitian RKBMN-PKP; dan
i) menetapkan Perubahan Hasil Penelitian RKBMN-PKP.
2 ) Pengguna Barang bertanggung jawab atas:
a) kebenaran dan kelengkapan atas usulan RKBMN tingkat Pengguna
Barang yang disampaikan kepada Pengelola Barang; dan
b) kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan
BMN .
b. Wewenang dan Tanggung Jawab Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW
1) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW memiliki
kewenangan:
a) melakukan analisis atas usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat
Kuasa Pengguna Barang yang telah dikompilasi dan disampaikan
oleh Kantor Wilayah;
b) menyampaikan usulan RKBMN dan RKBMN- PKP tingkat Eselon I
kepada Pengguna Barang;
c) meminta Kuasa Pengguna Barang untuk melakukan perbaikan atas
usulan RKBMN dan RKBMN- PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang
yang disampaikannya; dan

f
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 11 -
d ) menandatangani dokumen yang menjadi data dukung penyampaian
usulan RKBMN dan RKBMN- PKP tingkat Pengguna Barang Eselon I,
sesuai dengan batasan kewenangannya.
2) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
bertanggung jawab atas:
a) kebenaran dan kelengkapan atas usulan RKBMN dan RKBMN-PKP
tingkat Eselon I yang disampaikannya kepada Pengguna Barang;
dan
b) kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan
BMN .
c. Wewenang dan Tanggung Jawab Kepala Kantor Wilayah
1) Kepala Kantor Wilayah memiliki kewenangan:
a) melakukan kompilasi atas usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat
Kuasa Pengguna Barang, yang berada di wilayah kerjanya;
b) menyampaikan kompilasi usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat
Kuasa Pengguna Barang kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW; dan
c) menandatangani dokumen yang menjadi data dukung penyampaian
usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang,
sesuai dengan batasan kewenangannya.
2 ) Kepala Kantor Wilayah bertanggung jawab atas:
a) kebenaran dan kelengkapan dari kompilasi usulan RKBMN dan
RKBMN - PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang yang disampaikannya;
dan
b) kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan
BMN .
d. Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa Pengguna Barang
1) Kuasa Pengguna Barang memiliki kewenangan:
a) menyusun usulan RKBMN dan RKBMN- PKP tingkat Kuasa
Pengguna Barang;
b) menyampaikan usulan RKBMN dan RKBMN- PKP tingkat Kuasa
Pengguna Barang kepada:
(1) Kepala Kantor Wilayah; atau
(2) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW,
dalam hal tidak terdapat Kantor Wilayah dalam struktur
organisasinya; dan
c) menandatangani dokumen yang menjadi data dukung penyampaian
usulan RKBMN dan RKBMN- PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang.
2) Kuasa Pengguna Barang bertanggung jawab atas:
a) kebenaran dan kelengkapan dari usulan RKBMN dan RKBMN- PKP
tingkat Kuasa Pengguna Barang yang disampaikan kepada Kepala
Kantor Wilayah atau Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW; dan
b) kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan
BMN .

k
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 12 -

B. PENYUSUNAN RKBMN
1. Ketentuan Umum
a. Kuasa Pengguna Barang melakukan penyusunan RKBMN , yang terdiri
atas RKBMN Pengadaan , RKBMN Pemeliharaan, dan RKBMN- PKP.
b. RKBMN- PKP disusun dalam hal terdapat kebutuhan pengadaan BMN
yang bukan merupakan objek RKBMN Pengadaan.
c. Dalam penyusunan RKBMN Pengadaan dan RKBMN- PKP, Kuasa
Pengguna Barang menyampaikan alternatif skema pemenuhan kebutuhan
BMN , antara lain melalui pembelian, pembangunan, Pinjam Pakai, Sewa,
sewa beli, atau mekanisme lainnya yang dianggap lebih efektif dan efisien
untuk dilaksanakan, diantaranya pengalihan status penggunaan ,
penggunaan sementara, utilisasi penggunaan , pengalihan penggunaan ,
tukar menukar, dan penggunaan aset / BMN pada Pengelola Barang,
Komisi Pemberantasan Korupsi, dan Kejaksaan Agung.
d. Penyusunan RKBMN meliputi tahapan persiapan dan pelaksanaan
penyusunan.
e. Jadwal penyusunan RKBMN ditetapkan oleh Pengguna Barang.
f. Pemenuhan kebutuhan BMN yang merupakan objek RKBMN Pengadaan,
RKBMN Pemeliharaan , dan RKBMN- PKP dilakukan dengan
mempertimbangkan ketersediaan anggaran , kewajaran, efisiensi dan
optimalisasi BMN serta penggunaan aset bersama.

2. Persiapan Penyusunan
Dalam tahapan persiapan penyusunan , Kuasa Pengguna Barang melakukan
hal-hal berikut:
1. Menyampaikan usulan data indikasi kebutuhan pengadaan BMN yang
telah terdapat SBSK dan SSSJ:
1) Pada periode 3 ( tiga) tahun sebelum tahun penganggaran (T-3) , Kuasa
Pengguna Barang menyusun usulan data indikasi kebutuhan
pengadaan BMN , dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II huruf A angka 8.
2) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan usulan data indikasi
kebutuhan pengadaan BMN tersebut secara berjenjang kepada
Pengguna Barang c.q. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan
Pengadaan selaku pelaksana harian Pengguna Barang.
3) Usulan data indikasi kebutuhan pengadaan BMN disampaikan pada
saat periode penyusunan RKBMN sebagai lampiran dokumen data
dukung RKBMN .
Sebagai contoh, pada periode penyusunan RKBMN Tahun Anggaran
2021, disusun dan disampaikan pula usulan indikasi kebutuhan
pengadaan BMN untuk Tahun Anggaran 2022.
2. Melakukan pemutakhiran data identitas kantor pada aplikasi SIMAN .
Mekanisme pemutakhiran data mengikuti ketentuan sebagaimana
tercantum dalam Bab XIII huruf B lampiran ini.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 13 -
3. Melakukan pemutakhiran data pada Master Aset yang merupakan objek
RKBMN . Mekanisme pemutakhiran data mengikuti ketentuan
sebagaimana tercantum dalam Bab XIII huruf B lampiran ini.
3. Pelaksanaan Penyusunan
b. RKBMN Pengadaan
1) RKBMN Pengadaan memuat jumlah unit dan / atau luas BMN yang
diusulkan untuk dilakukan pengadaan .
2) Kuasa Pengguna Barang menyusun RKBMN Pengadaan melalui
aplikasi SIM AN .
3) RKBMN Pengadaan disusun 2 (dua) tahun sebelum tahun anggaran
berjalan (T-2 ) , dimulai paling cepat setelah periode rekonsiliasi BMN
Semester I (T-2) .
4) RKBMN Pengadaan rumah negara dan tanah untuk Rumah Negara
dapat diajukan bersamaan dengan RKBMN Pengadaan bangunan
gedung kantor yang direncanakan dibangun.
5) Dalam hal penataan ruang kerja dan pembangunan gedung kantor
barn sesuai konsep ABW , batasan tertinggi luas bangunan
menggunakan SBSK dan SSSJ .
6) Objek RKBMN Pengadaan:
a) tanah untuk bangunan gedung kantor;
b) tanah untuk bangunan Rumah Negara;
c) bangunan gedung kantor;
d ) bangunan gedung negara lainnya;
e) bangunan Rumah Negara; dan
f ) Kendaraan Jabatan;
g) Kendaraan Operasional; dan
h ) Kendaraan Fungsional.
7) Kuasa Pengguna Barang menyusun RKBMN Pengadaan dengan
berpedoman pada hal berikut:
a) Rencana Strategis Kementerian Keuangan yang menjadi
kewenangan dan tanggung jawabnya
Dilaksanakan untuk memastikan kesinambungan pelaksanaan
tugas dan fungsi. Untuk itu, perlu adanya relevansi atau
keterkaitan antara pengadaan BMN dengan program dan kegiatan
yang konsisten dengan sasaran strategis.
Selain mempertimbangkan Rencana Strategis, Kuasa Pengguna
Barang perlu pula mempertimbangkan rencana
perubahan / pengembangan organisasi.
b) SBSK
Dalam menyusun RKBMN Pengadaan , Kuasa Pengguna Barang
berpedoman pada SBSK yang ditetapkan oleh Pengelola Barang:
(1) Bangunan Gedung Kantor
(a) Standar Ketinggian Bangunan

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 14 -

Standar ketinggian bangunan gedung kantor didasarkan


pada struktur pejabat eselon tertinggi yang direncanakan
akan menempati secara permanen bangunan gedung
kantor tersebut.
( b) Standar Kebutuhan Unit Bangunan
Kebutuhan jumlah unit bangunan gedung kantor:
i. Kantor direktorat, yaitu kantor instansi pusat dengan
struktur pejabat eselon tertinggi yang menempati
secara permanen setingkat Unit Eelon II, dapat
memiliki gedung tersendiri apabila luas lantai bruto
lebih dari 1.000 m2 (seribu meter persegi) .
ii. Kantor instansi vertikal dengan struktur pejabat eselon
tertinggi yang menempati secara permanen setingkat
Unit Eelon II , pada dasarnya tidak dibatasi, namun
diupayakan memenuhi prinsip efisiensi dan efektivitas
penggunaan lahan.
iii. Kantor instansi vertikal dengan struktur pejabat eselon
tertinggi yang menempati secara permanen setingkat
Eselon III atau Eselon IV, adalah 1 (satu) bangunan
untuk setiap unit.
(c) Standar Luas Bangunan
Perhitungan luas bangunan gedung kantor memerlukan
masukan ( input ) data pegawai sesuai formasi / struktur dan
jumlah pegawai ideal berdasarkan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang akan menempati bangunan
gedung kantor yang diusulkan kebutuhan pengadaannya.
Dalam hal formasi / struktur dan jumlah pegawai ideal
berbeda dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai kebutuhan pegawai negeri sipil yang
berlaku, maka digunakan formasi / struktur dan jumlah
pegawai yang lebih besar.
(2) Tanah untuk Bangunan Gedung Kantor
Standar luas minimum dan / atau maksimum tanah ditentukan
oleh luas lantai dasar bangunan dan Koefisien Dasar
Bangunan ( KDB) yang berlaku di daerah setempat. Dengan
demikian, Kuasa Pengguna Barang yang akan mengajukan
usulan pengadaan bangunan gedung kantor, harus telah
memiliki rencana bangunan gedung kantor yang akan berdiri di
atas tanah yang diusulkan pengadaannya.
(3) Bangunan Rumah Negara
(a) Standar kebutuhan unit bangunan
Kuasa Pengguna Barang mengusulkan jumlah unit
Bangunan Rumah Negara, keluasan tanah, dan keluasan
bangunan melalui RKBMN Pengadaan berdasarkan
pembahasan bersama antara Pengguna Barang / Kuasa
Pengguna Barang bersangkutan dengan instansi / unit
kerja yang bertanggung jawab di bidang pekerjaan umum.

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 15 -

Dokumen hasil pembahasan tersebut disertakan saat


penyampaian RKBMN Pengadaan , antara lain berupa
notula rapat yang ditandatangani oleh Pengguna
Barang / Kuasa Pengguna Barang bersangkutan dengan
instansi / unit kerja yang bertanggung jawab di bidang
pekerjaan umum, surat atau surat pernyataan dari
instansi / unit kerja yang bertanggung jawab di bidang
pekerjaan umum .
Adapun untuk jumlah unit bangunan Rumah Negara, agar
mengacu pada ketentuan internal Kementerian Keuangan
yang mengatur mengenai Jumlah dan Spesifikasi
Kebutuhan Rumah Negara.
( b) Standar luas bangunan
Perhitungan luas bangunan Rumah Negara memerlukan
masukan ( input ) data pegawai yang akan menempati
bangunan Rumah Negara yang diusulkan kebutuhan
pengadaannya.
(4) Tanah untuk Bangunan Rumah Negara
Standar maksimum luas tanah untuk bangunan Rumah Negara
ditentukan oleh tipe Rumah Negara yang akan berdiri di atas
tanah yang diusulkan pengadaannya. Dengan demikian , Kuasa
Pengguna Barang yang akan mengusulkan pengadaan tanah
untuk Rumah Negara harus telah memiliki rencana tipe
bangunan Rumah Negara yang akan berdiri di atas tanah yang
diusulkan pengadaannya. Tipe bangunan Rumah Negara
ditentukan dari masukan ( input ) data pegawai yang akan
menempati bangunan Rumah Negara.
(5) RKBMN Pengadaan Rumah Negara dan tanah untuk Rumah
Negara dapat diajukan bersamaan dengan RKBMN Pengadaan
bangunan gedung kantor yang direncanakan dibangun.
(6) Kendaraan Jabatan
SBSK sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
mengenai SBSK secara umum merupakan batas tertinggi
standar kebutuhan BMN. Standar jumlah Kendaraan Jabatan
disesuaikan dengan jabatan , kecuali untuk menteri dan yang
setingkat maksimal 2 (dua) unit.
Kuasa Pengguna Barang dapat mengusulkan RKBMN
Pengadaan Kendaraan Jabatan melalui mekanisme
penyesuaian existing BMN , dengan memperhatikan Keputusan
Menteri Keuangan mengenai Modul Penyusunan RKBMN
berupa AADB Dinas Operasional Jabatan .
Adapun Kendaraan Jabatan yang diperkenankan untuk
dialihkan menjadi kendaraan operasional dengan kriteria:
(a) jenis dan spesifikasi Kendaraan Jabatan meliputi:
i. kendaraan roda 4 (empat) SUV maksimal 2500 cc;
ii. kendaraan roda 4 (empat) MPV maksimal 2500 cc; atau
iii. kendaraan roda 2 (dua) ;
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 16 -

( b) Kendaraan Jabatan telah berumur 5 (lima) tahun sejak


tanggal perolehan;
i. terhitung mulai tanggal, bulan , dan tahun perolehannya
sesuai dokumen kepemilikan , untuk perolehan dalam
kondisi baru; atau
ii. terhitung mulai tanggal, bulan , dan tahun
pembuatannya sesuai dokumen kepemilikan , untuk
perolehan tidak dalam kondisi baru; dan
iii. jumlah Kendaraan Operasional tidak melebihi Standar
Kebutuhan .
(7) Kendaraan Operasional
Standar Spesifikasi Kendaraan Operasional mengacu pada
Standar Barang yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.
(8) Kendaraan Fungsional
Spesifikasi Kendaraan dan Jumlah kendaraan fungsional
mengacu pada Standar Barang yang ditetapkan oleh Pengelola
Barang berdasarkan usulan dari Pengguna Barang.
Standar Spesifikasi dan Standar Jumlah Kendaraan Fungsional
sebagaimana tercantum pada Bab IV huruf F angka 3
digunakan sebagai acuan bagi satuan kerja dalam mengajukan
usulan RKBMN Kendaraan Fungsional ke Pengguna Barang
untuk kemudian mendapatkan persetujuan dari Pengelola
Barang.
c) Data BMN Kuasa Pengguna Barang yang secara berkala dilakukan
pemutakhiran
Data existing BMN yang digunakan adalah data per tanggal
penyusunan RKBMN Pengadaan yang dilaksanakan oleh Kuasa
Pengguna Barang.
Kuasa Pengguna Barang wajib melengkapi dan melakukan
pemutakhiran (update) seluruh kolom isian data atas existing BMN
per tanggal penyusunan RKBMN Pengadaan pada aplikasi SIMAN .
c. RKBMN Pemeliharaan
1) RKBMN Pemeliharaan memuat jumlah unit dan / atau luas serta kondisi
BMN yang diusulkan untuk dilakukan pemeliharaan.
2) Kuasa Pengguna Barang menyusun RKBMN Pemeliharaan melalui
aplikasi SIMAN .
3) RKBMN Pemeliharaan disusun 2 (dua) tahun sebelum tahun anggaran
berjalan (T-2 ) , dimulai paling cepat setelah periode rekonsiliasi BMN
Semester I T-2.
4) Objek RKBMN Pemeliharaan:
a) tanah dan / atau bangunan;
b) selain tanah dan / atau bangunan , untuk:
(1) BMN berupa alat angkutan bermotor
Usulan kebutuhan pemeliharaan BMN selain tanah dan / atau
bangunan berupa alat angkut bermotor meliputi:

H
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 17 -
(a) Alat angkutan darat bermotor (3.02.01);
(b) Alat angkutan apung bermotor (3.02.03); dan
(c) Alat angkutan bermotor udara (3.02.05) .
(2) BMN selain alat angkutan bermotor dengan nilai perolehan per
satuan paling sedikit Rpl 00.000.000, 00 (seratus juta rupiah ) .
5) BMN yang termasuk dalam status yang direncanakan untuk
dihentikan penggunaannya, dipindahtangankan , dimanfaatkan,
dihapuskan , dan dimusnahkan serta BMN berupa Konstruksi Dalam
Pengerjaan maupun Aset Tak Berwujud Dalam Pengerjaan dalam
tahun yang direncanakan, tidak dapat diusulkan pemeliharaannya.
6) BMN yang dapat diajukan rencana pemeliharaannya adalah BMN
dalam kondisi Baik (B) dan Rusak Ringan ( RR ) . Terhadap BMN dalam
kondisi Rusak Berat (RB) dan masih tercatat dalam Daftar Barang
Kuasa Pengguna, Kuasa Pengguna Barang agar mengajukan rencana
Penghapusan BMN tersebut dan mengeluarkan pencatatan BMN
tersebut dari Daftar Barang Kuasa Pengguna sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan .
7) Dalam hal BMN existing yang sudah tercatat pada aplikasi SIMAN akan
diajukan RKBMN Pemeliharaan perlu terlebih dahulu diterbitkan
Penetapan Status Penggunaaan.
8) Kuasa Pengguna Barang dapat mengajukan RKBMN Pemeliharaan atas
barang tambahan yang memerlukan pemeliharaan namun tidak
tercatat sebagai BMN di bawah penguasaan Kuasa Pengguna Barang
yang bersangkutan, dengan menyertakan dokumen pendukung atas
barang tambahan tersebut.
9) RKBMN Pemeliharaan atas barang tambahan dapat diajukan untuk
kondisi sebagai berikut:
a) Barang yang pengadaannya telah mendapat alokasi anggaran dan
memerlukan pemeliharaan pada tahun yang direncanakan.
Terhadap barang pada kategori ini, pengajuannya harus dilengkapi
dengan surat pernyataan dari Kuasa Pengguna Barang mengenai
telah adanya alokasi anggaran untuk pengadaan barang tersebut;
b) BMN yang tidak tercatat dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna
namun berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
harus dipelihara oleh Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan .
Terhadap BMN pada kategori ini, pengajuannya harus dilengkapi
dengan dokumen yang menyatakan adanya pengalihan kewajiban
pemeliharaan atas BMN tersebut; atau
c) BMN digunakan sementara oleh suatu Kementerian / Lembaga.
Terhadap BMN pada kategori ini, pengajuannya harus dilengkapi
dengan dokumen pendukung, seperti Berita Acara Penggunaan
Sementara dan sejenisnya.
d . Penyusunan RKBMN - PKP
1) RKBMN-PKP memuat jumlah unit dan / atau luas BMN yang diusulkan
untuk dilakukan pengadaan .
if
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 18 -

2 ) Kuasa Pengguna Barang menyusun RKBMN- PKP secara manual


dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab II huruf B angka 5 dan disampaikan sebagai dokumen
pendukung RKBMN yang diunggah pada aplikasi SIMAN.
3) RKBMN - PKP disusun 2 (dua) tahun sebelum tahun anggaran berjalan
(T-2) , dimulai paling cepat setelah periode rekonsiliasi BMN Semester I
(T-2 ) .
4) Objek RKBMN- PKP:
a) Rumah Susun Negara;
b) Perangkat Pengguna; dan
c) Ruang Khusus.
5) Kuasa Pengguna Barang menyusun RKBMN-PKP dengan berpedoman
pada:
a) Rencana Strategis Kementerian Keuangan yang menjadi
kewenangan dan tanggung jawabnya.
Dilaksanakan untuk memastikan kesinambungan pelaksanaan
tugas dan fungsi. Untuk itu , perlu adanya relevansi atau
keterkaitan antara pengadaan BMN dengan program dan kegiatan
yang konsisten dengan sasaran strategis.
b) Data existing BMN .
Data existing BMN yang digunakan adalah data per tanggal
penyusunan RKBMN-PKP yang dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna
Barang.
Kuasa Pengguna Barang wajib melengkapi dan melakukan
pemutakhiran (update ) seluruh kolom isian data atas existing BMN
per tanggal penyusunan RKBMN-PKP pada aplikasi SIMAN .
c) SSSJ .
Standar spesifikasi dan standar jumlah BMN yang ditetapkan oleh
Pengguna Barang.
e. Selain berpedoman pada rencana strategis Kementerian Keuangan, SBSK,
data BMN, dan SSSJ sebagaimana tersebut di atas, penyusunan RKBMN
Pengadaan , RKBMN Pemeliharaan , dan RKBMN- PKP menggunakan pula
Rencana Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan , dan
Penghapusan Barang Milik Negara sebagai data rujukan.

C. PENELITIAN RKBMN
a) Penelitian RKBMN Pengadaan dan RKBMN- PKP
a. Tingkat Eselon I
1) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
melakukan analisis RKBMN Pengadaan dan RKBMN -PKP tingkat Kuasa
Pengguna Barang yang telah dikompilasi oleh Kepala Kantor Wilayah .
2 ) Analisis atas RKBMN Pengadaan dan RKBMN -PKP tingkat Kuasa
Pengguna Barang dilakukan terhadap:
a) relevansi program dengan rencana keluaran ( output ) pada Renstra;

H
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 19 -
b) kesesuaian perbandingan antara kebutuhan dengan BMN yang
berada pada Kuasa Pengguna Barang;
c) kesesuaian terhadap standar yang telah ditetapkan;
d ) kesesuaian antara jumlah dan formasi pegawai pada Kuasa
Pengguna Barang dengan rencana pengembangan pegawai pada
2 (dua) tahun yang akan datang;
e) kelayakan rencana Penghapusan BMN 2 (dua) tahun yang akan
datang;
f ) optimalisasi Penggunaan BMN yang berada pada Unit Eselon I,
dalam hal terdapat BMN yang berada pada Unit Eselon I yang belum
digunakan secara optimal dan memenuhi spesifikasi;
g) efektivitas Penggunaan BMN yang berada pada Unit Eselon I sesuai
dengan peruntukannya; dan
h ) alternatif pemenuhan RKBMN / skema pemenuhan RKBMN .
b. Tingkat Pengguna Barang
1) Pengguna Barang melakukan penelitian atas RKBMN Pengadaan dan
RKBMN -PKP serta rekapitulasi RKBMN dan RKBMN- PKP tingkat Eselon
I.
2) Penelitian atas RKBMN Pengadaan dan RKBMN-PKP Unit Eselon I
dilakukan terhadap:
a) kelengkapan dokumen penyampaian dan data dukung penyampaian
RKBMN Pengadaan dan RKBMN - PKP tingkat Eselon I;
b) relevansi antara program dengan rencana keluaran (output) pada
Renstra;
c) kesesuaian antara kebutuhan BMN yang diusulkan dengan BMN
yang berada pada Kuasa Pengguna Barang;
d ) kesesuaian terhadap standar yang telah ditetapkan;
e) kesesuaian antara jumlah dan formasi pegawai dengan rencana
pengembangan pegawai pada 2 (dua) tahun yang akan datang;
f ) kesesuaian dengan rencana BMN yang akan dihapuskan pada
2 (dua) tahun yang akan datang;
g) optimalisasi Penggunaan BMN yang berada pada Pengguna Barang,
dalam hal terdapat BMN Kementerian Keuangan yang belum
digunakan secara optimal dan memenuhi spesifikasi;
h ) efektivitas Penggunaan BMN yang berada pada Pengguna Barang
sesuai dengan peruntukannya; dan
i) alternatif pemenuhan RKBMN / skema pemenuhan RKBMN.
3) Dalam pelaksanaan penelitian RKBMN Pengadaan dan RKBMN- PKP,
Pengguna Barang:
a) dapat melakukan pembahasan dengan Kuasa Pengguna Barang
dan / atau Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW guna meminta penjelasan , klarifikasi, dan data dukung
lainnya yang diperlukan;

‘ i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 20 -

b) meminta APIP untuk melakukan review terhadap kebenaran dan


kelengkapan usulan RKBMN serta kepatuhan terhadap penerapan
ketentuan Perencanaan Kebutuhan BMN ; dan
c) dapat melakukan sinkronisasi bersama dengan APIP terhadap hasil
penelitian Pengguna Barang dengan hasil review APIP, dalam hal
diperlukan.
4) Dokumen hasil penelitian RKBMN-PKP ditetapkan oleh Pengguna
Barang.
b) Penelitian RKBMN Pemeliharaan
a. Tingkat Eselon I
1) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
melakukan analisis RKBMN Pemeliharaan tingkat Kuasa Pengguna
Barang yang telah dikompilasi oleh Kepala Kantor Wilayah .
2) Analisis atas RKBMN Pemeliharaan dilakukan terhadap:
a) kesesuaian antara jumlah BMN yang diusulkan untuk dilakukan
pemeliharaan dengan data BMN yang dimiliki;
b) kesesuaian antara bentuk dan metode pemeliharaan dengan status
dan kondisi BMN ; dan
c) kesesuaian antara fungsi BMN yang diusulkan dengan
peruntukannya dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas
dan fungsi Unit Eselon I.
b. Tingkat Pengguna Barang
1) Pengguna Barang melakukan penelitian atas RKBMN Pemeliharaan dan
rekapitulasi RKBMN tingkat Eselon I;
2) Penelitian atas RKBMN Pemeliharaan tingkat Eselon I dilakukan
terhadap:
a) kelengkapan dokumen penyampaian dan data dukung penyampaian
RKBMN Pemeliharaan tingkat Eselon I;
b) kesesuaian antara jumlah BMN yang diusulkan untuk dilakukan
pemeliharaan dengan data BMN yang dimiliki;
c) kesesuaian antara bentuk dan metode pemeliharaan dengan status
dan kondisi BMN ; dan
d) kesesuaian antara fungsi BMN yang diusulkan dengan
peruntukannya dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas
dan fungsi Kementerian Keuangan .
3) Dalam pelaksanaan penelitian RKBMN Pemeliharaan, Pengguna
Barang:
a) dapat melakukan pembahasan dengan Kuasa Pengguna Barang
dan / atau Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW guna meminta penjelasan , klarifikasi, dan data dukung
lainnya yang diperlukan;
b) meminta APIP untuk melakukan review terhadap kebenaran dan
kelengkapan usulan RKBMN serta kepatuhan terhadap penerapan
ketentuan Perencanaan Kebutuhan BMN; dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 21 -
c) dapat melakukan sinkronisasi bersama dengan APIP terhadap hasil
penelitian Pengguna Barang dengan hasil review APIP, dalam hal
diperlukan .
c) Review atas RKBMN Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan
a. Review dilakukan oleh APIP.
b. APIP menyampaikan hasil review RKBMN Pengadaan dan RKBMN
Pemeliharaan yang ditandatangani pejabat berwenang kepada Pengguna
Barang.
d ) Jadwal penelitian dan review RKBMN
Jadwal penelitian RKBMN yang dilakukan oleh Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dan Pengguna Barang serta jadwal
pelaksanaan review RKBMN yang dilakukan oleh APIP ditetapkan oleh
Pengguna Barang.
e) Pelaksanaan analisis dan penelitian RKBMN Pengadaan , RKBMN
Pemeliharaan, dan RKBMN-PKP menggunakan Rencana Penggunaan ,
Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan Penghapusan Barang Milik Negara
sebagai data rujukan .

D . PENYAMPAIAN RKBMN
1. RKBMN Pengadaan dan RKBMN - PKP
a. Tingkat Kuasa Pengguna Barang
1) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan usulan RKBMN Pengadaan
dan RKBMN- PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang kepada Kepala
Kantor Wilayah dalam bentuk:
a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN; dan
b) hardcopy.
2) Dalam hal tidak terdapat Kantor Wilayah dalam suatu organisasi Unit
Eselon I , penyampaian usulan sebagaimana dimaksud pada angka 1)
dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW .
b. Tingkat Wilayah
1) Kepala Kantor Wilayah mengompilasi seluruh usulan RKBMN
Pengadaan dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang di
wilayah kerjanya.
2 ) Kepala Kantor Wilayah menyampaikan usulan RKBMN Pengadaan dan
RKBMN- PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil kompilasi kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dalam
bentuk:
a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN; dan
b) hardcopy .
c. Tingkat Eselon I
1) Unit Eselon I mengompilasi seluruh usulan RKBMN Pengadaan dan
RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang yang telah disampaikan
oleh Kepala Kantor Wilayah .

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 22 -

2) Dalam hal tidak terdapat Kantor Wilayah, Sekretaris Unit Eselon


I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW mengompilasi seluruh usulan
RKBMN Pengadaan tingkat Kuasa Pengguna Barang dan RKBMN-PKP
pada unit Eselon I-nya.
3) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyampaikan usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN -PKP tingkat
Eselon I kepada Pengguna Barang dalam bentuk:
a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN; dan
b) hardcopy.
d . Tingkat Pengguna Barang
1) Pengguna Barang mengompilasi seluruh usulan RKBMN Pengadaan
dan RKBMN-PKP tingkat Eselon I yang telah disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW.
2) Pengguna Barang menyampaikan RKBMN Pengadaan tingkat Pengguna
Barang kepada Pengelola Barang sesuai jadwal yang telah ditentukan
oleh Pengelola Barang dalam bentuk:
a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN; dan
b) hardcopy.
2. RKBMN Pemeliharaan
a. Tingkat Kuasa Pengguna Barang
1) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan usulan RKBMN Pemeliharaan
tingkat Kuasa Pengguna Barang kepada Kepala Kantor Wilayah dalam
bentuk:
a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN; dan
b) hardcopy .
2 ) Dalam hal tidak terdapat Kantor Wilayah dalam suatu organisasi Unit
Eselon I, penyampaian usulan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang kepada Unit Eselon I.
b. Tingkat Wilayah
1) Kepala Kantor Wilayah mengompilasi seluruh usulan RKBMN
Pemeliharaan tingkat Kuasa Pengguna Barang di wilayah kerjanya.
2 ) Kepala Kantor Wilayah menyampaikan usulan RKBMN Pemeliharaan
tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil kompilasi kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dalam bentuk:
a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN; dan
b) hardcopy.
c. Tingkat Eselon I
1) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
mengompilasi seluruh usulan RKBMN Pemeliharaan tingkat Kuasa
Pengguna Barang yang telah disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah.
2) Dalam hal tidak terdapat Kantor Wilayah , Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW mengompilasi seluruh usulan
RKBMN Pemeliharaan tingkat Kuasa Pengguna Barang pada unit
Eselon I-nya.

I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 23 -
3) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyampaikan usulan RKBMN Pemeliharaan tingkat Eselon I kepada
Pengguna Barang dalam bentuk:
a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN; dan
b) hardcopy .
d. Tingkat Pengguna Barang
1) Pengguna Barang mengompilasi seluruh usulan RKBMN Pemeliharaan
tingkat Eselon I yang telah disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW.
2 ) Pengguna Barang menyampaikan RKBMN Pemeliharaan tingkat
Pengguna Barang kepada Pengelola Barang sesuai jadwal yang telah
ditentukan oleh Pengelola Barang dalam bentuk:
a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN ; dan
b) hardcopy.
3. Jadwal Penyampaian RKBMN
Jadwal penyampaian RKBMN , termasuk dalam rangka pelaksanaan review
oleh APIP, ditetapkan oleh Pengguna Barang.
4 . Dokumen Yang Menjadi Data Dukung Penyampaian RKBMN
a. Tingkat Kuasa Pengguna Barang
1) Surat Pengantar yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang;
2) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM ) yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang;
3) RKBMN Pengadaan tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil cetak
aplikasi SIMAN yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang;
4) RKBMN Pemeliharaan tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil cetak
aplikasi SIMAN yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang;
5) RKBMN- PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang yang ditandatangani
oleh Kuasa Pengguna Barang;
6) Formulir Penjelasan, berisi penjelasan atas seluruh jenis RKBMN yang
diusulkan;
7) Laporan Realisasi Penghapusan BMN pada tahun berjalan;
8) Data Indikasi Kebutuhan Pengadaan BMN (T-3) ;
9) Dokumen pembahasan dengan instansi atau unit kerja yang
bertanggung jawab di bidang pekerjaan umum, dalam hal terdapat
usulan pengadaan berupa Rumah Negara;
10) Dokumen penganggaran tahun penyusunan RKBMN ;
11) Dokumen usulan penganggaran untuk satu tahun setelah
penyusunan RKBMN;
12 ) Surat Pernyataan Atas Pemeliharaan Atas Barang Tambahan; dan
13) Surat Keterangan Kebenaran Digital.
b. Tingkat Wilayah
1) Surat pengantar yang ditandatangani oleh pimpinan Kantor Wilayah;
2) SPTJM yang ditandatangani oleh pimpinan Kantor Wilayah;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 24 -

3) Rekapitulasi RKBMN Pengadaan tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil


cetak aplikasi SIMAN, yang ditandatangani oleh pimpinan Kantor
Wilayah;
4) Rekapitulasi RKBMN Pemeliharaan tingkat Kuasa Pengguna Barang
hasil cetak aplikasi SIMAN, yang ditandatangani oleh pimpinan Kantor
Wilayah;
5) Rekapitulasi RKBMN- PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang yang
ditandatangani oleh pimpinan Kantor Wilayah; dan
6) Rekapitulasi Laporan Realisasi Penghapusan BMN pada tahun berjalan
dari seluruh Kuasa Pengguna Barang yang berada dalam wilayah
kerjanya.
c. Tingkat Eselon I
1) Surat pengantar yang ditandatangani oleh Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW;
2 ) SPTJM yang ditandatangani Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW;
3) Rekapitulasi RKBMN Pengadaan tingkat Eselon I hasil cetak aplikasi
SIMAN, yang ditandatangani oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW;
4) Rekapitulasi RKBMN Pemeliharaan tingkat Eselon I hasil cetak aplikasi
SIMAN, yang ditandatangani oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW;
5) Rekapitulasi RKBMN-PKP tingkat Eselon I yang ditandatangani oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW;
6) Rekapitulasi Laporan Realisasi Penghapusan BMN pada tahun berjalan
dari seluruh Kantor Wilayah; dan
7) Laporan Penyediaan Anggaran dalam hal terdapat kebutuhan barn dan
penyediaan anggaran angka dasar ( baseline) dalam rangka rencana
pengadaan dan / atau rencana pemeliharaan BMN dilakukan
berdasarkan mekanisme penganggaran sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan karena kondisi darurat atau kondisi lainnya.
d . Tingkat Pengguna Barang
1) Surat pengantar yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon II yang
memperoleh pelimpahan wewenang dari Pengguna Barang;
2 ) SPTJM yang ditandatangani oleh Pejabat Eselon II yang memperoleh
pelimpahan wewenang dari Pengguna Barang;
3) Rekapitulasi RKBMN Pengadaan hasil cetak aplikasi SIMAN yang
ditandatangani oleh Pejabat Eselon II yang memperoleh pelimpahan
wewenang dari Pengguna Barang;
4) Rekapitulasi RKBMN Pemeliharaan hasil cetak aplikasi SIMAN yang
ditandatangani oleh Pejabat Eselon II yang memperoleh pelimpahan
wewenang dari Pengguna Barang; dan
5) Laporan hasil review APIP yang ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang.

I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 25 -

E. MEKANISME PENYUSUNAN, PENELITIAN, DAN PENYAMPAIAN USULAN


PERUBAHAN HASIL PENELAAHAN RKBMN
1. Pada tahun anggaran berjalan , dalam hal terdapat revisi anggaran yang
berdampak pada perubahan kebutuhan pengadaan dan / atau pemeliharaan
BMN termasuk tetapi tidak terbatas pada revisi anggaran yang tidak melalui
Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Barang mengajukan Usulan
Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN .
2. Ruang lingkup pengaturan terkait perubahan hasil penelaahan RKBMN
adalah untuk RKBMN yang ditetapkan pada tingkat Pengelola Barang.
3. Kuasa Pengguna Barang menyusun Usulan Perubahan Hasil Penelaahan
RKBMN sesuai dengan format yang tercantum dalam Lampiran II Bab II
huruf B angka 11 dan huruf B angka 12.
4. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan Usulan Perubahan Hasil
Penelaahan RKBMN kepada Pengguna Barang secara berjenjang.
5. Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN disampaikan oleh Kuasa
Pengguna Barang kepada Kepala Kantor Wilayah disertai dengan:
a. surat pengantar;
b. dokumen usulan perubahan Hasil Penelaahan RKBMN;
c. penjelasan rencana realokasi anggaran , dalam hal terdapat revisi
anggaran yang berdampak pada perubahan kebutuhan pengadaan
dan / atau pemeliharaan BMN ;
d . penjelasan mengenai alasan diperlukannya perubahan Hasil Penelaahan
RKBMN; dan
e. SPTJM yang ditandatangani oleh Kepala Kantor.
6. Kepala Kantor Wilayah menyampaikan Usulan Perubahan Hasil Penelaahan
RKBMN kepada Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW , disertai dengan data dan dokumen sebagaimana dimaksud pada
angka 5 serta matriks yang memuat persandingan antara RKBMN Hasil
Penelaahan dengan RKBMN Usulan Perubahan .
7. Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW melakukan
analisis atas Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN yang diusulkan
oleh Kuasa Pengguna Barang.
8. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyampaikan Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN kepada
Pengguna Barang paling lama 8 (delapan) hari kerja setelah diterimanya
Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN atau paling lambat 60 (enam
puluh ) hari kerja sebelum batas waktu penyampaian revisi anggaran
Kementerian disertai dengan SPTJM yang ditandatangani pimpinan Unit
Eselon I .
9. Pengguna Barang melakukan penelitian atas Usulan Perubahan Hasil
Penelaahan RKBMN tingkat Kuasa Pengguna Barang yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW.
10. Dalam pelaksanaan penelitian , Pengguna Barang:
a. dapat melakukan pembahasan dengan Kuasa Pengguna Barang
dan / atau Unit Eselon I guna meminta penjelasan , klarifikasi, dan data
dukung lainnya yang diperlukan; dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 26 -
b. meminta APIP untuk melakukan review terhadap kebenaran dan
kelengkapan Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN serta
kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan
BMN .
11. APIP melakukan review atas Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN.
12. APIP menyampaikan hasil review Usulan Perubahan Hasil Penelaahan
RKBMN , yang ditandatangani pejabat yang berwenang kepada Pengguna
Barang paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah surat dan dokumen
permintaan review dari Pengguna Barang diterima secara lengkap.
13. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan , Pengguna Barang
menyampaikan Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN kepada
Pengelola Barang paling lama 20 (dua puluh ) hari kerja setelah diterimanya
usulan perubahan hasil RKBMN atau paling lambat 20 (dua puluh ) hari
kerja sebelum batas waktu penyampaian revisi anggaran disertai dengan
Form Perubahan hasil penelaahan RKBMN Pengguna Barang, SPTJM yang
ditandatangani oleh Pengguna Barang dan hasil review APIP.
14. Ketentuan mengenai tata cara penyusunan dan penelitian RKBMN berlaku
mutatis mutandis terhadap penyusunan dan penelitian Usulan Perubahan
Hasil Penelaahan RKBMN .

F. MEKANISME PENYUSUNAN , PENELITIAN, DAN PENYAMPAIAN USULAN


PERUBAHAN HASIL PENETAPAN RKBMN - PKP
1. Pada tahun anggaran berjalan , dalam hal terdapat revisi anggaran yang
berdampak pada perubahan kebutuhan pengadaan yang menjadi objek
RKBMN - PKP, termasuk tetapi tidak terbatas pada revisi anggaran yang
tidak melalui Pengguna Anggaran , Kuasa Pengguna Barang mengajukan
Usulan Perubahan Hasil Penetapan RKBMN- PKP.
2. Ruang lingkup pengaturan terkait perubahan hasil penetapan RKBMN- PKP
adalah untuk RKBMN yang ditetapkan pada tingkat Pengguna Barang.
3. Kuasa Pengguna Barang menyusun Usulan Perubahan Hasil Penetapan
RKBMN - PKP sesuai dengan format yang tercantum dalam Lampiran II
Bab II huruf B angka 13 Keputusan Menteri ini.
4. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan Usulan Perubahan Hasil
Penetapan RKBMN- PKP kepada Pengguna Barang secara berjenjang.
5. Usulan Perubahan Hasil Penetapan RKBMN- PKP disampaikan oleh Kuasa
Pengguna Barang kepada Kepala Kan tor Wilayah disertai dengan :
a. surat pengantar;
b. dokumen usulan perubahan Hasil Penetapan RKBMN- PKP;
c. penjelasan rencana realokasi anggaran, dalam hal terdapat revisi
anggaran yang berdampak pada perubahan kebutuhan pengadaan BMN
yang merupakan objek RKBMN- PKP;
d. penjelasan mengenai alasan diperlukannya Perubahan Hasil Penetapan
RKBMN - PKP; dan
e. SPTJM yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang.
6. Kepala Kan tor Wilayah menyampaikan Usulan Perubahan Hasil Penetapan
RKBMN-PKP kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 27 -

LNSW, disertai dengan data dan dokumen sebagaimana dimaksud pada


angka 5 serta matriks yang memuat persandingan antara RKBMN- PKP
Hasil Penetapan dengan RKBMN-PKP Usulan Perubahan .
7. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW melakukan
analisis atas Usulan Perubahan Hasil Penetapan RKBMN-PKP yang
diusulkan oleh Kuasa Pengguna Barang.
8. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyampaikan Usulan Perubahan Hasil Penetapan RKBMN- PKP kepada
Pengguna Barang paling lama 8 (delapan) hari kerja setelah diterimanya
Usulan Perubahan Hasil Penetapan RKBMN- PKP atau paling lambat 60
(enam puluh) hari kerja sebelum batas waktu penyampaian revisi anggaran
Kementerian disertai dengan SPTJM yang ditandatangani pimpinan Unit
Eselon I .
9. Pengguna Barang melakukan penelitian atas Usulan Perubahan Hasil
Penetapan RKBMN - PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang yang disampaikan
oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW.
10. Dalam pelaksanaan penelitian , Pengguna Barang dapat melakukan
pembahasan dengan Kuasa Pengguna Barang dan / atau Unit Eselon I guna
meminta penjelasan, klarifikasi, dan data dukung lainnya yang diperlukan.
11. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Pengguna Barang
menetapkan Usulan Perubahan Hasil Penetapan RKBMN-PKP paling lama
20 (dua puluh ) hari kerja setelah diterimanya Usulan Perubahan Hasil
Penetapan RKBMN-PKP atau paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja
sebelum batas waktu penyampaian revisi anggaran disertai dengan Form
Perubahan hasil penetapan RKBMN- PKP tingkat Pengguna Barang.
12. Ketentuan mengenai tata cara penyusunan dan penelitian RKBMN - PKP
berlaku mutatis mutandis terhadap penyusunan dan penelitian Usulan
Perubahan Hasil Penetapan RKBMN-PKP.

G. KETENTUAN LAIN- LAIN


1. Kuasa Pengguna Barang yang tidak memenuhi kewajiban penyampaian
RKBMN Pengadaan dan / atau RKBMN Pemeliharaan, tidak dapat
mengusulkan penyediaan anggaran untuk kebutuhan barn ( new inisiative)
dan penyediaan angka dasar ( baseline ) dalam rangka rencana pengadaan
dan / atau pemeliharaan BMN dalam Rencana Kerja Anggaran
Kementerian / Lembaga ( RKA K / L) .
2. Dalam hal terdapat kondisi darurat atau kondisi lainnya yang terjadi
setelah batas akhir penyampaian RKBMN , pengusulan penyediaan
anggaran untuk kebutuhan baru ( new inisiative) dan penyediaan angka
dasar ( baseline ) dalam rangka rencana pengadaan dan / atau pemeliharaan
BMN dilakukan berdasarkan mekanisme penganggaran sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan .
3. Kondisi darurat sebagaimana dimaksud pada angka 2 meliputi bencana
alam dan gangguan keamanan skala besar.
4. Kondisi lainnya sebagaimana dimaksud pada angka 2 meliputi pelaksanaan
perjanjian / komitmen internasional, instruksi / kebijakan Presiden atau
kondisi lainnya yang ditetapkan oleh Pengguna Barang.

t
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 28 -

5. Kebutuhan pengadaan dan / atau pemeliharaan BMN yang tidak terdapat


pada SBSK dan SSSJ , diusulkan pemenuhannya oleh Kuasa Pengguna
Barang melalui mekanisme penganggaran sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
6. Hasil pengusulan penyediaan anggaran sebagaimana dimaksud pada
angka 2 harus dilaporkan oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW kepada Pengguna Barang bersamaan dengan
penyampaian RKBMN tahun berikutnya.
7. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 6 digunakan oleh Pengguna
Barang sebagai:
a. bahan pertimbangan dalam penelitian; dan
b. data dukung dalam penelaahan RKBMN dengan Pengelola Barang, pada
tahun anggaran berikutnya
8. Kuasa Pengguna Barang dapat menyampaikan usulan kebutuhan
Penambahan Fasilitas Rumah Susun Negara selain yang tersebut pada
ketentuan mengenai SSSJ, setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan
dari Pengguna Barang.
9. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada angka 8 dapat diberikan setelah
mempertimbangkan ketersediaan anggaran , aspek efisiensi, efektifitas, dan
optimalisasi.
10. Kuasa Pengguna Barang dapat menyampaikan usulan kebutuhan
pengadaan BMN berupa Kendaraan Fungsional dalam hal
a. dengan besaran jumlah / spesifikasi melebihi SSSJ karena keadaan
tertentu;
b. terdapat kebutuhan yang belum diatur dalam SSSJ .
setelah terlebih dahulu dilakukan penelitian oleh Pengguna Barang untuk
mendapatkan persetujuan dari Pengelola Barang.
11. Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 10 meliputi:
a. keadaan geografis; dan
b. pertimbangan lain yang disetujui oleh Pengelola Barang.

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 29 -

BAB III
PERENCANAAN PENGGUNAAN, PEMANFAATAN , PEMINDAHTANGANAN ,
DAN PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN

A. UMUM
1. Perencanaan Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan, dan
Penghapusan BMN mempunyai periode pelaksanaan selama 3 (tiga) tahun
ke depan yang disusun pada tahun sebelum tahun dimulainya pelaksanaan
rencana tersebut (T-l) .
2. Perencanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan , dan
Penghapusan BMN dapat dilakukan terhadap keseluruhan atau sebagian
dari setiap objek BMN .
3. Penyampaian usulan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan ,
Pemindahtanganan, dan Penghapusan BMN kepada Pengguna Barang
dilakukan paling lambat bersamaan dengan penyampaian usulan RKBMN
Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan di lingkungan Kementerian
Keuangan.
4. Rencana Penggunaan , Pemanfaatan, Pemindahtanganan , dan Penghapusan
BMN ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang
Kementerian Keuangan atau pejabat yang mendapatkan pelimpahan
kewenangan sebagai Pengguna Barang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan paling lambat tanggal 31
Desember pada tahun sebelum tahun dimulainya pelaksanaan rencana
tersebut.
5. Rencana Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan, dan Penghapusan
dijadikan sebagai pedoman:
a. bagi Kuasa Pengguna Barang dalam mengajukan usulan Penggunaan,
Pemanfaatan , Pemindahtanganan , dan Penghapusan; dan
b. bagi Pengguna Barang dalam mengajukan atau menyetujui usulan
Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan , dan Penghapusan BMN.
6. Rencana Penggunaan, Pemanfaatan , Pemindahtanganan , dan Penghapusan
merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam penyusunan RKBMN
Pengadaan , RKBMN Pemeliharaan , dan RKBMN - PKP.
7. Pengguna Barang memiliki kewenangan:
a. menetapkan jadwal penyusunan, penelitian, dan penyampaian usulan
Rencana Penggunaan , Pemanfaatan, Pemindahtanganan , dan
Penghapusan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan;
b. menetapkan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan,
dan Penghapusan BMN; dan
c. menetapkan Perubahan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan ,
Pemindahtanganan , dan Penghapusan BMN .

t
MENTERI KEUANGAN
REPUBLiK INDONESIA

- 30 -
8. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW memiliki
kewenangan:
a. menyusun Rencana Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan , dan
Penghapusan BMN tingkat Eselon I;
b. menyusun Perubahan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan,
Pemindahtanganan, dan Penghapusan BMN tingkat Eselon I;
c. menyampaikan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan,
dan Penghapusan BMN tingkat Eselon I; dan
d . menyampaikan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan , Pemindahtanganan,
dan Penghapusan BMN tingkat Eselon I.
9. Kepala Kan tor Wilayah memiliki kewenangan:
a. menyusun Rencana Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan,
dan Penghapusan BMN tingkat Wilayah;
b. menyusun Perubahan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan,
Pemindahtanganan , dan Penghapusan BMN tingkat Wilayah;
c. menyampaikan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan ,
Pemindahtanganan , dan Penghapusan BMN tingkat Wilayah; dan
d . menyampaikan Perubahan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan,
Pemindahtanganan, dan Penghapusan BMN tingkat Wilayah.
10. Kuasa Pengguna Barang memiliki kewenangan:
a. menyusun Rencana Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan,
dan Penghapusan BMN tingkat Kuasa Pengguna Barang;
b. menyampaikan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan ,
Pemindahtanganan , dan Penghapusan BMN tingkat Kuasa Pengguna
Barang; dan
c. menyampaikan usulan Rencana Penggunaan , Pemanfaatan,
Pemindahtanganan , dan Penghapusan BMN tingkat Kuasa Pengguna
Barang kepada:
1) Kepala Kantor Wilayah; atau
2 ) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , dalam
hal tidak terdapat Kantor Wilayah dalam struktur organisasinya.

B. PERENCANAAN PENGGUNAAN , PEMANFAATAN , PEMINDAHTANGANAN, DAN


PENGHAPUSAN
1. Perencanaan Penggunaan BMN
a. Penyusunan Rencana Penggunaan BMN dilakukan oleh Kuasa Pengguna
Barang terhadap BMN yang berada dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna.
b. Objek Perencanaan Penggunaan BMN yang diatur dalam Keputusan
Menteri ini meliputi BMN:
1) berupa tanah dan / atau bangunan; dan
2) selain tanah dan / atau bangunan berupa Alat Angkutan Darat
Bermotor.
c. Rencana Penggunaan BMN disusun dengan memperhatikan Standar
Barang dan Standar Kebutuhan (SBSK) serta Standar Spesifikasi dan
Standar Jumlah (SSSJ) .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 31 -

d . Rencana Penggunaan BMN dapat dijadikan dasar oleh Kuasa Pengguna


Barang dalam menyampaikan jawaban langsung secara tertulis kepada
Pengelola Barang terhadap Surat Permintaan Klarifikasi Tertulis atas BMN
terindikasi idle.
e. Bentuk Perencanaan Penggunaan BMN meliputi Perencanaan:
1) Penggunaan BMN untuk digunakan sendiri sesuai tugas dan fungsi;
2) Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain;
3) Penggunaan Sementara BMN ;
4) Utilisasi Penggunaan BMN ;
5) Pengalihan Status Penggunaan BMN;
6) Pengalihan Penggunaan BMN ; dan
7) Pengalihan Fungsi BMN.
2. Perencanaan Pemanfaatan BMN
a. Penyusunan Rencana Pemanfaatan BMN dilakukan oleh Kuasa Pengguna
Barang terhadap BMN yang berada dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna.
b. Objek Perencanaan Pemanfaatan BMN yang diatur dalam Keputusan
Menteri ini meliputi BMN berupa tanah dan / atau bangunan .
c. BMN tidak dapat direncanakan untuk dimanfaatkan dalam hal:
1) pelaksanaan Pemanfaatan BMN akan mengganggu pelaksanaan tugas
dan fungsi satuan kerja; atau
2) sedang dalam sengketa.
d . Rencana Pemanfaatan BMN disusun dengan tetap mengutamakan
pemenuhan kebutuhan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan sesuai
dengan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan .
e. Rencana Pemanfaatan BMN disusun dengan memperhatikan :
1) SBSK serta SSSJ; dan / atau
2) kebutuhan BMN pada satuan kerja di lingkungan Kementerian
Keuangan.
f. Rencana Pemanfaatan BMN dapat dijadikan dasar oleh Kuasa Pengguna
Barang dalam menyampaikan jawaban langsung secara tertulis kepada
Pengelola Barang terhadap Surat Permintaan Klarifikasi Tertulis atas BMN
terindikasi idle.
g. Bentuk Perencanaan Pemanfaatan BMN meliputi Perencanaan:
1) Pemanfaatan dalam bentuk Sewa;
2) Pemanfaatan dalam bentuk Pinjam Pakai;
3) Pemanfaatan dalam bentuk Kerja Sama Pemanfaatan; dan
4) Pemanfaatan dalam bentuk Bangun Guna Serah (BGS) / Bangun Serah
Guna (BSG) .
h. BMN yang direncanakan untuk dimanfaatkan, tidak menjadi objek
RKBMN Pemeliharaan , kecuali Pemanfaatan BMN dalam bentuk Pinjam
Pakai dengan jangka waktu kurang dari 6 (enam) bulan.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 32 -

3. Perencanaan Pemindahtanganan BMN


a. Penyusunan Rencana Pemindahtanganan BMN dilakukan oleh Kuasa
Pengguna Barang terhadap BMN yang berada dalam Daftar Barang Kuasa
Pengguna.
b. Objek Perencanaan Pemindahtanganan BMN yang diatur dalam
Keputusan Menteri ini meliputi BMN:
1) berupa tanah dan / atau bangunan; dan
2 ) selain tanah dan / atau bangunan , kecuali yang tidak memerlukan
Penetapan Status Penggunaan.
c. BMN tidak dapat direncanakan untuk dipindahtangankan dalam hal:
1) pelaksanaan Pemindahtanganan BMN akan mengganggu pelaksanaan
tugas dan fungsi satuan kerja; atau
2) sedang dalam sengketa.
d . Rencana Pemindahtanganan BMN disusun dengan tetap mengutamakan
pemenuhan kebutuhan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan sesuai
dengan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan.
e. Rencana Pemindahtanganan BMN disusun dengan memperhatikan
kondisi barang serta:
1) SBSK dan SSSJ;
2 ) kebutuhan BMN pada satuan kerja di lingkungan Kementerian
Keuangan;
3) umur ekonomis barang; dan / atau
4) eksistensi barang.
f. Bentuk Perencanaan Pemindahtanganan BMN meliputi Perencanaan:
1) Pemindahtanganan dengan cara Penjualan;
2 ) Pemindahtanganan dengan cara Tukar-Menukar; dan
3) Pemindahtanganan dengan cara Hibah.
g. BMN yang direncanakan untuk dipindahtangankan tidak menjadi objek
RKBMN Pemeliharaan .
4. Perencanaan Penghapusan BMN
a. Penyusunan Rencana Penghapusan BMN dilakukan oleh Kuasa Pengguna
Barang terhadap BMN yang berada dalam Daftar Barang Kuasa
Penggunaan.
b. Objek Perencanaan Penghapusan BMN yang diatur dalam Keputusan
Menteri ini meliputi BMN:
1) berupa tanah dan / atau bangunan; dan
2) selain tanah dan / atau bangunan , kecuali yang tidak memerlukan
Penetapan Status Penggunaan.
c. BMN tidak dapat direncanakan untuk dihapuskan dalam hal:
1) pelaksanaan Penghapusan BMN akan mengganggu pelaksanaan tugas
dan fungsi satuan kerja; atau
2 ) sedang dalam sengketa.
d . BMN yang tercantum dalam Rencana Pemindahtanganan BMN juga
merupakan objek dalam Rencana Penghapusan BMN .

I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 33 -

e. Rencana Penghapusan BMN disusun dengan memperhatikan kondisi,


umur ekonomis, dan eksistensi barang.
f. Rencana Penghapusan BMN disusun terhadap:
1) BMN yang diusulkan untuk ditetapkan sebagai BMN idle oleh Pengelola
Barang;
2 ) BMN yang direncanakan untuk dilakukan alih status penggunaannya;
3) BMN yang direncanakan untuk dipindahtangankan;
4) BMN yang harus dihapuskan karena adanya putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada upaya
hukum lainnya;
5) BMN yang harus dihapuskan berdasarkan peraturan perundang-
undangan;
6) BMN yang direncanakan untuk dimusnahkan; dan
7) BMN yang harus dihapuskan karena sebab-sebab lain yang
diperkirakan wajar untuk dilakukan Penghapusan .
g. Perencanaan Penghapusan BMN meliputi Perencanaan:
1) Penghapusan karena penyerahan kepada Pengelola Barang;
2 ) Penghapusan karena Pengalihan Status Penggunaan BMN;
3) Penghapusan karena Pemindahtanganan;
4) Penghapusan karena adanya putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada upaya hukum
lainnya;
5) Penghapusan karena menjalankan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
6) Penghapusan karena Pemusnahan; dan
7) Penghapusan karena sebab-sebab lain yang merupakan sebab-sebab
yang secara normal dapat diperkirakan wajar menjadi penyebab
Penghapusan;
h . BMN yang direncanakan untuk dihapuskan , tidak menjadi objek RKBMN
Pemeliharaan .
5. Perubahan Rencana Penggunaan , Pemanfaatan, Pemindahtanganan , dan
Penghapusan BMN
a. Rencana Penggunaan , Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan
Penghapusan BMN yang telah ditetapkan oleh Pengguna Barang dapat
dilakukan perubahan , dalam hal:
1) terjadi keadaan kahar ( force majeurf
2) tidak ada alokasi anggaran untuk pengadaan barang pengganti
terhadap BMN yang direncanakan untuk dihapuskan;
3) adanya perubahan kebutuhan BMN diantaranya sebagai akibat dari
perubahan organisasi dan perubahan kebijakan / peraturan; atau
4) pertimbangan lain dari Pengguna Barang (inisiasi Pengguna Barang) .
b. Perubahan Rencana Penggunaan , Pemanfaatan, Pemindahtanganan , dan
Penghapusan BMN meliputi perubahan terhadap:
1) BMN yang menjadi objek;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 34 -
2) kuantitas barang;
3) bentuk / cara;
4) peruntukan; dan / atau
5) waktu / periode rencana.
c. Perubahan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan , Pemindahtanganan , dan
Penghapusan BMN hanya dapat diusulkan pada tahun setelah tahun
ditetapkannya rencana tersebut.
d . Perubahan Rencana Penggunaan , Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan
Penghapusan BMN ditetapkan oleh Pengguna Barang pada tahun di dalam
periode usulan perubahan rencana tersebut.

C. TATA CARA PENYUSUNAN , PENELITIAN , DAN PENETAPAN RENCANA


PENGGUNAAN , PEMANFAATAN, PEMINDAHTANGANAN, DAN PENGHAPUSAN
BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN
1. Tata Cara Perencanaan Penggunaan BMN
a. Kuasa Pengguna Barang melakukan identifikasi kebutuhan BMN sesuai
dengan SBSK dan SSSJ.
b. Kuasa Pengguna Barang melakukan kajian terhadap pemenuhan
kebutuhan BMN untuk kurun waktu selama 3 (tiga) tahun berdasarkan
hasil inventarisasi BMN termasuk ketepatan fungsi Penggunaan existing
BMN .
c. Berdasarkan hasil identifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b serta hasil kajian sebagaimana dimaksud pada huruf c, Kuasa
Pengguna Barang menyusun Rencana Penggunaan BMN untuk periode
3 (tiga) tahun .
d. Rencana Penggunaan BMN tingkat Kuasa Pengguna Barang disusun
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab III huruf A.
e. Rencana Penggunaan BMN disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang
kepada Kepala Kantor Wilayah paling lambat bersamaan dengan
penyampaian usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan
tingkat Kuasa Pengguna Barang di lingkungan Kementerian Keuangan.
f. Kepala Kantor Wilayah melakukan penelitian terhadap Rencana
Penggunaan BMN tingkat Kuasa Pengguna Barang dengan mendasarkan
pada:
1) Rencana Strategis (Renstra) Kantor Wilayah;
2 ) kebutuhan organisasi tingkat wilayah; dan
3) jumlah dan identitas BMN yang berada dalam Daftar Barang Kuasa
Pengguna yang berada di wilayah bersangkutan serta dengan
mempertimbangkan prinsip pengelolaan BMN yang lebih efektif , efisien,
dan optimal di wilayah tersebut.
g. Berdasarkan hasil penelitian , Kepala Kantor Wilayah menyusun Rencana
Penggunaan BMN tingkat wilayah untuk periode 3 ( tiga) tahun .
h . Dalam hal tidak terdapat usulan Rencana Penggunaan BMN dari tingkat
Kuasa Pengguna Barang, Kepala Kantor Wilayah dapat mengusulkan
Rencana Penggunaan BMN tingkat wilayah berdasarkan inisiatif Kantor

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 35 -

Wilayah dengan mempertimbangkan kebutuhan BMN satuan kerja (satker)


yang berada dalam lingkup kewenangan Kantor Wilayah.
i. Rencana Penggunaan BMN tingkat Wilayah disusun dengan menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab III huruf B.
j. Rencana Penggunaan BMN tingkat wilayah disampaikan oleh Kepala
Kantor Wilayah kepada Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW paling lambat bersamaan dengan penyampaian
usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan tingkat wilayah di
lingkungan Kementerian Keuangan .
k. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW melakukan
penelitian terhadap Rencana Penggunaan BMN tingkat Wilayah dengan
mendasarkan pada:
1) Renstra Unit Eselon I;
2 ) kebutuhan organisasi tingkat Eselon I; dan
3) jumlah dan identitas BMN yang berada dalam Daftar Barang Kuasa
Pengguna yang berada di unit Eselon I bersangkutan, serta dengan
mempertimbangkan prinsip pengelolaan BMN yang lebih efektif , efisien,
dan optimal di unit Eselon I tersebut.
l. Berdasarkan hasil penelitian, Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW menyusun Rencana Penggunaan BMN tingkat
Eselon I untuk periode 3 (tiga) tahun .
m. Dalam hal tidak terdapat usulan Rencana Penggunaan BMN dari tingkat
Kuasa Pengguna Barang / Kantor Wilayah , Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW dapat mengusulkan Rencana Penggunaan
BMN tingkat Eselon I berdasarkan inisiatif Unit Eselon I dengan
mempertimbangkan kebutuhan BMN satker yang berada dalam lingkup
kewenangan Unit Eselon I .
n. Rencana Penggunaan BMN tingkat Eselon I disusun dengan menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab III huruf C.
o. Rencana Penggunaan BMN tingkat Eselon I disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW kepada Pengguna
Barang paling lambat bersamaan dengan penyampaian usulan RKBMN
Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan tingkat Eselon I di lingkungan
Kementerian Keuangan .
p. Pengguna Barang melakukan penelitian terhadap Rencana Penggunaan
BMN tingkat Eselon I dengan mendasarkan pada:
1) Renstra Kementerian Keuangan ;
2) kebutuhan organisasi tingkat Kementerian Keuangan;
3) kebutuhan BMN sejenis pada satker lain; dan
4) jumlah dan identitas BMN yang berada dalam Daftar Barang Pengguna,
serta dengan mempertimbangkan prinsip pengelolaan BMN yang lebih
efektif, efisien, dan optimal di lingkungan Kementerian Keuangan .
q. Berdasarkan hasil penelitian , Pengguna Barang menetapkan Rencana
Penggunaan BMN tingkat Pengguna Barang untuk periode 3 (tiga) tahun .
r. Dalam hal tidak terdapat usulan Rencana Penggunaan BMN dari tingkat
Kuasa Pengguna Barang / Kantor Wilayah / Unit Eselon I , Pengguna Barang

1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 36 -

dapat menetapkan Rencana Penggunaan BMN tingkat Pengguna Barang


berdasarkan inisiatif Pengguna Barang dengan mempertimbangkan
kebutuhan BMN unit Eselon I Kementerian Keuangan.
s. Rencana Penggunaan BMN tingkat Pengguna Barang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab III
huruf D.
t. Rencana Penggunaan BMN tingkat Pengguna Barang disampaikan oleh
Pengguna Barang kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW untuk dilaksanakan .
2. Tata Cara Perencanaan Pemanfaatan BMN
a. Kuasa Pengguna Barang melakukan identifikasi kebutuhan BMN sesuai
dengan SBSK dan SSSJ .
b. Kuasa Pengguna Barang melakukan kajian terhadap pemenuhan
kebutuhan BMN untuk kurun waktu selama 3 (tiga) tahun sesuai hasil
inventarisasi BMN, termasuk di dalamnya meliputi:
1) fungsi Penggunaan existing BMN , termasuk ketepatan fungsi;
2 ) potensi bentuk Pemanfaatan dan peruntukannya yang dapat
dilaksanakan atas BMN tersebut; dan
3) pelaksanaan Pemanfaatan BMN yang akan dilakukan tidak
mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi satuan kerja.
c. Berdasarkan hasil identifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
hasil kajian sebagaimana dimaksud pada huruf b, Kuasa Pengguna
Barang menyusun Rencana Pemanfaatan BMN untuk periode 3 (tiga)
tahun.
d. Rencana Pemanfaatan BMN tingkat Kuasa Pengguna Barang disusun
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab III Huruf E.
e. Rencana Pemanfaatan BMN disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang
kepada Kepala Kantor Wilayah paling lambat bersamaan dengan
penyampaian usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan
tingkat Kuasa Pengguna Barang di lingkungan Kementerian Keuangan.
f . Kepala Kantor Wilayah melakukan penelitian terhadap Rencana
Pemanfaatan BMN tingkat Kuasa Pengguna Barang dengan mendasarkan
pada:
1) Renstra Kantor Wilayah;
2) kebutuhan organisasi tingkat wilayah;
3) jumlah dan identitas BMN yang berada dalam Daftar Barang Kuasa
Pengguna yang berada di wilayah bersangkutan dan dengan
mempertimbangkan prinsip pengelolaan BMN yang lebih efektif , efisien,
dan optimal di wilayah tersebut;
4) kebutuhan BMN sejenis pada satker lain;
5) hasil kajian atas bentuk dan peruntukan Pemanfaatan yang paling
efektif , efisien , dan optimal;
6) pelaksanaan pemanfaatan yang direncanakan tidak mengganggu
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi;

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 37 -
7) Penetapan Status Penggunaan terhadap BMN yang direncanakan
untuk dilakukan Pemanfaatan; dan
8) status hukum BMN yang direncanakan untuk dilakukan Pemanfaatan .
g. Berdasarkan hasil penelitian, Kepala Kantor Wilayah menyusun Rencana
Pemanfaatan BMN tingkat wilayah untuk periode 3 ( tiga) tahun.
h . Dalam hal tidak terdapat usulan Rencana Pemanfaatan BMN dari tingkat
Kuasa Pengguna Barang, Kepala Kantor Wilayah dapat mengusulkan
Rencana Pemanfaatan BMN tingkat wilayah berdasarkan inisiatif Kantor
Wilayah dengan mempertimbangkan kebutuhan BMN di satker yang
berada dalam lingkup kewenangan Kantor Wilayah .
i. Rencana Pemanfaatan BMN tingkat Wilayah disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab III
huruf F.
j. Rencana Pemanfaatan BMN tingkat wilayah disampaikan oleh Kepala
Kantor Wilayah kepada Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW paling lambat bersamaan dengan penyampaian
usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan tingkat wilayah di
lingkungan Kementerian Keuangan.
k. Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW melakukan
penelitian terhadap Rencana Pemanfaatan BMN tingkat Wilayah dengan
mendasarkan pada:
1) Renstra Unit Eselon I;
2) kebutuhan organisasi tingkat Eselon I;
3) jumlah dan identitas BMN yang berada dalam Daftar Barang Kuasa
Pengguna yang berada di unit Eselon I bersangkutan serta dengan
mempertimbangkan prinsip pengelolaan BMN yang lebih efektif, efisien,
dan optimal di unit Eselon I tersebut;
4) kebutuhan BMN sejenis pada satker lain;
5) hasil kajian atas bentuk dan peruntukan Pemanfaatan yang paling
efektif , efisien, dan optimal;
6 ) pelaksanaan Pemanfaatan yang direncanakan tidak mengganggu
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi;
7) Penetapan Status Penggunaan terhadap BMN yang direncanakan
untuk dilakukan Pemanfaatan; dan
8) status hukum BMN yang direncanakan untuk dilakukan Pemanfaatan.
l. Berdasarkan hasil penelitian, Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW menyusun Rencana Pemanfaatan BMN tingkat
Eselon I untuk periode 3 (tiga) tahun .
m . Dalam hal tidak terdapat usulan Rencana Pemanfaatan BMN dari tingkat
Kuasa Pengguna Barang / Kantor Wilayah, Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW dapat mengusulkan Rencana Pemanfaatan
BMN tingkat Eselon I berdasarkan inisiatif Unit Eselon I dengan
mempertimbangkan kebutuhan BMN satker yang berada dalam lingkup
kewenangan Unit Eselon I.

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 38 -

n . Rencana Pemanfaatan BMN tingkat Eselon I disusun dengan


menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab III
Huruf G.
o. Rencana Pemanfaatan BMN tingkat Eselon I disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW kepada Pengguna
Barang paling lambat bersamaan dengan penyampaian usulan RKBMN
Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan tingkat Eselon I di lingkungan
Kementerian Keuangan .
p. Pengguna Barang melakukan penelitian terhadap Rencana Pemanfaatan
BMN tingkat Eselon I dengan mendasarkan:
1) Renstra Kementerian Keuangan ;
2) kebutuhan organisasi tingkat Kementerian Keuangan;
3) jumlah dan identitas BMN yang berada dalam Daftar Barang Pengguna
serta dengan mempertimbangkan prinsip pengelolaan BMN yang lebih
efektif , efisien , dan optimal di lingkungan Kementerian Keuangan;
4) kebutuhan BMN sejenis pada satker lain;
5) hasil kajian atas bentuk dan peruntukan Pemanfaatan yang paling
efektif, efisien, dan optimal;
6) pelaksanaan Pemanfaatan yang direncanakan tidak mengganggu
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi;
7) Penetapan Status Penggunaan terhadap BMN yang direncanakan
untuk dilakukan Pemanfaatan;
8) status hukum BMN yang direncanakan untuk dilakukan Pemanfaatan;
dan
9) pertimbangan lainnya dari Pengguna Barang.
q. Berdasarkan hasil penelitian, Pengguna Barang menetapkan Rencana
Pemanfaatan BMN Kementerian Keuangan untuk periode 3 (tiga) tahun .
r. Dalam hal tidak terdapat usulan Rencana Pemanfaatan BMN dari tingkat
Kuasa Pengguna Barang / Kan tor Wilayah / Unit Eselon I, Pengguna Barang
dapat menetapkan Rencana Pemanfaatan BMN Kementerian Keuangan
berdasarkan inisiatif Pengguna Barang dengan mempertimbangkan
kebutuhan BMN unit Eselon I Kementerian Keuangan.
s. Rencana Pemanfaatan BMN tingkat Pengguna Barang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab III
huruf H.
t. Rencana Pemanfaatan BMN tingkat Pengguna Barang disampaikan oleh
Pengguna Barang kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW untuk dilaksanakan.
3. Tata Cara Perencanaan Pemindahtanganan BMN
a. Kuasa Pengguna Barang melakukan identifikasi kebutuhan BMN sesuai
dengan SBSK dan SSSJ.
b. Kuasa Pengguna Barang melakukan kajian terhadap pemenuhan
kebutuhan BMN untuk kurun waktu selama 3 (tiga) tahun berdasarkan
hasil inventarisasi BMN , termasuk di dalamnya meliputi:
1) fungsi Penggunaan existing BMN, termasuk ketepatan fungsinya;

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 39 -
2) optimalisasi BMN berlebih / tidak digunakan / dimanfaatkan, yang secara
ekonomis lebih menguntungkan apabila dilakukan Penjualan, sebagai
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan, untuk
Rencana Pemindahtanganan dengan cara Penjualan; dan / atau
3) rencana tukar-menukar BMN mempertimbangkan untuk memenuhi
kebutuhan operasional, untuk optimalisasi BMN berlebih / tidak
digunakan / dimanfaatkan , tidak tersedia dana dalam dokumen
penganggaran , untuk Rencana Pemindahtanganan dengan cara Tukar-
menukar.
c. Berdasarkan hasil identifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
hasil kajian sebagaimana dimaksud pada huruf b, Kuasa Pengguna
Barang menyusun Rencana Pemindahtanganan BMN untuk periode
3 ( tiga) tahun . Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat Kuasa Pengguna
Barang disusun dengan menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab III Huruf I.
d. Rencana Pemindahtanganan BMN disampaikan oleh Kuasa Pengguna
Barang kepada Kepala Kan tor Wilayah paling lambat bersamaan dengan
penyampaian usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan
tingkat Kuasa Pengguna Barang di lingkungan Kementerian Keuangan .
e. Kepala Kantor Wilayah melakukan penelitian terhadap Rencana
Pemindahtanganan BMN tingkat Kuasa Pengguna Barang dengan
mendasarkan pada:
1) Renstra Kantor Wilayah;
2) kebutuhan organisasi tingkat wilayah;
3) jumlah dan identitas BMN yang berada dalam Daftar Barang Kuasa
Pengguna yang berada di wilayah bersangkutan serta dengan
mempertimbangkan prinsip pengelolaan BMN yang lebih efektif, efisien ,
dan optimal di wilayah tersebut;
4) kebutuhan BMN sejenis pada satker lain;
5) hasil kajian atas bentuk pemindahtanganan yang paling efektif, efisien ,
dan optimal;
6) Penetapan Status Penggunaan terhadap BMN yang direncanakan
untuk dipindahtangankan; dan
7) status hukum BMN yang direncanakan untuk dipindahtangankan .
f. Berdasarkan hasil penelitian , Kepala Kantor Wilayah menyusun Rencana
Pemindahtanganan BMN tingkat wilayah untuk periode 3 ( tiga) tahun .
g. Dalam hal tidak terdapat usulan Rencana Pemindahtanganan BMN dari
tingkat Kuasa Pengguna Barang, Kepala Kantor Wilayah dapat
mengusulkan Rencana Pemanfaatan BMN tingkat wilayah berdasarkan
inisiatif Kantor Wilayah dengan mempertimbangkan kebutuhan BMN
satker yang berada dalam lingkup kewenangan Kantor Wilayah.
h. Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat Wilayah disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab III
Huruf J .
i. Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat wilayah disampaikan oleh
Kepala Kantor Wilayah kepada Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 40 -

Umum / Sekretaris LNSW paling lambat bersamaan dengan penyampaian


usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan tingkat wilayah di
lingkungan Kementerian Keuangan.
j. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW melakukan
penelitian terhadap Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat Wilayah
dengan mendasarkan pada:
1) Renstra Unit Eselon I;
2 ) kebutuhan organisasi tingkat Eselon I;
3) jumlah dan identitas BMN yang berada dalam Daftar Barang Kuasa
Pengguna yang berada di unit Eselon I bersangkutan serta dengan
mempertimbangkan prinsip pengelolaan BMN yang lebih efektif, efisien ,
dan optimal di unit Eselon I tersebut;
4) kebutuhan BMN sejenis pada satker lain;
5) hasil kajian atas bentuk Pemindahtanganan yang paling efektif, efisien,
dan optimal;
6) Penetapan Status Penggunaan terhadap BMN yang direncanakan
untuk dipindahtangankan; dan
7) status hukum BMN yang direncanakan untuk dipindahtangankan .
k. Berdasarkan hasil penelitian , Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW menyusun Rencana Pemindahtanganan BMN
tingkat Eselon I untuk periode 3 (tiga) tahun.
l. Dalam hal tidak terdapat usulan Rencana Pemindahtanganan BMN dari
tingkat Kuasa Pengguna Barang / Kantor Wilayah, Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dapat mengusulkan Rencana
Pemindahtanganan BMN tingkat Eselon I berdasarkan inisiatif Unit Eselon
I dengan mempertimbangkan kebutuhan BMN satker yang berada dalam
lingkup kewenangan Unit Eselon I .
m. Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat Eselon I disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab III
huruf K.
n . Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat Eselon I disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW kepada
Pengguna Barang paling lambat bersamaan dengan penyampaian usulan
RKBMN Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan tingkat Eselon I di
lingkungan Kementerian Keuangan .
o. Pengguna Barang melakukan penelitian terhadap Rencana
Pemindahtanganan BMN tingkat Eselon I dengan mendasarkan pada:
1) Renstra Kementerian Keuangan;
2) kebutuhan organisasi tingkat Kementerian Keuangan;
3) jumlah dan identitas BMN yang berada dalam Daftar Barang Pengguna
serta dengan mempertimbangkan prinsip pengelolaan BMN yang lebih
efektif, efisien, dan optimal di lingkungan Kementeria Keuangan;
4) kebutuhan BMN sejenis pada satker lain;
5) hasil kajian atas bentuk Pemindahtanganan yang paling efektif , efisien,
dan optimal;

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 41 -

6) Penetapan Status Penggunaan terhadap BMN yang direncanakan


untuk dipindahtangankan;
7) status hukum BMN yang direncanakan untuk dipindahtangankan; dan
8) pertimbangan lainnya dari Pengguna Barang.
p. Berdasarkan hasil penelitian , Pengguna Barang menetapkan Rencana
Pemindahtanganan BMN Kementerian Keuangan untuk periode 3 (tiga)
tahun.
q. Dalam hal tidak terdapat usulan Rencana Pemindahtanganan BMN dari
Kuasa Pengguna Barang / Kantor Wilayah / Unit Eselon I, Pengguna Barang
dapat menetapkan Rencana Pemindahtanganan BMN Kementerian
Keuangan berdasarkan inisiatif Pengguna Barang dengan
mempertimbangkan hasil analisis kondisi, kemanfaatan, serta kebutuhan
BMN unit Eselon I Kementerian Keuangan .
r. Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat Pengguna Barang disusun
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab III huruf L.
s. Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat Pengguna Barang disampaikan
oleh Pengguna Barang kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW untuk dilaksanakan .
4 . Tata Cara Perencanaan Penghapusan BMN
a. Kuasa Pengguna Barang melakukan identifikasi kebutuhan BMN sesuai
dengan SBSK dan SSSJ .
b. Kuasa Pengguna Barang melakukan kajian terhadap pemenuhan
kebutuhan BMN untuk kurun waktu selama 3 (tiga) tahun, termasuk
ketepatan fungsi Penggunaan BMN existing.
c. Berdasarkan hasil identifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
hasil kajian sebagaimana dimaksud pada huruf b, serta Rencana
Pemindahtanganan BMN yang telah disusun, Kuasa Pengguna Barang
menyusun Rencana Penghapusan BMN untuk periode 3 (tiga) tahun.
d . Rencana Penghapusan BMN tingkat Kuasa Pengguna Barang disusun
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab III huruf M.
e. Rencana Penghapusan BMN disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang
kepada Kepala Kantor Wilayah paling lambat bersamaan dengan
penyampaian usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan
tingkat Kuasa Pengguna Barang di lingkungan Kementerian Keuangan .
f . Kepala Kantor Wilayah melakukan penelitian terhadap Rencana
Penghapusan BMN tingkat Kuasa Pengguna Barang dengan mendasarkan
pada:
1) Renstra Kantor Wilayah;
2) kebutuhan organisasi tingkat wilayah;
3) jumlah dan identitas BMN yang berada dalam Daftar Barang Kuasa
Pengguna yang berada di wilayah bersangkutan serta dengan
mempertimbangkan prinsip pengelolaan BMN yang lebih efektif , efisien ,
dan optimal di wilayah tersebut;
4) kebutuhan . BMN sejenis pada satker lain;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 42 -

5) usia dan kondisi teknis BMN saat direncanakan Penghapusan;


6) biaya pemeliharaan existing BMN;
7) Penetapan Status Penggunaan terhadap BMN yang direncanakan
untuk dihapuskan; dan
8) status hukum BMN yang direncanakan untuk dihapuskan.
g. Berdasarkan hasil penelitian, Kepala Kantor Wilayah menyusun Rencana
Penghapusan BMN tingkat wilayah untuk periode 3 ( tiga) tahun .
h . Rencana Penghapusan BMN tingkat Wilayah disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab III
huruf N .
i. Dalam hal tidak terdapat usulan Rencana Penghapusan BMN dari tingkat
Kuasa Pengguna Barang, Kepala Kantor Wilayah dapat mengusulkan
Rencana Penghapusan BMN tingkat wilayah berdasarkan inisiatif Kantor
Wilayah dengan mempertimbangkan kebutuhan BMN satker yang berada
dalam lingkup kewenangan Kantor Wilayah.
j. Rencana Penghapusan BMN tingkat wilayah disampaikan oleh Kepala
Kantor Wilayah kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW paling lambat bersamaan dengan penyampaian
usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan tingkat wilayah di
lingkungan Kementerian Keuangan .
k. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW melakukan
penelitian terhadap Rencana Penghapusan BMN tingkat Wilayah dengan
mendasarkan pada:
1) Renstra Unit Eselon I;
2) kebutuhan organisasi tingkat Eselon I;
3) jumlah dan identitas BMN yang berada dalam Daftar Barang Kuasa
Pengguna yang berada dalam unit Eselon I yang bersangkutan serta
dengan mempertimbangkan prinsip pengelolaan BMN yang lebih efektif,
efisien , dan optimal di unit Eselon I tersebut;
4) kebutuhan BMN sejenis pada satker lain;
5) usia dan kondisi teknis BMN saat direncanakan Penghapusan;
6 ) biaya pemeliharaan existing BMN;
7) Penetapan Status Penggunaan terhadap BMN yang direncanakan
untuk dihapuskan; dan
8) status hukum BMN yang direncanakan untuk dihapuskan .
l. Berdasarkan hasil penelitian , Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW menyusun Rencana Penghapusan BMN tingkat
Eselon I untuk periode 3 ( tiga) tahun.
m . Rencana Penghapusan BMN tingkat Eselon I disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab III
huruf O .
n . Dalam hal tidak terdapat usulan Rencana Penghapusan BMN dari tingkat
Kuasa Pengguna Barang / Kantor Wilayah, Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW dapat mengusulkan Rencana Penghapusan
BMN tingkat Eselon I berdasarkan inisiatif Unit Eselon I dengan

f
MENTER 1 KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 43 -

mempertimbangkan kebutuhan BMN satker yang berada dalam lingkup


kewenangan Unit Eselon I.
o. Rencana Penghapusan BMN tingkat Eselon I disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW kepada Pengguna
Barang paling lambat bersamaan dengan penyampaian usulan RKBMN
Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan tingkat Eselon I di lingkungan
Kementerian Keuangan .
p. Pengguna Barang melakukan penelitian terhadap Rencana Penghapusan
BMN tingkat Eselon I dengan mendasarkan pada:
1) Renstra Kementerian Keuangan;
2) kebutuhan organisasi tingkat Kementerian Keuangan;
3) jumlah dan identitas BMN yang berada dalam Daftar Barang Pengguna
serta dengan mempertimbangkan prinsip pengelolaan BMN yang lebih
efektif, efisien, dan optimal di lingkungan Kementerian Keuangan;
4) kebutuhan BMN sejenis pada satker lain;
5) usia dan kondisi teknis BMN saat direncanakan Penghapusan;
6) biaya pemeliharaan existing BMN;
7) Penetapan Status Penggunaan terhadap BMN yang direncanakan
untuk dihapuskan;
8) status hukum BMN yang direncanakan untuk dihapuskan; dan
9 ) pertimbangan lainnya dari Pengguna Barang.
q. Berdasarkan hasil penelitian , Pengguna Barang menetapkan Rencana
Penghapusan BMN Kementerian Keuangan untuk periode 3 (tiga) tahun .
r. Dalam hal tidak terdapat usulan Rencana Penghapusan BMN dari tingkat
Kuasa Pengguna Barang / Kantor Wilayah / Unit Eselon I , Pengguna Barang
dapat menetapkan Rencana Penghapusan BMN Kementerian Keuangan
berdasarkan inisiatif Pengguna Barang dengan mempertimbangkan hasil
analisis kondisi, kemanfaatan , serta kebutuhan BMN Kementerian
Keuangan.
s. Rencana Penghapusan BMN tingkat Pengguna Barang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab III
huruf P.
t. Rencana Penghapusan BMN tingkat Pengguna Barang disampaikan oleh
Pengguna Barang kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW untuk dilaksanakan .
5. Perubahan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan
Penghapusan BMN.
a. Ketentuan mengenai tata cara penyusunan Rencana Penggunaan ,
Pemanfaatan , Pemindahtanganan , dan Penghapusan Barang Milik Negara
sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 4 berlaku
secara mutatis mutandis terhadap penyusunan perubahan Rencana
Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan , dan Penghapusan BMN .
b. Perubahan Rencana Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan, dan
Penghapusan BMN disusun dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab III huruf Q, huruf R, huruf S, dan
huruf T.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 44 -

c. Usulan perubahan Rencana Penggunaan , Pemanfaatan,


Pemindahtanganan, dan Penghapusan Barang Milik Negara tingkat Eselon
I kepada Pengguna Barang paling banyak 4 (empat) kali pada tahun
pelaksanaan rencana tersebut .
d . Jadwal perubahan Rencana Penggunaan , Pemanfaatan ,
Pemindahtanganan , dan Penghapusan Barang Milik Negara ditetapkan
oleh Pengguna Barang.
e. Dalam hal tidak terdapat usulan Rencana Penggunaan , Pemanfaatan ,
Pemindahtanganan , dan Penghapusan BMN dari tingkat Kuasa Pengguna
Barang / Kan tor Wilayah / Unit Eselon I , Pengguna Barang dapat
menetapkan Rencana Penggunaan , Pemanfaatan, Pemindahtanganan , dan
Penghapusan BMN Kementerian Keuangan berdasarkan inisiatif Pengguna
Barang dengan mempertimbangkan hasil analisis kondisi, kemanfaatan ,
serta kebutuhan BMN Kementerian Keuangan.

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 45 -
BAB IV

STANDAR SPESIFIKASI DAN STANDAR JUMLAH

A. UMUM
1. BMN yang merupakan objek Standar Spesifikasi dan Standar Jumlah ,
meliputi:
a. Identitas Perkantoran;
b. Bangunan Gedung Perkantoran;
c. Rumah Negara;
d. Rumah Susun Negara;
e. Kendaraan Jabatan;
f. Kendaraan Operasional;
g. Kendaraan Fungsional;
h . Perangkat Pengguna; dan
i. Ruang Tambahan .
2. Standar Spesifikasi dan Standar Jumlah BMN pada kantor perwakilan
Pemerintah Republik Indonesia di luar negeri mengikuti ketentuan di negara
setempat dan memperhatikan ketersediaan anggaran .
3. Identitas Perkantoran merupakan atribut yang melekat pada BMN berupa
tanah dan / atau bangunan untuk menampilkan ciri khas Kementerian
Keuangan.
4. Identitas Perkantoran terdiri dari:
a. Identitas Kementerian;
b. Identitas Satuan Kerja;
c. Identitas Kantor Pelayanan;
d . Papan Nama; dan
e. Plat Nama.
5. Kendaraan Fungsional merupakan alat angkutan darat bermotor yang
digunakan untuk mendukung tugas dan fungsi tertentu Kementerian
Keuangan .
6. Pengguna merupakan pegawai Kementerian Keuangan , dengan klasifikasi
sebagai berikut:
a. End User,
b. Technical and Development User, dan
c. Special Purpose User.
7. End User merupakan Pengguna yang melakukan pekerjaan seperti membuat
dokumen dengan menggunakan aplikasi office suite , mengakses informasi
menggunakan aplikasi / sistem informasi berbasis web, dan melakukan
kolaborasi elektronik.
8. Technical and Development User merupakan Pengguna yang melakukan
pekerjaan teknis atau pengembangan TIK seperti perancangan sistem TIK,

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 46 -

pengembangan sistem TIK, simulasi sistem TIK, pemantauan dan operasional


sistem TIK, pengelolaan sistem TIK, dan simulasi analisis data.
9. Special Purpose User merupakan Pengguna yang melakukan pekerjaan
khusus yang membutuhkan perangkat untuk:
a. pengembangan sistem yang kompleks;
b. desain grafis;
c. editing multimedia;
d . menampilkan data atau terhubung ke terminal komunikasi data
eksternal ( operation center}; dan
e. pekerjaan khusus lainnya sesuai dengan persetujuan CIO Kementerian
Keuangan.
10. Standar Spesifikasi dan Standar Jumlah , selanjutnya disebut dengan SSSJ,
digunakan untuk:
a. penyusunan rencana kebutuhan BMN sebagai dasar perhitungan
pengadaan;
b. penyusunan rencana pemeliharaan BMN sebagai dasar pengajuan
kebutuhan anggaran pemeliharaan ;
c. penataan dalam rangka penertiban penggunaan BMN ; atau
d . penyeragaman penggunaan Identitas Perkantoran;
11. Standar Spesifikasi dalam ketentuan ini merupakan batasan tertinggi
spesifikasi barang, dan Standar Jumlah dalam ketentuan ini merupakan
batasan maksimal jumlah barang.

B. IDENTITAS PERKANTORAN
1. Identitas Kementerian
a. Merupakan atribut yang mencantumkan logo Kementerian Keuangan ,
tulisan “ Kementerian Keuangan”, dan nama Satuan Kerja.
b. Standar Spesifikasi Identitas Kementerian , meliputi:
1) Berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran yang disesuaikan
dengan luasan bangunan gedung dan estetika tampilan bagian depan
gedung;
2 ) Terbuat dari bahan dinding bata atau Alumunium Composite Panel
(ACP) dengan warna biru gelap;
3) Bahan pada angka 2) mencantumkan logo Kementerian Keuangan
dan tulisan dengan format sebagai berikut:

KEMENTERIAN KEUANGAN
Nama Satuan Kerja

4 ) Tulisan sebagaimana angka 3) terbuat dari:


a) bahan stainless steel dan dibuat timbul, untuk bahan dinding
bata; atau
b) dicat, untuk bahan ACP;

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 47 -

5) Tulisan sebagaimana angka 3) berwana putih, dan garis lurus di


bagian bawah tulisan berwarna kuning.
c. Identitas Kementerian Keuangan dipasang pada dinding bagian depan
gedung di sebelah atas pintu utama gedung.
d. Untuk bangunan gedung kantor lebih dari 2 (dua) lantai:
1) Menggunakan tambahan atribut berupa logo Kementerian Keuangan
dan tulisan “ Kementerian Keuangan!’ sebagaimana huruf b angka 3)
tanpa garis lurus di bagian bawah tulisan;
2) Atribut pada angka 1) terbuat dari bahan stainless steel dengan
ukuran yang menyesuaikan luasan dinding bagian depan gedung;
dan
3) Atribut pada angka 1) dipasang pada sisi atas dinding bagian depan
gedung disesuaikan dengan wujud arsitektur bangunan gedung.
e. Standar Jumlah Identitas Kementerian
1) Identitas Kementerian dipasang di setiap bangunan gedung kantor
termasuk bangunan gedung lainnya dan bangunan Rumah Susun
Negara;
2) untuk beberapa bangunan gedung yang memiliki lebih dari 2 (dua)
lantai dan berada di lingkungan kompleks Kementerian Keuangan,
maka tambahan atribut sebagaimana huruf d dipasang pada salah
satu bangunan gedung kantor yang dianggap paling sesuai; dan
3) Bangunan gedung yang dianggap paling sesuai pada angka 2 )
sekurang-kurangnya mudah terlihat dari jalan utama.
2. Identitas Satuan Kerja
a. Merupakan atribut yang mencantumkan logo Kementerian Keuangan ,
tulisan “ Kementerian Keuangan” , nama dan alamat Satuan Kerja.
b. Standar Spesifikasi Identitas Satuan Kerja, meliputi:
1) Berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran sebagai berikut:
a) panjang 400 cm dan lebar 150 cm, untuk Kantor Kementerian
Keuangan;
b) panjang 300 cm dan lebar 100 cm, untuk Kantor Unit Organisasi
Eselon I;
c) panjang 250 cm dan lebar 100 cm, untuk Kantor Unit Organisasi
Eselon II, Kantor Vertikal yang berdiri sendiri dan Kantor Vertikal
yang digunakan bersama; atau
d) panjang 250 cm dan lebar 100 cm, untuk Rumah Susun Negara
dan Kompleks Rumah Negara.
2) Terbuat dari bahan dinding bata dengan warna hitam glossy;
3) Bahan pada angka 2) mencantumkan logo Kementerian Keuangan
dan tulisan dengan format sebagai berikut :
a) Untuk bangunan gedung kantor:

KEMENTERIAN KEUANGAN
Nama Unit Eselon I
Nama Satuan Kerja 7
Alamat
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 48 -

b) Untuk Kompleks Rumah Negara:

KOMPLEKS RUMAH NEGARA


KEMENTERIAN KEUANGAN
Alamat

c) Untuk bangunan Rumah Susun Negara:

RUMAH SUSUN NEGARA


KEMENTERIAN KEUANGAN
Alamat

4) Tulisan pada angka 3) terbuat dari bahan stainless steel dan dibuat
timbul dengan menggunakan warna silver atau gold;
5) Ukuran tulisan menyesuaikan ukuran Identitas Satuan Kerja;
6) Tulisan pada angka 3) huruf a) menyesuaikan ketentuan sebagai
berikut:
a) Nama Satuan Kerja yang dicantumkan pada Identitas Satuan
Kerja merupakan nama Satuan Kerja yang menatausahakan
bangunan gedung kantor;
b) Ukuran tulisan nama Satuan Kerja dibuat lebih besar
dibandingkan ukuran tulisan lainnya pada Identitas Satuan Kerja.
c. Pemasangan Identitas Satuan Kerja memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) dipasang pada halaman depan gedung / Rusunara / Kompleks Rumah
Negara menghadap ke arah jalan utama;
2 ) mudah dilihat; dan
3) jika dianggap perlu , dapat diberikan tambahan lampu penerangan
yang dipasang sedemikian rupa sehingga tulisan pada Identitas
Satuan Kerja lebih mudah dibaca.
d . Standar Jumlah Identitas Satuan Kerja
Identitas Satuan Kerja dipasang di setiap bangunan gedung
kantor / Rusunara / Kompleks Rumah Negara.
3. Identitas Kantor Pelayanan
a. Merupakan atribut yang mencantumkan logo Kementerian Keuangan
tulisan “ Kementerian Keuangan” , dan nama Satuan Kerja.
b. Standar Spesifikasi Identitas Kantor Pelayanan, meliputi:
1) berupa Neon Box dengan ukuran menyesuaikan jumlah Satuan Kerja
dan estetika tampilan serta menggunakan warna dasar biru gelap;

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 49 -
2) Neon box pada angka 1) mencantumkan logo Kementerian Keuangan
dan tulisan dengan format sebagai berikut:

m
KEMENTERIAN KEUANGAN

Nama Satuan Kerja 1


Nama Satuan Kerja 2
Nama Satuan Kerja 3
dst ...

3) Tulisan pada angka 2) berwarna putih dengan ukuran tulisan


menyesuaikan;
c. Identitas Kan tor Pelayanan dipasang di samping pintu gerbang utama
menghadap searah jalan utama dan mudah dilihat.
d. Standar Jumlah Identitas Kantor Pelayanan
Identitas Kantor Pelayanan dipasang di setiap bangunan gedung kantor
yang memiliki fungsi pelayanan;
4. Papan Nama
a. Merupakan atribut yang mencantumkan sekurang-kurangnya logo
Kementerian Keuangan dan keterangan lainnya sesuai peruntukan papan
nama.
b. Standar Spesifikasi Papan Nama, meliputi:
1) Berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran panjang 160 cm
dan lebar 120 cm;
2) Terbuat dari plat logam dengan dicat warna putih;
3) Plat logam pada angka 2) mencantumkan logo Kementerian Keuangan
dan tulisan dengan format sebagai berikut:
a) Untuk bangunan gedung lainnya, tulisan sekurang-kurangnya
memuat:
(1) logo Kementerian Keuangan;
(2) nama gedung;
(3) nama Satuan Kerja yang menatausahakan gedung; dan
(4) alamat gedung;
b) Untuk tanah kosong, tulisan sekurang-kurangnya memuat:
(1) logo Kementerian Keuangan;
(2) tulisan “ Tanah Milik Negara” ;
(3) tulisan berisi keterangan ketentuan pidana;
(4) nama Satuan Kerja yang menatausahakan tanah ; dan
(5) alamat tanah;

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 50 -
c) Untuk Rumah Negara yang berdiri sendiri atau tidak berada di
dalam kompleks Rumah Negara:

KEMENTERIAN KEUANGAN
RUMAH NEGARA
(Jabatan)

4) Tulisan pada angka 3) berwarna hitam dengan ukuran tulisan


menyesuaikan;
c. Pemasangan Papan Nama memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) dipasang pada halaman depan gedung / tanah / Rumah Negara
menghadap ke arah jalan utama;
2) menggunakan tiang penyangga dengan tinggi sekurang-kurangnya 2
(dua) meter di atas tanah, dalam hal gedung / tanah / Rumah Negara
menggunakan pagar pembatas maka ketinggian papan nama
disesuaikan dengan tinggi pagar pembatas;
3) mudah dilihat; dan
4) jika dianggap perlu, dapat diberikan tambahan lampu penerangan
yang dipasang sedemikian rupa sehingga tulisan pada papan nama
mudah menjadi lebih mudah dibaca.
d . Standar Jumlah Papan Nama
Papan Nama dipasang di setiap bangunan gedung lainnya / tanah
kosong / Rumah Negara yang berdiri sendiri;
5. Plat Nama
a. Merupakan atribut yang mencantumkan logo Kementerian Keuangan dan
keterangan lainnya mengenai Rumah Negara / Sarusun .
b. Standar Spesifikasi Plat Nama, meliputi:
1) Berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran panjang 40 cm dan
lebar 30 cm;
2) Terbuat dari plat stainless steel,
3) Plat stainless steel pada angka 2 ) mencantumkan logo Kementerian
Keuangan dan tulisan dengan format sebagai berikut:
a) Untuk Rumah Negara:

RUMAH NEGARA
KEMENTERIAN KEUANGAN

Golongan [golongan RN] Tipe [tipe RN]


Kode barang: [kode barang]
NUP: [NUP]
Alamat: [alamat]
[ Nama Unit Eselon I]
[Nama Satuan Kerja]

I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 51 -
b) Untuk Rumah Susun Negara:

RUMAH SUSUN NEGARA


KEMENTERIAN KEUANGAN

Golongan [golongan Rusunara] Tipe [tipe Rusunara]


Kode barang: [kode barang]
NUP: [ NUP]
Alamat: [alamat]
[ Nama Unit Eselon I]
[ Nama Satuan Kerja]

4) Tulisan pada angka 3) berwarna hitam dengan ukuran tulisan


menyesuaikan;
c. Pemasangan Plat Nama memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Untuk Rusunara yang merupakan bagian dari gedung / kompleks
apartemen umum dan / atau sejenisnya, dipasang pada sisi dalam
pintu Sarusun;
2 ) Untuk Rusunara yang seluruh bangunannya dimiliki oleh
Kementerian Keuangan , dipasang pada sisi luar di samping pintu
Sarusun;
3) Untuk Rumah Negara, dipasang pada dinding bagian luar yang
menghadap jalan di samping pintu rumah.
d . Standar Jumlah Plat Nama
Plat Nama dipasang di setiap Sarusun dan Rumah Negara.
6. Identitas Perkantoran setelah berlakunya Keputusan Menteri Keuangan ini:
a. bagi yang telah menerapkan namun belum sesuai dengan standar yang
ditetapkan , dilakukan penyesuaian; atau
b. bagi yang belum menerapkan, dilakukan pemasangan Identitas
Perkantoran sesuai dengan standar yang ditetapkan,
dengan mempertimbangkan kemampuan anggaran.

C. BANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN


1. Standar Spesifikasi
a. Spesifikasi Eksterior
1) pagar halaman dominan warna hitam, disesuaikan dengan wujud
arsitektur bangunan gedung;
2 ) dinding gedung dominan warna krem / kuning gading, dikombinasikan
dengan warna putih dan biru;
3) gedung yang menggunakan Aluminum Composite Panel (ACP) dominan
warna abu-abu, biru, atau krem / kuning gading;
4) atap gedung, jika ada, menggunakan warna biru;
5) Untuk Bangunan berupa:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 52 -

a) Gedung Kantor Kementerian Keuangan dan Gedung Kantor Unit


Eselon I, menggunakan Identitas Kementerian dan Identitas
Satuan Kerja;
b) Gedung Kantor Unit Eselon II dan Gedung Kantor Unit Vertikal
yang berdiri sendiri dan Gedung Kantor Unit Vertikal yang
digunakan bersama, menggunakan Identitas Kementerian ,
Identitas Satuan Kerja, dan Identitas Kantor Pelayanan;
c) Gedung Keuangan Negara, menggunakan Identitas Kementerian ,
Identitas Satuan Kerja, dan Identitas Kantor Pelayanan; dan
d) Gedung lainnya, menggunakan Identitas Kementerian dan Papan
Nama.
b. Spesifikasi Interior
Penataan ruang kerja pada gedung perkantoran menerapkan Activity
Based Workplace (ABW) .
2. Standar Jumlah
Jumlah gedung perkantoran mengacu pada Standar Kebutuhan yang
ditetapkan oleh Pengelola Barang.
D . RUMAH NEGARA
1. Standar Spesifikasi
a. Spesifikasi Lokasi
1) Lokasi Rumah Negara:
a) berada di dalam kota / kabupaten yang sama dengan lokasi
kantor, dikecualikan untuk wilayah Jakarta-Bogor- Depok-
Tangerang-Bekasi (Jabodetabek ) ;
b) berada pada area bebas banjir;
c) jauh dari tempat pembuangan sampah sementara / akhir; dan
d) memiliki kemudahan akses menuju kantor;
2) Ketinggian Rumah Negara (elevasi) harus lebih tinggi dibandingkan
permukaan jalan .
b. Spesifikasi Sarana Eksterior
1) pagar halaman dominan warna hitam, disesuaikan dengan wujud
arsitektur bangunan Rumah Negara;
2 ) dinding rumah dominan warna krem / kuning gading;
3) atap rumah warna biru;
4) menggunakan Plat Nama;
5) untuk Rumah Negara yang berdiri sendiri menggunakan Papan
Nama.
c. Spesifikasi Sarana Interior Rumah Jabatan
1) Rumah Jabatan Tipe A
Uraian Sarana Keterangan
Ruang Tamu 1 set sice kursi sofa 3+ 2+ 1 seater beserta meja;
1 unit lemari kayu lemari kaca 4 pintu untuk pajangan;
1 set lampu kristal lampu gantung/ standing lamp;
Ruang Keija 1 set meja keija 1 meja + 1 kursi;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 53 -

2 unit kursi kursi hadap;


1 unit lemari kayu untuk penyimpanan buku;
1 unit telepon
1 unit printer
1 set A.C. Split 1 pk ;
Ruang Duduk 1 set sice kursi sofa 3+ 2 seater beserta meja;
1 unit backdrop TV tempat dudukan televisi / credenza;
1 unit televisi 55 inchi;
1 unit telepon
Ruang Makan 1 set meja makan 1 meja + 6 kursi;
Ruang Tidur Utama 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 200x200 cm +
1 divan;
2 nakas;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 4 pintu;
1 set A.C. Split 1 pk;
1 set meja kayu 1 meja rias + 1 kursi +
1 cermin;
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur, ukuran 160x200 cm +
1 divan; atau
2 kasur, ukuran 120x200 cm +
2 divan ;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu ;
1 set A.C. Split 1 pk;
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar 1 unit shower;
utama mandi 1 unit pemanas air;
1 set wastafel ( wastafel, lemari bawah ,
cermin ) ;
1 unit kloset Duduk;
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar 1 unit bak mandi / shower;
mandi 1 set wastafel (wastafel, lemari bawah,
cermin ) ;
1 unit kloset duduk / jongkok ;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor;
( kitchen set ) 1 cooker hood ;
1 set lemari atas dan bawah;
1 kitchen sink
1 unit lemari es 2 pintu , side-by-side;
Gudang 1 unit genset 5 kva;
Garasi
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 100x200 cm +
Pramuwisma 1 divan;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 1 pintu ;
Ruang Cuci 1 unit mesin cuci front loading ;
Kamar Mandi 1 set perangkat kamar 1 unit bak mandi / shower;
Pramuwisma mandi
1 unit kloset Jongkok;

2 ) Rumah Jabatan Tipe B


Uraian Sarana Keterangan
Ruang tamu 1 set sice kursi sofa 3 2 +1 seater beserta meja;
+
1 unit lemari kayu lemari kaca 3 pintu untuk pajangan;
1 set lampu kristal standing lamp;
Ruang Kerja 1 set meja keija 1 meja + 1 kursi;
2 unit kursi Kursi hadap;
1 unit lemari kayu untuk penyimpanan buku ;
1 unit telepon
y
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 54 -
1 unit printer
1 set A.C. Split 1 pk;
Ruang Duduk 1 set sice kursi sofa 3 sealer beserta meja;
1 unit backdrop TV tempat dudukan televisi / credenza;
1 unit televisi 50 inchi;
1 unit telepon
Ruang Makan 1 set meja makan 1 meja + 6 kursi;
Ruang Tidur Utama 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 180x200 cm +
1 divan;
2 nakas;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 3 pintu;
1 set A.C. Split 1 Pk ;
1 set meja kayu 1 meja rias + 1 kursi +
1 cermin;
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 160x200 cm +
1 divan; atau
2 kasur ukuran 120x200 cm +
2 divan;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu;
1 set A.C. Split 1 pk ;
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar 1 unit shower;
mandi 1 unit pemanas air;
1 set wastafel (wastafel, lemari bawah ,
cermin ) ;
1 unit kloset duduk / jongkok;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor;
( kitchen set ) 1 cooker hood ;
1 set lemari atas dan bawah ;
1 kitchen sink ;
1 unit lemari es 2 pintu side-by-side;
Gudang 1 unit genset 5 kva;
Garasi
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 100x200 cm +
Pramuwisma 1 divan;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 1 pintu;
Ruang Cuci 1 unit mesin cuci front loading ;
Kamar Mandi 1 set perangkat kamar 1 unit bak mandi / shower;
Pramuwisma mandi
1 unit kloset jongkok;

3) Rumah Jabatan Tipe C (Kepala Kantor )


Keterangan
Uraian Sarana
( Kepala kantor )
Ruang tamu 1 set sice kursi sofa 3+ 1+1 seater beserta meja;
1 unit lemari kayu lemari kaca 2 pintu untuk pajangan ;
1 set lampu kristal standing lamp;
Ruang Makan 1 set meja makan 1 meja + 4 kursi;
Ruang Tidur Utama 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 160x200 cm +
1 divan;
2 nakas;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 3 pintu ;
1 set A.C. Split 1 Pk;
1 set meja kayu 1 meja rias + 1 kursi +
1 cermin;
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 120x200 cm +
1 divan; atau
2 kasur ukuran 100x200 cm +
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 55 -

2 divan ;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu ;
1 set A.C. Split 1 pk ;
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar 1 unit bak mandi / shower;
mandi 1 set wastafel (wastafel, lemari bawah ,
cermin ) ;
1 unit kloset duduk / jongkok;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor;
( kitchen set) 1 set lemari bawah;
1 kitchen sink
1 unit lemari es 2 pintu atas-bawah ;
Gudang 1 unit genset 2 kva ;
Ruang Cuci 1 unit mesin cuci top loading 1 tabung;

4 ) Rumah Jabatan Tipe C ( non Kepala Kantor )


Uraian Keterangan
Sarana
( non kepala kantor )
Ruang tamu 1 set sice kursi sofa 3+ 1+1 seater beserta meja;
1 unit lemari kayu lemari kaca 2 pintu untuk pajangan ;
1 set lampu kristal standing lamp ;
Ruang Makan 1 set meja makan 1 meja + 4 kursi ;
Ruang Tidur Utama 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 160x200 cm +
1 divan;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu ;
1 set A. C. Split 1 pk ;
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 120x200 cm +
1 divan ;atau
2 kasur ukuran 100x200 cm +
2 divan;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu ;
1 set A.C. Split 1 Pk ;
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar 1 unit bak mandi / shower;
mandi 1 set wastafel (wastafel, lemari bawah ,
cermin ) ;
1 unit kloset duduk / jongkok ;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor;
( kitchen set) 1 set lemari bawah;
1 kitchen sink;
1 unit lemari es 2 pintu atas-bawah;
Gudang
Ruang Cuci 1 unit mesin cuci top loading 1 tabung;

5) Rumah Jabatan Tipe D


Uraian Sarana Keterangan
Ruang tamu 1 set sice kursi sofa 3+1 seater beserta meja;
atau
kursi sofa 2 +1+1 seater beserta meja;
Ruang Makan 1 set meja makan 1 meja + 4 kursi;
Ruang Tidur Utama 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 160x200 cm +
1 divan;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu;
1 set A.C. Split % Pk;
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 120x200 cm +
1 divan; atau
2 kasur ukuran 100x200 cm +
2 divan;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu;
1 set A.C. Split
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar
^ pk;
1 unit bak mandi / shower;
mandi
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 56 -

1 unit kloset duduk / jongkok;


Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor;
( kitchen set) 1 meja dapur;
1 kitchen sink ;
1 unit lemari es 1 pintu ;
Ruang Cuci 1 unit mesin cuci top loading 1 tabung;

6 ) Rumah Jabatan Tipe E


Uraian Sarana Keterangan
Ruang tamu 1 set sice kursi sofa 2 + 1 seater beserta meja;
Ruang Makan 1 set meja makan 1 meja + 2 kursi;
Ruang Tidur Utama 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 160x200 cm +
1 divan ;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 1 pintu;
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 120x200 cm +
1 divan; atau
2 kasur ukuran 100x200 cm +
2 divan;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 1 pintu ;
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar 1 unit bak mandi / shower;
mandi
1 unit kloset duduk / jongkok;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor;
( kitchen set ) 1 meja dapur;
1 kitchen sink
1 unit lemari es 1 pintu ;
Ruang Cuci

d . Spesifikasi Sarana Interior Rumah Instansi


1) Rumah Instansi Tipe C
Uraian Sarana Keterangan
Ruang tamu 1 set sice kursi sofa 2 +1+1 seater beserta meja;

1 unit lemari kayu lemari kaca 2 pintu untuk pajangan ;


Ruang Makan 1 set meja makan 1 meja + 4 kursi
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 120x200 cm +
1 divan; atau
2 kasur ukuran 100x200 cm + 2 divan
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu;
1 set A.C. Split lA Pk;
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar 1 unit bak mandi / shower;
mandi 1 set wastafel (wastafel, lemari bawah,
cermin ) ;
1 unit kloset duduk / jongkok;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor;
( kitchen set ) 1 set lemari bawah;
1 kitchen sink ;
1 unit lemari es 1 pintu ;
Gudang
Ruang Cuci 1 unit mesin cuci top loading 1 tabung;

2) Rumah Instansi Tipe D


Uraian Sarana Keterangan
Ruang tamu 1 set sice kursi sofa 2 + 1+1 seater beserta meja;

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 57 -
Ruang Makan 1 set meja makan 1 meja + 4 kursi;
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 120x200 cm +
1 divan;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 1 pintu ;
1 set A.C. Split ' A pk
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar 1 unit bak mandi / shower;
mandi
1 unit kloset duduk / jongkok;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor;
( kitchen set) 1 meja dapur;
1 kitchen sink ;
1 unit lemari es 1 pintu ;
Ruang Cuci 1 unit mesin cuci top loading 1 tabung;

3) Rumah Instansi Tipe E


Uraian Sarana Keterangan
Ruang tamu 1 set sice kursi sofa 2 +1 seater beserta meja;
Ruang Makan 1 set meja makan 1 meja + 2 kursi;
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 120x200 cm +
1 divan;
1 set lemari pakaian 1 pintu;
1 set A.C. Split ' A pk
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar 1 unit bak mandi / shower;
mandi
1 unit kloset duduk / jongkok;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor;
( kitchen set ) 1 meja dapur;
1 kitchen sink ;
1 unit lemari es 1 pintu ;
Ruang Cuci

2 . Standar Jumlah Rumah Negara pada Satuan Kerja dihitung menggunakan


formula sebagai berikut:
No. Jabatan Jumlah Kebutuhan (unit )

1. Pejabat Eselon I atau pejabat Sejumlah pejabat Eselon I dan pejabat


setingkat Eselon I setingkat Eselon I

2. Pejabat Eselon II atau pejabat Sejumlah pejabat Eselon II dan pejabat


setingkat Eselon II setingkat Eselon II

3. Pejabat Eselon III atau pejabat Sejumlah pejabat Eselon III dan pejabat
setingkat Eselon III setingkat Eselon III

4. Pejabat Eselon IV atau pejabat Sejumlah pejabat Eselon IV dan pejabat


setingkat Eselon IV setingkat Eselon IV

5. Pejabat Eselon V atau pejabat 50% x Y, ( pejabat Eselon V + pejabat


setingkat Eselon V dan setingkat Eselon V + Pelaksana)
Pelaksana
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 58 -

E . RUMAH SUSUN NEGARA


1. Standar Spesifikasi
a. Umum
1) Spesifikasi Lokasi
a. berada di dalam kota / kabupaten yang sama dengan lokasi kantor,
dikecualikan untuk wilayah Jakarta- Bogor- Depok-Tangerang-
Bekasi (Jabodetabek ) ;
b . berada pada area bebas banjir; dan
c. memiliki kemudahan akses menuju kantor.

2 ) Spesifikasi Tipe dan Luas


Tipe Unit Luas Unit Peruntukan
Tipe A >104 - 168 m2 Pejabat Eselon I
Tipe B > 56 - 104 m 2 Pejabat Eselon II
Tipe C > 48 - 56 m 2 Pejabat Eselon III
Tipe D > 36 - 48 m 2 Pejabat Eselon IV
Tipe E > 18 - 36 m 2 Pejabat Eselon V dan / atau
Pelaksana

3) Spesifikasi Ruang
Tipe
Uraian
A B C D E
Ruang Tamu 1 1 1 1 1
Ruang Keluarga 1 1
Ruang Makan 1 1 1 1 1
Kamar Tidur Utama 1 1
Kamar Tidur 2 1 2 2 2
Kamar Tidur Pramuwisma 1 1
Kamar Mandi / WC 1 1 1 1 1
Dapur / Pantry 1 1 1 1 1
Ruang Cuci 1 1

4 ) Spesifikasi Sarana Interior Sarusun Jabatan


a) Sarusun Jabatan Tipe A
Uraian Sarana Keterangan
Ruang Tamu 1 set sice kursi sofa 3+2 +1 seater beserta
meja;
1 set lampu kristal lampu gantung / standing lamp;
1 set A.C. Split 1 pk;
1 unit televisi 43 inchi;
Ruang Keluarga 1 set sice kursi sofa 3+ 2 seater beserta meja;
1 unit backdrop TV 1 set buffet lemari atas dan bawah;
1 unit televisi 55 inchi;
1 set A.C. Split 1 pk ;
Ruang Makan 1 set meja makan 1 meja + 6 kursi;
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 200x200 cm +
Utama 1 divan;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 59 -

2 nakas;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 3 pintu;
1 set A.C. Split 1 Pk;
1 set meja kayu 1 meja rias + 1 kursi +
1 cermin;
1 unit televisi 43 inchi;
1 set tempat tidur 1 kasur, ukuran 160x200 cm +
Ruang Tidur
1 divan;
atau
2 kasur, ukuran 120x200 cm +
2 divan;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu ;
1 set A.C. Split % Pk ;
Kamar Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur, ukuran 100x200 cm +
1 divan;
Pramuwisma
1 unit Wardrobe lemari pakaian 1 pintu;
1 set A.C. Split
1 set perangkat kamar
^ pk ;
1 unit shower;
Kamar mandi / WC
mandi 1 unit pemanas air;
1 unit exhaust fan;
1 set wastafel (wastafel, lemari
bawah, cermin );
1 unit kloset duduk;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor 4 tungku ;
( kitchen set) 1 cooker hood ;
1 set lemari atas dan bawah ;
1 kitchen sink ;
1 build -in oven;
1 exhaust fan;
1 unit lemari es 2 pintu ;
Ruang Cuci 1 unit mesin cuci front loading ;

b) Sarusun Jabatan Tipe B


Uraian Sarana Keterangan
Ruang Tamu 1 set sice kursi sofa 3+ 2 +1 seater beserta
meja;
1 set lampu kristal standing lamp;
1 set A.C. Split 1 pk;
1 unit televisi 40 inchi;
Ruang Keluarga 1 set sice kursi sofa 3+ 2 seater beserta meja;
1 unit backdrop TV 1 set buffet lemari atas dan bawah;
1 unit televisi 43 inchi;
1 set A. C. Split 1 pk ;
Ruang Makan 1 set meja makan 1 meja + 4 kursi;
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 180x200 cm +
Utama 1 divan;
2 nakas
1 unit Wardrobe lemari pakaian 3 pintu;
1 set A.C. Split % pk
1 set meja rias 1 meja + 1 kursi +
1 cermin
Ruang Tidur
1 set tempat tidur 1 kasur, ukuran 160x200 cm +
1 divan;
atau
2 kasur, ukuran 120x200 cm +
2 divan;

0
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 60 -
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu ;
1 set A. C. Split Vi pk
Kamar 1 set tempat tidur 1 kasur, ukuran 100x200 cm +
Tidur
1 divan ;
Pramuwisma
1 unit Wardrobe lemari pakaian 1 pintu ;
1 set A.C. Split Vi pk
Kamar mandi / WC
1 set perangkat kamar 1 unit shower;
mandi 1 unit pemanas air;
1 unit exhaust fan;
1 set wastafel (wastafel, lemari
bawah , cermin );
1 unit kloset duduk ;
1 set perangkat dapur 1 kompor;
Dapur
( kitchen set) 1 cooker hood ;
1 set lemari atas dan bawah;
1 kitchen sink ;
1 exhaust fan;
1 unit lemari es 2 pintu ;
Ruang Cuci 1 unit mesin cuci front loading ;

c) Sarusun Jabatan Tipe C


Uraian Sarana Keterangan
Ruang Tamu 1 set sice kursi sofa 2 + 1+1 seater beserta
meja;
1 set A.C. Split Vi pk;
Ruang Makan 1 set meja makan 1 meja + 4 kursi;
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur, ukuran 160x200 cm +
1 divan;
atau
2 kasur, ukuran 100x200 cm +
2 divan;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu;
1 set A.C. Split K Pk ;
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar 1 unit shower;
mandi 1 unit pemanas air;
1 unit exhaust fan;
1 set wastafel (wastafel, lemari
bawah , cermin );
1 unit kloset duduk ;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor;
( kitchen set) 1 cooker hood ;
1 set lemari bawah;
1 kitchen sink;
1 exhaust fan;
1 unit lemari es 2 pintu;

d ) Sarusun Jabatan Tipe D


Uraian Sarana Keterangan
Ruang Tamu 1 set sice kursi sofa 2 + 1 seater beserta meja;
A.C. Split
Ruang Makan
1 set
1 set meja makan
^ pk;
1 meja + 2 kursi;
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur, ukuran 160x200 cm +
1 divan; atau
2 kasur, ukuran 100x200 cm +
2 divan;

&/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 61 -

1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu;


1 set A. C. Split
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar
^1 unit
pk ;
shower;
mandi 1 unit exhaust fan;
1 set wastafel (wastafel, cermin ) ;
1 unit kloset duduk;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor;
( kitchen set ) 1 cooker hood ;
1 meja dapur;
1 kitchen sink ;
1 exhaust fan;
1 unit lemari es 1 pintu ;

e ) Sarusun Jabatan Tipe E


Uraian Sarana Keterangan
Ruang Tamu 1 set sice kursi sofa 2 +1 seater beserta meja;
1 set A. C. Split H Pk;
Ruang Makan 1 set meja makan 1 meja + 2 kursi;
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur, ukuran 120x200 cm +
1 divan ;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu;
1 set A.C. Split ‘/2 Pk ;
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar 1 unit shower;
mandi 1 unit exhaust fan;
1 unit kloset duduk ;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor;
( kitchen set ) 1 cooker hood ;
1 meja dapur;
1 kitchen sink ;
1 exhaust fan;
1 unit lemari es 1 pintu ;

5) Spesifikasi Sarana Interior Sarusun Instansi


Sarusun Instansi Tipe C , D , dan E
Uraian Sarana Keterangan
Ruang Tamu 1 set sice kursi sofa 2 + 1 seater beserta meja;
1 set A.C. Split Va pk;
Ruang Makan 1 set meja makan 1 meja + 2 kursi;
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur, ukuran 120x200 cm +
1 divan ;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu;
1 set A.C. Split Va pk;
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar 1 unit shower;
mandi 1 unit exhaust fan;
1 unit kloset duduk;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor;
( kitchen set ) 1 meja dapur;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 62 -

1 kitchen sink;
1 exhaust fan;
1 unit lemari es 1 pintu;

6) Menggunakan Plat Nama;


7) Daftar Barang Ruangan ( DBR ) yang berisi daftar sarana interior
Sarusun ditempel pada sisi dalam pintu Sarusun;
b. Khusus
1) Rusunara yang merupakan bagian dari gedung / kompleks apartemen
umum dan / atau sejenisnya
a) Spesifikasi Jumlah Lantai
Standar bangunan Rusunara, yaitu bangunan bertingkat minimal
lebih dari 1 lantai, dan jumlah maksimal lantai sesuai dengan
ketentuan dari pemerintah daerah setempat.
b) Spesifikasi Fasilitas
(1) Fasilitas penunjang utama paling sedikit terdiri dari tempat
parkir, lift, kamera pengawas Closed -Circuit Television (CCTV)
dan pos keamanan;
(2 ) Fasilitas penunjang lainnya paling sedikit terdiri dari:
(a) Lobi / ruang tunggu tamu;
( b) Ruang ibadah;
(c) Ruang serbaguna;
(d ) Ruang kesehatan / poliklinik;
(e) Sarana olahraga;
(f ) Taman; dan / atau
(g) Tempat pembuangan sampah.
c) Spesifikasi Sarana Eksterior
Warna dinding luar menyesuaikan dengan ketentuan dari Pengelola
bangunan gedung / apartemen dan / atau sejenisnya.
2) Rusunara yang seluruh bangunannya dimiliki oleh Kementerian
Keuangan
a) Spesifikasi Tinggi Bangunan
(1) Pembangunan dilaksanakan berdasarkan perhitungan dan
penetapan Koefisien Lantai Bangunan ( KLB) dan Koefisien Dasar
Bangunan (KDB) yang disesuaikan dengan kapasitas daya
dukung dan daya tampung lingkungan yang mengacu pada
peraturan daerah setempat.
( 2 ) Perencanaan teknis bangunan gedung yang direncanakan
dibangun lebih dari 8 (delapan ) lantai harus mendapat
persetujuan dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang
pekerjaan umum atas usul Sekretaris Jenderal atas nama
Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang Kementerian
Keuangan.
(3) Dalam hal peraturan daerah tempat bangunan gedung berdiri
menetapkan ketinggian maksimum, maka ketinggian maksimum

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 63 -

bangunan gedung mengikuti ketentuan peraturan daerah


tersebut.
b) Spesifikasi Luas Bangunan
(1) Luas bangunan Rusunara yang dijadikan standar untuk
perencanaan kebutuhan adalah total luas bangunan Rusunara
keseluruhan.
(2) Total luas bangunan Rusunara keseluruhan diperoleh dari
penjumlahan Luas Bangunan Bruto ditambah fasilitas sosial
dan fasilitas umum.
(3) Luas bangunan neto (Lbn) merupakan jumlah luas keseluruhan
ruangan dalam gedung yang dapat diutilisasi. Dihitung dengan
formula sebagai berikut:
Lbn = £ (Sr x P) + £ Lp
Keterangan:
Sr = standar luas maksimal Sarusun
P = jumlah jabatan dan formasi pegawai
Lp = luas ruang penunjang
(4) Luas bangunan bruto (Lbb) merupakan luas keseluruhan
ruangan dalam gedung, termasuk bagian yang tidak dapat
diutilisasi. Dihitung dengan formula sebagai berikut:
Lbn
Lbb -
(1 - Lu)
Keterangan:
Lbn = Luas bangunan neto
Lu = Koefisien luas bangunan yang tidak dapat
diutilisasi
0,25 untuk bangunan bertingkat rendah (paling
tinggi 4 lantai)
0, 30 untuk bangunan bertingkat tinggi (lebih dari
4 lantai)
(5) Bangunan yang tidak dapat diutilisasi meliputi tetapi tidak
terbatas pada luas ruang untuk lift, tangga, Air Handling Unit
(AHU) , selasar / koridor / lobi, dan dead space akibat konstruksi
serta akibat bentuk arsitektur bangunan.
(6 ) Luas Bangunan Total ( Lbt) adalah total luas seluruh kebutuhan
Rusunara yang merupakan hasil penjumlahan Luas Bangunan
Bruto ditambah luas dasar bangunan untuk fasilitas sosial dan
fasilitas umum, dengan formula:
LBt = Lbb + LDB
Keterangan:
LDB = Luas Dasar Bangunan, dihitung dengan 2 (dua)
cara, yaitu:
(a) Luas Tanah dikalikan dengan KDB; atau

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 64 -
(b) Luas Bangunan Bruto dibagi dengan hasil dari
perhitungan lantai bangunan dikurangi lantai dasar,
dengan memperhatikan KDB.
c) Spesifikasi Luas Tanah
(1) Standar luas tanah merupakan batasan luas tanah yang
dibutuhkan oleh Kuasa Pengguna Barang untuk membangun
bangunan Rusunara beserta fasilitas pendukungnya.
(2 ) Standar luas tertinggi atas tanah merupakan hasil perhitungan
5 (lima) kali luas lantai dasar bangunan dibagi dengan Koefisien
Dasar Bangunan (KDB) yang berlaku di daerah setempat
dengan tetap memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah
( RTRW) .
d ) Spesifikasi Fasilitas
(1) Fasilitas Utama
(a) Jaringan air bersih;
(b) Jaringan listrik;
(c) Saluran pembuangan air;
(d ) Saluran pembuangan limbah;
(e ) Tempat pembuangan sampah;
(f ) Sistem ventilasi dan pencahayaan buatan yang memadai;
(g) Alat transportasi vertikal berupa tangga dan / atau lift sesuai
dengan ketentuan mengenai gedung negara;
( h ) Pintu dan tangga darurat;
(i) Ruang Pengelola Gedung;
( j ) Instalasi pemadam kebakaran;
( k ) Penangkal petir;
(l) Sistem alarm;
( m) Generator listrik;
( n ) Area parkir berikut sarana dan prasarana parkir;
(o) Pos keamanan dan petugas keamanan; dan
( p) Sistem keamanan kompleks Rusunara berupa:
i. kamera pengawas Closed -Circuit Television (CCTV) ;
ii. access control system gerbang utama kompleks ( sticker,
access card , atau sistem / teknologi lainnya) ;
iii. access control system gedung Rusunara ( access card
atau sistem / teknologi lainnya) .
(2 ) Fasilitas Penunjang
(a) Lobby / ruang tunggu tamu;
( b) Ruang / area serbaguna;
(c) Ruang kesehatan / poliklinik;
(d ) Ruang / tempat ibadah;
(e) Ruang Fire Command Center (FCC) ;
(f ) Ruang kantin / minimarket;

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 65 -
( g) Sarana olahraga; dan
( h ) Taman.
e ) Spesifikasi Sarana Eksterior
1) pagar halaman dominan warna hitam , disesuaikan dengan
wujud arsitektur bangunan gedung;
2 ) dinding gedung dominan warna krem / kuning gading,
dikombinasikan dengan warna putih dan biru ;
3) atap gedung, jika ada , menggunakan warna biru ;
4 ) Rusunara menggunakan Identitas Kementerian dan Identitas
Satuan Kerja; dan
5) Sarusun menggunakan Plat Nama.
c. Spesifikasi sebagaimana tersebut pada huruf a dan huruf b dikecualikan
untuk gedung Rusunara yang dibangun melalui program Bantuan
Pembangunan Rumah Susun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.

2 . Standar Jumlah Sarusun


a . Dihitung menggunakan formula sebagai berikut:
No. Jabatan Jumlah Kebutuhan ( unit )

1. Pejabat Eselon I atau pejabat Sejumlah pejabat Eselon 1 dan pejabat


setingkat Eselon I setingkat Eselon I

2. Pejabat Eselon II atau pejabat Sejumlah pejabat Eselon II dan pejabat


setingkat Eselon II setingkat Eselon II

3. Pejabat Eselon III atau Sejumlah pejabat Eselon III dan pejabat
pejabat setingkat Eselon III setingkat Eselon III

4. Pejabat Eselon IV atau Sejumlah pejabat Eselon IV dan pejabat


pejabat setingkat Eselon IV setingkat Eselon IV

5. Pejabat Eselon V atau pejabat 50% x £ ( pejabat Eselon V + pejabat


setingkat Eselon V dan setingkat Eselon V + Pelaksana )
Pelaksana

b. Jumlah Sarusun pada huruf a dihitung dengan mempertimbangkan


jumlah existing Rumah Negara milik Kementerian Keuangan yang berada
dalam satu wilayah ( kabupaten / kota) yang sama.
c. Jumlah Sarusun di dalam Rusunara harus memenuhi prinsip efisiensi
dan efektivitas.
d . Simulasi perhitungan jumlah Rusunara mengacu pada Lampiran II BAB
IV.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 66 -

F. ALAT ANGKUTAN DARAT BERMOTOR DINAS OPERASIONAL


1. Kendaraan Jabatan
a. Standar Spesifikasi Kendaraan Jabatan sesuai dengan Standar Barang
yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.
b. Selain Standar Spesifikasi sebagaimana dimaksud huruf a di atas,
pemenuhan kebutuhan Kendaraan Jabatan:
1) memperhatikan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) ; dan
2 ) menggunakan warna hitam metallic.
c . Jumlah Kendaraan Jabatan sesuai dengan Standar Kebutuhan yang
ditetapkan oleh Pengelola Barang.
2 . Kendaraan Operasional
a. Standar Spesifikasi Kendaraan Operasional sesuai dengan Standar Barang
yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.
b. Selain Standar Spesifikasi sebagaimana dimaksud huruf a di atas,
pemenuhan kebutuhan Kendaraan Operasional:
1) memperhatikan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) paling sedikit
40%; dan
2) menggunakan warna silver metallic;
3) mencantumkan gambar logo Kementerian Keuangan dan tulisan
“ Kementerian Keuangan” pada sisi kiri dan kanan kendaraan; dan
4) warna tulisan pada angka 3) adalah biru tua.
c. Standar Jumlah Kendaraan Operasional sesuai dengan Standar
Kebutuhan yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.
d. Selain Standar Jumlah sebagaimana dimaksud huruf c di atas,
perhitungan Kendaraan Operasional dilakukan dengan:
1) memperhatikan beban kerja dan New Way of Working ( NWOW) ; dan
2) melakukan pembulatan ke atas.
e. Kendaraan Operasional dapat berasal dari Kendaraan Jabatan yang
ditetapkan untuk dialihfungsikan, dengan ketentuan:
1) Jenis dan spesifikasi kendaraan meliputi:
a) kendaran roda 4 (empat) SUV maksimal 2500 cc;
b) kendaran roda 4 (empat) MPV maksimal 2500 cc;
c) kendaraan roda 2 (dua) ;
2 ) Kendaraan Jabatan telah berumur 5 (lima) tahun sejak tanggal
perolehan; dan
3) Jumlah Kendaraan Operasional tidak melebihi Standar Kebutuhan
sebagaimana dimaksud pada huruf c.
3. Kendaraan Fungsional
a. Standar Spesifikasi dan Standar Jumlah Kendaraan Fungsional adalah
sebagai berikut:
No. Fungsi Jenis Spesifikasi Jumlah Keterangan
1. Kesehatan Minibus 3.000 cc, 1 unit • Kendaraan
MPV 4 silinder kesehatan antara

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 67 -
lain: ambulans,
kendaraan jenazah
• Untuk seluruh
Satuan Kerja pada
suatu
Kabupaten / Kota
2. Layanan Microbus 5.000 cc, 2 unit • Kendaraan layanan
publik 4 silinder publik antara lain:
Minibus 2.500 cc, kendaraan
4 silinder penerangan
MPV • Untuk seluruh
Satuan Kerja pada
Double suatu
gardan - Kabupaten / Kota
double
cabin
3. Protokoler SUV / MPV 3.000 cc, 1 unit Dihitung
4 silinder berdasarkan
ketentuan yang
mengatur mengenai
Perwakilan
Kementerian
Keuangan,
Sekretariat
Perwakilan
Kementerian
Keuangan , dan
Pengelolaan Gedung
Keuangan Negara di
Daerah di lingkungan
Kementerian
Keuangan

mengikuti ketentuan 1 unit untuk Atase


negara setempat Keuangan di setiap
negara
4. Teknis Double 2.500 cc, Dihitung
layanan gardan- 4 silinder berdasarkan analisis
lainnya double kebutuhan
untuk cabin kendaraan dengan
wilayah kerja persetujuan Kepala
tertentu Biro
5. Angkutan Pick Up 3.000 cc, 1 unit • Berupa karoseri
Barang 4 silinder bak terbuka /
tertutup
• Untuk seluruh
Satuan Kerja pada
suatu
Kabupaten / Kota
6. Angkutan Minibus 4.500 cc, • Mobil jemputan
Pegawai 4 silinder pegawai
Microbus 5.000 cc, • Dihitung
4 silinder berdasarkan
Bus 8.000 cc, analisis kebutuhan
kendaraan dengan
4 silinder
persetujuan Kepala
Biro
7. Atase mengikuti ketentuan 1 unit untuk setiap negara
Keuangan negara setempat
8. Mobil Microbus 4.500 cc, Dihitung
Laboratorium 4 silinder berdasarkan analisis
kebutuhan
J
(
MENTERI KEUANGAN
REPUBL 1K INDONESIA

- 68 -

kendaraan dengan
persetujuan Kepala
Biro
9. Mobil SUV 2.500 cc, Dihitung
Pengantar Double 4 silinder berdasarkan analisis
Sampel gardan- kebutuhan
Laboratorium double kendaraan dengan
cabin persetujuan Kepala
Biro
10 . Mobil MPV 2.500 cc, Dihitung
Pengawasan Minibus 4 silinder berdasarkan analisis
Operasi kebutuhan
Tertutup kendaraan dengan
persetujuan Kepala
Biro
11. Mobil Patroli MPV 2.500 cc, Dihitung
Operasi Minibus 4 silinder berdasarkan analisis
Terbuka kebutuhan
kendaraan dengan
persetujuan Kepala
Biro
12 . Mobil Patroli SUV 2.500 cc, Dihitung
Operasi Double 4 silinder berdasarkan analisis
Terbuka gardan- kebutuhan
double kendaraan dengan
cabin persetujuan Kepala
Biro
13. Mobil SUV 2.500 cc, Dihitung
Operasional Double 4 silinder berdasarkan analisis
APN gardan- kebutuhan
Kapasitas double kendaraan dengan
Dua Anjing cabin persetujuan Kepala
Pelacak Biro

14. Mobil Minibus 4.500 cc, Dihitung


Operasional Microbus 4 silinder berdasarkan analisis
APN kebutuhan
Kapasitas kendaraan dengan
Empat persetujuan Kepala
Anjing Biro
Pelacak
15. Mobil Minibus 3.000 cc, Dihitung
Surveillance Microbus 4 silinder berdasarkan analisis
kebutuhan
kendaraan dengan
persetujuan Kepala
Biro
16. Mobil Minibus 3.000 cc, Dihitung
Tahanan Microbus 4 silinder berdasarkan analisis
kebutuhan
kendaraan dengan
persetujuan Kepala
Biro
17. Sepeda Sepeda 225 cc Dihitung
Motor Motor berdasarkan analisis
Pengantar kebutuhan
Sampel kendaraan dengan
Laboratorium persetujuan Kepala
Biro
18. Sepeda Sepeda 225 cc Dihitung
Motor Patroli Motor berdasarkan analisis
kebutuhan
kendaraan dengan
persetujuan Kepala
j
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 69 -

Biro
19. Sepeda Sepeda 225 cc Dihitung
Motor Juru Motor berdasarkan analisis
Sita kebutuhan
kendaraan dengan
persetujuan Kepala
Biro

b. Pemenuhan kebutuhan Kendaraan Fungsional:


1) memperhatikan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN ) paling sedikit
40%; dan
2 ) memperhitungkan beban kerja dan New Way of Working ( NWOW ) pada
Satuan Kerja.

G. PERANGKAT PENGGUNA
1. Standar Spesifikasi Perangkat Pengguna mengacu pada Standar Spesifikasi
yang berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan .
2 . Perangkat Pengguna berupa desktop:
1. melekat pada ruang tertentu untuk mendukung pelaksanaan tugas dan
fungsi pada ruang tersebut
2. dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :
Standar
Ruang Standar Jumlah Keterangan
Klasifikasi
e-comer End User Sesuai indeks jumlah Ruang e-comer, antara
stakeholder per hari lain:
< 25 2 (dua) unit 1. layanan mandiri
orang 2. pojok baca
25 - 100 4 (empat) 3. informasi mandiri
orang unit
101 - 6 (enam )
200 unit
orang
> 200 dihitung
orang berdasarka
n analisis
kebutuhan
dengan
persetujua
n Kepala
Biro
layanan / front End User Sesuai jumlah bilik
office / customer layanan / front
service / call office / customer
center/ helpdesk service / call center /
helpdesk
TIIC Technical and Sesuai analisis jumlah Ruang TIK, antara lain:
Development pegawai yang bertugas 1. ruang Research and
User/ Special di bidang TIK Development
Purpose 2. ruang Incident and
Problem TIK
3. ruang Tape Back Up
Pelatihan End User Sesuai kapasitas ruang yang
ruang, dengan membutuhkan desktop
memperhatikan jumlah dalam melakukan
instruktur dan peserta pelatihan
pelatihan

/
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 70 -
Situation/ Special 1 (satu ) unit
Dealing room Purpose
End User 1 (satu ) unit
Multimedia Special sesuai analisis jumlah
Purpose pegawai yang bertugas
di bidang multimedia
Perpustakaan End User 1 (satu ) unit, untuk
pegawai yang bertugas
di perpustakaan; dan
sesuai indeks jumlah
pengunjung per hari:
< 10 1 (satu )
orang unit
10 - 20 2 (dua ) unit
orang
21 - 50 4 (empat )
orang unit
> 50 dihitung
orang berdasarkan
analisis
kebutuhan
dengan
persetujuan
Kepala Biro

Video End User/ 2 (dua ) unit


Conference Technical and
Development
User
Penyimpanan End User 1 (satu ) unit Ruang Penyimpanan
Khusus Khusus, antara lain:
1. Ruang penyimpanan
senjata
2 . Ruang Penyimpanan
pita cukai

3. Perangkat Pengguna berupa mobile devices:


1. Laptop
1) melekat pada pejabat dan / atau pegawai untuk melaksanakan tugas
dan fungsi unit kerja;
2 ) dihitung berdasarkan jumlah pejabat dan / atau pegawai; atau
3) Pegawai sebagaimana dimaksud pada angka 2 ) , tidak termasuk:
a) Pengemudi; dan
b) Caraka
2 . Tablet
1) melekat pada pejabat setingkat Eselon II ke atas untuk melaksanakan
tugas dan fungsi unit kerja;
2 ) dihitung berdasarkan jumlah pejabat struktural setingkat Eselon II ke
atas; atau
3) Pejabat sebagaimana dimaksud pada angka 2 ) , termasuk:
1. Staf Khusus Menteri;

J
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 71 -
2 . Tenaga Pengkaji;
3. Chief Management Officer (CMO) ; dan
4 . Pimpinan Unit Non Eselon .
4 . Perangkat Pengguna berupa printer, dihitung dengan menggunakan formula
sebagai berikut:
Uraian Jumlah Keterangan
Pejabat Eselon II ke atas 1 (satu ) unit Printer Laser/ Ink Jet
Pejabat Eselon III selaku 1 (satu ) unit Printer Laser/ Ink Jet
Kepala Kantor

Sekretaris pimpinan Unit 1 (satu ) unit Printer Laser/ Ink Jet


Satuan Kerja

layanan / front office/ customer sesuai jumlah bilik Printer Laser/ Dot Matrix
service layanan / front office/ customer
service
Pegawai yang melayani pejabat sesuai jumlah pegawai Printer Laser/ Ink Jet
Eselon I

Indeks pegawai:

a. < 25 pegawai 2 (dua ) unit Printer Laser


b. 25 - 50 pegawai 3 ( tiga ) unit

c. 51 - 100 pegawai 4 (empat ) unit


d. > 1 0 0 pegawai berdasarkan analisis kebutuhan
yang disetujui oleh Kepala Biro

H . RUANG KHUSUS
1. Ruang Khusus merupakan fasilitas / ruang tambahan di luar komponen
Standar Bangunan dan Standar Kebutuhan yang menjadi satu kesatuan
dengan bangunan gedung kantor .
2 . Standar Spesifikasi Ruang Khusus adalah sebagai berikut:
Kantor Kantor Kantor Kantor Gedung
No Nama Ruang Pusat Khusus Wilayah Pelayanan Bersama Keterangan
( m^ ) ( m^) ( m2 ) ( m2 ) ( m2)
(1) (2) (3) ( 4) (5) (6 ) ( 7) (8 )
1. Ruang 120 60 60 36 60
Pengendalian
dan Pengawasan
CCTV
2. Ruang Poliklinik 25 25 10 25
3. Ruang Teknisi 20 10 10 10 10
4. E-comer 20 15 15 10 15 Ruang e-comer,
antara lain :
Ruang layanan
mandiri /
pojok baca
5. Ruang Ramah 20 20 20 20 20 Ruang ramah
Anak anak, antara

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 72 -

lain:
Playground atau
ruang penitipan
anak
6. Ruang Research 100
and Development
7. Ruang Incident 100
dan Problem TIK
8. Ruang Tape Back 100
Up
9. Ruang Service 75 15 15 15 15
Desk / Layanan
Pengguna
10 . Ruang Kelas TIK 100 75 40 40
Ruang Mini Lab
Ruang Mini TLC
11. Ruang Engineer 150
on Site (EOS )
12 . Ruang 100 96 48 112 Ruang
Konsultasi konsultasi
antara lain:
konsultasi TIK /
konsultasi
pegawai /
konsultasi
pajak
13. Stagging Room 300
14 . Situation Room 40
15 . Ruang Studio 90 12 12 50
Multimedia
16 . Holding Room 50 50
untuk Pimpinan
17 . Ruang Olahraga 50 50
( Gym/ Fitness
Indoor)
18 . Ruang 100 60
Perpustakaan
19 . Ruang 48 30 48 20 Ruang
Penyidikan / BAP penyidikan / BAP
antara lain:
ruang interogasi
20. Ruang 112 32 48 Ruang
Pemeriksaan pemeriksaan
antara lain:
ruang
pemeriksaan
pegawai /
pemeriksaan
pajak
21. Ruang Berkas 100 100 25
Pemeriksaan
22 . Ruang Dokumen 600 450
Perpajakan Wajib
Pajak
23. Ruang Berkas 25 100 20
Penagihan /
Keberatan dan
Banding
24 . Ruang Kelas 80
Pajak
25 . Dealing room 100

J
J?*

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 73 -
26 . Ruang Video 32
Conference
27. Ruang 100
Assessment
28. Ruang Tahanan 25 25 40
29. Ruang 25 75 15
Penyimpanan
Senjata
30 . Ruang 25 10 50
Penyimpanan
Pita Cukai
31. Ruang K-9 12 15 15
32. Ruang Kimia 120
Basah
33. Ruang Reagant 75
34. Ruang Asam 50
35. Ruang Fourier- 50
Transform
Infrared
Spectroscopy
( FTIR )
36. Ruang Gas 50
Chromatography -
Mass
Spectrometry
( GCMS )
37. Ruang Kimia 75
Fisik

Keterangan:
Kolom (3) Kantor Pusat, terdiri dari: Kantor Pusat Unit Eselon I, LNSW, dan Pusintek;
Kolom ( 4 ) Kantor Khusus, terdiri dari: BLBC , KPU , PSO, KPP WP Besar , KPP Madya,
Satuan Kerja Badan Layanan Umum ( BLU ) ;
Kolom (6 ) Kantor Pelayanan , termasuk: KLIP, KPDDP, dan Balai Diklat ;
Kolom (7) Gedung Bersama merupakan bangunan gedung yang digunakan oleh lebih dari 1 (satu )
Satuan Kerja

3. Untuk Satuan Kerja yang menggunakan bangunan gedung bersama, Ruang


Khusus sebagaimana nomor 1 sampai 5 pada angka 2 disediakan oleh
Satuan Kerja yang menatausahakan bangunan gedung.
4 . Jumlah Ruang Khusus disesuaikan terhadap kebutuhan dari masing- masing
Satuan Kerja dengan mempertimbangkan:
a. struktur organisasi;
b. tugas dan fungsi organisasi; dan
c. implementasi budaya kerja New Way of Working ( NWOW ) .
5. Perluasan bangunan gedung kantor yang menambah Ruang Khusus
diusulkan oleh Kuasa Pengguna Barang yang menatausahakan bangunan .

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 74 -

BABY
PENGASURANSIAN BMN

A. UMUM
1. Pengasuransian BMN dilaksanakan untuk pengamanan, kepastian
keberlangsungan pemberian pelayanan umum, dan / atau kelancaran tugas
dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dengan mempertimbangkan
kemampuan keuangan negara.
2. BMN dapat diasuransikan berdasarkan prinsip:
a. selektif;
b. efisiensi;
c. efektivitas; dan
d . prioritas.
3. Kewenangan dan Tanggung Jawab
a. Pengguna Barang memiliki kewenangan dan tanggung jawab:
1) menetapkan rencana pengasuransian BMN ;
2) memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan ketentuan lainnya yang
diatur dalam Polis; dan
3) menyusun laporan pengasuransian BMN tingkat Pengguna Barang
b. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW memiliki
kewenangan dan tanggung jawab:
1) memberikan persetujuan terhadap usulan rencana pengasuransian
BMN yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang; dan
2) menyampaikan informasi terkait keterjadian risiko atas BMN yang
diasuransikan kepada Pengguna Barang
c. Kuasa Pengguna Barang, memiliki kewenangan dan tanggung jawab:
1) menyusun rencana pengasuransian BMN tingkat Kuasa Pengguna
Barang;
2) menyampaikan informasi terkait keterjadian risiko atas BMN yang
diasuransikan kepada Sekretaris Unit Eselon I dan Pengguna Barang;
3) memenuhi kewajiban , tanggung jawab, dan ketentuan lainnya yang
diatur dalam Polis; dan
4) menyusun laporan pengasuransian BMN tingkat Kuasa Pengguna
Barang.
4 . Objek Asuransi
a. BMN yang menjadi objek asuransi adalah BMN berupa gedung dan
bangunan dengan kondisi baik atau rusak ringan.
b. BMN sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak masuk dalam rencana
Penghapusan dan Pemindahtanganan pada tahun periode
pengasuransian .
c. Gedung dan bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat
mengikutsertakan sarana dan prasarana yang meliputi tapi tidak terbatas
pada:
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 75 -

1) komponen struktural, antara lain pondasi, struktur atau dinding;


2) komponen mekanikal, antara lain saluran air, sistem tata udara,
sistem transportasi vertikal, sistem proteksi kebakaran , atau sistem
plambing dan pompa;
3) komponen elektrikal, antara lain sistem kelistrikan, atau sistem
elektronika; dan / atau
4) komponen tata ruang luar, antara lain pertamanan, perkerasan,
saluran pembuangan , pagar dan pintu gerbang, atau pos / gardu jaga,
sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai bangunan gedung.
d. BMN sebagaimana dimaksud pada huruf a harus memenuhi kriteria:
1) mempunyai dampak terhadap pelayanan umum apabila rusak atau
hilang; dan
2 ) menunjang kelancaran tugas dan fungsi penyelenggaraan
pemerintahan .
e. BMN sedang digunakan dan / atau dimanfaatkan oleh Pihak Lain ,
pengasuransiannya memperhatikan klausul dalam perjanjian
Penggunaan / Pemanfaatan BMN .
5. Pengguna Barang menunjuk 1 (satu) satuan kerja pada
Kementerian / Lembaga bersangkutan untuk melakukan pengadaan jasa
asuransi BMN.
6. Jangka waktu pengasuransian BMN adalah 1 (satu) tahun sejak
ditandatanganinya Polis.
7. Besaran Premi asuransi BMN yang tercantum pada Polis mengikuti tarif yang
tercantum pada perjanjian penyediaan jasa asuransi BMN yang
ditandatangani antara Direktur Jenderal atas nama Menteri Keuangan selaku
Pengelola Barang dan pimpinan Perusahaan Asuransi yang menjadi Ketua
dari Konsorsium Asuransi BMN yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal.

B. PERENCANAAN
1. Persiapan
a. Kuasa Pengguna Barang melakukan inventarisasi BMN untuk
mengetahui kondisi, eksistensi, penggunaan , risiko dan sarana prasarana
yang melekat pada gedung dan bangunan.
b. Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan, Kuasa Pengguna Barang
melakukan pemutakhiran data BMN yang akan diasuransikan pada
SIMAN .
c. Prosedur pemutakhiran data BMN pada SIMAN berpedoman pada Bab
Penatausahaan.
2 . Penyusunan dan Penyampaian Usulan Rencana Pengasuransian BMN
a. Kuasa Pengguna Barang menyusun rencana pengasuransian BMN di
lingkungan Kuasa Pengguna Barang yang sekurang- kurangnya memuat:
1) data BMN sesuai dengan Daftar Barang Kuasa Pengguna Barang
meliputi kode barang, nama barang, Nomor Urut Pendaftaran, luas dan
lokasi;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 76 -

2 ) risiko atas BMN;


3) penjelasan penggunaan dan fungsi BMN ;
4) pertimbangan pengasuransian BMN;
5) besaran premi; dan
6) jangka waktu pengasuransian BMN
b. Data BMN sebagaimana dimaksud dalam huruf a angka 1) dilengkapi pula
dengan informasi termasuk detail atas ruangan , konstruksi gedung dan
bangunan, foto dan sarana dan prasarana yang terdapat pada BMN yang
akan diasuransikan .
c. Dalam proses penyusunan rencana pengasuransian BMN, Kuasa
Pengguna Barang memperhatikan rencana penggunaan , pemanfaatan ,
pemindahtanganan dan penghapusan BMN .
d. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan rencana pengasuransian BMN
kepada Sekretaris Unit Eselon I dengan ditembuskan kepada Kepala
Kepala Kantor Wilayah paling lambat tanggal 31 Agustus T-2 .
e. Dokumen penyampaian rencana pengasuransian BMN tingkat Kuasa
Pengguna Barang terdiri atas:
1) nota dinas pengantar;
2) daftar usulan rencana pengasuransian BMN; dan
3) surat penyataan ,
yang disusun berdasarkan format pada Lampiran II Bab V huruf A dan
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang.
f. Sekretaris Unit Eselon I meneliti rencana pengasuransian BMN dari Kuasa
Pengguna Barang yang meliputi:
1) kebenaran data rencana pengasuransian BMN yang sekurang-
kurangnya mengacu pada Daftar Barang Kuasa Pengguna Barang:
2 ) kesesuaian BMN yang akan diasuransikan dengan kriteria objek
asuransi: dan
3) pertimbangan pengasuransian .
g. Dalam hal berdasarkan pertimbangan pengasuransian , Sekretaris Unit
Eselon I dapat mengusulkan tambahan BMN objek asuransi pada Kuasa
Pengguna Barang selain yang telah diusulkan oleh Kuasa Pengguna
Barang.
h. Dalam hal berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam
huruf f dan huruf g terdapat perubahan rencana pengasuransian BMN
tingkat Kuasa Pengguna Barang, Kuasa Pengguna Barang melakukan
penyesuaian dan menyampaikan kembali rencana pengasuransian BMN
tingkat Kuasa Pengguna Barang kepada Sekretaris Unit Eselon I .
i. Sekretaris Unit Eselon I menyusun rekapitulasi rencana pengasuransian
BMN di lingkungan Unit Eselon I dan menyampaikannya kepada
Pengguna Barang paling lambat 31 Oktober T-2.
j. Dokumen penyampaian rekapitulasi rencana pengasuransian BMN di
lingkungan Unit Eselon I terdiri atas:
1) nota dinas pengantar;
2) daftar usulan rencana pengasuransian BMN; dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 77 -

3) surat penyataan,
yang disusun berdasarkan format pada Lampiran II Bab V huruf A dan
ditandatangani oleh Sekretaris Unit Eselon I.
3. Penelitian dan Penetapan Rencana Pengasuransian BMN
a. Pengguna Barang melakukan penelitian atas usulan rencana
pengasuransian BMN yang disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dengan memperhatikan:
1) kebenaran data dan kelengkapan dokumen rencana pengasuransian
BMN sesuai dengan Daftar Barang Kuasa Pengguna Barang;
2 ) kesesuaian BMN yang akan diasuransikan dengan kriteria objek
asuransi;
3) skala prioritas, terdiri atas
a) Gedung dan bangunan utama;
b) Gedung Penunjang;
c) Underlying Asset penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ;
dan
d) pertimbangan lainnya;
b. Dalam melaksanakan penelitian , Pengguna Barang dapat:
1) menyelenggarakan forum penelitian usulan rencana pengasuransian
BMN antara Pengguna Barang dan Sekretaris Unit Eselon I; dan / atau
2 ) meminta APIP untuk melakukan review terhadap konsep rencana
pengasuransian BMN;
c. Dalam hal berdasarkan pertimbangan pengasuransian, Pengguna Barang
dapat menambah BMN untuk ditetapkan dalam rencana pengasuransian
BMN Kementerian Keuangan .
d . Berdasarkan hasil penelitian, Pengguna Barang menetapkan rencana
pengasuransian BMN dengan format sebagaimana tercantum dalam
lampiran II Bab V huruf D .
e. Rencana pengasuransian BMN disampaikan kepada:
1) Sekretaris Unit Eselon I;
2 ) APIP;
3) Kepala Satuan Kerja yang ditunjuk untuk melakukan pengadaan jasa
asuransi BMN; dan
4) Unit Kerja yang membidangi perencanaan dan keuangan di lingkungan
Kementerian Keuangan.
4. Perubahan Rencana Pengasuransian BMN
a. Kuasa Pengguna Barang dapat mengajukan usulan perubahan rencana
pengasuransian BMN, baik berupa penambahan maupun pengurangan
objek BMN, yang diakibatkan antara lain tapi tidak terbatas pada:
1) perubahan identitas BMN;
2) perubahan rencana Penggunaan , Pemanfaatan, Pemindahtanganan
dan Penghapusan BMN;
3) renovasi / pengembangan BMN; dan
4) hal lain yang mengakibatkan risiko kerugian / kerusakan meningkat.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 78 -

b. Penyampaian usulan perubahan rencana pengasuransian BMN:


1) dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang kepada Sekretaris Unit Eselon
I Paling lambat 31 Maret T-1; dan
2 ) dilakukan oleh Sekretaris Unit Eselon I kepada Pengguna Barang
Paling lambat 30 Juni T- l .
c. Tata cara penyusunan rencana pengasuransian BMN sebagaimana diatur
dalam angka 2, berlaku mutatis mutandis terhadap penyusunan
perubahan rencana pengasurasian BMN .
5. Penganggaran dan Premi Pengasuransian BMN
a. Berdasarkan penetapan rencana pengasuransian BMN, satuan kerja yang
ditunjuk untuk melakukan pengadaan jasa pengasuransian BMN
menyusun anggaran untuk pembayaran biaya premi pengasuransian
BMN.
b. Penyusunan anggaran mempertimbangkan kemampuan keuangan negara
dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan penyusunan anggaran
Kementerian / Lembaga.
c. Mekanisme pembayaran Premi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai pembayaran dalam rangka
pelaksanaan APBN .
d . Pembayaran premi asuransi BMN dilaksanakan oleh satuan kerja yang
ditunjuk untuk melaksanakan pengadaan jasa asuransi BMN .

C. PELAKSANAAN
1. Pengadaan Jasa Asuransi
a. Pengadaan jasa asuransi BMN dilakukan oleh satuan kerja yang ditunjuk
oleh Pengguna Barang.
b. Penunjukkan satuan kerja sebagaimana dimaksud dalam huruf a
ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan tersendiri.
c. Ketentuan mengenai prosedur pengadaan jasa asuransi BMN mengacu
pada Keputusan Menteri Keuangan terkait tahapan pelaksanaan
pengadaan jasa asuransi BMN .
d . kontrak ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen pada satuan
kerja yang melakukan pengadaan jasa asuransi dan pimpinan Perusahaan
Asuransi yang menjadi Ketua Konsorsium Asuransi BMN.
2. Prosedur Pemberitahuan Kejadian dan Pengajuan Klaim
a. Dalam hal teijadi risiko pada BMN yang diasuransikan, Kuasa Pengguna
Barang:
1) mendokumentasikan kerusakan yang terjadi; dan
2 ) segera menyampaikan pemberitahuan kepada Sekretaris Unit Eselon I
dan Pengguna Barang melalui telepon atau media komunikasi lainnya
dengan jangka waktu paling lambat 15 hari sebelum batas akhir
pemberitahuan dalam Polis.
b. Dalam hal informasi teijadinya risiko merupakan informasi yang telah
ditayangkan melalui media nasional, pengguna barang dapat aktif
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 79 -

menginformasikan ke konsorsium tanpa terlebih dahulu mendapat


pemberitahuan dari Kuasa Pengguna Barang.
c. Pengguna Barang dan / atau Kuasa Pengguna Barang menyampaikan
pemberitahuan terkait terjadinya risiko kepada Konsorsium .

d. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan bukti dukung berupa


1) bukti kepemilikan BMN, antara lain IMB / KIB / as built drawing ;
2 ) kronologi kejadian;
3) foto sebelum dan sesudah kejadian; dan
4) surat keterangan dari pihak yang berwenang,
kepada pihak lost adjuster yang ditunjuk dengan tembusan kepada
Pengguna Barang, yang disusun sebagaimana format dalam Lampiran II
Bab V huruf F.
e. Kuasa Pengguna Barang dapat menerima atau menolak estimasi nilai
klaim hasil lost adjuster.
f. Berdasarkan permohonan klaim yang disampaikan dan nilai klaim yang
telah disetujuti, Konsorsium menyelesaikan pembayaran klaim ganti rugi
dalam bentuk uang tunai yang disetorkan ke Rekening Kas Umum Negara
sebagai PNBP.
3. Pengamanan dan Pemeliharaan
a. Kuasa Pengguna Barang bertanggung jawab melakukan Pengamanan dan
Pemeliharaan atas BMN yang dipertanggungkan sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam Bab Pengamanan dan Pemeliharaan dengan tetap
memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Polis.
b. Kuasa Pengguna Barang melakukan prosedur Pengamanan atas BMN
objek asuransi apabila terjadi risiko dengan mencegah adanya kerusakan
tambahan terhadap BMN yang rusak sampai dengan klaim telah selesai
dibayarkan oleh Konsorsium Asuransi sesuai ketentuan dalam Polis.

D. PELAPORAN
1. Kuasa Pengguna Barang menyusun laporan pelaksanaan pengasuransian
BMN
2. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 menjadi bagian dari Laporan
Barang Kuasa Pengguna
3. Pengguna Barang menyusun laporan pelaksanaan pengasuransian BMN
berdasarkan laporan pelaksanaan pengasuransian BMN yang disampaikan
oleh Kuasa Pengguna Barang
4. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 3 menjadi bagian dari Laporan
Barang Pengguna
5. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 3 memuat antara
lain:
a. data BMN yang diasuransikan, termasuk lokasi BMN;
b. jenis risiko BMN yang dipertanggungkan;
c. jangka waktu pengasuransian BMN;
d . identitas penyedia pertanggungan;
! >
MENTERI KEUANGAN
REPUBUK INDONESIA

- 80 -

e. Nilai Pertanggungan;
f. besaran Premi yang dibayarkan; dan
g. data pengajuan dan penyelesaian klaim.
6. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 3 disusun dengan
format daftar laporan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab V
huruf G.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 81 -

BAB VI
PENGGUNAAN BMN

A. UMUM
1. Penggunaan BMN dibatasi hanya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi
Kementerian / Lembaga.
2 . Pengguna Barang wajib menyerahkan BMN berupa tanah dan / atau bangunan
yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya kepada
Pengelola Barang.
3. Bentuk Penggunaan BMN meliputi:
a. penetapan status Penggunaan BMN;
b. Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh Pihak Lain;
c. Penggunaan sementara BMN;
d. utilisasi Penggunaan BMN;
e. pengalihan status Penggunaan BMN;
f. pengalihan Penggunaan BMN; dan
g. pengalihan fungsi BMN .
4. Kewenangan dan Tanggung Jawab
a. Kepala Biro memiliki kewenangan dan tanggung jawab:
1) mengajukan permohonan kepada Pengelola Barang mengenai
penetapan status Penggunaan BMN Negara yang berada pada Pengelola
Barang dan Pihak lain;
2) menandatangani surat , berita acara, dan naskah dinas lainnya terkait
pelaksanaan penetapan status Penggunaan BMN yang berada pada
Pengelola Barang dan Pihak lain;
3) mengajukan permohonan kepada Pengelola Barang mengenai
Penggunaan sementara BMN berupa tanah , bangunan, dan selain
tanah dan / atau bangunan yang memiliki bukti kepemilikan;
4) memberikan persetujuan Penggunaan sementara BMN selain tanah
dan / atau bangunan yang tidak memiliki bukti kepemilikan, dengan
nilai perolehan sampai dengan Rpl 00.000.000 ,00 (seratus juta
rupiah ) ;
5) menandatangani surat dan / atau perjanjian , berita acara dan naskah
dinas lainnya terkait pelaksanaan Penggunaan sementara BMN berupa
tanah, bangunan , dan selain tanah dan / atau bangunan yang memiliki
bukti kepemilikan untuk jangka waktu paling kurang
6 (enam) bulan;
6) mengajukan permohonan kepada Pengelola Barang mengenai alih
status Penggunaan BMN berupa tanah dan / atau bangunan , dan selain
tanah dan / atau bangunan yang memiliki bukti kepemilikan;

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 82 -

7) menandatangani surat, berita acara, dan naskah dinas lainnya terkait


pelaksanaan pengalihan status Penggunaan BMN berupa tanah
dan / atau bangunan , dan selain tanah dan / atau bangunan yang
memiliki bukti kepemilikan;
8) mengajukan permohonan persetujuan Penggunaan BMN untuk
dioperasikan oleh Pihak Lain kepada Pengelola Barang;
9) menandatangani surat, nota dinas, perjanjian, nota kesepahaman
( memorandum of understanding ) , berita acara, dan naskah dinas
lainnya terkait pelaksanaan Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh
Pihak Lain;
10) memberikan persetujuan utilisasi Penggunaan BMN antar unit Eselon
I di lingkungan Kementerian Keuangan dan / atau unit non Eselon yang
bertanggung jawab langsung kepada Menteri Keuangan;
11) memberikan persetujuan pengalihan Penggunaan BMN antar unit
Eselon I dan / atau unit non Eselon yang bertanggung jawab langsung
kepada Menteri Keuangan; dan
12) memberikan persetujuan pengalihan fungsi atas BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan .
b. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW memiliki
kewenangan dan tanggung jawab:
1) menetapkan status Penggunaan BMN selain tanah dan / atau
bangunan yang tidak memiliki bukti kepemilikan, dengan nilai
perolehan sampai dengan Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah);
2) memberikan persetujuan Penggunaan sementara BMN untuk jangka
waktu lebih dari 1 (satu) bulan sampai dengan kurang dari 6 (enam)
bulan;
3) memberikan persetujuan Penggunaan sementara BMN lingkup Kantor
Pusat, untuk jangka waktu sampai dengan 1 (satu) bulan;
4) menandatangani surat dan / atau perjanjian, berita acara dan naskah
dinas lain terkait pelaksanaan Penggunaan sementara BMN:
a) selain tanah dan / atau bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan; dan
b) berupa tanah dan / atau bangunan , dan selain tanah dan / atau
bangunan yang memiliki bukti kepemilikan untuk jangka waktu
kurang dari 6 (enam) bulan lingkup Kantor Pusat;
5) mengajukan permohonan kepada Pengelola Barang mengenai alih
status Penggunaan BMN selain tanah dan / atau bangunan yang tidak
memiliki bukti kepemilikan; dan
6) menandatangani surat, berita acara, dan naskah dinas lainnya terkait
pelaksanaan pengalihan status Penggunaan BMN selain tanah
dan / atau bangunan yang tidak memiliki bukti kepemilikan.

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 83 -

c. Kuasa Pengguna Barang memiliki kewenangan dan tanggung jawab:


1) mengajukan permohonan kepada Pengelola Barang mengenai
penetapan status Penggunaan BMN yang berada pada Pengguna
Barang berupa Tanah dan / atau Bangunan, selain Tanah dan / atau
Bangunan yang memiliki bukti kepemilikan dan selain Tanah
dan / atau Bangunan yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan
nilai perolehan di atas Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah);
2 ) mengajukan permohonan kepada Pengguna Barang mengenai
penetapan status Penggunaan BMN selain Tanah dan / atau Bangunan
yang berada pada Pengguna Barang dan tidak memiliki bukti
kepemilikan dengan nilai perolehan sampai dengan Rpl 00.000.000, 00
(seratus juta rupiah) ; dan
3) mengajukan permohonan kepada Pengelola Barang mengenai
Penggunaan sementara BMN selain tanah dan / atau bangunan yang
tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai perolehan di atas
Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah ) .
d. Kepala Kantor / Kepala Balai / Kepala Pangkalan memiliki kewenangan dan
tanggung jawab:
1) memberikan persetujuan Penggunaan sementara BMN untuk jangka
waktu sampai dengan 1 (satu) bulan; dan
2) menandatangani surat dan / atau perjanjian , berita acara dan naskah
dinas lain terkait pelaksanaan Penggunaan sementara BMN:
a) selain tanah dan / atau bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan; dan
b) berupa tanah dan / atau bangunan, dan selain tanah dan / atau
bangunan yang tidak memiliki bukti kepemilikan untuk jangka
waktu kurang dari (enam) bulan .

B. PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN BMN


1. Ketentuan Dasar
a. Kuasa Pengguna Barang wajib mengajukan penetapan status Penggunaan
atas segala barang yang berada dalam penguasaannya, baik yang sedang
digunakan maupun yang direncanakan untuk digunakan dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsinya. Dengan dilakukannya penetapan
status Penggunaan, maka akan diperoleh kejelasan dari aspek yuridis,
fisik, dan administratif , baik kepemilikan, penguasaan, maupun
kedudukan atas barang tersebut.
b. BMN ditetapkan status penggunaannya oleh:
1) Menteri Keuangan selaku Pengelola Barang, yang dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh Direktur Jenderal Kekayaan Negara
atau pejabat yang mendapatkan pendelegasian kewenangan dari
Direktur Jenderal Kekayaan Negara, untuk BMN:
a) berupa tanah dan / atau bangunan; dan
b) selain tanah dan / atau bangunan:

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 84 -

(1) yang memiliki bukti kepemilikan , misalnya sepeda motor,


mobil, dan kapal; dan
(2) yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai
perolehan di atas Rpl00.000.000,00 (seratus juta rupiah)
per unit / satuan; atau
2 ) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW untuk
BMN selain tanah dan / atau bangunan, yang tidak memiliki bukti
kepemilikan , dengan nilai perolehan sampai dengan
Rpl00.000 . 000 ,00 (seratus juta rupiah) per unit / satuan.
c. Penetapan status Penggunaan BMN dikecualikan untuk BMN berupa:
1) barang persediaan;
2) Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) ;
3) barang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk
dihibahkan; dan
4) Aset Tetap Renovasi (ATR) .
d . BMN yang berada dalam penguasaan Kuasa Pengguna Barang hanya
dapat diusulkan untuk dilakukan Penggunaan untuk dioperasikan oleh
Pihak Lain, Penggunaan sementara antar Pengguna Barang, pengalihan
status Penggunaan , Pemanfaatan , atau Pemindahtanganan, setelah
memperoleh penetapan status Penggunaan .
e. Dalam hal BMN belum memperoleh penetapan status Penggunaan ,
pengusulan Penggunaan untuk dioperasikan oleh Pihak Lain , Penggunaan
sementara antar Pengguna Barang, pengalihan status Penggunaan ,
Pemanfaatan , atau Pemindahtanganan dilakukan bersamaan dengan usul
penetapan status Penggunaan.
2. Tata Cara Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Negara
a. Barang Milik Negara Berupa Tanah Dan / Atau Bangunan, dan Selain
Tanah Dan / Atau Bangunan Yang Memiliki Bukti Kepemilikan, Dan Selain
Tanah Dan / Atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Bukti Kepemilikan
Dengan Nilai Perolehan Di Atas Rpl 00.000.000,00 (Seratus Juta Rupiah )
1) Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan penetapan status
Penggunaan BMN kepada Pengelola Barang, dengan melampirkan:
a) usulan penetapan status Penggunaan BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II BAB VIhuruf A. l ;
b) dokumen kepemilikan dan / atau bukti kepemilikan:
(1) untuk BMN berupa tanah , antara lain:
(a) fotokopi sertipikat;
( b) dalam hal tidak memiliki sertipikat, dapat diganti
dengan:
i. fotokopi dokumen kepemilikan / penguasaan, seperti
Akta Jual Beli (AJB) , Girik, Letter C, Berita Acara
Serah Terima (BAST) terkait perolehan barang, dan
leger jalan;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 85 -

ii. asli Surat Pemyataan bermeterai cukup yang


ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
bersangkutan yang menyatakan bahwa tanah
tersebut digunakan dalam penyelenggaraan tugas
dan fungsi Kementerian Keuangan c.q. Satuan Kerja
bersangkutan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI
HurufD .2;
iii. asli Surat Keterangan dari Lurah / Camat setempat
yang memperkuat Surat Pemyataan tersebut di atas,
jika ada; dan
iv. fotokopi surat permohonan pendaftaran hak atas
tanah dari Kepala Satuan Kerja bersangkutan
kepada Kan tor Pertanahan , jika ada;
(2) untuk BMN berupa bangunan, antara lain:
(a) fotokopi IMB / PBG , fotokopi dokumen perolehan , dan
fotokopi dokumen lainnya, seperti BAST perolehan
barang;
( b) dalam hal tidak memiliki PBG, dokumen perolehan, dan
dokumen lainnya, dapat diganti dengan asli Surat
Pemyataan bermeterai cukup yang ditandatangani
Kepala Satuan Kerja bersangkutan yang menyatakan
bahwa bangunan tersebut digunakan dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian
Keuangan c.q. Satuan Kerja bersangkutan yang
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II BAB VI Huruf D .3;
(3) untuk BMN selain tanah dan / atau bangunan, antara lain:
(a) yang memiliki dokumen kepemilikan:
i. fotokopi dokumen kepemilikan, seperti Bukti
Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) , bukti
pemilikan pesawat terbang, bukti pemilikan kapal
laut, atau dokumen lain yang setara dengan bukti
kepemilikan; dan
ii. fotokopi dokumen lainnya, seperti Surat Tanda
Nomor Kendaraan (STNK) atau Berita Acara Serah
Terima (BAST) terkait perolehan barang;
( b) yang tidak memiliki dokumen kepemilikan dengan nilai
perolehan di atas Rpl 00.000.000,00 (seratus juta
rupiah ) , yakni fotokopi Berita Acara Serah Terima
(BAST) perolehan barang dan / atau dokumen lainnya
terkait perolehan barang;

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLiK INDONESIA

- 86 -

(c) dalam hal tidak terdapat dokumen kepemilikan atau


BAST perolehan barang dan / atau dokumen lainnya,
dapat diganti dengan asli Surat Pernyataan bermeterai
cukup dari Kepala Satuan Kerja bersangkutan yang
menyatakan bahwa BMN tersebut digunakan dalam
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian
Keuangan c.q. Satuan Kerja bersangkutan yang
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II BAB VI Huruf D.4 dan / atau
Lampiran II BAB VI Huruf D .5;
c) asli Surat Keterangan mengenai kebenaran fotokopi dokumen
yang ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI Huruf E.1
sampai dengan Lampiran II BAB VI Huruf E.4;
d) Kartu Identitas Barang ( KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan, kecuali terhadap BMN yang
tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
e) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
f) checklist kelengkapan data dan dokumen permohonan
penetapan status Penggunaan BMN .
2) Surat permohonan tersebut ditembuskan kepada Kepala Biro dan
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
dengan melampirkan daftar barang objek penetapan status
Penggunaan BMN.
3) Kuasa Pengguna Barang melakukan pencatatan BMN ke dalam
Daftar Barang Kuasa Pengguna berdasarkan Keputusan Penetapan
Status Penggunaan BMN yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.
4) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
penetapan status Penggunaan BMN paling lambat 1 (satu) bulan
sejak tanggal Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN dari
Pengelola Barang, dan disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II BAB VI Huruf F.2 .
5) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengguna Barang dengan
ditembuskan kepada Pengelola Barang dan Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , dan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain fotokopi Keputusan Penetapan
Status Penggunaan BMN dari Pengelola Barang dan print out Register
Transaksi Harian .
b. Barang Milik Negara Selain Tanah Dan / Atau Bangunan Yang Tidak
Memiliki Bukti Kepemilikan Dengan Nilai Perolehan Sampai Dengan
Rp100.000.000,00 (Seratus Juta Rupiah ) Per Unit / Satuan
1) Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan penetapan status
Penggunaan BMN kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW, dengan melampirkan:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 87 -

a) usulan penetapan status Penggunaan BMN yang disusun


menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II BAB VI huruf A. 2;
b) fotokopi Berita Acara Serah Terima (BAST) perolehan barang
dan / atau dokumen lainnya terkait perolehan barang;
c) dalam hal tidak terdapat BAST perolehan barang dan / atau
dokumen lainnya terkait perolehan barang, dapat diganti
dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab bermeterai cukup
yang ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan
yang menyatakan bahwa BMN tersebut digunakan untuk
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan c.q.
Satuan Kerja bersangkutan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI Huruf D.5;
d) asli Surat Keterangan mengenai kebenaran fotokopi dokumen
yang ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan
yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II BAB VI Huruf E. 4;
e) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan, kecuali terhadap BMN yang
tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
f) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
g) checklist kelengkapan data dan dokumen permohonan
Penetapan Status Penggunaan BMN.
2) Usulan penetapan status Penggunaan BMN tersebut ditembuskan
kepada Kepala Biro dengan melampirkan daftar barang objek
permohonan penetapan status Penggunaan BMN.
3) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
melakukan analisis atas permohonan penetapan status Penggunaan
BMN yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang.
4) Dalam hal permohonan tersebut dapat disetujui, Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW menetapkan
Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN yang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
BAB VI Huruf C.
5) Kuasa Pengguna Barang melakukan pencatatan BMN ke dalam
Daftar Barang Kuasa Pengguna berdasarkan Keputusan penetapan
status Penggunaan BMN yang ditetapkan oleh Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW.
6) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
penetapan status Penggunaan BMN paling lambat 1 (satu) bulan
sejak tanggal Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN dari
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI Huruf F. 2.
7) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dan ditembuskan
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 88 -

kepada Pengguna Barang dengan melampirkan dokumen


kelengkapan antara lain fotokopi Keputusan Penetapan Status
Penggunaan dari Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW dan print out Register Transaksi Harian.
c. Tata Cara Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Negara Yang
Berada Pada Pengelola Barang dan Pihak Lain
1) Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN eks BMN Idle
a) Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan penetapan
status Penggunaan kepada Pengguna Barang secara berjenjang
melalui Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW dengan melampirkan dokumen pendukung, terutama
RKBMN yang telah disetujui oleh Pengelola Barang.
b) Kepala Biro melakukan penelitian terhadap permohonan yang
disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW, dalam hal dapat ditindaklanjuti, maka
Pengguna Barang menyusun usulan penetapan status
Penggunaan dengan melampirkan:
(1) usulan penetapan status Penggunaan BMN eks BMN Idle
yang disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf A.1; dan
( 2 ) dokumen pendukung lainnya.
c) Pengguna Barang mengajukan permohonan penetapan status
Penggunaan kepada Pengelola Barang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan .
d) Penetapan status Penggunaan BMN diberikan oleh Pengelola
Barang dalam bentuk Keputusan Penetapan Status Penggunaan
dan ditindaklanjuti dengan penandatanganan Berita Acara
Serah Terima (BAST) BMN antara Pengelola Barang dan
Pengguna Barang.
e ) Selanjutnya, Pengguna Barang menyerahkan BMN tersebut
kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW yang dituangkan dalam BAST.
f) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyerahkan BMN tersebut kepada Kuasa Pengguna Barang
yang dituangkan dalam BAST.
g) Penandatanganan BAST sebagaimana tersebut pada huruf d )
sampai dengan huruf I) agar dilakukan pada hari dan tanggal
yang sama.
h ) Kuasa Pengguna Barang mencatat BMN tersebut ke dalam
Daftar Barang Kuasa Pengguna.
i) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
penetapan status Penggunaan BMN eks BMN idle paling lambat
1 (satu) bulan sejak tanggal BAST antara Pengelola Barang dan
Pengguna Barang, dan disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI Huruf F.2.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 89 -

j) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengelola Barang


dan Pengguna Barang dengan ditembuskan kepada Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , dan
melampirkan dokumen kelengkapan antara lain:
(1) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan dari
Pengelola Barang;
(2) fotokopi BAST antara Pengelola Barang dan Pengguna
Barang; dan
(3) print out Register Transaksi Harian .
2) Tata Cara Penetapan Status Penggunaan BMN eks Pertamina dan
BMN Eks PT PPA / BPPN / BDL
a) Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan penetapan
status Penggunaan kepada Pengguna Barang secara berjenjang
melalui Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW dengan melampirkan:
(1) RKBMN dan / atau RKBMN PKP, atau dokumen hasil
analisis kebutuhan BMN;
(2) asli Surat Pernyataan yang memuat informasi bahwa BMN
eks Pertamina dan BMN Eks PT PPA / BPPN / BDL belum
ditetapkan penggunaannya untuk K / L lain atau belum
diproses peruntukan Penggunaannya yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI Huruf D.1;
(3) asli Surat Pernyataan Kesediaan Menerima BMN yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI Huruf D.6;
(4) hasil penelitian yang meliputi kelayakan, dokumen
kepemilikan , dan penguasaan dan penguasaan fisik ( free
and clear ) ; dan
(5) identitas barang berupa data barang dan foto.
b) Kepala Biro melakukan penelitian atas permohonan Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW meliputi
kelayakan , kepemilikan , dokumen kepemilikan , dan
penguasaan fisik ( free and clear ) .
c) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian Kepala Biro:
(1) permohonan layak untuk dipenuhi, maka Pengguna
Barang mengajukan usul penetapan status Penggunaan
BMN kepada Pengelola Barang, dengan melampirkan:
(a) usulan penetapan status Penggunaan BMN yang
disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf A. l ; dan
( b) dokumen pendukung lainnya;
atau
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 90 -

(2) permohonan tidak layak untuk dipenuhi, maka Pengguna


Barang menyampaikannya kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW disertai
dengan alasannya.
d ) Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permohonan
penetapan status Penggunaan, maka Pengguna Barang
menyampaikannya kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW disertai dengan alasannya.
e) Penetapan status Penggunaan BMN diberikan oleh Pengelola
Barang dalam bentuk Keputusan Penetapan Status
Penggunaan, dan ditindaklanjuti dengan penandatanganan
BAST BMN antara Pengelola Barang dan Pengguna Barang.
f) Selanjutnya, Pengguna Barang menyerahkan BMN tersebut
kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW yang dituangkan dalam BAST.
g) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyerahkan BMN tersebut kepada Kuasa Pengguna Barang
yang dituangkan dalam BAST.
h) Penandatanganan BAST sebagaimana tersebut pada huruf e)
sampai dengan huruf g) agar dilakukan pada hari dan tanggal
yang sama.
i) Kuasa Pengguna Barang mencatat BMN tersebut ke dalam
Daftar Barang Kuasa Pengguna.
j) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
penetapan status Penggunaan BMN eks Pertamina dan BMN
Eks PT PPA / BPPN / BDL paling lambat 1 (satu) bulan sejak
tanggal BAST antara Pengelola Barang dan Pengguna Barang,
dan disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II BAB VI Huruf F.2.
k ) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengelola Barang
dan Pengguna Barang dengan ditembuskan kepada Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , dan
melampirkan dokumen kelengkapan antara lain:
(1) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan dari
Pengelola Barang;
( 2 ) fotokopi BAST antara Pengelola Barang dan Pengguna
Barang; dan
(3) printout Register Transaksi Harian .
3) Tata Cara Penetapan Status Penggunaan Barang
Sitaan / Rampasan / Gratifikasi KPK / Kejaksaan
a) Kuasa Pengguna Barang berdasarkan informasi dari
KPK / Kejaksaan selaku Pengurus Barang
Rampasan / Sitaan / Gratifikasi melakukan penelitian meliputi
kelayakan , dokumen kepemilikan, dan penguasaan fisik ( free
and clear).

4 /
MENTERi KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 91 -

b) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan permohonan


penetapan status Penggunaan Barang
Rampasan / Sitaan / Gratifikasi kepada Pengguna Barang melalui
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW ,
dengan melampirkan:
(1) RKBMN dan / atau RKBMN PKP, atau dokumen hasil
analisis kebutuhan BMN;
(2 ) asli Surat Pernyataan yang memuat informasi bahwa
Barang Rampasan / Sitaan / Gratifikasi belum ditetapkan
penggunaannya untuk K / L lain atau belum diproses
peruntukan Penggunaannya yang disusun menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI
Huruf D . l ;
(3) asli Surat Pernyataan Kesediaan Menerima BMN yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI Huruf D .6;
(4) hasil penelitian yang meliputi kelayakan , dokumen
kepemilikan , dan penguasaan dan penguasaan fisik [ free
-
and clear ) , dan
(5) identitas barang berupa data barang dan foto.
c) Kepala Biro melakukan penelitian atas permohonan Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW meliputi
kelayakan, kepemilikan , dokumen kepemilikan , dan
penguasaan fisik ( free and clear).
d) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian Kepala Biro:
(1) permohonan layak untuk dipenuhi, maka Pengguna
Barang mengajukan permohonan penetapan status
Penggunaan kepada KPK atau Kejaksaan selaku Pengurus
Barang Rampasan / Sitaan / Gratifikasi, dengan
melampirkan:
(a) usulan penetapan status Penggunaan yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI huruf A.1;
(b) dokumen kelengkapan , antara lain:
i. asli Surat Pernyataan Kesediaan Menerima BMN
yang ditandatangani oleh Pengguna Barang yang
disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II BAB VI Huruf D .6;
dan
ii. identitas barang berupa data barang dan foto;
atau
(2 ) permohonan tersebut tidak layak untuk dipenuhi, maka
Pengguna Barang menyampaikannya kepada Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW disertai
dengan alasannya.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 92 -

e) Dalam hal permohonan Pengguna Barang kepada KPK atau


Kejaksaan selaku Pengurus Barang Rampasan /
Sitaan / Gratifikasi:
(1) layak untuk dipenuhi, KPK atau Kejaksaan selaku
Pengurus Barang Rampasan / Sitaan / Gratifikasi
menyampaikan permohonan penetapan status Penggunaan
kepada Pengelola Barang; atau
( 2) tidak layak untuk dipenuhi, maka KPK atau Kejaksaan
selaku Pengurus Barang Rampasan / Sitaan / Gratifikasi
menyampaikan kepada Pengguna Barang disertai dengan
alasannya, untuk selanjutnya ditindaklanjuti oleh
Pengguna Barang untuk disampaikan kepada Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW disertai
dengan alasannya.
f) Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui Penetapan Status
Penggunaan , maka Pengguna Barang menyampaikan kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
disertai dengan alasannya.
g) Penetapan status Penggunaan BMN diberikan oleh Pengelola
Barang dalam bentuk Keputusan Penetapan Status
Penggunaan, dan ditindaklanjuti dengan penandatanganan
BAST BMN antara Pengurus Barang
Rampasan / Sitaan / Gratifikasi dan Pengguna Barang.
h) Selanjutnya, Pengguna Barang menyerahkan BMN tersebut
kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW yang dituangkan dalam BAST.
i) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyerahkan BMN tersebut kepada Kuasa Pengguna Barang
yang dituangkan dalam BAST.
j) Penandatanganan BAST sebagaimana tersebut pada huruf g)
sampai dengan huruf i) agar dilakukan pada hari dan tanggal
yang sama.
k) Kuasa Pengguna Barang wajib mencatat BMN tersebut dalam
Daftar Barang Kuasa Pengguna.
l) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
penetapan status Penggunaan Barang
Sitaan / Rampasan / Gratifikasi paling lambat 1 (satu) bulan sejak
tanggal BAST antara Pengurus Barang
Sitaan / Rampasan / Gratifikasi dan Pengguna Barang, dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI Huruf F.2.
m) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengelola Barang
dan Pengguna Barang dengan ditembuskan kepada Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW, dan
melampirkan dokumen kelengkapan antara lain:
(1) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan dari
Pengelola Barang;
ut
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 93 -

( 2) fotokopi BAST antara Pengurus Barang


Sitaan / Rampasan / Gratifikasi dan Pengguna Barang; dan
(3) printout Register Transaksi Harian.
4) Tata Cara Penetapan Status Penggunaan Barang Yang Menjadi Milik
Negara Eks Kepabeanan Dan Cukai
a) Kuasa Pengguna Barang berdasarkan informasi dari Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) selaku Pengurus Barang Yang
Menjadi Milik Negara eks Kepabeanan dan Cukai mengajukan
permohonan Penetapan Status Penggunaan kepada Pengguna
Barang melalui Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan:
(1) RKBMN dan / atau RKBMN PKP, atau dokumen hasil
analisis kebutuhan BMN;
(2) asli Surat Pernyataan yang memuat informasi bahwa
Barang Yang Menjadi Milik Negara eks Kepabeanan dan
Cukai belum ditetapkan status penggunaannya untuk K / L
atau belum diproses peruntukan penggunaannya yang
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II BAB VI Huruf D. l ;
(3) Surat Pernyataan Kesediaan Menerima BMN yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI Huruf D.6; dan
(4) identitas barang berupa barang dan foto.
b) Kepala Biro melakukan penelitian atas permohonan Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW meliputi
kelayakan, kepemilikan , dokumen kepemilikan , dan
penguasaan fisik ( free and clear).
c) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian Kepala Biro:
(1) permohonan tersebut layak untuk dipenuhi, maka
Pengguna Barang mengajukan usul penetapan status
Penggunaan kepada DJBC selaku Pengurus Barang Yang
Menjadi Milik Negara eks Kepabeanan dan Cukai, dengan
melampirkan:
(a) usulan penetapan status Penggunaan yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI huruf A.1;
( b) dokumen kelengkapan, antara lain:
i. asli Surat Pernyataan Kesediaan Menerima BMN
yang ditandatangani oleh Pengguna Barang yang
disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf D.6;
dan
ii. identitas barang berupa data barang dan foto,
untuk selanjutnya diusulkan kepada Pengelola
Barang;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 94 -

atau
( 2) permohonan tersebut tidak layak untuk dipenuhi, maka
Pengguna Barang menyampaikannya kepada Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW disertai
dengan alasannya.
d) Dalam hal permohonan Pengguna Barang kepada DJBC selaku
Pengurus Barang Yang Menjadi Milik Negara eks Kepabeanan
dan Cukai:
(1) layak untuk dipenuhi, DJBC selaku Pengurus Barang Yang
Menjadi Milik Negara eks Kepabeanan dan Cukai
menyampaikan permohonan penetapan status Penggunaan
kepada Pengelola Barang; atau
(2 ) tidak layak untuk dipenuhi, maka DJBC selaku Pengurus
Barang Yang Menjadi Milik Negara eks Kepabeanan dan
Cukai menyampaikan kepada Pengguna Barang disertai
dengan alasannya, untuk selanjutnya ditindaklanjuti oleh
Pengguna Barang untuk disampaikan kepada Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW disertai
dengan alasannya.
e) Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui penetapan status
Penggunaan, Pengguna Barang menyampaikannya kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
disertai dengan alasannya.
f) Penetapan status Penggunaan BMN diberikan oleh Pengelola
Barang dalam bentuk Keputusan Penetapan Status
Penggunaan , dan ditindaklanjuti dengan penandatanganan
BAST BMN antara Pengurus Barang Yang Menjadi Milik Negara
eks Kepabeanan dan Cukai dan Pengguna Barang.
g) Selanjutnya, Pengguna Barang menyerahkan BMN tersebut
kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW yang dituangkan dalam BAST.
h) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyerahkan BMN tersebut kepada Kuasa Pengguna Barang
yang dituangkan dalam BAST.
i) Penandatanganan BAST sebagaimana tersebut pada huruf f )
sampai dengan angka h ) agar dilakukan pada hari dan tanggal
yang sama.
j) Kuasa Pengguna Barang mencatat BMN tersebut dalam daftar
Barang Kuasa Pengguna.
k) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
penetapan status Barang Yang Menjadi Milik Negara Eks
Kepabeanan Dan Cukai paling lambat 1 (satu) bulan sejak
tanggal BAST antara Pengurus Barang Yang Menjadi Milik
Negara eks Kepabeanan dan Cukai dan Pengguna Barang, dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI huruf F. 2 .

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 95 -

1) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengelola Barang


dan Pengguna Barang dengan ditembuskan kepada Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , dan
melampirkan dokumen kelengkapan antara lain:
(1) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan dari
Pengelola Barang;
(2) fotokopi BAST antara Pengurus Barang Yang Menjadi Milik
Negara eks Kepabeanan dan Cukai dan Pengguna Barang;
dan
(3) print out Register Transaksi Harian .

C. PENGGUNAAN BMN UNTUK DIOPERASIKAN OLEH PIHAK LAIN


1. Ketentuan Dasar
a. Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh Pihak Lain dilakukan dalam
rangka:
1) menjalankan pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi Kementerian
Keuangan; dan / atau
2) penyelenggaraan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan
perundang-undangan .
b. Penggunaan BMN untuk Dioperasikan oleh Pihak Lain didasarkan pada
permohonan yang diajukan oleh Pihak Lain yang akan mengoperasikan
BMN tersebut.
c. Biaya Pemeliharaan BMN selarna jangka waktu Penggunaan BMN untuk
dioperasikan oleh Pihak Lain dibebankan pada:
1) Pengguna Barang;
2) Pihak Lain yang mengoperasikan BMN; atau
3) Pengguna Barang dan Pihak Lain yang mengoperasikan BMN .
d . Pembebanan biaya pemeliharaan BMN sebagaimana dimaksud pada
huruf c. angka 1) atau angka 3) dapat diberlakukan terhadap BMN yang
dioperasikan oleh Pihak Lain karena penugasan atau kebijakan
pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
e. Pihak Lain yang mengoperasikan BMN dilarang melakukan pengalihan
atas pengoperasian BMN tersebut kepada pihak lainnya dan / atau
memindahtangankan BMN bersangkutan.
f. Dalam hal pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi biaya operasional
menghasilkan keuntungan bagi Pihak Lain yang mengoperasikan BMN,
keuntungan tersebut disetor seluruhnya ke rekening Kas Umum Negara
sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak, kecuali ditentukan lain oleh
peraturan perundang-undangan .
g. Dalam hal objek Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh Pihak Lain
berupa tanah, Pihak Lain tersebut dapat mendirikan bangunan dan
barang lainnya untuk kebutuhan Pihak Lain bersangkutan dan
Kementerian Keuangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 96 -

h . Bangunan dan barang lainnya yang didirikan oleh Pihak Lain untuk
Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf g merupakan
BMN sejak diserahkan kepada Kementerian Keuangan .
i. Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh Pihak Lain dituangkan dalam
naskah perjanjian antara Pengguna Barang dan Pihak Lain yang
mengoperasikan BMN.
j. Pihak Lain yang dapat mengoperasikan BMN adalah:
1) Badan Usaha Milik Negara (BUMN ) ;
2) Koperasi;
3) Pemerintah negara lain;
4 ) organisasi internasional;
5) Lembaga independen yang dibentuk dengan Undang-Undang; atau
6) badan hukum lainnya.
k. Jangka waktu Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh Pihak Lain:
1) paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang, untuk
pengoperasian BMN oleh BUMN , Koperasi, atau badan hukum
lainnya;
2) paling lama 99 (sembilan puluh sembilan) tahun, untuk
pengoperasian BMN oleh Pemerintah negara lain;
3) sesuai perjanjian, untuk pengoperasian BMN oleh organisasi
internasional; atau
4) selama lembaga independen yang dibentuk dengan undang-undang
melaksanakan tugas dan fungsinya untuk menjalankan urusan
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan , untuk
pengoperasian BMN oleh lembaga independen yang dibentuk dengan
undang-undang.
l. Penggunaan BMN untuk Dioperasikan oleh Pihak Lain ditetapkan oleh
Pengelola Barang dalam bentuk Keputusan Pengelola Barang.
2. Tata Cara Penggunaan BMN untuk Dioperasikan oleh Pihak Lain
a. Kepala Biro melakukan penelitian atas permohonan Penggunaan BMN
untuk Dioperasikan oleh Pihak Lain yang diajukan Pihak :ain tersebut
kepada Pengguna Barang, baik penelitian dari aspek materi maupun dari
aspek kelengkapan data dan dokumen permohonan.
b. Penelitian dari aspek materi tersebut dilakukan paling sedikit terhadap:
1) data BMN yang diusulkan menjadi objek Penggunaan BMN untuk
dioperasikan oleh Pihak Lain;
2 ) alasan dan dasar pertimbangan permohonan;
3) rencana pengoperasian;
4) jangka waktu; dan
5) hak dan kewajiban serta tanggung jawab dari Pengguna Barang dan
Pihak Lain yang mengajukan permohonan.
c. Penelitian dari aspek kelengkapan data dan dokumen pemohonan
dilakukan paling sedikit atas Surat Pemyataan bermeterai cukup yang
ditandatangani oleh:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 97 -

1) pimpinan Barang Usaha Milik Negara (BUMN ) , Koperasi, lembaga


independen yang dibentuk dengan undang-undang, atau badan
hukum lainnya, untuk permohonan yang diajukan oleh BUMN ,
Koperasi, atau badan hukum lainnya;
2 ) pejabat yang berwenang pada Pemerintah negara lain, untuk
permohonan yang diajukan oleh Pemerintah negara lain; atau
3) pejabat yang berwenang pada organisasi internasional, untuk
permohonan yang diajukan oleh organisasi internasional,
yang memuat pernyataan:
1) BMN akan dioperasikan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan
umum sesuai tugas dan fungsi Kementerian / Lembaga, dan / atau
penyelenggaraan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan
perundang-undangan untuk pengoperasian BMN oleh BUMN ,
Koperasi, lembaga independen yang dibentuk dengan undang-
undang, atau badan hukum lainnya;
2) BMN akan dioperasikan sebagai fasilitas umum, untuk
pengoperasian BMN oleh Pemerintah negara lain, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di negara setempat;
3) BMN akan dioperasikan sesuai dengan kesepakatan yang tertuang
dalam perjanjian kerjasama antara Pemerintah Republik Indonesia
dan organisasi internasional bersangkutan , untuk pengoperasian
BMN oleh organisasi internasional;
4) kesediaan untuk menanggung seluruh biaya pemeliharaan BMN
yang timbul selama jangka waktu pengoperasian BMN, kecuali BMN
akan dioperasikan karena penugasan atau kebijakan pemerintah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ;
5) kesediaan untuk melakukan penyetoran ke rekening Kas Umum
Negara atas keuntungan yang diperoleh selama jangka waktu
pengoperasian BMN , jika ada;
6) tidak mengalihkan pengoperasian dan / atau memindahtangankan
BMN selama jangka waktu pengoperasian BMN ; dan
7) untuk mengembalikan BMN kepada Pengguna Barang apabila
penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh Pihak Lain berakhir.
d . Dalam hal berdasarkan penelitian yang dilakukan tersebut, permohonan
dapat ditindaklanjuti, Kepala Biro meminta konfirmasi dan klarifikasi
tertulis kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW atas permohonan Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh Pihak
Lain tersebut.
e. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW melakukan
analisis terhadap permohonan Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh
Pihak Lain tersebut, antara lain dengan:
1) meneliti perencanaan Penggunaan BMN pada Rencana Penggunaan ,
Pemanfaatan , Pemindahtanganan , dan Penghapusan ( RP4) BMN
Satuan Kerja terkait;
2 ) meminta konfirmasi dan klarifikasi kepada Kuasa Pengguna Barang
yang menatausahakan BMN tersebut; dan

*/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 98 -

3) melibatkan Kuasa Pengguna Barang yang menatausahakan BMN


tersebut untuk memastikan mengenai kebutuhan BMN pada Satuan
Kerja lainnya di lingkungan Kementerian Keuangan yang berada
pada wilayah yang sama dengan objek BMN yang diusulkan untuk
dioperasikan oleh Pihak Lain .
f. Hasil analisis terhadap permohonan Penggunaan BMN untuk
dioperasikan oleh Pihak Lain yang dilakukan oleh Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW disampaikan kepada
Kepala Biro.
g. Dalam hal berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW:
1) permohonan dapat dipenuhi, maka Kepala Biro melakukan
penelitian terhadap hasil analisis dimaksud termasuk melakukan
penelitian lapangan bila diperlukan; atau
2) permohonan tidak dapat dipenuhi, maka Pengguna Barang
menyampaikannya kepada Pihak Lain disertai dengan alasannya.
h . Dalam hal berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kepala Birom
permohonan tersebut dapat dipertimbangkan untuk dipenuhi, maka
Pengguna Barang menyampaikan permohonan Penggunaan BMN untuk
dioperasikan oleh Pihak Lain kepada Pengelola Barang.
i. Permohonan Pengguna Barang kepada Pengelola Barang dengan
melampirkan:
1) usulan Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh Pihak Lain yang
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI huruf A.1, paling sedikit memuat:
a) data BMN;
b) pihak lain yang akan mengoperasikan BMN;
c) jangka waktu Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh Pihak
Lain;
d) penjelasan serta pertimbangan Penggunaan BMN yang
dioperasikan oleh Pihak Lain ;
e) materi yang diatur dalam perjanjian; dan
f) perhitungan estimasi biaya operasional dan besaran pungutan ,
dalam hal Pihak Lain melakukan pungutan kepada masyarakat;
dan
2) dokumen kelengkapan , antara lain:
a) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN dari
Pengelola Barang;
b) fotokopi surat permintaan pengoperasian dari Pihak Lain yang
akan mengoperasikan BMN kepada Pengguna Barang; dan
c) asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Pihak Lain.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 99 -

j. Dalam hal Pengelola Barang memberikan persetujuan dan menetapkan


Keputusan Penggunaan BMN untuk Dioperasikan oleh Pihak Lain , maka
Pengguna Barang menyampaikan persetujuan tersebut kepada Pihak Lain
yang mengajukan permohonan dan ditindaklanjuti dengan
penandatanganan Perjanjian Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh
Pihak Lain serta serah terima barang yang dituangkan dalam BAST yang
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
BAB VI huruf G.1.
k. Pengguna Barang bersama-sama dengan Pihak Lain menyusun Perjanjian
Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh Pihak Lain yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI
huruf H , paling sedikit memuat:
1) data BMN yang menjadi Objek;
2 ) Pengguna Barang;
3) Pihak Lain yang mengoperasikan BMN ;
4) peruntukan pengoperasian BMN ;
5) jangka waktu pengoperasian BMN;
6) hak dan kewajiban Pengguna Barang dan Pihak Lain yang
mengoperasikan BMN, termasuk kewajiban Pihak Lain tersebut
untuk melakukan pengamanan dan pemeliharaan BMN;
7) kewajiban Pihak Lain untuk menyetorkan keuntungan ke rekening
Kas Umum Negara;
8) pengakhiran pengoperasian BMN;
9) penyelesaian perselisihan; dan
10) sanksi dan denda.
l. Perjanjian dan BAST ditandatangani antara Pengguna Barang atau
pejabat struktural yang diberikan kuasa dan:
1) pimpinan BUMN / Koperasi / lembaga independen yang dibentuk
dengan undang-undang / badan hukum lainnya, untuk Penggunaan
BMN yang dioperasikan oleh BUMN / Koperasi / lembaga independen
yang dibentuk dengan undang-undang / badan hukum lainnya;
2) pejabat yang berwenang dari Pemerintah negara lain , untuk
Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh Pemerintah negara lain;
atau
3) pejabat yang berwenang dari organisasi internasional, untuk
Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh organisasi internasional.
m. Pengguna Barang menyampaikan laporan tindak lanjut persetujuan
Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh Pihak Lain paling lambat
1 (satu) bulan sejak tanggal BAST, dan disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf F.1.
n. Laporan tindak lanjut disampaikan kepada Pengelola Barang dengan
ditembuskan kepada Kuasa Pengguna Barang dan Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW, dan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 100 -

1) fotokopi Keputusan Penetapan Penggunaan BMN untuk


Dioperasikan oleh Pihak Lain dari Pengelola Barang; dan
2) fotokopi Perjanjian Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh Pihak
Lain dari Pengelola Barang dan BAST yang ditandatangani oleh
Pengguna Barang dan Pihak Lain .
o. Perpanjangan jangka waktu Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh
Pihak Lain diajukan oleh Pihak Lain kepada Pengguna Barang paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu.
p. Pelaksanaan penelitian dan tindak lanjut atas pengajuan perpanjangan
jangka waktu tersebut dilakukan sebagaimana permohonan pertama kali.
q. Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut tidak dapat
disetujui, Pengguna Barang menyampaikan hal tersebut kepada Pihak
Lain yang mengajukan permohonan disertai dengan alasannya.
r. Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut dapat
dipertimbangkan untuk dipenuhi, Pengguna Barang menyampaikan
permohonan kepada Pengelola Barang paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelum berakhirnya jangka waktu.
s. Pada saat berakhirnya Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh Pihak
Lain, maka Pihak Lain yang terkait wajib mengembalikan BMN kepada
Pengguna Barang melalui BAST pengembalian BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI
huruf G.2, yang ditandatangani oleh Pengguna Barang dengan Pihak Lain
yang mengoperasikan BMN .
t. BAST pengembalian BMN hanya dapat ditandatangani setelah
terpenuhinya segala hak, kewajiban, dan tanggung jawab sebagaimana
tertuang dalam perjanjian .
u. Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Penggunaan BMN
untuk dioperasikan oleh Pihak Lain paling lambat 1 (satu) bulan sejak
tanggal BAST pengembalian BMN , dan disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf F.2.
v. Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengelola Barang dan dan
ditembuskan kepada Kuasa Pengguna Barang dan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , dan melampirkan dokumen
kelengkapan antara lain fotokopi BAST pengembalian BMN yang
ditandatangani oleh Pengguna Barang dan Pihak Lain .

D. PENGGUNAAN SEMENTARA BMN


1. Ketentuan Dasar
a. Penggunaan sementara BMN merupakan bentuk optimalisasi BMN dari
Pengguna Barang yang tidak sedang menggunakan BMN tersebut untuk
digunakan oleh Pengguna Barang Lain yang memerlukan BMN tersebut
guna mendukung penyelenggaraan tugas dan fungsi dalam waktu
tertentu .
b. Penggunaan sementara BMN tidak mengubah kepemilikan dan status
Penggunaan BMN .
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 101 -

c. Penggunaan sementara BMN berupa tanah dan / atau bangunan , selain


tanah dan / atau bangunan yang memiliki dokumen kepemilikan dan / atau
dengan nilai perolehan di atas Rpl00.000.000,00 (seratus juta rupiah ) per
unit / satuan , dilakukan antar Pengguna Barang setelah mendapat
persetujuan Pengelola Barang.
d . Penggunaan sementara BMN selain tanah dan / atau bangunan dengan
nilai perolehan sampai dengan Rpl00.000.000,00 (seratus juta rupiah ) per
unit / satuan, dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang setelah disetujui
oleh Kepala Biro dan dilaporkan kepada Pengelola Barang.
e. Penggunaan sementara BMN dituangkan dalam naskah perjanjian antara
Pengguna Barang Kementerian Keuangan dan Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga yang menggunakan sementara BMN .
f. Untuk BMN selain tanah dan / atau bangunan dengan nilai perolehan
sampai dengan Rpl00.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit / satuan,
naskah perjanjian ditandatangani antar Kuasa Pengguna Barang.
g. Biaya pemeliharaan BMN selama jangka waktu Penggunaan sementara
BMN antar Pengguna Barang dibebankan kepada Kementerian / Lembaga
yang menggunakan sementara BMN .
h . Jangka waktu Penggunaan sementara BMN :
1) paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang, untuk BMN
berupa tanah dan / atau bangunan; atau
2 ) paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang, untuk BMN selain
tanah dan / atau bangunan .
i. Penggunaan sementara BMN yang dilakukan untuk jangka waktu kurang
dari 6 (enam) bulan:
1) tidak memerlukan persetujuan dari Pengelola Barang;
2 ) persetujuan dikeluarkan oleh Pengguna Barang Kementerian
Keuangan; dan
3) pembebanan biaya pemeliharaan selama jangka waktu Penggunaan
Sementara BMN dilakukan sesuai dengan naskah perjanjian.
j. Pada saat jangka waktu Penggunaan sementara BMN akan berakhir dan
Kementerian / Lembaga yang menggunakan sementara masih
membutuhkan BMN tersebut , Pengguna Barang Kementerian / Lembaga
mengajukan perpanjangan jangka waktu Penggunaan sementara kepada
Pengguna Barang Kementerian Keuangan paling lambat 4 (empat) bulan
sebelum jangka waktu Penggunaan sementara BMN berakhir.
k. Pada saat berakhirnya jangka waktu Penggunaan sementara BMN,
Pengguna Barang Kementerian / Lembaga mengembalikan BMN tersebut
kepada Pengguna Barang Kementerian Keuangan dalam kondisi layak
pakai dan layak fungsi. Pengembalian tersebut dituangkan dalam Berita
Acara Serah Terima (BAST) BMN yang ditandatangani oleh Pengguna
Barang Kementerian / Lembaga atau pejabat yang ditunjuk dan Pengguna
Barang Kementerian Keuangan atau pejabat yang ditunjuk.
l. Untuk pengembalian BMN selain tanah dan / atau bangunan dengan nilai
perolehan sampai dengan Rpl00.000.000,00 (seratus juta rupiah) per
unit / satuan , BAST BMN ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang

n
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 102 -

Kementerian / Lembaga dan Kuasa Pengguna Barang Kementerian


Keuangan.

2 . Tata Cara Pengajuan Permohonan Penggunaan Sementara BMN Pengguna


Barang Lain Kepada Kementerian Keuangan
a. Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan Penggunaan
sementara BMN kepada Pengguna Barang secara berjenjang melalui
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW.
b. Permohonan diajukan setelah terlebih dahulu dilakukan konfirmasi atas
status BMN tersebut meliputi kepemilikan dan penguasaan yang disertai
dengan Surat Pernyataan Kesediaan Menerima dan Memelihara BMN dari
Kuasa Pengguna Barang tersebut.
c. Pengguna Barang melakukan kajian atas permohonan Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW meliputi kelayakan ,
kepemilikan , dokumen kepemilikan , dan penguasaan fisik ( free and clear).
d . Dalam hal berdasarkan hasil evaluasi Pengguna Barang:
1) permohonan tersebut layak untuk dipenuhi, maka Pengguna Barang
mengajukan permohonan Penggunaan sementara BMN kepada
Pengguna Barang Kementerian / Lembaga yang menatausahakan
disertai Surat Pernyataan Kesediaan Menerima BMN; atau
2) permohonan tersebut tidak layak dipenuhi, maka permohonan
tersebut dikembalikan kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW disertai dengan alasannya.
e. Dalam hal Pengguna Barang Kementerian / Lembaga menolak
permohonan Penggunaan sementara BMN , Pengguna Barang
menyampaikannya kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW disertai dengan alasannya.
f . Dalam hal permohonan Penggunaan sementara disetujui oleh Pengguna
Barang Kementerian / Lembaga atau Pengelola Barang, persetujuan
ditindaklanjuti dengan perjanjian antara Pengguna Barang Kementerian
Keuangan dengan Pengguna Barang Lain .
g. Perjanjian tersebut sekurang-kurangnya memuat:
1) identitas BMN yang digunakan sementara;
2) jangka waktu Penggunaan Sementara BMN; dan
3) hak dan kewajiban para pihak.
h . Perpanjangan jangka waktu Penggunaan Sementara diajukan oleh
Pengguna Barang kepada Pengguna Barang Kementerian / Lembaga paling
lambat 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perjanjian
Penggunaan sementara.
i. Pada saat berakhirnya Penggunaan sementara BMN , maka Pengguna
Barang wajib mengembalikan BMN tersebut kepada Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga melalui BAST yang ditandatangani oleh Pengguna
Barang atau pejabat struktural yang ditunjuk.
j. BAST hanya dapat ditandatangani setelah terpenuhi segala hak,
kewajiban , dan tanggung jawab sebagaimana tertuang dalam perjanjian.

u/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 103 -

3. Tata Cara Pengajuan Permohonan Penggunaan Sementara BMN pada


Kementerian Keuangan kepada Pengguna Barang Kementerian / Lembaga.
a. Tata Cara Permohonan Penggunaan Sementara BMN Berupa Tanah
dan / atau Bangunan dan Selain Tanah dan / atau Bangunan Yang Memiliki
Bukti Kepemilikan
1) Kepala Biro melakukan penelitian atas permohonan Penggunaan
sementara BMN yang disampaikan oleh Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga, paling sedikit terhadap:
a) data BMN yang diusulkan menjadi objek Penggunaan sementara
BMN ;
b) alasan dan dasar pertimbangan permohonan; dan
c) jangka waktu Penggunaan sementara BMN.
2) Dalam hal permohonan dapat ditindaklanjuti, Kepala Biro meminta
konfirmasi dan klarifikasi tertulis kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW atas permohonan
Penggunaan sementara BMN tersebut.
3) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
melakukan analisis terhadap permohonan Penggunaan sementara
tersebut, antara lain dengan:
a) meneliti perencanaan Penggunaan BMN pada RP4 BMN Satuan
Kerja terkait;
b) meminta konfirmasi dan klarifikasi kepada Kuasa Pengguna
Barang yang menatausahakan BMN tersebut; dan
c) melibatkan Kuasa Pengguna Barang yang menatausahakan
BMN tersebut untuk memastikan mengenai kebutuhan BMN
pada Satuan Keija lainnya di lingkungan Kementerian
Keuangan yang berada pada wilayah yang sama dengan BMN
yang menjadi objek Penggunaan sementara oleh Pengguna
Barang Kementerian / Lembaga.
4) Dalam hal berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW:
a) permohonan tersebut dapat ditindaklanjuti, maka Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyampaikan hasil analisis dimaksud disertai dengan
kelengkapan dokumen pendukung kepada Kepala Biro;
b) permohonan tersebut tidak dapat ditindaklanjuti, maka
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyampaikannya kepada Kepala Biro disertai dengan
alasannya.
5) Kepala Biro melakukan penelitian terhadap hasil analisis dan
kelengkapan dokumen yang disampaikan oleh Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW serta
mempertimbangkan kebutuhan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan , serta dapat melakukan penelitian lapangan jika
diperlukan .
6) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian Kepala Biro:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 104 -

a) permohonan tersebut layak untuk dipenuhi, maka Pengguna


Barang mengajukan permohonan Penggunaan sementara BMN
kepada Pengelola Barang dengan melampirkan:
(1) usulan Penggunaan sementara BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam dalam
Lampiran II BAB VI huruf A.1, paling sedikit memuat:
(a) data BMN ;
( b) Pengguna Barang yang akan menggunakan sementara
BMN;
(c) jangka waktu;
(d) penjelasan serta pertimbangan Penggunaan
sementara BMN ;
dan
(2) dokumen kelengkapan , antara lain:
(a) fotokopi Keputusan penetapan status Penggunaan
BMN dari Pengelola Barang;
( b) fotokopi surat permintaan Penggunaan sementara dari
Pengguna Barang Kementerian / Lembaga yang akan
menggunakan sementara BMN ;
(c) asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Pengguna
Barang Kementerian / Lembaga yang memuat
kesediaan menggunakan sementara BMN ;
(d ) Kartu Identitas Barang ( KIB) yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
bersangkutan , kecuali terhadap BMN yang tidak
diharuskan dicatat dalam KIB; dan
(e) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang
telah ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
bersangkutan;
atau
b) permohonan tersebut tidak layak untuk dipenuhi, maka
Pengguna Barang menyampaikannya kepada Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga disertai dengan alasannya.
7) Persetujuan Penggunaan sementara BMN yang dikeluarkan oleh
Pengelola Barang ditindaklanjuti dengan penandatanganan
perjanjian Penggunaan sementara antar Pengguna Barang dan serah
terima barang dituangkan dalam BAST yang disusun menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf G.1.
8) Pengguna Barang bersama dengan Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga menyusun perjanjian Penggunaan smentara
yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI huruf H, paling sedikit memuat:
a) Data BMN yang menjadi objek Penggunaan sementara BMN ;
b) Pengguna Barang;
c) Jangka waktu Penggunaan sementara BMN ; dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 105 -

d) hak dan kewajiban Para Pihak, termasuk kewajiban Pengguna


Barang yang menggunakan sementara BMN untuk melakukan
pengamanan dan pemeliharaan BMN .
9) Pengguna Barang menyampaikan laporan tindak lanjut persetujuan
Penggunaan sementara BMN paling lambat 1 (satu) bulan sejak
tanggal BAST, dan disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf F.1.
10) Laporan tindak lanjut disampaikan kepada Pengelola Barang dan
ditembuskan kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan dokumen
kelengkapan antara lain fotokopi Peijanjian Penggunaan Sementara
BMN dan BAST.
11) Dalam hal Pengguna Barang yang menggunakan sementara BMN
bermaksud untuk memperpanjang jangka waktu Penggunaan
Sementara, maka pengajuan permohonan perpanjangan waktu
Penggunaan sementara disampaikan paling lambat 6 (enam) bulan
sebelum jangka waktu Penggunaan sementara berakhir.
12) Pelaksanaan penelitian dan tindak lanjut atas pengajuan
perpanjangan jangka waktu tersebut dilakukan sebagaimana
permohonan yang pertama kali.
13) Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut tidak
dapat disetujui, Pengguna Barang menyampaikan hal tersebut
kepada Pengguna Barang Kementerian / Lembaga yang mengajukan
permohonan disertai dengan alasannya.
14) Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut dapat
dipertimbangkan untuk dipenuhi, Pengguna Barang menyampaikan
permohonan persetujuan perpanjangan jangka waktu Penggunaan
sementara BMN kepada Pengelola Barang paling lambat 3 (tiga) bulan
sebelum berakhirnya jangka waktu.
15) Pada saat berakhirnya Penggunaan sementara BMN, maka Pengguna
Barang yang menggunakan sementara BMN wajib mengembalikan
BMN tersebut kepada Pengguna Barang dan dituangkan dalam BAST
pengembalian BMN yang disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf G.2.
16) BAST pengembalian BMN hanya dapat ditandatangani setelah
terpenuhinya segala hak, kewajiban, dan tanggung jawab
sebagaimana tertuang dalam perjanjian.
17) Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Penggunaan
sementara BMN paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal BAST
pengembalian BMN , dan disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf F.2.
18) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengelola Barang dan
ditembuskan kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan dokumen
kelengkapan antara lain fotokopi BAST pengembalian BMN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 106 -

19) Tata cara permohonan Penggunaan sementara BMN ini hanya


diterapkan terhadap permohonan Penggunaan sementara BMN
dengan jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih .
b. Tata Cara Pengajuan Permohonan Penggunaan Sementara BMN Berupa
Selain Tanah dan / atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Bukti Kepemilikan
Dengan Nilai Perolehan Di Atas Rpl 00.000.000, 00 (Seratus Juta Rupiah )
1) Kuasa Pengguna Barang melakukan analisis dan penelitian terhadap
permohonan Penggunaan sementara BMN yang disampaikan oleh
Pengguna Barang Kementerian / Lembaga, paling sedikit terhadap:
a) data BMN yang diusulkan menjadi objek Penggunaan sementara
BMN ;
b) alasan dan dasar pertimbangan permohonan;
c) jangka waktu Penggunaan sementara BMN;
d) kebutuhan BMN pada Satuan Kerja terkait; dan
e) kebutuhan BMN pada Satuan Kerja lain di lingkungan
Kementerian Keuangan yang berada pada wilayah yang sama
dengan objek BMN yang akan digunakan sementara.
2) Dalam hal berdasarkan hasil analisis dan penelitian Kuasa Pengguna
Barang:
a) permohonan tersebut dapat ditindaklanjuti, maka Kuasa
Pengguna Barang mengajukan permohonan Penggunaan
sementara BMN kepada Pengelola Barang dengan ditembuskan
kepada Pengguna Barang dan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan:
(1) Usulan Penggunaan sementara BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum Lampiran II
BAB VI huruf A. l , paling sedikit memuat:
(a) data BMN ;
( b) Pengguna Barang yang akan menggunakan sementara
BMN;
(c) jangka waktu;
(d ) penjelasan serta pertimbangan Penggunaan sementara
BMN;
dan
(2 ) dokumen kelengkapan , antara lain:
(a) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan
BMN dari Pengelola Barang;
(b) fotokopi surat permintaan Penggunaan sementara dari
Pengguna Barang Kementerian / Lembaga yang akan
menggunakan sementara BMN;
(c) Kartu Identitas Barang ( KIB) yang telah ditandatangani
oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan, kecuali
terhadap BMN yang tidak diharuskan dicatat dalam
KIB.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 107 -

(d ) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang


telah ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
bersangkutan ; dan
(e) asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Pengguna
Barang Kementerian / Lembaga yang memuat kesediaan
menggunakan sementara BMN;
atau
b) permohonan tersebut tidak layak untuk dipenuhi, maka Kuasa
Pengguna Barang menyampaikannya kepada Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga disertai dengan alasannya.
3) Persetujuan Penggunaan sementara BMN yang dikeluarkan oleh
Pengelola Barang ditindaklanjuti dengan penandatanganan
perjanjian Penggunaan sementara dan serah terima BMN yang
dituangkan dalam BAST yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf G. l .
4) Kuasa Pengguna Barang bersama dengan Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga menyusun perjanjian Penggunaan sementara
yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI huruf H , paling sedikit memuat:
a) data BMN yang menjadi objek Penggunaan sementara BMN;
b) Pengguna Barang;
c) jangka waktu Penggunaan sementara BMN ; dan
d ) hak dan kewajiban Para Pihak, termasuk kewajiban Pengguna
Barang yang menggunakan sementara BMN untuk melakukan
pengamanan dan pemeliharaan BMN .
5) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan tindak lanjut
persetujuan Penggunaan sementara BMN paling lambat 1 (satu)
bulan sejak tanggal BAST, dan disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf F.1.
6) Laporan tindak lanjut disampaikan kepada Pengelola Barang dan
Pengguna Barang serta ditembuskan kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain fotokopi Perjanjian Penggunaan
Sementara BMN dan BAST.
7) Dalam hal Pengguna Barang yang menggunakan sementara BMN
bermaksud untuk memperpanjang jangka waktu Penggunaan
sementara, maka pengajuan permohonan perpanjangan waktu
Penggunaan sementara disampaikan paling lambat 6 (enam) bulan
sebelum jangka waktu Penggunaan sementara berakhir.
8) Pelaksanaan penelitian dan tindak lanjut atas pengajuan
perpanjangan jangka waktu tersebut dilakukan sebagaimana
permohonan yang pertama kali.
9) Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut tidak
dapat disetujui, Kuasa Pengguna Barang menyampaikan hal tersebut
kepada Pengguna Barang Kementerian / Lembaga yang mengajukan
permohonan disertai dengan alasannya.
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 108 -

10) Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut dapat


dipertimbangkan untuk dipenuhi, Kuasa Pengguna Barang
menyampaikan permohonan persetujuan perpanjangan jangka
waktu Penggunaan sementara BMN kepada Pengelola Barang paling
lambat 3 ( tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu .
11) Pada saat berakhirnya Penggunaan sementara BMN , maka Pengguna
Barang yang menggunakan sementara BMN wajib mengembalikan
BMN tersebut kepada Kuasa Pengguna Barang dan dituangkan
dalam BAST pengembalian BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf G.2.
12) BAST pengembalian BMN hanya dapat ditandatangani setelah
terpenuhinya segala hak, kewajiban, dan tanggung jawab
sebagaimana tertuang dalam perjanjian.
13) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
Penggunaan sementara BMN paling lambat 1 (satu) bulan sejak
tanggal BAST pengembalian BMN, dan disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf F.2.
14) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengelola Barang dan
Pengguna Barang serta ditembuskan kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain fotokopi BAST pengembalian
BMN.
15) Tata cara permohonan Penggunaan sementara BMN ini hanya
diterapkan terhadap permohonan Penggunaan sementara BMN
dengan jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih .
c. Tata Cara Pengajuan Permohonan Penggunaan Sementara BMN Berupa
Selain Tanah Dan / Atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Bukti Kepemilikan
Dengan Nilai Perolehan Sampai Dengan Rpl 00.000.000,00 (Seratus Juta
Rupiah) Per Unit / Satuan
1) Kuasa Pengguna Barang melakukan analisis terhadap permohonan
Penggunaan sementara BMN yang disampaikan oleh Pengguna
Barang Kementerian / Lembaga, paling sedikit terhadap:
a) data BMN yang diusulkan menjadi objek Penggunaan sementara
BMN;
b) alasan dan dasar pertimbangan permohonan;
c) jangka waktu Penggunaan sementara BMN ;
d) kebutuhan BMN pada Satuan Kerja terkait; dan
e) kebutuhan BMN pada Satuan Kerja lain di lingkungan
Kementerian Keuangan yang berada pada wilayah yang sama
dengan objek BMN yang akan digunakan sementara.
2) Dalam hal berdasarkan hasil analisis Kuasa Pengguna Barang:
a) permohonan tersebut dapat ditindaklanjuti, maka Kuasa
Pengguna Barang mengajukan permohonan Penggunaan
sementara BMN kepada Pengguna Barang melalui Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dengan
melampirkan:
i!
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 109 -

(1) usulan Penggunaan sementara BMN yang disusun


menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI huruf A.3, paling sedikit memuat:
(a) data BMN ;
( b) Pengguna Barang yang akan menggunakan sementara
BMN;
(c) jangka waktu;
(d ) penjelasan serta pertimbangan Penggunaan
sementara BMN ;
dan
(2) dokumen kelengkapan, antara lain:
(a) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan
BMN dari Pengelola Barang;
( b) fotokopi surat permintaan Penggunaan sementara dari
Pengguna Barang yang akan menggunakan sementara
BMN;
(c) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
bersangkutan , kecuali terhadap BMN yang tidak
diharuskan dicatat dalam KIB.
(d) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang
telah ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
bersangkutan; dan
(e) asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Pengguna
Barang Kementerian / Lembaga yang memuat
kesediaan menggunakan sementara BMN;
atau
b) permohonan tersebut tidak dapat ditindaklanjuti, maka Kuasa
Pengguna Barang menyampaikannya kepada Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga disertai dengan alasannya.
3) Kepala Biro melakukan penelitian terhadap permohonan
Penggunaan sementara BMN yang disampaikan oleh Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW meliputi kelengkapan
administrasi dan kebutuhan BMN Satuan Kerja di lingkup
Kementerian Keuangan.
4) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian Kepala Biro:
a) permohonan tersebut dapat disetujui, maka Pengguna Barang
menerbitkan persetujuan Penggunaan sementara BMN yang
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
dalam Lampiran II BAB VI huruf B. l dan ditindaklanjuti melalui
penandatanganan perjanjian Penggunaan sementara dan serah
terima BMN yang dituangkan dalam BAST yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II BAB VI huruf G.1; atau

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 110 -

b) permohonan tersebut tidak dapat disetujui, maka Pengguna


Barang menyampaikannya kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW disertai dengan
alasannya.
5) Kuasa Pengguna Barang bersama dengan Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga menyusun perjanjian Penggunaan sementara
yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI huruf H , paling sedikit memuat:
a) data BMN yang menjadi objek Penggunaan sementara BMN ;
b) Pengguna Barang;
c) jangka waktu Penggunaan sementara BMN; dan
d ) hak dan kewajiban Para Pihak, termasuk kewajiban Pengguna
Barang yang menggunakan sementara BMN untuk melakukan
pengamanan dan pemeliharaan BMN.
6) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan tindak lanjut
persetujuan Penggunaan sementara BMN paling lambat 1 (satu)
bulan sejak tanggal BAST, dan disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf F.1.
7) Laporan tindak lanjut disampaikan kepada Pengguna Barang dan
ditembuskan kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan dokumen
kelengkapan antara lain fotokopi Perjanjian Penggunaan Sementara
BMN dan BAST.
8) Dalam hal Pengguna Barang yang menggunakan sementara BMN
bermaksud untuk memperpanjang jangka waktu Penggunaan
sementara, maka pengajuan permohonan perpanjangan waktu
Penggunaan sementara disampaikan paling lambat 6 (enam) bulan
sebelum jangka waktu Penggunaan sementara berakhir.
9) Pelaksanaan penelitian dan tindak lanjut atas pengajuan
perpanjangan jangka waktu tersebut dilakukan sebagaimana
permohonan yang pertama kali.
10) Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut tidak
dapat disetujui, Kuasa Pengguna Barang menyampaikan hal tersebut
kepada Pengguna Barang lain yang mengajukan permohonan disertai
dengan alasannya.
11) Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut dapat
dipertimbangkan untuk dipenuhi, Kuasa Pengguna Barang
menyampaikan permohonan persetujuan perpanjangan jangka
waktu Penggunaan Sementara BMN kepada Pengguna Barang paling
lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu.
12) Pada saat berakhirnya Penggunaan Sementara BMN , maka Pengguna
Barang yang menggunakan sementara BMN wajib mengembalikan
BMN tersebut kepada Kuasa Pengguna Barang dan dituangkan
dalam BAST pengembalian BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf G.2 .

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- Ill -

13) BAST pengembalian BMN hanya dapat ditandatangani setelah


terpenuhinya segala hak, kewajiban, dan tanggung jawab
sebagaimana tertuang dalam perjanjian.
14) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
Penggunaan sementara BMN paling lambat 1 (satu) bulan sejak
tanggal BAST pengembalian BMN , dan disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf F.2 .
15) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengguna Barang dan
ditembuskan kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan dokumen
kelengkapan antara lain fotokopi BAST pengembalian BMN .
16) Tata cara permohonan Penggunaan sementara BMN ini hanya
diterapkan terhadap permohonan Penggunaan sementara BMN
dengan jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih .
d . Tata Cara Pengajuan Permohonan Penggunaan Sementara BMN Dengan
Jangka Waktu Lebih Dari 1 (satu) Bulan dan Kurang Dari 6 (enam ) Bulan
1) Kuasa Pengguna Barang melakukan analisis terhadap permohonan
Penggunaan sementara BMN dengan jangka waktu lebih dari 1 (satu)
bulan dan kurang dari 6 (enam) bulan yang disampaikan oleh
Pengguna Barang Kementerian / Lembaga, paling sedikit terhadap:
a) data BMN yang diusulkan menjadi objek Penggunaan sementara
BMN ;
b) alasan dan dasar pertimbangan permohonan ;
c) jangka waktu Penggunaan sementara BMN;
d) kebutuhan BMN pada Satuan Kerja terkait; dan
e) kebutuhan BMN pada Satuan Kerja lain di lingkungan
Kementerian Keuangan yang berada pada wilayah yang sama
dengan objek BMN yang akan digunakan sementara.
2) Dalam hal berdasarkan hasil analisis Kuasa Pengguna Barang;
a) permohonan terse but dapat ditindaklanjuti, maka Kuasa
Pengguna Barang mengajukan permohonan Penggunaan
sementara BMN kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan:
(1) usulan Penggunaan sementara BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI huruf A.3, paling sedikit memuat:
(a) data BMN;
( b) Pengguna Barang yang akan menggunakan sementara
BMN ;
(c) jangka waktu;
(d) penjelasan serta pertimbangan Penggunaan
sementara BMN;
dan
(2) dokumen kelengkapan , antara lain:
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 112 -

(a) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan


BMN dari Pengelola Barang;
( b) dokumen penetapan RP4 disertai lampiran rencana
Penggunaan BMN , untuk BMN yang menjadi objek
perencanaan Penggunaan BMN;
(c) fotokopi surat permintaan Penggunaan sementara dari
Pengguna Barang Kementerian / Lembaga yang akan
menggunakan sementara BMN ;
(d) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
bersangkutan, kecuali terhadap BMN yang tidak
diharuskan dicatat dalam KIB.
(e ) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang
telah ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
bersangkutan; dan
(f ) asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Pengguna
Barang Kementerian / Lembaga yang memuat
kesediaan menggunakan sementara BMN;
atau
b) permohonan tersebut tidak dapat ditindaklanjuti, maka Kuasa
Pengguna Barang menyampaikannya kepada Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga disertai dengan alasannya.
3) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
melakukan penelitian terhadap permohonan Penggunaan sementara
BMN yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang meliputi
kelengkapan administrasi dan kebutuhan BMN Satuan Kerja terkait,
dalam hal diperlukan dapat melibatkan Pengguna Barang.
4) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian perencanaan Penggunaan BMN
antara permohonan Penggunaan sementara BMN dengan
perencanaan Penggunaan BMN di RP4 BMN , Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW mengajukan revisi
penetapan RP4 disertai alasan dan data dukung kepada Pengguna
Barang dengan tetap melanjutkan proses permohonan Penggunaan
Sementara BMN .
5) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW:
a) permohonan tersebut dapat disetujui, maka Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW menerbitkan
persetujuan Penggunaan sementara BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II BAB VI huruf B. l dan ditindaklanjuti melalui
penandatanganan perjanjian Penggunaan sementara BMN dan
serah terima BMN yang dituangkan dalam BAST yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II BAB VI huruf G . 1; atau

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 113 -

b) permohonan tersebut tidak dapat disetujui, maka Sekretaris


Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyampaikannya kepada Kuasa Pengguna Barang disertai
dengan alasannya.
6) Kuasa Pengguna Barang bersama dengan Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga menyusun perjanjian Penggunaan sementara
yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI huruf H , paling sedikit memuat:
a) data BMN yang menjadi objek Penggunaan sementara BMN;
b) Pengguna Barang;
c) jangka waktu Penggunaan sementara BMN; dan
d ) hak dan kewajiban Para Pihak, termasuk kewajiban Pengguna
Barang yang menggunakan sementara BMN untuk melakukan
pengamanan dan pemeliharaan BMN.
7) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan tindak lanjut
persetujuan Penggunaan sementara BMN paling lambat 1 (satu)
bulan sejak tanggal BAST, dan disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf F.1.
8) Laporan tindak lanjut disampaikan kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dan ditembuskan
kepada Pengguna Barang dan Pengelola Barang dengan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain fotokopi Perjanjian Penggunaan
Sementara BMN dan BAST.
9) Dalam hal Pengguna Barang yang menggunakan sementara BMN
bermaksud untuk memperpanjang jangka waktu Penggunaan
Sementara, maka pengajuan permohonan perpanjangan waktu
Penggunaan sementara disampaikan paling lambat 10 (sepuluh) hari
kerja sebelum jangka waktu Penggunaan sementara berakhir.
10) Pelaksanaan penelitian dan tindak lanjut atas pengajuan
perpanjangan jangka waktu tersebut dilakukan sebagaimana
permohonan yang pertama kali.
11) Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut tidak
dapat disetujui, Kuasa Pengguna Barang menyampaikan hal tersebut
kepada Pengguna Barang Kementerian / Lembaga yang mengajukan
permohonan disertai dengan alasannya.
12) Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut dapat
dipertimbangkan untuk dipenuhi, Kuasa Pengguna Barang
menyampaikan permohonan persetujuan perpanjangan jangka
waktu Penggunaan sementara BMN kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW paling lambat 5 (lima)
hari kerja sebelum berakhirnya jangka waktu .
13) Pada saat berakhirnya Penggunaan sementara BMN, maka Pengguna
Barang yang menggunakan sementara BMN wajib mengembalikan
BMN tersebut kepada Kuasa Pengguna Barang dan dituangkan
dalam BAST pengembalian BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf G. 2 .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 114 -

14 ) BAST pengembalian BMN hanya dapat ditandatangani setelah


terpenuhinya segala hak, kewajiban , dan tanggung jawab
sebagaimana tertuang dalam perjanjian .
15) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
Penggunaan sementara BMN paling lambat 1 (satu) bulan sejak
tanggal BAST pengembalian BMN, dan disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf F. 2.
16) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dan ditembuskan
kepada Pengguna Barang dan Pengelola Barang dengan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain fotokopi BAST pengembalian
BMN .
e. Tata Cara Pengajuan Permohonan Penggunaan Sementara BMN Dengan
Jangka Waktu Sampai Dengan 1 (satu) Bulan
1) Kuasa Pengguna Barang melakukan analisis dan penelitian terhadap
permohonan Penggunaan sementara BMN dengan jangka waktu
sampai dengan 1 (satu) bulan yang disampaikan oleh Pengguna
Barang Kementerian / Lembaga, paling sedikit terhadap:
a) data BMN yang diusulkan menjadi objek Penggunaan sementara
BMN;
b) alasan dan dasar pertimbangan permohonan;
c) jangka waktu Penggunaan sementara BMN;
d ) kebutuhan BMN pada Satuan Kerja terkait; dan
e) kebutuhan BMN pada Satuan Kerja lain di lingkungan
Kementerian Keuangan yang berada pada wilayah yang sama
dengan objek BMN yang akan digunakan sementara.
2) Dalam hal berdasarkan hasil analisis dan penelitian Kuasa Pengguna
Barang:
a) permohonan tersebut dapat ditindaklanjuti, maka Kuasa
Pengguna Barang memastikan kelengkapan dokumen
pendukung berupa:
(1) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN
dari Pengelola Barang;
(2 ) fotokopi surat permintaan Penggunaan sementara dari
Pengguna Barang yang akan menggunakan sementara
BMN;
(3) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Keija bersangkutan , kecuali terhadap BMN
yang tidak diharuskan dicatat dalam KIB.
(4) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan;
dan
( 5) asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Pengguna
Barang Lain yang memuat kesediaan menggunakan
sementara BMN.
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 115 -

atau
b) permohonan tersebut tidak dapat ditindaklanjuti, maka Kuasa
Pengguna Barang menyampaikannya kepada Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga disertai dengan alasannya.
3) Dalam hal permohonan Penggunaan sementara BMN dari Pengguna
Barang Kementerian / Lembaga dapat disetujui, maka Kepala
Kantor / Kepala Balai / Kepala Pangkalan menerbitkan persetujuan
Penggunaan sementara BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf B.5 dan
ditindaklanjuti melalui penandatanganan perjanjian Penggunaan
sementara BMN dan serah terima BMN yang dituangkan dalam BAST
yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI huruf G.1.
4) Kepala Kantor / Kepala Balai / Kepala Pangkalan bersama dengan
Pengguna Barang Kementerian / Lembaga menyusun perjanjian
Penggunaan sementara yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf H , paling
sedikit memuat:
a) data BMN yang menjadi objek Penggunaan sementara BMN;
b) Pengguna Barang;
c) jangka waktu Penggunaan sementara BMN ; dan
d ) hak dan kewajiban Para Pihak , termasuk kewajiban Pengguna
Barang yang menggunakan sementara BMN untuk melakukan
pengamanan dan pemeliharaan BMN.
5) Dalam hal Pengguna Barang yang menggunakan sementara BMN
bermaksud untuk memperpanjang jangka waktu Penggunaan
sementara, maka pengajuan permohonan perpanjangan waktu
Penggunaan sementara disampaikan paling lambat sebelum jangka
waktu Penggunaan sementara berakhir.
6) Pelaksanaan penelitian dan tindak lanjut atas pengajuan
perpanjangan jangka waktu tersebut dilakukan sebagaimana
permohonan yang pertama kali.
7) Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut tidak
dapat disetujui, Kuasa Pengguna Barang menyampaikan hal tersebut
kepada Pengguna Barang Kementerian / Lembaga yang mengajukan
permohonan disertai dengan alasannya.
8) Pada saat berakhirnya Penggunaan sementara BMN , maka Pengguna
Barang yang menggunakan sementara BMN wajib mengembalikan
BMN tersebut kepada Kepala Kantor / Kepala Balai / Kepala Pangkalan
dan dituangkan dalam BAST pengembalian BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
BAB VI huruf G.2.
9) BAST pengembalian BMN hanya dapat ditandatangani setelah
terpenuhinya segala hak, kewajiban, dan tanggung jawab
sebagaimana tertuang dalam perjanjian .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 116 -

10) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan


Penggunaan sementara BMN paling lambat 1 (satu) bulan sejak
tanggal BAST pengembalian BMN, dan disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf F. 2.
1 1) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengguna Barang dan
ditembuskan kepada Pengelola Barang dan Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain fotoko pi Perjanjian Penggunaan
sementara BMN dan BAST pengembalian BMN .

E. UTILISASI PENGGUNAAN BMN


1. Ketentuan Dasar
a. Utilisasi Penggunaan BMN merupakan bentuk optimalisasi BMN pada
suatu Unit Eselon I yang tidak sedang menggunakan BMN tersebut untuk
digunakan oleh Unit Eselon I lain yang memerlukan BMN tersebut guna
mendukung penyelenggaraan tugas dan fungsi dalam waktu tertentu .
b. Utilisasi Penggunaan BMN dilakukan oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW setelah mendapat persetujuan Kepala Biro.
c. Utilisasi Penggunaan BMN dituangkan dalam naskah perjanjian antara
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang
menatausahakan BMN dan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW yang melakukan utilisasi Penggunaan BMN
dengan disaksikan oleh Kepala Biro.
d . Biaya pemeliharaan BMN selama jangka waktu utilisasi Penggunaan BMN
dibebankan kepada Kuasa Pengguna Barang yang melakukan utilisasi
Penggunaan BMN.
e. Jangka waktu utilisasi Penggunaan BMN paling lama 2 (dua) tahun dan
dapat diperpanjang kembali.
f. Utilisasi Penggunaan BMN yang dilakukan untuk jangka waktu kurang
dari 6 (enam) bulan:
1) tidak memerlukan persetujuan dari Pengguna Barang;
2) persetujuan dikeluarkan oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW dari Kuasa Pengguna Barang yang
menatausahakan BMN tersebut; dan
3) pembebanan biaya, pemeliharaan selama jangka waktu utilisasi
Penggunaan BMN dilakukan sesuai dengan naskah perjanjian.
g. Pada saat jangka waktu utilisasi Penggunaan BMN telah habis, BMN yang
dilakukan utilisasi Penggunaan tersebut:
1) dikembalikan kepada Kuasa Pengguna Barang yang
menatausahakan BMN tersebut yang dituangkan dalam BAST BMN;
atau
2 ) dialihkan penggunaannya kepada Kuasa Pengguna Barang yang
melakukan utilisasi Penggunaan BMN , setelah mendapat
persetujuan Pengguna Barang Kementerian Keuangan apabila Kuasa
Pengguna Barang yang menatausahakan BMN tidak memiliki
rencana Penggunaan terhadap BMN tersebut.
t)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 117 -

2 . Tata Cara Utilisasi Penggunaan BMN


a. Kuasa Pengguna Barang yang membutuhkan BMN melakukan analisis
kebutuhan BMN meliputi:
1) perencanaan Penggunaan BMN pada RP4 BMN;
2) konflrmasi atas status kepemilikan dan Penggunaan BMN yang
menjadi calon objek utilisasi Penggunaan BMN; dan
3) usulan jangka waktu utilisasi Penggunaan BMN .
b. Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan utilisasi Penggunaan
BMN kepada Kepala Biro secara berjenjang melalui Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dilengkapi dengan hasil
analisis kebutuhan BMN.
c. Kepala Biro melakukan penelitian atas permohonan utilisasi Penggunaan
BMN yang disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW, serta dapat meminta kelengkapan dokumen
dari Kuasa Pengguna Barang yang menatausahakan BMN berupa:
1) daftar barang BMN yang menjadi calon objek utilisasi Penggunaan
BMN ;
2) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN ;
3) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Penggunaan BMN ;
4) fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau dokumen lain yang
disetarakan dengan bukti kepemilikan;
5) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh Kepala
Satuan Kerja bersangkutan, kecuali terhadap BMN yang tidak
diharuskan dicatat dalam KIB;
6) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
7) foto terkini BMN.
d. Dalam hal diperlukan, penelitian lapangan dilakukan oleh Kepala Biro
bersama dengan perwakilan dari Sekretariat Unit Eselon 1/ Sekretariat
LNSW / Biro Umum yang mengajukan permohonan utilisasi Penggunaan
BMN dan yang menatausahakan BMN , dengan pembiayaan yang
dibebankan pada Unit Eselon I yang mengajukan permohonan utilisasi
Penggunaan BMN .
e. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Kepala Biro, dalam hal:
1) permohonan utilisasi Penggunaan BMN layak untuk disetujui, maka
Kepala Biro menerbitkan persetujuan utilisasi Penggunaan BMN
yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
Lampiran II BAB VI huruf B.2, dengan ditembuskan kepada Satuan
Kerja yang mengajukan permohonan dan Satuan Kerja yang
menatausahakan BMN; atau
2 ) permohonan utilisasi Penggunaan BMN tidak layak untuk disetujui,
maka Kepala Biro menyampaikannya kepada Sekretaris Unit
Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang mengajukan
permohonan disertai dengan alasannya.

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 118 -

f. Persetujuan utilisasi Penggunaan BMN paling sedikit memuat:


1) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang
mengajukan permohonan dan yang menatausahakan BMN;
2 ) tindak lanjut persetujuan utilisasi Penggunaan BMN berupa
penandatanganan perjanjian utilisasi Penggunaan BMN dan BAST
antar Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
yang mengajukan permohonan dan yang menatausahakan BMN ;
3) kewajiban Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW yang melakukan utilisasi Penggunaan BMN untuk melaporkan
tindak lanjut persetujuan utilisasi Penggunaan BMN kepada Kepala
Biro; dan
4) Kuasa Pengguna Barang yang melakukan utilisasi Penggunaan BMN
bertanggung jawab atas pengamanan fisik dan pemeliharaan BMN
yang merupakan objek utilisasi Penggunaan BMN selama jangka
waktu pelaksanaan.
g. Persetujuan utilisasi Penggunaan BMN ditindaklanjuti dengan
penandatanganan perjanjian utilisasi Penggunaan BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI
huruf H dan serah terima BMN yang dituangkan dalam BAST yang
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
BAB VI huruf G. l dilakukan paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal
persetujuan utilisasi Penggunaan BMN.
h. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang
melakukan utilisasi Penggunaan BMN menyampaikan laporan tindak
lanjut persetujuan utilisasi Penggunaan BMN paling lambat 1 (satu) bulan
setelah BAST dan disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II BAB VI huruf F.1.
i. Laporan tindak lanjut disampaikan kepada Pengguna Barang dengan
melampirkan dokumen kelengkapan antara lain fotokopi Perjanjian
Utilisasi Penggunaan BMN dan BAST.
j. Jangka waktu utilisasi Penggunaan BMN paling lama 2 (dua) tahun dan
dapat diperpanjang.
k. Perpanjangan jangka waktu utilisasi Penggunaan BMN diajukan oleh
Kuasa Pengguna Barang yang melakukan utilisasi Penggunaan BMN
tersebut kepada Pengguna Barang paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
berakhirnya jangka waktu perjanjian utilisasi Penggunaan BMN .
l. Pada saat berakhirnya utilisasi Penggunaan BMN, maka Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang melakukan utilisasi
Penggunaan BMN wajib mengembalikan BMN tersebut kepada Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang
menatausahakan BMN dan dituangkan dalam BAST pengembalian BMN
yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI huruf G.2.
m. BAST pengembalian BMN hanya dapat ditandatangani setelah
terpenuhinya segala hak, kewajiban , dan tanggung jawab sebagaimana
tertuang dalam perjanjian .

j
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 119 -

n. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang


menatausahakan BMN menyampaikan laporan pelaksanaan utilisasi
Penggunaan BMN paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal BAST dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
BAB VI huruf F. 2 .
o. Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengguna Barang dengan
melampirkan dokumen kelengkapan antara lain fotokopi BAST
pengembalian BMN.
p. Utilisasi Penggunaan BMN yang dilakukan untuk jangka waktu kurang
dari 6 (enam) bulan:
1) tidak memerlukan persetujuan dari Pengguna Barang;
2 ) persetujuan diberikan oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW dari Kuasa Pengguna Barang yang
menatausahakan BMN tersebut;
3) persetujuan utilisasi Penggunaan BMN dimaksud ditindaklanjuti
dengan penandatanganan perjanjian utilisasi Penggunaan BMN dan
BAST; dan
4) pembebanan biaya pemeliharaan selama jangka waktu utilisasi
Penggunaan BMN dilakukan sesuai dengan perjanjian.

F. PENGALIHAN STATUS PENGGUNAAN BMN


1. Ketentuan Dasar
a. Pengalihan status Penggunaan BMN merupakan bentuk optimalisasi atas
BMN yang tidak digunakan , tidak direncanakan digunakan, dan tidak
direncanakan dimanfaatkan , untuk dialihkan status penggunaannya
kepada Pengguna Barang lain dalam rangka mendukung penyelenggaraan
tugas dan fungsi.
b. Pengalihan status Penggunaan BMN hanya dapat dilakukan setelah
mendapatkan persetujuan Pengelola Barang.
c. Pengalihan status Penggunaan BMN diajukan langsung oleh Pengguna
Barang yang memerlukan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian
Keuangan .
d. Pengalihan status Penggunaan BMN:
1) dilakukan terhadap BMN yang tidak digunakan lagi oleh Kuasa
Pengguna Barang di lingkungan Kementerian Keuangan;
2) Pengalihan status Penggunaan BMN antar Pengguna Barang
dituangkan dalam BAST yang ditandatangani oleh Pengguna Barang
yang mengalihkan dan Pengguna Barang yang menerima pengalihan .
3) Pengalihan status Penggunaan BMN dapat pula dilakukan
berdasarkan inisiatif dari Pengelola Barang / Pengguna Barang
dengan terlebih dahulu memberitahukan maksudnya tersebut
kepada Pengguna Barang / Kuasa Pengguna Barang.
4) Kuasa Pengguna Barang melakukan Penghapusan atas BMN yang
telah dialihkan status penggunaannya.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 120 -

2. Tata Cara Pengalihan Status Penggunaan BMN


a. Tata Cara Permohonan Pengalihan status Penggunaan BMN pada
Kementerian Keuangan kepada Pengguna Barang Lain
1) Tata Cara Permohonan Pengalihan Status Penggunaan BMN berupa
Tanah dan / atau Bangunan dan Selain Tanah dan / atau Bangunan
Yang Memiliki Bukti Kepemilikan
a) Kepala Biro meminta konfirmasi dan klarifikasi tertulis kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
berdasarkan permohonan pengalihan status Penggunaan BMN
pada Kementerian Keuangan yang diajukan oleh Pengguna
Barang Kementerian / Lembaga.
b) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
melakukan analisis terhadap permohonan pengalihan status
Penggunaan BMN tersebut, antara lain:
(1) meneliti perencanaan Penggunaan BMN pada RP4 BMN
Satuan Kerja terkait;
(2 ) meneliti status BMN pada penetapan underlying asset,
(3) meminta konfirmasi dan klarifikasi kepada Kuasa
Pengguna Barang yang menatausahakan BMN tersebut;
dan
(4) melibatkan Kuasa Pengguna Barang yang menatausahakan
BMN tersebut untuk memastikan mengenai kebutuhan
BMN pada Satuan Kerja lainnya di lingkungan Kementerian
Keuangan yang berada pada wilayah yang sama dengan
BMN yang menjadi objek pengalihan status Penggunaan
BMN .
c) Dalam hal berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh
Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW:
(1) permohonan tersebut dapat ditindaklanjuti, maka
Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW menyampaikan hasil analisis dimaksud kepada
Kepala Biro disertai dengan dokumen pendukung;
atau
( 2 ) permohonan tersebut tidak dapat ditindaklanjuti, maka
Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW menyampaikannya kepada Kepala Biro disertai
dengan alasannya.
d ) Kepala Biro melakukan penelitian terhadap permohonan
pengalihan status Penggunaan BMN yang disampaikan oleh
Pengguna Barang Kementerian / Lembaga, meliputi:
(1) hasil analisis dan kelengkapan dokumen yang disampaikan
oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW; dan
(2 ) mempertimbangkan kebutuhan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan , dalam hal diperlukan dapat
dilakukan penelitian lapangan .
A
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 121 -

e) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian Kepala Biro:


(1) permohonan tersebut layak untuk dipenuhi, maka
Pengguna Barang mengajukan permohonan pengalihan
status Penggunaan BMN kepada Pengelola Barang dengan
melampirkan:
(a) usulan pengalihan status Penggunaan BMN yang
disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf A.1 dengan
paling sedikit memuat:
i. data BMN ;
ii. Pengguna Barang yang menatausahakan BMN
yang akan dialihstatuskan;
iii. penjelasan serta pertimbangan Pengalihan Status
Penggunaan BMN ;
dan
(b) dokumen kelengkapan , antara lain:
i. asli Surat Pernyataan bermeterai cukup yang
memuat kesediaan menerima pengalihan
penggunaan BMN dari calon Pengguna Barang
barn;
ii. fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan
BMN ;
iii. fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau
dokumen lain yang disetarakan dengan bukti
kepemilikan;
iv. Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history
yang telah ditandatangani oleh Kepala Satuan
Kerja bersangkutan;
v. Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
bersangkutan, kecuali terhadap BMN yang tidak
diharuskan dicatat dalam KIB; dan
vi. foto terkini BMN .
atau
(2) permohonan tersebut tidak layak untuk dipenuhi, maka
Pengguna Barang menyampaikan kepada Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga disertai dengan alasannya.
f) Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permohonan
pengalihan status Penggunaan BMN , Pengguna Barang
menyampaikannya kepada Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga disertai dengan alasannya dengan
ditembuskan kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 122 -

g) Persetujuan pengalihan status Penggunaan BMN yang


diterbitkan oleh Pengelola Barang ditindaklanjuti dengan
penandatanganan BAST yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI Huruf G. l
antar Pengguna Barang paling lambat 1 (satu) bulan sejak
persetujuan pengalihan status Penggunaan BMN .
h) Kepala Biro menyampaikan BAST yang telah ditandatangani
kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW dan ditindaklanjuti dengan penetapan Keputusan
Penghapusan BMN paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal
BAST antar Pengguna Barang.
i) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyampaikan salinan Keputusan Penghapusan BMN kepada
Kuasa Pengguna Barang yang disusun dengan menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB XII
huruf J paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak tanggal
Keputusan Penghapusan BMN.
j) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan
oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW , Kuasa Pengguna Barang menghapuskan BMN dari
Daftar Barang Kuasa Pengguna paling lambat 10 (sepuluh ) hari
kerja sejak Keputusan Penghapusan BMN ditandatangani.
k) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
pengalihan status Penggunaan BMN yang merupakan satu
kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN paling lambat 1
(satu) bulan sejak penetapan Keputusan Penghapusan BMN ,
dan disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II BAB VI huruf F.2.
l) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengelola Barang
dengan ditembuskan kepada masing-masing Pengguna Barang
dan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW , dengan melampirkan dokumen kelengkapan antara lain:
(1) fotokopi BAST antar Pengguna Barang;
(2 ) fotokopi keputusan Penghapusan BMN ; dan
(3) print out Register Transaksi Harian .
m) Kuasa Pengguna Barang bertanggung jawab atas pemeliharaan
dan pengamanan BMN yang akan dialihstatuskan hingga
ditandatanganinya BAST.
2) Tata Cara Permohonan Pengalihan Status Penggunaan BMN Berupa
Selain Tanah dan / atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Bukti
Kepemilikan .
a) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
meminta konfirmasi dan klarifikasi tertulis kepada Kuasa
Pengguna Barang berdasarkan permohonan pengalihan status
Penggunaan BMN pada Kementerian Keuangan yang diajukan
oleh Pengguna Barang Kementerian / Lembaga.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 123 -

b) Kuasa Pengguna Barang melakukan analisis atas permohonan


pengalihan status Penggunaan BMN tersebut terhadap
perencaan Penggunaan BMN pada RP4 BMN dan kebutuhan BMN
pada Satuan Keija terkait maupun pada Satuan Kerja lainnya di
lingkungan Kementerian Keuangan yang berada di wilayah yang
sama dengan BMN yang menjadi objek pengalihan status
Penggunaan BMN kepada Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga.
c) Dalam hal permohonan tersebut dapat ditindaklanjuti, Kuasa
Pengguna Barang menyampaikan hasil analisis atas
permohonan pengalihan status Penggunaan BMN disertai
dengan dokumen pendukung termasuk dokumen penetapan
RP4 yang disertai dengan lampiran rencana Penggunaan BMN .
d) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
melakukan analisis terhadap permohonan pengalihan status
Penggunaan BMN yang disampaikan oleh Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga, meliputi hasil analisis dan kelengkapan
dokumen yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang,
dalam hal diperlukan dapat melibatkan Pengguna Barang
dan / atau dapat melakukan penelitian lapangan.
e) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian perencanaan Penggunaan
BMN antara permohonan pengalihan status Penggunaan BMN
dengan perencanaan Penggunaan BMN di RP4 BMN , Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW mengajukan
revisi penetapan RP4 disertai alasan dan data dukung kepada
Pengguna Barang dengan tetap melanjutkan proses
permohonan pengalihan status Penggunaan BMN.
f) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW:
(1) permohonan tersebut layak untuk dipenuhi, maka
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW mengajukan permohonan pengalihan status
Penggunaan BMN kepada Pengelola Barang dengan
ditembuskan kepada Pengguna Barang disusun sebagai
berikut:
(a) usulan pengalihan status Penggunaan BMN yang
disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf A.1, paling
sedikit memuat:
i. data BMN ;
ii. Pengguna Barang yang menatausahakan BMN
yang akan dialihstatuskan; dan
iii. penjelasan serta pertimbangan pengalihan status
Penggunaan BMN ;
dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 124 -

(b) dokumen kelengkapan , antara lain:


i. asli Surat Pernyataan bermeterai cukup yang
memuat kesediaan menerima pengalihan BMN dari
calon Pengguna Barang barn;
ii. fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan
BMN;
iii. fotokopi Berita Acara Serah Terima (BAST)
perolehan barang dan / atau dokumen lainnya
terkait perolehan barang;
iv. Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history
yang telah ditandatangani oleh Kepala Satuan
Kerja bersangkutan;
v. Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
bersangkutan, kecuali terhadap BMN yang tidak
diharuskan dicatat dalam KIB; dan
vi. Foto terkini BMN;
atau
(2) permohonan tersebut tidak layak untuk dipenuhi, maka
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW menyampaikannya kepada Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga disertai dengan alasan.
g) Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permohonan
pengalihan status Penggunaan BMN , Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyampaikannya kepada Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga disertai dengan alasannya dengan
ditembuskan kepada Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna
Barang.
h) Persetujuan pengalihan status Penggunaan BMN yang
diterbitkan oleh Pengelola Barang ditindaklanjuti dengan
penandatanganan BAST yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf G. l
antara Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW dan Pengguna Barang Lain Kementerian / Lembaga paling
lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal persetujuan Pengalihan
Status Penggunaan BMN.
i) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menerbitkan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II BAB XII huruf J paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal
BAST antar Pengguna Barang, dan menyampaikan salinan
Keputusan Penghapusan BMN kepada Kuasa Pengguna Barang
paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 125 -

j) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan


oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW, Kuasa Pengguna Barang menghapuskan BMN dari
Daftar Barang Kuasa Pengguna paling lambat 10 (sepuluh ) hari
kerja sejak Keputusan Penghapusan BMN ditandatangani.
k) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
pengalihan status Penggunaan BMN paling lambat 1 (satu)
bulan sejak tanggal Keputusan Penghapusan BMN , dan
merupakan satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN
dan disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II BAB VI huruf F.2.
l) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengelola Barang
dan kepada masing-masing Pengguna Barang dengan
ditembuskan kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW, dengan melampirkan dokumen
kelengkapan antara lain:
(1) fotokopi BAST antar Pengguna Barang;
(2) fotokopi keputusan Penghapusan BMN; dan
(3) print out Register Transaksi Harian.
m) Kuasa Pengguna Barang bertanggung jawab atas pemeliharaan
dan pengamanan BMN yang akan dialihstatuskan hingga
ditandatanganinya BAST.
b. Tata Cara Pengajuan Permohonan Pengalihan Status Penggunaan BMN
pada Pengguna Barang Lain Kepada Kementerian Keuangan
1) Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan pengalihan status
Penggunaan kepada Pengguna Barang secara berjenjang melalui
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW disertai
Surat Pernyataan Kesediaan Menerima BMN yang ditandatangani
Kuasa Pengguna Barang, dengan terlebih dahulu melakukan:
a) analisis kebutuhan terhadap kesesuaian dan kelayakan BMN
yang akan dialihstatuskan; dan
b) konfirmasi atas status BMN tersebut meliputi kepemilikan dan
penguasaan.
2) Pengguna Barang melakukan penelitian terhadap permohonan
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW meliputi
kelayakan, kepemilikan, dokumen kepemilikan, dan penguasaan
fisik ( free and clear ) dengan memperhatikan antara lain RKBMN dan
RKBMN PKP.
3) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian Pengguna Barang:
a) permohonan tersebut layak untuk dipenuhi, maka Pengguna
Barang mengajukan permohonan pengalihan status
Penggunaan BMN kepada K / L lain yang menatausahakan
disertai Surat Pernyataan Kesediaan Menerima BMN ;
atau
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 126 -

b) permohonan tersebut tidak layak, maka permohonan tersebut


dikembalikan kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW disertai dengan alasannya.
4) Dalam hal Kementerian / Lembaga menolak permohonan Pengalihan
Status Penggunaan , Pengguna Barang menyampaikannya kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW disertai
dengan alasannya.
5) Dalam hal Kementerian / Lembaga menindaklanjuti permohonan
pengalihan status Penggunaan dan Pengelola Barang telah
menyetujui pengalihan status Penggunaan BMN tersebut,
persetujuan Pengelola Barang ditindaklanjuti dengan serah terima
BMN.

G. PENGALIHAN PENGGUNAAN BMN


1. Ketentuan Dasar
a. Pengalihan Penggunaan BMN dilakukan agar BMN yang berada pada
Kementerian Keuangan digunakan secara tepat dan optimal oleh suatu
Unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan guna mendukung
penyelenggaraan tugas dan fungsi.
b. Pengalihan Penggunaan BMN terdiri atas:
1) Pengalihan Penggunaan BMN an tar Unit Eselon I di lingkungan
Kementerian Keuangan:
a) Dilakukan terhadap BMN yang tidak lagi dapat digunakan oleh
Unit Eselon I dan lebih tepat serta optimal untuk digunakan oleh
Unit Eselon I yang lain.
b) Pengalihan Penggunaan BMN dilakukan setelah mendapat
persetujuan dari Kepala Biro.
c) Pengalihan Penggunaan BMN dituangkan dalam BAST yang
ditandatangani oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW yang mengalihkan dan Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang menerima
pengalihan dengan disaksikan oleh Kepala Biro atau pejabat
yang mewakili.
2) Pengalihan Penggunaan BMN antar Kuasa Pengguna Barang di
lingkungan Unit Eselon I:
a) Dilakukan terhadap BMN yang tidak lagi dapat digunakan oleh
Kuasa Pengguna Barang pada suatu Unit Eselon I dan lebih
tepat serta optimal untuk digunakan oleh Kuasa Pengguna
Barang Lain di lingkungan Unit Eselon I bersangkutan.
b) Pengalihan Penggunaan BMN dilakukan setelah mendapat
persetujuan dari Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW .
c) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis pelaksanaan pengalihan
Penggunaan BMN antar Kuasa Pengguna Barang di lingkungan
Unit Eselon I , diatur oleh Pimpinan Unit Eselon I setelah
berkoordinasi dengan Kepala Biro.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 127 -

2. Tata Cara Pengalihan Penggunaan BMN


a. Tata Cara Pengalihan Penggunaan BMN antar Unit Eselon I
1) Kuasa Pengguna Barang yang membutuhkan BMN melakukan
analisis kebutuhan BMN meliputi:
a) perencanaan Penggunaan BMN pada RKBMN dan RP4 BMN ;
b) konfirmasi atas status kepemilikan; dan
c) penguasaan BMN yang menjadi calon objek pengalihan
Penggunaan BMN.
2) Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan pengalihan
Penggunaan BMN kepada Pengguna Barang secara berjenjang
melalui Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW dilengkapi dengan hasil analisis kebutuhan BMN.
3) Kepala Biro melakukan penelitian atas permohonan pengalihan
Penggunaan BMN yang disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , serta dapat meminta
kelengkapan dokumen dari Kuasa Pengguna Barang yang
menatausahakan BMN berupa:
a) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN;
b) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Penggunaan BMN ;
c) fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau dokumen lain yang
disetarakan dengan bukti kepemilikan;
d) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan, kecuali terhadap BMN yang
tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
e) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
f) foto terkini BMN .
4) Dalam hal diperlukan , penelitian lapangan dilakukan oleh Kepala
Biro bersama dengan perwakilan dari Sekretariat Unit Eselon
I / Sekretariat LNSW / Biro Umum yang mengajukan permohonan
pengalihan Penggunaan BMN dan perwakilan dari Sekretariat Unit
Eselon 1/ Sekretariat LNSW / Biro Umum yang menatausahakan BMN,
dengan pembiayaan yang dibebankan pada Unit Eselon I yang
mengajukan permohonan Pengalihan Penggunaan BMN.
5) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dalam hal:
a) permohonan layak untuk disetujui, maka Kepala Biro
menerbitkan persetujuan pengalihan Penggunaan BMN yang
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI huruf B.3, dengan ditembuskan kepada
Satuan Kerja yang mengajukan permohonan dan Satuan Kerja
yang menatausahakan BMN;
atau
b) permohonan tidak layak untuk disetujui, maka Kepala Biro
menyampaikannya kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 128 -

Umum / Sekretaris LNSW yang mengajukan permohonan disertai


dengan alasannya.
6) Persetujuan pengalihan Penggunaan BMN paling sedikit memuat:
a) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
yang mengajukan permohonan dan yang menatausahakan
BMN ;
b) tindak lanjut persetujuan pengalihan Penggunaan BMN melalui
serah terima BMN antara Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW yang mengajukan permohonan dan
yang menatausahakan BMN; dan
c) kewajiban masing-masing Kuasa Pengguna Barang untuk:
(1) melakukan perubahan pada Daftar Barang Kuasa
Pengguna; dan
( 2 ) melaporkan tindak lanjut pelaksanaan pengalihan
Penggunaan BMN kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW .
7) Berdasarkan persetujuan pengalihan Penggunaan BMN , dilakukan
serah terima BMN beserta dokumen pendukung BMN antar
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang
dituangkan dalam BAST yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf G.1 paling
lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal persetujuan pengalihan
Penggunaan BMN.
8) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang
menerima BMN menyerahkan BMN tersebut kepada Kuasa Pengguna
Barang yang dituangkan dalam BAST.
9) Kuasa Pengguna Barang yang menyerahkan BMN menghapus BMN
yang dialihkan penggunaannya dari Daftar Barang Kuasa Pengguna
dengan cara transfer keluar dan Kuasa Pengguna Barang yang
menerima BMN melakukan pencatatan BMN ke dalam Daftar Barang
Kuasa Pengguna dengan cara transfer masuk.
10) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , baik
yang menyerahkan maupun yang menerima BMN , menyampaikan
laporan pelaksanaan pengalihan Penggunaan BMN paling lambat 1
(satu) bulan setelah tanggal BAST dan disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf F.2.
11) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengguna Barang dengan
melampirkan dokumen kelengkapan , antara lain fotokopi BAST dan
print out Register Transaksi Harian.
12) Kuasa Pengguna Barang yang menyerahkan BMN bertanggung jawab
atas pemeliharaan dan pengamanan BMN yang akan dialihkan
penggunaannya hingga ditandatanganinya BAST.
b. Tata Cara Pengalihan Penggunaan BMN antar Kuasa Pengguna Barang
pada Lingkup Unit Eselon I yang Sama
1) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dapat
melakukan pengalihan Penggunaan BMN antar Kuasa Pengguna
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 129 -

Barang yang berada dalam lingkupnya. Pengalihan Penggunaan BMN


dilakukan berdasarkan BAST yang ditandatangani oleh Kuasa
Pengguna Barang yang melakukan pengalihan BMN tersebut.
2) Pengalihan Penggunaan BMN antar Kuasa Pengguna Barang dalam
Unit Eselon I yang sama tidak memerlukan persetujuan Pengguna
Barang.
3) Ketentuan mengenai tata cara pengalihan Penggunaan BMN antar
Kuasa Pengguna Barang yang berada dalam lingkup Unit Eselon I
yang sama ditetapkan oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW .

H. PENGALIHAN FUNGSI BMN


1. Ketentuan Dasar
a. Pengalihan Fungsi BMN merupakan bentuk optimalisasi atas BMN untuk
dialihkan fungsinya dalam rangka meningkatkan pendayagunaan BMN
tersebut.
b. Jenis pengalihan fungsi BMN:
1) pengalihan fungsi tanpa mengubah klasifikasi BMN ; dan
2 ) pengalihan fungsi dengan mengubah klasifikasi BMN.
c. Pengalihan fungsi tanpa mengubah klasifikasi BMN sebagaimana
dimaksud huruf b. angka 1) dilakukan terhadap BMN berupa Kendaraan
Jabatan menjadi Kendaraan Operasional, dengan ketentuan:
1) memenuhi persyaratan sebagaimana diatur pada BAB SSSJ;
2) dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang tanpa memerlukan
persetujuan dari Kepala Biro; dan
3) dituangkan dalam surat keterangan yang ditandatangani oleh Kuasa
Pengguna Barang sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI
huruf E.5;
d . Pengalihan fungsi dengan mengubah klasifikasi BMN sebagaimana
dimaksud huruf b. angka 2) , dapat dilakukan dengan ketentuan:
1) dilakukan terhadap BMN berupa tanah dan / atau bangunan dan
selain tanah dan / atau bangunan;
2) dilakukan dengan mengubah kodefikasi barang pada daftar barang;
dan
3) dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang setelah mendapat
persetujuan dari Pengguna Barang.
e. Pengalihan fungsi sebagaimana dimaksud pada huruf d, tidak termasuk
perubahan status golongan tanah dan / atau bangunan Rumah Negara
yang dilaksanakan mengikuti ketentuan pada BAB Pengamanan dan
Pemeliharaan.
f . Kuasa Pengguna Barang melakukan perubahan catatan jenis BMN dalam
daftar barang atas BMN yang dilakukan pengalihan fungsi, namun tidak
mengubah catatan nilainya.
g. Pengalihan fungsi BMN tidak dapat dijadikan dasar bagi Kuasa Pengguna
Barang dalam mengajukan usulan penambahan kebutuhan BMN sejenis.
X
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 130 -

2 . Tata Cara Pengalihan Fungsi BMN dengan Mengubah Klasifikasi BMN


a. Kuasa Pengguna Barang yang membutuhkan pengalihan fungsi BMN
melakukan dan menyusun analisis kebutuhan BMN , paling sedikit
meliputi:
1) perencanaan Penggunaan BMN pada RP4 BMN ;
2) alasan yang mendasari;
3) kebutuhan BMN dan dampak penganggaran;
4) keterkaitan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi;
5) data komposisi pegawai dan formasi jabatan;
6) daftar BMN yang berkaitan dengan BMN yang menjadi objek usulan
pengalihan fungsi BMN ; dan
7) data status penghunian , untuk pengalihan fungsi BMN terkait
Rumah Negara.
b. Permohonan pengalihan fungsi BMN diajukan oleh Kuasa Pengguna
Barang kepada Pengguna Barang secara berjenjang melalui Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW, dengan melampirkan:
1) usulan pengalihan fungsi BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf A.3;
2) hasil analisis kebutuhan BMN ;
3) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Penggunaan BMN ;
4) fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau BAST perolehan barang
dan / atau dokumen lain yang disetarakan dengan dokumen / bukti
kepemilikan dan / atau BAST perolehan barang;
5) dalam hal tidak terdapat dokumen / bukti kepemilikan atau BAST
perolehan barang dan / atau dokumen lainnya, dapat diganti dengan
asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala Satuan Kerja
bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN tersebut digunakan
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan c.q.
Satuan Kerja bersangkutan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf D . 2 sampai
dengan Lampiran II BAB VI huruf D.5;
6) Kartu Identitas Barang ( KIB) yang telah ditandatangani oleh Kepala
Satuan Kerja bersangkutan , kecuali terhadap BMN yang tidak
diharuskan dicatat dalam KIB;
7) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan;
8) foto terkini BMN ; dan

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 131 -

9) asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Kuasa Pengguna Barang


yang memuat pernyataan bahwa BMN tersebut layak untuk
dialihkan fungsinya, dan pengalihan fungsi BMN tidak menjadi dasar
dalam mengajukan permohonan penambahan kebutuhan BMN
sejenis serta tidak akan mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi
Kuasa Pengguna Barang bersangkutan yang disusun menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf D. l
dan Lampiran II BAB VI huruf D.7.
c. Kepala Biro melakukan penelitian atas permohonan pengalihan fungsi
BMN, termasuk memperhatikan kebutuhan BMN pada Satuan Kerja lain
di lingkungan Kementerian Keuangan yang berada di wilayah yang sama
dengan BMN yang menjadi objek pengalihan fungsi BMN dan aturan
mengenai Standar Barang / Standar Kebutuhan (SBSK) serta Standar
Spesifikasi / Standar Jumlah (SSSJ ) sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
d. Dalam hal berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Kepala Biro:
1) permohonan tersebut layak untuk dipenuhi, maka Kepala Biro
menerbitkan persetujuan pengalihan fungsi BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
BAB VI huruf B. 4 dan disampaikan kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dengan ditembuskan kepada
Kuasa Pengguna Barang;
atau
2) permohonan tersebut tidak layak untuk dipenuhi, Kepala Biro
menyampaikannya kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW disertai dengan alasannya dan
ditembuskan kepada Kuasa Pengguna Barang yang mengajukan
permohonan.
e. Berdasarkan persetujuan pengalihan fungsi BMN, Kuasa Pengguna
Barang melakukan penyesuaian data BMN pada Daftar Barang Kuasa
Pengguna sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
f. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan pengalihan
fungsi BMN paling lambat 1 (satu) bulan sejak persetujuan pengalihan
fungsi BMN, dan disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II BAB VI huruf F. 2 .
g. Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengguna Barang dengan
ditembuskan kepada Pengelola Barang dan Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain fotokopi persetujuan pengalihan fungsi
BMN dan print out Register Transaksi Harian .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 132 -

BAB VII
PEMANFAATAN BMN
A. UMUM
1. Pemanfaatan BMN dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu
pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara.
2. Pemanfaatan BMN dilakukan dengan memperhatikan kepentingan negara
dan kepentingan umum .
3. Pemanfaatan BMN dilakukan dengan tidak mengubah status kepemilikan
BMN.
4. Pemanfaatan BMN dilakukan terhadap BMN yang telah mendapat
penetapan status Penggunaan .
5. Dalam hal BMN pada Pengguna Barang yang diusulkan Pemanfaatan BMN
belum ditetapkan status penggunaannya sebagaimana dimaksud pada
angka 4, Pengguna Barang terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada
Pengelola Barang untuk memperoleh penetapan status Penggunaan BMN
tersebut.
6. Biaya pemeliharaan dan pengamanan BMN serta biaya pelaksanaan yang
berkaitan dengan Pemanfaatan BMN dibebankan pada mitra Pemanfaatan
BMN .
7. Penerimaan negara dari Pemanfaatan BMN merupakan penerimaan negara
yang wajib disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Umum Negara, kecuali
ditentukan lain oleh Undang-Undang dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang ditetapkan Presiden .
8. BMN yang menjadi objek Pemanfaatan BMN dilarang dijaminkan atau
digadaikan.
9. Mitra Pemanfaatan BMN dilarang mendayagunakan BMN objek
Pemanfaatan BMN selain untuk peruntukan Pemanfaatan BMN sesuai
perjanjian.
10. Penilaian BMN dalam rangka Pemanfaatan BMN dilakukan oleh Penilai, baik
Penilai Pemerintah atau Penilai Publik, kecuali untuk BMN selain tanah
dan / atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang dapat dilakukan
oleh tim yang dibentuk oleh Pengguna Barang.
11. Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan
infrastruktur meliputi:
a. pekerjaan konstruksi untuk membangun atau meningkatkan
kemampuan infrastruktur;
b. kegiatan pengelolaan infrastruktur; dan / atau
c. pemeliharaan infrastruktur dalam rangka mempertahankan atau
meningkatkan fungsi infrastruktur .

f /
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 133 -

12. Mitra Pemanfaatan BMN


a. Nama mitra Pemanfaatan BMN:
1) penyewa, untuk Pemanfaatan BMN dalam bentuk Sewa;
2 ) peminjam pakai, untuk Pemanfaatan BMN dalam bentuk Pinjam
Pakai;
3) mitra KSP, untuk Pemanfaatan BMN dalam bentuk KSP;
4) mitra BGS / BSG, untuk Pemanfaatan BMN dalam bentuk
BGS / BSG;
5) mitra KSPI , untuk Pemanfaatan BMN dalam bentuk KSPI ; atau
6) mitra KETUPI , untuk Pemanfaatan BMN dalam bentuk KETUPI .
b. Kewajiban mitra Pemanfaatan meliputi:
1 ) melakukan pembayaran uang Sewa, kontribusi tetap dan
pembagian keuntungan KSP, kontribusi tahunan BGS / BSG,
pembayaran bagian pemerintah atas pembagian kelebihan
keuntungan ( clawback ) , atau pembayaran dana di muka ( upfront
payment ) KETUPI sesuai dengan perjanjian Pemanfaatan BMN dan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) menyerahkan kepada Pengelola Barang / Pengguna Barang:
a) bagian kontribusi tetap dan kontribusi pembagian
keuntungan KSP berupa bangunan beserta fasilitasnya; atau
b) porsi bangunan dan / atau fasilitas hasil pelaksanaan
BGS / BSG yang digunakan untuk tugas dan fungsi Pengelola
Barang / Pengguna Barang;
3) menyerahkan kepada BLU hasil pelaksanaan KETUPI sesuai
perjanjian;
4) melakukan pengamanan dan pemeliharaan atas BMN yang
dilakukan Pemanfaatan BMN dan hasil pelaksanaan Pemanfaatan
BMN ;
5) mengembalikan BMN yang dilakukan Pemanfaatan kepada
Pengelola Barang / Pengguna Barang sesuai kondisi yang
diperjanjikan;
6) menyerahkan hak pengelolaan BMN yang dilakukan KETUPI
kepada BLU pada saat perjanjian berakhir; dan
7) memenuhi kewajiban lainnya yang ditentukan dalam perjanjian
Pemanfaatan BMN .
13. Tugas dan Kewenangan
a. Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang bertugas:
1) melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian atas
Pemanfaatan BMN yang berada pada Pengguna Barang;
2) melakukan Penatausahaan BMN yang berada pada Pengguna
Barang yang menjadi objek Pemanfaatan BMN;
3) melakukan Penatausahaan atas hasil Pemanfaatan BMN ;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 134 -

4) menyerahkan BMN yang berada pada Pengguna Barang yang


menjadi objek Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan
infrastruktur kepada:
a) PJPB; atau
b) mitra Pemanfaatan BMN;
5) menyerahkan BMN yang berada pada Pengguna Barang yang
menjadi objek KSPI kepada mitra KSPI dengan Berita Acara Serah
Terima;
6) melakukan monitoring atas pelaksanaan Pemanfaatan BMN yang
berada pada Pengguna Barang;
7) melaporkan pelaksanaan Pemanfaatan BMN yang berada pada
Pengguna Barang kepada Pengelola Barang;
8) menerima kembali BMN yang berada pada Pengguna Barang yang
menjadi objek Pemanfaatan BMN, setelah berakhirnya jangka
waktu Pemanfaatan BMN atau waktu lain sesuai peijanjian
Pemanfaatan BMN;
9) menerima hasil Pemanfaatan BMN , setelah berakhirnya jangka
waktu Pemanfaatan BMN atau waktu lain sesuai perjanjian
Pemanfaatan BMN;
10) menyerahkan BMN yang berada pada Pengguna Barang yang akan
dilakukan KETUPI kepada Pengelola Barang;
11) melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen
Pemanfaatan BMN yang berada pada Pengguna Barang; dan
12) melakukan tugas lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan .
b. Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang berwenang:
1) mengajukan permohonan persetujuan Pemanfaatan BMN yang
berada pada Pengguna Barang kepada Pengelola Barang;
2) melakukan Pemanfaatan BMN , setelah mendapat persetujuan dari
Pengelola Barang;
3) menyetujui permohonan penerusan Sewa atas BMN yang
pelaksanaan sewanya telah memperoleh persetujuan Pengelola
Barang;
4) menerbitkan keputusan pelaksanaan dan menandatangani
perjanjian Sewa, Pinjam Pakai, KSP, BGS / BSG atau KSPI;
5) mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu
Pemanfaatan BMN yang berada pada Pengguna Barang;
6) menetapkan PJPB dalam bentuk KSPI dan KETUPI ;
7) memberikan rekomendasi atas pelaksanaan KSPI kepada PJPB;
8) menetapkan sanksi dan denda yang timbul dalam pelaksanaan
Pemanfaatan BMN yang berada pada Pengguna Barang; dan
9) menetapkan Penilai Pemerintah atau Penilai Publik dalam rangka
Pemanfaatan BMN selain tanah dan / atau bangunan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 135 -

c. Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang dapat melimpahkan


sebagian tugas dan wewenang Pengguna Barang sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b kepada:
1) Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan
selaku Pengguna Barang;
2 ) Kepala Pusat / Kantor Wilayah / Kantor / Balai / Pangkalan selaku
Kuasa Pengguna Barang.
d . Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan selaku
Pengguna Barang melimpahkan tugas dan wewenang meliputi:
1) menetapkan keputusan pelaksanaan Sewa BMN ;
2) mengajukan permohonan kepada Pengelola Barang mengenai
Pinjam Pakai BMN berupa tanah dan / atau bangunan, dan selain
tanah dan / atau bangunan yang memiliki bukti kepemilikan ;
3) menandatangani surat, nota dinas, perjanjian, nota kesepahaman
( memorandum of understanding) , berita acara, laporan dan naskah
dinas lainnya terkait pelaksanaan Pinjam Pakai BMN;
4) mengajukan permohonan kepada Pengelola Barang mengenai
BGS / BSG BMN ; dan
5) menandatangani surat, nota dinas, berita acara, laporan dan
naskah dinas lainnya terkait pelaksanaan BGS / BSG BMN.
e. Kepala Pusat / Kantor Wilayah / Kantor / Balai / Pangkalan selaku Kuasa
Pengguna Barang melaksanakan pelimpahan tugas dan wewenang
meliputi:
1) menandatangani dan mengajukan usul Sewa BMN beserta data
dukung kepada Pengelola Barang; dan
2 ) menandatangani perjanjian Sewa BMN ,
B. SEWA BMN
1. Umum
a. Penyewaan BMN dilakukan dengan tujuan:
1) mengoptimalkan Pemanfaatan BMN yang belum / tidak digunakan
dalam pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan
pemerintahan Negara;
2 ) memperoleh fasilitas yang diperlukan dalam rangka menunjang
tugas dan fungsi instansi Pengguna Barang; dan / atau
3) mencegah penggunaan BMN oleh Pihak Lain secara tidak sah.
b. Penyewaan BMN dilakukan sepanjang memberikan manfaat ekonomi
bagi Pemerintah dan / atau masyarakat.
c. Penyewa dapat melakukan penerusan Sewa kepada Pihak Lain , dengan
persetujuan Kepala Biro.
d. Selama masa Sewa, objek Sewa dapat diubah bentuknya, dengan
ketentuan:
1) tanpa mengubah konstruksi dasar bangunan yang menjadi objek
Sewa;
2) perubahan tersebut diatur dalam perjanjian Sewa; dan /
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 136 -

3) pada saat Sewa berakhir, objek Sewa wajib dikembalikan ke dalam


kondisi baik dan layak fungsi.
2. Subjek Sewa
a. Sewa BMN dapat dilakukan oleh :
1) Pengguna Barang, dengan persetujuan dari Pengelola Barang,
untuk BMN yang berada dalam Daftar Barang Pengguna
Barang / Kuasa Pengguna; atau
2) Kuasa Pengguna Barang, dengan persetujuan dari Pengelola
Barang, untuk BMN yang berada dalam Daftar Barang Kuasa
Pengguna Barang.
b. Pihak yang dapat menyewa BMN meliputi:
1) Badan Usaha Milik Negara / Daerah / Desa;
2 ) perorangan;
3) unit penunjang kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan / Negara;
dan / atau
4) badan usaha lainnya.
c. Unit penunjang kegiatan penyelenggaraan pemerintahan / Negara
sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 3), meliputi:
1) persatuan / perhimpunan Aparatur Sipil Negara / Tentara Nasional
Indonesia / Kepolisian Negara Republik Indonesia;
2) persatuan / perhimpunan istri Aparatur Sipil Negara / Tentara
Nasional Indonesia / Kepolisian Negara Republik Indonesia; atau
3) unit penunjang kegiatan lainnya.

d. Badan usaha lainnya sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 4) ,


meliputi:
1) Perseroan Terbatas;
2) Yayasan;
3) Koperasi;
4) Persekutuan Perdata;
5) Persekutuan Firma; atau
6) Persekutuan Komanditer;
3. Objek Sewa
a. Objek Sewa meliputi BMN berupa:
1) tanah dan / atau bangunan; dan
2 ) selain tanah dan / atau bangunan ,
yang berada pada Pengguna Barang / Kuasa Pengguna Barang.
b. Objek Sewa BMN berupa tanah dan / atau bangunan sebagaimana
dimaksud pada huruf a angka 1):
1) dapat dilakukan untuk sebagian atau keseluruhan; dan / atau
2) dapat meliputi pula ruang di bawah dan / atau di atas permukaan
tanah .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 137 -

c. Terhadap Sewa ruang sebagaimana dimaksud pada b angka 2 ) ,


Pengguna Barang / Kuasa Pengguna Barang tetap dapat menggunakan
tanah untuk penyelenggaraan tugas dan fungsinya dan / atau untuk
pemanfaatan BMN lainnya.
d. Dalam hal objek Sewa BMN berupa sebagian tanah dan / atau bangunan,
luas tanah dan / atau bangunan yang menjadi objek Sewa BMN adalah
sebesar luas bagian tanah dan / atau bangunan yang dimanfaatkan.
e. Objek Sewa dapat ditawarkan melalui media pemasaran oleh Pengguna
Barang.
4. Jangka Waktu Sewa
a. Jangka waktu Sewa paling lama 5 (lima) tahun sejak ditandatanganinya
perjanjian dan dapat diperpanjang dengan persetujuan Pengelola
Barang.
b. Jangka waktu Sewa sebagaimana dimaksud pada angka 1 dapat lebih
dari 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk:
1) kerja sama infrastruktur;
2 ) kegiatan dengan karakteristik usaha yang memerlukan waktu Sewa
lebih dari 5 (lima) tahun; atau
3) ditentukan lain dalam Undang-Undang.
c. Dikecualikan dari ketentuan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada
huruf a:
1 ) Jangka waktu Sewa dalam rangka kerja sama infrastruktur
sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 1) paling lama 50 (lima
puluh ) tahun dan dapat diperpanjang;

2) Jangka waktu Sewa untuk kegiatan dengan karakteristik usaha


yang memerlukan waktu Sewa lebih dari 5 (lima) tahun
sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 2 ) paling lama
10 (sepuluh ) tahun dan dapat diperpanjang.
3) Jangka waktu Sewa sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 3):
a) Mengikuti ketentuan mengenai jangka waktu yang diatur
dalam Undang-Undang; atau
b) Paling lama 10 (sepuluh ) tahun dalam hal jangka waktu tidak
diatur dalam Undang-Undang, dan dapat diperpanjang.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 138 -

d. Jenis infrastruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2 ) huruf a


mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
penyediaan infrastruktur.
e. Kegiatan dengan karakteristik usaha sebagaimana dimaksud pada huruf
b angka 2) ditetapkan oleh Pengelola Barang berdasarkan hasil kajian
dari Tim internal Pengguna Barang, untuk BMN yang berada pada
Pengguna Barang
f. Dalam melakukan kajian , tim internal Pengguna Barang dapat meminta
masukan kepada instansi teknis terkait.
g- Jangka waktu Sewa sebagaimana dimaksud pada huruf a ditetapkan
oleh Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan dari Pengelola
Barang.
h. Jangka waktu Sewa dapat dihitung berdasarkan periodesitas Sewa.
i. Periodesitas Sewa dikelompokkan menjadi:
1) per tahun;
2) per bulan;
3) per hari; atau
4) per jam.
5. Besaran Sewa
a. Besaran Sewa ditetapkan oleh Pengguna Barang setelah mendapat
persetujuan dari Pengelola Barang.
b. Penetapan besaran Sewa dilakukan oleh Pengguna Barang dalam
keputusan pelaksanaan Sewa.
c. Besaran Sewa merupakan hasil perkalian dari:
1) Tarif pokok Sewa; dan
2) Faktor penyesuai Sewa.
d . Besaran Sewa digunakan oleh:
1) Pengelola Barang dalam:
a) menghitung besaran Sewa, untuk BMN berupa tanah dan / atau
bangunan yang berada pada Pengelola Barang / Pengguna
Barang; dan
b) mengkaji usulan Sewa BMN dari Pengguna Barang.
2) Pengguna Barang dalam menghitung usulan besaran Sewa, untuk
BMN berupa selain tanah dan / atau bangunan, yang status
penggunaannya berada pada Pengguna Barang.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 139 -

e. Tarif pokok Sewa BMN berupa tanah dan / atau bangunan merupakan
nilai wajar atas Sewa.
f. Tarif pokok Sewa BMN selain tanah dan / atau bangunan ditetapkan oleh
Pengguna Barang, setelah memperoleh persetujuan Pengelola Barang.
g. Perhitungan tarif pokok Sewa sebagaimana dimaksud pada huruf f
dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh Pengguna Barang, atau
menggunakan Penilai yang ditetapkan Pengguna Barang.
h. Tarif pokok sewa dapat berupa daftar tarif pokok Sewa yang ditetapkan
pada awal tahun oleh Pengelola Barang.
i. Faktor penyesuai Sewa sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 2)
meliputi:
1) jenis kegiatan usaha penyewa; dan
2) periodesitas Sewa.
j. Faktor penyesuai Sewa sebagaimana dimaksud pada huruf i dihitung
dalam persentase.
k. Jenis kegiatan usaha penyewa sebagaimana dimaksud pada huruf i
angka 1) dikelompokkan atas:
1) kegiatan bisnis;
2 ) kegiatan non bisnis; atau
3) kegiatan sosial.
l. Kelompok kegiatan bisnis sebagaimana dimaksud pada huruf k angka 1)
diperuntukkan bagi kegiatan yang berorientasi semata-mata mencari
keuntungan yang klasifikasinya berpedoman pada klasifikasi baku
lapangan usaha Indonesia yang ditetapkan Pemerintah .
m. Kelompok kegiatan non bisnis sebagaimana dimaksud pada huruf k
angka 2) diperuntukkan bagi kegiatan yang menarik imbalan atas
barang atau jasa yang diberikan namun tidak semata-mata mencari
keuntungan, meliputi:
1) pelayanan kepentingan umum yang menarik imbalan dalam jumlah
tertentu;
2) penyelenggaraan pendidikan nasional; atau
3) upaya pemenuhan kebutuhan pegawai atau fasilitas yang
diperlukan dalam rangka menunjang tugas dan fungsi Pengguna
Barang.
n. Kelompok kegiatan sosial sebagaimana dimaksud pada huruf k)
angka 3) diperuntukkan bagi kegiatan yang tidak menarik imbalan atas
barang / jasa yang diberikan dan / atau tidak berorientasi mencari
keuntungan , meliputi:
1) pelayanan kepentingan umum yang tidak menarik imbalan ;
2) kegiatan keagamaan;
3) kegiatan kemanusiaan; atau
4) kegiatan penunjang penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan / negara.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 140 -

o. Besaran faktor penyesuai Sewa untuk kelompok jenis kegiatan usaha


bisnis ditetapkan sebesar 100% (seratus persen) .
p. Faktor penyesuai Sewa sebagaimana dimaksud pada huruf o,
dikecualikan dari ketentuan terhadap:
1) koperasi yang dibentuk dan beranggotakan Aparatur Sipil
Negara / anggota Tentara Nasional Indonesia / anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia, yang tujuan pendiriannya untuk
kesejahteraan anggota; atau
2 ) pelaku usaha perorangan berskala ultra mikro, mikro, dan kecil.
q. Faktor penyesuai Sewa untuk kelompok sebagaimana dimaksud pada
huruf p angka 1) sebesar:
1) 75% ( tujuh puluh lima persen) untuk Koperasi sekunder;
2) 50% (lima puluh persen) untuk Koperasi primer; atau
3) 25% (dua puluh lima persen ) untuk pelaku usaha perorangan
berskala ultra mikro, mikro, dan kecil.
r. Besaran faktor penyesuai Sewa untuk kelompok jenis kegiatan usaha
non bisnis ditetapkan 30% ( tiga puluh persen) sampai dengan 50% (lima
puluh persen) .
s. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf r
terhadap:
1) peruntukan Sewa yang diinisiasi oleh Pengguna Barang untuk
mendukung tugas dan fungsi, faktor penyesuai Sewa ditetapkan
sebesar 15% (lima belas persen) ; dan
2) sarana dan prasarana Pendidikan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan anggota keluarga Aparatur Sipil Negara / Tentara
Nasional Indonesia / Kepolisian Negara Republik Indonesia dan
pegawai penunjang, faktor penyesuai Sewa ditetapkan sebesar
10% (sepuluh persen ) .
t. Besaran faktor penyesuai Sewa untuk kelompok jenis kegiatan usaha
sosial sebesar 2,5% (dua koma lima persen) .
u. Besaran faktor penyesuai Sewa untuk periodesitas Sewa sebagaimana
dimaksud dalam huruf i angka 2 ) ditetapkan sebagai berikut:
1) Untuk jangka waktu Sewa 1 (satu) tahun:
a) Per tahun sebesar 100% (seratus persen) ;
b) Per bulan sebesar 130% (seratus tiga puluh persen ) ;
c) Per hari sebesar 160% (seratus enam puluh persen ) ;
d) Per jam sebesar 190% (seratus sembilan puluh persen) .
2) Untuk jangka waktu Sewa lebih dari 1 (satu) tahun:
a) Sebesar 100% (seratus persen ) untuk pembayaran Sewa yang
dilakukan sekaligus terhadap seluruh jangka waktu Sewa;
b) Sebesar 120% (seratus dua puluh persen) untuk pembayaran
Sewa yang dilakukan per tahun terhadap Sewa yang berjangka
waktu 2 (dua) tahun;

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 141 -

c) Sebesar 125% (seratus dua puluh lima persen) untuk


pembayaran Sewa yang dilakukan per tahun terhadap Sewa
yang berjangka waktu 3 ( tiga) tahun;
d ) Sebesar 130% (seratus tiga puluh persen ) untuk pembayaran
Sewa yang dilakukan per tahun terhadap Sewa yang berjangka
waktu 4 (empat) tahun; atau
e ) Sebesar 135% (seratus tiga puluh lima persen) untuk
pembayaran Sewa yang dilakukan per tahun terhadap Sewa
yang berjangka waktu 5 (lima) tahun.
v. Besaran Sewa atas BMN untuk kerja sama infrastruktur sebagaimana
dimaksud dalam angka 4 huruf b poin 1) atau untuk kegiatan dengan
karakteristik usaha yang memerlukan waktu Sewa lebih dari 5 (lima)
tahun sebagaimana dimaksud dalam angka 4 huruf b poin 2) dapat
mempertimbangkan nilai keekonomian dari masing-masing
infrastruktur .
w. Dalam kondisi tertentu , Pengelola Barang dapat menetapkan besaran
faktor penyesuai Sewa dengan persentase tertentu berdasarkan
permohonan penyewa melalui Pengguna Barang.
x. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf w meliputi:
1) penugasan pemerintah sebagaimana tertuang dalam peraturan
atau keputusan yang ditetapkan oleh Presiden;
2) bencana alam;
3) bencana non alam; atau
4) bencana sosial.
y. Besaran persentase tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf w
sebesar 1% (satu persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen) .
z. Dalam hal kondisi bencana sebagaimana dimaksud pada huruf x,
besaran persentase sebagaimana dimaksud pada huruf y, berlaku sejak
ditetapkannya status bencana oleh Pemerintah sampai dengan paling
lama 2 (dua) tahun sejak status bencana dinyatakan berakhir.
aa. Dikecualikan dari pemberlakuan sebagaimana dimaksud pada huruf z,
terhadap Sewa berjalan yang telah lunas pembayaran uang sewanya:
1) Besaran persentase sebagaimana dimaksud pada huruf y
diterapkan saat penyewa mengajukan permohonan perpanjangan
Sewa; atau
2) Besaran persentase sebagaimana dimaksud pada huruf y
diperhitungkan sebagai tambahan jangka waktu Sewa.
bb. Besaran Sewa yang ditetapkan oleh Pengelola Barang dapat digunakan
sebagai nilai limit terendah pada pelaksanaan lelang hak menikmati
dalam rangka pemilihan Penyewa.
cc. Penyewa yang terpilih dapat menawarkan BMN yang menjadi objek Sewa
melalui media pemasaran.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 142 -

dd . Ketentuan Peralihan:
1) Besaran Sewa untuk Sewa yang dilaksanakan oleh Pengguna
Barang sebelum ditetapkannya persetujuan oleh Pengelola Barang
didasarkan pada hasil pengawasan dan pengendalian Pengguna
Barang dan / atau hasil reviu APIP.
2 ) Dalam hal:
a) penyewa telah membayarkan besaran Sewa kepada Pengguna
Barang melebihi dari atau sesuai dengan hasil pengawasan dan
pengendalian Pengguna Barang dan / atau hasil reviu APIP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ; dan
b) Pengguna Barang telah menyetorkan seluruh besaran Sewa
sebagaimana dimaksud pada huruf a ke rekening Kas Umum
Negara,
maka Pengguna Barang dapat melanjutkan pelaksanaan Sewa yang
bersangkutan berdasarkan persetujuan Pengelola Barang.
3) Dalam hal penyewa tidak melaksanakan pembayaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a:
a) besaran Sewa sebelum adanya persetujuan Pengelola Barang
agar disesuaikan oleh Pengguna Barang berdasarkan
persetujuan Pengelola Barang yang ditetapkan untuk Sewa
selanjutnya, dengan tidak mengakomodir adanya
pengembalian besaran Sewa apabila besaran Sewa yang telah
dibayarkan melebihi penetapan dari Pengelola Barang; dan
b) penyewa wajib menyetorkan ke rekening Kas Umum Negara
seluruh besaran Sewa yang dihasilkan dari penyesuaian yang
dilakukan oleh Pengguna Barang.
4) Besaran Sewa yang terjadi sebelum adanya persetujuan Pengelola
Barang ditetapkan oleh Pengguna Barang berdasarkan hasil reviu
APIP sebagaimana dimaksud pada angka 1) .
6. Pembayaran Sewa
a. Pembayaran uang Sewa dilakukan sekaligus secara tunai sebelum
penandatanganan perjanjian.
b. Pembayaran uang Sewa dilakukan dengan cara menyetor langsung ke
Rekening Kas Umum Negara.
c. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b, pelaksanaan Sewa di luar negeri dengan pembayaran uang Sewa
yang dilakukan pula di luar negeri, pembayaran uang Sewa dilakukan
secara sekaligus paling lambat 1 (satu) hari sebelum penandatanganan
perjanjian , dengan cara menyetorkan ke rekening kas bendahara
penerimaan di luar negeri.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 143 -

d. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a,


huruf b, dan huruf c, Sewa yang dilaksanakan dengan periodesitas Sewa
per hari dan per jam untuk masing-masing penyewa, pembayaran uang
Sewa dilakukan secara sekaligus paling lambat sebelum perjanjian ,
dengan cara pembayaran secara tunai kepada pejabat pengurus BMN
atau menyetorkannya ke rekening kas bendahara penerimaan di
lingkungan Pengelola Barang / Pengguna Barang / Kuasa Pengguna
Barang.
e. Pembayaran uang Sewa dibuktikan dengan adanya bukti setor / kuitansi,
sebagai salah satu dokumen pada lampiran yang menjadi bagian tidak
terpisahkan dari perjanjian Sewa.
7. Perjanjian Sewa
a. Penyewaan BMN dituangkan dalam perjanjian yang ditandatangani oleh
penyewa dan Pengguna Barang / Kuasa Pengguna Barang setelah
mendapat persetujuan dari Pengelola Barang.
b. Perjanjian Sewa sebagaimana dimaksud pada huruf a sekurang-
kurangnya memuat:
1) dasar perjanjian;
2) para pihak yang terkait dalam perjanjian;
3) jenis, luas, atau jumlah barang yang disewakan;
4) besaran dan jangka waktu Sewa, termasuk periodesitas Sewa;
5) peruntukan Sewa, termasuk kelompok jenis kegiatan usaha dan
kategori bentuk kelembagaan penyewa;
6) tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan pemeliharaan
selama jangka waktu penyewaan;
7) hak dan kewajiban para pihak;
8) penerusan Sewa, apabila ada; dan
9) hal lain yang diatur dalam persetujuan Pengelola Barang dan
keputusan Pengguna Barang.
c. Dalam hal Sewa dalam rangka kerja sama infrastruktur, perjanjian
sebagaimana dimaksud pada huruf a dituangkan dalam bentuk akta
notarial.
d . Penandatanganan perjanjian Sewa dilakukan di kertas bermeterai cukup
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan .
e. Perjanjian Sewa ditandatangani oleh Pengguna Barang dan Penyewa
dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya
keputusan Sewa / persetujuan Sewa.
f. Salinan perjanjian Sewa disampaikan kepada Pengelola Barang paling
lama 7 ( tujuh) hari kerja terhitung sejak ditandatanganinya perjanjian
Sewa. Salinan dapat berupa fotokopi dari perjanjian tersebut, yang
disertai dengan surat keterangan dari Pengguna Barang / Kuasa
Pengguna Barang yang menyatakan kebenaran atas fotokopi tersebut.
g. Seluruh biaya pembuatan perjanjian Sewa ditanggung oleh Penyewa.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 144 -

8. Perpanjangan Jangka Waktu Sewa


a. Jangka waktu Sewa dapat diperpanjang dengan persetujuan dari
Pengelola Barang.
b. Penyewa dapat mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu
Sewa kepada Pengguna Barang / Kuasa Pengguna Barang
c. Pengajuan permohonan perpanjangan jangka waktu Sewa dilakukan
dengan ketentuan:
1) untuk periodesitas Sewa per tahun , permohonan disampaikan
paling lambat 3 ( tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu
Sewa;
2 ) untuk periodesitas Sewa per bulan , permohonan disampaikan
paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum berakhirnya jangka waktu
Sewa;
3) untuk periodesitas Sewa per hari atau per Jam, permohonan
disampaikan sebelum berakhirnya jangka waktu Sewa.
d . Permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1) dan
angka 2) diajukan dengan melengkapi persyaratan sebagaimana
permohonan Sewa pertama kali.
e. Tata cara pengajuan usulan perpanjangan jangka waktu Sewa
sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1) dilaksanakan dengan
mekanisme sebagaimana pengajuan usulan Sewa baru.
9. Penerusan Sewa
a. Jenis penerusan Sewa:
1) penerusan Sewa yang sudah direncanakan sejak awal; dan
2) penerusan Sewa yang tidak direncanakan.
b. Penerusan sewa dapat dilakukan oleh Penyewa:
1) setelah mendapat persetujuan Pengguna Barang; dan
2) terhadap kelompok jenis kegiatan usaha bisnis kepada kegiatan
usaha bisnis dan / atau non bisnis.
c. Persetujuan penerusan Sewa diberikan maksimal seluas luasan sebagaimana
tercantum dalam persetujuan Sewa yang dikeluarkan oleh Pengelola Barang.
d. Persetujuan sebagaimana dimaksud huruf a angka 1) dituangkan dalam
Keputusan Pelaksanaan Sewa, untuk kemudian ditindaklanjuti dengan
peijanjian Sewa antara Kuasa Pengguna Barang dan Penyewa, untuk
penerusan Sewa yang sudah direncanakan sejak awal.
e. Persetujuan sebagaimana dimaksud huruf a angka 2) dituangkan dengan
addendum Keputusan Pelaksanaan Sewa, untuk kemudian ditindaklanjuti
dengan addendum peijanjian Sewa antara Kuasa Pengguna Barang dan
Penyewa, untuk Penerusan Sewa yang tidak direncanakan.
f. Pemilihan pihak penerima penerusan Sewa dilakukan oleh penyewa.
g. Penyewa menyampaikan informasi tertulis kepada Pengguna Barang atas
penerusan Sewa yang telah dilaksanakan.
h. Pihak penerima penerusan Sewa tidak dapat melakukan penerusan Sewa BMN
kepada pihak lainnya.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 145 -

i. Penerusan Sewa hanya dapat dilakukan terhadap BMN dengan periodesitas


tahunan dan uang Sewa yang telah dibayar lunas secara sekaligus oleh
Penyewa.
j. Penerusan Sewa tidak menghapuskan dan / atau mengalihkan tanggung
jawab penuh Penyewa terhadap kewajibannya sebagai Penyewa.
k. Jangka waktu penerusan Sewa tidak boleh melebihi jangka waktu Sewa.
10. Pengakhiran Sewa
a. Sewa berakhir dalam hal:
1) berakhirnya jangka waktu Sewa sebagaimana tertuang dalam
perjanjian dan tidak dilakukan perpanjangan;
2) pengakhiran perjanjian Sewa secara sepihak Pengguna Barang;
3) berakhirnya perjanjian Sewa; atau
4) ketentuan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Pengakhiran Sewa sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2) , dapat
dilakukan dalam hal penyewa tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
tertian dalam perjanjian Sewa.
c. Pengakhiran Sewa sebagaimana dimaksud pada huruf b dapat dilakukan
oleh Pengguna Barang secara tertulis tanpa melalui pengadilan , setelah
terlebih dahulu diberikan peringatan / pemberitahuan tertulis kepada
penyewa.
d . Penyewa wajib menyerahkan BMN pada saat berakhirnya Sewa dalam
keadaan baik dan layak digunakan secara optimal sesuai fungsi dan
peruntukannya.
e. Penyerahan BMN sebagaimana dimaksud pada huruf d dituangkan
dalam Berita Acara Serah Terima.
f. Pengguna Barang / Kuasa Pengguna Barang melakukan pengecekan BMN
yang diserahkan sebelum ditandatanganinya Berita Acara Serah Terima
guna memastikan kondisi BMN bersangkutan.
11. Ganti Rugi dan Denda
a. Ganti rugi dikenakan terhadap:
1) hilangnya BMN yang menjadi objek Sewa;
2) kerusakan fisik pada BMN yang menjadi objek Sewa;
3) berkurangnya kualitas dan / atau kuantitas BMN yang menjadi
objek Sewa;
4) penurunan fungsi BMN yang menjadi objek Sewa; atau
5) kerusakan lingkungan di sekitar BMN yang menjadi objek Sewa
sebagai akibat dari pelanggaran atau ketidaksesuaian penggunaan
objek Sewa.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 146 -

b. Pengenaan ganti rugi tidak menghapuskan ancaman pidana bagi


penyewa yang melakukan pelanggaran sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan .
c. Denda dikenakan terhadap:
1) keterlambatan penyerahan BMN yang menjadi objek Sewa pada saat
berakhirnya jangka waktu Sewa;
2) ketidakpatuhan penyewa untuk membayar ganti rugi; atau
3) tidak dilakukannya pembongkaran atas penambahan atau
perubahan pada BMN yang menjadi objek Sewa yang tidak
ditetapkan sebagai BMN .
d. Besarnya denda ditentukan:
1) paling tinggi 100% (seratus persen) dari besaran Sewa, untuk
pengenaan denda sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1) ;
2 ) paling tinggi 200% (dua ratus persen) dari nilai ganti rugi, untuk
pengenaan denda sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 2) ;
atau
3) paling tinggi 100% (seratus persen) dari biaya pembongkaran ,
untuk pengenaan denda sebagaimana dimaksud pada huruf c
angka 3) .
12 . Sewa untuk Penyediaan Infrastruktur
a. Dalam hal Sewa untuk penyediaan Infrastruktur, penyewa berupa badan
usaha sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kerja
sama pemerintah dan badan usaha.
b. Objek Sewa untuk penyediaan infrastruktur berupa:
1) tanah dan / atau bangunan; dan / atau
2) selain tanah dan / atau bangunan,
yang berada pada Pengguna Barang.
c. Besaran Sewa dalam rangka penyediaan infrastruktur merupakan hasil
perkalian dari:
1) tarif pokok Sewa; dan
2) faktor penyesuai Sewa.
d . Tarif pokok Sewa sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 1)
merupakan nilai wajar atas Sewa hasil perhitungan dari Penilai.
e. Faktor penyesuai Sewa sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 2)
ditetapkan dengan mempertimbangkan:
1) daya beli / kemampuan membayar ( ability to pay ) masyarakat;
2) kemauan membayar ( willingness to pay ) masyarakat; dan / atau
3) nilai keekonomian ,
atas masing-masing infrastruktur yang disediakan .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 147 -

f. Dalam hal diperlukan Pengelola Barang dapat meminta pertimbangan


kepada instansi teknis terkait dalam penentuan besaran faktor
penyesuai.
g. Besaran faktor penyesuai Sewa untuk infrastruktur transportasi sebagai
berikut:
1) 1% (satu persen) sampai dengan 30% ( tiga puluh persen) untuk
pelabuhan laut dan pelabuhan sungai dan / atau danau; dan
2) 1% (satu persen ) sampai dengan 50% (lima puluh persen) untuk
bandar udara, terminal, dan perkeretaapian.
h. Besaran faktor penyesuai Sewa untuk infrastruktur jalan sebesar 7%
(tujuh persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen) .
i. Besaran faktor penyesuai Sewa untuk infrastruktur sumber daya air dan
pengairan sebesar 7% (tujuh persen ) sampai dengan 50% (lima puluh
persen).
j. Besaran faktor penyesuai Sewa untuk infrastruktur air minum sebesar
5% (lima persen) sampai dengan 30% ( tiga puluh persen ) .
k. Besaran faktor penyesuai Sewa untuk infrastruktur air limbah sebesar
5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen ) .
l. Besaran faktor penyesuai Sewa untuk infrastruktur telekomunikasi dan
informatika sebesar 20% (dua puluh persen ) sampai dengan 85%
(delapan puluh lima persen) .
m. Besaran faktor penyesuai Sewa untuk infrastruktur ketenagalistrikan
sebesar:
1 ) 0% (nol persen) untuk pembangkit listrik:
a) minihydro dan mikrohydro ( < 10 MW) ; dan
b) tenaga air;
2) 1% (satu persen) sampai dengan 30% ( tiga puluh persen) untuk
pembangkit listrik:
a) tenaga surya fotovoltaik;
b) tenaga bayu;
c) tenaga biomassa;
d) tenaga biogas;
e) tenaga sampah; dan
f) tenaga panas bumi; dan
3) 1% (satu persen ) sampai dengan 20% (dua puluh persen ) untuk
transmisi, distribusi, dan instalasi tenaga listrik.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 148 -

n. Besaran faktor penyesuai Sewa untuk infrastruktur sarana


persampahan sebesar 5% (lima persen) sampai dengan 20% (dua puluh
persen) .
o. Besaran faktor penyesuai Sewa untuk infrastruktur minyak dan / atau
gas bumi sebesar 30% ( tiga puluh persen ) sampai dengan 90% (sembilan
puluh persen) .
p. Penyetoran uang Sewa untuk penyediaan infrastruktur dapat dilakukan
secara bertahap dengan persetujuan Pengelola Barang.
q. Dalam hal pembayaran uang Sewa untuk penyediaan infrastruktur
dilakukan secara bertahap sebagaimana dimaksud pada furuf p,
dilakukan dengan:
1) pembayaran tahap pertama dilakukan paling lambat sebelum
penandatanganan perjanjian dengan jumlah paling sedikit sebesar
yang tertinggi dari:
a) 5% (lima persen) dari total uang Sewa; atau
b) perhitungan uang Sewa untuk 2 (dua) tahun pertama dari
keseluruhan jangka waktu Sewa; dan
2 ) pembayaran tahap berikut sebesar sisanya dilakukan secara
bertahap sesuai perjanjian.
r. Pembayaran uang Sewa tahap berikutnya sebagaimana dimaksud pada
huruf q angkat 2 ) dilakukan dengan memperhitungkan nilai waktu dari
uang ( time value of money ) dari setiap tahap pembayaran berdasarkan
besaran Sewa hasil perhitungan sesuai ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam huruf c, huruf d , huruf e, dan huruf f.
s. Pembayaran uang Sewa secara bertahap dilakukan sepanjang penyewa
membuat surat pemyataan tanggung jawab untuk membayar lunas
secara bertahap.
13. Tata Cara Pelaksanaan Sewa BMN
a. Tata Cara Pengajuan Sewa Berdasarkan Permohonan Dari Calon
Penyewa
1) Kuasa Pengguna Barang melakukan pemeriksaan kelengkapan atas
permohonan Sewa BMN dari calon penyewa, paling sedikit
terhadap:
a) identitas calon penyewa;
b) jenis dan kuantitas BMN yang akan disewa;
c) peruntukan penyewaan;
d) jangka waktu Sewa;
e) periodesitas Sewa;
f) rencana penerusan Sewa, apabila ada; dan
g) harga penawaran;
atas dokumen pendukungnya, berupa:
a) fotokopi Surat Izin Usaha / Tanda Izin Usaha atau yang sejenis,
untuk calon penyewa yang berbentuk badan hukum / badan
usaha;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 149 -

b) fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP) calon penyewa.


Dalam hal calon penyewa berbentuk badan hukum / badan
usaha, NPWP dimaksud merupakan fotokopi NPWP badan
usaha dan NPWP pihak yang menandatangani surat
permohonan;
c) fotokopi surat keterangan domisili perusahaan , untuk calon
penyewa yang berbentuk badan hukum / badan usaha;
d ) fotokopi akta pendirian perusahaan , untuk calon penyewa
yang berbentuk badan hukum / badan usaha;
e) fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) calon penyewa. Dalam
hal calon Penyewa berbentuk badan hukum / badan usaha, KTP
dimaksud merupakan fotokopi KTP pihak yang
menandatangani surat permohonan; dan
1) Surat Pernyataan dari calon penyewa yang berisi pernyataan
mengenai kesediaan dan tanggung jawab untuk menjaga dan
memelihara BMN serta mematuhi perjanjian Sewa dan
mengikuti ketentuan yang berlaku selama jangka waktu Sewa
(Lampiran II BAB VII Huruf C.2) .
2) Dalam hal calon penyewa berbentuk badan hukum / badan usaha,
surat permohonan ditandatangani oleh pimpinan
perusahaan / direktur utama / direktur / kepala cabang yang
namanya tercantum dalam Akta Pendirian Perusahaan dan / atau
perubahannya atau pejabat penerima kuasa dari yang
bersangkutan.
3) Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Kuasa
Pengguna Barang, apabila:
a) data dan dokumen permohonan telah lengkap, dapat
dilanjutkan ke tahapan penelitian; atau
b) data dan dokumen permohonan belum lengkap, Kuasa
Pengguna Barang meminta calon Penyewa untuk melengkapi
kekurangan data dan dokumen tersebut.
4) Kuasa Pengguna Barang meneliti permohonan Sewa yang
disampaikan oleh calon penyewa, paling sedikit meliputi:
a) kelayakan calon penyewa, guna memastikan telah
terpenuhinya persyaratan sebagai pihak yang dapat menyewa
BMN sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
b) kelayakan BMN yang menjadi objek permohonan Sewa, seperti:
(1) BMN tidak digunakan dan / atau direncanakan untuk
pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan
c.q. Satuan Kerja bersangkutan; dan
(2) kondisi BMN secara umum layak untuk disewakan;
c) kelayakan peruntukan Sewa, seperti:
(1) tidak akan digunakan untuk kegiatan yang mengganggu
ketertiban umum, keamanan negara dan masyarakat,
dan pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan ,
terutama Satuan Kerja bersangkutan;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 150 -

(2) tidak bertentangan dengan nilai agama, sosial, dan


budaya; dan
(3) rencana penerusan Sewa, apabila ada;
d) kelayakan jangka waktu Sewa; dan
e) kewajaran pengajuan besaran Sewa.
5) Kuasa Pengguna Barang dapat meminta keterangan / penjelasan
dari calon penyewa dan / atau dokumen pendukung tambahan yang
diperlukan dalam rangka pelaksanaan penelitian tersebut.
6) Dalam hal permohonan Sewa layak untuk ditindaklanjuti, Kuasa
Pengguna Barang mengajukan permohonan Sewa BMN kepada
Pengelola Barang yang disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II BAB VII Huruf A dengan ditembuskan
kepada Pengguna Barang dan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW .
7) Permohonan Kuasa Pengguna Barang paling sedikit memuat:
a) data permohonan Sewa, antara lain:
(1) dasar pertimbangan dilakukan Sewa;
(2) jangka waktu penyewaan, termasuk periodesitas Sewa;
dan
(3) besaran Sewa; dan
b) data BMN yang menjadi objek permohonan Sewa, meliputi:
(1) kuantitas BMN , berupa:
(a) luas tanah dan / atau bangunan keseluruhan dan
yang akan disewakan; atau
( b) jumlah atau kapasitas BMN untuk selain tanah
dan / atau bangunan;
(2) nilai BMN yang menjadi objek permohonan Sewa, berupa:
(a) nilai tanah dan / atau bangunan keseluruhan dan
yang akan disewakan; atau
( b) nilai BMN untuk selain tanah dan / atau bangunan
yang akan disewakan; dan
(3) data calon penyewa, antara lain:
(a) nama;
( b) alamat;
(c) bentuk kelembagaan;
(d ) jenis kegiatan usaha;
(e) NPWP; dan
(f ) fotokopi Surat Izin Usaha / Tanda Izin Usaha atau
yang sejenis, untuk calon Penyewa yang berbentuk
badan usaha,
dengan melampirkan kelengkapan dokumen , antara lain:
a) daftar barang objek permohonan Sewa, disusun menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VII
Huruf A.2;
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 151 -

b) foto atau gambar BMN terkini, berupa:


(1) gambar lokasi dan / atau site plan tanah dan / atau
bangunan yang akan disewakan, untuk BMN berupa
tanah dan / atau bangunan;
(2) foto bangunan dan bagian bangunan yang akan
disewakan, untuk BMN berupa bangunan; dan / atau
(3) foto BMN untuk BMN selain tanah dan / atau bangunan;
c) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN;
d ) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan;
e) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan, kecuali terhadap BMN
yang tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
f) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemanfaatan BMN ;
g) surat pernyataan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VII Huruf C. l
dan ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan ,
menyatakan bahwa:
(1) BMN objek permohonan Sewa tidak sedang digunakan
dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi; dan
(2) pelaksanaan Sewa tidak akan mengganggu pelaksanan
tugas dan fungsi Kementerian Keuangan c.q. Satuan Kerja
bersangkutan;
h ) fotokopi surat permohonan Sewa BMN dari calon penyewa;
i) surat pernyataan dari calon penyewa mengenai kesediaan dan
tanggung jawab untuk menjaga dan memelihara BMN serta
mematuhi perjanjian dan mengikuti ketentuan yang berlaku
selama jangka waktu Sewa, yang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II BAB VII Huruf C. 2;
j) fotokopi NPWP calon penyewa, dalam hal calon Penyewa
berbentuk badan hukum / badan usaha, NPWP dimaksud
merupakan fotokopi NPWP badan usaha dan NPWP pihak yang
menandatangani surat permohonan;
k ) fotokopi surat keterangan domisili perusahaan dan akta
pendirian perusahaan , untuk calon Penyewa yang berbentuk
badan hukum / badan usaha; dan
l) fotokopi KTP calon penyewa, dalam hal calon Penyewa
berbentuk badan hukum / badan usaha, KTP dimaksud
merupakan fotokopi KTP pihak yang menandatangani surat
permohonan,
Dalam hal yang akan disewakan berupa ruang di atas / bawah
permukaan tanah dari objek BMN , maka ikut melampirkan
dokumen sebagai berikut:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 152 -

a) gambar rancangan bangunan / jaringan yang akan dibangun;


dan
b) hasil analisis pendukung penyewaan ruang di atas / bawah
lokasi BMN .
8) Berdasarkan persetujuan Sewa BMN yang diterbitkan oleh
Pengelola Barang, maka Kuasa Pengguna Barang menyampaikan
permohonan penetapan Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN kepada
Kepala Biro paling lambat 20 (dua puluh ) hari kerja sejak tanggal
persetujuan Sewa BMN dari Pengelola Barang, disertai dengan:
a) fotokopi dokumen usulan Sewa;
b) fotokopi persetujuan Sewa;
c) rencana penerusan Sewa, apabila ada;
d ) Surat Pernyataan dari calon penyewa mengenai kesediaan
calon Penyewa untuk menyewa BMN sesuai dengan besaran
Sewa yang ditetapkan , yang disusun dengan menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VII
Huruf C.3; dan
e) Surat Keterangan kebenaran fotokopi dokumen yang
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan,
disusun dengan menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II BAB VII Huruf D.
9) Kepala Biro melakukan penelitian terhadap usulan penetapan
Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN yang disampaikan oleh Kuasa
Pengguna Barang, dalam hal:
a) usulan tersebut dapat ditindaklanjuti, maka Kepala Biro
menetapkan Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II BAB VII Huruf B. l / Lampiran II BAB VII Huruf B.2 paling
lambat 1 (satu) bulan sejak diterbitkannya persetujuan Sewa
BMN oleh Pengelola Barang; atau
b) usulan tersebut tidak dapat ditindaklanjuti, maka Kepala Biro
menyampaikan kepada Kuasa Pengguna Barang disertai
dengan alasannya.
10) Pengguna Barang dapat menetapkan besaran Sewa lebih tinggi dari
yang tercantum dalam persetujuan Sewa dari Pengelola Barang
sepanjang:
a) dilakukan dalam rangka peningkatan penerimaan negara; dan
b) terdapat keyakinan bahwa peningkatan besaran Sewa tersebut
tidak menghilangkan potensi pemanfaatan BMN .
11) Dalam hal Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN:
a) dapat ditetapkan oleh Pengguna Barang, maka Kuasa
Pengguna Barang menyampaikan Keputusan Pelaksanaan
Sewa BMN kepada calon penyewa yang ditindaklanjuti dengan
penandatanganan perjanjian Sewa dengan calon penyewa dan
serah terima BMN yang dituangkan dalam BAST (Lampiran II
BAB VII Huruf F.1); atau
(/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 153 -

b) tidak dapat ditetapkan oleh Pengguna Barang, maka Kuasa


Pengguna Barang menyampaikan kepada calon penyewa
disertai dengan alasannya serta menyampaikan laporan
kepada Pengelola Barang dengan ditembuskan kepada
Pengguna Barang bahwa Sewa BMN tidak dapat dilaksanakan .
12 ) Kuasa Pengguna Barang menyusun perjanjian Sewa BMN dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
BAB VII Huruf G.2 , paling sedikit memuat:
a) dasar perjanjian;
b) para pihak yang terikat dalam perjanjian ;
c) jenis, luas atau kuantitas BMN yang disewakan ;
d) besaran dan jangka waktu Sewa, termasuk periodesitas Sewa;
e) peruntukan Sewa, termasuk kelompok jenis kegiatan usaha
dan kategori bentuk kelembagaan penyewa;
f) tanggung jawab penyewa atas biaya operasional, pengamanan
dan pemeliharaan selama jangka waktu penyewaan;
g) hak dan kewajiban para pihak;
h) penerusan Sewa, apabila ada; dan
i) hal lain yang diatur dalam persetujuan Sewa BMN dari
Pengelola Barang dan Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN dari
Pengguna Barang;
13) Calon penyewa melakukan penyetoran uang Sewa ke rekening Kas
Umum Negara sebelum penandatanganan perjanjian Sewa dan
BAST.
14) Kuasa Pengguna Barang dan calon penyewa menandatangani
perjanjian Sewa di atas kertas bermeterai cukup sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan dan BAST paling lambat 2 (dua)
bulan sejak Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN ditetapkan , dalam
hal perjanjian Sewa belum ditandatangani sampai dengan lewatnya
jangka waktu tersebut maka:
a) persetujuan Sewa yang diterbitkan oleh Pengelola Barang
menjadi tidak berlaku;
b) Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN yang ditetapkan oleh
Pengguna barang menjadi tidak berlaku; dan
c) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan kembali permohonan
penyewaan BMN sebagaimana mekanisme yang berlaku ,
dengan disertai keterangan bahwa perjanjian Sewa dan BAST
belum ditandatangani sampai dengan berakhirnya jangka
waktu tersebut.
15) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Sewa
BMN paling lambat 7 ( tujuh ) hari sejak tanggal perjanjian Sewa
ditandatangani, dan disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II BAB VII Huruf E.3.
16 ) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengelola Barang dan
Pengguna Barang dengan ditembuskan kepada Sekretaris Unit
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 154 -

Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan


dokumen kelengkapan antara lain:
a) fotokopi perjanjian Sewa BMN;
b) fotokopi bukti setor uang Sewa;
c) dokumen / hal lain yang diatur dalam persetujuan Sewa BMN
dari Pengelola Barang; dan
d ) fotokopi Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN dari Kepala Biro.
17) Perpanjangan jangka waktu Sewa dapat diajukan oleh Kuasa
Pengguna Barang kepada Pengelola Barang berdasarkan
permohonan pihak penyewa setelah dilakukan evaluasi
pelaksanaan Sewa selama masa Sewa berlangsung.
18) Permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut disampaikan:
a) paling lambat 3 ( tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu
Sewa, untuk periodesitas Sewa per tahun; atau
b) paling lambat 10 (sepuluh ) hari kerja sebelum berakhirnya
jangka waktu Sewa, untuk periodesitas Sewa per bulan.
19) Pelaksanaan pemeriksaan / penelitian dan tindak lanjut atas
pengajuan perpanjangan jangka waktu tersebut dilakukan
sebagaimana permohonan yang pertama kali.
20) Pada saat berakhirnya Sewa BMN , maka pihak penyewa
mengembalikan BMN yang disewa kepada Kuasa Pengguna Barang
dan dituangkan dalam BAST BMN dari pihak penyewa kepada
Kuasa Pengguna Barang ( Lampiran II BAB VII Huruf F.3) paling
lambat 20 (dua puluh) hari kerja sejak tanggal berakhirnya
perjanjian Sewa.
21) BAST BMN dari pihak penyewa kepada Kuasa Pengguna Barang
hanya dapat ditandatangani setelah terpenuhinya segala hak,
kewajiban, dan tanggung jawab sebagaimana tertuang dalam
perjanjian .
22) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan berakhirnya Sewa
BMN paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal BAST pengembalian
BMN , dan disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II BAB VII Huruf E.5.
23) Laporan berakhirnya Sewa BMN disampaikan kepada Pengelola
Barang dan Pengguna Barang dengan ditembuskan kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
dengan melampirkan dokumen kelengkapan antara lain fotokopi
BAST pengembalian BMN.
24) Tata cara permohonan ini hanya diterapkan untuk permohonan
Sewa BMN dengan periodesitas per bulan atau per tahun .
b. Tata Cara Pengajuan Sewa Berdasarkan Inisiatif Kuasa Pengguna
Barang Untuk Periodesitas Per Jam dan Per Hari
1) Kuasa Pengguna Barang melakukan analisis potensi Sewa terhadap
BMN di lingkup Satuan Kerja bersangkutan dengan melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 155 -

a) Menyusun daftar BMN yang berpotensi untuk disewakan yang


paling sedikit memuat data mengenai:
(1) jenis BMN ;
(2 ) deskripsi BMN, meliputi kode barang dan nomor urut
pendaftaran;
(3) luas BMN ;
(4) lokasi BMN ;
(5) kondisi terkini BMN ;
(6) nilai perolehan BMN ;
(7) estimasi nilai Sewa;
(8) peruntukan Sewa; dan
(9) tujuan Sewa.
b) Menyiapkan dokumen antara lain:
(1) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN;
(2) gambar lokasi dan / atau site plan tanah dan / atau
bangunan yang akan disewakan;
(3) foto bangunan dan bagian bangunan yang akan
disewakan;
(4) gambar rancangan bangunan / jaringan yang akan
dibangun dan analisis pendukung penyewaan ruang di
atas / bawah lokasi BMN , dalam hal BMN yang akan
disewakan berupa ruang di atas / bawah permukaan
tanah;
(5) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang
telah ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
bersangkutan; dan
(6 ) Kartu Identitas Barang ( KIB) yang telah ditandatangani
oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan , kecuali terhadap
BMN yang tidak diharuskan dicatat dalam KIB.
c) Menentukan periodesitas Sewa BMN , yaitu per jam atau per
hari.
2) Berdasarkan hasil analisis potensi Sewa BMN, Kuasa Pengguna
Barang dapat mengajukan usulan Sewa melalui langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Mengajukan usulan Sewa BMN kepada Pengelola Barang yang
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VII Huruf A dengan ditembuskan kepada
Pengguna Barang dan Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW .
b) Usulan Sewa BMN paling sedikit memuat:
(1) data usulan Sewa, antara lain :
(a) dasar pertimbangan dilakukan Sewa;
( b) usulan jangka waktu penyewaan , termasuk
periodesitas Sewa; dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 156 -

(c) usulan besaran Sewa;


(2) data BMN yang menjadi objek potensi Sewa, meliputi:
(a) kuantitas BMN , berupa:
i. luas tanah dan / atau bangunan keseluruhan dan
yang akan disewakan; atau
ii. jumlah atau kapasitas BMN untuk selain tanah
dan / atau bangunan;
( b) nilai BMN yang menjadi objek potensi Sewa, berupa:
i. nilai tanah dan / atau bangunan keseluruhan dan
yang akan disewakan; atau
ii. nilai BMN selain tanah dan / atau bangunan yang
akan disewakan; dan
dengan melampirkan kelengkapan dokumen, antara lain:
(1) daftar barang objek potensi Sewa, disusun menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VII
Huruf A. 2;
(2) foto atau gambar BMN terkini, berupa:
(a) gambar lokasi dan / atau site plan tanah dan / atau
bangunan yang akan disewakan , untuk BMN berupa
tanah dan / atau bangunan;
( b) foto bangunan dan bagian bangunan yang akan
disewakan, untuk BMN berupa bangunan; dan / atau
(c) foto BMN, untuk BMN selain tanah dan / atau
bangunan;
(3) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN;
(4) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang
telah ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
bersangkutan;
(5) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani
oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan, kecuali terhadap
BMN yang tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
(6) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemanfaatan BMN ;
(7) Surat Pernyataan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VII Huruf
C. l dan ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
bersangkutan, menyatakan bahwa:
(a) BMN objek permohonan Sewa tidak sedang
digunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan
fungsi; dan
(b) pelaksanaan Sewa tidak akan mengganggu
pelaksanan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan
c.q. Satuan Kerja bersangkutan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 157 -

Dalam hal yang akan disewakan berupa ruang di atas / bawah


permukaan tanah dari objek BMN , maka ikut melampirkan
dokumen:
(1) gambar rancangan bangunan / jaringan yang akan
dibangun; dan
(2) hasil analisis pendukung penyewaan ruang di atas / bawah
lokasi BMN.
3) Berdasarkan persetujuan Sewa BMN yang diterbitkan oleh
Pengelola Barang, maka Kuasa Pengguna Barang menyampaikan
permohonan penetapan Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN kepada
Kepala Biro paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja sejak tanggal
persetujuan Sewa BMN dari Pengelola Barang, disertai dengan:
a) fotokopi dokumen usulan Sewa BMN;
b) fotokopi persetujuan Sewa BMN;
c) Surat Keterangan kebenaran fotokopi dokumen yang
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan,
disusun dengan menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II BAB VII Huruf D .
4) Kepala Biro melakukan penelitian terhadap usulan penetapan
Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN yang disampaikan oleh Kuasa
Pengguna Barang, dalam hal:
a) usulan tersebut dapat ditindaklanjuti, maka Kepala Biro
menetapkan Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II BAB VII Huruf B. l / Lampiran II BAB VII Huruf B. 2 paling
lambat 1 (satu) bulan sejak diterbitkannya persetujuan Sewa
oleh Pengelola Barang; atau
b) usulan tersebut tidak dapat ditindaklanjuti, maka Kepala Biro
menyampaikan kepada Kuasa Pengguna Barang disertai
dengan alasannya.
5) Pengguna Barang dapat menetapkan besaran Sewa lebih tinggi dari
yang tercantum dalam persetujuan Sewa dari Pengelola Barang
sepanjang:
a) dilakukan dalam rangka peningkatan penerimaan negara; dan
b) terdapat keyakinan bahwa peningkatan besaran Sewa tersebut
tidak menghilangkan potensi Pemanfaatan BMN .
6) Dalam hal Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN:
a) dapat ditetapkan oleh Pengguna Barang, maka Kuasa
Pengguna Barang mempublikasikan objek Sewa BMN melalui
media yang telah ditentukan; atau
b) tidak dapat ditetapkan, maka Kuasa Pengguna Barang
menyampaikan laporan kepada Pengelola Barang dengan
ditembuskan kepada Pengguna Barang bahwa Sewa BMN tidak
dapat dilaksanakan.
7) Kuasa Pengguna Barang menyiapkan perjanjian Sewa BMN , dapat
berupa tanda terima / kuitansi, paling sedikit memuat:
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 158 -

a) para pihak yang terikat dalam perjanjian;


b) jenis dan kuantitas BMN yang disewa;
c) besaran , jangka waktu dan periodesitas Sewa;
d) tanggung jawab Penyewa atas biaya operasional, pengamanan
dan pemeliharaan selama jangka waktu penyewaan;
e) hak dan kewajiban para pihak; dan
f) hal lain yang diatur dalam persetujuan Sewa BMN dari
Pengelola Barang dan Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN dari
Pengguna Barang.
8) Calon penyewa melakukan pembayaran secara tunai kepada Kuasa
Pengguna Barang dan / atau pejabat pengurus BMN yang diberikan
kewenangan untuk melakukan pemungutan Sewa, untuk
kemudian disetorkan ke rekening kas umum negara melalui
bendahara penerimaan pada Satuan Kerja bersangkutan.
9) Kuasa Pengguna Barang melaksanakan Sewa BMN sesuai jangka
waktu dan besaran Sewa.
10) Perpanjangan jangka waktu Sewa diajukan oleh Kuasa Pengguna
Barang kepada Pengelola Barang paling lambat 3 ( tiga) bulan
sebelum berakhirnya jangka waktu Sewa melalui mekanisme
sebagaimana permohonan yang pertama kali.
11) Kuasa Pengguna Barang melakukan pencatatan atas setiap bukti
penyewaan berupa tanda terima / kuitansi untuk digunakan sebagai
dokumen pendukung laporan pelaksanaan / perkembangan Sewa.
12 ) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan berakhirnya Sewa
BMN yang dilakukan selama jangka waktu Sewa paling lambat 1
(satu) bulan setelah berakhirnya jangka waktu Sewa, dan disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
BAB VII Huruf E.5.
13) Laporan berakhirnya Sewa BMN disampaikan kepada Pengelola
Barang dan Pengguna Barang dengan ditembuskan kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
dengan melampirkan dokumen kelengkapan antara lain pencatatan
Sewa serta bukti setor Sewa BMN ke rekening Kas Umum Negara.
14) Dalam hal jangka waktu Sewa BMN lebih dari 1 (satu) tahun, maka
Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan perkembangan
Sewa BMN yang disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II BAB VII Huruf E.4 paling lambat 1
(satu) bulan sebelum perhitungan 1 (satu) tahun sejak
diterbitkannya persetujuan Sewa oleh Pengelola Barang.
15) Laporan perkembangan Sewa BMN disampaikan kepada Pengelola
Barang dan Pengguna Barang dengan melampirkan dokumen
kelengkapan antara lain pencatatan Sewa serta bukti setor Sewa
BMN ke rekening Kas Umum Negara.
16) Tata cara permohonan ini hanya diterapkan untuk permohonan
Sewa BMN dengan periodesitas per jam atau per hari.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 159 -

c. Tata Cara Pengajuan Sewa Berdasarkan Inisiatif Kuasa Pengguna


Barang Untuk Periodesitas Per Bulan dan Per Tahun
1) Kuasa Pengguna Barang melakukan analisis potensi Sewa terhadap
BMN di lingkup Satuan Kerja bersangkutan dengan melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menyusun daftar BMN yang berpotensi untuk disewakan yang
paling sedikit memuat data mengenai:
(1) jenis BMN;
(2) deskripsi BMN , meliputi kode barang dan nomor urut
pendaftaran;
(3) luas BMN;
(4) lokasi BMN;
(5) kondisi terkini BMN;
(6) nilai perolehan BMN;
(7) estimasi nilai Sewa;
(8) peruntukan Sewa; dan
(9) tujuan Sewa.
b) Menyiapkan dokumen antara lain:
(1) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN;
(2) gambar lokasi dan / atau site plan tanah dan / atau
bangunan yang akan disewakan;
(3) foto bangunan dan bagian bangunan yang akan
disewakan;
(4) gambar rancangan bangunan / jaringan yang akan
dibangun dan analisis pendukung penyewaan ruang di
atas / bawah lokasi BMN , dalam hal BMN yang akan
disewakan berupa ruang di atas / bawah permukaan
tanah;
(5) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang
telah ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
bersangkutan;
(6) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani
oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan, kecuali terhadap
BMN yang tidak diharuskan dicatat dalam KIB; dan
(7) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemanfaatan BMN .
2) Kuasa Pengguna Barang mempublikasikan hasil analisis potensi
Sewa yang berada di lingkup Satuan Kerja bersangkutan sesuai
ketentuan yang berlaku .
3) Dalam hal terdapat beberapa calon penyewa yang berminat untuk
menyewa BMN , calon penyewa tersebut menyampaikan
permohonan secara tertulis kepada Kuasa Pengguna Barang.
4) Dalam hal terdapat beberapa calon penyewa yang berminat untuk
menyewa BMN dan telah menyampaikan permohonan secara

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 160 -

tertulis, maka Kuasa Pengguna Barang melakukan evaluasi


terhadap dokumen permohonan yang disampaikan oleh calon
Penyewa.
5) Evaluasi yang dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang dengan
mempertimbangkan termasuk namun tidak terbatas pada besaran
Sewa yang ditawarkan dengan nilai yang lebih menguntungkan bagi
negara.
6) Kuasa Pengguna Barang menetapkan calon Penyewa dan
mengajukan usulan Sewa BMN kepada Pengelola Barang
sebagaimana ketentuan Tata Cara Pengajuan Sewa Berdasarkan
Permohonan Dari Calon Penyewa.
d. Tata Cara Penerusan Sewa BMN
1) Kuasa Pengguna Barang melakukan pemeriksaan kelengkapan atas
permohonan penerusan sewa BMN dari penyewa, paling sedikit
terhadap:
a) identitas calon penyewa berikutnya, antara lain:
(1) nama;
(2 ) alamat;
(3) bentuk kelembagaan;
(4) jenis kegiatan usaha;
(5) jenis dan luas BMN yang akan dilakukan penerusan Sewa;
(6) persetujuan Sewa pengelola barang;
(7) peruntukan penerusan Sewa; dan
(8) jangka waktu Sewa,
atas dokumen pendukungnya, berupa:
(1) fotokopi Surat Persetujuan Sewa dari Pengelola Barang
dan Keputusan Pelaksanaan Sewa dari Pengguna Barang;
(2 ) fotokopi Kartu Tanda Penduduk ( KTP) calon penyewa
berikutnya. Dalam hal calon penyewa berikutnya
berbentuk badan hukum / badan usaha, KTP dimaksud
merupakan fotokopi KTP pihak yang menandatangani
surat permohonan;
(3) Surat pernyataan dari calon penyewa berikutnya yang
berisi pernyataan mengenai kesediaan dan tanggung
jawab untuk melakukan Pengamanan dan Pemeliharaan
BMN serta mematuhi perjanjian Sewa dan mengikuti
ketentuan yang berlaku selama jangka waktu Sewa;
( 4) Surat pernyataan bermeterai dari penyewa yang memuat:
(a) kebenaran identitas calon penyewa berikutnya;
( b) pernyataan bahwa BMN akan digunakan sesuai
dengan peruntukan Sewa yang diajukan; dan
(c) alasan penerusanan Sewa;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 161 -

(5) Apabila belum terdapat calon penyewa berikutnya, maka


pengajuan usulan penerusan Sewa melampirkan surat
pernyataan bermeterai yang memuat:
(a) pernyataan bahwa BMN akan digunakan sesuai
dengan peruntukan Sewa yang diajukan; dan
( b) alasan penerusan Sewa.
2) Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Kuasa
Pengguna Barang, apabila:
a) data dan dokumen permohonan telah lengkap, dapat
dilanjutkan ke tahapan penelitian; atau
b) data dan dokumen permohonan belum lengkap, Kuasa
Pengguna Barang meminta Penyewa untuk melengkapi
kekurangan data dan dokumen tersebut.
3) Kuasa Pengguna Barang meneliti permohonan penerusan Sewa
yang disampaikan oleh penyewa, paling sedikit meliputi:
a) objek BMN , dengan memperhatikan kesesuaian pada surat
persetujuan Sewa oleh Pengelola Barang dan / atau Keputusan
Pelaksanaan Sewa oleh Pengguna Barang;
b) luas BMN, dengan tidak boleh melebihi luas BMN pada surat
persetujuan Sewa oleh Pengelola Barang dan Keputusan
Pelaksanaan Sewa oleh Pengguna Barang;
c) kelayakan peruntukan Sewa, seperti:
(1) tidak akan digunakan untuk kegiatan yang mengganggu
ketertiban umum , keamanan negara dan masyarakat, dan
pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan , terutama
Satuan Kerja bersangkutan; dan
(2) tidak bertentangan dengan nilai agama, sosial, dan
budaya; dan
d ) kelayakan jangka waktu Sewa, dengan tidak boleh melebihi
batas waktu terakhir Sewa pada surat persetujuan Sewa oleh
Pengelola Barang dan Keputusan Pelaksanaan Sewa oleh
Pengguna Barang.
4) Kuasa Pengguna Barang dapat meminta keterangan / penjelasan
dari penyewa dan / atau dokumen pendukung tambahan yang
diperlukan dalam rangka pelaksanaan penelitian tersebut.
5) Dalam hal permohonan Penerusan Sewa layak untuk
ditindaklanjuti, Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan
penerusan Sewa BMN kepada Pengguna Barang dengan
ditembuskan kepada Pengelola Barang.
6) Permohonan penerusan Sewa Kuasa Pengguna Barang kepada
Pengguna Barang paling sedikitnya memuat:
a) identitas calon penyewa berikutnya, antara lain:
(1) nama;
(2) alamat;
(3) bentuk kelembagaan;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 162 -

( 4) jenis kegiatan usaha;


(5) deskripsi BMN meliputi kode barang, NUP, jenis BMN ,
lokasi, luas yang diterus sewakan , jangka waktu, nilai
Sewa, dan nama Penyewa BMN yang akan diterus
sewakan;
b) persetujuan Sewa dari Pengelola Barang;
c) peruntukan penerusan Sewa; dan
d ) jangka waktu penerusan Sewa,
disertai dokumen pendukungnya, berupa:
a) fotokopi Surat Persetujuan Sewa dari Pengelola Barang dan
Keputusan Pelaksanaan Sewa dari Pengguna Barang;
b) fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) calon penyewa
berikutnya, dalam hal calon penyewa berikutnya berbentuk
badan hukum / badan usaha, KTP dimaksud merupakan
fotokopi KTP pihak yang menandatangani surat permohonan;
c) Surat Pernyataan dari calon penyewa berikutnya yang berisi
pernyataan mengenai kesediaan dan tanggung jawab untuk
menjaga dan memelihara BMN serta mematuhi perjanjian
Sewa dan mengikuti ketentuan yang berlaku selama jangka
waktu Sewa; dan
d) Surat Pernyataan bermaterai dari penyewa yang memuat:
(1) kebenaran identitas calon penyewa berikutnya;
( 2 ) pernyataan bahwa BMN akan digunakan sesuai dengan
peruntukan Sewa yang diajukan;
(3) pernyataan bahwa BMN akan dilakukan penerusan Sewa
kepada calon penyewa berikutnya dengan jenis kegiatan
usaha yang sama; dan
(4) alasan penerusan Sewa.
7) Kepala Biro melakukan penelitian terhadap usulan permohonan
penerusan Sewa yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang,
dalam hal:
a) usulan tersebut dapat ditindaklanjuti, maka Kepala Biro
menerbitkan Persetujuan Penerusan Sewa BMN paling lambat
1 (satu) bulan sejak disampaikannya usulan permohonan
penerusan Sewa oleh Kuasa Pengguna Barang dan
ditembuskan kepada Pengelola Barang; atau
b) usulan tersebut tidak dapat ditindaklanjuti, maka Kepala Biro
menyampaikan penolakan kepada Kuasa Pengguna Barang
disertai dengan alasannya dan ditembuskan kepada Pengelola
Barang.
8) Dalam hal persetujuan penerusan Sewa BMN :
a) dapat ditetapkan oleh Pengguna Barang, maka Kuasa
Pengguna Barang menyampaikan persetujuan penerusan Sewa
BMN kepada penyewa; atau
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 163 -

b) tidak dapat ditetapkan oleh Pengguna Barang, maka Kuasa


Pengguna Barang menyampaikan kepada penyewa disertai
dengan alasannya.
9) Setelah diterbitkannya persetujuan penerusan Sewa, penyewa dan
calon penyewa berikutnya melakukan perikatan dan selanjutnya
dilaporkan kepada Kuasa Pengguna Barang.
10) Dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan penerusan sewa
dilampirkan dalam laporan berakhirnya Sewa BMN, disampaikan
oleh Kuasa Pengguna Barang kepada Pengelola Barang dan
Pengguna Barang.
11 ) Pengguna Barang melakukan konfirmasi perpanjangan dan / atau
penerusan sewa kepada Kuasa Pengguna Barang dan penyewa
paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa Sewa.
C. PINJAM PAKAI
1. Umum
Pinjam Pakai dilaksanakan dengan pertimbangan:
a. mengoptimalkan BMN yang belum atau tidak dilakukan
Penggunaan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna
Barang;
b. menunjang pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah
atau pemerintahan desa; dan / atau
c. memberikan manfaat ekonomi dan / atau sosial bagi Pemerintah
Daerah, Pemerintah Desa, dan / atau masyarakat.
2. Subjek Pinjam Pakai
a. Pihak yang dapat meminjampakaikan BMN yang berada pada
Pengguna Barang adalah Pengguna Barang setelah mendapatkan
persetujuan dari Pengelola Barang
b. Pihak yang dapat menjadi peminjam pakai BMN adalah Pemerintah
Daerah dan Pemerintah Desa.
3. Objek Pinjam Pakai
a. Objek Pinjam Pakai meliputi BMN berupa:
1) tanah dan / atau bangunan; dan
2) selain tanah dan / atau bangunan
yang berada pada Pengguna Barang;
b. Objek Pinjam Pakai berupa tanah dan / atau bangunan
sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1) , dapat dilakukan
untuk sebagian atau keseluruhannya.
4. Jangka Waktu Pinjam Pakai
a. Jangka waktu Pinjam Pakai paling lama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang.
b. Perpanjangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan
dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud angka 1.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 164 -

c. Permohonan perpanjangan jangka waktu Pinjam Pakai


sebagaimana dimaksud pada huruf a. harus sudah diterima
Pengguna Barang paling lambat 3 ( tiga) bulan sebelum jangka
waktu Pinjam Pakai berakhir .
5. Perubahan Objek Pinjam Pakai
a. Selama jangka waktu Pinjam Pakai, peminjam pakai dapat
mengubah BMN sepanjang untuk menunjang penyelenggaraan
pemerintahan daerah atau pemerintahan desa. Perubahan
dimaksud tidak mengubah fungsi dan / atau menurunkan nilai
BMN.
b. Perubahan BMN sebagaimana dimaksud pada huruf a:
1) tanpa disertai dengan perubahan bentuk dan / atau konstruksi
dasar BMN (contoh renovasi dalam rangka pemeliharaan); atau
2) disertai dengan perubahan bentuk dan / atau konstruksi dasar
BMN (contoh rekonstruksi) .
c. Ketentuan perubahan BMN sebagaimana dimaksud pada huruf b
dapat dilakukan dengan syarat:
1) Peminjam pakai melaporkan hasil kepada Pengguna Barang
untuk perubahan BMN tanpa disertai dengan perubahan
bentuk dan / atau konstruksi dasar BMN; atau
2 ) Peminjam pakai terlebih dahulu mendapat persetujuan
Pengguna Barang untuk perubahan BMN yang disertai dengan
perubahan bentuk dan / atau konstruksi dasar BMN.
d . Dalam hal perubahan BMN sebagaimana dimaksud pada huruf c
angka 2 dilakukan terhadap BMN berupa tanah dan / atau
bangunan , Pengguna Barang melaporkan perubahan tersebut
kepada Pengelola Barang.
6. Perjanjian Pinjam Pakai
a. Pelaksanaan Pinjam Pakai dituangkan dalam perjanjian bermeterai
cukup yang ditandatangani oleh peminjam pakai dan Pengguna
Barang.
b. Fotokopi perjanjian Pinjam Pakai sebagaimana dimaksud pada
huruf a disampaikan kepada Pengelola Barang paling lama 7 ( tujuh)
hari kerja terhitung sejak ditandatanganinya perjanjian Pinjam
Pakai.
c. Dalam kondisi tertentu , dapat dilakukan serah terima sementara
antara Pengguna Barang dengan Pemerintah Daerah / Pemerintah
Desa atas BMN yang akan dipinjampakaikan , mendahului
persetujuan / penetapan Pinjam Pakai dari Pengelola Barang.
d . Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf c, meliputi
penanganan atas:
1) penugasan pemerintah sebagaimana tertuang dalam peraturan
atau keputusan yang ditetapkan oleh Presiden;
2) bencana alam;
3) bencana non alam; atau
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 165 -

4) bencana sosial.
7. Pengakhiran Pinjam Pakai
a. Pinjam Pakai berakhir dalam hal:
1) berakhirnya jangka waktu Pinjam Pakai sebagaimana tertuang
dalam perjanjian dan tidak dilakukan perpanjangan;
2) pengakhiran perjanjian Pinjam Pakai secara sepihak oleh
Pengguna Barang;
3) berakhirnya perjanjian Pinjam Pakai; atau
4) ketentuan lain sesuai peraturan perundang-undangan .
b. Pengakhiran Pinjam Pakai sebagaimana dimaksud pada huruf a
angka 2, dapat dilakukan dalam hal peminjam pakai tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana tertuang dalam perjanjian
Pinjam Pakai.
c. Pengakhiran Pinjam Pakai sebagaimana dimaksud pada huruf b
dapat dilakukan oleh Pengguna Barang secara tertulis tanpa
melalui pengadilan, setelah terlebih dahulu diberikan
peringatan / pemberitahuan tertulis kepada peminjam pakai.
8. Tata Cara Pengajuan Permohonan Pinjam Pakai Barang Milik Negara
Berupa Tanah dan / atau Bangunan dan Selain Tanah dan / atau
Bangunan Yang Memiliki Bukti Kepemilikan
a. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan (Kepala Biro)
melakukan penelitian atas permohonan Pinjam Pakai dari calon
Peminjam Pakai, paling sedikit terhadap data BMN calon objek
Pinjam Pakai, dasar pertimbangan dan tujuan Pinjam Pakai,
permohonan jangka waktu Pinjam Pakai, dan identitas calon
Peminjam Pakai.
b. Jangka waktu Pinjam Pakai paling lama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang.
c. Dalam hal permohonan dapat ditindaklanjuti, Kepala Biro meminta
konfirmasi dan klarifikasi tertulis kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW atas permohonan Pinjam
Pakai tersebut.
d . Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
melakukan analisis terhadap permohonan Pinjam Pakai tersebut,
antara lain dengan:
1) meneliti perencanaan Pemanfaatan BMN pada RP4 BMN
Satuan Kerja terkait;
2 ) meminta konfirmasi dan klarifikasi kepada Kuasa Pengguna
Barang yang menatausahakan BMN tersebut; dan
3) melibatkan Kuasa Pengguna Barang yang menatausahakan
BMN tersebut untuk memastikan mengenai kebutuhan BMN
pada Satuan Kerja lainnya di lingkungan Kementerian
Keuangan yang berada pada wilayah yang sama dengan BMN
yang menjadi calon objek Pinjam Pakai.

4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 166 -

e. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW


menyampaikan hasil analisis kepada Kepala Biro, dalam hal
permohonan dapat ditindaklanjuti penyampaian tersebut disertai
dengan kelengkapan dokumen .
f. Kepala Biro melakukan penelitian terhadap hasil analisis yang
disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW serta mempertimbangkan kebutuhan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan , dalam hal diperlukan
dapat melakukan penelitian lapangan
g. Dalam hal berdasarkan hasil penelitian Kepala Biro:
1) permohonan tersebut dapat ditindaklanjuti, maka Pengguna
Barang mengajukan permohonan persetujuan Pinjam Pakai
kepada Pengelola Barang yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VII Huruf A,
paling sedikit memuat:
a) pertimbangan yang mendasari permohonan Pinjam Pakai
b) identitas peminjam pakai;
c) tujuan penggunaan;
d) rincian data objek BMN; dan
e) jangka waktu Pinjam Pakai,
dengan melampirkan dokumen antara lain:
a) Daftar Barang objek Pinjam Pakai sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II BAB VII Huruf A.1;
b) surat permohonan Pinjam Pakai dari calon peminjam
pakai;
c) Surat Pernyataan (Lampiran II BAB VII Huruf C. l ) dari
Pengguna Barang yang menyatakan bahwa:
(1) BMN objek Pinjam Pakai tidak sedang digunakan
dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi; dan
(2 ) pelaksanaan Pinjam Pakai tidak akan mengganggu
pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian
Keuangan; dan
d ) data objek Pinjam Pakai, antara lain KIB untuk BMN yang
memiliki KIB.
atau
2 ) permohonan tersebut tidak dapat ditindaklanjuti, maka
Pengguna Barang menyampaikannya kepada pihak pemohon
Pinjam Pakai disertai dengan alasannya.
h. Persetujuan Pinjam Pakai yang dikeluarkan oleh Pengelola Barang
ditindaklanjuti dengan penandatanganan Perjanjian Pinjam Pakai
antara Pengguna Barang dan peminjam pakai serta serah terima
BMN dituangkan dalam BAST (Lampiran II BAB VII Huruf F.1) .
i. Pengguna Barang bersama dengan peminjam pakai menyusun dan
menandatangani Perjanjian Pinjam Pakai ( Lampiran II BAB VII
Huruf G. l ) , paling sedikit memuat:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 167 -

1) dasar perjanjian;
2) identitas para pihak yang terikat dalam perjanjian;
3) jenis, luas atau jumlah barang yang dipinjamkan;
4) jangka waktu Pinjam Pakai;
5) tanggung jawab peminjam atas biaya operasional dan
pemeliharaan selama jangka waktu peminjaman; dan
6) hak dan kewajiban para pihak.
j. Pengguna Barang menyampaikan laporan tindak lanjut persetujuan
Pinjam Pakai paling lambat 1 (satu) bulan setelah tanggal BAST, dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VII Huruf E.1.
k. Laporan tindak lanjut disampaikan kepada Pengelola Barang
dengan melampirkan dokumen kelengkapan antara lain:
1) persetujuan Pinjam Pakai dari Pengelola Barang; dan
2) fotokopi Perjanjian Pinjam Pakai dan BAST.
l. Selama jangka waktu Pinjam Pakai, peminjam pakai dapat
mengubah BMN , sepanjang tidak melakukan perubahan yang
mengakibatkan perubahan fungsi dan / atau penurunan nilai BMN .
m. Perubahan BMN dimaksud dalam hal:
1) tidak disertai perubahan bentuk dan / atau konstruksi dasar
BMN , maka peminjam pakai melaporkan perubahan dimaksud
kepada Pengguna Barang; atau
2 ) disertai perubahan bentuk dan / atau konstruksi dasar BMN ,
maka peminjam pakai terlebih dahulu meminta persetujuan
dari Pengguna Barang sebelum melakukan perubahan atas
BMN. Apabila perubahan dimaksud dilakukan terhadap BMN
berupa tanah dan / atau bangunan maka Pengguna Barang
melaporkan perubahan tersebut kepada Pengelola Barang.
n. Perpanjangan jangka waktu Pinjam Pakai diajukan oleh peminjam
pakai kepada Pengguna Barang paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum
berakhirnya jangka waktu Pinjam Pakai.
o. Pelaksanaan penelitian dan tindak lanjut atas permohonan
perpanjangan Pinjam Pakai tersebut dilakukan sebagaimana
penelitian dan tindak lanjut untuk permohonan yang pertama kali.
p. Dalam hal permohonan perpanjangan Pinjam Pakai tersebut tidak
dapat disetujui, Pengguna Barang menyampaikan hal tersebut
kepada peminjam pakai disertai dengan alasannya.
q. Dalam hal permohonan perpanjangan Pinjam Pakai tersebut dapat
dipertimbangkan untuk dipenuhi, Pengguna Barang mengajukan
permohonan persetujuan perpanjangan Pinjam Pakai kepada
Pengelola Barang paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya
jangka waktu Pinjam Pakai.
r. Peminjam pakai wajib mengembalikan BMN yang dipinjam pakai
kepada Pengguna Barang setelah jangka waktu Pinjam Pakai
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 168 -

berakhir dan dituangkan dalam BAST pengembalian BMN


(Lampiran II BAB VII Huruf F.2 ) .
s. BAST pengembalian BMN hanya dapat ditandatangani setelah
terpenuhinya segala hak, kewajiban , dan tanggung jawab
sebagaimana tertuang dalam perjanjian .
t. Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Pinjam
Pakai kepada Pengelola Barang paling lambat 1 (satu) bulan sejak
tanggal BAST pengembalian BMN dan disusun menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VII Huruf
E.2 dengan melampirkan dokumen kelengkapan antara lain
fotokopi BAST pengembalian BMN .
D. BANGUN GUNA SERAH / BANGUN SERAH GUNA (BGS / BSG )
1. Umum
a. BGS / BSG dilakukan dengan pertimbangan:
1) Pengguna Barang memerlukan bangunan dan fasilitas bagi
penyelenggaraan pemerintahan negara untuk kepentingan
pelayanan umum dalam rangka penyelenggaran tugas dan
fungsi; dan
2 ) tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara untuk penyediaan bangunan
dan fasilitas tersebut.
b. Biaya persiapan BGS / BSG yang dikeluarkan Pengguna Barang
sampai dengan penunjukan mitra BGS / BSG dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
c. Biaya persiapan BGS / BSG yang terjadi setelah ditetapkannya mitra
BGS / BSG dibebankan pada mitra BGS / BSG.
d . Pengelola Barang dapat memberikan bantuan dan dukungan dalam
rangka penyiapan BGS / BSG
2 . Subjek BGS / BSG
a. Pihak yang dapat melaksanakan BGS / BSG BMN yang berada pada
Pengguna Barang adalah Pengguna Barang setelah mendapatkan
persetujuan dari Pengelola Barang
b. Pihak yang dapat menjadi mitra BGS / BSG meliputi:
1) Badan Usaha Milik Negara;
2) Badan Usaha Milik Daerah;
3) Swasta, kecuali perorangan ; atau
4) badan hukum lainnya.
c. Dalam hal mitra BGS / BSG sebagaimana dimaksud pada huruf b
membentuk konsorsium, mitra BGS / BSG harus membentuk badan
hukum Indonesia sebagai pihak yang bertindak untuk dan atas
nama mitra BGS / BSG dalam perjanjian BGS / BSG.
3. Objek BGS / BSG
Objek BGS / BSG meliputi tanah yang berada pada Pengguna Barang;

•i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 169 -

4. Jangka Waktu BGS / BSG


a. Jangka waktu pelaksanaan BGS / BSG paling lama 30 ( tiga puluh )
tahun terhitung sejak perjanjian ditandatangani.
b. Jangka waktu BGS / BSG sebagaimana dimaksud pada huruf a
hanya berlaku untuk 1 (satu) kali perjanjian dan tidak dapat
dilakukan perpanjangan.
c. Jangka waktu pengoperasian BGS / BSG dimulai sejak aset
BGS / BSG siap beroperasi, dengan ketentuan tidak melampaui
2 (dua) tahun sejak perjanjian ditandatangani.
5. Pemilihan Mitra BGS / BSG
a. Pemilihan mitra BGS / BSG dilakukan melalui Tender.
b. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
pemilihan mitra BGS / BSG dapat dilakukan penunjukan langsung
terhadap BGS / BSG tertentu yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.
6. Calon Mitra BGS / BSG
a. Calon mitra BGS / BSG dapat menyusun proposal / studi kelayakan /
analisis kelayakan bisnis proyek BGS / BSG.
b. Calon mitra BGS / BSG yang berstatus pemrakarsa / pemohon
BGS / BSG, dapat diberikan kompensasi:
1) tambahan nilai sebesar 10% (sepuluh persen ) ;
2) hak untuk melakukan penawaran terhadap penawar terbaik
( right to match) , sesuai dengan hasil penilaian dalam proses
Tender; atau
3) pembelian prakarsa BGS / BSG oleh pemenang Tender,
termasuk hak kekayaan intelektual yang menyertainya.
c. Pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud pada huruf b. ,
dicantumkan dalam penetapan atau persetujuan Pengelola Barang.
7. Perjanjian BGS / BSG
a. Pelaksanaan BGS / BSG dituangkan dalam perjanjian berdasarkan
keputusan Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan
Pengelola Barang.
b. Perjanjian pelaksanaan BGS / BSG ditandatangani oleh mitra
BGS / BSG dan Pengguna Barang.
c. Penandatanganan perjanjian pelaksanaan BGS / BSG dilakukan
paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal diterbitkannya
surat persetujuan oleh Pengelola Barang.
d . Perjanjian sebagaimana dimaksud pada huruf a dituangkan dalam
bentuk akta notariil.
e. Dalam hal perjanjian BGS / BSG tidak ditandatangani sampai
dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada huruf c,
keputusan pelaksanaan BGS / BSG atau surat persetujuan
pelaksanaan BGS / BSG batal demi hukum .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 170 -

f. Fotokopi perjanjian BGS / BSG sebagaimana dimaksud pada


huruf b disampaikan kepada Pengelola Barang paling lama 7 ( tujuh )
hari kerja terhitung sejak ditandatanganinya perjanjian BGS / BSG.
g. Penandatanganan perjanjian BGS / BSG dilakukan setelah mitra
BGS / BSG menyampaikan bukti setor pembayaran kontribusi
tahunan pertama kepada Pengguna Barang.
h. Bukti setor pembayaran kontribusi tahunan pertama sebagaimana
dimaksud pada huruf g merupakan salah satu dokumen pada
lampiran yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari perjanjian
BGS / BSG.
i. Perubahan kepemilikan atas mitra BGS / BSG dapat dilakukan
sepanjang tidak mengganggu pelaksanaan BGS / BSG.
j. Perubahan materi perjanjian BGS / BSG harus mendapat
persetujuan dari Pengelola Barang.
8. Kontribusi tahunan BGS / BSG
a. Besaran kontribusi tahunan mempertimbangkan:
1) penyelenggaraan tugas dan fungsi pemerintah ;
2) nilai wajar BMN yang menjadi objek BGS / BSG; dan
3) kelayakan bisnis mitra BGS / BSG.
b. Nilai wajar BMN dan kelayakan bisnis mitra BGS / BSG sebagaimana
dimaksud pada huruf a dihitung oleh Penilai Pemerintah atau
Penilai Publik.
c. Besaran kontribusi tahunan dihitung oleh tim yang dibentuk oleh
Pengelola Barang.
d. Besaran kontribusi tahunan ditetapkan oleh Pengelola Barang
dengan mempertimbangkan hasil perhitungan tim sebagaimana
dimaksud pada huruf c.
e. Besaran kontribusi tahunan pelaksanaan BGS / BSG sebagaimana
dimaksud pada huruf d , meningkat setiap tahun dihitung
berdasarkan kontribusi tahunan pertama dengan memperhatikan
estimasi tingkat inflasi.
f. Besaran kontribusi tahunan ditetapkan dalam persetujuan
pelaksanaan BGS / BSG dan dituangkan dalam perjanjian .
g. Dalam kondisi tertentu , Pengelola Barang dapat menetapkan
besaran faktor penyesuai BGS / BSG dengan persentase tertentu ,
berdasarkan permohonan mitra BGS / BSG melalui Pengguna
Barang, untuk BMN pada Pengguna Barang.
h. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf g meliputi:
1) bencana alam;
2 ) bencana non alam; atau
3) bencana sosial.
i. Besaran persentase tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf g
sebesar 1% (satu persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen ) .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 171 -

j. Dalam hal kondisi bencana sebagaimana dimaksud pada huruf h ,


besaran persentase sebagaimana dimaksud pada huruf i, berlaku
sejak ditetapkannya status bencana oleh Pemerintah sampai
dengan paling lama 2 (dua) tahun sejak status bencana dinyatakan
berakhir.
k. Terhadap kontribusi tahunan yang telah lunas pembayarannya,
besaran persentase sebagaimana dimaksud pada huruf i diterapkan
pada pembayaran kontribusi tetap berikutnya.
9. Hasil BGS / BSG
a. Gedung, bangunan, sarana, dan fasilitasnya yang diadakan oleh
mitra BGS / BSG merupakan hasil BGS / BSG.
b. Sarana dan fasilitas hasil BGS / BSG sebagaimana dimaksud pada
huruf a, antara lain:
1) peralatan dan mesin;
2) jalan, irigasi, dan jaringan;
3) aset tetap lainnya; dan
4) aset lainnya.
c. Gedung, bangunan, sarana dan fasilitas sebagaimana dimaksud
pada huruf a menjadi BMN sejak diserahterimakan kepada
Pengguna Barang.
10. Perubahan Hasil BGS / BSG
a. Hasil BGS / BSG dapat dilakukan perubahan , baik berdasarkan
permintaan Pengguna Barang maupun atas permohonan mitra.
b. Permohonan mitra sebagaimana dimaksud pada huruf a
disampaikan kepada Pengguna Barang, terhadap BMN yang berada
di Pengguna Barang, untuk mendapatkan persetujuan.
c. Berdasarkan persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf b,
Pengguna Barang dan mitra melakukan perubahan perjanjian
BGS / BSG sebagai dasar bagi mitra untuk melakukan perubahan
hasil BGS / BSG.
11. Pemakaian Hasil BGS / BSG Selama Jangka Waktu Pengoperasian
a. Selama jangka waktu pengoperasian BGS / BSG, paling sedikit 10%
(sepuluh persen ) dari hasil BGS / BSG harus digunakan langsung
oleh Pengguna Barang untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi
pemerintahan.
b. Besaran hasil BGS / BSG yang digunakan langsung sebagaimana
dimaksud pada huruf a, ditetapkan oleh Pengelola Barang
berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh tim yang
dibentuk oleh Pengelola Barang / Pengguna Barang.
c. Penyerahan bagian hasil BGS / BSG yang digunakan langsung
sebagaimana dimaksud pada huruf a, dilakukan sesuai dengan
waktu yang ditentukan dalam perjanjian BGS / BSG.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 172 -

12 . Pembayaran Kontribusi Tahunan BGS / BSG


a. Mitra hams melakukan pembayaran kontribusi awal sebesar
besaran kontribusi tahunan pertama ke rekening Kas Umum
Negara sebelum penandatanganan perjanjian BGS / BSG.
b. Pembayaran kontribusi awal sebagaimana dimaksud pada huruf a
diperhitungkan dalam kewajiban pembayaran kontribusi tahunan
sebagaimana dimaksud dalam angka 8 huruf a.
c. Selama jangka waktu pengoperasian BGS / BSG, mitra wajib
membayar kontribusi tahunan melalui penyetoran ke rekening Kas
Umum Negara sebagai penerimaan negara dari pelaksanaan BGS /
BSG.
d. Pembayaran kontribusi tahunan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dilakukan paling lambat sesuai tanggal dan bulan
ditandatanganinya perjanjian, yang dimulai pada tahun berikutnya
sampai dengan berakhirnya perjanjian BGS / BSG.
e. Pembayaran kontribusi tahunan dibuktikan dengan bukti setor.
f. Selain kontribusi tahunan pertama, pembayaran kontribusi
tahunan yang dibayar tiap tahun dapat dilakukan secara bertahap
dan hams lunas sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran
kontribusi tahunan berikutnya.
g - Kontribusi tahunan dapat dibayarkan sekaligus di muka, yang
besarannya ditentukan oleh tim yang dibentuk oleh Pengelola
Barang dengan mempertimbangkan nilai waktu dari uang ( time
value of money ) .
13. Keringanan Pembayaran Besaran Kontribusi Tahunan
a. Mitra BGS / BSG dapat mengajukan keringanan pembayaran
besaran kontribusi tahunan yang telah ditetapkan dalam
pelaksanaan BGS / BSG.
b. Permohonan keringanan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
tidak dapat bempa:
1) pengembalian penerimaan negara bukan pajak yang telah
dibayarkan oleh mitra BGS / BSG; dan / atau
2) kompensasi pembayaran kontribusi yang telah dibayarkan
mitra BGS / BSG terhadap kewajiban pembayaran berikutnya.
14. Pengakhiran BGS / BSG
a. BGS / BSG berakhir dalam hal:
1) berakhirnya jangka waktu BGS / BSG sebagaimana tertuang
dalam perjanjian;
2) pengakhiran perjanjian BGS / BSG secara sepihak oleh
Pengguna Barang;
3) berakhirnya perjanjian BGS / BSG; atau
4) ketentuan lain sesuai peraturan pemndang- undangan .
b. Pengakhiran BGS / BSG sebagaimana dimaksud pada humf a
angka 2 ) , dapat dilakukan dalam hal mitra BGS / BSG:

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 173 -

1) tidak membayar kontribusi tahunan selama 3 (tiga) tahun


berturut-turut sesuai perjanjian BGS / BSG;
2) tidak melaksanakan pembangunan sebagaimana tertuang
dalam perjanjian BGS / BSG sampai dengan 2 (dua) tahun
terhitung sejak penandatanganan perjanjian; dan / atau
3) tidak memenuhi kewajiban selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a sebagaimana tertuang dalam perjanjian BGS / BSG.
c. Pengakhiran BGS / BSG sebagaimana dimaksud pada huruf b dapat
dilakukan oleh Pengguna Barang secara tertulis tanpa melalui
pengadilan , setelah terlebih dahulu diberikan
peringatan / pemberitahuan tertulis kepada mitra.
d. Dalam pengakhiran perjanjian BGS / BSG oleh Pengguna Barang
sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2 ) dan angka 3) ,
Pengguna Barang membentuk tim untuk melakukan evaluasi
terhadap investasi dan kewajiban mitra.
e. Evaluasi terhadap investasi dan kewajiban mitra sebagaimana
dimaksud pada huruf d dilakukan setelah Pengguna Barang
memperoleh hasil reviu APIP.
f. Dalam hal terjadi pengakhiran BGS / BSG sebagaimana dimaksud
pada huruf a angka 2 ) dan angka 3) :
1) seluruh biaya yang telah dikeluarkan oleh mitra sampai
dengan dilakukannya pengakhiran BGS / BSG sepenuhnya
menjadi beban mitra BGS / BSG; dan / atau
2) berdasarkan evaluasi sebagaimana dimaksud pada huruf e,
investasi dan kewajiban mitra lama dapat beralih kepada mitra
baru .
g. Mitra baru sebagaimana dimaksud pada huruf f dipilih sesuai
ketentuan dalam Keputusan Menteri ini.
15. Tata Cara Pengajuan Permohonan BGS / BSG
a. Pengajuan permohonan BGS / BSG kepada Pengelola Barang dapat
dilakukan berdasarkan inisiatif Pengguna Barang atau permohonan
dari Pihak Lain .
b. Dalam hal berdasarkan inisiatif dari Pengguna Barang, maka:
1) Kepala Biro membentuk Tim Internal BGS / BSG yang memiliki
tugas melakukan analisis terhadap inisiatif BGS / BSG BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
2 ) Tim Internal BGS / BSG dapat melibatkan unsur Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dan / atau
unsur Kuasa Pengguna Barang yang menatausahakan BMN
calon objek BGS / BSG.
3) Tim melakukan analisis paling sedikit terhadap:
a) perencanaan Pemanfaatan BMN pada RP4 BMN Satuan
Kerja terkait;
b) kebutuhan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan
pemerintahan negara untuk kepentingan pelayanan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 174 -

umum dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi;


dan
c) ketersediaan dana dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara untuk penyediaan bangunan dan fasilitas
tersebut.
4) Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Tim Internal
BGS / BSG, apabila inisiatif dapat ditindaklanjuti maka
Pengguna Barang mengajukan permohonan BGS / BSG kepada
Pengelola Barang.
c. Dalam hal berdasarkan permohonan Pihak Lain , maka:
1) Kepala Biro melakukan penelitian terhadap permohonan Pihak
Lain tersebut dengan ikut melibatkan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW serta Kuasa Pengguna
Barang yang menatausahakan BMN yang menjadi calon objek
BGS / BSG paling sedikit terhadap:
a) kebutuhan bangunan dan fasilitas bagi penyelenggaraan
pemerintahan negara untuk kepentingan pelayanan
umum dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi;
dan
b) ketersediaan dana dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara untuk penyediaan bangunan dan fasilitas
tersebut.
2) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kepala Biro,
dalam hal permohonan Pihak Lain dapat ditindaklanjuti maka
Pengguna Barang mengajukan permohonan BGS / BSG kepada
Pengelola Barang.
d. Permohonan persetujuan BGS / BSG diajukan oleh Pengguna
Barang kepada Pengelola Barang dengan melampirkan:
1) usulan persetujuan BGS / BSG yang disusun menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VII
Huruf A, paling sedikit memuat:
a) latar belakang permohonan;
b) rencana peruntukan;
c) jangka waktu;
d) usulan besaran kontribusi tahunan; dan
e) usulan persentase hasil BGS / BSG yang digunakan
langsung untuk tugas dan fungsi pemerintah.
2 ) daftar barang objek BGS / BSG sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VII Huruf A.1;
3) dokumen kelengkapan, antara lain:
a) data pemohon BGS / BSG, untuk permohonan yang
diajukan oleh Pihak Lain;
b) proposal BGS / BSG;
c) Surat Pernyataan (Lampiran II BAB VII Huruf C. l ) dari
Pengguna Barang yang memuat bahwa:

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 175 -

(1) BMN yang akan dilakukan BGS / BSG tidak sedang


digunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan
fungsi; dan
(2 ) Pelaksanaan BGS / BSG BMN tidak akan mengganggu
pelaksanaan tugas dan fungsi;
d) informasi lainnya berkaitan dengan permohonan
BGS / BSG , antara lain informasi mengenai Rencana
Umum Tata Ruang Wilayah dan Penataan Kota; dan
e) fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau dokumen lain
yang disetarakan dengan bukti kepemilikan.
e. Persetujuan permohonan BGS / BSG diterbitkan oleh Pengelola
Barang dan pelaksanaan BGS / BSG dilakukan oleh Pengguna
Barang.
f. Jangka waktu pelaksanaan BGS / BSG paling lama 30 ( tiga puluh )
tahun sejak perjanjian ditandatangani.
g. Pemilihan mitra BGS / BSG dilaksanakan melalui tender .
h. Selama jangka waktu pelaksanaan , mitra BGS / BSG yang sudah
ditetapkan:
1) wajib membayar kontribusi ke rekening Kas Umum Negara
setiap tahun selama jangka waktu pengoperasian , yang
besarannya ditetapkan berdasarkan hasil perhitungan tim
yang dibentuk oleh pejabat yang berwenang;
2) wajib memelihara objek BGS / BSG;
3) dilarang menjaminkan menggadaikan atau
memindahtangankan:
a) tanah yang menjadi objek BGS / BSG ;
b) bangunan beserta fasilitas yang berasal dari pelaksanaan
BGS yang digunakan langsung untuk penyelenggaraan
tugas dan fungsi Pemerintah Pusat; dan
c) hasil BSG.
i. Dalam jangka waktu pelaksanaan BGS / BSG, bangunan beserta
fasilitas yang berasal dari pelaksanaan BGS atau hasil BSG harus
digunakan langsung untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi
pemerintah pusat paling sedikit 10% (sepuluh persen ) .
j. BGS / BSG dilaksanakan berdasarkan peijanjian , paling sedikit
memuat:
1) para pihak yang terikat dalam perjanjian;
2 ) objek BGS / BSG ;
3) jangka waktu pelaksanaan BGS / BSG;
4) jangka waktu pengoperasian hasil BGS / BSG; dan
5) hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian.
k. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam rangka BGS / BSG harus
diatasnamakan Pemerintah Republik Indonesia c.q. Kementerian
Keuangan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 176 -

l. Seluruh biaya persiapan BGS / BSG yang terjadi setelah


ditetapkannya mitra BGS / BSG dan biaya pelaksanaan BGS / BSG
menjadi beban mitra yang bersangkutan.
m. Mitra BGS harus menyerahkan objek BGS beserta hasil BGS kepada
Pengguna Barang pada akhir jangka waktu pelaksanaan setelah
dilakukan audit oleh APIP, dan penyerahan dimaksud tidak
menghapus kewajiban dan tanggung jawab mitra BGS untuk
menindaklanjuti hasil audit yang telah dilakukan oleh APIP.
n . Mitra BSG harus menyerahkan objek BSG kepada Pengelola Barang
untuk ditetapkan sebagai BMN setelah pembangunan selesai
dilaksanakan . BMN dimaksud dapat didayagunakan oleh mitra BSG
sesuai perjanjian BSG dan terlebih dahulu dilakukan audit oleh
APIP setelah jangka waktu pendayagunaan berakhir sebelum
penggunaannya ditetapkan oleh Pengelola Barang.
o. Penetapan estatus Penggunaan BMN sebagai hasil dari pelaksanaan
BGS / BSG dilaksanakan oleh Pengelola Barang sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
p. Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan BGS / BSG
setelah berakhirnya masa pelaksanaan BGS / BSG kepada Pengelola
Barang dengan melampirkan kelengkapan dokumen sesuai yang
dipersyaratkan pada ketentuan yang berlaku .
E. KERJASAMA PEMANFAATAN ( KSP)
1. Umum
a. KSP dilaksanakan dalam rangka:
1) mengoptimalkan daya guna dan hasil guna BMN ;
2 ) meningkatkan penerimaan negara; dan / atau
3) memenuhi biaya operasional, pemeliharaan , dan / atau
perbaikan yang diperlukan terhadap BMN
b. Tanah, gedung, bangunan , sarana dan fasilitas yang dibangun oleh
mitra KSP merupakan hasil KSP yang menjadi BMN sejak
diserahkan kepada Pemerintah sesuai perjanjian atau pada saat
berakhirnya perjanjian.
c. Biaya persiapan KSP yang dikeluarkan Pengelola Barang atau
Pengguna Barang sampai dengan penunjukan mitra KSP
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
d . Biaya persiapan KSP yang terjadi setelah ditetapkannya mitra KSP
dibebankan pada mitra KSP.
e. Pengelola Barang dapat memberikan bantuan dan dukungan dalam
rangka penyiapan KSP.
2. Subjek KSP
a. Pihak yang dapat melaksanakan KSP BMN yang berada pada
Pengguna Barang adalah Pengguna Barang setelah mendapatkan
persetujuan dari Pengelola Barang
b. Pihak yang dapat menjadi mitra KSP meliputi:
1) Badan Usaha Milik Negara;
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 177 -

2) Badan Usaha Milik Daerah; dan / atau


3) Swasta, kecuali perorangan.
3. Objek KSP
a. Objek KSP meliputi BMN berupa:
1) tanah dan / atau bangunan; dan
2) selain tanah dan / atau bangunan , yang berada pada Pengguna
Barang.
b. Objek KSP berupa tanah dan / atau bangunan sebagaimana
dimaksud pada huruf a angka 1) , dapat dilakukan untuk sebagian
atau keseluruhannya.
c. Dalam hal KSP dilakukan dalam rangka penyediaan infrastruktur ,
jenis-jenis infrastruktur mengacu pada peraturan perundang-
undangan di bidang penyediaan infrastruktur .
4. Jangka Waktu KSP
a. Jangka waktu KSP paling lama 30 ( tiga puluh ) tahun sejak
perjanjian KSP ditandatangani dan dapat diperpanjang.
b. Dalam hal KSP dilakukan dalam rangka penyediaan infrastruktur ,
jangka waktu KSP paling lama 50 (lima puluh) tahun sejak KSP
ditandatangani dan dapat diperpanjang.
c. Permohonan perpanjangan jangka waktu KSP sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b harus sudah diterima Pengelola
Barang paling lambat 2 (dua) tahun sebelum jangka waktu KSP
berakhir.
5. Pemilihan Mitra KSP
a. Pemilihan mitra KSP dilakukan melalui Tender.
b. Tender sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan untuk
mengalokasikan hak Pemanfaatan BMN berdasarkan spesifikasi
teknis yang telah ditentukan oleh Pengelola Barang / Pengguna
Barang kepada mitra yang tepat dalam rangka mewujudkan
Pemanfaatan BMN yang efisien , efektif , dan optimal.
c. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
dalam hal objek Pemanfaatan BMN dalam bentuk KSP merupakan
BMN yang bersifat khusus, pemilihan mitra dapat dilakukan
melalui penunjukan langsung.
d . BMN yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada huruf c
meliputi:
1) barang yang mempunyai spesifikasi tertentu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) barang yang memiliki tingkat kompleksitas khusus seperti
bandar udara, pelabuhan laut, stasiun kereta api, terminal
angkutan umum, kilang, instalasi tenaga listrik, dan
bendungan / waduk;
3) barang yang dikerjasamakan dalam investasi yang
berdasarkan perjanjian hubungan bilateral an tar negara;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 178 -

4) barang yang bersifat rahasia dalam kerangka pertahanan


negara
5) barang yang mempunyai konstruksi dan spesiflkasi yang harus
dengan perizinan khusus;
6) barang yang dikerjasamakan dalam rangka menjalankan tugas
negara;
7) barang yang dikerjasamakan dalam rangka Proyek Kerja Sama
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kerja sama Pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan
infrastruktur; atau
8) barang lain yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.
e. Penunjukan langsung mitra KSP atas BMN yang bersifat khusus
sebagaimana dimaksud pada huruf c dilakukan oleh Pengguna
Barang atas BMN yang berada pada Pengguna Barang, terhadap
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah , atau anak
perusahaan badan usaha milik negara yang diperlakukan sama
dengan badan usaha milik negara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai tata cara
penyertaan dan penatausahaan modal negara pada badan usaha
milik negara dan perseroan terbatas, yang memiliki bidang
dan / atau wilayah kerja tertentu sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
f. Calon mitra KSP dapat menyusun proposal / studi kelayakan /
analisis kelayakan bisnis proyek KSP.
g. Calon mitra KSP yang berstatus pemrakarsa / pemohon KSP, dapat
diberikan kompensasi:
1) tambahan nilai sebesar 10% (sepuluh persen);
2) hak untuk melakukan penawaran terhadap penawar terbaik
( right to match) , sesuai dengan hasil penilaian dalam proses
Tender; atau
3) pembelian prakarsa KSP oleh pemenang Tender, termasuk hak
kekayaan intelektual yang menyertainya.
h. Pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud pada huruf g
dicantumkan dalam penetapan atau persetujuan Pengelola Barang.
6. Perjanjian KSP
a. Pelaksanaan KSP dituangkan dalam perjanjian berdasarkan
keputusan Pengguna Barang, setelah mendapat persetujuan
Pengelola Barang.
b. Perjanjian pelaksanaan KSP ditandatangani oleh mitra KSP dan
Pengguna Barang.
c. Penandatanganan perjanjian pelaksanaan KSP dilakukan paling
lama 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal diterbitkannya surat
persetujuan oleh Pengelola Barang.
d . Perjanjian sebagaimana dimaksud pada huruf a dituangkan dalam
bentuk akta notariil.
(
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 179 -

e. Dalam hal perjanjian KSP tidak ditandatangani sampai dengan


batas waktu sebagaimana dimaksud pada huruf c, keputusan
pelaksanaan KSP atau surat persetujuan pelaksanaan KSP batal
demi hukum.
f. Segala bentuk kerugian yang terjadi sebagai akibat dari batalnya
keputusan pelaksanaan KSP atau surat persetujuan pelaksanaan
KSP sebagaimana dimaksud pada huruf e menjadi tanggungan
sepenuhnya dari calon mitra KSP.
g. Fotokopi perjanjian KSP sebagaimana dimaksud pada huruf b
disampaikan kepada Pengelola Barang paling lama 7 (tujuh) hari
keija terhitung sejak ditandatanganinya perjanjian KSP.
7. Kontribusi Tetap dan Pembagian Keuntungan KSP
a. Penerimaan negara yang wajib disetorkan mitra KSP selama jangka
waktu pengoperasian KSP, terdiri atas:
1) kontribusi tetap; dan
2) pembagian keuntungan.
b. Besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan sebagaimana
dimaksud pada huruf a ditetapkan oleh Pengguna Barang dengan
persetujuan Pengelola Barang.
c. Dalam hal KSP berupa tanah dan / atau bangunan dan sebagian
tanah dan / atau bangunan , sebagian kontribusi tetap dan
pembagian keuntungannya dapat berupa bangunan beserta
fasilitasnya atau barang lainnya yang dibangun / diadakan dalam
satu kesatuan perencanaan tetapi tidak termasuk sebagai objek
KSP.
d . Besaran nilai bangunan beserta fasilitasnya atau barang lainnya
sebagai bagian dari kontribusi tetap dan pembagian keuntungan
sebagaimana dimaksud pada huruf c paling banyak 10% (sepuluh
persen) dari total penerimaan kontribusi tetap dan pembagian
keuntungan selama jangka waktu KSP.
e. Besaran kontribusi tetap dan persentase pembagian keuntungan
KSP berupa tanah dan / atau bangunan dan sebagian tanah
dan / atau bangunan ditetapkan dari hasil perhitungan tim yang
dibentuk oleh Pengelola Barang.
f. Besaran kontribusi tetap dan persentase pembagian keuntungan
KSP berupa selain tanah dan / atau bangunan ditetapkan dari hasil
perhitungan tim yang dibentuk oleh Pengguna Barang dan dapat
melibatkan Pengelola Barang.
8. Besaran Kontribusi Tetap KSP
a. Besaran kontribusi tetap mempertimbangkan :
1) nilai wajar / taksiran BMN yang menjadi objek KSP; dan
2) kelayakan bisnis atau kondisi keuangan mitra KSP.
b. Perhitungan besaran kontribusi tetap dapat pula
mempertimbangkan manfaat ekonomi dan / atau sosial.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 180 -

c. Besaran kontribusi tetap sebagaimana dimaksud pada huruf a dan


huruf b ditetapkan oleh Pengelola Barang dari hasil perhitungan tim
yang dibentuk oleh Pengelola Barang.
d. Nilai wajar BMN dalam rangka KSP sebagaimana dimaksud pada
huruf angka 1 berdasarkan:
1) hasil Penilaian oleh Penilai Pemerintah;
2) hasil Penilaian oleh penilai Publik yang ditetapkan oleh
Pengelola Barang, untuk BMN berupa tanah dan / atau
bangunan; atau
3) Penilaian Barang Milik Negara selain tanah dan / atau
bangunan yang dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh
Pengguna Barang, atau menggunakan Penilai yang ditetapkan
oleh Pengguna Barang.
e. Besaran kontribusi tetap sebagaimana dimaksud pada huruf c
mempertimbangkan hasil analisis Penilai dan proposal kelayakan
bisnis.
f. Manfaat ekonomi dan / atau sosial bagi masyarakat sebagaimana
dimaksud pada huruf b diperoleh dari hasil analisis Penilai.
g. Besaran kontribusi tetap sebagaimana dimaksud pada huruf a yang
telah ditentukan , meningkat setiap tahun dihitung berdasarkan
kontribusi tetap pertama dengan memperhatikan estimasi tingkat
inflasi.
9. Pembagian Keuntungan
a. Perhitungan pembagian keuntungan dilakukan dengan
mempertimbangkan:
1) nilai investasi pemerintah;
2 ) nilai investasi mitra KSP;
3) kelayakan bisnis mitra; dan
4) risiko yang ditanggung mitra KSP.
b. Perhitungan pembagian keuntungan sebagaimana dimaksud pada
huruf a ditetapkan oleh Pengelola Barang dari hasil perhitungan tim
mempertimbangkan hasil Penilaian .
c. Pembagian keuntungan sebagaimana dimaksud pada huruf b
dihitung dari:
1) pendapatan / penjualan;
2) laba sebelum bunga dan pajak;
3) laba bersih; atau
4) arus kas bersih kegiatan operasi dan investasi.
d. Cicilan pokok dan biaya yang timbul atas pinjaman mitra KSP
dibebankan pada mitra KSP dan tidak diperhitungkan dalam
pembagian keuntungan.
e . Besaran nilai investasi pemerintah sebagaimana dimaksud pada
huruf a angka 1) didasarkan pada nilai wajar BMN yang menjadi
objek KSP.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 181 -

f. Besaran nilai investasi mitra KSP sebagaimana dimaksud pada


huruf a angka 2 ) didasarkan pada estimasi investasi dalam proposal
KSP.
10. Perubahan Investasi dan Realisasi Investasi
a. Dalam hal terdapat perubahan investasi oleh Pemerintah, besaran
kontribusi tetap dan pembagian keuntungan dapat ditinjau kembali
oleh Pengelola Barang.
b. Dalam hal terdapat perubahan realisasi investasi yang dikeluarkan
oleh mitra KSP dari estimasi investasi sebagaimana tertuang dalam
perjanjian , besaran pembagian keuntungan dapat ditinjau kembali
oleh Pengelola Barang.
c. Realisasi investasi mitra KSP sebagaimana dimaksud pada huruf b,
didasarkan pada hasil audit yang dilakukan oleh APIP atau auditor
independen.
11. Kondisi Tertentu pada KSP
a. Dalam kondisi tertentu, Pengelola Barang dapat menetapkan
besaran faktor penyesuai untuk kontribusi tetap dengan persentase
tertentu, berdasarkan permohonan mitra KSP melalui Pengguna
Barang, untuk BMN pada Pengguna Barang.
b. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf a meliputi:
1) penugasan pemerintah sebagaimana tertuang dalam peraturan
atau keputusan yang ditetapkan oleh Presiden;
2 ) bencana alam ;
3) bencana non alam; atau
4) bencana sosial.
c. Besaran persentase tertentu sebagaimana dimaksud pada huruf a
sebesar 1% (satu persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen ).
d. Dalam hal kondisi bencana sebagaimana dimaksud pada huruf b,
besaran persentase sebagaimana dimaksud pada huruf c, berlaku
sejak ditetapkannya status bencana oleh Pemerintah sampai
dengan paling lama 2 (dua) tahun sejak status bencana dinyatakan
berakhir.
e. Terhadap kontribusi tetap yang telah lunas pembayarannya,
besaran persentase sebagaimana dimaksud pada huruf c
diterapkan pada pembayaran kontribusi tetap berikutnya.
f. Kontribusi tetap dan pembagian keuntungan dapat ditetapkan
paling rendah sebesar 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi
sebesar 70% ( tujuh puluh persen ) dari hasil perhitungan tim KSP,
dalam hal mitra KSP untuk penyediaan infrastruktur berbentuk
badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah , atau anak
perusahaan badan usaha milik negara yang diperlakukan sama
dengan badan usaha milik negara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai tata cara
penyertaan dan penatausahaan modal negara pada badan usaha
milik negara dan perseroan terbatas.

ll
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 182 -

g- Pengguna Barang mengusulkan besaran penetapan kontribusi tetap


dan pembagian keuntungan sebagaimana dimaksud pada huruf f
untuk dijadikan pertimbangan oleh Pengelola Barang.
h. Besaran penetapan kontribusi tetap dan pembagian keuntungan
sebagaimana dimaksud pada huruf f ditetapkan oleh Pengelola
Barang dengan mempertimbangkan usulan Pengguna Barang dan
kemampuan keuangan mitra KSP.
12. HasilKSP
a. Tanah, gedung, bangunan , sarana, dan fasilitasnya yang diadakan
oleh mitra KSP merupakan hasil KSP.
b. Sarana berikut fasilitas hasil KSP sebagaimana dimaksud pada
huruf a, meliputi:
1) peralatan dan mesin;
2) jalan, irigasi, dan jaringan;
3) aset tetap lainnya; dan
4) aset lainnya.
c. Hasil KSP sebagaimana dimaksud pada huruf a menjadi bagian dari
pelaksanaan KSP.
d . Hasil KSP sebagaimana dimaksud pada huruf a menjadi BMN sejak
diserahkan kepada Pemerintah sesuai perjanjian atau pada saat
berakhirnya perjanjian.
e. Dalam pelaksanaan KSP, mitra KSP dapat melakukan perubahan
hasil KSP setelah memperoleh persetujuan Pengelola Barang dan
dilakukan perubahan perjanjian KSP.
13. KSP untuk pengoperasionalan BMN
a. KSP dapat dilakukan untuk mengoperasionalkan BMN.
b. Dalam hal mitra KSP hanya mengoperasionalkan BMN, bagian
keuntungan yang menjadi bagian mitra KSP ditentukan oleh
Pengelola Barang berdasarkan persentase tertentu dari besaran
keuntungan pelaksanaan KSP.
c. Besaran keuntungan yang menjadi bagian mitra KSP sebagaimana
dimaksud pada huruf b ditentukan oleh Pengelola Barang dengan
mempertimbangkan perhitungan Penilai.
14. Pembayaran Kontribusi dan pembagian keuntungan KSP
a. Pembayaran kontribusi tetap pertama ke rekening Kas Umum
Negara oleh mitra KSP dilakukan paling lama 2 (dua) hari kerja
setelah perjanjian KSP ditandatangani.
b. Pembayaran kontribusi tetap pertama sebagaimana dimaksud pada
huruf a dibuktikan dengan bukti setor dan disampaikan oleh mitra
kepada Pengguna Barang.
c. Dalam hal kewajiban pembayaran sebagaimana dimaksud pada
huruf a tidak dipenuhi oleh mitra, maka Pengguna Barang
mengenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
ini.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 183 -

d. Dalam hal pembayaran kontribusi tetap pertama tidak dilakukan


sesuai batas waktu sebagaimana dimaksud pada huruf a, perjanjian
KSP dinyatakan batal.
e. Pembayaran kontribusi tetap berikutnya ke rekening Kas Umum
Negara dilakukan setiap tahun paling lambat sesuai tanggal dan
bulan ditandatanganinya perjanjian , yang dimulai pada tahun
berikutnya sampai dengan berakhirnya perjanjian KSP.
f. Pembayaran kontribusi tetap sebagaimana dimaksud pada huruf e
dibuktikan dengan bukti setor.
g- Selain kontribusi tetap pertama, pembayaran kontribusi tetap yang
dibayar tiap tahun dapat dilakukan secara bertahap dan harus
lunas sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran kontribusi tetap
berikutnya.
h. Kontribusi tetap selama jangka waktu KSP dapat dibayarkan
sekaligus di muka, yang besarannya ditentukan oleh tim yang
dibentuk oleh Pengelola Barang dengan mempertimbangkan nilai
waktu dari uang ( time value of money ) .
i. Pembagian keuntungan hasil pelaksanaan KSP disetor ke rekening
Kas Umum Negara paling lambat tanggal 30 April tahun berikutnya,
dan dilakukan setiap tahun sampai dengan berakhirnya perjanjian
KSP.
15. Keringanan Pembayaran KSP
a. Mitra KSP dapat mengajukan keringanan pembayaran besaran
kontribusi tetap dan pembagian keuntungan yang telah ditetapkan
dalam pelaksanaan KSP.
b. Permohonan keringanan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
tidak dapat berupa:
1) pengembalian penerimaan negara bukan pajak yang telah
dibayarkan oleh mitra KSP; dan / atau
2 ) kompensasi pembayaran kontribusi yang telah dibayarkan
mitra KSP terhadap kewajiban pembayaran berikutnya
16. Pengakhiran KSP
a. KSP berakhir dalam hal:
1) berakhirnya jangka waktu KSP sebagaimana tertuang dalam
perjanjian dan tidak dilakukan perpanjangan;
2 ) pengakhiran perjanjian KSP secara sepihak oleh Pengguna
Barang;
3) berakhirnya perjanjian KSP; atau
4) ketentuan lain sesuai peraturan perundang-undangan.
b. Pengakhiran KSP sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2 ) ,
dapat dilakukan dalam hal mitra KSP:
1) tidak membayar kontribusi tetap dan / atau pembagian
keuntungan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut sesuai
perjanjian KSP;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 184 -

2) tidak melaksanakan pembangunan sebagaimana tertuang


dalam perjanjian KSP sampai dengan 2 (dua) tahun terhitung
sejak penandatanganan perjanjian; dan / atau
3) tidak memenuhi kewajiban selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a sebagaimana tertuang dalam perjanjian KSP.
c. Pengakhiran KSP sebagaimana dimaksud pada huruf b dapat
dilakukan oleh Pengguna Barang secara tertulis tanpa melalui
pengadilan , setelah terlebih dahulu diberikan
peringatan / pemberitahuan tertulis kepada mitra.
d. Dalam pengakhiran perjanjian KSP oleh Pengelola Barang dan / atau
Pengguna Barang sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2 )
dan angka 3) , Pengguna Barang membentuk tim untuk melakukan
evaluasi terhadap investasi dan kewajiban mitra.
e. Evaluasi terhadap investasi dan kewajiban mitra sebagaimana
dimaksud pada huruf d dilakukan setelah Pengguna Barang
memperoleh hasil reviu APIP.
f. Dalam hal terjadi pengakhiran KSP sebagaimana dimaksud pada
huruf a angka 2) dan angka 3) :
1) seluruh biaya yang telah dikeluarkan oleh mitra sampai
dengan dilakukannya pengakhiran KSP sepenuhnya menjadi
beban mitra KSP; dan / atau
2) berdasarkan evaluasi sebagaimana dimaksud pada huruf e,
investasi dan kewajiban mitra lama dapat beralih kepada mitra
barn.
g- Mitra baru sebagaimana dimaksud pada huruf f dipilih sesuai
ketentuan dalam Keputusan Menteri ini

F. KERJASAMA PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR (KSPI)


1. Umum
a. KSPI dilakukan dengan mempertimbangkan:
1) kepentingan negara dan kepentingan umum;
2 ) kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan;
3) keterbatasan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
untuk penyediaan infrastruktur; dan
4) daftar prioritas proyek program penyediaan infrastruktur yang
ditetapkan pemerintah untuk penyediaan infrastruktur.
b. Pelaksanaan KSPI dilakukan sesuai peraturan perundang-
undangan di bidang kerja sama pemerintah dan badan usaha.
c. KSPI dilaksanakan dalam hal terdapat BMN yang menjadi objek
kerja sama pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan
infrastruktur.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 185 -

2. Subjek KSPI
a. Pihak yang dapat melaksanakan KSPI BMN yang berada pada
Pengguna Barang adalah Pengguna Barang setelah mendapatkan
persetujuan dari Pengelola Barang
b. Pihak yang dapat menjadi mitra KSPI terdiri atas:
1) badan usaha swasta yang berbentuk perseroan terbatas;
2) badan hukum asing;
3) Badan Usaha Milik Negara;
4) Badan Usaha Milik Daerah;
5) anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang
diperlakukan sama dengan Badan Usaha Milik Negara sesuai
ketentuan peraturan pemerintah yang mengatur mengenai tata
cara penyertaan dan penatausahaan modal negara pada Badan
Usaha Milik Negara dan perseroan terbatas; atau
6 ) Koperasi
c. Badan hukum asing sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 2 )
merupakan perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia
sebelum ditetapkan sebagai mitra KSPI.
3. Objek KSPI
a. Objek KSPI meliputi BMN berupa:
1) tanah dan / atau bangunan ; dan
2) selain tanah dan / atau bangunan ,
yang berada pada Pengguna Barang.
b. Objek KSPI berupa tanah dan / atau bangunan sebagaimana
dimaksud pada huruf a angka 1) , dapat dilakukan untuk sebagian
atau keseluruhannya.
4. Jangka Waktu KSPI
a. Jangka waktu KSPI paling lama 50 (lima puluh) tahun sejak
perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang.
b. Perpanjangan jangka waktu KSPI sebagaimana dimaksud pada
huruf a hanya dapat dilakukan apabila terjadi government force
majeure , seperti dampak kebijakan pemerintah yang disebabkan
oleh terjadinya krisis ekonomi, politik, sosial, dan keamanan.
c. Perpanjangan jangka waktu KSPI sebagaimana dimaksud pada
huruf b diajukan permohonannya paling lama 6 (enam) bulan
setelah government force majeure nyata- nyata terjadi.
d. Perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf c
ditetapkan oleh PJPB, setelah mendapat persetujuan Pengelola
Barang dan dituangkan dalam perjanjian KSPI .
5. Pemilihan Mitra KSPI
a. PJPB menetapkan mitra KSPI berdasarkan hasil pengadaan badan
usaha pelaksana Proyek Kerja Sama sesuai dengan ketentuan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 186 -

peraturan perundang-undangan di bidang kerja sama pemerintah


dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur.
b. Penetapan mitra KSPI dilaporkan oleh PJPB kepada Pengelola
Barang paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal
penetapan tersebut.
6. Perjanjian KSPI
a. PJPB menandatangani perjanjian KSPI dengan mitra KSPI yang
ditetapkan dari hasil pengadaan badan usaha pelaksana.
b. Perjanjian sebagaimana dimaksud pada huruf a dituangkan dalam
bentuk akta notariil.
c. Dalam hal Proyek Kerja Sama merupakan gabungan dari 2 (dua)
atau lebih jenis infrastruktur yang melibatkan lebih dari 1 (satu)
Pengguna Barang, PJPB menandatangani perjanjian Pemanfaatan
BMN dengan mitra KSPI dengan disaksikan oleh koordinator PJPB.
d. Berdasarkan perjanjian KSPI sebagaimana dimaksud pada huruf a,
PJPB menyerahkan BMN yang menjadi objek KSPI kepada mitra
KSPI .
e. Penyerahan BMN yang menjadi objek KSPI sebagaimana dimaksud
pada huruf d dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima yang
ditandatangani oleh PJPB dan mitra KSPI .
f. Penyerahan BMN yang menjadi objek KSPI sebagaimana dimaksud
pada huruf d hanya dalam rangka Pemanfaatan BMN dan bukan
sebagai pengalihan kepemilikan BMN .
g. PJPB melaporkan pelaksanaan penandatanganan perjanjian KSPI
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan penyerahan BMN kepada
mitra KSPI sebagaimana dimaksud pada huruf d kepada Pengelola
Barang dengan melampirkan fotokopi perjanjian KSPI dan fotokopi
Berita Acara Serah Terima.
7. Hasil KSPI dan Pembagian Kelebihan Keuntungan ( Clawback )
a. Hasil dari KSPI terdiri atas:
1) barang hasil KSPI berupa infrastruktur beserta fasilitasnya
yang dibangun oleh mitra KSPI; dan
2) pembagian atas kelebihan keuntungan ( clawback ) yang
diperoleh dari yang ditentukan sesuai perjanjian KSPI , jika ada.
b. Hasil KSPI sebagaimana dimaksud pada huruf a huruf a berupa:
1) bangunan konstruksi infrastruktur beserta sarana dan
fasilitasnya;
2) pengembangan infrastruktur berupa penambahan dan / atau
peningkatan terhadap kapasitas, kuantitas dan / atau kualitas
infrastruktur; dan / atau
3) hasil pembangunan / pengembangan infrastruktur lainnya.
c. Besaran pembagian kelebihan keuntungan ( clawback ) sebagaimana
dimaksud pada huruf a angka 2 ) ditetapkan oleh Pengelola Barang.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 187 -

d. Perhitungan besaran pembagian kelebihan keuntungan ( clawback )


ditentukan oleh Pengelola Barang dari hasil perhitungan tim yang
dibentuk oleh Pengelola Barang dengan mempertimbangkan hasil
Penilaian .
e. Perhitungan pembagian kelebihan keuntungan ( clawback )
dilakukan dengan mempertimbangkan:
1) karakteristik infrastruktur;
2) nilai investasi pemerintah;
3) nilai investasi mitra KSPI;
4) risiko yang ditanggung mitra KSPI;
5) dukungan pemerintah; dan
6) jaminan Pemerintah atas Proyek Kerja Sama.
f. Pembagian atas kelebihan keuntungan sebagaimana dimaksud
pada huruf a angka 2) merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang harus disetorkan ke rekening Kas Umum Negara paling lambat
setiap tanggal 30 April tahun berikutnya.
8. Peniadaan Clawback
a. Pembagian atas kelebihan keuntungan ( clawback ) dapat ditiadakan
atas permohonan dari Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) .
b. Peniadaan pembagian atas kelebihan keuntungan ( clawback )
sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan dengan ketentuan
merupakan proyek yang tercantum dalam:
1) daftar rencana Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha;
2 ) Peraturan Presiden mengenai percepatan proyek strategis
nasional; dan / atau
3) dokumen Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur
Prioritas (KPPIP) .
c. PJPK bertanggung jawab penuh secara formil dan materiil terhadap
permohonan peniadaan pembagian atas kelebihan keuntungan
( clawback ) sebagaimana dimaksud pada huruf a yang dituangkan
dalam surat pernyataan.
d. Peniadaan pembagian atas kelebihan keuntungan ( clawback )
sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan terhadap
pelaksanaan KSPI yang berjangka waktu paling lama 20 (dua puluh)
tahun.
e. Terhadap permohonan peniadaan pembagian atas kelebihan
keuntungan ( clawback ) sebagaimana dimaksud pada huruf a,
dilakukan kajian oleh tim yang dibentuk oleh Pengelola Barang.
f. Infrastruktur yang menjadi hasil pelaksanaan KSPI , diserahkan
oleh mitra KSPI kepada PJPB sesuai perjanjian .
g. PJPB melaporkan dan / atau menyerahkan BMN yang diterima dari
mitra KSPI sebagaimana dimaksud pada huruf f kepada Pengguna
Barang. T
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 188 -

h. Penyerahan sebagaimana dimaksud pada huruf f dilakukan paling


lama 3 ( tiga) bulan setelah berakhirnya perjanjian.
i. Mitra KSPI wajib melakukan pengamanan dan pemeliharaan hasil
KSPI sampai dengan hasil KSPI diserahterimakan kepada PJPB.
9. Pengakhiran KSPI
a. KSPI berakhir dalam hal:
1) berakhirnya jangka waktu KSPI;
2) pengakhiran perjanjian KSPI secara sepihak oleh Pengelola
Barang dan / atau Pengguna Barang;
3) berakhirnya perjanjian KSPI ; atau
4) ketentuan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
b. Pengakhiran secara sepihak oleh Pengelola Barang dan / atau
Pengguna Barang dapat dilakukan dalam hal mitra KSPI:
1) tidak membayar pembagian kelebihan keuntungan ( clawback )
selama 3 (tiga) tahun berturut- turut sesuai perjanjian KSPI;
dan / atau
2 ) tidak memenuhi kewajiban selain sebagaimana dimaksud pada
huruf a sebagaimana tertuang dalam perjanjian KSPI .
c. Pengakhiran KSPI sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat
dilakukan oleh Pengelola Barang dan / atau Pengguna Barang secara
tertulis tanpa melalui pengadilan.

G. KERJA SAMA TERBATAS UNTUK PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR (KETUPI )


1. Umum
a. KETUPI dilakukan dengan tujuan:
1) optimalisasi BMN ;
2) meningkatkan fungsi operasional BMN ; dan
3) mendapatkan pendanaan untuk pembiayaan penyediaan
infrastruktur
b. Penerimaan negara atas KETUPI merupakan pendapatan BLU yang
akan digunakan untuk meningkatkan fungsi operasional
infrastruktur sejenis atau pembiayaan penyediaan infrastruktur
jenis lainnya yang terdapat dalam daftar Proyek Infrastruktur
Prioritas dan / atau Proyek Strategis Nasional.
2. Subjek KETUPI
a. Pihak yang dapat melaksanakan KETUPI meliputi:
1) Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN , yang selanjutnya
disingkat PJPB dan Badan Layanan Umum , yang selanjutnya
disingkat BLU.
2 ) Menteri / Pimpinan Lembaga selaku Penanggung Jawab Proyek
Kerja Sama, yang selanjutnya disingkat PJPK merupakan
PJPB.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 189 -

3) BLU sebagaimana dimaksud pada huruf a ditunjuk atau


ditetapkan oleh Pengelola Barang.
b. Pihak yang dapat menjadi mitra KETUPI meliputi:
1) Badan Usaha Milik Negara;
2) Badan Usaha Milik Daerah;
3) Swasta berbentuk Perseroan Terbatas;
4) badan hukum asing; atau
5) Koperasi.
c. Pemilihan dan penetapan mitra KETUPI dilakukan oleh PJPB
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai hak pengelolaan terbatas atas aset infrastruktur.
3. Objek KETUPI
a. Objek KETUPI meliputi BMN berupa tanah dan / atau bangunan
beserta fasilitasnya pada Pengguna Barang.
b. KETUPI dapat dilakukan terhadap BMN :
1) infrastruktur transportasi, meliputi kepelabuhan ,
kebandarudaraan, perkeretaapian , dan terminal bus;
2) infrastruktur jalan tol;
3) infrastruktur sumber daya air;
4) infrastruktur air minum;
5) infrastruktur sistem pengelolaan air limbah;
6) infrastruktur sistem pengelolaan persampahan;
7) infrastruktur telekomunikasi dan informatika;
8) infrastruktur ketenagalistrikan; dan
9) infrastruktur minyak, gas bumi, dan energi terbarukan .
c. BMN sebagaimana dimaksud pada huruf b paling kurang
memenuhi persyaratan:
1) telah beroperasi penuh paling kurang selama 2 (dua) tahun;
2) membutuhkan peningkatan efisiensi operasi sesuai dengan
standar internasional yang berlaku umum;
3) memiliki umur manfaat aset infrastruktur paling sedikit
selama 10 (sepuluh ) tahun; dan
4) disajikan dalam laporan keuangan Kementerian / Lembaga
yang telah diaudit berdasarkan Standar Akuntansi
Pemerintahan pada periode sebelumnya.
d . Objek KETUPI sebagaimana dimaksud pada huruf a diserahkan
kepada Pengelola Barang untuk selanjutnya diserahkan
pengelolaannya kepada BLU.
e. BMN objek KETUPI sebagaimana dimaksud pada huruf d akan
diserahkan kembali kepada Pengguna Barang setelah jangka waktu
KETUPI berakhir.
f. BMN sebagaimana dimaksud pada huruf d dilakukan
penatausahaannya oleh BLU selama jangka waktu KETUPI.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 190 -

4. Jangka Waktu
Jangka waktu KETUPI paling lama 50 (lima puluh ) tahun sejak
perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang.
5. Hasil KETUPI
a. Hasil KETUPI berupa:
1) pembayaran dana di muka ( upfrontpayment ) ; dan
2) aset.
b. Hasil KETUPI berupa pembayaran dana di muka ( upfront payment )
sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1) :
1) nilainya ditetapkan oleh PJPB;
2) dilakukan pembayarannya oleh mitra KETUPI ke rekening BLU
paling lama 6 (enam) bulan setelah penandatanganan
perjanjian;
3) dapat diberikan perpanjangan jangka waktu pembayarannya
paling lama 6 (enam) bulan , dalam hal terjadi kegagalan
pembayaran oleh mitra KETUPI sebagaimana dimaksud pada
angka 2, yang pengaturannya berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai hak
pengelolaan terbatas atas aset infrastruktur;
4) tidak membatasi hak BLU untuk memperoleh pembagian
kelebihan keuntungan ( clawback ) ; dan
5) peruntukannya ditetapkan oleh PJPB setelah mendapat
persetujuan dari BLU.
c. Aset hasil KETUPI sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2) :
1) dapat berupa tanah, gedung, bangunan, sarana, dan
fasilitasnya yang diadakan oleh mitra KETUPI;
2) pengadaannya diperjanjikan antara BLU dan mitra KETUPI;
dan
3) menjadi BMN pada Pengelola Barang sejak diserahterimakan
oleh mitra KETUPI kepada BLU.
6. Perjanjian KETUPI
a. Pelaksanaan KETUPI dituangkan dalam perjanjian yang
ditandatangani oleh BLU dan mitra KETUPI.
b. Materi yang diatur dalam perjanjian sebagaimana dimaksud pada
huruf a berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai hak pengelolaan terbatas atas aset
infrastruktur.
c. Perjanjian sebagaimana dimaksud pada huruf a dituangkan dalam
bentuk akta notariil.
7. Pengelolaan dan Penggunaan Dana Hasil oleh BLU
a. BLU melakukan pengelolaan:
1) dana hasil KETUPI, meliputi pembayaran dana di muka
( upfront payment ) , pembagian kelebihan keuntungan
( clawback ) , dan / atau
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 191 -

2) pencairan jaminan; dan / atau hasil pengelolaan dana


sebagaimana dimaksud pada angka 1.
b. Dana sebagaimana dimaksud pada huruf a merupakan pendapatan
BLU.
c. Dana sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1) digunakan oleh
BLU untuk pembiayaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d . Dana sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2) digunakan oleh
BLU:
1) untuk pembiayaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
2) sebagai pendukung kegiatan operasional BLU.
e. Pembiayaan infrastruktur sebagaimana dimaksud pada huruf c dan
huruf d angka 1 dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan .
8. Pengakhiran KETUPI
a. KETUPI berakhir dalam hal:
1) berakhirnya jangka waktu KETUPI sebagaimana tertuang
dalam perjanjian dan tidak dilakukan perpanjangan;
2) pengakhiran perjanjian KETUPI secara sepihak oleh BLU;
3) berakhirnya perjanjian KETUPI; atau
4) ketentuan lain sesuai peraturan perundang-undangan.
b. Pengakhiran KETUPI sebagaimana dimaksud pada huruf a angka
2 ) , dapat dilakukan dalam hal mitra KETUPI:
1) tidak membayar pembayaran dana di muka (upfront payment )
sesuai perjanjian KETUPI; dan / atau
2 ) tidak memenuhi kewajiban selain sebagaimana dimaksud pada
angka 1 sebagaimana tertuang dalam perjanjian KETUPI.
c. Pengakhiran KETUPI sebagaimana dimaksud pada huruf b dapat
dilakukan oleh BLU secara tertulis tanpa melalui pengadilan ,
setelah terlebih dahulu diberikan peringatan / pemberitahuan
tertulis kepada mitra.
d . Dalam hal pengakhiran perjanjian KETUPI oleh BLU sebagaimana
dimaksud pada huruf a angka 2 ) dan angka 3) , BLU dan / atau PJPB
dapat membentuk tim untuk melakukan evaluasi terhadap
investasi dan kewajiban mitra.
e. Evaluasi terhadap investasi dan kewajiban mitra sebagaimana
dimaksud pada huruf d dilakukan setelah BLU memperoleh hasil
reviu APIP.
f. Dalam hal terjadi pengakhiran KETUPI sebagaimana dimaksud
pada huruf a angka 2) dan angka 3) :
1) seluruh biaya yang telah dikeluarkan oleh mitra sampai
dengan dilakukannya pengakhiran KETUPI sepenuhnya
menjadi beban mitra KETUPI; dan / atau
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 192 -

2) berdasarkan evaluasi sebagaimana dimaksud pada huruf e ,


investasi dan kewajiban mitra lama dapat beralih kepada mitra
barn .
g. Mitra baru sebagaimana dimaksud pada huruf f dipilih sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai hak pengelolaan terbatas atas aset infrastruktur.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 193 -
BAB VIII
PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN

A. UMUM
1. Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (2) huruf f Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara / Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2020, Pengguna
Barang / Kuasa Pengguna Barang wajib melakukan pengamanan dan
pemeliharaan BMN yang berada dalam penguasaannya.
2. Kewenangan dan Tanggung Jawab
a. Pengamanan dan pemeliharaan BMN dilaksanakan oleh Pengguna
Barang dan / atau Kuasa Pengguna Barang sesuai dengan kewenangan
dan tanggung jawabnya masing-masing.
b. Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang wajib melakukan
pemeliharaan terhadap BMN yang berada dalam penguasaannya secara
rutin dan sewaktu-waktu dengan memperhatikan karakteristik masing-
masing BMN sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan tugas dan
fungsi Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang, kondisi BMN
bersangkutan, dan / atau ketersediaan biaya.

B. PENGAMANAN BMN
1. Ketentuan Dasar
a. Pengamanan BMN meliputi pengamanan fisik, pengamanan
administrasi, dan pengamanan hukum.
b. Salah satu upaya pengamanan fisik BMN dilakukan dengan cara
mengasuransikan BMN sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Pengamanan administrasi dilakukan baik secara fisik maupun secara
digital dalam SIMAN .
d . BMN berupa tanah harus disertipikatkan atas nama Pemerintah
Republik Indonesia c.q. Kementerian Keuangan .
e. BMN berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas
nama Pemerintah Republik Indonesia c.q. Kementerian Keuangan.
f. BMN selain tanah dan / atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti
kepemilikan atas nama Kementerian Keuangan.
2. Pengamanan BMN Berupa Tanah
a. Pengamanan Fisik
1) Memasang tanda batas tanah .
a) Pemasangan tanda batas tanah dilakukan melalui pembangunan
pagar pembatas yang terbuat dari dinding bata atau logam
dengan tinggi minimal 1 (satu) meter.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 194 -
b) Dalam hal pembangunan pagar belum dapat dilakukan
dikarenakan keterbatasan anggaran , maka pemasangan tanda
batas tanah dilakukan melalui pemasangan patok penanda batas
tanah , baik patok beton maupun patok besi, dengan ketentuan
sebagai berikut:
(1) tinggi minimal 0,50 ( nol koma lima puluh ) meter dari
permukaan tanah;
(2) kedalaman minimal 1 (satu) meter dari permukaan tanah ;
dan
(3) jarak antara satu patok dan lainnya minimal 100 (seratus)
meter atau disesuaikan dengan kondisi tanah bersangkutan .
2) Memasang papan nama mengikuti ketentuan sebagaimana
tercantum dalam BAB IV Lampiran Keputusan Menteri ini.
3) Melakukan penjagaan langsung oleh satuan pengamanan (satpam)
atau petugas yang ditunjuk.
4) Mengubah bentuk tanah dari bentuk datar, baik menjadi bentuk
galian maupun menjadi bentuk tanggul, yang dapat mencerminkan
upaya pengamanan BMN dimaksud .
b. Pengamanan Administrasi
1) Menghimpun , mencatat, menyimpan, dan menatausahakan
dokumen bukti kepemilikan tanah secara tertib dan aman.
Dokumen tersebut yaitu:
a) Perjanjian Sewa antara Pengguna Barang / Kuasa Pengguna
Barang dengan pihak ketiga beserta dokumen yang
mendahuluinya atau mengikutinya, yang berupa izin prinsip dari
Pengelola Barang, Berita Acara Serah Terima (BAST) , kuitansi
pembayaran , dan / atau bukti setor ke Kas Negara.
b) Perjanjian Pinjam Pakai antara Kementerian dengan instansi
lainnya beserta dokumen yang mendahului atau mengikutinya,
yang berupa izin prinsip dari Pengelola Barang dan BAST.
c) Perjanjian KSP antara Kementerian dengan pihak ketiga beserta
dokumen yang mendahului atau mengikutinya, yang berupa izin
prinsip dari Pengelola Barang, dokumen pelelangan, dan / atau
BAST.
d ) Perjanjian BGS / BSG antara Kementerian dengan pihak ketiga
beserta dokumen yang mendahului atau mengikutinya, yang
berupa izin prinsip dari Pengelola Barang dan / atau BAST.
e) Perjanjian KSPI antara Kementerian dengan pihak ketiga beserta
dokumen yang mendahului atau mengikutinya, yang berupa izin
prinsip dari Pengelola Barang dan / atau BAST.
f ) Perjanjian KETUPI antara Badan Layanan Umum dengan pihak
ketiga beserta dokumen yang mendahului atau mengikutinya,
yang berupa izin prinsip dari Pengelola Barang dan / atau BAST.

4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 195 -
g) Perjanjian jual beli antara Kementerian dengan pihak ketiga
beserta dokumen yang mendahului atau mengikutinya, yang
berupa izin prinsip dari Pengelola Barang, dokumen pelelangan,
bukti pelepasan hak, Berita Acara Penelitian dan Penilaian , Akta
Jual Beli, Keputusan Menteri tentang penghapusan , BAST,
dan / atau kuitansi pembayaran.
h ) Perjanjian Tukar Menukar antara Kementerian dengan pihak
ketiga beserta dokumen yang mendahului atau mengikutinya,
yang berupa persetujuan dari Pengelola Barang, peta situasi
tanah pengganti atau gambar bangunan, Keputusan
Penghapusan , dan / atau BAST.
i) Hibah antara Kementerian dengan Pemerintah Daerah, dari
Pemerintah Daerah kepada Kementerian atau dari Kementerian
kepada Pihak Lain beserta dokumen pendahuluannya, yang
berupa izin prinsip dari Pengelola Barang, Keputusan tentang
pemberian Hibah , BAST, dokumen terkait register Hibah , surat
pelepasan hak perorangan / masyarakat ulayat dan surat-surat
terkait lainnya.
j) Dokumen Penyertaan Modal Negara kepada Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) / Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) / perseroan
terbatas, yang berupa izin prinsip dari Pengelola Barang, Berita
Acara Penaksiran dan Penilaian , Peraturan Pemerintah tentang
Penyertaan Modal Negara, Keputusan Menteri tentang
penghapusan , dan / atau BAST.
k) Dokumen Pengadaan tanah berupa Keputusan
gubernur / bupati / walikota tentang Keputusan Panitia Pengadaan
Tanah , keputusan BAST / Berita Acara Penelitian tentang hasil
musyawarah ganti rugi, surat pelepasan hak, Daftar Nominatif ,
daftar ganti rugi pembayaran / bukti kuitansi pembayaran, surat
ukur, gambar situasi, sertipikat / girik / letter C/ Kohir / Petuk D ,
dan / atau peta pembebasan / gambar situasi / peta rincikan.
1) Dokumen Administrasi tanah lainnya, yang terdiri atas 1 (satu )
atau beberapa dari dokumen sebagai berikut:
(1) dokumen Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB) ;
(2) keputusan penetapan status penggunaan tanah;
(3) Kartu Identitas Barang (KIB) , yaitu kartu yang mencatat
identitas tanah secara lengkap atau kartu yang sejenis;
(4) catatan mutasi / perubahan , yaitu kartu yang mencatat
perubahan yang terjadi pada KIB atau kartu lain yang
sejenis;
(5) Daftar Inventaris Barang;
(6) Laporan Inventaris Barang (LIB);
(7) laporan BMN sementara, yang terdiri dari laporan BMN
intrakomptabel, Laporan BMN ekstrakomptabel , Laporan
BMN gabungan, dan laporan lainnya yang sejenis; dan
(8) laporan semesteran.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 196 -
2) Melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) melengkapi bukti kepemilikan dan / atau menyimpan sertipikat
tanah;
b) membuat KIB Tanah;
c) melaksanakan Inventarisasi / sensus BMN sekurang-kurangnya
sekali dalam 5 (lima) tahun serta melaporkan hasilnya; dan
d) mencatat dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) - Tanah .
c. Pengamanan Hukum
1) Untuk tanah yang belum memiliki sertipikat, dilakukan dengan cara:
a) Dalam hal BMN telah didukung oleh dokumen awal kepemilikan,
antara lain berupa Letter C / D , akta jual beli, akte Hibah , atau
dokumen setara lainnya, maka Pengguna Barang dan / atau
Kuasa Pengguna Barang segera mengajukan permohonan
penerbitan sertipikat atas nama Pemerintah Republik Indonesia
cq. Kementerian Keuangan kepada Badan Pertanahan / Kantor
Pertanahan setempat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; atau
b) Dalam hal BMN tidak didukung dengan dokumen kepemilikan ,
Pengguna Barang dan / atau Kuasa Pengguna Barang
mengupayakan untuk memperoleh dokumen awal guna
pengurusan bukti kepemilikan, seperti riwayat tanah , melalui
koordinasi dengan Pejabat Pemerintahan Desa, Pejabat
Pemerintahan Kecamatan , atau pihak terkait lainnya. Dokumen
tersebut digunakan oleh Pengguna Barang dan / atau Kuasa
Pengguna Barang dalam mendaftarkan BMN bersangkutan ke
Badan Pertanahan Nasional / Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional / Kantor Pertanahan setempat untuk keperluan
pemrosesan penerbitan sertipikat atas nama Pemerintah
Republik Indonesia cq. Kementerian Keuangan.
2 ) Untuk tanah yang sudah bersertipikat namun belum atas nama
Pemerintah Republik Indonesia cq. Kementerian Keuangan ,
Pengguna Barang dan / atau Kuasa Pengguna Barang segera
mengajukan permohonan perubahan nama sertipikat hak atas tanah
kepada Badan Pertanahan Nasional / Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional setempat / Kantor Pertanahan setempat
menjadi atas nama Pemerintah Republik Indonesia cq. Kementerian
Keuangan.
3) Mengusulkan penetapan status Penggunaan .
3. BMN Berupa Gedung dan / atau Bangunan
a. Pengamanan Fisik
1) Membangun pagar pembatas Gedung dan / atau Bangunan. Pagar
pembatas berupa dinding bata atau logam dengan dominan warna
hitam yang tingginya disesuaikan kondisi gedung dan / atau
bangunan bersangkutan.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 197 -
2 ) Memasang Identitas Perkantoran mengikuti ketentuan sebagaimana
tercantum dalam BAB IV Lampiran Keputusan Menteri ini.
3) Melakukan tindakan antisipasi untuk mencegah / menanggulangi
terjadinya kebakaran yang meliputi:
a) menyediakan tabung pemadam kebakaran dengan jumlah
maksimal sesuai kebutuhan dan menempatkannya di tempat
yang mudah dijangkau;
b) menyediakan hydrant kebakaran dengan jumlah maksimal
sesuai kebutuhan dan menempatkannya di tempat yang layak;
c) memasang smoke detector di plafon pada tempat tertentu sesuai
kebutuhan;
d) memasang sprinkler di plafon pada tempat tertentu sesuai
kebutuhan;
e) memasang alarm kebakaran di setiap lantai sesuai kebutuhan;
f ) memastikan ketersediaan pintu darurat yang memadai; dan / atau
g) melakukan latihan dan / atau simulasi penanggulangan
kebakaran / gempa bumi / tsunami secara berkala.
4) Memastikan kelayakan dan kelaikan jaringan listrik, jaringan air,
dan jaringan lainnya jika ada, termasuk pipa dan kabel, secara
berkala.
5) Membatasi dan mengendalikan akses keluar masuk gedung
dan / atau bangunan serta fasilitas lainnya, baik di dalam jam kerja
maupun di luar jam kerja.
6) Menyediakan stiker kendaraan bagi pegawai yang bekerja di gedung
dan / atau bangunan bersangkutan untuk dipasang pada kaca
kendaraan roda empat atau sepatbor kendaraan roda dua, yang
berlaku selama 1 (satu) tahun.
7) Memasang Closed -Circuit Television (CCTV) , baik di dalam maupun di
luar gedung dan / atau bangunan , untuk memonitor akses, mobilitas,
dan / atau kegiatan yang terjadi di tempat tertentu.
8) Untuk gedung dan / atau bangunan yang bersifat strategis (gedung
Menteri dan Pimpinan Unit Eselon I ) dapat memasang metal detector
di pintu masuk.
9) Satuan Kerja penanggung jawab gedung dan / atau bangunan
menyediakan Satuan Pengaman (Satpam) dengan jumlah dan
komposisi menyesuaikan fungsi dan peruntukkan gedung dan / atau
bangunan .
10) Untuk gedung dan / atau bangunan kantor Menteri, Wakil Menteri,
kantor pusat unit organisasi Eselon I, dan kantor instansi vertikal
unit organisasi Eselon I yang berlokasi di ibukota provinsi, harus
disediakan tenaga penerima tamu ( resepsionis) dengan jumlah dan
komposisi menyesuaikan fungsi dan peruntukkan gedung dan / atau
bangunan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 198 -
11) Pengamanan fisik terhadap BMN berupa gedung dan / atau bangunan
dilakukan dengan memperhatikan skala prioritas dan ketersediaan
anggaran. Adapun skala prioritas dimaksud , antara lain:
a) fungsi penggunaan bangunan, diantaranya sebagai gedung
kantor, gedung arsip, gudang, tempat ibadah , atau tempat
pelayanan umum;
b) lokasi bangunan , yaitu berada di lokasi perkantoran ,
pemukiman, perniagaan , daerah padat penduduk, tingkat
kerawanan kejahatan yang tinggi, ataupun daerah dan lokasi
tertentu lainnya;
c) unsur nilai strategis bangunan , yaitu bangunan yang telah
digunakan secara optimal atau bangunan yang masih dalam taraf
perencanaan penggunaan, renovasi / rehabilitasi / rekonstruksi, dan
lain-lain.
b. Pengamanan Administrasi
Menghimpun, mencatat, menyimpan , dan menatausahakan secara tertib
dan teratur atas dokumen sebagai berikut:
1) dokumen kepemilikan berupa IMB / PBG;
2 ) dokumen PBB;
3) keputusan penetapan status penggunaan gedung dan / atau
bangunan;
4) gambar / legger bangunan;
5) blue print jalur kelistrikan;
6) DBKP gedung dan bangunan ;
7) laporan hasil inventarisasi yang sudah disahkan oleh pejabat yang
berwenang / yang dikuasakan, pada setiap level unit penatausahaan;
8) BAST; dan / atau
9 ) dokumen terkait lainnya yang diperlukan.
c. Pengamanan Hukum
1) Melakukan pengurusan PBG, bagi bangunan yang belum memiliki
PBG.
2 ) Mengusulkan penetapan status penggunaan.
4 . BMN Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Operasional
a. Pengamanan Fisik
1) Kendaraan Jabatan
a) Membuat BAST kendaraan antara Kuasa Pengguna Barang dan
penanggung jawab kendaraan, yang berisi klausul antara lain:
(1) pernyataan tanggung jawab atas kendaraan dengan
keterangan nomor polisi, merek, dan tahun perakitan
kendaraan tersebut dengan seluruh resiko yang melekat
diatasnya; dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 199 -
(2 ) pernyataan untuk mengembalikan kendaraan segera setelah
berakhirnya jangka waktu peminjaman atau masa jabatan
telah berakhir kepada unit pengelola kendaraan yang
meminjamkan kendaraan dimaksud .
b) Kehilangan kendaraan jabatan di luar tugas kantor menjadi
tanggung jawab penanggung jawab kendaraan .
2 ) Kendaraan Operasional
a) Membuat surat pernyataan tanggung jawab atas kendaraan
operasional dimaksud , yang ditandatangani oleh Kuasa
Pengguna Barang dan penanggung jawab kendaraan operasional
dan berisi klausa antara lain:
(1) keterangan nomor polisi, merek dan tahun perakitan
kendaraan ;
(2) pernyataan tanggung jawab atas kendaraan dinas dengan
seluruh risiko yang melekat atas kendaraan dinas tersebut;
dan
(3) pernyataan untuk mengembalikan kendaraan dinas setelah
jangka waktu peminjaman berakhir .
b) Menyimpan kendaraan operasional pada tempat yang sudah
ditentukan di lingkungan kantor dan diberi pengaman berupa
kunci ganda atau sistem pengamanan lainnya.
c) Kendaraan operasional tidak diperkenankan untuk dibawa
pulang.
d ) Kartu parkir dipegang oleh penanggung jawab kendaraan
operasional.
e) Memastikan spesifikasi Kendaraan Operasional mengikuti
ketentuan sebagaimana tercantum dalam BAB IV Lampiran
Keputusan Menteri ini.
3) Kendaraan Fungsional
a) Membuat surat pernyataan tanggung jawab atas kendaraan
fungsional dimaksud, yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna
Barang dan penanggung jawab kendaraan fungsional dan berisi
klausul antara lain:
(1) keterangan nomor polisi, merek dan tahun perakitan
kendaraan;
( 2 ) pernyataan tanggung jawab atas kendaraan dinas dengan
seluruh risiko yang melekat atas kendaraan dinas tersebut;
dan
(3) pernyataan untuk mengembalikan kendaraan dinas setelah
jangka waktu peminjaman berakhir.
b) Menyimpan kendaraan fungsional pada tempat yang sudah
ditentukan di lingkungan kantor dan diberi pengaman berupa
kunci ganda atau sistem pengamanan lainnya.
c) Kendaraan fungsional tidak diperkenankan untuk dibawa
pulang.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 200 -
d ) Kartu parkir dipegang oleh penanggung jawab kendaraan
fungsional.
e) Kendaraan fungsional hanya dapat digunakan sesuai
peruntukan sebagaimana dokumen penetapan / revisi RP4 tahun
berjalan.
4) Alat angkutan darat bermotor hanya digunakan dalam kepentingan
dinas yang menunjang tugas dan fungsi Kementerian.
5) Penggunaan alat angkutan darat bermotor dibatasi hanya pada hari
kerja kantor.
6 ) Alat angkutan darat bermotor hanya digunakan di dalam kota.
7) Pengecualian atas ketentuan pada angka 5) dan angka 6)
dimungkinkan sepanjang terdapat izin pejabat yang ditunjuk oleh
Kuasa Pengguna Barang sebagai penanggung jawab alat angkutan
darat bermotor atau penugasan dari kepala satuan kerja atau
pejabat struktural paling rendah setingkat pejabat Eselon III.
8) Jika alat angkutan darat bermotor mengalami kerusakan yang
terjadi karena kecelakaan atau tindak kejahatan lain yang dialami
sebagai akibat dari kesalahan atau kelalaian penanggung jawab alat
angkutan darat bermotor atau penyimpangan dari ketentuan dalam
Keputusan Menteri ini, maka pejabat negara, pejabat struktural,
dan / atau pejabat yang ditunjuk sebagai penanggung jawab alat
angkutan darat bermotor bertanggungjawab untuk melakukan
perbaikan atas kerusakan dimaksud .
9) Jika alat angkutan darat bermotor hilang sebagai akibat dari
kesalahan atau kelalaian penanggung jawab alat angkutan darat
bermotor atau penyimpangan dari ketentuan dalam Keputusan
Menteri ini, maka pejabat negara, pejabat struktural, dan / atau
pejabat yang ditunjuk oleh Kuasa Pengguna Barang sebagai
penanggung jawab alat angkutan darat bermotor dikenakan
tuntutan ganti rugi yang pemrosesannya dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan .
10) Kesalahan sebagaimana dimaksud pada angka 8) dan angka 9)
diartikan sebagai suatu tindakan dalam penggunaan kendaraan
dinas bermotor yang secara sengaja melawan hukum, aturan ,
norma, atau kebiasaan yang berlaku.
11) Kelalaian sebagaimana dimaksud pada angka 8) dan angka 9)
diartikan sebagai suatu tindakan yang tidak direncanakan
sebelumnya yang menimbulkan dampak negatif , baik langsung
maupun tidak langsung kepada alat angkutan darat bermotor.
b. Pengamanan Administrasi
Menghimpun, mencatat, menyimpan , dan menatausahakan secara tertib
dan teratur atas dokumen sebagai berikut:
1) Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) ;
2 ) copy Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) ;
3) faktur pembelian;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 201 -
4) BAST dengan lampirannya;
5) catatan perawatan berkala;
6) Kartu Inventaris Barang ( KIB); dan / atau
7) dokumen terkait lainnya yang diperlukan.
c. Pengamanan Hukum .
1) Melakukan pengurusan semua dokumen kepemilikan alat angkutan
darat bermotor, seperti BPKB dan STNK, termasuk pembayaran
pajak alat angkutan darat bermotor.
2) Melakukan pemrosesan tuntutan ganti rugi yang dikenakan pada
pihak- pihak yang bertanggungjawab atas kehilangan kendaraan
dinas bermotor.
3) Melakukan upaya hukum yang dapat ditempuh terhadap segala
permasalahan pada alat angkutan darat bermotor yang kejadiannya
dapat dibuktikan bukan sebagai akibat dari kesalahan dan kelalaian
penanggung jawab alat angkutan darat bermotor atau penyimpangan
dari ketentuan dalam Keputusan Menteri ini.
4) Mengusulkan penetapan status penggunaan.
5. BMN Berupa Rumah Negara
a. Pengamanan Fisik
1) Objek Pengamanan fisik Rumah Negara meliputi:
a) Kompleks Rumah Negara;
b) Rumah Negara yang berdiri sendiri atau tidak berada di dalam
kompleks Rumah Negara;
c) Rusunara yang seluruh bangunannya dimiliki oleh Kementerian
Keuangan ; dan
d ) Rusunara yang merupakan bagian dari gedung / kompleks
apartemen umum dan / atau sejenisnya.
2) Setiap Rumah Negara harus diberi patok dari material yang tidak
mudah rusak , dengan ukuran panjang dan tinggi disesuaikan
dengan kondisi setempat.
3) Pagar pembatas
a) Terhadap kompleks Rumah Negara, dipasang pagar di sekeliling
kompleks, disesuaikan dengan kondisi di lapangan .
b) Terhadap Rumah Negara yang berdiri sendiri, dipasang pagar
halaman , disesuaikan dengan wujud arsitektur bangunan
Rumah Negara.
c) Terhadap Rumah Negara berbentuk Rusunara yang seluruh
bangunannya dimiliki oleh satuan kerja di lingkungan
Kementerian Keuangan, membangun pagar pembatas Rusunara.
Pembangunan pagar pembatas berupa dinding bata atau logam
yang tingginya disesuaikan dengan Rusunara bersangkutan .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 202 -
d ) Terhadap Rumah Negara berbentuk Rusunara yang merupakan
bagian dari gedung / kompleks apartemen umum dan sejenisnya,
pagar pembatas Rusunara mengikuti ketentuan dari pengelola
gedung / kompleks apartemen umum dan sejenisnya.
4) Memasang Identitas Perkantoran pada Rumah Negara mengikuti
ketentuan sebagaimana tercantum dalam BAB IV Lampiran
Keputusan Menteri ini.
5) Kuasa Pengguna Barang dilarang menelantarkan Rumah Negara.
6) Untuk Rumah Negara berbentuk Rusunara diperlukan penambahan
pengamanan yang terdiri dari:
a) Melakukan tindakan antisipasi untuk mencegah / menanggulangi
terjadinya kebakaran yang meliputi:
(1) Terhadap Rusunara yang seluruh bangunannya dimiliki oleh
Satuan Kerja di Lingkungan Kementerian Keuangan:
(a) menyediakan tabung pemadam kebakaran dengan
jumlah maksimal sesuai kebutuhan dan
menempatkannya di tempat yang mudah dijangkau;
( b) menyediakan hydrant kebakaran dengan jumlah
maksimal sesuai kebutuhan dan menempatkannya di
tempat yang layak;
(c) memasang smoke detector di plafon pada tempat tertentu
sesuai kebutuhan;
(d ) memasang sprinkler di plafon pada tempat tertentu
sesuai kebutuhan;
(e) memasang alarm kebakaran di setiap lantai sesuai
kebutuhan;
(f ) memastikan ketersediaan pintu darurat yang memadai;
dan / atau
(g) melakukan latihan dan / atau simulasi penanggulangan
kebakaran / gempa bumi / tsunami secara berkala.
(2) Terhadap Rusunara yang merupakan bagian dari
gedung / kompleks apartemen umum dan / atau sejenisnya
memastikan ketersediaan alat penanggulangan kebakaran .
(3) Terhadap Rusunara yang seluruh bangunannya dimiliki oleh
Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Keuangan,
pencantuman nama ruang dan informasi di dalam gedung
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
(a) Pencantuman nama ruang dan informasi menggunakan
bahan plat stainless steel dengan ukuran yang
disesuaikan estetika tampilan interior gedung;
(b) Nama ruang berupa tempat ibadah, toilet, dapur , gedung
dan fasilitas lainnya dicantumkan pada dinding di
samping pintu ruangan bersangkutan;
(c) Papan penunjuk arah ruang dan informasi disediakan di
lobi utama.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 203 -
(d ) Papan informasi lainnya, seperti jalur evakuasi dan
nomor lantai, disediakan di setiap lantai.
(e) Memastikan kelayakan dan kelaikan jaringan listrik,
jaringan air, dan jaringan lainnya jika ada, termasuk
pipa dan kabel, secara berkala.
b) Memasang CCTV, baik di dalam maupun di luar gedung
dan / atau bangunan, untuk memonitor akses, mobilitas,
dan / atau kegiatan yang terjadi di tempat tertentu
c) Tenaga Pengamanan:
( 1) Terhadap Rusunara yang seluruh bangunannya dimiliki oleh
satuan kerja di lingkungan Kementerian Keuangan , Pengelola
Rusunara menyediakan tenaga pengamanan untuk
ditempatkan di gerbang, lobi, dan / atau ruang publik lainnya.
(2) Terhadap Rusunara yang merupakan bagian dari
gedung / kompleks apartemen umum dan / atau sejenisnya,
memastikan ketersediaan tenaga pengamanan untuk
ditempatkan di gerbang, lobi, dan / atau ruang publik lainnya
dengan berkoordinasi terhadap Pengelola bangunan
gedung / apartemen atau sejenisnya.
d ) tamu penghuni Rumah Negara berbentuk Rusunara wajib
melapor kepada petugas keamanan.
7) Penghuni Rumah Negara berkewajiban untuk:
a) menjaga keamanan dan keteriban lingkungan Rumah Negara;
b) menjaga kebersihan Rumah Negara dan lingkungannya;
c) menempati Rumah Negara selambat-lambatnya dalam jangka
waktu 60 (enam puluh) hari sejak SIP diterima;
d) membayar Sewa Rumah Negara yang besarnya sesuai dengan
ketentuan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri yang
membidangi Rumah Negara;
e) memelihara Rumah Negara dengan baik dan bertanggung jawab
termasuk melakukan pemeliharaan ringan atas Rumah Negara
yang bersangkutan;
f ) menggunakan dan memanfaatkan Rumah Negara sesuai dengan
fungsinya;
g) membayar pajak, retribusi, dan biaya lain yang berkaitan dengan
penghunian Rumah Negara;
h ) membayar biaya pemakaian daya listrik, air, telepon, gas, biaya
kebersihan , biaya kemanan dan / atau biaya lain sesuai ketentuan
yang berlaku; dan
i) mengosongkan dan menyerahkan Rumah Negara beserta anak
kuncinya dalam kondisi baik kepada pejabat yang berwenang
paling lambat dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak
tanggal diterimanya keputusan pencabutan Surat Izin Penghunian
(SIP) .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 204 -
8) Penghuni Rumah Negara dilarang untuk:
a) mengubah sebagian atau seluruh bentuk rumah tanpa izin tertulis
dari pejabat yang berwenang pada instansi yang bersangkutan;
b) menggunakan Rumah Negara tidak sesuai dengan fungsi dan
peruntukkannya;
c) meminjamkan atau menyewakan Rumah Negara, baik sebagian
maupun keseluruhannya, kepada pihak lain;
d) menyerahkan Rumah Negara, baik sebagian maupun
keseluruhannya, kepada pihak lain;
e) menjaminkan Rumah Negara atau menjadikan Rumah Negara
sebagai agunan atau bagian dari pertanggungan utang dalam
bentuk apapun; dan
f ) menghuni Rumah Negara dalam satu kota / daerah yang sama bagi
masing-masing suami / istri yang berstatus Pegawai Negeri.
9) Mulai berlaku dan berakhirnya penghunian Rumah Negara.
a) Hak penghunian Rumah Negara berlaku sebagaimana ditetapkan
dalam SIP, kecuali ditentukan lain dalam keputusan pencabutan
SIP.
b) Penghuni Rumah Negara Golongan I yang tidak lagi menduduki
jabatan, yang menjadi dasar bagi yang bersangkutan untuk
menghuni rumah dimaksud, harus mengosongkan Rumah Negara
yang dihuni tersebut paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak
yang bersangkutan tidak lagi menduduki jabatan tersebut.
c) Penghuni Rumah Negara Golongan II:
( 1) yang dipindahtugaskan ( mutasi) ke daerah atau an tar instansi,
wajib mengosongkan Rumah Negara yang dihuni paling lama 1
(satu) bulan terhitung sejak tanggal keputusan mutasi;
( 2) yang izin penghuniannya berdasarkan SIP telah berakhir,
wajib mengosongkan Rumah Negara yang dihuni paling lama 1
(satu) bulan terhitung sejak tanggal berakhirnya izin
penghunian dimaksud;
(3) yang berhenti atas kemauan sendiri, wajib mengosongkan
Rumah Negara yang dihuni paling lama 1 (satu) bulan
terhitung sejak saat yang bersangkutan menyatakan berhenti;
(4) yang berhenti karena pensiun, wajib mengosongkan Rumah
Negara yang dihuni paling lama 1 (satu ) bulan terhitung sejak
tanggal diterbitkannya keputusan pencabutan SIP;
(5) yang diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat,
wajib mengosongkan Rumah Negara yang dihuni paling lama 1
(satu) bulan terhitung sejak saat diterimanya keputusan
pemberhentian tersebut;
(6) yang melanggar larangan penghunian Rumah Negara yang
dihuninya, wajib mengosongkan Rumah Negara yang dihuni
paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak saat diterimanya
keputusan pencabutan SIP.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 205 -
d) Suami / istri / anak / ahli waris lainnya dari penghuni Rumah Negara
Golongan II yang meninggal dunia wajib mengosongkan Rumah
Negara yang dihuni paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak saat
diterimanya keputusan pencabutan SIP.
e) Pencabutan SIP Rumah Negara Golongan I dilakukan oleh
Pimpinan Unit Organisasi Eselon I yang bersangkutan atau
pejabat yang ditunjuk.
f ) Pencabutan SIP Rumah Negara Golongan II dilakukan oleh Kuasa
Pengguna Barang yang menatausahakan Rumah Negara
bersangkutan .
g) Pencabutan SIP Rumah Negara berbentuk Rusunara dilakukan
oleh Pejabat Penanggung Jawab Rusunara berdasarkan hasil
penelitian dan pemeriksaan , dalam hal ditemukan adanya
pelanggaran ketentuan persyaratan penghunian Rusunara oleh
penghuni tersebut;
h ) Pencabutan SIP Rumah Negara dilakukan setelah diadakan
penelitian dan pemeriksaan, sehingga diperoleh bukti yang cukup
sebagai dasar penerbitan pencabutan SIP tersebut.
i) Dalam hal penghuni tidak melakukan pengosongan Rumah
Negara yang dihuni sebagaimana ketentuan pada huruf b) , huruf
c) , dan huruf d) di atas, maka Kuasa Pengguna Barang melakukan
pengosongan secara paksa yang dalam pelaksanaannya dapat
dikoordinasikan dengan pihak terkait yang berkompeten.
j) SIP berlaku paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang
berdasarkan permohonan dari penghuni.
b. Pengamanan Administrasi.
1) Menghimpun , mencatat, menyimpan , dan menatausahakan secara
tertib dan teratur atas dokumen sebagai berikut:
a) sertipikat atau surat keterangan hak atas tanah;
b) IMB / PBG;
c) Surat Keterangan Bukti Pendaftaran Rumah Negara (SKBPRN) ;
d ) SIP;
e) Keputusan mengenai Penetapan Rumah Negara Golongan I atau
Golongan II;
f ) gambar / legger bangunan;
g) dokumen DIPA;
h ) KIB;
i) Keputusan pencabutan SIP;
j) dokumen lainnya yang diperlukan .
2) SIP sekurang-kurangnya haras mencantumkan:
a) nama, Nomor Induk Pegawai ( NIP) , dan jabatan calon penghuni
Rumah Negara;
b) masa berlaku penghunian;

J
sJTERI KEUANGAN
'UBLIK INDONESIA

- 206 -
c) pernyataan bahwa penghuni bersedia membayar dan melunasi
kewajiban yang melekat pada Rumah Negara, antara lain meliputi
Sewa Rumah Negara, listrik, air, telepon , gas, biaya kebersihan ,
dan keamanan; dan
d ) pernyataan yang menerangkan bahwa Rumah Negara akan
dikembalikan apabila penghuni yang bersangkutan
dipindahtugaskan , pensiun , atau hal lain sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan butir b. angka 8) huruf b) , huruf c) , dan huruf d ) .
c. Pengamanan Hukum
1) Melakukan pendaftaran Rumah Negara ke instansi yang berwenang.
2 ) Melakukan pengajuan penetapan status golongan Rumah Negara.
3) Melakukan pemrosesan sertipikasi tanah dan pengurusan PBG.
4) Mengusulkan penetapan status penggunaan
5) Menerbitkan keputusan penunjukan penghunian Rumah Negara
kepada penghuni yang berhak, sebagai SIP, paling lama 1 (satu) bulan
terhitung sejak saat penghunian.
6) Menerbitkan keputusan pencabutan atas keputusan penunjukan
penghunian Rumah Negara kepada penghuni yang berhak, sebagai
pencabutan atas SIP, dengan ketentuan:
a) paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan pindah
tugas atau mutasi jabatan, bagi penghuni yang dipindahtugaskan
( mutasi) ke daerah atau antar instansi atau penghuni yang tidak
lagi menduduki jabatan yang menjadi dasar untuk menghuni
rumah dimaksud;
b) paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak saat meninggal dunia,
bagi penghuni yang meninggal dunia;
c) paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan
pemberhentian , bagi penghuni yang berhenti atas kemauan
sendiri atau yang dikenakan hukuman disiplin pemberhentian;
d ) paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak saat terbukti adanya
pelanggaran , bagi penghuni yang melanggar larangan penghunian
Rumah Negara yang dihuninya;
e) paling lama 1 (satu) bulan sebelum tanggal pensiun , bagi
penghuni yang memasuki usia pensiun .
7) Penyelesaian sengketa Rumah Negara.
a) Dalam hal terjadi sengketa terhadap penghunian Rumah Negara
Golongan I dan Rumah Negara Golongan II , maka Pimpinan
Instansi yang bersangkutan atau pejabat yang ditunjuk wajib
melakukan penyelesaian;
b) Dalam pelaksanaan penyelesaian sengketa tersebut, instansi
bersangkutan dapat meminta bantuan kepada Sekretariat
Jenderal cq. unit yang bertugas mengoordinasikan dan
melaksanakan advokasi hukum jika diperlukan . Tindak lanjut
atas penanganan permintaan bantuan tersebut dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 207 -
d. Tata Kelola Rumah Negara
1) Penataan Organisasi
Penataan organisasi untuk Rumah Negara berbentuk Rusunara
sebagai berikut:
a) Pejabat Penanggung Jawab Rumah Negara berbentuk Rusunara
adalah sebagai berikut:
(1) Kepala Biro Umum / Sekretariat Unit Eselon I, untuk
Rusunara yang terletak di wilayah Provinsi DKI Jakarta.
(2) Kepala KPTIK- BMN, untuk Rusunara yang terletak di kota
kedudukan Satuan Kerja Kan tor Pengelolaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi dan Barang Milik Negara ( KPTIK-
BMN ) .
(3) Kepala satuan kerja GKN, untuk Rusunara yang terletak di
kota / kabupaten kedudukan Satuan Kerja Gedung Keuangan
Negara (GKN ) .
(4) Kepala satuan kerja yang bertindak selaku Kuasa Pengguna
Anggaran dalam pengadaan Rusunara, untuk Rusunara yang
terletak di kota / kabupaten di luar kedudukan Satuan Kerja
KPTIK-BMN atau Satuan Kerja GKN .
b) Manajemen Pengelola adalah Pejabat / Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Kementerian Keuangan yang ditunjuk dan ditetapkan
oleh Pejabat Penanggung Jawab Rumah Negara berbentuk
Rusunara untuk mengelola Rusunara.
c) Dalam hal diperlukan, Manajemen Pengelola ditetapkan sesuai
dengan kebutuhan yang paling kurang terdiri atas Pejabat
Pengelola Rusunara, Sekretariat / Pengelola Administrasi, dan
Pengelola Teknis Rusunara.
d ) Pejabat Pengelola Rusunara bertindak selaku Kepala Manajemen
Pengelola, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap
pelaksanaan pengelolaan serta pengawasan dan pengendalian
Rusunara.
e) Sekretariat / Pengelola Administrasi mempunyai tugas dan
tanggung jawab pelaksanaan pengadministrasian dan
ketatausahaan pengelolaan Rusunara.
f ) Pengelola Teknis Rusunara mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk melaksanakan fungsi antara lain pengelolaan penghunian ,
pengelolaan perawatan dan pemeliharaan, serta pengelolaan
keamanan dan ketertiban Rusunara, dan bertanggung jawab
kepada Pejabat Penanggung Jawab Rusunara melalui Pejabat
Pengelola Rusunara.

/
- 208 -
2 ) Penataan Penghuni
Penataan penghuni Rumah Negara berbentuk Rusunara sebagai
berikut:
a) Persyaratan Penghuni Rumah Negara berbentuk Rusunara
sekurang-kurangnya sebagai berikut:
(1) berstatus sebagai Pejabat / Pegawai di lingkungan Kementerian
Keuangan;
(2 ) Pejabat / Pegawai yang menghuni Rusunara ditetapkan melalui
Surat Izin Penghunian oleh Pejabat yang berwenang;
(3) menandatangani Surat Pemyataan yang sekurang-kurangnya
memuat:
(a) kesanggupan untuk mentaati kewajiban dan larangan
penghunian;
(b) kesanggupan untuk membayar Sewa apartemen, service
charge , dan biaya lain sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
(c) persetujuan untuk tidak menyewakan kembali unit
sarusun;
(d) pernyataan belum pernah membeli dan / atau memperoleh
fasilitas rumah dan / atau tanah dari negara berdasarkan
ketentuan yang berlaku; dan
(e) pernyataan tidak sedang menghuni Rumah Negara
dan / atau Rusunara lainnya atas nama suami / istri di
tempat / lokasi yang sama dengan lokasi Rusunara.
b) Calon Penghuni Rumah Negara berbentuk Rusunara mengajukan
permohonan penghunian kepada Pejabat Penanggung Jawab
Rumah Negara berbentuk Rusunara melalui pengisian formulir
permohonan dengan melampirkan dokumen:
(1) Fotokopi keputusan pengangkatan dalam jabatan;
( 2) Fotokopi keputusan kepegawaian terakhir;
(3) Pas foto permohon dengan ukuran 3x4 cm sebanyak 5 (lima)
lembar;
(4) Fotokopi Kartu Keluarga;
(5) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk;
(6) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada huruf a angka
3) ; dan
(7) Surat keterangan dari atasan langsung calon penghuni yang
menerangkan bahwa calon penghuni belum pernah membeli
dan / atau memperoleh fasilitas rumah dan / atau tanah dari
negara baik oleh pegawai yang bersangkutan, maupun
istri / suami.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 209 -

c) Pejabat Penanggung Jawab Rumah Negara berbentuk Rusunara


melakukan penilaian dalam rangka pemilihan dan penetapan
calon Penghuni sebagai berikut:
(1) Penilaian dilakukan dengan berpedoman pada kriteria faktor
kedinasan dan faktor sosial Pejabat / Pegawai Negarai yang
bersangkutan , antara lain:
(a) Faktor kedinasan , meliputi Jabatan , Masa Kerja, dan
Pangkat / Golongan;
(b) Faktor sosial, meliputi kondisi ekonomi, kesehatan , dan
status perkawinan.
(2) Penentuan Pejabat / Pegawai Negeri yang akan ditunjuk untuk
menempati Rumah Susun Negara adalah Pejabat / Pegawai
Negeri dengan kriteria tertinggi.
(3) Berdasarkan hasil penilaian tersebut, Pejabat Penanggung
Jawab Rumah Negara berbentuk Rusunara menerbitkan Surat
Izin Penghunian (SIP) Rusunara.
(4) SIP Rumah Negara berbentuk Rusunara disampaikan kepada
Penghuni paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal
diterbitkan .
6. BMN Berupa Barang Persediaan
a. Pengamanan Fisik
1) Menempatkan barang sesuai dengan frekuensi pengeluaran jenis
barang;
2 ) Memperhatikan tata cara penumpukan barang yang tepat;
3) Menyediakan tabung pemadam kebakaran di dalam gudang / tempat
penyimpanan;
4) Melengkapi alat bantu penanganan barang di gudang, seperti tangga,
palet, kereta dorong roda dua / empat dan lain-lain;
5) Menyediakan tempat penyimpanan barang, seperti filing cabinet ,
lemari dan lain-lain dalam gudang;
6) Melindungi gudang / tempat penyimpanan dari pengaruh hujan ,
banjir dan bahaya lainnya;
7) Mengunci gudang / tempat penyimpanan persediaan setiap waktu,
kecuali dalam hal mengeluarkan barang;
8) Kunci gudang tidak boleh dibawa pulang dan atas tanggung jawab
pejabat pengurus persediaan;
9) Menambah prasarana penanganan barang di gudang, jika
diperlukan;
10) Pengamanan persediaan dilakukan oleh pejabat pengurus
persediaan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 210 -
b. Pengamanan Administrasi.
Menghimpun, mencatat, menyimpan , dan menatausahakan secara tertib
dan teratur atas dokumen sebagai berikut:
1) Buku persediaan;
2 ) Kartu barang;
3) Surat Perintah Kerja (SPK) ;
4) Berita Acara Pemeriksaan Barang dengan lampirannya;
5) BAST dengan lampirannya;
6) Surat Perintah Mengeluarkan Barang;
7) Laporan Hasil Inventarisasi Persediaan;
8) Laporan Persediaan Kuasa Pengguna Barang Semesteran / Tahunan.
c. Pengamanan Hukum
1) Melakukan pemrosesan tuntutan ganti rugi yang dikenakan pada
pejabat pengurus persediaan atau pihak- pihak yang
bertanggungjawab atas kehilangan barang persediaan.
2) Melakukan upaya hukum yang dapat ditempuh terhadap segala
permasalahan pada barang persediaan yang kejadiannya dapat
dibuktikan bukan sebagai akibat dari kesalahan dan kelalaian
pejabat pengurus persediaan atau penyimpangan dari ketentuan
dalam Keputusan Menteri ini.
7. BMN Selain Tanah , Gedung Dan / Atau Bangunan, Rumah Negara,
Kendaraan Dinas Operasional dan Barang Persediaan Yang Mempunyai
Dokumen BAST
a. Pengamanan Fisik
1) Membuatkan surat pernyataan tanggung jawab atas BMN dimaksud
dengan keterangan antara lain jenis, tipe, merk, dan nomor seri.
Surat pernyataan tanggung jawab ditandatangani oleh kepala satuan
kerja ( Kuasa Pengguna Barang) dan penanggung jawab BMN .
2 ) Menyimpan barang di tempat yang sudah ditentukan di lingkungan
kantor serta diberi sistem pengaman lainnya.
3) Barang dilarang untuk dibawa pulang.
4) Kehilangan BMN di luar kantor menjadi tanggung jawab
pemegang / penanggung jawab BMN .
5) Jika barang hilang sebagai akibat dari kesalahan dan kelalaian
pemegang / penanggung jawab BMN atau penyimpangan dari
ketentuan dalam Keputusan Menteri ini, maka
pemegang / penanggung jawab BMN dikenakan tuntutan ganti rugi
yang pemrosesannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan .

/
MENTERI KEUANGAN
EPUBL

- 211 -
b. Pengamanan Administrasi.
Menghimpun, mencatat, menyimpan, dan menatausahakan secara tertib
dan teratur atas dokumen sebagai berikut:
1) Faktur pembelian;
2) Dokumen BAST;
3) Dokumen pendukung terkait lainnya yang diperlukan .
c. Pengamanan Hukum
1) Melakukan pemrosesan tuntutan ganti rugi yang dikenakan pada
pihak-pihak yang bertanggungj awab atas kehilangan barang.
2 ) Melakukan upaya hukum yang dapat ditempuh terhadap segala
permasalahan pada barang yang kejadiannya dapat dibuktikan
bukan sebagai akibat dari kesalahan dan kelalaian
pemegang / penanggung jawab BMN atau penyimpangan dari
ketentuan dalam Keputusan Menteri ini.
3) Mengusulkan penetapan status Penggunaan.
8. BMN Berupa Barang Tak Berwujud
a. Pengamanan Fisik
1) Membatasi pemberian kode akses hanya kepada pihak- pihak
tertentu yang berwenang terhadap pengoperasian suatu aplikasi.
2) Melakukan penambahan security system terhadap aplikasi yang
dianggap strategis oleh Kementerian.
b. Pengamanan Administrasi
Menghimpun, mencatat, menyimpan , dan menatausahakan secara tertib
dan teratur atas dokumen sebagai berikut:
1) SPK;
2 ) BAST;
3) Faktur;
4) Lisensi; dan
5) Dokumen pendukung terkait lainnya yang diperlukan .
c. Pengamanan Hukum
1) Mengajukan hak cipta dan lisensi kepada instansi dan pihak yang
memiliki kewenangan .
2) Mengusulkan penetapan status penggunaan.

C. PEMELIHARAAN BMN
1. Ketentuan Dasar
a. Pemeliharaan dilakukan terhadap BMN tanpa mengubah , menambah
atau mengurangi bentuk ataupun konstruksi asal, sehingga dapat
dicapai pendayagunaan barang yang memenuhi persyaratan, baik dari
segi unit pemakaian maupun dari segi keindahan.
MEN

- 212 -

b. Penyelenggaraan pemeliharaan dimaksudkan untuk mencegah BMN


terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor:
1) cuaca, suhu dan sinar;
2 ) air dan kelembaban;
3) fisik yang meliputi proses penuaan, pengotoran debu, sifat barang
yang bersangkutan dan sifat barang lain, benturan, getaran dan
tekanan; dan
4) lain-lainnya yang dapat mengakibatkan perubahan kualitas dan
sifat-sifat lainnya yang mengurangi kegunaan barang.
c. Pemeliharaan dilakukan terhadap BMN yang telah tercatat dalam Daftar
Barang Pengguna / Kuasa Pengguna.
2. Bentuk Pemeliharaan
Pemeliharaan dapat berupa:
a. Pemeliharaan ringan adalah pemeliharaan yang dilakukan sehari-hari
oleh unit pemakai / pengurus barang / penanggung jawab barang tanpa
membebani anggaran;
b. Pemeliharaan sedang adalah pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara berkala oleh tenaga terdidik / terlatih yang
mengakibatkan pembebanan anggaran;
c. Pemeliharaan berat adalah pemeliharaan dan perawatan-yang dilakukan
secara sewaktu-waktu oleh tenaga ahli yang pelaksanaannya tidak
dapat diduga sebelumnya, tetapi dapat diperkirakan kebutuhannya yang
mengakibatkan pembebanan anggaran .
3. Pelaksanaan Pemeliharaan
a. Pemeliharaan dilaksanakan oleh Pengguna Barang dan / atau Kuasa
Pengguna Barang terhadap BMN yang berada dalam penguasaannya
masing-masing sesuai dengan daftar kebutuhan pemeliharaan BMN
yang ada.
b. Pelaksanaan pemeliharaan BMN ditetapkan dengan
SPK / Perjanjian / Kontrak yang ditandatangani oleh Pengguna Barang,
Kuasa Pengguna Barang, dan / atau pejabat yang berwenang.
c. Dalam rangka tertib pemeliharaan setiap jenis BMN , harus dibuat
pencatatan pemeliharaan / perawatan yang memuat:
1) nama barang;
2) spesifikasinya;
3) tanggal pemeliharaan;
4) jenis pekerjaan atau pemeliharaan;
5) barang atau bahan yang dipergunakan;
6) biaya pemeliharaan / perawatan;
7) pihak yang melaksanakan pemeliharaan / perawatan; dan
8) hal lain yang diperlukan .
d . Pencatatan barang dilakukan oleh pengurus barang.

¥
MENTERI KEUANGA
REPUBLIK INDONES

- 213 -
e. Penerimaan pekerjaan pemeliharaan / perawatan barang:
1) Pekerjaan pemeliharaan barang yang akan diterima harus dilakukan
pemeriksaan oleh Kuasa Pengguna Barang atau pejabat yang
ditunjuk;
2 ) Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan
Pekerjaan yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang atau
pejabat yang ditunjuk; dan
3) Pelaksanaan pekerjaan / pemeliharaan barang dilaporkan kepada
Pengguna Barang.
f. Biaya pemeliharaan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
g. Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada huruf f:
1) Didasarkan pada kebutuhan pemeliharaan setiap satuan unit BMN ;
dan
2) Besaran biayanya mengacu pada standar biaya masukan yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan .
h . Pemeliharaan BMN sebagaimana dimaksud pada huruf g dilakukan
terhadap BMN yang berada dalam kondisi baik atau rusak ringan .
i. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf g,
terhadap BMN yang sedang berada dalam status:
1) Penggunaan sementara;
2) Penggunaan untuk dioperasikan Pihak Lain; dan / atau
3) Pemanfaatan .
j. Pemeliharaan dilaksanakan sesuai dengan perjanjian berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN .
k. Untuk BMN berupa Rusunara:
1) Rusunara yang merupakan bagian dari gedung / kompleks apartemen
umum dan sejenisnya
a) Perawatan dan pemeliharaan ruang publik, lift , genset , saluran
air bersih / hujan / kotor yang berada di luar Sarusun atau
fasilitas bersama lainnya dilakukan oleh Pengelola bangunan
gedung / apartemen atau sejenisnya.
b) Sampah rumah tangga harus dibuang ke Tempat Pembuangan
Sementara yang disediakan oleh pengelola bangunan
gedung / apartemen atau sejenisnya.
2 ) Rusunara yang seluruh bangunannya dimiliki oleh satuan kerja di
lingkungan Kementerian Keuangan
a) Perawatan dan pemeliharaan ruang publik, lift , genset , saluran
air bersih / hujan / kotor yang berada di luar Sarusun atau
fasilitas bersama lainnya dilakukan oleh Pengelola Rusunara dan
menjadi beban DIPA Pejabat Penanggung Jawab Rusunara.
b) Sampah rumah tangga harus dibuang ke Tempat Pembuangan
Sementara yang disediakan oleh Pengelola Rusunara.
MENTERI KEUANG
REPUBLII

- 214 -
3) Dalam hal Sarusun tidak mendapat penghuni, biaya perawatan dan
pemeliharaan Sarusun menjadi beban DIPA Pejabat Penanggung
Jawab Rusunara
l. Kuasa Pengguna Barang wajib membuat Daftar Hasil Pemeliharaan
Barang untuk selanjutnya dilaporkan kepada Pengguna Barang secara
berkala.
m. Laporan tersebut dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh Pengguna
Barang.

D . TATA CARA PENETAPAN STATUS GOLONGAN RUMAH NEGARA, PERUBAHAN


STATUS GOLONGAN RUMAH NEGARA, PENDAFTARAN HURUF DAFTAR
NOMOR ( HDNo) , DAN SURAT IZIN PENGHUNIAN
1. Tata Cara Penetapan Status Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara
Golongan II
a. Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan Penetapan Status
Rumah Negara Golongan I atau Rumah Negara Golongan II secara
berjenjang melalui Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala
Biro Umum kepada Kepala Biro dengan melampirkan dokumen sebagai
berikut:
1) Sertipikat atau surat keterangan hak atas tanah;
2) IMB / PBG;
3) gambar / legger bangunan;
4) KIB;
5) fotokopi rekening listrik, air, telepon;
6) laporan kondisi terkini barang; dan
7) surat pernyataan tanggung jawab telah memenuhi persyaratan
untuk ditetapkan sebagai Rumah Negara.
b. Kepala Biro melakukan penelitian atas permohonan Sekretaris Unit
Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum meliputi kelayakan ,
kepemilikan , dokumen kepemilikan , dan penguasaan fisik ( free and
clear).
c. Dalam hal berdasarkan hasil penelitian Kepala Biro:
1) Permohonan layak untuk dipenuhi, maka Kepala Biro menetapkan
status Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara Golongan II ;
atau
2) Permohonan tersebut tidak layak untuk dipenuhi, maka Kepala Biro
menyampaikannya kepada Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW beserta alasannya.
d . Penetapan Status Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara
Golongan II ditetapkan dalam keputusan yang ditandangani oleh Kepala
Biro atas nama Menteri Keuangan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 215 -

2. Tata Cara Perubahan Status Golongan Rumah Negara


a. Tata Cara Perubahan Status Rumah Negara Golongan I Menjadi Rumah
Negara Golongan II
1) Kuasa Pengguna Barang mengajukan mengajukan permohonan
pertimbangan teknis Menteri Pekeijaan Umum dalam hal ini
Direktur Jenderal Cipta Karya, dengan melampirkan dokumen:
a) surat keputusan adanya perubahan atau penggabungan
organisasi dan / atau surat keputusan tidak memenuhi fungsi
sebagaimana ditetapkan semula;
b) jumlah Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara Golongan
II yang ada;
c) analisis kebutuhan Rumah Negara Golongan I dan Rumah
Negara Golongan II yang ada;
d ) salinan keputusan penetapan status Rumah Negara Golongan I;
dan
e) gambar legger/ gambar arsip rumah dan gambar situasi yang
akan diusulkan perubahannya menjadi Rumah Negara
Golongan II .
2) Dalam hal permohonan pertimbangan teknis tersebut layak untuk
dipenuhi, maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan
perubahan status Rumah Negara Golongan I menjadi Rumah Negara
Golongan II secara berjenjang melalui Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW kepada Kepala Biro.
3) Kepala Biro melakukan penelitian atas permohonan Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum meliputi kelayakan,
kepemilikan , dokumen kepemilikan , dan penguasaan fisik ( free and
clear).
4) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian Kepala Biro:
a) permohonan layak untuk dipenuhi, maka Kepala Biro
menetapkan perubahan status Rumah Negara Golongan I
menjadi Rumah Negara Golongan II; atau
b) permohonan tersebut tidak layak untuk dipenuhi, maka Kepala
Biro menyampaikannya kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW beserta alasannya.
5) Keputusan perubahan status Rumah Negara Golongan I menjadi
Rumah Negara Golongan II ditembuskan kepada Menteri Pekerjaan
Umum dan Menteri Keuangan .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 216 -

b. Tata Cara Perubahan Status Rumah Negara Golongan II Menjadi Rumah


Negara Golongan I
1) Kuasa Pengguna Barang mengajukan analisis secara berjenjang
melalui Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro
Umum kepada Kepala Biro, dengan melampirkan dokumen:
a) jumlah Rumah Negara Golongan I dan Rumah Negara Golongan
II yang ada;
b) analisis kebutuhan Rumah Negara Golongan I dan Rumah
Negara Golongan II yang ada;
c) salinan keputusan penetapan status Rumah Negara Golongan II;
dan
d) gambar legger/ gambar arsip rumah dan gambar situasi yang
akan diusulkan perubahannya menjadi Rumah Negara
Golongan II .
2 ) Kepala Biro melakukan penelitian atas analisis Sekretaris Unit
Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum meliputi kelayakan,
kepemilikan , dokumen kepemilikan , dan penguasaan fisik ( free and
clear).
3) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian Kepala Biro:
a) permohonan layak untuk dipenuhi, maka Kepala Biro
menetapkan perubahan status Rumah Negara Golongan II
menjadi Rumah Negara Golongan I; atau
b) permohonan tersebut tidak layak untuk dipenuhi, maka Kepala
Biro menyampaikannya kepada Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW beserta alasannya.
4) Keputusan perubahan status Rumah Negara Golongan II menjadi
Rumah Negara Golongan I ditembuskan kepada
Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Keuangan.
3. Tata cara pendaftaran Huruf Daftar Nomor (HDNo)
a. Kuasa Pengguna Barang wajib melaksanakan pendaftaran Rumah
Negara yang ada dalam lingkup wewenangnya kepada Menteri Pekerjaan
Umum dalam hal ini Direktur Jenderal Cipta Karya melalui Direktur
Jenderal Cipta Karya melalui Direktur Penataan Bangunan dan
Lingkungan .
b. Kuasa Pengguna Barang mendaftarkan Rumah Negara yang diperoleh
dari pengadaan Rumah Negara melalui pembangunan, pembelian , Tukar
Menukar atau Hibah kepada Direktur Jenderal Cipta Karya dalam hal
ini:
1) Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan, untuk Rumah Negara
yang terletak di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi;
2 ) Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan melalui Kepala Dinas
Pekerjaan Umum / Dinas Teknis Provinsi yang membidangi Rumah
Negara di provinsi, untuk Rumah Negara yang terletak di luar DKI
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, sebagai pelaksanaan
tugas pembantuan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 217 -
c. Kelengkapan pendaftaran:
1) surat permohonan pendaftaran;
2) daftar inventarisasi;
3) kartu legger,
4 ) gambar leggerI gambar arsip rumah dan gambar situasi;
5) fotokopi keputusan otorisasi pembangunan rumah / surat keterangan
perolehan dari instansi yang bersangkutan;
6) fotokopi tanda bukti hak atas tanah atau surat keterangan tentang
penguasaan tanah; dan
7) fotokopi IMB / PBG atau surat keterangan membangun dari instansi
yang bersangkutan .
Formulir daftar inventarisasi, kartu legger dan gambar legger disusun
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
d . Pimpinan Instansi dalam hal ini Pejabat Eselon I atau pejabat yang
ditunjuk mendapatkan Surat Keterangan Bukti Pendaftaran Rumah
Negara (SKBPRN) dengan penetapan HDNo dari Direktorat Jenderal
Cipta Kaiya dalam hal ini Direktorat Penataan Bangunan dan
Lingkungan , selanjutnya HDNo digunakan dalam penetapan status
Rumah Negara, dan sebagai dasar dalam perencanaan anggaran
pemeliharaan dan perawatan Rumah Negara.
e. Kuasa Pengguna Barang harus mencatat dokumen HDNo pada SIMAN
dan mengunggah scan dokumennya.
f. Kuasa Pengguna Barang melaporkan pendaftaran Rumah Negara
kepada Pengguna Barang.
4. Tata Cara Pengusulan Surat Ijin Penguhunian (SIP)
a. Rumah Golongan I
1) Calon penghuni mengajukan permohonan penghunian kepada
Kepala Satuan Kerja yang menatausahakan BMN, dengan mengisi
formulir permohonan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
BAB VIII huruf D dan dilampiri dokumen meliputi:
a) fotokopi surat keputusan kepegawaian terakhir;
b) fotokopi KTP dan KK;
c) pasphoto pemohon ukuran 3 x 4 cm, sebanyak 6 (enam) lembar;
dan
d) surat pernyataan untuk menaati kewajiban dan larangan sesuai
Lampiran II BAB VIII huruf C.
2) Kepala satuan kerja yang menatausahakan BMN menerbitkan SIP
Rumah Negara Golongan I mengikuti ketentuan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II BAB VIII huruf A.
3) Surat keputusan penunjukan penghunian Rumah Negara Golongan I
disampaikan kepada pejabat yang bersangkutan, dengan salinan
disampaikan kepada:
a) Menteri Keuangan Republik Indonesia;
b) Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara;

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 218 -

c) Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan;


d) Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan;
e) Sekretaris Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW;
f) Bendaharawan / Pembuat Daftar Gaji Kantor / Satuan Kerja yang
bersangkutan guna penagihan / pemungutan uang sewa rumah .
4) Hak penghunian mulai berlaku sejak tanggal ditetapkannya SIP.
b. Rumah Golongan II
1) Calon penghuni mengajukan permohonan penghunian kepada
Kepala satuan kerja yang menatausahakan BMN , dengan mengisi
formulir permohonan sesuai Lampiran II BAB VIII huruf D dan
dilampiri dokumen meliputi :
a) fotokopi surat keputusan kepegawaian terakhir;
b) fotokopi KTP dan KK;
c) pasphoto pemohon ukuran 3 x 4 cm, sebanyak 6 (enam) lembar;
dan
d) surat pernyataan untuk menaati kewajiban dan larangan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VIII huruf C.
2) Kepala satuan kerja yang menatausahakan BMN menerbitkan SIP
Rumah Negara Golongan II sesuai lampiran Lampiran II BAB VIII
huruf B.
3) Bagi Satuan Kerja yang memiliki Rumah Negara melebihi jumlah
pejabat yang ada, Rumah Negara dapat dihuni oleh pegawai negeri
non pejabat dan / atau oleh lebih dari satu pegawai negeri non
pejabat sesuai jumlah kamar yang tersedia, dengan salah satu dari
pegawai tersebut menandatangani surat pernyataan bermeterai
cukup dan diketahui oleh Kuasa Pengguna Barang.
4) Surat keputusan penunjukan penghunian Rumah Negara Golongan
II disampaikan kepada pejabat yang bersangkutan, dengan
tembusan kepada:
a) Menteri Keuangan Republik Indonesia;
b) Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara;
c) Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan;
d) Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan;
e) Sekretaris Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW;
f ) Bendaharawan / Pembuat Daftar Gaji Kantor / Satuan Kerja yang
bersangkutan guna penagihan / pemungutan uang sewa rumah.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 219 -
BAB IX
PENILAIAN

A. UMUM
1. Penilaian BMN selain tanah dan / atau bangunan dalam rangka
Pemindahtanganan dilakukan oleh Tim atau menggunakan Penilai yang
ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Barang.
2. Tim pada angka 1 merupakan panitia penaksir harga yang ditetapkan oleh
Kuasa Pengguna Barang dengan unsur yang terdiri dari instansi terkait.
3. Penilaian oleh tim dilaksanakan untuk mendapatkan Nilai Taksiran .
4 . Penilai pada angka 1 merupakan Penilai Pemerintah atau Penilai Publik.
5. Penilaian oleh Penilai dilaksanakan untuk mendapatkan Nilai Wajar.
6 . Penilaian pada angka 1 dilakukan atas objek berupa:
a. BMN selain tanah dan / atau bangunan; atau
b. bongkaran BMN karena perbaikan ( renovasi, rehabilitasi, atau restorasi) .
7. Tata cara Penilaian BMN selain tanah dan / atau bangunan dalam rangka
Pemindahtanganan meliputi:
a. penugasan Penilaian; dan
b. pelaksanaan Penilaian .
8. Penilaian BMN selain tanah dan / atau bangunan dalam rangka
Pemindahtanganan melalui Penjualan atau Tukar Menukar dilakukan
berdasarkan penugasan dari Kuasa Pengguna Barang.
9. Kewenangan dan tanggung jawab Tim:
a. melakukan Penilaian BMN selain tanah dan / atau bangunan dalam
rangka Pemindahtanganan melalui Penjualan atau Tukar Menukar
sebagaimana penugasan Kuasa Pengguna Barang; dan
b. bertanggung jawab atas simpulan nilai yang tercantum pada laporan
Penilaian.

B. PENILAIAN BMN OLEH TIM YANG DITETAPKAN OLEH KUASA PENGGUNA


BARANG
1. Penugasan Penilaian
a. Kuasa Pengguna Barang menugaskan Tim untuk melakukan Penilaian
melalui penetapan Keputusan Tim Internal.
b. Penetapan Tim Internal mengikuti ketentuan pada Bab
Pemindahtanganan.
2. Pelaksanaan Penilaian meliputi:
a. identifikasi atas penugasan Penilaian;
b. tujuan Penilaian;
c. pengumpulan data dan informasi;
d . analisis data dan informasi;
e. penentuan pendekatan Penilaian;

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 220 -
f . simpulan nilai; dan
g. penyusunan laporan Penilaian.
3. Identifikasi atas penugasan Penilaian dilakukan dengan cara verifikasi atas:
a. kelengkapan data dan informasi penugasan Penilaian; dan
b. kelayakan data dan informasi penugasan Penilaian .
4. Perumusan Tujuan Penilaian
Tim merumuskan tujuan Penilaian berdasarkan penugasan Penilaian dalam
rangka Pemindahtanganan.
5. Pengumpulan Data dan Informasi
a. Pengumpulan data dan informasi didahului dengan menghimpun data
dan informasi awal yang berasal dari Kuasa Pengguna Barang.
b. Pengumpulan data dan informasi pada huruf a dilakukan oleh Tim
melalui survei lapangan .
c. Pengumpulan data dan informasi melalui survei lapangan dilaksanakan
dengan cara peninjauan langsung.
d. Dalam hal peninjauan langsung pada huruf c tidak dimungkinkan ,
dapat dilakukan survei lapangan tanpa peninjauan langsung dengan
syarat dan kondisi paling sedikit:
1) lokasi objek Penilaian tidak dapat dijangkau oleh Tim;
2 ) tersedianya jaringan teknologi informasi yang memadai di lokasi
objek Penilaian untuk dilakukan panggilan video ( video call) ]
3) data dan informasi lain di luar objek Penilaian dimungkinkan untuk
diperoleh dari sumber data sekunder; dan
4) terdapat pegawai pada satuan kerja terkait yang dapat membantu
memfasilitasi pelaksanaan pengumpulan data dan informasi melalui
survei lapangan tanpa peninjauan langsung oleh Tim.
e. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara:
1) mencocokkan kebenaran data dan informasi awal dengan kondisi
objek Penilaian; dan
2 ) mengumpulkan data dan informasi lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan Penilaian.
f . Pengumpulan data dan informasi melalui survei lapangan dengan
peninjauan langsung dituangkan dalam Berita Acara Survei Lapangan
(BASL) yang paling sedikit memuat:
1) nomor BASL;
2) hari dan tanggal pelaksanaan survei lapangan;
3) keterangan bahwa survei lapangan dilaksanakan dengan cara
peninjauan langsung;
4) deskripsi hasil survei atas objek Penilaian ;
5) nama dan tanda tangan pihak pendamping / saksi pelaksanaan survei
lapangan; dan

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 221 -
6) nama dan tanda tangan anggota Tim yang melaksanakan survei
lapangan ,
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab IX huruf C.
g. Pengumpulan data dan informasi melalui survei lapangan tanpa
peninjauan langsung dituangkan dalam BASL yang paling sedikit
memuat:
1) nomor BASL;
2 ) hari dan tanggal pelaksanaan survei lapangan;
3) keterangan bahwa survei lapangan dilaksanakan tanpa peninjauan
langsung;
4) deskripsi hasil survei atas objek Penilaian;
5) nama dan tanda tangan anggota Tim yang melaksanakan survei
lapangan; dan
6) bukti pendukung telah dilaksanakannya survei lapangan tanpa
peninjauan langsung.
6. Analisis Data dan Informasi
Analisis data dan informasi dilakukan berdasarkan data dan informasi yang
diperoleh , baik yang berasal dari berkas penugasan maupun pengumpulan
data dan informasi.
7. Penentuan Pendekatan Penilaian
a. Berdasarkan analisis data dan informasi, Tim menentukan pendekatan
Penilaian yang akan digunakan dalam melaksanakan Penilaian.
b. Pendekatan Penilaian pada huruf a, terdiri dari:
1) pendekatan pasar; atau
2 ) pendekatan biaya.
c. Pendekatan pasar merupakan teknik Penilaian yang dilakukan untuk
mengestimasi nilai objek Penilaian dengan cara mempertimbangkan data
Penjualan dan / atau data penawaran dari objek pembanding sejenis atau
pengganti dan data pasar yang terkait melalui proses perbandingan .
d . Pendekatan biaya merupakan teknik Penilaian yang dilakukan untuk
mengestimasi nilai objek Penilaian dengan cara menghitung seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek Penilaian atau
penggantinya pada waktu Penilaian dilakukan kemudian dikurangi
dengan penyusutan fisik atau penyusutan teknis, keusangan fungsional,
dan / atau keusangan ekonomis.
8. Simpulan Nilai
a. Hasil perhitungan nilai dituangkan dalam simpulan nilai.
b. Simpulan nilai dicantumkan dalam satuan mata uang Rupiah .
c. Simpulan nilai dibulatkan dalam ribuan terdekat.
9. Penyusunan Laporan Penilaian
a. Hasil Penilaian dituangkan dalam laporan Penilaian.
b. Laporan Penilaian mengikuti format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab IX huruf D.
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 222 -
c. Laporan Penilaian ditulis dalam bahasa Indonesia.
d . Laporan Penilaian berlaku paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak
tanggal Penilaian.
e. Tanggal Penilaian pada huruf d merupakan tanggal terakhir survei
lapangan.
f . Laporan Penilaian dapat dilakukan revisi sepanjang masa berlaku
laporan Penilaian belum berakhir dan belum digunakan dalam proses
Pemindahtanganan.

C. PENETAPAN PENILAI YANG DITETAPKAN OLEH KUASA PENGGUNA BARANG


1. Penilai Pemerintah
a. Kuasa Pengguna Barang dapat menggunakan Penilai Pemerintah untuk
melakukan Penilaian BMN selain tanah dan / atau bangunan dalam
rangka Pemindahtanganan melalui Penjualan atau Tukar Menukar.
b. Mekanisme penetapan Penilai Pemerintah untuk digunakan oleh Kuasa
Pengguna Barang mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Penilai Publik
a. Kuasa Pengguna Barang dapat menggunakan Penilai Publik untuk
melakukan Penilaian BMN selain tanah dan / atau bangunan dalam
rangka Pemindahtanganan melalui Penjualan atau Tukar Menukar.
b. Mekanisme penetapan Penilai Publik untuk digunakan oleh Kuasa
Pengguna Barang mengikuti ketentuan peraturan di bidang Pengadaan
Barang / Jasa.

D. TATA CARA PENILAIAN BMN SELAIN TANAH DAN / ATAU BANGUNAN DALAM
RANGKA PEMINDAHTANGANAN
1. Data dan Informasi yang menjadi persyaratan dalam Penilaian BMN selain
tanah dan / atau bangunan dalam rangka pemindahtanganan meliputi:
a. latar belakang permohonan ;
b. deskripsi objek Penilaian; dan
c. fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN;
2. Deskripsi objek Penilaian pada angka 1 huruf b paling sedikit meliputi
lokasi, spesifikasi, dan jumlah objek Penilaian .
3. Dalam hal objek Penilaian belum memiliki bukti kepemilikan sebagaimana
dimaksud pada angka 1 huruf c, dapat diganti dengan surat pernyataan
bermeterai cukup yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.
4 . Tim mengumpulkan data dan informasi:
a. yang berkaitan dengan objek Penilaian;
b. yang berkaitan dengan objek pembanding; dan / atau
c. lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan Penilaian .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 223 -
5. Data dan informasi pada angka 4 meliputi:
a. data dan informasi objek Penilaian, antara lain:
1) deskripsi objek;
2) dokumen kepemilikan , jika ada; dan / atau
3) data dan informasi lainnya;
b. data dan informasi objek pembanding, antara lain:
1) data transaksi atau informasi harga transaksi dan / atau penawaran;
2 ) data harga Penjualan secara Lelang; dan / atau
3) data dan informasi lainnya; dan / atau
c. data dan informasi lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan
Penilaian.
6. Data dan informasi pada angka 5 bersumber dari:
a. Pengguna objek Penilaian;
b. pihak- pihak terkait; dan / atau
c. sumber lainnya yang relevan .
7. Tim melakukan analisis terhadap data dan informasi yang diperoleh dari
penugasan dan pengumpulan data dan informasi.
8. Data dan informasi yang dipertimbangkan dalam analisis data dan informasi
meliputi:
a. jenis;
b. merek;
c. kapasitas;
d. tahun pembuatan;
e. harga perolehan;
f. kondisi objek Penilaian secara umum; dan / atau
g. data dan informasi lain yang terkait.
9. Pendekatan Penilaian yang dapat digunakan oleh Tim antara lain:
a. pasar atau biaya, untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan yang
memiliki bukti kepemilikan dan selain Tanah dan / atau Bangunan tanpa
bukti kepemilikan dengan nilai perolehan di atas Rpl 00.000.000,00
(seratus juta rupiah) dalam rangka Pemindahtanganan melalui
Penjualan.
b. pasar atau biaya, untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan dalam
rangka Pemindahtanganan melalui Tukar Menukar;
c. biaya, untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan tanpa bukti
kepemilikan dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dalam rangka Pemindahtanganan melalui
Penjualan;
10. Penilaian dengan menggunakan pendekatan pasar pada angka 9 dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan terkait objek
Penilaian dan objek pembanding;

4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 224 -
b. membandingkan objek Penilaian dengan objek pembanding dengan
menggunakan faktor pembanding yang sesuai dan melakukan
penyesuaian; dan
c. melakukan pembobotan terhadap indikasi nilai dari hasil penyesuaian
untuk menghasilkan nilai.
11. Objek pembanding pada angka 10 huruf a mempunyai karakteristik yang
sejenis dengan objek Penilaian.
12. Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada angka 10 huruf b dilakukan
terhadap perbedaan antara objek Penilaian dengan objek pembanding.
13. Perbedaan sebagaimana dimaksud dedam pada angka12 terdiri dari:
a. Perbedaan transaksional, antara lain:
1) jenis dokumen , yaitu perbedaan hak kepemilikan;
2 ) syarat dan jangka waktu pembiayaan , yaitu perbedaan berupa
kemudahan pembiayaan yang meliputi syarat dan jangka waktu
pembiayaan , seperti adanya subsidi atau bantuan pemerintah untuk
pembelian properti tertentu;
3) kondisi Penjualan , yaitu perbedaan kondisi pelaksanaan Penjualan,
seperti Penjualan yang dilakukan secara cepat, jual-beli antara pihak
yang mempunyai hubungan tertentu, dan jual beli khusus seperti
Lelang;
4) biaya yang hams dikeluarkan setelah pembelian ( expenditure made
immediately after purchase ) , yaitu biaya yang seharusnya
dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan penguasaan fisik
objek Penilaian , dan / atau
5) kondisi pasar, dicerminkan dari data historis transaksi, seperti
perbedaan waktu transaksi objek pembanding dengan tanggal
Penilaian; dan
b. Perbedaan non-transaksional, antara lain karakteristik fisik, kondisi,
umur, desain, dan / atau spesifikasi.
14. Terhadap perbedaan sebagaimana dimaksud pada angka 13 dilakukan
proses penyesuaian secara 2 (dua) tahap, yaitu:
a. penyesuaian atas perbedaan transaksional; dan
b. penyesuaian atas perbedaan non-transaksional.
15. Proses penyesuaian pada angka 14 dilakukan dengan cara menambahkan
atau mengurangkan dalam persentase atau jumlah dalam satuan mata
uang.
16. Besarnya persentase atau jumlah dalam satuan mata uang dari proses
penyesuaian pada angka 15 dijumlahkan untuk memperoleh jumlah
penyesuaian.
17. Jumlah penyesuaian pada angka 16 digunakan untuk menentukan besaran
indikasi nilai objek Penilaian .
18. Indikasi nilai pada ayat 17 digunakan untuk mendapatkan nilai dengan
cara pembobotan .
19. Ilustrasi perhitungan Penilaian menggunakan pendekatan pasar mengikuti
ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab IX huruf A.1.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBL1K INDONESIA

- 225 -
20. Penilaian dengan menggunakan pendekatan biaya pada angka 9 huruf b
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. menghitung biaya pembuatan baru atau biaya penggantian baru objek
Penilaian;
b. menghitung besarnya penyusutan dan / atau keusangan objek Penilaian;
dan
c. mengurangkan biaya pembuatan baru atau penggantian baru dengan
penyusutan dan / atau keusangan objek Penilaian untuk menghasilkan
nilai.
21. Perhitungan biaya pembuatan baru pada angka 20 huruf a dilakukan dalam
hal pada saat pelaksanaan Penilaian, seluruh informasi biaya
pembuatan / perolehan dan / atau material objek Penilaian dapat diperoleh di
pasaran .
22. Perhitungan biaya penggantian baru pada angka 20 huruf a dilakukan
dalam hal pada saat pelaksanaan Penilaian, seluruh atau sebagian
informasi biaya pembuatan / perolehan dan / atau material objek Penilaian
tidak dapat diperoleh di pasaran.
23. Penyusutan dan / atau keusangan pada angka 20 huruf b meliputi:
a. penyusutan fisik;
b. keusangan fungsional; dan / atau
c. keusangan ekonomis.
24. Besaran penyusutan fisik pada angka 23 huruf a diperoleh dari hasil
perkalian antara persentase penyusutan fisik dengan biaya
pembuatan / penggantian baru objek Penilaian .
25. Persentase penyusutan fisik pada angka 23 ditentukan oleh Tim sesuai
ilustrasi tabel penyusutan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab
IX huruf A. 2.a. l ) .
26. Keusangan fungsional pada angka 23 huruf b diperhitungkan dalam hal
terdapat:
a. perubahan fungsi objek Penilaian; dan / atau
b. ketidaksesuaian objek Penilaian dengan standar yang berlaku umum,
sesuai ilustrasi tabel keusangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab IX huruf A.2.a. 2) .
27. Keusangan ekonomis pada angka 23 huruf c diperhitungkan dalam hal
terdapat kondisi eksternal yang mengurangi nilai objek Penilaian .
28. Besaran keusangan fungsional dan / atau keusangan ekonomis dapat
ditentukan oleh Tim berdasarkan perhitungan keusangan ekonomis dan
keusangan fungsional.
29. Ilustrasi perhitungan Penilaian menggunakan pendekatan biaya mengikuti
ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab IX huruf A. 2.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 226 -
E. TATA CARA PENILAIAN BONGKARAN BMN KARENA PERBAIKAN ( RENOVASI ,
REHABILITASI, ATAU RESTORASI ) DALAM RANGKA PEMINDAHTANGANAN
1. Data dan Informasi yang menjadi persyaratan dalam Penilaian bongkaran
karena perbaikan (renovasi, rehabilitasi, atau restorasi) dalam rangka
Pemindahtanganan melalui Penjualan meliputi:
a. latar belakang permohonan; dan
b. deskripsi objek Penilaian .
2 . Deskripsi objek Penilaian pada angka 1 huruf b paling sedikit meliputi
lokasi, jenis material dan jumlah untuk objek Penilaian.
3. Tim mengumpulkan data dan informasi:
a. yang berkaitan dengan objek Penilaian;
b. yang berkaitan dengan objek pembanding; dan / atau
c. lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan Penilaian .
4. Data dan informasi pada angka 3 meliputi:
a. data dan informasi objek Penilaian, antara lain:
1) deskripsi objek; dan / atau
2) data dan informasi lainnya;
b. data dan informasi objek pembanding, antara lain:
1) data transaksi atau informasi harga transaksi dan / atau penawaran;
2 ) data harga Penjualan secara Lelang; dan / atau
3) data dan informasi lainnya; dan / atau
c. data dan informasi lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan
Penilaian.
5. Data dan informasi pada angka 4 bersumber dari:
a. Pengguna objek Penilaian;
b. pihak- pihak terkait; dan / atau
c. sumber lainnya yang relevan .
6 . Tim melakukan analisis terhadap data dan informasi yang diperoleh dari
penugasan dan pengumpulan data dan informasi.
7. Data dan informasi yang dipertimbangkan dalam analisis data dan informasi
meliputi:
a. jenis;
b. kondisi objek Penilaian secara umum; dan / atau
c. data dan informasi lain yang terkait.
8. Jenis material dan satuan material bongkaran mengikuti ketentuan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab IX huruf B.
9. Material bongkaran yang dapat dilakukan Penilaian memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Bahan kayu, meliputi:
1) Panjang minimum adalah 1,5 (satu koma lima) meter; dan
2 ) Dalam panjang minimum tersebut tidak terdapat bagian yang rusak
(termakan rayap atau lapuk) .
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 227 -
b. Bahan baja / besi, meliputi:
1) Untuk material yang berbentuk teralis, pagar, dan pintu besi, kadar
karat setinggi-tingginya adalah 50%;
2) Untuk material yang berbentuk teralis, pagar, dan pintu besi yang
kadar karatnya lebih dari 50% dihitung berdasarkan berat; dan
3) Untuk material baja ringan dihitung berdasarkan berat.
c. Bahan alumunium, meliputi:
1) Untuk material yang berbentuk kusen dan daun pintu alumunium ,
tidak memiliki kerusakan / bengkok; dan
2) Untuk material yang berbentuk kusen dan daun pintu alumunium
yang memiliki kerusakan dihitung berdasarkan berat.
d . Bahan lainnya, meliputi:
1) Tidak memiliki kerusakan yang mengakibatkan material tersebut
tidak dapat berfungsi lagi seperti pecah , retak, patah , lapuk,
termakan rayap dan sebagainya; dan
2) Untuk material seng gelombang / asbes gelombang / spandek memiliki
ukuran serendah-rendahnya 1, 2 (satu koma dua) meter x 1,2 (satu
koma dua) meter.
10. Selain material bongkaran sebagaimana angka 9, Penilaian bongkaran
memperhatikan nilai ekonomis material bongkaran dan kondisi pasar di
wilayah lokasi bongkaran berada.
11. Tim dapat menentuan satuan material yang berbeda dari daftar material
pada angka 9, dalam hal di sekitar lokasi objek Penilaian mengggunakan
satuan material yang berbeda.
12. Dalam hal Tim menggunakan material yang berbeda, Tim mencantumkan
alasan perbedaan penggunaan satuan tersebut ke dalam laporan Penilaian.
13. Pendekatan Penilaian yang digunakan untuk bongkaran BMN karena
perbaikan ( renovasi, rehabilitasi, atau restorasi) adalah pendekatan pasar.
14. Penilaian menggunakan pendekatan pasar dilakukan melalui tahapan:
a. mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan terkait objek
Penilaian dan objek pembanding;
b. membandingkan objek Penilaian dengan objek pembanding dengan
menggunakan faktor pembanding yang sesuai dan melakukan
penyesuaian; dan
c. melakukan pembobotan terhadap indikasi nilai dari hasil penyesuaian
untuk menghasilkan nilai.
15. Objek pembanding pada angka 14 huruf a mempunyai karakteristik yang
sejenis dengan objek Penilaian.
16 . Penyesuaian pada angka 14 huruf b dilakukan terhadap perbedaan antara
objek Penilaian dengan objek pembanding.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 228 -
17. Perbedaan sebagaimana dimaksud pada angka 16 terdiri dari:
a. Perbedaan transaksional, antara lain:
1) kondisi Penjualan , yaitu perbedaan kondisi pelaksanaan Penjualan ,
seperti Penjualan yang dilakukan secara cepat, jual- beli antara pihak
yang mempunyai hubungan tertentu, dan jual beli khusus seperti
Lelang;
2) biaya yang harus dikeluarkan setelah pembelian ( expenditure made
immediately after purchase ) merupakan biaya yang seharusnya
dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan penguasaan fisik
objek Penilaian , dan / atau
3) kondisi pasar, dicerminkan dari data historis transaksi, seperti
perbedaan waktu transaksi objek pembanding dengan tanggal
Penilaian; dan
b. Perbedaan non-transaksional, antara lain karakteristik fisik, kondisi,
umur, desain, lokasi dan / atau spesifikasi.
18. Terhadap perbedaan sebagaimana dimaksud pada angka 17 dilakukan
proses penyesuaian secara 2 (dua) tahap, yaitu:
a. penyesuaian atas perbedaan transaksional; dan
b. penyesuaian atas perbedaan non-transaksional.
19. Proses penyesuaian pada angka 18 dilakukan dengan cara menambahkan
atau mengurangkan dalam persentase atau jumlah dalam satuan mata
uang.
20. Besaran persentase atau jumlah dalam satuan mata uang pada angka 19
dijumlahkan untuk memperoleh jumlah penyesuaian .
21. Jumlah penyesuaian pada angka 20 digunakan untuk menentukan
besarnya indikasi nilai objek Penilaian.
22. Indikasi nilai pada angka 21 digunakan untuk mendapatkan nilai dengan
cara pembobotan .

F. BANTUAN TEKNIS PENILAIAN


1. Dalam hal diperlukan, Tim dapat meminta bantuan Penilaian berupa
bantuan teknis Penilaian .
2 . Bantuan teknis Penilaian dilakukan dalam hal Tim mengalami kesulitan
teknis dalam pelaksanaan Penilaian.
3. Dalam pelaksanaan bantuan teknis Penilaian, dapat melibatkan tenaga ahli
di bidangnya untuk memberikan asistensi pelaksanaan Penilaian dan / atau
informasi teknis objek Penilaian, saran, atau pendapat.
4 . Tenaga ahli pada angka 3 bertanggung jawab secara profesional atas
asistensi pelaksanaan Penilaian yang dilakukan dan / atau informasi teknis,
saran atau pendapat yang disampaikan atas objek Penilaian .
5. Pemberian bantuan teknis dengan melibatkan tenaga ahli diungkapkan
dalam laporan Penilaian.

/
V

- 229 -
G. PENILAIAN ULANG
1 . Dalam hal masa berlaku laporan Penilaian telah berakhir , Kuasa Pengguna
Barang dapat menugaskan Tim untuk melakukan Penilaian ulang atas objek
Penilaian yang sama.
2. Dalam pelaksanaan Penilaian ulang, Tim melakukan survei lapangan .
3. Dalam hal terdapat surat keterangan dari Kuasa Pengguna Barang yang
menyatakan tidak terdapat perubahan material terhadap objek Penilaian ,
Tim dapat melakukan Penilaian ulang tanpa melakukan survei lapangan.
4. Dalam hal tidak dilakukan survei lapangan sebagaimana dimaksud pada
angka 3, tanggal Penilaian merupakan tanggal surat keterangan dari Kuasa
Pengguna Barang yang menyatakan tidak terdapat perubahan material dari
objek Penilaian .
V

- 230 -
BAB X
PEMINDAHTANGANAN

A. UMUM
1 . BMN yang tidak diperlukan bagi penyelenggaraan tugas pemerintahan
negara dapat dipindahtangankan .
2. BMN dapat dipindahtangankan setelah dilakukan penetapan status
Penggunaan, kecuali untuk BMN yang tidak memerlukan penetapan status
Penggunaan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangan-undangan di
bidang pengelolaan BMN .
3. Bentuk Pemindahtanganan BMN meliputi:
a. Penjualan;
b. Tukar Menukar;
c. Hibah; atau
d . Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.
4. Dalam rangka Pemindahtanganan BMN dilakukan Penilaian atas BMN yang
direncanakan menjadi objek Pemindahtanganan , kecuali Pemindahtanganan
dalam bentuk Hibah .
5. Dalam hal Penilaian hanya dilakukan Tim yang ditetapkan oleh Kuasa
Pengguna Barang, maka hasil Penilaian BMN hanya merupakan nilai
taksiran.
6. Proses pelaksanaan Pemindahtanganan dapat dilakukan dengan elektronik.
7. Kewenangan dan Tanggung Jawab
a. Wewenang dan tanggung jawab Kepala Biro:
1) meneliti usulan Pemindahtanganan BMN ;
2) mengajukan usulan persetujuan Pemindahtanganan BMN berupa
Tanah dan / atau Bangunan , selain Tanah dan / atau Bangunan yang
memiliki bukti kepemilikan , dan selain Tanah dan / atau Bangunan
dengan nilai perolehan di atas Rpl 00.000.000,00 (seratus juta
rupiah ) dengan cara Penjualan dan Hibah kepada Pengelola Barang;
3) mengembalikan dan / atau menolak usulan Pemindahtanganan BMN
berupa Tanah dan / atau Bangunan, selain Tanah dan / atau
Bangunan yang memiliki bukti kepemilikan, dan selain Tanah
dan / atau Bangunan dengan nilai perolehan di atas
Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah ) dengan cara Penjualan dan
Hibah;
4) mengajukan usulan persetujuan Pemindahtanganan BMN dengan
cara Tukar Menukar kepada Pengelola Barang;
5) mengembalikan dan / atau menolak usulan Pemindahtanganan BMN
dengan cara Tukar Menukar;

/
- 231 -
6) menandatangani naskah / akta Hibah, perjanjian Tukar Menukar,
surat pernyataan, surat keterangan , berita acara, dan naskah dinas
lainnya terkait pelaksanaan Pemindahtanganan BMN dengan cara
Hibah dan Tukar Menukar berupa Tanah dan / atau Bangunan dan
selain Tanah dan / atau Bangunan yang memiliki bukti kepemilikan ;
7) meneruskan persetujuan Pemindahtanganan BMN dari Pengelola
Barang kepada Satuan Kerja;
8) melakukan Penatausahaan BMN yang dipindahtangankan;
9) melakukan pembinaan , pengawasan dan pengendalian atas
pelaksanaan Pemindahtanganan BMN ; dan
10) melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen
Pemindahtanganan BMN.
b. Wewenang dan tanggung jawab Sekretaris Unit Eselon I:
1) meneliti usulan Pemindahtanganan BMN ;
2) meneruskan usulan persetujuan Pemindahtanganan BMN berupa
Tanah dan / atau Bangunan , selain Tanah dan / atau Bangunan yang
memiliki bukti kepemilikan, dan selain Tanah dan / atau Bangunan
dengan nilai perolehan di atas Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah)
kepada Pengguna Barang;
3) mengembalikan dan / atau menolak usulan Pemindahtanganan BMN
berupa Tanah dan / atau Bangunan dan selain Tanah dan / atau
Bangunan yang memiliki bukti kepemilikan , dan selain Tanah
dan / atau Bangunan dengan nilai perolehan di atas Rpl 00.000.000,-
(seratus juta rupiah) ;
4) menandatangani naskah / akta Hibah , perjanjian Tukar Menukar,
surat pernyataan , surat keterangan, berita acara, dan naskah dinas
lainnya terkait pelaksanaan Pemindahtanganan BMN dengan cara
Hibah berupa BMN selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak
memiliki bukti kepemilikan , BMN barang yang dari awal perolehan
dimaksudkan untuk dihibahkan dalam rangka kegiatan
pemerintahan dan bongkaran BMN ;
5) menandatangani naskah / akta Hibah , perjanjian Tukar Menukar,
surat pernyataan , surat keterangan , berita acara, dan naskah dinas
lainnya terkait pelaksanaan Pemindahtanganan BMN dengan cara
Tukar Menukar berupa BMN selain Tanah dan / atau Bangunan yang
tidak memiliki bukti kepemilikan;
6) memberikan persetujuan Pemindahtanganan BMN dengan cara
Penjualan atas:
a) BMN selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan dengan nilai perolehan sampai dengan
Rpl 00.000.000,- (seratus juta rupiah ) ; dan
b) bongkaran BMN karena perbaikan ( renovasi, rehabilitasi, atau
restorasi) ;
7) memberikan persetujuan Pemindahtanganan BMN dengan cara
Hibah atas:

¥
V

- 232 -
a) BMN yang dari awal perolehan dimaksudkan untuk dihibahkan
dalam rangka kegiatan pemerintahan;
b) BMN selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan dengan nilai perolehan sampai dengan
Rpl 00.000 . 000, - (seratus juta rupiah ); dan
c) bongkaran BMN karena perbaikan ( renovasi, rehabilitasi, atau
restorasi) ;
8) melakukan Penatausahaan BMN yang dipindahtangankan ;
9) melakukan pembinaan , pengawasan dan pengendalian atas
pelaksanaan Pemindahtanganan BMN ; dan
10) melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen
Pemindahtanganan BMN;
c. Wewenang dan tanggung jawab Kepala Satuan Kerja:
1) membentuk Tim Internal Pemindahtanganan ( Penjualan / Tukar
Menukar / Hibah ) BMN ;
2) mengajukan usulan persetujuan Pemindahtanganan BMN ;
3) mengajukan usulan Tukar Menukar BMN selain tanah dan / atau
bangunan dengan nilai perolehan sampai dengan Rpl 00.000.000,-
(seratus juta rupiah) per unit / barang kepada Pengelola Barang;
4) menandatangani surat, dokumen dan naskah dinas lainnya terkait
pengajuan usulan dan pelaksanaan Pemindahtanganan BMN ;
5) melaksanakan Pemindahtanganan BMN sesuai dengan ketentuan
mengenai Pemindahtanganan BMN ;
6) melakukan Penatausahaan BMN yang dipindahtangankan ;
7) melaporkan pelaksanaan Pemindahtanganan BMN kepada Pengelola
Barang dan / atau Pengguna Barang; dan
8) melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen
Pemindahtanganan BMN ;

B. PENJUALAN
1. Ketentuan Dasar
a. Penjualan BMN dilaksanakan dengan mempertimbangkan:
1) untuk optimalisasi BMN yang berlebih atau tidak digunakan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi
Kementerian / Lembaga atau tidak dimanfaatkan oleh Pihak Lain;
2 ) secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara apabila dijual;
dan / atau
3) sebagai pelaksanaan ketentuan Peraturan Perundang-undangan .
b. Penjualan BMN dilakukan secara Lelang, kecuali:
1) BMN yang bersifat khusus sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan, yaitu
a) tanah dan bangunan rumah negara golongan III atau bangunan
rumah negara golongan III yang dijual kepada penghuninya yang
sah; atau
/
V

- 233 -
b) kendaraan perorangan dinas yang dijual kepada pejabat negara,
man tan pejabat negara, pegawai aparatur sipil negara, anggota
Tentara Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan di bidang Penjualan BMN berupa
kendaraan perorangan dinas.
2) BMN Lainnya, meliputi:
a) tanah dan / atau bangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan
umum;
b) tanah yang merupakan tanah kavling yang menurut perencanaan
awal pengadaannya digunakan untuk pembangunan perumahan
pegawai negeri sebagaimana tercantum dalam dokumen
penganggaran antara lain meliputi Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian / Lembaga ( RKA- KL) , Kerangka Acuan Kerja,
Petunjuk Operasional Kegiatan , atau Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) ;
c) selain tanah dan / atau bangunan yang jika dijual secara Lelang
dapat merusak tata niaga berdasarkan pertimbangan dari
instansi yang berwenang;
d) selain tanah dan / atau bangunan sebagai akibat dari keadaan
kahar ( force majeure) ;
e) bangunan yang berdiri di atas tanah Pihak Lain atau Pemerintah
Daerah / Desa yang dijual kepada Pihak Lain atau Pemerintah
Daerah / Desa pemilik tanah tersebut; dan
f ) BMN yang ditetapkan lebih lanjut oleh Pengelola Barang.
2 . Tata Cara Pelaksanaan Penjualan BMN
a. BMN berupa tanah dan / atau bangunan , selain tanah dan / atau
bangunan yang memiliki bukti kepemilikan, dan selain tanah dan / atau
bangunan yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai perolehan
di atas Rpl 00.000.000,00 (Seratus Juta Rupiah) :
1) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Internal Penjualan BMN
(sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf A) dengan
keanggotaan berjumlah ganjil paling sedikit terdiri dari 3 ( tiga) orang
yang terdiri atas:
a) wakil dari unsur Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang,
serta dapat melibatkan Unit Kerja yang membidangi hukum jika
diperlukan , untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b) wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang serta dapat melibatkan
Pengguna Barang dan / atau Sekretariat Unit Eselon 1/ Sekretariat
LNSW / Biro Umum atau instansi teknis terkait, untuk BMN selain
Tanah dan / atau Bangunan .
2) Tim Internal Penjualan BMN memiliki tugas, antara lain:
a) melakukan penelitian terhadap BMN yang akan dijual, meliputi
penelitian data secara administratif , kondisi fisik, dan aspek
yuridis;
7

- 234 -
b) melakukan Penilaian untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan;
c) menyusun laporan Tim Internal Penjualan yang dilampiri dengan
berita acara penelitian, untuk BMN Tanah dan / atau Bangunan ;
d ) menyusun laporan Penilaian yang dilampiri dengan berita acara
survei lapangan, untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan ;
e) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan
Penjualan;
f ) membantu pelaksanaan Penjualan secara Lelang melalui instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pelayanan Lelang; dan
g) menyusun laporan pelaksanaan Pemindahtanganan BMN yang
merupakan satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN .
3) Hasil pelaksanaan tugas Tim Internal Penjualan BMN dituangkan
dalam:
a) laporan Tim Internal menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf M dengan
melampirkan Berita Acara Penelitian sebagaimana format pada
Lampiran II Bab X huruf B; atau
b) laporan Penilaian menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab IX huruf D dengan melampirkan berita
acara survei lapangan sebagaimana format Lampiran II Bab IX
huruf C,
dan disampaikan kepada Kuasa Pengguna Barang.
4) Dalam hal laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dapat
ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan
Penjualan BMN kepada Pengguna Barang secara berjenjang melalui
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum,
dengan melampirkan:
a) usulan Penjualan BMN sebagaimana format pada Lampiran II
Bab X huruf C;
b) daftar barang objek Penjualan BMN , sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab X huruf D;
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) fotokopi keputusan pembentukan Tim Internal Penjualan
BMN ;
(2) asli berita acara hasil penelitian / berita acara survei
lapangan Tim Internal Penjualan BMN ;
(3) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN ;
(4) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN ;
(5) fotokopi Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN
(sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf F) ;
(6 ) print out Daftar BMN Yang Dihentikan Penggunaannya;

!
V

- 235 -
(7) asli Surat Pernyataan kebenaran materiil objek yang
diusulkan yang ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
bersangkutan, untuk barang berupa Tanah dan / atau
Bangunan (sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab
Xhuruf G) ;
(8) asli Surat Pernyataan kebenaran formil dan materiil objek
dan besaran nilai yang diusulkan yang ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan, untuk barang selain
Tanah dan / atau Bangunan (sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf G) ;
(9) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telatp h ditandatangani oleh
Kepala Satuan Keija bersangkutan, kecuali terhadap BMN yang
tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
(10) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan;
(11) fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau BAST perolehan
barang dan / atau dokumen lain yang disetarakan dengan
dokumen / bukti kepemilikan dan / atau BAST perolehan
barang;
(12) dalam hal tidak terdapat dokumen / bukti kepemilikan atau
BAST perolehan barang dan / atau dokumen lainnya, dapat
diganti dengan asli Surat Pernyataan bermatera cukup dari
Kepala Satuan Kerja bersangkutan yang menyatakan bahwa
BMN yang diusulkan untuk dijual merupakan BMN pada
Satuan Kerja bersangkutan (sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf G); dan
(13) foto terkini BMN .
5) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian terhadap usulan Penjualan BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, dalam melakukan
penelitian dapat meminta keterangan / penjelasan dari Kuasa
Pengguna Barang bila diperlukan .
6) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
ditindaklanjuti, Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala
Biro Umum mengajukan usulan Penjualan BMN kepada Pengguna
Barang disertai dengan kelengkapan dokumen pendukung dan
fotokopi usulan Penjualan BMN dari Kuasa Pengguna Barang.
7) Kepala Biro melakukan penelitian atas usulan yang disampaikan
oleh Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum ,
dalam melakukan penelitiannya Kepala Biro dapat meminta
keterangan / penjelasan dari Kuasa Pengguna Barang dan / atau dapat
melakukan penelitian lapangan bila diperlukan.
8) Dalam hal usulan tersebut dapat ditindaklanjuti, Pengguna Barang
menyampaikan usulan persetujuan Penjualan BMN kepada Pengelola
Barang yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab X huruf H dengan melampirkan data
administratif dan kelengkapan dokumen pendukung.

a
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 236 -
9) Pengelola Barang menerbitkan persetujuan Penjualan BMN dan
ditindaklanjuti oleh Pengguna Barang dengan menyampaikan
persetujuan dimaksud berikut perintah pelaksanaan Penjualan BMN
kepada Kuasa Pengguna Barang.
10) Kuasa Pengguna Barang mengajukan Penjualan BMN dengan cara
Lelang kepada instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan Lelang sebelum jangka waktu 6 (enam)
bulan sejak tanggal persetujuan Penjualan BMN dari Pengelola
Barang.
11) Dalam hal BMN tidak laku terjual pada lelang pertama, dilakukan
pengajuan lelang ulang sebanyak 1 (satu) kali.
12 ) Dalam hal pengajuan lelang ulang dilakukan lebih dari 6 (enam )
bulan sejak tanggal surat persetujuan Penjualan , terlebih dahulu
dilakukan pengajuan penilaian ulang.
13) Pengajuan Penilaian ulang oleh Kuasa Pengguna Barang dilakukan
sebagaimana pengajuan pertama kali, dilengkapi dengan alasan
dilakukannya pengajuan Penilaian ulang, surat persetujuan
sebelumnya, dan dokumen pendukung terkini.
14) Dalam hal BMN sudah laku terjual dengan cara Lelang, Kuasa
Pengguna Barang melakukan serah terima BMN kepada Pihak
Pemenang Lelang yang dituangkan dalam BAST (sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf K) setelah Pihak
Pemenang Lelang melakukan pelunasan.
15) Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan penetapan Keputusan
Penghapusan BMN kepada Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum paling lama 5 (lima) hari kerja setelah
tanggal BAST, dengan melampirkan:
a) fotokopi BAST antara Kuasa Pengguna Barang dan Pihak
Pemenang Lelang;
b) fotokopi salinan Risalah Lelang;
c) asli Surat Pernyataan yang memuat pernyataan bahwa Penjualan
telah dilaksanakan secara Lelang dan Risalah Lelang sedang
dalam proses pembuatan salinan , dalam hal Pihak Pemenang
Lelang telah melunasi harga Lelang dan Risalah Lelang belum
diperoleh dalam batas waktu pengajuan penetapan Keputusan
Penghapusan BMN ( Lampiran II Bab X huruf G ) ; dan
d) fotokopi bukti setor ke Rekening Kas Umum Negara.
16) Berdasarkan usulan penetapan Keputusan Penghapusan BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum menetapkan Keputusan
Penghapusan BMN paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST,
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab XII huruf J .
- 237 -
17) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menyampaikan salinan Keputusan Penghapusan BMN kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal
Keputusan Penghapusan BMN .
18) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak Keputusan
Penghapusan BMN .
19) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
Pemindahtanganan BMN yang merupakan satu kesatuan dengan
laporan Penghapusan BMN paling lama 1 (satu) bulan setelah
Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan, dan disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab X huruf M .
20) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengelola Barang dan
Pengguna Barang serta ditembuskan kepada Sekretaris Unit Eselon
1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum , dengan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain:
a) fotokopi BAST antara Kuasa Pengguna Barang dan Pihak
Pemenang Lelang;
b) fotokopi salinan Risalah Lelang;
c) asli Surat Pernyataan yang memuat pernyataan bahwa Penjualan
telah dilaksanakan secara Lelang dan Risalah Lelang sedang
dalam proses pembuatan salinan, dalam hal Pihak Pemenang
Lelang telah melunasi harga Lelang dan Risalah Lelang belum
diperoleh dalam batas waktu penyusunan pelaksanaan Penjualan
(Lampiran II Bab X huruf G) ;
d) fotokopi Keputusan Penghapusan BMN ;
e) fotokopi bukti setor ke Rekening Kas Umum Negara; dan
f ) print out Register Transaksi Harian Penghapusan.
21) Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan, dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang
dan / atau Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan.
b. BMN selain Tanah Dan / Atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Bukti
Kepemilikan Dengan Nilai Perolehan Sampai Dengan Rp100.000.000,00
(Seratus Juta Rupiah) Per Unit / Satuan
1) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Internal Penjualan BMN
(sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf A) dengan
keanggotaan berjumlah ganjil paling sedikit terdiri dari 3 ( tiga) orang
yang mengandung unsur atas:
a) wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang;
b) dapat melibatkan Sekretariat Unit Eselon I / Sekretariat
LNSW / Biro Umum bila diperlukan; dan / atau
MENTERI KEUANGAN
REPUBLiK INDONESIA

- 238 -
c) dapat melibatkan instansi teknis terkait.
2 ) Tim Internal Penjualan BMN memiliki tugas, antara lain:
a) melakukan penelitian terhadap BMN yang akan dijual, meliputi
penelitian data secara administratif , kondisi fisik, dan aspek
yuridis;
b) menyusun laporan Penilaian dengan dilampirkan berita acara
survei lapangan;
c) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan
Penjualan;
d ) membantu pelaksanaan Penjualan secara Lelang melalui instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pelayanan Lelang; dan
e ) menyusun laporan pelaksanaan Pemindahtanganan BMN yang
merupakan satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN.
3) Hasil pelaksanaan tugas Tim Internal Penjualan BMN dituangkan
dalam laporan Penilaian menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab IX huruf D dengan melampirkan
berita acara survei lapangan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab IX huruf C dan disampaikan
kepada Kuasa Pengguna Barang.
4) Dalam hal laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dapat
ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan
Penjualan BMN kepada Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum , dengan melampirkan:
a) usulan Penjualan BMN menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar barang objek Penjualan BMN sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab X huruf D; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) fotokopi keputusan pembentukan Tim Internal Penjualan
BMN;
(2) asli berita acara survei lapangan Tim Internal Penjualan
BMN;
(3) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN;
(4) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN;
(5) fotokopi Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN
(sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf F) ;
(6) print out Daftar BMN Yang Dihentikan Penggunaannya;
(7) fotokopi Berita Acara Serah Terima (BAST) perolehan barang
dan / atau dokumen lainnya terkait perolehan barang;

/
4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 239 -
(8) dalam hal tidak terdapat BAST perolehan barang dan / atau
dokumen lainnya terkait perolehan barang, dapat diganti
dengan Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala
Satuan Kerja bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN
yang diusulkan untuk dijual merupakan BMN pada Satuan
Kerja bersangkutan (sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf G) ;
(9) asli Surat Pernyataan kebenaran formil dan materiil objek
dan besaran nilai yang diusulkan yang ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan (sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab X huruf G);
(10) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
(11) foto terkini BMN .
5) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian terhadap usulan Penjualan BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, dalam melakukan
penelitian dapat meminta keterangan / penjelasan dari Kuasa
Pengguna Barang, dapat melibatkan Pengguna Barang dan / atau
dapat melakukan penelitian lapangan bila diperlukan.
6) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian perencanaan
Pemindahtanganan BMN antara permohonan Penjualan BMN dengan
perencanaan Pemindahtanganan BMN di RP4 BMN , Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum mengajukan revisi
penetapan RP4 disertai alasan dan data dukung kepada Pengguna
Barang dengan tetap melanjutkan proses permohonan Penjualan
BMN .
7) Persetujuan Penjualan BMN diterbitkan oleh Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab X Huruf I dan ditindaklanjuti oleh Kuasa Pengguna Barang
melalui pengajuan usulan Penjualan BMN .
8) Kuasa Pengguna Barang mengajukan Penjualan BMN dengan cara
Lelang kepada instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan Lelang paling lama 6 (enam ) bulan
sejak tanggal persetujuan Penjualan BMN dari Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum .
9) Dalam hal BMN tidak laku terjual pada lelang pertama, dilakukan
pengajuan lelang ulang sebanyak 1 (satu) kali.
10) Dalam hal pengajuan lelang ulang dilakukan lebih dari 6 (enam)
bulan sejak tanggal surat persetujuan Penjualan, terlebih dahulu
dilakukan pengajuan penilaian ulang.
11) Pengajuan Penilaian ulang oleh Kuasa Pengguna Barang dilakukan
sebagaimana pengajuan pertama kali, dilengkapi dengan alasan
dilakukannya pengajuan Penilaian ulang, surat persetujuan
sebelumnya, dan dokumen pendukung terkini.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 240 -
12 ) Dalam hal BMN sudah laku terjual dengan cara Lelang, Kuasa
Pengguna Barang melakukan serah terima BMN kepada Pihak
Pemenang Lelang yang dituangkan dalam BAST (sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf K) setelah Pihak
Pemenang Lelang melakukan pelunasan .
13) Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan penetapan Keputusan
Penghapusan BMN kepada Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum paling lama 5 (lima) hari kerja setelah
tanggal BAST, dengan melampirkan:
a) fotokopi BAST antara Kuasa Pengguna Barang dan Pihak
Pemenang Lelang;
b) fotokopi salinan Risalah Lelang;
c) asli Surat Pernyataan yang memuat pernyataan bahwa Penjualan
telah dilaksanakan secara Lelang dan Risalah Lelang sedang
dalam proses pembuatan salinan , dalam hal Pihak Pemenang
Lelang telah melunasi harga Lelang dan Risalah Lelang belum
diperoleh dalam batas waktu pengajuan penetapan Keputusan
Penghapusan BMN (sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab X huruf G ) ; dan
d) fotokopi bukti setor ke Rekening Kas Umum Negara.
14) Berdasarkan usulan penetapan Keputusan Penghapusan BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum menetapkan Keputusan
Penghapusan BMN paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST,
disusun dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab XII huruf J .
15) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menyampaikan salinan Keputusan Penghapusan BMN kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN .
16) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum , Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditandatangani.
17) Kuasa Pengguna Barang menyusun laporan pelaksanaan
Pemindahtanganan BMN yang merupakan satu kesatuan dengan
laporan Penghapusan BMN paling lama 1 (satu) bulan setelah
Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan, dan disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab X huruf M .
18) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengelola Barang dan
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum serta
ditembuskan kepada Kepala Biro, dengan melampirkan dokumen
kelengkapan antara lain:

i/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 241 -
a) fotokopi BAST antara Kuasa Pengguna Barang dan Pihak
Pemenang Lelang;
b) fotokopi salinan Risalah Lelang;
c) asli Surat Pernyataan yang memuat pernyataan bahwa Penjualan
telah dilaksanakan secara Lelang dan Risalah Lelang sedang
dalam proses pembuatan salinan , dalam hal Pihak Pemenang
Lelang telah melunasi harga Lelang dan Risalah Lelang belum
diperoleh dalam batas waktu penyusunan pelaksanaan Penjualan
(Lampiran II Bab X huruf G) ;
d ) fotokopi Keputusan Penghapusan BMN ;
e) fotokopi bukti setor ke Rekening Kas Umum Negara; dan
f ) print out Register Transaksi Harian Penghapusan .
19 ) Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan, dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang
dan / atau Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan.
c. Bongkaran BMN Karena Perbaikan (Renovasi, Rehabilitasi, atau
Restorasi)
1) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Internal Penjualan
Bongkaran BMN (Lampiran II Bab X huruf A) dengan keanggotaan
berjumlah ganjil paling sedikit terdiri dari 3 ( tiga) orang yang
mengandung unsur atas:
a) wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang;
b) dapat melibatkan Sekretariat Unit Eselon 1/ Sekretariat
LNSW / Biro Umum bila diperlukan; dan / atau
c) dapat melibatkan instansi teknis terkait.
2) Tim Internal Penjualan Bongkaran BMN memiliki tugas, antara lain:
a) melakukan penelitian terhadap Bongkaran BMN karena
perbaikan (renovasi, rehabilitasi, atau restorasi) antara lain
penelitian data administratif , kondisi fisik, dan aspek yuridis;
b) menyusun laporan Penilaian yang merupakan satu kesatuan
dengan Laporan Tim Internal Penjualan;
c) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Penjualan
Bongkaran BMN ;
d ) membantu pelaksanaan Penjualan secara Lelang melalui instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pelayanan Lelang; dan
e) menyusun laporan pelaksanaan Penjualan Bongkaran BMN.
3) Hasil penelitian Tim Internal Penjualan Bongkaran BMN dituangkan
dalam Berita Acara Hasil Penelitian (Lampiran II Bab X huruf B) dan
dilaporkan kepada Kuasa Pengguna Barang.

1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 242 -
4) Dalam hal hasil penelitian Tim Internal Penjualan Bongkaran BMN
dapat ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan
usulan Penjualan Bongkaran BMN kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, dengan susunan sebagai
berikut:
a) usulan Penjualan Bongkaran BMN sebagaimana format pada
Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar Bongkaran BMN yang menjadi objek Penjualan Bongkaran
BMN dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab IX huruf E; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
( 1) fotokopi keputusan pembentukan Tim Internal Penjualan
Bongkaran BMN ;
( 2 ) Berita Acara Hasil Penelitian Tim Internal Penjualan
Bongkaran BMN;
(3) asli Surat Pernyataan kebenaran formil maupun materiil yang
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan
(Lampiran II Bab IX huruf G) ;
(4) fotokopi dokumen penganggaran pelaksanaan kegiatan
perbaikan BMN ; dan
(5) foto terkini Bongkaran BMN .
5) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian terhadap usulan Penjualan Bongkaran BMN
yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang termasuk meminta
keterangan / penjelasan , dalam hal diperlukan dapat melakukan
penelitian lapangan dan / atau melakukan Penilaian kembali atas
Penjualan Bongkaran BMN yang diajukan .
6) Persetujuan Penjualan Bongkaran BMN yang diterbitkan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab IX huruf I, ditindaklanjuti oleh Kuasa Pengguna
Barang dengan mengajukan usulan Penjualan Bongkaran BMN
dengan cara Lelang kepada instansi pemerintah yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya meliputi pelayanan Lelang.
7) Kuasa Pengguna Barang mengajukan Penjualan Bongkaran BMN
dengan cara Lelang kepada instansi pemerintah yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya meliputi pelayanan Lelang sebelum jangka
waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal persetujuan Penjualan
Bongkaran BMN dari Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum.
8) Dalam hal BMN tidak laku terjual pada Lelang pertama, Kuasa
Pengguna Barang dapat memilih alternatif sebagai berikut:
a) menugaskan Tim Internal untuk melakukan Penilaian kembali
dan ditindaklanjuti sesuai prosedur pengajuan usulan Penjualan
BMN;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 243 -
b) mengajukan Hibah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; atau
c) mengajukan pemusnahan bongkaran BMN.
9) Dalam hal Bongkaran BMN sudah laku terjual dengan cara Lelang,
Kuasa Pengguna Barang melakukan serah terima Bongkaran BMN
kepada Pihak Pemenang Lelang yang dituangkan dalam BAST
(sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf K) setelah
Pihak Pemenang Lelang melakukan pelunasan .
10) Kuasa Pengguna Barang menyusun laporan pelaksanaan Penjualan
Bongkaran BMN paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal BAST,
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf M .
11) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan ditembuskan kepada
Kepala Biro, dengan melampirkan dokumen kelengkapan antara lain:
a) BAST antara Kuasa Pengguna Barang dan Pihak Pemenang
Lelang;
b) fotokopi salinan Risalah Lelang;
c) Surat Pernyataan yang memuat pernyataan bahwa Penjualan
telah dilaksanakan secara Lelang dan Risalah Lelang sedang
dalam proses pembuatan salinan, dalam hal Pihak Pemenang
Lelang telah melunasi harga Lelang dan Risalah Lelang belum
diperoleh dalam batas waktu penyusunan pelaksanaan Penjualan
(Lampiran II Bab X huruf G); dan
d ) fotokopi bukti setor ke Rekening Kas Umum Negara.
12 ) Dalam hal berdasarkan penelitian Tim Internal Penjualan Bongkaran
BMN diketahui bahwa Bongkaran BMN tidak memiliki nilai jual,
Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan kepada Sekretaris
Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dilengkapi:
a) Keterangan upaya tindak lanjut yang telah dilakukan oleh Kuasa
Pengguna Barang atas Bongkaran BMN ; dan
b) Surat Pernyataan yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna
Barang bahwa pekerjaan perbaikan BMN tidak menghasilkan
bongkaran yang memiliki nilai jual (sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab X huruf G ) .
13) Dalam hal Bongkaran BMN tidak memiliki nilai jual dan / atau setelah
dilakukan Penjualan secara Lelang tidak laku terjual, Kuasa
Pengguna Barang dapat mengusulkan Pemindahtanganan BMN
dengan bentuk lainnya atau Pemusnahan sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.
C. HIBAH
1. Ketentuan Dasar
a. Hibah BMN dilaksanakan dengan pertimbangan untuk:
1) kepentingan sosial;
2) kepentingan budaya;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 244 -

3) kepentingan keagamaan;
4) kepentingan kemanusiaan ;
5) kepentingan pendidikan yang bersifat non komersial; dan / atau
6) penyelenggaraan pemerintahan negara / daerah.
b. BMN dapat dihibahkan dalam hal memenuhi persyaratan:
1) bukan merupakan barang rahasia negara;
2) bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang
banyak; dan
3) tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan negara.
c. BMN yang dihibahkan wajib digunakan sebagaimana ketentuan yang
ditetapkan dalam naskah Hibah .
d . Pihak yang dapat menerima Hibah , yaitu:
1) lembaga sosial, lembaga budaya, lembaga keagamaan , lembaga
kemanusiaan, atau lembaga pendidikan yang bersifat non komersial;
2) masyarakat, baik perorangan maupun kelompok, dalam rangka
menjalankan kebijakan pemerintah yang diatur dalam peraturan
perundangan-undangan;
3) pemerintah negara lain dalam kerangka hubungan internasional;
4) masyarakat internasional yang terkena akibat dari bencana alam ,
perang, atau wabah penyakit endemik;
5) Pemerintah Daerah / Desa;
6) BUMN berbentuk perusahaan umum dalam rangka menjaga
stabilitas ketahanan pangan atau BUMN lainnya dalam rangka
penugasan pemerintah sebagaimana tertuang dalam peraturan atau
keputusan yang ditetapkan oleh Presiden;
7) BUMD;
8) Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum; atau
9) Pihak Lain yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.
2. Tata Cara Hibah BMN
a. BMN Berupa Tanah dan / atau Bangunan dan Selain Tanah dan / atau
Bangunan Yang Memiliki Bukti Kepemilikan
1) Kepala Biro melakukan penelitian atas permohonan Hibah BMN dari
Pemerintah Daerah / Pihak Lain, paling sedikit terhadap data BMN
yang diusulkan menjadi objek Hibah serta alasan dan dasar
pertimbangan permohonan.
2 ) Dalam hal permohonan dapat ditindaklanjuti, Kepala Biro meminta
konfirmasi dan klarifikasi tertulis kepada Kuasa Pengguna Barang
melalui Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro
Umum atas permohonan Hibah tersebut.
3) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan Hibah ( Lampiran
II Bab X huruf A) dengan keanggotaan paling sedikit terdiri atas:

/
l
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 245 -
a) wakil dari unsur Pengguna Barang, Sekretariat Unit Eselon
I / Sekretariat LNSW / Biro Umum dan Kuasa Pengguna Barang,
serta dapat melibatkan Unit Kerja yang membidangi hukum bila
diperlukan, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan ; atau
b) wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang dan Sekretariat Unit
Eselon I / Sekretariat LNSW / Biro Umum , serta dapat melibatkan
Pengguna Barang dan / atau Unit Kerja yang membidangi hukum
bila diperlukan, untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan.
4) Tim Persiapan Hibah memiliki tugas, antara lain:
a) menyiapkan dan melakukan penelitian data administratif ,
meliputi jenis BMN , NUP, tahun perolehan, lokasi, luas, bukti
kepemilikan dan nilai perolehan, untuk BMN berupa Tanah
dan / atau Bangunan;
b) menyiapkan dan melakukan penelitian data administratif ,
meliputi jenis BMN, NUP, tahun perolehan, bukti kepemilikan
dan nilai perolehan, untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan;
c) melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan dengan data
administratif;
d ) menyusun kajian / alasan perlu dilakukannya Hibah;
e) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Hibah;
dan
f ) menyusun laporan Pemindahtanganan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN .
5) Hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dituangkan dalam Berita Acara
Hasil Penelitian (Lampiran II Bab X huruf B) dan dilaporkan kepada
Kuasa Pengguna Barang.
6 ) Dalam hal hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dapat
ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan
Hibah kepada Pengguna Barang secara berjenjang melalui Sekretaris
Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum , dengan susunan
sebagai berikut:
a) usulan Hibah BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar barang yang menjadi objek permohonan Hibah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf D; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) data Pemohon Hibah;
( 2 ) softcopy / fotokopi keputusan pembentukan Tim Persiapan
Hibah ;
(3) asli Berita Acara Hasil Penelitian Tim Persiapan Hibah;
(4) hasil kajian Hibah BMN ;
(5) softcopy / fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan
BMN ;

f/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 246 -
(6) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN;
(7) softcopy/ fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau
dokumen lain yang disetarakan dengan bukti kepemilikan ;
(8) dalam hal tidak terdapat dokumen kepemilikan dan / atau
dokumen lainnya, dapat diganti dengan asli Surat
Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala Satuan Kerja
bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN yang diusulkan
untuk dihibahkan merupakan BMN pada Satuan Kerja
bersangkutan (Lampiran II Bab X huruf G) ;
(9) asli Surat Pernyataan bahwa Hibah BMN tidak mengganggu
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan
yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang (Lampiran
II Bab X huruf G ) ;
( 10) asli Surat Pernyataan kebenaran materiil, yang
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan
( Lampiran II Bab X huruf G ) ;
(11) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan, kecuali terhadap BMN
yang tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
(12 ) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan ;'dan
( 13) foto terkini BMN .
7) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan analisis terhadap usulan Hibah yang disampaikan oleh
Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta keterangan / penjelasan
bila diperlukan.
8) Dalam hal berdasarkan analisis tersebut dapat ditindaklanjuti,
Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
mengajukan usulan Hibah kepada Pengguna Barang disertai dengan
kelengkapan dokumen pendukung dan fotokopi usulan Hibah dari
Kuasa Pengguna Barang.
9) Kepala Biro melakukan penelitian atas usulan Hibah yang
disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala
Biro Umum , meliputi penelitian administrasi, kondisi fisik, aspek
yuridis, dan kelayakan usulan.
10) Dalam hal usulan Hibah tersebut dapat ditindaklanjuti, maka
Pengguna Barang meminta Pemohon Hibah untuk menyampaikan
Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Hibah BMN yang
ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup oleh:
a) Gubernur / Bupati / Walikota atau pejabat Pemerintah Daerah
yang mempunyai tugas dan kewenangan untuk menandatangani,
untuk pemohon Hibah yang merupakan Pemerintah Daerah; atau
b) pimpinan yayasan / lembaga / pihak lainnya, untuk pemohon
Hibah yang merupakan Pihak Lain.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 247 -
11) Pengguna Barang mengajukan usulan permohonan persetujuan
Hibah kepada Pengelola Barang yang disusun dengan menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf H
dengan melampirkan kelengkapan dokumen pendukung.
12) Persetujuan Hibah yang diterbitkan oleh Pengelola Barang
ditindaklanjuti dengan penandatanganan Naskah Hibah antara
Pengguna Barang dan Penerima Hibah (sebelumnya merupakan
Pemohon Hibah ) paling lama 3 ( tiga) bulan sejak tanggal persetujuan
Hibah dan diikuti dengan serah terima barang yang dituangkan
dalam BAST (Lampiran II Bab X huruf K) .
13) Pengguna Barang bersama dengan Penerima Hibah menyusun
Naskah Hibah (Lampiran II Bab X huruf L) , paling sedikit memuat:
a) identitas para pihak;
b) jenis dan nilai barang yang menjadi objek Hibah BMN;
c) tujuan dan peruntukan Hibah BMN ;
d ) hak dan kewajiban para pihak;
e) klausul beralihnya tanggung jawab dan kewajiban kepada Pihak
Penerima Hibah BMN ; dan
f ) penyelesaian perselisihan .
14) Kepala Biro menyampaikan perintah penetapan Keputusan
Penghapusan BMN kepada Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum dengan melampirkan BAST Hibah yang
telah ditandatangani.
15) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf J paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST Hibah
ditandatangani.
16) Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN , disertai dengan fotokopi Naskah dan BAST
Hibah .
17) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum , Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh ) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditandatangani.
18) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan Pemindahtanganan
BMN yang merupakan satu kesatuan dengan laporan Penghapusan
BMN paling lama 1 (satu) bulan sejak Keputusan Penghapusan BMN
ditetapkan, dan disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf M , kepada:
a) Pengelola Barang, dengan melampirkan dokumen kelengkapan
antara lain fotokopi Naskah Hibah dan BAST Hibah, dan fotokopi
Keputusan Penghapusan BMN; dan ,
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 248 -
b) Pengguna Barang dan ditembuskan kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, dengan
melampirkan dokumen kelengkapan antara lain fotokopi
Keputusan Penghapusan BMN, dan print out Register Transaksi
Harian Penghapusan .
19) Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan , dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang
dan / atau Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan .
b. BMN selain Tanah dan / atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Bukti
Kepemilikan Dengan Nilai Perolehan Di Atas Rpl 00.000.000,00 (Seratus
Juta Rupiah )
1) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian atas permohonan Hibah BMN dari Pemerintah
Daerah / Pihak Lain, paling sedikit terhadap data BMN yang
diusulkan menjadi objek Hibah serta alasan dan dasar pertimbangan
permohonan .
2 ) Dalam hal permohonan dapat ditindaklanjuti, Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum meminta konfirmasi dan
klarifikasi tertulis kepada Kuasa Pengguna Barang atas permohonan
Hibah BMN tersebut.
3) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan Hibah (Lampiran
II Bab X huruf A) dengan keanggotaan paling sedikit terdiri atas
wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang dan Sekretariat Unit
Eselon 1/ Sekretariat LNSW / Biro Umum , serta dapat melibatkan
Pengguna Barang.
4) Tim Persiapan Hibah memiliki tugas, antara lain:
a) menyiapkan dan melakukan penelitian data administratif,
meliputi jenis BMN , NUP, tahun perolehan, dokumen perolehan
dan nilai perolehan;
b) melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan dengan data
administratif;
c) menyusun kajian yang paling sedikit memuat:
(1) latar belakang dan alasan;
( 2) data administrasi dan fisik BMN;
(3) rencana Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan dan
Penghapusan; dan
(4) manfaat Hibah bagi penerima;
d ) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Hibah;
dan
e ) menyusun laporan Pemindahtanganan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN .
5) Hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dituangkan dalam Berita Acara
Hasil Penelitian (Lampiran II Bab X huruf B) dan dilaporkan kepada
Kuasa Pengguna Barang.
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 249 -
6 ) Dalam hal hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dapat
ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan
Hibah BMN kepada Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum, dengan susunan sebagai berikut :
a) usulan Hibah BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar barang yang menjadi objek permohonan Hibah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf D; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) data Pemohon Hibah;
(2) softcopy / fotokopi keputusan pembentukan Tim Persiapan
Hibah;
(3) asli Berita Acara Hasil Penelitian Tim Persiapan Hibah;
(4) hasil kajian Hibah BMN;
(5) softcopy / fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan
BMN ;
(6) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN;
(7) softcopy / fotokopi Berita Acara Serah Terima (BAST)
perolehan barang dan / atau dokumen lainnya terkait
perolehan barang;
(8) dalam hal tidak terdapat BAST perolehan barang dan / atau
dokumen lainnya terkait perolehan barang, dapat diganti
dengan asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala
Satuan Kerja bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN
yang diusulkan untuk dihibahkan merupakan BMN pada
Satuan Kerja bersangkutan (Lampiran II Bab X huruf G ) ;
(9) asli Surat Pernyataan yang ditandatangani oleh Kuasa
Pengguna Barang yang menyatakan bahwa Hibah BMN tidak
mengganggu penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian
Keuangan (Lampiran II Bab X huruf G ) ;
(10) asli Surat Pernyataan kebenaran formil dan materiil, yang
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan
(Lampiran II Bab X huruf G);
(11) Kartu Identitas Barang ( KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan , kecuali terhadap BMN
yang tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
(12) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan ; dan
(13) foto terkini BMN.
7) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan analisis dan penelitian atas usulan Hibah yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta
keterangan / penjelasan bila diperlukan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 250 -
8) Dalam hal usulan Hibah tersebut dapat ditindaklanjuti, maka
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
meminta Pemohon Hibah untuk menyampaikan Surat Pernyataan
Kesediaan Menerima Hibah BMN yang ditandatangani di atas kertas
bermeterai cukup.
9 ) cukup oleh:
a) Gubernur / Bupati / Walikota atau pejabat Pemerintah Daerah
yang mempunyai tugas dan kewenangan untuk menandatangani,
untuk pemohon Hibah yang merupakan Pemerintah Daerah; atau
b) pimpinan yayasan / lembaga / pihak lainnya, untuk pemohon
Hibah yang merupakan Pihak Lain.
10) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
mengajukan permohonan persetujuan Hibah kepada Pengguna
Barang disertai dengan:
a) hasil analisis dan penelitian yang dilakukan oleh Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum;
b) permohonan Hibah yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Barang;
dan
c) kelengkapan dokumen pendukung.
11) Pengguna Barang melakukan penelitian atas permohonan Hibah
yang diajukan oleh Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala
Biro Umum , dalam hal dapat ditindaklanjuti maka Pengguna Barang
mengajukan permohonan persetujuan Hibah kepada Pengelola
Barang yang disusun dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf H dengan melampirkan
kelengkapan dokumen pendukung.
12) Berdasarkan Persetujuan Hibah yang diterbitkan oleh Pengelola
Barang, Pengguna Barang menyampaikan perintah penyusunan dan
penandatanganan Naskah Hibah dan BAST kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dengan melampirkan
persetujuan Hibah dari Pengelola Barang.
13) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
bersama dengan Penerima Hibah menyusun Naskah Hibah
(Lampiran II Bab X huruf L) , paling sedikit memuat:
a) identitas para pihak;
b) jenis dan nilai barang yang menjadi objek Hibah;
c) tujuan dan peruntukan Hibah;
d) hak dan kewajiban para pihak;
e) klausul beralihnya tanggung jawab dan kewajiban kepada Pihak
Penerima Hibah BMN; dan
f ) penyelesaian perselisihan .

•/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 251 -
14) Penandatanganan Naskah Hibah antara Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan Penerima Hibah
(sebelumnya Pemohon Hibah ) paling lama 3 ( tiga) bulan sejak tanggal
persetujuan Hibah dan serah terima barang dituangkan dalam BAST
( Lampiran II Bab X huruf K)
15) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf J paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal
penandatanganan BAST Hibah.
16) Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN, disertai dengan fotokopi Naskah Hibah dan BAST
Hibah .
17) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum , Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditandatangani.
18) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan Pemindahtanganan
BMN yang merupakan satu kesatuan dengan laporan Penghapusan
BMN paling lama 1 (satu) bulan sejak Keputusan Penghapusan BMN
ditetapkan , dan disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf M , kepada:
a) Pengelola Barang, dengan melampirkan dokumen kelengkapan
antara lain fotokopi Naskah Hibah dan BAST Hibah , dan fotokopi
Keputusan Penghapusan BMN; dan
b) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
dengan ditembuskan kepada Pengguna Barang, dengan
melampirkan dokumen kelengkapan antara lain fotokopi Naskah
Hibah dan BAST Hibah , fotokopi Keputusan Penghapusan BMN ,
dan print out Register Transaksi Harian Penghapusan .
19 ) Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan, dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang
dan / atau Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan.
c. BMN selain Tanah Dan / Atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Bukti
Kepemilikan Dengan Nilai Perolehan Sampai Dengan Rp100.000.000,00
(Seratus Juta Rupiah ) Per Unit / Satuan
1) Kuasa Pengguna Barang melakukan penelitian atas permohonan
Hibah BMN dari Pemerintah Daerah / Pihak Lain, paling sedikit
terhadap data BMN yang diusulkan menjadi objek Hibah BMN serta
alasan dan dasar pertimbangan permohonan.

J
V

- 252 -
2 ) Dalam hal usulan permohonan Hibah BMN dapat ditindaklanjuti,
Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan Hibah ( Lampiran
II Bab X huruf A) dengan keanggotaan paling sedikit terdiri atas
wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang serta dapat melibatkan
Sekretariat Unit Eselon I / Sekretariat LNSW / Biro Umum bila
diperlukan .
3) Tim Persiapan Hibah memiliki tugas, antara lain:
a) menyiapkan dan melakukan penelitian data administratif ,
meliputi jenis BMN, NUP, tahun perolehan, dokumen perolehan
dan nilai perolehan;
b) melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan dengan data
administratif;
c) menyusun kajian yang mencakup sekurang-kurangnya:
(1) latar belakang dan alasan ;
(2) data administrasi dan fisik BMN ;
(3) rencana Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan dan
Penghapusan;
(4) kelayakan penerima Hibah dan manfaat Hibah bagi
penerima;
d ) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Hibah;
dan
e) menyusun laporan Pemindahtanganan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN .
4 ) Hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dituangkan dalam Berita Acara
Hasil Penelitian (Lampiran II Bab X huruf B) dan dilaporkan kepada
Kuasa Pengguna Barang.
5) Dalam hal hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dapat
ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang meminta Pemohon
Hibah untuk menyampaikan Surat Pernyataan Kesediaan Menerima
Hibah BMN yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup
oleh:
a) Gubernur / Bupati / Walikota atau pejabat Pemerintah Daerah
yang mempunyai tugas dan kewenangan untuk menandatangani,
untuk pemohon Hibah yang merupakan Pemerintah Daerah ; atau
b) pimpinan yayasan / lembaga / pihak lainnya, untuk pemohon
Hibah yang merupakan Pihak Lain.
6) Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan Hibah kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan
ditembuskan kepada Pengguna Barang, dengan susunan sebagai
berikut:
a) usulan Hibah BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar barang yang menjadi objek permohonan Hibah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf D; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
- 253 -
(1) data Pemohon Hibah;
(2 ) softcopy/ fotokopi keputusan pembentukan Tim Persiapan
Hibah;
(3) asli Berita Acara Hasil Penelitian Tim Persiapan Hibah;
(4) hasil kajian Hibah BMN;
(5) softcopy / fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan
BMN;
(6) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN;
(7) softcopy / fotokopi Berita Acara Serah Terima ( BAST)
perolehan barang dan / atau dokumen lainnya terkait
perolehan barang;
(8) dalam hal tidak terdapat BAST perolehan barang dan / atau
dokumen lainnya terkait perolehan barang, dapat diganti
dengan asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala
Satuan Kerja bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN
yang diusulkan untuk dihibahkan merupakan BMN pada
Satuan Kerja bersangkutan (Lampiran II Bab X huruf G);
(9) asli Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Hibah BMN;
(10) asli Surat Pernyataan yang ditandatangani oleh Kuasa
Pengguna Barang yang menyatakan bahwa Hibah BMN tidak
mengganggu penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian
Keuangan (Lampiran II Bab X huruf G) ;
(11) asli Surat Pernyataan kebenaran formil dan materiil, yang
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan
(Lampiran II Bab X huruf G) ;
(12) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan , kecuali terhadap BMN
yang tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
(13) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
(14) foto terkini BMN.
7) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian atas usulan Hibah yang disampaikan oleh
Kuasa Pengguna Barang, dan dapat melibatkan Pengguna Barang
bila diperlukan.
8) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian perencanaan
Pemindahtanganan BMN antara permohonan Hibah BMN dengan
perencanaan Pemindahtanganan BMN di RP4 BMN , Sekretaris Unit
Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum mengajukan revisi
penetapan RP4 disertai alasan dan data dukung kepada Pengguna
Barang dengan tetap melanjutkan proses permohonan Hibah BMN .

/
- 254 -
9) Persetujuan Hibah (Lampiran II Bab X huruf J ) yang diterbitkan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
ditindaklanjuti dengan penyusunan Naskah Hibah ( Lampiran II Bab
X huruf L) , paling sedikit memuat:
a) identitas para pihak;
b) jenis dan nilai barang yang menjadi objek Hibah;
c) tujuan dan peruntukan Hibah;
d) hak dan kewajiban para pihak;
e) klausul beralihnya tanggung jawab dan kewajiban kepada Pihak
Penerima Hibah BMN ; dan
f ) penyelesaian perselisihan .
10) Penandatanganan Naskah Hibah dilakukan antara Sekretaris Unit
Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan Penerima Hibah
(sebelumnya merupakan Pemohon Hibah ) paling lama 3 ( tiga) bulan
sejak tanggal persetujuan Hibah dan diikuti dengan serah terima
barang yang dituangkan dalam BAST ( Lampiran II Bab X huruf K) .
11) Berdasarkan BAST Hibah yang telah ditandatangani, Sekretaris Unit
Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum menetapkan
Keputusan Penghapusan BMN yang disusun dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf J paling
lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST Hibah ditandatangani.
12 ) Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN , disertai dengan fotokopi Naskah Hibah dan BAST
Hibah .
13) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum , Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN .
14) Kuasa Pengguna Barang menyusun laporan Pemindahtanganan BMN
yang merupakan satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN
paling lambat 1 (satu) bulan sejak Keputusan Penghapusan BMN
ditetapkan , dengan menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab X huruf M .
15) Laporan Penghapusan BMN disampaikan kepada kepada Pengelola
Barang dan Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro
Umum dan ditembuskan kepada Pengguna Barang, dengan
melampirkan dokumen kelengkapan antara lain:
a) fotokopi naskah dan BAST Hibah;
b) fotokopi Keputusan Penghapusan BMN ; dan
c) print out Register Transaksi Harian Penghapusan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 255 -
16) Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan , dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang
dan / atau Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan .
d . BMN Yang Dari Awal Perolehan Dimaksud Untuk Dihibahkan Dalam
Rangka Kegiatan Pemerintahan
1) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan Hibah ( Lampiran
II Bab X huruf A) dengan keanggotaan paling sedikit terdiri atas
wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang serta dapat melibatkan
Sekretariat Unit Eselon I / Sekretariat LNSW / Biro Umum bila
diperlukan.
2 ) Tim Persiapan Hibah memiliki tugas, antara lain:
a) menyiapkan dokumen penganggaran beserta kelengkapannya;
b) menyiapkan dan melakukan penelitian data administratif , antara
lain:
(1) status dan bukti kepemilikan , lokasi tanah, luas nilai tanah,
untuk BMN berupa Tanah;
( 2) tahun pembuatan , konstruksi, luas, dan status kepemilikan
serta nilai bangunan , untuk BMN berupa Bangunan;
(3) spesifikasi / identitas barang, tahun perolehan, jumlah , dan
nilai perolehan, untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan;
c) melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan dengan data
administratif;
d ) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Hibah;
dan
e) menyusun laporan Pemindahtanganan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN .
3) Hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dituangkan dalam Berita Acara
Hasil Penelitian (Lampiran II Bab X huruf B) dan dilaporkan kepada
Kuasa Pengguna Barang.
4) Dalam hal hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dapat
ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang meminta Calon
Penerima Hibah untuk menyampaikan Surat Pernyataan Kesediaan
Menerima Hibah BMN .
5) Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan Hibah kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan
ditembuskan kepada Pengguna Barang, dengan melampirkan:
a) usulan Hibah BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar barang objek Hibah BMN sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf D;
c) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN;

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 256 -
d ) dokumen penganggaran yang menunjukkan bahwa barang yang
diusulkan sejak perencanaan pengadaannya dimaksudkan untuk
dihibahkan;
e) data calon Penerima Hibah;
f ) rincian peruntukan, jenis / spesifikasi, status dan bukti
kepemilikan, dan lokasi; dan
g) hal lain yang dianggap perlu.
6) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian atas usulan Hibah yang disampaikan oleh
Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta keterangan / penjelasan
dari Kuasa Pengguna Barang bila diperlukan.
7) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian perencanaan
Pemindahtanganan BMN antara permohonan Hibah BMN dengan
perencanaan Pemindahtanganan BMN di RP4 BMN , Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum mengajukan revisi
penetapan RP4 disertai alasan dan data dukung kepada Pengguna
Barang dengan tetap melanjutkan proses permohonan Hibah BMN .
8) Persetujuan Hibah BMN yang diterbitkan oleh Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab X huruf J dan ditindaklanjuti dengan penyusunan Naskah
Hibah (sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf L) ,
paling sedikit memuat:
a) identitas para pihak;
b) jenis dan nilai barang yang menjadi objek Hibah;
c) tujuan dan peruntukan Hibah;
d) hak dan kewajiban para pihak;
e ) klausul beralihnya tanggung jawab dan kewajiban kepada Pihak
Penerima Hibah BMN; dan
f ) penyelesaian perselisihan.
9) Penandatanganan Naskah Hibah antara Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan Penerima Hibah
dilaksanakan paling lama 3 ( tiga) bulan sejak tanggal persetujuan
Hibah dan diikuti dengan serah terima barang yang dituangkan
dalam BAST (Lampiran II Bab X huruf K ) .
10) Berdasarkan BAST Hibah yang telah ditandatangani, Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum menetapkan
Keputusan Penghapusan BMN yang disusun dengan menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf J
paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST Hibah ditandatangani.
11) Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN , disertai dengan fotokopi Naskah dan BAST
Hibah.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 257 -
12 ) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum , Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditandatangani.
13) Kuasa Pengguna Barang menyusun laporan Pemindahtanganan BMN
yang merupakan satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN
paling lama 1 (satu) bulan sejak Keputusan Penghapusan BMN
ditetapkan , dengan menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab X huruf M , dan disampaikan kepada:
a) Pengelola Barang, dengan melampirkan dokumen kelengkapan
antara lain fotokopi Naskah dan BAST Hibah , dan fotokopi
Keputusan Penghapusan BMN ; dan
b) Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
dan ditembuskan kepada Pengguna Barang, dengan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain fotokopi Naskah dan BAST
Hibah , fotokopi Keputusan Penghapusan BMN , dan print out
Register Transaksi Harian Penghapusan .
14) Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan , dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang
dan / atau Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan .
e. Bongkaran BMN Karena Perbaikan ( Renovasi, Rehabilitasi, atau
Restorasi)
1) Kuasa Pengguna Barang melakukan penelitian atas permohonan
Hibah Bongkaran BMN dari Pemerintah Daerah / Pihak Lain , paling
sedikit terhadap data Bongkaran yang diusulkan menjadi objek
Hibah Bongkaran BMN serta alasan dan dasar pertimbangan
permohonan .
2) Dalam hal usulan permohonan Hibah Bongkaran BMN dapat
ditindaklanjuti, Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan
Hibah Bongkaran BMN (Lampiran II Bab X huruf A) dengan
keanggotaan paling sedikit terdiri atas wakil dari unsur Kuasa
Pengguna Barang dan dapat melibatkan Sekretaris Unit Eselon
1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum bila diperlukan .
3) Tim Persiapan Hibah Bongkaran BMN memiliki tugas, antara lain:
a) menyiapkan dan melakukan penelitian terhadap Bongkaran BMN
karena perbaikan (renovasi, rehabilitasi, atau restorasi) yang
menjadi objek Hibah Bongkaran , antara lain penelitian kondisi
fisik, aspek yuridis, dan kelayakan Bongkaran.
b) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Hibah;
dan
c) menyusun laporan pelaksanaan Hibah Bongkaran BMN .
4) Hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dituangkan dalam Berita Acara
Hasil Penelitian ( Lampiran II Bab X huruf B) dan dilaporkan kepada
Kuasa Pengguna Barang.

u
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 258 -
5) Dalam hal hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dapat
ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang meminta Pemohon
Hibah untuk menyampaikan Surat Pernyataan Kesediaan Menerima
Hibah Bongkaran BMN yang ditandatangani di atas kertas
bermeterai cukup oleh:
a) Gubernur / Bupati / Walikota atau pejabat Pemerintah Daerah
yang mempunyai tugas dan kewenangan untuk menandatangani,
untuk pemohon Hibah yang merupakan Pemerintah Daerah; atau
b) pimpinan yayasan / lembaga / pihak lainnya, untuk pemohon
Hibah yang merupakan Pihak Lain.
6) Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan Hibah Bongkaran BMN
kepada Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro
Umum dan ditembuskan kepada Pengguna Barang, dengan susunan
sebagai berikut:
a) usulan Hibah Bongkaran BMN yang disusun menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf
C;
b) daftar bongkaran yang menjadi objek Hibah Bongkaran BMN
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf E; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) data Pemohon Hibah Bongkaran BMN;
( 2) softcopy / fotokopi keputusan pembentukan Tim Persiapan
Hibah Bongkaran BMN;
(3) asli Berita Acara Hasil Penelitian Tim Persiapan Hibah
Bongkaran BMN;
(4) asli Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Hibah Bongkaran
BMN;
(5) asli Surat Pernyataan kebenaran formil dan materiil, yang
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan
(Lampiran II Bab X huruf G) ;
(6 ) softcopy / fotokopi dokumen penganggaran pelaksanaan
kegiatan perbaikan BMN; dan
(7) foto terkini Bongkaran BMN.
7) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian atas usulan Hibah Bongkaran BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta
keterangan / penjelasan bila diperlukan.
8) Persetujuan Hibah Bongkaran BMN yang diterbitkan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab X huruf J dan ditidaklanjuti dengan menyusun Naskah Hibah
Bongkaran BMN yang paling sedikit memuat:
a) identitas para pihak;
b) jenis dan nilai barang yang menjadi objek Hibah Bongkaran BMN;
c) tujuan dan peruntukan Hibah Bongkaran BMN;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 259 -
d ) hak dan kewajiban para pihak;
e) klausul beralihnya tanggung jawab dan kewajiban kepada Pihak
Penerima Hibah Bongkaran BMN; dan
f ) penyelesaian perselisihan.
9) Penandatanganan Naskah Hibah antara Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan Penerima Hibah
(sebelumnya merupakan Pemohon Hibah ) dilaksanakan paling lama
3 ( tiga) bulan sejak tanggal persetujuan Hibah dan diikuti dengan
serah terima barang yang dituangkan dalam BAST (Lampiran II Bab
Xhuruf K) .
10) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menyampaikan laporan pelaksanaan Hibah Bongkaran BMN paling
lama 1 (satu ) bulan sejak penandatanganan BAST Hibah Bongkaran
BMN , dan disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab X huruf M .
11) Laporan pelaksanaan Hibah Bongkaran BMN disampaikan kepada
Pengguna Barang dan ditembuskan kepada Kuasa Pengguna Barang
dengan melampirkan dokumen kelengkapan antara lain fotokopi
Naskah dan BAST Hibah Bongkaran BMN .

D. TUKAR MENUKAR
1. Ketentuan Umum
a. Tukar Menukar BMN dilaksanakan dengan pertimbangan:
1) untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan
pemerintahan;
2 ) untuk optimalisasi BMN; dan
3) tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
b. Pertimbangan Tukar Menukar sebagaimana dimaksud dalam huruf
a angka 1) dan angka 2 ) meliputi:
1) dalam hal BMN berupa tanah dan / atau bangunan sudah tidak
sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;
2 ) guna menyatukan BMN yang lokasinya terpencar;
3) guna menyesuaikan bentuk BMN berupa tanah agar penggunaannya
lebih optimal;
4) dalam rangka pelaksanaan rencana strategis pemerintah / negara;
5) terhadap BMN berupa tanah dan / atau bangunan guna
mendapatkan / memberikan akses jalan; dan / atau
6) terhadap BMN selain tanah dan / atau bangunan yang ketinggalan
teknologi.
c. Tukar Menukar dilaksanakan setelah dilakukan kajian berdasarkan
aspek teknis, aspek ekonomis, dah aspek yuridis.
d . Barang pengganti utama Tukar Menukar diatur sebagai berikut:
1) BMN berupa tanah harus berupa:
a) Tanah; atau
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 260 -
b) Tanah dan bangunan .
2) BMN berupa tanah dan bangunan harus berupa:
a) Tanah; atau
b) Tanah dan bangunan .
3) BMN berupa bangunan, dapat berupa:
a) Tanah;
b) Tanah dan bangunan;
c) Bangunan; dan / atau
d) Selain tanah dan / atau bangunan.
4) Barang pengganti harus dalam kondisi siap digunakan pada tanggal
penandatanganan berita acara serah terima.
e. Mitra Tukar Menukar meliputi:
1) Pemerintah Daerah / Desa;
2 ) Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah , atau Badan
Hukum lainnya yang dimiliki Negara;
3) swasta, baik yang berbentuk badan hukum maupun perorangan;
atau
4 ) Pemerintah Negara lain.
f. Nilai barang pengganti atas Tukar Menukar paling sedikit seimbang
dengan nilai wajar BMN yang dilepas.
2. Tata Cara Tukar Menukar
a. BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan
1) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan Tukar Menukar
(Lampiran II Bab X huruf A) dengan keanggotaan berjumlah ganjil
paling sedikit terdiri atas wakil dari unsur Pengguna Barang dan
Kuasa Pengguna Barang.
2) Tim Persiapan Tukar Menukar memiliki tugas, antara lain:
a) meneliti perencanaan Pemindahtanganan BMN pada RP4 BMN
terhadap objek Tukar Menukar BMN ;
b) menyiapkan data administratif BMN yang akan ditukar, meliputi:
(1) data Tanah, antara lain status Penggunaan dan dokumen
kepemilikan , gambar situasi termasuk lokasi tanah , tahun
perolehan , luas, nilai perolehan , dan NJOP; dan
(2) data Bangunan , antara lain IMB, tahun pembangunan ,
tahun perolehan, konstruksi bangunan, luas, status
kepemilikan, nilai perolehan , dan NJOP;
c) menyusun dan mengidentifikasi kriteria barang pengganti,
berupa:
( 1) Tanah, meliputi luas dan lokasi yang peruntukannya sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan / atau
(2) Bangunan , meliputi luas, rencana konstruksi bangunan,
sarana dan prasana penunjang;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 261 -
d) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Tukar
Menukar;
e) menyiapkan alasan dan pertimbangan dilakukannya Tukar
Menukar; dan
f ) mengusulkan metode pemilihan calon mitra Tukar Menukar.
3) Hasil penelitian Tim Persiapan Tukar Menukar dituangkan dalam
Berita Acara Hasil (Lampiran II Bab X huruf B) Penelitian dan
dilaporkan kepada Kuasa Pengguna Barang.
4) Dalam hal hasil penelitian Tim Persiapan Tukar Menukar dapat
ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan
Tukar Menukar BMN kepada Pengguna Barang secara berjenjang
melalui Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro
Umum , dengan susunan sebagai berikut:
a) usulan Tukar Menukar BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar barang yang menjadi objek Tukar Menukar BMN
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf D; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) fotokopi keputusan pembentukan Tim Persiapan Tukar
Menukar;
(2 ) asli Surat Pernyataan Tanggung Jawab mengenai perlunya
dilaksanakan Tukar Menukar yang ditandatangani oleh
Kuasa Pengguna Barang (Lampiran II Bab X huruf G);
(3) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN ;
(4) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN;
(5) fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau dokumen lain
yang disetarakan dengan bukti kepemilikan;
(6 ) dalam hal tidak terdapat dokumen kepemilikan dan / atau
dokumen lainnya, dapat diganti dengan asli Surat
Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala Satuan Kerja
bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN yang diusulkan
Tukar Menukar merupakan BMN pada Satuan Kerja
bersangkutan (Lampiran II Bab X huruf G);
(7) fotokopi Peraturan Daerah mengenai tata ruang wilayah dan
penataan kota;
(8) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan;
(9) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
(10) foto terkini BMN .
5) Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian terhadap usulan Tukar Menukar BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta
keterangan / penjelasan yang diperlukan .
if
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 262 -
6) Dalam hal berdasarkan penelitian terhadap usulan Tukar Menukar
BMN dapat ditindaklanjuti, Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum mengajukan usulan Tukar Menukar BMN
kepada Pengguna Barang disertai dengan kelengkapan dokumen
pendukungnya, disertai dengan fotokopi usulan Tukar Menukar BMN
dari Kuasa Pengguna Barang.
7) Kepala Biro melakukan penelitian atas usulan yang disampaikan
oleh Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
termasuk melakukan penelitian lapangan terhadap BMN yang
menjadi objek Tukar Menukar.
8) Dalam hal usulan tersebut dapat ditindaklanjuti, Pengguna Barang
menyampaikan usulan persetujuan Tukar Menukar BMN kepada
Pengelola Barang yang disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf H disertai dengan data
administratif dan kelengkapan dokumen pendukung.
9) Pengelola Barang menerbitkan persetujuan izin prinsip Tukar
Menukar dan ditindaklanjuti oleh Pengguna Barang dengan
membentuk Tim Pelaksanaan Tukar Menukar ( Lampiran II Bab X
huruf A) yang anggotanya paling sedikit terdiri atas unsur Pengelola
Barang, Pengguna Barang, Sekretariat Unit Eselon 1/ Sekretariat
LNSW / Biro Umum, Kuasa Pengguna Barang, Unit Kerja yang
membidangi hukum , dan Unit Kerja terkait lainnya di lingkungan
Kementerian Keuangan, serta instansi teknis terkait.
10) Tim Pelaksanaan Tukar Menukar memiliki tugas, antara lain:
a) melakukan pemilihan mitra Tukar Menukar;
b) melakukan pembahasan dengan mitra mengenai rincian
kebutuhan barang pengganti yang dituangkan dalam lembar
pembahasan termasuk waktu yang dibutuhkan untuk
menyiapkan barang pengganti;
c) melakukan penelitian administratif dan fisik;
d) menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis;
e) menyusun dan menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang;
dan
I) menyusun laporan pelaksanaan Tukar Menukar dan laporan
Pemindahtanganan BMN yang merupakan satu kesatuan dengan
laporan Penghapusan BMN.
11) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim Pelaksanaan Tukar
Menukar dilaporkan kepada Kepala Biro.
12 ) Dalam hal hasil kajian dan penelitian Tim Pelaksanaan Tukar
Menukar dapat ditindaklanjuti, maka Pengguna Barang mengajukan
permohonan izin pelaksanaan Tukar Menukar kepada Pengelola
Barang dengan melampirkan laporan Tim Pelaksanaan Tukar
Menukar, termasuk namun tidak terbatas pada dokumen hasil
pemilihan mitra dan laporan penelitian spesifikasi barang pengganti
paling lama 6 (enam) bulan sejak izin prinsip Tukar Menukar
diterbitkan oleh Pengelola Barang.
/
*
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 263 -
13) Izin pelaksanaan Tukar Menukar diterbitkan oleh Pengelola Barang
dan ditindaklanjuti dengan penandatanganan Perjanjian Tukar
Menukar antara Pengguna Barang dan mitra Tukar Menukar paling
lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal izin pelaksanaan Tukar Menukar
dari Pengelola Barang.
14) Pengguna Barang bersama dengan mitra Tukar Menukar menyusun
Perjanjian Tukar Menukar ( Lampiran II Bab X huruf L) , paling sedikit
memuat:
a) Identitas para pihak yang terikat dalam perjanjian;
b) jenis dan nilai barang yang dilepas;
c) spesifikasi barang pengganti;
d ) pelaksanaan Penilaian untuk memastikan kesesuaian barang
pengganti;
e) klausul bahwa dokumen kepemilikan barang pengganti
diatasnamakan Pemerintah Republik Indonesia c.q. Kementerian
Keuangan Republik Indonesia;
f ) jangka waktu penyerahan objek Tukar Menukar;
g) hak dan kewajiban para pihak;
h ) ketentuan dalam hal terjadi ketidaksesuaian bagian dari barang
pengganti dengan spesifikasi yang telah ditentukan dalam
perjanjian Tukar Menukar;
i) ketentuan dalam hal terjadi keadaan kahar (force majeure) ;
j) sanksi; dan
k) penyelesaian perselisihan .
15) Dalam hal Mitra Tukar Menukar melaksanakan pekerjaan
pembangunan / pengadaan barang pengganti, Kepala Biro dapat
menunjuk konsultan pengawas dengan biaya yang dibebankan pada
mitra Tukar Menukar, berdasarkan usulan dari Kuasa Pengguna
Barang.
16) Kepala Biro memerintahkan Kuasa Pengguna Barang dan Sekretaris
Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum untuk memantau
pelaksanaan pengadaan / pembangunan barang pengganti
berdasarkan perjanjian Tukar Menukar bersama-sama dengan
konsultan pengawas. Hasil pemantauan Kuasa Pengguna Barang
dilaporkan secara periodik dalam bentuk tertulis kepada Kepala Biro
dan Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum ,
maupun sewaktu-waktu bila diperlukan .
17) Setelah pelaksanaan pengadaan / pembangunan barang pengganti
selesai, Kuasa Pengguna Barang melaporkan kepada Kepala Biro
melalui Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro
Umum .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 264 -
18) Kepala Biro melakukan pengecekan kesesuaian spesifikasi dan / atau
jumlah barang pengganti dengan yang tertuang dalam perjanjian
Tukar Menukar sebelum melakukan penyerahan BMN yang akan
dilepas dan melaporkan hasil pengecekan tersebut kepada Pengelola
Barang.
19 ) Dalam melakukan pengecekan , Kepala Biro dapat melibatkan APIP
dan Penilai.
20) Dalam hal dari hasil pengecekan tersebut terdapat ketidaksesuaian
spesifikasi dan / atau jumlah barang pengganti dengan yang tertuang
dalam perjanjian, mitra Tukar Menukar wajib
melengkapi / memperbaiki ketidaksesuaian tersebut.
21) Dalam hal kewajiban mitra Tukar Menukar untuk
melengkapi / memperbaiki ketidaksesuaian tidak dapat dipenuhi,
mitra Tukar Menukar wajib menyetor ke Rekening Kas Umum Negara
senilai sisa kewajibannya yang belum dipenuhi.
22 ) Kepala Biro melakukan penelitian kelengkapan dokumen barang
pengganti, meliputi tetapi tidak terbatas pada IMB dan bukti
kepemilikan , serta menyusun BAST Tukar Menukar (Lampiran II Bab
X huruf K) untuk ditandatangani oleh Pengguna Barang dan mitra
Tukar Menukar setelah seluruh kewajiban mitra Tukar Menukar
terpenuhi.
23) Berdasarkan BAST Tukar Menukar yang telah ditandatangani antara
Pengguna Barang dan mitra Tukar Menukar, maka Kepala Biro:
a) memerintahkan Sekretaris Unit Eselon / Sekretaris LNSW / Kepala
Biro Umum untuk menetapkan Keputusan Penghapusan BMN ;
dan
b) memerintahkan Kuasa Pengguna Barang untuk mencatat barang
pengganti sebagai BMN ke dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna
Barang.
24) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf J, paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST Tukar
Menukar ditandatangani.
25) Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN.
26) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum , Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh ) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditandatangani.
27) Kuasa Pengguna Barang mencatat barang pengganti sebagai BMN
dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna paling lama 5 (lima) hari sejak
tanggal penandatanganan BAST Tukar Menukar.

1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 265 -
28) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Tukar
Menukar dan laporan Pemindahtanganan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN paling lama 1
(satu) bulan setelah tanggal Keputusan Penghapusan BMN , dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf M .
29) Laporan Penghapusan BMN disampaikan kepada Pengelola Barang
dan Pengguna Barang sebagai dasar penerbitan Penetapan Status
Penggunaan oleh Pengelola Barang, dengan ditembuskan kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum,
dengan melampirkan dokumen kelengkapan antara lain:
a) fotokopi Perjanjian Tukar Menukar dan BAST Tukar Menukar;
b) fotokopi Keputusan Penghapusan BMN ; dan
c) print out Register Transaksi Harian Penghapusan .
b. BMN selain Tanah dan / atau Bangunan Yang Memiliki Bukti
Kepemilikan
1) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan Tukar Menukar
(sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf A) dengan
keanggotaan paling sedikit terdiri atas wakil dari unsur Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan Kuasa
Pengguna Barang.
2) Tim Internal Tukar Menukar memiliki tugas, antara lain:
a) meneliti perencanaan Pemindahtanganan BMN pada RP4 BMN
terhadap objek Tukar Menukar BMN;
b) menyiapkan data administratif BMN yang akan ditukar, meliputi
status Penggunaan dan dokumen kepemilikan, tahun perolehan ,
dan nilai perolehan;
c) menyiapkan data administratif kebutuhan barang pengganti
meliputi status Penggunaan dan dokumen kepemilikan, tahun
perolehan, dan nilai perolehan ;
d ) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Tukar
Menukar;
e ) menyiapkan alasan dan pertimbangan dilakukannya Tukar
Menukar;
f ) melakukan Penilaian dan menyusun laporan Penilaian;
g) menyusun laporan persiapan Tukar Menukar;
h) mengusulkan calon mitra Tukar Menukar; dan
i) menyusun laporan pelaksanaan Tukar Menukar dan laporan
Pemindahtanganan BMN yang merupakan satu kesatuan dengan
laporan Penghapusan BMN.
3) Hasil persiapan Tim Internal Tukar Menukar dituangkan dalam
laporan persiapan Tukar Menukar (sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf M ) yang dilampiri laporan Penilaian
(sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab IX huruf D ) dan
disampaikan kepada Kuasa Pengguna Barang.

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 266 -
4) Dalam hal laporan sebagaimana angka 3) dapat ditindaklanjuti,
maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan Tukar Menukar
BMN kepada Pengguna Barang secara berjenjang melalui Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dengan
melampirkan:
a) usulan Tukar Menukar BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar barang yang menjadi objek Tukar Menukar BMN
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf D; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) fotokopi keputusan pembentukan Tim Internal Tukar
Menukar;
(2 ) Laporan hasil penelitian Tim Internal Tukar Menukar;
(3) asli Surat Pernyataan Tanggung Jawab mengenai perlunya
dilaksanakan Tukar Menukar yang ditandatangani oleh
Kuasa Pengguna Barang (Lampiran II Bab X huruf G) ;
(4) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN;
(5) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN;
(6) fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau dokumen lain
yang disetarakan dengan bukti kepemilikan;
(7) dalam hal tidak terdapat dokumen kepemilikan dan / atau
dokumen lainnya, dapat diganti dengan asli Surat
Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala Satuan Kerja
bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN yang diusulkan
Tukar Menukar merupakan BMN pada Satuan Kerja
bersangkutan (Lampiran II Bab X huruf G);
(8) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan , kecuali terhadap BMN
yang tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
(9) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
(10) foto terkini BMN .
5) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian terhadap usulan Tukar Menukar BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta
keterangan / penjelasan bila diperlukan.
6) Dalam hal berdasarkan penelitian terhadap usulan Tukar Menukar
BMN dapat ditindaklanjuti, Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum mengajukan usulan Tukar Menukar BMN
kepada Pengguna Barang disertai dengan kelengkapan dokumen
pendukung dan fotokopi usulan Tukar Menukar BMN dari Kuasa
Pengguna Barang.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 267 -
7) Kepala Biro melakukan penelitian atas usulan yang disampaikan
oleh Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum,
dalam melakukan penelitian .
8) Dalam hal usulan tersebut dapat ditindaklanjuti, Pengguna Barang
menyampaikan usulan persetujuan Tukar Menukar BMN kepada
Pengelola Barang disertai dengan data administratif dan kelengkapan
dokumen pendukung berikut Surat Pernyataan Tanggung Jawab
mengenai perlunya dilaksanakan Tukar Menukar yang
ditandatangani oleh Pengguna Barang, disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab X huruf H .
9) Persetujuan Tukar Menukar yang diterbitkan oleh Pengelola Barang
ditindaklanjuti dengan penandatanganan perjanjian Tukar Menukar
antara Pengguna Barang dan Mitra Tukar Menukar dan serah terima
BMN dituangkan dalam BAST Tukar Menukar ( Lampiran II Bab X
huruf K ) ; atau
10) Mitra Tukar Menukar menyediakan barang pengganti sesuai dengan
yang tercantum di dalam perjanjian Tukar Menukar.
11) Kepala Biro melakukan penelitian terhadap barang pengganti yang
disediakan oleh Mitra Tukar Menukar meliputi kesesuaian barang
pengganti dengan ketentuan yang tertuang di dalam perjanjian Tukar
Menukar serta kelengkapan dokumen administrasi atas barang
pengganti.
12) BAST Tukar Menukar ditandatangani setelah Mitra Tukar Menukar
menyelesaikan seluruh kewajibannya di mana barang pengganti
tersedia sesuai dengan yang tertuang di dalam perjanjian Tukar
Menukar dan siap untuk digunakan baik secara fisik maupun
administrasi atau telah disetorkan selisih nilai barang dalam hal nilai
BMN yang ditukar lebih tinggi daripada barang pengganti.
13) Berdasarkan BAST Tukar Menukar yang telah ditandatangani, maka
Kepala Biro:
a) memerintahkan Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum untuk menetapkan Keputusan
Penghapusan BMN ; dan
b) memerintahkan Kuasa Pengguna Barang untuk mencatat barang
pengganti sebagai BMN ke dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna
Barang.
14) Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf J paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST Tukar
Menukar ditandatangani.
15) Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN, disertai dengan fotokopi Perjanjian Tukar
Menukar dan BAST Tukar Menukar.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 268 -
16 ) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh ) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditandatangani.
17) Kuasa Pengguna Barang mencatat barang pengganti sebagai BMN
dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna paling lama 5 (lima) hari sejak
tanggal penandatanganan BAST Tukar Menukar.
18) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Tukar
Menukar dan laporan Pemindahtanganan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN paling lama 1
(satu) bulan setelah tanggal Keputusan Penghapusan BMN , dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf M .
19 ) Laporan Penghapusan BMN disampaikan kepada Pengelola Barang
dan Pengguna Barang dengan ditembuskan kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, dengan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain:
a) fotokopi Perjanjian Tukar Menukar dan BAST Tukar Menukar;
b) fotokopi Keputusan Penghapusan BMN ; dan
c) print out Register Transaksi Harian Penghapusan .
20) Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan Penetapan Status
Penggunaan BMN yang berasal dari barang pengganti hasil Tukar
Menukar paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal BAST Tukar
Menukar sebagaimana ketentuan yang berlaku.
c. BMN selain Tanah dan / atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Dokumen
Kepemilikan Dengan Nilai Perolehan Di Atas Rp100.000.000,00 (Seratus
Juta Rupiah )
1) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan Tukar Menukar
( Lampiran II Bab X huruf A) dengan keanggotaan paling sedikit
terdiri atas wakil dari unsur Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum, Kuasa Pengguna Barang dan dapat
melibatkan Pengguna Barang.
2 ) Tim Persiapan Tukar Menukar memiliki tugas, antara lain:
a) meneliti perencanaan Pemindahtanganan BMN pada RP4 BMN
terhadap objek Tukar Menukar BMN;
b) menyiapkan data administratif BMN yang akan ditukar, meliputi
status Penggunaan dan dokumen perolehan, tahun perolehan,
dan nilai perolehan;
c) menyiapkan data administratif kebutuhan barang pengganti
meliputi dokumen perolehan , tahun perolehan, dan nilai
perolehan;
d ) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Tukar
Menukar;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 269 -
e ) menyiapkan alasan dan pertimbangan dilakukannya Tukar
Menukar;
f ) mengusulkan nilai taksiran atas BMN yang ditukar dan barang
pengganti yang dihasilkan oleh tim penaksir;
g) mengusulkan calon mitra Tukar Menukar; dan
h) menyusun laporan pelaksanaan Tukar Menukar dan laporan
Pemindahtanganan BMN yang merupakan satu kesatuan dengan
laporan Penghapusan BMN .
3) Hasil persiapan Tim Internal Tukar Menukar dituangkan dalam
laporan persiapan Tukar Menukar (Lampiran II Bab X huruf M ) yang
dilampiri laporan Penilaian (Lampiran II Bab IX huruf D ) dan
disampaikan kepada Kuasa Pengguna Barang.
4) Dalam hal laporan sebagaimana angka 3) dapat ditindaklanjuti,
maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan Tukar Menukar
BMN kepada Pengguna Barang secara berjenjang melalui Sekretaris
Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dengan
melampirkan:
a) usulan Tukar Menukar BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar barang yang menjadi objek Tukar Menukar BMN ,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf D; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) fotokopi keputusan pembentukan Tim Persiapan Tukar
Menukar;
(2) Laporan hasil penelitian Tim Persiapan Tukar Menukar;
(3) asli Surat Pernyataan Tanggung Jawab mengenai perlunya
dilaksanakan Tukar Menukar yang ditandatangani oleh
Kuasa Pengguna Barang (Lampiran II Bab X huruf G) ;
(4) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN;
(5) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN ;
(6) fotokopi Berita Acara Serah Terima (BAST) perolehan barang
dan / atau dokumen lainnya terkait perolehan barang;
(7) dalam hal tidak terdapat BAST perolehan barang dan / atau
dokumen lainnya terkait perolehan barang, dapat diganti
dengan asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala
Satuan Kerja bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN
yang diusulkan Tukar Menukar merupakan BMN pada
Satuan Kerja bersangkutan (Lampiran II Bab X huruf G);
(8) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan , kecuali terhadap BMN
yang tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
(9) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
(10) foto terkini BMN .
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 270 -
5) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian terhadap usulan Tukar Menukar BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta
keterangan / penjelasan yang diperlukan .
6) Dalam hal berdasarkan penelitian terhadap usulan Tukar Menukar
BMN dapat ditindaklanjuti, Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum mengajukan usulan Tukar Menukar BMN
kepada Pengguna Barang disertai dengan fotokopi usulan Tukar
Menukar BMN dari Kuasa Pengguna Barang dan kelengkapan
dokumen pendukungnya.
7) Kepala Biro melakukan penelitian atas usulan yang disampaikan
oleh Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum,
dan dapat melibatkan Unit Kerja yang membidangi hukum termasuk
melakukan penelitian lapangan bila diperlukan.
8) Dalam hal usulan tersebut dapat ditindaklanjuti, Pengguna Barang
menyampaikan usulan persetujuan Tukar Menukar BMN kepada
Pengelola Barang disertai dengan data administratif dan kelengkapan
dokumen pendukung termasuk Surat Pernyataan Tanggung Jawab
mengenai perlunya dilaksanakan Tukar Menukar yang
ditandatangani oleh Pengguna Barang yang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab X huruf H.
9) Pengelola Barang menerbitkan persetujuan Tukar Menukar dan
ditindaklanjuti oleh Pengguna Barang dengan memerintahkan untuk
melakukan penyusunan dan penandatanganan Perjanjian Tukar
Menukar dan BAST kepada Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum dengan melampirkan persetujuan Tukar
Menukar dari Pengelola Barang.
10) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menyusun dan menandatangani Perjanjian Tukar Menukar
(Lampiran II Bab X huruf L) dan BAST Tukar Menukar (Lampiran II
Bab X huruf K ) dengan Mitra Tukar Menukar.
11) Mitra Tukar Menukar menyediakan barang pengganti sesuai dengan
yang tercantum di dalam perjanjian Tukar Menukar.
12 ) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian terhadap barang pengganti yang disediakan
oleh Mitra Tukar Menukar meliputi kesesuaian barang pengganti
dengan ketentuan yang tertuang di dalam perjanjian Tukar Menukar
serta kelengkapan dokumen administrasi atas barang pengganti.
13) BAST Tukar Menukar ditandatangani setelah Mitra Tukar Menukar
menyelesaikan seluruh kewajibannya di mana barang pengganti
tersedia sesuai dengan yang tertuang di dalam perjanjian Tukar
Menukar dan siap untuk digunakan baik secara fisik maupun
administrasi atau telah disetorkan selisih nilai barang dalam hal nilai
BMN yang ditukar lebih tinggi daripada barang pengganti .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 271 -
14) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf J paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST Tukar
Menukar ditandatangani.
15) Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN .
16 ) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh ) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditandatangani.
17) Kuasa Pengguna Barang mencatat barang pengganti sebagai BMN
dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna berdasarkan BAST yang telah
ditandatangani antara Sekretaris Unit Eselon / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum dan Mitra Tukar Menukar paling lama 5
(lima) hari sejak tanggal BAST.
18) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Tukar
Menukar dan laporan Pemindahtanganan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN paling lama 1
(satu) bulan setelah tanggal Keputusan Penghapusan BMN , dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf M .
19) Laporan Penghapusan BMN disampaikan kepada Pengelola Barang
dan Pengguna Barang dengan ditembuskan kepada Sekretaris Unit
Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, dengan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain:
a) fotokopi Perjanjian Tukar Menukar dan BAST Tukar Menukar;
b) fotokopi Keputusan Penghapusan BMN ; dan
c) print out Register Transaksi Harian Penghapusan .
20) Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan Penetapan Status
Penggunaan BMN yang berasal dari barang pengganti hasil Tukar
Menukar paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal BAST Tukar
Menukar sebagaimana ketentuan yang berlaku.
d . BMN selain Tanah dan / atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Dokumen
Kepemilikan Dengan Nilai Perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00
(Seratus Juta Rupiah )
1) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan Tukar Menukar
(Lampiran II Bab X huruf A) dengan keanggotaan paling sedikit
terdiri atas wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang dan dapat
melibatkan unsur Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala
Biro Umum.
2) Tim Internal Tukar Menukar memiliki tugas, antara lain:

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLiK INDONESIA

- 272 -
a) meneliti perencanaan Pemindahtanganan BMN pada RP4 BMN
terhadap objek Tukar Menukar BMN ;
b) menyiapkan data administratif BMN yang akan ditukar, meliputi
status Penggunaan dan dokumen kepemilikan , tahun perolehan ,
dan nilai perolehan;
c) menyiapkan data administratif kebutuhan barang pengganti
meliputi status Penggunaan dan dokumen kepemilikan, tahun
perolehan , dan nilai perolehan ;
d ) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Tukar
Menukar;
e) menyiapkan alasan dan pertimbangan dilakukannya Tukar
Menukar;
f ) melakukan Penilaian dan menyusun laporan Penilaian;
g) menyusun laporan persiapan Tukar Menukar;
h) mengusulkan calon mitra Tukar Menukar; dan
i) menyusun laporan pelaksanaan Tukar Menukar dan laporan
Pemindahtanganan BMN yang merupakan satu kesatuan dengan
laporan Penghapusan BMN.
3) Hasil persiapan Tim Internal Tukar Menukar dituangkan dalam
laporan persiapan Tukar Menukar (sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf M ) yang dilampiri laporan Penilaian
(sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab IX huruf D) dan
disampaikan kepada Kuasa Pengguna Barang.
4) Dalam hal laporan sebagaimana angka 3) dapat ditindaklanjuti,
maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan Tukar Menukar
BMN kepada Pengelola Barang dan ditembuskan kepada Pengguna
Barang dan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNW , dengan melampirkan:
a) usulan Tukar Menukar BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf H ;
b) daftar barang yang menjadi objek Tukar Menukar BMN
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf D; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) Keputusan pembentukan Tim Internal Tukar Menukar;
( 2) Laporan hasil penelitian Tim Internal Tukar Menukar;
(3) asli Surat Pernyataan Tanggung Jawab mengenai perlunya
dilaksanakan Tukar Menukar yang ditandatangani oleh
Kuasa Pengguna Barang (Lampiran II Bab X huruf G) ;
(4) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN;
(5) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
(6 ) foto terkini BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 273 -
5) Pengelola Barang menerbitkan persetujuan Tukar Menukar dan
ditindaklanjuti oleh Kuasa Pengguna Barang dengan menyusun dan
menandatangani Perjanjian Tukar Menukar (Lampiran II Bab X huruf
L) dan BAST Tukar Menukar (sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf K ) dengan Mitra Tukar Menukar.
6) Mitra Tukar Menukar menyediakan barang pengganti sesuai dengan
yang tercantum di dalam perjanjian Tukar Menukar.
7) Kuasa Pengguna Barang melakukan penelitian terhadap barang
pengganti yang disediakan oleh Mitra Tukar Menukar meliputi
kesesuaian barang pengganti dengan ketentuan yang tertuang di
dalam perjanjian Tukar Menukar serta kelengkapan dokumen
administrasi atas barang pengganti.
8) BAST Tukar Menukar ditandatangani setelah Mitra Tukar Menukar
menyelesaikan seluruh kewajibannya di mana barang pengganti
tersedia sesuai dengan yang tertuang di dalam perjanjian Tukar
Menukar dan siap untuk digunakan baik secara fisik maupun
administrasi atau telah disetorkan selisih nilai barang dalam hal nilai
BMN yang ditukar lebih tinggi daripada barang pengganti.
9) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan permohonan penghapusan
BMN kepada Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro
Umum atas BMN yang ditukar .
10) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf J paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST Tukar
Menukar ditandatangani.
11) Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN.
12 ) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh ) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditandatangani.
13) Kuasa Pengguna Barang mencatat barang pengganti sebagai BMN
dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna berdasarkan BAST yang telah
ditandatangani antara Kuasa Pengguna Barang dan Mitra Tukar
Menukar paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal BAST.
14) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Tukar
Menukar dan laporan Pemindahtanganan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN paling lama 1
(satu) bulan setelah tanggal Keputusan Penghapusan BMN , dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf M .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 274 -
15) Laporan Penghapusan BMN disampaikan kepada Pengelola Barang
dan Pengguna Barang dengan ditembuskan kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, dengan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain:
a) fotokopi Perjanjian Tukar Menukar dan BAST Tukar Menukar;
b) fotokopi Keputusan Penghapusan BMN; dan
c) print out Register Transaksi Harian Penghapusan.
16) Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan Penetapan Status
Penggunaan BMN yang berasal dari barang pengganti hasil Tukar
Menukar paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal BAST Tukar
Menukar sebagaimana ketentuan yang berlaku .

> 1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 275 -

BAB XI
PEMUSNAHAN BMN

A . UMUM
1. Pemusnahan BMN dilakukan dalam hal:
a. BMN tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan , dan / atau tidak
dapat dipindahtangankan;
b. Terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan .
2. Objek Pemusnahan, meliputi:
a. Bangunan;
b. Selain Tanah dan / atau Bangunan;
3. Pemusnahan BMN :
a. dilakukan dengan:
1) dibakar;
2) dihancurkan;
3) ditimbun;
4) ditenggelamkan;
5) dirobohkan; atau
6 ) cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. dituangkan dalam Berita Acara Pemusnahan; dan
c. dilaporkan kepada Pengelola Barang.
4. Kewenangan dan Tanggung Jawab
a. Kepala Biro memiliki kewenangan dan tanggung jawab:
1) meneliti usulan Pemusnahan BMN ;
2) menandatangani dan mengajukan usulan persetujuan Pemusnahan
BMN berupa Bangunan , selain Tanah dan / atau Bangunan yang
memiliki bukti kepemilikan , dan selain Tanah dan / atau Bangunan
yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai perolehan di atas
Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah ) kepada Pengelola Barang;
3) mengembalikan dan / atau menolak usulan persetujuan Pemusnahan
BMN berupa Bangunan , selain Tanah dan / atau Bangunan yang
memiliki bukti kepemilikan , dan selain Tanah dan / atau Bangunan
yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai perolehan di atas
Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah) ;
4) memerintahkan Kuasa Pengguna Barang untuk melaksanakan
Pemusnahan BMN berdasarkan persetujuan dari Pengelola Barang;
5) melakukan pembinaan atas pelaksanaan Pemusnahan BMN;
6) melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan
Pemusnahan BMN, termasuk tetapi tidak terbatas pada pemantauan
dan penertiban; dan
7) melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Pemusnahan
BMN.

<1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 276 -

b. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW memiliki


kewenangan dan tanggung jawab:
1) meneliti usulan Pemusnahan BMN ;
2 ) meneruskan usulan persetujuan Pemusnahan BMN berupa
Bangunan , selain Tanah dan / atau Bangunan yang memiliki bukti
kepemilikan , dan selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak
memiliki bukti kepemilikan dengan nilai perolehan di atas
Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah) kepada Pengguna Barang;
3) mengembalikan dan / atau menolak usulan persetujuan Pemusnahan
BMN berupa Bangunan, selain Tanah dan / atau Bangunan yang
memiliki bukti kepemilikan , dan selain Tanah dan / atau Bangunan
yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai perolehan di atas
Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah);
4) memberikan persetujuan atas usulan Pemusnahan BMN berupa:
a) Persediaan;
b) Aset Tetap Lainnya ( hewan , ikan, dan tanaman ) ;
c) selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan dengan nilai perolehan sampai dengan
RplOO. 00.000, 00 (seratus juta rupiah ) per unit / barang; dan
d) bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi, rehabilitasi, atau
restorasi) ;
5) menetapkan keputusan Penghapusan BMN; dan
6) melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen persetujuan
Pemusnahan BMN.
c. Kepala Satuan Kerja memiliki kewenangan dan tanggung jawab:
1) membentuk Tim Internal Pemusnahan BMN;
2 ) mengajukan usulan persetujuan Pemusnahan BMN ;
3) menandatangani surat, dokumen dan naskah dinas lainnya terkait
pengajuan usulan dan pelaksanaan Pemusnahan BMN ;
4) melaksanakan Pemusnahan BMN sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
5) menandatangani Berita Acara Pemusnahan;
6) melaksanakan Penghapusan BMN dari Daftar Barang berdasarkan
keputusan Penghapusan BMN ;
7) melaporkan pelaksanaan Pemusnahan BMN kepada Pengguna Barang
dan Pengelola Barang;
8) melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan
Pemusnahan BMN ; dan
9) melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Pemusnahan
BMN .

y
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 277 -

B. TATA CARA PEMUSNAHAN BMN


1. Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Barang Milik Negara Berupa
Bangunan , Selain Tanah dan / atau Bangunan Yang Memiliki Bukti
Kepemilikan , dan Selain Tanah dan / atau Bangunan Yang Tidak Memiliki
Bukti Kepemilikan Dengan Nilai Perolehan Di Atas Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah)
a. Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Internal Pemusnahan melalui
Keputusan Pembentukan sebagaimana format pada Lampiran II Bab XI
huruf A, dengan keanggotaan paling sedikit terdiri atas:
1) wakil dari unsur Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang,
serta dapat melibatkan Unit Kerja yang membidangi hukum jika
diperlukan, untuk BMN berupa Bangunan; atau
2 ) wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang serta dapat melibatkan
Pengguna Barang dan / atau Sekretariat Unit Eselon I / Sekretariat
LNSW / Biro Umum , untuk BMN berupa selain Tanah dan / atau
Bangunan.
b. Tim Internal Pemusnahan memiliki tugas, antara lain:
1) menyiapkan data administratif BMN yang akan dimusnahkan ,
meliputi identitas BMN , tahun perolehan , nilai perolehan / nilai buku
dan kondisi BMN;
2) melakukan penelitian administratif , meliputi penelitian data dan
dokumen BMN;
3) melakukan penelitian fisik, untuk mencocokkan kesesuaian fisik
BMN yang akan dimusnahkan dengan data administratif;
4 ) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Pemusnahan
BMN;
5) menyiapkan alasan dan pertimbangan dilakukannya Pemusnahan
BMN; dan
6) menyusun laporan pelaksanaan Pemusnahan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN .
c. Hasil penelitian Tim Internal Pemusnahan dituangkan dalam Laporan
Penelitian sebagaimana format pada Lampiran II Bab XI huruf B yang
dilampiri dengan Berita Acara Hasil Penelitian sebagaimana format pada
Lampiran II Bab XI huruf C dan dilaporkan kepada Kuasa Pengguna
Barang.
d . Dalam hal hasil penelitian dapat ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna
Barang mengajukan usulan Pemusnahan BMN kepada Pengguna Barang
secara berjenjang melalui Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW, dengan melampirkan :
1) usulan Pemusnahan BMN sebagaimana format pada Lampiran II
Bab XI huruf D;
2) daftar barang objek Pemusnahan BMN sebagaimana format pada
Lampiran II Bab XI huruf D angka 1; dan
3) dokumen pendukung, antara lain:
a) softcopy/ fotokopi keputusan pembentukan Tim Internal
Pemusnahan;

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 278 -
b) softcopy/ fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan
BMN ;
c) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Penghapusan BMN ;
d) asli Laporan Penelitian yang dilampiri dengan Berita Acara Hasil
Penelitian Tim Internal Pemusnahan;
e) Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XI huruf G;
f ) print out Daftar BMN yang dihentikan penggunannya;
g) asli Surat Pernyataan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XI huruf H yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang yang paling sedikit
memuat:
(1) identitas Kuasa Pengguna Barang;
(2 ) pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas
permohonan yang diajukan , baik materiil maupun formil; dan
(3) pernyataan bahwa BMN tidak lagi dapat digunakan ,
dimanfaatkan, dan / atau dipindahtangankan atau BMN harus
dilakukan Pemusnahan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
h ) softcopy/ fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau BAST
perolehan barang dan / atau dokumen lain yang disetarakan
dengan dokumen / bukti kepemilikan dan / atau BAST perolehan
barang;
i) dalam hal tidak terdapat dokumen kepemilikan , BAST perolehan
barang, dan / atau dokumen lainnya, dapat digantikan dengan:
(1) dokumen lainnya seperti dokumen kontrak , akte jual beli,
perjanjian jual beli, dan dokumen setara lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu; atau
(2) asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala Satuan
Kerja bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN yang akan
dimusnahkan merupakan BMN pada Satuan Kerja
bersangkutan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XI huruf H;
j) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan , kecuali terhadap BMN yang
tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
k) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
l ) foto BMN.
e. Pengguna Barang melakukan penelitian atas usulan Pemusnahan BMN
yang disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW, paling sedikit terhadap:
1) kesesuaian BMN yang diusulkan untuk dimusnahkan dengan
perencanaan Penghapusan pada RP4 BMN ; dan
4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 279 -

2) kesesuaian data administrasi, kondisi fisik, aspek yuridis, dan


kelayakan usulan.
f. Dalam hal usulan Pemusnahan BMN tersebut dapat ditindaklanjuti,
maka Pengguna Barang mengajukan usulan Pemusnahan BMN kepada
Pengelola Barang sebagaimana format pada Lampiran II Bab XI huruf F,
disertai kelengkapan dokumen pendukungnya.
g. Persetujuan Pemusnahan BMN diterbitkan oleh Pengelola Barang dan
ditindaklanjuti sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, dalam
hal Pengelola Barang tidak menyetujui usulan Pemusnahan BMN, maka
Pengguna Barang menyampaikan kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW disertai dengan alasannya.
h. Kuasa Pengguna Barang melakukan Pemusnahan BMN dengan cara
sebagaimana tersebut dalam surat persetujuan Pemusnahan BMN paling
lama 1 (satu ) bulan sejak tanggal persetujuan Pemusnahan BMN,
kecuali untuk BMN yang ditentukan lain dalam peraturan perundang-
undangan .
i. Pelaksanaan Pemusnahan BMN dituangkan ke dalam Berita Acara
Pemusnahan sebagaimana format pada Lampiran II Bab XI huruf I.
j. Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan penetapan Keputusan
Penghapusan BMN kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Berita
Acara Pemusnahan disertai dengan softcopy / fotokopi Berita Acara
Pemusnahan BMN .
k. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN sebagaimana format pada
Lampiran II Bab XII huruf J , paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal
Berita Acara Pemusnahan .
l. Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW kepada Kuasa Pengguna
Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan Penghapusan
BMN.
m. Kuasa Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh ) hari sejak Keputusan Penghapusan
BMN ditandatangani.
n. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
Pemusnahan BMN yang merupakan satu kesatuan dengan laporan
Penghapusan BMN sesuai format pada Lampiran II Bab XII huruf G,
paling lama 1 (satu) bulan sejak Keputusan Penghapusan BMN
ditetapkan.
o. Laporan Penghapusan BMN disampaikan kepada Pengelola Barang dan
Pengguna Barang serta ditembuskan kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , dengan melampirkan dokumen
kelengkapan antara lain:
1) softcopy/ fotokopi Berita Acara Pemusnahan;
2 ) softcopy/ fotokopi Keputusan Penghapusan BMN; dan
3) print out Register Transaksi Harian Penghapusan .

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 280 -

р. Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa


Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan dicantumkan dalam Laporan
Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang dan / atau Kuasa
Pengguna Barang Kementerian Keuangan.
2. Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Barang Milik Negara Berupa Persediaan ,
Aset Tetap Lainnya (Hewan , Ikan , dan Tanaman ) , Selain Tanah Dan / Atau
Bangunan Yang Tidak Memiliki Bukti Kepemilikan Dengan Nilai Perolehan
Sampai Dengan Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah) per Unit / Satuan ,
dan Bongkaran Barang Milik Negara Karena Perbaikan (Renovasi, Restorasi,
atau Rehabilitasi)
a. Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Internal Pemusnahan melalui
Keputusan Pembentukan sebagaimana format pada Lampiran II Bab XI
huruf A) dengan keanggotaan paling sedikit terdiri atas unsur Kuasa
Pengguna Barang dan dapat melibatkan unsur Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW, jika diperlukan .
b. Tim Internal Pemusnahan memiliki tugas, antara lain:
1) menyiapkan data administratif BMN yang akan dimusnahkan ,
meliputi identitas BMN , tahun perolehan, kondisi, nilai
perolehan / nilai buku dan kondisi BMN, untuk BMN berupa
Persediaan , Aset Tetap Lainnya ( hewan , ikan , dan tanaman ) dan
BMN selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan dengan nilai perolehan sampai dengan
Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit / satuan;
2) menyiapkan data administratif barang yang akan dimusnahkan,
meliputi jenis dan kuantitas barang, untuk bongkaran BMN karena
perbaikan ( renovasi, restorasi, dan rehabilitasi) ;
3) melakukan penelitian administratif, meliputi penelitian data dan
dokumen;
4) melakukan penelitian fisik, untuk mencocokkan kesesuaian fisik
yang akan dimusnahkan dengan data administratif;
5) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan
Pemusnahan;
6 ) menyiapkan alasan dan pertimbangan dilakukannya Pemusnahan;
dan
7) menyusun laporan pelaksanaan Pemusnahan .
с. Hasil penelitian Tim Internal Pemusnahan dituangkan dalam Laporan
Penelitian yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab XI huruf B yang dilampiri dengan Berita Acara
Hasil Penelitian yang disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab XI huruf B dan dilaporkan kepada
Kuasa Pengguna Barang.
d . Dalam hal hasil penelitian dapat ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna
Barang mengajukan usulan Pemusnahan kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , dengan melampirkan:
1) usulan dan daftar barang objek Pemusnahan sebagaimana format
pada:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 281 -

a) Lampiran II Bab XI huruf D, untuk BMN berupa Persediaan ,


Aset Tetap Lainnya (Hewan , Ikan , dan Tanaman) , dan selain
Tanah Dan / Atau Bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan dengan nilai perolehan sampai dengan
RplOO.000.000,00 (seratusjuta rupiah) per unit / satuan;
b) Lampiran II Bab XI huruf E, untuk barang berupa bongkaran
BMN karena perbaikan (renovasi, restorasi, atau rehabilitasi);
dan
2) dokumen pendukung, berupa:
a) softcopy/ fotokopi keputusan pembentukan Tim Internal
Pemusnahan;
b) asli Laporan Penelitian yang dilampiri dengan Berita Acara Hasil
Penelitian dari Tim Internal Pemusnahan;
c) asli Surat Pernyataan ( Lampiran II Bab XI huruf H ) yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang yang paling sedikit
memuat:
(1) identitas Kuasa Pengguna Barang;
(2) pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas
permohonan yang diajukan , baik materiil maupun formil; dan
(3) pernyataan bahwa BMN tidak lagi dapat digunakan ,
dimanfaatkan , dan / atau dipindahtangankan atau BMN harus
dilakukan Pemusnahan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
d ) foto BMN;
3) untuk bongkaran BMN karena perbaikan ( renovasi, restorasi, atau
rehabilitasi, juga melampirkan dokumen pendukung lainnya berupa
fotokopi dokumen penganggaran pelaksanaan kegiatan perbaikan
BMN;
4) untuk Pemusnahan BMN berupa Persediaan, Aset Tetap Lainnya
( Hewan , Ikan , dan Tanaman) , dan selain Tanah Dan / Atau
Bangunan yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai
perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah )
per unit / satuan, juga melampirkan dokumen pendukung lainnya
berupa:
a) softcopy / fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan
BMN ;
b) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Penghapusan BMN ;
c) Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN (Lampiran II
Bab XI huruf G) ;
d ) print out Daftar BMN yang dihentikan penggunannya;
e ) softcopy/ fotokopi Berita Acara Serah Terima (BAST) perolehan
barang dan / atau dokumen lainnya terkait perolehan barang;
f ) dalam hal tidak terdapat BAST perolehan barang dan / atau
dokumen lainnya terkait perolehan barang, dapat diganti dengan
Surat Pernyataan Tangung Jawab bermeterai cukup yang

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 282 -

ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan yang


menyatakan bahwa BMN yang akan dimusnahkan merupakan
BMN pada Satuan Kerja bersangkutan (Lampiran II Bab XI huruf
H) ;
g) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan, kecuali terhadap BMN yang
tidak diharuskan dicatat dalam KIB; dan
h ) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan.
e. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
melakukan penelitian atas usulan Pemusnahan yang disampaikan oleh
Kuasa Pengguna Barang, dan dalam melakukan penelitiannya dapat
meminta keterangan / penjelasan dari Kuasa Pengguna Barang dan / atau
dapat melakukan penelitian lapangan untuk memastikan kesesuaian
antara data administratif dan data fisik.
f. Dalam hal BMN yang diusulkan untuk dilakukan Pemusnahan tidak
terdapat di dalam perencanaan Penghapusan BMN pada RP4 BMN , maka
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
mengajukan perubahan RP4 disertai alasan dan data dukung kepada
Pengguna Barang.
g. Dalam hal usulan Pemusnahan tersebut dapat disetujui, maka
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menerbitkan persetujuan Pemusnahan yang disusun menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam:
1) Lampiran II Bab XI huruf K, untuk BMN berupa Persediaan , Aset
Tetap Lainnya (Hewan, Ikan, dan Tanaman) , dan selain Tanah
Dan / Atau Bangunan yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan
nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) per unit / satuan; atau
2) Lampiran II Bab XI huruf L, untuk barang berupa bongkaran BMN
karena perbaikan (renovasi, restorasi, atau rehabilitasi) .
h. Kuasa Pengguna Barang melakukan Pemusnahan dengan cara
sebagaimana tersebut dalam surat persetujuan Pemusnahan paling lama
1 (satu) bulan sejak tanggal persetujuan Pemusnahan, kecuali untuk
BMN yang ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan .
i. Pelaksanaan Pemusnahan dituangkan ke dalam Berita Acara
Pemusnahan yang disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab XI huruf I.
j. Dalam hal Pemusnahan berupa:
1) bongkaran BMN karena perbaikan (renovasi, restorasi, atau
rehabilitasi) , Kuasa Pengguna Barang menyusun laporan
Pemusnahan menggunakan format sebagaimana tercantum pada
Lampiran II Bab XI huruf J . Laporan tersebut disampaikan kepada
Pengelola Barang dan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW dengan ditembuskan ke Pengguna Barang
paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal Berita Acara Pemusnahan
dengan melampirkan softcopy / fotokopi Berita Acara Pemusnahan;
atau
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 283 -
2) Persediaan , Aset Tetap Lainnya, dan selain Tanah dan / atau
Bangunan yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai
perolehan sampai dengan Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah)
per unit / satuan, Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan
penetapan Keputusan Penghapusan BMN kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW paling lama 5 (lima)
hari sejak Berita Acara Pemusnahan BMN ditandatangani disertai
dengan softcopy/ fotokopi Berita Acara Pemusnahan BMN .
k. Pemusnahan sebagaimana huruf j angka 2) ditindaklanjuti oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dengan
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN paling lama 2 (dua) bulan
sejak tanggal Berita Acara Pemusnahan BMN sebagaimana format pada
Lampiran II Bab XII huruf J .
l. Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW kepada Kuasa Pengguna
Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan Penghapusan
BMN .
m. Kuasa Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh) hari sejak Keputusan Penghapusan
BMN ditandatangani.
n. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
Pemusnahan BMN yang merupakan satu kesatuan dengan laporan
Penghapusan BMN sebagaimana format pada Lampiran II Bab XII huruf
G, paling lama 1 (satu) bulan sejak Keputusan Penghapusan BMN
ditetapkan.
o. Laporan Penghapusan BMN disampaikan kepada Pengelola Barang dan
Pengguna Barang serta ditembuskan ke Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW , dengan melampirkan dokumen
kelengkapan antara lain:
1) softcopy/ fotokopi Berita Acara Pemusnahan BMN;
2) softcopy/ fotokopi Keputusan Penghapusan BMN; dan
3) print out Register Transaksi Harian Penghapusan.
p. Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan dicantumkan dalam Laporan
Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang dan / atau Kuasa
Pengguna Barang Kementerian Keuangan .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 284 -

BAB XII
PENGHAPUSAN BMN

A. UMUM
1. Penghapusan dapat dilakukan terhadap BMN berupa:
a. Tanah dan / atau Bangunan; dan
b. Selain Tanah dan / atau Bangunan.
2 . BMN selain Tanah dan / atau Bangunan termasuk tapi tidak terbatas pada
BMN berupa perangkat lunak ( software) komputer, lisensi, waralaba
( franchise) , hak paten, hak cipta, dan hasil kajian / penelitian yang
memberikan manfaat jangka panjang.
3. Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang
Kuasa Pengguna dilakukan dalam hal BMN sudah tidak berada dalam
penguasaan Pengguna Barang dan / atau Kuasa Pengguna Barang
disebabkan karena:
a. penyerahan kepada Pengelola Barang;
b. pengalihan status penggunaan BMN kepada Pengguna Barang lain;
c. Pemindahtanganan;
d. adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya;
e. melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan ;
f. Pemusnahan; atau
g. sebab-sebab lain.
4. Penghapusan dilakukan dengan menerbitkan keputusan Penghapusan BMN
dari Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan dari Pengelola Barang.
5. Dikecualikan dari ketentuan mendapat persetujuan Penghapusan dari
Pengelola Barang untuk BMN yang dihapuskan karena:
a. Pengalihan Status Penggunaan;
b. Pemindahtanganan; atau
c. Pemusnahan .
6 . Pelaksanaan Penghapusan BMN dilaporkan kepada Pengelola Barang.
7. Sebab-sebab lain yang merupakan sebab-sebab yang secara normal dapat
diperkirakan wajar menjadi penyebab Penghapusan, antara lain:
a. hilang, kecurian, terbakar, susut, menguap, mencair;
b. mati untuk hewan , ikan , dan tanaman;
c. harus dihapuskan untuk bangunan yang berdiri di atas tanah Pihak
Lain atau Pemerintah Daerah karena tidak dapat dilakukan
Pemindahtanganan;
d . harus dihapuskan untuk Aset Tetap Renovasi (ATR ) atas aset milik Pihak
Lain karena tidak dapat dilakukan Pemindahtanganan;
e. harus dihapuskan untuk bangunan dalam kondisi rusak berat dan / atau
membahayakan lingkungan sekitar;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 285 -

f. hams dihapuskan untuk tanah dan / atau bangunan yang menjadi objek
Pemanfaatan melalui Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur dan Kerja
Sama Terbatas Untuk Pembiayaan Infrastmktur, setelah BMN tersebut
diperhitungkan sebagai investasi pemerintah .
g. harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah
disediakan dalam dokumen penganggaran;
h. sebagai akibat dari keadaan kahar [ force majeure) ; dan
i. harus dihapuskan karena dinyatakan sudah dihentikan dan tidak akan
dilanjutkan .
8. Sebab-sebab lain yang secara normal dapat diperkirakan wajar menjadi
penyebab Penghapusan untuk BMN berupa Aset Tak Berwujud antara lain
karena tidak sesuai dengan perkembangan teknologi, tidak sesuai dengan
kebutuhan organisasi, rusak berat, atau masa manfaat / kegunaan telah
berakhir.
9. Penghapusan BMN tidak mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan .
10. Kewenangan dan Tanggung Jawab
a. Kepala Biro memiliki kewenangan dan tanggung jawab:
1) meneliti usulan Penghapusan BMN;
2) menandatangani dan mengajukan usulan persetujuan Penghapusan
karena sebab-sebab lain untuk BMN berupa Tanah dan / atau
Bangunan , selain Tanah dan / atau Bangunan yang memiliki bukti
kepemilikan, selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak memiliki
bukti kepemilikan dengan nilai perolehan di atas Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) , dan karena melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan kepada Pengelola Barang;
3) mengembalikan dan / atau menolak usulan persetujuan Penghapusan
karena sebab-sebab lain BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan,
selain Tanah dan / atau Bangunan yang memiliki bukti kepemilikan ,
selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan dengan nilai perolehan di atas Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah ) , dan karena melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4) memerintahkan Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW untuk menerbitkan Keputusan
Penghapusan BMN berdasarkan persetujuan dari Pengelola Barang;
5) melakukan pembinaan atas pelaksanaan Penghapusan BMN;
6) melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan
Penghapusan BMN, termasuk tetapi tidak terbatas pada pemantauan
dan penertiban; dan
7) melakukan pengamanan dan pemeliharaan dokumen Penghapusan
BMN.
b. Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW memiliki
kewenangan dan tanggung jawab:
1) meneliti usulan Penghapusan BMN ;

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 286 -

2) meneruskan usulan persetujuan Penghapusan karena sebab-sebab


lain untuk BMN berupa:
a) Tanah dan / atau Bangunan;
b) selain Tanah dan / atau Bangunan yang memiliki bukti
kepemilikan; dan
c) selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan dengan nilai perolehan di atas Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah ) ;
dan karena melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan kepada Pengguna Barang;
3) mengembalikan dan / atau menolak usulan persetujuan Penghapusan
karena sebab-sebab lain untuk BMN berupa:
a) Tanah dan / atau Bangunan;
b) selain Tanah dan / atau Bangunan yang memiliki bukti
kepemilikan; dan
c) selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan dengan nilai perolehan di atas Rpl 00.000.000,00
(seratus juta rupiah ) ;
dan karena melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan ;
4) menandatangani dan mengajukan usulan persetujuan Penghapusan
BMN karena adanya putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan
hukum tetap dan tidak ada upaya hukum lainnya kepada Pengelola
Barang;
5) mengembalikan usulan persetujuan Penghapusan BMN karena
adanya putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum
tetap dan tidak ada upaya hukum lainnya kepada Kuasa Pengguna
Barang;
6) memberikan persetujuan Penghapusan karena sebab-sebab lain
untuk BMN berupa:
a) Persediaan;
b) Aset Tetap Lainnya (hewan , ikan , dan tanaman) ;
c) selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan dengan nilai perolehan sampai dengan
Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit / barang;
7) melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan
Penghapusan BMN;
8) melakukan pengamanan dan pemeliharaan dokumen Penghapusan
BMN; dan
9) menetapkan Keputusan Penghapusan BMN.
c. Kepala Satuan Kerja memiliki kewenangan dan tanggung jawab:
1) membentuk Tim Internal Penghapusan BMN ;
2) mengajukan usulan persetujuan Penghapusan BMN ;
3) menandatangani surat, dokumen dan naskah dinas lainnya terkait
pengajuan usulan dan pelaksanaan Penghapusan BMN;

ll
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 287 -
4) melaksanakan Penghapusan BMN dari Daftar Barang berdasarkan
keputusan Penghapusan BMN ;
5) melaporkan pelaksanaan Penghapusan BMN kepada Pengelola
Barang dan Pengguna Barang; dan
6 ) melakukan pengamanan dan pemeliharaan dokumen Penghapusan
BMN.

B. TATA CARA PENGHAPUSAN BMN


l . Tata Cara Penghapusan Barang Milik Negara Berupa Tanah , Bangunan ,
Selain Tanah Dan / Atau Bangunan Yang Memiliki Bukti Kepemilikan , dan
Selain Tanah Dan / Atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Bukti Kepemilikan
Dengan Nilai Perolehan Di Atas Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah )
Karena Sebab-Sebab Lain Yang Merupakan Sebab-Sebab Secara Normal
Dapat Diperkirakan Wajar Menjadi Penyebab Penghapusan
a. Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Internal Penghapusan melalui
Keputusan Pembentukan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf A, dengan
keanggotaan paling sedikit terdiri atas:
1) wakil dari unsur Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang,
serta dapat melibatkan Unit Kerja yang membidangi hukum jika
diperlukan , untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
2) wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang serta dapat melibatkan
Pengguna Barang dan / atau Sekretariat Unit Eselon 1/ Sekretariat
LNSW / Biro Umum dan / atau Unit Kerja yang membidangi hukum
bila diperlukan, untuk BMN berupa selain Tanah dan / atau
Bangunan.
b. Tim Internal Penghapusan memiliki tugas, antara lain:
1) menyiapkan data administratif BMN yang akan dihapuskan , meliputi
identitas BMN , tahun perolehan, nilai perolehan , kondisi BMN dan
status kepemilikan untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan ;
2) menyiapkan data administratif BMN yang akan dihapuskan , meliputi
identitas BMN, tahun perolehan, nilai perolehan dan kondisi BMN
untuk BMN berupa selain Tanah dan / atau Bangunan;
3) melakukan penelitian administratif , meliputi penelitian data dan
dokumen BMN ;
4) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Penghapusan
BMN ;
5) menyiapkan alasan dan pertimbangan dilakukannya Penghapusan
BMN ; dan
6) menyusun laporan Penghapusan BMN.
c. Hasil penelitian Tim Internal Penghapusan dituangkan dalam Berita
Acara Hasil Penelitian Penghapusan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf B dan
dilaporkan kepada Kuasa Pengguna Barang.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 288 -

d. Dalam hal hasil penelitian dapat ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna


Barang mengajukan usulan Penghapusan BMN kepada Pengguna
Barang secara berjenjang melalui Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW, dengan melampirkan:
1) usulan Penghapusan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf C;
2 ) daftar barang objek Penghapusan BMN sebagaimana format pada
Lampiran II Bab XII huruf C; dan
3) dokumen pendukung, antara lain:
a) softcopy / fotokopi keputusan pembentukan Tim Internal
Penghapusan;
b) softcopy/ fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN ;
c) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Penghapusan BMN;
d ) Asli Berita Acara Hasil Penelitian Penghapusan;
e) Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN (Lampiran II
Bab XII huruf E) ;
f ) printout Daftar BMN yang dihentikan penggunaannya;
g) softcopy / fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau BAST
perolehan barang dan / atau dokumen lain yang disetarakan
dengan dokumen / bukti kepemilikan dan / atau BAST perolehan
barang;
h ) dalam hal tidak terdapat dokumen kepemilikan , BAST perolehan
barang, dan / atau dokumen lainnya, dapat digantikan dengan:
(1) dokumen lainnya seperti dokumen kontrak, akte jual beli,
perjanjian jual beli, dan dokumen setara lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu; atau
(2) asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala Satuan
Kerja bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN yang
diusulkan untuk dihapuskan merupakan BMN pada Satuan
Kerja bersangkutan ( Lampiran II Bab XII huruf F) ;
i) Kartu Identitas Barang ( KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan, kecuali terhadap BMN yang
tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
j) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
k) fotoBMN.
e. Dalam hal usulan Penghapusan diajukan karena alasan:
1) hilang, kecurian, terbakar, susut, menguap, atau mencair,
permohonan dilengkapi dengan Surat Pernyataan (Lampiran II Bab
XII huruf F) yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang yang
paling sedikit memuat:
a) identitas Kuasa Pengguna Barang;
b) pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas kebenaran
permohonan yang diajukan , baik materiil maupun formil; dan

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 289 -

c) pernyataan bahwa BMN telah hilang, kecurian, terbakar, susut,


menguap, atau mencair;
2 ) harus dihapuskan , untuk BMN berupa bangunan yang berdiri di
atas tanah Pihak Lain atau Pemerintah Daerah karena tidak dapat
dilakukan Pemindahtanganan, permohonan dilengkapi dengan:
a) Surat Pernyataan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf F
bermeterai cukup yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna
Barang yang paling sedikit memuat:
(1) identitas Kuasa Pengguna Barang;
(2 ) pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas kebenaran
permohonan yang diajukan , baik materiil maupun formil; dan
(3) pernyataan bahwa BMN berupa Bangunan yang berdiri di
atas Tanah Pihak Lain atau Pemerintah Daerah tidak dapat
dilakukan Pemindahtanganan, sehingga harus dilakukan
Penghapusan;
b) so/icopi// fotokopi perjanjian antara Pengguna Barang dan Pihak
Lain atau Pemerintah Daerah, jika ada; dan
c) surat pemberitahuan dari Pihak Lain atau Pemerintah Daerah
terkait Penghapusan BMN berupa bangunan yang berdiri di atas
Tanah milik Pihak Lain atau Pemerintah Daerah;
3) harus dihapuskan , untuk Aset Tetap Renovasi pada BMN milik Pihak
Lain karena tidak dapat dilakukan Pemindahtanganan , permohonan
dilengkapi dengan Surat Pernyataan yang disusun menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf F
bermeterai cukup yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang
yang paling sedikit memuat:
a) identitas Kuasa Pengguna Barang;
b) pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas kebenaran
permohonan yang diajukan , baik materiil maupun formil; dan
c) pernyataan bahwa BMN berupa Aset Tetap Renovasi pada BMN
milik Pihak Lain tidak dapat dilakukan Pemindahtanganan ,
sehingga harus dilakukan Penghapusan;
4) harus dihapuskan untuk bangunan dalam kondisi rusak berat dan /
atau membahayakan lingkungan sekitar, permohonan dilengkapi
dengan:
a) Surat Pernyataan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf F yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang yang paling sedikit
memuat:
(1) identitas Kuasa Pengguna Barang;
(2) pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas kebenaran
permohonan yang diajukan, baik materiil maupun formil; dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 290 -

(3) pernyataan bahwa BMN berupa Bangunan berada dalam


kondisi rusak berat dan / atau membahayakan lingkungan
sekitar dan belum tersedia anggaran untuk Bangunan
pengganti, sehingga harus dilakukan Penghapusan; dan
b) Surat Keterangan dari instansi yang berwenang yang menyatakan
bahwa BMN berupa Bangunan berada dalam kondisi rusak berat
dan / atau membahayakan lingkungan sekitar;
5) harus dihapuskan , untuk Tanah dan / atau Bangunan yang menjadi
objek Pemanfaatan melalui Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur dan
Kerja Sama Terbatas Untuk Pembiayaan Infrastruktur , setelah BMN
tersebut diperhitungkan sebagai investasi pemerintah, permohonan
dilengkapi dengan:
a) Surat Pernyataan (Lampiran II Bab XII huruf F) yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang yang paling sedikit
memuat:
(1) identitas Kuasa Pengguna Barang;
(2) pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas kebenaran
permohonan yang diajukan , baik materiil maupun formil; dan
(3) pernyataan bahwa BMN berupa bangunan , berdiri di atas
tanah yang menjadi objek Pemanfaatan dalam bentuk
Kerjasama Penyediaan Infrastruktur atau Kerja Sama
Terbatas Untuk Pembiayaan Infrastruktur , sehingga harus
dilakukan Penghapusan; dan
b) so/tcopi//fotokopi salinan surat perjanjian Kerjasama Penyediaan
Infrastruktur atau Kerja Sama Terbatas Untuk Pembiayaan
Infrastruktur;
6) harus dihapuskan , karena anggaran untuk Bangunan pengganti
sudah disediakan dalam dokumen penganggaran, permohonan
dilengkapi dengan:
a) Surat Pernyataan (Lampiran II Bab XII huruf F) yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang yang paling sedikit
memuat:
(1) identitas Kuasa Pengguna Barang;
(2) pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas kebenaran
permohonan yang diajukan , baik materiil maupun formil; dan
(3) pernyataan bahwa BMN berupa Bangunan yang akan
direkonstruksi, sudah tersedia anggaran penggantinya dalam
dokumen penganggaran , sehingga harus dilakukan
Penghapusan; dan
b) softcopy/ fotokopi dokumen penganggaran;
7) keadaan kahar ( force majeure ) , permohonan dilengkapi dengan:
a) Surat keterangan dari instansi yang berwenang:
(1) mengenai terjadinya keadaan kahar ( force majeure) ; atau
(2) mengenai kondisi barang terkini karena keadaan kahar ( force
majeure) ; dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 291 -

b) Surat Pernyataan (Lampiran II Bab XII huruf F) yang


ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang yang paling sedikit
memuat:
(1) identitas Kuasa Pengguna Barang;
(2) pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas kebenaran
permohonan yang diajukan , baik materiil maupun formil; dan
(3) pernyataan bahwa BMN telah terkena keadaan kahar { force
majeure) ;
8) harus dihapuskan , karena dinyatakan sudah dihentikan dan tidak
akan dilanjutkan, permohonan dilengkapi dengan:
a) Surat Pernyataan bermeterai cukup yang ditandatangani oleh
Kuasa Pengguna Barang yang paling sedikit memuat:
a) Identitas Kuasa Pengguna Barang;
b) Pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas kebenaran
permohonan yang diajukan , baik materiil maupun formil; dan
c) Pernyataan berdasarkan dokumen penghentian bahwa
Konstruksi Dalam Pengerjaan ( KDP) sudah dihentikan dan
tidak akan dilanjutkan;
b) dokumen penghentian yang ditandatangani oleh Pengguna
Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran; dan
c) dokumen pendukung lainnya, jika ada; atau
9) harus dihapuskan , karena tidak sesuai dengan perkembangan
teknologi dan / atau kebutuhan organisasi, rusak berat, atau masa
manfaat / kegunaan telah berakhir untuk BMN berupa Aset Tak
Berwujud , permohonan Penghapusan BMN dilengkapi dengan Surat
Pernyataan yang disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf F yang ditandatangani
oleh Kuasa Pengguna Barang yang paling sedikit memuat:
a) identitas Kuasa Pengguna Barang;
b) pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas kebenaran
permohonan yang diajukan, baik materiil maupun formil; dan
c) pernyataan bahwa BMN sudah tidak sesuai dengan
perkembangan teknologi, tidak sesuai dengan kebutuhan
organisasi, rusak berat, atau masa manfaat / kegunaan telah
berakhir.
f. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
melakukan penelitian terhadap usulan Penghapusan BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta
keterangan / penjelasan yang diperlukan.
g - Dalam hal berdasarkan hasil penelitian terhadap usulan Penghapusan
BMN dapat ditindaklanjuti, Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW mengajukan usulan Penghapusan BMN kepada
Pengguna Barang disertai dengan kelengkapan dokumen pendukung
serta softcopy/fotokopi surat usulan Penghapusan BMN dari Kuasa
Pengguna Barang.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 292 -

h. Kepala Biro melakukan penelitian atas usulan Penghapusan BMN yang


disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW , sekurang-kurangnya terhadap:
1) kesesuaian BMN yang diusulkan untuk dihapuskan dengan
perencanaan Penghapusan pada RP4 BMN; dan
2 ) kesesuaian data administrasi, kondisi fisik, aspek yuridis, dan
kelayakan usulan .
i. Dalam hal usulan tersebut dapat ditindaklanjuti, Pengguna Barang
menyampaikan usulan persetujuan Penghapusan BMN kepada Pengelola
Barang yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab XII huruf D disertai dengan data administratif
dan kelengkapan dokumen pendukungnya.
j. Persetujuan Penghapusan BMN diterbitkan oleh Pengelola Barang dan
ditindaklanjuti oleh Pengguna Barang dengan menyampaikan perintah:
1) kepada Kuasa Pengguna Barang untuk melaksanakan
Pemindahtanganan dalam hal terdapat bongkaran BMN dan
ditindaklanjuti sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan ;
2) kepada Kuasa Pengguna Barang untuk melaksanakan
Pemindahtanganan sesuai perjanjian pemanfaatan BMN antara
Pengguna Barang dan Pengelola Barang dan ditindaklanjuti sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan; atau
3) kepada Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW untuk menetapkan Keputusan Penghapusan BMN dengan
melampirkan persetujuan Penghapusan BMN dari Pengelola Barang
yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab XII huruf H .
k. Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN sebagaimana format pada
Lampiran II Bab XII huruf J paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal
persetujuan Penghapusan BMN dari Pengelola Barang.
l. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyampaikan salinan Keputusan Penghapusan BMN kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN .
m. Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh ) hari sejak Keputusan Penghapusan
BMN ditandatangani.
n. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan Penghapusan BMN
yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab XII huruf G, paling lama 1 (satu ) bulan sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditetapkan .

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 293 -

o. Laporan Penghapusan BMN disampaikan kepada Pengelola Barang dan


Pengguna Barang dengan ditembuskan kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan dokumen
kelengkapan antara lain softcopy/ fotokopi Keputusan Penghapusan BMN
dan printout Register Transaksi Harian Penghapusan
p. Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan , dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang dan / atau
Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan.
2. Tata Cara Penghapusan Barang Milik Negara Berupa Persediaan , Aset Tetap
Lainnya (Hewan , Ikan , dan Tanaman ) , dan Selain Tanah Dan / Atau Bangunan
Yang Tidak Memiliki Bukti Kepemilikan Dengan Nilai Perolehan Sampai
Dengan Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah) Per Unit / Satuan Karena
Sebab-Sebab Lain Yang Merupakan Sebab-Sebab Secara Normal Dapat
Diperkirakan Wajar Menjadi Penyebab Penghapusan
a. Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Internal Penghapusan melalui
Keputusan Pembentukan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf C, dengan
keanggotaan paling sedikit terdiri atas wakil dari unsur Kuasa Pengguna
Barang dan bila diperlukan dapat melibatkan unsur Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW.
b. Tim Internal Penghapusan memiliki tugas, antara lain:
1) menyiapkan data administratif BMN yang akan dihapuskan, meliputi
identitas BMN, tahun perolehan, nilai perolehan dan kondisi BMN;
2) melakukan penelitian administratif , meliputi penelitian data dan
dokumen BMN ;
3) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Penghapusan
BMN ;
4) menyiapkan alasan dan pertimbangan dilakukannya Penghapusan
BMN ; dan
5) menyusun laporan Penghapusan BMN .
c. Hasil penelitian Tim Internal Penghapusan dituangkan dalam Berita
Acara Hasil Penelitian Penghapusan sebagaimana format pada Lampiran
II Bab XII huruf B dan dilaporkan kepada Kuasa Pengguna Barang.
d . Dalam hal hasil penelitian dapat ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna
Barang mengajukan usulan Penghapusan BMN kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW, dengan melampirkan:
1) usulan Penghapusan BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf C;
2 ) daftar barang objek Penghapusan BMN sebagaimana tercantum pada
Lampiran II Bab XII huruf C; dan
3) dokumen pendukung, antara lain:
a) softcopy/ fotokopi keputusan pembentukan Tim Internal
Penghapusan;
b) softcopy/fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan
BMN;
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 294 -

c) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana


Penghapusan BMN ;
d ) asli Berita Acara Hasil Penelitian Penghapusan;
e) Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf E;
f ) printout Daftar BMN yang dihentikan penggunaannya;
g) softcopy/ fotokopi Berita Acara Serah Terima (BAST) perolehan
barang dan / atau dokumen lainnya terkait perolehan barang;
h) dalam hal tidak terdapat BAST perolehan barang dan / atau
dokumen lainnya terkait perolehan barang, dapat diganti dengan
Surat Pernyataan Tangung Jawab bermeterai cukup yang
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan yang
menyatakan bahwa BMN yang diusulkan untuk dihapuskan
merupakan BMN pada Satuan Kerja bersangkutan yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf F;
i) Kartu Identitas Barang ( KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan, kecuali terhadap BMN yang
tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
j) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan ; dan
k) fotoBMN .
e. Dalam hal usulan Penghapusan BMN diajukan karena alasan:
1) hilang, permohonan dilengkapi dengan Surat Pernyataan yang
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab XII huruf F yang ditandatangani oleh Kuasa
Pengguna Barang yang paling sedikit memuat:
a) identitas Kuasa Pengguna Barang;
b) pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas kebenaran
permohonan yang diajukan, baik materiil maupun formil; dan
c) pernyataan bahwa BMN hilang dan tidak lagi dapat ditemukan ;
2 ) rusak berat, susut, menguap, mencair, kadaluwarsa, mati / catat
berat / tidak produktif untuk hewan / ikan / tanaman , permohonan
dilengkapi dengan:
a) Surat Pernyataan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf F dari
Kuasa Pengguna Barang yang paling sedikit memuat:
(1) identitas Kuasa Pengguna Barang;
(2) pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas kebenaran
permohonan yang diajukan , baik materiil maupun formil; dan
(3) pernyataan bahwa BMN telah rusak berat, susut, menguap,
mencair, kadaluwarsa, mati / catat berat / tidak produktif untuk
hewan / ikan / tanaman; dan
b) Surat keterangan kematian dari pihak atau instansi yang
berwenang;
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 295 -

3) keadaan kahar ( force majeure) , usulan permohonan dilengkapi


dengan:
a) surat keterangan dari instansi yang berwenang:
(1) mengenai terjadinya keadaan kahar ( force majeure ) ; atau
( 2 ) mengenai kondisi barang terkini karena keadaan kahar ( force
majeure) ; dan
b) Surat Pernyataan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf F dari
Kuasa Pengguna Barang yang paling sedikit memuat:
(1) identitas Kuasa Pengguna Barang; dan
(2) pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas kebenaran
permohonan yang diajukan, baik materiil maupun formil;
4) harus harus dihapuskan karena dinyatakan sudah dihentikan dan
tidak akan dilanjutkan , permohonan dilengkapi dengan:
a) Surat Pernyataan bermeterai cukup yang ditandatangani oleh
Kuasa Pengguna Barang yang paling sedikit memuat:
(1) Identitas Kuasa Pengguna Barang;
(2) Pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas kebenaran
permohonan yang diajukan, baik materiil maupun formil; dan
(3) Pernyataan berdasarkan dokumen penghentian bahwa
Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) sudah dihentikan dan
tidak akan dilanjutkan;
b) dokumen penghentian yang ditandatangani oleh Pengguna
Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran; dan
c) dokumen pendukung lainnya, jika ada; atau
5) harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perkembangan
teknologi, tidak sesuai dengan kebutuhan organisasi, rusak berat,
atau masa manfaat / kegunaan telah berakhir untuk BMN berupa
Aset Tak Berwujud , permohonan Penghapusan BMN dilengkapi
dengan Surat Pernyataan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf F yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang yang paling sedikit
memuat:
a) identitas Kuasa Pengguna Barang;
b) pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas kebenaran
permohonan yang diajukan, baik materiil maupun formil; dan
c) pernyataan bahwa BMN sudah tidak sesuai dengan
perkembangan teknologi, tidak sesuai dengan kebutuhan
organisasi, rusak berat, atau masa manfaat / kegunaan telah
berakhir.
f. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
melakukan penelitian atas usulan yang disampaikan oleh Kuasa
Pengguna Barang dan dalam melakukan penelitian dapat melibatkan
Pengguna Barang dan / atau Unit Kerja yang membidangi hukum .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 296 -

g. Dalam hal BMN yang diusulkan untuk dilakukan Penghapusan tidak


terdapat di dalam perencanaan Penghapusan BMN pada RP4 BMN ,
maka Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
mengajukan perubahan RP4 disertai alasan dan data dukung kepada
Pengguna Barang.
h . Usulan Penghapusan BMN ditindaklanjuti setelah mendapatkan
penetapan perubahan RP4 BMN dari Pengguna Barang.
i. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menerbitkan persetujuan Penghapusan sebagaimana format pada
Lampiran II Bab XII huruf H dan menetapkan Keputusan Penghapusan
sebagaimana format pada Lampiran II Bab XII huruf J paling lama 2
(dua) bulan sejak tanggal persetujuan Penghapusan BMN .
j. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyampaikan salinan Keputusan Penghapusan BMN kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN.
k. Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh ) hari sejak Keputusan Penghapusan
BMN ditandatangani.
l. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan Penghapusan BMN
sebagaimana format Lampiran II Bab XII huruf G, paling lama 1 (satu)
bulan sejak Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan.
m. Laporan Penghapusan BMN disampaikan kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dan ditembuskan kepada
Pengguna Barang dengan melampirkan dokumen kelengkapan antara
lain sq/tcopi//fotokopi Keputusan Penghapusan BMN dan printout
Register Transaksi Harian Penghapusan .
n. Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan, dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang dan / atau
Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan .
3. Tata Cara Pengajuan Usui Kepada Pengelola Barang Mengenai Penghapusan
Barang Milik Negara Karena Adanya Putusan Pengadilan Yang Memperoleh
Kekuatan Hukum Tetap Dan Tidak Ada Upaya Hukum Lainnya
a. Kuasa Pengguna Barang mengusulkan Penghapusan BMN karena
adanya putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap
dan tidak ada upaya hukum lainnya kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , dengan melampirkan:
1) usulan Penghapusan BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf C;
2 ) daftar barang objek Penghapusan BMN sebagaimana format pada
Lampiran II Bab XII huruf C; dan
3) dokumen pendukung, antara lain:
a) salinan / fotokopi putusan pengadilan yang telah dilegalisasi oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan;
¥
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 297 -

b) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana


Penghapusan BMN ;
c) softcopy/ fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau BAST
perolehan barang dan / atau dokumen lain yang disetarakan
dengan dokumen / bukti kepemilikan dan / atau BAST perolehan
barang;
d ) dalam hal tidak terdapat dokumen kepemilikan, BAST perolehan
barang, dan / atau dokumen lainnya, dapat diganti dengan:
(1) dokumen lainnya seperti dokumen kontrak, akte jual beli,
perjanjian jual beli, dan dokumen setara lainnya yang dapat
dipersamakan; atau
(2) asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala Satuan
Kerja bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN yang
diusulkan untuk dihapuskan merupakan BMN pada Satuan
Kerja bersangkutan (Lampiran II Bab XII huruf F) ;
e) Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf F;
f ) printout Daftar BMN yang dihentikan penggunannya;
g) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Keija bersangkutan , kecuali terhadap BMN yang
tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
h) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
i) foto BMN .
b. Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
melakukan penelitian atas usulan yang disampaikan oleh Kuasa
Pengguna Barang.
c. Dalam hal BMN yang diusulkan untuk dilakukan Penghapusan tidak
terdapat di dalam perencanaan Penghapusan BMN pada RP4 BMN ,
maka Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
mengajukan perubahan RP4 disertai alasan dan data dukung kepada
Pengguna Barang.
d. Usulan Penghapusan BMN ditindaklanjuti setelah mendapatkan
penetapan perubahan RP4 BMN dari Pengguna Barang.
e. Dalam hal usulan tersebut dapat ditindaklanjuti, Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW menyampaikan usulan
persetujuan Penghapusan BMN kepada Pengelola Barang yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII
huruf D disertai dengan data administratif dan kelengkapan dokumen
pendukungnya.
f. Persetujuan Penghapusan BMN diterbitkan oleh Pengelola Barang dan
ditindaklanjuti oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW dengan menetapkan Keputusan Penghapusan
BMN yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab XII huruf J paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal
persetujuan Penghapusan BMN dari Pengelola Barang.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 298 -
g. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyampaikan salinan Keputusan Penghapusan BMN kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN .
h . Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh ) hari sejak Keputusan Penghapusan
BMN ditandatangani.
i. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan Penghapusan BMN
yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab XII huruf G paling lama 1 (satu) bulan sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditetapkan.
j. Laporan Penghapusan BMN disampaikan kepada Pengelola Barang dan
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dengan
ditembuskan kepada Pengguna Barang dengan melampirkan dokumen
kelengkapan antara lain softcopy / fotokopi Keputusan Penghapusan BMN
dan printout Register Transaksi Harian Penghapusan.
k. Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan , dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang dan / atau
Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan .
4. Tata Cara Pengajuan Usui Kepada Pengelola Barang Mengenai Penghapusan
Barang Milik Negara Karena Melaksanakan Ketentuan Peraturan Perundang-
undangan
a. Kuasa Pengguna Barang mengusulkan Penghapusan BMN karena
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan kepada
Pengguna Barang secara berjenjang melalui Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW, dengan melampirkan:
1) usulan Penghapusan BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf C;
2 ) daftar barang objek Penghapusan BMN sebagaimana format pada
Lampiran II Bab XII huruf C; dan
3) dokumen pendukung, antara lain:
a) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Penghapusan BMN ;
b) Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN (Lampiran II Bab
XII huruf E) ;
c) printout Daftar BMN yang dihentikan penggunaannya;
d ) softcopy/ fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau BAST
perolehan barang dan / atau dokumen lain yang disetarakan
dengan dokumen / bukti kepemilikan dan / atau BAST perolehan
barang;
e) dalam hal tidak terdapat dokumen kepemilikan , BAST perolehan
barang, dan / atau dokumen lainnya, dapat digantikan dengan:

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 299 -
(1) dokumen lainnya seperti dokumen kontrak, akte jual beli,
perjanjian jual beli, dan dokumen setara lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu; atau
(2 ) asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala Satuan
Kerja bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN yang
diusulkan untuk dihapuskan merupakan BMN pada Satuan
Kerja bersangkutan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf F;
f ) Kartu Identitas Barang ( KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan, kecuali terhadap BMN yang
tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
g) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
h ) fotoBMN;
b. Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW melakukan
penelitian terhadap usulan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta keterangan / penjelasan bila
diperlukan .
c. Dalam hal berdasarkan penelitian terhadap usulan Penghapusan BMN
dapat ditindaklanjuti, Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW mengajukan usulan Penghapusan BMN kepada
Pengguna Barang yang disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf C disertai dengan
so/tcopi// fotokopi surat usulan Penghapusan BMN dari Kuasa Pengguna
Barang dan kelengkapan dokumen pendukungnya.
d. Kepala Biro melakukan penelitian atas usulan Penghapusan BMN yang
disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW , sekurang-kurangnya terhadap kesesuaian BMN yang diusulkan
untuk dihapuskan dengan perencanaan Penghapusan pada RP4 BMN .
e. Dalam hal usulan tersebut dapat ditindaklanjuti, Pengguna Barang
menyampaikan usulan Penghapusan BMN kepada Pengelola Barang yang
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf D dan disertai dengan kelengkapan dokumen
pendukungnya.
f. Persetujuan Penghapusan BMN diterbitkan oleh Pengelola Barang dan
ditindaklanjuti oleh Pengguna Barang dengan menyampaikan perintah
penetapan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf I kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dengan
melampirkan persetujuan Penghapusan BMN dari Pengelola Barang.
g. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf J paling
lama 2 (dua) bulan sejak tanggal persetujuan Penghapusan BMN dari
Pengelola Barang.

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 300 -

h . Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW


menyampaikan salinan Keputusan Penghapusan BMN kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN.
i. Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh ) hari sejak Keputusan Penghapusan
BMN ditandatangani.
j. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan Penghapusan BMN yang
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf G, paling lama 1 (satu) bulan sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditetapkan .
k. Laporan Penghapusan BMN disampaikan kepada Pengelola Barang dan
Pengguna Barang dengan ditembuskan kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan dokumen
kelengkapan antara lain softcopy/fotokopi Keputusan Penghapusan BMN
dan printout Register Transaksi Harian Penghapusan .
l. Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan, dicantumkan dalam Laporan
Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang dan / atau Kuasa
Pengguna Barang Kementerian Keuangan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 301 -

BAB XIII
PENATAUSAHAAN BMN

A. UMUM
1. Penatausahaan BMN meliputi:
a. Pembukuan,
b. Inventarisasi, dan
c. Pelaporan BMN .
2 . Penatausahaan BMN dilaksanakan dalam rangka mendukung pengelolaan
BMN yang optimal melalui Pemutakhiran Data BMN untuk mendapatkan
data yang lengkap, akurat dan akuntabel.
3. Pemutakhiran Data BMN pada:
a. Pengguna Barang, dilaksanakan oleh:
1) UAPB;
2) UAPPB-E1; dan
3) UAPPB-W .
b. Kuasa Pengguna Barang, dilaksanakan oleh UAKPB dan dalam hal
diperlukan dapat dibantu oleh Unit Akuntansi Pembantu Kuasa
Pengguna Barang ( UAPKPB) .
4 . Pemutakhiran Data BMN dilakukan melalui:
a. Sistem Informasi Manajemen Aset Negara (SIMAN) ; dan
b. Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) ,
atau aplikasi perubahannya.
5. Koreksi terhadap data BMN dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang Penatausahaan BMN .
6 . Ruang Lingkup Pemutakhiran Data BMN meliputi:
a. Persediaan;
b. Aset Tetap, terdiri atas:
1) Tanah;
2) Peralatan dan Mesin;
3) Gedung dan Bangunan;
4) Jalan , Irigasi, dan Jaringan;
5) Aset Tetap Lainnya;
6) Konstruksi Dalam Pengerjaan; dan
7) Akumulasi Penyusutan atas Aset Tetap;
c. Aset Lainnya, terdiri atas:
1) Kemitraan dengan pihak ketiga;
2) Aset Tak berwujud;
3) Aset Lain-Lain, berupa aset tetap yang tidak digunakan dalam operasi
pemerintahan dan aset lain-lain berupa BMN;
4) Akumulasi Penyusutan Atas Aset Lainnya; dan
5) Akumulasi Amortisasi Aset Tak Berwujud; dan

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 302 -

d . BMN yang telah dilakukan reklasifikasi keluar dari Neraca ke dalam


daftar barang sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan
perundang- undangan di bidang Penatausahaan BMN .
7. Jenis transaksi yang digunakan dalam Pemutakhiran Data BMN meliputi
namun tidak terbatas pada:
a. transaksi pemutakhiran saldo awal yaitu penambahan saldo awal,
merupakan transaksi yang digunakan untuk membukukan BMN yang
diperoleh sebelum tahun anggaran berjalan namun belum dicatat dan
didaftarkan dalam buku / daftar BMN periode sebelumnya;
b. transaksi pemutakhiran data terkait dengan perolehan BMN :
1) Pembelian, merupakan transaksi perolehan BMN yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBN pada periode berjalan;
2) Transfer Masuk, merupakan transaksi perolehan BMN dari Kuasa
Pengguna Barang lain dalam lingkungan Pemerintah Pusat;
3) Hibah Masuk, merupakan transaksi untuk membukukan perolehan
BMN yang berasal dari hibah / sumbangan atau yang sejenis dari luar
Pemerintah Pusat dan dicatat sebesar nilai wajar pada saat
perolehan ;
4) Rampasan , merupakan transaksi untuk membukukan perolehan
BMN yang berasal dari hasil sitaan pemerintah yang sudah
ditetapkan penggunaannya pada satuan kerja instansi tertentu;
5) Penyelesaian Pembangunan, merupakan transaksi untuk
membukukan perolehan BMN yang berasal dari hasil penyelesaian
berupa bangunan / gedung dan BMN pembangunan lainnya yang
telah diserahterimakan dengan Berita Acara Serah Terima;
6) Pembatalan Penghapusan , merupakan transaksi yang digunakan
untuk membukukan BMN dari hasil pembatalan penghapusan yang
sebelumnya telah dihapuskan / dikeluarkan dari Pembukuan
berdasarkan Keputusan Penghapusan;
7) Reklasifikasi Masuk, merupakan transaksi pencatatan BMN yang
sebelumnya dicatat dengan klasifikasi BMN yang lain;
8) Bangun Guna Serah (BGS) , merupakan transaksi untuk
membukukan penerimaan pemerintah yang berasal dari pelaksanaan
BGS berupa bangunan beserta prasarana dan sarana yang
digunakan langsung untuk tugas pokok dan fungsi (setelah
selesainya pembangunan oleh mitra BGS) , serta bangunan beserta
prasarana dan sarana hasil pelaksanaan BGS sesuai perjanjian
(setelah berakhirnya perjanjian BGS);
9) Bangun Serah Guna (BSG) , merupakan transaksi untuk
membukukan penerimaan pemerintah yang berasal dari pelaksanaan
BSG berupa bangunan beserta prasarana dan sarana hasil
pelaksanaan BSG sesuai perjanjian (setelah selesainya pembangunan
oleh mitra BSG);
10) Kerjasama Pemanfaatan ( KSP) , merupakan transaksi untuk
membukukan penerimaan pemerintah yang berasal dari pelaksanaan
KSP berupa bangunan beserta prasarana dan sarana hasil
pelaksanaan KSP sesuai perjanjian;

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 303 -

11) Transaksi Pertukaran atau tukar-menukar, merupakan transaksi


untuk membukukan aset yang diterima dari pelaksanaan tukar-
menukar antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah , atau
antara Pemerintah Pusat dengan pihak lain; dan
12) Perolehan Lainnya, merupakan transaksi perolehan yang tidak
termasuk pada transaksi-transaksi perolehan di atas;
c. transaksi pemutakhiran data terkait perubahan BMN:
1) Pengurangan Kuantitas Aset, merupakan transaksi pengurangan
kuantitas BMN yang menggunakan satuan luas atau satuan lain
yang pengurangannya tidak menyebabkan keseluruhan BMN hilang.
Pengurangan kuantitas hanya dapat dilakukan untuk barang berupa
tanah, jalan , dan jembatan;
2) Pengembangan Nilai Aset, merupakan transaksi yang digunakan
untuk membukukan penambahan nilai BMN sebagai akibat
pelaksanaan renovasi atau restorasi yang memenuhi kapitalisasi aset
yang dananya berasal dari APBN tahun berjalan. Pelaksanaan
pengembangan nilai dapat pula berpengaruh terhadap penambahan
kuantitas BMN yang bersangkutan atas BMN berupa tanah , jalan,
dan jembatan;
3) Koreksi Perubahan Kondisi, merupakan transaksi yang digunakan
untuk membukukan transaksi perubahan kondisi barang yang
dikarenakan adanya perubahan keadaan / kondisi barang tersebut.
Perubahan kondisi tidak mengubah nilai dan / atau kuantitas barang;
4) Koreksi Perubahan Nilai / Kuantitas, merupakan transaksi yang
digunakan untuk membukukan transaksi perubahan nilai dan / atau
kuantitas barang dikarenakan adanya kesalahan Pembukuan pada
nilai / kuantitas;
5) Koreksi Nilai Tim Penertiban Aset / Revaluasi, merupakan transaksi
yang digunakan untuk membukukan transaksi perubahan
nilai / kuantitas barang dikarenakan adanya perubahan
nilai / kuantitas akibat pelaksanaan penilaian oleh Tim Penertiban
BMN;
6) Penghentian Penggunaan, merupakan transaksi untuk
mereklasifikasi aset tetap yang tidak digunakan untuk keperluan
operasional pemerintah dari akun Aset Tetap ke dalam akun Aset
Lainnya sebagai aset lain-lain; dan
7) Penggunaan Kembali, merupakan transaksi untuk melakukan
reklasifikasi BMN yang sebelumnya disajikan dalam akun Aset
Lainnya sebagai aset lain-lain ke dalam akun Aset Tetap; dan
d. melakukan pemutakhiran data terkait penghapusan:
1) Penghapusan, merupakan transaksi yang digunakan untuk
menghapus BMN sebagai akibat dari:
a) putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya;
b) ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 304 -

c) sebab-sebab lain , seperti: susut, menguap, mencair, kadaluarsa,


mati / cacat berat / tidak produktif untuk tanaman / hewan , dan
sebagai akibat dari keadaan kahar ( force majeure ) ;
2 ) Pemusnahan , merupakan transaksi yang digunakan untuk
menghapus BMN sebagai akibat dari pelaksanaan pemusnahan fisik
dan / atau kegunaan;
3) Penjualan , merupakan transaksi yang digunakan untuk menghapus
BMN sebagai akibat dari pengalihan BMN kepada pihaklain, dengan
memperoleh penggantian dalam bentuk uang;
4 ) Penyertaan Modal Pemerintah Pusat, merupakan transaksi yang
digunakan untuk menghapus BMN sebagai akibat dari pengalihan
BMN kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) , Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) , atau badan hukum lainnya untuk diperhitungkan
sebagai modal / saham negara;
5) Tukar Menukar, merupakan transaksi yang digunakan untuk
menghapus BMN sebagai akibat dari pengalihan kepemilikan BMN
yang dilakukan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah
Daerah , atau antara Pemerintah Pusat dengan pihak lain, dengan
menerima penggantian dalam bentuk barang, sekurang-kurangnya
dengan nilai seimbang;
6 ) Hibah Keluar, merupakan transaksi yang digunakan untuk
menghapus BMN sebagai akibat dari penyerahan BMN yang
disebabkan barang telah diserahkan kepada instansi Pemerintah
Daerah , lembaga sosial, lembaga keagamaan dan / atau lembaga
lainnya yang dapat menerima hibah dari Pemerintah Pusat;
7) Transfer Keluar, merupakan transaksi yang digunakan untuk
menghapus BMN sebagai akibat dari penyerahan BMN ke Kuasa
Pengguna Barang lain dalam lingkungan satu Pengguna Barang atau
diluar Pengguna Barang yang sama;
8) Reklasifikasi Keluar, merupakan transaksi yang digunakan untuk
menghapus BMN untuk dicatat kembali ke dalam klasifikasi BMN
yang baru;
9) Koreksi Pencatatan , merupakan transaksi yang digunakan untuk
menghapus BMN sebagai akibat dari perbaikan atas kesalahan
Pembukuan berupa kelebihan kuantitas barang dan / atau kesalahan
pencatatan; dan / atau
10) Penyerahan Aset kepada Pengelola, merupakan transaksi yang
digunakan untuk menghapus BMN sebagai akibat dari penyerahan
BMN dari Pengguna Barang kepada Pengelola Barang.

B. TATA CARA PEMUTAKHIRAN DATA BMN PADA SIMAN


1. Pengguna Barang
Pemutakhiran Data BMN pada Pengguna Barang dilaksanakan oleh
UAPB / UAPPBE1 / UAPPBW dengan cara:
a. melakukan koordinasi pelaksanaan Pemutakhiran Data BMN pada
SIMAN;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 305 -

b. pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan Pemutakhiran


Data BMN pada SIMAN; dan
c. monitoring dan evaluasi pelaksanaan Pemutakhiran Data BMN ,
pada lingkup kerjanya.
2. Kuasa Pengguna Barang
Pemutakhiran Data BMN pada Kuasa Pengguna Barang dilaksanakan oleh
UAKPB dan dalam hal diperlukan dapat dibantu oleh UAPKPB dengan cara:
a. melakukan koordinasi pelaksanaan Pemutakhiran Data BMN pada
SIMAN ;
b. melakukan pemutakhiran data pada plugin Identitas di tab unit kerja dan
komposisi pegawai;
c. melakukan pemutakhiran data pada plugin Master Aset , antara lain
meliputi:
1) Data Tanah pada menu Detail, Foto, Dokumen, Batas dan GPS,
Bangunan, Pengelolaan , dan Status Hukum;
2 ) Data Bangunan pada menu Detail, Foto, Dokumen , Batas dan GPS,
Ruangan, Fasilitas, Konstruksi, Pengelolaan, dan Status Hukum;
3) Data Rumah Negara pada menu Detail, Foto, Dokumen, Batas dan
GPS, Ruangan , Fasilitas, Konstruksi, Pengelolaan , Penghuni, dan
Status Hukum;
4) Data Alat Angkutan Bermotor pada menu Detail, Foto, Dokumen ,
Perlengkapan , Pengelolaan , dan Pemakai;
5) Data Peralatan dan Mesin Non TIK pada menu Detail BMN , Foto,
Pengelolaan , dan / atau Pemakai;
6 ) Data Peralatan dan Mesin Khusus TIK pada menu Detail, Foto,
Pengelolaan , dan Pemakai;
7) Data Alat Berat pada menu Detail, Foto, Perlengkapan , Pengelolaan ,
dan Pemeliharaan;
8) Data Alat Senjata pada menu Detail, Foto, Perlengkapan ,
Pengelolaan, dan Pemakai;
9) Data Jalan & Jembatan pada menu Detail, Foto, Batas dan GPS,
Pengelolaan , dan Pemeliharaan;
10) Data Bangunan Air 8s Irigasi pada menu Detail, Foto, Batas dan GPS,
Pengelolaan, dan Pemeliharaan;
11) Data Instalasi & Jaringan pada menu Detail, Foto, Batas dan GPS,
Pengelolaan, dan Pemeliharaan ;
12) Data Aset Tetap Lainnya pada menu Detail, Foto, Pengelolaan, dan
Pemeliharaan; dan
13) Data Aset Tak Berwujud pada menu Detail, Foto, Perlengkapan , dan
Pengelolaan;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 306 -

d . melakukan pemutakhiran data pada plugin Wasdal dilakukan dengan;


1) perekaman dokumen berupa surat keputusan / persetujuan pengelolaan
BMN yang sudah diterbitkan. Dokumen tersebut antara lain penetapan
status penggunaan BMN , BMN yang dioperasikan oleh pihak lain , Alih
Status Penggunaan BMN , Penggunaan BMN Sementara, Sewa BMN ,
Pinjam Pakai BMN, Kerjasama Pemanfaatan, KSPI, BGS / BSG,
Penjualan , Tukar Menukar, Hibah , Penyertaan Modal Pemerintah ,
Pemusnahan BMN, Penghapusan BMN karena Putusan Pengadilan ,
Penghapusan BMN karena Sebab Lain , dan Bongkaran;
2 ) perekaman dokumen tindak lanjut dari surat keputusan / persetujuan
pengelolaan BMN yang sudah diterbitkan antara lain berupa perjanjian ,
keputusan , laporan , BAST, dan dokumen tindak lanjut lainnya;
3) perekaman penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari proses
pengelolaan BMN ; dan
4) perekaman dokumen penertiban BMN atas hasil pemantauan periodik
dari KPB / Satker, hasil pemantauan insidentil dari KPB / Satker, surat
permintaan penertiban BMN dari pengelola barang, dan hasil audit
APIP;
e. menuangkan hasil pemutakhiran data BMN ke dalam surat keterangan
sebagaimana format pada Lampiran II BAB XIII dan disampaikan
bersamaan dengan penyampaian Laporan Pengawasan dan Pengendalian
BMN ; dan
f . mengungkapkan informasi data BMN berupa sertifikat Tanah , informasi
sengketa, PSP dan Pemanfaatan BMN ke dalam catatan atas laporan BMN
pada setiap periode pelaporan BMN sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang Penatausahaan BMN .

C. TATA CARA PEMUTAKHIRAN DATA BMN PADA SAKTI


1. Pengguna Barang
Pemutakhiran Data BMN pada Pengguna Barang dilaksanakan oleh
UAPB / UAPPBE1 / UAPPBW dengan cara:
a. melakukan pengecekan kemutakhiran data hasil pembukuan ,
inventarisasi dan pelaporan pada SAKTI di lingkup kerjanya;
b. menyusun rencana pelaksanaan Pemutakhiran Data BMN pada Unit
Akuntansi Barang di lingkup kerjanya;
c. mengoordinasikan pelaksanaan Pemutakhiran Data BMN pada SAKTI
kepada Unit Akuntansi Barang di lingkup kerjanya;
d . melakukan evaluasi pelaksanaan Pemutakhiran Data BMN pada SAKTI
kepada Unit Akuntansi Barang di lingkup kerjanya; dan
e. melakukan pembinaan pelaksanaan pemutakhiran data BMN pada
SAKTI kepada Unit Akuntansi Barang di lingkup kerjanya.
2 . Kuasa Pengguna Barang
Pemutakhiran Data BMN pada Kuasa Pengguna Barang dilaksanakan oleh
UAKPB dan dalam hal diperlukan dapat dibantu oleh UAPKPB dengan cara:
a. melakukan pengecekan kemutakhiran data aplikasi SAKTI di lingkup
kerjanya;

<!
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 307 -

b. melakukan pemutakhiran data terkait dengan:


1) Saldo awal BMN :
a) melakukan pengecekan mengenai adanya BMN yang diperoleh
sebelum tahun anggaran berjalan namun belum dicatat dan
didaftarkan dalam buku / daftar BMN periode sebelumnya; dan
b) dalam hal ditemukan adanya BMN sebagaimana tersebut dalam
huruf a) maka UAKPB melakukan pemutakhiran dengan cara
mencatat / mendaftarkan BMN ke dalam buku / daftar barang
melalui transaksi penambahan saldo awal;
2) Perolehan BMN
a) yang berasal dari modul Komitmen dan / atau modul Bendahara,
melalui:
(1) pengecekan status transaksi atas perolehan BMN selama
periode berjalan;
( 2) pendetailan pada modul Persediaan, untuk perolehan BMN
berupa Persediaan yang belum dilakukan pendetailan;
(3) pendetailan pada modul Aset Tetap, untuk perolehan BMN
non Persediaan yang belum dilakukan pendetailan;
(4) verifikasi atas transaksi perolehan yang telah didetailkan;
dan
(5) validasi dan persetujuan untuk transaksi perolehan BMN
yang telah didetailkan; dan
b) selain dari modul Komitmen dan / atau Bendahara, melalui:
(1) pengecekan dokumen sumber perolehan BMN yang terjadi
selama periode beijalan;
(2 ) pembukuan pada modul Persediaan sesuai dengan
dokumen sumber, untuk perolehan BMN berupa
Persediaan;
(3) pembukuan pada modul Aset Tetap sesuai dengan
dokumen sumber, untuk perolehan BMN non Persediaan;
(4) verifikasi atas transaksi perolehan BMN yang telah
dibukukan; dan
(5) validasi dan persetujuan untuk transaksi perolehan BMN
yang telah dibukukan;
3) Perubahan BMN
a) yang berasal dari modul Komitmen dan / atau modul Bendahara,
melalui:
(1) pengecekan transaksi yang berdampak pada perubahan BMN
pada modul Aset;
(2) pendetailan transaksi perubahan BMN pada modul Aset
Tetap;
(3) verifikasi atas transaksi perubahan BMN yang telah
didetailkan; dan
(4) validasi dan persetujuan untuk transaksi perubahan BMN
yang telah didetailkan; dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 308 -

b) selain dari modul Komitmen dan / atau modul Bendahara,


melalui:
(1) pengecekan dokumen sumber perubahan BMN yang terjadi
selama periode berjalan;
( 2 ) pembukuan pada modul Persediaan sesuai dengan dokumen
sumber , untuk perubahan BMN berupa Persediaan;
(3) pembukuan pada modul Aset Tetap, untuk perubahan BMN
non Persediaan;
(4) verifikasi atas transaksi perubahan BMN yang telah
dibukukan; dan
(5) validasi dan persetujuan untuk transaksi perubahan BMN
yang telah dibukukan;
4) Penghapusan BMN
a) pengecekan dokumen sumber penghapusan BMN yang terjadi
selama periode beijalan;
b) pembukuan pada modul Persediaan sesuai dengan dokumen
sumber, untuk penghapusan BMN berupa Persediaan;
c) pembukuan pada modul Aset Tetap, untuk penghapusan BMN
non Persediaan ;
d) verifikasi atas transaksi penghapusan BMN yang telah
dibukukan; dan
e) validasi dan persetujuan untuk transaksi penghapusan BMN
yang telah dibukukan; dan
5) Data terkait informasi lainnya tentang BMN ;
c. melakukan pemutakhiran data terkait informasi lainnya tentang BMN ;
dan
d . hasil pemutakhiran data BMN merupakan bagian dari pelaporan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 309 -
BAB XIV
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BMN

A. UMUM
1. Pengawasan dan pengendalian BMN dilakukan terhadap:
a. BMN;
b. pelaksanaan pengelolaan BMN; dan / atau
c. pejabat / pegawai yang melakukan pengelolaan / pengurusan BMN .
2. Pengawasan dan pengendalian BMN meliputi:
a. pemantauan; dan
b. penertiban
3. Pemantauan dan penertiban dilakukan oleh Pengguna Barang / Kuasa
Pengguna Barang, meliputi pelaksanaan:
a. Penggunaan;
b. Pemanfaatan;
c. Pemindahtanganan;
d . Pemusnahan;
e. Penghapusan;
f. Penatausahaan; dan
g. Pemeliharaan dan Pengamanan,
atas BMN yang berada di bawah penguasaannya.
4 . Penertiban BMN dilakukan sebagai tindak lanjut dari:
a. hasil pemantauan , dalam hal terdapat ketidaksesuaian pelaksanaan
Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan, Pemusnahan,
Penghapusan , Penatausahaan , Pengamanan, dan Pemeliharaan BMN
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan / atau
b. diterimanya surat permintaan penertiban dari Pengelola Barang sebagai
tindak lanjut dari hasil pemantauan, Investigasi Pengelola Barang,
dan / atau hasil audit APIP.
5. Penertiban BMN dilakukan dengan memperhatikan:
a. dalam hal merupakan kewenangan Kuasa Pengguna Barang, maka
penertiban dilakukan dalam 15 (lima belas) hari kerja sejak pemantauan
selesai atau sejak surat permintaan penertiban BMN dari Pengelola
Barang diterima;
b. dalam hal merupakan kewenangan Pengguna Barang, maka:
1) Kuasa Pengguna Barang mengusulkan kepada Pengguna Barang
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak pemantauan selesai atau surat
permintaan penertiban BMN dari Pengelola Barang diterima; dan
2 ) Pengguna Barang melakukan penertiban paling lama 15 (lima belas)
hari kerja sejak usulan dari Kuasa Pengguna Barang diterima; atau

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 310 -

c. dalam hal merupakan kewenangan Pengelola Barang, maka Pengguna


Barang / Kuasa Pengguna Barang mengusulkan kepada Pengelola Barang
paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak pemantauan selesai atau
surat permintaan penertiban BMN dari Pengelola Barang diterima.
6. Kewenangan dan Tanggung Jawab
a. Wewenang dan Tanggung Jawab Pengguna Barang
Pengguna Barang berwenang dan bertanggung jawab atas pengawasan
dan pengendalian BMN pada Kementerian Keuangan , meliputi:
1) melakukan pemantauan atas pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan ,
Pemindahtanganan , Pemusnahan , Penghapusan , Penatausahaan ,
Pengamanan dan Pemeliharaan BMN;
2) melakukan penertiban atas pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan ,
Pemindahtanganan , Pemusnahan , Penghapusan , Penatausahaan ,
Pengamanan dan Pemeliharaan BMN;
3) memberikan penjelasan tertulis atas permintaan Pengelola Barang
terhadap hasil pemantauan dan Investigasi terkait pelaksanaan
Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan , Pemusnahan ,
Penghapusan , dan Penatausahaan BMN;
4) meminta APIP untuk melakukan audit atas tindak lanjut hasil
pemantauan dan penertiban BMN sebagaimana dimaksud pada angka
1) dan angka 2 ) ; dan
5) menindaklanjuti hasil audit sebagaimana dimaksud pada angka 4)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan .
b. Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa Pengguna Barang
Kuasa Pengguna Barang berwenang dan bertanggung jawab atas
pengawasan dan pengendalian BMN pada satuan kerja masing-masing,
meliputi:
1) melakukan pemantauan atas pelaksanaan Penggunaan , Pemanfaatan ,
Pemindahtanganan, Pemusnahan, Penghapusan , Penatausahaan,
Pengamanan dan Pemeliharaan BMN dalam penguasaan di lingkungan
satuan kerja masing-masing;
2) melakukan penertiban atas pelaksanaan Penggunaan , Pemanfaatan ,
Pemindahtanganan , Pemusnahan , Penghapusan, Penatausahaan,
Pengamanan dan Pemeliharaan BMN dalam penguasaan di lingkungan
satuan kerja masing-masing;
3) memberikan penjelasan tertulis atas permintaan Pengguna Barang,
dan / atau Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW, dan / atau Kepala Kantor Wilayah, serta Pengelola Barang
setelah mendapat persetujuan dari Pengguna Barang, terhadap hasil
pemantauan dan Investigasi terkait pelaksanaan Penggunaan ,
Pemanfaatan , Pemindahtanganan , Pemusnahan , Penghapusan, dan
Penatausahaan BMN dalam penguasaan di lingkungan satuan kerja
masing-masing;

»/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 311 -

4) mengusulkan kepada Pengguna Barang secara berjenjang melalui


Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW untuk
meminta APIP melakukan audit atas tindak lanjut hasil pemantauan
dan penertiban BMN sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan angka
2) ; dan
5) menindaklanjuti hasil audit sebagaimana dimaksud pada angka 4)
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. PEMANTAUAN BMN
1. Pemantauan Penggunaan BMN dilakukan terhadap:
a. BMN yang digunakan oleh Pengguna Barang / Kuasa Pengguna Barang;
b. BMN yang digunakan sementara oleh Pengguna Barang lain;
c. BMN yang diutilisasikan penggunaannya oleh Kuasa Pengguna Barang
lain;
d . BMN yang dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan
pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi Pengguna Barang;
e. penerbitan keputusan status Penggunaan BMN oleh Pengguna Barang
telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
f. penerbitan persetujuan Penggunaan BMN oleh Pengguna Barang telah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
g. pelaksanaan penggunaan sementara oleh Pengguna Barang lain telah
mendapat persetujuan dari Pengelola Barang / Pengguna Barang;
h . pelaksanaan utilisasi Penggunaan BMN oleh Kuasa Pengguna Barang
lain telah mendapat persetujuan dari Pengguna Barang;
i. pelaksanaan BMN yang dioperasikan oleh pihak lain telah mendapat
persetujuan dari Pengelola Barang;
j. penyampaian laporan pelaksanaan Penggunaan BMN telah dilakukan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
k. pelaksanaan kewenangan Penggunaan BMN telah dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundangan-undangan .
2 . Pemantauan Pemanfaatan BMN dilakukan terhadap:
a. BMN yang sedang dimanfaatkan atau BMN yang menjadi obyek
Pemanfaatan;
b. pelaksanaan Pemanfaatan BMN telah mendapatkan persetujuan dari
Pengelola Barang;
c. keputusan pelaksanaan Sewa telah diterbitkan oleh Pengguna Barang
sesuai persetujuan Sewa Pengelola Barang;
d . perjanjian Pemanfaatan BMN telah sesuai dengan persetujuan dari
Pengelola Barang;
e. Pemanfaatan BMN telah dilaksanakan sesuai perjanjian , antara lain
terhadap:
1) peruntukan Pinjam Pakai;
2) jenis kegiatan usaha, untuk Sewa dan Kerjasama Pemanfaatan;
3) Jangka waktu Pemanfaatan; dan

i/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 312 -
4) Penyetoran penerimaan negara dari Pemanfaatan.
f. penyampaian laporan pelaksanaan Pemanfaatan BMN telah
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan; dan
g. pelaksanaan kewenangan Pemanfaatan BMN telah dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundangan-undangan .
3. Pemantauan Pemindahtanganan BMN dilakukan terhadap:
a. BMN yang dipindahtangankan sesuai dengan persetujuan dari Pengelola
Barang / Pengguna Barang, antara lain:
1) kode barang; dan
2) NUP.
b. pelaksanaan Pemindahtanganan BMN telah mendapatkan persetujuan
dari Pengelola Barang / Pengguna Barang;
c. kesesuaian pelaksanaan Pemindahtanganan BMN dengan persetujuan
dari Pengelola Barang / Pengguna Barang, antara lain:
1) jenis Pemindahtanganan;
2) waktu pelaksanaan;
3) penyetoran penerimaan negara dari Pemindahtanganan; atau
4) pelaksanaan serah terima BMN .
d . penyampaian laporan pelaksanaan Pemindahtanganan BMN telah
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan;
e. pelaksanaan tindak lanjut Pemindahtanganan BMN melalui
Penghapusan BMN; dan
f . pelaksanaan kewenangan Pemindahtanganan BMN telah dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.
4 . Pemantauan Pemusnahan BMN dilakukan terhadap:
a. pelaksanaan Pemusnahan BMN telah mendapatkan persetujuan dari
Pengelola Barang / Pengguna Barang;
b. Pemusnahan BMN telah dilaksanakan sesuai persetujuan dari Pengelola
Barang / Pengguna Barang;
c. penyampaian laporan pelaksanaan Pemusnahan BMN telah
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan;
d . pelaksanaan tindak lanjut Pemusnahan BMN melalui Penghapusan
BMN ; dan
e. pelaksanaan kewenangan Pemusnahan BMN telah dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundangan-undangan .
5. Pemantauan Penghapusan BMN dilakukan terhadap:
a. pelaksanaan Penghapusan BMN telah mendapatkan persetujuan dari
Pengelola Barang / Pengguna Barang;
b. pelaksanaan Penghapusan BMN telah ditetapkan dan ditindaklanjuti
sesuai keputusan Penghapusan;
c. penerbitan keputusan Penghapusan oleh Pengguna Barang telah
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
d . penyampaian laporan pelaksanaan Penghapusan BMN telah
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan; dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLiK INDONESIA
- 313 -

e. pelaksanaan kewenangan Penghapusan BMN telah dilaksanakan sesuai


ketentuan peraturan perundangan-undangan.
6. Pemantauan Penatausahaan BMN dilakukan untuk memastikan kesesuaian
antara pelaksanaan Penatausahaan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang Penatausahaan BMN. Pemantauan
Penatausahaan BMN meliputi namun tidak terbatas pada:
a. pemantauan terkait dengan eksistensi BMN , antara lain:
1) BMN yang belum dicatat;
-
2) BMN dicatat ganda ( double counting) , dan
3) BMN yang seharusnya sudah keluar dari Daftar Barang;
b. pemantauan terkait dengan penyajian nilai dan / atau kuantitas BMN ,
antara lain:
1) BMN diindikasikan dicatat tidak wajar; dan
2 ) BMN dicatat tidak sesuai dengan dokumen sumber;
c. pemantauan terkait dengan kondisi BMN ;
d . pemantauan terkait dengan klasifikasi / kodefikasi BMN , antara lain:
1) BMN dicatat tidak sesuai dengan kodefikasi BMN ; dan
2 ) BMN dicatat sebagai tanah dan / atau bangunan Rumah Negara
Golongan III;
e. pemantauan terkait dengan kelengkapan data dan informasi BMN ,
antara lain:
1) unsur-unsur BMN belum dicatat secara lengkap; dan
2 ) BMN belum didistribusikan ke dalam KIB / DBR / Daftar Barang
Lainnya ( DBL) ; dan
f. pemantauan terkait dengan ketepatan waktu penyampaian laporan
BMN.
7. Pemantauan Pengamanan BMN dilakukan terhadap:
a. BMN yang memenuhi kriteria:
1) sudah ditetapkan status penggunaannya; dan
2 ) digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi;
b. kesesuaian antara pelaksanaan pengamanan fisik , administrasi, dan
hukum dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. pelaksanaan kewenangan Pengamanan BMN telah dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundangan-undangan .
8. Pemantauan Pemeliharaan BMN dilakukan terhadap:
a. BMN yang memenuhi kriteria:
1) sudah ditetapkan status penggunaannya;
2 ) digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi; dan
3) tidak dalam kondisi rusak berat.
b. kesesuaian antara pelaksanaan Pemeliharaan BMN dengan Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran dan dokumen penganggaran turunannya;
c. kesesuaian antara pelaksanaan Pemeliharaan BMN dengan RKBMN
Pemeliharaan; dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 314 -

d. pelaksanaan kewenangan Pemeliharaan BMN telah dilaksanakan sesuai


ketentuan peraturan perundangan- undangan .
C. PELAKSANAAN PEMANTAUAN BMN
1. Pemantauan terdiri atas:
a. pemantauan periodik; dan
b. pemantauan insidentil.
2. Ketentuan pemantauan periodik adalah sebagai berikut:
a. pemantauan periodik merupakan pemantauan yang bersifat rutin dan
dilaksanakan oleh Kuasa Pengguna Barang sebanyak 1 (satu) kali dalam
1 (satu) tahun;
b. pemantauan diselesaikan dalam 10 (sepuluh ) hari kerja terhitung sejak
tanggal dimulainya pelaksanaan pemantauan dan diselesaikan paling
lama pada akhir bulan Februari tahun berjalan; dan
c. hasil pemantauan dituangkan ke dalam berita acara hasil pemantauan.
3. Ketentuan pemantauan insidentil adalah sebagai berikut:
a. pemantauan insidentil merupakan pemantauan yang dilakukan
sewaktu-waktu oleh Pengguna Barang dan / atau Kuasa Pengguna
Barang;
b. dalam melakukan pemantauan, Pengguna Barang dapat menunjuk
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dan / atau
Kepala Kantor Wilayah untuk melaksanakan pemantauan;
c. pemantauan insidentil dilakukan berdasarkan:
1) laporan yang diperoleh Pengguna Barang dan / atau Kuasa Pengguna
Barang secara tertulis dari masyarakat dan / atau informasi dari
media massa, baik cetak maupun elektronik , dimulai paling lama 5
(lima) hari kerja setelah laporan diterima; dan / atau
2) inisiatif Pengguna Barang dalam hal terdapat rencana pengelolaan
BMN dan / atau informasi tertentu yang dimiliki oleh Pengguna
Barang;
d . pemantauan diselesaikan dalam 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak
tanggal dimulainya pelaksanaan pemantauan ; dan
e. hasil pemantauan dituangkan dalam laporan pemantauan dan
disampaikan kepada Pengguna Barang dengan tembusan Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW .
4. Tata cara pelaksanaan pemantauan adalah sebagai berikut:
a. Pembentukan tim internal, dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
1) dalam hal merupakan pemantauan periodik, maka Kuasa Pengguna
Barang membentuk tim internal dengan keanggotaan paling sedikit
berjumlah 3 ( tiga) orang dan dapat melibatkan unsur Kantor
Wilayah;

/
(
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 315 -

2) dalam hal merupakan pemantauan insidentil di tingkat Kuasa


Pengguna Barang, apabila laporan dan / atau informasi yang
diperoleh layak untuk ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna
Barang membentuk tim internal dengan keanggotaan paling sedikit
berjumlah 3 ( tiga) orang dan dapat melibatkan unsur Kantor
Wilayah; atau
3) dalam hal merupakan pemantauan insidentil di tingkat Pengguna
Barang, apabila laporan dan / atau informasi yang diperoleh layak
untuk ditindaklanjuti, maka Pengguna Barang membentuk tim
internal dengan keanggotaan paling sedikit berjumlah 3 ( tiga) orang.
b. Tugas tim internal adalah sebagai berikut:
1) dalam hal merupakan pemantauan periodik, maka tim bertugas
untuk melaksanakan pemantauan periodik atas kegiatan
pelaksanaan Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan ,
Pemusnahan, Penghapusan , Penatausahaan , dan / atau Pengamanan
dan Pemeliharaan BMN tahun sebelumnya; atau
2 ) dalam hal merupakan pemantauan insidentil, maka tim bertugas
untuk melaksanakan pemantauan insidentil atas laporan dan / atau
informasi yang diperoleh secara mendalam dan menyeluruh .
c. Pemantauan dilakukan melalui penelitian administrasi, dan dapat
dilakukan penelitian lapangan dalam hal penelitian administrasi belum
mencukupi.
d . Penelitian administrasi meliputi namun tidak terbatas pada:
1) menghimpun dan menganalisis data dari sumber informasi, antara
lain:
a) laporan satuan kerja;
b) hasil penertiban BMN;
c) hasil sensus BMN;
d) Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran dan Tahunan;
e) Laporan Hasil Pemeriksaan ;
f ) informasi dari media massa; dan / atau
g) laporan masyarakat.
2 ) mengumpulkan dan meneliti dokumen yang terkait dengan
pelaksanaan Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan ,
Pemusnahan , Penghapusan , Penatausahaan, dan / atau Pengamanan
dan Pemeliharaan BMN .
e. Penelitian lapangan dilakukan dengan:
1) meninjau objek BMN secara langsung;
2) meminta konfirmasi dan penjelasan kepada pihak terkait;
3) meminta informasi dan keterangan dari pihak lain yang diperlukan;
dan
4) mengumpulkan data tambahan.

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 316 -

f. Pelaksanaan penelitian administrasi dan penelitian lapangan dituangkan


dalam berita acara penelitian yang ditandatangani oleh seluruh anggota
tim internal. Dalam hal terdapat anggota tim internal yang tidak
bersedia menandatangani, maka harus dinyatakan secara tegas sebagai
catatan dalam berita acara hasil penelitian, disertai dengan alasan yang
jelas dan dapat dipertanggungjawabkan .
g. Terhadap hasil penelitian administrasi dan penelitian lapangan , perlu
dilakukan:
1) dalam hal merupakan pemantauan periodik:
a) tim internal menyampaikan secara tertulis hasil penelitian
kepada kepala satuan kerja dengan melampirkan berita acara
hasil penelitian;
b) berdasarkan hasil penelitian tim tersebut, kepala satuan kerja
selaku Kuasa Pengguna Barang membuat laporan hasil
pemantauan periodik dan menyampaikannya kepada Pengelola
Barang dengan ditembuskan kepada Pengguna Barang,
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW ,
dan Kepala Kantor Wilayah;
c) Pengguna Barang melakukan monitoring atas pelaksanaan
pemantauan periodik yang dilakukan oleh Kuasa Pengguna
Barang. Monitoring ditempuh secara:
(1) langsung, yakni kehadiran secara aktif dalam kegiatan
pemantauan periodik yang dilakukan oleh Kuasa Pengguna
Barang, dan dapat berupa pemberian saran, masukan, atau
pendapat atas permasalahan yang dihadapi selama
pelaksanaan pemantauan periodik; atau
(2) tidak langsung, yakni penelitian atas laporan hasil
pemantauan periodik yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna
Barang;
2) dalam hal merupakan pemantauan insidentil di tingkat Kuasa
Pengguna Barang:
a) tim internal menyampaikan secara tertulis hasil penelitian
kepada Kuasa Pengguna Barang dengan melampirkan berita
acara hasil penelitian;
b) berdasarkan hasil penelitian tim tersebut, kepala satuan kerja
selaku Kuasa Pengguna Barang membuat laporan hasil
pemantauan insidentil dan menyampaikannya kepada Pengguna
Barang dengan ditembuskan kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , dan Kepala Kantor
Wilayah;
c) Pengguna Barang atau Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW atau Kepala Kantor Wilayah melakukan
monitoring atas pelaksanaan pemantauan insidentil yang
dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang. Monitoring ditempuh
secara:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 317 -
(1) langsung, yakni kehadiran secara aktif dalam kegiatan
pemantauan insidentil yang dilakukan oleh Kuasa Pengguna
Barang, dan dapat berupa pemberian saran, masukan , atau
pendapat atas permasalahan yang dihadapi selama
pelaksanaan pemantauan insidentil; atau
( 2 ) tidak langsung, yakni penelitian atas laporan hasil
pemantauan insidentil yang disampaikan oleh Kuasa
Pengguna Barang; atau
3) dalam hal merupakan pemantauan insidentil di tingkat Pengguna
Barang:
a) tim internal menyampaikan secara tertulis hasil penelitian
kepada Pengguna Barang dengan melampirkan berita acara hasil
penelitian;
b) hasil penelitian tim tersebut menjadi dasar pertimbangan bagi
Pengguna Barang dalam menindaklanjuti laporan tertulis dari
masyarakat dan / atau informasi dari media massa;
c) dalam hal terdapat rencana pengelolaan BMN dan / atau
informasi tertentu yang dimiliki oleh Pengguna Barang, maka
hasil penelitian sebagaimana huruf a) menjadi dasar
pertimbangan bagi Pengguna Barang dalam menindaklanjuti
informasi yang dimiliki dan / atau rencana pengelolaan BMN ;
d) guna efisiensi, Pengguna Barang dapat menunjuk Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW atau Kepala
Kantor Wilayah untuk melaksanakan pemantauan insidentil
terhadap laporan tertulis dari masyarakat dan / atau informasi
dari media massa yang ditujukan atas pelaksanaan Penggunaan ,
Pemanfaatan, Pemindahtanganan, Pemusnahan, Penghapusan,
Penatausahaan , Pengamanan dan Pemeliharaan BMN yang
berada di bawah Unit Eselon 1/ Kantor Wilayah bersangkutan;
e) tim internal yang dibentuk oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW atau Kepala Kantor Wilayah
sebagaimana dimaksud pada huruf d ) menyampaikan secara
tertulis hasil penelitian kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW atau Kepala Kantor Wilayah
dengan melampirkan berita acara hasil penelitian;
f ) berdasarkan hasil penelitian tim tersebut, Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW atau Kepala Kantor
Wilayah membuat laporan pemantauan insidentil dan
menyampaikannya kepada Pengguna Barang; dan
g) laporan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW atau Kepala Kantor Wilayah tersebut menjadi dasar
pertimbangan bagi Pengguna Barang dalam menindaklanjuti
laporan tertulis dari masyarakat dan / atau informasi dari media
massa.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 318 -

D. PENERTIBAN
1. Penertiban Penggunaan BMN
Penertiban pelaksanaan Penggunaan BMN dilakukan dalam hal dari hasil
pemantauan ditemukan kondisi sebagai berikut:
a. BMN belum memiliki keputusan Penetapan Status Penggunaan , maka
Kuasa Pengguna Barang melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) mengajukan usul Penetapan Status Penggunaan BMN sesuai
ketentuan yang berlaku , dalam hal ini mengajukan kepada Pengelola
Barang atas BMN yang menjadi kewenangan Pengelola Barang
dan / atau mengajukan kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW atas BMN yang menjadi kewenangan
Pengguna Barang;
2 ) memastikan usulan Penetapan Status Penggunaan BMN sampai
dengan ditetapkan; dan
3) mencatat keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN ke dalam
aplikasi SIMAN.
b. BMN belum ditetapkan status penggunaannya oleh Pengguna Barang,
maka Kuasa Pengguna Barang melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) menyampaikan kembali usulan Penetapan Status Penggunaan BMN
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam 7
( tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal berita acara hasil
pemantauan;
2) memastikan usulan Penetapan Status Penggunaan BMN sampai
dengan diterbitkannya keputusan Penetapan Status Penggunaan oleh
Pengguna Barang; dan
3) mencatat Penetapan Status Penggunaan BMN ke dalam aplikasi SIMAN
c. BMN tidak digunakan sesuai dengan Penetapan Status Penggunaannya,
dikecualikan terhadap BMN yang sedang dilakukan Pemanfaatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan , maka Kuasa Pengguna
Barang melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) mengembalikan Penggunaan BMN sesuai dengan Penetapan Status
Penggunaannya dalam 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak
tanggal berita acara hasil pemantauan;
2) dalam hal Penggunaan BMN selanjutnya diperuntukkan sesuai
dengan peruntukan sekarang, maka Kuasa Pengguna Barang segera
mengusulkan Alih Fungsi dengan mengikuti ketentuan pada BAB
Penggunaan;
3) menuangkan pengembalian Penggunaan BMN ke dalam berita acara
penertiban BMN yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang;
dan
4) melaporkan secara tertulis kepada Pengguna Barang dengan
ditembuskan kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW dalam 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak
tanggal berita acara penertiban BMN ditandatangani, dengan
melampirkan:

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 319 -

a) berita acara penertiban BMN; dan


b) surat pernyataan bermeterai cukup yang ditandatangani oleh
Kuasa Pengguna Barang yang menyatakan penertiban atas hasil
pemantauan telah dipenuhi.
d . BMN tidak digunakan untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi
Kementerian Keuangan , maka Kuasa Pengguna Barang melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) melakukan inventarisasi dan identifikasi atas BMN yang tidak
digunakan ;
2) melakukan koordinasi dengan satuan kerja lainnya di lingkungan
Kementerian Keuangan atau K / L lain / Pemda / Pemdes yang berada di
wilayah Kota / Kabupaten setempat terkait kebutuhan Penggunaan
BMN ;
3) dalam hal:
a) tidak terdapat kebutuhan Penggunaan BMN oleh satuan kerja
atau K / L lain / Pemda / Pemdes, maka Kuasa Pengguna Barang
mengajukan usulan penyerahan BMN untuk ditetapkan sebagai
BMN idle kepada Pengelola Barang secara berjenjang melalui
Pengguna Barang; atau
b) terdapat kebutuhan Penggunaan BMN oleh satuan kerja atau K / L
lain / Pemda / Pemdes, maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan
usulan Pengalihan Penggunaan, Utilisasi Penggunaan ,
Penggunaan Sementara, Pengalihan Status Penggunaan , Pinjam
Pakai atau Hibah.
4 ) dalam hal berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW atau Pengguna Barang
terdapat kebutuhan atas BMN dimaksud , maka penyelesaian
penertiban mengikuti rekomendasi hasil penelitian dan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
5) dalam hal tidak terdapat kebutuhan sebagaimana angka 4) , maka
Kuasa Pengguna Barang memastikan proses usulan sebagaimana
angka 3) sampai dengan diterbitkannya persetujuan / penetapan;
6) BMN yang diserahkan ke Pengelola Barang atau dialihkan ke K / L lain /
Pemda / Pemdes, ditindaklanjuti dengan penerbitan keputusan
Penghapusan BMN setelah penandatanganan BAST; dan
7) menatausahakan perubahan catatan atas BMN di dalam aplikasi
SIMAN.
e. BMN yang telah dihentikan penggunaannya, maka Kuasa Pengguna
Barang melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) menandatangani surat keterangan penghentian Penggunaan BMN ;
2) berdasarkan surat sebagaimana angka 1) , dilakukan perubahan
catatan melalui aplikasi SAKTI sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
3) mengusulkan Pemindahtanganan , Pemusnahan , atau Penghapusan
atas BMN yang telah dihentikan penggunaannya sesuai ketentuan
peraturan perundangan-undangan paling lama 12 (dua belas) bulan
sejak dihentikan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 320 -

2. Penertiban Pemanfaatan BMN


Penertiban atas pelaksanaan Pemanfaatan BMN dilakukan dalam hal dari
hasil pemantauan ditemukan kondisi sebagai berikut:
a. Bentuk Pemanfaatan BMN tidak sesuai dengan persetujuan Pengelola
Barang, maka Kuasa Pengguna Barang melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) dalam hal terdapat perbedaan antara materi yang diatur dalam
perjanjian / kontrak dengan persetujuan dari Pengelola Barang, maka
Kuasa Pengguna Barang melakukan perubahan perjanjian / kontrak
disesuaikan dengan persetujuan dari Pengelola Barang; atau
2) dalam hal perjanjian / kontrak telah sesuai dengan persetujuan dari
Pengelola Barang namun terdapat ketidaksesuaian antara materi yang
diatur dalam perjanjian / kontrak dengan pelaksanaan dari
perjanjian / kontrak tersebut, maka Kuasa Pengguna Barang
melakukan perbaikan atas kondisi dimaksud berkoordinasi dengan
mitra Pemanfaatan .
b. Jenis usaha untuk Sewa atau Kerjasama Pemanfaatan tidak sesuai dengan
keputusan Pengguna Barang dan / atau perjanjian / kontrak , maka Kuasa
Pengguna Barang melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) dalam hal terdapat perbedaan antara materi yang diatur dalam
perjanjian / kontrak dengan penetapan dari Pengguna Barang, maka
Kuasa Pengguna Barang melakukan perubahan perjanjian / kontrak
disesuaikan dengan penetapan dari Pengguna Barang; atau
2 ) dalam hal jenis usaha yang diatur di dalam perjanjian / kontrak telah
sesuai dengan keputusan Pengguna Barang namun terdapat
perbedaan antara jenis usaha yang diatur di dalam perjanjian / kontrak
dengan pelaksanaan perjanjian / kontrak dimaksud , maka Kuasa
Pengguna Barang melakukan perbaikan atas kondisi dimaksud
berkoordinasi dengan mitra Pemanfaatan .
c. Jangka waktu pelaksanaan Pemanfaatan BMN melampaui jangka waktu
yang diatur dalam keputusan Pemanfaatan dari Pengguna Barang
dan / atau perjanjian / kontrak , maka Kuasa Pengguna Barang melakukan
hal-hal sebagai berikut:
1) dalam hal jangka waktu yang diatur di dalam perjanjian / kontrak
melampaui jangka waktu yang tercantum di dalam persetujuan dari
Pengelola Barang, maka Kuasa Pengguna Barang melakukan
perubahan perjanjian / kontrak disesuaikan dengan persetujuan dari
Pengelola Barang; atau
2) dalam hal jangka waktu yang diatur di dalam perjanjian / kontrak telah
sesuai dengan jangka waktu yang tercantum di dalam persetujuan dari
Pengelola Barang namun jangka waktu pelaksanaan Pemanfaatan BMN
melampaui jangka waktu yang diatur dalam perjanjian / kontrak, maka
Kuasa Pengguna Barang menyampaikan usulan persetujuan
Pemanfaatan BMN kepada Pengelola Barang. Apabila:
a) usulan disetujui oleh Pengelola Barang, maka Kuasa Pengguna
Barang melakukan Pemanfaatan BMN sebagaimana ketentuan
peraturan perundang-undangan; atau

\)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 321 -

b) usulan tidak disetujui oleh Pengelola Barang, maka Kuasa


Pengguna Barang melakukan penghentian Pemanfaatan BMN, dan
dalam hal diperlukan dapat berkoordinasi dengan APIP untuk
melakukan upaya penagihan atas penerimaan yang menjadi hak
negara kepada pihak yang memanfaatkan BMN.
d . Penerimaan negara dari Pemanfaatan BMN tidak dilaksanakan sesuai
dengan materi dalam surat persetujuan dari Pengelola Barang, maka
Kuasa Pengguna Barang melakukan penagihan kekurangan penerimaan
negara kepada mitra Pemanfaatan sesuai dengan perjanjian / kontrak;
e. Pemanfaatan BMN yang dilakukan belum mendapatkan persetujuan
Pengelola Barang, maka Kuasa Pengguna Barang melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) terhadap Pemanfaatan BMN dalam bentuk Sewa yang belum diusulkan
persetujuannya kepada Pengelola Barang:
a) menyampaikan usulan permohonan Sewa BMN kepada Pengelola
Barang; dan
b) dalam hal permohonan Sewa:
(1) disetujui, maka Kuasa Pengguna Barang melakukan
Pemanfaatan BMN sebagaimana ketentuan peraturan
perundang-undangan; atau
( 2 ) tidak disetujui, maka Kuasa Pengguna Barang melakukan
penghentian Pemanfaatan BMN dan dalam hal diperlukan
dapat berkoordinasi dengan APIP untuk melakukan upaya
penagihan atas penerimaan yang menjadi hak negara kepada
pihak yang memanfaatkan BMN.
2) terhadap Pemanfaatan BMN selain Sewa yang belum diusulkan
persetujuannya kepada Pengelola Barang:
a) menyampaikan permohonan Pemanfaatan BMN kepada Pengguna
Barang secara berjenjang melalui Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW; dan
b) pengajuan usulan permohonan Pemanfaatan BMN mengikuti
ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. kewajiban yang ditetapkan di dalam keputusan pelaksanaan Sewa BMN
belum dipenuhi seluruhnya oleh Kuasa Pengguna Barang, maka Kuasa
Pengguna Barang menindaklanjuti pemenuhan kewajiban tersebut.
3. Penertiban Pemindahtanganan BMN
Penertiban atas pelaksanaan Pemindahtanganan BMN dilakukan dalam hal
dari hasil pemantauan ditemukan kondisi sebagai berikut:
a. BMN yang dipindahtangankan tidak sesuai dengan persetujuan dari
Pengelola Barang / Pengguna Barang, maka Kuasa Pengguna Barang
menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang mengenai rincian dari
ketidaksesuaian BMN disertai dengan alasan , pertimbangan, dan kondisi
yang menyebabkan teijadinya ketidaksesuaian tersebut, serta
melampirkan data dan dokumen terkait . Laporan dimaksud ditindaklanjuti
oleh Pengguna Barang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan ;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 322 -

b. dalam hal pelaksanaan Pemindahtanganan BMN belum mendapatkan


persetujuan dari Pengelola Barang / Pengguna Barang, maka Kuasa
Pengguna Barang:
1) melakukan inventarisasi BMN yang dipindahtangankan tetapi belum
mendapatkan persetujuan Pengelola Barang / Pengguna Barang; dan
2) mengajukan usulan Penghapusan BMN sesuai ketentuan yang berlaku
disertai dengan alasan , pertimbangan , dan kondisi yang menyebabkan
terjadinya Pemindahtanganan tanpa didahului oleh persetujuan dari
Pengelola Barang / Pengguna Barang.
c. jenis Pemindahtanganan BMN tidak sesuai dengan persetujuan dari
Pengelola Barang / Pengguna Barang, maka Kuasa Pengguna Barang
menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang mengenai rincian dari
ketidaksesuaian jenis Pemindahtanganan BMN disertai dengan alasan ,
pertimbangan , dan kondisi yang menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian
tersebut, serta melampirkan data dan dokumen terkait. Laporan dimaksud
ditindaklanjuti oleh Pengguna Barang sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
d . dalam hal pelaksanaan Pemindahtanganan BMN belum dilaksanakan
sesuai batas waktu pelaksanaan pada persetujuan dari Pengelola
Barang / Pengguna Barang, maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan
kembali permohonan persetujuan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
e . penerimaan negara dari Pemindahtanganan BMN untuk Penjualan / Tukar
Menukar tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
maka Kuasa Pengguna Barang melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) dalam hal pihak yang disahkan sebagai pembeli / pihak yang ditunjuk
sebagai mitra Tukar Menukar belum membayar penerimaan negara
yang seharusnya disetorkan , maka Kuasa Pengguna Barang
memerintahkan pihak yang disahkan sebagai pembeli / pihak yang
ditunjuk sebagai mitra Tukar Menukar untuk segera melakukan
pembayaran;
2) dalam hal terdapat kekurangan pembayaran penerimaan negara yang
seharusnya disetorkan oleh pihak yang disahkan sebagai
pembeli / pihak yang ditunjuk sebagai mitra Tukar Menukar, maka
Kuasa Pengguna Barang memerintahkan pihak yang disahkan sebagai
pembeli / pihak yang ditunjuk sebagai mitra Tukar Menukar tersebut
untuk melunasi kekurangan pembayaran; atau
3) dalam hal pihak yang disahkan sebagai pembeli / pihak yang ditunjuk
sebagai mitra Tukar Menukar telah melakukan pembayaran selain ke
kas negara, maka Kuasa Pengguna Barang memerintahkan pihak yang
disahkan sebagai pembeli / pihak yang ditunjuk sebagai mitra Tukar
Menukar untuk melakukan pembayaran tersebut melalui penyetoran
ke kas negara.
f. dalam hal pelaksanaan Pemindahtanganan BMN belum dituangkan di
dalam BAST, maka Kuasa Pengguna Barang segera membuat BAST sesuai
ketentuan yang berlaku;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 323 -

g. dalam hal pelaksanaan Pemindahtanganan BMN belum dilaporkan kepada


Pengelola Barang / Pengguna Barang, maka Kuasa Pengguna Barang segera
menyampaikan laporan pelaksanaan Pemindahtanganan BMN sesuai
ketentuan yang berlaku;
h. dalam hal Pemindahtanganan BMN belum ditindaklanjuti dengan
Penghapusan, maka Pengguna Barang menerbitkan keputusan
Penghapusan BMN dan ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku; dan
i. dalam hal penerbitan persetujuan Pemindahtanganan BMN tidak sesuai
dengan kewenangan Pengelola Barang / Pengguna Barang, maka Kuasa
Pengguna Barang menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang
mengenai ketidaksesuaian kewenangan persetujuan Pemindahtanganan
BMN dan laporan tersebut ditindaklanjuti oleh Pengguna Barang sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan .
4. Penertiban Pemusnahan BMN
Penertiban atas pelaksanaan Pemusnahan BMN dilakukan dalam hal dari
hasil pemantauan ditemukan kondisi sebagai berikut:
a. dalam hal pelaksanaan Pemusnahan BMN belum mendapatkan
persetujuan dari Pengelola Barang / Pengguna Barang, maka Kuasa
Pengguna Barang:
1) melakukan inventarisasi BMN yang dimusnahkan tetapi belum
mendapatkan persetujuan Pengelola Barang / Pengguna Barang; dan
2 ) mengajukan usulan Pemusnahan BMN sesuai ketentuan yang berlaku
disertai dengan alasan , pertimbangan , dan kondisi yang menyebabkan
terjadinya Pemusnahan BMN tanpa didahului oleh persetujuan
Pengelola Barang / Pengguna Barang.
b. dalam hal pelaksanaan Pemusnahan BMN belum dilaksanakan sesuai
batas waktu pelaksanaan pada persetujuan dari Pengelola
Barang / Pengguna Barang, maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan
kembali permohonan persetujuan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
c. pelaksanaan Pemusnahan BMN belum dilaporkan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan , maka Kuasa Pengguna Barang
menyampaikan laporan pelaksanaan Pemusnahan BMN sesuai ketentuan
yang berlaku;
d. dalam hal Pemusnahan BMN belum ditindaklanjuti dengan Penghapusan
BMN , maka Pengguna Barang menerbitkan keputusan Penghapusan BMN
dan ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku; dan
e. dalam hal penerbitan persetujuan Pemusnahan BMN tidak sesuai dengan
kewenangan Pengelola Barang / Pengguna Barang, maka Kuasa Pengguna
Barang menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang mengenai
ketidaksesuaian kewenangan persetujuan Pemusnahan BMN . Laporan
tersebut ditindaklanjuti oleh Pengguna Barang sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
5. Penertiban Penghapusan BMN
Penertiban atas pelaksanaan Penghapusan BMN dilakukan dalam hal dari
hasil pemantauan ditemukan kondisi sebagai berikut:

i
MENTERi KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 324 -

a. dalam hal pelaksanaan Penghapusan BMN belum mendapatkan


persetujuan dari Pengelola Barang / Pengguna Barang, maka Kuasa
Pengguna Barang:
1) melakukan inventarisasi BMN yang dihapuskan tetapi belum
mendapatkan persetujuan Pengelola Barang / Pengguna Barang; dan
2) mengajukan usulan Penghapusan BMN sesuai ketentuan yang berlaku
disertai dengan alasan , pertimbangan dan kondisi yang menyebabkan
terjadinya Penghapusan tanpa didahului oleh persetujuan Pengelola
Barang / Pengguna Barang.
b. persetujuan Penghapusan BMN tidak ditindaklanjuti dengan penetapan
keputusan Penghapusan BMN , maka Kuasa Pengguna Barang melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) dalam hal batas waktu penetapan keputusan Penghapusan BMN
sebagaimana tercantum di dalam persetujuan dari Pengelola
Barang / Pengguna Barang belum terlampaui:
a) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan persetujuan Penghapusan
BMN tersebut kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW untuk menerbitkan keputusan
Penghapusan BMN;
b) memastikan usulan sebagaimana huruf a) sampai dengan
ditetapkannya keputusan Penghapusan BMN ; dan
c) melakukan perubahan pencatatan pada aplikasi SAKTI dan
melaporkan pelaksanaan Penghapusan BMN sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2) dalam hal batas waktu penetapan keputusan Penghapusan BMN
sebagaimana tercantum di dalam persetujuan dari Pengelola
Barang / Pengguna Barang sudah terlampaui, maka Kuasa Pengguna
Barang mengajukan kembali usulan Penghapusan BMN sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. keputusan Penghapusan BMN tidak ditindaklanjuti dengan Penghapusan
BMN dari Daftar Barang, maka Kuasa Pengguna Barang menghapuskan
BMN dari Daftar Barang dengan cara mengubah pencatatan melalui
aplikasi SAKTI dan menyampaikan laporan pelaksanaan Penghapusan
BMN sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
d . pelaksanaan Penghapusan BMN belum dilaporkan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan , maka Kuasa Pengguna Barang
menyampaikan laporan pelaksanaan Penghapusan BMN sesuai peraturan
perundang-undangan; dan
e. dalam hal penerbitan persetujuan Penghapusan BMN tidak sesuai dengan
kewenangan Pengelola Barang / Pengguna Barang, maka Kuasa Pengguna
Barang menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang mengenai
ketidaksesuaian kewenangan persetujuan Penghapusan BMN. Laporan
tersebut ditindaklanjuti oleh Pengguna Barang sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

</
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 325 -

6 . Penertiban Penatausahaan BMN


Penertiban atas pelaksanaan Penatausahaan BMN dilakukan oleh Pengguna
Barang / Kuasa Pengguna Barang sebagai tindak lanjut apabila dari hasil
pemantauan ditemukan kondisi sebagai berikut:
a. penertiban terkait dengan eksistensi BMN
1) terdapat BMN yang belum dicatat, penertibannya dilakukan dengan
mekanisme sebagai berikut:
a) Kuasa Pengguna Barang mencatat BMN ke dalam SAKTI atau
melengkapi catatan BMN sesuai dokumen perolehan / kepemilikan
BMN ;
b) dalam hal dokumen perolehan / kepemilikan tidak ada, dapat
dilakukan:
(1) penelitian fisik BMN untuk melengkapi catatan BMN ;
(2) penaksiran BMN terhadap nilai dan tahun perolehan BMN
setelah melakukan perbandingan dengan BMN yang
sama / sejenis; dan
(3) dalam hal BMN tidak dapat dilakukan penaksiran, maka
terhadap nilai dan tahun perolehan BMN dicatat berdasarkan
hasil penilaian dari Penilai Pemerintah .
2) terdapat pencatatan ganda ( double counting ) , penertibannya dilakukan
dengan mekanisme sebagai berikut:
a) BMN yang dicatat ganda dalam 1 (satu) satuan kerja, Kuasa
Pengguna Barang melakukan koreksi pencatatan berdasarkan
laporan hasil pemantauan;
b) BMN yang dicatat ganda oleh 2 (dua) satuan kerja atau lebih
dalam 1 (satu) wilayah pada 1 (satu) Unit Eselon I,
penyelesaiannya dikoordinasikan oleh UAPPB-W dengan
melibatkan satuan kerja yang melakukan pencatatan ganda;
c) BMN yang dicatat ganda oleh 2 (dua) satuan kerja atau lebih
dalam 1 (satu) Unit Eselon I , penyelesaiannya dikoordinasikan oleh
UAPPB-E1 dengan melibatkan UAPPB-W dan satuan kerja yang
melakukan pencatatan ganda;
d ) BMN yang dicatat ganda oleh 2 (dua) satuan kerja dari Unit Eselon
I yang berbeda, penyelesaiannya dikoordinasikan oleh UAPPB- E1,
UAPPB-W , dan satuan kerja yang melakukan pencatatan ganda;
e) BMN yang dicatat ganda oleh 2 (dua) satuan kerja atau lebih dari
K / L yang berbeda, Pengguna Barang melaporkan adanya
pencatatan ganda kepada Pengelola Barang untuk diselesaikan;
f) koordinasi sebagaimana dimaksud pada huruf b) sampai dengan
huruf d) di atas, ditindaklanjuti dengan melakukan koreksi
pencatatan berdasarkan Keputusan UAKPB dan dituangkan dalam
berita acara hasil koordinasi pada tingkat wilayah, Eselon I
dan / atau Pengguna Barang; atau

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 326 -

g) terhadap BMN yang dicatat ganda oleh 2 (dua) satuan kerja atau
lebih dari K / L yang berbeda sebagaimana dimaksud pada huruf e)
di atas, ditindaklanjuti dengan melakukan koreksi pencatatan
berdasarkan keputusan penanggung jawab UAKPB dengan
mengacu pada berita acara hasil koordinasi pada tingkat Pengelola
Barang.
3) terdapat BMN yang seharusnya sudah dikeluarkan dari Daftar Barang,
penertibannya dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang dengan
mencatat transaksi Penghapusan BMN berdasarkan dokumen sumber;
b. penertiban terkait dengan penyajian nilai dan / atau kuantitas BMN
1) terdapat pencatatan atas nilai dan / atau kuantitas BMN yang
diindikasikan tidak wajar, penertibannya dilakukan dengan mekanisme
sebagai berikut:
a) Kuasa Pengguna Barang melaporkan nilai dan kuantitas BMN
yang tidak wajar dalam aplikasi SAKTI kepada Unit Eselon I dan
Pengguna Barang; dan
b) setelah menerima laporan dari Kuasa Pengguna Barang, Unit
Eselon I dan Pengguna Barang melakukan koordinasi penyelesaian
nilai dan kuantitas BMN tidak wajar dan dapat melibatkan
Pengelola Barang.
2 ) terdapat pencatatan nilai dan / atau kuantitas BMN yang tidak sesuai
dengan dokumen sumber , penertibannya dilakukan dengan mekanisme
sebagai berikut:
a) untuk BMN selain tanah, Kuasa Pengguna Barang melakukan
penyesuaian pencatatan nilai dengan menggunakan transaksi
koreksi nilai dan / atau kuantitas;
b) untuk BMN berupa tanah, apabila terdapat perbedaan
kuantitas / luasan tanah antara aplikasi SAKTI dengan sertipikat
bukti hak kepemilikan, maka Kuasa Pengguna Barang melakukan
hal-hal sebagai berikut:
(1) Kuasa Pengguna Barang melakukan klarifikasi kepada pihak-
pihak terkait mengenai penyebab / latar belakang perbedaan
kuantitas / luasan tanah dimaksud ;
( 2) dalam hal belum dilakukan koreksi karena proses klarifikasi
sedang berjalan , maka Pengguna Barang / Kuasa Pengguna
Barang wajib mengungkapkan perbedaan kuantitas / luasan
tanah dimaksud dalam Catatan atas Laporan Barang Milik
Negara (CalBMN ) ;
(3) apabila berdasarkan hasil klarifikasi yang dilengkapi dengan
data / dokumen / bukti yang memadai dapat diketahui bahwa
perbedaan kuantitas / luasan BMN disebabkan oleh hal-hal
wajar sesuai peraturan perundang-undangan dan tidak
terdapat indikasi penyimpangan , maka Kuasa Pengguna
Barang mengajukan usul koreksi kuantitas / luasan tanah
kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan hasil
klarifikasi dan dokumen pendukung yang memadai;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 327 -

( 4) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW


melakukan penelitian atas usulan tersebut berdasarkan
data / dokumen / bukti yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna
Barang. Berdasarkan hasil penelitian , Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW menyampaikan:
(a) arahan terkait koreksi perubahan nilai / kuantitas tanah
kepada Kuasa Pengguna Barang; atau
(b) usulan koreksi kuantitas / luasan tanah kepada Kepala
Biro.
(5) Kepala Biro melakukan penelitian terhadap usulan Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dan dalam
melakukan penelitian dapat melibatkan APIP. Hasil penelitian
berupa arahan disampaikan kepada Kuasa Pengguna Barang
melalui Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW;
(6) Kuasa Pengguna Barang melaksanakan arahan sebagaimana
dimaksud pada butir (4) atau (5) ;
(7) dalam hal dilakukan koreksi pencatatan, apabila terdapat
perbedaan kuantitas / luasan tanah yang berpengaruh pada
nilai wajar, maka koreksi perubahan kuantitas / luasan tanah
diikuti dengan koreksi perubahan nilai berdasarkan nilai per
m2 tanah dimaksud secara proporsional. Kuasa Pengguna
Barang membuat surat keterangan yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB XIV angka 1 yang berisi koreksi perubahan
kuantitas / luasan dan / atau nilai tanah dimaksud sebagai
dasar koreksi pencatatan; dan
(8) apabila diyakini terdapat perubahan nilai wajar tanah secara
signifikan , Kuasa Pengguna Barang dapat melakukan
penilaian atas tanah tersebut.
c. penertiban terkait dengan pencatatan BMN yang tidak sesuai dengan
kondisi terkini BMN
Terhadap pencatatan BMN tidak sesuai dengan kondisi terkini, Kuasa
Pengguna Barang mencatat perubahan kondisi ke dalam aplikasi SAKTI.
d . penertiban terkait dengan klasifikasi / kodefikasi BMN
1) terdapat pencatatan BMN yang tidak sesuai dengan kodefikasi BMN,
penertibannya dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
a) Kuasa Pengguna Barang melakukan identifikasi mengenai
penyebab ketidaksesuaian kodefikasi BMN yang disebabkan
antara lain karena:
(1) adanya Alih Fungsi yang mengubah kode barang namun
pembukuannya belum disesuaikan;
( 2 ) salah melakukan pembukuan / memilih kode barang;
(3) memilih kelompok barang yang tidak sesuai dengan tugas dan
fungsi satuan kerja; atau
(4) pencatatan tipe Rumah Negara yang belum sesuai.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 328 -
b) Kuasa Pengguna Barang menerbitkan surat keterangan sebagai
dasar transaksi reklasifikasi keluar dan reklasifikasi masuk yang
memuat informasi sekurang-kurangnya:
( 1) kode barang dan NUP BMN yang direklasifikasi keluar;
( 2 ) kode barang dan NUP BMN yang direklasifikasi masuk; dan
(3) keterangan penyebab reklasifikasi.
c) Kuasa Pengguna Barang mencatat transaksi reklasifikasi di
tanggal yang sama dengan tanggal surat keterangan sebagaimana
dimaksud pada huruf b) .
2 ) terdapat pencatatan BMN berupa tanah dan / atau bangunan Rumah
Negara Golongan III, penertibannya dilakukan dengan mekanisme
sebagai berikut:
Kuasa Pengguna Barang melakukan penelusuran dan klarifikasi
untuk memastikan status golongan tanah dan / atau bangunan Rumah
Negara. Dalam hal hasil penelusuran dan klarifikasi menunjukan
hasil sebagai berikut :
a) tanah dan / atau bangunan Rumah Negara tersebut bukan
merupakan tanah dan / atau bangunan Rumah Negara Golongan III
dan belum memiliki keputusan penetapan golongan tanah
dan / atau bangunan Rumah Negara, maka Kuasa Pengguna
Barang melakukan reklasifikasi ke tanah dan / atau bangunan
Rumah Negara Tanpa Golongan dan ditindaklanjuti dengan
pengajuan Penetapan Status Penggunaan dan Penetapan Status
Golongan Rumah Negara sesuai ketentuan pada BAB Penggunaan
dan BAB Pengamanan dan Pemeliharaan;
b) tanah dan / atau bangunan Rumah Negara tersebut bukan
merupakan tanah dan / atau bangunan Rumah Negara Golongan III
dan memiliki keputusan penetapan tanah dan / atau bangunan
Rumah Negara Golongan I atau Golongan II, maka Kuasa
Pengguna Barang melakukan reklasifikasi ke tanah dan / atau
bangunan Rumah Negara sesuai dengan golongan yang telah
ditetapkan; atau
c) tanah dan / atau bangunan Rumah Negara tersebut tercatat
sebagai tanah dan / atau bangunan Rumah Negara Golongan III
yang telah memiliki penetapan status tanah dan / atau bangunan
Rumah Negara Golongan III dari instansi yang membidangi
pengelolaan Rumah Negara, maka Kuasa Pengguna Barang
mengajukan usulan Penghapusan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
e. penertiban terkait dengan kelengkapan data dan informasi BMN
1) terdapat unsur-unsur BMN yang belum dicatatkan secara lengkap,
maka Kuasa Pengguna Barang melengkapi catatan BMN pada SIMAN
sesuai dengan ketentuan pada BAB Penatausahaan BMN ; dan
2 ) terdapat BMN yang belum didistribusikan ke dalam KIB / DBR / DBL,
Kuasa Pengguna Barang melakukan identifikasi mengenai keberadaan
dan lokasi barang dan ditindaklanjuti dengan membuat / melengkapi
KIB / DBR / DBL.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 329 -

f. penertiban terkait dengan ketepatan waktu penyampaian laporan BMN


Terhadap laporan BMN yang disampaikan tidak tepat waktu , Kuasa
Pengguna Barang menginventarisasi kendala dalam pelaporan BMN dan
menyusun mitigasi risiko agar laporan BMN periode berikutnya dapat
disampaikan tepat waktu.
7. Penertiban Pengamanan BMN
Penertiban pelaksanaan Pengamanan BMN dilakukan dalam hal dari hasil
pemantauan ditemukan kondisi sebagai berikut:
a. BMN berupa tanah belum bersertipikat atas nama Pemerintah Republik
Indonesia c.q. Kementerian Keuangan , maka Kuasa Pengguna Barang
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) untuk BMN yang telah didukung oleh dokumen dan / atau bukti
kepemilikan , maka Kuasa Pengguna Barang segera mengajukan
permohonan penerbitan sertipikat ke Kantor Pertanahan setempat
dengan dilengkapi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di bidang pertanahan; atau
2) untuk BMN yang tidak didukung dengan dokumen dan / atau bukti
kepemilikan:
a) Kuasa Pengguna Barang mengupayakan untuk memperoleh
dokumen dan / atau bukti kepemilikan melalui koordinasi dengan
Pejabat Pemerintah Desa, Pejabat Pemerintah Kecamatan , atau
pihak terkait lainnya; dan
b) Kuasa Pengguna Barang menggunakan dokumen dan / atau bukti
kepemilikan tersebut untuk mengajukan pembuatan sertipikat
tanah ke Kantor Pertanahan setempat.
b. BMN dikuasai oleh pihak lain , maka Kuasa Pengguna Barang melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) melakukan pendekatan secara persuasif melalui musyawarah
dengan pihak yang menguasai BMN tersebut, baik dilakukan sendiri
maupun melalui mediasi aparat pemerintah yang terkait; atau
2 ) dalam hal upaya pendekatan persuasif tidak berhasil, Kuasa
Pengguna Barang mengusulkan kepada Pengguna Barang untuk
melakukan upaya hukum berikut:
a) untuk BMN berupa tanah , Kuasa Pengguna Barang mengajukan
pemblokiran hak atas tanah tersebut ke Kantor Pertanahan
setempat dalam hal tanah telah bersertipikat, atau mengajukan
permintaan pemblokiran tanah kepada Kepala Desa, Lurah
dan / atau Camat setempat dalam hal tanah belum bersertipikat,
guna menghindari adanya pengalihan hak atas tanah;
b) untuk BMN berupa tanah dan / atau bangunan , Kuasa Pengguna
Barang mengajukan permohonan penetapan pengosongan kepada
pengadilan negeri setempat atas BMN tersebut yang
ditindaklanjuti dengan upaya pengosongan;
c) Kuasa Pengguna Barang melakukan upaya hukum perdata ke
pengadilan dengan mengajukan gugatan / intervensi; dan / atau

i!
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 330 -

d ) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan kepada aparat


penegak hukum dalam hal terdapat indikasi adanya dugaan
tindak pidana yang dilakukan pihak lain tersebut.
c. BMN dalam sengketa, maka Kuasa Pengguna Barang melakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) dalam hal BMN menjadi objek sengketa dalam perkara perdata:
a) dalam hal Kuasa Pengguna Barang menjadi pihak, penanganan
perkara harus dilakukan dengan cermat dan tepat, di antaranya
dengan mengajukan bukti yang kuat, dan melakukan upaya
hukum yang memungkinkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b ) dalam hal Kuasa Pengguna Barang tidak menjadi pihak, Kuasa
Pengguna Barang wajib melakukan intervensi atas perkara yang
ada;
c) dalam hal Kuasa Pengguna Barang menjadi pihak berperkara dan
Kuasa Pengguna Barang telah dinyatakan sebagai pihak yang kalah
berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap dan tidak ada upaya hukum lain , Kuasa Pengguna Barang
menyampaikan permohonan kepada Pengelola Barang melalui
Pengguna Barang agar mengajukan gugatan perlawanan atas
putusan tersebut; atau
d ) dalam hal Kuasa Pengguna Barang menjadi pihak berperkara dan
telah dinyatakan sebagai pihak yang kalah berdasarkan putusan
pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, dan upaya
perlawanan dari Pengelola Barang telah dinyatakan sebagai pihak
yang kalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap dan tidak mempunyai upaya hukum
lain , maka putusan tersebut ditindaklanjuti dengan Penghapusan
BMN sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan- undangan .
2) dalam hal BMN menjadi objek sengketa dalam perkara pidana:
a) Kuasa Pengguna Barang menyediakan bukti yang kuat dan / atau
menyiapkan saksi ahli yang menguatkan kepemilikan negara atas
BMN , melalui koordinasi antara Kuasa Pengguna Barang dengan
aparat penegak hukum yang menangani perkara pidana tersebut;
dan
b) Kuasa Pengguna Barang melakukan monitoring secara cermat
perkara pidana terkait BMN tersebut sampai dengan adanya
putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan tidak
mempunyai upaya hukum lainnya, yang dilakukan secara terus
menerus atas perkembangan penanganan perkara pidana tersebut,
termasuk menyikapi perlu tidaknya menempuh upaya hukum atau
mengajukan bukti baru dalam perkara pidana tersebut.
3) dalam hal BMN belum dilakukan Pengamanan secara fisik, maka
Kuasa Pengguna Barang menjaga dan mengamankan BMN sesuai
ketentuan dalam BAB Pengamanan dan Pemeliharaan BMN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 331 -

8. Penertiban Pemeliharaan BMN


Penertiban pelaksanaan Pemeliharaan BMN dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pengguna Barang / Kuasa Pengguna Barang melakukan penertiban
terhadap Pemeliharaan BMN apabila dari hasil pemantauan terdapat
ketidaksesuaian antara pelaksanaan Pemeliharaan BMN dengan
dokumen penganggaran , termasuk pada rencana Pemeliharaan dalam
dokumen Rencana Kebutuhan BMN yang telah disetujui;
b. Kuasa Pengguna Barang melakukan upaya Pemeliharaan BMN sesuai
dengan dokumen penganggaran dan Rencana Kebutuhan BMN , antara
lain:
1) menyesuaikan komposisi alokasi dana Pemeliharaan BMN dengan
yang tercantum dalam Rencana Kebutuhan BMN yang telah
disetujui; dan
2) mengusulkan perubahan komposisi alokasi dana Pemeliharaan BMN
dalam Rencana Kebutuhan BMN yang telah disetujui kepada
Pengguna Barang disesuaikan dengan kebutuhan satuan kerja.
c. upaya sebagaimana dimaksud pada huruf b tidak menghentikan
pelaksanaan Pemeliharaan BMN yang tetap harus dilakukan oleh Kuasa
Pengguna Barang;
d. Pengguna Barang melakukan penertiban Pemeliharaan BMN di
antaranya melalui monitoring dan evaluasi, terhadap upaya yang
dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang tersebut pada huruf b serta
tindakan lain yang dianggap perlu dalam batas kewenangannya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
9. hasil pelaksanaan penertiban sebagai tindak lanjut pemantauan BMN
dituangkan ke dalam berita acara penertiban sebagai lampiran laporan hasil
penertiban yang disusun oleh Kuasa Pengguna Barang paling lama 5 (lima)
hari kerja sejak tanggal berita acara penertiban dan disampaikan kepada
Pengguna Barang;
10. Pengguna Barang dapat menetapkan kebijakan lebih lanjut dalam hal
terdapat kebutuhan atas pemantauan dan penertiban selain sebagaimana
dimaksud pada angka 1 s.d. angka 8.
E. TINDAK LANJUT DAN PELAPORAN HASIL PEMANTAUAN DAN PENERTIBAN BMN
1. Tindak Lanjut Hasil Pemantauan dan Penertiban
a. hasil pemantauan dan penertiban BMN diteliti lebih lanjut oleh Pengguna
Barang / Kuasa Pengguna Barang;
b. dalam hal berdasarkan penelitian ditemukan indikasi penyimpangan
dalam pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan , Pemindahtanganan ,
Pemusnahan, Penghapusan , Penatausahaan , Pengamanan , dan
Pemeliharaan BMN , ditempuh langkah berikut:
1) terhadap penelitian yang dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang:
a) Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan audit disertai
dengan dasar pertimbangan secara berjenjang kepada Pengguna
Barang melalui Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan berita acara penelitian
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 332 -

hasil pemantauan dan penertiban;


b) Pengguna Barang melakukan penelitian atas permohonan yang
disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW , dalam hal permohonan tersebut dapat
dipertimbangkan , Pengguna Barang meminta APIP untuk melakukan
audit atas tindak lanjut hasil pemantauan dan penertiban;
c) Pengguna Barang, Kuasa Pengguna Barang dan / atau pihak terkait
memberikan penjelasan dan penyediaan data yang diperlukan dalam
pelaksanaan audit oleh APIP; dan
d ) APIP menyampaikan hasil audit yang ditandatangani pejabat yang
berwenang kepada Pengguna Barang dan ditindaklanjuti oleh
Pengguna Barang / Kuasa Pengguna Barang sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.
2) terhadap penelitian yang dilakukan oleh Pengguna Barang:
a ) Pengguna Barang meminta penjelasan kepada Kuasa Pengguna
Barang dan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW terhadap hasil penelitian;
b) dalam hal Kuasa Pengguna Barang dan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW:
(1) menyampaikan penjelasan yang tidak memadai;
(2) menyampaikan penjelasan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan; atau
(3) tidak memberikan penjelasan,
Pengguna Barang meminta APIP untuk melakukan audit atas tindak
lanjut hasil pemantauan dan penertiban.
c) proses sebagaimana dimaksud pada angka 1) huruf c) dan huruf d )
berlaku secara mutatis mutandis terhadap proses tindak lanjut
penelitian oleh Pengguna Barang.
2. Pelaporan Pemantauan dan Penertiban
Pelaksanaan pemantauan dan penertiban BMN yang dilakukan oleh Kuasa
Pengguna Barang dilaporkan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kuasa Pengguna Barang membuat dan menandatangani laporan tahunan
hasil pengawasan dan pengendalian;
b. laporan tahunan memuat hasil pengawasan dan pengendalian BMN dalam
periode Januari sampai dengan Desember tahun berkenaan;
c. laporan tahunan disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang kepada
Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang setempat selaku
Pengelola Barang, dengan tembusan kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dan Pengguna Barang c.q. Kepala
Biro;
d. penyampaian laporan tahunan tersebut diterima oleh Kepala Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang setempat selaku Pengelola Barang
paling lambat pada tanggal 31 Maret setiap tahun berjalan . Dalam hal
tanggal 31 Maret tersebut merupakan hari libur, maka penyampaian
laporan tahunan tersebut paling lambat telah diterima pada hari kerja
berikutnya;

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 333 -
e. dalam hal terdapat pengelolaan BMN yang menghasilkan penerimaan
negara, maka laporan tahunan harus dilampiri dengan salinan / fotokopi
bukti setor penerimaan negara ke Rekening Kas Umum Negara;
f. dalam hal salinan / fotokopi tidak ditemukan , dapat digantikan dengan
Surat Pemyataan yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang.
Surat Pernyataan tersebut sekurang-kurangnya memuat:
1) identitas Kuasa Pengguna Barang;
2) identitas BMN yang menghasilkan penerimaan negara;
3) identitas pihak yang menjadi mitra pengelolaan BMN ;
4) penjelasan singkat mengenai mekanisme yang ditempuh dalam
pengelolaan BMN yang menghasilkan penerimaan negara; dan
5) rincian data penyetoran penerimaan negara tersebut ke Rekening Kas
Umum Negara
g. Laporan tahunan disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II BAB XIV angka 2 .

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
SRI MULYANIINDRAWATI

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Umum
u.b.
Pit. Kepala Bagian Administrasi Kementerian

^ ^
ANDRIA SYAU
NIF'L2230213 199703 1 001
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN MENTER1 KEUANGAN REFUBLIK INDONESIA
NOMOR 334 / KMK.01/ 2021
TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-1-
BAB I
PENDAHULUAN

A. Penomoran Naskah Dinas Jabatan Menteri Keuangan


1. Penomoran yang ditandatangani oleh Sekretaris DJBC atas nama Menteri
Keuangan
Nomor (S / ND ) - / MK. 4 / BC.01 / 20xx
Kode Menteri Keuangan

Kode Nomor Urut Unit Eselon I

Kode Unit Organisasi Eselon II atau


> unit organisasi di bawahnya

Tahun Berjalan ( 4 digit angka)

2 . Penomoran yang ditandatangani oleh Kepala Biro Manajemen BMN dan


Pengadaan atas nama Menteri Keuangan
Nomor (S / ND ) - / MK. l / SJ .7 / 20xx
> Kode Menteri Keuangan

Kode Nomor Urut Unit Eselon I

Kode Unit Organisasi Eselon II atau )


unit organisasi di bawahnya

> Tahun Berjalan ( 4 digit angka )

3. Penomoran yang ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan


Perbendaharaan Negara atas nama Menteri Keuangan
Nomor (S / ND ) - / MK.5 / WPB.10 / KP.12 / 20xx
Kode Menteri Keuangan

Kode Nomor Urut Unit Eselon I

> Kode dan no.urut Kantor Wilayah

- Kode dan no.urut satuan kerja

*- Tahun Berjalan ( 4 digit angka )


MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

-2-

BAB II
RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA

A. BAGAN ALUR PENYUSUNAN , PENELITIAN DAN PENYAMPAIAN RKBMN

1. Bagan Alur Penyusunan, Penelitian dan Penyampaian RKBMN (Untuk

RKBMN Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan ) ;

2. Bagan Alur Penyusunan , Penelitian dan Penyampaian RKBMN (Untuk

RKBMN PKP); dan

3. Bagan Alur Penyusunan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN .


MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
1. BAGAN ALUR PENYUSUNAN , PENELITIAN , DAN PENYAMPAIAN RKBMN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN X
KUASA
PENGGUNA
NO KEGIATAN
UNIT ESELON PENGGUNA PENGELOLA
BARANG / KANWIL APIP
I BARANG BARANG
KPB
( SATKER )
c
Satker menyusun , kemudian menyampaikan RKBMN
1
kepada Kepala Kantor Wilayah 5

Kepala Kantor Wilayah mengompilasi dan


2 menyampaikan RKBMN kepada Sekretaris Unit 5
Eselon I
Sekretaris Unit Eselon I melakukan pengecekan dan
analisis usulan RKBMN
Dalam hal:
a. Usulan Tidak Lengkap , Meminta satker untuk
melengkapi
Tidak
b. Usulan Lengkap
3 Langsung dilakukan analisis terhadap usulan Lenskao Lengkap
RKBMN Pengadaan dan / atau Pemeliharaan Tidak
Tingkat Satker, baik softcopy maupun hardcopy ,
berdasarkan ketentuan yang berlaku Benar Benar
c. Usulan Tidak Benar l r
Mengembalikan usulan kepada satker untuk
diperbaiki [UrU

( /
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 4-
KUASA
PENGGUNA
UNIT ESELON PENGGUNA PENGELOLA
NO KEGIATAN BARANG / KANWIL APIP
I BARANG BARANG
KPB
( SATKER )

4
Sekretaris Unit Eselon I menyampaikan RKBMN
kepada Pengguna Barang
oo
A A ^
~

Pengguna Barang meneliti RKBMN


Dalam hal:
ii
a . Usulan Tidak Lengkap
Meminta satker untuk melengkapi
b. Usulan Lengkap i Tld.a.k .
..
Langsung dilakukan penelitian terhadap usulan Lengkap
5 Lengkap
RKBMN Pengadaan dan / atau Pemeliharaan
1r
Tingkat Satker, baik softcopy maupun hardcopy,
berdasarkan ketentuan yang berlaku i
_ Tidak _
c. Usulan Tidak Benar Benar Benar
Mengembalikan usulan kepada satker untuk
diperbaiki
=£7
APIP melakukan review atas RKBMN dan
6 menyampaikan hasil review kepada Pengguna
Barang *
i
Pengguna Barang menyampaikan RKBMN kepada
7
Pengelola Barang
C
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
2 . BAGAN ALUR PENYUSUNAN , PENELITIAN , DAN PENYAMPAIAN RKBMN PKP DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN
TAHUN X

KUASA
NO PENGGUNA PENGGUNA
KEGIATAN KANWIL UNIT ESELON I
BARANG / KPB BARANG
(SATKER )
c
1
Satker menyusun , kemudian menyampaikan RKBMN
PKP kepada Kepala Kantor Wilayah
[
==!
5

J t-

Kepala Kantor Wilayah mengompilasi dan


2 menyampaikan RKBMN PKP kepada Sekretaris Unit 5
Eselon I
Sekretaris Unit Eselon I meneliti RKBMN PKP
Dalam hal berdasarkan pengecekan dimaksud :
a . Usulan Tidak Lengkap
I
3
Meminta satker untuk melengkapi
b . Usulan Lengkap
Langsung dilakukan penelitian terhadap usulan
RKBMN PKP Tingkat Satker , baik softcopy maupun
Tidak
Lengkap o, Lengkap

hardcopy , berdasarkan ketentuan yang berlaku


c. Usulan Tidak Benar
Mengembalikan usulan kepada satker untuk
Tidak
Benar o. Benar
diperbaiki
nrU u
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 6 -
KUASA
PENGGUNA
NO KEGIATAN PENGGUNA
BARANG / KPB KANWIL UNIT ESELON I
(SATKER )
BARANG

Sekretariat Unit Eselon I menyampaikan RKBMN PKP A A


4
kepada Pengguna Barang

Pengguna Barang meneliti RKBMN PKP Q


Dalam hal berdasarkan pengecekan dimaksud :
a . Usulan Tidak Lengkap
Meminta satker untuk melengkapi
b. Usulan Lengkap _ Jidak i
.
Langsung dilakukan penelitian terhadap usulan Lengkap Lengkap
RKBMN PKP Tingkat Satker , baik softcopy maupun
5 hardcopy , berdasarkan ketentuan yang berlaku .
Tid_a_k_
Kemudian ditetapkan menjadi RKBMN PKP oleh
Benar Benar
Pengguna Barang
c. Usulan Tidak Benar
Mengembalikan usulan kepada satker untuk
diperbaiki
c

/ ;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 7 -

3. BAGAN ALUR PENYUSUNAN , PENELITIAN , DAN PENYAMPAIAN PERUBAHAN HASIL PENELAAHAN RKBMN DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN X
KUASA
PENGGUNA
NO PENGGUNA PENGELOLA
KEGIATAN BARANG / KANWIL UNIT ESELON I APIP
BARANG BARANG
KPB
(SATKER )
c
Satker menyusun , kemudian menyampaikan Usulan
1 Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN kepada Kepala [
5
J
Kantor Wilayah
- fit
i
Kepala Kantor Wilayah mengkompilasi dan
2 menyampaikan Usulan Perubahan Hasil Penelaahan 5
RKBMN kepada Sekretaris Unit Eselon I
Sekretaris Unit Eselon I meneliti Usulan Perubahan Hasil
Penelaahan RKBMN
Dalam hal berdasarkan pengecekan dimaksud :
a. Usulan Tidak Lengkap

o
1f
Meminta satker untuk melengkapi
Tidak
b . Usulan Lengkap
Langsung dilakukan penelitian terhadap usulan Lengkap Lengkap
3
Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN
Pengadaan dan / atau Pemeliharaan Tingkat Satker,
baik softcopy maupun hardcopy , berdasarkan
ketentuan yang berlaku
c . Usulan Tidak Benar
Tidak
Benar o.'r
Benar
Mengembalikan
diperbaiki
usulan kepada satker untuk
o
r

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 8-
KUASA
PENGGUNA
NO KEGIATAN PENGGUNA PENGELOLA
BARANG / KANWIL UNIT ESELON I APIP
KPB BARANG BARANG
(SATKER )

4
Sekretaris Unit Eselon I menyampaikan Usulan
Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN kepada Pengguna OQ
Barang

Pengguna Barang meneliti


Penelaahan RKBMN
Usulan Perubahan Hasil
s
Dalam hal berdasarkan pengecekan dimaksud :
a . Usulan Tidak Lengkap
_ -Tjdak _ .
o
V

Meminta satker untuk melengkapi


b. Usulan Lengkap Lengkap < Lengkap
>
Langsung dilakukan penelitian terhadap usulan
5
Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN
Pengadaan dan / atau Pemeliharaan Tingkat Satker ,
baik softcopy maupun hardcopy, berdasarkan
ketentuan yang berlaku
Tidak
Benar o Benar
c. Usulan Tidak Benar
Mengembalikan usulan kepada satker untuk
diperbaiki
U -
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 9 -

KUASA
PENGGUNA
NO KEGIATAN PENGGUNA PENGELOLA
BARANG / KANWIL UNIT ESELON I APIP
BARANG BARANG
KPB
(SATKER )

APIP melakukan review atas Usulan Perubahan Hasil


6 Penelaahan RKBMN dan menyampaikan hasil rewew ±
kepada Pengguna Barang
JL

7
Pengguna Barang menyampaikan Usulan Perubahan
Hasil Penelaahan RKBMN kepada Pengelola Barang
r T
C D

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -
2 . Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak Usulan Rencana Kebutuhan
Barang Milik Negara Tingkat Kuasa Pengguna Barang

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK


NOMOR - ... ( 1 )

Yang bertanda tangan di bawah ini , Kuasa Pengguna Barang ... (2 ) , menyatakan
bahwa:
1. Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara ... (2) periode Tahun Anggaran ... (3)
yang kami susun selaku Kuasa Pengguna Barang sesuai Peraturan Menteri Keuangan
Nomor ... (4 ) dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (5), telah benar dan lengkap
serta mematuhi penerapan kaidah Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara dan
telah disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan tugas dan fungsi ... (2)
2 . Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara tersebut disusun dengan
memperhatikan kesesuaian program, kegiatan, dan keluaran ( output ) berupa Barang
Milik Negara dengan Rencana Strategis ... (2) dan ketersediaan Barang Milik Negara
pada satuan kerja.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

... (6 )
Kuasa Pengguna Barang
... (7)

(tanda tangan)

... (8 )

Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi nama Satuan Kerja.
(3) Diisi periode tahun anggaran RKBMN yang disusun .
(4) Diisi nomor Peraturan Menteri Keuangan tentang Perencanaan Kebutuhan Barang
Milik Negara.
(5) Diisi nomor Keputusan Menteri Keuangan tentang Pedoman Penyusunan ,
Penelitian dan Penyampaian Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara di
Lingkungan Kementerian Keuangan .
(6) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya surat pernyataan tanggung jawab
mutlak usulan RKBMN .
( 7) Diisi jabatan penandatangan surat pernyataan tanggung jawab mutlak usulan
RKBMN.
(8) Diisi nama pejabat yang menandatangani surat pernyataan tanggung jawab
mutlak usulan RKBMN.

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 10 -

B. DOKUMEN RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA DI


LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN
1. Surat Pengantar Kuasa Pengguna Barang

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

NOTA DINAS
..
NOMOR ND - . ( 1)

Yth .. . ( 2 )
Dari ... (3)
Sifat ... ( 4)
Lampiran ... (5)
Hal Penyampaian RKBMN Tahun ... (5) pada Satuan Keija . .. (6)
Tanggal . . . (7 )

Sehubungan dengan penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara


( RKBMN ) Tahun ... (8) pada satuan kerja ... (6 ), terlampir kami sampaikan Usulan RKBMN
dimaksud.
Sebagai bahan pertimbangan, terlampir kami sampaikan:
1. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM ) ;
2. RKBMN Pengadaan tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil cetak aplikasi SIMAN ;
3. RKBMN Pemeliharaan tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil cetak aplikasi SIMAN;
4. RKBMN- PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang;
5. Form Penjelasan atas usulan yang diajukan;
6. Laporan Realisasi Penghapusan BMN ;
7. Data Indikasi Kebutuhan Pengadaan BMN (T-3) ;
8. Dokumen pembahasan dengan instansi teknis, untuk pemenuhan kebutuhan
pengadaan Rumah Negara (... 9 );
9. Dokumen penganggaran tahun penyusunan RKBMN ;
10. Dokumen usulan penganggaran untuk satu tahun setelah penyusunan RKBMN;
11. Surat Pernyataan Atas Pemeliharaan Atas Barang Tambahan; dan
12. Surat Keterangan Kebenaran Digital.

Atas perhatian dan kerjasama Bapak / Ibu , kami ucapkan terima kasih.

(tanda tangan)

. .. (10 )

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan tujuan nota dinas:
a. Kepala Kantor Wilayah; atau
b. Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW,
dalam hal tidak terdapat Kantor Wilayah dalam struktur
organisasinya;
(3) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan satuan kerja.
(4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi nama Satuan Kerja.
(7) Diisi periode tahun RKBMN yang disusun.
(8) Diisi tanggal naskah dinas ditandatangani.
(9) Dicantumkan apabila terdapat kebutuhan pengadaan Rumah Negara.
(10) Diisi nama pejabat yang menandatangani Surat Pengantar.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -
3. Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pengadaan Tingkat Kuasa
Pengguna Barang

RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA


KUASA PENGGUNA BARANG
PENGADAAN
TAHUN (2)

KEMENTERIAN / LEMBAGA (3)


UNIT ESELON I (4 )
UNIT WILAYAH (5)
UNIT SATUAN KERJA (6 )
PROGRAM (7 )
KEGIATAN (8 )
OUTPUT ( 9)
JENIS BELANJA ( 10)
Halaman: 111
PERKIRAAN NERACA /
SUB-SUB KELOMPOK KEBUTUHAN RIIL
BARANG OPTIMALISASI
USULAN BMN
NO SBSK EXISTING KET
BMN
BMN
Uraian ( Maks. )
Kode
Barang

( 1) (2) ( 3) (4) (5) (6 ) ( 7) (8)

(1 1 ) ( 12) ( 13) ( 14 ) ...( 15) ( 16 ) ( 17) ...( 18)

. ..
.
.... ... ( 19 )
(20)

(tanda tangan)

.... ( 21 )

¥
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -
Petunjuk Pengisian :

(1) Diisi nomor halaman.


( 2) Diisi tahun anggaran berjalan .
(3) Diisi nama Kementerian / Lembaga.
(4) Diisi Unit Eselon I yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan.
(5) Diisi Unit Wilayah yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan.
(6) Diisi kode dan nama Satuan Kerja yang bersangkutan.
(7) Diisi kode dan nama program yang diinduk pada kegiatan yang
bersangkutan .
(8) Diisi kode dan nama kegiatan sesuai Bagan Akun Standar (BAS)
dalam rangka mewujudkan sasaran program.
(9 ) Diisi kode dan keluaran (output ) kegiatan berupa fisik BMN yang
hendak diadakan .
( 10) Diisi kode dan uraian Bagan Akun Standar (BAS) belanja negara yang
akan digunakan untuk membiayai pengeluaran tersebut.
(11) Diisi nomor urut.
(12) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan
kodefikasi BMN yang berlaku.
(13) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (2 ) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku .
(14) Diisi kuantitas barang yang diusulkan , dengan satuan barang sesuai
ketentuan yang berlaku yaitu: panjang ( m) , luas ( m2) , unit, buah, set,
dan sebagainya.
( 15) Diisi standar kebutuhan maksimum dengan data masukan (input )
sesuai ketentuan standar barang dan standar kebutuhan yang
berlaku yaitu: panjang ( m) , luas ( m2 ) , unit, buah , set, dan sebagainya.
(16) Diisi besaran optimalisasi existing data BMN, yaitu data existing BMN
di lingkungan Satuan Kerja yang bersangkutan yang masih
dimungkinkan untuk dioptimalisasi.
(17) Diisi kuantitas kebutuhan riil yang dibutuhkan oleh Satuan Kerja.
(18) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu
diungkap.
( 19) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya usulan RKBMN .
(20) Diisi jabatan penandatangan usulan RKBMN.
(21) Diisi nama pejabat yang menandatangani usulan RKBMN.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 15 -
4 . Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pemeliharaan Tingkat Kuasa Pengguna Barang

RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA


KUASA PENGGUNA BARANG
PEMELIHARAAN
TAHUN (2)

KEMENTERIAN / LEMBAGA • (3 )
UNIT ESELON I (4 )
UNIT WILAYAH (5 )
UNIT SATUAN KERJA (6 )
JENIS BELANJA (7 )
STATUS BARANG . . . (8 )
Halaman: ... ( 1 )

NO KODE BARANG
KONDISI KEBUTUHAN PEMELIHARAAN
URAIAN BARANG KET
B RR RB UNIT M -
( 1) (2) ( 3) (4) (5) (6 ) (7) (8) (9 )

... ( 9) . . . (10 ) .. . ( 1 1 ) . . . ( 12) ... ( 13) ... ( 14 ) ... ( 15) ... ( 16 ) ... ( 17)

( 18 )
... ( 19)
(tanda tangan)

.. . (20)

i/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 16 -

Petunjuk Pengisian:

(1) Diisi nomor halaman .


( 2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi nama Kementerian / Lembaga.
(4) Diisi Unit Eselon I yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan .
(5) Diisi Unit Wilayah yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan.
(6) Diisi kode dan nama Satuan Kerja yang bersangkutan.
(7) Diisi kode dan uraian Bagan Akun Standar (BAS) Belanja Negara yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran tersebut.
(8) Diisi status BMN yang pemeliharaannya dapat dibiayai APBN: digunakan
sendiri atau pinjam pakai kurang dari 6 (enam) bulan .
(9) Diisi nomor urut.
(10) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
(11) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (2) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku .
(12 ) Diisi rekapitulasi jumlah barang yang kondisinya Baik (B) pada Satuan Kerja
yang bersangkutan, dalam satuan unit / buah / bidang.
( 13) Diisi rekapitulasi jumlah barang yang kondisinya Rusak Ringan ( RR ) pada
Satuan Keijayang bersangkutan, dalam satuan unit / buah / bidang.
(14) Diisi rekapitulasi jumlah barang yang kondisinya Rusak Berat ( RB) pada
Satuan Keija yang bersangkutan, dalam satuan unit / buah / bidang.
(15) Diisi rekapitulasi jumlah barang yang kondisinya Baik (B) dan Rusak Ringan
(RR) dalam satuan unit.
(16) Diisi rekapitulasi jumlah barang yang kondisinya Baik (B) dan Rusak Ringan
(RR ) dalam satuan meter persegi (m2) .
(17) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(18) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya usulan RKBMN.
(19) Diisi jabatan penandatangan usulan RKBMN.
(20) Diisi nama pejabat yang menandatangani usulan RKBMN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 -
5. Usulan Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara Kuasa
Pengguna ( RKBMN - PKP) Tingkat Kuasa Pengguna Barang

RENCANA KEBUTUHAN PENGADAAN BARANG MILIK NEGARA KUASA PENGUNA ( RKBMN - PKP)

TINGKAT KUASA PENGGUNA BARANG

TAHUN (2)

Halaman: ... ( 1 )

UNIT ESELON I ... (3)


UNIT WILAYAH ... (4 )
UNIT SATUAN KERJA - (5)
OPTIMALISASI KEBUTUHAN
KODE URAIAN USULAN
NO SSSJ EXISTING RIIL BMN KET
BARANG BARANG BMN
BMN ( Maks. )

( 1) (2) ( 3) ( 4) ( 5) ( 6) ( 7) ( 8)

... (6 ) ... (7 ) ... (8 ) - ( 9) . . . (10) . . . (1 1) .. . ( 12) ...( 13)

.. ( 14 )
... (15)

(tanda tangan )

.... ( 16 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 18 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman.
( 2) Diisi tahun anggaran beijalan .
(3) Diisi Unit Eselon I yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan.
(4) Diisi Unit Wilayah yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan.
(5) Diisi kode dan nama Satuan Kerja yang bersangkutan.
(6) Diisi nomor urut.
( 7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (2) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku .
(9) Diisi kuantitas barang yang diusulkan, dengan satuan barang sesuai
ketentuan yang berlaku yaitu: panjang (m ) , luas (m2) , unit , buah , set, dan
sebagainya.
(10) Diisi dengan jumlah maksimum sesuai ketentuan tentang jumlah dan
spesifikasi kebutuhan Kendaraan Dinas di lingkungan Kementerian
Keuangan . Hanya untuk BMN berupa Alat Angkutan Darat Bermotor
Operasional non Jabatan.
(11) Diisi besaran optimalisasi existing data BMN, yaitu data existing BMN di
lingkungan Satuan Kerja / Pengguna Barang yang bersangkutan yang masih
dimungkinkan untuk dioptimalisasi.
(12 ) Diisi kuantitas kebutuhan riil yang dibutuhkan oleh Satuan Kerja.
(13) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(14) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya usulan RKBMN-PKP.
(15) Diisi jabatan penandatangan usulan RKBMN-PKP.
( 16) Diisi nama pejabat yang menandatangani usulan RKBMN-PKP.

J
!
/
t
;>

vm-

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 -
6. Penjelasan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Tingkat Kuasa
Pengguna Barang

KOP SURAT
PENJELASAN RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA
TAHUN ... ( 1 )

I . PROFIL SATUAN KERJA


Nama Satuan Kerja (2 )
Alamat Satuan Kerja (3 )
Status Gedung Kantor (4 )
Lingkup Wilayah Keija (5 )
Jumlah Pengunjung Per hari (6 )
Formasi pegawai:
No Formasi Jabatan Jumlah Formasi Ideal Jumlah Formasi existing
1 Menteri ... (7 ) (8 )
2 Wakil Menteri . . . (7 ) (8 )
3 Eselon I Kepala Kantor . . . (7 ) (8 )
4 Eselon I non Kepala Kantor . . . (7 ) (8 )
5 Eselon Ila Kepala Kantor -17/ (8 )
6 Eselon Ila Non Kepala Kantor . . . (7 ) (8 )
7 Eselon lib Kepala Kantor ... (7 ) (8 )
8 Eselon III Kepala Kantor ... (7 ) (8 )
9 Eselon III Non Kepala Kantor . . . (7 ) (8 )
10 Eselon IV Kepala Kantor ... (7 ) (8 )
11 Eselon IV Non Kepala Kantor . . . (7 ) (8)
12 Eselon V . .. (7 ) (8 )
13 Fungsional Gol. IV . . . (7 ) (8 )
14 Fungsional Gol. Ill . . . (7 ) (8 )
15 Pelaksana ... (7 ) (8 )
Jumlah . . . (7 ) (8 )

II . RKBMN PENGADAAN
Luas
(untuk kebutuhan berupa
Jumla Peruntuka
Uraian Peruntuka tanah / bangunan )
No h n Non Ket
Barang n Non
SBSK
( unit ) SBSK Total
SBSK
( m2 ) ( m2 )
2
t *n )
M M M. M M ia M M lii
- ( 9) (10 ) -( H ) ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15) ( 16 ) ( 17 )

Skema Pemenuhan Kebutuhan ( 18 )


Tujuan Pengadaan Bangunan ( 19 )
Latar Belakang (20 )
Urgensi Kebutuhan (21 )
Ketersediaan BMN Existing
(22 )
Lokasi
(23)
Permasalahan
(24)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 20 -
III. RKBMN PEMELIHARAAN
Usulan Pemeliharaan BMN yang belum tercatat dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna (di-input dalam
Usulan Pemeliharaan Barang Tambahan ):

No Uraian Barang
Jumlah Luas
Keterangan Pemilik / Perolehan
(unit) ( m2)
M M M M. M
...(25) .. .(26 ) . ..(27) . .. (28 ) (29)

BMN Objek RKBMN Pemeliharaan dalah Daftar Barang Kuasa Pengguna yang tidak diusulkan
kebutuhan pemeliharaannya:

Luas
No Uraian Barang NUP
( m2)
Alasan
(a) M (c) M . M
. .. (25) .. .(26 ) . .. (30) (28 ) (29)

(31 )
Kuasa Pengguna Barang
.. . (32 )

(tanda tangan)

. .. (33)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 21 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi tahun anggaran berjalan.
( 2) Diisi nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan alamat Satuan Kerja.
(4) Diisi dengan status gedung kantor yang saat ini ditempati Satuan Kerja:
a. milik sendiri;
b. menempati Gedung Keuangan Negara (GKN) ;
c. Sewa;
d. Pinjam Pakai;
e. Penggunaan Sementara BMN Eselon I lain lingkup Kemenkeu;
f. status lainnya
( pilih salah satu)
(5) Diisi dengan penjelasan mengenai wilayah kerja, termasuk kondisi geografis.
(6) Diisi dengan jumlah pengunjung rata-rata dalam sehari.
(7) Diisi dengan jumlah formasi jabatan / pelaksana sesuai kondisi ideal, dapat
mengacu pada jumlah pegawai sesuai Analisis Beban Kerja.
(8) Diisi dengan jumlah pejabat / pelaksana existing.
(9) Diisi nomor urut usulan kebutuhan pengadaan sesuai urutan skala prioritas
kebutuhan.
(10) Diisi dengan uraian barang.
(11) Diisi dengan uraian rencana fungsi BMN khusus untuk jenis kebutuhan
pengadaan berupa AADB.
(12) Diisi dengan jumlah usulan kebutuhan pengadaan .
(13) Diisi dengan luas kebutuhan tanah / bangunan yang telah terdapat SBSK.
( 14) Diisi dengan luas kebutuhan fasilitas tambahan yang belum terdapat SBSK
yang merupakan satu kesatuan bangunan dengan bangunan yang telah
terdapat SBSK.
(15) Diisi total kebutuhan luas bangunan ( penjumlahan nomor 13 dan 14)
(16) Diisi dengan rincian peruntukan fasilitas tambahan yang diusulkan
(17) Diisi dengan penjelasan mengenai hal-hal lain yang relevan terkait
kebutuhan pengadaan, termasuk informasi ketersediaan bengkel
resmi / rental resmi kendaraan di sekitar satuan kerja.
(18) Diisi dengan skema pemenuhan kebutuhan yang direncanakan:
a. Pembelian;
b. Sewa;
c. Alih Status;
d . Pembangunan.
( pilih salah satu dan diberi uraian singkat terkait pertimbangan pemilihan
skema pemenuhan kebutuhan)
(19) Diisi dengan tujuan pengadaan gedung kantor:
a. Penambahan Unit;
b. Perluasan;
c. Rekonstruksi ( pembangunan kembali) ;
d . tujuan lainnya.
(pilih salah satu dan diberi uraian singkat)
( 20) Diisi dengan gambaran umum singkat tentang kebutuhan barang yang
diusulkan untuk diadakan.
( 21) Diisi dengan uraian singkat mengenai maksud , tujuan, dan manfaat
diadakannya BMN tersebut, keterkaitan dengan rencana strategis,

t/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 22 -
interdependensi , serta kondisi dan informasi lainnyayang dapat menjelaskan
urgensi pengadaan BMN tersebut.
(22 ) Diisi dengan penjelasan mengenai informasi tentang BMN existing yang
terkait dengan rencana pengadaan , antara lain ketersediaan lahan (untuk
rencana pengadaan bangunan) dan rencana alih fungsi kendaraan dinas.
( 23) Diisi dengan penjelasan singkat lokasi BMN direncanakan akan diadakan,
ketersediaan dan kemudahan akses Bengkel Resmi untuk pemeliharaan .
( 24) Diisi dengan penjelasan mengenai permasalahan yang dihadapi ( jika ada)
terkait rencana kebutuhan pengadaan .
( 25) Diisi dengan nomor urut usulan pemeliharaan barang tambahan / BMN yang
tidak diusulkan pemeliharaan .
( 26) Diisi dengan uraian barang usulan pemeliharaan barang tambahan / BMN
yang tidak diusulkan pemeliharaan.
(27) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan dalam pemeliharaan barang
tambahan .
(28) Diisi dengan luas usulan pemeliharaan barang tambahan / BMN yang tidak
diusulkan pemeliharaan.
(29) Diisi dengan keterangan pemilik pemeliharaan barang tambahan / alasan
BMN diusulkan dalam barang tambahan / alasan BMN tidak diusulkan
pemeliharaan .
(30) Diisi NUP BMN yang tidak diusulkan pemeliharaan .
(31) Diisi dengan tempat dan tanggal ditandatanganinya Form Penjelasan .
(32 ) Diisi dengan jabatan penandatangan Form Penjelasan .
(33) Diisi dengan nama penandatangan Form Penjelasan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 23 -
7. Laporan Realisasi Penghapusan BMN
... , ... ( 14 )
LAPORAN REALISASI PENGHAPUSAN BMN
UNTUK BMN YANG MENJADI OBJEK RKBMN
PADA SATUAN KERJA .... ( 1 )
TAHUN (2 )
A . Daftar Barang yang Telah Diusulkan Penghapusan
JENIS HARGA HARGA LIMIT
No. TAHUN NILAI BUKU
KODE BARANG MEREK / TIPE NUP JUMLAH PEROLEHAN TERENDAH KETERANGAN
BARANG PEROLEHAN
( Rp ) ( Rp ) ( Rp )
ill 121 131 141 151 M 111 M 121 ( 10) ( ID
(3 ) (4 j
- (5 ) . . . (6 ) m (8 ) - (9) ... HQ) - (W ( 12 ) - ( 13 )
Total 0 0 0
B , Daftar Barang yang Telah Disetujui Untuk Dipindahtangankan (Terindikasi Idle )
JENIS HARGA HARGA LIMIT
No. KODE BARANG TAHUN NILAI BUKU
BARANG MEREK / TIPE NUP JUMLAH PEROLEHAN TERENDAH NOMOR PERSETUJUAN
PEROLEHAN
( Rp ) ( Rp ) ( RP )
111 121 111 111 151 M 1Z1 M 121 ( 10 ) HD
...(3) (4 ) . . . (5 ) (6 ) (7 ) (8 ) ... ( 9 ) ( 10 ) ... HD ... ( 12 ) ... ( 13 )
Total 0 0 0
C. Daftar Barang yang Telah Dihapuskan
JENIS HARGA HARGA LIMIT
No. KODE BARANG TAHUN NILAI BUKU NOMOR KEP
BARANG MEREK / TIPE NUP JUMLAH PEROLEHAN TERENDAH
PEROLEHAN PENGHAPUSAN
( Rp ) ( Rp ) ( Rp )
111 121 111 111 111 111 1Z1 111 121 ( 10 ) ( ID
...(3) (4 ) (5 ) (6 ) - <7) (8 ) ... ( 9 ) ... ( 10 ) HD ( 12 ) - ( 13 )
Total 0 0 0
Kuasa Pengguna Barang
... ( 15)
(tanda tangan)

... ( 16 )

t/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nama Satuan Kerja.
(2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi nomor urut.
(4 ) Diisi jenis barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku .
(5) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku .
(6) Diisi merek / tipe BMN .
(7) Diisi tahun perolehan BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
(8) Diisi nomor urut pendaftaran atas BMN.
(9) Diisi jumlah BMN yang akan dilakukan penghapusan / pemindahtanganan.
(10) Diisi harga perolehan atas BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
(11) Diisi nilai buku atas BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
(12) Diisi harga limit terendah BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
(13) Untuk Form A : Diisi keterangan yang diperlukan.
Untuk Form B : Diisi nomor persetujuan pemindahtanganan BMN .
Untuk Form C : Diisi nomor keputusan penghapusan BMN.
(14) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya Laporan Realisasi Penghapusan
BMN .
(15) Diisi jabatan penandatangan Laporan Realisasi Penghapusan BMN .
(16) Diisi nama yang menandatangani Laporan Realisasi Penghapusan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 25 -

8. Usulan Data Indikasi Kebutuhan Pengadaan BMN

DATA INDIKASI KEBUTUHAN PENGADAAN BMN


TAHUN (2)

Halaman: ... ( 1 )
KEMENTERI AN / LEMBAGA ... (3)
UNIT ESELON I ... (4 )
UNIT WILAYAH ... (5)
UNIT SATUAN KERJA ... (6 )

KODE URAIAN KUANTITAS


NO LOKASI LUAS ( M 2 ) KETERANGAN
BARANG BARANG ( UNIT )

(1) (2) (3) ( 4) (5) ( 6) ( 7)

...(7) (8 ) (9) ( 10 ) .. . . ( 1 1 ) ( 12) ( 1 3)

.... ( 14 )
... ( 15)

(tanda tangan)

... ( 16 )

( /
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 26 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman.
(2) Diisi t+1 tahun anggaran berjalan .
(3) Diisi nama Kementerian / Lembaga.
(4) Diisi Unit Eselon I yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan .
(5) Diisi Unit Wilayah yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan .
(6) Diisi kode dan nama Satuan Kerja yang bersangkutan .
(7) Diisi nomor urut.
(8) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi
BMN yang berlaku .
(9) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (2) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku .
( 10) Diisi lokasi rencana BMN diadakan.
(11) Diisi jumlah indikasi kebutuhan BMN .
(12) Diisi luas indikasi kebutuhan BMN untuk tanah dan / atau bangunan .
(13) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu
diungkap.
(14) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya Data Indikasi Kebutuhan
Pengadaan BMN.
(15) Diisi jabatan penandatangan Data Indikasi Kebutuhan Pengadaan BMN .
(16) Diisi nama pejabat yang menandatangani Data Indikasi Kebutuhan
Pengadaan BMN.

l/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 27 -

9. Surat Pernyataan Atas Pemeliharaan Atas Barang Tambahan

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN
NOMOR - (1 )

Yang bertanda tangan di bawah ini, Kuasa Pengguna Barang pada (2), menyatakan
bahwa Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pemeliharaan Barang Tambahan atas
Barang Milik Negara (BMN) yang belum / tidak tercatat dalam daftar BMN berupa:

KEBUTUHAN PEMELIHARAAN
NO . KODE BARANG URAIAN BARANG
UNIT M2

...(3) ...(4 ) ...(5) . . . (6) ...(7)

yang diajukan pada periode Tahun Anggaran ....(8) oleh Satuan Kerja ....(2) selaku Kuasa Pengguna
Barang, telah diajukan permohonan pengalokasian anggaran pengadaan pada tahun anggaran . ...( 9)
sehingga akan menimbulkan kewajiban pemeliharaan atas BMN dimaksud pada tahun angaran
. . . .(10 ).

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

(U )
Kuasa Pengguna Barang
- (12)
(tanda tangan)

... ( 13)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 28 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor surat sesuai ketentuan tata naskah dinas yang berlaku pada
Kementerian Keuangan .
(2) Diisi nama Satuan Kerja.
(3) Diisi nomor urut.
(4 ) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku .
(5) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom isian (5) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku.
(6) Diisi jumlah unit BMN yang belum / tidak tercatat dalam daftar BMN yang
diusulkan untuk dilakukan pemeliharaan , dalam satuan unit.
(7) Diisi jumlah luasan BMN yang belum / tidak tercatat dalam daftar BMN yang
diusulkan untuk dilakukan pemeliharaan , dalam satuan meter persegi (m2 ) .
(8) Diisi periode tahun anggaran RKBMN yang disusun.
(9 ) Diisi periode tahun anggaran pengajuan permohonan pengalokasian
anggaran pengadaan atas BMN yang belum / tidak tercatat dalam daftar
BMN yang diusulkan untuk dilakukan pemeliharaan.
(10) Diisi periode tahun anggaran pelaksanaan pengadaan yang BMN
belum / tidak tercatat dalam daftar BMN yang diusulkan untuk dilakukan
pemeliharaan.
(11) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya surat pernyataan .
(12) Diisi jabatan penandatangan surat pernyataan .
(13) Diisi nama pejabat yang menandatangani surat pernyataan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 29 -
10 . Surat Keterangan Kebenaran Digital

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT KETERANGAN
NOMOR - (1 )

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama . . . ( 2)
NIP . . . (3)
Jabatan . . . (4)

dengan ini menerangkan bahwa data / dokumen digital RKBMN Tahun Anggaran (5 ) pada
satuan kerja . .. (6) , yang diupload ke Aplikasi SIMAN telah divalidasi , diteliti , dan telah sesuai
dengan aslinya serta dapat dipertanggungjawabkan.

Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan sebenarnya.

.
... ... (6 )
... (7 )

( tanda tangan)

... (2)

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor surat sesuai ketentuan tata naskah dinas yang berlaku pada
Kementerian Keuangan.
(2 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani surat
keterangan.
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani surat
keterangan .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani surat keterangan .
(5) Diisi periode tahun anggaran RKBMN yang disusun / diubah.
(6) Diisi nama Satuan Kerja.
(7) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya surat pernyataan tanggung
jawab mutlak usulan RKBMN .
(8) Diisi jabatan penandatangan surat pernyataan keterangan.
(9 ) Diisi nama pejabat yang menandatangani surat keterangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 30 -
11. Usulan Perubahan Hasil Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pengadaan Tingkat Kuasa Pengguna Barang

USULAN PERUBAHAN HASIL PENELAAHAN


RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA PENGADAAN *)
KUASA PENGGUNA BARANG
TAHUN (2)
*) Dilengkapi dengan FORM 3
UNIT SATUAN KERJA: (3) Halaman: (1 )

UNIT ESELON 1 / MATRIKS PERUBAHAN RKBMN


NO PROGRAM / KEGIATAN / KODE URAIAN
WILAYAH / KPB / KET
OUTPUT/ JENIS BELANJA BARANG BARANG ALASAN
LOKASI SEMULA MENJADI
PERUBAHAN
(1) ( 2) (3) ( 4) ( 5) (6 ) (7) ( 8) (9)

....(4 ) ....(5) . . . . (6 ) ....(7) .. .. (8) ....( 9) . . . . (10 ) . . . . (1 1 ) .. . . ( 12)

.... ,... .( 13)


Kuasa Pengguna Barang
.... ( 14 )
(tanda tangan)

... ( 15)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 31 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman .
(2 ) Diisi tahun anggaran berjalan .
(3) Diisi nama Satuan Kerja.
( 4) Diisi nomor urut.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I, Unit Wilayah , dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan .
(6) Diisi kode program / kegiatan / output/ jenis belanja sesuai Bagan Akun
Standar (BAS) .
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan ketentuan
penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku.
(9 ) Diisi kuantitas BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN yang
diusulkan untuk dilakukan perubahan, dalam satuan barang yang berlaku .
(10) Diisi kuantitas BMN yang diusulkan menggantikan besaran satuan barang
yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN, dalam satuan barang yang
berlaku.
(11) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN yang
sudah pernah diusulkan sebelumnya.
(12) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(13) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya RKBMN .
(14) Diisi jabatan penandatangan RKBMN.
(15) Diisi nama pejabat yang menandatangani RKBMN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 32 -
12 . Usulan Perubahan Hasil Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pemeliharaan Tingkat Kuasa Pengguna Barang

USULAN PERUBAHAN HASIL PENELAAHAN


RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA PEMELIHARAAN *)
KUASA PENGGUNA BARANG
TAHUN (2)

*) Dilengkapi dengan FORM 4 Halaman: (1 )

UNIT SATUAN KERJA: (3 )

MATRIKS PERUBAHAN
UNIT ESELON I / RKBMN
JENIS KODE STATUS
NO WILAYAH / KPB / KET
BELANJA BARANG URAIAN BARANG BARANG SEMULA MENJADI
LOKASI ALASAN
UNIT PERUBAHAN
M2 UNIT M2

( 1) (2) (3) (4) (5) (6) ( 7) ( 8) (9 ) ( 10) ( 11) ( 12 )

..(4 ) ..(5) . . (6 ) ....(7 ) . . . . (8 ) . . (9 ) . .. . (10) . . . . ( 11 ) .. .. (12 ) ....( 13) ....( 14 ) ....( 15)

.
... ... ( 16 )
Kuasa Pengguna Barang
... ( 17)
(tanda tangan)

.... ( 18 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 33 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman .
( 2) Diisi tahun anggaran berjalan .
(3) Diisi nama Satuan Kerja.
(4) Diisi nomor urut.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I, Unit Wilayah , dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan .
(6) Diisi kode dan uraian Bagan Akun Standar (BAS) Belanja Negara yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran tersebut.
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku.
(9) Diisi status BMN yang pemeliharaannya dapat dibiayai APBN: digunakan
sendiri atau pinjam pakai kurang dari 6 (enam) bulan.
(10) Diisi jumlah unit BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN yang
diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan unit.
(11) Diisi jumlah luasan BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN
yang diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan meter persegi
( m2) .
(12 ) Diisi jumlah unit BMN diusulkan barn menggantikan besaran usulan
sebelumnya (sebelum diubah ) , dalam satuan unit.
(13) Diisi luasan BMN diusulkan barn menggantikan besaran usulan
sebelumnya (sebelum diubah ) , dalam satuan meter persegi ( m2) .
(14) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN yang
sudah pernah diusulkan sebelumnya.
(15) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(16) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya usulan perubahan hasil
penelahaan RKBMN .
(17) Diisi jabatan penandatangan usulan perubahan hasil penelahaan RKBMN.
(18) Diisi nama pejabat yang menandatangani usulan perubahan hasil
penelahaan RKBMN .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 34 -
13. Usulan Perubahan Hasil Penelitian Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara Kuasa Pengguna ( RKBMN PKP) Kuasa
Pengguna Barang

USULAN PERUBAHAN HASIL PENELITIAN


RENCANA KEBUTUHAN PENGADAAN BARANG MILIK NEGARA KUASA PENGGUNA ( RKBMN - PKP)
KUASA PENGGUNA BARANG
TAHUN (2)
Halaman: (1 )

UNIT SATUAN KERJA: (3)

UNIT ESELON I / MATRIKS PERUBAHAN RKBMN - PKP


PROGRAM / KEGIATAN / O KODE URAIAN
NO WILAYAH / KPB / ALASAN KET
UTPUT / JENIS BELANJA BARANG BARANG SEMULA MENJADI
LOKASI PERUBAHAN
( 1) ( 2) ( 3) ( 4) ( 5) (6 ) ( 7) ( 8) (9)

... (4 ) . .. (5) . . . (6 ) ... (7) ... (8 ) . . . ( 9) . . . (10) ... (1 1) . . . (12 )

•••> ... (13)


Kuasa Pengguna Barang
... (14 )
(tanda tangan)

... (15)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 35 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman.
( 2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi nama Satuan Kerja.
(4 ) Diisi nomor urut.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I, Unit Wilayah , dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan.
(6) Diisi kode program / kegiatan / output / jenis belanja sesuai Bagan Akun
Standar (BAS) .
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku.
(9) Diisi kuantitas BMN yang tercantum pada Hasil Penelitian RKBMN- PKP
yang diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan barang yang
berlaku.
(10) Diisi kuantitas BMN yang diusulkan menggantikan besaran satuan barang
yang tercantum pada Hasil Penelitian RKBMN -PKP, dalam satuan barang
yang berlaku .
(11) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN- PKP
yang sudah pernah diusulkan sebelumnya.
(12 ) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(13) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya usulan RKBMN-PKP.
(14) Diisi jabatan penandatangan usulan RKBMN - PKP.
(15) Diisi nama pejabat yang menandatangani usulan RKBMN -PKP.

1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 36 -

14 . Surat Pengantar Tingkat Wilayah

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

NOTA DINAS
NOMOR ND - ... ( 1)

Yth ... ( 2)
Dari ... (3)
Sifat ... ( 4)
Lampiran ... ( 5)
Hal Penyampaian RKBMN Tahun ... 5) pada wilayah ... (6)
Tanggal ... (7)

Sehubungan dengan penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara ( RKBMN )


Tahun ... (5) pada wilayah ... (6 ), terlampir kami sampaikan Usulan RKBMN dimaksud.
Sebagai bahan pertimbangan , terlampir kami sampaikan:
1. Surat Pemyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) ;
2 . Rekapitulasi RKBMN Pengadaan tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil cetak aplikasi
SIMAN ;
3. Rekapitulasi RKBMN Pemeliharaan tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil cetak aplikasi
SIMAN ;
4 . Rekapitulasi RKBMN - PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang;
5. Rekapitulasi Laporan Realisasi Penghapusan BMN; dan
6. dokumen Usulan RKBMN tingkat Kuasa Pengguna Barang.
Atas perhatian dan kerjasama Bapak / Ibu , kami ucapkan terima kasih.

(tanda tangan)

. . . (8)

Petunjuk Pengisian :
( 1) Diisi dengan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW ;
(2) Diisi dengan nomenklatur jabatan penandatangan pada Kantor Wilayah .
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4 ) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi nama wilayah kerja.
(6 ) Diisi periode tahun RKBMN yang disusun .
(7 ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(8 ) Diisi nama pejabat yang menandatangani nota dinas.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 37 -
15. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak Usulan Rencana
Kebutuhan Barang Milik Negara Tingkat Wilayah

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK


NOMOR -
(2)

Yang bertanda tangan di bawah ini, (3), menyatakan bahwa:


1. Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (3) periode Tahun Anggaran (4 )
yang kami susun selaku Kuasa Pengguna Barang sesuai Peraturan Menteri Keuangan
Nomor (5) ten tang Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara dan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor (6 ) tentang Pedoman Penyusunan, Penelitian Dan
Penyampaian Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian
Keuangan , telah benar dan lengkap serta mematuhi penerapan kaidah Perencanaan
Kebutuhan Barang Milik Negara dan telah disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan tugas dan fungsi (3)
2. Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara tersebut disusun dengan
memperhatikan kesesuaian program, kegiatan , dan keluaran (output) berupa Barang
Milik Negara dengan Rencana Strategis (3) dan ketersediaan Barang Milik Negara
pada satuan kerja.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

(7)
(8)

(tanda tangan)

(9 )

Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi Kop surat resmi yang berlaku pada Kementerian Keuangan .
(2) Diisi nomor surat sesuai ketentuan tata naskah dinas yang berlaku pada
Kementerian Keuangan.
(3) Diisi nama Wilayah Kerja.
(4) Diisi periode tahun anggaran RKBMN yang disusun / diubah .
(5) Diisi nomor Peraturan Menteri Keuangan tentang Perencanaan Kebutuhan
Barang Milik Negara.
(6 ) Diisi nomor Keputusan Menteri Keuangan tentang Pedoman Penyusunan ,
Penelitian dan Penyampaian Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara di
Lingkungan Kementerian Keuangan .
( 7) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya surat pernyataan tanggung
jawab mutlak usulan RKBMN .
(8 ) Diisi jabatan penandatangan surat pernyataan tanggung jawab mutlak
usulan RKBMN .
(9 ) Diisi nama pejabat yang menandatangani surat pernyataan tanggung jawab
mutlak usulan RKBMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 38 -
16. Rekapitulasi Usulan Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik
Negara Kuasa Pengguna ( RKBMN- PKP) Tingkat Wilayah

RENCANA KEBUTUHAN PENGADAAN BARANG MILIK NEGARA KUASA PENGUNA ( RKBMN - PKP)
TINGKAT WILAYAH
TAHUN (2 )

Halaman:
(1 )
UNIT ESELON I (3)
UNIT WILAYAH (4 )

KEBUTUHAN
OPTIMALISASI RIIL BMN
KODE URAIAN USULAN EXISTING
NO SSSJ KET
BARANG BARANG BMN
BMN
( Maks. )

( 1) ( 2) (3) (4) (5) ( 6) ( 7) (8)

...(6 ) (7 ) (8 ) (9) . . . . (10) (1 1 ) ( 12) ...( 13)

( 14 )

(15)

(tanda tangan)

( 16 )

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 39 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman .
(2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi Unit Eselon I yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan .
(4) Diisi Unit Wilayah yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan .
(5) Diisi kode dan nama Satuan Kerja yang bersangkutan.
(6) Diisi nomor urut.
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan
kodefikasi BMN yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (2) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku.
(9) Diisi kuantitas barang yang diusulkan, dengan satuan barang sesuai
ketentuan yang berlaku yaitu: panjang ( m ) , luas (m2) , unit, buah , set,
dan sebagainya.
(10) Diisi dengan jumlah maksimum sesuai ketentuan tentang jumlah dan
spesifikasi kebutuhan Kendaraan Dinas di lingkungan Kementerian
Keuangan . Hanya untuk BMN berupa Alat Angkutan Darat Bermotor
Operasional non Jabatan.
(11) Diisi besaran optimalisasi existing data BMN , yaitu data existing BMN
di lingkungan Satuan Kerja / Pengguna Barang yang bersangkutan
yang masih dimungkinkan untuk dioptimalisasi.
(12) Diisi kuantitas kebutuhan riil yang dibutuhkan oleh Satuan Kerja.
(13) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu
diungkap.
( 14) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya usulan RKBMN-PKP.
( 15) Diisi jabatan penandatangan usulan RKBMN-PKP.
( 16) Diisi nama pejabat yang menandatangani usulan RKBMN-PKP.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 40 -
17. Rekapitulasi Realisasi Penghapusan BMN Tingkat Wilayah

LAPORAN REALISASI PENGHAPUSAN BMN


UNTUK BMN YANG MENJADI OBJEK RKBMN
PADA ... . ( 1 )
TAHUN (2 )
A. Daftar Barang yang Telah Diusulkan Penghapusan
HARGA HARGA LIMIT
KODE URAIAN JENIS KODE TAHUN NILAI BUKU
No. MEREK / TIPE NUP JUMLAH PEROLEHAN TERENDAH KETERANGAN
SATKER SATKER BARANG BARANG PEROLEHAN
( Rp ) ( Rp ) ( Rp )
111 151 ill 151 1§1 1ZL 121 HQ ) Pi ) 0 2) ( 13 )
(3 ) (4 ) ... (5) (6 ) (7 )
Total
(8 ) (9)
- no) - ( 11 )
- ( 16 )
( 12)
-
( 13)
( 17 )
( 14 )
( 18 )
( 15 )

B. Daftar Barang yang Telah Disetujui Untuk Dipindahtangankan (Terindikasi Idle )


KODE URAIAN JENIS KODE
HARGA HARGA LIMIT
No. TAHUN NILAI BUKU NOMOR
SATKER SATKER BARANG MEREK / TIPE NUP JUMLAH PEROLEHAN TERENDAH
BARANG PEROLEHAN PERSETUJUAN
( Rp ) ( RP ) ( RP)
111 151 1§1 1Z1 181 121 ( 10) ( ID 0 2) 03)
. (3 ) - (4 ) - (5 ) - (6 ) (II (8 )
- (9) .. . no) (I D ( 12 ) ... ( 13) ... ( 14 ) ( 15)
Total .. . ( 16 ) | • ( 17 ) I ( 18 )
C . Daftar Barang yang Telah Dihapuskan
KODE URAIAN HARGA HARGA LIMIT
JENIS KODE TAHUN NILAI BUKU NOMOR KEP
No. MEREK / TIPE NUP JUMLAH PEROLEHAN TERENDAH
SATKER SATKER BARANG BARANG PEROLEHAN PENGHAPUSAN
( Rp ) ( Rp ) ( Rp )
111 121 121 in 121 M 1Z1 121 121 ( 10 ) ( ii ) 0 2) ( 13)
(3 ) (4 ) - (5 ) (6 ) (7 ) (8 ) ... ( 9 ) - do) HD ( 12 ) • ( 13) ( 14 ) ( 15 )
Total - ( 16 ) | - ( 1 7) I • •• ( 18 ) 1
( 19)
(20 )

(tanda tangan)

(21 )

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 41 -

Petunjuk Pengisian:
1. Diisi nama Unit Wilayah.
2. Diisi tahun anggaran berjalan .
3. Diisi nomor urut.
4. Diisi 20 (dua puluh ) digit kode Satuan Kerja.
5. Diisi nama Satuan Kerja.
6. Diisi jenis barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
7. Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
8. Diisi merek / tipe BMN.
9. Diisi tahun perolehan BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
10. Diisi nomor urut pendaftaran atas BMN.
11. Diisi jumlah BMN yang akan dilakukan penghapusan / pemindahtanganan.
12. Diisi harga perolehan atas BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan.
13. Diisi nilai buku atas BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan.
14 . Diisi harga limit terendah BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
15. Untuk Form A : Diisi keterangan yang diperlukan.
Untuk Form B : Diisi nomor persetujuan pemindahtanganan BMN .
Untuk Form C : Diisi nomor keputusan penghapusan BMN .
16. Diisi jumlah nilai perolehan BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
17. Diisi jumlah nilai buku atas BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
18. Diisi jumlah harga limit terendah BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
19. Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya Laporan Realisasi Penghapusan
BMN .
20. Diisi jabatan penandatangan Laporan Realisasi Penghapusan BMN.
21. Diisi nama yang menandatangani Laporan Realisasi Penghapusan BMN.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 42 -
22. Rekapitulasi Usulan Perubahan Hasil Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pengadaan Tingkat Wilayah

USULAN PERUBAHAN HASIL PENELAAHAN


RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA PENGADAAN
TINGKAT WILAYAH
TAHUN (2 )

Halaman: (1 )
UNIT WILAYAH : (3 )
UNIT ESELON 1 / MATRIKS PERUBAHAN RKBMN
PROGRAM / KEGIATAN / KODE URAIAN
NO WILAYAH / KPB / KET
OOTPUT/ JENIS BELANJA BARANG BARANG ALASAN
SEMULA MENJADI
LOKASI PERUBAHAN

( 1) (2) (3) (4) (5) (6 ) (7) (8) (9 )

..(4 ) ....(5) .. . . (6 ) ....(7) . . . . (8 ) ....( 9) . . . . (10) . . . .( 1 1 ) . . . . ( 12 )

( 13)
( 14 )

(tanda tangan )

( 15)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 43 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman .
(2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi nama Koordinator Wilayah .
(4) Diisi nomor urut.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I, Unit Wilayah , dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan.
(6) Diisi kode program / kegiatan / oufput / jenis belanja sesuai Bagan Akun
Standar (BAS) .
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi
BMN yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku .
(9 ) Diisi kuantitas BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN yang
diusulkan untuk dilakukan perubahan, dalam satuan barang yang berlaku.
( 10) Diisi kuantitas BMN yang diusulkan menggantikan besaran satuan barang
yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN , dalam satuan barang yang
berlaku.
(11) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN yang
sudah pernah diusulkan sebelumnya.
(12) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(13) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN .
(14) Diisi jabatan penandatangan usulan perubahan hasil penelaahan RKBMN.
(15) Diisi nama pejabat yang menandatangani usulan perubahan hasil
penelaahan RKBMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 44 -
23. Rekapitulasi Usulan Perubahan Hasil Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pemeliharaan Tingkat Wilayah

USULAN PERUBAHAN HASIL PENELAAHAN


RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA PEMELIHARAAN
TINGKAT WILAYAH
TAHUN (2)
Halaman: (1 )
UNIT WILAYAH : (3)

MATRIKS PERUBAHAN
UNIT ESELON I / RKBMN
JENIS KODE STATUS
NO WILAYAH / KPB / KET
BELANJA BARANG URAIAN BARANG BARANG SEMULA MENJADI
LOKASI ALASAN
UNIT M2 UNIT M2 PERUBAHAN
(1) (2) (3) (4) ( 5) (6 ) ( 7) (8) ( 9) ( 10) ( 11) ( 12 )
..(4 ) ..(5) .. (6 ) ....(7) . . . . (8 ) ..( 9) .. . . (10 ) .(1 1 ) . . . . (12 ) ...( 13) ....( 14 ) .... ( 15)

( 16 )
( 17)

(tanda tangan)

( 18 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 45 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman .
( 2) Diisi tahun anggaran berjalan .
(3) Diisi nama Koordinator Wilayah.
(4) Diisi nomor unit.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I , Unit Wilayah, dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan .
(6) Diisi kode dan uraian Bagan Akun Standar (BAS) Belanja Negara yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran tersebut.
( 7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku.
(9) Diisi status BMN yang pemeliharaannya dapat dibiayai APBN: digunakan
sendiri atau pinjam pakai kurang dari 6 (enam) bulan .
(10) Diisi jumlah unit BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN yang
diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan unit.
( 11) Diisi jumlah luasan BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN
yang diusulkan untuk dilakukan perubahan, dalam satuan meter persegi
(m2) .
(12 ) Diisi jumlah unit BMN diusulkan barn menggantikan besaran usulan
sebelumnya (sebelum diubah) , dalam satuan unit.
(13) Diisi luasan BMN diusulkan barn menggantikan besaran usulan
sebelumnya (sebelum diubah) , dalam satuan meter persegi ( m2) .
(14 ) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN yang
sudah pemah diusulkan sebelumnya.
(15) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(16) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN .
(17) Diisi jabatan penandatangan rekapitulasi usulan perubahan hasil
penelaahan RKBMN.
(18) Diisi nama pejabat yang menandatangani rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 46 -
24 . Rekapitulasi Usulan Perubahan Hasil Penelitian Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara Kuasa Pengguna ( RKBMN -
PKP) Tingkat Wilayah

USULAN PERUBAHAN HASIL PENELAAHAN


RENCANA KEBUTUHAN PENGADAAN BARANG MILIK NEGARA KUASA PENGGUNA ( RKBMN - PKP)
TINGKAT WILAYAH
TAHUN (2 )

Halaman: (1 )

UNIT WILAYAH : (3 )

UNIT ESELON I / MATRIKS PERUBAHAN RKBMN -PKP


PROGRAM / KEGIATAN / O KODE
NO WILAYAH / KPB / KET
UTPUT / JENIS BELANJA BARANG URAIAN SEMULA MENJADI ALASAN
LOKASI BARANG PERUBAHAN

( 1) (2) ( 3) ( 4) ( 5) (6 ) ( 7) ( 8) (9 )

..(4 ) ..(5) . . (6 ) ....(7) 8)


. . . .( ....( 9 ) . . . . (10) . ...(1 1) . . . . (12 )

( 13)
( 14 )
(tanda tangan)

(15 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 47 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman.
( 2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi nama Koordinator Wilayah.
(4) Diisi nomor urut.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I, Unit Wilayah , dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan .
(6) Diisi kode program / kegiatan / output / jenis belanja sesuai Bagan Akun
Standar (BAS) .
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku.
(9 ) Diisi kuantitas BMN yang tercantum pada Hasil Penelitian RKBMN - PKP
yang diusulkan untuk dilakukan perubahan, dalam satuan barang yang
berlaku.
(10) Diisi kuantitas BMN yang diusulkan menggantikan besaran satuan barang
yang tercantum pada Hasil Penelitian RKBMN-PKP, dalam satuan barang
yang berlaku.
(11) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN-PKP
yang sudah pernah diusulkan sebelumnya.
(12 ) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(13) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN-PKP.
( 14) Diisi jabatan penandatangan rekapitulasi usulan perubahan hasil
penelaahan RKBMN- PKP.
(15) Diisi nama pejabat yang menandatangani rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN- PKP.

y
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 48 -
25. Surat Pengantar Tingkat Unit Eselon I

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

NOTA DINAS
NOMOR (2 )
Yth. ( 3)
Dari (4 )
Hal Penyampaian RKBMN Tahun (5) pada (6 )
Tanggal (7 )

Sehubungan dengan penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKBMN )


Tahun (5) pada (6 ), terlampir kami sampaikan Usulan RKBMN dimaksud .
Sebagai bahan pertimbangan , terlampir kami sampaikan:
1. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM);
2. Rekapitulasi RKBMN Pengadaan tingkat Tingkat Eselon I hasil cetak aplikasi SIMAN ;
3. Rekapitulasi RKBMN Pemeliharaan tingkat Tingkat Eselon I hasil cetak aplikasi SIMAN;
4. Rekapitulasi RKBMN- PKP tingkat Tingkat Eselon I ;
5. Rekapitulasi Laporan Realisasi Penghapusan BMN;
6. dokumen Usulan RKBMN tingkat Tingkat Wilayah / Koordinator Wilayah;
7. Laporan Penyediaan Anggaran ... (8); dan
8. dokumen Usulan RKBMN tingkat Kuasa Pengguna Barang.
Atas perhatian dan kerjasama Bapak / Ibu , kami ucapkan terima kasih.

(tanda tangan)

... ( 9)

Petunjuk Pengisian :
( 1) Kop surat resmi yang berlaku pada Kementerian Keuangan .
(2) Diisi nomor surat sesuai ketentuan tata naskah dinas yang berlaku pada
Kementerian Keuangan .
(3) Diisi jabatan Pengguna Barang.
(4 ) Diisi jabatan Tingkat Eselon I .
(5) Diisi periode tahun RKBMN yang disusun .
(6) Diisi nama Unit Eselon I .
( 7) Diisi tanggal ditandatanganinya naskah dinas.
(8) Dicantumkan apabila terdapat kebutuhan baru dan penyediaan anggaran
angka dasar ( baseline ) dalam rangka rencana pengadaan dan / atau rencana
pemeliharaan BMN dilakukan berdasarkan mekanisme penganggaran
sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan karena kondisi darurat
atau kondisi lainnya.
(9 ) Diisi nama pejabat yang menandatangani naskah dinas.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 49 -
26. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak Usulan Rencana Kebutuhan
Barang Milik Negara Tingkat Eselon I

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK


Nomor (2 )

Yang bertanda tangan di bawah ini, Tingkat Eselon I (3), menyatakan bahwa:
1. Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (3) periode Tahun Anggaran (4 )
yang kami susun selaku Kuasa Pengguna Barang sesuai Peraturan Menteri Keuangan
Nomor (5) tentang Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara dan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor (6) tentang Pedoman Penyusunan , Penelitian Dan
Penyampaian Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian
Keuangan , telah benar dan lengkap serta mematuhi penerapan kaidah Perencanaan
Kebutuhan Barang Milik Negara dan telah disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan tugas dan fungsi (3)
2. Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara tersebut disusun dengan memperhatikan
kesesuaian program , kegiatan , dam keluaran ( output ) berupa Barang Milik Negara dengan
Rencana Strategis (3) dan ketersediaan Barang Milik Negara pada satuan kerja.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenamya.

(7 )
(8 )

(tanda tangan )

(9)

Petunjuk Pengisian :
( 1) Kop surat resmi yang berlaku pada Kementerian Keuangan .
(2) Diisi nomor surat sesuai ketentuan tata naskah dinas yang berlaku pada
Kementerian Keuangan .
( 3) Diisi nama Tingkat Eselon I .
(4 ) Diisi periode tahun anggaran RKBMN yang disusun / diubah .
(5) Diisi nomor Peraturan Menteri Keuangan tentang Perencanaan Kebutuhan
Barang Milik Negara.
(6 ) Diisi nomor Keputusan Menteri Keuangan tentang Pedoman Penyusunan ,
Penelitian dan Penyampaian Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara di
Lingkungan Kementerian Keuangan .
( 7) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya surat pernyataan tanggung
jawab mutlak usulan RKBMN .
(8) Diisi jabatan penandatangan surat pernyataan tanggung jawab mutlak
usulan RKBMN .
(9 ) Diisi nama pejabat yang menandatangani surat pernyataan tanggung jawab
mutlak usulan RKBMN .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 50 -
27. Rekapitulasi Usulan Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara
Kuasa Pengguna ( RKBMN -PKP) Tingkat Eselon I

RENCANA KEBUTUHAN PENGADAAN BARANG MILIK NEGARA KUASA PENGUNA ( RKBMN - PKP)
TINGKAT ESELON I
TAHUN (2)
Halaman:
(1 )
UNIT ESELON I (3)

OPTIMALISASI KEBUTUHAN
KODE URAIAN USULAN
NO SSSJ EXISTING RIIL BMN KET
BARANG BARANG BMN
BMN ( Maks. )
( 1) ( 2) (3) ( 4) (5) (6 ) ( 7) (8)

...(4 ) (5) . . . (6 ) (7) (8 ) ( 9) .... (10) .(1 1)

( 12)
( 13)

(tanda tangan )

( 14 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 51 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman.
(2 ) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi Unit Eselon I yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan.
(4) Diisi Unit Wilayah yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan.
(5) Diisi kode dan nama Satuan Kerja yang bersangkutan.
(6) Diisi nomor urut.
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan
kodefikasi BMN yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (2) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku .
(9 ) Diisi kuantitas barang yang diusulkan , dengan satuan barang sesuai
ketentuan yang berlaku yaitu: panjang ( m) , luas ( m2) , unit, buah, set,
dan sebagainya.
( 10) Diisi dengan jumlah maksimum sesuai ketentuan tentang jumlah dan
spesifikasi kebutuhan Kendaraan Dinas di lingkungan Kementerian
Keuangan . Hanya untuk BMN berupa Alat Angkutan Darat Bermotor
Operasional non Jabatan .
(11) Diisi besaran optimalisasi existing data BMN , yaitu data existing BMN
di lingkungan Satuan Kerja / Pengguna Barang yang bersangkutan
yang masih dimungkinkan untuk dioptimalisasi.
( 12 ) Diisi kuantitas kebutuhan riil yang dibutuhkan oleh Satuan Kerja.
(13) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu
diungkap.
(14) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya usulan RKBMN-PKP.
( 15) Diisi jabatan penandatangan usulan RKBMN - PKP.
( 16) Diisi nama pejabat yang menandatangani usulan RKBMN- PKP.
V>V ,V'*
*

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 52 -
28. Rekapitulasi Realisasi Penghapusan BMN Tingkat Tingkat Eselon I
LAPORAN REALISASI PENGHAPUSAN BMN
UNTUK BMN YANG MENJADI OBJEK RKBMN
PADA .... ( 1 )
TAHUN (2 )
A. Daftar Barang yang Telah Diusulkan Penghapusan
KODE URAIAN HARGA HARGA LIMIT
No. JENIS KODE TAHUN NILAI BUKU
SATKER SATKER MEREK / TIPE NUP JUMLAH PEROLEHAN TERENDAH KETERANGAN
BARANG BARANG PEROLEHAN
( Rp ) ( Rp ) ( RP )
ill 121 im. ill 151 M 1Z1 ill ( 10 ) ( ID ( 12 ) ( 13)
(3 ) - (4 ) - (5 ) - (6 ) -m (8 ) - (9) - ( 10 ) ... (U ) ... ( 12 ) ( 13 ) . . . ( 14 )
... US )
- ( 15)
Total ( 16 ) . . . ( 17 ) I
B , Daftar Barang yang Telah Disetujui Untuk Dipindahtangankan (Terindikasi Idle )
KODE URAIAN JENIS KODE
HARGA HARGA LIMIT
No. TAHUN NILAI BUKU NOMOR
SATKER SATKER MEREK / TIPE NUP JUMLAH PEROLEHAN TERENDAH
BARANG BARANG PEROLEHAN PERSETUJUAN
( Rp ) ( Rp ) ( Rp )
ill 121 111 111 111 1Z1 111 111 ( 10 ) (i i) ( 12 ) ( 13)
. . . (3 ) - (4 ) . . . (5 ) - (6 ) • (7)
Total
(8 )
- (9) ... OP ) ... HD . .. ( 12 )
( 16 ) |
... ( 13)
( 17 )
( 14 )
. .. ( 18 )
- ( 15)

C. Daftar Barang yang Telah Dihapuskan
KODE URAIAN HARGA HARGA LIMIT
No. JENIS KODE TAHUN NILAI BUKU NOMOR KEP
SATKER SATKER MEREK / TIPE NUP JUMLAH PEROLEHAN TERENDAH
BARANG BARANG PEROLEHAN PENGHAPUSAN
( Rp ) ( Rp ) ( Rp )
ill 111 131 111 111 M 1Z1 111 111 ( 10 ) HD ( 12 ) ( 13)
. . . (3 ) . . . (4 ) (5 ) ... (6 ) (7 ) - (8 ) - (9) ( 10 ) (ID ( 12 ) - (13) ... ( 14 ) ( 15 )
Total ( 16 ) I - ( 17 ) I - (18 )
( 19)
(20)

(tanda tangan)

(21 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 53 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nama Unit Eselon I.
( 2) Diisi tahun anggaran berjalan .
(3) Diisi nomor urut.
(4) Diisi 20 (dua puluh) digit kode Satuan Kerja.
(5) Diisi nama Satuan Kerja.
(6) Diisi jenis barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku .
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku .
(8) Diisi merek / tipe BMN.
(9) Diisi tahun perolehan BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan.
(10) Diisi nomor urut pendaftaran atas BMN.
(11) Diisi jumlah BMN yang akan dilakukan penghapusan / pemindahtanganan.
(12) Diisi harga perolehan atas BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan.
(13) Diisi nilai buku atas BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
(14) Diisi harga limit terendah BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
(15) Untuk Form A : Diisi keterangan yang diperlukan .
Untuk Form B : Diisi nomor persetujuan pemindahtanganan BMN .
Untuk Form C : Diisi nomor keputusan penghapusan BMN .
(16) Diisi jumlah nilai perolehan BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan.
(17) Diisi jumlah nilai buku atas BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan.
( 18) Diisi jumlah harga limit terendah BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan.
(19 ) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya Laporan Realisasi Penghapusan
BMN .
(20) Diisi jabatan penandatangan Laporan Realisasi Penghapusan BMN .
(21) Diisi nama yang menandatangani Laporan Realisasi Penghapusan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 54 -
29. Rekapitulasi Usulan Perubahan Hasil Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pengadaan Tingkat Tingkat Eselon I

USULAN PERUBAHAN HASIL PENELAAHAN


RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA PENGADAAN
TINGKAT ESELON I
TAHUN (2 )
Halaman: (1 )
UNIT ESELON I: (3 )

MATRIKS PERUBAHAN RKBMN


UNIT ESELON 1/
NO WILAYAH / KPB /
PROGRAM / KEGIATAN / KODE URAIAN
OUTPUT / JENIS BELANJA ICET
BARANG BARANG ALASAN
LOKASI SEMULA MENJADI
PERUBAHAN

111 121 ill M 111 181 121


...(4 ) ....(5) .. .. (6 ) .. . . (7) .... (8 ) . . . . (9 ) . . . . (10 ) .. . . ( 1 1 ) .. .. (12 )

( 13)
( 14 )

(tanda tangan)

( 15)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 55 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman.
(2) Diisi tahun anggaran berjalan .
(3) Diisi nama Tingkat Eselon I .
(4) Diisi nomor urut.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I, Unit Wilayah , dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan .
(6) Diisi kode program / kegiatan / output / jenis belanja sesuai Bagan Akun
Standar (BAS) .
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku.
(9 ) Diisi kuantitas BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN yang
diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan barang yang berlaku.
(10) Diisi kuantitas BMN yang diusulkan menggantikan besaran satuan barang
yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN , dalam satuan barang yang
berlaku.
(11) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN yang
sudah pernah diusulkan sebelumnya.
(12 ) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(13) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN.
(14) Diisi jabatan penandatangan rekapitulasi usulan perubahan hasil
penelaahan RKBMN.
(15) Diisi nama pejabat yang menandatangani rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 56 -
30. Rekapitulasi Usulan Perubahan Hasil Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pemeliharaan Tingkat Tingkat Eselon I

USULAN PERUBAHAN HASIL PENELAAHAN


RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA PEMELIHARAAN
TINGKAT ESELON I
TAHUN (2)
Halaman: (1 )

UNIT ESELON I: (3)

MATRIKS PERUBAHAN
UNIT ESELON I /
JENIS RKBMN
NO
KODE STATUS
WILAYAH / KPB / KET
BELANJA BARANG URAIAN BARANG BARANG SEMULA MENJADI
LOKASI ALASAN
PERUBAHAN
UNIT M2 UNIT M2
( 1) (2) (3) ( 4) ( 5) (6 ) ( 7) (8) (9 ) ( 10 ) ( 1 1) ( 12 )

..(4 ) ..(5) . . (6 ) ... .(7) . . . . (8 ) ..( 9 ) . . . . (10 ) ..(1 1) ....(12) ..( 13) ....( 14 ) ....( 15)

( 16 )
( 17)

(tanda tangan)
( 18 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 57 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman.
(2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi nama Tingkat Eselon I.
(4) Diisi nomor urut.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I, Unit Wilayah, dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan.
(6) Diisi kode dan uraian Bagan Akun Standar (BAS) Belanja Negara yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran tersebut.
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku .
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku .
(9 ) Diisi status BMN yang pemeliharaannya dapat dibiayai APBN: digunakan
sendiri atau pinjam pakai kurang dari 6 (enam) bulan.
( 10) Diisi jumlah unit BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN yang
diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan unit.
(11) Diisi jumlah luasan BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN
yang diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan meter
persegi (m2).
(12) Diisi jumlah unit BMN diusulkan baru menggantikan besaran usulan
sebelumnya (sebelum diubah ) , dalam satuan unit.
(13) Diisi luasan BMN diusulkan baru menggantikan besaran usulan
sebelumnya (sebelum diubah) , dalam satuan meter persegi ( m2) .
(14) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN yang
sudah pernah diusulkan sebelumnya.
(15) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(16) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN.
(17) Diisi jabatan penandatangan rekapitulasi usulan perubahan hasil
penelaahan RKBMN .
(18) Diisi nama pejabat yang menandatangani rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN .

t/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 58 -
31. Rekapitulasi Usulan Perubahan Hasil Penelitian Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara Kuasa Pengguna ( RKBMN
PKP) Tingkat Eselon I

USULAN PERUBAHAN HASIL PENELAAHAN


RENCANA KEBUTUHAN PENGADAAN BARANG MILIK NEGARA KUASA PENGGUNA ( RKBMN - PKP)
TINGKAT ESELON I
TAHUN (2)
Halaman: (1)

UNIT ESELON I : (3)

UNIT ESELON I / MATRIKS PERUBAHAN RKBMN - PKP


PROGRAM / KEGIATAN / O KODE
NO WILAYAH / KPB / URAIAN SEMULA MENJADI ALASAN KET
UTPUT / JENIS BELANJA BARANG
LOKASI BARANG PERUBAHAN
( 1) (2) ( 3) ( 4) ( 5) (6 ) ( 7) ( 8) (9 )

..(4 ) ..(5) ..(6 ) ....(7) ... .(8 ) ....( 9) . . . . (10 ) .. . . ( 1 1 ) . . . . (12 )

( 13)
( 14 )

(tanda tangan)

( 15)

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 59 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman .
( 2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi nama Tingkat Eselon I.
(4) Diisi nomor urut.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I, Unit Wilayah , dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan .
(6) Diisi kode program / kegiatan / output / jenis belanja sesuai Bagan Akun
Standar (BAS) .
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi
BMN yang berlaku .
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku .
(9) Diisi kuantitas BMN yang tercantum pada Hasil Penelitian RKBMN- PKP
yang diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan barang yang
berlaku.
(10) Diisi kuantitas BMN yang diusulkan menggantikan besaran satuan
barang yang tercantum pada Hasil Penelitian RKBMN -PKP, dalam satuan
barang yang berlaku .
( 11) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN- PKP
yang sudah pernah diusulkan sebelumnya.
(12 ) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu
diungkap.
(13) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya rekapitulasi usulan
perubahan hasil penelaahan RKBMN- PKP.
(14) Diisi jabatan penandatangan rekapitulasi usulan perubahan hasil
penelaahan RKBMN-PKP.
(15) Diisi nama pejabat yang menandatangani rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN- PKP.

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 60 -
32 . Surat Pengantar Tingkat Pengguna Barang

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

NOTA DINAS
NOMOR (2 )
Yth . ( 3)
Dari (4 )
Hal Penyampaian RKBMN Tahun (5 ) pada (6 )
Tanggal (7 )

Sehubungan dengan penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKBMN )


Tahun (5) pada (6 ), terlampir kami sampaikan Usulan RKBMN dimaksud .
Sebagai bahan pertimbangan , terlampir kami sampaikan:
1. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) ;
2. Rekapitulasi RKBMN Pengadaan tingkat Pengguna Barang hasil cetak aplikasi SIMAN ;
3. Rekapitulasi RKBMN Pemeliharaan tingkat Pengguna Barang hasil cetak aplikasi SIMAN; dan
4 . Laporan hasil review APIP yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang; dan

Atas perhatian dan kerjasama Bapak / Ibu , kami ucapkan terima kasih .

(tanda tangan )

... (7)

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor surat sesuai ketentuan tata naskah dinas yang berlaku pada
Kementerian Keuangan .
(2) Diisi jabatan Pengguna Barang .
(3) Diisi jabatan Tingkat Eselon I.
(4) Diisi periode tahun RKBMN yang disusun .
(5) Diisi nama Unit Eselon I.
(6 ) Diisi tanggal ditandatanganinya naskah dinas.
( 7) Diisi nama pejabat yang menandatangani surat pengantar.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 61 -
33. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak Usulan Rencana Kebutuhan
Barang Milik Negara Tingkat Pengguna Barang

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK


NOMOR - (1 )

Yang bertanda tangan di bawah ini, Pengguna Barang (2 ), menyatakan bahwa:


1. Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (2 ) periode Tahun Anggaran (3)
yang kami susun selaku Pengguna Barang sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor
(4 ), telah benar dan lengkap serta mematuhi penerapan kaidah Perencanaan
Kebutuhan Barang Milik Negara dan telah disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan tugas dan fungsi (2 )
2. Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara tersebut disusun dengan
memperhatikan kesesuaian program, kegiatan , dan keluaran (output ) berupa Barang Milik
Negara dengan Rencana Strategis (2 ) dan ketersediaan Barang Milik Negara pada
satuan kerja di lingkungan Pengguna Barang.

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

(5 )
Pengguna Barang
(6 )

(7 )

Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi nomor surat sesuai ketentuan tata naskah dinas yang berlaku pada
Kementerian Keuangan .
( 2) Diisi nama Kementerian / Lembaga.
( 3) Diisi periode tahun anggaran RKBMN yang disusun / diubah .
(4) Diisi nomor Peraturan Menteri Keuangan tentang Perencanaan Kebutuhan
Barang Milik Negara.
( 5) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya surat pernyataan tanggung
jawab mutlak usulan RKBMN .
(6 ) Diisi jabatan penandatangan surat pernyataan tanggung jawab mutlak
usulan RKBMN .
( 7) Diisi nama pejabat yang menandatangani surat pernyataan tanggung jawab
mutlak usulan RKBMN .

/
Aif-V V*
/

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 62 -
34 . Hasil Penelitian Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara Kuasa Pengguna

HASIL PENELITIAN
RENCANA KEBUTUHAN PENGADAAN BARANG MILIK NEGARA KUASA PENGGUNA ( RKBMN - PKP)
KEMENTERIAN KEUANGAN
TAHUN (2)

Halaman: (1 )

KEBUTUHAN RIIL PEMENUHAN KEBUTUHAN


NO KODE SATUAN NAMA SATUAN URAIAN BMN KEBUTUHAN BMN
KODE BARANG KETERANGAN
KERJA KERJA BARANG DISETUJUI
SKEMA KUANTITAS
( Maks. )
(1) (2) ( 3) ( 4) (5) ( 6) (7) ( 8) (9 ) ( 10)

...(3) ...(4 ) ...(5) (6 ) (7) (8 ) ....( 9) ( 10 ) (1 1) . . . ( 12)

( 13)
Penanggung Jawab UAPB
( 14 )

(tanda tangan)

( 15)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 63 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman.
(2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi nomor unit usulan kebutuhan pengadaan sesuai skala prioritas
pemenuhan.
(4 ) Diisi 20 (dua puluh ) digit kode Satuan Kerja.
(5) Diisi nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan kode barging sesuai ketentuan mengenai klasifikasi dan
kodefikasi BMN.
(7) Diisi dengan uraian barang sesuai ketentuan mengenai klasifikasi
dan kodefikasi BMN.
(8) Diisi dengan jumlah kebutuhan riil barang (standar kebutuhan sesuai
SSSJ dikurangi dengan BMN existing yang dapat dilakukan
optimalisasi) .
(9) Diisi dengan jumlah kebutuhan barang yang disetujui oleh Pengguna
Barang.
(10) Diisi dengan rencana bentuk skema pemenuhan kebutuhan apakah
akan dilakukan dengan pembelian / sewa / pengalihan status BMN /
atau skema pemenuhan kebutuhan yang lain yang dipandang lebih
efektif .
(11) Diisi dengan luas kebutuhan yang disetujui dalam satuan meter
persegi ( m2 ) untuk tanah dan / atau bangunan , dan jumlah unit
kebutuhan untuk BMN selain tanah dan / atau bangunan .
(12 ) Diisi dengan keterangan / uraian tentang informasi yang relevan
terkait kebutuhan BMN.
(13) Diisi dengan lokasi dan tanggal RKBMN-PKP ditetapkan .
(14) Diisi dengan jabatan pejabat yang menetapkan hasil penelitian
RKBMN-PKP.
(15) Diisi dengan nama pejabat yang menetapkan hasil penelitian RKBMN-
PKP.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 64 -
35. Perubahan Hasil Penelitian Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara Kuasa Pengguna ( RKBMN - PKP)

PERUBAHAN HASIL PENELITIAN


RENCANA KEBUTUHAN PENGADAAN BARANG MILIK NEGARA KUASA PENGGUNA ( RKBMN - PKP)
KEMENTERIAN KEUANGAN
TAHUN (2)
Halaman: (1 )

MATRIKS PERUBAHAN RKBMN -PKP


KODE SATUAN
NO NAMA SATUAN KERJA KODE BARANG KET
KERJA URAIAN
SEMULA MENJADI ALASAN
BARANG
PERUBAHAN
( 1) (2) ( 3) (4 ) (5) ( 6) ( 7) ( 8) (9)

..(3) ..(4 ) ..(5) . . (6 ) ....(7) .. . . (8) ( 9) ....(10) . . . .(1 1 )

(12 )
Penanggung Jawab UAPB
( 13)

(tanda tangan)
( 14 )

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 65 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman .
( 2) Diisi tahun anggaran beijalan.
(3) Diisi nomor unit usulan kebutuhan pengadaan sesuai skala prioritas
pemenuhan .
(4) Diisi 20 (dua puluh) digit kode Satuan Kerja.
(5) Diisi nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan kode barang sesuai ketentuan mengenai klasifikasi dan
kodefikasi BMN .
(7) Diisi dengan uraian barang sesuai ketentuan mengenai klasifikasi
dan kodefikasi BMN .
(8) Diisi kuantitas BMN yang tercantum pada Hasil Penelitian RKBMN-
PKP yang diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan
barang yang berlaku.
(9) Diisi dengan jumlah kebutuhan barang yang disetujui oleh Pengguna
Barang.
(10) Diisi dengan rencana bentuk skema pemenuhan kebutuhan apakah
akan dilakukan dengan pembelian / sewa / pengalihan status BMN /
atau skema pemenuhan kebutuhan yang lain yang dipandang lebih
efektif.
(11) Diisi dengan keterangan / uraian tentang informasi yang relevan
terkait kebutuhan BMN.
(12 ) Diisi dengan lokasi dan tanggal perubahan RKBMN- PKP ditetapkan .
(13) Diisi dengan jabatan pejabat yang menetapkan perubahan hasil
penelitian RKBMN- PKP.
(14) Diisi dengan nama pejabat yang menetapkan perubahan hasil
penelitian RKBMN- PKP.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 66 -

B . STANDAR PENAMAAN DAN BENTUK FILE DOKUMEN YANG MENJADI


DATA DUKUNG PENYAMPAIAN USULAN RENCANA KEBUTUHAN BARANG
MILIK NEGARA

Hardcopy Softcopy
(dikirim ( Upload
No Jenis Dokumen Format Nama File untuk
melalui di
upload
surat aplikasi
resmi) SIMAN )
Tingkat Kuasa Pengguna Barang
1 Surat Pengantar yang
ditandatangani Kuasa PDF v V 1. SP
Pengguna Barang
2 Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Mutlak
PDF v v 2. SPTJM
(SPTJM ) Kuasa Pengguna
Barang
3 RKBMN Pengadaan hasil
cetak aplikasi SIMAN yang
ditandatangani Kuasa
PDF v v 3. RKJPengadaan
Pengguna Barang
4 RKBMN Pemeliharaan
hasil cetak aplikasi SIMAN
PDF v v 4. RK_ Pemeliharaan
yang ditandatangani
Kuasa Pengguna Barang
5 RKBMN-PKP yang
ditandatangani oleh PDF v v 5. RKBMN_ PKP
Kuasa Pengguna Barang
6 Form Penjelasan yang
menyampaikan
penjelasan yang PDF v V 6 . Penjelasan
dibutuhkan atas usulan
yang diajukan
7 Laporan Realisasi PDF &
Penghapusan BMN
v v 7. RealJHapus
xls
8 Data Indikasi Kebutuhan
Pengadaan BMN (T-3)
PDF v v 8. Data_Indikasi
8 Dokumen pembahasan
dengan instansi teknis
PDF v V 8. Dok . RN_ PU
untuk RKBMN Pengadaan
Rumah Negara
9 Dokumen penganggaran
tahun penyusunan PDF v v 9. DIPA
RKBMN
10 Dokumen usulan
penganggaran untuk satu
PDF v v 10 . UsuLDIPA
tahun setelah
penyusunan RKBMN
11 Dokumen pendukung
atas pemeliharaan atas PDF v V 9 . BT
barang tambahan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 67 -

Hardcopy Softcopy
(dikirim (Upload
No Jenis Dokumen Format Nama File untuk
melalui di
upload
surat aplikasi
resmi) SIMAN )
12 Surat Keterangan
Kebenaran Digital PDF v v 9. SK_Digital

Tingkat Wilayah
1 Surat Pengantar yang
ditandatangani oleh PDF v v _
l .SP wil
Kepala Kantor Wilayah
2 Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Mutlak
(SPTJM ) yang PDF v v 2. SPTJM_wil
ditandatangani oleh
Kepala Kantor Wilayah
3 Rekapitulasi RKBMN
Pengadaan hasil cetak
aplikasi SIMAN yang PDF v v 3. RK_Pengadaan_wil
ditandatangani oleh
Kepala Kantor Wilayah
4 Rekapitulasi RKBMN
Pemeliharaan hasil cetak
aplikasi SIMAN yang 4.
PDF v v
ditandatangani RK_Pemeliharaan_wil
oleh
Kepala Kantor Wilayah
5 Rekapitulasi RKBMN-PKP
tingkat Kuasa Pengguna
Barang yang PDF v v 4. RKBMN_PKP wil _
ditandatangani oleh
Kepala Kantor Wilayah
6 Rekapitulasi Laporan
Realisasi Penghapusan PDF & 5.
v v
BMN ditandatangani oleh xls Rekap_Real_Hapus_wil
Kepala Kantor Wilayah
Tingkat Eselon I
1 Surat Pengantar yang
ditandatangani oleh
Sekretaris Unit Eselon PDF v v l .SP_el
1/ Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW
2 Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Mutlak
(SPTJM ) yang
ditandatangani oleh PDF v v _
2. SPTJM e1
Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW
3 Rekapitulasi RKBMN
Pengadaan hasil cetak
aplikasi SIMAN yang PDF v v 3. RK_Pengadaan_el
ditandatangani oleh
Sekretaris Unit Eselon

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 68 -

Hardcopy Softcopy
(dikirim (Upload
No Jenis Dokumen Nama File untuk
Format melalui di
upload
surat aplikasi
resmi) SIMAN )
I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW
4 Rekapitulasi RKBMN
Pemeliharaan hasil cetak
aplikasi SIMAN yang
ditandatangani oleh 4.
PDF v v
Sekretaris Unit Eselon RK_Pemeliharaan_e1
I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW
5 Rekapitulasi RKBMN-PKP
tingkat Tingkat Eselon I
yang ditandatangani oleh
PDF v v 4 . RKBM N_PKP_e1
Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW
6 Rekapitulasi Laporan
Realisasi Penghapusan
BMN ditandatangani oleh PDF & 5.
Rekap_Real_Hapus_e1
Sekretaris Unit Eselon
v v
xls
I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW
Tingkat Pengguna Barang
1 Surat Pengantar yang
ditandatangani oleh
Pejabat Eselon II yang
mendapat pelimpahan
PDF v v 1. SP_PB
wewenang dari Pengguna
Barang
2 Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Mutlak
(SPTJM ) yang
ditandatangani oleh
Pejabat Eselon II yang
PDF v v 2. SPTJM _PB
mendapat pelimpahan
wewenang dari Pengguna
Barang
3 Rekapitulasi RKBMN
Pengadaan hasil cetak
aplikasi SIMAN yang
ditandatangani oleh
Pejabat
PDF v v 3. RK_Pengadaan_PB
Eselon II yang mendapat
pelimpahan wewenang
dari Pengguna Barang
4 Rekapitulasi RKBMN
Pemeliharaan hasil cetak
4.
aplikasi SIMAN yang PDF v v
ditandatangani
RK_Pemeliharaan_PB
oleh
Pejabat Eselon II yang

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 69 -
Hardcopy Softcopy
( dikirim ( Upload
No Jenis Dokumen Format melalui
Nama File untuk
di
upload
surat aplikasi
resmi ) SIMAN )
mendapat pelimpahan
wewenang dari Pengguna
Barang
5 Laporan hasil reviu Aparat
Pengawasan Intern
Pemerintah yang PDF v V 5. Review_APIP PB
ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 70 -

BAB III
PERENCANAAN PENGGUNAAN , PEMANFAATAN , PEMINDAHTANGANAN , DAN
PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
KEUANGAN

A . Rencana Penggunaan Barang Milik Negara Tingkat Kuasa Pengguna Barang

RENCANA PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA


KUASA PENGGUNA BARANG

UNIT ESELON I (D
UNIT WILAYAH (2 )
UNIT KPB/KODE SATKER (3) halaman ...(4 )
I. Tahun (5a)
Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan SBSK
No NUP Keterangan
Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
Hi 121 131 141 151 161 111 HI 1?1
-m (7 ) (8 ) (9 ) - (10) - (11) - (12) — (13 ) - (14 )

Tahun (4b)
Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan SBSK
No NUP Keterangan
Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
HI 121 HI HI HI HI 1Z1 HI HI
- (6 ) - (7 ) - .(8 ) — (9 ) - (10 ) - (11 ) - (12 ) - (13 ) - (14 )

Tahun (4c )
Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan SBSK
No NUP Keterangan
Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
HI HI HI HI HI HI HI HI HI
- .(6 ) - .(7 ) - (8 ) - (9 ) - (10 ) - (11 ) - (12 ) — (13 ) - (14 )

(15)
Kuasa Pengguna Barang
- (16)

(tanda tangan)

(17 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 71 -

Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi dengan nama unit eselon I.
( 2) Diisi dengan nama kantor wilayah.
(3) Diisi dengan nama dan 20 digit kode satuan keija.
(4) Diisi dengan halaman.
(5a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penggunaan.
(5b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penggunaan.
(5c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penggunaan.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9 ) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
( 10) Diisi dengan tahun perolehan barang.
( 11 ) Diisi dengan bentuk penggunaan ( pilih salah satu ) :
a. Rencana Penggunaan untuk digunakan sendiri dalam rangka pelaksanaan
tugas dan fungsi;
b. Rencana Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain ;
c. Rencana Penggunaan Sementara BMN;
d. Rencana Pengalihan Status Penggunaan BMN;
e. Rencana Utilisasi Penggunaan BMN;
f. Rencana Pengalihan Penggunaan Antar Kuasa Pengguna Barang; atau
g. Rencana Pengalihan Fungsi Penggunaan BMN.
( 12) Diisi dengan peruntukan penggunaan BMN berdasarkan rencana bentuk
penggunaan pada kolom 6.
Contoh: untuk gudang arsip
( 13) Diisi dengan luas SBSK existing untuk BMN berupa:
Bangunan gedung kantor , tanah , dan rumah Negara.
Catatan: perhitungan dapat menggunakan aplikasi SIMAN pada plugin Master
Aset.
( 14 ) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
(15) Diisi lokasi dan tanggal disahkan.
( 16) Diisi nama jabatan penandatangan.
( 17 ) Diisi nama pejabat penandatangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 72 -

B . Rencana Penggunaan Barang Milik Negara Tingkat Wilayah

RENCANA PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA


TINGKAT WILAYAH

UNITESELON I (D
UNIT WILAYAH (2 ) halaman . . .(3)
I. Tahun (4a)
Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan
No NUP SBSK Keterangan
Satker Satker Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
HI ]21 131 151 161 1Z1 1§1 191 10 11
(5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9 ) (10 ) (11 ) (12 ) (13 ) (14 ) (15 )

Tahun (4b)
Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan
No NUP SBSK Keterangan
Satker Satker Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
111 1?1 111 111 111 111 111 111 111 10 11
(5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9 ) (10 ) (11 ) (12 ) (13 ) (14 ) ( 15 )

Tahun ( 4c)
Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan
No NUP SBSK Keterangan
Satker Satker Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
111
(5 )
111
(6 )
111
(7 )
141
(8 )
111
(9 ) (10 )
1Z1
(11 )
181
(12 )
m(13 ) 10
(14 )
11
(15 )

(16)
(17 )

(tanda tangan)

(18)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 73 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I .
(2 ) Diisi dengan nama kantor wilayah.
(3) Diisi dengan halaman .
(4a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penggunaan.
( 4 b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penggunaan .
(4c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penggunaan .
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan 20 digit kode satuan kerja.
(7) Diisi dengan nama satuan kerja.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9 ) Diisi dengan uraian nama barang.
(10) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(11) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12 ) Diisi dengan bentuk penggunaan ( pilih salah satu) :
a. Rencana Penggunaan untuk digunakan sendiri dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi;
b. Rencana Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain;
c. Rencana Penggunaan Sementara BMN ;
d . Rencana Pengalihan Status Penggunaan BMN ;
e. Rencana Utilisasi Penggunaan BMN;
f. Rencana Pengalihan Penggunaan Antar Kuasa Pengguna Barang; atau
g. Rencana Pengalihan Fungsi Penggunaan BMN.
(13) Diisi dengan peruntukan penggunaan BMN berdasarkan rencana bentuk
penggunaan pada kolom 11.
Contoh: untuk gudang arsip
(14) Diisi dengan luas SBSK existing untuk BMN berupa:
Bangunan gedung kantor, tanah, dan rumah Negara.
Catatan: perhitungan dapat menggunakan aplikasi SIMAN pada plugin
Master Aset.
( 15) Diisi dengan informasi lain yang relevan.
( 16) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
( 17) Diisi nama jabatan penandatangan.
( 18) Diisi nama pejabat penandatangan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 74 -

C. Rencana Penggunaan Barang Milik Negara Tingkat Unit Eselon I

RENCANA PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA


TINGKAT ESELON I

UNIT ESELON I (D halaman ...(2)


I. Tahun ( 3a )
Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan
No NUP SBSK Keterangan
Satker Satker Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
111 121 131 111 151 1§1 1Z1 M 1?1 (10) (11)
- (4) (5 ) (6 ) (7 ) - (8 ) (9 ) (10 ) ( 11 ) (12 ) (13 ) ( 14 )

II. Tahun (3b)


Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan
No NUP SBSK Keterangan
Satker Satker Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
111
(4 )
( 21
(5 )
131
(6 )
111
(7 )
151
(8 )
m(9) 1Z1
(10 )
m
(11 )
m
(12 )
(10)
(13 )
(ID
(14 )

III. Tahun (3c)


Rencana
Kode Nama Kode Uraian Tahun Penggunaan
No NUP SBSK Keterangan
Satker Satker Barang Barang Perolehan
Bentuk Peruntukan
111 121 131 111 151 1§1 1Z1 18) 1?1 (10) (11)
(4) - ( 5) (6) (7 ) (8 ) ( 10 ) (11) (12) (13 ) ( 14 )

(15)
... (16 )

(tanda tangan)

(17)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 75 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I .
(2) Diisi dengan halaman.
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penggunaan .
(3b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penggunaan .
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penggunaan .
(4) Diisi dengan nomor urut.
(5) Diisi dengan 20 digit kode satuan keija.
(6) Diisi dengan nama satuan kerja.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9 ) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(10) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(11) Diisi dengan bentuk penggunaan ( pilih salah satu) :
a. Rencana Penggunaan untuk digunakan sendiri dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi;
b. Rencana Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain;
c. Rencana Penggunaan Sementara BMN ;
d . Rencana Pengalihan Status Penggunaan BMN ;
e. Rencana Utilisasi Penggunaan BMN ;
f . Rencana Pengalihan Penggunaan Antar Kuasa Pengguna Barang; atau
g. Rencana Pengalihan Fungsi Penggunaan BMN.
(12) Diisi dengan peruntukan penggunaan BMN berdasarkan rencana bentuk
penggunaan pada kolom 10.
Contoh: untuk gudang arsip
(13) Diisi dengan luas SBSK existing untuk BMN berupa:
Bangunan gedung kantor, tanah, dan rumah Negara.
Catatan: perhitungan dapat menggunakan aplikasi SIMAN pada plugin
Master Aset.
(14) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
(15) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
(16) Diisi nama jabatan penandatangan .
(17) Diisi nama pejabat penandatangan .

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 76 -

D . Rencana Penggunaan Barang Milik Negara Kementerian Keuangan

RENCANA PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA


KEMENTERIAN KEUANGAN

I. Tahun (1a ) halaman . ..(2 )


Nama Rencana
Kode Satker Kode Uraian Tahun
No NUP Penggunaan SBSK Keterangan
Satker Barang Barang Perolehan
Bentuk Peruntukan
ill
(3 )
121
(4 )
131
(5 )
in
(6 )
151
(7 )
m
(8 )
1Z1
(9 )
181
(10 )
191 (10) (11)
(11 ) (12 ) (13 )

II. Tahun (1b)


Nama Rencana
Kode Kode Uraian Tahun
No Satker NUP Penggunaan SBSK Keterangan
Satker Barang Barang Perolehan
Bentuk Peruntukan
111
(3 )
1?1
(4 )
131
(5 )
in
(6 )
151
(7 )
in
(8 )
izi
(9 )
m
(10 )
i?i
(11 )
(10)
(12 )
(ID
(13 )

III. Tahun (1c)


Nama Rencana
Kode Satker Kode Uraian Tahun
No NUP Penggunaan SBSK Keterangan
Satker Barang Barang Perolehan
Bentuk Peruntukan
111
(3 )
in
(4 )
m(5) m(6) 151
(7 )
161
(8 )
1Z1
(9 )
1§1
(10 )
in
(11 )
(10)
(12 )
(11)
(13 )

(14)
Pengguna Barang
...(15)

(tanda tangan)

...(16)

i/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 77 -

Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi nama unit eselon I .
( la) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penggunaan .
( lb) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penggunaan .
( lc) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penggunaan .
(2) Diisi dengan halaman.
(3) Diisi dengan nomor urut.
(4) Diisi dengan 20 digit kode satuan kerja.
(5) Diisi dengan nama satuan kerja.
(6 ) Diisi dengan kode barang.
(7) Diisi dengan uraian nama barang.
(8) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(9) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(10) Diisi dengan bentuk penggunaan ( pilih salah satu) :
a. Rencana Penggunaan untuk digunakan sendiri dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi;
b. Rencana Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain;
c. Rencana Penggunaan Sementara BMN;
d . Rencana Pengalihan Status Penggunaan BMN ;
e. Rencana Utilisasi Penggunaan BMN;
f . Rencana Pengalihan Penggunaan Antar Kuasa Pengguna Barang; atau
g. Rencana Pengalihan Fungsi Penggunaan BMN .
(11) Diisi dengan peruntukan penggunaan BMN berdasarkan rencana bentuk
penggunaan pada kolom 9.
Contoh: untuk gudang arsip
(12 ) Diisi dengan luas SBSK existing untuk BMN berupa:
Bangunan gedung kantor, tanah , dan rumah Negara.
Catatan: perhitungan dapat menggunakan aplikasi SIM AN pada plugin
Master Aset.
(13) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
(14) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
(15) Diisi nama jabatan penandatangan .
(16) Diisi nama pejabat penandatangan.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 78 -

E . Rencana Pemanfaatan Barang Milik Negara Tingkat Kuasa Pengguna Barang

RENCANA PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA


KUASA PENGGUNA BARANG

UNIT ESELON I ....(1)


UNIT WILAYAH (2 )
UNIT SATUAN KERJA . ...(3) halaman ...( 4 )
I. Tahun (5 a )

Kode Uraian Tahun Rencana Pemanfaatan


No Foto
NUP Jangka Ket
Barang Barang Perolehan BMN Luas Bentuk Peruntukan
waktu
ill
(6 )
1?I
(7 )
m(8 ) 141
(9 ) (10 )
1§1
(11 )
izi
(12 )
1§1
(13 )
191
(14 )
(10)
(15 )
(11)
(16 )

II. Tahun (5b)

Kode Uraian Rencana Pemanfaatan


Tahun Foto
No NUP Jangka Ket
Barang Barang Perolehan BMN Luas Bentuk Peruntukan
waktu
HI
(6 )
121
(7 )
131
(8 )
141
(9 )
151
(10 )
1§1
(11 )
1Z1
(12 )
m
(13 )
191
(14 )
(10)
(15 )
(ID
(16 )

III. Tahun (5c )


Rencana Pemanfaatan
Kode Uraian Tahun Foto
No NUP Jangka Ket
Barang Barang Perolehan BMN Luas Bentuk Peruntukan
waktu
111 1?1 131 141 151 M 1Z1 1§1 1?1 (10) 1111
(6 ) (7 ) (8 ) (9 ) (10 ) (11 ) (12 ) (13 ) (14 ) (15 ) (16 )

(17)
Kuasa Pengguna Barang
(18)

(tanda tangan)

(19 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 79 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I.
(2) Diisi dengan nama kantor wilayah.
(3) Diisi dengan nama satuan kerja.
(4) Diisi dengan halaman .
(5a) Diisi dengan tahun T+ 1 penyusunan rencana pemanfaatan.
(5b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemanfaatan.
(5c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemanfaatan.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(10) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(11) Diisi dengan foto BMN yang akan dimanfaatkan.
( 12) Diisi dengan luas rencana pemanfaatan.
(13) Diisi dengan bentuk pemanfaatan (pilih salah satu):
a. Sewa;
b. Pinjam Pakai;
c. Kerja Sama Pemanfaatan;
d . Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna;
e. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.
(14) Diisi dengan peruntukan pemanfaatan BMN berdasarkan rencana bentuk
pemanfaatan pada kolom 11.
Contoh: sewa space ATM
(15) Diisi dengan jangka waktu rencana pelaksanaan pemanfaatan .
(16) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
(17) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
(18) Diisi nama jabatan penandatangan .
( 19 ) Diisi nama pejabat penandatangan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 80 -
F. Rencana Pemanfaatan Barang Milik Negara Tingkat Wilayah

RENCANA PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA


TINGKAT WILAYAH

UNIT ESELON I ....(1)


UNIT WILAYAH ....(2) halaman ...(3)
I. Tahun , . . .( 4a )

Kode Nama Rencana Pemanfaatan


Kode Uraian Tahun Foto
No NUP Jangka Ket
Satker Satker Barang Barang Perolehan BMN Luas Bentuk Peruntukan
waktu
ill
(5 )
421
(6 )
m(7) 441
(8 )
151
(9 )
161
(10)
1Z1
( 11)
121
( 12 )
121
(13 )
(10)
( 14 )
(11) 0 2) (13)
(15 ) (16 ) (17 )

II. Tahun (4b)


Kode Nama Kode Uraian Rencana Pemanfaatan
No Tahun Foto
NUP Jangka Ket
Satker Satker Barang Barang Perolehan BMN Luas Bentuk Peruntukan
waktu
111 121 121 111 151 111 121 121 (10) mi (12) (13)
(5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9 ) ( 10 ) (11 ) (12 ) (13 ) (14 ) (15 ) (16 ) (17 )

III. Tahun ....(4c )


Kode Nama Kode Uraian Rencana Pemanfaatan
Tahun Foto
No NUP Jangka Ket
Satker Satker Barang Barang Perolehan BMN Luas Bentuk Peruntukan
waktu
in 121 131 in 151 161 ill 121 121 0 0) mi 1121 (13)
(5) (6 ) - (7 ) (8 ) (9 ) (10 ) (11 ) (12 ) (13 ) ( 14 ) (15 ) (16 ) (17 )

(18)
(19 )

(tanda tangan)

. . . ( 20)

j
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 81 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I .
(2) Diisi dengan nama kantor wilayah.
(3) Diisi dengan halaman.
(4 a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemanfaatan .
(4b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemanfaatan.
(4 c ) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemanfaatan.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan 20 digit kode satuan kerja.
(7) Diisi dengan nama satuan keija.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9) Diisi dengan uraian nama barang.
(10) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(11) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12) Diisi dengan foto BMN yang akan dimanfaatkan.
(13) Diisi dengan luas rencana pemanfaatan .
(14) Diisi dengan bentuk pemanfaatan ( pilih salah satu):
a. Sewa;
b. Pinjam Pakai;
c. Kerja Sama Pemanfaatan;
d . Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna;
e . Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.
(15) Diisi dengan peruntukan pemanfaatan BMN berdasarkan rencana bentuk
pemanfaatan pada kolom 11.
Contoh: sewa space ATM
(16) Diisi dengan jangka waktu rencana pelaksanaan pemanfaatan .
(17) Diisi dengan informasi lain yang relevan.
(18) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
(19) Diisi nama jabatan penandatangan.
(20) Diisi nama pejabat penandatangan .

l
MENTERi KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 82 -
G. Rencana Pemanfaatan Barang Milik Negara Tingkat Unit Eselon I

RENCANA PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA


TINGKAT ESELON I

UNIT ESELON I (1 ) halaman ...(2)


I. Tahun : . ...(3a)
Kode Nama Kode Uraian Rencana Pemanfaatan
No Tahun Foto
Satker Satker
NUP Jangka Ket
Barang Barang Perolehan BMN Luas Bentuk Peruntukan
waktu
111
(4 )
1?1
(5 )
ill
(6 )
HI
(7 ) (8 ) (9 )
1Z1
(10 )
m
(11 )
191
(12 )
0 0)
(13 )
(11)
(14 )
(12)
(15 )
(13)
(16 )

II. Tahun. . . .( 3b)


Kode Nama Kode Uraian Rencana Pemanfaatan
No Tahun Foto
NUP Jangka Ket
Satker Satker Barang Barang Perolehan BMN Luas Bentuk Peruntukan
waktu
111
(4 )
121
(5)
131
(6 )
111
(7 )
151
(8 ) (9)
1Z1
(10 )
m
(11 )
i?i
(12 )
(10)
(13)
(ID
(14 )
(12)
(15 )
(13)
( 16 )
-

III. Tahun. ...(3c)


Kode Nama Rencana Pemanfaatan
Kode Uraian Tahun Foto
No NUP Jangka Ket
Satker Satker Barang Barang Perolehan BMN Luas Bentuk Peruntukan
waktu
111 1?1 131 111 151 161 1Z1 M 1?1 (10) (11) (12) (13)
( 4) (5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9 ) ( 10 ) ( 11 ) ( 12 ) ( 13) ( 14 ) (15 ) - ( 16 )

(17)
(18 )

(tanda tangan)

( 19)
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 83 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I.
(2) Diisi dengan halaman .
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemanfaatan.
(3b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemanfaatan.
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemanfaatan .
(4) Diisi dengan nomor unit.
(5) Diisi dengan 20 digit kode satuan kerja.
(6) Diisi dengan nama satuan kexja.
( 7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9 ) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(10) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(11) Diisi dengan foto BMN yang akan dimanfaatkan.
(12) Diisi dengan luas rencana pemanfaatan .
( 13) Diisi dengan bentuk pemanfaatan ( pilih salah satu) :
a. Sewa;
b. Pinjam Pakai;
c. Kerja Sama Pemanfaatan;
d. Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna;
e. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.
(14) Diisi dengan peruntukan pemanfaatan BMN berdasarkan rencana bentuk
pemanfaatan pada kolom 11.
Contoh: sewa space ATM
(15) Diisi dengan jangka waktu rencana pelaksanaan pemanfaatan .
(16) Diisi dengan informasi lain yang relevan.
(17) Diisi lokasi dan tanggal disahkan.
(18) Diisi nama jabatan penandatangan .
(19) Diisi nama pejabat penandatangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 84 -

H . Rencana Pemanfaatan Barang Milik Negara Kementerian Keuangan

RENCANA PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA


KEMENTERIAN KEUANGAN

UNIT ESELON I . . . .(1 ) halaman ...(2)


I. Tahun : ....(3a)
Kode Nama Kode Uraian Rencana Pemanfaatan
No Tahun Foto
NUP Jangka Ket
Satker Satker Barang Barang Perolehan BMN Luas Bentuk Peruntukan
waktu
ill
(4 )
121
(5 )
m(6 ) ill
(7 )
151
(8 ) (9 )
1Z1
(10 )
m
(11 )
M
(12 )
(10)
(13 )
(11)
(14 )
(12)
(15 )
(13)
(16 )

II. Tahun. , ..(3b)


Kode Nama Kode Uraian Rencana Pemanfaatan
Tahun Foto
No NUP Jangka Ket
Satker Satker Barang Barang Perolehan BMN Luas Bentuk Peruntukan
waktu
ill 121 131 ill 151 161 1Z1 M (10) (11) (12) (13)
(4 ) (5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9 ) (10 ) (11 ) (12 ) (13 ) (14 ) (15 ) ( 16 )

III. Tahun....(3c )
Kode Nama Rencana Pemanfaatan
Kode Uraian Tahun Foto
No NUP Jangka Ket
Satker Satker Barang Barang Perolehan BMN Luas Bentuk Peruntukan
waktu
111
(4 )
121
(5 )
111
(6 )
in
(7 )
151
(8 ) (9 )
izi
(10 )
m
(11 )
m
(12 )
(10)
(13 )
(n)
(14 )
(12)
(15 )
(13)
( 16 )

(17)
Pengguna Barang,
(18 )

(tanda tangan)

(19)

•i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 85 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I.
(2) Diisi dengan halaman.
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemanfaatan .
(3b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemanfaatan .
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemanfaatan.
(4) Diisi dengan nomor unit.
(5) Diisi dengan 20 digit kode satuan kerja.
(6) Diisi dengan nama satuan kerja.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9 ) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
( 10) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(11) Diisi dengan foto BMN yang akan dimanfaatkan.
(12) Diisi dengan luas rencana pemanfaatan.
(13) Diisi dengan bentuk pemanfaatan ( pilih salah satu) :
a. Sewa;
b. Pinjam Pakai;
c. Kerja Sama Pemanfaatan;
d . Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna;
e. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.
(14) Diisi dengan peruntukan pemanfaatan BMN berdasarkan rencana bentuk
pemanfaatan pada kolom 11.
Contoh: sewa space ATM
(15) Diisi dengan jangka waktu rencana pelaksanaan pemanfaatan .
(16) Diisi dengan informasi lain yang relevan.
(17) Diisi lokasi dan tanggal disahkan.
(18) Diisi nama jabatan penandatangan .
(19) Diisi nama pejabat penandatangan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 86 -
I . Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat Kuasa Pengguna Barang

RENCANA PEMINDAHTANGANAN BMN


KUASA PENGGUNA BARANG

UNIT PPB-E I
UNIT WILAYAH : ...(2)
UNIT KPB ...(3) ha\ aman ....(4)
I. TAHUN : ...(5a)
Luas Alasan
Kode Uraian Identitas Tahun Tanah/ Jumlah Bentuk
No NUP Nilai Rencana
Barang Barang Barang Perolehan bangun Barang Pemindahta Ket
Perolehan Pemindah
ngananan
an tanganan
111 HI (4 ) 151 HI (8) (10) (11) (12)
.. .(6 ...(7) ...(8) .. .(9) ...(10) ...(11) . ..(12 ) ...(13) ...(14) ...(15) ...(16 ) ...(17)
1

II. TAHUN : . ..(5b)


Luas Alasan
Kode Uraian Identitas Tahun Tanah/ Bentuk
No NUP Jumlah Nilai Rencana
Barang Barang Barang Perolehan bangun Barang Pemindahta Ket
Perolehan Pemindah
ngananan
an tanganan
HI 121 141 151 m in (81 m (10) (ID (12)
...(6 ...(7) ...(8) ...(9) ...(10) ...(11) ...(12) ...(13) ...(14) ...(15 ) .. .(16) ...(17)
1

III. TAHUN : ...(5c )


Luas Alasan
Kode Uraian Identitas Tahun Bentuk
No Tanah/ Jumlah Nilai Rencana
NUP Pemindahta Ket
Barang Barang Barang Perolehan bangun Barang Perolehan Pemindah
ngananan
an tanganan
111
...(6
121
...(7)
131
.. .(8 )
141
...(9)
(5)
...(10)
m
. . .(11)
m
.. .(12)
m
...(13)
191
. ..(14)
(10)
...(15 )
(11)
...(16)
(12)
...(17)
1

(18)
Kuasa Pengguna Barang,
(19 )

(tanda tangan)

(20)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 87 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I.
(2) Diisi dengan nama kantor wilayah.
(3) Diisi dengan nama satuan keija.
(4 ) Diisi dengan halaman.
(5a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemindahtanganan .
(5b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemindahtanganan.
(5c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemindahtanganan.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(10) Diisi dengan nomor identitas dan merk barang.
(11) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12 ) Diisi dengan luas tanah / bangunan yang diusulkan pemindahtanganan .
(13) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan pemindahtanganan .
(14) Diisi dengan nilai perolehan barang.
(15) Diisi dengan bentuk pemindahtanganan yang direncanakan (pilih salah
satu) :
a. Penjualan;
b. Tukar menukar;
c. Hibah; atau
d . Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.
( 16) Diisi dengan alasan / urgensi pengusulan pemindahtanganan BMN .
(17) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
( 18) Diisi lokasi dan tanggal disahkan.
(19 ) Diisi nama jabatan penandatangan.
(20) Diisi nama pejabat penandatangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 88 -
J . Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat Wilayah
RENCANA PEMINDAHTANGANAN BMN
TINGKAT WILAYAH

UNIT PPB-E I (1 )
UNIT WILAYAH ...( 2) halaman:... f3J
.
I TAHUN . . .(4a)
Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP Ket
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Pemindahtanganan Pemindahtanganan
ill
(5 )
(3) M (5) 161 (Z1 m (91 (10) (11) (12) (13) (14)
(6 ) (7 ) (8 ) (9 ) (10 ) (11) (12 ) (13 ) ( 14 ) ( 15 ) ( 18 ) (17 ) (18 )

II . TAHUN : .. .( 4b)
Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP Ket
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Pemindahtanganan Pemindahtanganan
111 121 (5 ) (61 J21 (31 191 (10) (11) (12) (13) (14)
(5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9 ) (10 ) (11 ) ( 12 ) ( 13 ) (14 ) (15 ) (16 ) (17 ) ( 18 )

III. TAHUN : ...(4b)


Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP Ket
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Pemindahtanganan Pemindahtanganan
111
(5 )
m(6) (3)
(7)
(4)
(8 )
151
(9 )
.(6) (7) 1§1 (9) (10) (11) (12) (13) (14)
( 10 ) (11 ) (12 ) (13 ) ( 14 ) ( 15 ) ( 16 ) (17 ) (18 )

(19)
( 20 )

(tanda tangan)

(21)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 89 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I .
(2) Diisi dengan nama kantor wilayah.
(3) Diisi dengan halaman.
(4a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemindahtanganan .
(4 b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemindahtanganan .
( 4c ) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemindahtanganan .
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan 20 digit kode satker.
(7) Diisi dengan nama satker.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9) Diisi dengan uraian nama barang.
(10) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(11) Diisi dengan nomor identitas dan merk barang.
(12 ) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(13) Diisi dengan luas tanah / bangunan yang diusulkan pemindahtanganan .
(14) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan pemindahtanganan .
(15) Diisi dengan nilai perolehan barang.
( 16) Diisi dengan bentuk pemindahtanganan yang direncanakan ( pilih salah
satu) :
a. Penjualan;
b. Tukar menukar;
c. Hibah; atau
d. Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.
(17) Diisi dengan alasan / urgensi pengusulan pemindahtanganan BMN .
(18) Diisi dengan informasi lain yang relevan.
(19 ) Diisi lokasi dan tanggal disahkan.
(20) Diisi nama jabatan penandatangan .
(21) Diisi nama pejabat penandatangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 90 -
K. Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat Unit Eselon I

RENCANA PEMINDAHTANGANAN BMN


TINGKAT ESELON I

UNIT PPB-E I : ...(1) halaman:... )


I . TAHUN : ...(3a) ^
Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP Ket
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Pemindahtanganan Pemindahtanganan
ill 121 ( 3) (4) 151 M (7) 181 (9) 0 0) ( 11) (12) 03) (14)
(4) (5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9 ) ( 10 ) (11 ) (12 ) (13 ) ( 14 ) (15 ) (16 ) ( 17 )

II . TAHUN : ...(3b)
Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP Ket
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Pemindahtanganan Pemindahtanganan
111
(4 )
iai
(5 )
131
(6 )
141 (5) m in (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
nAZL (8 ) (9 ) (10 ) (11 ) ( 12) (13 ) (14 ) ( 15 ) ( 16 ) (17 )

III. TAHUN : ...(3c)


Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP Ket
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Pemindahtanganan Pemindahtanganan
111 121 131 141 (5) 161 111 1?1 1101 (11) (12) (13) (14)
(4) (5 ) (6 ) (7 ) (8) (9 ) (10 ) (11 ) ( 12 ) (13 ) ( 14 ) ( 15 ) (16 ) ( 17 )

(18)
(19)

(tanda tangan)

(20)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 91 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I.
(2) Diisi dengan halaman .
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemindahtanganan .
(3b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemindahtanganan .
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemindahtanganan .
(4) Diisi dengan nomor urut.
(5) Diisi dengan 20 digit kode satker.
(6) Diisi dengan nama satker.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(10) Diisi dengan nomor identitas dan merk barang.
(11) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12) Diisi dengan luas tanah / bangunan yang diusulkan pemindahtanganan .
(13) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan pemindahtanganan .
(14) Diisi dengan nilai perolehan barang.
(15) Diisi dengan bentuk pemindahtanganan yang direncanakan (pilih salah
satu):
a. Penjualan;
b. Tukar menukar;
c. Hibah; atau
d. Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.
(16) Diisi dengan alasan / urgensi pengusulan pemindahtanganan BMN .
(17) Diisi dengan informasi lain yang relevan.
(18) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
(19 ) Diisi nama jabatan penandatangan .
(20) Diisi nama pejabat penandatangan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 92 -
L . Rencana Pemindahtanganan Barang Milik Negara Kementerian Keuangan
RENCANA PEMINDAHTANGANAN BMN
KEMENTERIAN KEUANGAN

UNIT PPB-E I : . .. ( 1 ) halaman (2 )


I. TAHUN : . . .(3a)
Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP Ket
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Pemindahtanganan Pemindahtanganan
(1)
(4 )
(2)
(5 ) (6 )
(4)
(7 )
(5)
(8 )
M
(9 )
1Z1
(10 )
m
( 11) ( 12 )
(10)
(13 )
(ID
(14 )
(12)
( 15 )
(13)
(16 )
(14)
(17 )

II. TAHUN : ...(3b)


Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP Ket
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Pemindahtanganan Pemindahtanganan
HI 121 13) 141 1§1 161 1Z1 1§) 191 (10) (11) (12) (13) (14)
(4 ) (5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9 ) (10) (11 ) (12 ) (13) ( 14 ) (15 ) ( 16 ) (17 )

III. TAHUN : . ..(3c )


Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP Ket
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Pemindahtanganan Pemindahtanganan
111 121 131 14] (5) 161 1Z1 151 (10) (11) (12) (13) (14)
( 4) (5 ) (6) (7) (8 ) (9 ) (10 ) ( 11 ) (12 ) (13 ) ( 14 ) ( 15 ) (16 ) (17 )

(18)
Pengguna Barang,
(19 )

(tanda tangan)

( 20 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 93 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I.
(2) Diisi dengan halaman .
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemindahtanganan.
(3b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemindahtanganan.
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemindahtanganan.
( 4) Diisi dengan nomor urut.
(5) Diisi dengan 20 digit kode satker.
(6) Diisi dengan nama satker.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9 ) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(10) Diisi dengan nomor identitas dan merk barang.
(11) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12) Diisi dengan luas tanah / bangunan yang diusulkan pemindahtanganan.
(13) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan pemindahtanganan .
(14) Diisi dengan nilai perolehan barang.
(15) Diisi dengan bentuk pemindahtanganan yang direncanakan (pilih salah
satu):
a. Penjualan;
b. Tukar menukar;
c. Hibah; atau
d . Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.
(16) Diisi dengan alasan / urgensi pengusulan pemindahtanganan BMN.
(17) Diisi dengan informasi lain yang relevan.
( 18) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
(19 ) Diisi nama jabatan penandatangan .
(20) Diisi nama pejabat penandatangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 94 -

M . Rencana Penghapusan BMN tingkat Kuasa Pengguna Barang

RENCANA PENGHAPUSAN BMN


KUASA PENGGUNA BARANG

UNIT PPB-E I ... (1)


UNIT WILAYAH : . . .(2)
UNIT KPB . . .(3) halaman: ... f4J
I. TAHUN : . . .(5a)
Kode Uraian Luas
No Identitas Tahun Jumlah Nilai Alasan Rencana
NUP Tanah/bang Ket
Barang Barang Barang Perolehan Barang Perolehan Penghapusan
unan
(1) m( ) . 131 (4) (5 ) M (7) M (?) (10) (11)
- (6 ) - 7 - (8) (9 ) ( 10 ) (11 ) - (12 ) (13 ) - (14 ) (15 ) (16 )

II. TAHUN : ...(5b )


Kode Uraian Luas
No Identitas Tahun Jumlah Nilai Alasan Rencana
NUP Tanah/bang Ket
Barang Barang Barang Perolehan Barang Perolehan Penghapusan
unan
ill
(6 )
121
(7 )
(3)
(8 )
(4)
(9 )
(5 )
(10 )
m
( 11 )
izi
(12 )
(8)
(13 )
M (10) (11)
- (14 ) (15 ) - (16 )

III. TAHUN : . ..(5c )


Kode Uraian Luas
No
Identitas Tahun Jumlah Nilai Alasan Rencana
NUP Tanah/bang Ket
Barang Barang Barang Perolehan Barang Perolehan Penghapusan
unan
111 (2) 1?1 141 1?1 16) 111 [81 M .
(10) (11)
(6 ) - (7 ) (8 ) (9 ) (10 ) ( 11 ) (12 ) (13) - (14 ) - (15 ) ( 16 )

( 17)
Kuasa Pengguna Barang,
(18)

(tanda tangan)

(19)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 95 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I .
(2 ) Diisi dengan nama kantor wilayah.
(3) Diisi dengan nama satuan keija.
(4) Diisi dengan halaman.
(5a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penghapusan.
(5b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penghapusan.
(5c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penghapusan.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9 ) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(10) Diisi dengan nomor identitas dan merk barang.
(11) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12 ) Diisi dengan luas tanah / bangunan yang diusulkan penghapusan.
(13) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan penghapusan .
(14) Diisi dengan nilai perolehan barang.
(15) Diisi dengan alasan / urgensi pengusulan penghapusan BMN .
(16) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
(17) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
(18) Diisi nama jabatan penghapusan.
( 19) Diisi nama pejabat penghapusan .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBL 1K INDONESIA
- 96 -
N . Rencana Penghapusan BMN tingkat Wilayah
RENCANA PENGHAPUSAN BMN
TINGKAT WILAYAH
UNIT PPB-E I .. . (1 )
UNIT WILAYAH ...( 2) halaman:...('3)
I . TAHUN . ..(4a )
Kode Nama Satker Kode Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Alasan Rencana
No Uraian Barang NUP Ket
Satker Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Penghapusan
111 (4) 1Z1 181 191 (10) (11) (12) (13)
(5 ) (6 ) (7) (8 ) (9 ) (10 ) (11 ) (12 ) (13 ) (14 ) (15 ) (16 ) (17 )

II . TAHUN : .. .( 4b)
Kode Nama Satker Kode Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Alasan Rencana
No Uraian Barang NUP Ket
Satker Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Penghapusan
111 121 131 111 151 151 1Z1 151 151 (10) (11) (12) (13)
(5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9 ) (10 ) (11 ) (12 ) (13 ) ( 14 ) (15 ) ( 16 ) ( 17 )

III. TAHUN : ...(4b)


Kode Nama Satker Kode Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Alasan Rencana
No Uraian Barang NUP Ket
Satker Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Penghapusan
111 121 151 ( 4) 151 151 1Z1 151 151 (10) (1D (12) (13)
(5 ) - IS) (7 ) (8 ) (9 ) ( 10 ) ( 11 ) (12 ) (13 ) ( 14 ) (15 ) (16 ) (17 )

( 18)
( 19 )

(tanda tangan)

(20)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 97 -

Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi dengan nama unit eselon I.
( 2) Diisi dengan nama kantor wilayah .
(3) Diisi dengan halaman .
(4a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penghapusan .
( 4 b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penghapusan .
(4c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penghapusan .
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan 20 digit kode satker.
(7) Diisi dengan nama satker.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9 ) Diisi dengan uraian nama barang.
(10) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(11) Diisi dengan nomor identitas dan merk barang.
(12 ) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(13) Diisi dengan luas tanah / bangunan yang diusulkan penghapusan .
( 14) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan penghapusan.
(15) Diisi dengan nilai perolehan barang.
( 16) Diisi dengan alasan / urgensi pengusulan pemindahtanganan BMN .
(17) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
(18) Diisi lokasi dan tanggal disahkan.
(19) Diisi nama jabatan penandatangan.
(20) Diisi nama pejabat penandatangan .

/
*
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 98 -
O . Rencana Penghapusan BMN tingkat Unit Eselon I

RENCANA PENGHAPUSAN BMN


TINGKAT ESELON I
UNIT PPB-E I : . . . (1 ) halaman : ...(2)
I. TAHUN , ..(3a )

Kode Nama Satker Kode Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Alasan Rencana
No Uraian Barang NUP Ket
Satker Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Penghapusan
ill HI 13). (4) 151 (6 ) (7) HI HI (10) (11) (12) (13)
(4 ) . - (5) (6 ) (7) (8 ) (9 ) ( 10 ) (11 ) ( 12 ) ( 13 ) ( 14 ) (15 ) (16 )

II. TAHUN : ..(3b)


,

Kode Nama Satker Kode Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Alasan Rencana
No Uraian Barang NUP Ket
Satker Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Penghapusan
HI 1?1 131 141 151 1Z1 181 HI (10) (11) (12) (13)
(4 ) (5 ) (6 ) (7 ) (9 ) ( 10 ) (11 ) ( 12) (13 ) (14 ) (15 ) (16 )

III. TAHUN : ...(3c)


Kode Nama Satker Kode Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Alasan Rencana
No Uraian Barang NUP Ket
Satker Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Penghapusan
HI HI HI HI 151 HI 1Z1 HI (9) (10) (11) (12) (13)
(4 ) (5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9) ( 10 ) ( 11 ) ( 12 ) (13 ) (14 ) ( 15 ) ( 16 )

(17)
(18)

(tanda tangan)

(19 )

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 100 -
P. Rencana Penghapusan Barang Milik Negara Kementerian Keuangan
RENCANA PENGHAPUSAN BMN
KEMENTERIAN KEUANGAN
UNIT PPB-E I : . . .( 1 ) halaman: ...(2 )
I. TAHUN , ..(3a )

Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP Ket
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Pemindahtanganan Penghapusan
111 m (31 (4) 151 (61 (7) m (9) (10) (11) (12) (13) (14)
(4) (5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9 ) ( 10 ) ( 11 ) ( 12 ) (13 ) (14 ) (15 ) (16 ) (17 )

II. TAHUN : ...( 3b)


Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP Ket
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Pemindahtanganan Penghapusan
111
(4)
m(5.) (6 )
in
(7 )
(5)
(8 )
161
(9 )
1Z1
(10 )
m
(11 )
(9)
( 12 )
00)
(13 )
(11)
( 14 )
(12)
(15 )
03)
( 16 )
(14)
(17 )

III. TAHUN : ...(3c)


Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP Ket
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Pemindahtanganan Penghapusan
111 121 131 111 151 1§1 1Z1 (9) (10) (11) (12) (13) (14)
(4 ) (5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9) ( 10 ) ( 11 ) ( 12 ) ( 13 ) (14 ) ( 15 ) ( 16 ) (17 )

(18 )
Pengguna Barang,
(19)

(tanda tangan)

(20)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 101 -
Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi dengan nama unit eselon I .
(2 ) Diisi dengan halaman.
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penghapusan.
(3b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penghapusan.
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penghapusan.
(4) Diisi dengan nomor urut.
(5) Diisi dengan 20 digit kode satker .
(6 ) Diisi dengan nama satker.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9 ) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(10) Diisi dengan nomor identitas dan merk barang.
( 1 1) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12 ) Diisi dengan luas tanah / bangunan yang diusulkan penghapusan .
(13) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan penghapusan .
(14) Diisi dengan nilai perolehan barang.
(15) Diisi dengan bentuk penghapusan.
(16) Diisi dengan alasan / urgensi pengusulan penghapusan BMN.
(17) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
(18) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
(19) Diisi nama jabatan penandatangan .
(20) Diisi nama pejabat penandatangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 102 -

Q . Perubahan Rencana Penggunaan Barang Milik Negara Kementerian Keuangan


RENCANA PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA
KEMENTERIAN KEUANGAN
UNIT ESELON I (D
UNIT WILAYAH ( 2) halaman . . .(3)
I. Tahun ( 4a)
Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan
No NUP SBSK Keterangan Status
Satker Satker Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
(D (2) (3) W (6) ill (8) (?) (10) (11) (12)
.. .(5) ...(6) . . .(7) . . . (8 ) . . .(9 ) (10) (11) (12 ) (13 ) (14 ) ( 15 ) (16)

Tahun (4 b )
Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan
No NUP SBSK Keterangan Status
Satker Satker Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
(5 ) (6 ) (7) . . . (8 ) ( 9) ( 10 ) (11) (12 ) ( 13) (14 ) ( 15 ) (16 )

Tahun ( 4c )
Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan
No NUP SBSK Keterangan Status
Satker Satker Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
(5) (6 ) (7 ) .. .(8 ) (9 ) ( 10) (11) (12 ) (13) (14 ) ( 15 ) ( 16 )

(17 )
Pengguna Barang,
(18)

(tanda tangan)
( 19)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 103 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I.
(2 ) Diisi dengan nama unit wilayah .
(3) Diisi dengan halaman .
(4a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penggunaan.
(4b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penggunaan.
(4c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penggunaan.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan 20 digit kode satuan kerja.
(7) Diisi dengan nama satuan kerja.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9 ) Diisi dengan uraian nama barang.
(10) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(11) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12 ) Diisi dengan bentuk penggunaan ( pilih salah satu) :
a. Rencana Penggunaan untuk digunakan sendiri dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi;
b. Rencana Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain;
c. Rencana Penggunaan Sementara BMN ;
d . Rencana Pengalihan Status Penggunaan BMN ;
e. Rencana Utilisasi Penggunaan BMN;
f . Rencana Pengalihan Penggunaan Antar Kuasa Pengguna Barang; atau
g. Rencana Pengalihan Fungsi Penggunaan BMN.
(13) Diisi dengan peruntukan penggunaan BMN berdasarkan rencana bentuk
penggunaan pada kolom 10 .
Contoh: untuk gudang arsip
(14) Diisi dengan luas SBSK existing untuk BMN berupa:
Bangunan gedung kantor, tanah , dan rumah Negara.
Catatan: perhitungan dapat menggunakan aplikasi SIMAN pada plugin
Master Aset.
(15) Diisi dengan informasi lain yang relevan
(16) Diisi dengan status / deskripsi perubahan RP4, misalkan: usulan barn
(untuk yang belum terdapat di RP4 awal) / Batal direncanakan (untuk
yang akan dihapus dari rencana awal) / Perubahan pada kolom ... ( jika
terdapat perubahan pada isian kolom RP4 awal) .
(17) Diisi lokasi dan tanggal disahkan.
(18) Diisi nama jabatan penandatangan.
(19 ) Diisi nama pejabat penandatangan.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 104 -

R . Perubahan Rencana Pemanfaatan Barang Milik Negara Kementerian Keuangan


RENCANA PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA
KEMENTERIAN KEUANGAN
UNIT ESELON I . .. .(1a )
UNIT WILAYAH : ... (1b )
,

halaman ...(2)
I. Tahun : ....(3a)
Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Pemanfaatan
No NUP Foto BMN Ket Status
Satker Satker Barang Barang Perolehan Luas Bentuk Peruntukan Jangka waktu
0) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (12) (13) (14)
. . .( 4 ) ...(5) . . . (6 ) ...(7 ) - ( B) . . . ( 9) ( 10 ) ( 11 ) (12) (13) (14 ) (15 ) (16) (17)

II. Tahun . . . .(3b)


Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Pemanfaatan
No NUP Foto BMN Ket Status
Satker Satker Barang Barang Perolehan Luas Bentuk Peruntukan Jangka waktu
m
( 4)
121
(5 )
131
(6 ) (7)
( 5)
(8) (9 )
1Z1
(10 )
m
( 11 )
1.91
(12 )
(10)
(13 ) ( 14 )
(11) (12)
( 15 )
(13) (14)
(16) ( 17 )

III. Tahun .... (3c)


Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Pemanfaatan
No NUP Foto BMN Ket Status
Satker Satker Barang Barang Perolehan Luas Bentuk Peruntukan Jangka waktu
111
(4 )
121
(5 )
131
(6 )
141
(7 )
151
( 8)
m(9) 1Z1
( 10 )
m
( 11 ) (12 )
(10)
(13) (14 )
do (12)
( 15 )
03)
( 16 )
04)
( 17 )

( 18)
Pengguna Barang,
... ( 19)
(tanda tangan)
(20)

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 105 -
Petunjuk Pengisian:

( la) Diisi dengan nama Unit Eselon I .


( lb) Diisi dengan nama Kantor Wilayah (Korwil) , jika ada.
(2 ) Diisi dengan urutan halaman.
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemanfaatan .
(3b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemanfaatan.
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemanfaatan
(4) Diisi dengan nomor urut rencana.
(5) Diisi dengan kode Satuan Kerja / Kuasa Pengguna Barang sesuai pada
aplikasi SIMAN .
(6) Diisi dengan nama Satuan Keija / Kuasa Pengguna Barang.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian barang.
(9) Diisi dengan NUP barang.
(10) Diisi dengan tahun perolehan.
(11) Diisi dengan foto BMN yang akan dimanfaatkan.
(12 ) Diisi dengan luas BMN yang akan dimanfaatkan , misalkan: jika BMN
disewakan untuk ATM , maka yang disebutkan hanya luas ruang ATM
saja.
(13) Diisi dengan bentuk rencana pemanfaatan (pilih salah satu) , yaitu:
a. Sewa;
b. Pinjam Pakai;
c. Kerja Sama Pemanfaatan; atau
d . Bangunan Guna Serah / Bangunan Serah Guna.
(14) Diisi dengan peruntukan BMN sesuai bentuk pemanfaatan, misalkan:
untuk ATM , Kantin, Mess, dll
(15) Diisi dengan jangka waktu pemanfaatan.
(16) Diisi dengan informasi relevan terkait rencana pemanfaatan.
( 17) Diisi dengan status / deskripsi perubahan RP4 , misalkan : usulan barn
(untuk yang belum terdapat di RP4 awal) / Batal direncanakan (untuk
yang akan dihapus dari rencana awal) / Perubahan pada kolom ... ( jika
terdapat perubahan pada isian kolom RP4 awal) .
(18) Diisi dengan lokasi, tanggal / bulan / tahun penandatanganan perubahan
RP4.
(19) Diisi nama jabatan penandatangan .
(20) Diisi nama pejabat penandatangan .

i/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 106 -
S. Perubahan Rencana Pemindahtanganan Barang Milik Negara Kementerian Keuangan
RENCANA PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA
KEMENTERIAN KEUANGAN
UNIT ESELON I : .. . ,(1a )
UNIT WILAYAH ....(1b)
halaman . ..(2)
I. Tahun ( 3a )

Kode Nama Kode Uraian Luas


No Identitas Tahun Jumlah Nilal Bentuk Alasan Rencana
Satker Satker
NUP tanah/ Keterangan Status
Barang Barang Barang Perolehan Barang Perolehan Pemindahtanganan Pemindahtanganan
bangunan
111
(4)
m(5.) ( 6) ( 7)
4§i
(8 )
m
(9)
m
(10)
m
(W
M (10) (11) (12) (13) 04) 05)
(12) ( 13) (14) (15 ) (16 ) (17) ( 18)

II. Tahun. , ..(3b)


Kode Nama Kode Uraian Luas
No Identitas Tahun Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
NUP tanah/ Keterangan Status
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Barang Perolehan Pemindahtanganan Pemindahtanganan
bangunan
ill 121 1?1 ill M 1Z1 (9) 0 0) (11) 0 2) (13) 1111 (15)
( 4) (5) (6 ) (7 ) (8) (9 ) (10 ) AJ
11 (12 ) (13 ) (14 ) (15) ( 16 ) (17) (18 )

III. Tahun. ...(3c )


Luas
Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP tanah/ Keterangan Status
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Barang Perolehan Pemindahtanganan Pemindahtanganan
bangunan
ill 121 151 ill 151 (6) ill 1§! 0 0) (ID (12) (13) (14) 05)
(4) (5) (6 ) (7 ) ( 8) (9 ) (10) ( 11 ) (12 ) (13) (14 ) (15) (16 ) (17 ) (18 )

(19)
Pengguna Barang,
(20)
(tanda tangan )
(21)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 107 -
Petunjuk Pengisian:
( la)Diisi dengan natna Unit Eselon I .
( lb)Diisi dengan nama Kantor Wilayah ( Korwil) , jika ada.
(2) Diisi dengan urutan halaman .
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemindahtanganan.
(3b) Diisi dengan tahun T+2 penyusunan rencana pemindahtanganan.
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemindahtanganan.
(4 )Diisi dengan nomor urut rencana.
(5) Diisi dengan kode Satuan Keija / Kuasa Pengguna Barang sesuai pada aplikasi
SIMAN.
(6) Diisi dengan nama Satuan Keija / Kuasa Pengguna Barang.
(7) Diisi dengan kode barang
(8) Diisi dengan uraian barang
(9) Diisi dengan NUP barang
( 10) Diisi dengan Identitas Barang, misalkan: merk atau deskripsi barang
( 11) Diisi dengan tahun perolehan
( 12) Diisi dengan luas BMN yang akan dipindahtangankan
( 13) Diisi dengan jumlah BMN
(14) diisi dengan nilai perolehan BMN
(15) diisi dengan bentuk rencana pemindahtanganan (pilih salah satu) , yaitu:
a. Penjualan;
b. Tukar-menukar;
c. Hibah ; atau
d. Penyertaan Modal Pemerintah
(16) diisi dengan alasan pemindahtangananan, misalkan: rusak berat
( 17) diisi dengan informasi relevan terkait rencana pemindahtanganan
( 18) diisi dengan status / deskripsi perubahan RP4 , misalkan: usulan baru (untuk yang
belum terdapat di RP4 awal) / Batal direncanakan (untuk yang akan dihapus dari
rencana awal) / Perubahan pada kolom ... ( jika terdapat perubahan pada isian kolom
RP4 awal)
( 19) Diisi dengan lokasi, tanggal / bulan / tahun penandatanganan perubahan RP4
(20 ) Diisi nama jabatan penandatangan.
(21) Diisi nama pejabat penandatangan .

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 108 -
T. Perubahan Rencana Penghapusan Barang Milik Negara Kementerian Keuangan
RENCANA PENGHAPUSAN BMN
KEMENTERIAN KEUANGAN
UNIT ESELON I : ....(1a)
UNIT WILAYAH : ....(1b)
halaman: ...(2)
I. TAHUN : ...(3a)
Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Alasan Rencana
No NUP Ket Status
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Penghapusan
111
(4)
121
(5 )
131
(6 )
111
( 7) (8)
m(9) (7)
(10 )
m
(11)
i?i
(12 )
(10)
(13)
Ob
( 14 )
0 2)
(15)
(13)
(16 )
(14)
(17)

II. TAHUN : ...( 3b)


Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Alasan Rencana
No NUP Ket Status
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Penghapusan
111 121 131 111 151 161 1Z1 181 (9 ) (10) (11) (12) (13) 04)
( 4) (5 ) (6 ) ( 7) (8 ) ( 9) ( 10) (11) (12) (13) (14 ) (15 ) (16 ) (17 )

III. TAHUN : ...(3c)


Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Alasan Rencana
No NUP Ket Status
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Penghapusan
111 121 131 111 161 111 (10) (11) (12) (13) (14)
(4) (5 ) (6 ) ( 7) (8 ) (9 ) (10) (11) (12 ) ( 13) ( 14 ) (15) (16 ) (17 )

(18 )
Pengguna Barang,
(19)
(tanda tangan)
(20)
j
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 109 -
Petunjuk Pengisian:
( la)Diisi dengan nama Unit Eselon I .
( lb)Diisi dengan nama Kan tor Wilayah ( Korwil) , jika ada.
(2)Diisi dengan urutan halaman.
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penghapusan .
(3b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penghapusan .
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penghapusan .
Diisi dengan nomor urut.
( 4)
(5)Diisi dengan 20 digit kode satker.
(6)Diisi dengan nama satker.
(7)Diisi dengan kode barang.
(8)Diisi dengan uraian nama barang.
Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(9 )
(10) Diisi dengan nomor identitas dan merk barang.
( 11)Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12) Diisi dengan luas tanah / bangunan yang diusulkan penghapusan.
(13) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan penghapusan.
(14) Diisi dengan nilai perolehan barang.
(15) Diisi dengan alasan / urgensi pengusulan penghapusan BMN .
(16) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
(17) Diisi dengan status / deskripsi perubahan RP4 , misalkan: usulan barn
(untuk yang belum terdapat di RP4 awal) / Batal direncanakan ( untuk yang
akan dihapus dari rencana awal) / Perubahan pada kolom ... ( jika terdapat
perubahan pada isian kolom RP4 awal) .
(18) Diisi dengan lokasi, tanggal / bulan / tahun penandatanganan perubahan
RP4
(19) Diisi nama jabatan penandatangan.
(20) Diisi nama pejabat penandatangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 110 -
BAB IV
STANDAR SPESIFIKASI DAN STANDAR JUMLAH

A. Contoh perhitungan kebutuhan riil Sarusun di lingkungan Kementerian


Keuangan
Terdapat 3 ( tiga) unit Satuan Kerja Kementerian Keuangan di Kabupaten
Kudus, yaitu:
1. Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C
(KPPBC TMP C) Kudus;
2. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kudus; dan
3. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Kudus.
Perhitungan formasi pegawai pada masing-masing Satuan Kerja adalah
sebagai berikut:
No . Jabatan KPPBC TMP KPP Pratama KPPN Total
C Kudus Kudus Kudus Pegawai
1 Pejabat Eselon I
2 Pejabat Eselon II
3 Pejabat Eselon III 1 1 1 3
4 Pejabat Eselon IV 8 11 5 24
5 Pejabat Eselon V 19 19
6 Pelaksana 70 91 19 180

Berdasarkan formasi pegawai dan formula perhitungan jumlah Sarusun


sebagaimana tersebut pada Lampiran I BAB IV huruf E.2.a, dapat dihitung
kebutuhan Sarusun di Kabupaten Kudus sebagai berikut:

Tipe Peruntukan Formula Formasi Kebutuhan


Unit Pegawai Sarusun
Tipe A Pejabat Eselon I Sejumlah pejabat
Eselon I
Tipe B Pejabat Eselon II Sejumlah pejabat
Eselon II
Tipe C Pejabat Eselon III Sejumlah pejabat
3 3
Eselon III
Tipe D Pejabat Eselon IV Sejumlah pejabat
24 24
Eselon IV
Tipe E Pejabat Eselon V 50% x (sejumlah 199 50% x 199 =
dan / atau Pelaksana pejabat Eselon V + 100
Pelaksana) (pembulatan
ke atas)

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Ill - -
Diketahui jumlah existing Rum ah Negara milik Kementerian Keuangan dari 3 (tiga)
unit Satuan Keija Kementerian Keuangan di wilayah Kabupaten Kudus adalah
sebagai berikut:
Rumah Negara Tipe A: - unit
Rumah Negara Tipe B: - unit
Rumah Negara Tipe C: 3 unit
Rumah Negara Tipe D: 20 unit
Rumah Negara Tipe E: 12 unit
Total Rumah Negara: 35 unit
Perhitungan kebutuhan riil Sarusun harus mempertimbangkan jumlah
existing Rumah Negara milik Kementerian Keuangan yang berada dalam satu
wilayah ( kabupaten / kota) yang sama. Sehingga dengan mengetahui jumlah
kebutuhan Sarusun dan jumlah existing Rumah Negara di Kabupaten Kudus,
dapat dihitung kebutuhan riil Sarusun sebagai berikut:
Tipe Unit Peruntukan Kebutuhan Existing Kebutuhan
Sarusun Rumah riil
Negara
Tipe A Pejabat Eselon I
Tipe B Pejabat Eselon II
Tipe C Pejabat Eselon III 3 3
Tipe D Pejabat Eselon IV 24 20 4
Tipe E Pejabat Eselon V 100 12 88
dan / atau Pelaksana

Maka hasil perhitungan kebutuhan riil Sarusun di Kabupaten Kudus adalah


sejumlah:
a. 4 (empat) unit Sarusun Tipe D; dan
b. 88 (delapan puluh delapan ) unit Sarusun Tipe E.
Berdasarkan daftar fasilitas penunjang sebagaimana tersebut pada Lampiran
I Bab IV huruf E. l . b. 2)d) (2) dapat ditambahkan ruang penunjang dimaksud
sebagai kebutuhan pendukung Rusunara. Sehingga pada Rusunara yang akan
dibangun di Kabupaten Kudus diperlukan ruang penunjang dengan rincian
sebagai berikut:
Lobby / ruang tunggu tamu 100 m2
Ruang serbaguna 50 m2
Ruang ibadah 12 m2
Ruang kantin 120 m2
Ruang olahraga 100 m2
Jumlah luasan 382 m2

B. Contoh Perhitungan Standar Luas Bangunan


1) Luas Bangunan Netto (Lbn)
Lbn = I (Sr x P) + X Lp
Lbn = (4 x 48 m2) + (88 x 36 m2) + 382 m2
= 192 m2 + 3.168 m2 + 382 m2
= 3.742 m2
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 112 -

2 ) Luas Bangunan Bruto (Lbb)


Lbn
Lbb =
(1 - Lu )
Lbb = 3.742 m2 / ( l -0, 25)
= 3.742 m2 / 0,75
= 4.990 m2 ( pembulatan ke atas)
3) Standar Luas Bangunan ( LBt)
a. Pendekatan Tanah
Pendekatan ini digunakan jika diketahui luas tanah yang tersedia.
Misal luas tanah adalah 3.000 m2 (tiga ribu meter persegi) dan KDB
60%
1) Perhitungan Standar Luas Bangunan:
a) Luas Dasar Bangunan
LDb = Luas Tanah x KDB
= 3.000 m2 x 60%
= 1.800 m2
b) Standar Luas Bangunan
LBt = Lbb + LDb
= 4.990 m2 + 1.800 m2
= 6.790 m2
2) Perhitungan Ketinggian Bangunan:
Jumlah lantai bangunan: 6.790 / 1.800 = 4 lantai (pembulatan ke
atas)
b. Pendekatan Lantai
Pendekatan ini digunakan jika diketahui jumlah lantai yang
direncanakan untuk dibangun .
Misal Rusunara direncanakan memiliki 4 (empat) lantai dan KDB 60%
1) Perhitungan Standar Luas Bangunan
a) Luas Dasar Bangunan
LDb = Lbb / ( jumlah lantai bangunan dikurangi lantai dasar )
= 4.990 m2 / (4- l )
= 1.664 m2 ( pembulatan ke atas)
b) Luas Bangunan Total
LBt = Lbb + LDb
= 4.990 m2 + 1.664 m2
= 6.654 m2
2) Perhitungan Standar Luas Tanah
a) Standar Luas Minimum Tanah:
1.664 / 60% = 2.774 m2 ( pembulatan ke atas)
b) Standar Maksimal Tanah:
(5 x 1.664 ) / 60% = 13.867 m2

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 113 -
BAB V
PENGASURANSIAN BMN

A. Nota Dinas Penyampaian Rencana Pengasuransian BMN

KEPALA NASKAH DINAS ORGANISASI

NOTA DINAS
NOMOR ND - .... (1)

Yth ... ( 2)
Dari ... (3)
Sifat .. . ( 4 )
Lampiran . .. (5)
Hal Rencana Pengasuransian BMN pada .... (6 ) Tahun .... (7)
Tanggal . . . (8 )

Sehubungan dengan rencana pengasuransian BMN di lingkungan Kementerian


Keuangan Tahun ... (9 ) dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan terkait
pengasuransian BMN , bersama ini kami sampaikan rencana Pengasuransian BMN pada .. .
(6) . Adapun BMN yang direncanakan akan diasuransikan sejumlah . .. (9) NUP dengan nilai
pertanggungan sebesar Rp... (10) (... rupiah) , dengan rincian sebagaimana tercantum dalam
daftar barang pada Lampiran nota dinas ini. Terlampir Kami sampaikan pula surat
pernyataan yang telah kami tandatangani sebagai dokumen pendukung rencana
pengasuransian BMN pada ... (6 ) tersebut.
Atas perhatian dan kerja sama Bapak / Ibu / Saudara, kami ucapkan terima kasih.

(tanda tangan)

. .. ( U S

Tembusan :
. . . ( 12 )

Y
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 114 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan tujuan nota dinas:
a. Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum ,
dalam hal pihak yang menyampaikan usulan adalah Kuasa
Pengguna Barang; atau
b. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan , dalam hal yang
menyampaikan usulan adalah Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum.
(3) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani
usulan.
(4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan nama Satuan Keija atau Unit Eselon I.
(7) Diisi dengan tahun dilaksanakan pengasuransian BMN
(8) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(9) Diisi dengan jumlah BMN yang akan diasuransikan.
(10) Diisi dengan jumlah nilai pertanggungan BMN yang akan
diasuransikan.
(11) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani.
(12) Diisi dengan “Kepala Kantor Wilayah Satuan Kerja setempat" dalam
hal yang mengajukan usulan adalah Kepala Satuan Keija.

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 115 -

B . Daftar Usulan Rencana Pengasuransian BMN

Lampiran Nota Dinas ... ( 1 )


Nomor : ... ( 2 )
Tanggal : ... (3)

DAFTAR USULAN RENCANA PENGASURANSIAN BMN PADA .... ( 4 ) TAHUN . . .. ( 5 )

Kode KPB : . . . (6 )
Nama KPB : - (4)

Kode Nama Tahun Penggunaan


No NUP
Nilai Jangka Besaran
Barang
Luas Lokasi Pembangun Risiko dan Fungsi Pertimbangan Keterangan
Barang Perolehan Waktu Premi
an BMN

(7 ) (8) ( 9) ( 10) ( 11) ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15) ( 16) ( 17) ( 18) ( 19) ( 20 )


1
2

. . . ( 2 1)

( tanda tangan )

( 22 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
116
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan jabatan yang mengajukan usulan (Kepala Satuan Kerja /
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum) .
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas Usulan .
(3) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(4) Diisi dengan nomenklatur Satuan Kerja atau Unit Eselon I.
(5) Diisi dengan tahun dilaksanakan pengasuransian BMN .
(6) Diisi dengan kode KPB
(7) Diisi dengan nomor urut.
(8) Diisi dengan kode BMN yang diusulkan untuk diasuransikan .
(9) Diisi dengan nama barang yang diusulkan untuk diasuransikan .
(10) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) BMN yang diusulkan untuk
diasuransikan.
(11) Diisi dengan luas BMN yang diusulkan untuk diasuransikan
(12) Diisi dengan detail lokasi BMN yang diusulkan untuk diasuransikan .
(13) Diisi dengan tahun pembangunan BMN yang diusulkan untuk
diasuransikan.
(14) Diisi dengan nilai perolehan BMN yang diusulkan untuk diasuransikan ,
dalam hal telah dilakukan revaluasi atas BMN tersebut maka diisi
dengan nilai hasil revaluasi.
(15) Diisi dengan risiko yang terdapat pada BMN yang diusulkan untuk
diasuransikan, misalnya BMN tersebut rawan banjir, gempa bumi atau
rawan kebakaran .
(16) Diisi dengan penggunaan dan fungsi atas BMN yang diusulkan untuk
diasuransikan, misalnya digunakan untuk gedung pimpinan atau
terdapat pemanfaatan pada sebagian BMN tersebut.
(17) Diisi dengan jangka waktu yang diusulkan untuk pengasuransian BMN ,
misalnya 1 tahun
(18) Diisi dengan perkiraan besaran premi asuransi terhadap BMN yang
diusulkan untuk diasuransikan.
(19) Diisi dengan pertimbangan usulan pengasuransian BMN, misalnya
gedung rawan roboh karena berada di daerah rawan gempa
(20) Diisi dengan keterangan, antara lain keterangan yang dapat
mempengaruhi keputusan pengasuransian dan kebutuhan
pertanggungan terhadap BMN seperti nilai bangunan tidak termasuk lift
dan pagar yang tercatat terpisah
( 21) Diisi dengan tempat dan tanggal pembuatan usulan rencana
pengasuransian BMN
(22) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
117
C. Surat Pernyataaan

KEPALA NASKAH DINAS ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN
NOMOR: . . . (1 )

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama . . . (2)

NIP ... (3)


Jabatan ... (4 )
dengan ini menyatakan bahwa:
A. Usulan Rencana Pengasuransian Barang Milik Negara pada ... (5) periode Tahun ... (5)
untuk ... (7 ) NUP BMN dengan nilai pertanggungan ... (8) ( ... rupiah ), telah benar dan
lengkap serta mematuhi penerapan kaidah Pengasuransian Barang Milik Negara dan telah
disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan tugas dan fungsi .. . (5) .
B. Usulan Rencana Pengasuransian Barang Milik Negara tersebut disusun dalam rangka
pengamanan BMN dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara dan
dilaksanakan dengan prinsip selektif, efxsiensi , efektivitas, dan prioritas berdasarkan
tingkat risiko yang dihadapi.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan keadaan sebenamya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

... (9)

(tanda tangan )
.. . (2)

Petunjuk pengisian:
(1 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
( 2 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani .
( 3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani.
(4) Diisi dengan jabatan penandatangan ( Kepala Satuan Kerja atau
Sekretaris Unit Eselon I ) .
( 5) Diisi dengan nama Satuan Kerja atau Unit Eselon I .
(6) Diisi dengan tahun dilaksanakan pengasuransian BMN .
( 7 ) Diisi dengan jumlah BMN yang akan diasuransikan .
(8) Diisi dengan jumlah nilai pertanggunan BMN yang akan diasuransikan
( 9 ) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan

</
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
118
D . Keputusan Penetapan Rencana Pengasuransian BMN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR .. . (1 )

TENTANG

PENETAPAN RENCANA PENGASURANSIAN BARANG MILIK NEGARA


KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ... . ( 2 )

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang a. bahwa dalam rangka implementasi pengasuransian Barang Milik
Negara di lingkungan Kementerian Keuangan Tahun ... ( 2) , perlu
ditetapkan rencana pengasuransian Barang Milik Negara Kementerian
Keuangan Tahun .. . (2 ) .
b (3)
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Keuangan
tentang Rencana Pengasuransian Barang Milik Negara Kementerian
Keuangan ... (2 ).
Mengingat 1. Peraturan Pemerintah Nomor ... ( 4)
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (5) ;
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (6);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG RENCANA
PENGASURANSIAN BARANG MILIK NEGARA KEMENTERIAN KEUANGAN
TAHUN ... (2 ).
PERTAMA Menetapkan rencana pengasuransian Barang Milik Negara Kementerian
Keuangan Tahun ... (2) yang selanjutnya disebut Rencana
Pengasuransian BMN, untuk ... (7) NUP dengan nilai pertanggungan
sebesar ... (8) ( ... rupiah ) dengan daftar sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan
Menteri ini.
KEDUA Rencana Pengasuransian BMN sebagaimana dimaksud dalam Diktum
PERTAMA telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan
keuangan negara.
KETIGA Rencana Pengasuransian Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud
dalam Diktum PERTAMA digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran
pengasuransian BMN Kementerian Keuangan.
KEEMPAT Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada:
1. Menteri Keuangan Republik Indonesia;
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan;
3. Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
119
4. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan, Kementerian Keuangan;
5. Para Sekretaris Direktorat Jenderal / Sekretaris Badan / Sekretaris
Lembaga Nasional Single Window / Kepala Biro Umum, di lingkungan
Kementerian Keuangan .

Ditetapkan di . . . (9)
Pada tanggal . . . ( 10 )

a .n . MENTERI KEUANGAN
KEPALA BIRO MANAJEMEN BARANG
MILIK NEGARA DAN PENGADAAN ,

(tanda tangan)

... ( 11 )

Petunjuk Pengisian
(1) Diisi dengan penomoran Keputusan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan tahun dilaksanakan pengasuransian BMN.
(3) Diisi dengan pertimbangan lain jika ada.
(4) Diisi dengan Peraturan Pemerintah terkait dengan Pengelolaan BMN
(5) Diisi dengan Peraturan Menteri Keuangan terkait dengan
Pengasuransian BMN
(6) Diisi dengan Keputusan Menteri Keuangan tentang Pelimpahan
Wewenang Pengguna Barang Dalam Bentuk Mandat kepada Pejabat di
Lingkungan Kementerian Keuangan .
(7) Diisi dengan jumlah BMN yang akan diasuransikan .
(8) Diisi dengan jumlah nilai pertanggunan BMN yang akan diasuransikan.
(9) Diisi dengan tempat ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan.
(10) Diisi dengan tanggal ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan.
(11) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani.

/
A jrri Jh

38
&
%W
'
'

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 120 -
E. Lampiran Keputusan Penetapan Rencana Pengasuransian BMN

LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR .. . (1)
TENTANG PENETAPAN RENCANA PENGASURANSIAN BARANG MILIK NEGARA
KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ... ( 2 )

DAFTAR PENETAPAN RENCANA PENGASURANSIAN BARANG MILIK NEGARA


KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ... ( 2 )
KodePB : 015
Nama PB : Kementerian Keuangan

Kode Nama Tahun Nilai Penggunaan Jangka Besaran


No KPB NUP Lokasi Risiko Pertimbangan Keterangan
Barang Barang Pembangunan Perolehan dan Fungsi BMN Waktu Premi

(3) ( 4) ( 5) (6 ) (7 ) (8) (9 ) ( 10 ) ( 11) ( 12 ) ( 13) (14 ) ( 15) ( 16 )


1
2

a. n . MENTERI KEUANGAN
KEPALA BIRO MANAJEMEN BARANG MILIK NEGARA DAN
PENGADAAN ,

(tanda tangan)

- (17)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
121
Petunjuk Pengisian
(1) Diisi dengan penomoran Keputusan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan tahun dilaksanakan pengasuransian BMN .
(3) Diisi dengan nomor urut.
( 4) Diisi dengan kode KPB.
(5) Diisi dengan kode BMN yang diusulkan untuk diasuransikan.
(6) Diisi dengan nama barang yang diusulkan untuk diasuransikan .
(7) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) BMN yang diusulkan untuk
diasuransikan .
(8) Diisi dengan detail lokasi BMN yang diusulkan untuk diasuransikan.
(9) Diisi dengan tahun pembangunan BMN yang diusulkan untuk
diasuransikan.
( 10) Diisi dengan nilai perolehan BMN yang diusulkan untuk diasuransikan ,
dalam hal telah dilakukan revaluasi atas BMN tersebut maka diisi
dengan nilai hasil revaluasi.
(11) Diisi dengan risiko yang terdapat pada BMN yang diusulkan untuk
diasuransikan , misalnya BMN tersebut rawan banjir, gempa bumi atau
rawan kebakaran.
(12) Diisi dengan penggunaan dan fungsi atas BMN yang diusulkan untuk
diasuransikan, misalnya digunakan untuk gedung pimpinan atau
terdapat pemanfaatan pada sebagian BMN tersebut.
(13) Diisi dengan jangka waktu yang diusulkan untuk pengasuransian BMN ,
misalnya 1 tahun .
( 14) Diisi dengan perkiraan besaran premi asuransi terhadap BMN yang
diusulkan untuk diasuransikan.
(15) Diisi dengan pertimbangan usulan pengasuransian BMN , misalnya
gedung rawan roboh karena berada di daerah rawan gempa.
(16) Diisi dengan keterangan, antara lain keterangan yang dapat
mempengaruhi keputusan pengasuransian dan kebutuhan
pertanggungan terhadap BMN seperti nilai bangunan tidak termasuk lift
dan pagar yang tercatat terpisah.
(17) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
122
F. Surat Penyampaian kepada Lost Adjuster

KEPALA NASKAH DINAS ORGANISASI

Nomor S- ••• ( 1 ) ... (2)


Sifat ... (3)
Lampiran : ... (4)
Hal : ... (5)

Yth. ... (6)

Berkenaan dengan implementasi pengasuransian BMN di lingkungan Kementeran


Keuangan dan dengan terjadinya bencana ... (7) di ... (8) sehingga memberikan dampak
kerusakan BMN pada ... (9 ), bersama ini kami sampaikan bukti dukung guna
keperluan proses penilaian kerugian dan penyelesaian klaim asuransi BMN.
Adapun bukti dukung tersebut antara lain:
1 . . . . ( 10)
2 . . . . ( 10 )
3. ... (10 )
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan keija sama Saudara, kami ucapkan
terima kasih.
... ( 11)
(tanda tangan)
. . . ( 12)

Tembusan:
... (13)

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun naskah dinas.
(3) Diisi dengan sifat naskah dinas.
(4) Diisi dengan jumlah lampiran naskah dinas.
(5) Diisi dengan perihal naskah dinas.
(6) Diisi dengan tujuan naskah dinas, dalam hal ini nama lost adjuster yang
ditunjuk:
( ) Diisi dengan jenis risiko / bencana yang terjadi.
7
(8) Diisi dengan lokasi atau kabupaten / kota terjadinya risiko / bencana
(9 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(10) Diisi dengan bukti dukung yang dilampirkan
( 1 1) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani.
(12) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani.
(13) Diisi dengan “ Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan”.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 123 -
G . Laporan Pengasuransian BMN

KEPALA NASKAH DINAS ORGANISASI

DAFTAR LAPORAN PENGASURANSIAN BARANG MILIK NEGARA


. .. ( 1) TAHUN ... ( 2 )
Kode... (3) : .. . ( 4 )
Nama ... ( 3)

Kode Nama Risiko Jangka Penanggung Nilai Besaran Riwayat


No KPB NUP Lokasi Keterangan
Barang Barang Diasuransikan Waktu Risiko Pertanggunan Premi Klaim

(5) (6) (7 ) (8) (9) ( 10 ) ( 11) ( 12) ( 13) ( 14 ) ( 15) ( 16 ) ( 17)


1
2
... (18 )
. . . ( 19 )

( tanda tangan )

. . . ( 20 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 124 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan “ Kementerian Keuangan” untuk laporan tingkat pengguna
barang atau nama Satuan Kerja untuk laporan tingkat Kuasa Pengguna
Barang.
(2 ) Diisi dengan tahun dilaksanakan pengasuransian BMN .
(3) Diisi dengan “PB” untuk laporan tingkat pengguna barang atau “ KPB”
untuk laporan tingkat Kuasa Pengguna Barang
(4) Diisi dengan kode Pengguna Barang untuk laporan tingkat pengguna
barang atau kode Kuasa Pengguna Barang untuk laporan tingkat Kuasa
Pengguna Barang.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan kode Kuasa Pengguna Barang.
(7) Diisi dengan kode BMN yang diasuransikan .
(8) Diisi dengan nama barang yang diasuransikan .
(9 ) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) BMN yang diasuransikan .
(10) Diisi dengan detail lokasi BMN yang diasuransikan.
( 1 1) Diisi dengan risiko yang diasuransikan atas BMN , misalnya seluruh
risiko atas BMN .
(12 ) Diisi dengan jangka waktu pengasuransian BMN sesuai dengan Polis.
(13) Diisi dengan penyedia pertanggungan risiko atas BMN , misalnya
Konsorsium Asuransi BMN .
(14) Diisi dengan Nilai Pertanggungan BMN yang diasuransikan .
(15) Diisi dengan besaran premi yang dibayarkan untuk pengasuransian
BMN .
( 16) Diisi dengan riwayat pengajuan dan penyelesaian klaim yang pernah
terjadi terhadap BMN yang diasuransikan , misalnya tanggal 1 Nov 2021
klaim disetujui dan telah disetor ke rekening kas umum negara sebesar
Rp800.000.000,00.
( 17) Diisi keterangan lain terkait BMN yang diasuransikan, misalnya masih
dalam proses pembangunan kembali setelah terkena bencana
( 18) Diisi dengan tempat dan tanggal pembuatan laporan pengasuransian
BMN.
( 19) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani.
(20) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani laporan.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 125 -
BAB VI
PENGGUNAAN BMN

A. Usulan Penggunaan BMN


1. Nota Dinas Usulan Pengguna Barang Kepada Pengelola Barang

NOTA DINAS
NOMOR ND - ... (1)

Yth . (2)
Dari (3)
Sifat (4)
Lampiran (5)
Hal (6 )
Tanggal (7)

Sehubungan dengan hal di atas:


1. berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor . . . (8) ;
2 . memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (9) ,
3. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor .. . ( 10) ,
4 . melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... ( 11) ,
bersama ini kami sampaikan ... (6 ) berupa (12) dengan jumlah nilai perolehan sebesar
Rp...,00 (... rupiah ) ( 13) dengan rincian sebagaimana tercantum dalam daftar barang
pada Lampiran nota dinas ini.
Sebagai bahan pertimbangan, terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai
berikut:
1. ... ( 14 ) ;
2. ... ( 14 ) ;
3. ... ( 14 ) .
Atas perhatian dan kerja sama Saudara , kami ucapkan terima kasih .

a. n. Menteri Keuangan
... ( 15)

(tanda tangan)

... ( 16 )
Tembusan:
1. Menteri Keuangan
2. ... ( 17 )
3. ... ( 18)
4 . ... ( 18)
5. ... (18)

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 126 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan tujuan nota dinas, dalam hal ini kepada Dirjen Kekayaan
Negara / Direktur PKNSI / Kepala Kanwil DJKN / Kepala KPKNL, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan dalam bentuk
mandat kepada pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara.
(3) Diisi dengan Menteri Keuangan .
(4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan perihal nota dinas, contoh :
a. Permohonan Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Negara
pada Kementerian Keuangan c.q. KPP Pratama Jakarta Cempaka
Putih;
b. Permohonan Penggunaan Sementara Barang Milik Negara pada
Kementerian Keuangan c.q. KPP Pratama Klaten Oleh Komisi
Pemilihan Umum;
c. Permohonan Pengalihan Status Penggunaan Barang Milik Negara
dari Kementerian Keuangan c.q. KPP Pratama Yogyakarta kepada
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ;
d . dst.
(7) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN.
(9 ) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara;
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan
(12) Diisi dengan jenis dan luas / kuantitas BMN.
Contoh:
a. sebagian Tanah dan / atau Bangunan seluas 6m2 (enam meter
persegi) ;
b. 2 (dua) unit Sepeda Motor;
c. dst.
(13) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang diusulkan.
(14 ) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
(17) Diisi dengan “Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan “, dalam
hal yang mengajukan usulan adalah selain Kepala Biro Manajemen
BMN dan Pengadaan .
(18) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait.

1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 127 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Usulan Pengguna Barang Kepada Pengelola Barang

Lampiran
Nota Dinas Menteri
Keuangan
W Nomor : ... ( 1)
Tanggal : ... ( 2 )

DAFTAR BARANG BERUPA . .. ( 3 )


PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C. Q . ... ( 4 ) YANG DIUSULKAN . .. ( 5 )

Nama Kode Lokasi / Merek / Dokumen Tahun


No Barang Barang NUP Tipe / Identitas Kepemilikan Luas Kondisi Perolehan Keterangan
M IZ1 121 ( 10 ) (ID ( 12 ) ( 13 ) ( 14 ) ( 15 )
1

2
JUMLAH

a . n . Menteri Keuangan

. . . ( 16 )

(tanda tangan)
. . . ( 17 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 128 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. Selain Tanah dan / atau Bangunan.
(4) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(5) Diisi dengan jenis usulan, antara lain: Penetapan Status Penggunaan,
Penggunaan Sementara, Pengalihan Status Penggunaan , Penggunaan
untuk Dioperasikan oleh pihak lain , dst.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan nama barang.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9 ) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(10) Diisi dengan:
a. lokasi BMN, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN berupa selain Tanah
dan / atau Bangunan.
(11) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan, untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan
(12) Diisi dengan:
a. luas dalam m2 (meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah atau
Bangunan; atau
b. dikosongkan, untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan.
(13) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(14) Diisi dengan tahun perolehan.
(15) Diisi dengan informasi penting lainnya, seperti: jangka waktu
Penggunaan BMN Untuk Dioperasikan Pihak Lain / Penggunaan
Sementara / Utilisasi Penggunaan.
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(17) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.

t/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 129 -
2. Nota Dinas Usulan Penetapan Status Penggunaan dari Kuasa Pengguna
Barang Kepada Pengguna Barang

NOTA DINAS
NOMOR ND - . . . (1)

Yth. ... ( 2)
Dari ... (3)
Sifat .. . ( 4)
Lampiran ... (5)
Hal Permohonan Penetapan Status Penggunaan Barang Milik
Negara pada Kementerian Keuangan c.q. ... (6 )
Tanggal ... (7)

Sehubungan dengan hal di atas:


1. berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (8);
2. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (9) ,
bersama ini kami sampaikan Permohonan Penetapan Status Penggunaan Barang Milik
Negara pada Kementerian Keuangan c.q. .. . (6 ) berupa selain tanah dan / atau bangunan
.
dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp. ., 00 (... rupiah ) ... (10) , dengan rincian
sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran nota dinas ini.
Sebagai bahan pertimbangan, terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai
berikut:
1 . .. . ( 1 1 ) ;
2 . .. . ( 11 ) ;
3. ... ( 11 ) .
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih .

a . n. Menteri Keuangan
.. . ( 12)

(tanda tangan)

... (13)
Tembusan :
1 . Menteri Keuangan
2. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
3. ... ( 14 )

i/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 130 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan tujuan nota dinas, dalam hal ini kepada pejabat yang
berwenang memberikan persetujuan atas permohonan pengelolaan
BMN , sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan
yang mengatur pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan selaku
Pengguna Barang.
(3) Diisi dengan Menteri Keuangan .
(4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang mengajukan usulan;
(7) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(10) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang diusulkan.
(11) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan.
(12) Diisi dengan nomenklatur jabatan Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(13) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .
(14) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan KPKNL setempat.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 131 -
Lampiran Nota Dinas Usulan Penetapan Status Penggunaan dari Kuasa Pengguna Barang Kepada Pengguna Barang

Lampiran
Nota Dinas Menteri
Keuangan
w Nomor : ... (1)
Tanggal : .. . ( 2 )
AMG

DAFTAR BARANG BERUPA .. . ( 3 )


PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C. Q. ... ( 4 ) YANG DIUSULKAN ... ( 5 )

Nama Kode Lokasi / Merek / Dokumen Tahun


No Barang Barang NUP Tipe / Identitas Kepemilikan Luas Kondisi Perolehan Keterangan
M 1Z1 121 ( 10 ) ( 11 ) ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15)
1

2
JUMLAH

a . n . Menteri Keuangan

... ( 16 )

(tanda tangan)
. . . ( 17 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 132 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. Selain Tanah dan / atau Bangunan.
(4) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(5) Diisi dengan jenis usulan , antara lain: Penetapan Status Penggunaan ,
Penggunaan Sementara, Pengalihan Status Penggunaan , Penggunaan
untuk Dioperasikan oleh pihak lain , dst.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan nama barang.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
( 10) Diisi dengan:
a. lokasi BMN, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN berupa selain Tanah
dan / atau Bangunan .
(11) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan, untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan
(12) Diisi dengan:
a. luas dalam m 2 ( meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah atau
Bangunan; atau
b. dikosongkan , untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan .
(13) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(14) Diisi dengan tahun perolehan .
(15) Diisi dengan informasi penting lainnya, seperti: jangka waktu
Penggunaan BMN Untuk Dioperasikan Pihak Lain / Penggunaan
Sementara / Utilisasi Penggunaan.
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(17) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 133 -
3. Nota Dinas Usulan Kuasa Pengguna Barang ke Pengguna Barang

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

NOTA DINAS
NOMOR ND - ... (1)

Yth (2)
Dari ( 3)
Sifat ( 4)
Lampiran (5)
Hal (6)
Tanggal .. (7)

Sehubungan dengan hal di atas:


1. berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (8);
2. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (9) ,
bersama ini kami sampaikan permohonan .. . ( 10) berupa ... (11) dengan jumlah nilai
perolehan sebesar Rp. ..,00 (... rupiah ) ... ( 12 ) pada Kementerian Keuangan c.q. . . . ( 13) ,
dengan rincian sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran nota dinas
ini.
Sebagai bahan pertimbangan, terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai
berikut:
1. ... ( 14 );
2. . . . ( 14 ) ; dan
3. ... ( 14 ) .
Atas perhatian dan kerja sama Bapak / Ibu / Saudara, kami ucapkan terima kasih.

(tanda tangan )

... ( 15)

Tembusan :
1 . ... ( 16 )
2. ... ( 17 )
3. ... ( 18)

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 134 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan tujuan nota dinas:
c. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW,
dalam hal pihak yang menyampaikan usulan adalah Satuan Kerja;
atau
d. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan , dalam hal yang
menyampaikan usulan adalah Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW .
(3) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan satuan kerja.
(4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan perihal nota dinas.
(7) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(10) Diisi dengan jenis usulan.
(11) Diisi dengan jenis dan luas / kuantitas BMN.
Contoh:
a. sebagian Tanah dan / atau Bangunan seluas 6 m2 (enam meter
persegi);
b. 2 (dua) unit Sepeda Motor;
c. dst.
(12) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang diusulkan.
(13) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN.
( 14) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan.
( 15) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani.
(16) Diisi dengan " Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan" dalam hal
yang mengajukan usulan selain Kepala Biro Manajemen BMN dan
Pengadaan.
(17) Diisi dengan Kepala Kantor Wilayah Satuan Kerja Setempat.
(18) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait.

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 135 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Usulan Kuasa Pengguna Barang kepada Pengguna Barang

Lampiran Nota Dinas ... ( 1)


Nomor : ... ( 2 )
Tanggal : ... (3)

DAFTAR BARANG BERUPA ... ( 4) PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C.Q . ... ( 5 ) YANG DIUSULKAN ... ( 6 )

Dialihfungsikan
Lokasi / Menjadi ( 19 )
Nama Kode Merek / Tipe / Dokumen Tahun Nilai Nama Kode
No. Barang Barang NUP Identitas Kepemilikan Luas Kondisi Perolehan Perolehan Barang Barang Keterangan
1Z1 121 ( 10 ) ( i i) ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15) ( 16 ) M . 121 ( 17)
1

JUMLAH

(tanda tangan )

. . . ( 18 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 136 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi jabatan yang mengajukan usulan ( Kepala Satuan Kerja /
Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW) .
( 2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(4 ) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan .
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(6) Diisi dengan jenis usulan , antara lain: Penetapan Status Penggunaan,
Penggunaan Sementara, Pengalihan Status Penggunaan, Penggunaan
untuk Dioperasikan oleh pihak lain, Pengalihan Fungsi BMN dst.
(7) Diisi dengan nomor urut.
(8) Diisi dengan nama barang.
(9 ) Diisi dengan kode barang.
(10) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(11) Diisi dengan:
a. lokasi BMN, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN, untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan .
( 12) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan , untuk dokumen
yang memiliki dokumen kepemilikan
(13) Diisi dengan:
a. luas dalam m2 (meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah dan / atau
Bangunan; atau
b. dikosongkan , untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan.
(14) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(15) Diisi dengan tahun perolehan.
(16) Diisi dengan nilai perolehan.
(17) Diisi dengan informasi penting lainnya, seperti: jangka waktu
Penggunaan BMN Untuk Dioperasikan Pihak Lain / Penggunaan
Sementara / Utilisasi Penggunaan.
(18) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
(19 ) Diisi dengan kode barang dan nama barang setelah dialihfungsikan.
Kolom ini hanya digunakan untuk BMN yang diusulkan untuk
Pengalihan Fungsi.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 137 -
B. Persetujuan Usulan Pengelolaan BMN
1. Nota Dinas Persetujuan Penggunaan Sementara BMN

S
NOTA DINAS
NOMOR ND - ... ( 1)

Yth . . . . ( 2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... ( 3)
Lampiran .. . ( 4)

Hal Persetujuan Penggunaan Sementara Barang Milik Negara


pada ... (5) oleh ... (6 )
Tanggal ... (7)

Sehubungan dengan:
1. Nota Dinas Saudara Nomor ... (8);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (9 );
3. memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan Nomor . .. (10) ; dan
4 . melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor .. . ( 11)
pada prinsipnya kami menyetujui Penggunaan Sementara Barang Milik Negara ( BMN )
berupa ... (12 ) dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp...,00 (. .. rupiah ) ... (13) pada . . . (5)
oleh . .. (6) dengan jangka waktu selama . .. (14) , dengan rincian sebagaimana tercantum dalam
daftar barang pada Lampiran nota dinas ini .
Dalam rangka optimalisasi Penggunaan BMN guna menunjang penyelenggaraan tugas
dan fungsi Kementerian Keuangan dan guna tertib administrasi pengelolaan BMN, agar
Penggunaan Sementara BMN dimaksud dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penggunaan Sementara BMN dilakukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas
dan fungsi ... (6) dan tanpa imbalan.
2. Persetujuan Penggunaan Sementara ini ditindaklanjuti dengan penandatanganan
Perjanjian Penggunaan Sementara , dan serah terima BMN yang dituangkan dalam Berita
Acara Serah Terima ( BAST) .
3. Perjanjian Penggunaan Sementara paling sedikit memuat data BMN, para pihak yang
terikat dalam perjanjian, jangka waktu Penggunaan , hak dan kewajiban para pihak.
4 . Laporan Tindak Lanjut Penggunaan Sementara BMN yang dilampiri Perjanjian
Penggunaan Sementara dan BAST, agar disampaikan kepada Kepala Biro Manajemen BMN
dan Pengadaan dan Sekretaris Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW paling lama
1 (satu ) bulan sejak BAST ditandatangani.
5. Setelah jangka waktu berakhir, BMN tersebut segera diserahkan kembali kepada
Pengguna Barang dan dituangkan dalam BAST Pengembalian BMN, yang tembusannya
disampaikan kepada Pengelola Barang.
6. Laporan Pelaksanaan Penggunaan Sementara BMN disampaikan kepada Kepala Biro
Manajemen BMN dan Pengadaan dan Sekretaris Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW paling lama 1 (satu ) bulan sejak BAST Pengembalian BMN ditandatangani, dengan
melampirkan fotokopi BAST Pengembalian BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 138 -

7. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam nota dinas persetujuan ini, maka
akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

a. n. Menteri Keuangan
.... ( 15)

( tanda tangan )

. . . . ( 16 )
Tembusan:
1. Menteri Keuangan
2. ... (17 )
3. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan
4. ... ( 18)

d
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 139 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan tujuan nota dinas, dalam hal ini kepada pejabat yang
mengajukan permohonan Penggunaan Sementara BMN.
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(6) Diisi dengan nama Kementerian / Lembaga (atau unit pada
Kementerian / Lembaga) yang akan menggunakan sementara.
(7) Diisi dengan tanggal nota dinas Persetujuan Penggunaan Sementara
BMN .
(8) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal dalam Naskah Dinas usulan
Penggunaan Sementara BMN .
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan .
(12) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang dimohonkan
penggunaan sementara.
Contoh:
a. 20 (dua puluh) unit Peralatan Komputer;
b. sebagian Tanah dan / atau Bangunan seluas 6m2 (enam meter
persegi) yang berlokasi di Jalan Dr. Wahidin Raya No. l Jakarta
Pusat;
c. dst.
(13) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang dimohonkan Penggunaan
Sementara.
( 14) Diisi dengan jangka waktu Penggunaan Sementara BMN .
( 15) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang memberikan persetujuan
Penggunaan Sementara BMN.
(17) Diisi dengan Pengguna Barang pada Kementerian / Lembaga lain yang
akan menggunakan sementara, dalam hal persetujuan diterbitkan
oleh selain Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan.
(18) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan KPKNL setempat.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 140 -

Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Persetujuan Penggunaan Sementara BMN

Lampiran
Nota Dinas Menteri Keuangan
Nomor : ... (1)
Tanggal : . . . ( 2 )

DAFTAR BARANG PADA KEMENTERLAN KEUANGAN C.Q. ... ( 3 ) YANG DISETUJUI UNTUK DIGUNAKAN SEMENTARA OLEH ... ( 4)

Nama Kode Lokasi / Merek / Dokumen Tahun Nilai


No Barang Barang NUP Tipe / Identitas Kepemilikan Luas Kondisi Perolehan Perolehan Jangka Waktu Keterangan
M 1Z1 ]81 ( 10) ( 11 ) (1 2) 03 ) ( 14) 05) 06 )
1

JUMLAH

a. n. Menteri Keuangan
.. . ( 17 )

(tanda tangan)

. . . ( 18 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 141 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2 ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(4) Diisi dengan nama Kementerian / Lembaga (atau unit pada
Kementerian / Lembaga) yang akan menggunakan sementara
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nama barang.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(9) Diisi dengan:
a. lokasi BMN, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan .
( 10) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan , untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan
(11) Diisi dengan:
a. luas dalam m2 (meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah dan / atau
Bangunan; dan
b. dikosongkan , untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan .
( 12 ) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(13) Diisi dengan tahun perolehan .
( 14 ) Diisi dengan nilai perolehan .
( 15) Diisi dengan jangka waktu pelaksanaan Penggunaan Sementara BMN .
(16) Diisi dengan informasi penting lainnya.
(17) Diisi dengan nomenklatur jabatan Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(18) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
persetujuan Penggunaan Sementara BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 142 -
2 . Nota Dinas Persetujuan Utilisasi Penggunaan BMN

NOTA DINAS
NOMOR ND - ... (1)

Yth 1 . . . . (2 )
2 . ... (3)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... ( 4)
Lampiran ... (5)
Hal Persetujuan Utilisasi Penggunaan Barang Milik Negara Pada
... (6) Untuk Digunakan Oleh ... (7)
Tanggal .. . ( 8 )

Sehubungan dengan:
1. Nota Dinas Saudara Nomor ... (9 )
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (10)
3. memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan Nomor . . . ( 11) , dan
4. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (12)
pada prinsipnya kami menyetujui utilisasi penggunaan Barang Milik Negara (BMN ) berupa
... (13) dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp. , . ,00 ( .. . rupiah ) ... (14) pada . .. (6 ) oleh ... (7)
dengan jangka waktu selama . . . (15) , dengan rincian sebagaimana tercantum dalam daftar
barang pada Lampiran nota dinas ini.
Dalam rangka optimalisasi Penggunaan BMN guna menunjang penyelenggaraan tugas
dan fungsi Kementerian Keuangan dan guna tertib administrasi pengelolaan BMN , agar
Utilisasi Penggunaan BMN dimaksud dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Persetujuan ini ditindaklanjuti dengan penandatanganan Perjanjian Utilisasi Penggunaan
BMN antara ... ( 2) dan ... (3) disertai serah terima BMN yang dituangkan dalam Berita
Acara Serah Terima ( BAST) BMN paling lambat 1 (satu ) bulan sejak tanggal nota dinas
persetujuan ini.
2. ... (3) menyampaikan laporan tindak lanjut persetujuan ini kepada Kepala Biro Manajemen
BMN dan Pengadaan dengan disertai BAST BMN .
3. Setelah jangka waktu Utilisasi Penggunaan BMN berakhir, ... (3) menyerahkan kembali
BMN kepada .. . (2 ) yang dituangkan dalam BAST Pengembalian BMN dan ... (2 )
menyampaikan laporan pelaksanaan Utilisasi Penggunaan kepada Kepala Biro Manajemen
BMN dan Pengadaan dengan disertai rencana Penggunaan BMN dan BAST Pengembalian
BMN.
4 . Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam nota dinas persetujuan ini, maka
akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 143 -
Atas perhatian dan keija sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

a. n . Menteri Keuangan
Kepala Biro Manajemen BMN
dan Pengadaan ,

( tanda tangan)
... ( 16)
Tembusan:
1 . Menteri Keuangan
2 . . . . ( 17 )
3. ... ( 18)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 144 -

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan nomenklatur jabatan jabatan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang menatausahakan BMN.
(3) Diisi dengan nomenklatur jabatan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW yang akan menggunakan BMN .
( 4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan nama Unit Eselon I yang menatausahakan BMN c.q.
nama Satuan Keija.
(7) Diisi dengan nama Unit Eselon I yang akan menggunakan BMN c.q.
nama Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(9) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal nota dinas Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW terkait permohonan
persetujuan utilisasi Penggunaan BMN .
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN.
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
(12) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan .
(13) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang dilakukan utilisasi
Penggunaan .
Contoh:
sebagian Tanah dan / atau Bangunan seluas 6 m2 (enam meter persegi)
yang berlokasi di Jalan Dr. Wahidin Raya No.1 Jakarta Pusat.
(14) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang disetujui untuk
dilakukan utilisasi Penggunaan.
(15) Diisi jangka waktu utilisasi Penggunaan BMN .
(16) Diisi dengan nama pejabat Kepala Biro Manajemen BMN dan
Pengadaan.
(17) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
( 18) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang akan menggunakan BMN .

</
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 145 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Persetujuan Utilisasi Penggunaan BMN

Lampiran
Nota Dinas Menteri Keuangan
Nomor : ... ( 1)
Tanggal : ... (2 )

DAFTAR BARANG BERUPA .. . ( 3 ) PADA .. . ( 4 ) YANG DISETUJUI UNTUK DILAKUKAN UTILISASI


PENGGUNAAN OLEH ... ( 5 )

Nama Kode Lokasi / Merek / Dokumen Tahun Nilai Jangka


No Barang Barang NUP Tipe / Identitas Kepemilikan Luas Kondisi Perolehan Perolehan Waktu Keterangan
M ill 121 ( 101 (ill ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15) ( 16 ) ( 17)
1

2
JUMLAH

a . n . Menteri Keuangan
Kepala Biro Manajemen
BMN dan Pengadaan

(tanda tangan)
. . . ( 18 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 146 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan .
(4) Diisi dengan nama Unit Eselon I yang menatausahakan BMN c.q.
nama Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nama Unit Eselon I yang akan menggunakan BMN c.q.
nama Satuan Keija.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan nama barang.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(10) Diisi dengan:
a. lokasi BMN , untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN, untuk BMN berupa selain Tanah
dan / atau Bangunan .
(11) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan , untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan
(12) Diisi dengan:
a. luas dalam m 2 (meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah dan / atau
Bangunan; atau
b. dikosongkan , untuk BMN berupa selain Tanah dan / atau
Bangunan .
(13) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(14) Diisi dengan tahun perolehan.
(15) Diisi dengan nilai perolehan.
(16) Diisi dengan jangka waktu pelaksanaan Utilisasi Penggunaan BMN.
(17) Diisi dengan informasi penting lainnya.
(18) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 147 -
3. Nota Dinas Persetujuan Pengalihan Penggunaan BMN

NOTA DINAS
NOMOR ND - . .. ( 1)
Yth 1. . . . (2)
2. ... (3)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... (4)
Lampiran ... (5)
Hal Persetujuan Pengalihan Penggunaan Barang Milik Negara pada . .. (6) kepada
... (7)
Tanggal •• • ( 8 )

Sehubungan dengan:
1. Nota Dinas Saudara Nomor ... (9) ,
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (10)
3. memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan Nomor . .. (11) , dan
4. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (12)
pada prinsipnya kami menyetujui Pengalihan Penggunaan Barang Milik Negara (BMN) berupa ... (13)
denganjumlah nilai perolehan sebesar Rp... ,00 (... rupiah ) ... (14 ) pada ... (6) kepada ... (7) , dengan rincian
sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran nota dinas ini.
Dalam rangka optimalisasi Penggunaan BMN guna menunjang penyelenggaraan tugas dan fungsi
Kementerian Keuangan dan guna tertib administrasi pengelolaan BMN, agar Pengalihan Penggunaan
BMN dimaksud dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Persetujuan ini ditindaklanjuti dengan serah terima BMN antara ... (2) dan ... (3) yang dituangkan
dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) BMN , paling lambat 1 (satu ) bulan sejak tanggal nota dinas
persetujuan ini.
2. Berdasarkan BAST BMN dimaksud , masing- masing Kuasa Pengguna Barang melakukan perubahan
atas pencatatan pada daftar barangnya sesuai dengan ketentuan di bidang Penatausahaan BMN.
3. ... ( 2 ) dan ... (3) menyampaikan laporan pelaksanaan Pengalihan Penggunaan BMN kepada Kepala
Biro Manajemen BMN dan Pengadaan dengan melampirkan BAST BMN dan printout perubahan daftar
barang bersangkutan.
4. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam nota dinas persetujuan ini , maka akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Atas perhatian dan keija sama Saudara , kami ucapkan terima kasih.

a. n. Menteri Keuangan
Kepala Biro Manajemen BMN dan
Pengadaan ,

(tanda tangan)

... ( 15)
Tembusan:
1 . Menteri Keuangan
2. ... ( 16)
3. ... (17
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 148 -
Petunjuk Pengisian :
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2 ) Diisi dengan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW yang menatausahakan BMN.
(3) Diisi dengan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW yang akan mendapatkan Pengalihan Penggunaan BMN .
(4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan nama Unit Eselon I yang menatausahakan BMN c.q.
nama Satuan Kerja.
(7) Diisi dengan nama Unit Eselon I yang akan menggunakan BMN c.q.
nama Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(9 ) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal nota dinas Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW terkait permohonan
persetujuan pengalihan Penggunaan .
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN .
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
( 12) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(13) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang disetujui pengalihan
penggunaan .
Contoh:
a . 20 (dua puluh) unit Peralatan Komputer;
b. sebagian Tanah dan / atau Bangunan seluas 6 m2 (enam meter
persegi) yang berlokasi di Jalan Dr. Wahidin Raya No. l Jakarta
Pusat;
c. dst
(14) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang disetujui pengalihan
penggunaan.
(15) Diisi dengan nama pejabat Kepala Biro Manajemen BMN dan
Pengadaan .
(16) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
( 17) Diisi dengan nama Satuan Kerja mengajukan permohonan Pengalihan
Penggunaan BMN .

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 149 -

Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Persetujuan Pengalihan Penggunaan BMN

Lampiran
Nota Dinas Menteri Keuangan
? Nomor : .. . ( 1)
Tanggal : ... ( 2 )

DAFTAR BARANG BERUPA ... ( 3 ) PADA ... ( 4 ) YANG DISETUJUI


UNTUK DILAKUKAN PENGALIHAN PENGGUNAAN KEPADA ... ( 5 )

Nama Kode Lokasi / Merek / Dokumen Tahun


No. Barang Barang NUP Tipe / Identitas Kepemilikan Luas Kondisi Perolehan Nilai Perolehan Keterangan
(6) (7) (8) (9) ( 10 ( ID ( 12 ) ( 13) ( 14) ( 15) ( 16 )
1
2
JUMLAH

a.n . Menteri Keuangan


Kepala Biro Manajemen
BMN dan Pengadaan
(tanda tangan)

... ( 17)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 150 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan.
(4) Diisi dengan nama Unit Eselon I yang menatausahakan BMN c.q.
nama Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nama Unit Eselon I yang menerima Pengalihan
Penggunaan BMN c.q. nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan nama barang.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(10) Diisi dengan:
a. lokasi BMN , untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN, untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan .
(11) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan , untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan
(12) Diisi dengan:
a . luas dalam m2 (meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah dan / atau
Bangunan; atau
b. dikosongkan, untuk BMN berupa selain Tanah dan / atau
Bangunan .
(13) Diisi dengan Kondisi Barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(14) Diisi dengan tahun perolehan .
(15) Diisi dengan nilai perolehan.
(16) Diisi dengan informasi penting lainnya.
(17) Diisi dengan nama pejabat Kepala Biro Manajemen BMN dan
Pengadaan .

4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 151 -

4 . Nota Dinas Persetujuan Pengalihan Fungsi BMN

NOTA DINAS
NOMOR ND - .. .. (1)

Yth . . . (2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat (3)
Lampiran (4 )
Hal Persetujuan Pengalihan Fungsi Barang Milik Negara pada ... (5)
Tanggal (6 )

Sehubungan dengan:
1. Nota Dinas Saudara Nomor ... (7) ,
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (8)
3. memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan Nomor . .. (9) , dan
4. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (10)
pada prinsipnya kami menyetujui Pengalihan Fungsi Barang Milik Negara (BMN ) berupa ... (11)
dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp ... ,00 (...rupiah ) ... (12) pada ... (5) , dengan rincian
sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran nota dinas ini.
Dalam rangka optimalisasi Penggunaan BMN guna menunjang penyelenggaraan tugas dan fungsi
Kementerian Keuangan dan guna tertib administrasi pengelolaan BMN , agar Pengalihan Fungsi BMN
dimaksud dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pengalihan Fungsi BMN dilakukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas dan fungsi ... (5)
dan Pengalihan Fungsi BMN tidak dapat dijadikan dasar bagi Kuasa Pengguna Barang dalam
mengajukan usulan penambahan kebutuhan BMN sejenis.
2 . Persetujuan ini ditindaklanjuti dengan melakukan perubahan pencatatan pada daftar barang sesuai
dengan ketentuan di bidang Penatausahaan BMN.
3. Menyampaikan laporan pelaksanaan Pengalihan Fungsi BMN kepada Kepala Biro Manajemen BMN
dan Pengadaan dengan ditembuskan kepada Pengelola Barang.
4. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam nota dinas persetujuan ini, maka akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

a.n. Menteri Keuangan


Kepala Biro Manajemen BMN dan
Pengadaan,

(tanda tangan)

.. . (13)
Tembusan:
1 . Menteri Keuangan
2. ... (14)
3. ... (15)

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 152 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
( 2) Diisi dengan tujuan nota dinas, dalam hal ini kepada pejabat yang
mengajukan permohonan Pengalihan Fungsi BMN.
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Unit Eselon I c.q. Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(7) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal nota dinas Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW terkait permohonan persetujuan
Pengalihan Fungsi BMN .
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang menjadi
dasar Penggunaan BMN .
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan .
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(11) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang disetujui pengalihan
fungsinya.
Contoh:
sebagian Tanah dan / atau Bangunan seluas 6 m2 (enam meter persegi) yang
berlokasi di Jalan Dr. Wahidin Raya No. l Jakarta Pusat.
(12) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang disetujui pengalihan
fungsinya.
(13) Diisi dengan nama pejabat Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan.
(14) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Eselon I yang membawahi
Satuan Kerja Kuasa Pengguna Barang yang menatausahakan BMN.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Satuan Keija yang
mengajukan pengalihan fungsi BMN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 153 -

Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Persetujuan Pengalihan Fungsi BMN

Lampiran
Nota Dinas Menteri Keuangan
Nomor : ... ( 1)
Tanggal : ... (2)

DAFTAR BARANG BERUPA ... ( 3 ) PADA .. . (4 ) YANG DILAKUKAN PENGALIHAN FUNGSI

Dialihfungsikan
Lokasi / Menjadi
Nama Kode Merek / Tipe / Dokumen Tahun Nilai Nama Kode
No. Barang Barang NUP Identitas Kepemilikan Luas Kondisi Perolehan Perolehan Barang Barang Keterangan
!§l M 1Z1 181 ( 10 ) ( 1 1) ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15) ( 16 ) ( 17 )
1.

2.
JUMLAH

a. n . Menteri Keuangan
Kepala Biro Manajemen BMN
dan Pengadaan
(tanda tangan)

... ( 18 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 154 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
( 2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan.
(4 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nama barang.
( 7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(9) Diisi dengan:
a. lokasi BMN, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN, untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan .
(10) Diisi dengan dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan , untuk
BMN yang memiliki dokumen kepemilikan
(11) Diisi dengan:
a. luas dalam m2 (meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah dan / atau
Bangunan; dan
b. dikosongkan untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan .
(12) Diisi dengan kondisi barang ( Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(13) Diisi dengan tahun perolehan .
(14) Diisi dengan nilai perolehan.
(15) Diisi dengan nama barang setelah dialihfungsikan .
(16) Diisi dengan kode barang setelah dialihfungsikan.
(17) Diisi dengan informasi lain yang signifikan, seperti alasan Pengalihan
Fungsi BMN , dst.
(18) Diisi dengan nama pejabat Kepala Biro Manajemen BMN dan
Pengadaan .

I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 155 -
5. Surat Persetujuan Penggunaan Sementara BMN Dengan Jangka Waktu
Sampai Dengan 1 (satu ) Bulan

Nomor . . . (1) ... (2 )


Sifat ... (3)
Lampiran ... (4)
Hal Persetujuan Penggunaan Sementara Barang Milik Negara pada
Kementerian Keuangan c.q. ... (5) oleh ... (6)

Yth . ... (7)

Sehubungan dengan:
1. Surat Saudara Nomor ... (8)
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (9)
3. memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... ( 10) , dan
4. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (11)
pada prinsipnya kami menyetujui Penggunaan Sementara Barang Milik Negara (BMN) berupa ... (12 )
dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp ...,00 (...rupiah ) . . . (13) pada . . . (5) oleh . . . (6) dengan jangka
waktu selama ... (14 ) , dengan rincian sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran surat
ini.
Dalam rangka optimalisasi Penggunaan BMN guna menunjang penyelenggaraan tugas dan
fungsi Kementerian Keuangan dan guna tertib administrasi pengelolaan BMN , agar Penggunaan
Sementara BMN dimaksud dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penggunaan Sementara BMN dilakukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas dan
fungsi ... (6 ) dan tanpaimbalan .
2 . Persetujuan Penggunaan Sementara BMN ini ditindaklanjuti dengan penandatanganan Perjanjian
Penggunaan Sementara, dan serah terima BMN yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
(BAST) .
3. Perjanjian Penggunaan Sementara paling sedikit memuat data BMN, para pihak yang terikat dalam
perjanjian , jangka waktu Penggunaan , hak dan kewajiban para pihak.
4. Setelah jangka waktu berakhir , BMN tersebut segera diserahkan kembali kepada Kementerian
Keuangan c.q. ... (5) dan dituangkan dalam BAST Pengembalian BMN.
5. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat persetujuan ini , maka akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih .

a.n. Menteri Keuangan


... (15)

(tanda tangan )

... ( 16 )
Tembusan:
1 . Menteri Keuangan
2. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan
3. ... ( 17)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 156 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan tanggal surat.
(3) Diisi dengan sifat surat.
(4) Diisi dengan jumlah lampiran surat.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan nama Kementerian / Lembaga (atau unit pada
Kementerian / Lembaga) yang akan menggunakan sementara.
(7) Diisi dengan tujuan surat, dalam hal ini kepada pejabat dari
Kementerian / Lembaga lain yang mengajukan permohonan
Penggunaan Sementara BMN.
(8) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal dalam Naskah Dinas usulan
Penggunaan Sementara BMN.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan .
(12) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang dimohonkan
penggunaan sementara.
Contoh:
a. 20 (dua puluh ) unit Peralatan Komputer;
b. sebagian tanah dan / atau bangunan seluas 6 m2 (enam meter
persegi) yang berlokasi di Jalan Dr. Wahidin Raya No. l Jakarta
Pusat;
c. dst.
(13) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang dimohonkan Penggunaan
Sementara.
(14) Diisi dengan jangka waktu Penggunaan Sementara BMN.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
persetujuan Penggunaan Sementara BMN.
(17) Diisi dengan nomenklatur jabatan kepala KPKNL setempat.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 157 -

Lampiran Daftar Barang Surat Persetujuan Penggunaan Sementara BMN Dengan Jangka Waktu Sampai Dengan 1 (satu) Bulan

Lampiran
Surat Menteri Keuangan
Nomor : ... (1)
Tanggal : . .. ( 2)

DAFTAR BARANG BERUPA ... ( 3 ) PADA ... ( 4 )


YANG DISETUJUI UNTUK DIGUNAKAN SEMENTARA OLEH ... ( 5 )

Nama Kode Lokasi / Merek / Dokumen Tahun Nilai Jangka


No. Barang Barang NUP Tipe / Identitas Kepemilikan Luas Kondisi Perolehan Perolehan Waktu Keterangan
M ill m ( 10) ( 11 ) ( 12 ) ( 13) ( 14) ( 15) ( 16 ) ( 17 )
1.

2.
JUMLAH

a. n . Menteri Keuangan
. . . ( 18 )

(tanda tangan)

... ( 19 )

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 158 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan tanggal surat.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan .
( 4) Diisi dengan “Kementerian Keuangan c.q. (nama Satuan Kerja yang
menatausahakan BMN) ”.
(5) Diisi dengan nama Kementerian / Lembaga (atau unit pada
Kementerian / Lembaga) yang akan menggunakan sementara.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan nama barang.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
( 10) Diisi dengan:
a. lokasi BMN, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN berupa selain Tanah
dan / atau Bangunan .
( 11) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan, untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan
(12 ) Diisi dengan:
a. luas dalam m2 ( meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah dan / atau
Bangunan; atau
b. dikosongkan , untuk BMN berupa selain Tanah dan / atau
Bangunan;
(13) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) ;
(14) Diisi dengan tahun perolehan;
(15) Diisi dengan nilai perolehan;
(16) Diisi dengan jangka waktu pelaksanaan Penggunaan Sementara BMN;
(17) Diisi dengan informasi lain yang signifikan;
(18) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(19) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
persetujuan Penggunaan Sementara BMN .

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 159 -
C. Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR ... (1 )

TENTANG

PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN BARANG MILIIC NEGARA


PADA KEMENTERIAN KEUANGAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Negara dilakukan


untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna
Barang;
b. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (8) ,
Barang Milik Negara selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak
memiliki bukti kepemilikan dengan nilai perolehan sampai dengan
Rpl 00.000.000 , 00 (seratus juta rupiah ) per unit / satuan ditetapkan
status penggunaannya oleh . .. ( 2) ;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b , perlu menetapkan Keputusan Menteri
Keuangan tentang Penetapan Status Penggunaan Barang Milik
Negara Pada Kementerian Keuangan;

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah . . . (3);


3. Peraturan Presiden ... (4) ;
4. Peraturan Menteri Keuangan ... (5) ;
5. Peraturan Menteri Keuangan ... (6 ) ;
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (7) ;
Memperhatikan : Nota Dinas Nomor ... (8) ;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENETAPAN STATUS


PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA PADA KEMENTERIAN
KEUANGAN

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 160 -

PERTAMA Menetapkan status penggunaan Barang Milik Negara berupa


... (9 ) sebagai Barang Milik Negara pada Kementerian Keuangan sesuai
dengan Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri Keuangan ini.
KEDUA Nilai Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum
PERTAMA seluruhnya sebesar Rp... , 00 (.. . rupiah ) ... (10 ) .
KETIGA Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA
dicatat dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna pada Kuasa Pengguna
Barang, Daftar Barang Pengguna pada Pengguna Barang dan Daftar
Barang Milik Negara pada Pengelola Barang.
KEEMPAT : Kementerian Keuangan dapat melakukan pemanfaatan atau
pemindahtanganan kepada pihak lain setelah mendapat persetujuan
Pengelola Barang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.

KELIMA Pengguna Barang wajib melakukan monitoring dan evaluasi atas


optimalisasi penggunaan Barang Milik Negara.
ICEENAM Segala biaya pengamanan dan pemeliharaan Barang Milik Negara yang
digunakan oleh Kementerian Keuangan menjadi tanggung jawab
Kementerian Keuangan.
KETUJUH : Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam
Keputusan Menteri Keuangan ini, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Salinan Keputusan Menteri Keuangan ini disampaikan kepada:
1. Menteri Keuangan;
2. Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan;
3. Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan selaku
Pengelola Barang;
4. . . . ( 11 )
5. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan
Kementerian Keuangan;
6. Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
. . . ( 12 ) ;

7. ... (13);
Ditetapkan di ... (14)
pada tanggal ... (15)
a . n. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
... ( 16 )
(tanda tangan)

.. . ( 17 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 161 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan pejabat yang menerima pelimpahan kewenangan Menteri
Keuangan selaku Pengguna Barang dalam hal ini Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW.
(3) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah yang mengatur
pengelolaan BMN .
( 4) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Presiden mengenai
kedudukan, tugas, dan fungsi kementerian negara serta susunan
organisasi, tugas, dan fungsi eselon I kementerian negara.
(5) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai penetapan status penggunaan BMN.
(6) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan
(8) Diisi dengan nomor, tanggal, dan hal Nota Dinas usulan Penetapan
Status Penggunaan BMN dari Kuasa Pengguna Barang.
(9 ) Diisi dengan jumlah dan jenis BMN yang ditetapkan status
penggunaannya.
(10) Diisi dengan nilai BMN yang menjadi objek penetapan status
penggunaan.
(11) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Eselon I terkait.
(12 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan KPKNL terkait.
(13) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan satuan kerja yang
menatausahakan BMN.
(14) Diisi dengan Kota / Kabupaten tempat penetapan .
(15) Diisi dengan tanggal penetapan.
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(17) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
keputusan
Penetapan Status Penggunaan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 162 -
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR
. . . (1) TENTANG PENETAPAN STATUS
PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA PADA
KEMENTERIAN KEUANGAN

DAFTAR BARANG MILIK NEGARA BERUPA SELAIN TANAH DAN / ATAU BANGUNAN YANG DITETAPKAN STATUS PENGGUNAANNYA PADA KEMENTERIAN KEUANGAN

Merek / Tipe /
No. Nama Barang Kode Barang NUP Tahun Perolehan Nilai Perolehan Keterangan
Identitas

(3) ( 4) 151 151 m 151 (9)


1
2
dst .
Jumlah

a. n . Menteri Keuangan
Republik Indonesia,

... ( 10)

(tanda tangan)

... ( 11)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

163
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan nomor urut.
(3) Diisi dengan nama barang.
(4) Diisi dengan kode barang.
(5) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(6) Diisi dengan merek / tipe / identitas Barang Milik Negara yang
ditetapkan status penggunaannya.
(7) Diisi dengan tahun perolehan.
(8) Diisi dengan nilai BMN yang menjadi objek Penetapan Status
Penggunaan BMN sesuai dengan nilai yang tercatat di dalam dokumen
pengadaan / dokumen perolehan lainnya yang sah .
(9) Diisi dengan keterangan penting lainnya.
(10) Diisi dengan dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan
Menteri Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan
pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(11 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN .

i/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

164
D . Surat Pernyataan
1. Surat Pernyataan

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN
NOMOR: . .. ( 1 )

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama . . . (2)
NIP . . . (3)
Jabatan . . . (4)
dengan ini menyatakan bahwa . . . (5)
Demikian pernyataan ini kami buat dengan keadaan sebenamya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

(6)

(tanda tangan)

. .. (2)

Petunjuk pengisian:
(1 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan .
(5) Diisi dengan materi pernyataan sesuai kebutuhan .
(6 ) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan.

(
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

165

2. Surat Pernyataan Tanggung Jawab yang Menyatakan Barang Milik Negara


Berupa Tanah Digunakan dan Dikuasai Kementerian Keuangan
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB


NOMOR : ... (1 )
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama (2)
NIP : . . . (3 )
Jabatan : . . . ( 4)

dengan ini menyatakan bahwa tanah dengan perincian data:

No. Luas Tanah (m2) Lokasi

... ( 5) . . . (6 ) . . . ( 7)

adalah Barang Milik Negara yang dikuasai dan digunakan untuk penyelenggaraan
tugas dan fungsi Kementerian Keuangan c.q. ... (8) .
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar- benamya dalam rangka
permohonan penetapan status penggunaan Barang Milik Negara.

. . . , . . . (9)

(tanda tangan)

... (2)

Petunjuk Pengisian :
( 1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan .
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6 ) Diisi dengan luas tanah .
( 7) Diisi dengan lokasi tanah .
(8 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(9 ) Diisi dengan tempat, tanggal , bulan , dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

166
3. Surat Pernyataan Tanggung Jawab yang Menyatakan Barang Milik Negara
Berupa Bangunan Digunakan dan Dikuasai Kementerian Keuangan
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB


NOMOR: ... (1 )
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : . . . ( 2)
NIP : . . . ( 3)
Jabatan : . . . ( 4)

dengan ini menyatakan bahwa bangunan dengan perincian data:

No. Luas Bangunan ( m 2) Lokasi

... ( 5) . . . (6 ) ... ( 7)

adalah Barang Milik Negara yang dikuasai dan digunakan untuk penyelenggaraan
tugas dan fungsi Kementerian Keuangan c.q. . .. (8) .
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar- benamya dalam rangka
permohonan penetapan status penggunaan Barang Milik Negara .

.. . , ... (9 )

(tanda tangan)

... (2)

Petunjuk Pengisian :
( 1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
( 3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan .
( 5) Diisi dengan nomor urut.
(6 ) Diisi dengan luas bangunan .
( 7) Diisi dengan lokasi bangunan .
(8 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja .
(9 ) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan .

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

167

4. Surat Pernyataan Tanggung Jawab yang Menyatakan Barang Milik Negara


Selain Tanah dan / atau Bangunan yang Memiliki Bukti Kepemilikan
Digunakan dan Dikuasai Kementerian Keuangan
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB


NOMOR: ... ( 1 )
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama . . . (2)
NIP . . . (3)
Jabatan . . . (4)

dengan ini menyatakan bahwa Barang Milik Negara selain Tanah dan / atau Bangunan
yang memiliki bukti kepemilikan dengan perincian data:

No . Jenis BMN selain Tanah dan / atau Bangunan Nilai Perolehan


(5)
... . . . (6 ) . .. (7)

adalah Barang Milik Negara yang dikuasai dan digunakan untuk penyelenggaraan
tugas dan fungsi Kementerian Keuangan c.q. . . . (8) .
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dalam rangka
permohonan penetapan status penggunaan Barang Milik Negara.
. . . , .. . (9)

(tanda tangan)

... (2)

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan.
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan jenis BMN selain Tanah dan / atau Bangunan yang
memiliki bukti kepemilikan , seperti motor, mobil, pesawat, kapal, dll.
(7) Diisi dengan nilai perolehan .
(8) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(9) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan .

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

168

5. Surat Pernyataan Tanggung Jawab yang Menyatakan Barang Milik Negara


Selain Tanah dan / atau Bangunan yang Tidak Memiliki Bukti Kepemilikan
Digunakan dan Dikuasai Kementerian Keuangan
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB


NOMOR: ... (1 )
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : . . . ( 2)
NIP : ... (3)
Jabatan : .. . ( 4)

dengan ini menyatakan bahwa Barang Milik Negara selain Tanah dan / atau Bangunan
yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai perolehan ... (5) per unit / satuan
dengan perincian data:

No. Jenis BMN selain Tanah dan / atau Bangunan Nilai Perolehan

... (6 ) ... (7) ... (8 )

adalah Barang Milik Negara yang dikuasai dan digunakan untuk penyelenggaraan
tugas dan fungsi Kementerian Keuangan c.q. ... (9 ) .
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dalam rangka
permohonan penetapan status penggunaan Barang Milik Negara.
. . . ( 10)

(tanda tangan)

... (2)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

169

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan.
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan.
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan .
(5) Diisi dengan:
a. di atas Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah) ; atau
b. sampai dengan Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah) .
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan jenis BMN selain Tanah dan / atau Bangunan .
(8) Diisi dengan nilai perolehan .
(9) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(10) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan.

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

170
6. Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Penetapan Status
Penggunaan / Menggunakan Sementara / Menerima Pengalihan
Penggunaan Barang Milik Negara
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN ... ( 1)


NOMOR: . . . (2 )

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama
NIP
Jabatan : . . . (5)
dengan ini menyatakan bahwa kami bersedia . . . ( 1 ) berupa . . . (6 ) untuk dapat
digunakan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian
Keuangan c . q. .. . (7) .
Demikian pernyataan ini kami buat dengan keadaan sebenamya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya

. . . , . . . (8)

(tanda tangan)

... ( 3)

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan:
a. Menerima Pengalihan Barang Milik Negara;
b. Menggunakan Sementara Barang Milik Negara; atau
c. Menerima Pengalihan Penggunaan Barang Milik Negara.
( 2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan.
(4 ) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan.
(6) Diisi dengan jenis dan identitas BMN .
(7) Diisi nama Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

171

7. Surat Pernyataan Bahwa Pengalihan Fungsi Barang Milik Negara Tidak


Menyebabkan Terganggunya Tugas dan Fungsi kementerian Keuangan

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN
NOMOR: . .. (1)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama
NIP
Jabatan : ... ( 4)
dengan ini menyatakan bahwa Pengalihan Fungsi Barang Milik Negara tidak akan
mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi pada . . . (5) .
Demikian pernyataan ini kami buat dengan keadaan sebenamya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

... , .. . (6 )

(tanda tangan)

... (2)

Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan .
(5) Diisi nama Satuan Kerja.
(6 ) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

172

E . Surat Keterangan
1. Surat Keterangan Kebenaran Fotokopi Sertipikat
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT KETERANGAN
KEBENARAN FOTOKOPI SERTIPIKAT
NOMOR : ... (1 )
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : . . . ( 2)
NIP : . . . (3 )
Jabatan : . . . ( 4)

dengan ini menerangkan bahwa fotokopi sertipikat tanah:


Jenis dan Nomor Luas Tanah Pemegang No. Surat Ukur / Gambar
No. Lokasi
Sertipikat ( m2 ) Hak Situasi
... ( 5) ... (6 ) ... (7) ... (8 ) . . . ( 9) ... ( 10 )

adalah benar sesuai dengan aslinya.


Demikian keterangan ini kami buat dengan sebenar- benarnya dalam rangka
permohonan penetapan status penggunaan Barang Milik Negara.

- , - (H)
(tanda tangan)

... (2)

Petunjuk Pengisian :
( 1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
( 4 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan .
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan jenis dan nomor sertipikat.
Contoh : SHP No. 012 / Desa Sri Martani.
(7) Diisi dengan luas tanah .
(8) Diisi dengan nama pemegang hak dalam sertipikat.
(9 ) Diisi dengan nomor surat ukur / gambar situasi.
( 10 ) Diisi dengan lokasi tanah .
( 11) Diisi dengan tempat , tanggal , bulan , dan tahun pembuatan Surat
Keterangan .

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

173

2 . Surat Keterangan Kebenaran Fotokopi Izin Mendirikan


Bangunan / Persetujuan Bangunan Gedung, Dokumen Perolehan
Bangunan , dan Berita Acara Serah Terima Bangunan

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT KETERANGAN
KEBENARAN FOTOKOPI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN / PERSETUJUAN BANGUNAN
GEDUNG , DOKUMEN PEROLEHAN BANGUNAN , DAN BERITA ACARA SERAH
TERIMA BANGUNAN
NOMOR: ... (1 )
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : . . . (2)
NIP : ... (3)
Jabatan : ... ( 4)

dengan ini menerangkan bahwa:


1. fotokopi Izin Mendirikan Bangunan / Persetujuan Bangunan Gedung:
Luas Bangunan
No. Nomor Tanggal Lokasi
( m 2)
... (5) . . . (6 ) ... (7) . . . ( 8) ... (9)
2. fotokopi dokumen perolehan Bangunan:
Tanggal Dokumen
Nomor Dokumen Luas
No. Perolehan Lokasi
Perolehan Bangunan Bangunan ( m 2 )
Bangunan
. .. (5) ... ( 10) . . . ( 11) ... ( 12) ... (13)

3. fotokopi Berita Acara Serah Terima Bangunan:


Nomor Berita Acara Tanggal Berita Luas
No. Lokasi
Serah Terima Acara Serah Terima Bangunan (m 2)

. .. (5) ... (14) ... (15) ... ( 16) ... (17)

adalah benar sesuai dengan aslinya.


Demikian keterangan ini kami buat dengan sebenar- benarnya dalam rangka
permohonan penetapan status penggunaan Barang Milik Negara.
(18)

(tanda tangan)

.. . (2)

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

174

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan.
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nomor Izin Mendirikan Bangunan (IMB) / Persetujuan
Bangunan Gedung (PBG) .
(7) Diisi dengan tanggal Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Persetujuan
Bangunan Gedung (PBG) .
(8) Diisi dengan luas bangunan .
(9) Diisi dengan lokasi bangunan .
(10) Diisi dengan nomor dokumen perolehan bangunan.
(11) Diisi dengan tanggal dokumen perolehan bangunan.
(12) Diisi dengan luas bangunan .
(13) Diisi dengan lokasi bangunan .
(14 ) Diisi dengan nomor Berita Acara Serah Terima (BAST) .
(15) Diisi dengan tanggal Berita Acara Serah Terima (BAST) .
(16) Diisi dengan luas bangunan .
(17) Diisi dengan lokasi bangunan .
(18) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan Surat
Keterangan.

r
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

175
3. Surat Keterangan Kebenaran Fotokopi Dokumen Kepemilikan atau Dokumen
Lain Yang Setara Dengan Bukti Kepemilikan Barang Milik Negara Selain Tanah
dan / atau Bangunan

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT KETERANGAN
KEBENARAN FOTOKOPI DOKUMEN KEPEMILIKAN ATAU DOKUMEN LAIN YANG
SETARA DENGAN BUKTI KEPEMILIKAN BARANG MILIK NEGARA SELAIN TANAH
DAN / ATAU BANGUNAN
NOMOR: ... (1 )
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : . . . ( 2)
NIP : ... (3)
Jabatan : ... ( 4)

dengan ini menerangkan bahwa:


1. fotokopi dokumen kepemilikan Kendaraan Bermotor atau dokumen lain yang setara
dengan bukti kepemilikan:

Nomor Tanggal Merk /


Nomor Nomor Nomor
No. Dokumen Dokumen Tipe /
Kepemilikan Kepemilikan
Mesin Rangka Polisi
Jenis
... (5) ... (6 ) ... (7 ) ... ( 8) ... (9 ) . . . ( 10) ... ( 1 1)

2. fotokopi dokumen lainnya seperti Surat Tanda Nomor Kendaraan atau Berita Acara
Serah Terima terkait perolehan barang untuk Barang Milik Negara selain Tanah
dan / atau Bangunan yang memiliki bukti kepemilikan:

No. Nomor Dokumen Lainnya Tanggal Dokumen Lainnya

. . . (5) ... ( 12 ) ... (13)

adalah benar sesuai dengan aslinya.


Demikian keterangan ini kami buat dengan sebenar- benarnya dalam rangka
permohonan penetapan status penggunaan Barang Milik Negara.
••• > ... (14 )

(tanda tangan)

... (2 )

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

176

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
( 2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan .
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nomor dokumen kepemilikan .
( 7) Diisi dengan tanggal dokumen kepemilikan .
(8) Diisi dengan merk / tipe / jenis BMN selain Tanah dan / atau Bangunan
yang mempunyai bukti kepemilikan.
(9) Diisi dengan nomor mesin , untuk kendaraan bermotor.
(10) Diisi dengan nomor rangka, untuk kendaraan bermotor.
(11) Diisi dengan nomor polisi, untuk kendaraan bermotor.
(12 ) Diisi dengan nomor dokumen lainnya.
(13) Diisi dengan tanggal dokumen lainnya.
(14) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan Surat
Keterangan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

177

4 . Surat Keterangan Kebenaran Fotokopi Berita Acara Serah Terima Terkait


Perolehan Barang dan Dokumen Lainnya BMN Berupa Selain Tanah
dan / atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Bukti Kepemilikan

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT KETERANGAN
KEBENARAN FOTOKOPI BERITA ACARA SERAH TERIMA
TERKAIT PEROLEHAN BARANG DAN DOKUMEN LAINNYA
NOMOR: ... (1 )
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : . . . (2)
NIP : . . . (3 )
Jabatan : . . . ( 4)

dengan ini menerangkan bahwa fotokopi Berita Acara Serah Terima terkait perolehan barang
dan dokumen lainnya:

Nomor Berita Acara Tanggal Berita Acara


No.
Serah Terima Serah Terima

. .. ( 5) ... (6 )
- 7)
(

adalah benar sesuai dengan aslinya.


Demikian keterangan ini kami buat dengan sebenar- benarnya dalam rangka
permohonan penetapan status penggunaan Barang Milik Negara.
... (8)

(tanda tangan)

... (2)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

178

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan.
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
( 4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan .
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nomor Berita Acara Serah Terima (BAST) .
(7) Diisi dengan tanggal Berita Acara Serah Terima (BAST) .
(8) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Keterangan .

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

179

5. Surat Keterangan Pengalihan Fungsi BMN

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT KETERANGAN
PENGALIHAN FUNGSI BARANG MILIK NEGARA
NOMOR: ... (1 )

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : . . . ( 2)
NIP : .. . (3)
Jabatan : ... ( 4)

dengan ini menerangkan bahwa berdasarkan inventarisasi dan hasil penetapan


Rencana Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan dan Penghapusan ( RP4 )
Barang Milik Negara Tahun ... (5) pada ... (6) , dengan ini kami lakukan perubahan
fungsi atas BMN sebagai mana terlampir.

Demikian surat keterangan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya

- ( 7)
(tanda tangan)

... (2 )

Petunjuk pengisian:
1. Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
2. Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
3. Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
4. Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan .
5. Diisi dengan tahun penetapan RP4 .
6. Diisi dengan nama Satuan Kerja.
7. Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Keterangan .

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

180

Lampiran Daftar Barang yang Mengalami Perubahan Fungsi

Lampiran

Surat Keterangan Alih Fungsi BMN

Nomor ... (1)

Tanggal ... ( 2 )
Daftar Barang yang Mengalami Perubahan Fungsi
Tahun Fungsi
No. Kode Barang NUP Nama Barang Perolehan Semula Menjadi
J 3L M (6) JZL M (8)
l
2
Dst.

... , ... ( 9)
(tanda tangan)

.. . ( 10)

Petunjuk pengisian:
1. Diisi dengan penomoran naskah dinas unit organisasi.
2. Diisi dengan tanggal surat keterangan.
3. Diisi dengan Nomor Urut
4 . Diisi dengan Kode Barang
5. Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP)
6. Diisi dengan Nama Barang
7. Diisi dengan Tahun Perolehan
8. Diisi dengan Fungsi BMN
9. Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Keterangan.
10. Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

181

F. Laporan
1. Laporan Tindak Lanjut

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

LAPORAN
TENTANG ... (1)
NOMOR ... (2 )

A. Pendahuluan
( 3)

B . Kegiatan Yang Dilaksanakan


( 4)

C. Hasil Yang Dicapai


( 5)

D. Simpulan dan Saran


( 6)

E. Penutup
( 7)

. . . , . . . (8)

... (9 )

( tanda tangan )

... ( 10)

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

182

Petunjuk pengisian:
(1 ) Diisi dengan judul laporan .
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan , Ruang Lingkup,
Dasar dari kegiatan / hal-hal yang dilaksanakan .
(4) Diisi dengan informasi mengenai tindak lanjut pelaksanaan kegiatan
pengelolaan BMN.
(5) Diisi dengan informasi mengenai hasil tindak lanjut yang
dilaksanakan.
(6) Diisi dengan simpulan dari kegiatan / hal-hal yang telah dilaksanakan
dan saran untuk perbaikan kedepannya.
(7) Diisi dengan kalimat penutup laporan .
(8) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan laporan.
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Laporan.
(10) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Laporan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

183

2 . Laporan Pelaksanaan

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

LAPORAN
TENTANG ... (1)
NOMOR ... (2 )

A. Pendahuluan
( 3)

B . Kegiatan Yang Dilaksanakan


( 4)

C . Hasil Yang Dicapai


( 5)

D. Simpulan dan Saran


( 6)

E. Penutup
( 7)

. . . , . . . ( 8)

. .. ( 9)

( tanda tangan )

... ( 10 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

184
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan judul laporan .
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan , Ruang Lingkup,
Dasar dari kegiatan / hal-hal yang dilaksanakan.
(4) Diisi dengan informasi mengenai pelaksanaan kegiatan ataupun
progres kegiatan pengelolaan BMN.
(5) Diisi dengan informasi mengenai hasil kegiatan yang dicapai.
(6) Diisi dengan simpulan dari kegiatan / hal-hal yang telah dilaksanakan
dan saran untuk perbaikan kedepannya.
(7) Diisi dengan kalimat penutup laporan.
(8) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan laporan .
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Laporan.
(10) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Laporan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

185

G . Berita Acara
1. Berita Acara Serah Terima

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

BERITA ACARA SERAH TERIMA


... ( 1) BARANG MILIK NEGARA
NOMOR ... (2 )

-
Pada hari ini, ... (3) tanggal ... (3) bulan ... (3) tahun ... ( 3) (.. . ... ) ... (3) , kami yang
bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama
Jabatan
dalam hal ini bertindak ... ( 6) berdasarkan ... (7) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA;
2 . Nama : .. . (8 )
Jabatan : ... (9 )
dalam hal ini bertindak ... (10) berdasarkan ... (11) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
KEDUA ,
bahwa berdasarkan ... (12 ) maka kedua belah pihak sepakat untuk melakukan serah terima
... ( 13), dengan ketentuan sebagai berikut:

Pasal 1
PIHAK PERTAMA melakukan penyerahan .. . (13) kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA
menerima penyerahan hak ... (13) dari PIHAK PERTAMA atas ... (14) dengan jumlah nilai
perolehan sebesar Rp..., 00 (... rupiah) (15).
Pasal 2
... (13) sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 digunakan oleh PIHAK ICEDUA dalam rangka . ..
( 16 ) .

Pasal 3
. . . (dan hal-hal lain yang dianggap penting untuk dimasukkan dalam materi berita acara serah
terima)...

Demikian Berita Acara Serah Terima ini dibuat dengan sebenarnya dalam rangkap 2 (dua)
dan ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal tersebut di atas untuk digunakan
sebagaimana mestinya.

Yang Menerima , Yang Menyerahkan,

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


.. . ( 9 ) ... (5)

. . . (8) . .. ( 4 )

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

186

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan perihal BAST.
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas Unit Organisasi.
(3) Diisi dengan hari, tanggal, bulan, dan tahun serah terima dilaksanakan.
(4) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani berita acara.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menandatangani
Berita Acara Serah Terima.
(6) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan Berita Acara
Serah Terima.
Contoh:
a. untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan; atau
b. selaku Kuasa Pengguna Barang.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai:
a. pelimpahan kewenangan di Lingkungan Kementerian Keuangan, dalam hal
penandatanganan dilakukan untuk dan atas nama Menteri keuangan; atau
b. pelaksanaan pengelolaan BMN di Lingkungan Kementerian Keuangan,
dalam hal penandatanganan dilakukan selaku Kuasa Pengguna Barang.
(8) Diisi dengan nama pihak kedua, antara lain:
a. pejabat yang berwenang menandatangani berita acara dari
Kementerian / Lembaga lain atau Pemerintah Daerah/ Desa;
b. Kuasa Pengguna Barang di Lingkungan Kementerian Keuangan; atau
c. Pihak lain yang merupakan mitra tukar-menukar / penjualan / hibah.
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menandatangani
berita acara dari Kementerian / Lembaga lain, Pemerintah Daerah / Desa, Kuasa
Pengguna Barang di Lingkungan Kementerian Keuangan, atau pihak lainnya.
(10) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan berita
acara.
(11) Diisi dengan dasar kewenangan yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA.
(12) Diisi dengan dokumen yang menjadi dasar adanya serah terima.
(13) Diisi dengan hal yang diserahterimakan.
(14) Diisi dengan objek yang diserahterimakan.
Dalam haljumlah BMN terlalu banyak untuk dideskripsikan satu persatu dapat
disusun dalam bentuk lampiran yang tidak terpisahkan dari Berita Acara Serah
Terima.
(15) Diisi dengan nilai perolehan objek yang diserahterimakan.
(16) Diisi dengan pertimbangan / alasan dilakukannya serah terima BMN.

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

187

2 . Berita Acara Serah Terima Pengembalian BMN

BERITA ACARA SERAH TERIMA


PENGEMBALIAN BARANG MILIK NEGARA
NOMOR ... (2 )

Pada hari ini, ... (3) tanggal ... (3) bulan ... (3) tahun .. . (3) ... (3), kami yang
bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama
Jabatan
dalam hal ini bertindak .. . (6) berdasarkan ... (7) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA;
2. Nama : . . . (8 )
Jabatan : ... (9 )
dalam hal ini bertindak ... (10 ) berdasarkan ... (11) , yang selanjutnya disebut sebagai
PIHAK KEDUA,
sehubungan dengan telah berakhirnya jangka waktu Perjanjian ... (12 ) , maka PIHAK
PERTAMA akan mengembalikan BMN milik PIHAK KEDUA, dengan ketentuan sebagai
berikut:

Pasal 1
PIHAK PERTAMA melakukan penyerahan Barang Milik Negara pada Kementerian
Keuangan kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA menerima penyerahan kembali dari
PIHAK PERTAMA berupa ... (13) pada ... (14) dengan jumlah nilai perolehan sebesar
Rp ..., 00 (.. . rupiah) (15) .

Pasal 2
...(dan hal -hal lain yang dianggap penting untuk dimasukkan dalam materi berita acara
serah terima) ...

Demikian Berita Acara Serah Terima Pengembalian BMN ini dibuat dengan sebenarnya
dalam rangkap 2 (dua) dan ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal tersebut
di atas untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Yang Menerima , Yang Menyerahkan ,

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


... (9 ) . .. ( 5)

. . . (8) ... ( 4)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

188

Petunjuk Pengisian:
(1 ) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi Pihak Pertama.
( 2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan hari, tanggal, bulan , dan tahun serah terima
dilaksanakan .
(4 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani berita
acara dari Kementerian / Lembaga / Pemerintah Daerah / Pemerintah
Desa / Pihak Lain yang mengembalikan BMN .
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani berita acara dari Kementerian / Lembaga / Pemerintah
Daerah / Pemerintah Desa / Pihak Lain yang mengembalikan BMN.
(6) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
berita acara.
(7) Diisi dengan dasar kewenangan yang dimiliki oleh PIHAK PERTAMA.
(8) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani berita
acara.
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani berita acara.
(10) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
Berita Acara Serah Terima.
Contoh:
a. untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan , atau
b. selaku Kuasa Pengguna Barang.
(11 ) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai:
a. pelimpahan kewenangan di Lingkungan Kementerian Keuangan,
dalam hal penandatanganan dilakukan untuk dan atas nama
Menteri keuangan, atau
b. pelaksanaan pengelolaan BMN di Lingkungan Kementerian
Keuangan, dalam hal penandatanganan dilakukan selaku Kuasa
Pengguna Barang.
(12) Diisi dengan “Penggunaan BMN " atau “Pemanfaatan BMN ".
(13) Diisi dengan deskripsi BMN yang menjadi objek.
Dalam hal jumlah BMN terlalu banyak untuk dideskripsikan satu
persatu dapat disusun dalam bentuk lampiran yang tidak terpisahkan
dari Berita Acara Serah Terima Pengembalian BMN .
(14) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(15) Diisi dengan jumlah nilai perolehan objek yang diserahterimakan.

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 189 -

H . Perjanjian

PERJANJIAN
ANTARA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DAN
... ( 1)
TENTANG
. . . ( 2)
NOMOR ... (3)
NOMOR ... (3)

Pada hari ini, ... (4 ) tanggal ... (4) bulan ... (4) tahun ... (4 ) ... (4 ) bertempat di ...
(5) , yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama ... ( 6)
Jabatan ... ( 7)
Alamat ... ( 8)

dalam hal ini bertindak . .. (9 ) berdasarkan ... (10) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA.
2. Nama
Jabatan
Alamat

dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama ... ( 14) berdasarkan ... ( 15) , yang selanjutnya
disebut sebagai PIHAK KEDUA.

Selanjutnya PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA
PIHAK .
Bahwa PARA PIHAK masing-masing bertindak dalam kedudukannya sebagaimana
tersebut di atas, terlebih dahulu menerangkan bahwa:
a. ... (16 )
b . ... (16 )

Bahwa dalam membuat dan melaksanakan Perjanjian ini, PARA PIHAK memperhatikan
dan mendasarkan pada ketentuan dalam:
1. ... ( 17 ) ;
2 . ... ( 17 ) ;
3 . ... (17) .

PARA PIHAK setuju dan sepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu Perjanjian ... (2)
yang selanjutnya disebut Perjanjian , dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:

y
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 190 -

PASAL 1
OBJEK PERJANJLAN
PIHAK PERTAMA menyerahkan hak... ( 18 ) kepada PIHAK KEDUA , berupa ... (19 ) dengan
data sebagaimana tercantum dalam lampiran Perjanjian ini.

PASAL 2
TUJUAN ATAU PERUNTUKAN
BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan PIHAK KEDUA sebagai ... (20)
sesuai ketentuan perundang- undangan .

PASAL 3
JANGKA WAKTU
( 1) ... ( 21 ) ,
(2) . . . ( 21 ) ,
( 3) ... ( 21) .

PASAL 4
HAK DAN KEWAJIBAN

( 1) PIHAK PERTAMA berhak:


. . . ( 22 )

( 2) PIHAK PERTAMA wajib:


... (23)
( 3) PIHAK KEDUA berhak:
... ( 24 )
( 4) PIHAK KEDUA wajib:
... ( 25)
PASAL ... ( 26 )
.. . ( 27 )

( 26 )
PASAL ...
PENUTUP
Perjanjian ini mulai berlaku pada tanggal penandatanganannya, dan wajib ditindaklanjuti
dengan Berita Acara Serah Terima Barang Milik Negara antara PIHAK PERTAMA dan
PIHAK KEDUA.

Demikian Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) yang masing-masing dibubuhi
meterai dan mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi masing-masing pihak. Dengan
membubuhkan tanda tangan di bawah ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah
membuat Perjanjian secara sah.

PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA ,

(tanda tangan ) (tanda tangan)

... ( 6) ... ( 1 1)

4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 191 -
Petunjuk Pengisian:
(1 ) Diisi dengan Kementerian / Lembaga, Pemerintah Daerah / Desa, Kuasa
Pengguna Barang di lingkungan Kementerian Keuangan, atau pihak
lain .
(2) Diisi dengan nama perjanjian.
(3) Diisi dengan penomoran sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
Kementerian / Lembaga, Pemerintah Daerah / Desa, Kuasa Pengguna
Barang di lingkungan Kementerian Keuangan, atau pihak lain .
( 4) Diisi dengan hari dan tanggal pembuatan perjanjian .
(5) Diisi dengan tempat penandatanganan perjanjian.
(6) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
perjanjian .
(7) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani perjanjian
(8) Diisi dengan alamat satuan kerja.
(9) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
Berita Acara Serah Terima.
Contoh:
a. untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan , atau
b. selaku Kuasa Pengguna Barang.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai:
a. pelimpahan kewenangan di Lingkungan Kementerian Keuangan,
dalam hal penandatanganan dilakukan untuk dan atas nama
Menteri keuangan, atau
b. pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan, dalam hal penandatanganan dilakukan selaku Kuasa
Pengguna Barang.
(11 ) Diisi dengan nama pihak kedua, antara lain:
a. pejabat yang berwenang menandatangani berita acara dari
Kementerian / Lembaga lain atau Pemerintah Daerah / Desa;
b. Kuasa Pengguna Barang di lingkungan Kementerian Keuangan,
atau pihak lain yang merupakan mitra Penggunaan / Pemanfaatan .
(12) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani berita acara dari Kementerian / Lembaga lain ,
Pemerintah Daerah / Desa, Kuasa Pengguna Barang di lingkungan
Kementerian Keuangan , atau pihak lainnya.
(13) Diisi dengan alamat Kementerian / Lembaga lain, Pemerintah
Daerah / Desa, Kuasa Pengguna Barang di lingkungan Kementerian
Keuangan, atau pihak lainnya.
(14) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
perjanjian.
(15) Diisi dengan dasar kewenangan yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA.
(16) Diisi dengan dasar pertimbangan dilaksanakannya perjanjian .
(17) Diisi dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(18) Diisi dengan “ Penggunaan BMN” atau “ Pemanfaatan BMN” .
(19) Diisi dengan deskripsi BMN yang menjadi objek.
(20) Diisi dengan deskripsi tujuan dan peruntukan dari
Penggunaan / Pemanfataan BMN oleh pihak kedua
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 192 -

(21 ) Diisi dengan informasi jangka waktu Penggunaan / Pemanfaatan BMN


beserta mekanisme perpanjangan jangka waktu
Penggunaan / Pemanfaatan BMN.
(22) Diisi dengan hak PIHAK PERTAMA.
(23) Diisi dengan kewajiban PIHAK PERTAMA.
(24) Diisi dengan hak PIHAK KEDUA.
(25) Diisi dengan kewajiban PIHAK KEDUA.
(26) Diisi dengan nomor pasal dalam hal diperlukan pasal tambahan .
(27) Diisi dengan judul dan ketentuan yang akan diatur dalam hal
diperlukan ketentuan tambahan antara lain:
a. Penyelesaian Perselisihan;
b. Sanksi;
c. Ketentuan berakhirnya;
d . Keadaan Memaksa (Kahar) ;
e. Hasil BGS / BSG;
f . Besaran kontribusi tahunan dan mekanisme pembayaran; dan
g. Besaran hasil BGS / BSG yang digunakan langsung.

4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 193 -

BAB VII
PEMANFAATAN BMN

A . Nota Dinas Usulan Pengelolaan BMN - Pengguna Barang ke Pengelola Barang

*
NOTA DINAS
NOMOR ND - ... ( 1 )

Yth . ( 2)
Dari ( 3)
Sifat ( 4)
Lampiran ( 5)
Hal . (6)
Tanggal • (7 )

Sehubungan dengan hal di atas:


1. berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (8) ;
2. memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan Nomor...(9),
3. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (10) ,
4 . melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... ( 11) ,
bersama ini kami sampaikan .. . (6 ) berupa ... (12 ) dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp... , 00
(... rupiah ) (13) , dengan rincian sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran nota
dinas ini.
Sebagai bahan pertimbangan , terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai berikut:
1. ... (14 ) ;
2. ... (14);
3. ... ( 14 ) .
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

a. n . Menteri Keuangan
( 15)

(tanda tangan)

... ( 16 )
Tembusan :
1. Menteri Keuangan
2. . . . ( 17 )
3. ... ( 18)
4 ( 18)

a)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 194 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nomor dan kode Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan tujuan nota dinas, dalam hal ini kepada Dirjen Kekayaan
Negara / Direktur PKNSI / Kepala Kanwil DJKN / Kepala KPKNL, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan dalam bentuk
mandat kepada pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara.
(3) Diisi dengan Menteri Keuangan
(4 ) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan perihal nota dinas, contoh:
a. Permohonan Sewa pada Kementerian Keuangan c.q. KPP Pratama
Jakarta Cempaka Putih
b. Permohonan Pinjam Pakai pada Kementerian Keuangan c.q. KPP
Pratama Jakarta Cempaka Putih
c. Permohonan BGS / BSG pada Kementerian Keuangan c.q. KPP
Pratama Jakarta Cempaka Putih
d . Permohonan Penggunaan BMN Untuk Dioperasikan oleh pihak lain
pada Kementerian Keuangan c.q. KPP Pratama Jakarta Cempaka
Putih
(7) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN .
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara;
( 10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan
( 11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan
( 12 ) Diisi dengan jenis usulan pengelolaan BMN dari Pengguna Barang ke
Pengelola Barang, seperti: “Sewa BMN“
(13) Diisi dengan jenis dan luas / kuantitas BMN, contoh:
a. sebagian Tanah dan / atau Bangunan seluas 6m2 (enam meter
persegi) ;
b. 2 (dua) unit Sepeda Motor;
c. dst.
(14) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang diusulkan .
(15) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan.
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan KMK yang mengatur
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
(17) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .
( 18) Diisi dengan “ Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan", dalam hal
yang mengajukan usulan adalah selain Kepala Biro Manajemen BMN
dan Pengadaan .
(19) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait.

4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 195 -

A . 1 Daftar Barang pada Lampiran Nota Dinas Usulan - Pengguna Barang ke Pengelola Barang

Lampiran
Nota Dinas Menteri
Keuangan
Nomor : ... ( 1)
Tanggal : ... ( 2)

DAFTAR BARANG BERUPA . .. ( 3 )


PADA KEMENTERLAN KEUANGAN C. Q. ... ( 4 ) YANG DIUSULKAN... ( 5 )

Dokumen
Nama Kode Lokasi / Merek / Tahun Keterangan
No NUP Kepemilikan Luas Kondisi
Barang Barang Tipe / Identitas Perolehan
( 6) (7) ( 8) (9) ( 10 ) ( 11 ) ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15)
1

2
JUMLAH

a. n . Menteri Keuangan
. . . ( 16 )

(tanda tangan)

.. . (17 )

1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 196 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. Selain tanah dan / atau bangunan
(4 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(5) Diisi dengan jenis usulan , antara lain: Pinjam Pakai, BGS / BSG, dst.
(6) Diisi dengan nomor urut;
(7) Diisi dengan Nama Barang;
(8) Diisi dengan Kode Barang;
(9 ) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP);
(10) Diisi dengan:
a. Lokasi BMN , untuk BMN berupa tanah dan / atau bangunan , atau;
b. Merk / Tipe / Identitas BMN, untuk BMN selain tanah dan / atau
bangunan.
(11) Diisi dengan dokumen kepemilikan seperti BPKB, sertifikat dst.
(12) Diisi dengan:
a. Luas dalam m 2 untuk BMN berupa Tanah atau Bangunan) ; atau
b. Dikosongkan , untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan .
(13) Diisi dengan Kondisi Barang (Baik / Rusak Ringan / Risak Berat);
(14) Diisi dengan tahun perolehan;
(15) Diisi dengan informasi penting lainnya, seperti: jangka waktu
Pemanfaatan BMN
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan KMK yang mengatur
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(17) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 197 -
A . 2 Daftar Barang pada Lampiran Nota Dinas Usulan - Pengguna Barang ke Pengelola Barang (Sewa BMN )

Lampiran
Nota Dinas Menteri
Keuangan
Nomor : .... ( 1)
Tanggal : .... (2 )

DAFTAR BARANG BERUPA .. . ( 3 )


PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C. Q . ... ( 4 ) ] YANG DIUSULKAN SEWA

Lokasi /
Usulan
No
Nama Kode
NUP
Merek / Dokumen Tahun Nilai Pihak Perun- Jangka Perio-
Barang Luas Kondisi Nilai
Barang Tipe / Kepemilikan Perolehan Perolehan Penyewa tukan Waktu desitas
Identitas Sewa
( 5) (6 ) ( 7) ( 8) ( 9) ( 10) ( 1 1) ( 12 ) ( 13) ( 14) ( 15) ( 16) ( 17) ( 18) ( 19 )
1
2

JUMLAH

a. n . Menteri Keuangan
( 20)

(tanda tangan)

( 21 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 198 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. Selain tanah dan / atau bangunan
(4) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan Nama Barang.
(7) Diisi dengan Kode Barang.
(8) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP).
(9) Diisi dengan:
a. lokasi BMN, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN berupa selain Tanah
dan / atau Bangunan .
(10) Diisi dengan dokumen kepemilikan seperti BPKB, sertifikat, dst.
(11) Diisi dengan:
a. luas dalam m2 (meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah atau
Bangunan; atau
b. dikosongkan , untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan .
(12) Diisi dengan Kondisi Barang (Baik / Rusak Ringan / Risak Berat) .
(13) Diisi dengan tahun perolehan.
(14) Diisi dengan nilai perolehan .
(15) Diisi dengan pihak penyewa.
(16) Diisi dengan peruntukan atas barang yang disewakan.
(17) Diisi dengan usulan besaran nilai sewa.
(18) Diisi dengan jangka waktu sewa.
(19 ) Diisi dengan periodisitas sewa.
(20) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan KMK yang mengatur
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(21) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 199 -
B. Surat Keputusan
1. Surat Keputusan Sewa BMN untuk Periodesitas Per Tahun atau Per Bulan

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR ... (1 )

TENTANG

SEWA BARANG MILIK NEGARA BERUPA ... ( 2 )


PADA . .. (3)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa . .. (4 ) melalui surat Nomor ... (5) mengajukan usulan sewa Barang
Milik Negara berupa .. . (2 ) pada ... ( 3) seluas ... (6 ) kepada ...(7);
b. bahwa ... (8) atas nama Menteri Keuangan melalui Nota Dinas Nomor
... (9) telah menyetujui usulan sewa Barang Milik Negara tersebut untuk
jangka waktu selama ... (10) dengan nilai sewa sebesar Rp. .. , 00 (... rupiah )
(11 ) kepada ... (7);
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b serta melaksanakan ... (12 ) dan ... (13) , perlu menetapkan
Keputusan Menteri Keuangan ten tang Sewa Barang Milik Negara Berupa
... ( 2) Pada ... (3);

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah .. . (14) ;


2. Peraturan Presiden ... (15) ;
3. Peraturan Menteri Keuangan .. (16 );
4. Keputusan Menteri Keuangan . .. (12) ;
5. Keputusan Menteri Keuangan ... (13) ;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG SEWA BARANG MILIK NEGARA


BERUPA ... (2 ) PADA ... (3) .

PERTAMA : Menyatakan tidak keberatan ... ( 4) menyewakan Barang Milik Negara pada . .. (3)
berupa ...(2) seluas . .. (6 ) kepada ... (7) dengan rincian sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Keputusan
Menteri Keuangan ini.

KEDUA : Sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA
dilaksanakan oleh ... (4 ) selaku Kuasa Pengguna Barang.

1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 200 -

ICETIGA : Nilai sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum
PERTAMA ditetapkan sebesar Rp. . . , 00 ( . . . rupiah ) ( 1) .

KEEMPAT : Jangka waktu sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum
PERTAMA selama ... ( 10) .

KELIMA : Penyewa dapat melakukan penerusan sewa kepada pihak ketiga dengan ketentuan
sebagai berikut: *(17).
1. Penerusan sewa dilakukan terhadap kelompok jenis kegiatan usaha bisnis
kepada kegiatan usaha bisnis dan / atau non bisnis;
2. Pemilihan pihak penerima penerusan sewa dilakukan oleh penyewa;
3. Penyewa menyampaikan informasi tertulis kepada Kuasa Pengguna Barang
atas penerusan sewa yang telah dilaksanakan;
4. Pihak penerima penerusan sewa tidak dapat melakukan penerusan sewa BMN
kepada pihak lain;
5. Penerusan sewa hanya dapat dilakukan terhadap BMN dengan periodesitas
tahunan dan uang sewa yang telah dibayar lunas secara sekaligus oleh
Penyewa;
6. Penerusan sewa tidak menghapuskan dan / atau mengalihkan tanggung jawab
penuh penyewaterhadap kewajibannya sebagai penyewa;
7. Jangka waktu penerusan sewa tidak boleh melebihi jangka waktu sewa;
8. Pengguna Barang dapat melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan penerusan sewa, apabila diperlukan.
KEENAM : Pelaksanaan sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum
PERTAMA, dituangkan dalam perjanjian sewa Barang Milik Negara di atas kertas
bermeterai cukup sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang dan pihak penyewa yang sekurang-
kurangnya memuat:
1 . dasar perjanjian;
2. para pihak yang terikat dalam perjanjian;
3. jenis dan luas Barang Milik Negara yang disewakan ;
4. besaran dan jangka waktu sewa, termasuk periodesitas sewa;
5. peruntukan sewa, termasuk kelompok jenis kegiatan usaha dan kategori
bentuk kelembagaan penyewa;
6. tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan pemeliharaan selama
jangka waktu sewa;
7. hak dan kewajiban para pihak;
8. hal lain yang diatur dalam persetujuan sewa Barang Milik Negara dari
Pengelola Barang dan Keputusan Menteri Keuangan ini;

KETUJUH : . . . (7) selaku pihak penyewa melakukan pembayaran uang sewa secara sekaligus
dengan cara menyetor ke Rekening Kas Umum Negara sebagai Penerimaan Negara
Bukan Pajak dengan MAP 423141 Akun Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan
Bangunan paling lambat 2 (dua) hari keija sebelum tanggal penandatanganan
perjanjian sewa Barang Milik Negara.

ICEDELAPAN : Seluruh biaya yang timbul atas pelaksanaan sewa Barang Milik Negara termasuk
tetapi tidak terbatas pada biaya pengamanan dan pemeliharaan Barang Milik
Negara yang disewa dibebankan kepada pihak penyewa.

KESEMBILAN : ... (4) diwajibkan menyampaikan laporan kepada:


MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 201 -
1. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan selaku Pengguna Barang;
2. Direktur Jenderal Kekayaan Negara selaku Pengelola Barang;
3. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan, Kementerian
Keuangan; dan
4. ...(8) ,
antara lain:
a. laporan pelaksanaan sewa Barang Milik Negara dengan melampirkan fotokopi
Salinan Keputusan Kepala Biro ini, salinan perjanjian sewa, dan fotokopi bukti
setor using sewa;
b. laporan berakhimya pelaksanaan sewa Barang Milik Negara pada akhir jangka
waktu sewa.

KESEPULUH : Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan Menteri Keuangan ini, akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Salinan Keputusan Menteri Keuangan ini disampaikan kepada:
1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan ;
2. Menteri Keuangan;
3. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan selaku Pengguna Barang;
4. Inspektur Jenderal, Kementerian Keuangan;
5. Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan selaku Pengelola
Barang;
6 . Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan , Kementerian
Keuangan ;
7. Kepala Biro Hukum, Kementerian Keuangan;
8. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan , Kementerian Keuangan ;
9. ( Sekretaris Inspektorat Jenderal / Sekretaris Direktorat Jenderal.../ Sekretaris
Badan.../ Kepala Biro Umum ), Kementerian Keuangan,-
10. Kepala Kantor Wilayah .. . (18) ;
11. . . . ( 8) ;
12. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ... (18) ;
13. ... (5) .

Ditetapkan di ... ( 19 )
pada tanggal .... ( 19 )
an. Menteri Keuangan
Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan

( tanda tangan )
. . . ( 20 )

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 202 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan jenis Barang Milik Negara yang disewakan.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(4 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nomor, tanggal dan perihal surat usulan sewa Barang Milik
Negara.
(6) Diisi dengan luas / kuantitas BMN yang disewakan.
(7) Diisi dengan pihak penyewa.
(8) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menerbitkan
persetujuan sewa Barang Milik Negara.
(9 ) Diisi dengan nomor, tanggal dan perihal surat persetujuan sewa Barang Milik
Negara dari Pengelola Barang.
(10) Diisi dengan jangka waktu penyewaan Barang Milik Negara sesuai
persetujuan sewa Barang Milik Negara dari Pengelola Barang.
(11) Diisi dengan jumlah nilai sewa Barang Milik Negara sesuai persetujuan sewa
Barang Milik Negara dari Pengelola Barang.
(12 ) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(13) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan .
(14) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai pengelolaan
BMN .
(15) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Presiden mengenai kedudukan,
tugas, dan fungsi kementerian negara serta susunan organisasi, tugas, dan
fungsi Eselon I Kementerian Negara.
(16) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
mengenai Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara.
(17) Dicantumkan dalam hal terdapat penerusan sewa yang sudah direncanakan
sejak awal.
(18) Diisi dengan Kantor Wilayah Unit Eselon I bersangkutan dan Kan tor
Pelayanan Perbendaharaan Negara yang wilayah kerjanya melingkupi lokasi
Kuasa Pengguna Barang yang mengajukan usulan.
(19) Diisi dengan lokasi dan tanggal penandatanganan.
(20) Diisi dengan nama lengkap pejabat yang berwenang menandatangani
keputusan sewa Barang Milik Negara.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 203 -

Lampiran Daftar Barang Keputusan Sewa BMN untuk Periodesitas Per Tahun atau Per Bulan

LAM PI RAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR ... (1)
TENTANG ... ( 2 )
1?

RINCIAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA TANAH DAN / ATAU BANGUNAN

PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C. Q. ... ( 3 ) YANG DILAKUKAN PEMANFAATAN DALAM BENTUK SEWA

Luas BMN
Jangka Nilai
No Jenis Barang Kode Barang NUP Lokasi yang Periodesitas Penyewa
Waktu Sewa
Disewakan
(4) ( 5) (6) ( 7) ( 8) (9 ) ( 10 ) ( 11 ) ( 12 ) ( 13)
1
2
an. Menteri Keuangan
Kepala Biro Manajemen Barang
Milik Negara dan Pengadaan

( tanda tangan )

... ( 14 )

0
MENTER 1 KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 204 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2 ) Diisi dengan judul sebagaimana tercantum dalam Keputusan Sewa.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(4) Diisi dengan nomor urut BMN yang disewakan .
(5) Diisi dengan jenis BMN .
(6) Diisi dengan kode BMN .
(7) Diisi dengan NUP BMN .
(8) Diisi dengan lokasi BMN.
(9 ) Diisi dengan luas BMN yang disewakan .
(10) Diisi dengan jangka waktu sewa.
(11) Diisi dengan periodesitas sewa.
(12 ) Diisi dengan nilai sewa masing- masing BMN .
(13) Diisi dengan nama penyewa BMN
(14) Diisi dengan nama lengkap pejabat yang berwenang menandatangani
keputusan sewa Barang Milik Negara.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 205 -
2 . Surat Keputusan Sewa BMN untuk Periodesitas Per Hari atau Per Jam

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR .. . (1)

TENTANG

SEWA BARANG MILIK NEGARA BERUPA ... ( 2 )


PADA ... (3)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa ... ( 4) melalui surat Nomor ... (5) tanggal .. . (5) mengajukan usulan sewa
Barang Milik Negara berupa ... (3) pada ... (4 );
b. bahwa . .. (6 ) atas nama Menteri Keuangan melalui Nota Dinas Nomor. .. (7 ) tanggal
.. . ( 7) telah menyetujui usulan sewa Barang Milik Negara tersebut untuk jangka
waktu selama ... (8) ;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b serta melaksanakan ...(9) dan ... (10) , perlu menetapkan Keputusan
Menteri Keuangan tentang Sewa Barang Milik Negara Berupa ... (3) Pada ...(4);

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah ... (11);


2 . Peraturan Presiden ... (12 ) ;
3. Peraturan Menteri Keuangan .. (13);
4. Keputusan Menteri Keuangan ... (9);
5. Keputusan Menteri Keuangan ... (10) ;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG SEWA BARANG MILIK NEGARA


BERUPA ... (2 ) PADA . .. (3) .

PERTAMA : Menyatakan tidak keberatan ... (4 ) menyewakan Barang Milik Negara pada ... ( 3)
berupa ... (2 ) dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Keputusan Menteri Keuangan ini.

KEDUA : Sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA
dilaksanakan oleh ... (4 ) selaku Kuasa Pengguna Barang.

•i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 206 -

KETIGA : Nilai sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA
ditetapkan dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Keputusan Menteri Keuangan ini.

KEEMPAT : Jangka waktu sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum
PERTAMA selama ... (8) .

KELIMA : Penyewa dapat melakukan penerusan sewa kepada pihak ketiga dengan ketentuan
sebagai berikut: * (14) .
1. Penerusan sewa dilakukan terhadap kelompok jenis kegiatan usaha bisnis
kepada kegiatan usaha bisnis dan / atau non bisnis;
2. Pemilihan pihak penerima penerusan sewa dilakukan oleh penyewa;
3. Penyewa menyampaikan informasi tertulis kepada Kuasa Pengguna Barang atas
penerusan sewa yang telah dilaksanakan;
4 . Pihak penerima penerusan sewa tidak dapat melakukan penerusan sewa BMN
kepada pihak lain;
5. Penerusan sewa hanya dapat dilakukan terhadap BMN dengan periodesitas
tahunan dan uang sewa yang telah dibayar lunas secara sekaligus oleh Penyewa;
6. Penerusan sewa tidak menghapuskan dan / atau mengalihkan tanggung jawab
penuh penyewaterhadap kewajibannya sebagai penyewa;
7. Jangka waktu penerusan sewa tidak boleh melebihi jangka waktu sewa;
8. Pengguna Barang dapat melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan penerusan sewa, apabila diperlukan .
KEENAM : Pelaksanaan sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum
PERTAMA , dituangkan dalam peijanjian sewa Barang Milik Negara di atas kertas
bermeterai cukup sesuai ketentuan Peraturan Perundang- undangan yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang dan pihak penyewa yang sekurang-
kurangnya memuat:
1. dasar perjanjian;
2. para pihak yang terikat dalam perjanjian;
3. jenis dan luas Barang Milik Negara yang disewakan;
4 . besaran dan jangka waktu sewa, termasuk periodesitas sewa;
5. peruntukan sewa, termasuk kelompok jenis kegiatan usaha dan kategori bentuk
kelembagaan penyewa;
6. tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan pemeliharaan selama
jangka waktu sewa;
7. hak dan kewajiban para pihak;
8. hal lain yang diatur dalam persetujuan sewa Barang Milik Negara dari Pengelola
Barang dan Keputusan Menteri Keuangan ini;

KETUJUH : Pihak penyewa melakukan pembayaran uang sewa secara sekaligus dengan cara
menyetor ke Rekening Kas Umum Negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak
dengan MAP 423141 Akun Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan Bangunan
sebelum tanggal penandatanganan perjanjian sewa Barang Milik Negara.

KEDELAPAN : Seluruh biaya yang timbul atas pelaksanaan sewa Barang Milik Negara termasuk
tetapi tidak terbatas pada biaya pengamanan dan pemeliharaan Barang Milik Negara
yang disewa dibebankan kepada pihak penyewa.

KESEMBILAN : . . . (4) diwajibkan menyampaikan laporan kepada:


MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 207 -
1. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan selaku Pengguna Barang;
2. Direktur Jenderal Kekayaan Negara selaku Pengelola Barang;
3. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan, Kementerian
Keuangan; dan
4. ... (6) ,
antara lain:
a. laporan pelaksanaan sewa Barang Milik Negara dengan melampirkan fotokopi
Salinan Keputusan Kepala Biro ini, salinan perjanjian sewa, dan fotokopi bukti
setor uang sewa;
b. laporan perkembangan pelaksanaan sewa Barang Milik
Negara;
c. laporan berakhirnya pelaksanaan sewa Barang Milik Negara pada akhir jangka
waktu sewa.

KESEPULUH : Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan Menteri Keuangan ini, akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Salinan Keputusan Menteri Keuangan ini disampaikan kepada:
1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Menteri Keuangan;
3. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan selaku Pengguna Barang;
4. Inspektur Jenderal, Kementerian Keuangan;
5. Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan selaku Pengelola
Barang;
6 . Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan, Kementerian
Keuangan;
7. Kepala Biro Hukum, Kementerian Keuangan;
8. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan , Kementerian Keuangan ;
9. ( Sekretaris Inspektorat Jenderal / Sekretaris Direktorat Jenderal.../ Sekretaris
Badan.. ./ Kepala Biro Umum ), Kementerian Keuangan, -
10. Kepala Kantor Wilayah . . . (15) ;
11. ... ( 7) ;
12. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ... (15) ;
13. ... ( 5) .

Ditetapkan di ... (16 )


pada tanggal ....(16)
an. Menteri Keuangan
Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan

( tanda tangan )
...( 17 )

f/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 208 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan
(2 ) Diisi dengan jenis Barang Milik Negara yang disewakan .
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
( 4) Diisi dengan nomenklatur jabatan Kepala Satuan Kerja, misalnya: “ Kepala
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu”.
(5) Diisi dengan nomor dan tanggal surat usulan sewa Barang Milik Negara.
(6) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menerbitkan
persetujuan sewa Barang Milik Negara.
(7) Diisi dengan nomor dan tanggal surat persetujuan sewa Barang Milik
Negara dari Pengelola Barang.
(8) Diisi dengan jangka waktu penyewaan Barang Milik Negara sesuai
persetujuan sewa Barang Milik Negara dari Pengelola Barang.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah yang mengatur
mengenai Pengelolaan Barang Milik Negara.
(12) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Presiden yang mengatur
mengenai Kedudukan , Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.
(13) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
mengatur mengenai Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik
Negara.
(14) Dicantumkan dalam hal terdapat penerusan sewa yang sudah
direncanakan sejak awal.
(15) Diisi dengan Kantor Wilayah Unit Eselon I bersangkutan dan Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara yang wilayah kerjanya melingkupi
lokasi Kuasa Pengguna Barang yang mengajukan usulan .
(16) Diisi dengan tanggal penandatanganan .
(17) Diisi dengan nama lengkap pejabat yang berwenang menandatangani
keputusan sewa Barang Milik Negara.

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLiK INDONESIA
- 209 -

Lampiran Daftar Barang Keputusan Sewa BMN untuk Periodesitas Per Hari atau Per Jam

LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
3* NOMOR ... (1)
TENTANG . .. ( 2 )

RINCIAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA TANAH DAN / ATAU BANGUNAN

PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C. Q. .. . ( 3 ) YANG DILAKUKAN PEMANFAATAN DALAM BENTUK SEWA

Luas BMN
No Jangka Nilai
Jenis Barang Kode Barang NUP Lokasi yang Periodesitas Keterangan
Waktu Sewa
Disewakan
(4) (5) ( 6) (7) ( 8) (9) ( 10 ) ( 11) ( 12 ) (13)
1
2

a. n . Menteri Keuangan
Kepala Biro Manajemen Barang Milik
Negara dan Pengadaan

( tanda tangan )

... ( 14)

4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 210 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan judul sebagaimana tercantum dalam Keputusan Sewa.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(4 ) Diisi dengan nomor urut BMN yang disewakan.
(5) Diisi dengan jenis BMN.
(6) Diisi dengan kode BMN .
( 7) Diisi dengan NUP BMN.
(8) Diisi dengan lokasi BMN .
(9 ) Diisi dengan luas BMN yang disewakan.
(10) Diisi dengan jangka waktu sewa.
(11) Diisi dengan periodesitas sewa.
(12) Diisi dengan nilai sewa masing-masing BMN.
(13) Diisi dengan keterangan tambahan yang diperlukan .
(14) Diisi dengan nama lengkap pejabat yang berwenang menandatangani
keputusan sewa Barang Milik Negara.

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 211 -
C . Surat Pernyataan

1. Surat Pernyataaan Umum

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN
NOMOR: .. . (1 )

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama - (2)
NIP . . . ( 3)
Jabatan - ( 4)
dengan ini menyatakan bahwa (5)
Demikian pernyataan ini kami buat dengan keadaan sebenamya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

- (6)

.... ttd .

. . . ( 2)

Petunjuk pengisian :
(1 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi .
(2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
( 4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan
( 5) Diisi dengan materi pernyataan sesuai dengan kebutuhan .
(6) Diisi dengan tempat, tanggal , bulan , dan tahun surat ditandatangani.

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 212 -

2. Surat Pernyataan Kesediaan Untuk Menjaga dan Memelihara BMN Yang


Disewa Dari Calon Penyewa

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama ... ( 1 )
Jabatan ... ( 2)
Alamat •••( 3)

NPWP ...( 4)

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa saya selaku penyewa BMN berupa... (5) bersedia
menjaga dan memelihara BMN yang saya sewa dan tidak akan menyewakan kepada pihak lain
serta mematuhi peijanjian dan mengikuti ketentuan yang berlaku selama jangka waktu Sewa.
Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
... (6) ,
(tanda tangan)
. . . ( 2)

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama calon penyewa.
(2) Diisi dengan jabatan calon penyewa.
(3) Diisi dengan alamat calon penyewa.
( 4) Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak calon penyewa.
(5) Diisi dengan jenis / identitas BMN yang disewa.
(6) Diisi dengan Kota / Kabupaten dan tanggal surat ditandatangani.

1)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 213 -
3. Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Besaran Sewa Yang Ditetapkan Oleh
Pengguna Barang / Pengelola Barang Dari Calon Penyewa.

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama . . . ( 1)
Jabatan . . . ( 2)
Alamat • • ( 3)

NPWP . . . (4)

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa saya selaku penyewa BMN berupa ... (5) bersedia
memenuhi tarif sewa dari Pengelola Barang sesuai dengan surat Kepala / Direktur... (6 ) tanggal . . . (7 )
hal. . . (8 ) sesuai ketentuan yang berlaku. U

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
... (9) ,
( tanda tangan)

... (2)

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama calon penyewa.
(2) Diisi dengan jabatan calon penyewa.
(3) Diisi dengan alamat calon penyewa.
( 4) Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak.
(5) Diisi dengan BMN yang disewakan .
(6) Diisi dengan nama unit Pengelola Barang (Direktur Jenderal Kekayaan
Negara / Direktur PKNSI / Kepala Kantor Wilayah DJKN / Kepala KPKNL)
yang berwenang menerbitkan persetujuan Sewa BMN
(7) Diisi dengan tanggal surat persetujuan Sewa BMN.
(8) Diisi dengan hal surat persetujuan Sewa BMN .
(9) Diisi dengan Kota / Kabupaten dan tanggal surat ditandatangani.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 214 -
D . Surat Keterangan Kebenaran Fotokopi Dokumen
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI
SURAT KETERANGAN
NOMOR. . . ( l )

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama . . . (2)

NIP -(3)
Jabatan . . . ( 4)

dengan ini menerangkan bahwa:


1 . Fotokopi / scan dokumen usulan sewa BMN ;
2 . Fotokopi / scan dokumen persetujuan sewa BMN;
Adalah benar sesuai dengan aslinya
Demikian surat pemyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya

. .. ( 5)

(tanda tangan)
. . . (2)

Petunjuk pengisian:
(1) Diisi dengan kepala naskah dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan penomoran naskah dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan.
(4) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan .
(6) Diisi dengan tempat, tanggal bulan dan tahun surat ditandatangani.

1)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 215 -
E. Laporan
1. Laporan Tindak Lanjut
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

LAPORAN
TENTANG .. . (1)
NOMOR ... ( 2 )

A. Pendahuluan
(3)

B. Kegiatan Yang Dilaksanakan


(4)

C. Hasil Yang Dicapai


(5)

D. Simpulan dan Saran


(6)

E. Penutup
(7)

. . . (8 )
(9)
( tanda tangan )

(10)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 216 -
Petunjuk pengisian:
(1) Diisi dengan judul laporan.
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan , Ruang Lingkup, Dasar
dari kegiatan / hal- hal yang dilaksanakan.
(4 ) Diisi dengan informasi mengenai tindak lanjut pelaksanaan kegiatan
pengelolaan BMN .
(5) Diisi dengan informasi mengenai hasil tindak lanjut yang dilaksanakan.
(6) Diisi dengan simpulan dari kegiatan / hal-hal yang telah dilaksanakan dan
saran untuk perbaikan kedepannya.
(7) Diisi dengan kalimat penutup laporan .
(8) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan laporan.
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Laporan .
(10 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Laporan

P
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 217 -
2. Laporan Pelaksanaan
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

LAPORAN
TENTANG . . . ( 1)
NOMOR (2 )

A. Pendahuluan
( 3)

B. Kegiatan Yang Dilaksanakan


( 4)

C. Hasil Yang Dicapai


(5)

D . Simpulan dan Saran


( 6)

E. Penutup
( 7)

- (8)
(9 )
( tanda tangan )

( 10)

1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 218 -
Petunjuk pengisian:
(1) Diisi dengan judul laporan .
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Ruang Lingkup, Dasar
dari kegiatan / hal-hal yang dilaksanakan.
(4) Diisi dengan informasi mengenai pelaksanaan kegiatan ataupun progres
kegiatan pengelolaan BMN .
(5) Diisi dengan informasi mengenai hasil kegiatan yang dicapai.
(6) Diisi dengan simpulan dari kegiatan / hal-hal yang telah dilaksanakan dan
saran untuk perbaikan kedepannya.
(7) Diisi dengan kalimat penutup laporan.
(8) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan laporan .
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Laporan .
(10) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Laporan .

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 219 -
3. Laporan Pelaksanaan Sewa

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

NOTA DINAS
NOMOR ND-. .. ( 1 )
Yth. •••(2)
Dari ... (3)
Sifat ... ( 4)
Lampiran •• (5)

Hal Laporan Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara Berupa... (6 ) pada ... (7)
Tanggal . . . ( 8)

Sehubungan dengan hal di atas:


1. berpedoman pada ... (9) ; dan
2. melaksanakan Keputusan Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan
Pengadaan Nomor ...(10 ) ,
bersama ini kami sampaikan laporan pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara berupa... ( 6)
seluas... ( l 1) kepada... ( 12 ) untuk... (13) sebesar...(14) pada... (7) selama... ( 15) tahun
terhitung mulai... ( 16 )
Bersama dengan nota dinas ini, terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai
berikut:
1. Fotokopi Keputusan... (10);
2. Fotokopi perjanjian sewa Nomor...(17); dan
3. Fotokopi bukti setor uang sewa.
Atas perhatian Bapak / Ibu , kami ucapkan terima kasih .

( tanda tangan )

. . . (18 )

Tembusan :
... ( 19 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 220 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan tujuan penyampaian laporan , yaitu:
a. Pengelola Barang c.q. (Direktur Jenderal Kekayaan Negara / Direktur
PKNSI / Kepala Kantor Wilayah DJKN / Kepala KPKNL) ; dan
b. Pengguna Barang c.q. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan.
(3) Diisi dengan pengirim Naskah Dinas, dalam hal ini kepala Satuan Kerja
yang menatausahakan BMN.
(4) Diisi dengan sifat Nota Dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran Nota dinas.
(6) Diisi dengan BMN yang disewakan .
Contoh: sebagian tanah dan bangunan
(7) Diisi dengan nama satuan kerja.
(8) Diisi dengan tanggal Nota Dinas.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemanfaatan Barang Milik Negara;
( 10) Diisi dengan Nomor dan judul salinan Keputusan sewa BMN .
( 11) Diisi dengan luas BMN yang disewakan
( 12) Diisi dengan pihak yang menyewa BMN.
(13) Diisi dengan peruntukan sewa BMN.
(14) Diisi dengan nilai sewa BMN.
(15) Diisi dengan jangka waktu sewa.
(16) Diisi dengan tanggal mulai sampai dengan tanggal berakhir sewa BMN.
( 17) Diisi dengan nomor Peijanjian Sewa BMN.
( 18) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Nota Dinas.
( 19) Diisi dengan nama jabatan Pejabat Pimpinan Sekretaris Unit Eselon
1/ Kepala Kanwil yang membawahi unit kerja Kuasa Pengguna Barang.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 221 -
4. Laporan Perkembangan Sewa

KEPALA NASKAH DINAS ORGANISASI

NOTA DINAS
NOMOR ND-... ( 1)
Yth. .. . (2 )
Dari • •• (3)
Sifat ... (4)
Lampiran ...(5)
Hal Laporan Perkembangan Sewa Barang Milik Negara Berupa...(6 ) pada... (7)
Tanggal .. . (8 )

Sehubungan dengan hal di atas:


1. berpedoman pada . . . (9 ) ; dan
2. melaksanakan Keputusan Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan Nomor
. . . ( 10 ) ,

bersama ini kami sampaikan laporan perkembangan Sewa Barang Milik Negara berupa ... (6 ) seluas
... ( 11) kepada ... (12) untuk ... ( 13) sebesar ... (14 ) pada ... (7) selama ... (15) terhitung mulai ... ( 16 ).
Selanjutnya dapat kami sampaikan bahwa kondisi BMN dalam keadaan baik dan penyewa
BMN telah memenuhi semua kewajibannya. Dalam hal apabila akan dilakukan perpanjangan Sewa
BMN , kami akan segera menyampaikan usul perpanjangan Sewa BMN kepada Pengelola Barang
paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum jangka waktu Sewa BMN berakhir.
Bersama dengan nota dinas ini, terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai berikut:
1. foto BMN yang disewakan
2. fotokopi Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN ... ( 10);
3. fotokopi Perjanjian Sewa BMN ... (17) , serta adendum ( jika ada) ;
4. dokumen pencatatan Sewa BMN ( jika ada ) ; dan
5. bukti setor ke rekening Kas Umum Negara ( jika belum disampaikan ) .

Atas perhatian Bapak / Ibu , kami ucapkan terima kasih.

( tanda tangan )
... ( 18)

Tembusan :
... ( 19)

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 222 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan tujuan penyampaian laporan , yaitu:
a. Pengelola Barang c.q. (Direktur Jenderal Kekayaan Negara / Direktur
PKNSI / Kepala Kantor Wilayah DJKN / Kepala KPKNL); dan
b. Pengguna Barang c.q. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan.
(3) Diisi dengan pengirim Naskah Dinas, dalam hal ini kepala Satuan Kerja
yang menatausahakan BMN .
(4) Diisi dengan sifat Nota Dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran Nota dinas.
(6 ) Diisi dengan BMN yang disewakan .
Contoh: sebagian tanah dan bangunan
(7) Diisi dengan nama satuan kerja.
(8) Diisi dengan tanggal Nota Dinas.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemanfaatan Barang Milik Negara;
(10) Diisi dengan Nomor dan judul salinan Keputusan sewa BMN.
(11) Diisi dengan luas BMN yang disewakan
(12) Diisi dengan pihak yang menyewa BMN .
(13) Diisi dengan peruntukan sewa BMN .
(14 ) Diisi dengan nilai sewa BMN .
(15) Diisi dengan jangka waktu sewa.
(16) Diisi dengan tanggal mulai sampai dengan tanggal berakhir sewa BMN .
(17) Diisi dengan nomor Perjanjian Sewa BMN .
(18) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Nota Dinas.
(19) Diisi dengan nama jabatan Pejabat Pimpinan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Kanwil yang membawahi unit kerja Kuasa Pengguna Barang.

1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 223 -
5. Laporan Berakhirnya Sewa

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

NOTA DINAS
NOMOR ND- .. . ( 1)

Yth. . . . (2)
Dari ... ( 3)
Sifat .. . (4 )
Lampiran ... (5)
Hal Laporan Berakhirnya Sewa Barang Milik Negara Berupa ... (6 ) Pada
... (7 )
Tanggal : ... (8)
Sehubungan dengan hal di atas:
1 . berpedoman pada ... (9 ) ; dan
2. melaksanakan Keputusan Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan Nomor
. . . ( 10 ) ,
bersama ini kami bahwa pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara berupa ... (6) seluas
... (11) kepada ... (12 ) untuk ... (13) sebesar ... (14) pada ... (7) telah berakhir pada tanggal ... (15) .
Bersama dengan surat ini, terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai berikut:
1. fotokopi BAST Pengembalian BMN ;
2. dokumen pencatatan Sewa BMN ( jika ada); dan
3. bukti setor ke rekening Kas Umum Negara ( jika belum disampaikan ) .
Atas perhatian Bapak / Ibu, kami ucapkan terima kasih .

( tanda tangan )
. . . ( 16 )

Tembusan :
... ( 17 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 224 -

Petunjuk Pengisian:
(1 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan tujuan penyampaian laporan, yaitu:
a. Pengelola Barang c.q. (Direktur Jenderal Kekayaan Negara / Direktur
PKNSI / Kepala Kantor Wilayah DJKN / Kepala KPKNL) ; dan
b. Pengguna Barang c.q. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan .
(3) Diisi dengan pengirim Naskah Dinas, dalam hal ini kepala Satuan Kerja
yang menatausahakan BMN .
(4) Diisi dengan sifat Nota Dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran Nota dinas.
(6) Diisi dengan BMN yang disewakan.
Contoh: sebagian tanah dan bangunan
(7) Diisi dengan nama satuan kerja.
(8) Diisi dengan tanggal Nota Dinas.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemanfaatan Barang Milik Negara;
(10) Diisi dengan Nomor dan judul salinan Keputusan sewa BMN.
(11 ) Diisi dengan luas BMN yang disewakan
(12) Diisi dengan pihak yang menyewa BMN .
(13) Diisi dengan peruntukan sewa BMN .
(14) Diisi dengan nilai sewa BMN.
(15) Diisi dengan tanggal berakhir sewa BMN .
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Nota
Dinas.
(17) Diisi dengan nama jabatan Pejabat Pimpinan Sekretaris Unit Eselon
1/ Kepala Kanwil yang membawahi unit kerja Kuasa Pengguna Barang.

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 225 -
F. Berita Acara
1. Berita Acara Serah Terima
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

BERITA ACARA SERAH TERIMA


.. . ( 1 ) BARANG MILIK NEGARA
NOMOR ... (2 )

Pada hari ini,... (3) tanggal... ( 3) bulan...(3) tahun ... (3) ( ) (3) , kami yang bertanda tangan di bawah
ini:
1. Nama
Jabatan
: - ( 4)
: ... (5)
dalam hal ini bertindak ... (6 ) berdasarkan ... (7) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ;
2. Nama : ... ( 8)
Jabatan : ... (9)
dalam hal ini bertindak ... (10) berdasarkan ... ( 11) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA ,
bahwa berdasarkan ... (12 ) maka kedua belah pihak sepakat untuk melakukan serah terima . .. (13) ,
dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
PIHAK PERTAMA melakukan penyerahan . .. ( 13) kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA menerima
penyerahan hak ... ( 13) dari PIHAK PERTAMA atas ... (14) dengan jumlah nilai perolehan sebesar
Rp...,00 (... rupiah ) (15) .
Pasal 2
. . . ( 13) sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 digunakan oleh PIHAK KEDUA dalam rangka ... (16) .

Pasal 3
...(dan hal - hal lain yang dianggap penting untuk dimasukkan dalam materi berita acara serah terima)...
Demikian Berita Acara Serah Terima ini dibuat dengan sebenarnya dalam rangkap 2 (dua ) dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal tersebut di atas untuk digunakan sebagaimana
mestinya.

Yang Menyerahkan, Yang Menerima,


PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
. . . (9) ... (5)

. .. ( 8) ... (4)

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 226 -
Petunjuk Pengisian
(1 ) Diisi dengan perihal BAST.
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas Unit Organisasi.
(3) Diisi dengan hari, tanggal, bulan, dan tahun serah terima dilaksanakan.
(4) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani berita acara.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menandatangani
Berita Acara Serah Terima.
(6) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan Berita
Acara Serah Terima.
Contoh:
a. untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan; atau
b. selaku Kuasa Pengguna Barang.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai:
a. pelimpahan kewenangan di Lingkungan Kementerian Keuangan , dalam
hal penandatanganan dilakukan untuk dan atas nama Menteri
keuangan; atau
b. pelaksanaan pengelolaan BMN di Lingkungan Kementerian Keuangan,
dalam hal penandatanganan dilakukan selaku Kuasa Pengguna
Barang.
(8) Diisi dengan nama pihak kedua, antara lain:
a. pejabat yang berwenang menandatangani berita acara dari
Kementerian / Lembaga lain atau Pemerintah Daerah / Desa;
b. Kuasa Pengguna Barang di Lingkungan Kementerian Keuangan; atau
c. Pihak lain yang merupakan mitra tukar- menukar / penjualan / hibah.
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menandatangani
berita acara dari Kementerian / Lembaga lain , Pemerintah Daerah / Desa,
Kuasa Pengguna Barang di Lingkungan Kementerian Keuangan , atau pihak
lainnya.
(10) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan berita
acara.
(11 ) Diisi dengan dasar kewenangan yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA.
(12) Diisi dengan dokumen yang menjadi dasar adanya serah terima.
(13) Diisi dengan hal yang diserahterimakan .
(14) Diisi dengan objek yang diserahterimakan .
Dalam hal jumlah BMN terlalu banyak untuk dideskripsikan satu persatu
dapat disusun dalam bentuk lampiran yang tidak terpisahkan dari Berita
Acara Serah Terima.
(15) Diisi dengan nilai perolehan objek yang diserahterimakan.
(16) Diisi dengan pertimbangan / alasan dilakukannya serah terima BMN.

D
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 227 -
2 . Berita Acara Serah Terima Pengembalian BMN

. . . ( 1) . . . .

BERITA ACARA SERAH TERIMA


PENGEMBALIAN BARANG MILIK NEGARA
NOMOR ... (2 )

Pada hari ini, ... (3) tanggal... ( 3) bulan.. . (3) tahun... (3) (. . ) (3) , kami yang bertanda tangan di
bawah ini:
1. Nama : ... ( 4)
Jabatan : .. . ( 5)
dalam hal ini bertindak .. . ( 6) berdasarkan ... (7) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA;
2. Nama : . . . ( 8)
Jabatan : ... ( 9)
dalam hal ini bertindak ... (10 ) berdasarkan ... (11), yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
KEDUA,
sehubungan dengan telah berakhimya jangka waktu Perjanjian ... (12 ) , maka PIHAK PERTAMA
akan mengembalikan BMN milik PIHAK KEDUA, dengan ketentuan sebagai berikut:

Pasal 1
PIHAK PERTAMA melakukan penyerahan Barang Milik Negara pada Kementerian Keuangan
kepada PIHAK KEDUA , dan PIHAK KEDUA menerima penyerahan kembali dari PIHAK PERTAMA
berupa ... (13) pada ... (14) dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp...,00 (...rupiah) (15) .

Pasal 2
(dan hal -hal lain yang dianggap penting untuk dimasukkan dalam materi berita acara serah
terima)
Demikian Berita Acara Serah Terima Pengembalian BMN ini dibuat dengan sebenarnya dalam
rangkap 2 (dua) dan ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal tersebut di atas untuk
digunakan sebagaimana mestinya.

Yang Menyerahkan , Yang Menerima,


PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
.. . ( 9) ... (5)

. . . ( 8) ...(4 )

t/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 228 -
Petunjuk Pengisian
(1 ) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi Pihak Pertama.
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan hari, tanggal, bulan , dan tahun serah terima dilaksanakan.
(4) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani berita acara dari
Kementerian / Lembaga / Pemerintah Daerah / Pemerintah Desa / Pihak Lain
yang mengembalikan BMN.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menandatangani
berita acara dari Kementerian / Lembaga / Pemerintah Daerah / Pemerintah
Desa / Pihak Lain yang mengembalikan BMN.
(6) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan berita
acara.
(7) Diisi dengan dasar kewenangan yang dimiliki oleh PIHAK PERTAMA.
(8) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani berita acara.
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menandatangani
berita acara.
(10) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan Berita
Acara Serah Terima.
Contoh:
a. untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan, atau
b. selaku Kuasa Pengguna Barang.
(11 ) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai:
a. pelimpahan kewenangan di Lingkungan Kementerian Keuangan, dalam
hal penandatanganan dilakukan untuk dan atas nama Menteri
keuangan , atau
b. pelaksanaan pengelolaan BMN di Lingkungan Kementerian Keuangan,
dalam hal penandatanganan dilakukan selaku Kuasa Pengguna Barang.
(12) Diisi dengan “Penggunaan BMN” atau “ Pemanfaatan BMN” .
(13) Diisi dengan deskripsi BMN yang menjadi objek.
Dalam hal jumlah BMN terlalu banyak untuk dideskripsikan satu persatu
dapat disusun dalam bentuk lampiran yang tidak terpisahkan dari Berita
Acara Serah Terima Pengembalian BMN.
(14) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
.
(15) Diisi dengan jumlah nilai perolehan objek yang diserahterimakan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 229 -
3. Berita Acara Serah Terima BMN Dari Pihak Penyewa Kepada Kuasa Pengguna
Barang

BERITA ACARA SERAH TERIMA


PENGEMBALIAN BARANG MILIK NEGARA
NOMOR ... (1)

Pada hari ini,...(2 ) tanggal...(2 ) bulan . . . ( 2 ) tahun...(2) ( . ) (2 ) , kami yang bertanda tangan di
bawah ini:
1. Nama
Jabatan
-(3)
. .. ( 4 )
Alamat ... ( 5)
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama . .. ( 4) selaku penyewa, yang selanjutnya disebut
sebagai PIHAK PERTAMA,
2. Nama . . . (6 )
Jabatan . .. ( 7 )
Alamat . . . (8 )

dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (9) ,
yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA;
bahwa menindaklanjuti Peijanjian Sewa Barang Milik Negara Nomor... (10) , dengan ini maka kedua
belah pihak sepakat untuk melakukan serah terima Barang Milik Negara dengan ketentuan
sebagai berikut:
Pasal 1
PIHAK PERTAMA menyerahkan kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA menerima penyerahan
dari PIHAK PERTAMA, baik secara fisik maupun administrasi dalam kewenangannya masing-
masing, atas Barang Milik Negara milik Kementerian Keuangan berupa ... (11) yang berlokasi
di... (12 ) , dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Berita Acara Serah Terima Barang Milik Negara ini.
Pasal 2
Bahwa Barang Milik Negara yang dilakukan serah terima oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK
KEDUA dalam keadaan baik dan layak digunakan secara optimal sesuai fungsi dan
peruntukannya.
Pasal 3
Sejak penandatanganan Berita Acara Serah Terima ini, maka seluruh tanggung jawab pengelolaan
Barang Milik Negara yang menjadi objek serah terima berpindah dari PIHAK PERTAMA kepada
PIHAK KEDUA sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.
Demikian Berita Acara Serah Terima ini dibuat dengan sebenarnya dalam rangkap 3 (tiga ) dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal tersebut di atas untuk digunakan
sebagaimana mestinya.
Yang Menyerahkan , Yang Menerima ,
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
... ( 4) ... (7)
( tanda tangan ) ( tanda tangan )
... ( 5) . . . (8 )

P
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 230 -
Petunjuk Pengisian
1. Diisi dengan nomor BAST sesuai ketentuan tata naskah dinas Pihak
Pertama.
2 . Diisi dengan hari dan tanggal serah terima dilaksanakan.
3. Diisi dengan nama penyewa Barang Milik Negara.
4 . Diisi dengan nomenklatur jabatan penyewa Barang Milik Negara.
5. Diisi dengan alamat penyewa Barang Milik Negara.
6. Diisi dengan nama lengkap pejabat yang berwenang menandatangani berita
acara.
7. Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menandatangani
berita acara.
8. Diisi dengan alamat pejabat yang berwenang menandatangani berita acara.
9. Diisi dengan Keputusan Menteri Keuangan yang mengatur Pelimpahan
Kewenangan Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang.
10. Diisi dengan nomor dan tanggal perjanjian.
11. Diisi dengan jenis Barang Milik Negara, contoh: tanah dan / atau bangunan .
12. Diisi dengan lokasi Barang Milik Negara.

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 231 -
G . Perjanjian
1. Perjanjian

PERJANJIAN
ANTARA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DAN
.. . (1)
TENTANG
. . . (2)

NOMOR ... (3)


NOMOR ... (3)

Pada hari ini, ... (4) tanggal ... (4 ) bulan ... ( 4 ) tahun ... ( 4 ) ( . ) .. . ( 4 ) bertempat di ... (5) ,
yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama ... ( 6)
Jabatan .. . ( 7)
Alamat ... ( 8)

dalam hal ini bertindak ... (9 ) berdasarkan .. . (10) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA.
2. Nama
Jabatan
Alamat

dalam hal ini bertindakuntuk dan atas nama ... (14 ) berdasarkan ... ( 15) , yang selanjutnya
disebut sebagai PIHAK KEDUA.

Selanjutnya PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK.
Bahwa PARA PIHAK masing- masing bertindak dalam kedudukannya sebagaimana tersebut
di atas, terlebih dahulu menerangkan bahwa:
c. ... ( 16 )
d . ... (16 )

Bahwa dalam membuat dan melaksanakan Perjanjian ini, PARA PIHAK memperhatikan dan
mendasarkan pada ketentuan dalam:
1 . ... ( 17 );
2. ... ( 17);
3. ... (17) .

PARA PIHAK setuju dan sepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu Perjanjian .. . (2) yang
selanjutnya disebut Perjanjian , dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 232 -
PASAL 1
OBJEK PERJANJIAN
PIHAK PERTAMA menyerahkan hak... ( 18) kepada PIHAK KEDUA , berupa ... (19) dengan
data sebagaimana tercantum dalam lampiran Perjanjian ini.

PASAL 2
TUJUAN ATAU PERUNTUKAN
BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan PIHAK KEDUA sebagai ... (20) sesuai
ketentuan perundang-undangan .

PASAL 3
JANGKA WAKTU
(1) ... ( 21 ) ,
(2) ... ( 21) ,
(3) ... ( 21) .
PASAL 4
HAK DAN KEWAJIBAN

(1) PIHAK PERTAMA berhak:


. . . ( 22 )
(2) PIHAK PERTAMA wajib:
... ( 23)
(3) PIHAK KEDUA berhak:
... ( 24 )
(4) PIHAK KEDUA wajib:
... (25)
PASAL . .. ( 26 )
... ( 27 )

PASAL ... ( 26 )
PENUTUP
Perjanjian ini mulai berlaku pada tanggal penandatanganannya, dan wajib ditindaklanjuti
dengan Berita Acara Serah Terima Barang Milik Negara antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA.

Demikian Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua ) yang masing- masing dibubuhi meterai
dan mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi masing-masing pihak. Dengan
membubuhkan tanda tangan di bawah ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah
membuat Perjanjian secara sah.

PIHAK KEDUA , PIHAK PERTAMA ,

(tanda tangan) (tanda tangan)

... ( 6) . . . ( 11)

1 '
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 233 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan Kementerian / Lembaga, Pemerintah Daerah / Desa, Kuasa
Pengguna Barang di lingkungan Kementerian Keuangan , atau pihak
lain .
(2) Diisi dengan nama perjanjian.
(3) Diisi dengan penomoran sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
Kementerian / Lembaga, Pemerintah Daerah / Desa, Kuasa Pengguna
Barang di lingkungan Kementerian Keuangan , atau pihak lain.
(4) Diisi dengan hari dan tanggal pembuatan perjanjian .
(5) Diisi dengan tempat penandatanganan perjanjian.
(6) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani perjanjian.
(7) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani perjanjian
(8) Diisi dengan alamat satuan kerja.
( 9) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
Berita Acara Serah Terima.
Contoh:
a. untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan , atau
b. selaku Kuasa Pengguna Barang.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai:
c. pelimpahan kewenangan di Lingkungan Kementerian Keuangan ,
dalam hal penandatanganan dilakukan untuk dan atas nama Menteri
keuangan, atau
d . pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan,
dalam hal penandatanganan dilakukan selaku Kuasa Pengguna
Barang.
(11 ) Diisi dengan nama pihak kedua, antara lain:
c. pejabat yang berwenang menandatangani berita acara dari
Kementerian / Lembaga lain atau Pemerintah Daerah / Desa;
d . Kuasa Pengguna Barang di lingkungan Kementerian Keuangan, atau
pihak lain yang merupakan mitra Penggunaan / Pemanfaatan.
(12) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani berita acara dari Kementerian / Lembaga lain ,
Pemerintah Daerah / Desa, Kuasa Pengguna Barang di lingkungan
Kementerian Keuangan, atau pihak lainnya.
(13) Diisi dengan alamat Kementerian / Lembaga lain, Pemerintah
Daerah / Desa, Kuasa Pengguna Barang di lingkungan Kementerian
Keuangan , atau pihak lainnya.
(14) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
perjanjian .
(15) Diisi dengan dasar kewenangan yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA.
(16) Diisi dengan dasar pertimbangan dilaksanakannya perjanjian .
(17) Diisi dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku .
(18) Diisi dengan “ Penggunaan BMN” atau “ Pemanfaatan BMN” .
(19) Diisi dengan deskripsi BMN yang menjadi objek.
(20) Diisi dengan deskripsi tujuan dan peruntukan dari
Penggunaan / Pemanfataan BMN oleh pihak kedua

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 234 -
(21 ) Diisi dengan informasi jangka waktu Penggunaan / Pemanfaatan BMN
beserta mekanisme perpanjangan jangka waktu
Penggunaan / Pemanfaatan BMN.
(22) Diisi dengan hak PIHAK PERTAMA.
(23) Diisi dengan kewajiban PIHAK PERTAMA.
(24) Diisi dengan hak PIHAK KEDUA.
(25) Diisi dengan kewajiban PIHAK KEDUA.
(26) Diisi dengan nomor pasal dalam hal diperlukan pasal tambahan .
(27) Diisi dengan judul dan ketentuan yang akan diatur dalam hal
diperlukan ketentuan tambahan antara lain:
a. Penyelesaian Perselisihan;
b. Sanksi;
c. Ketentuan berakhirnya;
d. Keadaan Memaksa ( Kahar ) ;
e. Hasil BGS / BSG;
f. Besaran kontribusi tahunan dan mekanisme pembayaran; dan
g. Besaran hasil BGS / BSG yang digunakan langsung.

r
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 235 -
2 . Perjanjian Sewa

PERJANJIAN

ANTARA

KEMENTERIAN KEUANGAN C.Q .... ( 1)


DAN
... ( 2)
TENTANG
SEWA BARANG MILIK NEGARA
NOMOR.. . ( 3 )
Pada hari ini, ... ( 4) , yang bertanda tangan di bawah ini:
1 . Nama ... (5)
NIP . . . (6 )

Jabatan ... (7)

Alamat . . . ( 8)

dalam hal ini bertindak selaku Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan pada...( l ) , yang
selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2. Nama ... (9 )

Jabatan . . . ( 10 )

Alamat . . . ( 11)

dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama... (10) selaku penyewa, yang selanjutnya disebut
sebagai PIHAK KEDUA.

Selanjutnya PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK.

Terlebih dahulu PARA PIHAK menerangkan:


a. PIHAK KEDUA merupakan ... (12 ) ;
b. melalui surat Nomor... (13) tanggal ... (13) , PIHAK KEDUA mengajukan permohonan kepada
Kepala ... ( 1) untuk menyewa Barang Milik Negara berupa ... (14) ;
c. terhadap permohonan PIHAK KEDUA tersebut, ... (15) atas nama Menteri Keuangan telah
memberikan persetujuan melalui surat Nomor ... (16) tanggal.... ( 16);

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 236 -
d . berdasarkan persetujuan ... (15) atas nama Menteri Keuangan tersebut, Kepala Biro Manajemen
Barang Milik Negara dan Pengadaan telah menetapkan Keputusan Pelaksanaan Sewa Barang
Milik Negara Nomor ... ( 17 ) tentang ... ( 17);
e. PIHAK KEDUA telah menyetorkan uang Sewa ke Rekening Kas Umum Negara pada hari ... (18)
tanggal ... (18) ;

Bahwa dalam membuat dan melaksanakan Perjanjian ini, PARA PIHAK memperhatikan dan
mendasarkan pada ketentuan dalam:
1. Peraturan Pemerintah... (19 ) ;
2. Peraturan Menteri Keuangan ... (20) ;
3. Keputusan Menteri Keuangan... ( 21);
4 . Keputusan Menteri Keuangan... (22 ); dan
5. (ditambahkan referensi ketentuan pengelolaan BMN lain terkait dengan menkanisme
pengelolaan BMN Kementerian Keuangan)

PARA PIHAK setuju dan sepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu Perjanjian Sewa Barang Milik
Negara, yang selanjutnya disebut Perjanjian, dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:

PASAL 1
OBJEK SEWA

Barang Milik Negara pada Kementerian Keuangan c.q.... ( l ) , berupa... (14) seluas... ( 23) yang berlokasi
di... ( 24 ) , yang selanjutnya disebut OBJEK SEWA , disewakan kepada PIHAK KEDUA

PASAL 2
PERUNTUKAN DAN RUANG LINGKUP

( 1) PIHAK KEDUA memanfaatkan OBJEK SEWA sebagai ... (25)

( 2) Pemanfaatan OBJEK SEWA ditujukan dalam rangka ... (26)

PASAL 3
JANGKA WAKTU SEWA

(1) Jangka waktu sewa BMN selama ... (27) , terhitung mulai tanggal ... (28) sampai dengan tanggal
... ( 28) , dengan periodesitas Sewa .... (29 ) .

( 2) Jika PIHAK KEDUA bermaksud untuk memperpanjang jangka waktu sewa, PIHAK KEDUA
harus menyampaikan permohonan kepada PIHAK PERTAMA paling lambat 6 ( enam ) bulan
sebelum berakhirnya jangka waktu Sewa.

(3) Perpanjangan sewa Barang Milik Negara dituangkan dalam adendum Perjanjian .

PASAL 4
NILAI SEWA
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 237 -

Nilai sewa BMN adalah sebesar Rp... ( 30 )

PASAL 5
TANGGUNG JAWAB

PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas segala kerugian yang diderita PIHAK PERTAMA yang timbul
dari pelanggaran atas dan / atau tidak dilaksanakannya ketentuan Perjanjian ini, atau yang timbul dari
kesalahan atau kelalaian PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan Peijanjian ini.

PASAL 6
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA

( 1) PIHAK PERTAMA berhak:

a. menerima pembayaran Sewa dari PIHAK KEDUA;


b. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan Sewa oleh PIHAK KEDUA sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan dan Peijanjian ini.
c. memperoleh data, keterangan , dan akses yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan
Perjanjian ini;
d. membatalkan perjanjian secara sepihak apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan
tanggung jawab dan kewajiban yang diatur dalam Perjanjian ini;
e. mengenakan sanksi berupa ganti rugi dan / atau denda kepada PIHAK KEDUA atas
pelanggaran , kesalahan , atau kelalaian yang dilakukan dan / atau diakibatkan oleh PIHAK
KEDUA dalam pelaksanaan Perjanjian ini;

f. menolak usul perpanjangan jangka waktu Sewa yang diajukan oleh PIHAK KEDUA apabila :
1) terjadi perubahan kebijakan pimpinan atas penggunaan BMN; dan / atau
2) terjadi perubahan Rencana Umum Tata Ruang atau Rencana Tata Ruang Wilayah dari
Pemerintah Daerah setempat.
g. menerima kembali OBJEK SEWA dari PIHAK KEDUA setelah berakhirnya jangka waktu
Sewa;
h . menerima barang-barang PIHAK KEDUA yang terletak dan / atau melekat pada OBJEK SEWA
sepanjang PIHAK PERTAMA memerlukannya dalam rangka menunjang penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan;
( 2) PIHAK PERTAMA wajib:
a. menyerahkan OBJEK SEWA kepada PIHAK KEDUA dalam rangka pelaksanaan Sewa;
b. menyampaikan pembatalan perjanjian secara tertulis kepada PIHAK KEDUA apabila PIHAK
KEDUA tidak melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban yang diatur dalam Peijanjian
ini;
c. memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA dalam hal PIHAK PERTAMA menolak
permohonan perpanjangan jangka waktu Sewa yang diajukan oleh PIHAK KEDUA;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 238 -

PASAL 7
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA

(1) PIHAK KEDUA berhak:


a. menerima OBJEK SEWA dari PIHAK PERTAMA dalam rangka pelaksanaan Sewa;
b. memanfaatkan OBJEK SEWA sesuai dengan peruntukan dan ruang lingkup dalam Perjanjian
ini;
c. melakukan perbaikan ( renovasi atau rehabilitasi) terhadap OBJEK SEWA sepanjang tidak
mengubah konstruksi dasar; dan
d . menambah peralatan dan perlengkapan pendukung sepanjang tidak mengakibatkan
kerusakan pada OBJEK SEWA.

( 2) PIHAK KEDUA wajib:


a. melakukan pembayaran Sewa sesuai ketentuan dalam Perjanjian ini dan peraturan
perundang-undangan;
b. melakukan pengamanan dan pemeliharaan OBJEK SEWA sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan- undangan di bidang pengelolaan BMN , termasuk bertanggung
jawab penuh atas biaya operasional yang timbul dalam rangka penggunaan , pemeliharaan,
dan pengamanan BMN tersebut;
c. memberikan data, keterangan , dan akses yang diperlukan oleh PIHAK PERTAMA;
d. membayar ganti rugi dan / atau denda atas pelanggaran, kesalahan , atau kelalaian yang
dilakukan dan / atau diakibatkan oleh PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan Peijanjian ini;
e. memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA terhadap rencana pelaksanaan
kegiatan perbaikan ( renovasi atau rehabilitasi) BMN sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) ;
f. melaporkan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA terhadap hasil pelaksanaan kegiatan
perbaikan ( renovasi atau rehabilitasi ) BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
g. membantu PIHAK PERTAMA apabila terdapat pemeriksaan (audit) oleh Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) dan / atau Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
terhadap pelaksanaan Sewa;
h . menyerahkan kembali OBJEK SEWA kepada PIHAK PERTAMA setelah berakhimya jangka
waktu Sewa dalam kondisi baik dan layak fungsi; dan
i. menyerahkan kepada PIHAK PERTAMA barang- barang PIHAK KEDUA yang terletak
dan / atau melekat pada OBJEK SEWA sepanjang PIHAK PERTAMA memerlukannya dalam
rangka menunjang penyelenggaraan kegiatan pemerintahan.

PASAL 8

PENERUSAN SEWA* ( 31)

PIHAK KEDUA dapat melakukan penerusan sewa kepada PIHAK KETIGA dengan ketentuan sebagai
berikut:

a . Penerusan sewa dapat dilakukan terhadap kelompok jenis kegiatan usaha bisnis kepada
kegiatan usaha bisnis dan / atau non bisnis;
b. Pemilihan pihak penerima penerusan sewa dilakukan oleh PIHAK KEDUA;

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 239 -
c. PIHAK KEDUA menyampaikan informasi tertulis kepada PIHAK PERTAMA atas penerusan
sewa yang telah dilaksanakan;
d . Pihak penerima penerusan sewa tidak dapat melakukan penerusan sewa BMN kepada pihak
lain;
e. Penerusan sewa hanya dapat dilakukan terhadap BMN dengan periodesitas tahunan dan
uang sewa yang telah dibayar lunas secara sekaligus oleh Penyewa;
f. Penerusan sewa tidak menghapuskan dan / atau mengalihkan tanggung jawab penuh PIHAK
KEDUA terhadap kewajibannya sebagai PIHAK KEDUA;
g. Jangka waktu penerusan sewa tidak boleh melebihi jangka waktu sewa.
h . PIHAK PERTAMA dapat melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
penerusan sewa, apabila diperlukan .

PASAL 9
KEADAAN MEMAKSA
( 1) Keadaan memaksa adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak PIHAK KEDUA dan
tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga hak dan kewajiban yang ditentukan dalam
Perjanjian menjadi tidak dapat dipenuhi, antara lain gempa bumi, banjir, kebakaran ,
kerusuhan, huru hara, perubahan peraturan perundang- undangan termasuk peraturan dari
pemerintah daerah setempat.
( 2) Pemberitahuan atas teijadinya peristiwa Keadaan Memaksa dapat dilakukan PIHAK KEDUA
tidak lebih dari 7 ( tujuh ) hari kalender setelah Keadaan Memaksa terjadi, dan melakukan segala
sesuatu yang sewajamya dapat dilakukan untuk mengatasi dampak dari peristiwa Keadaan
Memaksa tersebut dalam pemberitahuan tersebut.
(3) Apabila PIHAK KEDUA tetap tidak dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya berdasarkan
Perjanjian ini sebagai akibat terjadinya Keadaan Memaksa , maka hal tersebut tidak dapat
dianggap sebagai pelanggaran Perjanjian dan bertanggung jawab atas kerugian yang
ditimbulkan atas Keadaan Memaksa tersebut.
( 4) Apabila segala upaya yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA untuk mengatasi Keadaan Memaksa
tidak dapat membuat BMN dapat difungsikan atau digunakan secara layak oleh PIHAK
PERTAMA , maka atas keadaan ini PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA akan mendiskusikannya
lebih lanjut untuk dapat mencari penyelesaian terbaik.

PASAL 10
PENGAKHIRAN DAN PERUBAHAN PERJANJIAN
(1) -
Tanpa mengesampingkan hal hal lain dalam Perjanjian ini yang dapat bertentangan, Perjanjian
ini berakhir sesuai jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) .
(2) Segala sesuatu yang belum diatur dalam Perjanjian ini atau perubahan yang dipandang perlu
oleh PARA PIHAK, termasuk perpanjangan jangka waktu , diatur lebih lanjut dalam perjanjian
tambahan (adendum ) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.

PASAL 11
HUKUM YANG BERLAKU
Perjanjian ini tunduk pada dan ditafsirkan sesuai dengan Hukum Indonesia.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 240 -

PASAL 12
PENUTUP
( 1) Segala ketentuan dan persyaratan dalam Peijanjian ini berlaku serta mengikat bagi PARA
PIHAK yang menandatangani dan pengganti -penggantinya.
( 2) Semua lampiran Peijanjian ini merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peijanjian ini.
( 3) Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dalam bahasa Indonesia dan mempunyai kekuatan
hukum yang sama yang mengikat bagi PARA PIHAK, rangkap pertama dan rangkap kedua
masing-masing bermeterai cukup, rangkap pertama dan rangkap ketiga untuk PIHAK
PERTAMA , sedangkan rangkap kedua untuk PIHAK KEDUA.

Demikian Peijanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari, tanggal, bulan, dan
tahun serta tempat sebagaimana tersebut pada awal Peijanjian ini untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

PIHAK KEDUA , PIHAK PERTAMA ,

(tanda tangan ) (tanda tangan )

... (9) ...(5)

¥
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 241 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan satuan kerja Kementerian Keuangan yang menyewakan BMN.
(2 ) Diisi dengan unit / nama penyewa BMN.
(3) Diisi dengan nomor perjanjian.
(4) Diisi dengan hari dan tanggal perjanjian.
contoh : Jumat, empat belas juli dua ribu tujuh belas (14-07-2017)
(5) Diisi dengan nama kuasa pengguna barang yang menatausahakan BMN .
(6) Diisi dengan Nomor Induk Pegawai ( NIP) Kuasa Pengguna Barang yang
menatausahakan BMN.
(7) Diisi dengan nomenklatur jabatan Kuasa Pengguna Barang yang
menatausahakan BMN .
(8) Diisi dengan alamat Kuasa Pengguna Barang yang menatausahakan BMN
(9 ) Diisi dengan nama penyewa BMN.
(10) Diisi dengan nomenklatur jabatan penyewa BMN.
(11) Diisi dengan alamat penyewa BMN.
(12) Diisi dengan bentuk kelembagaan calon penyewa sesuai dengan PMK yang
mengatur tentang Pemanfaatan Barang Milik Negara.
(13) Diisi dengan nomor dan tanggal surat permohonan untuk menyewa BMN .
(14) Diisi objek Sewa BMN .
Contoh: sebagian bangunan gedung kantor pemerintah
(15) Diisi dengan nama unit Pengelola Barang (Direktur Jenderal Kekayaan
Negara / Direktur PKNSI / Kepala Kantor Wilayah DJKN / Kepala KPKNL) yang
berwenang menerbitkan persetujuan sewa BMN .
(16) Diisi dengan nomor dan tanggal surat persetujuan Pengelola Barang.
(17) Diisi dengan nomor dan tanggal Keputusan Sewa BMN dari Kepala Biro
Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan .
(18) Diisi dengan hari dan tanggal sebagaimana tercantum dalam bukti setor dari
Penyewa.
(19) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai pengelolaan
BMN
(20) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
mengenai Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara
(21) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara;
(22) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan
(23) Diisi dengan luas BMN yang disewakan .
(24) Diisi dengan lokasi BMN yang disewakan .
(25) Diisi dengan peruntukan Sewa BMN.
(26) Diisi dengan tujuan pemanfaatan objek Sewa BMN.
(27) Diisi dengan jangka waktu Sewa BMN.
(28) Diisi dengan tanggal mulai dan berakhirnya Sewa BMN.
(29 ) Diisi dengan periodesitas Sewa BMN .
(30) Diisi dengan nilai Sewa BMN .
(31) Dicantumkan dalam hal terdapat persetujuan penerusan sewa

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

242
BAB VIII
PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN BMN

A. Surat Izin Penghunian Golongan I

m
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... ( 1)
TENTANG
PENUNJUKAN PENGHUNIAN RUMAH NEGARA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Rumah Negara golongan I dengan keputusan nomor ... (2) terletak di
... (3) diizinkan untuk ditempati oleh Sdr ... (4);
b. bahwa berkenaan dengan izin tersebut di atas perlu mengatur penghunian
dan persewaan Rumah Negara dimaksud ) ;

Mengingat : 1.Peraturan Pemerintah ... (5) ;


2.Peraturan Presiden (6 )
3.Peraturan Menteri ... (7) ;
4.Peraturan Menteri Keuangan ... (8) ;
5. Peraturan Menteri Keuangan .. . (9);
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (10) ;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

PERTAMA : Menunjuk Rumah Negara yang terletak di ... (3)


Golongan dan klas / tipe ... ( 11)
Untuk ditempati Sdr ... (4)
NIP . . . ( 12 )
Jabatan ... (13)
Pangkat / gaji pokok ... (14)
Terhitung mulai ... (15)
Uang sewa perbulan Rp ... (16)

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

243
KEDUA : Pembayaran sewa terhitung mulai rumah tersebut ditempati oleh yang
bersangkutan , yaitu sejak tanggal ... (17) dengan memotong langsung dari daftar
gaji yang dilakukan oleh bendaharawan gaji dan hams disetor langsung ke Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara , serta menyampaikan 1 (satu ) bukti setor
kepada . .. (18) .
KETIGA : Ketentuan penghunian Rumah Negara Golongan I tersebut sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KEEMPAT : Apabila ketentuan tersebut pada diktum KETIGA tidak ditaati oleh penghuni
maka hak penghunian yang diberikan kepadanya dapat dicabut dan segala akibat
yang timbul karena pencabutan izin tersebut dibebankan kepada yang
bersangkutan .
KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan segala
sesuatu akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya bila dikemudian
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.
Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada :
1. Menteri Keuangan ;

2. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara . . . (19) di .. . ( 20) ;


3. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan;

4. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan ;


5. Sekretaris Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW;
6. Bendaharawan / Pembuat Daftar Gaji Kantor / Satuan Keija ... (18) .

Ditetapkan di ... (21)


Pada tanggal ... (22)

a.n. Menteri Keuangan


... (23)

... ( 24 )

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

244

Lampiran Keputusan Menteri Keuangan


Nomor : ... (1)
Tanggal : ... (22 )
tentang Penunjukan Penghunian Rumah Negara

KETENTUAN PENGHUNIAN RUMAH NEGARA

1. Surat izin penghunian Rumah Negara golongan I ini hanya berlaku selama pemegangnya (yang
berhak) menduduki jabatan / bekeija di lingkungan Kementerian Keuangan .
2. Pemegang surat izin penghunian Rumah Negara ini harus mengosongkan rumah tersebut dan
menyerahkan rumah dalam keadaan lengkap kepada pimpinan instansi atau pejabat yang
ditunjuk dalam waktu 2 (dua ) bulan setelah tidak menduduki jabatan
3. Dilarang memindahkan hak surat izin penghunian Rumah Negara ini atau
menyewakan / mengontrakan sebagian atau seluruh bangunan rumah.
4. Dilarang mengubah atau menambah bangunan rumah tanpa izin (dari pimpinan instansi atau
pejabat yang ditunjuk).
5. Dilarang menggunakan sebagian atau seluruh rumah untuk keperluan lain diluar yang telah
ditentukan.
6. Pemegang surat izin penghunian Rumah Negara wajib memelihara sebaik- baiknya Rumah
Negara.
7. Pemegang surat izin penghunian Rumah Negara wajib membayar sewa Rumah Negara.
8. Penghuni membayar pajak-pajak, retribusi dan lain-lain yang berkaitan dengan penghunian
Rumah Negara dan membayar biaya pemakaian daya listrik, telepon, air, dan / atau gas.
9. Pemegang surat izin penghunian Rumah Negara bertanggung jawab atas segala biaya untuk
memperbaiki kerusakan yang teijadi sebagai akibat kesalahan / kelalaiannya.
10. Setelah dikeluarkan surat izin penghunian Rumah Negara, Rumah Negara dimaksud harus sudah
ditempati oleh yang berhak.
11 . Pelanggaran terhadap ketentuan- ketentuan dimaksud diatas dapat berakibat dibatalkannya
surat izin penghunian Rumah Negara.
12. Surat izin penghunian ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa jika
dikemudian hari temyata ada kekeliruan, maka surat izin penghunian ini dapat dicabut atau
diubah sebagaimana mestinya

Telah membaca dan sanggup menaati


Ketentuan- ketentuan termaksud diatas

Pemegang Surat Izin a. n. Menteri Keuangan


Penghunian ... ( 23)
Pas Foto

Pemohon

3X4 ... (24)

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Penetapan Status Golongan Rumah
Negara yang akan dihuni.
(3) Diisi dengan alamat lengkap BMN.
(4) Diisi dengan nama pegawai yang mendapat penunjukan penghunian Rumah Negara
(5) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai
Rumah Negara.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

245
(6) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang menjadi dasar
penggunaan BMN.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri terkait yang mengatur pedoman
teknis pengadaan, pendaftaran, penetapan status, penghunian, pengalihan status,
dan pengalihan hak Rumah Negara.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
organisasi dan tata keija Kementerian Keuangan.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab dari Pengelola Barang kepada
Pengguna Barang.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan yang mengatur
pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang.
(11) Diisi dengan golongan dan Idas/ tipe Rumah Negara.
(12) Diisi dengan NIP pegawai yang mendapat penunjukan penghunian Rumah Negara.
(13) Diisi dengan jabatan penerima penunjukan penghunian Rumah Negara.
(14) Diisi dengan pangkat dan gaji pokok pegawai yang menerima penunjukan penghunian
Rumah Negara.
(15) Diisi dengan tanggal awal ijin penghunian Rumah Negara.
(16) Diisi dengan uang sewa perbulan yang harus dibayarkan penerima penunjukan
penghunian Rumah Negara.
(17) Diisi dengan tanggal awal pemotongan uang sewa
(18) Diisi dengan satuan keija yang menatausahakan BMN.
(19) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara penerima setoran uang
sewa Rumah Negara.
(20) Diisi dengan nama lokasi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara penerima setoran
uang sewa Rumah Negara.
(21) Diisi dengan lokasi penetapan keputusan penunjukan penghunian Rumah Negara.
(22) Diisi dengan tanggal penetapan keputusan penunjukan penghunian Rumah Negara
(23) Diisi dengpn jabatan Kepala Satuan Keija yang menatausahakan BMN.
(24) Diisi dengannama Kepala Satuan Keija yang menatausahakan BMN.

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

246
B. Surat Izin Penghunian Golongan II

%
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... ( 1)
TENTANG
PENUNJUKAN PENGHUNIAN RUMAH NEGARA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Rumah Negara golongan II dengan keputusan nomor ... (2) terletak di
... (3) diizinkan untuk ditempati oleh Sdr ... (4) ;
b. bahwa berkenaan dengan izin tersebut di atas perlu mengatur penghunian
dan persewaan Rumah Negara dimaksud) ;

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah . .. (5) ;


2. Peraturan Presiden ... (6)
3. Peraturan Menteri ... (7) ;
4. Peraturan Menteri Keuangan ... (8) ;
5. Peraturan Menteri Keuangan ... (9) ;
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (10) ;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan

PERTAMA : Menunjuk Rumah Negara yang terletak di ... (3)


Golongan dan klas / tipe . . . ( 11)
Untuk ditempati Sdr .. . (4)
NIP . . . ( 12 )
Jabatan ... (13)
Pangkat / gaji pokok .. . (14)
Terhitung mulai . . . (15)
Sampai dengan ... (16)
Uang sewa perbulan Rp ... (17)

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

247
KEDUA : Pembayaran sewa terhitung mulai rumah tersebut ditempati oleh yang
bersangkutan , yaitu sejak tanggal ... (18) dengan memotong langsung dari daftar
gaji yang dilakukan oleh bendaharawan gaji dan hams disetor langsung ke Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara , serta menyampaikan 1 (satu ) bukti setor
kepada . .. (19) .
KETIGA : Ketentuan penghunian Rumah Negara Golongan II tersebut sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KEEMPAT Apabila ketentuan tersebut pada diktum KETIGA tidak ditaati oleh penghuni
maka hak penghunian yang diberikan kepadanya dapat dicabut dan segala akibat
yang timbul karena pencabutan izin tersebut dibebankan kepada yang
bersangkutan.
KELIMA Keeputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan segala
sesuatu akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya bila dikemudian
ternyata terdapat kekeliman dalam penetapan ini.
Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada :

1. Menteri Keuangan ;
2. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ... (20 ) di .. . (21) ;
3. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan ;
4. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan ;
5. Sekretaris Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW;
6. Bendaharawan / Pembuat Daftar Gaji Kantor / Satuan Kerja ... (19) .

Ditetapkan di ... (22)


Pada tanggal ... (23)

a.n . Menteri Keuangan


... ( 24)

... ( 25)

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

248

Lampiran Keputusan Menteri Keuangan


Nomor : ... (1)
Tanggal ... (23)
tentang Penunjukan Penghunian Rumah Negara

KETENTUAN PENGHUNIAN RUMAH NEGARA

1. Surat izin penghunian Rumah Negara golongan II ini hanya berlaku selama pemegangnya (yang
berhak) menduduki jabatan / bekeija di lingkungan Kementerian Keuangan .
2. Pemegang surat izin penghunian Rumah Negara ini, haras mengosongkan Rumah tersebut dan
menyerahkan rumah dalam keadaan lengkap kepada pejabat eselon I atau pejabat yang ditunjuk
dalam waktu 2 (dua) bulan setelah yang bersangkutan tidak berhak lagi menghuni Rumah Negara
Golongan II karena ; pensiun, diberhentikan dengan hormat atau tidak hormat, meninggal dunia,
mutasi ke daerah atau ke instansi lain, berhenti atas kemauan sendiri, melanggar lanrangan
penghunian Rumah Negara.
3. Dilarang memindahkan hak surat izin penghunian Rumah Negara ini atau
menyewakan / mengontrakan sebagian atau selurah bangunan rumah.
4. Dilarang mengubah atau menambah bangunan rumah tanpa izin (dari pejabat eselon I atau
pejabat yang ditunjuk).
5. Dilarang menggunakan sebagian atau selurah rumah untuk keperluan lain diluar yang telah
ditentukan.
6. Pemegang surat izin penghunian Rumah Negara wajib memelihara sebaik-baiknya Rumah
Negara.
7. Pemegang surat izin penghunian Rumah Negara wajib membayar sewa Rumah Negara.
8. Penghuni membayar pajak-pajak, retribusi dan lain-lain yang berkaitan dengan penghunian
Rumah Negara dan membayar biaya pemakaian daya listrik, telepon, air, dan / atau gas.
9. Pemegang Surat Izin Penghunian Rumah Negara bertanggung jawab atas segala biaya untuk
memperbaiki kerasakan yang teijadi sebagai akibat kesalahan / kelalaiannya.
10. Setelah dikeluarkan Surat Izin Penghunian Rumah Negara, Rumah Negara dimaksud haras
sudah ditempati oleh yang berhak.
11. Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dimaksud diatas dapat berakibat dibatalkannya
Surat Izin Penghunian Rumah Negara.
12. Masa berlakunya izin penghunian Rumah Negara Golongan II adalah 2 (dua) tahun dan dapat
diperpanjang/ dicabut setelah dilakukan evaluasi.
13. Surat Izin Penghunian ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa jika
dikemudian hari temyata ada kekeliraan, maka Surat Izin Penghunian ini dapat dicabut atau
diubah sebagaimana mestinya.

Telah membaca dan sanggup menaati


ketentuan-ketentuan termaksud diatas
Pas Foto a.n. Menteri Keuangan
Pemegang Surat Izin Pemohon
Penghunian ... ( 24 )
3X4

Materai
Rp. 10.000,- ... (3)
NIP ...(22 )

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Penetapan Status Golongan Rumah
Negara yang akan dihuni.
(3) Diisi dengan alamat lengkap BMN.
(4) Diisi dengan nama pegawai yang mendapat penunjukan penghunian Rumah Negara
(5) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai
Rumah Negara.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

249
(6) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang menjadi dasar
penggunaan BMN.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri terkait yang mengatur pedoman
teknis pengadaan, pendaftaran, penetapan status, penghunian, pengalihan status,
dan pengalihan hak Rumah Negara.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
organisasi dan tata keija Kementerian Keuangan.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab dari Pengelola Barang kepada
Pengguna Barang.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan yang mengatur
pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang.
(11) Diisi dengan golongan dan klas/ tipe Rumah Negara.
(12) Diisi dengan NIP pegawai yang mendapat penunjukan penghunian Rumah Negara.
(13) Diisi dengan jabatan penerima penunjukan penghunian Rumah Negara.
(14) Diisi dengan pangkat dan gaji pokok pegawai yang menerima penunjukan penghunian
Rumah Negara.
(15) Diisi dengan tanggal awal ijin penghunian Rumah Negara.
(16) Diisi tanggal berakhimya penghunian Rumah Negara
(17) Diisi dengan uang sewa perbulan yang harus dibayarkan penerima penunjukan
penghunian Rumah Negara.
(18) Diisi dengan tanggal awal pemotongan uang sewa.
(19) Diisi dengan satuan keija yang menatausahakan BMN.
(20) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara penerima setoran uang
sewa Rumah Negara.
(21) Diisi dengan nama lokasi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara penerima setoran
uang sewa Rumah Negara.
(22) Diisi dengan lokasi penetapan keputusan penunjukan penghunian Rumah Negara.
(23) Diisi dengan tanggal penetapan keputusan penunjukan penghunian Rumah Negara.
(24) Diisi dengan jabatan Kepala Satuan Keija yang menatausahakan BMN.
(25) Diisi dengan nama Kepala Satuan Keija yang menatausahakan BMN.

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

250
C . Surat Pernyataan Untuk Menaati Kewajiban dan Larangan

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISAS

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama .. . ( 1 )
NIP .. . ( 2 )
Pangkat / Golongan : ... (3)
Jabatan ... (4)
dengan ini menyatakan bahwa

1 . Tidak / belum memiliki rumah pribadi pada domisili kerja di Kantor ... (5) , sehingga dengan
ini kami sampaikan permohonan untuk dapat diberikan ijin penghunian Rumah Negara
yang terletak di ... (6 )
2. Akan menaati setiap ketentuan terkait kewajiban dan larangan penghunian Rumah
Negara, apabila saya lalai / tidak mematuhi hal tersebut, saya siap menerima sanksi
administrasi, kedisiplinan dan / atau sanksi lainnya sesuai dengan ketntuan yang berlaku.
3. Bersedia untuk mengembalikan Rumah Negara yang akan dihuni apabila masa izin
penghunian telah berakhir / Rumah Negara tersebut dibutuhkan untuk kepentingan
organisasi dan / atau (khusus bagi pegawai non pejabat) Rumah Negara tersebut
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pejabatstruktural yang belum memperoleh
fasilitas Rumah Negara.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan keadaan sebenarnya dan untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
( 7)

Pemohon

Materai RplO .OOO,-

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama pemohon.
(2) Diisi dengan NIP pemohon.
(3) Diisi dengan pangkat/ golongan pemohon.
(4) Diisi dengan jabatan pemohon.
(5) Diisi dengan satuan kexja tempat pemohon bekeija.
(6) Diisi dengan alamat lengkap Rumah Negara yang diajukan pemohon.
(7) Diisi dengan lokasi dan tanggal ditandatanganinya permohonan.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

251
D . Permohonan Surat Izin Menempati Rumah Negara

PERMOHONAN SURAT IZIN MENEMPATI RUMAH NEGARA


1. Nama pemohon (lengkap) dan NIP
2. Nama instansi tempat bekerja
3. Pangkat / golongan dan gaji pokok
4 . Alamat dan tempat tinggal sekarang
5. Apakah pemohon telah pernah
memperoleh hak penempatan Rumah
Negara kalau sudah disebutkan
alamat dan surat ijinnya
6. Apakah pemohon sudah pernah
menyewa beli Rumah Negara kalau
sudah disebutkan alamat dan surat
ijinnya
7. Apakah pemohon bersedia untuk
tunduk pada peraturan yang berlaku
atas Rumah Negara bila permohonan
Saudara disetujui
8. Sebutkan alamat yang jelas dari
rumah yang dimohon
9. Apakah Rumah Negara tersebut telah
saudara tempati, kalau sudah sejak
kapan dan sebutkan surat ijinnya
10. Kalau rumah yang dimohon belum
saudara tempati sebutkan nama
penghuni yang menempati saat ini
11. Keterangan lainnya yang berkenaan
dengan permohonan Saudara
12. Daftar anggota keluarga yang
menempati rumah sesuai yang
tercantum dalam kartu keluarga
terlampir.

Bersama permohonan ini terlampir :


a. fotokopi SK Kepegawaian;
b. fotokopi KTP dan KK;
c. pas foto permohonan ukuran 3x4 sebanyak 6 lembar
d . surat pernyataan untuk menaati kewajiban dan larangan .

Pemohon

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 252 -
BAB IX
PENILAIAN BMN

A . Contoh Penilaian BMN


1. Perhitungan Penilaian menggunakan Pendekatan Pasar
a) data dan informasi mengenai objek Penilaian berupa 1 ( satu) unit
Kendaraan Operasional dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Merk / Type Isuzu Panther


2. Tahun Pembuatan 1996
3. Kondisi Mesin Jelek
4. Kondisi Body Jelek (cat pudar)
5. Warna Merah
6. Dasboard Kondisi Sedang
7. Jok Kondisi Sedang
8. Radio, Tape Masih ada dan kondisi Baik
9. Ban Sudah tipis
10. Velg Standard
11. Spion Baik
12. Bemper Baik
13. Lampu , Kelistrikan & Accu Baik dan Accu Rusak ( soak )
14. Central Lock Rusak
15. Power Steering Oli Bocor
16 . Suspensi Peer Schock harus diganti
17. AC Rusak dan Double Blower
18. Dokumen Kepemilikan BPKB dan STNK
19 . Plat Nomor Plat Merah

b) perbandingan antara objek Penilaian dan objek pembanding


berdasarkan unsur pembanding yang sudah ditetapkan .
Unsur
No. Pembanding 1 Pembanding 2 Objek Penilaian
Pembanding
1 Merk / Type Isuzu Panther Isuzu Panther Isuzu Panther
2 Tahun 1996 1996 1996
Pembuatan
3 Kondisi Mesin Baik Baik Jelek
4 Kondisi Body Baik Baik Jelek (cat pudar)
5 Warna Hitam Hijau Merah
6 Jenis Transaksi Penawaran Penawaran Jual Beli
7 Waktu Januari 2013 Januari 2013 Januari 2013
Transaksi
Interior
8 Dashboard Baik Baik Sedang
9 Jok Baik Baik Sedang
10 Radio, Tape Baik Baik Ada dan Baik
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 253 -
Unsur
No. Pembanding 1 Pembanding 2 Objek Penilaian
Pembanding
Eksterior
11 Ban Baik Baik Sudah Tipis
12 Velg Baik, Racing Baik, Racing Standar
13 Spion Baik Baik Baik
14 Bemper Baik Baik Baik
15 Lampu , Baik Baik Baik, Accu Soak
Kelistrikan dan
Accu
16 Central Lock Baik Baik Rusak
Kelengkapan Lainnya
17 Power Steering baik baik Oli Bocor
18 Suspensi ( peer, baik baik Peer schock breker
arm , karet- karet harus diganti
dll )
19 AC baik baik Rusak ringan
20 Jenis AC baik baik Double Blower
2 1 Dokumen baik baik BPKB dan STNK
kepemilikan
22 Plat Nomor Hitam Hitam Merah
23 Harga 60.000.000 57.000.000
24 Foto

c) penyesuaian , pembobotan dan penjumlahan nilai pembobotan untuk


menentukan nilai taksiran:
Tabel Penyesuaian Objek Pembanding
Pembanding 1 Pembanding 2
No Keterangan Harga 60.000.000, 00 Harga 57.000 . 000, 00
Biaya Persentase Biaya Persentase
1 Perbaikan Mesin 6.000. 000,00 10.00% 6.000 . 000 , 00 10.53%
2 Perbaikan Body 6.000. 000,00 10.00% 6.000 . 000,00 10.53%
Perbaikan
3 600.000, 00 1.00% 600.000, 00 1.05%
Dashboard
4 Perbaikan Jok 1.000. 000 , 00 1.67% 1.000 . 000 , 00 1.75%
5 Perbaikan Ban 3.000.000, 00 5.00% 3.000.000, 00 5.26%
6 Perbaikan Velg 3.000.000, 00 5.00% 3.000.000, 00 5.26%
7 Perbaikan Accu 600.000 , 00 1.00% 600.000, 00 1.05%
Perbaikan
8 300.000,00 0.50% 300.000,00 0.53%
Central Lock
Perbaikan Power
9 4.000.000, 00 6.67% 4.000.000 , 00 7.02%
Steering
Perbaikan
10 1.500.000, 00 2.50% 1.500.000, 00 2.63%
Suspensi
11 Perbaikan AC 1.200 . 000 , 00 2.00% 1.200 . 000, 00 2.11%
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 254 -
tabel penyesuaian objek Pembanding memberikan gambaran besaran
biaya dan persentase yang dibutuhkan untuk
memperbaiki / mengembalikan kondisi objek Penilaian menjadi
sebagaimana objek Pembanding.
Keterangan Tabel Penyesuaian Objek Pembanding
1) Pembanding 1 dan Pembanding 2 mempunyai kondisi yang lebih
baik dibanding objek Penilaian , hal ini ditunjukan dengan tanda
minus pada nilai persentase pembanding.
2) Merk / type objek pembanding mempunyai merk dan type yang sama
dengan objek Penilaian sehingga penyesuaiannya adalah 0%.
3) Perbaikan mesin objek Penilaian agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp6.000.000,00
4) Perbaikan body objek Penilaian agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp6.000.000,00
5) Perbaikan dashboard objek Penilaian agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp600.000,00
6) Perbaikan jok objek Penilaian agar kondisi menyerupai pembanding
1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan biaya
Rpl .000.000,00
7) Perbaikan ban objek Penilaian agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp3.000.000,00
8) Perbaikan velg objek Penilaian agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp3.000. 000,00
9) Perbaikan accu objek Penilaian agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp600.000,00
10) Perbaikan central objek Penilaian lock agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp300.000 ,00
11) Perbaikan Power Steering objek Penilaian agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp4.000.000 ,00
12) Perbaikan suspensi objek Penilaian agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp1.500.000,00
13) Perbaikan AC objek Penilaian agar kondisi menyerupai pembanding
1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan biaya
Rpl .200.000,00
Tabel pembobotan

y
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 255 -
Penyesuaian Penilaian

No. Unsur Pembanding Pembanding 1 Pembanding 2

1 Merk / Type 0.00% 0.00%

2 Tahun Pembuatan 0.00% 0.00%

3 Kondisi Mesin - 10% -10.53%


4 Kondisi Body - 10.00% -10.53%
5 Warn a -3.00% 0.00%
6 Jenis Transaksi - 10.00% -10.00%
7 Waktu Transaksi 0.00% 0.00%

8 Dashboard -1.00% -1.05%


9 Jok -1.67% -1.75%
10 Radio, Tape 0.00% 0.00%

11 Ban -5.00% -5.26%

12 Velg -5.00% -5.26%


13 Spion 0.00% 0.00%

14 Bemper 0.00% 0.00%


Lampu , Kelistrikan dan
15
Accu
-1.00% -1.05%
16 Central Lock -0.50% -0.53%
17 Power Steering -6.67% -7.02%

Suspensi ( peer, arm,


18 -2.50% - 2.63%
karet-karet dll)

19 AC - 2.00% -2.11%

20 Jenis AC 0.00% 0.00%

21 Dokumen kepemilikan 0.00% 0.00%

22 Plat Nomor - 1.00% -1.00%

Hasil Penyesuaian -59.33% -58.72%

Harga 60.000.000, 00 57, 000,000, 00

Nilai Indikasi
24.400 . 000 , 00 23.530 .000, 00
Pembobotan 55%
45%
Nilai Setelah Pembobotan
10.980 . 000 , 00 12.941 .500, 00
Nilai Taksiran 23.921 .500, 00

Pembulatan 24.000.000, 00

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 256 -
2 . Perhitungan Penilaian menggunakan Pendekatan Biaya
a) Perhitungan penyusutan
Penyusutan Fisik
Perhitungan penyusutan fisik dapat dilakukan namun tidak terbatas
pada penggunaan referensi tabel penyusutan sebagai berikut:

NO. PENYUSUTAN
KONDISI
(%)
I . BAIK (0% s / d 30%)
BARU

1 Barang baru dan / atau barang yang dipergunakan dan 0-5


pernah dilakukan perbaikan , tetapi kondisnya masih dalam
keadaan prima
SANGAT BAIK
2 Seperti baru , baru dipakai sebentar, belum memerlukan 6 -15
perbaikan
BAIK
3 16- 30
Telah dipergunakan dan pernah dilakukan perbaikan
namun kondisi prima
II. RUSAIC RINGAN (31% s / d 60%)
4 RUSAK RINGAN

Barang baru dan / atau barang yang dipergunakan dan 31-60


pernah dilakukan perbaikan , masih memerlukan beberapa
perbaikan serta penggantian suku cadang minor seperti:
seal, bearing dan sebagainya.
III . RUSAK BERAT (61% s / d 90%)
RUSAK BERAT SEDANG

5 Telah dipergunakan dan pernah dilakukan perbaikan , serta 61- 80


masih memerlukan BEBERAPA penggantian suku cadang
pentlng seperti: motor penggerak dan komponen penting
lainnya, poros utama, atau komponen dari struktur utama.
RUSAK BERAT
81- 90

Telah dipergunakan dan pernah dilakukan perbaikan, serta Penilai dapat


masih memerlukan CUKUP BANYAK penggantian suku menyusutkan
6
cadang pentlng seperti: motor penggerak dan komponen lebih dari 90%
penting lainnya, poros utama , atau komponen dari struktur s / d 95%
utama ( berdasarkan
pengamatan
objek
Penilaian )

IV. SCRAP
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 257 -
NO. KONDISI PENYUSUTAN
(%)

1) Nilai sisa seperti jika barang tersebut dijual secara


terpisah untuk setiap bagiannya dan tidak lagi
dimanfaatkan untuk penggunaannya saat ini. Serta
7 tanpa memperhatikan penyesuaian dan perbaikan 95 - 100
khusus.
2} Perkiraan biaya untuk mengembalikan barang seperti
dalam keadaan semula lebih besar biayanya daripada
membeli baru / membuat baru

Keusangan Fungsional
Perhitungan keusangan fungsional pada prinsipnya menggunakan
justifikasi dan subjektivitas Tim . Dalam hal Tim kesulitan untuk
menentukan besaran penyusutan fungsional , maka dapat
menggunakan namun tidak terbatas pada tabel keusangan sebagai
berikut:
Uraian Jenis Usia Barang (Tahun ) Keterangan
Barang
1 2 3 4 5-9 10-
dst

Peralatan Peralatan yang


elektronik mengkonsumsi daya
listrik / baterai secara
£ £ £ £ sendiri atau berasma
o o
r
o o
£ Cl
? X
alat lain dan
o £ £ £ £ £
memproduksi sesuatu
£
m
d LO o d o secara elektrik
<N CO in

Peralatan Peralatan yang


mekanik £ m
£ £
o
£
o mengkonsumsi daya
bermesin / tenaga
o Cl co listrik / baterai dan
£
Cl $ £ £ £
listrik £ berfungsi membantu
£
o LO
o id d
" i
o
r: sesuatu proses
Peralatan Peralatan yang tidak
mekanik tak £ £ £
10
-
mengkonsumsi daya
bermesin £ £ Cl Cl
listrik / baterai dan
£
oi
LO 00
I

£ £ berfungsi membantu
£ oi
o Ol LO 00 suatu proses
Alat Besar Alat-alat berat
£ £ £
o
£
10 O
£ o Ol o
?
£ L
? £
i

£ £
Cl
£ £
5? o id o
o ci id -i
'

Alat Angkut Alat angkut yang


Bermesin
£ £
in
£r £
o
mengkonsumsi daya
£ o CN 00 listrik / baterai / bahan
£ in
Cl
£ £ £ £ £ bakar
£o o id o
oi id ci

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 258 -
Alat Angkut Tak Alat angkut yang tidak
Bermesin
§ £ fc
mengkonsumsi daya

£ £ (N
listrik / baterai/ bahan

$ *d *3 *od * * bakar
o 3 3
Meubelair / Alat Memiliki unsur kayu
Penyimpan g serendah-rendahnya
Perlengkapan
g g 7
c
<N t 65%
Kantor Kayu
£ *
* *
o d in 2 2 in
<N

Keusangan Ekonomis
Perhitungan keusangan ekonomis diperhitungkan dengan biaya yang
diperlukan untuk menyesuaikan objek Penilaian dengan kondisi yang
diinginkan atau dipersyaratkan oleh faktor eksternal, sehingga minat
( permintaan ) terhadap barang tersebut tidak berkurang.
b) Perhitungan NRC
(19 ) Data Pasar
BMN berupa 1 (satu) unit Kendaraan Operasional dengan spesifikasi
sebagai berikut:
Merk : Kijang Innova
Tahun Pembuatan : 2017
NRC didapatkan dengan mencari nilai barang yang sejenis dan serupa,
dilakukan secara langsung antara lain dengan mendatangi showroom
mobil bekas ataupun secara daring ( online) dengan melakukan
konfirmasi nilai terkini kepada penjual.
(20) Koefisien Harga
contoh satu:
BMN berupa 1 (satu) unit mesin pemanas udara tenaga surya merk
Ariston yang diproduksi dan diperoleh di tahun 2010.
Umur ekonomis ( n) : 7 tahun
Harga pembelian ( HP) : Rpl 2.500.000,00
Tahun Penilaian : 2020
Tingkat inflasi (i) : 5%
Maka perhitungan NRC adalah sebagai berikut:
[ NRC = HP x ( 1 + i ) » ]
NRC = 12.500 .000 x ( 1 +0 ,05) 7
= 17.588 .755
c) Menghitung Penilaian
BMN berupa 1 (satu) unit mesin ketik dengan jangka waktu
penggunaan selama 5 tahun dan kondisi Rusak Ringan .
NRC Rp1.500.000,00
Kondisi Rusak Ringan
Penyusutan fisik kategori 55%
Keusangan fungsional : kategori 12,1% s / d 17%
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 259 -
ditentukan oleh Tim sebesar 15%
Keusangan ekonomis : 0%
NRCx ( l - p ) ( 1 - Kf ) ( 1 -Ke )
NRC 1.500.000 x ( 1-55%) (1-15%) (1-0%)
1.500.000 x (45%) (85%)
573.750
Pembulatan: Rp575.000 , 00

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 260 -
B. Jenis material dan satuan material bongkaran Bangunan
No. Material Satuan
Bahan Kayu
1. Balok / Papan Kayu berdasarkan dimensinya Batang atau m3
2. Kusen Kayu Unit
3. Daun Pintu / Jendela Kayu Unit
Bahan Baja
4. Baja Profil Kg
Bahan Baja Ringan
5. Atap / Canopy Rangka Baja Ringan Kg
Bahan Besi
6. Tulangan Beton Kg
7. Teralis Unit atau Kg
8. Pagar Unit atau kg
9. Daun Pintu Besi Unit atau kg
10 . Besi Lainnya Kg
Bahan Alumunium
11. Rangka Partisi / Rangka Plafond , dan lain-lain Kg
12. Kusen Alumunium Unit
13. Daun Pintu / Jendela Alumunium Unit
14 . Alumunium lainnya kg
Bahan Lainnya
15. Genteng Tanah Liat / Beton / Keramik / Metal Buah
16 . Seng Gelombang/ Asbes Gelombang / Spandek Lembar
17. Material lainnya yang masih memiliki nilai ekonomis

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 261 -
C . Berita Acara Survei Lapangan

. .. ( l )

BERITA ACARA SURVEI LAPANGAN


PENILAIAN BARANG MILIK NEGARA DALAM RANGKA PEMINDAHTANGANAN / PEMANFAATAN
BARANG MILIK NEGARA PADA ... ( 2 )

NOMOR : ... (3)


Pada hari ini, ... (4 ) tanggal ... (4 ) bulan ... ( 4 ) tahun . .. ( 4) (. , ) , kami selaku Tim yang
bertanda tangan di bawah ini:

No Nama NIP Pangkat / Golongan Jabatan

1. ... / ... Ketua

2. ... / ... Sekretaris

3. ... / ... Anggota

4 dst.

berdasarkan keputusan ... (5) Nomor ... (5) tanggal ... (5) telah melaksanakan survei lapangan
dalam rangka penelitian dan pemeliharaan terhadap Barang Milik Negara pada ... (2) berupa
... (6) yang terletak di . .. (7) .
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh tanggung jawab untuk
digunakan sebagaimana mestinya.

Dibuat di ...

Mengetahui, Tim,
1) .. .
... (tanda tangan ) 1. .. . (9) ... (tanda tangan )
( 8)
2) ...
... (tanda tangan) 2. ... (9 ) ... (tanda tangan)
(8)
3. ... (9 ) ... (tanda tangan )

4. dst
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 262 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(4) Diisi dengan hari, tanggal dan tahun pelaksanaan survei lapangan.
(5) Diisi dengan keterangan Surat Keputusan penetapan Tim .
(6) Diisi dengan uraian singkat objek Penilaian .
(7) Diisi dengan alamat BMN disimpan dan dilakukan Penilaian .
(8) Diisi dengan jabatan , tanda tangan , dan nama saksi yang mengetahui
pelaksanaan survei lapangan .
(9 ) Diisi dengan nama anggota Tim yang melakukan survei lapangan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 263 -
D . Laporan Penilaian

Nomor : (diisi nomor laporan Penilaian)

Tanggal : ... (diisi tanggal laporan Penilaian )

LAPORAN PENILAIAN
... (diisi dengan “ peralatan dan/ atau mesirC atau “ bongkaran BMN” )
PADA . .. (diisi dengan nama Satuan Keija pemilik objek Penilaian )
YANG BERLOKASI DI ... (disii dengan alamat lokasi objek Penilaian )

TANGGAL PENILAIAN

(diisi tanggal saat Nilai Taksiran ditetapkan , yaitu pada tanggal terakhir survei lapangan
atas objek Penilaian sebagaimana tercantum dalam Berita Acara Survei Lapangan)

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

(diisi dengan nama Satuan Keija yang memiliki objek Penilaian)

(diisi dengan keterangan Keputusan Pembentukan Tim)

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 264 -
PENGANTAR

Yth. . . .

Sehubungan dengan ... (diisi dengan keterangan Keputusan Pembentukan Tim


yang di dalamnya terdapat klausul untuk melakukan Penilaian ) dan sesuai dengan .. .
(diisi dengan keterangan Berita Acara Survei Lapangan ) , dengan ini kami sampaikan
laporan hasil Penilaian objek Penilaian dimaksud dengan tujuan menentukan Nilai
Taksiran dalam rangka ... (diisi dengan “ pemindahtanganan melalui penjualan/ tukar
menukaf atau “ pemanfaatan melalui sewa” atau penjualan bongkaran BMN” ) .

Laporan Penilaian dengan keseluruhan isi beserta lampirannya menjelaskan
rincian pendekatan dan metode Penilaian serta data pendukung yang digunakan dalam
analisis Penilaian dimaksud sesuai dengan penelitian lapangan yang telah kami lakukan .

Setelah mempertimbangkan data dan informasi yang objektif , kami mengambil


simpulan bahwa Nilai Taksiran berupa ... (diisi dengan deskripsi objek Penilaian ) yang
berlokasi di ... (diisi dengan alamat lokasi objek Penilaian ) pada tanggal ... (diisi dengan
tanggal saat Nilai Taksiran ditetapkan , yaitu pada tanggal terakhir pelaksanaan survei
lapangan atas objek Penilaian sebagaimana tercantum di dalam Berita Acara Survei
Lapangan ) adalah sebagai berikut:

Rp . .. , 00 (diisi dengan besaran nilai objek Penilaian dalam angka )

( . . . (diisi dengan uraian besaran nilai dalam huruf ) )

Kami menyatakan bahwa di dalam Penilaian ini, kami tidak mempunyai


kepentingan apapun terhadap objek Penilaian tersebut, baik saat ini maupun masa yang
akan datang dan setiap yang membatasi dinyatakan dalam laporan Penilaian ini.

Hormat kami,
Ketua Tim,

. .. (diisi dengan tanda tangan ketua tim )

... (diisi dengan nama lengkap ketua tim )


NIP ... (diisi dengan NIP ketua tim)

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 265 -

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
PENGANTAR
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PENILAI
ASUMSI DAN SYARAT PEMBATAS
RINGKASAN NILAI
I. LINGKUP PELAKSANAAN PENILAIAN
A. DASAR PENUGASAN
B. TUJUAN PENILAIAN
C. TANGGAL SURVEI LAPANGAN DAN TANGGAL PENILAIAN
D. DEFINISI NILAI
E. DESKRIPSI OBJEK PENILAIAN
E. 1. Legalitas Objek Penilaian
E.2 . Lokasi Objek Penilaian
E.3. Deskripsi dan Identifikasi Objek Penilaian
F. PENDEKATAN PENILAIAN
G. STANDAR PENILAIAN
H. SUMBER INFORMASI
I. SYARAT PENGUNGKAPAN / DISCLOSURE
II . ANALISIS DATA
A. ANALISIS DATA
B. PENILAIAN
III . SIMPULAN NILAI

LAMPIRAN

9. Daftar Uraian BMN yang dilakukan Penilaian

10. Berita Acara Survei Lapangan

11. Dokumen lainnya


MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 266 -

PERNYATAAN NILAI
Tim menyatakan bahwa nilai yang dihasilkan adalah:
1) Berdasarkan pengetahuan dan data yang diperoleh dari hasil survei serta dari pihak-
pihak tertentu sebagai narasumber yang tepercaya.
2) Berdasarkan penyataan atas fakta yang ada terkini, yang dinyatakan dalam laporan
ini.
3) Berdasarkan atas analisis, opini, dan simpulan nilai yang dibatasi oleh asumsi,
kondisi dan syarat pembatas.
4) Berdasarkan pada kondisi tidak dipengaruhi kepentingan apapun pada saat ini dan
masa yang akan datang atas objek Penilaian .
5) Berdasarkan pada peninjauan langsung terhadap objek Penilaian dalam laporan ini .
6} Laporan ini disusun dengan berpedoman pada peraturan terkait.

7) ... ( diisi dengan penyataan- pernyataan lain yang menurut Tim diperlukan )

ASUMSI DAN SYARAT PEMBATAS

Tim membuat asumsi sebagai berikut:

1) Penilaian dilakukan berdasarkan data dan informasi yang disampaikan oleh sumber
yang dapat dipercaya dan atas ketidakbenaran data dan / atau informasi tersebut
bukan menjadi tanggung jawab Tim.
2) Objek Penilaian dinilai sebagai objek yang bebas dari segala beban atasnya, kecuali
dinyatakan lain.
3) Keterangan yang diberikan oleh pihak lain dianggap relevan dan layak selama
berdasarkan analisis objektif yang dilakukan Tim.
4) Penilaian dilaksanakan dengan mempertimbangkan batasan dan peraturan
pemerintah yang terkait dengan objek Penilaian , kecuali dinyatakan lain .
5) ... (diisi dengan penyataan lain dan asumsi-asumsi yang digunakan oleh Tim dalam
melakukan Penilaian )

Laporan Penilaian ini dibuat dengan syarat batasan umum sebagai berikut:

1) Nilai yang digunakan dalah dalam mata uang rupiah.


2) Penilaian ini hanya digunakan untuk tujuan sebagaimana disebutkan dalam laporan
ini, dan Tim tidak bertanggung jawab terhadap penggunaan untuk tujuan lainnya.
3) Ketua dan anggota tim menandatangani simpulan nilai dan bertanggung jawab
sepenuhnya atas hasil laporan Penilaian ini.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 267 -

4) ... (diisi dengan syarat batasan lain yang membatasi ruang lingkup Penilaian dan
melindungi Tim terhadap penyalahgunaan hasil Penilaian )

RINGKASAN NILAI

Objek Penilaian : ... (diisi dengan deskripsi objek Penilaian )

Alamat Objek Penilaian : ... (diisi dengan alamat lokasi objek Penilaian )

Pemilik / Penguasa Objek : . .. (diisi dengan nama Satuan Kerja pemilik objek Penilaian )

Alamat Pemilik : ... (diisi dengan alamat Satuan Keija pemilik objek Penilaian )

Jumlah Objek Penilaian : ... (diisi dengan jumlah objek Penilaian )

Pendekatan Penilaian : ... (diisi dengan pendekatan Penilaian yang digunakan )

No. Objek Penilaian Jumlah Nilai Taksiran

1 2 3 4
1
(diisi dengan jenis objek ( diisi dengan jumlah ( diisi dengan besaran nilai
Penilaian ) objek Penilaian ) taksiran objek Penilaian )

dst.

TOTAL NILAI TAKSIRAN

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 268 -
1) LINGKUP PELAKSANAAN PENILAIAN

A. DASAR PENUGASAN
Dasar penugasan adalah Keputusan Pembentukan Tim Internal Nomor ...
tanggal .. . ten tang ... (diisi dengan keterangan Keputusan Pembentukan Tim ) untuk
melakukan Penilaian BMN berupa ... (diisi dengan deskripsi objek Penilaian ) .
B. TUJUAN PENILAIAN

Tujuan Penilaian adalah untuk mengemukakan pendapat atas Nilai Taksiran


BMN berupa ... (diisi dengan deskripsi objek Penilaian ) yang terletak di ... (diisi
dengan alamat objek Penilaian ) dalam rangka ... (diisi dengan “ pemindahtanganan
melalui penjualan/ tukar menukaf atau “ pemanfaatan melalui sewa” atau “ penjualan
bongkaran BMN” ) .
C. TANGGAL SURVEI LAPANGAN DAN TANGGAL PENILAIAN
Survei atas objek Penilaian dilakukan pada tanggal ... (diisi dengan tanggal
survei lapangan mulai dilaksanakan ) sampai dengan . .. ( diisi dengan tanggal terakhir
pelaksanaan survei lapangan ) dan tanggal Penilaian ditetapkan pada tanggal ... (diisi
dengan tanggal Penilaian ).
D. DEFINISI NILAI

Nilai Taksiran merupakan nilai yang dihasilkan oleh Tim yang ditetapkan oleh
... (diisi dengan nama jabatan pimpinan Satuan Keijayang menetapkan Tim). Unsur
Tim terdiri dari pejabat dan / atau pegawai di lingkungan . .. (nama Satuan Kerja
pemilik objek Penilaian ) dan disusun dalam rangka ... (diisi dengan
“ pemindahtanganan melalui penjualan/ tukar menukat* atau “ pemanfaatan melalui
sewa” atau “ penjualan bongkaran BMNj .
E. DESKRIPSI OBJEK PENILAIAN

Deskripsi objek Penilaian merupakan penjelasan deskriptif atau uraian atas


semua hal terkait objek Penilaian antara lain mengenai perolehan , keterangan , dan
keberadaan objek Penilaian.
E. l . Legalitas Objek Penilaian ( keterangan dokumen perolehan )
... (diisi dengan uraian mengenai semua hal yang berkaitan dengan perolehan
objek Penilaian )

E.2. Lokasi Objek Penilaian


.. . (diisi dengan uraian mengenai semua hal yang berkaitan dengan lokasi
penyimpanan objek Penilaian, termasuk mengenai kondisi lokasi
penyimpanan objek Penilaian dalam hal Tim menganggap dapat
mempengaruhi kondisi objek Penilaian )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 269 -

E.3. Deskripsi dan Identifikasi Objek Penilaian


... (diisi dengan uraian mengenai kondisi terakhir secara fisik maupun tingkat
daya guna objek Penilaian )

F. PENDEKATAN PENILAIAN
... (diisi dengan uraian secara umum mengenai pendekatan Penilaian yang
digunakan oleh Tim )

G. STANDAR PENILAIAN

Pelaksanaan Penilaian dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan dan


peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai tata cara Penilaian BMN
berupa selain tanah dan / atau bangunan dalam rangka ... (diisi dengan
“ pemindahtanganan melalui penjualan/ tukar menukaf atau “ pemanfaatan melalui
sewa” atau “ penjualan bongkaran BMN” ) di lingkungan Kementerian Keuangan .
Laporan ini disusun berdasarkan ketentuan dan peraturan perundang-
undangan sebagaimana dimaksud dan dapat disampaikan bahwa . .. (diisi dengan
“ terdapaf atau “ tidak terdapaf ) inkonsistensi antara laporan Penilaian dengan tata
cara Penilaian.
... ( diisi dengan alasan atau daftar inkonsistensi, jika ada )
H. SUMBERINFORMASI

Data yang digunakan dalam melakukan Penilaian ini diperoleh dari . .. (diisi
dengan sumber data Penilaian: data pasar, data daring, dst) . Tim melakukan
verifikasi terhadap data tersebut melalui ... (diisi dengan cara Tim melakukan
verifikasi data melalui survei lapangan ) .
I. SYARAT PENGUNGKAPAN / DISCLOSURE
.. . (Tim mengungkapkan fakta dan informasi penting dan relevan terkait objek
Penilaian yang belum dituangkan dalam bagian- bagian sebelumnya, jika diperlukan )

2) ANALISIS DATA

A. ANALISIS DATA

... (diisi dengan uraian analisis data yang dilakukan oleh Tim dalam mencari data
pembanding)

B. PENILAIAN

...(diisi dengan uraian ringkas mengenai tahapan pelaksanaan Penilaian melalui


penerapan pendekatan Penilaian dan / atau metode lainnya sampai dengan diperoleh
Nilai Taksiran )

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 270 -
3) SIMPULAN NILAI

Berdasarkan data / informasi, analisis, asumsi dan kondisi pembatas, menurut


kami Nilai Taksiran atas objek Penilaian berupa ... (diisi dengan deskripsi objekPenilaian )
pada ... (diisi dengan nama Satuan Kerja pemilik objek Penilaian ) pada tanggal ... (diisi
dengan tanggal Penilaian) adalah sebesar :
Rp .. . ,00 (diisi dengan besaran nilai objek Penilaian dalam angka)

( ... (diisi dengan uraian besaran nilai dalam huruf ) )

TIM INTERNAL

NO NAMA / NIP TANDA TANGAN

1 2 3

1. (diisi dengan tanda


(diisi dengan nama dan NIP)
tangan )

2.

3.

dst.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 271 -

LAMPIRAN

DAFTAR URAIAN ... (diisi dengan jenis barang)


PADA ... (diisi dengan nama Satuan Kerja pemilik objek Penilaian )
YANG TELAH DILAKUKAN PENILAIAN

Uraian BMN berupa selain Tanah dan / atau Bangunan

Tahun Nilai Nilai


Nama Kode Merek
No NUP Kondisi Peroleha Peroleha Taksira Keterangan
Barang Barang / Tipe n n n

*dokumen
1
perolehan
*dokumen
2 kepemilikan ,
jika ada
3

JUMLAH

Uraian bongkaran BMN

Kuantitas
No Uraian Barang Kondisi Nilai Taksiran Keterangan
/ Volume

1
2
3

JUMLAH

t
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 272 -
BAB X
PEMINDAHTANGANAN BMN

A . Keputusan Pembentukan Tim Pemindahtanganan BMN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN ... (1)


SELAICU KUASA PENGGUNA BARANG
NOMOR KEP- ... ( 2)

TENTANG
PEMBENTUKAN ... (3) BARANG MILIK NEGARA PADA
... ( 4)

... ( 1 ) SELAKU KUASA PENGGUNA BARANG

Menimbang a. bahwa pada ... ( 4) terdapat Barang Milik Negara dalam kondisi
rusak berat dan / atau sudah tidak dapat digunakan untuk
kegiatan operasional kantor, sehingga perlu dilakukan . . . (3)
atas BMN tersebut;
b. bahwa untuk melaksanakan ... (3) BMN sebagiamana dimaksud
dalam huruf a, perlu dibentuk suatu Tim Penjualan Barang
Milik Negara;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan ... ( 1)
selaku Kuasa Pengguna Barang ten tang Pembentukan Tim ... (3)
Barang Milik Negara pada ... ( 4) ;
Mengingat 1. Peraturan Pemerintah ... (5) ;
2. Peraturan Menteri Keuangan ... (6 ) ;
3. Keputusan Menteri Keuangan .. . (7) ;
4. Keputusan Menteri Keuangan ... (8) .

MEMUTUSKAN :
Menetapkan KEPUTUSAN ... ( 1) SELAKU KUASA PENGGUNA BARANG TENTANG
PEMBENTUKAN ... ( 3) BARANG MILIK NEGARA PADA ... (4 )
PERTAMA Membentuk ... (3) Barang Milik Negara pada ... ( 4) dengan susunan
keanggotaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ... ( 1) selaku
Kuasa Pengguna Barang ini.
KEDUA ... (3) Barang Milik Negara sebagaimana dalam Diktum PERTAMA
mempunyai tugas untuk:
1 . ... (9)
2. ... ( 9)
3. ... ( 9)

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

KETIGA : Masa tugas Tim Penjualan Barang Milik Negara adalah sejak
keputusan ini ditetapkan sampai dengan ... (10) dan dapat
diperpanjang.
ICEEMPAT : Keputusan ... (1) ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Salinan Keputusan .. . (1) ini disampaikan kepada:
1. Sektretaris Jenderal Kementerian Keuangan;
2. Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan;
3. .. . ( 11)
4. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan
Pengadaan Kementerian Keuangan;
5. Kepala Kan tor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang ...
(12) ;
6. Anggota Tim Penjualan Barang Milik Negara pada . .. (4) .

Ditetapkan di ... ( 13)


pada tanggal . .. (14)

... (1) SELAKU KUASA


PENGGUNA BARANG ,

(tanda tangan )

. .. (15)

4/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 274 -
LAMPIRAN
KEPUTUSAN . . . ( 1 )
NOMOR KEP- . . . (2)
TENTANG PEMBENTUKAN . . . ( 3)
BARANG MILIK NEGARA PADA . . . (4)

SUSUNAN KEANGGOTAAN . . . (3) BARANG MILIK NEGARA


PADA . . . (4)
NO . NAMA / NIP JABATAN KEDUDUKAN
DALAM TIM
1. Ketua
NIP
2. Sekretaris
NIP
3. Anggota
NIP
4. Anggota
NIP
5. Anggota
NIP
. . . ( 1 ) SELAKU KUASA
PENGGUNA BARANG ,

(tanda tangan)

... ( 14)

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Keija terkait.
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan “Tim Internal Penjualan”, “Tim Persiapan Hibah”, “Tim
Persiapan Tukar Menukar” atau “Tim Pelaksanaan Tukar Menukar” .
(4 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah yang mengatur
pengelolaan BMN.
(6) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemindahtanganan BMN .
( 7) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan .
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan .
(9) Diisi dengan tugas Tim sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
Keputusan Menteri Keuangan ini dan dapat ditambahkan / dikurangi
sesuai kebutuhan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 275 -
( 10) Diisi dengan tanggal, bulan , dan tahun berakhirnya Tim .
(11) Diisi dengan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW.
(12 ) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
sesuai wilayah kerja.
( 13) Diisi dengan tempat penetapan .
(14) Diisi dengan tanggal penetapan.
(15) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menetapkan keputusan
Pembentukan Tim.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 276 -
B . Berita Acara Penelitian Pemindahtanganan BMN

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

BERITA ACARA
PENELITIAN DAN PEMERIKSAAN BARANG MILIK NEGARA
YANG DIUSULKAN UNTUK DILAKUKAN ... ( 1 ) PADA .. . ( 2 )
NOMOR BA - ... ( 3)

Pada hari ini, .. . ( 4) tanggal ... (4) bulan ... ( 4) tahun ... (4) ) ... (4) , kami selaku ...
(5) Barang Milik Negara pada .. . ( 2) yang bertanda tangan di bawah ini:

No Nama NIP Pangkat / Golongan Jabatan

1. Ketua

2. Sekretaris

3. ... / ... Anggota

4 dst.

telah melaksanakan penelitian dan pemeriksaan terhadap Barang Milik Negara pada ... (2)
berdasarkan ... (6 ) sebagaimana daftar terlampir. Kami menyatakan bahwa Barang Milik Negara
tersebut telah memenuhi persyaratan ... (1) Barang Milik Negara sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan ... (7) , antara lain karena . .. (8) , sehingga lebih menguntungkan bagi
negara apabila dilakukan ... (1) atas BMN tersebut.
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh tanggung jawab untuk
digunakan sebagaimana mestinya.
Dibuat di ... (9 )

. .. (5) ,
Mengetahui
1. ... ... (tanda tangan)

2. ... ... (tanda tangan)

3. ... .. . (tanda tangan)

... ( 10) 4 . dst


MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 277 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan bentuk pemindahtanganan antara lain Penjualan , Hibah,
atau Tukar Menukar.
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(4) Diisi dengan hari, tanggal, bulan , dan tahun pelaksanaan penelitian
dan pemeriksaan BMN .
(5) Diisi dengan “Tim Internal Penjualan” , “Tim Persiapan Hibah” atau
“Tim Persiapan Tukar Menukar”
(6) Diisi dengan Keputusan tentang pembentukan Tim
Pemindahtanganan BMN.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Pemindahtanganan BMN .
(8) Diisi dengan alasan / pertimbangan dilaksanakannya
pemindahtanganan BMN .
(9 ) Diisi dengan tempat pembuatan berita acara.
(10) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani berita
acara.

if
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 278 -
C . Nota Dinas Usulan Pemindahtanganan BMN

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

NOTA DINAS
NOMOR ND - .. . (1)

Yth ... ( 2)
Dari ... (3)
Sifat ... ( 4)
Lampiran .. . (6)
Hal Permohonan ... (7) Barang Milik Negara pada Kementerian Keuangan
c.q (8)
Tanggal .. . (9 )

Sehubungan dengan hal di atas:


1. berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan ... (10) ; dan
2. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan ... (11) ,
bersama ini kami sampaikan permohonan ... ( 7) BMN berupa ... ( 12 ) dengan jumlah nilai
perolehan sebesar Rp... , 00 (... rupiah ) ... (13) “ dan nilai limit peniualan sebesar Rn.. . ,00
(... rupiahI ... ( 14 ) ” pada Kementerian Keuangan c.q. ... (8) , dikarenakan ... (15) dengan rincian
sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran nota dinas ini,
Sebagai bahan pertimbangan , terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai
berikut:
1 ( 16 ) ;
2 ( 16 ) ; dan
3 ( 16 ) .
Atas perhatian dan kerja sama Bapak / Ibu / Saudara, kami ucapkan terima kasih.

(tanda tangan )

... ( 17)

Tembusan :
1 . ... ( 18)
2. ... ( 19 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 279 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan tujuan nota dinas:
a. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dalam
hal pihak yang menyampaikan usulan adalah Satuan Kerja; atau
b. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan dalam hal yang
menyampaikan usulan adalah Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW.
(3) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan satuan kerja.
(4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan nama Satuan Keija yang menatausahakan BMN .
(7) Diisi dengan bentuk pemindahtanganan BMN, antara lain Penjualan ,
Hibah atau Tukar Menukar.
(8) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(9 ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemindahtanganan BMN .
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(12) Diisi dengan jenis dan luas / kuantitas BMN.
Contoh:
a. “sebagian Tanah dan/ atau Bangunan seluas 6m2 (enam meter
persegi)”;
b. “2 (dua) unit Sepeda Motor”; dst
(13) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang diusulkan .
(14) Diisi dengan besaran nilai limit penjualan dalam hal bentuk
pemindahtanganan yang diusulkan adalah Penjualan.
(15) Diisi dengan alasan / pertimbangan dilaksanakannya
pemindahtanganan BMN
(16) Diisi dengan dokumen kelengkapan yang dibutuhkan dalam usulan
Pengelolaan BMN sebagaimana dipersyaratkan dalam Lampiran I
Keputusan Menteri Keuangan ini.
(17) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani.
(18) Diisi dengan " Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan" dalam hal
tujuan nota dinas sebagaimana angka (3) huruf a.
(19) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait dalam hal tujuan nota dinas sebagaimana angka (3)
huruf b.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 280 -

D . Lampiran Nota Dinas Usulan Pemindahtanganan BMN

Lampiran Nota Dinas . .. (1)


Nomor : . . . ( 2)
Tanggal : .. . ( 3)

DAFTAR BARANG BERUPA .... (4 ) PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C .Q. ... ( 5 ) YANG DIUSULKAN UNTUK DILAKUKAN ... ( 6 )

Lokasi/
Nama Kode Dokumen Tahun Nilai Nilai
No NUP Merek/ Tipe/ Luas Kondisi Keterangan
Barang Barang Kepemilikan Perolehan Perolehan Limit
Identitas

(7) (8 ) 0) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
1
2

JUMLAH

(tanda tangan)

... ( 19)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 281 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi jabatan yang mengajukan usulan (Kepala Satuan Kerja /
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum) .
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tanggal nota dinas.
( 4) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan .
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan bentuk Pemindahtanganan BMN antara lain Penjualan,
Hibah, atau Tukar Menukar
(7) Diisi dengan nomor urut.
(8) Diisi dengan nama barang.
(9 ) Diisi dengan kode barang.
(10) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(11) Diisi dengan:
a. lokasi BMN , untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN, untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan .
(12) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan, untuk dokumen
yang memiliki dokumen kepemilikan.
(13) Diisi dengan:
a. luas dalam m2 ( meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah dan / atau
Bangunan; atau
b. dapat dikosongkan untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan .
(14 ) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(15) Diisi dengan tahun perolehan .
(16) Diisi dengan nilai perolehan .
(17) Diisi dengan besaran nilai limit penjualan, dalam hal bentuk
pemidahtanganan yang diusulkan adalah Penjualan BMN.
( 18) Diisi dengan informasi penting lainnya, seperti alasan BMN dijual
(19) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 282 -
E . Daftar Barang Nota Dinas Usulan Pemindahtanganan Bongkaran BMN

Lampiran Nota Dinas ... ( 1)


Nomor : ... ( 2 )
Tanggal : ... ( 3)

DAFTAR BONGKARAN BARANG MILIK NEGARA HASIL PERBAIKAN ( RENOVASI / REHABILITASI / RESTORASI )
PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C.Q. ... ( 4)
YANG DIUSULKAN UNTUK ... ( 5 )

Kuantitas / Nilai Limit


No Uraian Barang Keterangan
Volume
Per Satuan Total
M ill M ( 101 ( 11)
1
2
Jumlah

... ( 12 )

(tanda tangan)

... ( 1 3)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 283 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan jabatan kepala Satuan Kerja.
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(4 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(5) Diisi dengan jenis usulan pemindahtanganan BMN dari Kuasa
Pengguna Barang ke Pengguna Barang, seperti;
-
a. “Dijual”, atau
b. “Dihibahkan”;
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan uraian barang yang menjadi bongkaran BMN seperti:
kaca, kayu, besi pagar, dst.
(8) Diisi dengan kuantitas atau volume barang.
(9) Diisi dengan besaran nilai limit penjualan per satuan barang.
( 10) Diisi dengan besaran nilai limit penjualan total barang.
(11) Diisi dengan informasi penting lainnya.
( 12) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani usulan sebagaimana diatur Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(13) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 284 -
F. Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT KETERANGAN
PENGHENTIAN PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA
PADA ... (1)
NOMOR: ... (2 )
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : .. . ( 3)
NIP : . .. ( 4 )
Jabatan : .. . (5)

dengan ini menerangkan bahwa berdasarkan penelitian fisik , Barang Milik Negara
sebagaimana rincian terlampir ... (6) .

Selanjutnya, memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Keuangan ... (7 ) , maka


Barang Milik Negara dimaksud perlu dipindahkan ke dalam aset yang dihentikan
penggunaannya dari operasional pemerintah.

.
... . .. (8 )

(tanda tangan)

... (3)

Petunjuk pengisian:
( 1) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
( 2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi .
(3) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
( 4 ) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan .
(6) Diisi dengan alasan penghentian penggunaan .
Contoh: “ kondisinya rusak berat dan tidak ekonomis apabila diperbaiki” .
(7 ) Diisi dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225 / PMK. 05 / 2019
tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat, beserta perubahan atau
penggantinya.
(8) Diisi dengan tempat , tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Keterangan .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 285 -
G. Surat Pernyataaan

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN
NOMOR : ... (1 )

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama . . . (2)
NIP ... (3)
Jabatan ... (4 )
dengan ini menyatakan bahwa ... (5)
Demikian pernyataan ini kami buat dengan keadaan sebenamya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

... (6 )

(tanda tangan)
... ( 2)

Petunjuk pengisian:
(1 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
( 3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(4 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan .
( 5) Diisi dengan materi pernyataan sesuai kebutuhan .
(6) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan .

¥
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 286 -
H . Nota Dinas Pengguna Barang Kepada Pengelola Barang

%
s
NOMOK ND- ... (1)

Yth. .. . ( 2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... (3)
Lampiran ... (4)
Hal Permohonan ... (5) Barang Milik Negara pada Kementerian
Keuangan c.q. ... (6)
Tanggal .. . ( 7 )
Sehubungan dengan hal di atas:
1. berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan ... (8) ;
2. memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan ... (9); dan
3. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan ... (10) ,
bersama ini kami sampaikan permohonan ... (5) BMN berupa ... (11) dengan jumlah nilai
perolehan sebesar Rp... , 00 (... rupiah ) ... ( 12 ) “ dan nilai limit oeniualan sebesar Rv , 00
( . .. rupiahI ( 13 )” pada Kementerian Keuangan c.q. ... (6 ) , dengan rincian sebagaimana
tercantum dalam daftar barang pada Lampiran nota dinas ini.
Sebagai bahan pertimbangan , terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai berikut:
1. ... ( 14 );
2. ... (14 ) ;
3. ... ( 14 ) .
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih .

a. n . Menteri Keuangan
... (15)
(tanda tangan )
... (16)
Tembusan :
1. Menteri Keuangan
2. ... ( 17 )
3. ... (18)
4 . ... ( 18)
5. ... ( 18)

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 287 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan tujuan nota dinas, dalam hal ini kepada Dirjen Kekayaan
Negara / Direktur PKNSI / Kepala Kanwil DJKN / Kepala KPKNL, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan dalam bentuk
mandat kepada pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara.
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan bentuk Pemindahtanganan BMN antara lain Penjualan,
Hibah, atau Tukar Menukar.
(6) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(7) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemindahtanganan BMN.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan .
(11) Diisi dengan jenis dan luas / kuantitas BMN.
Contoh:
a. “sebagian Tanah dan/ atau Bangunan seluas 6m2 (enam meter
persegi )”;
b. “ 2 (dua) unit Sepeda Motor”;
c. dst.
(12) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang diusulkan.
(13) Diisi dengan besaran nilai limit penjualan dalam hal bentuk
pemindahtangan yang diusulkan adalah Penjualan BMN .
( 14) Diisi dengan dokumen kelengkapan yang dibutuhkan dalam usulan
sebagaimana dipersyaratkan dalam Lampiran I Keputusan Menteri ini.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani usulan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
(17) Diisi dengan “ Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan", dalam hal
yang mengajukan usulan adalah selain Kepala Biro Manajemen BMN
dan Pengadaan .
(18) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 288 -
I. Nota Dinas Persetujuan Penjualan BMN

NOTA DINAS
NOMOR ND-.... (1)

Yth ... ( 2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... (3)
Lampiran ... ( 4)
Hal Persetujuan Penjualan Barang Milik Negara Selain Tanah dan / atau
Bangunan Pada ... (5)
Tanggal - (6 )
Sehubungan dengan:
1. Nota Dinas Saudara Nomor ... (7);
2. Peraturan Menteri Keuangan ... (8);
3. Peraturan Menteri Keuangan ... (9 );
4. Memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan ... (10); dan
5. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan ... (11) ,
dengan ini diberitahukan bahwa usulan Penjualan Barang Milik Negara (BMN ) berupa ... (12)
dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp... , 00 (... rupiah ) ... (13) pada ... (5) sebagaimana
tercantum dalam lampiran nota dinas ini, pada prinsipnya dapat disetujui , dengan ketentuan
Penjualan dilaksanakan secara lelang.
Guna tertib administrasi pengelolaan BMN, pelaksanaan Penjualan BMN tersebut agar
berpedoman pada:
1. Peraturan Pemerintah ... (14 )
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor . .. (9 );
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penjualan BMN tidak mengganggu tugas operasional ... (5) dan persetujuan ini tidak
merupakan jaminan disediakannya dana anggaran untuk pengadaan BMN yang baru
sebagai pengganti BMN yang dijual.
2. Persetujuan ini segera ditindaklanjuti dengan Penjualan BMN secara lelang.
3. Pengajuan permohonan atas pelaksanaan lelang secara lengkap paling lambat 6 (enam )
bulan sejak tanggal persetujuan ini diterbitkan .
4 . Penjualan secara lelang atas BMN agar dilakukan melalui ... (15) dengan nilai limit sebesar
Rp...,00 (...rupiah) ... (16 ) berdasarkan ... (17) , dan hasil Penjualan seluruhnya disetorkan
ke rekening Kas Umum Negara
5. Serah terima BMN dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima ( BAST) dan dilakukan
setelah Pihak Pemenang Lelang melakukan pelunasan ke Rekening Kas Umum Negara
6. Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST
BMN ditandatangani.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 289 -

7. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Pemindahtanganan BMN


yang merupakan satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN kepada Pengelola
Barang c.q. ... (15), KepalaBiro Manajemen BMN dan Pengadaan, dan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW paling lambat 1 (satu ) bulan sejak Keputusan
Penghapusan ditetapkan , dengan melampirkan fotokopi salinan Risalah Lelang, fotokopi
bukti setor hasil Lelang ke Rekening Kas Umum Negara, fotokopi BAST BMN, fotokopi
salinan Keputusan Penghapusan, dan printout perubahan Daftar Barang Kuasa Pengguna.
8. Kebenaran materiil atas jenis, jumlah, tahun, dan nilai BMN yang dijual tersebut menjadi
tanggung jawab Kuasa Pengguna Barang.
9. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat persetujuan ini, maka akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

a.n. Menteri Keuangan


... (18)
(tanda tangan)

... (19 )
Tembusan:
1. Menteri Keuangan;
2. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan;

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
( 2) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan unit organisasi / satuan
kerja yang mengusulkan pemindahtanganan .
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4 ) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(7) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal dalam Naskah Dinas usulan
Penjualan BMN.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pendelegasian Kewenangan Dan Tanggung Jawab Tertentu Dari
Pengelola Barang Kepada Pengguna Barang;
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemindahtanganan BMN .
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan
(12) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang disetujui.
(13) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang disetujui.
(14) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai
Pengelolaan BMN .
(15) Diisi dengan Kan tor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang setempat.
(16) Diisi dengan jumlah nilai limit Penjualan yang disetujui.
(17) Diisi dengan dasar pertimbangan persetujuan besaran nilai limit,
antara lain:

1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 290 -
.
a Laporan Penilaian dari Tim Internal Penjualan dan Surat
Pernyataan Tanggung Jawab Nilai Limit dari Kuasa Pengguna
Barang; atau
b. Hasil Penelitian Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala
Biro Umum.
( 18) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani persetujuan Penjualan BMN sebagaimana diatur
dalam mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN
di lingkungan Kementerian Keuangan.
(19) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
persetujuan Penjualan BMN .

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 291 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Persetujuan Penjualan BMN Selain Tanah dan / atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Bukti
Kepemilikan Dengan Nilai Perolehan Sampai Dengan Rp 100.000 . 000 , 00 (Seratus Juta Rupiah )

Lampiran

-
Itf Nota Dinas Menteri Keuangan
Nomor : ... ( 1)
Tanggal : ... ( 2)

DAFTAR BARANG SELAIN TANAH DAN / ATAU BANGUNAN PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C. Q . ... ( 3 )
YANG DISETUJUI UNTUK DIJUAL

Nama Kode Merek / Tipe / Tahun Nilai


No NUP Kondisi Nilai Limit Keterangan
Barang Barang Identitas Perolehan Perolehan

( 4) ( 5) (6 ) ( 7) ( 8) (9 ) ( 10) ( 11) ( 12 ) ( 13)


1

2
Jumlah

a. n . Menteri Keuangan
. . . ( 14 )

(tanda tangan)
. . . (15 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 292 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(4) Diisi dengan nomor urut.
(5) Diisi dengan nama barang.
(6) Diisi dengan kode barang.
(7) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(8) Diisi dengan merk / tipe / identitas BMN .
(9 ) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(10) Diisi dengan tahun perolehan .
(11) Diisi dengan nilai perolehan.
(12 ) Diisi dengan besaran nilai limit penjualan .
(13) Diisi dengan informasi lain yang signifikan / informasi penting lainnya.
(14) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani persetujuan Penjualan BMN sebagaimana diatur
dalam mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN
di lingkungan Kementerian Keuangan.
(15) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
persetujuan Penjualan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 293 -
J . Nota Dinas Persetujuan Hibah BMN

*
NOTA DINAS
NOMOR ND- ... (1)

Yth . . . (2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... (3)
Lampiran ... ( 4)
Hal Persetujuan Hibah Barang Milik Negara Pada ... (5)
Tanggal . . . (6 )

Sehubungan dengan:
1. Nota Dinas Saudara Nomor ... (7 ) tanggal ... (7 ) hal ... (7 );
2 . Peraturan Menteri Keuangan .. . (8 )
3. Peraturan Menteri Keuangan ... (9 ) ; dan
4. dan memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan ... (10) ,
dengan ini diberitahukan bahwa usulan Hibah Barang Milik Negara ( BMN ) pada ... (5) berupa
... (11) dengan nilai perolehan sebesar Rp...,00 (... rupiah ) ... (12 ) kepada ... (13) , dengan
rincian sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran nota dinas ini untuk
digunakan .. . ( 14 ) , pada prinsipnya dapat disetujui .
Guna tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) , pelaksanaan Hibah
BMN tersebut memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1. Persetujuan Hibah BMN ini ditindaklanjuti dengan penandatanganan Naskah Hibah
antara Pengguna Barang dan Penerima Hibah paling lambat 2 (dua ) bulan sejak tanggal
surat persetujuan ini.
2 . Berdasarkan Naskah Hibah , Pengguna Barang melakukan serah terima BMN kepada
Penerima Hibah yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima ( BAST) BMN paling
lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal Naskah Hibah;
3. Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan paling lama 2 (dua ) bulan sejak tanggal BAST
BMN ditandatangani.
4 . Berdasarkan Keputusan Penghapusan , Kuasa Pengguna Barang menghapus BMN dari
Daftar Barang Pengguna / Kuasa Pengguna ( DBP / DBKP) .
5. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan Pemindahtanganan BMN yang
merupakan satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN kepada Pengelola Barang
c.q. ... (15) , Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan , dan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW paling lambat 1 (satu ) bulan kerja sejak Keputusan
Penghapusan ditetapkan , dengan melampirkan fotokopi Naskah Hibah , BAST, dan
Keputusan Penghapusan serta printout perubahan Daftar Barang Kuasa Pengguna.
6. Menyampaikan fotokopi / scan Berita Acara Serah Terima kepada Menteri Keuangan c.q.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko selaku Unit Akuntansi yang
mengelola hibah .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 294 -
7 . Kebenaran materiil atas jenis, jumlah, tahun, dan nilai BMN yang dihibahkan serta calon
Penerima Hibah tersebut menjadi tanggung jawab Kuasa Pengguna Barang.
8 . Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat persetujuan ini , maka akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya .
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

a.n. Menteri Keuangan


... ( 16 )

(tanda tangan)

. .. ( 17 )

Tembusan:
1 . Menteri Keuangan
2. Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan
3. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan

Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
( 2) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan unit organisasi / satuan
kerja yang mengusulkan pemindahtanganan .
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(7) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal naskah dinas permohonan
persetujuan Hibah BMN.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Pendelegasian Kewenangan Dan Tanggung Jawab Tertentu
Dari Pengelola Barang Kepada Pengguna Barang.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai pemindahtanganan BMN .
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(11) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang disetujui.
(12) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang disetujui.
(13) Diisi dengan Pihak Calon Penerima Hibah BMN yang disetujui.
(14) Diisi dengan Tujuan Penggunaan BMN yang dimohonkan untuk
dihibahkan kepada Calon Penerima Hibah.
(15) Diisi dengan Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
setempat.
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani persetujuan Hibah BMN sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 295 -
( 17) Diisidengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
persetujuan Hibah BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 296 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Persetujuan Hibah BMN

Lampiran
Nota Dinas Menteri Keuangan
$ Nomor : ... (1)
Tanggal : ... (2 )

DAFTAR BARANG SELAIN TANAH DAN / ATAU BANGUNAN PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C . Q . ... ( 3 )
YANG DISETUJUI UNTUK DIHIBAHKAN KEPADA ... ( 4)

Nama Kode Merek / Tipe / Tahun Nilai


No NUP Kondisi Alasan Hibah
Barang Barang Identitas Perolehan Perolehan

(5) (6 ) (7) (8) (9) ( 10) ( 11 ) ( 12 ) ( 13 )


1

2
Jumlah

a. n . Menteri Keuangan
. . . ( 14 )

(tanda tangan)
.. . ( 15 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 297 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
( 2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(4) Diisi dengan penerima Hibah BMN.
(5) Diisi dengan nomor unit.
(6) Diisi dengan nama barang.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan Nomor Unit Pendaftaran ( NUP) .
(9 ) Diisi dengan: merk / tipe / identitas BMN .
(10) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(11) Diisi dengan tahun perolehan .
(12 ) Diisi dengan nilai perolehan.
(13) Diisi dengan alasan atau tujuan dilakukan Hibah BMN .
(14) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani persetujuan Hibah BMN sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(15) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
persetujuan Hibah BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 298 -
K. Berita Acara Serah Terima

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

BERITA ACARA SERAH TERIMA


... ( 1 ) BARANG MILIK NEGARA
NOMOR BA - ( 2)

Pada hari ini, ... (3) tanggal ... (3) bulan ... (3) tahun ... (3) ( . ) (3) , kami yang bertanda
tangan di bawah ini:
1. Nama : ... (4 )
Jabatan : ... (5)
dalam hal ini bertindak ... (6) berdasarkan . .. (7) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA;
2. Nama : . . . (8 )
Jabatan : ... (9 )
dalam hal ini bertindak ... (10) berdasarkan ...(11) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
KEDUA,
bahwa berdasarkan ... (12 ) maka kedua belah pihak sepakat untuk melakukan serah terima
... (13), dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
PIHAK PERTAMA melakukan penyerahan ... (13) kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA
menerima penyerahan hak ... (13) dari PIHAK PERTAMA atas ... (14) dengan jumlah nilai
perolehan sebesar Rp..., 00 (... rupiah ) ( 15) .
Pasal 2
... (13) sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 digunakan oleh PIHAK KEDUA dalam rangka ...
( 16 ) .

Pasal 3
...(dan hal -hal lain yang dianggappenting untuk dimasukkan dalam mated berita acara serah
terima)...

Demikian Berita Acara Serah Terima ini dibuat dengan sebenarnya dalam rangkap 2 (dua)
dan ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal tersebut di atas untuk digunakan
sebagaimana mestinya.

Yang Menerima, Yang Menyerahkan ,

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


... (9) ... (5)

. . . ( 8) ... ( 4)

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 299 -
Petunjuk Pengisian:
(1 ) Diisi dengan bentuk Pemindahtanganan BMN, antara lain Penjualan ,
Hibah, atau Tukar Menukar
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan atau
penomoran Naskah Dinas unit organisasi, disesuaikan dengan
kewenangannya.
(3) isi dengan hari, tanggal, bulan , dan tahun serah terima dilaksanakan .
(4) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani berita
acara.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Berita Acara Serah Terima.
(6) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
Berita Acara Serah Terima.
Contoh:
a. untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan; atau
b. selaku Kuasa Pengguna Barang.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai:
a. pelimpahan kewenangan di Lingkungan Kementerian Keuangan ,
dalam hal penandatanganan dilakukan untuk dan atas nama
Menteri keuangan; atau
b. pelaksanaan pengelolaan BMN di Lingkungan Kementerian
Keuangan , dalam hal penandatanganan dilakukan selaku Kuasa
Pengguna Barang.
(8) Diisi dengan nama pihak kedua, antara lain:
a. pejabat yang berwenang menandatangani berita acara dari
Kementerian / Lembaga lain atau Pemerintah Daerah / Desa; atau
b. Pihak lain yang merupakan mitra tukar-menukar / penjualan / hibah .
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani berita acara dari Kementerian / Lembaga lain,
Pemerintah Daerah / Desa, atau pihak lainnya.
(10) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
berita acara.
(11 ) Diisi dengan dasar kewenangan yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA.
(12) Diisi dengan dokumen yang menjadi dasar adanya serah terima.
(13) Diisi dengan hal yang diserahterimakan .
(14) Diisi dengan objek yang diserahterimakan .
(15) Dalam hal jumlah BMN terlalu banyak untuk dideskripsikan satu
persatu dapat disusun dalam bentuk lampiran yang tidak terpisahkan
dari Berita Acara Serah Terima.
(16) Diisi dengan nilai perolehan objek yang diserahterimakan.
(17) Diisi dengan pertimbangan / alasan dilakukannya serah terima BMN.

u]
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 300 -
L. Naskah Hibah / Perjanjian Tukar Menukar

NASKAH HIBAH /
PERJANJIAN TUKAR MENUKAR *)
ANTARA
KEMENTERLAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DAN
... ( 1 )
TENTANG
. . . (2)
NOMOR ... (3)
NOMOR ...(3)

Pada hari ini, ... (4) tanggal ... (4) bulan ... (4) tahun ... (4 ) ... (4) bertempat di ... (5) ,
yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama . . . ( 6)

Jabatan ... ( 7)
Alamat ... ( 8)

dalam hal ini bertindak ... (9 ) berdasarkan ... (10) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA.
2. Nama ... (11)
Jabatan ... ( 12 )
Alamat ... 13)

dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama ... (14) berdasarkan ... (15) , yang selanjutnya
disebut sebagai PIHAK KEDUA.

Selanjutnya PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK.
Bahwa PARA PIHAK masing-masing bertindak dalam kedudukannya sebagaimana tersebut
di atas, terlebih dahulu menerangkan bahwa:
a. ... (16 )
b. .. . (16 )

Bahwa dalam membuat dan melaksanakan Perjanjian ini, PARA PIHAK memperhatikan dan
mendasarkan pada ketentuan dalam:
1. ... (17 );
2. ... (17 ) ;
3 . ... (17) .

PARA PIHAK setuju dan sepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu Perjanjian ... ( 2) yang
selanjutnya disebut Perjanjian, dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:

PASAL 1
OBJEK PERJANJIAN
PIHAK PERTAMA menyerahkan kepada PIHAK KEDUA , berupa . .. ( 18) dengan data
sebagaimana tercantum dalam lampiran Perjanjian ini.

PASAL 2
TUJUAN ATAU PERUNTUKAN
BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan PIHAK KEDUA sebagai ... (19 ) sesuai
ketentuan perundang-undangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 301 -

PASAL 3
HAK DAN KEWAJIBAN

( 1) PI HAK PERTAM A berhak:


. . . ( 20 )
(2 ) PI HAK PERTAMA wajib:
. . . ( 21 )
(3) PI HAK KEDUA berhak:
. . . ( 22 )
(4 ) PIHAK KEDUA wajib:
. .. ( 23)
PASAL ... ( 24)
... ( 25 )

PASAL ... ( 26 )
PENUTUP
Perjanjian ini mulai berlaku pada tanggal penandatanganannya, dan wajib ditindaklanjuti
dengan Berita Acara Serah Terima Barang Milik Negara antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA.

Demikian Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua ) yang masing- masing dibubuhi meterai
dan mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi masing-masing pihak. Dengan
membubuhkan tanda tangan di bawah ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah
membuat Perjanjian secara sah .

PIHAK KEDUA , PIHAK PERTAMA,

( tanda tangan ) (tanda tangan)

... ( 6) ... ( 11)

Petunjuk Pengisian :
*) pilih salah satu
(1 ) Diisi dengan Kementerian / Lembaga, Pemerintah Daerah / Desa, atau
pihak lain .
( 2 ) Diisi dengan nama perjanjian .
( 3) Diisi dengan penomoran sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
Kementerian / Lembaga, Pemerintah Daerah / Desa, atau pihak lain .
(4 ) Diisi dengan hari dan tanggal pembuatan perjanjian .
(5) Diisi dengan tempat penandatanganan perjanjian .
(6 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani perjanjian .
(7) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani perjanjian .
(8) Diisi dengan alamat satuan kerja .
(9 ) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
Berita Acara Serah Terima.

•I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 302 -
Contoh:
c. untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan , atau
d . selaku Kuasa Pengguna Barang.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai:
e. pelimpahan kewenangan di Lingkungan Kementerian Keuangan ,
dalam hal penandatanganan dilakukan untuk dan atas nama Menteri
keuangan, atau
f. pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan,
dalam hal penandatanganan dilakukan selaku Kuasa Pengguna
Barang.
(11 ) Diisi dengan nama pihak kedua, antara lain:
e. pejabat yang berwenang menandatangani berita acara dari
Kementerian / Lembaga lain atau Pemerintah Daerah / Desa; atau
f pihak lain yang merupakan penerima hibah / mitra tukar menukar.
.
(12) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani berita acara dari Kementerian / Lembaga lain,
Pemerintah Daerah / Desa, atau pihak lainnya.
(13) Diisi dengan alamat Kementerian / Lembaga lain , Pemerintah
Daerah / Desa, atau pihak lainnya.
(14) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
perjanjian .
(15) Diisi dengan dasar kewenangan yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA.
(16 ) Diisi dengan dasar pertimbangan dilaksanakannya perjanjian .
(17) Diisi dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku .
(18) Diisi dengan deskripsi BMN yang menjadi objek.
(19) Diisi dengan deskripsi tujuan dan peruntukan dari Hibah / Tukar
Menukar BMN oleh pihak kedua
(20) Diisi dengan hak PIHAK PERTAMA.
(21) Diisi dengan kewajiban PIHAK PERTAMA .
(22) Diisi dengan hak PIHAK KEDUA.
(23) Diisi dengan kewajiban PIHAK KEDUA.
(24) Diisi dengan nomor pasal dalam hal diperlukan pasal tambahan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 303 -
(25) Diisi dengan judul dan ketentuan yang akan diatur dalam hal diperlukan
ketentuan tambahan antara lain:

No Tukar
Uraian Hibah
Menukar
1 Penyelesaian Perselisihan V V
2 Sanksi V
3 Keadaan Memaksa ( kahar) 7 7
4 Dasar perjanjian 7 7
Klausul beralihnya tanggungjawab dan kewajiban
5 kepada pihak
penerima hibah V
6 Spesifikasi barang pengganti V
7 Pelaksanaan penilaian barang pengganti V
Klausul bahwa dok. kepemilikan barang pengganti
8
an Pemerintah RI V
9 Ketentuan apabila barang pengganti tidak sesuai V
(26) Diisi dengan nomor pasal terakhir.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 304 -
M . Laporan Pelaksanaan
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

LAPORAN
TENTANG . . . ( 1 )
NOMOR LAP- . . . (2)

A. Pendahuluan
( 3) .

B. Kegiatan Yang Dilaksanakan


. ( 4) .

C. Hasil Yang Dicapai


( 5) .

D . Simpulan dan Saran


. (6 ) .

E. Penutup
. (7 ) .

. . . ( 8)
... ( 9)

(tanda tangan)

... ( 10)

Petunjuk Pengisian:
(1 ) Diisi dengan judul laporan .
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Ruang Lingkup,
Dasar dari kegiatan / hal-hal yang dilaksanakan .
(4) Diisi dengan informasi mengenai pelaksanaan kegiatan ataupun progres
kegiatan pengelolaan BMN.
(5) Diisi dengan informasi mengenai hasil kegiatan yang dicapai.
(6) Diisi dengan kesimpulan dari kegiatan / hal-hal yang telah dilaksanakan
dan saran untuk perbaikan kedepannya.
(7) Diisi dengan kalimat penutup laporan.
(8) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan laporan .
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan satuan kerja.
(10) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani laporan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 305 -
BAB XI

PEMUSNAHAN BMN

A. Keputusan Pembentukan Tim Internal Pemusnahan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN ... (1)


SELAKU KUASA PENGGUNA BARANG
NOMOR KEP- ... ( 2 )

TENTANG
PEMBENTUKAN TIM INTERNAL PEMUSNAHAN BARANG MILIK NEGARA PADA
... (3)

... (1) ,
Menimbang a. bahwa pada ... (3) terdapat Barang Milik Negara dalam kondisi
rusak berat dan / atau sudah tidak dapat digunakan untuk
kegiatan operasional kantor, sehingga perlu dilakukan
Pemusnahan;
b. bahwa untuk melaksanakan Penghapusan Barang Milik
Negara melalui Pemusnahan , perlu dibentuk suatu Tim
Internal Pemusnahan Barang Milik Negara;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan ... (1)
tentang Pembentukan Tim Internal Pemusnahan Barang Milik
Negara pada ... (3) ;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4355);
2. Peraturan Pemerintah Nomor ... ( 4) ;

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (5);


4. Keputusan Menteri Keuangan ... (6) ;

5. Keputusan Menteri Keuangan ... (7) .


MEMUTUSKAN :
Menetapkan KEPUTUSAN ... (1) SELAKU KUASA PENGGUNA BARANG
TENTANG PEMBENTUKAN TIM PEMUSNAHAN BARANG MILIK
NEGARA PADA ... ( 3) .

PERTAMA : Membentuk Tim Internal Pemusnahan Barang Milik Negara pada ...
(3) dengan susunan keanggotaan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ... (1) .

r
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 306 -
KEDUA : Tim Pemusnahan Barang Milik Negara sebagaimana dalam Diktum
PERTAMA mempunyai tugas untuk:
1. menyiapkan data administratif BMN yang akan dimusnahkan ;
2. melakukan penelitian administratif , meliputi penelitian data dan
dokumen BMN;
3. melakukan penelitian fisik, untuk mencocokkan kesesuaian fisik
BMN yang akan dimusnahkan dengan data administratif;
4 . menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan
Pemusnahan BMN;
5. menyiapkan alasan dan pertimbangan dilakukannya
Pemusnahan BMN;
6. meiaksanakan Pemusnahan BMN ;
7. menyusun laporan pelaksanaan Pemusnahan BMN;
8. menyusun laporan Penghapusan BMN. jika diperlukan;
9. . .. (8)
KETIGA : Masa tugas Tim Internal Pemusnahan Barang Milik Negara adalah
sejak keputusan ini ditetapkan sampai ... (9) dan dapat
diperpanjang.
KEEMPAT : Keputusan ... (1) ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan .
Salinan Keputusan ... (1) ini disampaikan kepada:
1. Sektretaris Jenderal Kementerian Keuangan;
2. Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan;
3. ... ( 10);
4. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan;
5. Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang ...
( i i );
6. Anggota Tim Internal Pemusnahan Barang Milik Negara pada
... ( 3) .
Ditetapkan di ... ( 12 )
pada tanggal ... (13)
( 1),
. ..

(tanda tangan)
. .. ( 14 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 307 -
LAMPIRAN
KEPUTUSAN ... ( 1)
NOMOR ICEP- ... ( 2)
TENTANG PEMBENTUKAN TIM PEMUSNAHAN
BARANG MILIK NEGARA PADA ... ( 3)

SUSUNAN KEANGGOTAAN TIM INTERNAL PEMUSNAHAN BARANG MILIK NEGARA


PADA . .. (3)

NO. NAMA / NIP JABATAN KEDUDUKAN


DALAM TIM
1. Ketua
NIP
2. Sekretaris
NIP
3. Anggota
NIP
4. Anggota
NIP
5. Anggota
NIP

... ( 1) ,

(tanda tangan)

. .. ( 14)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 308 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Satuan Kerja yang
memiliki kewenangan untuk membentuk Tim Internal Pemusnahan .
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(4) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai
pengelolaan BMN .
(5) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemusnahan BMN.
(6) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan .
(8) Diisi dengan tugas Tim Internal Pemusnahan lainnya, jika ada dan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
(9 ) Diisi tanggal, bulan, dan tahun berakhirnya masa tugas Tim Internal
Pemusnahan.
(10) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang menjadi induk Satuan
Kerja yang menetapkan Tim Pemusnahan.
(11) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
sesuai wilayah kerja.
(12) Diisi dengan tempat penetapan keputusan Tim Internal Pemusnahan .
(13) Diisi dengan tanggal penetapan keputusan Tim Internal Pemusnahan.
(14) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menetapkan keputusan
Pembentukan Tim Internal Pemusnahan .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 309 -
B. Laporan Penelitian

Nomor : (diisi nomor laporan penelitian)

Tanggal : ... (diisi tanggal laporan penelitian )

LAPORAN PENELITIAN
TIM INTERNAL PEMUSNAHAN BMN
PADA ...
( diisi nama Satuan Kerja yang akan melakukan Pemusnahan )

TANGGAL PENELITIAN

(diisi tanggal terakhir pelaksanaan survei lapangan atas objek Pemusnahan


sebagaimana tercantum dalam Berita Acara Hasil Penelitian )

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


. .. (diisi nama Satuan Kerja yang akan melakukan Pemusnahan ) ...
.. . ( diisi nomor dan tanggal Surat Keputusan Pembentukan Tim) ...
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 310 -

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL

PENGANTAR

DAFTAR ISI

I. LATAR BELAKANG

A. DASAR PENUGASAN

B. TUJUAN PENELITIAN

C. TANGGAL SURVEI LAPANGAN

D. DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

I. SYARAT PENGUNGKAPAN / DISCLOSURE

II. PENELITIAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

B. HASIL PENELITIAN

III . SIMPULAN PENELITIAN

LAMPIRAN

I. Daftar Uraian BMN yang dilakukan penelitian


II. Berita Acara Survei Lapangan
III . Dokumen lainnya

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 311 -
I. LATAR BELAKANG

A. DASAR PENUGASAN

Tim Internal Pemusnahan yang selanjutnya disebut sebagai Tim, menjalankan


tugas berdasarkan Surat Keputusan . .. (diisi nomenklatur jabatan pimpinan Satuan
Kerjayang memberikan penugasan ) Nomor .. . (diisi nomor keputusan penetapanTim )
tanggal . . . (diisi tanggal keputusan penetapan Tim ) tentang ... ( diisi perihal keputusan
penetapan Tim ) . Pelaksanaan tugas Tim yang meliputi antara lain:
1. penyiapan dan penelitian data administrate atas BMN yang akan dimusnahkan;
dan
2. penyiapan dan penelitian fisik atas BMN yang akan dimusnahkan;
harus dituangkan ke dalam suatu Laporan Penelitian.
B. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian dilakukan melalui pencarian dan pengumpulan kelengkapan data


atas objek Pemusnahan , baik secara administratif maupun secara fisik melalui
penelitian lapangan dengan kemudian mencocokkan data administratif dan kondisi
objek Pemusnahan di lapangan untuk menghasilkan informasi kesesuaian objek
Pemusnahan terhadap rencana Pemusnahan.
C. TANGGAL SURVEI LAPANGAN
Survei atas objek Pemusnahan dilakukan pada tanggal ... (diisi dengan tanggal
survei lapangan mulai dilaksanakan ) sampai dengan tanggal ... (diisi dengan tanggal
terakhir survei lapangan ) sesuai Surat Tugas ... (diisi nomenklatur jabatan pimpinan
Satuan Kerja yang memberikan penugasan ) Nomor ... ( diisi nomor keputusan
penetapan Tim ) tanggal ... ( diisi tanggal keputusan penetapan Tim ) .
D. DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

... ( diisi deskripsi objek Pemusnahan yang dilakukan penelitian, dapat berupa
penjelasan deskriptif atau uraian atas semua hal terkait objek penelitian antara lain
mengenai perolehan , keterangan, dan keberadaan objek )
E. SYARAT PENGUNGKAPAN / DISCLOSURE

... (Tim mengungkapkan fakta dan informasi penting dan relevan terkait objek
Pemusnahan yang belum dituangkan dalam bagian- bagian sebelumnya, jika
diperlukan )

II . PENELITIAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN
... (diisi uraian mengenai pelaksanaan kegiatan penelitian )

B. HASIL PENELITIAN
... (diisi uraian mengenai hasil pelaksanaan kegiatan penelitian )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 312 -

III . SIMPULAN PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tim sebagaimana uraian
dimaksud pada laporan ini, Tim menyampaikan simpulan penelitian sebagai berikut:

... ( diisi dengan uraian simpulan hasil kegiatan penelitian)

TIM INTERNAL PEMUSNAHAN

NO NAMA / NIP TANDA TANGAN

1 2 3

1.

2.

3.

dst.

« /
An .<
, >

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 313 -

LAMPIRAN

I. Daftar Uraian objek Pemusnahan yang dilakukan penelitian


1 . Tabel uraian barang berupa Barang Milik Negara

Nama Kode Merek Tahun Nilai


No NUP Kondisi Keterangan
Barang Barang / Tipe Perolehan Perolehan

*telah
memenuhi
1
syarat
pemusnahan
2
3

JUMLAH

2. Tabel uraian barang berupa material bongkaran BMN

Kuantitas /
No Uraian Barang Satuan Keterangan
Volume

1 *telah memenuhi syarat pemusnahan


2
3

II. Berita Acara Survei Lapangan


III . Dokumen lainnya

4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 314 -
C . Berita Acara Hasil Penelitian

... ( i )
BERITA ACARA
HASIL PENELITIAN DAN PEMERIKSAAN BARANG MILIK NEGARA
YANG DIUSULKAN UNTUK DIMUSNAHKAN PADA . .. ( 2 )
NOMOR BA - ... ( 3)

Pada hari ini, ... (4 ) tanggal ... ( 4) bulan ... (4) tahun .. . (4 ) ... (4 ) , kami
selaku Tim Pemusnahan pada ... (2 ) yang bertanda tangan di bawah ini:

No Nama NIP Pangkat / Golongan Jabatan

1. ... / ... Ketua

2. ... / ... Sekretaris

3. ... / ... Anggota

4 dst.

telah melaksanakan penelitian dan pemeriksaan terhadap Barang Milik Negara pada . ..
(2) berdasarkan Keputusan ... (5) Nomor ... ( 6) sebagaimana daftar terlampir. Kami
menyatakan bahwa Barang Milik Negara tersebut telah memenuhi persyaratan
pemusnahan Barang Milik Negara sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 83/ PMK.06 / 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan
Penghapusan Barang Milik Negara, antara lain karena .. . (7) .
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh tanggung jawab
untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Dibuat di ... (8)

Mengetahui Tim Pemusnahan,

... (tanda tangan )

2 . . .. ... (tanda tangan )

3. ... ... (tanda tangan)

... (9) 4. dst

«I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 315 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(4) Diisi dengan tanggal hari terakhir pelaksanaan penelitian terhadap
objek Pemusnahan .
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Satuan Kerja yang
menetapkan keputusan pembentukan Tim Internal Pemusnahan.
(6) Diisi dengan dengan nomor, tanggal, dan perihal keputusan
pembentukan Tim Pemusnahan.
(7) Diisi dengan alasan / pertimbangan dilaksanakannya Pemusnahan.
(8) Diisi dengan tempat pembuatan berita acara.
(9) Diisi dengan nama pejabat / pegawai yang mendampingi pelaksanaan
survei.

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 316 -
D . Nota Dinas Usulan Pemusnahan BMN dari Kuasa Pengguna Barang ke
Pengguna Barang

. .. ( l )

NOTA DINAS
NOMOR ND- ... (2 )

Yth ... (3)


Dari ... ( 4)
Sifat ... (5)
Lampiran . . . ( 6)
Hal Permohonan Pemusnahan Barang Milik Negara Pada ... (7)
Tanggal . . . ( 8)

Sehubungan dengan hal di atas:


1. berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (9 );
2. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor . .. (10);
3. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor . .. (11) ,
bersama ini kami sampaikan permohonan Pemusnahan BMN pada ... (7) berupa ... ( 12 )
dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp... , 00 (... rupiah ) ... (13) karena ... (14) , dengan
rincian sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran nota dinas ini.
Sebagai bahan pertimbangan, terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai
berikut:
1 ( 15 ) ;
2 ( 15); dan
3 ( 15) .
Atas perhatian dan kerja sama Bapak / Ibu / Saudara, kami ucapkan terima kasih.

(tanda tangan)

... ( 16 )

Tembusan :
1 . Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
2. ... ( 17 )
3. ... ( 17 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 317 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tujuan nota dinas:
a. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW,
dalam hal pihak yang menyampaikan usulan adalah Satuan Kerja;
atau
b. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan, dalam hal yang
menyampaikan usulan adalah Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW.
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani
usulan .
(5) Diisi dengan sifat nota dinas.
(6) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(7) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Pemusnahan BMN .
( 10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(12) Diisi dengan jenis dan luas / kuantitas BMN.
Contoh:
c. “sebagian Tanah dan/ atau Bangunan seluas 6m2 (enam meter
persegi)” ]
-
d. “2 (dua) unit Sepeda Motor”,
e. dst.
(13) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang diusulkan untuk
dimusnahkan.
(14) Diisi dengan pertimbangan / alasan dilakukan Pemusnahan BMN;
(15) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan .
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .
(17) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 318 -

Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Usulan Pemusnahan BMN dari Kuasa Pengguna Barang ke Pengguna Barang

Lampiran Nota Dinas ... (1)


Nomor : . .. ( 2 )
Tanggal : ... ( 3)

DAFTAR BARANG BERUPA ... ( 4) PADA ... ( 5 ) YANG DIUSULKAN UNTUK DIMUSNAHKAN

Lokasi /
Nama Kode Merek / Tipe Dokumen Tahun Nilai
No Barang Barang NUP / Identitas Kepemilikan Kondisi Perolehan Perolehan Keterangan
(6 ) ( 7) (8) (9 ) ( 10) ( 11) ( 12 ) ( 1 3) (14 ) ( 15)
1
2
3
JUMLAH

(tanda tangan)

. . . ( 16 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 319 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani usulan.
( 2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tanggal nota dinas.
( 4) Diisi dengan:
a. Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan nama barang.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(10) Diisi dengan:
a. lokasi BMN , untuk BMN berupa Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN, untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan.
(11) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan, untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan .
(12 ) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(13) Diisi dengan tahun perolehan.
(14) Diisi dengan nilai perolehan .
(15) Diisi dengan informasi penting lainnya.
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 320 -
E. Nota Dinas Usulan Pemusnahan Bongkaran BMN dari Kuasa Pengguna
Barang ke Pengguna Barang

- ( 1)

NOTA DINAS
NOMOR ND-... / • • • / • • (2 )

Yth ... (3)


Dari ... ( 4)
Sifat ... (5)
Lampiran . . . ( 6)
Hal Permohonan Pemusnahan Bongkaran Barang Milik
Negara Pada ... (7)
Tanggal . . . (8)

Sehubungan dengan hal di atas:


1. berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (9 );
2. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... ( 10);
3. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (11) ,
bersama ini kami sampaikan permohonan Pemusnahan bongkaran Barang Milik Negara
(BMN ) pada ... (7) berupa material hasil bongkaran BMN karena ... (12 ) , dengan rincian
sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran nota dinas ini.
Sebagai bahan pertimbangan , terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai
berikut:
1 ( 13);
2 ( 13); dan
3 ( 13) .
Atas perhatian dan kerja sama Bapak / Ibu / Saudara, kami ucapkan terima kasih .

( tanda tangan )

... ( 14 )

Tembusan :
1. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
2. ... ( 15)
3. ... ( 15)

ti
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 321 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tujuan nota dinas:
a. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW ,
dalam hal pihak yang menyampaikan usulan adalah Satuan Kerja;
atau
b. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan , dalam hal yang
menyampaikan usulan adalah Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani
usulan .
(5) Diisi dengan sifat nota dinas.
(6) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(7) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Pemusnahan BMN .
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(12) Diisi dengan pertimbangan / alasan perlu dilakukan Pemusnahan;
(13) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan.
(14) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait.

H
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 322 -

Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Usulan Pemusnahan Bongkaran BMN dari Kuasa Pengguna Barang ke Pengguna Barang

Lampiran Nota Dinas ... (1)


Nomor : ... ( 2 )
Tanggal : .. . (3)

DAFTAR BONGKARAN BARANG MILIK NEGARA HASIL PERBAIKAN ( RENOVASI / REHABILITASI / RESTORASI )
PADA ... ( 4 ) YANG DIUSULKAN UNTUK DIMUSNAHKAN

No Uraian Barang Kuantitas / Volume Satuan Keterangan


(5) (6) (7) ( 8) (9)
1

(tanda tangan)

... ( 10)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 323 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani
usulan.
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(4) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan uraian material bongkaran BMN, seperti: kaca, kayu , besi
pagar, dst.
(7) Diisi dengan jumlah kuantitas atau volume barang.
(8) Diisi dengan jenis satuan barang.
(9 ) Diisi dengan informasi penting lainnya.
( 10) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .

•j
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 324 -
F Nota Dinas Usulan Pemusnahan dari Pengguna Barang ke Pengelola Barang
.

NOTA DINAS
NOMOR ND -... (1)

Yth . . . (2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... ( 3)
Lampiran ... (4 )
Hal Permohonan Pemusnahan Barang Milik Negara Pada
Kementerian Keuangan c.q. ... (5)
Tanggal . . . (6 )

Sehubungan dengan hal di atas:


1. berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (7);
2 . melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (8) ;
3. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... ( 9) ,
bersama ini kami sampaikan permohonan Pemusnahan BMN berupa ... (10) dengan
jumlah nilai perolehan sebesar Rp...,00 (... rupiah ) ... (11) pada Kementerian Keuangan
c. q. ... ( 5) , dengan rincian sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran
nota dinas ini.
Sebagai bahan pertimbangan, terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai
berikut:
1 . . . . ( 12 ) ;
2. ... (12 ) ; dan
3. ... (12 ) .
Atas perhatian dan kerja sama Bapak / Ibu / Saudara, kami ucapkan terima kasih.

a.n. Menteri Keuangan


... ( 13)

(tanda tangan)

... ( 14 )

Tembusan :
1. ... ( 15)
2. ... (16 )
3. ... (16 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 325 -
Petunjuk pengisian:
( 1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
( 2 ) Diisi dengan tujuan nota dinas, dalam hal ini kepada Dirjen Kekayaan
Negara / Direktur PKNSI / Kepala Kanwil DJKN / Kepala KPKNL, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan dalam bentuk mandat
kepada pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Pemusnahan BMN .
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(9 ) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(10) Diisi dengan jenis dan luas / kuantitas BMN.
Contoh:
a. “sebagian Tanah dan/ atau Bangunan seluas 6m2 (enam meter
persegi)”\
b. “2 (dua) unit Sepeda Motor”;
c. dst.
(11) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang diusulkan untuk
dimusnahkan.
(12) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan Pemusnahan
BMN.
(13) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan
pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(14) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Sekretariat Unit Eselon
I / Sekretariat LNSW / Biro Umum yang membawahi Satuan Kerja
terkait.
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait.

4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 326 -

Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Usulan Pemusnahan Dari Pengguna Barang ke Pengelola Barang

Lampiran
Nota Dinas Menteri Keuangan
9 Nomor : ... (1)
.
Tanggal : .. ( 2 )

DAFTAR BARANG BERUPA ... ( 3 ) PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C. Q . ... ( 4) YANG DIUSULKAN UNTUK DIMUSNAHKAN

Lokasi /
Nama Kode Merek / Tipe Dokumen Tahun Nilai
No Barang Barang NUP / Identitas Kepemilikan Kondisi Perolehan Perolehan Keterangan
(5) (6) ( 7) ( 8) ( 9) ( 10) ( 11) ( 12 ) (13) ( 14 )
1
2
3
JUMLAH

a. n . Menteri Keuangan
... (15)

(tanda tangan)

. . . ( 16 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 327 -
Petunjuk Pengisian
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2 ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan .
( 4) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nama barang.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP).
(9) Diisi dengan:
a. lokasi BMN , untuk BMN berupa Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan .
(10) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan , untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan.
(11) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(12) Diisi dengan tahun perolehan.
(13) Diisi dengan nilai perolehan.
(14) Diisi dengan informasi penting lainnya, seperti alasan dilakukannya
Pemusnahan .
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan
pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan .
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 328 -
G. Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN

... ( l )

SURAT KETERANGAN
PENGHENTIAN PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA
PADA ... (2 )
NOMOR: ... (3)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama ... ( 4)
NIP ... (5)
Jabatan . .. ( 6)

dengan ini menerangkan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim
Internal Pemusnahan yang dibentuk melalui Keputusan . .. (6 ) Nomor ... (7 ) , Barang
Milik Negara sebagaimana rincian terlampir dihentikan karena ... (8) .

Selanjutnya, memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (9) ,


maka Barang Milik Negara dimaksud perlu dipindahkan ke dalam aset yang dihentikan
penggunaannya dari operasional pemerintah .

• •* ? . . . ( 10)

(tanda tangan)

... ( 4)

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 329 -
Petunjuk pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(4) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan Penghentian Penggunaan BMN .
(5) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan Penghentian Penggunaan BMN .
(6) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN .
(7) Diisi dengan nomor, tanggal dan hal dari keputusan pembentukan
Tim Internal Pemusnahan .
(8) Diisi dengan alasan penghentian penggunaan .
Contoh: “kondisi rusak berat dan tidak ekonomis apabila diperbaiki”.
(9) Diisi dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225 / PMK.05 / 2019
tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat, beserta perubahan
atau penggantinya.
(10) Diisi dengan tempat dan tanggal pembuatan Surat Keterangan
Penghentian Penggunaan BMN.

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 330 -
H . Surat Pernyataan

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN
NOMOR: ... (1 )

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama . . . (2 )
NIP ... (3)
Jabatan . .. (4 )
dengan ini menyatakan bahwa ... (5)

Demikian pernyataan ini kami buat dengan keadaan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

.. . ( 6)

(tanda tangan)

Petunjuk pengisian:
(1 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan.
( 3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(4 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan .
( 5) Diisi dengan materi pernyataan , sesuai kebutuhan .
(6 ) Diisi dengan tempat dan tanggal pembuatan Surat Pernyataan .

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 331 -
I . Berita Acara Pemusnahan

... ( l )

BERITA ACARA
PEMUSNAHAN BARANG MILIK NEGARA
PADA ... ( 2 )
NOMOR BA - ... (3)
Pada hari ini, ... ( 4) tanggal ... ( 4) bulan .. . ( 4) tahun ) ... (4) , kami selaku
Tim Internal Pemusnahan pada ... (2 ) yang bertanda tangan di bawah ini:

No Nama NIP Pangkat / Golongan Jabatan

1. ... / ... Ketua

2. .. . / . . . Sekretaris

3. ... / ... Anggota

4 dst.

telah melaksanakan pemusnahan Barang Milik Negara dengan cara ... (5) pada . . . (2)
berdasarkan surat persetujuan ... (6) Nomor ... (7) sebagaimana daftar terlampir. Kami
menyatakan bahwa Barang Milik Negara tersebut telah memenuhi persyaratan
penghapusan Barang Milik Negara sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor ... (8) , karena telah dimusnahkan dengan cara ... (5) sehingga tindak
lanjut berikutnya adalah dihapuskan.
Demikian Berita Acara Pemusnahan ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh
tanggung jawab untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Dibuat di . ..
Mengetahui Tim Pemusnahan ,
1 . ... ... (tanda tangan)
2 . . .. ... (tanda tangan )
3. ... ... (tanda tangan)
... (9 ) 4 . dst

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 332 -
Petunjuk Pengisian :
(1 ) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(4) Diisi dengan nama hari dan tanggal pelaksanaan pemusnahan objek
Pemusnahan.
(5) Diisi dengan metode Pemusnahan .
(6) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang menerbitkan surat
persetujuan Pemusnahan.
(7) Diisi dengan nomor dan tanggal surat persetujuan Pemusnahan.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Pemusnahan BMN .
(9) Diisi dengan nama pejabat / pegawai yang mendampingi pelaksanaan
Pemusnahan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 333 -
J . Laporan Pelaksanaan Pemusnahan

... ( l )

LAPORAN
PELAKSANAAN PEMUSNAHAN BARANG MILIK NEGARA
PADA . . . (2 )
NOMOR LAP- ... (3 )

A. Pendahuhian
(4 )

B . Kegiatan Yang Dilaksanakan


( 5)

C. Hasil Yang Dicapai


(6 )

D. Simpulan dan Saran


( 7)

E. Penutup
(8)

.. . , ... (9)
... ( 10)
selaku Kuasa Pengguna Barang,

(tanda tangan )

... ( 11)

Petunjuk Pengisian:
(1 ) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
( 3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(4 ) Diisi dengan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan , Ruang Lingkup,
dan Dasar dari pelaksanaan kegiatan .
( 5) Diisi dengan informasi mengenai pelaksanaan Pemusnahan BMN .
(6 ) Diisi dengan informasi mengenai hasil kegiatan yang dicapai.
y
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 334 -
(7) Diisi dengan kesimpulan dari kegiatan / hal-hal yang telah
dilaksanakan dan saran untuk perbaikan kedepannya.
(8) Diisi dengan penutup.
(9) Diisi dengan tempat dan tanggal pembuatan laporan.
(10) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani laporan.
(11 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani laporan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 335 -
K. Persetujuan Pemusnahan BMN

*
NOTA DINAS
NOMORND- ... (1)
Yth . . . ( 2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... (3)
Lampiran ... ( 4 )
Hal Persetujuan Pemusnahan Barang Milik Negara pada ... (5)
Tanggal . . . (6)

Sehubungan dengan:
1. surat Saudara Nomor ... (7) ;
2. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (8) ; dan
3. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (9) ,
dengan ini diberitahukan bahwausulan Pemusnahan Barang Milik Negara (BMN) berupa ... (10) denganjumlah nilai
perolehan sebesar Rp...,00 (...rupiah) ... (11) pada ... (5) sebagaimana tercantum dalam lampiran persetujuan ini,
pada prinsipnya dapat disetujui.
Guna tertib administrasi pengelolaan BMN, pelaksanaan Pemusnahan BMN tersebut agar berpedoman
pada:
1. Peraturan Pemerintah Nomor ... (12) ; dan
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (13) ,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pemusnahan BMN tidak mengganggu tugas operasional ... (5);
2. Pemusnahan BMN dilaksanakan paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkannya surat persetujuan ini
dan dituangkan dalam Berita Acara Pemusnahan.
3. Persetujuan ini segera ditindaklanjuti dengan Penghapusan BMN dari Daltar Barang Kuasa Pengguna
berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang ditetapkan paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal Berita
Acara Pemusnahan.
4. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Pemusnahan BMN yang merupakan satu
kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN kepada Pengelola Barang c.q. ... (14) dan ... (15) paling lambat 1
(satu ) bulan sejak Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan dengan melampirkan Keputusan Penghapusan dan
Berita Acara Pemusnahan.
5. Kebenaran materiil atas jenis, jumlah, tahun , dan nilai BMN yang dimusnahkan tersebut menjadi tanggung
jawab Kuasa Pengguna Barang.
6. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat persetujuan ini, maka akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

a. n. Menteri Keuangan
... (15)
(tanda tangan)

... ( 16)
Tembusan :
1. Menteri Keuangan
2 . Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
3. ... ( 14 )

Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
( 2 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja yang mengusulkan Pemusnahan .
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4) Diisi denganjumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan tanggal nota dinas.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 336 -
(7) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal Nota Dinas usulan
Pemusnahan BMN yang disampaikan oleh Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(10) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang disetujui untuk
dimusnahkan.
Contoh:
a. “13 (tiga belas) unit Peralatan Komputer
b. “130 (seratus tiga puluh) unit Alat Kantor dan Rumah Tangga”;
c. dst.
(11) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN.
(12 ) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai
pengelolaan BMN .
(13) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Pemusnahan BMN.
(14) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang terkait.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menerbitkan surat persetujuan Pemusnahan BMN.
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menerbitkan persetujuan
Pemusnahan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 337 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Persetujuan Pemusnahan BMN

Lampiran
Nota Dinas Menteri Keuangan
& Nomor : ... (1)
Tanggal : ... ( 2 )

DAFTAR BARANG BERUPA ... ( 3 ) PADA ... ( 4 ) YANG DISETUJUI UNTUK DIMUSNAHKAN

Nama Kode Lokasi / Merek / Tipe / Tahun Nilai


No Barang Barang NUP Identitas Kondisi Perolehan Jumlah Perolehan Keterangan
(5) (6) (7) ( 8) (9) ( 10 ) ( 11) ( 12 ) ( 13) ( 14)

2
3
Jumlah

a. n. Menteri Keuangan
.. . ( 15)

(tanda tangan)
. .. (16 )

H)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 338 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan jenis BMN:
a. “ Persediaan” ;
b. “ Aset Tetap Lainnyoatau
c. “ Selain Tanah dan/ atau Bangunan” ;
( 4) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nama barang.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(9) Diisi dengan:
a. lokasi BMN , untuk BMN berupa Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN, untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan .
(10) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(11) Diisi dengan tahun perolehan.
(12) Diisi dengan jumlah .
(13) Diisi dengan nilai perolehan.
(14) Diisi dengan keterangan lainnya, seperti: alasan dilakukan
Pemusnahan BMN.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menerbitkan surat persetujuan Pemusnahan BMN .
( 16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menerbitkan persetujuan
Pemusnahan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 339 -
L Persetujuan Pemusnahan Bongkaran BMN
.

%
NOTA DINAS
NOMOR ND- ... ( 1)

Yth : . . . (2 )
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... (3)
Lampiran ... (4 )
Hal Persetujuan Pemusnahan Bongkaran Barang Milik Negara pada ... (5)
Tanggal . . . (6 )

Sehubungan dengan:
1. surat Saudara Nomor ... (7);
2 . melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (8); dan
3. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (9) ,
dengan ini diberitahukan bahwa usulan Pemusnahan bongkaran BMN pada ... (5) sebagaimana
tercantum dalam lampiran persetujuan ini, pada prinsipnya dapat disetujui.

Guna tertib administrasi pengelolaan BMN, pelaksanaan Pemusnahan BMN tersebut agar
berpedoman pada:
1. Peraturan Pemerintah Nomor ... (10) ; dan
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (11) ,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pemusnahan dilaksanakan paling lambat 1 (satu ) bulan sejak tanggal diterbitkannya surat
persetujuan ini dan dituangkan dalam Berita Acara Pemusnahan.
2. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Pemusnahan kepada Pengelola
Barang c.q. . .. (12) dan (13) paling lambat 1 (satu ) bulan sejak tanggal Berita Acara
Pemusnahan dengan melampirkan Berita Acara Pemusnahan .
3. Kebenaran materiil atas jenis dan jumlah material yang dimusnahkan menjadi tanggung jawab
Kuasa Pengguna Barang.
4. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat persetujuan ini, maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

a. n. Menteri Keuangan
... ( 13)

(tanda tangan )

... (14 )

Tembusan:
1 . Menteri Keuangan
2. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
3. ... ( 12)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 340 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan Kerja
yang mengusulkan Pemusnahan.
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
( 4) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(7) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal nota dinas usulan Pemusnahan
BMN yang disampaikan oleh Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan .
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai
pengelolaan BMN.
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemusnahan BMN
(12 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang terkait.
(13) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menerbitkan
surat persetujuan Pemusnahan BMN.
(14) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menerbitkan
surat persetujuan Pemusnahan BMN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 341 -

Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Persetujuan Pemusnahan Bongkaran

Lampiran
Lv Nota Dinas Menteri Keuangan
Nomor : ... (1)
Tanggal : ... ( 2)

DAFTAR BONGKARAN BARANG MILIK NEGARA HASIL PERBAIKAN ( RENOVASI / REHABILITASI / RESTORASI )
PADA ... ( 3 ) YANG DISETUJUI UNTUK DIMUSNAHKAN

No Uraian Barang Kuan titas / Volume Satuan Keterangan


(4) ( 5) ( 6) ( 7) (8)
1
2
Jumlah

a. n . Menteri Keuangan
... (9)
(tanda tangan)

. . . ( 10)

HJ
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 342 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(4) Diisi dengan nomor urut.
(5) Diisi dengan uraian material bongkaran , seperti: kaca, kayu, besi
pagar, dst.
(6) Diisi dengan kuantitas atau volume barang.
(7) Diisi dengan jenis satuan material, seperti meter, meter persegi
persegi, liter, dst.
(8) Diisi dengan informasi penting lainnya.
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menerbitkan surat persetujuan Pemusnahan BMN .
(10) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menerbitkan persetujuan
Pemusnahan BMN .

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 343 -
M . Nota Dinas Penyampaian Persetujuan Pemusnahan BMN

... ( l )

NOTA DINAS
NOMOR ND- ... ( 2 )

Yth ... (3)


Dari Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
Sifat ... (4)
Lampiran ... (5)
Hal Penyampaian Persetujuan Pemusnahan Barang Milik
Negara Pada Kementerian Keuangan c. q. ... (6)
Tanggal ... ( 7)

Sehubungan dengan Nota Dinas ... (8) Nomor ... (9 ) , bersama ini kami dapat kami
sampaikan hal-hal sebagai berikut:
1 . Melalui Nota Dinas tersebut disampaikan persetujuan Pemusnahan Barang Milik
Negara ( BMN ) pada ... (6 ) berupa ... (10) dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp
...,00 (... rupiah) ... (11) sebagai tindak lanjut dari permohonan Kepala Biro
Manajemen BMN dan Pengadaan melalui Nota Dinas Nomor ... (12) .
2. Adapun Pemusnahan BMN tersebut dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Persetujuan ini segera ditindaklanjuti dengan pelaksanaan Pemusnahan yang
dituangkan ke dalam Berita Acara Pemusnahan.
b . Saudara / i segera menyampaikan Berita Acara Pemusnahan kepada .. . (13) untuk
diterbitkan Keputusan Penghapusan BMN paling lama 1 (satu ) bulan sejak
tanggal persetujuan Pemusnahan BMN .
c. Selanjutnya, Saudara / i menyampaikan laporan Pemusnahan yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN kepada Pengelola Barang c. q.
... ( 14) dan Pengguna Barang paling lama 1 (satu ) bulan sejak tanggal penetapan
Keputusan Penghapusan BMN .
Demikian kami sampaikan. Atas perhatian dan kerja sama Saudara / i, kami
ucapkan terima kasih.

(tanda tangan )

... ( 15)

Tembusan :
1 . ... ( 13)
2. ... (14 )

Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Satuan Kerja yang
mengajukan usulan Pemusnahan BMN .
(4) Diisi dengan sifat nota dinas.
( 5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja.

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 344 -
(7) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(8) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani
surat persetujuan Pemusnahan dari Pengelola Barang.
(9) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal Nota Dinas persetujuan
Pemusnahan dari Pengelola Barang.
(10) Diisi dengan jenis dan keterangan BMN yang disetujui untuk
dimusnahkan berdasarkan persetujuan dari Pengelola Barang.
(11) Diisi dengan jumlah nilai perolehan berdasarkan surat persetujuan
dari Pengelola Barang.
(12) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal Nota Dinas permohonan
persetujuan Pemusnahan BMN dari Pengguna Barang.
(13) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang berwenang untuk
menerbitkan Keputusan Penghapusan BMN.
(14) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menerbitkan surat persetujuan Pemusnahan BMN.
(15) Diisi dengan nama pejabat yang menandatangani Nota Dinas
Penyampaian Persetujuan Pemusnahan BMN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 345 -
BAB XII

PENGHAPUSAN BMN

A . Keputusan Pembentukan Tim Internal Penghapusan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN . . . ( 1)
SELAKU KUASA PENGGUNA BARANG
NOMOR KEP- ... ( 2 )

TENTANG
PEMBENTUKAN TIM INTERNAL PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA PADA
... (3)

. . . ( 1 ),

Menimbang a. bahwa pada ... (3) terdapat Barang Milik Negara (BMN ) dalam
kondisi rusak berat dan / atau sudah tidak dapat digunakan
untuk kegiatan operasional kantor, sehingga perlu dilakukan
Penghapusan;
b. bahwa untuk melaksanakan Penghapusan BMN, perlu
dibentuk suatu Tim Internal Penghapusan BMN;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam hurufa dan huruf b , perlu menetapkan Keputusan ... (1)
tentang Pembentukan Tim Internal Penghapusan Barang Milik
Negara pada ... (3);
Mengingat 1. Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4355);
2. Peraturan Pemerintah Nomor ... ( 4) ;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (5);
4. Keputusan Menteri Keuangan . . . (6) ;
5. Keputusan Menteri Keuangan ... ( 7) .

MEMUTUSKAN :
Menetapkan KEPUTUSAN ... (1) SELAKU KUASA PENGGUNA BARANG
TENTANG PEMBENTUKAN TIM INTERNAL PENGHAPUSAN
BARANG MILIK NEGARA PADA . . . ( 3) .

i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 346 -

PERTAMA : Membentuk Tim Internal Penghapusan Barang Milik Negara pada


... (3) dengan susunan keanggotaan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ... (1) .
KEDUA : Tim Internal Penghapusan Barang Milik Negara sebagaimana dalam
Diktum PERTAMA mempunyai tugas untuk:
1. menyiapkan data administratif BMN yang akan dihapuskan;
2. melakukan penelitian administratif;
3. menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan
Penghapusan BMN;
4. menyiapkan alasan dan pertimbangan dilakukannya
Penghapusan BMN;
5. menyusun laporan Penghapusan BMN;
6 . . . . ( 8)
KETIGA : Masa tugas Tim Internal Penghapusan Barang Milik Negara adalah
sejak keputusan ini ditetapkan sampai dengan tanggal ... (9) dan
dapat diperpanjang.
KEEMPAT : Keputusan ... (1) ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan .
Salinan Keputusan ... (1) ini disampaikan kepada:
1. Sektretaris Jenderal Kementerian Keuangan;
2. Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan;
3. ... ( 10 ) ;
4. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan,
Kementerian Keuangan;
5. Kepala Kan tor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
. . . ( 11) ;
6. Anggota Tim Penghapusan Barang Milik Negara pada ... (1) .

Ditetapkan di ... ( 12 )
pada tanggal ... (13)

... (1) ,

(tanda tangan )

... (14 )

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 347 -
LAMPIRAN
KEPUTUSAN ... (1)
NOMOR KEP- ... ( 2)
TENTANG PEMBENTUKAN TIM INTERNAL
PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA
PADA ... (3)

SUSUNAN KEANGGOTAAN TIM INTERNAL PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA


PADA ... (3)

NO. NAM A / NIP JABATAN KEDUDUKAN


DALAM TIM
1. Ketua
NIP
2. Sekretaris
NIP
3. Anggota
NIP
4. Anggota
NIP
5. Anggota
NIP

... ( 1),

(tanda tangan)

... ( 14)

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 348 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Satuan Kerja yang
memiliki kewenangan untuk membentuk Tim Internal Penghapusan .
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(4) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai
pengelolaan BMN.
(5) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Penghapusan BMN.
(6) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(8) Diisi dengan tugas dari Tim Internal Penghapusan lainnya, jika ada
dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan .
(9) Diisi tanggal, bulan, dan tahun berakhirnya masa tugas Tim Internal
Penghapusan.
(10) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang menjadi induk Satuan
Kerja yang menetapkan Tim Penghapusan.
(11) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
sesuai wilayah kerja.
(12 ) Diisi dengan tempat penetapan keputusan Tim Internal Penghapusan.
(13) Diisi dengan tanggal penetapan keputusan Tim Internal Penghapusan .
(14) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menetapkan keputusan
Pembentukan Tim Internal Penghapusan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 349 -
B. Berita Acara Hasil Penelitian

BERITA ACARA
PENELITIAN DAN PEMERIKSAAN BARANG MILIK NEGARA
YANG DIUSULKAN UNTUK DIHAPUSKAN PADA ... ( 2 )
NOMOR BA - .. . (3)

Pada hari ini, ... (4) tanggal .. . ( 4) bulan ... (4 ) tahun ... (4 ) ... (4) , kami
selaku Tim Internal Penghapusan pada ... ( 2) yang bertanda tangan di bawah ini:

No Nama NIP Pangkat / Golongan Jabatan

1. ... / ... Ketua

2. ... / ... Sekretaris

3. ... /... Anggota

4 dst.

telah melaksanakan penelitian dan pemeriksaan terhadap Barang Milik Negara pada . . .
(2) berdasarkan Keputusan ... (5) Nomor ... (6) sebagaimana daftar terlampir. Kami
menyatakan bahwa Barang Milik Negara tersebut telah memenuhi persyaratan
penghapusan Barang Milik Negara sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 83/ PMK.06 / 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan
Penghapusan Barang Milik Negara, antara lain karena ... (7) .
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh tanggung jawab
untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Dibuat di ... (8)


Mengetahui Tim Penghapusan,
1 . . .. ... (tanda tangan )
2. ... ... (tanda tangan)
3. ... ... (tanda tangan )
... (9) 4. dst

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 350 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(4) Diisi dengan tanggal hari terakhir pelaksanaan penelitian dan
pemeriksaan terhadap objek Penghapusan.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Satuan Kerja yang
menetapkan keputusan pembentukan Tim Internal Penghapusan .
(6) Diisi dengan dengan nomor, tanggal, dan perihal keputusan
pembentukan Tim Penghapusan.
(7) Diisi dengan alasan / pertimbangan dilaksanakannya Penghapusan.
(8) Diisi dengan tempat pembuatan berita acara.
(9 ) Diisi dengan nama pejabat / pegawai yang mendampingi pelaksanaan
survei.

if
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 351 -
C. Nota Dinas Usulan Penghapusan dari Kuasa Pengguna Barang ke Pengguna
Barang

... ( l )

NOTA DINAS
NOMOR ND- .. . (2 )

Yth . . . (3)
Dari ... ( 4)
Sifat ... ( 5)
Lampiran . . . ( 6)
, Hal Permohonan Penghapusan Barang Milik Negara Pada ... (7)
Tanggal . . . ( 8)

Sehubungan dengan hal di atas:


1. berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (9 );
2. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (10 );
3. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (11) ,
bersama ini kami sampaikan permohonan Penghapusan BMN berupa ... (12 ) dengan
jumlah nilai perolehan sebesar Rp... , 00 (... rupiah ) ... (13) pada ... (7) karena ... (14) ,
dengan rincian sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran nota dinas
ini.
Sebagai bahan pertimbangan , terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai
berikut:
1. ( 15);
2 (15); dan
3 ( 15) .
Atas perhatian dan kerja sama Bapak / Ibu / Saudara, kami ucapkan terima kasih.

(tanda tangan)

... ( 16 )

Tembusan :
1. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
2. ... ( 17 )
3. ... ( 17 )

f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 352 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tujuan nota dinas:
a. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW ,
dalam hal pihak yang menyampaikan usulan adalah Satuan Kerja;
atau
b. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan , dalam hal yang
menyampaikan usulan adalah Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani
usulan.
(5) Diisi dengan sifat nota dinas.
(6) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(7) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(9 ) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penghapusan BMN .
( 10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(12) Diisi dengan jenis dan luas / kuantitas BMN.
Contoh:
a. “sebagian Tanah dan/ atau Bangunan seluas 6m2 (enam meter
persegi )”;
b. “2 (dud) unit Sepeda Motor”]
c . dst.
(13) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN.
(14) Diisi dengan pertimbangan / alasan dilakukan Penghapusan BMN .
(15) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan .
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
(17) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 353 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Usulan Penghapusan BMN

Lampiran Nota Dinas ... (1)


Nomor : ... ( 2 )
Tanggal : ... (3)

DAFTAR BARANG BERUPA ... ( 4) PADA . . . ( 5 ) YANG DIUSULKAN UNTUK DIHAPUSKAN

Lokasi /
Nama Kode Merek / Tipe Dokumen Tahun Nilai
No Barang Barang NUP / Identitas Kepemilikan Kondisi Perolehan Perolehan Keterangan
M ill M. M ( 10) (i i) ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15 )
1
2
3
JUMLAH

(tanda tangan)

... ( 16 )

HJ
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 354 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani usulan .
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(4) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan .
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan nama barang.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
( 10) Diisi dengan:
a. lokasi BMN , untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan .
(11) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan , untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan.
(12) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(13) Diisi dengan tahun perolehan.
(14) Diisi dengan nilai perolehan.
(15) Diisi dengan informasi penting lainnya.
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 355 -
D . Nota Dinas Usulan Penghapusan dari Pengguna Barang ke Pengelola Barang

NOTA DINAS
NOMOR ND- ... (1)

Yth . . . ( 2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... (3)
Lampiran ... ( 4)
Hal Permohonan Penghapusan Barang Milik Negara Pada
Kementerian Keuangan c.q. ... (5) Karena ... (6)
Tanggal ... (7)

Sehubungan dengan hal di atas:


1. berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (8);
2 . melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (9) ;
3. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... ( 10) ,
bersama ini kami sampaikan permohonan Penghapusan BMN berupa ... (11) dengan
jumlah nilai perolehan sebesar Rp...,00 (... rupiah) ... (12 ) pada Kementerian Keuangan
c.q. ... (5), dengan rincian sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran
nota dinas ini.
Sebagai bahan pertimbangan , terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai
berikut:
1. (13);
2. (13) ; dan
3. (13) .
Atas perhatian dan kerja sama Bapak / Ibu / Saudara, kami ucapkan terima kasih .

a.n. Menteri Keuangan


... ( 14 )

(tanda tangan )

... ( 15)
Tembusan :
1. ... ( 16 )
2. ... ( 17)
3. ... (17)

/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 356 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan tujuan nota dinas, dalam hal ini kepada Diijen Kekayaan
Negara/ Direktur PKNSI / Kepala Kanwil DJKN / Kepala KPKNL, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pelimpahan
kewenangan Menteri Keuangan dalam bentuk mandat kepada pejabat di
lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Satuan Keija
(6) Diisi dengan jenis Penghapusan:
a “ Sebab-sebab Loin Yang Merupakan Sebab-sebab Secara Normal Dopat
Diperkirakan Wajar Menjadi Penyebab PenghapusanL
b. “Adanya Putusan Pengadilan Yang Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap dan
TldakAda Upaya Hukum Lainnyd’
c. “ Melaksanjakan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan!’
( ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
7
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang menjadi
dasar Penghapusan BMN.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementeiian Keuangan.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementeiian Keuangan.
(11) Diisi dengan jenis dan luas/ kuantitas BMN.
Contoh:
a. “sebagian Tanah dan/ atau Bangunan setuas 6m2 (enam meterpersegi)”;
-
b. “2 (dua) unit Sepeda Motor”,
c. dst.
(12) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN.
(13) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan.
(14) Diisi dengan nomenMatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementeiian Keuangan.
(15) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Sekretariat Unit Eselon
I / Sekretariat LNSW/ Biro Umum yang membawahi Satuan Keija terkait
(17) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi/ Satuan Keija
terkait.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 357 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Usulan Penghapusan Dari Pengguna Barang ke Pengelola Barang

Lampiran
Nota Dinas Menteri Keuangan
& .
Nomor : . . (1)
1? Tanggal : . . . (1)

DAFTAR BARANG BERUPA ... ( 3 )


PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C. Q. . . . ( 4 ) YANG DIUSULKAN UNTUK DIHAPUSKAN

Nama Kode Lokasi / Merek / Dokumen Luas / Tahun Nilai


No Barang Barang NUP Tipe / Identitas Kepemilikan Jumlah Kondisi Perolehan Perolehan Keterangan
151 1Z1 M 121 ( 10) (ID ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15)
1

JUMLAH

a. n . Menteri Keuangan
. . . ( 16 )

(tanda tangan)
. . . ( 17 )

cj
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 358 -
Petunjuk Pengisian
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. Selain Tanah dan / atau Bangunan .
( 4) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nama barang.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(9) Diisi dengan:
a. lokasi BMN , untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN berupa selain Tanah
dan / atau Bangunan .
(10) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan, untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan.
(11) Diisi dengan:
a. luas dalam m2 (meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah atau
Bangunan; atau
b. jumlah, untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan.
(12) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(13) Diisi dengan tahun perolehan.
(14) Diisi dengan nilai perolehan.
(15) Diisi dengan informasi penting lainnya, seperti jenis Penghapusan dan
alasan dilakukannya Penghapusan .
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan
pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(17) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.

J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 359 -
E . Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN

... ( l )

SURAT KETERANGAN
PENGHENTIAN PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA
PADA . .. (2 )
NOMOR : ... (3)
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama ... ( 4)
NIP ... ( 5)
Jabatan ... ( 6)

dengan ini menerangkan bahwa berdasarkan penelitian fisik yang dilakukan oleh Tim
Internal Penghapusan yang dibentuk melalui Keputusan ... (6 ) Nomor ... (7) , Barang
Milik Negara sebagaimana rincian terlampir dihentikan karena ... (8) .

Selanjutnya, memenuhi ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (9) ,


maka Barang Milik Negara dimaksud perlu dipindahkan ke dalam aset yang dihen tikan
penggunaannya dari operasional pemerintah.

. . . , . . . ( 10)

(tanda tangan)

. . . (4 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 360 -
Petunjuk pengisian :
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
( 4) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan Penghentian Penggunaan BMN.
(5) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan Penghentian Penggunaan BMN.
(6) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN.
(7) Diisi dengan nomor, tanggal dan hal dari keputusan pembentukan
Tim Internal Penghapusan .
(8) Diisi dengan alasan penghentian penggunaan .
Contoh: “hilang dan tidak dapat ditemukan”.
(9 ) Diisi dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225 / PMK.05 / 2019
tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat, beserta perubahan
atau penggantinya.
(10) Diisi dengan tempat dan tanggal pembuatan Surat Keterangan
Penghentian Penggunaan BMN
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 361 -
F. Surat Pernyataan

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT PERNYATAAN
NOMOR . . . ( 1 )

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama . . . ( 2)
NIP . . . (3)
Jabatan . . . (4)
dengan ini menyatakan bahwa . . . (5)
Demikian pernyataan ini kami buat dengan keadaan sebenamya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

. .. , . . . (6)

(tanda tangan)

... (2)

Petunjuk pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan .
(5) Diisi dengan materi pernyataan, sesuai kebutuhan.
(6 ) Diisi dengan tempat dan tanggal pembuatan Surat Pernyataan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 362 -
G. Laporan Penghapusan

... ( l )

LAPORAN
PELAKSANAAN PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA
PADA ... ( 2 )
NOMOR LAP- . .. ( 3 )

A. Pendahuluan
( 4)

B. Kegiatan Yang Dilaksanakan


( 5)

C . Hasil Yang Dicapai


(6)

D. Simpulan dan Saran


(7 )

E . Penutup
(8)

.. ., ... (9 )
... ( 10 )
Selaku Kuasa Pengguna Barang

( tanda tangan )

... ( 11)

Petunjuk Pengisian:
(1 ) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
( 3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(4) Diisi dengan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan , Ruang Lingkup,
dan Dasar dari pelaksanaan kegiatan .
( 5) Diisi dengan informasi mengenai Penghapusan BMN .
(6) Diisi dengan informasi mengenai hasil kegiatan yang dicapai.
U
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 363 -
(7) Diisi dengan kesimpulan dari kegiatan / hal-hal yang telah
dilaksanakan dan saran untuk perbaikan kedepannya.
(8) Diisi dengan penutup.
(9) Diisi dengan tempat dan tanggal pembuatan laporan.
(10) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani laporan.
(11) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani laporan.

1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 364 -
H . Persetujuan Penghapusan BMN

%
NOTA DINAS
NOMOR ND- ... (1)
Yth . . . (2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat .. . (3)
Lampiran ... ( 4)
Hal Persetujuan Penghapusan Barang Milik Negara pada ... (5)
Tanggal . . . (6 )

Sehubungan dengan:
1. Nota Dinas Saudara Nomor ... (7); dan
2 . melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (8);
3. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (9) ,
dengan ini diberitahukan bahwa usulan Penghapusan Barang Milik Negara (BMN ) berupa
... (10) dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp..., 00 (... rupiah) ... (11) pada ... (5)
sebagaimana tercantum dalam lampiran persetujuan ini, pada prinsipnya dapat
disetujui.
Guna tertib administrasi pengelolaan BMN , pelaksanaan Penghapusan BMN
tersebut agar berpedoman pada:
1. Peraturan Pemerintah Nomor ... ( 12 ); dan
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (13) ,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Persetujuan ini segera ditindaklanjuti dengan Penghapusan BMN dari Daftar Barang
Kuasa Pengguna berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang ditetapkan paling
lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal surat persetujuan ini ditetapkan .
2 . Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Penghapusan BMN
kepada Pengelola Barang c.q. ... (14) dan ... ( 15) paling lambat 1 (satu ) bulan sejak
Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan dengan melampirkan Keputusan
Penghapusan BMN.
3. Apabila di kemudian hari ditemukan bukti bahwa Penghapusan BMN dimaksud
diakibatkan adanya unsur kelalaian dan / atau kesengajaan dari pihak pengurus
dan / atau penanggung jawab BMN tersebut, maka tidak menutup kemungkinan
kepada yang bersangkutan akan dikenakan sanksi Tuntutan Ganti Rugi dan / atau
pidana sesuai ketentuan yang berlaku .
4. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat persetujuan ini, maka akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 365 -
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.

a. n. Menteri Keuangan
... (15)
( tanda tangan)

... (16 )

Tembusan:
1 . Menteri Keuangan
2. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
3. ... ( 14 )

¥
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 366 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja yang mengusulkan Penghapusan.
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
( 4) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(7) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal nota dinas usulan
Penghapusan BMN yang diajukan oleh Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(10) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang disetujui untuk
dihapuskan.
Contoh:
a. “13 (tiga belas) unit Peralatan Komputer
b. “130 (seratus tiga puluh) unit Alat Kantor dan Rumah Tangga
c. dst.
(11) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN.
(12) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai
pengelolaan BMN.
(13) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Pemusnahan BMN .
(14 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang terkait.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menerbitkan surat persetujuan Pemusnahan BMN.
( 16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menerbitkan persetujuan
Penghapusan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 367 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Persetujuan Penghapusan BMN

Lampiran
L4* Nota Dinas Menteri Keuangan
m Nomor : ... ( 1)
Tanggal : ... ( 2)

DAFTAR BARANG BERUPA ... ( 3 ) PADA KEMENTERLAN KEUANGAN C. Q . . . . ( 4) YANG DISETUJUI UNTUK DIHAPUSKAN

Nama Kode Merek / Tipe Tahun Nilai


No Barang Barang NUP / Identitas Kondisi Perolehan Jumlah Perolehan Keterangan
iZi M IZi 121 ( 101 ( i i) ( 12 ) ( 13) ( 14)

2
3
JUMLAH

a. n . Menteri Keuangan
... (15)
(tanda tangan)

.. . ( 16)

'"S'
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 368 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
( 2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan jenis BMN:
a. “ Persediaan” ;
b. “ Aset Tetap Lainnyd
c. “ Aset Tak Berwujud” ; atau
d . “ Selain Tanah dan/ atau Bangunan
(4) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nama barang.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) , untuk BMN selain
Persediaan.
(9 ) Diisi dengan merk / tipe / identitas BMN, untuk BMN selain Persediaan .
(10) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
( 11) Diisi dengan tahun perolehan .
(12) Diisi dengan jumlah .
(13) Diisi dengan nilai perolehan .
(14) Diisi dengan keterangan lainnya, seperti jenis dan alasan dilakukan
Penghapusan BMN.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menerbitkan surat persetujuan Penghapusan BMN.
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menerbitkan persetujuan
Penghapusan BMN .

Z
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 369 -
I . Nota Dinas Penyampaian Persetujuan Penghapusan BMN

... ( l )

NOTA DINAS
NOMOR ND- .. . (2 )

Yth ... ( 3)
Dari Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
Sifat ... ( 4)
Lampiran . .. (5)
Hal Penyampaian Persetujuan Penghapusan Barang Milik
Negara Pada Kementerian Keuangan c.q. ... (6 )
Tanggal ... (7)

Sehubungan dengan surat ... (8) Nomor .. . ( 9) , bersama ini dapat kami sampaikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Melalu surat tersebut disampaikan persetujuan Penghapusan Barang Milik Negara
( BMN ) pada ... (6 ) berupa ... (10) dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp... , 00
(... rupiah ) ... ( 11) sebagai tindak lanjut atas permohonan dari Kepala Biro Manajemen
BMN dan Pengadaan melalui Nota Dinas Nomor ... (12 ).
2. Adapun Penghapusan BMN tersebut dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Persetujuan ini segera Saudara tindaklanjuti dengan menerbitkan Keputusan
Penghapusan BMN paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal persetujuan ;
b. Saudara menyampaikan Keputusan Penghapusan BMN dimaksud kepada ...
( 13) paling lambat 5 (lima ) hari setelah Keputusan Penghapusan BMN
ditetapkan .
c. melakukan Penghapusan BMN dari Daftar Barang Kuasa Pengguna Barang
paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan .
d . Selanjutnya, Saudara menyampaikan laporan pelaksanaan Penghapusan BMN
kepada Pengelola Barang c.q. ... (14) dan Kepala Biro Manajemen BMN dan
Pengadaan dengan melampirkan Keputusan Penghapusan BMN dan printout
Register Transaksi Harian Penghapusan paling lama 1 (satu ) bulan sejak
Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan.
Demikian kami sampaikan . Atas perhatian dan kerja sama Saudara kami
ucapkan terima kasih.

(tanda tangan )

... ( 15)

Tembusan :
1 . ... ( 13)
2. ... (14 )

l/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 370 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Satuan Kerja yang
mengajukan usulan Penghapusan BMN .
( 4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(7) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(8) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani
surat persetujuan Penghapusan dari Pengelola Barang.
(9) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal Nota Dinas persetujuan
Penghapusan dari Pengelola Barang
(10) Diisi dengan jenis dan keterangan BMN yang disetujui untuk
dihapuskan berdasarkan surat persetujuan dari Pengelola Barang.
(11) Diisi dengan jumlah nilai perolehan berdasarkan surat persetujuan
dari Pengelola Barang.
(12 ) Diisi dengan nomor dan tanggal Nota Dinas permohonan persetujuan
Penghapusan BMN dari Pengguna Barang.
(13) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang berwenang untuk
menerbitkan Keputusan Penghapusan BMN.
(14) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menerbitkan surat persetujuan Penghapusan BMN .
(15) Diisi dengan nama pejabat yang menandatangani Nota Dinas
Penyampaian Persetujuan Penghapusan BMN.
(16) Diisi dengan nama jabatan pejabat yang menerbitkan persetujuan
Penghapusan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 371 -
J . Keputusan Penghapusan BMN

$
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN

NOMOR . .. (1 )

TENTANG

PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA PADA ... (2 )

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan ... (3) Nomor ... (4 ) dinyatakan bahwa Barang Milik
Negara (BMN ) berupa ... (5) dengan nilai perolehan sebesar Rp... , 00
(... rupiah) . .. (6 ) pada ... (2) telah memenuhi persyaratan Penghapusan
BMN karena BMN ... (7) .
b. bahwa ... (8) melalui Nota Dinas Nomor ... (9) , mengusulkan
Penghapusan BMN tersebut dari Daftar Barang . .. (2) ;
c. bahwa ... (10) melalui surat Nomor ... (11) , pada prinsipnya telah
menyetujui Penghapusan BMN tersebut;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c, serta dalam rangka melaksanakan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (12 ) dan Nomor . . . (13) , perlu
menetapkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Penghapusan
Barang Milik Negara Pada ... (2 ) .

Mengingat 1. Peraturan Pemerintah Nomor ... (14) ;


2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (15) ;
3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... ( 12) ;
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (13) ;

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 372 -

MEMUTUSKAN:

Menetapkan KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENGHAPUSAN BARANG


MILIK NEGARA PADA ... ( 2 ) .
PERTAMA Menghapuskan Barang Milik Negara berupa ... (5) dengan nilai perolehan
sebesar Rp...,00 (.. . rupiah ) ... (6 ) dengan rincian sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri Keuangan ini.
KEDUA Penghapusan Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud pada Diktum
PERTAMA dilaksanakan oleh ... (8) .
ICETIGA ... (8) menyampaikan laporan pelaksanaan Penghapusan Barang Milik
Negara dilampiri dengan fotokopi Keputusan Penghapusan Barang Milik
Negara, dan cetakan perubahan Daftar Barang Kuasa Pengguna, kepada:
1. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan,
Kementerian Keuangan;
2 . .. . ( 16 ); dan
3. Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang ... (17) .
KEEMPAT Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Salinan Keputusan Menteri Keuangan ini disampaikan kepada:
1. Menteri Keuangan Republik Indonesia;
2. Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan;
3. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan,
Kementerian Keuangan;
4. Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang . .. ( 17) ;

Ditetapkan di . . . (18)
Pada tanggal ... (19)
a. n . Menteri Keuangan
. . . ( 20 ) ,

( tanda tangan )

... ( 21 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 373 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan judul dokumen yang menjadi dasar pengajuan
Keputusan Penghapusan , antara lain dokumen seperti Berita Acara
Hasil Penelitian , salinan putusan pengadilan, Berita Acara Serah
Terima, dst.
(4) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal dokumen yang menjadi dasar
pengajuan Keputusan Penghapusan , antara lain dokumen seperti
Berita Acara Hasil Penelitian, salinan putusan pengadilan , Berita
Acara Serah Terima, dst.
(5) Diisi dengan jumlah dan jenis BMN yang akan ditetapkan untuk
dihapuskan .
Contoh:
“13 (tiga belas) unit Peralatan dan Mesin”.
(6) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN .
(7) Diisi dengan alasan Penghapusan BMN .
Contoh:
" hilang" atau " force majeure" .
(8) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
mengajukan usulan Penghapusan BMN.
(9) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal usulan Penghapusan BMN.
(10) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menerbitkan persetujuan Penghapusan BMN .
(11) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal persetujuan Penghapusan
BMN .
(12) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(13) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(14) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai
pengelolaan BMN .
(15) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Penghapusan BMN .
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang menjadi induk Satuan
Kerja yang mengajukan usulan Penghapusan BMN .
(17) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
sesuai wilayah kerja.
(18) Diisi dengan tempat penetapan keputusan Penghapusan BMN.
(19) Diisi dengan tanggal penetapan keputusan Penghapusan BMN.
(20) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang menjadi induk Satuan
Kerja yang berwenang menetapkan keputusan Penghapusan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 374 -
( 21) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menetapkan keputusan
Penghapusan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 375 -

Lampiran Daftar Barang Nota Keputusan Penghapusan BMN

LAM PI RAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR . . . (1)
TENTANG PENGHAPUSAN MILIK NEGARA
PADA .. . ( 2 )

DAFTAR BARANG MILIK NEGARA YANG DIHAPUSKAN


DARI DAFTAR BARANG ... ( 2 )

Nama Kode Tahun Nilai Alasan


No Barang Barang NUP Lokasi / Merek / Tipe / Identitas Perolehan Perolehan Penghapusan Keterangan
(3) (4) (5) (6 ) (7) (8) (9) ( 10) ( 1 1)
1.
2.

Jumlah

a . n . Menteri Keuangan
. . . ( 12 ) ,

( tanda
tangan)

. . . ( 13 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 376 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan nomor unit.
( 4) Diisi dengan nama barang.
(5) Diisi dengan kode barang.
(6) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(7) Diisi dengan:
a. lokasi BMN, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan
(8) Diisi dengan tahun perolehan .
(9) Diisi dengan nilai perolehan .
( 10) Diisi dengan alasan / pertimbangan Penghapusan BMN .
(11) Diisi dengan keterangan penting lainnya.
(12) Diisi dengan nama jabatan pimpinan Sekretariat Unit Eselon
I / Sekretariat LNSW / Biro Umum yang berwenang menerbitkan
Keputusan Penghapusan BMN .
(13) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
keputusan Penghapusan BMN .

1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 377 -
BAB XIII
PENATAUSAHAAN BMN

Surat Keterangan KPB terkait hasil pemutakhiran data BMN pada SIMAN

KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI

SURAT KETERANGAN

PEMUTAKHIRAN DATA BARANG MILIK NEGARA PADA APLIKASI SIMAN

PADA . . . ( 1 )
NOMOR: . .. (2 )

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama ... (3)


NIP ... (4 )
Jabatan ... (5)

dengan ini menyatakan bahwa data BMN pada aplikasi SIMAN sudah dimutakhirkan sesuai dengan
keadaan terkini.

Demikian keterangan ini kami buat sesuai dengan keadaan sebenamya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

... , . . . (6 )

(tanda tangan)

... (3)

Petunjuk pengisian:
(1) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan nama pimpinan Unit Organisasi / Satuan Kerja terkait
(4) Diisi dengan NIP pimpinan Unit Organisasi / Satuan Kerja terkait.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan Kerja
terkait.
(6) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Keterangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 378 -

BAB XIV
BAB PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BMN

1. Surat Keterangan KPB sebagai dasar transaksi koreksi perubahan


nilai / kuantitas tanah .

... (1)

SURAT KETERANGAN

KOREKSI PERUBAHAN NILAI / KUANTITAS BARANG MILIK NEGARA

PADA ... (2 )
NOMOR: ... (3)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama ... ( 4)
NIP ... ( 5)
Jabatan . . . ( 6)

dengan ini menerangkan bahwa berdasarkan ... (7) atas nama ... (8) dan ... (9 ) dilakukan perubahan
nilai / kuantitas atas Barang Milik Negara dengan rincian sebagai berikut :

Kuantitas
Kode Nama Nilai Nilai Kuantitas
No NUP Pada Dokumen Keterangan
Barang Barang Awal Seharusnya Awal Kepemilikan
( 10) ( 11) ( 12 ) (13) ( 14) (15) ( 16) (17) ( 18)

Demikian keterangan ini kami buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

•* •7 ... (19 )

( tanda tangan )

... ( 4)

4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 379 -
Petunjuk pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi
( 4) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
(5) Diisi dengan NIP nama pejabat yang berwenang menandatangani
(6) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani
( 7) Diisi dengan jenis dan nomor bukti kepemilikan.
(8) Diisi dengan nama pemilik aset pada bukti kepemilikan.
(9) Diisi dengan
a) nomor dan tanggal Nota Dinas Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW yang berisi arahan terkait koreksi
kuantitas / luasan tanah; atau
b) Nomor dan tanggal hasil audit / review dari APIP.
(10) Diisi dengan no urut
(11) Diisi dengan kode barang
(12) Diisi dengan nama barang
(13) Diisi dengan NUP
(14) Diisi dengan nilai buku BMN sebelum dilakukan koreksi
(15) Diisi dengan nilai buku BMN setelah dilakukan koreksi
(16) Diisi dengan kuantitas awal BMN sebelum dilakukan koreksi
(17) Diisi dengan kuantitas pada dokumen kepemilikan
(18) Diisi dengan informasi pen ting lainnya
(19 ) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan Surat
Keterangan .

f7
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 380 -
2 . Laporan Pengawasan dan Pengendalian BMN

LAPORAN PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BMN


TAHUN ANGGARAN

Kode KPB / Satker : .. . ( 2 ) ...


Nama KPB / Satker : ... (3) ...

A . PENGGUNAAN BMN
Keputusan Keputusan / Persetujuan Penggunaan BMN oleh Pihak Lain
Penetapan Status dari
Luas Dipergunakan
Tanah / Penggunaan Pengelola Barang
Kode Uraian Dokumen Sendiri untuk Terindikasi
Sengketa
No NUP Tugas dan Idle
Barang Barang Kepemilikan Bangunan Nomor Instansi Nomor Instansi
( m 2) Fungsi Jenis Pihak Lain yang
dan yang Penggunaan
dan yang PNBP
Menggunakan
Tanggal Menerbitkan Tanggal Menerbitkan
( 4) ( 5) (6) ( 7) ( 8) (9) ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15) ( 16 ) ( 17) ( 18) ( 19)
00) ( 11 )

V
0*
% A &
'
" ter '

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 381 -

B. PEMANFAATAN BMN

Surat Persetujuan Pemanfaatan Perjanjian Jangka Waktu


Luas dari Penerimaan Negara / PNBP
Pemanfaatan Pemanfaatan
Kode Uraian Tanah / Bentuk Pengelola Barang
No NUP
Barang Barang Bangunan Pemanfaatan Nomor
Jangka Instansi yang Nomor NTPN dan Tanggal
( m2 ) dan dan Mitra Nilai Mulai Berakhir
Waktu Menerbitkan Setor
Tanggal Tanggal

ill M. 131 141 1§1 M m M ( 10 ) ( 11) ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15)

C. PEMINDAHTANGANAN BMN

Luas Surat Persetujuan / Keputusan Penerimaan Negara / PNBP


Kode Uraian Bentuk Pemindahtanganan
NUP
Tanah /
No Barang
Barang Bangunan Pemindahtanganan Nomor dan Mitra / Instansi yang
( m2) Nilai NTPN dan Tanggal Setor
Tanggal Penerima Menerbitkan
(1) (2) (3) (4) (5) (6 ) (7) (8) (9) ( 10 ) ( 11)

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 382 -

D . PEMUSNAHAN BMN

Uraian Luas Berita Acara Pemusnahan


Kode Tanah / Surat Persetujuan Pemusnahan
No Barang NUP Laporan Pemusnahan
Barang Bangunan Instansi yang
( m 2) Nomor dan Tanggal Nomor Tanggal
Menerbitkan

( 1) ( 2) (3) (4) (5) (6 ) (7) (8) (9) ( 10)

E . PENGHAPUSAN BMN
Luas Keputusan Penghapusan
Kode Uraian Tanah / Surat Persetujuan Penghapusan
No Barang NUP Laporan Penghapusan
Barang Bangunan Instansi yang
( m2) Nomor dan Tanggal Nomor Tanggal
Menerbitkan
( 1) (2) (3) (4) (5) (6 ) (7) ( 8) (9) ( 10 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 383 -
F. LAPORAN HASIL PENERTIBAN

Kode Uraian Dasar Bentuk Penertiban Tindak Lanjut Hasil Pemantauan dan
No NUP Penertiban
Barang Barang Penertiban
Penggunaan Pemanfaatan Pemindahtanganan Pemusnahan Penghapusan

M 1Z1 181 ( 9) ( 10 ) ( ID
ill 12 ) 131 141 151

( 12 )

Kepala ... ( 13)


Selaku Kuasa Pengguna Barang

( 14 )

NIP ( 15)

J
(
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 384 -
Petunjuk Pengisian Tabel A. Penggunaan BMN:
(1) Diisi periode pengawasan dan pengendalian , misalnya pelaksanaan
pengawasan dan pengendalian Tahun Anggaran 2020 yang dilaporkan
pada Tahun Anggaran 2021, maka diisi dengan Tahun Anggaran 2020.
(2 ) Diisi kode satuan kerja (satker) yang melaporkan .
(3) Diisi nama satker yang melaporkan .
(4) Diisi nomor urut.
(5) Diisi kode barang. Yang dilaporkan adalah khusus untuk BMN berupa
tanah dan / atau bangunan , dan BMN selain tanah dan / atau bangunan
yang memiliki bukti kepemilikan (seperti sepeda motor, mobil, kapal,
dan pesawat terbang) , baik yang sudah ada penetapan status
penggunaannya maupun yang belum ditetapkan status
penggunaannya.
(6) Diisi uraian barang.
(7) Diisi nomor urut pendaftaran barang.
(8) Diisi jenis dokumen dan nomor dokumen kepemilikan , misalnya:
a. untuk tanah Sertipikat Hak Pakai (SHP) Nomor xxx tanggal xxx a.n
xxxxx;
b. untuk bangunan diisi dengan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) , jika ada;
c. untuk sepeda motor dan mobil Nomor Bukti Pemilik Kendaraan
Bermotor (BPKB) xxx Nomor Polisi xxx.
(9) Diisi luas tanah / bangunan.
(10) Diisi nomor dan tanggal Keputusan Penetapan Status Penggunaan
BMN, apabila sudah ditetapkan status penggunaannya.
(11) Diisi instansi yang menerbitkan Keputusan Penetapan Status
Penggunaan BMN dari Pengelola Barang. Untuk keputusan dari
Pengelola Barang dirincikan instansi penerbitnya: KPKNL / Kanwil
DJKN / Kantor Pusat DJKN .
(12) Diisi "Ya" atau "Tidak" .
a. Diisi "Ya" , untuk BMN yang digunakan untuk tugas dan fungsi.
b. Diisi "Tidak" , dalam hal BMN tersebut tidak digunakan untuk tugas
dan fungsi.
(13) Diisi "Ya" atau "Tidak" .
a. Diisi "Ya" , untuk BMN yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan
tugas dan fungsi, atau BMN yang digunakan tetapi tidak sesuai
dengan tugas dan fungsi sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan di bidang BMN Idle .
b. Diisi "Tidak" untuk BMN yang digunakan untuk tugas dan fungsi.
(14) Diisi BMN yang Dioperasikan Oleh Pihak Lain atau Penggunaan Sementara.
(15) Diisi nomor dan tanggal Keputusan / Persetujuan.
(16) Diisi Instansi yang menerbitkan Keputusan / Persetujuan dari Pengelola
Barang: KPKNL / Kanwil DJKN / Kantor Pusat DJKN .
(17) Diisi nama pihak lain yang menggunakan atau mengoperasionalkan.
(18) Diisi nilai PNBP dari BMN yang Dioperasionalkan Oleh Pihak Lain , jika ada.
(19) Hanya diisi sengketa yang sudah dalam proses berperkara di pengadilan.
Diisi nomor register perkara.

V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 385 -

Petunjuk Pengisian Tabel B. Pemanfaatan BMN:


(1) Diisi nomor urut.
(2 ) Diisi kode barang.
(3) Diisi uraian barang.
(4) Diisi nomor urut pendaftaran barang.
(5) Diisi luas tanah / bangunan yang dimanfaatkan.
(6) Diisi bentuk Pemanfaatan: Sewa / Pinjam Pakai / Kerja Sama
Pemanfaatan (KSP) / Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur
(KSPI ) / Bangun Guna Serah (BGS) atau Bangun Serah Guna (BSG) .
(7) Diisi nomor dan tanggal surat persetujuan Pemanfaatan BMN dari
Pengelola Barang.
(8) Diisi jangka waktu Pemanfaatan BMN .
(9) Diisi instansi yang menerbitkan surat persetujuan Pemanfaatan BMN :
KPKNL / Kanwil DJKN / Kantor Pusat DJKN .
(10) Diisi nomor dan tanggal perjanjian Pemanfaatan BMN .
(11) Diisi nama mitra Pemanfaatan BMN .
(12 ) Diisi nilai PNBP yang disetor.
(13) Diisi Nomor Tanda Penerimaan Negara ( NTPN) dan tanggal setor. Untuk
Kuasa Pengguna Barang yang berada di luar negeri, bukti setor
disesuaikan.
(14) Diisi tanggal mulainya Pemanfaatan sesuai perjanjian Pemanfaatan.
(15) Diisi tanggal berakhirnya Pemanfaatan sesuai perjanjian Pemanfaatan .

Petunjuk Pengisian Tabel C. Pemindahtanganan BMN:


(1) Diisi nomor urut.
(2) Diisi kode barang.
(3) Diisi uraian barang.
(4) Diisi nomor urut pendaftaran barang.
(5) Diisi luas tanah / bangunan yang dipindah tangankan .
(6) Diisi bentuk Pemindah tanganan: Penjualan / TukarMenukar / Hibah /
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat ( PMPP) .
(7) Diisi nomor dan tanggal surat persetujuan Pemindahtanganan BMN.
(8) Diisi nama pembeli / mitra / penerima Pemindahtanganan .
(9 ) Diisi instansi yang menerbitkan keputusan / persetujuan
Pemindahtanganan,
baik dari Pengelola Barang maupun Pengguna Barang. Untuk persetujuan
dari Pengelola Barang, dirincikan instansi penerbitnya: KPKNL / Kanwil
DJKN / Kantor Pusat DJKN .
(10) Diisi nilai PNBP yang disetor untuk Penjualan / Tukar Menukar. Dalam
hal Penjualan secara lelang dilakukan secara paket, maka diisi nilai
PNBP proporsional per barang.
(11) Diisi Nomor Tanda Penerimaan Negara ( NTPN) dan tanggal setor. Untuk
Kuasa Pengguna Barang yang berada di luar negeri, bukti setor
disesuaikan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 386 -

Petunjuk Pengisian Tabel D . Pemusnahan BMN :


(1) Diisi nomor unit.
(2) Diisi kode barang.
(3) Diisi uraian barang.
(4 ) Diisi nomor unit pendaftaran barang.
(5) Diisi luas tanah / bangunan yang dimusnahkan .
(6) Diisi nomor dan tanggal surat persetujuan Pemusnahan BMN .
(7) Diisi nama instansi yang menerbitkan surat persetujuan Pemusnahan
BMN
(8) Diisi nomor Berita Acara Pemusnahan
(9) Diisi tanggal Berita Acara Pemusnahan
( 10) Diisi laporan Pemusnahan BMN

Petunjuk Pengisian Tabel E. Penghapusan BMN :


(1) Diisi nomor unit.
( 2)Diisi kode barang.
(3) Diisi uraian barang.
(4) Diisi nomor urut pendaftaran barang.
(5) Diisi luas tanah / bangunan yang dihapuskan.
(6) Diisi nomor dan tanggal surat persetujuan Penghapusan BMN.
(7) Diisi nama instansi yang menerbitkan surat persetujuan Penghapusan
BMN .
(8) Diisi nomor keputusan Penghapusan
(9) Diisi tanggal keputusan Penghapusan
(10) Diisi laporan Penghapusan BMN.

Petunjuk Pengisian Tabel F. Laporan Hasil Penertiban:


( 1) Diisi nomor urut.
(2) Diisi kode barang.
(3) Diisi uraian barang.
(4) Diisi nomor urut pendaftaran barang.
(5) Diisi dasar penertiban , antara lain:
a. hasil pemantauan periodik dari Kuasa Pengguna Barang / satker: diisi
nomor dan tanggal laporan pemantauan periodik;
b. hasil pemantauan insidentil dari Kuasa Pengguna Barang / satker: diisi
nomor dan tanggal laporan pemantauan insidentil;
c. surat permintaan penertiban BMN dari Pengelola Barang: diisi nomor
dan surat permintaan penertiban dari Pengelola Barang; dan / atau
d . hasil audit APIP: diisi nomor dan tanggal laporan hasil pemeriksaan .
(6) Diisi bentuk penertiban Penggunaan:
a. mengajukan usul penetapan status Penggunaan ke Pengelola Barang.
Diisi nomor dan tanggal surat usulan;
b. menetapkan status penggunaan sesuai batas kewenangan Pengguna

1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 387 -
Barang. Diisi nomor dan tanggal keputusan penetapan status
Penggunaan;
c. menyerahkan BMN yang tidak digunakan kepada Pengelola Barang.
Diisi nomor dan tanggal surat penyerahan;
d. penertiban lainnya. Diisi uraian upaya penertiban lainnya dari Kuasa
Pengguna Barang / satker.
(7) Diisi bentuk penertiban Pemanfaatan :
a. mengajukan usulan Pemanfaatan pada Pengelola Barang. Diisi
nomor dan tanggal surat usulan Pemanfaatan;
b. penertiban lainnya. Diisi uraian upaya penertiban lainnya dari
Kuasa Pengguna Barang / satker.
(8) Diisi bentuk penertiban Pemindahtanganan:
a. pembatalan pelaksanaan Pemindahtanganan. Diisi nomor dan
tanggal surat pembatalannya;
b. penertiban lainnya. Diisi uraian upaya penertiban lainnya dari
Kuasa Pengguna Barang / satker.
(9) Diisi bentuk penertiban Pemusnahan:
a. menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang mengenai rincian
dari ketidaksesuaian BMN disertai dengan alasan. Diisi dengan nomor
dan tanggal laporan .
b. melakukan inventarisasi BMN yang dimusnahkan tetapi belum
mendapatkan persetujuan Pengelola Barang / Pengguna Barang. Diisi
dengan daftar BMN yang telah dimusnahkan tetapi belum
mendapatkan persetujuan Pengelola Barang / Pengguna Barang.
c. mengajukan usulan Pemusnahan BMN . Diisi dengan nomor dan
tanggal surat usulan Pemusnahan BMN .
d. mengajukan kembali permohonan persetujuan . Diisi dengan nomor dan
tanggal surat permohonan persetujuan Pemusnahan BMN .
e. menyampaikan laporan pelaksanaan Pemusnahan . Diisi dengan nomor
dan tanggal laporan pelaksanaan Pemusnahan .
f. menerbitkan Keputusan Penghapusan BMN. Diisi dengan nomor dan
tanggal Keputusan Penghapusan BMN .
g. Menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang mengenai
ketidaksesuaian kewenangan persetujuan Pemusnahan. Diisi dengan
nomor dan tanggal laporan.
(10) Diisi bentuk penertiban Penghapusan:
a. menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang mengenai rincian dari
ketidaksesuaian BMN disertai dengan alasan. Diisi dengan nomor dan
tanggal laporan.
b. melakukan inventarisasi BMN yang dihapuskan tetapi belum
mendapatkan persetujuan Pengelola Barang / Pengguna Barang. Diisi
dengan daftar BMN yang telah dihapuskan tetapi belum mendapatkan
persetujuan Pengelola Barang / Pengguna Barang.
c. mengajukan usulan Penghapusan BMN . Diisi dengan nomor dan
tanggal surat usulan Penghapusan BMN .
d. menyampaikan persetujuan Penghapusan BMN kepada Pengguna
Barang untuk menerbitkan Keputusan Penghapusan BMN. Diisi
dengan nomor dan tanggal surat penyampaian persetujuan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 388 -
Penghapusan BMN .
e. melakukan perubahan pencatatan pada aplikasi SAKTI dan melaporkan
pelaksanaan Penghapusan BMN . Diisi dengan nomor dan tanggal
laporan Penghapusan BMN.
f. mengajukan kembali usulan Penghapusan BMN . Diisi dengan nomor
dan tanggal surat usulan Penghapusan BMN
g. menghapuskan BMN dari Daftar Barang dengan cara mengubah
pencatatan melalui aplikasi SAKTI dan menyampaikan laporan
pelaksanaan Penghapusan BMN . Diisi dengan nomor dan tanggal
laporan pelaksanaan Penghapusan BMN .
h . menyampaikan laporan pelaksanaan Penghapusan BMN. Diisi dengan
nomor dan tanggal laporan.
i. menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang mengenai
ketidaksesuaian kewenangan persetujuan Penghapusan . Diisi dengan
nomor dan tanggal laporan.
(11) Diisi uraian tindak lanjut hasil pemantauan dan penertiban.
(12) Diisi tempat dan tanggal pelaporan.
(13) Diisi jabatan Kuasa Pengguna Barang.
(14) Diisi nama Kuasa Pengguna Barang.
(15) Diisi Nomor Induk Pegawai ( NIP) Kuasa Pengguna Barang.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK


INDONESIA,
ttd .
SRI MULYANIINDRAWATI

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Biro Umum
u.b.
Pit. Kepala Bagian Administrasi Kementerian

IfvlUM

(sYAH
NIP » 0213 ^
199703 1 001

Anda mungkin juga menyukai