REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
.
NOMOR 334/KMK 01/2021
TENTANG
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 3-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENGELOLAAN
BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
KEUANGAN.
7
MENTERI KEUANGAN
REPUBIJK INDONESIA
-4-
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 680 / KM .1 / 2018
tentang Standar dan Tata Kelola Rumah Susun Negara di
Lingkungan Kementerian Keuangan;
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 855 / KM .1 / 2018
tentang Perencanaan Penggunaan, Pemanfaatan ,
Pemindahtanganan, dan Penghapusan Barang Milik Negara
di Lingkungan Kementerian Keuangan; dan
7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 622 / KMK.01/ 2019
tentang Pedoman Penyusunan , Penelitian, dan Penyampaian
Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara di Lingkungan
Kementerian Keuangan ;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 16 Agustus 2021
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SRI MULYANIINDRAWATI
/
/
NIP
(rsYAH
^
10213 - 199703 1 001
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 334 / KMK.01/ 2021
TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Umum
Penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien sangat membutuhkan
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai yang terkelola dengan baik
dan efisien , sejalan dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa Menteri Keuangan
sebagai Chief Operational Officer (COO) di Kementerian Keuangan berwenang
dan bertanggungjawab atas pengelolaan aset di lingkungan Kementerian
Keuangan .
Untuk mewujudkan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang efektif , efisien
dan akuntabel, serta untuk memberikan kemudahan bagi para pelaku
pengelolaan BMN , perlu dilakukan penyempurnaan dan simplifikasi pengaturan
pengelolaan BMN .
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengelolaan BMN yang diatur dalam Keputusan Menteri ini
meliputi:
1. Perencanaan BMN;
2 . Penggunaan BMN;
3. Pemanfaatan BMN;
4. Pengamanan dan Pemeliharaan BMN;
5. Penilaian BMN;
6. Pemindahtanganan BMN ;
7. Pemusnahan BMN;
8. Penghapusan BMN;
9. Penatausahaan BMN; dan
10. Pengawasan dan Pengendalian BMN .
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
D. Definisi
1. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BMN , adalah semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas bebas Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
2. Kementerian Negara, yang selanjutnya disebut Kementerian , adalah
perangkat pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan .
3. Lembaga adalah organisasi non kementerian lembaga dan instansi lain
pengguna anggaran yang dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu
berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
atau peraturan perundang-undangan lainnya.
4 . Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMN .
5. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN .
6. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan, yang selanjutnya disebut
Kepala Biro, adalah Pejabat struktural yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian.
7. Kuasa Pengguna Barang adalah kepala satuan kerja atau pejabat yang
ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada
dalam penguasaannya dengan sebaik- baiknya.
8. Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai
tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta
menunjang pelaksanaan tugas pejabat dan / atau pegawai negeri.
9. Rumah Negara Golongan I , yang selanjutnya disebut Rumah Jabatan,
adalah Rumah Negara yang dipergunakan bagi pemegang jabatan tertentu
dan karena sifat jabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut,
serta hak penghuniannya terbatas selama pejabat yang bersangkutan
masih memegang jabatan tertentu tersebut.
10. Rumah Negara Golongan II, yang selanjutnya disebut Rumah Instansi,
adalah Rumah Negara yang mempunya hubungan yang tidak dapat
dipisahkan dari suatu instansi dan hanya disediakan untuk didiami oleh
Pegawai Negeri dan apabila telah berhenti atau pensiun rumah
dikembalikan kepada negara.
11. Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian- bagian yang distrukturkan
secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan
merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan
digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi
dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.
12. Rumah Susun Negara, yang selanjutnya disebut Rusunara, adalah Rumah
Susun yang dimiliki negara yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian , sarana pembinaan keluarga, serta penunjang pelaksanaan tugas
dan fungsi bagi pejabat dan / atau pegawai negeri.
13. Satuan Rumah Susun , yang selanjutnya disebut Sarusun, adalah unit
hunian Rumah Susun yang dihubungkan oleh dan mempunyai akses ke
selasar / koridor / lobi dan lantai lainnya dalam bangunan Rumah Susun ,
serta akses ke lingkungan dan jalan umum.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 3-
-4-
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-7-
65. Penilai Pemerintah pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang
selanjutnya disebut Penilai Pemerintah, adalah Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang diberi tugas,
wewenang, dan tanggung jawab untuk melakukan Penilaian , termasuk atas
hasil penilaiannya secara independen sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
66 . Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnya disebut Direktorat
Jenderal, adalah unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan yang
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang Penilaian.
67. Direktur Jenderal Kekayaan Negara, yang selanjutnya disebut Direktur
Jenderal, adalah pejabat unit eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan
yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang Penilaian .
68. Pihak Lain adalah pihak- pihak selain Kementerian / Lembaga, Pemerintah
Daerah , dan Pemerintah Desa.
69. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan BMN.
70. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan BMN kepada Pihak Lain dengan
menerima penggantian dalam bentuk uang.
71. Tukar Menukar adalah pengalihan kepemilikan BMN yang dilakukan antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah , atau antara Pemerintah
Pusat dengan Pihak Lain , dengan menerima penggantian uang dalam
bentuk barang, paling sedikit dengan nilai seimbang.
72. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah atau kepada Pihak Lain tanpa memperoleh penggantian .
73. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan / atau kegunaan
BMN.
74. Penghapusan adalah tindakan menghapus BMN dari daftar barang dengan
menerbitkan keputusan dari pejabat yang berwenang untuk membebaskan
Pengelola Barang, Pengguna Barang, dan / atau Kuasa Pengguna Barang
dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada dalam
penguasaannya.
75. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan ,
inventarisasi, dan pelaporan BMN sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
76. Pemutakhiran adalah kegiatan pemutakhiran ( updating ) data dan laporan
BMN dengan cara melengkapi unsur-unsur data BMN , terkait adanya
penambahan atau pengurangan nilai dan informasi lainnya tentang BMN .
77. Laporan Barang adalah laporan yang disusun oleh Pelaksana
Penatausahaan BMN pada Pengguna Barang / Pengelola Barang yang
menyajikan posisi BMN di awal dan akhir periode tertentu secara
semesteran dan tahunan serta mutasi selama periode tersebut.
78. Rekonsiliasi adalah kegiatan pencocokan data transaksi keuangan yang
diproses dengan beberapa sistem / subsistem yang berbeda berdasarkan
dokumen sumber yang sama.
79. Daftar Barang adalah daftar yang memuat data BMN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
80. Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah,
dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan / atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
81. Pelaksana Penatausahaan adalah unit yang melakukan Penatausahaan
BMN pada Kuasa Pengguna Barang dan Pengguna Barang.
82. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang, yang selanjutnya disingkat
UAKPB , adalah unit yang melakukan penatausahaan BMN pada tingkat
satuan kerja / Kuasa Pengguna Barang.
83. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah , yang selanjutnya
disingkat UAPPB-W , adalah unit yang membantu melakukan
penatausahaan BMN pada tingkat wilayah atau unit kerja lain yang
ditetapkan sebagai UAPPB-W oleh Pengguna Barang.
84. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I, yang selanjutnya
disingkat UAPPB-E1, adalah unit organisasi yang membantu melakukan
penatausahaan BMN pada tingkat Eselon I Pengguna Barang.
85. Unit Akuntansi Pengguna Barang, yang selanjutnya disingkat UAPB, adalah
unit yang melakukan penatausahaan BMN pada Pengguna Barang.
86. Unit Akuntansi Pembantu Kuasa Pengguna Barang, yang selanjutnya
disingkat UAPKPB, adalah unit pembantu yang bertanggung jawab terhadap
penatausahaan BMN yang dilaksanakan oleh UAKPB di lingkungannya.
87. Pejabat Pengurus Persediaan adalah pegawai yang ditunjuk oleh
UAKPB / UAPKPB untuk menerima, menyimpan, mendistribusikan dan
menatausahakan persediaan dalam gudang / tempat penyimpanan lainnya.
88. Surat Perintah Mengeluarkan Barang, yang selanjutnya disingkat SPMB,
adalah surat yang diterbitkan oleh UAKPB / UAPKPB yang menjadi dasar
bagi Pejabat Pengurus Persediaan untuk mengeluarkan persediaan dari
gudang / tempat penyimpanan lainnya.
89. Buku Persediaan adalah buku untuk mencatat / membukukan setiap jenis
persediaan yang masuk dan keluar dari gudang / tempat penyimpanan
lainnya dengan menggunakan aplikasi penatausahaan.
90. Daftar Rincian Persediaan adalah daftar yang digunakan untuk mencatat
persediaan per jenis barang dengan menggunakan aplikasi penatausahaan .
91. Investigasi adalah penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta,
melakukan peninjauan dengan tujuan memperoleh jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan ( peristiwa- peristiwa) yang berkaitan dengan
Penggunaan , Pemanfaatan , dan Pemindahtanganan BMN.
92. Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, yang selanjutnya disingkat APIP,
adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, reviu ,
pemantauan , evaluasi, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah.
-9-
- 10 -
BAB II
RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA
A. UMUM
1. Objek Perencanaan Kebutuhan BMN meliputi BMN:
a. berupa tanah dan / atau bangunan; dan
b. selain tanah dan / atau bangunan .
2. Kewenangan dan Tanggung Jawab
a. Wewenang dan Tanggung Jawab Pengguna Barang
1) Pengguna Barang memiliki kewenangan:
a) menetapkan petunjuk teknis penelitian RKBMN;
b) melakukan penelitian atas usulan RKBMN dan RKBMN - PKP yang
disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW;
c) menyampaikan usulan RKBMN kepada Pengelola Barang;
d) menandatangani dokumen yang menjadi data dukung penyampaian
usulan RKBMN sesuai dengan batasan kewenangannya;
e) menandatangani Hasil Penelahaan RKBMN;
f ) menandatangani Perubahan Hasil Penelahaan RKBMN;
g) menetapkan jadwal penyusunan , penelitian, dan penyampaian
usulan RKBMN dan RKBMN-PKP di lingkungan Kementerian
Keuangan;
h ) menetapkan Hasil Penelitian RKBMN-PKP; dan
i) menetapkan Perubahan Hasil Penelitian RKBMN-PKP.
2 ) Pengguna Barang bertanggung jawab atas:
a) kebenaran dan kelengkapan atas usulan RKBMN tingkat Pengguna
Barang yang disampaikan kepada Pengelola Barang; dan
b) kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan
BMN .
b. Wewenang dan Tanggung Jawab Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW
1) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW memiliki
kewenangan:
a) melakukan analisis atas usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat
Kuasa Pengguna Barang yang telah dikompilasi dan disampaikan
oleh Kantor Wilayah;
b) menyampaikan usulan RKBMN dan RKBMN- PKP tingkat Eselon I
kepada Pengguna Barang;
c) meminta Kuasa Pengguna Barang untuk melakukan perbaikan atas
usulan RKBMN dan RKBMN- PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang
yang disampaikannya; dan
f
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 -
d ) menandatangani dokumen yang menjadi data dukung penyampaian
usulan RKBMN dan RKBMN- PKP tingkat Pengguna Barang Eselon I,
sesuai dengan batasan kewenangannya.
2) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
bertanggung jawab atas:
a) kebenaran dan kelengkapan atas usulan RKBMN dan RKBMN-PKP
tingkat Eselon I yang disampaikannya kepada Pengguna Barang;
dan
b) kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan
BMN .
c. Wewenang dan Tanggung Jawab Kepala Kantor Wilayah
1) Kepala Kantor Wilayah memiliki kewenangan:
a) melakukan kompilasi atas usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat
Kuasa Pengguna Barang, yang berada di wilayah kerjanya;
b) menyampaikan kompilasi usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat
Kuasa Pengguna Barang kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW; dan
c) menandatangani dokumen yang menjadi data dukung penyampaian
usulan RKBMN dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang,
sesuai dengan batasan kewenangannya.
2 ) Kepala Kantor Wilayah bertanggung jawab atas:
a) kebenaran dan kelengkapan dari kompilasi usulan RKBMN dan
RKBMN - PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang yang disampaikannya;
dan
b) kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan
BMN .
d. Wewenang dan Tanggung Jawab Kuasa Pengguna Barang
1) Kuasa Pengguna Barang memiliki kewenangan:
a) menyusun usulan RKBMN dan RKBMN- PKP tingkat Kuasa
Pengguna Barang;
b) menyampaikan usulan RKBMN dan RKBMN- PKP tingkat Kuasa
Pengguna Barang kepada:
(1) Kepala Kantor Wilayah; atau
(2) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW,
dalam hal tidak terdapat Kantor Wilayah dalam struktur
organisasinya; dan
c) menandatangani dokumen yang menjadi data dukung penyampaian
usulan RKBMN dan RKBMN- PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang.
2) Kuasa Pengguna Barang bertanggung jawab atas:
a) kebenaran dan kelengkapan dari usulan RKBMN dan RKBMN- PKP
tingkat Kuasa Pengguna Barang yang disampaikan kepada Kepala
Kantor Wilayah atau Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW; dan
b) kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan
BMN .
k
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -
B. PENYUSUNAN RKBMN
1. Ketentuan Umum
a. Kuasa Pengguna Barang melakukan penyusunan RKBMN , yang terdiri
atas RKBMN Pengadaan , RKBMN Pemeliharaan, dan RKBMN- PKP.
b. RKBMN- PKP disusun dalam hal terdapat kebutuhan pengadaan BMN
yang bukan merupakan objek RKBMN Pengadaan.
c. Dalam penyusunan RKBMN Pengadaan dan RKBMN- PKP, Kuasa
Pengguna Barang menyampaikan alternatif skema pemenuhan kebutuhan
BMN , antara lain melalui pembelian, pembangunan, Pinjam Pakai, Sewa,
sewa beli, atau mekanisme lainnya yang dianggap lebih efektif dan efisien
untuk dilaksanakan, diantaranya pengalihan status penggunaan ,
penggunaan sementara, utilisasi penggunaan , pengalihan penggunaan ,
tukar menukar, dan penggunaan aset / BMN pada Pengelola Barang,
Komisi Pemberantasan Korupsi, dan Kejaksaan Agung.
d. Penyusunan RKBMN meliputi tahapan persiapan dan pelaksanaan
penyusunan.
e. Jadwal penyusunan RKBMN ditetapkan oleh Pengguna Barang.
f. Pemenuhan kebutuhan BMN yang merupakan objek RKBMN Pengadaan,
RKBMN Pemeliharaan , dan RKBMN- PKP dilakukan dengan
mempertimbangkan ketersediaan anggaran , kewajaran, efisiensi dan
optimalisasi BMN serta penggunaan aset bersama.
2. Persiapan Penyusunan
Dalam tahapan persiapan penyusunan , Kuasa Pengguna Barang melakukan
hal-hal berikut:
1. Menyampaikan usulan data indikasi kebutuhan pengadaan BMN yang
telah terdapat SBSK dan SSSJ:
1) Pada periode 3 ( tiga) tahun sebelum tahun penganggaran (T-3) , Kuasa
Pengguna Barang menyusun usulan data indikasi kebutuhan
pengadaan BMN , dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II huruf A angka 8.
2) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan usulan data indikasi
kebutuhan pengadaan BMN tersebut secara berjenjang kepada
Pengguna Barang c.q. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan
Pengadaan selaku pelaksana harian Pengguna Barang.
3) Usulan data indikasi kebutuhan pengadaan BMN disampaikan pada
saat periode penyusunan RKBMN sebagai lampiran dokumen data
dukung RKBMN .
Sebagai contoh, pada periode penyusunan RKBMN Tahun Anggaran
2021, disusun dan disampaikan pula usulan indikasi kebutuhan
pengadaan BMN untuk Tahun Anggaran 2022.
2. Melakukan pemutakhiran data identitas kantor pada aplikasi SIMAN .
Mekanisme pemutakhiran data mengikuti ketentuan sebagaimana
tercantum dalam Bab XIII huruf B lampiran ini.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -
3. Melakukan pemutakhiran data pada Master Aset yang merupakan objek
RKBMN . Mekanisme pemutakhiran data mengikuti ketentuan
sebagaimana tercantum dalam Bab XIII huruf B lampiran ini.
3. Pelaksanaan Penyusunan
b. RKBMN Pengadaan
1) RKBMN Pengadaan memuat jumlah unit dan / atau luas BMN yang
diusulkan untuk dilakukan pengadaan .
2) Kuasa Pengguna Barang menyusun RKBMN Pengadaan melalui
aplikasi SIM AN .
3) RKBMN Pengadaan disusun 2 (dua) tahun sebelum tahun anggaran
berjalan (T-2 ) , dimulai paling cepat setelah periode rekonsiliasi BMN
Semester I (T-2) .
4) RKBMN Pengadaan rumah negara dan tanah untuk Rumah Negara
dapat diajukan bersamaan dengan RKBMN Pengadaan bangunan
gedung kantor yang direncanakan dibangun.
5) Dalam hal penataan ruang kerja dan pembangunan gedung kantor
barn sesuai konsep ABW , batasan tertinggi luas bangunan
menggunakan SBSK dan SSSJ .
6) Objek RKBMN Pengadaan:
a) tanah untuk bangunan gedung kantor;
b) tanah untuk bangunan Rumah Negara;
c) bangunan gedung kantor;
d ) bangunan gedung negara lainnya;
e) bangunan Rumah Negara; dan
f ) Kendaraan Jabatan;
g) Kendaraan Operasional; dan
h ) Kendaraan Fungsional.
7) Kuasa Pengguna Barang menyusun RKBMN Pengadaan dengan
berpedoman pada hal berikut:
a) Rencana Strategis Kementerian Keuangan yang menjadi
kewenangan dan tanggung jawabnya
Dilaksanakan untuk memastikan kesinambungan pelaksanaan
tugas dan fungsi. Untuk itu, perlu adanya relevansi atau
keterkaitan antara pengadaan BMN dengan program dan kegiatan
yang konsisten dengan sasaran strategis.
Selain mempertimbangkan Rencana Strategis, Kuasa Pengguna
Barang perlu pula mempertimbangkan rencana
perubahan / pengembangan organisasi.
b) SBSK
Dalam menyusun RKBMN Pengadaan , Kuasa Pengguna Barang
berpedoman pada SBSK yang ditetapkan oleh Pengelola Barang:
(1) Bangunan Gedung Kantor
(a) Standar Ketinggian Bangunan
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -
- 16 -
H
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 17 -
(a) Alat angkutan darat bermotor (3.02.01);
(b) Alat angkutan apung bermotor (3.02.03); dan
(c) Alat angkutan bermotor udara (3.02.05) .
(2) BMN selain alat angkutan bermotor dengan nilai perolehan per
satuan paling sedikit Rpl 00.000.000, 00 (seratus juta rupiah ) .
5) BMN yang termasuk dalam status yang direncanakan untuk
dihentikan penggunaannya, dipindahtangankan , dimanfaatkan,
dihapuskan , dan dimusnahkan serta BMN berupa Konstruksi Dalam
Pengerjaan maupun Aset Tak Berwujud Dalam Pengerjaan dalam
tahun yang direncanakan, tidak dapat diusulkan pemeliharaannya.
6) BMN yang dapat diajukan rencana pemeliharaannya adalah BMN
dalam kondisi Baik (B) dan Rusak Ringan ( RR ) . Terhadap BMN dalam
kondisi Rusak Berat (RB) dan masih tercatat dalam Daftar Barang
Kuasa Pengguna, Kuasa Pengguna Barang agar mengajukan rencana
Penghapusan BMN tersebut dan mengeluarkan pencatatan BMN
tersebut dari Daftar Barang Kuasa Pengguna sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan .
7) Dalam hal BMN existing yang sudah tercatat pada aplikasi SIMAN akan
diajukan RKBMN Pemeliharaan perlu terlebih dahulu diterbitkan
Penetapan Status Penggunaaan.
8) Kuasa Pengguna Barang dapat mengajukan RKBMN Pemeliharaan atas
barang tambahan yang memerlukan pemeliharaan namun tidak
tercatat sebagai BMN di bawah penguasaan Kuasa Pengguna Barang
yang bersangkutan, dengan menyertakan dokumen pendukung atas
barang tambahan tersebut.
9) RKBMN Pemeliharaan atas barang tambahan dapat diajukan untuk
kondisi sebagai berikut:
a) Barang yang pengadaannya telah mendapat alokasi anggaran dan
memerlukan pemeliharaan pada tahun yang direncanakan.
Terhadap barang pada kategori ini, pengajuannya harus dilengkapi
dengan surat pernyataan dari Kuasa Pengguna Barang mengenai
telah adanya alokasi anggaran untuk pengadaan barang tersebut;
b) BMN yang tidak tercatat dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna
namun berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
harus dipelihara oleh Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan .
Terhadap BMN pada kategori ini, pengajuannya harus dilengkapi
dengan dokumen yang menyatakan adanya pengalihan kewajiban
pemeliharaan atas BMN tersebut; atau
c) BMN digunakan sementara oleh suatu Kementerian / Lembaga.
Terhadap BMN pada kategori ini, pengajuannya harus dilengkapi
dengan dokumen pendukung, seperti Berita Acara Penggunaan
Sementara dan sejenisnya.
d . Penyusunan RKBMN - PKP
1) RKBMN-PKP memuat jumlah unit dan / atau luas BMN yang diusulkan
untuk dilakukan pengadaan .
if
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 18 -
C. PENELITIAN RKBMN
a) Penelitian RKBMN Pengadaan dan RKBMN- PKP
a. Tingkat Eselon I
1) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
melakukan analisis RKBMN Pengadaan dan RKBMN -PKP tingkat Kuasa
Pengguna Barang yang telah dikompilasi oleh Kepala Kantor Wilayah .
2 ) Analisis atas RKBMN Pengadaan dan RKBMN -PKP tingkat Kuasa
Pengguna Barang dilakukan terhadap:
a) relevansi program dengan rencana keluaran ( output ) pada Renstra;
H
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 -
b) kesesuaian perbandingan antara kebutuhan dengan BMN yang
berada pada Kuasa Pengguna Barang;
c) kesesuaian terhadap standar yang telah ditetapkan;
d ) kesesuaian antara jumlah dan formasi pegawai pada Kuasa
Pengguna Barang dengan rencana pengembangan pegawai pada
2 (dua) tahun yang akan datang;
e) kelayakan rencana Penghapusan BMN 2 (dua) tahun yang akan
datang;
f ) optimalisasi Penggunaan BMN yang berada pada Unit Eselon I,
dalam hal terdapat BMN yang berada pada Unit Eselon I yang belum
digunakan secara optimal dan memenuhi spesifikasi;
g) efektivitas Penggunaan BMN yang berada pada Unit Eselon I sesuai
dengan peruntukannya; dan
h ) alternatif pemenuhan RKBMN / skema pemenuhan RKBMN .
b. Tingkat Pengguna Barang
1) Pengguna Barang melakukan penelitian atas RKBMN Pengadaan dan
RKBMN -PKP serta rekapitulasi RKBMN dan RKBMN- PKP tingkat Eselon
I.
2) Penelitian atas RKBMN Pengadaan dan RKBMN-PKP Unit Eselon I
dilakukan terhadap:
a) kelengkapan dokumen penyampaian dan data dukung penyampaian
RKBMN Pengadaan dan RKBMN - PKP tingkat Eselon I;
b) relevansi antara program dengan rencana keluaran (output) pada
Renstra;
c) kesesuaian antara kebutuhan BMN yang diusulkan dengan BMN
yang berada pada Kuasa Pengguna Barang;
d ) kesesuaian terhadap standar yang telah ditetapkan;
e) kesesuaian antara jumlah dan formasi pegawai dengan rencana
pengembangan pegawai pada 2 (dua) tahun yang akan datang;
f ) kesesuaian dengan rencana BMN yang akan dihapuskan pada
2 (dua) tahun yang akan datang;
g) optimalisasi Penggunaan BMN yang berada pada Pengguna Barang,
dalam hal terdapat BMN Kementerian Keuangan yang belum
digunakan secara optimal dan memenuhi spesifikasi;
h ) efektivitas Penggunaan BMN yang berada pada Pengguna Barang
sesuai dengan peruntukannya; dan
i) alternatif pemenuhan RKBMN / skema pemenuhan RKBMN.
3) Dalam pelaksanaan penelitian RKBMN Pengadaan dan RKBMN- PKP,
Pengguna Barang:
a) dapat melakukan pembahasan dengan Kuasa Pengguna Barang
dan / atau Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW guna meminta penjelasan , klarifikasi, dan data dukung
lainnya yang diperlukan;
‘ i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 20 -
- 21 -
c) dapat melakukan sinkronisasi bersama dengan APIP terhadap hasil
penelitian Pengguna Barang dengan hasil review APIP, dalam hal
diperlukan .
c) Review atas RKBMN Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan
a. Review dilakukan oleh APIP.
b. APIP menyampaikan hasil review RKBMN Pengadaan dan RKBMN
Pemeliharaan yang ditandatangani pejabat berwenang kepada Pengguna
Barang.
d ) Jadwal penelitian dan review RKBMN
Jadwal penelitian RKBMN yang dilakukan oleh Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dan Pengguna Barang serta jadwal
pelaksanaan review RKBMN yang dilakukan oleh APIP ditetapkan oleh
Pengguna Barang.
e) Pelaksanaan analisis dan penelitian RKBMN Pengadaan , RKBMN
Pemeliharaan, dan RKBMN-PKP menggunakan Rencana Penggunaan ,
Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan Penghapusan Barang Milik Negara
sebagai data rujukan .
D . PENYAMPAIAN RKBMN
1. RKBMN Pengadaan dan RKBMN - PKP
a. Tingkat Kuasa Pengguna Barang
1) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan usulan RKBMN Pengadaan
dan RKBMN- PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang kepada Kepala
Kantor Wilayah dalam bentuk:
a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN; dan
b) hardcopy.
2) Dalam hal tidak terdapat Kantor Wilayah dalam suatu organisasi Unit
Eselon I , penyampaian usulan sebagaimana dimaksud pada angka 1)
dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW .
b. Tingkat Wilayah
1) Kepala Kantor Wilayah mengompilasi seluruh usulan RKBMN
Pengadaan dan RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang di
wilayah kerjanya.
2 ) Kepala Kantor Wilayah menyampaikan usulan RKBMN Pengadaan dan
RKBMN- PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil kompilasi kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dalam
bentuk:
a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN; dan
b) hardcopy .
c. Tingkat Eselon I
1) Unit Eselon I mengompilasi seluruh usulan RKBMN Pengadaan dan
RKBMN-PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang yang telah disampaikan
oleh Kepala Kantor Wilayah .
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 22 -
I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 23 -
3) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyampaikan usulan RKBMN Pemeliharaan tingkat Eselon I kepada
Pengguna Barang dalam bentuk:
a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN; dan
b) hardcopy .
d. Tingkat Pengguna Barang
1) Pengguna Barang mengompilasi seluruh usulan RKBMN Pemeliharaan
tingkat Eselon I yang telah disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW.
2 ) Pengguna Barang menyampaikan RKBMN Pemeliharaan tingkat
Pengguna Barang kepada Pengelola Barang sesuai jadwal yang telah
ditentukan oleh Pengelola Barang dalam bentuk:
a) softcopy melalui Aplikasi SIMAN ; dan
b) hardcopy.
3. Jadwal Penyampaian RKBMN
Jadwal penyampaian RKBMN , termasuk dalam rangka pelaksanaan review
oleh APIP, ditetapkan oleh Pengguna Barang.
4 . Dokumen Yang Menjadi Data Dukung Penyampaian RKBMN
a. Tingkat Kuasa Pengguna Barang
1) Surat Pengantar yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang;
2) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM ) yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang;
3) RKBMN Pengadaan tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil cetak
aplikasi SIMAN yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang;
4) RKBMN Pemeliharaan tingkat Kuasa Pengguna Barang hasil cetak
aplikasi SIMAN yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang;
5) RKBMN- PKP tingkat Kuasa Pengguna Barang yang ditandatangani
oleh Kuasa Pengguna Barang;
6) Formulir Penjelasan, berisi penjelasan atas seluruh jenis RKBMN yang
diusulkan;
7) Laporan Realisasi Penghapusan BMN pada tahun berjalan;
8) Data Indikasi Kebutuhan Pengadaan BMN (T-3) ;
9) Dokumen pembahasan dengan instansi atau unit kerja yang
bertanggung jawab di bidang pekerjaan umum, dalam hal terdapat
usulan pengadaan berupa Rumah Negara;
10) Dokumen penganggaran tahun penyusunan RKBMN ;
11) Dokumen usulan penganggaran untuk satu tahun setelah
penyusunan RKBMN;
12 ) Surat Pernyataan Atas Pemeliharaan Atas Barang Tambahan; dan
13) Surat Keterangan Kebenaran Digital.
b. Tingkat Wilayah
1) Surat pengantar yang ditandatangani oleh pimpinan Kantor Wilayah;
2) SPTJM yang ditandatangani oleh pimpinan Kantor Wilayah;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 -
I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 25 -
- 26 -
b. meminta APIP untuk melakukan review terhadap kebenaran dan
kelengkapan Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN serta
kepatuhan terhadap penerapan ketentuan Perencanaan Kebutuhan
BMN .
11. APIP melakukan review atas Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN.
12. APIP menyampaikan hasil review Usulan Perubahan Hasil Penelaahan
RKBMN , yang ditandatangani pejabat yang berwenang kepada Pengguna
Barang paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah surat dan dokumen
permintaan review dari Pengguna Barang diterima secara lengkap.
13. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan , Pengguna Barang
menyampaikan Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN kepada
Pengelola Barang paling lama 20 (dua puluh ) hari kerja setelah diterimanya
usulan perubahan hasil RKBMN atau paling lambat 20 (dua puluh ) hari
kerja sebelum batas waktu penyampaian revisi anggaran disertai dengan
Form Perubahan hasil penelaahan RKBMN Pengguna Barang, SPTJM yang
ditandatangani oleh Pengguna Barang dan hasil review APIP.
14. Ketentuan mengenai tata cara penyusunan dan penelitian RKBMN berlaku
mutatis mutandis terhadap penyusunan dan penelitian Usulan Perubahan
Hasil Penelaahan RKBMN .
- 27 -
t
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 28 -
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 29 -
BAB III
PERENCANAAN PENGGUNAAN, PEMANFAATAN , PEMINDAHTANGANAN ,
DAN PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN
A. UMUM
1. Perencanaan Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan, dan
Penghapusan BMN mempunyai periode pelaksanaan selama 3 (tiga) tahun
ke depan yang disusun pada tahun sebelum tahun dimulainya pelaksanaan
rencana tersebut (T-l) .
2. Perencanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan , dan
Penghapusan BMN dapat dilakukan terhadap keseluruhan atau sebagian
dari setiap objek BMN .
3. Penyampaian usulan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan ,
Pemindahtanganan, dan Penghapusan BMN kepada Pengguna Barang
dilakukan paling lambat bersamaan dengan penyampaian usulan RKBMN
Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan di lingkungan Kementerian
Keuangan.
4. Rencana Penggunaan , Pemanfaatan, Pemindahtanganan , dan Penghapusan
BMN ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang
Kementerian Keuangan atau pejabat yang mendapatkan pelimpahan
kewenangan sebagai Pengguna Barang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan paling lambat tanggal 31
Desember pada tahun sebelum tahun dimulainya pelaksanaan rencana
tersebut.
5. Rencana Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan, dan Penghapusan
dijadikan sebagai pedoman:
a. bagi Kuasa Pengguna Barang dalam mengajukan usulan Penggunaan,
Pemanfaatan , Pemindahtanganan , dan Penghapusan; dan
b. bagi Pengguna Barang dalam mengajukan atau menyetujui usulan
Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan , dan Penghapusan BMN.
6. Rencana Penggunaan, Pemanfaatan , Pemindahtanganan , dan Penghapusan
merupakan salah satu bahan pertimbangan dalam penyusunan RKBMN
Pengadaan , RKBMN Pemeliharaan , dan RKBMN - PKP.
7. Pengguna Barang memiliki kewenangan:
a. menetapkan jadwal penyusunan, penelitian, dan penyampaian usulan
Rencana Penggunaan , Pemanfaatan, Pemindahtanganan , dan
Penghapusan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan;
b. menetapkan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan,
dan Penghapusan BMN; dan
c. menetapkan Perubahan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan ,
Pemindahtanganan , dan Penghapusan BMN .
t
MENTERI KEUANGAN
REPUBLiK INDONESIA
- 30 -
8. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW memiliki
kewenangan:
a. menyusun Rencana Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan , dan
Penghapusan BMN tingkat Eselon I;
b. menyusun Perubahan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan,
Pemindahtanganan, dan Penghapusan BMN tingkat Eselon I;
c. menyampaikan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan,
dan Penghapusan BMN tingkat Eselon I; dan
d . menyampaikan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan , Pemindahtanganan,
dan Penghapusan BMN tingkat Eselon I.
9. Kepala Kan tor Wilayah memiliki kewenangan:
a. menyusun Rencana Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan,
dan Penghapusan BMN tingkat Wilayah;
b. menyusun Perubahan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan,
Pemindahtanganan , dan Penghapusan BMN tingkat Wilayah;
c. menyampaikan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan ,
Pemindahtanganan , dan Penghapusan BMN tingkat Wilayah; dan
d . menyampaikan Perubahan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan,
Pemindahtanganan, dan Penghapusan BMN tingkat Wilayah.
10. Kuasa Pengguna Barang memiliki kewenangan:
a. menyusun Rencana Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan,
dan Penghapusan BMN tingkat Kuasa Pengguna Barang;
b. menyampaikan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan ,
Pemindahtanganan , dan Penghapusan BMN tingkat Kuasa Pengguna
Barang; dan
c. menyampaikan usulan Rencana Penggunaan , Pemanfaatan,
Pemindahtanganan , dan Penghapusan BMN tingkat Kuasa Pengguna
Barang kepada:
1) Kepala Kantor Wilayah; atau
2 ) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW , dalam
hal tidak terdapat Kantor Wilayah dalam struktur organisasinya.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 31 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 32 -
I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 33 -
- 34 -
2) kuantitas barang;
3) bentuk / cara;
4) peruntukan; dan / atau
5) waktu / periode rencana.
c. Perubahan Rencana Penggunaan, Pemanfaatan , Pemindahtanganan , dan
Penghapusan BMN hanya dapat diusulkan pada tahun setelah tahun
ditetapkannya rencana tersebut.
d . Perubahan Rencana Penggunaan , Pemanfaatan, Pemindahtanganan, dan
Penghapusan BMN ditetapkan oleh Pengguna Barang pada tahun di dalam
periode usulan perubahan rencana tersebut.
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 35 -
1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 36 -
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 37 -
7) Penetapan Status Penggunaan terhadap BMN yang direncanakan
untuk dilakukan Pemanfaatan; dan
8) status hukum BMN yang direncanakan untuk dilakukan Pemanfaatan .
g. Berdasarkan hasil penelitian, Kepala Kantor Wilayah menyusun Rencana
Pemanfaatan BMN tingkat wilayah untuk periode 3 ( tiga) tahun.
h . Dalam hal tidak terdapat usulan Rencana Pemanfaatan BMN dari tingkat
Kuasa Pengguna Barang, Kepala Kantor Wilayah dapat mengusulkan
Rencana Pemanfaatan BMN tingkat wilayah berdasarkan inisiatif Kantor
Wilayah dengan mempertimbangkan kebutuhan BMN di satker yang
berada dalam lingkup kewenangan Kantor Wilayah .
i. Rencana Pemanfaatan BMN tingkat Wilayah disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab III
huruf F.
j. Rencana Pemanfaatan BMN tingkat wilayah disampaikan oleh Kepala
Kantor Wilayah kepada Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW paling lambat bersamaan dengan penyampaian
usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan tingkat wilayah di
lingkungan Kementerian Keuangan.
k. Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW melakukan
penelitian terhadap Rencana Pemanfaatan BMN tingkat Wilayah dengan
mendasarkan pada:
1) Renstra Unit Eselon I;
2) kebutuhan organisasi tingkat Eselon I;
3) jumlah dan identitas BMN yang berada dalam Daftar Barang Kuasa
Pengguna yang berada di unit Eselon I bersangkutan serta dengan
mempertimbangkan prinsip pengelolaan BMN yang lebih efektif, efisien,
dan optimal di unit Eselon I tersebut;
4) kebutuhan BMN sejenis pada satker lain;
5) hasil kajian atas bentuk dan peruntukan Pemanfaatan yang paling
efektif , efisien, dan optimal;
6 ) pelaksanaan Pemanfaatan yang direncanakan tidak mengganggu
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi;
7) Penetapan Status Penggunaan terhadap BMN yang direncanakan
untuk dilakukan Pemanfaatan; dan
8) status hukum BMN yang direncanakan untuk dilakukan Pemanfaatan.
l. Berdasarkan hasil penelitian, Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW menyusun Rencana Pemanfaatan BMN tingkat
Eselon I untuk periode 3 (tiga) tahun .
m . Dalam hal tidak terdapat usulan Rencana Pemanfaatan BMN dari tingkat
Kuasa Pengguna Barang / Kantor Wilayah, Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW dapat mengusulkan Rencana Pemanfaatan
BMN tingkat Eselon I berdasarkan inisiatif Unit Eselon I dengan
mempertimbangkan kebutuhan BMN satker yang berada dalam lingkup
kewenangan Unit Eselon I.
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 38 -
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 39 -
2) optimalisasi BMN berlebih / tidak digunakan / dimanfaatkan, yang secara
ekonomis lebih menguntungkan apabila dilakukan Penjualan, sebagai
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan, untuk
Rencana Pemindahtanganan dengan cara Penjualan; dan / atau
3) rencana tukar-menukar BMN mempertimbangkan untuk memenuhi
kebutuhan operasional, untuk optimalisasi BMN berlebih / tidak
digunakan / dimanfaatkan , tidak tersedia dana dalam dokumen
penganggaran , untuk Rencana Pemindahtanganan dengan cara Tukar-
menukar.
c. Berdasarkan hasil identifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
hasil kajian sebagaimana dimaksud pada huruf b, Kuasa Pengguna
Barang menyusun Rencana Pemindahtanganan BMN untuk periode
3 ( tiga) tahun . Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat Kuasa Pengguna
Barang disusun dengan menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab III Huruf I.
d. Rencana Pemindahtanganan BMN disampaikan oleh Kuasa Pengguna
Barang kepada Kepala Kan tor Wilayah paling lambat bersamaan dengan
penyampaian usulan RKBMN Pengadaan dan RKBMN Pemeliharaan
tingkat Kuasa Pengguna Barang di lingkungan Kementerian Keuangan .
e. Kepala Kantor Wilayah melakukan penelitian terhadap Rencana
Pemindahtanganan BMN tingkat Kuasa Pengguna Barang dengan
mendasarkan pada:
1) Renstra Kantor Wilayah;
2) kebutuhan organisasi tingkat wilayah;
3) jumlah dan identitas BMN yang berada dalam Daftar Barang Kuasa
Pengguna yang berada di wilayah bersangkutan serta dengan
mempertimbangkan prinsip pengelolaan BMN yang lebih efektif, efisien ,
dan optimal di wilayah tersebut;
4) kebutuhan BMN sejenis pada satker lain;
5) hasil kajian atas bentuk pemindahtanganan yang paling efektif, efisien ,
dan optimal;
6) Penetapan Status Penggunaan terhadap BMN yang direncanakan
untuk dipindahtangankan; dan
7) status hukum BMN yang direncanakan untuk dipindahtangankan .
f. Berdasarkan hasil penelitian , Kepala Kantor Wilayah menyusun Rencana
Pemindahtanganan BMN tingkat wilayah untuk periode 3 ( tiga) tahun .
g. Dalam hal tidak terdapat usulan Rencana Pemindahtanganan BMN dari
tingkat Kuasa Pengguna Barang, Kepala Kantor Wilayah dapat
mengusulkan Rencana Pemanfaatan BMN tingkat wilayah berdasarkan
inisiatif Kantor Wilayah dengan mempertimbangkan kebutuhan BMN
satker yang berada dalam lingkup kewenangan Kantor Wilayah.
h. Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat Wilayah disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab III
Huruf J .
i. Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat wilayah disampaikan oleh
Kepala Kantor Wilayah kepada Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 40 -
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 41 -
- 42 -
f
MENTER 1 KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 43 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 44 -
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 45 -
BAB IV
A. UMUM
1. BMN yang merupakan objek Standar Spesifikasi dan Standar Jumlah ,
meliputi:
a. Identitas Perkantoran;
b. Bangunan Gedung Perkantoran;
c. Rumah Negara;
d. Rumah Susun Negara;
e. Kendaraan Jabatan;
f. Kendaraan Operasional;
g. Kendaraan Fungsional;
h . Perangkat Pengguna; dan
i. Ruang Tambahan .
2. Standar Spesifikasi dan Standar Jumlah BMN pada kantor perwakilan
Pemerintah Republik Indonesia di luar negeri mengikuti ketentuan di negara
setempat dan memperhatikan ketersediaan anggaran .
3. Identitas Perkantoran merupakan atribut yang melekat pada BMN berupa
tanah dan / atau bangunan untuk menampilkan ciri khas Kementerian
Keuangan.
4. Identitas Perkantoran terdiri dari:
a. Identitas Kementerian;
b. Identitas Satuan Kerja;
c. Identitas Kantor Pelayanan;
d . Papan Nama; dan
e. Plat Nama.
5. Kendaraan Fungsional merupakan alat angkutan darat bermotor yang
digunakan untuk mendukung tugas dan fungsi tertentu Kementerian
Keuangan .
6. Pengguna merupakan pegawai Kementerian Keuangan , dengan klasifikasi
sebagai berikut:
a. End User,
b. Technical and Development User, dan
c. Special Purpose User.
7. End User merupakan Pengguna yang melakukan pekerjaan seperti membuat
dokumen dengan menggunakan aplikasi office suite , mengakses informasi
menggunakan aplikasi / sistem informasi berbasis web, dan melakukan
kolaborasi elektronik.
8. Technical and Development User merupakan Pengguna yang melakukan
pekerjaan teknis atau pengembangan TIK seperti perancangan sistem TIK,
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 46 -
B. IDENTITAS PERKANTORAN
1. Identitas Kementerian
a. Merupakan atribut yang mencantumkan logo Kementerian Keuangan ,
tulisan “ Kementerian Keuangan”, dan nama Satuan Kerja.
b. Standar Spesifikasi Identitas Kementerian , meliputi:
1) Berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran yang disesuaikan
dengan luasan bangunan gedung dan estetika tampilan bagian depan
gedung;
2 ) Terbuat dari bahan dinding bata atau Alumunium Composite Panel
(ACP) dengan warna biru gelap;
3) Bahan pada angka 2) mencantumkan logo Kementerian Keuangan
dan tulisan dengan format sebagai berikut:
KEMENTERIAN KEUANGAN
Nama Satuan Kerja
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 47 -
KEMENTERIAN KEUANGAN
Nama Unit Eselon I
Nama Satuan Kerja 7
Alamat
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 48 -
4) Tulisan pada angka 3) terbuat dari bahan stainless steel dan dibuat
timbul dengan menggunakan warna silver atau gold;
5) Ukuran tulisan menyesuaikan ukuran Identitas Satuan Kerja;
6) Tulisan pada angka 3) huruf a) menyesuaikan ketentuan sebagai
berikut:
a) Nama Satuan Kerja yang dicantumkan pada Identitas Satuan
Kerja merupakan nama Satuan Kerja yang menatausahakan
bangunan gedung kantor;
b) Ukuran tulisan nama Satuan Kerja dibuat lebih besar
dibandingkan ukuran tulisan lainnya pada Identitas Satuan Kerja.
c. Pemasangan Identitas Satuan Kerja memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) dipasang pada halaman depan gedung / Rusunara / Kompleks Rumah
Negara menghadap ke arah jalan utama;
2 ) mudah dilihat; dan
3) jika dianggap perlu , dapat diberikan tambahan lampu penerangan
yang dipasang sedemikian rupa sehingga tulisan pada Identitas
Satuan Kerja lebih mudah dibaca.
d . Standar Jumlah Identitas Satuan Kerja
Identitas Satuan Kerja dipasang di setiap bangunan gedung
kantor / Rusunara / Kompleks Rumah Negara.
3. Identitas Kantor Pelayanan
a. Merupakan atribut yang mencantumkan logo Kementerian Keuangan
tulisan “ Kementerian Keuangan” , dan nama Satuan Kerja.
b. Standar Spesifikasi Identitas Kantor Pelayanan, meliputi:
1) berupa Neon Box dengan ukuran menyesuaikan jumlah Satuan Kerja
dan estetika tampilan serta menggunakan warna dasar biru gelap;
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 49 -
2) Neon box pada angka 1) mencantumkan logo Kementerian Keuangan
dan tulisan dengan format sebagai berikut:
m
KEMENTERIAN KEUANGAN
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 50 -
c) Untuk Rumah Negara yang berdiri sendiri atau tidak berada di
dalam kompleks Rumah Negara:
KEMENTERIAN KEUANGAN
RUMAH NEGARA
(Jabatan)
RUMAH NEGARA
KEMENTERIAN KEUANGAN
I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 51 -
b) Untuk Rumah Susun Negara:
- 52 -
- 53 -
- 54 -
1 unit printer
1 set A.C. Split 1 pk;
Ruang Duduk 1 set sice kursi sofa 3 sealer beserta meja;
1 unit backdrop TV tempat dudukan televisi / credenza;
1 unit televisi 50 inchi;
1 unit telepon
Ruang Makan 1 set meja makan 1 meja + 6 kursi;
Ruang Tidur Utama 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 180x200 cm +
1 divan;
2 nakas;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 3 pintu;
1 set A.C. Split 1 Pk ;
1 set meja kayu 1 meja rias + 1 kursi +
1 cermin;
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 160x200 cm +
1 divan; atau
2 kasur ukuran 120x200 cm +
2 divan;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu;
1 set A.C. Split 1 pk ;
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar 1 unit shower;
mandi 1 unit pemanas air;
1 set wastafel (wastafel, lemari bawah ,
cermin ) ;
1 unit kloset duduk / jongkok;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor;
( kitchen set ) 1 cooker hood ;
1 set lemari atas dan bawah ;
1 kitchen sink ;
1 unit lemari es 2 pintu side-by-side;
Gudang 1 unit genset 5 kva;
Garasi
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 100x200 cm +
Pramuwisma 1 divan;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 1 pintu;
Ruang Cuci 1 unit mesin cuci front loading ;
Kamar Mandi 1 set perangkat kamar 1 unit bak mandi / shower;
Pramuwisma mandi
1 unit kloset jongkok;
- 55 -
2 divan ;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu ;
1 set A.C. Split 1 pk ;
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar 1 unit bak mandi / shower;
mandi 1 set wastafel (wastafel, lemari bawah ,
cermin ) ;
1 unit kloset duduk / jongkok;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor;
( kitchen set) 1 set lemari bawah;
1 kitchen sink
1 unit lemari es 2 pintu atas-bawah ;
Gudang 1 unit genset 2 kva ;
Ruang Cuci 1 unit mesin cuci top loading 1 tabung;
- 56 -
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 57 -
Ruang Makan 1 set meja makan 1 meja + 4 kursi;
Ruang Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur ukuran 120x200 cm +
1 divan;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 1 pintu ;
1 set A.C. Split ' A pk
Kamar mandi / WC 1 set perangkat kamar 1 unit bak mandi / shower;
mandi
1 unit kloset duduk / jongkok;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor;
( kitchen set) 1 meja dapur;
1 kitchen sink ;
1 unit lemari es 1 pintu ;
Ruang Cuci 1 unit mesin cuci top loading 1 tabung;
3. Pejabat Eselon III atau pejabat Sejumlah pejabat Eselon III dan pejabat
setingkat Eselon III setingkat Eselon III
- 58 -
3) Spesifikasi Ruang
Tipe
Uraian
A B C D E
Ruang Tamu 1 1 1 1 1
Ruang Keluarga 1 1
Ruang Makan 1 1 1 1 1
Kamar Tidur Utama 1 1
Kamar Tidur 2 1 2 2 2
Kamar Tidur Pramuwisma 1 1
Kamar Mandi / WC 1 1 1 1 1
Dapur / Pantry 1 1 1 1 1
Ruang Cuci 1 1
- 59 -
2 nakas;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 3 pintu;
1 set A.C. Split 1 Pk;
1 set meja kayu 1 meja rias + 1 kursi +
1 cermin;
1 unit televisi 43 inchi;
1 set tempat tidur 1 kasur, ukuran 160x200 cm +
Ruang Tidur
1 divan;
atau
2 kasur, ukuran 120x200 cm +
2 divan;
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu ;
1 set A.C. Split % Pk ;
Kamar Tidur 1 set tempat tidur 1 kasur, ukuran 100x200 cm +
1 divan;
Pramuwisma
1 unit Wardrobe lemari pakaian 1 pintu;
1 set A.C. Split
1 set perangkat kamar
^ pk ;
1 unit shower;
Kamar mandi / WC
mandi 1 unit pemanas air;
1 unit exhaust fan;
1 set wastafel (wastafel, lemari
bawah, cermin );
1 unit kloset duduk;
Dapur 1 set perangkat dapur 1 kompor 4 tungku ;
( kitchen set) 1 cooker hood ;
1 set lemari atas dan bawah ;
1 kitchen sink ;
1 build -in oven;
1 exhaust fan;
1 unit lemari es 2 pintu ;
Ruang Cuci 1 unit mesin cuci front loading ;
0
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 60 -
1 unit Wardrobe lemari pakaian 2 pintu ;
1 set A. C. Split Vi pk
Kamar 1 set tempat tidur 1 kasur, ukuran 100x200 cm +
Tidur
1 divan ;
Pramuwisma
1 unit Wardrobe lemari pakaian 1 pintu ;
1 set A.C. Split Vi pk
Kamar mandi / WC
1 set perangkat kamar 1 unit shower;
mandi 1 unit pemanas air;
1 unit exhaust fan;
1 set wastafel (wastafel, lemari
bawah , cermin );
1 unit kloset duduk ;
1 set perangkat dapur 1 kompor;
Dapur
( kitchen set) 1 cooker hood ;
1 set lemari atas dan bawah;
1 kitchen sink ;
1 exhaust fan;
1 unit lemari es 2 pintu ;
Ruang Cuci 1 unit mesin cuci front loading ;
&/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 61 -
- 62 -
1 kitchen sink;
1 exhaust fan;
1 unit lemari es 1 pintu;
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 63 -
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 64 -
(b) Luas Bangunan Bruto dibagi dengan hasil dari
perhitungan lantai bangunan dikurangi lantai dasar,
dengan memperhatikan KDB.
c) Spesifikasi Luas Tanah
(1) Standar luas tanah merupakan batasan luas tanah yang
dibutuhkan oleh Kuasa Pengguna Barang untuk membangun
bangunan Rusunara beserta fasilitas pendukungnya.
(2 ) Standar luas tertinggi atas tanah merupakan hasil perhitungan
5 (lima) kali luas lantai dasar bangunan dibagi dengan Koefisien
Dasar Bangunan (KDB) yang berlaku di daerah setempat
dengan tetap memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah
( RTRW) .
d ) Spesifikasi Fasilitas
(1) Fasilitas Utama
(a) Jaringan air bersih;
(b) Jaringan listrik;
(c) Saluran pembuangan air;
(d ) Saluran pembuangan limbah;
(e ) Tempat pembuangan sampah;
(f ) Sistem ventilasi dan pencahayaan buatan yang memadai;
(g) Alat transportasi vertikal berupa tangga dan / atau lift sesuai
dengan ketentuan mengenai gedung negara;
( h ) Pintu dan tangga darurat;
(i) Ruang Pengelola Gedung;
( j ) Instalasi pemadam kebakaran;
( k ) Penangkal petir;
(l) Sistem alarm;
( m) Generator listrik;
( n ) Area parkir berikut sarana dan prasarana parkir;
(o) Pos keamanan dan petugas keamanan; dan
( p) Sistem keamanan kompleks Rusunara berupa:
i. kamera pengawas Closed -Circuit Television (CCTV) ;
ii. access control system gerbang utama kompleks ( sticker,
access card , atau sistem / teknologi lainnya) ;
iii. access control system gedung Rusunara ( access card
atau sistem / teknologi lainnya) .
(2 ) Fasilitas Penunjang
(a) Lobby / ruang tunggu tamu;
( b) Ruang / area serbaguna;
(c) Ruang kesehatan / poliklinik;
(d ) Ruang / tempat ibadah;
(e) Ruang Fire Command Center (FCC) ;
(f ) Ruang kantin / minimarket;
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 65 -
( g) Sarana olahraga; dan
( h ) Taman.
e ) Spesifikasi Sarana Eksterior
1) pagar halaman dominan warna hitam , disesuaikan dengan
wujud arsitektur bangunan gedung;
2 ) dinding gedung dominan warna krem / kuning gading,
dikombinasikan dengan warna putih dan biru ;
3) atap gedung, jika ada , menggunakan warna biru ;
4 ) Rusunara menggunakan Identitas Kementerian dan Identitas
Satuan Kerja; dan
5) Sarusun menggunakan Plat Nama.
c. Spesifikasi sebagaimana tersebut pada huruf a dan huruf b dikecualikan
untuk gedung Rusunara yang dibangun melalui program Bantuan
Pembangunan Rumah Susun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
3. Pejabat Eselon III atau Sejumlah pejabat Eselon III dan pejabat
pejabat setingkat Eselon III setingkat Eselon III
- 66 -
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 67 -
lain: ambulans,
kendaraan jenazah
• Untuk seluruh
Satuan Kerja pada
suatu
Kabupaten / Kota
2. Layanan Microbus 5.000 cc, 2 unit • Kendaraan layanan
publik 4 silinder publik antara lain:
Minibus 2.500 cc, kendaraan
4 silinder penerangan
MPV • Untuk seluruh
Satuan Kerja pada
Double suatu
gardan - Kabupaten / Kota
double
cabin
3. Protokoler SUV / MPV 3.000 cc, 1 unit Dihitung
4 silinder berdasarkan
ketentuan yang
mengatur mengenai
Perwakilan
Kementerian
Keuangan,
Sekretariat
Perwakilan
Kementerian
Keuangan , dan
Pengelolaan Gedung
Keuangan Negara di
Daerah di lingkungan
Kementerian
Keuangan
- 68 -
kendaraan dengan
persetujuan Kepala
Biro
9. Mobil SUV 2.500 cc, Dihitung
Pengantar Double 4 silinder berdasarkan analisis
Sampel gardan- kebutuhan
Laboratorium double kendaraan dengan
cabin persetujuan Kepala
Biro
10 . Mobil MPV 2.500 cc, Dihitung
Pengawasan Minibus 4 silinder berdasarkan analisis
Operasi kebutuhan
Tertutup kendaraan dengan
persetujuan Kepala
Biro
11. Mobil Patroli MPV 2.500 cc, Dihitung
Operasi Minibus 4 silinder berdasarkan analisis
Terbuka kebutuhan
kendaraan dengan
persetujuan Kepala
Biro
12 . Mobil Patroli SUV 2.500 cc, Dihitung
Operasi Double 4 silinder berdasarkan analisis
Terbuka gardan- kebutuhan
double kendaraan dengan
cabin persetujuan Kepala
Biro
13. Mobil SUV 2.500 cc, Dihitung
Operasional Double 4 silinder berdasarkan analisis
APN gardan- kebutuhan
Kapasitas double kendaraan dengan
Dua Anjing cabin persetujuan Kepala
Pelacak Biro
- 69 -
Biro
19. Sepeda Sepeda 225 cc Dihitung
Motor Juru Motor berdasarkan analisis
Sita kebutuhan
kendaraan dengan
persetujuan Kepala
Biro
G. PERANGKAT PENGGUNA
1. Standar Spesifikasi Perangkat Pengguna mengacu pada Standar Spesifikasi
yang berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan .
2 . Perangkat Pengguna berupa desktop:
1. melekat pada ruang tertentu untuk mendukung pelaksanaan tugas dan
fungsi pada ruang tersebut
2. dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut :
Standar
Ruang Standar Jumlah Keterangan
Klasifikasi
e-comer End User Sesuai indeks jumlah Ruang e-comer, antara
stakeholder per hari lain:
< 25 2 (dua) unit 1. layanan mandiri
orang 2. pojok baca
25 - 100 4 (empat) 3. informasi mandiri
orang unit
101 - 6 (enam )
200 unit
orang
> 200 dihitung
orang berdasarka
n analisis
kebutuhan
dengan
persetujua
n Kepala
Biro
layanan / front End User Sesuai jumlah bilik
office / customer layanan / front
service / call office / customer
center/ helpdesk service / call center /
helpdesk
TIIC Technical and Sesuai analisis jumlah Ruang TIK, antara lain:
Development pegawai yang bertugas 1. ruang Research and
User/ Special di bidang TIK Development
Purpose 2. ruang Incident and
Problem TIK
3. ruang Tape Back Up
Pelatihan End User Sesuai kapasitas ruang yang
ruang, dengan membutuhkan desktop
memperhatikan jumlah dalam melakukan
instruktur dan peserta pelatihan
pelatihan
/
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 70 -
Situation/ Special 1 (satu ) unit
Dealing room Purpose
End User 1 (satu ) unit
Multimedia Special sesuai analisis jumlah
Purpose pegawai yang bertugas
di bidang multimedia
Perpustakaan End User 1 (satu ) unit, untuk
pegawai yang bertugas
di perpustakaan; dan
sesuai indeks jumlah
pengunjung per hari:
< 10 1 (satu )
orang unit
10 - 20 2 (dua ) unit
orang
21 - 50 4 (empat )
orang unit
> 50 dihitung
orang berdasarkan
analisis
kebutuhan
dengan
persetujuan
Kepala Biro
J
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 71 -
2 . Tenaga Pengkaji;
3. Chief Management Officer (CMO) ; dan
4 . Pimpinan Unit Non Eselon .
4 . Perangkat Pengguna berupa printer, dihitung dengan menggunakan formula
sebagai berikut:
Uraian Jumlah Keterangan
Pejabat Eselon II ke atas 1 (satu ) unit Printer Laser/ Ink Jet
Pejabat Eselon III selaku 1 (satu ) unit Printer Laser/ Ink Jet
Kepala Kantor
layanan / front office/ customer sesuai jumlah bilik Printer Laser/ Dot Matrix
service layanan / front office/ customer
service
Pegawai yang melayani pejabat sesuai jumlah pegawai Printer Laser/ Ink Jet
Eselon I
Indeks pegawai:
H . RUANG KHUSUS
1. Ruang Khusus merupakan fasilitas / ruang tambahan di luar komponen
Standar Bangunan dan Standar Kebutuhan yang menjadi satu kesatuan
dengan bangunan gedung kantor .
2 . Standar Spesifikasi Ruang Khusus adalah sebagai berikut:
Kantor Kantor Kantor Kantor Gedung
No Nama Ruang Pusat Khusus Wilayah Pelayanan Bersama Keterangan
( m^ ) ( m^) ( m2 ) ( m2 ) ( m2)
(1) (2) (3) ( 4) (5) (6 ) ( 7) (8 )
1. Ruang 120 60 60 36 60
Pengendalian
dan Pengawasan
CCTV
2. Ruang Poliklinik 25 25 10 25
3. Ruang Teknisi 20 10 10 10 10
4. E-comer 20 15 15 10 15 Ruang e-comer,
antara lain :
Ruang layanan
mandiri /
pojok baca
5. Ruang Ramah 20 20 20 20 20 Ruang ramah
Anak anak, antara
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 72 -
lain:
Playground atau
ruang penitipan
anak
6. Ruang Research 100
and Development
7. Ruang Incident 100
dan Problem TIK
8. Ruang Tape Back 100
Up
9. Ruang Service 75 15 15 15 15
Desk / Layanan
Pengguna
10 . Ruang Kelas TIK 100 75 40 40
Ruang Mini Lab
Ruang Mini TLC
11. Ruang Engineer 150
on Site (EOS )
12 . Ruang 100 96 48 112 Ruang
Konsultasi konsultasi
antara lain:
konsultasi TIK /
konsultasi
pegawai /
konsultasi
pajak
13. Stagging Room 300
14 . Situation Room 40
15 . Ruang Studio 90 12 12 50
Multimedia
16 . Holding Room 50 50
untuk Pimpinan
17 . Ruang Olahraga 50 50
( Gym/ Fitness
Indoor)
18 . Ruang 100 60
Perpustakaan
19 . Ruang 48 30 48 20 Ruang
Penyidikan / BAP penyidikan / BAP
antara lain:
ruang interogasi
20. Ruang 112 32 48 Ruang
Pemeriksaan pemeriksaan
antara lain:
ruang
pemeriksaan
pegawai /
pemeriksaan
pajak
21. Ruang Berkas 100 100 25
Pemeriksaan
22 . Ruang Dokumen 600 450
Perpajakan Wajib
Pajak
23. Ruang Berkas 25 100 20
Penagihan /
Keberatan dan
Banding
24 . Ruang Kelas 80
Pajak
25 . Dealing room 100
J
J?*
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 73 -
26 . Ruang Video 32
Conference
27. Ruang 100
Assessment
28. Ruang Tahanan 25 25 40
29. Ruang 25 75 15
Penyimpanan
Senjata
30 . Ruang 25 10 50
Penyimpanan
Pita Cukai
31. Ruang K-9 12 15 15
32. Ruang Kimia 120
Basah
33. Ruang Reagant 75
34. Ruang Asam 50
35. Ruang Fourier- 50
Transform
Infrared
Spectroscopy
( FTIR )
36. Ruang Gas 50
Chromatography -
Mass
Spectrometry
( GCMS )
37. Ruang Kimia 75
Fisik
Keterangan:
Kolom (3) Kantor Pusat, terdiri dari: Kantor Pusat Unit Eselon I, LNSW, dan Pusintek;
Kolom ( 4 ) Kantor Khusus, terdiri dari: BLBC , KPU , PSO, KPP WP Besar , KPP Madya,
Satuan Kerja Badan Layanan Umum ( BLU ) ;
Kolom (6 ) Kantor Pelayanan , termasuk: KLIP, KPDDP, dan Balai Diklat ;
Kolom (7) Gedung Bersama merupakan bangunan gedung yang digunakan oleh lebih dari 1 (satu )
Satuan Kerja
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 74 -
BABY
PENGASURANSIAN BMN
A. UMUM
1. Pengasuransian BMN dilaksanakan untuk pengamanan, kepastian
keberlangsungan pemberian pelayanan umum, dan / atau kelancaran tugas
dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dengan mempertimbangkan
kemampuan keuangan negara.
2. BMN dapat diasuransikan berdasarkan prinsip:
a. selektif;
b. efisiensi;
c. efektivitas; dan
d . prioritas.
3. Kewenangan dan Tanggung Jawab
a. Pengguna Barang memiliki kewenangan dan tanggung jawab:
1) menetapkan rencana pengasuransian BMN ;
2) memenuhi kewajiban, tanggung jawab, dan ketentuan lainnya yang
diatur dalam Polis; dan
3) menyusun laporan pengasuransian BMN tingkat Pengguna Barang
b. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW memiliki
kewenangan dan tanggung jawab:
1) memberikan persetujuan terhadap usulan rencana pengasuransian
BMN yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang; dan
2) menyampaikan informasi terkait keterjadian risiko atas BMN yang
diasuransikan kepada Pengguna Barang
c. Kuasa Pengguna Barang, memiliki kewenangan dan tanggung jawab:
1) menyusun rencana pengasuransian BMN tingkat Kuasa Pengguna
Barang;
2) menyampaikan informasi terkait keterjadian risiko atas BMN yang
diasuransikan kepada Sekretaris Unit Eselon I dan Pengguna Barang;
3) memenuhi kewajiban , tanggung jawab, dan ketentuan lainnya yang
diatur dalam Polis; dan
4) menyusun laporan pengasuransian BMN tingkat Kuasa Pengguna
Barang.
4 . Objek Asuransi
a. BMN yang menjadi objek asuransi adalah BMN berupa gedung dan
bangunan dengan kondisi baik atau rusak ringan.
b. BMN sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak masuk dalam rencana
Penghapusan dan Pemindahtanganan pada tahun periode
pengasuransian .
c. Gedung dan bangunan sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat
mengikutsertakan sarana dan prasarana yang meliputi tapi tidak terbatas
pada:
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 75 -
B. PERENCANAAN
1. Persiapan
a. Kuasa Pengguna Barang melakukan inventarisasi BMN untuk
mengetahui kondisi, eksistensi, penggunaan , risiko dan sarana prasarana
yang melekat pada gedung dan bangunan.
b. Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan, Kuasa Pengguna Barang
melakukan pemutakhiran data BMN yang akan diasuransikan pada
SIMAN .
c. Prosedur pemutakhiran data BMN pada SIMAN berpedoman pada Bab
Penatausahaan.
2 . Penyusunan dan Penyampaian Usulan Rencana Pengasuransian BMN
a. Kuasa Pengguna Barang menyusun rencana pengasuransian BMN di
lingkungan Kuasa Pengguna Barang yang sekurang- kurangnya memuat:
1) data BMN sesuai dengan Daftar Barang Kuasa Pengguna Barang
meliputi kode barang, nama barang, Nomor Urut Pendaftaran, luas dan
lokasi;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 76 -
- 77 -
3) surat penyataan,
yang disusun berdasarkan format pada Lampiran II Bab V huruf A dan
ditandatangani oleh Sekretaris Unit Eselon I.
3. Penelitian dan Penetapan Rencana Pengasuransian BMN
a. Pengguna Barang melakukan penelitian atas usulan rencana
pengasuransian BMN yang disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dengan memperhatikan:
1) kebenaran data dan kelengkapan dokumen rencana pengasuransian
BMN sesuai dengan Daftar Barang Kuasa Pengguna Barang;
2 ) kesesuaian BMN yang akan diasuransikan dengan kriteria objek
asuransi;
3) skala prioritas, terdiri atas
a) Gedung dan bangunan utama;
b) Gedung Penunjang;
c) Underlying Asset penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ;
dan
d) pertimbangan lainnya;
b. Dalam melaksanakan penelitian , Pengguna Barang dapat:
1) menyelenggarakan forum penelitian usulan rencana pengasuransian
BMN antara Pengguna Barang dan Sekretaris Unit Eselon I; dan / atau
2 ) meminta APIP untuk melakukan review terhadap konsep rencana
pengasuransian BMN;
c. Dalam hal berdasarkan pertimbangan pengasuransian, Pengguna Barang
dapat menambah BMN untuk ditetapkan dalam rencana pengasuransian
BMN Kementerian Keuangan .
d . Berdasarkan hasil penelitian, Pengguna Barang menetapkan rencana
pengasuransian BMN dengan format sebagaimana tercantum dalam
lampiran II Bab V huruf D .
e. Rencana pengasuransian BMN disampaikan kepada:
1) Sekretaris Unit Eselon I;
2 ) APIP;
3) Kepala Satuan Kerja yang ditunjuk untuk melakukan pengadaan jasa
asuransi BMN; dan
4) Unit Kerja yang membidangi perencanaan dan keuangan di lingkungan
Kementerian Keuangan.
4. Perubahan Rencana Pengasuransian BMN
a. Kuasa Pengguna Barang dapat mengajukan usulan perubahan rencana
pengasuransian BMN, baik berupa penambahan maupun pengurangan
objek BMN, yang diakibatkan antara lain tapi tidak terbatas pada:
1) perubahan identitas BMN;
2) perubahan rencana Penggunaan , Pemanfaatan, Pemindahtanganan
dan Penghapusan BMN;
3) renovasi / pengembangan BMN; dan
4) hal lain yang mengakibatkan risiko kerugian / kerusakan meningkat.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 78 -
C. PELAKSANAAN
1. Pengadaan Jasa Asuransi
a. Pengadaan jasa asuransi BMN dilakukan oleh satuan kerja yang ditunjuk
oleh Pengguna Barang.
b. Penunjukkan satuan kerja sebagaimana dimaksud dalam huruf a
ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan tersendiri.
c. Ketentuan mengenai prosedur pengadaan jasa asuransi BMN mengacu
pada Keputusan Menteri Keuangan terkait tahapan pelaksanaan
pengadaan jasa asuransi BMN .
d . kontrak ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen pada satuan
kerja yang melakukan pengadaan jasa asuransi dan pimpinan Perusahaan
Asuransi yang menjadi Ketua Konsorsium Asuransi BMN.
2. Prosedur Pemberitahuan Kejadian dan Pengajuan Klaim
a. Dalam hal teijadi risiko pada BMN yang diasuransikan, Kuasa Pengguna
Barang:
1) mendokumentasikan kerusakan yang terjadi; dan
2 ) segera menyampaikan pemberitahuan kepada Sekretaris Unit Eselon I
dan Pengguna Barang melalui telepon atau media komunikasi lainnya
dengan jangka waktu paling lambat 15 hari sebelum batas akhir
pemberitahuan dalam Polis.
b. Dalam hal informasi teijadinya risiko merupakan informasi yang telah
ditayangkan melalui media nasional, pengguna barang dapat aktif
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 79 -
D. PELAPORAN
1. Kuasa Pengguna Barang menyusun laporan pelaksanaan pengasuransian
BMN
2. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 menjadi bagian dari Laporan
Barang Kuasa Pengguna
3. Pengguna Barang menyusun laporan pelaksanaan pengasuransian BMN
berdasarkan laporan pelaksanaan pengasuransian BMN yang disampaikan
oleh Kuasa Pengguna Barang
4. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 3 menjadi bagian dari Laporan
Barang Pengguna
5. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 3 memuat antara
lain:
a. data BMN yang diasuransikan, termasuk lokasi BMN;
b. jenis risiko BMN yang dipertanggungkan;
c. jangka waktu pengasuransian BMN;
d . identitas penyedia pertanggungan;
! >
MENTERI KEUANGAN
REPUBUK INDONESIA
- 80 -
e. Nilai Pertanggungan;
f. besaran Premi yang dibayarkan; dan
g. data pengajuan dan penyelesaian klaim.
6. Laporan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 3 disusun dengan
format daftar laporan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab V
huruf G.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 81 -
BAB VI
PENGGUNAAN BMN
A. UMUM
1. Penggunaan BMN dibatasi hanya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi
Kementerian / Lembaga.
2 . Pengguna Barang wajib menyerahkan BMN berupa tanah dan / atau bangunan
yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya kepada
Pengelola Barang.
3. Bentuk Penggunaan BMN meliputi:
a. penetapan status Penggunaan BMN;
b. Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh Pihak Lain;
c. Penggunaan sementara BMN;
d. utilisasi Penggunaan BMN;
e. pengalihan status Penggunaan BMN;
f. pengalihan Penggunaan BMN; dan
g. pengalihan fungsi BMN .
4. Kewenangan dan Tanggung Jawab
a. Kepala Biro memiliki kewenangan dan tanggung jawab:
1) mengajukan permohonan kepada Pengelola Barang mengenai
penetapan status Penggunaan BMN Negara yang berada pada Pengelola
Barang dan Pihak lain;
2) menandatangani surat , berita acara, dan naskah dinas lainnya terkait
pelaksanaan penetapan status Penggunaan BMN yang berada pada
Pengelola Barang dan Pihak lain;
3) mengajukan permohonan kepada Pengelola Barang mengenai
Penggunaan sementara BMN berupa tanah , bangunan, dan selain
tanah dan / atau bangunan yang memiliki bukti kepemilikan;
4) memberikan persetujuan Penggunaan sementara BMN selain tanah
dan / atau bangunan yang tidak memiliki bukti kepemilikan, dengan
nilai perolehan sampai dengan Rpl 00.000.000 ,00 (seratus juta
rupiah ) ;
5) menandatangani surat dan / atau perjanjian , berita acara dan naskah
dinas lainnya terkait pelaksanaan Penggunaan sementara BMN berupa
tanah, bangunan , dan selain tanah dan / atau bangunan yang memiliki
bukti kepemilikan untuk jangka waktu paling kurang
6 (enam) bulan;
6) mengajukan permohonan kepada Pengelola Barang mengenai alih
status Penggunaan BMN berupa tanah dan / atau bangunan , dan selain
tanah dan / atau bangunan yang memiliki bukti kepemilikan;
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 82 -
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 83 -
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 84 -
- 85 -
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLiK INDONESIA
- 86 -
- 87 -
- 88 -
- 89 -
- 90 -
4 /
MENTERi KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 91 -
- 92 -
atau
( 2) permohonan tersebut tidak layak untuk dipenuhi, maka
Pengguna Barang menyampaikannya kepada Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW disertai
dengan alasannya.
d) Dalam hal permohonan Pengguna Barang kepada DJBC selaku
Pengurus Barang Yang Menjadi Milik Negara eks Kepabeanan
dan Cukai:
(1) layak untuk dipenuhi, DJBC selaku Pengurus Barang Yang
Menjadi Milik Negara eks Kepabeanan dan Cukai
menyampaikan permohonan penetapan status Penggunaan
kepada Pengelola Barang; atau
(2 ) tidak layak untuk dipenuhi, maka DJBC selaku Pengurus
Barang Yang Menjadi Milik Negara eks Kepabeanan dan
Cukai menyampaikan kepada Pengguna Barang disertai
dengan alasannya, untuk selanjutnya ditindaklanjuti oleh
Pengguna Barang untuk disampaikan kepada Sekretaris
Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW disertai
dengan alasannya.
e) Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui penetapan status
Penggunaan, Pengguna Barang menyampaikannya kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
disertai dengan alasannya.
f) Penetapan status Penggunaan BMN diberikan oleh Pengelola
Barang dalam bentuk Keputusan Penetapan Status
Penggunaan , dan ditindaklanjuti dengan penandatanganan
BAST BMN antara Pengurus Barang Yang Menjadi Milik Negara
eks Kepabeanan dan Cukai dan Pengguna Barang.
g) Selanjutnya, Pengguna Barang menyerahkan BMN tersebut
kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW yang dituangkan dalam BAST.
h) Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menyerahkan BMN tersebut kepada Kuasa Pengguna Barang
yang dituangkan dalam BAST.
i) Penandatanganan BAST sebagaimana tersebut pada huruf f )
sampai dengan angka h ) agar dilakukan pada hari dan tanggal
yang sama.
j) Kuasa Pengguna Barang mencatat BMN tersebut dalam daftar
Barang Kuasa Pengguna.
k) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
penetapan status Barang Yang Menjadi Milik Negara Eks
Kepabeanan Dan Cukai paling lambat 1 (satu) bulan sejak
tanggal BAST antara Pengurus Barang Yang Menjadi Milik
Negara eks Kepabeanan dan Cukai dan Pengguna Barang, dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI huruf F. 2 .
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 95 -
- 96 -
h . Bangunan dan barang lainnya yang didirikan oleh Pihak Lain untuk
Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf g merupakan
BMN sejak diserahkan kepada Kementerian Keuangan .
i. Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh Pihak Lain dituangkan dalam
naskah perjanjian antara Pengguna Barang dan Pihak Lain yang
mengoperasikan BMN.
j. Pihak Lain yang dapat mengoperasikan BMN adalah:
1) Badan Usaha Milik Negara (BUMN ) ;
2) Koperasi;
3) Pemerintah negara lain;
4 ) organisasi internasional;
5) Lembaga independen yang dibentuk dengan Undang-Undang; atau
6) badan hukum lainnya.
k. Jangka waktu Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh Pihak Lain:
1) paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang, untuk
pengoperasian BMN oleh BUMN , Koperasi, atau badan hukum
lainnya;
2) paling lama 99 (sembilan puluh sembilan) tahun, untuk
pengoperasian BMN oleh Pemerintah negara lain;
3) sesuai perjanjian, untuk pengoperasian BMN oleh organisasi
internasional; atau
4) selama lembaga independen yang dibentuk dengan undang-undang
melaksanakan tugas dan fungsinya untuk menjalankan urusan
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan , untuk
pengoperasian BMN oleh lembaga independen yang dibentuk dengan
undang-undang.
l. Penggunaan BMN untuk Dioperasikan oleh Pihak Lain ditetapkan oleh
Pengelola Barang dalam bentuk Keputusan Pengelola Barang.
2. Tata Cara Penggunaan BMN untuk Dioperasikan oleh Pihak Lain
a. Kepala Biro melakukan penelitian atas permohonan Penggunaan BMN
untuk Dioperasikan oleh Pihak Lain yang diajukan Pihak :ain tersebut
kepada Pengguna Barang, baik penelitian dari aspek materi maupun dari
aspek kelengkapan data dan dokumen permohonan.
b. Penelitian dari aspek materi tersebut dilakukan paling sedikit terhadap:
1) data BMN yang diusulkan menjadi objek Penggunaan BMN untuk
dioperasikan oleh Pihak Lain;
2 ) alasan dan dasar pertimbangan permohonan;
3) rencana pengoperasian;
4) jangka waktu; dan
5) hak dan kewajiban serta tanggung jawab dari Pengguna Barang dan
Pihak Lain yang mengajukan permohonan.
c. Penelitian dari aspek kelengkapan data dan dokumen pemohonan
dilakukan paling sedikit atas Surat Pemyataan bermeterai cukup yang
ditandatangani oleh:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 97 -
*/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 98 -
- 99 -
- 100 -
- 101 -
n
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 102 -
u/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 103 -
- 105 -
- 106 -
- 107 -
- 108 -
- 109 -
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 110 -
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- Ill -
- 112 -
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 113 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 114 -
- 115 -
atau
b) permohonan tersebut tidak dapat ditindaklanjuti, maka Kuasa
Pengguna Barang menyampaikannya kepada Pengguna Barang
Kementerian / Lembaga disertai dengan alasannya.
3) Dalam hal permohonan Penggunaan sementara BMN dari Pengguna
Barang Kementerian / Lembaga dapat disetujui, maka Kepala
Kantor / Kepala Balai / Kepala Pangkalan menerbitkan persetujuan
Penggunaan sementara BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf B.5 dan
ditindaklanjuti melalui penandatanganan perjanjian Penggunaan
sementara BMN dan serah terima BMN yang dituangkan dalam BAST
yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VI huruf G.1.
4) Kepala Kantor / Kepala Balai / Kepala Pangkalan bersama dengan
Pengguna Barang Kementerian / Lembaga menyusun perjanjian
Penggunaan sementara yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II BAB VI huruf H , paling
sedikit memuat:
a) data BMN yang menjadi objek Penggunaan sementara BMN;
b) Pengguna Barang;
c) jangka waktu Penggunaan sementara BMN ; dan
d ) hak dan kewajiban Para Pihak , termasuk kewajiban Pengguna
Barang yang menggunakan sementara BMN untuk melakukan
pengamanan dan pemeliharaan BMN.
5) Dalam hal Pengguna Barang yang menggunakan sementara BMN
bermaksud untuk memperpanjang jangka waktu Penggunaan
sementara, maka pengajuan permohonan perpanjangan waktu
Penggunaan sementara disampaikan paling lambat sebelum jangka
waktu Penggunaan sementara berakhir.
6) Pelaksanaan penelitian dan tindak lanjut atas pengajuan
perpanjangan jangka waktu tersebut dilakukan sebagaimana
permohonan yang pertama kali.
7) Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut tidak
dapat disetujui, Kuasa Pengguna Barang menyampaikan hal tersebut
kepada Pengguna Barang Kementerian / Lembaga yang mengajukan
permohonan disertai dengan alasannya.
8) Pada saat berakhirnya Penggunaan sementara BMN , maka Pengguna
Barang yang menggunakan sementara BMN wajib mengembalikan
BMN tersebut kepada Kepala Kantor / Kepala Balai / Kepala Pangkalan
dan dituangkan dalam BAST pengembalian BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
BAB VI huruf G.2.
9) BAST pengembalian BMN hanya dapat ditandatangani setelah
terpenuhinya segala hak, kewajiban, dan tanggung jawab
sebagaimana tertuang dalam perjanjian .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 116 -
- 117 -
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 118 -
j
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 119 -
- 120 -
- 121 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 122 -
- 123 -
- 124 -
- 125 -
- 126 -
- 127 -
- 128 -
- 129 -
- 130 -
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 131 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 132 -
BAB VII
PEMANFAATAN BMN
A. UMUM
1. Pemanfaatan BMN dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu
pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara.
2. Pemanfaatan BMN dilakukan dengan memperhatikan kepentingan negara
dan kepentingan umum .
3. Pemanfaatan BMN dilakukan dengan tidak mengubah status kepemilikan
BMN.
4. Pemanfaatan BMN dilakukan terhadap BMN yang telah mendapat
penetapan status Penggunaan .
5. Dalam hal BMN pada Pengguna Barang yang diusulkan Pemanfaatan BMN
belum ditetapkan status penggunaannya sebagaimana dimaksud pada
angka 4, Pengguna Barang terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada
Pengelola Barang untuk memperoleh penetapan status Penggunaan BMN
tersebut.
6. Biaya pemeliharaan dan pengamanan BMN serta biaya pelaksanaan yang
berkaitan dengan Pemanfaatan BMN dibebankan pada mitra Pemanfaatan
BMN .
7. Penerimaan negara dari Pemanfaatan BMN merupakan penerimaan negara
yang wajib disetorkan seluruhnya ke rekening Kas Umum Negara, kecuali
ditentukan lain oleh Undang-Undang dan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang ditetapkan Presiden .
8. BMN yang menjadi objek Pemanfaatan BMN dilarang dijaminkan atau
digadaikan.
9. Mitra Pemanfaatan BMN dilarang mendayagunakan BMN objek
Pemanfaatan BMN selain untuk peruntukan Pemanfaatan BMN sesuai
perjanjian.
10. Penilaian BMN dalam rangka Pemanfaatan BMN dilakukan oleh Penilai, baik
Penilai Pemerintah atau Penilai Publik, kecuali untuk BMN selain tanah
dan / atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang dapat dilakukan
oleh tim yang dibentuk oleh Pengguna Barang.
11. Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan
infrastruktur meliputi:
a. pekerjaan konstruksi untuk membangun atau meningkatkan
kemampuan infrastruktur;
b. kegiatan pengelolaan infrastruktur; dan / atau
c. pemeliharaan infrastruktur dalam rangka mempertahankan atau
meningkatkan fungsi infrastruktur .
f /
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 133 -
- 134 -
- 135 -
- 136 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 137 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 138 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 139 -
e. Tarif pokok Sewa BMN berupa tanah dan / atau bangunan merupakan
nilai wajar atas Sewa.
f. Tarif pokok Sewa BMN selain tanah dan / atau bangunan ditetapkan oleh
Pengguna Barang, setelah memperoleh persetujuan Pengelola Barang.
g. Perhitungan tarif pokok Sewa sebagaimana dimaksud pada huruf f
dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh Pengguna Barang, atau
menggunakan Penilai yang ditetapkan Pengguna Barang.
h. Tarif pokok sewa dapat berupa daftar tarif pokok Sewa yang ditetapkan
pada awal tahun oleh Pengelola Barang.
i. Faktor penyesuai Sewa sebagaimana dimaksud pada huruf c angka 2)
meliputi:
1) jenis kegiatan usaha penyewa; dan
2) periodesitas Sewa.
j. Faktor penyesuai Sewa sebagaimana dimaksud pada huruf i dihitung
dalam persentase.
k. Jenis kegiatan usaha penyewa sebagaimana dimaksud pada huruf i
angka 1) dikelompokkan atas:
1) kegiatan bisnis;
2 ) kegiatan non bisnis; atau
3) kegiatan sosial.
l. Kelompok kegiatan bisnis sebagaimana dimaksud pada huruf k angka 1)
diperuntukkan bagi kegiatan yang berorientasi semata-mata mencari
keuntungan yang klasifikasinya berpedoman pada klasifikasi baku
lapangan usaha Indonesia yang ditetapkan Pemerintah .
m. Kelompok kegiatan non bisnis sebagaimana dimaksud pada huruf k
angka 2) diperuntukkan bagi kegiatan yang menarik imbalan atas
barang atau jasa yang diberikan namun tidak semata-mata mencari
keuntungan, meliputi:
1) pelayanan kepentingan umum yang menarik imbalan dalam jumlah
tertentu;
2) penyelenggaraan pendidikan nasional; atau
3) upaya pemenuhan kebutuhan pegawai atau fasilitas yang
diperlukan dalam rangka menunjang tugas dan fungsi Pengguna
Barang.
n. Kelompok kegiatan sosial sebagaimana dimaksud pada huruf k)
angka 3) diperuntukkan bagi kegiatan yang tidak menarik imbalan atas
barang / jasa yang diberikan dan / atau tidak berorientasi mencari
keuntungan , meliputi:
1) pelayanan kepentingan umum yang tidak menarik imbalan ;
2) kegiatan keagamaan;
3) kegiatan kemanusiaan; atau
4) kegiatan penunjang penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan / negara.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 140 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 141 -
- 142 -
dd . Ketentuan Peralihan:
1) Besaran Sewa untuk Sewa yang dilaksanakan oleh Pengguna
Barang sebelum ditetapkannya persetujuan oleh Pengelola Barang
didasarkan pada hasil pengawasan dan pengendalian Pengguna
Barang dan / atau hasil reviu APIP.
2 ) Dalam hal:
a) penyewa telah membayarkan besaran Sewa kepada Pengguna
Barang melebihi dari atau sesuai dengan hasil pengawasan dan
pengendalian Pengguna Barang dan / atau hasil reviu APIP
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ; dan
b) Pengguna Barang telah menyetorkan seluruh besaran Sewa
sebagaimana dimaksud pada huruf a ke rekening Kas Umum
Negara,
maka Pengguna Barang dapat melanjutkan pelaksanaan Sewa yang
bersangkutan berdasarkan persetujuan Pengelola Barang.
3) Dalam hal penyewa tidak melaksanakan pembayaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a:
a) besaran Sewa sebelum adanya persetujuan Pengelola Barang
agar disesuaikan oleh Pengguna Barang berdasarkan
persetujuan Pengelola Barang yang ditetapkan untuk Sewa
selanjutnya, dengan tidak mengakomodir adanya
pengembalian besaran Sewa apabila besaran Sewa yang telah
dibayarkan melebihi penetapan dari Pengelola Barang; dan
b) penyewa wajib menyetorkan ke rekening Kas Umum Negara
seluruh besaran Sewa yang dihasilkan dari penyesuaian yang
dilakukan oleh Pengguna Barang.
4) Besaran Sewa yang terjadi sebelum adanya persetujuan Pengelola
Barang ditetapkan oleh Pengguna Barang berdasarkan hasil reviu
APIP sebagaimana dimaksud pada angka 1) .
6. Pembayaran Sewa
a. Pembayaran uang Sewa dilakukan sekaligus secara tunai sebelum
penandatanganan perjanjian.
b. Pembayaran uang Sewa dilakukan dengan cara menyetor langsung ke
Rekening Kas Umum Negara.
c. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b, pelaksanaan Sewa di luar negeri dengan pembayaran uang Sewa
yang dilakukan pula di luar negeri, pembayaran uang Sewa dilakukan
secara sekaligus paling lambat 1 (satu) hari sebelum penandatanganan
perjanjian , dengan cara menyetorkan ke rekening kas bendahara
penerimaan di luar negeri.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 143 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 144 -
- 145 -
- 146 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 147 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 148 -
- 149 -
- 150 -
- 151 -
- 152 -
- 153 -
- 154 -
- 155 -
- 156 -
- 157 -
- 159 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 160 -
- 161 -
- 164 -
- 165 -
4) bencana sosial.
7. Pengakhiran Pinjam Pakai
a. Pinjam Pakai berakhir dalam hal:
1) berakhirnya jangka waktu Pinjam Pakai sebagaimana tertuang
dalam perjanjian dan tidak dilakukan perpanjangan;
2) pengakhiran perjanjian Pinjam Pakai secara sepihak oleh
Pengguna Barang;
3) berakhirnya perjanjian Pinjam Pakai; atau
4) ketentuan lain sesuai peraturan perundang-undangan .
b. Pengakhiran Pinjam Pakai sebagaimana dimaksud pada huruf a
angka 2, dapat dilakukan dalam hal peminjam pakai tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana tertuang dalam perjanjian
Pinjam Pakai.
c. Pengakhiran Pinjam Pakai sebagaimana dimaksud pada huruf b
dapat dilakukan oleh Pengguna Barang secara tertulis tanpa
melalui pengadilan, setelah terlebih dahulu diberikan
peringatan / pemberitahuan tertulis kepada peminjam pakai.
8. Tata Cara Pengajuan Permohonan Pinjam Pakai Barang Milik Negara
Berupa Tanah dan / atau Bangunan dan Selain Tanah dan / atau
Bangunan Yang Memiliki Bukti Kepemilikan
a. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan (Kepala Biro)
melakukan penelitian atas permohonan Pinjam Pakai dari calon
Peminjam Pakai, paling sedikit terhadap data BMN calon objek
Pinjam Pakai, dasar pertimbangan dan tujuan Pinjam Pakai,
permohonan jangka waktu Pinjam Pakai, dan identitas calon
Peminjam Pakai.
b. Jangka waktu Pinjam Pakai paling lama 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang.
c. Dalam hal permohonan dapat ditindaklanjuti, Kepala Biro meminta
konfirmasi dan klarifikasi tertulis kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW atas permohonan Pinjam
Pakai tersebut.
d . Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
melakukan analisis terhadap permohonan Pinjam Pakai tersebut,
antara lain dengan:
1) meneliti perencanaan Pemanfaatan BMN pada RP4 BMN
Satuan Kerja terkait;
2 ) meminta konfirmasi dan klarifikasi kepada Kuasa Pengguna
Barang yang menatausahakan BMN tersebut; dan
3) melibatkan Kuasa Pengguna Barang yang menatausahakan
BMN tersebut untuk memastikan mengenai kebutuhan BMN
pada Satuan Kerja lainnya di lingkungan Kementerian
Keuangan yang berada pada wilayah yang sama dengan BMN
yang menjadi calon objek Pinjam Pakai.
4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 166 -
- 167 -
1) dasar perjanjian;
2) identitas para pihak yang terikat dalam perjanjian;
3) jenis, luas atau jumlah barang yang dipinjamkan;
4) jangka waktu Pinjam Pakai;
5) tanggung jawab peminjam atas biaya operasional dan
pemeliharaan selama jangka waktu peminjaman; dan
6) hak dan kewajiban para pihak.
j. Pengguna Barang menyampaikan laporan tindak lanjut persetujuan
Pinjam Pakai paling lambat 1 (satu) bulan setelah tanggal BAST, dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II BAB VII Huruf E.1.
k. Laporan tindak lanjut disampaikan kepada Pengelola Barang
dengan melampirkan dokumen kelengkapan antara lain:
1) persetujuan Pinjam Pakai dari Pengelola Barang; dan
2) fotokopi Perjanjian Pinjam Pakai dan BAST.
l. Selama jangka waktu Pinjam Pakai, peminjam pakai dapat
mengubah BMN , sepanjang tidak melakukan perubahan yang
mengakibatkan perubahan fungsi dan / atau penurunan nilai BMN .
m. Perubahan BMN dimaksud dalam hal:
1) tidak disertai perubahan bentuk dan / atau konstruksi dasar
BMN , maka peminjam pakai melaporkan perubahan dimaksud
kepada Pengguna Barang; atau
2 ) disertai perubahan bentuk dan / atau konstruksi dasar BMN ,
maka peminjam pakai terlebih dahulu meminta persetujuan
dari Pengguna Barang sebelum melakukan perubahan atas
BMN. Apabila perubahan dimaksud dilakukan terhadap BMN
berupa tanah dan / atau bangunan maka Pengguna Barang
melaporkan perubahan tersebut kepada Pengelola Barang.
n. Perpanjangan jangka waktu Pinjam Pakai diajukan oleh peminjam
pakai kepada Pengguna Barang paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum
berakhirnya jangka waktu Pinjam Pakai.
o. Pelaksanaan penelitian dan tindak lanjut atas permohonan
perpanjangan Pinjam Pakai tersebut dilakukan sebagaimana
penelitian dan tindak lanjut untuk permohonan yang pertama kali.
p. Dalam hal permohonan perpanjangan Pinjam Pakai tersebut tidak
dapat disetujui, Pengguna Barang menyampaikan hal tersebut
kepada peminjam pakai disertai dengan alasannya.
q. Dalam hal permohonan perpanjangan Pinjam Pakai tersebut dapat
dipertimbangkan untuk dipenuhi, Pengguna Barang mengajukan
permohonan persetujuan perpanjangan Pinjam Pakai kepada
Pengelola Barang paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya
jangka waktu Pinjam Pakai.
r. Peminjam pakai wajib mengembalikan BMN yang dipinjam pakai
kepada Pengguna Barang setelah jangka waktu Pinjam Pakai
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 168 -
•i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 169 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 170 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 171 -
- 172 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 173 -
- 174 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 175 -
- 176 -
- 177 -
- 179 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 180 -
ll
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 182 -
- 184 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 185 -
2. Subjek KSPI
a. Pihak yang dapat melaksanakan KSPI BMN yang berada pada
Pengguna Barang adalah Pengguna Barang setelah mendapatkan
persetujuan dari Pengelola Barang
b. Pihak yang dapat menjadi mitra KSPI terdiri atas:
1) badan usaha swasta yang berbentuk perseroan terbatas;
2) badan hukum asing;
3) Badan Usaha Milik Negara;
4) Badan Usaha Milik Daerah;
5) anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang
diperlakukan sama dengan Badan Usaha Milik Negara sesuai
ketentuan peraturan pemerintah yang mengatur mengenai tata
cara penyertaan dan penatausahaan modal negara pada Badan
Usaha Milik Negara dan perseroan terbatas; atau
6 ) Koperasi
c. Badan hukum asing sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 2 )
merupakan perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia
sebelum ditetapkan sebagai mitra KSPI.
3. Objek KSPI
a. Objek KSPI meliputi BMN berupa:
1) tanah dan / atau bangunan ; dan
2) selain tanah dan / atau bangunan ,
yang berada pada Pengguna Barang.
b. Objek KSPI berupa tanah dan / atau bangunan sebagaimana
dimaksud pada huruf a angka 1) , dapat dilakukan untuk sebagian
atau keseluruhannya.
4. Jangka Waktu KSPI
a. Jangka waktu KSPI paling lama 50 (lima puluh) tahun sejak
perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang.
b. Perpanjangan jangka waktu KSPI sebagaimana dimaksud pada
huruf a hanya dapat dilakukan apabila terjadi government force
majeure , seperti dampak kebijakan pemerintah yang disebabkan
oleh terjadinya krisis ekonomi, politik, sosial, dan keamanan.
c. Perpanjangan jangka waktu KSPI sebagaimana dimaksud pada
huruf b diajukan permohonannya paling lama 6 (enam) bulan
setelah government force majeure nyata- nyata terjadi.
d. Perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf c
ditetapkan oleh PJPB, setelah mendapat persetujuan Pengelola
Barang dan dituangkan dalam perjanjian KSPI .
5. Pemilihan Mitra KSPI
a. PJPB menetapkan mitra KSPI berdasarkan hasil pengadaan badan
usaha pelaksana Proyek Kerja Sama sesuai dengan ketentuan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 186 -
- 187 -
- 188 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 189 -
- 190 -
4. Jangka Waktu
Jangka waktu KETUPI paling lama 50 (lima puluh ) tahun sejak
perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang.
5. Hasil KETUPI
a. Hasil KETUPI berupa:
1) pembayaran dana di muka ( upfrontpayment ) ; dan
2) aset.
b. Hasil KETUPI berupa pembayaran dana di muka ( upfront payment )
sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1) :
1) nilainya ditetapkan oleh PJPB;
2) dilakukan pembayarannya oleh mitra KETUPI ke rekening BLU
paling lama 6 (enam) bulan setelah penandatanganan
perjanjian;
3) dapat diberikan perpanjangan jangka waktu pembayarannya
paling lama 6 (enam) bulan , dalam hal terjadi kegagalan
pembayaran oleh mitra KETUPI sebagaimana dimaksud pada
angka 2, yang pengaturannya berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai hak
pengelolaan terbatas atas aset infrastruktur;
4) tidak membatasi hak BLU untuk memperoleh pembagian
kelebihan keuntungan ( clawback ) ; dan
5) peruntukannya ditetapkan oleh PJPB setelah mendapat
persetujuan dari BLU.
c. Aset hasil KETUPI sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 2) :
1) dapat berupa tanah, gedung, bangunan, sarana, dan
fasilitasnya yang diadakan oleh mitra KETUPI;
2) pengadaannya diperjanjikan antara BLU dan mitra KETUPI;
dan
3) menjadi BMN pada Pengelola Barang sejak diserahterimakan
oleh mitra KETUPI kepada BLU.
6. Perjanjian KETUPI
a. Pelaksanaan KETUPI dituangkan dalam perjanjian yang
ditandatangani oleh BLU dan mitra KETUPI.
b. Materi yang diatur dalam perjanjian sebagaimana dimaksud pada
huruf a berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai hak pengelolaan terbatas atas aset
infrastruktur.
c. Perjanjian sebagaimana dimaksud pada huruf a dituangkan dalam
bentuk akta notariil.
7. Pengelolaan dan Penggunaan Dana Hasil oleh BLU
a. BLU melakukan pengelolaan:
1) dana hasil KETUPI, meliputi pembayaran dana di muka
( upfront payment ) , pembagian kelebihan keuntungan
( clawback ) , dan / atau
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 191 -
- 192 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 193 -
BAB VIII
PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN
A. UMUM
1. Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat (2) huruf f Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara / Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2020, Pengguna
Barang / Kuasa Pengguna Barang wajib melakukan pengamanan dan
pemeliharaan BMN yang berada dalam penguasaannya.
2. Kewenangan dan Tanggung Jawab
a. Pengamanan dan pemeliharaan BMN dilaksanakan oleh Pengguna
Barang dan / atau Kuasa Pengguna Barang sesuai dengan kewenangan
dan tanggung jawabnya masing-masing.
b. Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang wajib melakukan
pemeliharaan terhadap BMN yang berada dalam penguasaannya secara
rutin dan sewaktu-waktu dengan memperhatikan karakteristik masing-
masing BMN sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan tugas dan
fungsi Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang, kondisi BMN
bersangkutan, dan / atau ketersediaan biaya.
B. PENGAMANAN BMN
1. Ketentuan Dasar
a. Pengamanan BMN meliputi pengamanan fisik, pengamanan
administrasi, dan pengamanan hukum.
b. Salah satu upaya pengamanan fisik BMN dilakukan dengan cara
mengasuransikan BMN sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Pengamanan administrasi dilakukan baik secara fisik maupun secara
digital dalam SIMAN .
d . BMN berupa tanah harus disertipikatkan atas nama Pemerintah
Republik Indonesia c.q. Kementerian Keuangan .
e. BMN berupa bangunan harus dilengkapi dengan bukti kepemilikan atas
nama Pemerintah Republik Indonesia c.q. Kementerian Keuangan.
f. BMN selain tanah dan / atau bangunan harus dilengkapi dengan bukti
kepemilikan atas nama Kementerian Keuangan.
2. Pengamanan BMN Berupa Tanah
a. Pengamanan Fisik
1) Memasang tanda batas tanah .
a) Pemasangan tanda batas tanah dilakukan melalui pembangunan
pagar pembatas yang terbuat dari dinding bata atau logam
dengan tinggi minimal 1 (satu) meter.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 194 -
b) Dalam hal pembangunan pagar belum dapat dilakukan
dikarenakan keterbatasan anggaran , maka pemasangan tanda
batas tanah dilakukan melalui pemasangan patok penanda batas
tanah , baik patok beton maupun patok besi, dengan ketentuan
sebagai berikut:
(1) tinggi minimal 0,50 ( nol koma lima puluh ) meter dari
permukaan tanah;
(2) kedalaman minimal 1 (satu) meter dari permukaan tanah ;
dan
(3) jarak antara satu patok dan lainnya minimal 100 (seratus)
meter atau disesuaikan dengan kondisi tanah bersangkutan .
2) Memasang papan nama mengikuti ketentuan sebagaimana
tercantum dalam BAB IV Lampiran Keputusan Menteri ini.
3) Melakukan penjagaan langsung oleh satuan pengamanan (satpam)
atau petugas yang ditunjuk.
4) Mengubah bentuk tanah dari bentuk datar, baik menjadi bentuk
galian maupun menjadi bentuk tanggul, yang dapat mencerminkan
upaya pengamanan BMN dimaksud .
b. Pengamanan Administrasi
1) Menghimpun , mencatat, menyimpan, dan menatausahakan
dokumen bukti kepemilikan tanah secara tertib dan aman.
Dokumen tersebut yaitu:
a) Perjanjian Sewa antara Pengguna Barang / Kuasa Pengguna
Barang dengan pihak ketiga beserta dokumen yang
mendahuluinya atau mengikutinya, yang berupa izin prinsip dari
Pengelola Barang, Berita Acara Serah Terima (BAST) , kuitansi
pembayaran , dan / atau bukti setor ke Kas Negara.
b) Perjanjian Pinjam Pakai antara Kementerian dengan instansi
lainnya beserta dokumen yang mendahului atau mengikutinya,
yang berupa izin prinsip dari Pengelola Barang dan BAST.
c) Perjanjian KSP antara Kementerian dengan pihak ketiga beserta
dokumen yang mendahului atau mengikutinya, yang berupa izin
prinsip dari Pengelola Barang, dokumen pelelangan, dan / atau
BAST.
d ) Perjanjian BGS / BSG antara Kementerian dengan pihak ketiga
beserta dokumen yang mendahului atau mengikutinya, yang
berupa izin prinsip dari Pengelola Barang dan / atau BAST.
e) Perjanjian KSPI antara Kementerian dengan pihak ketiga beserta
dokumen yang mendahului atau mengikutinya, yang berupa izin
prinsip dari Pengelola Barang dan / atau BAST.
f ) Perjanjian KETUPI antara Badan Layanan Umum dengan pihak
ketiga beserta dokumen yang mendahului atau mengikutinya,
yang berupa izin prinsip dari Pengelola Barang dan / atau BAST.
4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 195 -
g) Perjanjian jual beli antara Kementerian dengan pihak ketiga
beserta dokumen yang mendahului atau mengikutinya, yang
berupa izin prinsip dari Pengelola Barang, dokumen pelelangan,
bukti pelepasan hak, Berita Acara Penelitian dan Penilaian , Akta
Jual Beli, Keputusan Menteri tentang penghapusan , BAST,
dan / atau kuitansi pembayaran.
h ) Perjanjian Tukar Menukar antara Kementerian dengan pihak
ketiga beserta dokumen yang mendahului atau mengikutinya,
yang berupa persetujuan dari Pengelola Barang, peta situasi
tanah pengganti atau gambar bangunan, Keputusan
Penghapusan , dan / atau BAST.
i) Hibah antara Kementerian dengan Pemerintah Daerah, dari
Pemerintah Daerah kepada Kementerian atau dari Kementerian
kepada Pihak Lain beserta dokumen pendahuluannya, yang
berupa izin prinsip dari Pengelola Barang, Keputusan tentang
pemberian Hibah , BAST, dokumen terkait register Hibah , surat
pelepasan hak perorangan / masyarakat ulayat dan surat-surat
terkait lainnya.
j) Dokumen Penyertaan Modal Negara kepada Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) / Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) / perseroan
terbatas, yang berupa izin prinsip dari Pengelola Barang, Berita
Acara Penaksiran dan Penilaian , Peraturan Pemerintah tentang
Penyertaan Modal Negara, Keputusan Menteri tentang
penghapusan , dan / atau BAST.
k) Dokumen Pengadaan tanah berupa Keputusan
gubernur / bupati / walikota tentang Keputusan Panitia Pengadaan
Tanah , keputusan BAST / Berita Acara Penelitian tentang hasil
musyawarah ganti rugi, surat pelepasan hak, Daftar Nominatif ,
daftar ganti rugi pembayaran / bukti kuitansi pembayaran, surat
ukur, gambar situasi, sertipikat / girik / letter C/ Kohir / Petuk D ,
dan / atau peta pembebasan / gambar situasi / peta rincikan.
1) Dokumen Administrasi tanah lainnya, yang terdiri atas 1 (satu )
atau beberapa dari dokumen sebagai berikut:
(1) dokumen Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB) ;
(2) keputusan penetapan status penggunaan tanah;
(3) Kartu Identitas Barang (KIB) , yaitu kartu yang mencatat
identitas tanah secara lengkap atau kartu yang sejenis;
(4) catatan mutasi / perubahan , yaitu kartu yang mencatat
perubahan yang terjadi pada KIB atau kartu lain yang
sejenis;
(5) Daftar Inventaris Barang;
(6) Laporan Inventaris Barang (LIB);
(7) laporan BMN sementara, yang terdiri dari laporan BMN
intrakomptabel, Laporan BMN ekstrakomptabel , Laporan
BMN gabungan, dan laporan lainnya yang sejenis; dan
(8) laporan semesteran.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 196 -
2) Melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a) melengkapi bukti kepemilikan dan / atau menyimpan sertipikat
tanah;
b) membuat KIB Tanah;
c) melaksanakan Inventarisasi / sensus BMN sekurang-kurangnya
sekali dalam 5 (lima) tahun serta melaporkan hasilnya; dan
d) mencatat dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) - Tanah .
c. Pengamanan Hukum
1) Untuk tanah yang belum memiliki sertipikat, dilakukan dengan cara:
a) Dalam hal BMN telah didukung oleh dokumen awal kepemilikan,
antara lain berupa Letter C / D , akta jual beli, akte Hibah , atau
dokumen setara lainnya, maka Pengguna Barang dan / atau
Kuasa Pengguna Barang segera mengajukan permohonan
penerbitan sertipikat atas nama Pemerintah Republik Indonesia
cq. Kementerian Keuangan kepada Badan Pertanahan / Kantor
Pertanahan setempat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; atau
b) Dalam hal BMN tidak didukung dengan dokumen kepemilikan ,
Pengguna Barang dan / atau Kuasa Pengguna Barang
mengupayakan untuk memperoleh dokumen awal guna
pengurusan bukti kepemilikan, seperti riwayat tanah , melalui
koordinasi dengan Pejabat Pemerintahan Desa, Pejabat
Pemerintahan Kecamatan , atau pihak terkait lainnya. Dokumen
tersebut digunakan oleh Pengguna Barang dan / atau Kuasa
Pengguna Barang dalam mendaftarkan BMN bersangkutan ke
Badan Pertanahan Nasional / Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional / Kantor Pertanahan setempat untuk keperluan
pemrosesan penerbitan sertipikat atas nama Pemerintah
Republik Indonesia cq. Kementerian Keuangan.
2 ) Untuk tanah yang sudah bersertipikat namun belum atas nama
Pemerintah Republik Indonesia cq. Kementerian Keuangan ,
Pengguna Barang dan / atau Kuasa Pengguna Barang segera
mengajukan permohonan perubahan nama sertipikat hak atas tanah
kepada Badan Pertanahan Nasional / Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional setempat / Kantor Pertanahan setempat
menjadi atas nama Pemerintah Republik Indonesia cq. Kementerian
Keuangan.
3) Mengusulkan penetapan status Penggunaan .
3. BMN Berupa Gedung dan / atau Bangunan
a. Pengamanan Fisik
1) Membangun pagar pembatas Gedung dan / atau Bangunan. Pagar
pembatas berupa dinding bata atau logam dengan dominan warna
hitam yang tingginya disesuaikan kondisi gedung dan / atau
bangunan bersangkutan.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 197 -
2 ) Memasang Identitas Perkantoran mengikuti ketentuan sebagaimana
tercantum dalam BAB IV Lampiran Keputusan Menteri ini.
3) Melakukan tindakan antisipasi untuk mencegah / menanggulangi
terjadinya kebakaran yang meliputi:
a) menyediakan tabung pemadam kebakaran dengan jumlah
maksimal sesuai kebutuhan dan menempatkannya di tempat
yang mudah dijangkau;
b) menyediakan hydrant kebakaran dengan jumlah maksimal
sesuai kebutuhan dan menempatkannya di tempat yang layak;
c) memasang smoke detector di plafon pada tempat tertentu sesuai
kebutuhan;
d) memasang sprinkler di plafon pada tempat tertentu sesuai
kebutuhan;
e) memasang alarm kebakaran di setiap lantai sesuai kebutuhan;
f ) memastikan ketersediaan pintu darurat yang memadai; dan / atau
g) melakukan latihan dan / atau simulasi penanggulangan
kebakaran / gempa bumi / tsunami secara berkala.
4) Memastikan kelayakan dan kelaikan jaringan listrik, jaringan air,
dan jaringan lainnya jika ada, termasuk pipa dan kabel, secara
berkala.
5) Membatasi dan mengendalikan akses keluar masuk gedung
dan / atau bangunan serta fasilitas lainnya, baik di dalam jam kerja
maupun di luar jam kerja.
6) Menyediakan stiker kendaraan bagi pegawai yang bekerja di gedung
dan / atau bangunan bersangkutan untuk dipasang pada kaca
kendaraan roda empat atau sepatbor kendaraan roda dua, yang
berlaku selama 1 (satu) tahun.
7) Memasang Closed -Circuit Television (CCTV) , baik di dalam maupun di
luar gedung dan / atau bangunan , untuk memonitor akses, mobilitas,
dan / atau kegiatan yang terjadi di tempat tertentu.
8) Untuk gedung dan / atau bangunan yang bersifat strategis (gedung
Menteri dan Pimpinan Unit Eselon I ) dapat memasang metal detector
di pintu masuk.
9) Satuan Kerja penanggung jawab gedung dan / atau bangunan
menyediakan Satuan Pengaman (Satpam) dengan jumlah dan
komposisi menyesuaikan fungsi dan peruntukkan gedung dan / atau
bangunan .
10) Untuk gedung dan / atau bangunan kantor Menteri, Wakil Menteri,
kantor pusat unit organisasi Eselon I, dan kantor instansi vertikal
unit organisasi Eselon I yang berlokasi di ibukota provinsi, harus
disediakan tenaga penerima tamu ( resepsionis) dengan jumlah dan
komposisi menyesuaikan fungsi dan peruntukkan gedung dan / atau
bangunan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 198 -
11) Pengamanan fisik terhadap BMN berupa gedung dan / atau bangunan
dilakukan dengan memperhatikan skala prioritas dan ketersediaan
anggaran. Adapun skala prioritas dimaksud , antara lain:
a) fungsi penggunaan bangunan, diantaranya sebagai gedung
kantor, gedung arsip, gudang, tempat ibadah , atau tempat
pelayanan umum;
b) lokasi bangunan , yaitu berada di lokasi perkantoran ,
pemukiman, perniagaan , daerah padat penduduk, tingkat
kerawanan kejahatan yang tinggi, ataupun daerah dan lokasi
tertentu lainnya;
c) unsur nilai strategis bangunan , yaitu bangunan yang telah
digunakan secara optimal atau bangunan yang masih dalam taraf
perencanaan penggunaan, renovasi / rehabilitasi / rekonstruksi, dan
lain-lain.
b. Pengamanan Administrasi
Menghimpun, mencatat, menyimpan , dan menatausahakan secara tertib
dan teratur atas dokumen sebagai berikut:
1) dokumen kepemilikan berupa IMB / PBG;
2 ) dokumen PBB;
3) keputusan penetapan status penggunaan gedung dan / atau
bangunan;
4) gambar / legger bangunan;
5) blue print jalur kelistrikan;
6) DBKP gedung dan bangunan ;
7) laporan hasil inventarisasi yang sudah disahkan oleh pejabat yang
berwenang / yang dikuasakan, pada setiap level unit penatausahaan;
8) BAST; dan / atau
9 ) dokumen terkait lainnya yang diperlukan.
c. Pengamanan Hukum
1) Melakukan pengurusan PBG, bagi bangunan yang belum memiliki
PBG.
2 ) Mengusulkan penetapan status penggunaan.
4 . BMN Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Operasional
a. Pengamanan Fisik
1) Kendaraan Jabatan
a) Membuat BAST kendaraan antara Kuasa Pengguna Barang dan
penanggung jawab kendaraan, yang berisi klausul antara lain:
(1) pernyataan tanggung jawab atas kendaraan dengan
keterangan nomor polisi, merek, dan tahun perakitan
kendaraan tersebut dengan seluruh resiko yang melekat
diatasnya; dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 199 -
(2 ) pernyataan untuk mengembalikan kendaraan segera setelah
berakhirnya jangka waktu peminjaman atau masa jabatan
telah berakhir kepada unit pengelola kendaraan yang
meminjamkan kendaraan dimaksud .
b) Kehilangan kendaraan jabatan di luar tugas kantor menjadi
tanggung jawab penanggung jawab kendaraan .
2 ) Kendaraan Operasional
a) Membuat surat pernyataan tanggung jawab atas kendaraan
operasional dimaksud , yang ditandatangani oleh Kuasa
Pengguna Barang dan penanggung jawab kendaraan operasional
dan berisi klausa antara lain:
(1) keterangan nomor polisi, merek dan tahun perakitan
kendaraan ;
(2) pernyataan tanggung jawab atas kendaraan dinas dengan
seluruh risiko yang melekat atas kendaraan dinas tersebut;
dan
(3) pernyataan untuk mengembalikan kendaraan dinas setelah
jangka waktu peminjaman berakhir .
b) Menyimpan kendaraan operasional pada tempat yang sudah
ditentukan di lingkungan kantor dan diberi pengaman berupa
kunci ganda atau sistem pengamanan lainnya.
c) Kendaraan operasional tidak diperkenankan untuk dibawa
pulang.
d ) Kartu parkir dipegang oleh penanggung jawab kendaraan
operasional.
e) Memastikan spesifikasi Kendaraan Operasional mengikuti
ketentuan sebagaimana tercantum dalam BAB IV Lampiran
Keputusan Menteri ini.
3) Kendaraan Fungsional
a) Membuat surat pernyataan tanggung jawab atas kendaraan
fungsional dimaksud, yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna
Barang dan penanggung jawab kendaraan fungsional dan berisi
klausul antara lain:
(1) keterangan nomor polisi, merek dan tahun perakitan
kendaraan;
( 2 ) pernyataan tanggung jawab atas kendaraan dinas dengan
seluruh risiko yang melekat atas kendaraan dinas tersebut;
dan
(3) pernyataan untuk mengembalikan kendaraan dinas setelah
jangka waktu peminjaman berakhir.
b) Menyimpan kendaraan fungsional pada tempat yang sudah
ditentukan di lingkungan kantor dan diberi pengaman berupa
kunci ganda atau sistem pengamanan lainnya.
c) Kendaraan fungsional tidak diperkenankan untuk dibawa
pulang.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 200 -
d ) Kartu parkir dipegang oleh penanggung jawab kendaraan
fungsional.
e) Kendaraan fungsional hanya dapat digunakan sesuai
peruntukan sebagaimana dokumen penetapan / revisi RP4 tahun
berjalan.
4) Alat angkutan darat bermotor hanya digunakan dalam kepentingan
dinas yang menunjang tugas dan fungsi Kementerian.
5) Penggunaan alat angkutan darat bermotor dibatasi hanya pada hari
kerja kantor.
6 ) Alat angkutan darat bermotor hanya digunakan di dalam kota.
7) Pengecualian atas ketentuan pada angka 5) dan angka 6)
dimungkinkan sepanjang terdapat izin pejabat yang ditunjuk oleh
Kuasa Pengguna Barang sebagai penanggung jawab alat angkutan
darat bermotor atau penugasan dari kepala satuan kerja atau
pejabat struktural paling rendah setingkat pejabat Eselon III.
8) Jika alat angkutan darat bermotor mengalami kerusakan yang
terjadi karena kecelakaan atau tindak kejahatan lain yang dialami
sebagai akibat dari kesalahan atau kelalaian penanggung jawab alat
angkutan darat bermotor atau penyimpangan dari ketentuan dalam
Keputusan Menteri ini, maka pejabat negara, pejabat struktural,
dan / atau pejabat yang ditunjuk sebagai penanggung jawab alat
angkutan darat bermotor bertanggungjawab untuk melakukan
perbaikan atas kerusakan dimaksud .
9) Jika alat angkutan darat bermotor hilang sebagai akibat dari
kesalahan atau kelalaian penanggung jawab alat angkutan darat
bermotor atau penyimpangan dari ketentuan dalam Keputusan
Menteri ini, maka pejabat negara, pejabat struktural, dan / atau
pejabat yang ditunjuk oleh Kuasa Pengguna Barang sebagai
penanggung jawab alat angkutan darat bermotor dikenakan
tuntutan ganti rugi yang pemrosesannya dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan .
10) Kesalahan sebagaimana dimaksud pada angka 8) dan angka 9)
diartikan sebagai suatu tindakan dalam penggunaan kendaraan
dinas bermotor yang secara sengaja melawan hukum, aturan ,
norma, atau kebiasaan yang berlaku.
11) Kelalaian sebagaimana dimaksud pada angka 8) dan angka 9)
diartikan sebagai suatu tindakan yang tidak direncanakan
sebelumnya yang menimbulkan dampak negatif , baik langsung
maupun tidak langsung kepada alat angkutan darat bermotor.
b. Pengamanan Administrasi
Menghimpun, mencatat, menyimpan , dan menatausahakan secara tertib
dan teratur atas dokumen sebagai berikut:
1) Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) ;
2 ) copy Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) ;
3) faktur pembelian;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 201 -
4) BAST dengan lampirannya;
5) catatan perawatan berkala;
6) Kartu Inventaris Barang ( KIB); dan / atau
7) dokumen terkait lainnya yang diperlukan.
c. Pengamanan Hukum .
1) Melakukan pengurusan semua dokumen kepemilikan alat angkutan
darat bermotor, seperti BPKB dan STNK, termasuk pembayaran
pajak alat angkutan darat bermotor.
2) Melakukan pemrosesan tuntutan ganti rugi yang dikenakan pada
pihak- pihak yang bertanggungjawab atas kehilangan kendaraan
dinas bermotor.
3) Melakukan upaya hukum yang dapat ditempuh terhadap segala
permasalahan pada alat angkutan darat bermotor yang kejadiannya
dapat dibuktikan bukan sebagai akibat dari kesalahan dan kelalaian
penanggung jawab alat angkutan darat bermotor atau penyimpangan
dari ketentuan dalam Keputusan Menteri ini.
4) Mengusulkan penetapan status penggunaan.
5. BMN Berupa Rumah Negara
a. Pengamanan Fisik
1) Objek Pengamanan fisik Rumah Negara meliputi:
a) Kompleks Rumah Negara;
b) Rumah Negara yang berdiri sendiri atau tidak berada di dalam
kompleks Rumah Negara;
c) Rusunara yang seluruh bangunannya dimiliki oleh Kementerian
Keuangan ; dan
d ) Rusunara yang merupakan bagian dari gedung / kompleks
apartemen umum dan / atau sejenisnya.
2) Setiap Rumah Negara harus diberi patok dari material yang tidak
mudah rusak , dengan ukuran panjang dan tinggi disesuaikan
dengan kondisi setempat.
3) Pagar pembatas
a) Terhadap kompleks Rumah Negara, dipasang pagar di sekeliling
kompleks, disesuaikan dengan kondisi di lapangan .
b) Terhadap Rumah Negara yang berdiri sendiri, dipasang pagar
halaman , disesuaikan dengan wujud arsitektur bangunan
Rumah Negara.
c) Terhadap Rumah Negara berbentuk Rusunara yang seluruh
bangunannya dimiliki oleh satuan kerja di lingkungan
Kementerian Keuangan, membangun pagar pembatas Rusunara.
Pembangunan pagar pembatas berupa dinding bata atau logam
yang tingginya disesuaikan dengan Rusunara bersangkutan .
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 202 -
d ) Terhadap Rumah Negara berbentuk Rusunara yang merupakan
bagian dari gedung / kompleks apartemen umum dan sejenisnya,
pagar pembatas Rusunara mengikuti ketentuan dari pengelola
gedung / kompleks apartemen umum dan sejenisnya.
4) Memasang Identitas Perkantoran pada Rumah Negara mengikuti
ketentuan sebagaimana tercantum dalam BAB IV Lampiran
Keputusan Menteri ini.
5) Kuasa Pengguna Barang dilarang menelantarkan Rumah Negara.
6) Untuk Rumah Negara berbentuk Rusunara diperlukan penambahan
pengamanan yang terdiri dari:
a) Melakukan tindakan antisipasi untuk mencegah / menanggulangi
terjadinya kebakaran yang meliputi:
(1) Terhadap Rusunara yang seluruh bangunannya dimiliki oleh
Satuan Kerja di Lingkungan Kementerian Keuangan:
(a) menyediakan tabung pemadam kebakaran dengan
jumlah maksimal sesuai kebutuhan dan
menempatkannya di tempat yang mudah dijangkau;
( b) menyediakan hydrant kebakaran dengan jumlah
maksimal sesuai kebutuhan dan menempatkannya di
tempat yang layak;
(c) memasang smoke detector di plafon pada tempat tertentu
sesuai kebutuhan;
(d ) memasang sprinkler di plafon pada tempat tertentu
sesuai kebutuhan;
(e) memasang alarm kebakaran di setiap lantai sesuai
kebutuhan;
(f ) memastikan ketersediaan pintu darurat yang memadai;
dan / atau
(g) melakukan latihan dan / atau simulasi penanggulangan
kebakaran / gempa bumi / tsunami secara berkala.
(2) Terhadap Rusunara yang merupakan bagian dari
gedung / kompleks apartemen umum dan / atau sejenisnya
memastikan ketersediaan alat penanggulangan kebakaran .
(3) Terhadap Rusunara yang seluruh bangunannya dimiliki oleh
Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Keuangan,
pencantuman nama ruang dan informasi di dalam gedung
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
(a) Pencantuman nama ruang dan informasi menggunakan
bahan plat stainless steel dengan ukuran yang
disesuaikan estetika tampilan interior gedung;
(b) Nama ruang berupa tempat ibadah, toilet, dapur , gedung
dan fasilitas lainnya dicantumkan pada dinding di
samping pintu ruangan bersangkutan;
(c) Papan penunjuk arah ruang dan informasi disediakan di
lobi utama.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 203 -
(d ) Papan informasi lainnya, seperti jalur evakuasi dan
nomor lantai, disediakan di setiap lantai.
(e) Memastikan kelayakan dan kelaikan jaringan listrik,
jaringan air, dan jaringan lainnya jika ada, termasuk
pipa dan kabel, secara berkala.
b) Memasang CCTV, baik di dalam maupun di luar gedung
dan / atau bangunan, untuk memonitor akses, mobilitas,
dan / atau kegiatan yang terjadi di tempat tertentu
c) Tenaga Pengamanan:
( 1) Terhadap Rusunara yang seluruh bangunannya dimiliki oleh
satuan kerja di lingkungan Kementerian Keuangan , Pengelola
Rusunara menyediakan tenaga pengamanan untuk
ditempatkan di gerbang, lobi, dan / atau ruang publik lainnya.
(2) Terhadap Rusunara yang merupakan bagian dari
gedung / kompleks apartemen umum dan / atau sejenisnya,
memastikan ketersediaan tenaga pengamanan untuk
ditempatkan di gerbang, lobi, dan / atau ruang publik lainnya
dengan berkoordinasi terhadap Pengelola bangunan
gedung / apartemen atau sejenisnya.
d ) tamu penghuni Rumah Negara berbentuk Rusunara wajib
melapor kepada petugas keamanan.
7) Penghuni Rumah Negara berkewajiban untuk:
a) menjaga keamanan dan keteriban lingkungan Rumah Negara;
b) menjaga kebersihan Rumah Negara dan lingkungannya;
c) menempati Rumah Negara selambat-lambatnya dalam jangka
waktu 60 (enam puluh) hari sejak SIP diterima;
d) membayar Sewa Rumah Negara yang besarnya sesuai dengan
ketentuan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri yang
membidangi Rumah Negara;
e) memelihara Rumah Negara dengan baik dan bertanggung jawab
termasuk melakukan pemeliharaan ringan atas Rumah Negara
yang bersangkutan;
f ) menggunakan dan memanfaatkan Rumah Negara sesuai dengan
fungsinya;
g) membayar pajak, retribusi, dan biaya lain yang berkaitan dengan
penghunian Rumah Negara;
h ) membayar biaya pemakaian daya listrik, air, telepon, gas, biaya
kebersihan , biaya kemanan dan / atau biaya lain sesuai ketentuan
yang berlaku; dan
i) mengosongkan dan menyerahkan Rumah Negara beserta anak
kuncinya dalam kondisi baik kepada pejabat yang berwenang
paling lambat dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung sejak
tanggal diterimanya keputusan pencabutan Surat Izin Penghunian
(SIP) .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 204 -
8) Penghuni Rumah Negara dilarang untuk:
a) mengubah sebagian atau seluruh bentuk rumah tanpa izin tertulis
dari pejabat yang berwenang pada instansi yang bersangkutan;
b) menggunakan Rumah Negara tidak sesuai dengan fungsi dan
peruntukkannya;
c) meminjamkan atau menyewakan Rumah Negara, baik sebagian
maupun keseluruhannya, kepada pihak lain;
d) menyerahkan Rumah Negara, baik sebagian maupun
keseluruhannya, kepada pihak lain;
e) menjaminkan Rumah Negara atau menjadikan Rumah Negara
sebagai agunan atau bagian dari pertanggungan utang dalam
bentuk apapun; dan
f ) menghuni Rumah Negara dalam satu kota / daerah yang sama bagi
masing-masing suami / istri yang berstatus Pegawai Negeri.
9) Mulai berlaku dan berakhirnya penghunian Rumah Negara.
a) Hak penghunian Rumah Negara berlaku sebagaimana ditetapkan
dalam SIP, kecuali ditentukan lain dalam keputusan pencabutan
SIP.
b) Penghuni Rumah Negara Golongan I yang tidak lagi menduduki
jabatan, yang menjadi dasar bagi yang bersangkutan untuk
menghuni rumah dimaksud, harus mengosongkan Rumah Negara
yang dihuni tersebut paling lama 2 (dua) bulan terhitung sejak
yang bersangkutan tidak lagi menduduki jabatan tersebut.
c) Penghuni Rumah Negara Golongan II:
( 1) yang dipindahtugaskan ( mutasi) ke daerah atau an tar instansi,
wajib mengosongkan Rumah Negara yang dihuni paling lama 1
(satu) bulan terhitung sejak tanggal keputusan mutasi;
( 2) yang izin penghuniannya berdasarkan SIP telah berakhir,
wajib mengosongkan Rumah Negara yang dihuni paling lama 1
(satu) bulan terhitung sejak tanggal berakhirnya izin
penghunian dimaksud;
(3) yang berhenti atas kemauan sendiri, wajib mengosongkan
Rumah Negara yang dihuni paling lama 1 (satu) bulan
terhitung sejak saat yang bersangkutan menyatakan berhenti;
(4) yang berhenti karena pensiun, wajib mengosongkan Rumah
Negara yang dihuni paling lama 1 (satu ) bulan terhitung sejak
tanggal diterbitkannya keputusan pencabutan SIP;
(5) yang diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat,
wajib mengosongkan Rumah Negara yang dihuni paling lama 1
(satu) bulan terhitung sejak saat diterimanya keputusan
pemberhentian tersebut;
(6) yang melanggar larangan penghunian Rumah Negara yang
dihuninya, wajib mengosongkan Rumah Negara yang dihuni
paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak saat diterimanya
keputusan pencabutan SIP.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 205 -
d) Suami / istri / anak / ahli waris lainnya dari penghuni Rumah Negara
Golongan II yang meninggal dunia wajib mengosongkan Rumah
Negara yang dihuni paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak saat
diterimanya keputusan pencabutan SIP.
e) Pencabutan SIP Rumah Negara Golongan I dilakukan oleh
Pimpinan Unit Organisasi Eselon I yang bersangkutan atau
pejabat yang ditunjuk.
f ) Pencabutan SIP Rumah Negara Golongan II dilakukan oleh Kuasa
Pengguna Barang yang menatausahakan Rumah Negara
bersangkutan .
g) Pencabutan SIP Rumah Negara berbentuk Rusunara dilakukan
oleh Pejabat Penanggung Jawab Rusunara berdasarkan hasil
penelitian dan pemeriksaan , dalam hal ditemukan adanya
pelanggaran ketentuan persyaratan penghunian Rusunara oleh
penghuni tersebut;
h ) Pencabutan SIP Rumah Negara dilakukan setelah diadakan
penelitian dan pemeriksaan, sehingga diperoleh bukti yang cukup
sebagai dasar penerbitan pencabutan SIP tersebut.
i) Dalam hal penghuni tidak melakukan pengosongan Rumah
Negara yang dihuni sebagaimana ketentuan pada huruf b) , huruf
c) , dan huruf d) di atas, maka Kuasa Pengguna Barang melakukan
pengosongan secara paksa yang dalam pelaksanaannya dapat
dikoordinasikan dengan pihak terkait yang berkompeten.
j) SIP berlaku paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang
berdasarkan permohonan dari penghuni.
b. Pengamanan Administrasi.
1) Menghimpun , mencatat, menyimpan , dan menatausahakan secara
tertib dan teratur atas dokumen sebagai berikut:
a) sertipikat atau surat keterangan hak atas tanah;
b) IMB / PBG;
c) Surat Keterangan Bukti Pendaftaran Rumah Negara (SKBPRN) ;
d ) SIP;
e) Keputusan mengenai Penetapan Rumah Negara Golongan I atau
Golongan II;
f ) gambar / legger bangunan;
g) dokumen DIPA;
h ) KIB;
i) Keputusan pencabutan SIP;
j) dokumen lainnya yang diperlukan .
2) SIP sekurang-kurangnya haras mencantumkan:
a) nama, Nomor Induk Pegawai ( NIP) , dan jabatan calon penghuni
Rumah Negara;
b) masa berlaku penghunian;
J
sJTERI KEUANGAN
'UBLIK INDONESIA
- 206 -
c) pernyataan bahwa penghuni bersedia membayar dan melunasi
kewajiban yang melekat pada Rumah Negara, antara lain meliputi
Sewa Rumah Negara, listrik, air, telepon , gas, biaya kebersihan ,
dan keamanan; dan
d ) pernyataan yang menerangkan bahwa Rumah Negara akan
dikembalikan apabila penghuni yang bersangkutan
dipindahtugaskan , pensiun , atau hal lain sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan butir b. angka 8) huruf b) , huruf c) , dan huruf d ) .
c. Pengamanan Hukum
1) Melakukan pendaftaran Rumah Negara ke instansi yang berwenang.
2 ) Melakukan pengajuan penetapan status golongan Rumah Negara.
3) Melakukan pemrosesan sertipikasi tanah dan pengurusan PBG.
4) Mengusulkan penetapan status penggunaan
5) Menerbitkan keputusan penunjukan penghunian Rumah Negara
kepada penghuni yang berhak, sebagai SIP, paling lama 1 (satu) bulan
terhitung sejak saat penghunian.
6) Menerbitkan keputusan pencabutan atas keputusan penunjukan
penghunian Rumah Negara kepada penghuni yang berhak, sebagai
pencabutan atas SIP, dengan ketentuan:
a) paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan pindah
tugas atau mutasi jabatan, bagi penghuni yang dipindahtugaskan
( mutasi) ke daerah atau antar instansi atau penghuni yang tidak
lagi menduduki jabatan yang menjadi dasar untuk menghuni
rumah dimaksud;
b) paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak saat meninggal dunia,
bagi penghuni yang meninggal dunia;
c) paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan
pemberhentian , bagi penghuni yang berhenti atas kemauan
sendiri atau yang dikenakan hukuman disiplin pemberhentian;
d ) paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak saat terbukti adanya
pelanggaran , bagi penghuni yang melanggar larangan penghunian
Rumah Negara yang dihuninya;
e) paling lama 1 (satu) bulan sebelum tanggal pensiun , bagi
penghuni yang memasuki usia pensiun .
7) Penyelesaian sengketa Rumah Negara.
a) Dalam hal terjadi sengketa terhadap penghunian Rumah Negara
Golongan I dan Rumah Negara Golongan II , maka Pimpinan
Instansi yang bersangkutan atau pejabat yang ditunjuk wajib
melakukan penyelesaian;
b) Dalam pelaksanaan penyelesaian sengketa tersebut, instansi
bersangkutan dapat meminta bantuan kepada Sekretariat
Jenderal cq. unit yang bertugas mengoordinasikan dan
melaksanakan advokasi hukum jika diperlukan . Tindak lanjut
atas penanganan permintaan bantuan tersebut dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 207 -
d. Tata Kelola Rumah Negara
1) Penataan Organisasi
Penataan organisasi untuk Rumah Negara berbentuk Rusunara
sebagai berikut:
a) Pejabat Penanggung Jawab Rumah Negara berbentuk Rusunara
adalah sebagai berikut:
(1) Kepala Biro Umum / Sekretariat Unit Eselon I, untuk
Rusunara yang terletak di wilayah Provinsi DKI Jakarta.
(2) Kepala KPTIK- BMN, untuk Rusunara yang terletak di kota
kedudukan Satuan Kerja Kan tor Pengelolaan Teknologi
Informasi dan Komunikasi dan Barang Milik Negara ( KPTIK-
BMN ) .
(3) Kepala satuan kerja GKN, untuk Rusunara yang terletak di
kota / kabupaten kedudukan Satuan Kerja Gedung Keuangan
Negara (GKN ) .
(4) Kepala satuan kerja yang bertindak selaku Kuasa Pengguna
Anggaran dalam pengadaan Rusunara, untuk Rusunara yang
terletak di kota / kabupaten di luar kedudukan Satuan Kerja
KPTIK-BMN atau Satuan Kerja GKN .
b) Manajemen Pengelola adalah Pejabat / Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Kementerian Keuangan yang ditunjuk dan ditetapkan
oleh Pejabat Penanggung Jawab Rumah Negara berbentuk
Rusunara untuk mengelola Rusunara.
c) Dalam hal diperlukan, Manajemen Pengelola ditetapkan sesuai
dengan kebutuhan yang paling kurang terdiri atas Pejabat
Pengelola Rusunara, Sekretariat / Pengelola Administrasi, dan
Pengelola Teknis Rusunara.
d ) Pejabat Pengelola Rusunara bertindak selaku Kepala Manajemen
Pengelola, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap
pelaksanaan pengelolaan serta pengawasan dan pengendalian
Rusunara.
e) Sekretariat / Pengelola Administrasi mempunyai tugas dan
tanggung jawab pelaksanaan pengadministrasian dan
ketatausahaan pengelolaan Rusunara.
f ) Pengelola Teknis Rusunara mempunyai tugas dan tanggung jawab
untuk melaksanakan fungsi antara lain pengelolaan penghunian ,
pengelolaan perawatan dan pemeliharaan, serta pengelolaan
keamanan dan ketertiban Rusunara, dan bertanggung jawab
kepada Pejabat Penanggung Jawab Rusunara melalui Pejabat
Pengelola Rusunara.
/
- 208 -
2 ) Penataan Penghuni
Penataan penghuni Rumah Negara berbentuk Rusunara sebagai
berikut:
a) Persyaratan Penghuni Rumah Negara berbentuk Rusunara
sekurang-kurangnya sebagai berikut:
(1) berstatus sebagai Pejabat / Pegawai di lingkungan Kementerian
Keuangan;
(2 ) Pejabat / Pegawai yang menghuni Rusunara ditetapkan melalui
Surat Izin Penghunian oleh Pejabat yang berwenang;
(3) menandatangani Surat Pemyataan yang sekurang-kurangnya
memuat:
(a) kesanggupan untuk mentaati kewajiban dan larangan
penghunian;
(b) kesanggupan untuk membayar Sewa apartemen, service
charge , dan biaya lain sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
(c) persetujuan untuk tidak menyewakan kembali unit
sarusun;
(d) pernyataan belum pernah membeli dan / atau memperoleh
fasilitas rumah dan / atau tanah dari negara berdasarkan
ketentuan yang berlaku; dan
(e) pernyataan tidak sedang menghuni Rumah Negara
dan / atau Rusunara lainnya atas nama suami / istri di
tempat / lokasi yang sama dengan lokasi Rusunara.
b) Calon Penghuni Rumah Negara berbentuk Rusunara mengajukan
permohonan penghunian kepada Pejabat Penanggung Jawab
Rumah Negara berbentuk Rusunara melalui pengisian formulir
permohonan dengan melampirkan dokumen:
(1) Fotokopi keputusan pengangkatan dalam jabatan;
( 2) Fotokopi keputusan kepegawaian terakhir;
(3) Pas foto permohon dengan ukuran 3x4 cm sebanyak 5 (lima)
lembar;
(4) Fotokopi Kartu Keluarga;
(5) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk;
(6) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada huruf a angka
3) ; dan
(7) Surat keterangan dari atasan langsung calon penghuni yang
menerangkan bahwa calon penghuni belum pernah membeli
dan / atau memperoleh fasilitas rumah dan / atau tanah dari
negara baik oleh pegawai yang bersangkutan, maupun
istri / suami.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 209 -
- 210 -
b. Pengamanan Administrasi.
Menghimpun, mencatat, menyimpan , dan menatausahakan secara tertib
dan teratur atas dokumen sebagai berikut:
1) Buku persediaan;
2 ) Kartu barang;
3) Surat Perintah Kerja (SPK) ;
4) Berita Acara Pemeriksaan Barang dengan lampirannya;
5) BAST dengan lampirannya;
6) Surat Perintah Mengeluarkan Barang;
7) Laporan Hasil Inventarisasi Persediaan;
8) Laporan Persediaan Kuasa Pengguna Barang Semesteran / Tahunan.
c. Pengamanan Hukum
1) Melakukan pemrosesan tuntutan ganti rugi yang dikenakan pada
pejabat pengurus persediaan atau pihak- pihak yang
bertanggungjawab atas kehilangan barang persediaan.
2) Melakukan upaya hukum yang dapat ditempuh terhadap segala
permasalahan pada barang persediaan yang kejadiannya dapat
dibuktikan bukan sebagai akibat dari kesalahan dan kelalaian
pejabat pengurus persediaan atau penyimpangan dari ketentuan
dalam Keputusan Menteri ini.
7. BMN Selain Tanah , Gedung Dan / Atau Bangunan, Rumah Negara,
Kendaraan Dinas Operasional dan Barang Persediaan Yang Mempunyai
Dokumen BAST
a. Pengamanan Fisik
1) Membuatkan surat pernyataan tanggung jawab atas BMN dimaksud
dengan keterangan antara lain jenis, tipe, merk, dan nomor seri.
Surat pernyataan tanggung jawab ditandatangani oleh kepala satuan
kerja ( Kuasa Pengguna Barang) dan penanggung jawab BMN .
2 ) Menyimpan barang di tempat yang sudah ditentukan di lingkungan
kantor serta diberi sistem pengaman lainnya.
3) Barang dilarang untuk dibawa pulang.
4) Kehilangan BMN di luar kantor menjadi tanggung jawab
pemegang / penanggung jawab BMN .
5) Jika barang hilang sebagai akibat dari kesalahan dan kelalaian
pemegang / penanggung jawab BMN atau penyimpangan dari
ketentuan dalam Keputusan Menteri ini, maka
pemegang / penanggung jawab BMN dikenakan tuntutan ganti rugi
yang pemrosesannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan .
/
MENTERI KEUANGAN
EPUBL
- 211 -
b. Pengamanan Administrasi.
Menghimpun, mencatat, menyimpan, dan menatausahakan secara tertib
dan teratur atas dokumen sebagai berikut:
1) Faktur pembelian;
2) Dokumen BAST;
3) Dokumen pendukung terkait lainnya yang diperlukan .
c. Pengamanan Hukum
1) Melakukan pemrosesan tuntutan ganti rugi yang dikenakan pada
pihak-pihak yang bertanggungj awab atas kehilangan barang.
2 ) Melakukan upaya hukum yang dapat ditempuh terhadap segala
permasalahan pada barang yang kejadiannya dapat dibuktikan
bukan sebagai akibat dari kesalahan dan kelalaian
pemegang / penanggung jawab BMN atau penyimpangan dari
ketentuan dalam Keputusan Menteri ini.
3) Mengusulkan penetapan status Penggunaan.
8. BMN Berupa Barang Tak Berwujud
a. Pengamanan Fisik
1) Membatasi pemberian kode akses hanya kepada pihak- pihak
tertentu yang berwenang terhadap pengoperasian suatu aplikasi.
2) Melakukan penambahan security system terhadap aplikasi yang
dianggap strategis oleh Kementerian.
b. Pengamanan Administrasi
Menghimpun, mencatat, menyimpan , dan menatausahakan secara tertib
dan teratur atas dokumen sebagai berikut:
1) SPK;
2 ) BAST;
3) Faktur;
4) Lisensi; dan
5) Dokumen pendukung terkait lainnya yang diperlukan .
c. Pengamanan Hukum
1) Mengajukan hak cipta dan lisensi kepada instansi dan pihak yang
memiliki kewenangan .
2) Mengusulkan penetapan status penggunaan.
C. PEMELIHARAAN BMN
1. Ketentuan Dasar
a. Pemeliharaan dilakukan terhadap BMN tanpa mengubah , menambah
atau mengurangi bentuk ataupun konstruksi asal, sehingga dapat
dicapai pendayagunaan barang yang memenuhi persyaratan, baik dari
segi unit pemakaian maupun dari segi keindahan.
MEN
- 212 -
¥
MENTERI KEUANGA
REPUBLIK INDONES
- 213 -
e. Penerimaan pekerjaan pemeliharaan / perawatan barang:
1) Pekerjaan pemeliharaan barang yang akan diterima harus dilakukan
pemeriksaan oleh Kuasa Pengguna Barang atau pejabat yang
ditunjuk;
2 ) Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan
Pekerjaan yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang atau
pejabat yang ditunjuk; dan
3) Pelaksanaan pekerjaan / pemeliharaan barang dilaporkan kepada
Pengguna Barang.
f. Biaya pemeliharaan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
g. Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada huruf f:
1) Didasarkan pada kebutuhan pemeliharaan setiap satuan unit BMN ;
dan
2) Besaran biayanya mengacu pada standar biaya masukan yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan .
h . Pemeliharaan BMN sebagaimana dimaksud pada huruf g dilakukan
terhadap BMN yang berada dalam kondisi baik atau rusak ringan .
i. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf g,
terhadap BMN yang sedang berada dalam status:
1) Penggunaan sementara;
2) Penggunaan untuk dioperasikan Pihak Lain; dan / atau
3) Pemanfaatan .
j. Pemeliharaan dilaksanakan sesuai dengan perjanjian berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN .
k. Untuk BMN berupa Rusunara:
1) Rusunara yang merupakan bagian dari gedung / kompleks apartemen
umum dan sejenisnya
a) Perawatan dan pemeliharaan ruang publik, lift , genset , saluran
air bersih / hujan / kotor yang berada di luar Sarusun atau
fasilitas bersama lainnya dilakukan oleh Pengelola bangunan
gedung / apartemen atau sejenisnya.
b) Sampah rumah tangga harus dibuang ke Tempat Pembuangan
Sementara yang disediakan oleh pengelola bangunan
gedung / apartemen atau sejenisnya.
2 ) Rusunara yang seluruh bangunannya dimiliki oleh satuan kerja di
lingkungan Kementerian Keuangan
a) Perawatan dan pemeliharaan ruang publik, lift , genset , saluran
air bersih / hujan / kotor yang berada di luar Sarusun atau
fasilitas bersama lainnya dilakukan oleh Pengelola Rusunara dan
menjadi beban DIPA Pejabat Penanggung Jawab Rusunara.
b) Sampah rumah tangga harus dibuang ke Tempat Pembuangan
Sementara yang disediakan oleh Pengelola Rusunara.
MENTERI KEUANG
REPUBLII
- 214 -
3) Dalam hal Sarusun tidak mendapat penghuni, biaya perawatan dan
pemeliharaan Sarusun menjadi beban DIPA Pejabat Penanggung
Jawab Rusunara
l. Kuasa Pengguna Barang wajib membuat Daftar Hasil Pemeliharaan
Barang untuk selanjutnya dilaporkan kepada Pengguna Barang secara
berkala.
m. Laporan tersebut dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh Pengguna
Barang.
- 215 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 216 -
- 217 -
c. Kelengkapan pendaftaran:
1) surat permohonan pendaftaran;
2) daftar inventarisasi;
3) kartu legger,
4 ) gambar leggerI gambar arsip rumah dan gambar situasi;
5) fotokopi keputusan otorisasi pembangunan rumah / surat keterangan
perolehan dari instansi yang bersangkutan;
6) fotokopi tanda bukti hak atas tanah atau surat keterangan tentang
penguasaan tanah; dan
7) fotokopi IMB / PBG atau surat keterangan membangun dari instansi
yang bersangkutan .
Formulir daftar inventarisasi, kartu legger dan gambar legger disusun
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
d . Pimpinan Instansi dalam hal ini Pejabat Eselon I atau pejabat yang
ditunjuk mendapatkan Surat Keterangan Bukti Pendaftaran Rumah
Negara (SKBPRN) dengan penetapan HDNo dari Direktorat Jenderal
Cipta Kaiya dalam hal ini Direktorat Penataan Bangunan dan
Lingkungan , selanjutnya HDNo digunakan dalam penetapan status
Rumah Negara, dan sebagai dasar dalam perencanaan anggaran
pemeliharaan dan perawatan Rumah Negara.
e. Kuasa Pengguna Barang harus mencatat dokumen HDNo pada SIMAN
dan mengunggah scan dokumennya.
f. Kuasa Pengguna Barang melaporkan pendaftaran Rumah Negara
kepada Pengguna Barang.
4. Tata Cara Pengusulan Surat Ijin Penguhunian (SIP)
a. Rumah Golongan I
1) Calon penghuni mengajukan permohonan penghunian kepada
Kepala Satuan Kerja yang menatausahakan BMN, dengan mengisi
formulir permohonan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
BAB VIII huruf D dan dilampiri dokumen meliputi:
a) fotokopi surat keputusan kepegawaian terakhir;
b) fotokopi KTP dan KK;
c) pasphoto pemohon ukuran 3 x 4 cm, sebanyak 6 (enam) lembar;
dan
d) surat pernyataan untuk menaati kewajiban dan larangan sesuai
Lampiran II BAB VIII huruf C.
2) Kepala satuan kerja yang menatausahakan BMN menerbitkan SIP
Rumah Negara Golongan I mengikuti ketentuan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II BAB VIII huruf A.
3) Surat keputusan penunjukan penghunian Rumah Negara Golongan I
disampaikan kepada pejabat yang bersangkutan, dengan salinan
disampaikan kepada:
a) Menteri Keuangan Republik Indonesia;
b) Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara;
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 218 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 219 -
BAB IX
PENILAIAN
A. UMUM
1. Penilaian BMN selain tanah dan / atau bangunan dalam rangka
Pemindahtanganan dilakukan oleh Tim atau menggunakan Penilai yang
ditetapkan oleh Kuasa Pengguna Barang.
2. Tim pada angka 1 merupakan panitia penaksir harga yang ditetapkan oleh
Kuasa Pengguna Barang dengan unsur yang terdiri dari instansi terkait.
3. Penilaian oleh tim dilaksanakan untuk mendapatkan Nilai Taksiran .
4 . Penilai pada angka 1 merupakan Penilai Pemerintah atau Penilai Publik.
5. Penilaian oleh Penilai dilaksanakan untuk mendapatkan Nilai Wajar.
6 . Penilaian pada angka 1 dilakukan atas objek berupa:
a. BMN selain tanah dan / atau bangunan; atau
b. bongkaran BMN karena perbaikan ( renovasi, rehabilitasi, atau restorasi) .
7. Tata cara Penilaian BMN selain tanah dan / atau bangunan dalam rangka
Pemindahtanganan meliputi:
a. penugasan Penilaian; dan
b. pelaksanaan Penilaian .
8. Penilaian BMN selain tanah dan / atau bangunan dalam rangka
Pemindahtanganan melalui Penjualan atau Tukar Menukar dilakukan
berdasarkan penugasan dari Kuasa Pengguna Barang.
9. Kewenangan dan tanggung jawab Tim:
a. melakukan Penilaian BMN selain tanah dan / atau bangunan dalam
rangka Pemindahtanganan melalui Penjualan atau Tukar Menukar
sebagaimana penugasan Kuasa Pengguna Barang; dan
b. bertanggung jawab atas simpulan nilai yang tercantum pada laporan
Penilaian.
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 220 -
f . simpulan nilai; dan
g. penyusunan laporan Penilaian.
3. Identifikasi atas penugasan Penilaian dilakukan dengan cara verifikasi atas:
a. kelengkapan data dan informasi penugasan Penilaian; dan
b. kelayakan data dan informasi penugasan Penilaian .
4. Perumusan Tujuan Penilaian
Tim merumuskan tujuan Penilaian berdasarkan penugasan Penilaian dalam
rangka Pemindahtanganan.
5. Pengumpulan Data dan Informasi
a. Pengumpulan data dan informasi didahului dengan menghimpun data
dan informasi awal yang berasal dari Kuasa Pengguna Barang.
b. Pengumpulan data dan informasi pada huruf a dilakukan oleh Tim
melalui survei lapangan .
c. Pengumpulan data dan informasi melalui survei lapangan dilaksanakan
dengan cara peninjauan langsung.
d. Dalam hal peninjauan langsung pada huruf c tidak dimungkinkan ,
dapat dilakukan survei lapangan tanpa peninjauan langsung dengan
syarat dan kondisi paling sedikit:
1) lokasi objek Penilaian tidak dapat dijangkau oleh Tim;
2 ) tersedianya jaringan teknologi informasi yang memadai di lokasi
objek Penilaian untuk dilakukan panggilan video ( video call) ]
3) data dan informasi lain di luar objek Penilaian dimungkinkan untuk
diperoleh dari sumber data sekunder; dan
4) terdapat pegawai pada satuan kerja terkait yang dapat membantu
memfasilitasi pelaksanaan pengumpulan data dan informasi melalui
survei lapangan tanpa peninjauan langsung oleh Tim.
e. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara:
1) mencocokkan kebenaran data dan informasi awal dengan kondisi
objek Penilaian; dan
2 ) mengumpulkan data dan informasi lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan Penilaian.
f . Pengumpulan data dan informasi melalui survei lapangan dengan
peninjauan langsung dituangkan dalam Berita Acara Survei Lapangan
(BASL) yang paling sedikit memuat:
1) nomor BASL;
2) hari dan tanggal pelaksanaan survei lapangan;
3) keterangan bahwa survei lapangan dilaksanakan dengan cara
peninjauan langsung;
4) deskripsi hasil survei atas objek Penilaian ;
5) nama dan tanda tangan pihak pendamping / saksi pelaksanaan survei
lapangan; dan
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 221 -
6) nama dan tanda tangan anggota Tim yang melaksanakan survei
lapangan ,
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab IX huruf C.
g. Pengumpulan data dan informasi melalui survei lapangan tanpa
peninjauan langsung dituangkan dalam BASL yang paling sedikit
memuat:
1) nomor BASL;
2 ) hari dan tanggal pelaksanaan survei lapangan;
3) keterangan bahwa survei lapangan dilaksanakan tanpa peninjauan
langsung;
4) deskripsi hasil survei atas objek Penilaian;
5) nama dan tanda tangan anggota Tim yang melaksanakan survei
lapangan; dan
6) bukti pendukung telah dilaksanakannya survei lapangan tanpa
peninjauan langsung.
6. Analisis Data dan Informasi
Analisis data dan informasi dilakukan berdasarkan data dan informasi yang
diperoleh , baik yang berasal dari berkas penugasan maupun pengumpulan
data dan informasi.
7. Penentuan Pendekatan Penilaian
a. Berdasarkan analisis data dan informasi, Tim menentukan pendekatan
Penilaian yang akan digunakan dalam melaksanakan Penilaian.
b. Pendekatan Penilaian pada huruf a, terdiri dari:
1) pendekatan pasar; atau
2 ) pendekatan biaya.
c. Pendekatan pasar merupakan teknik Penilaian yang dilakukan untuk
mengestimasi nilai objek Penilaian dengan cara mempertimbangkan data
Penjualan dan / atau data penawaran dari objek pembanding sejenis atau
pengganti dan data pasar yang terkait melalui proses perbandingan .
d . Pendekatan biaya merupakan teknik Penilaian yang dilakukan untuk
mengestimasi nilai objek Penilaian dengan cara menghitung seluruh
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek Penilaian atau
penggantinya pada waktu Penilaian dilakukan kemudian dikurangi
dengan penyusutan fisik atau penyusutan teknis, keusangan fungsional,
dan / atau keusangan ekonomis.
8. Simpulan Nilai
a. Hasil perhitungan nilai dituangkan dalam simpulan nilai.
b. Simpulan nilai dicantumkan dalam satuan mata uang Rupiah .
c. Simpulan nilai dibulatkan dalam ribuan terdekat.
9. Penyusunan Laporan Penilaian
a. Hasil Penilaian dituangkan dalam laporan Penilaian.
b. Laporan Penilaian mengikuti format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab IX huruf D.
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 222 -
c. Laporan Penilaian ditulis dalam bahasa Indonesia.
d . Laporan Penilaian berlaku paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak
tanggal Penilaian.
e. Tanggal Penilaian pada huruf d merupakan tanggal terakhir survei
lapangan.
f . Laporan Penilaian dapat dilakukan revisi sepanjang masa berlaku
laporan Penilaian belum berakhir dan belum digunakan dalam proses
Pemindahtanganan.
D. TATA CARA PENILAIAN BMN SELAIN TANAH DAN / ATAU BANGUNAN DALAM
RANGKA PEMINDAHTANGANAN
1. Data dan Informasi yang menjadi persyaratan dalam Penilaian BMN selain
tanah dan / atau bangunan dalam rangka pemindahtanganan meliputi:
a. latar belakang permohonan ;
b. deskripsi objek Penilaian; dan
c. fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN;
2. Deskripsi objek Penilaian pada angka 1 huruf b paling sedikit meliputi
lokasi, spesifikasi, dan jumlah objek Penilaian .
3. Dalam hal objek Penilaian belum memiliki bukti kepemilikan sebagaimana
dimaksud pada angka 1 huruf c, dapat diganti dengan surat pernyataan
bermeterai cukup yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.
4 . Tim mengumpulkan data dan informasi:
a. yang berkaitan dengan objek Penilaian;
b. yang berkaitan dengan objek pembanding; dan / atau
c. lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan Penilaian .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 223 -
5. Data dan informasi pada angka 4 meliputi:
a. data dan informasi objek Penilaian, antara lain:
1) deskripsi objek;
2) dokumen kepemilikan , jika ada; dan / atau
3) data dan informasi lainnya;
b. data dan informasi objek pembanding, antara lain:
1) data transaksi atau informasi harga transaksi dan / atau penawaran;
2 ) data harga Penjualan secara Lelang; dan / atau
3) data dan informasi lainnya; dan / atau
c. data dan informasi lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan
Penilaian.
6. Data dan informasi pada angka 5 bersumber dari:
a. Pengguna objek Penilaian;
b. pihak- pihak terkait; dan / atau
c. sumber lainnya yang relevan .
7. Tim melakukan analisis terhadap data dan informasi yang diperoleh dari
penugasan dan pengumpulan data dan informasi.
8. Data dan informasi yang dipertimbangkan dalam analisis data dan informasi
meliputi:
a. jenis;
b. merek;
c. kapasitas;
d. tahun pembuatan;
e. harga perolehan;
f. kondisi objek Penilaian secara umum; dan / atau
g. data dan informasi lain yang terkait.
9. Pendekatan Penilaian yang dapat digunakan oleh Tim antara lain:
a. pasar atau biaya, untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan yang
memiliki bukti kepemilikan dan selain Tanah dan / atau Bangunan tanpa
bukti kepemilikan dengan nilai perolehan di atas Rpl 00.000.000,00
(seratus juta rupiah) dalam rangka Pemindahtanganan melalui
Penjualan.
b. pasar atau biaya, untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan dalam
rangka Pemindahtanganan melalui Tukar Menukar;
c. biaya, untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan tanpa bukti
kepemilikan dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) dalam rangka Pemindahtanganan melalui
Penjualan;
10. Penilaian dengan menggunakan pendekatan pasar pada angka 9 dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan terkait objek
Penilaian dan objek pembanding;
4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 224 -
b. membandingkan objek Penilaian dengan objek pembanding dengan
menggunakan faktor pembanding yang sesuai dan melakukan
penyesuaian; dan
c. melakukan pembobotan terhadap indikasi nilai dari hasil penyesuaian
untuk menghasilkan nilai.
11. Objek pembanding pada angka 10 huruf a mempunyai karakteristik yang
sejenis dengan objek Penilaian.
12. Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada angka 10 huruf b dilakukan
terhadap perbedaan antara objek Penilaian dengan objek pembanding.
13. Perbedaan sebagaimana dimaksud dedam pada angka12 terdiri dari:
a. Perbedaan transaksional, antara lain:
1) jenis dokumen , yaitu perbedaan hak kepemilikan;
2 ) syarat dan jangka waktu pembiayaan , yaitu perbedaan berupa
kemudahan pembiayaan yang meliputi syarat dan jangka waktu
pembiayaan , seperti adanya subsidi atau bantuan pemerintah untuk
pembelian properti tertentu;
3) kondisi Penjualan , yaitu perbedaan kondisi pelaksanaan Penjualan,
seperti Penjualan yang dilakukan secara cepat, jual-beli antara pihak
yang mempunyai hubungan tertentu, dan jual beli khusus seperti
Lelang;
4) biaya yang hams dikeluarkan setelah pembelian ( expenditure made
immediately after purchase ) , yaitu biaya yang seharusnya
dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan penguasaan fisik
objek Penilaian , dan / atau
5) kondisi pasar, dicerminkan dari data historis transaksi, seperti
perbedaan waktu transaksi objek pembanding dengan tanggal
Penilaian; dan
b. Perbedaan non-transaksional, antara lain karakteristik fisik, kondisi,
umur, desain, dan / atau spesifikasi.
14. Terhadap perbedaan sebagaimana dimaksud pada angka 13 dilakukan
proses penyesuaian secara 2 (dua) tahap, yaitu:
a. penyesuaian atas perbedaan transaksional; dan
b. penyesuaian atas perbedaan non-transaksional.
15. Proses penyesuaian pada angka 14 dilakukan dengan cara menambahkan
atau mengurangkan dalam persentase atau jumlah dalam satuan mata
uang.
16. Besarnya persentase atau jumlah dalam satuan mata uang dari proses
penyesuaian pada angka 15 dijumlahkan untuk memperoleh jumlah
penyesuaian.
17. Jumlah penyesuaian pada angka 16 digunakan untuk menentukan besaran
indikasi nilai objek Penilaian .
18. Indikasi nilai pada ayat 17 digunakan untuk mendapatkan nilai dengan
cara pembobotan .
19. Ilustrasi perhitungan Penilaian menggunakan pendekatan pasar mengikuti
ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab IX huruf A.1.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBL1K INDONESIA
- 225 -
20. Penilaian dengan menggunakan pendekatan biaya pada angka 9 huruf b
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. menghitung biaya pembuatan baru atau biaya penggantian baru objek
Penilaian;
b. menghitung besarnya penyusutan dan / atau keusangan objek Penilaian;
dan
c. mengurangkan biaya pembuatan baru atau penggantian baru dengan
penyusutan dan / atau keusangan objek Penilaian untuk menghasilkan
nilai.
21. Perhitungan biaya pembuatan baru pada angka 20 huruf a dilakukan dalam
hal pada saat pelaksanaan Penilaian, seluruh informasi biaya
pembuatan / perolehan dan / atau material objek Penilaian dapat diperoleh di
pasaran .
22. Perhitungan biaya penggantian baru pada angka 20 huruf a dilakukan
dalam hal pada saat pelaksanaan Penilaian, seluruh atau sebagian
informasi biaya pembuatan / perolehan dan / atau material objek Penilaian
tidak dapat diperoleh di pasaran.
23. Penyusutan dan / atau keusangan pada angka 20 huruf b meliputi:
a. penyusutan fisik;
b. keusangan fungsional; dan / atau
c. keusangan ekonomis.
24. Besaran penyusutan fisik pada angka 23 huruf a diperoleh dari hasil
perkalian antara persentase penyusutan fisik dengan biaya
pembuatan / penggantian baru objek Penilaian .
25. Persentase penyusutan fisik pada angka 23 ditentukan oleh Tim sesuai
ilustrasi tabel penyusutan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab
IX huruf A. 2.a. l ) .
26. Keusangan fungsional pada angka 23 huruf b diperhitungkan dalam hal
terdapat:
a. perubahan fungsi objek Penilaian; dan / atau
b. ketidaksesuaian objek Penilaian dengan standar yang berlaku umum,
sesuai ilustrasi tabel keusangan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab IX huruf A.2.a. 2) .
27. Keusangan ekonomis pada angka 23 huruf c diperhitungkan dalam hal
terdapat kondisi eksternal yang mengurangi nilai objek Penilaian .
28. Besaran keusangan fungsional dan / atau keusangan ekonomis dapat
ditentukan oleh Tim berdasarkan perhitungan keusangan ekonomis dan
keusangan fungsional.
29. Ilustrasi perhitungan Penilaian menggunakan pendekatan biaya mengikuti
ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab IX huruf A. 2.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 226 -
E. TATA CARA PENILAIAN BONGKARAN BMN KARENA PERBAIKAN ( RENOVASI ,
REHABILITASI, ATAU RESTORASI ) DALAM RANGKA PEMINDAHTANGANAN
1. Data dan Informasi yang menjadi persyaratan dalam Penilaian bongkaran
karena perbaikan (renovasi, rehabilitasi, atau restorasi) dalam rangka
Pemindahtanganan melalui Penjualan meliputi:
a. latar belakang permohonan; dan
b. deskripsi objek Penilaian .
2 . Deskripsi objek Penilaian pada angka 1 huruf b paling sedikit meliputi
lokasi, jenis material dan jumlah untuk objek Penilaian.
3. Tim mengumpulkan data dan informasi:
a. yang berkaitan dengan objek Penilaian;
b. yang berkaitan dengan objek pembanding; dan / atau
c. lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan Penilaian .
4. Data dan informasi pada angka 3 meliputi:
a. data dan informasi objek Penilaian, antara lain:
1) deskripsi objek; dan / atau
2) data dan informasi lainnya;
b. data dan informasi objek pembanding, antara lain:
1) data transaksi atau informasi harga transaksi dan / atau penawaran;
2 ) data harga Penjualan secara Lelang; dan / atau
3) data dan informasi lainnya; dan / atau
c. data dan informasi lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan
Penilaian.
5. Data dan informasi pada angka 4 bersumber dari:
a. Pengguna objek Penilaian;
b. pihak- pihak terkait; dan / atau
c. sumber lainnya yang relevan .
6 . Tim melakukan analisis terhadap data dan informasi yang diperoleh dari
penugasan dan pengumpulan data dan informasi.
7. Data dan informasi yang dipertimbangkan dalam analisis data dan informasi
meliputi:
a. jenis;
b. kondisi objek Penilaian secara umum; dan / atau
c. data dan informasi lain yang terkait.
8. Jenis material dan satuan material bongkaran mengikuti ketentuan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab IX huruf B.
9. Material bongkaran yang dapat dilakukan Penilaian memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Bahan kayu, meliputi:
1) Panjang minimum adalah 1,5 (satu koma lima) meter; dan
2 ) Dalam panjang minimum tersebut tidak terdapat bagian yang rusak
(termakan rayap atau lapuk) .
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 227 -
b. Bahan baja / besi, meliputi:
1) Untuk material yang berbentuk teralis, pagar, dan pintu besi, kadar
karat setinggi-tingginya adalah 50%;
2) Untuk material yang berbentuk teralis, pagar, dan pintu besi yang
kadar karatnya lebih dari 50% dihitung berdasarkan berat; dan
3) Untuk material baja ringan dihitung berdasarkan berat.
c. Bahan alumunium, meliputi:
1) Untuk material yang berbentuk kusen dan daun pintu alumunium ,
tidak memiliki kerusakan / bengkok; dan
2) Untuk material yang berbentuk kusen dan daun pintu alumunium
yang memiliki kerusakan dihitung berdasarkan berat.
d . Bahan lainnya, meliputi:
1) Tidak memiliki kerusakan yang mengakibatkan material tersebut
tidak dapat berfungsi lagi seperti pecah , retak, patah , lapuk,
termakan rayap dan sebagainya; dan
2) Untuk material seng gelombang / asbes gelombang / spandek memiliki
ukuran serendah-rendahnya 1, 2 (satu koma dua) meter x 1,2 (satu
koma dua) meter.
10. Selain material bongkaran sebagaimana angka 9, Penilaian bongkaran
memperhatikan nilai ekonomis material bongkaran dan kondisi pasar di
wilayah lokasi bongkaran berada.
11. Tim dapat menentuan satuan material yang berbeda dari daftar material
pada angka 9, dalam hal di sekitar lokasi objek Penilaian mengggunakan
satuan material yang berbeda.
12. Dalam hal Tim menggunakan material yang berbeda, Tim mencantumkan
alasan perbedaan penggunaan satuan tersebut ke dalam laporan Penilaian.
13. Pendekatan Penilaian yang digunakan untuk bongkaran BMN karena
perbaikan ( renovasi, rehabilitasi, atau restorasi) adalah pendekatan pasar.
14. Penilaian menggunakan pendekatan pasar dilakukan melalui tahapan:
a. mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan terkait objek
Penilaian dan objek pembanding;
b. membandingkan objek Penilaian dengan objek pembanding dengan
menggunakan faktor pembanding yang sesuai dan melakukan
penyesuaian; dan
c. melakukan pembobotan terhadap indikasi nilai dari hasil penyesuaian
untuk menghasilkan nilai.
15. Objek pembanding pada angka 14 huruf a mempunyai karakteristik yang
sejenis dengan objek Penilaian.
16 . Penyesuaian pada angka 14 huruf b dilakukan terhadap perbedaan antara
objek Penilaian dengan objek pembanding.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 228 -
17. Perbedaan sebagaimana dimaksud pada angka 16 terdiri dari:
a. Perbedaan transaksional, antara lain:
1) kondisi Penjualan , yaitu perbedaan kondisi pelaksanaan Penjualan ,
seperti Penjualan yang dilakukan secara cepat, jual- beli antara pihak
yang mempunyai hubungan tertentu, dan jual beli khusus seperti
Lelang;
2) biaya yang harus dikeluarkan setelah pembelian ( expenditure made
immediately after purchase ) merupakan biaya yang seharusnya
dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan penguasaan fisik
objek Penilaian , dan / atau
3) kondisi pasar, dicerminkan dari data historis transaksi, seperti
perbedaan waktu transaksi objek pembanding dengan tanggal
Penilaian; dan
b. Perbedaan non-transaksional, antara lain karakteristik fisik, kondisi,
umur, desain, lokasi dan / atau spesifikasi.
18. Terhadap perbedaan sebagaimana dimaksud pada angka 17 dilakukan
proses penyesuaian secara 2 (dua) tahap, yaitu:
a. penyesuaian atas perbedaan transaksional; dan
b. penyesuaian atas perbedaan non-transaksional.
19. Proses penyesuaian pada angka 18 dilakukan dengan cara menambahkan
atau mengurangkan dalam persentase atau jumlah dalam satuan mata
uang.
20. Besaran persentase atau jumlah dalam satuan mata uang pada angka 19
dijumlahkan untuk memperoleh jumlah penyesuaian .
21. Jumlah penyesuaian pada angka 20 digunakan untuk menentukan
besarnya indikasi nilai objek Penilaian.
22. Indikasi nilai pada angka 21 digunakan untuk mendapatkan nilai dengan
cara pembobotan .
/
V
- 229 -
G. PENILAIAN ULANG
1 . Dalam hal masa berlaku laporan Penilaian telah berakhir , Kuasa Pengguna
Barang dapat menugaskan Tim untuk melakukan Penilaian ulang atas objek
Penilaian yang sama.
2. Dalam pelaksanaan Penilaian ulang, Tim melakukan survei lapangan .
3. Dalam hal terdapat surat keterangan dari Kuasa Pengguna Barang yang
menyatakan tidak terdapat perubahan material terhadap objek Penilaian ,
Tim dapat melakukan Penilaian ulang tanpa melakukan survei lapangan.
4. Dalam hal tidak dilakukan survei lapangan sebagaimana dimaksud pada
angka 3, tanggal Penilaian merupakan tanggal surat keterangan dari Kuasa
Pengguna Barang yang menyatakan tidak terdapat perubahan material dari
objek Penilaian .
V
- 230 -
BAB X
PEMINDAHTANGANAN
A. UMUM
1 . BMN yang tidak diperlukan bagi penyelenggaraan tugas pemerintahan
negara dapat dipindahtangankan .
2. BMN dapat dipindahtangankan setelah dilakukan penetapan status
Penggunaan, kecuali untuk BMN yang tidak memerlukan penetapan status
Penggunaan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangan-undangan di
bidang pengelolaan BMN .
3. Bentuk Pemindahtanganan BMN meliputi:
a. Penjualan;
b. Tukar Menukar;
c. Hibah; atau
d . Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.
4. Dalam rangka Pemindahtanganan BMN dilakukan Penilaian atas BMN yang
direncanakan menjadi objek Pemindahtanganan , kecuali Pemindahtanganan
dalam bentuk Hibah .
5. Dalam hal Penilaian hanya dilakukan Tim yang ditetapkan oleh Kuasa
Pengguna Barang, maka hasil Penilaian BMN hanya merupakan nilai
taksiran.
6. Proses pelaksanaan Pemindahtanganan dapat dilakukan dengan elektronik.
7. Kewenangan dan Tanggung Jawab
a. Wewenang dan tanggung jawab Kepala Biro:
1) meneliti usulan Pemindahtanganan BMN ;
2) mengajukan usulan persetujuan Pemindahtanganan BMN berupa
Tanah dan / atau Bangunan , selain Tanah dan / atau Bangunan yang
memiliki bukti kepemilikan , dan selain Tanah dan / atau Bangunan
dengan nilai perolehan di atas Rpl 00.000.000,00 (seratus juta
rupiah ) dengan cara Penjualan dan Hibah kepada Pengelola Barang;
3) mengembalikan dan / atau menolak usulan Pemindahtanganan BMN
berupa Tanah dan / atau Bangunan, selain Tanah dan / atau
Bangunan yang memiliki bukti kepemilikan, dan selain Tanah
dan / atau Bangunan dengan nilai perolehan di atas
Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah ) dengan cara Penjualan dan
Hibah;
4) mengajukan usulan persetujuan Pemindahtanganan BMN dengan
cara Tukar Menukar kepada Pengelola Barang;
5) mengembalikan dan / atau menolak usulan Pemindahtanganan BMN
dengan cara Tukar Menukar;
/
- 231 -
6) menandatangani naskah / akta Hibah, perjanjian Tukar Menukar,
surat pernyataan, surat keterangan , berita acara, dan naskah dinas
lainnya terkait pelaksanaan Pemindahtanganan BMN dengan cara
Hibah dan Tukar Menukar berupa Tanah dan / atau Bangunan dan
selain Tanah dan / atau Bangunan yang memiliki bukti kepemilikan ;
7) meneruskan persetujuan Pemindahtanganan BMN dari Pengelola
Barang kepada Satuan Kerja;
8) melakukan Penatausahaan BMN yang dipindahtangankan;
9) melakukan pembinaan , pengawasan dan pengendalian atas
pelaksanaan Pemindahtanganan BMN ; dan
10) melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen
Pemindahtanganan BMN.
b. Wewenang dan tanggung jawab Sekretaris Unit Eselon I:
1) meneliti usulan Pemindahtanganan BMN ;
2) meneruskan usulan persetujuan Pemindahtanganan BMN berupa
Tanah dan / atau Bangunan , selain Tanah dan / atau Bangunan yang
memiliki bukti kepemilikan, dan selain Tanah dan / atau Bangunan
dengan nilai perolehan di atas Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah)
kepada Pengguna Barang;
3) mengembalikan dan / atau menolak usulan Pemindahtanganan BMN
berupa Tanah dan / atau Bangunan dan selain Tanah dan / atau
Bangunan yang memiliki bukti kepemilikan , dan selain Tanah
dan / atau Bangunan dengan nilai perolehan di atas Rpl 00.000.000,-
(seratus juta rupiah) ;
4) menandatangani naskah / akta Hibah , perjanjian Tukar Menukar,
surat pernyataan , surat keterangan, berita acara, dan naskah dinas
lainnya terkait pelaksanaan Pemindahtanganan BMN dengan cara
Hibah berupa BMN selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak
memiliki bukti kepemilikan , BMN barang yang dari awal perolehan
dimaksudkan untuk dihibahkan dalam rangka kegiatan
pemerintahan dan bongkaran BMN ;
5) menandatangani naskah / akta Hibah , perjanjian Tukar Menukar,
surat pernyataan , surat keterangan , berita acara, dan naskah dinas
lainnya terkait pelaksanaan Pemindahtanganan BMN dengan cara
Tukar Menukar berupa BMN selain Tanah dan / atau Bangunan yang
tidak memiliki bukti kepemilikan;
6) memberikan persetujuan Pemindahtanganan BMN dengan cara
Penjualan atas:
a) BMN selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan dengan nilai perolehan sampai dengan
Rpl 00.000.000,- (seratus juta rupiah ) ; dan
b) bongkaran BMN karena perbaikan ( renovasi, rehabilitasi, atau
restorasi) ;
7) memberikan persetujuan Pemindahtanganan BMN dengan cara
Hibah atas:
¥
V
- 232 -
a) BMN yang dari awal perolehan dimaksudkan untuk dihibahkan
dalam rangka kegiatan pemerintahan;
b) BMN selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan dengan nilai perolehan sampai dengan
Rpl 00.000 . 000, - (seratus juta rupiah ); dan
c) bongkaran BMN karena perbaikan ( renovasi, rehabilitasi, atau
restorasi) ;
8) melakukan Penatausahaan BMN yang dipindahtangankan ;
9) melakukan pembinaan , pengawasan dan pengendalian atas
pelaksanaan Pemindahtanganan BMN ; dan
10) melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen
Pemindahtanganan BMN;
c. Wewenang dan tanggung jawab Kepala Satuan Kerja:
1) membentuk Tim Internal Pemindahtanganan ( Penjualan / Tukar
Menukar / Hibah ) BMN ;
2) mengajukan usulan persetujuan Pemindahtanganan BMN ;
3) mengajukan usulan Tukar Menukar BMN selain tanah dan / atau
bangunan dengan nilai perolehan sampai dengan Rpl 00.000.000,-
(seratus juta rupiah) per unit / barang kepada Pengelola Barang;
4) menandatangani surat, dokumen dan naskah dinas lainnya terkait
pengajuan usulan dan pelaksanaan Pemindahtanganan BMN ;
5) melaksanakan Pemindahtanganan BMN sesuai dengan ketentuan
mengenai Pemindahtanganan BMN ;
6) melakukan Penatausahaan BMN yang dipindahtangankan ;
7) melaporkan pelaksanaan Pemindahtanganan BMN kepada Pengelola
Barang dan / atau Pengguna Barang; dan
8) melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen
Pemindahtanganan BMN ;
B. PENJUALAN
1. Ketentuan Dasar
a. Penjualan BMN dilaksanakan dengan mempertimbangkan:
1) untuk optimalisasi BMN yang berlebih atau tidak digunakan untuk
kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi
Kementerian / Lembaga atau tidak dimanfaatkan oleh Pihak Lain;
2 ) secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara apabila dijual;
dan / atau
3) sebagai pelaksanaan ketentuan Peraturan Perundang-undangan .
b. Penjualan BMN dilakukan secara Lelang, kecuali:
1) BMN yang bersifat khusus sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan, yaitu
a) tanah dan bangunan rumah negara golongan III atau bangunan
rumah negara golongan III yang dijual kepada penghuninya yang
sah; atau
/
V
- 233 -
b) kendaraan perorangan dinas yang dijual kepada pejabat negara,
man tan pejabat negara, pegawai aparatur sipil negara, anggota
Tentara Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan di bidang Penjualan BMN berupa
kendaraan perorangan dinas.
2) BMN Lainnya, meliputi:
a) tanah dan / atau bangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan
umum;
b) tanah yang merupakan tanah kavling yang menurut perencanaan
awal pengadaannya digunakan untuk pembangunan perumahan
pegawai negeri sebagaimana tercantum dalam dokumen
penganggaran antara lain meliputi Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian / Lembaga ( RKA- KL) , Kerangka Acuan Kerja,
Petunjuk Operasional Kegiatan , atau Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) ;
c) selain tanah dan / atau bangunan yang jika dijual secara Lelang
dapat merusak tata niaga berdasarkan pertimbangan dari
instansi yang berwenang;
d) selain tanah dan / atau bangunan sebagai akibat dari keadaan
kahar ( force majeure) ;
e) bangunan yang berdiri di atas tanah Pihak Lain atau Pemerintah
Daerah / Desa yang dijual kepada Pihak Lain atau Pemerintah
Daerah / Desa pemilik tanah tersebut; dan
f ) BMN yang ditetapkan lebih lanjut oleh Pengelola Barang.
2 . Tata Cara Pelaksanaan Penjualan BMN
a. BMN berupa tanah dan / atau bangunan , selain tanah dan / atau
bangunan yang memiliki bukti kepemilikan, dan selain tanah dan / atau
bangunan yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai perolehan
di atas Rpl 00.000.000,00 (Seratus Juta Rupiah) :
1) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Internal Penjualan BMN
(sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf A) dengan
keanggotaan berjumlah ganjil paling sedikit terdiri dari 3 ( tiga) orang
yang terdiri atas:
a) wakil dari unsur Pengguna Barang dan Kuasa Pengguna Barang,
serta dapat melibatkan Unit Kerja yang membidangi hukum jika
diperlukan , untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b) wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang serta dapat melibatkan
Pengguna Barang dan / atau Sekretariat Unit Eselon 1/ Sekretariat
LNSW / Biro Umum atau instansi teknis terkait, untuk BMN selain
Tanah dan / atau Bangunan .
2) Tim Internal Penjualan BMN memiliki tugas, antara lain:
a) melakukan penelitian terhadap BMN yang akan dijual, meliputi
penelitian data secara administratif , kondisi fisik, dan aspek
yuridis;
7
- 234 -
b) melakukan Penilaian untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan;
c) menyusun laporan Tim Internal Penjualan yang dilampiri dengan
berita acara penelitian, untuk BMN Tanah dan / atau Bangunan ;
d ) menyusun laporan Penilaian yang dilampiri dengan berita acara
survei lapangan, untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan ;
e) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan
Penjualan;
f ) membantu pelaksanaan Penjualan secara Lelang melalui instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pelayanan Lelang; dan
g) menyusun laporan pelaksanaan Pemindahtanganan BMN yang
merupakan satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN .
3) Hasil pelaksanaan tugas Tim Internal Penjualan BMN dituangkan
dalam:
a) laporan Tim Internal menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf M dengan
melampirkan Berita Acara Penelitian sebagaimana format pada
Lampiran II Bab X huruf B; atau
b) laporan Penilaian menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab IX huruf D dengan melampirkan berita
acara survei lapangan sebagaimana format Lampiran II Bab IX
huruf C,
dan disampaikan kepada Kuasa Pengguna Barang.
4) Dalam hal laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dapat
ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan
Penjualan BMN kepada Pengguna Barang secara berjenjang melalui
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum,
dengan melampirkan:
a) usulan Penjualan BMN sebagaimana format pada Lampiran II
Bab X huruf C;
b) daftar barang objek Penjualan BMN , sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab X huruf D;
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) fotokopi keputusan pembentukan Tim Internal Penjualan
BMN ;
(2) asli berita acara hasil penelitian / berita acara survei
lapangan Tim Internal Penjualan BMN ;
(3) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN ;
(4) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN ;
(5) fotokopi Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN
(sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf F) ;
(6 ) print out Daftar BMN Yang Dihentikan Penggunaannya;
!
V
- 235 -
(7) asli Surat Pernyataan kebenaran materiil objek yang
diusulkan yang ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja
bersangkutan, untuk barang berupa Tanah dan / atau
Bangunan (sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab
Xhuruf G) ;
(8) asli Surat Pernyataan kebenaran formil dan materiil objek
dan besaran nilai yang diusulkan yang ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan, untuk barang selain
Tanah dan / atau Bangunan (sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf G) ;
(9) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telatp h ditandatangani oleh
Kepala Satuan Keija bersangkutan, kecuali terhadap BMN yang
tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
(10) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan;
(11) fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau BAST perolehan
barang dan / atau dokumen lain yang disetarakan dengan
dokumen / bukti kepemilikan dan / atau BAST perolehan
barang;
(12) dalam hal tidak terdapat dokumen / bukti kepemilikan atau
BAST perolehan barang dan / atau dokumen lainnya, dapat
diganti dengan asli Surat Pernyataan bermatera cukup dari
Kepala Satuan Kerja bersangkutan yang menyatakan bahwa
BMN yang diusulkan untuk dijual merupakan BMN pada
Satuan Kerja bersangkutan (sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf G); dan
(13) foto terkini BMN .
5) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian terhadap usulan Penjualan BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, dalam melakukan
penelitian dapat meminta keterangan / penjelasan dari Kuasa
Pengguna Barang bila diperlukan .
6) Dalam hal berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
ditindaklanjuti, Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala
Biro Umum mengajukan usulan Penjualan BMN kepada Pengguna
Barang disertai dengan kelengkapan dokumen pendukung dan
fotokopi usulan Penjualan BMN dari Kuasa Pengguna Barang.
7) Kepala Biro melakukan penelitian atas usulan yang disampaikan
oleh Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum ,
dalam melakukan penelitiannya Kepala Biro dapat meminta
keterangan / penjelasan dari Kuasa Pengguna Barang dan / atau dapat
melakukan penelitian lapangan bila diperlukan.
8) Dalam hal usulan tersebut dapat ditindaklanjuti, Pengguna Barang
menyampaikan usulan persetujuan Penjualan BMN kepada Pengelola
Barang yang disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab X huruf H dengan melampirkan data
administratif dan kelengkapan dokumen pendukung.
a
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 236 -
9) Pengelola Barang menerbitkan persetujuan Penjualan BMN dan
ditindaklanjuti oleh Pengguna Barang dengan menyampaikan
persetujuan dimaksud berikut perintah pelaksanaan Penjualan BMN
kepada Kuasa Pengguna Barang.
10) Kuasa Pengguna Barang mengajukan Penjualan BMN dengan cara
Lelang kepada instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan Lelang sebelum jangka waktu 6 (enam)
bulan sejak tanggal persetujuan Penjualan BMN dari Pengelola
Barang.
11) Dalam hal BMN tidak laku terjual pada lelang pertama, dilakukan
pengajuan lelang ulang sebanyak 1 (satu) kali.
12 ) Dalam hal pengajuan lelang ulang dilakukan lebih dari 6 (enam )
bulan sejak tanggal surat persetujuan Penjualan , terlebih dahulu
dilakukan pengajuan penilaian ulang.
13) Pengajuan Penilaian ulang oleh Kuasa Pengguna Barang dilakukan
sebagaimana pengajuan pertama kali, dilengkapi dengan alasan
dilakukannya pengajuan Penilaian ulang, surat persetujuan
sebelumnya, dan dokumen pendukung terkini.
14) Dalam hal BMN sudah laku terjual dengan cara Lelang, Kuasa
Pengguna Barang melakukan serah terima BMN kepada Pihak
Pemenang Lelang yang dituangkan dalam BAST (sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf K) setelah Pihak
Pemenang Lelang melakukan pelunasan.
15) Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan penetapan Keputusan
Penghapusan BMN kepada Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum paling lama 5 (lima) hari kerja setelah
tanggal BAST, dengan melampirkan:
a) fotokopi BAST antara Kuasa Pengguna Barang dan Pihak
Pemenang Lelang;
b) fotokopi salinan Risalah Lelang;
c) asli Surat Pernyataan yang memuat pernyataan bahwa Penjualan
telah dilaksanakan secara Lelang dan Risalah Lelang sedang
dalam proses pembuatan salinan , dalam hal Pihak Pemenang
Lelang telah melunasi harga Lelang dan Risalah Lelang belum
diperoleh dalam batas waktu pengajuan penetapan Keputusan
Penghapusan BMN ( Lampiran II Bab X huruf G ) ; dan
d) fotokopi bukti setor ke Rekening Kas Umum Negara.
16) Berdasarkan usulan penetapan Keputusan Penghapusan BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum menetapkan Keputusan
Penghapusan BMN paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST,
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab XII huruf J .
- 237 -
17) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menyampaikan salinan Keputusan Penghapusan BMN kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari kerja sejak tanggal
Keputusan Penghapusan BMN .
18) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak Keputusan
Penghapusan BMN .
19) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
Pemindahtanganan BMN yang merupakan satu kesatuan dengan
laporan Penghapusan BMN paling lama 1 (satu) bulan setelah
Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan, dan disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab X huruf M .
20) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengelola Barang dan
Pengguna Barang serta ditembuskan kepada Sekretaris Unit Eselon
1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum , dengan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain:
a) fotokopi BAST antara Kuasa Pengguna Barang dan Pihak
Pemenang Lelang;
b) fotokopi salinan Risalah Lelang;
c) asli Surat Pernyataan yang memuat pernyataan bahwa Penjualan
telah dilaksanakan secara Lelang dan Risalah Lelang sedang
dalam proses pembuatan salinan, dalam hal Pihak Pemenang
Lelang telah melunasi harga Lelang dan Risalah Lelang belum
diperoleh dalam batas waktu penyusunan pelaksanaan Penjualan
(Lampiran II Bab X huruf G) ;
d) fotokopi Keputusan Penghapusan BMN ;
e) fotokopi bukti setor ke Rekening Kas Umum Negara; dan
f ) print out Register Transaksi Harian Penghapusan.
21) Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan, dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang
dan / atau Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan.
b. BMN selain Tanah Dan / Atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Bukti
Kepemilikan Dengan Nilai Perolehan Sampai Dengan Rp100.000.000,00
(Seratus Juta Rupiah) Per Unit / Satuan
1) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Internal Penjualan BMN
(sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf A) dengan
keanggotaan berjumlah ganjil paling sedikit terdiri dari 3 ( tiga) orang
yang mengandung unsur atas:
a) wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang;
b) dapat melibatkan Sekretariat Unit Eselon I / Sekretariat
LNSW / Biro Umum bila diperlukan; dan / atau
MENTERI KEUANGAN
REPUBLiK INDONESIA
- 238 -
c) dapat melibatkan instansi teknis terkait.
2 ) Tim Internal Penjualan BMN memiliki tugas, antara lain:
a) melakukan penelitian terhadap BMN yang akan dijual, meliputi
penelitian data secara administratif , kondisi fisik, dan aspek
yuridis;
b) menyusun laporan Penilaian dengan dilampirkan berita acara
survei lapangan;
c) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan
Penjualan;
d ) membantu pelaksanaan Penjualan secara Lelang melalui instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pelayanan Lelang; dan
e ) menyusun laporan pelaksanaan Pemindahtanganan BMN yang
merupakan satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN.
3) Hasil pelaksanaan tugas Tim Internal Penjualan BMN dituangkan
dalam laporan Penilaian menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab IX huruf D dengan melampirkan
berita acara survei lapangan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab IX huruf C dan disampaikan
kepada Kuasa Pengguna Barang.
4) Dalam hal laporan sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dapat
ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan
Penjualan BMN kepada Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum , dengan melampirkan:
a) usulan Penjualan BMN menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar barang objek Penjualan BMN sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab X huruf D; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) fotokopi keputusan pembentukan Tim Internal Penjualan
BMN;
(2) asli berita acara survei lapangan Tim Internal Penjualan
BMN;
(3) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN;
(4) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN;
(5) fotokopi Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN
(sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf F) ;
(6) print out Daftar BMN Yang Dihentikan Penggunaannya;
(7) fotokopi Berita Acara Serah Terima (BAST) perolehan barang
dan / atau dokumen lainnya terkait perolehan barang;
/
4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 239 -
(8) dalam hal tidak terdapat BAST perolehan barang dan / atau
dokumen lainnya terkait perolehan barang, dapat diganti
dengan Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala
Satuan Kerja bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN
yang diusulkan untuk dijual merupakan BMN pada Satuan
Kerja bersangkutan (sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf G) ;
(9) asli Surat Pernyataan kebenaran formil dan materiil objek
dan besaran nilai yang diusulkan yang ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan (sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab X huruf G);
(10) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
(11) foto terkini BMN .
5) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian terhadap usulan Penjualan BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, dalam melakukan
penelitian dapat meminta keterangan / penjelasan dari Kuasa
Pengguna Barang, dapat melibatkan Pengguna Barang dan / atau
dapat melakukan penelitian lapangan bila diperlukan.
6) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian perencanaan
Pemindahtanganan BMN antara permohonan Penjualan BMN dengan
perencanaan Pemindahtanganan BMN di RP4 BMN , Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum mengajukan revisi
penetapan RP4 disertai alasan dan data dukung kepada Pengguna
Barang dengan tetap melanjutkan proses permohonan Penjualan
BMN .
7) Persetujuan Penjualan BMN diterbitkan oleh Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab X Huruf I dan ditindaklanjuti oleh Kuasa Pengguna Barang
melalui pengajuan usulan Penjualan BMN .
8) Kuasa Pengguna Barang mengajukan Penjualan BMN dengan cara
Lelang kepada instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan Lelang paling lama 6 (enam ) bulan
sejak tanggal persetujuan Penjualan BMN dari Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum .
9) Dalam hal BMN tidak laku terjual pada lelang pertama, dilakukan
pengajuan lelang ulang sebanyak 1 (satu) kali.
10) Dalam hal pengajuan lelang ulang dilakukan lebih dari 6 (enam)
bulan sejak tanggal surat persetujuan Penjualan, terlebih dahulu
dilakukan pengajuan penilaian ulang.
11) Pengajuan Penilaian ulang oleh Kuasa Pengguna Barang dilakukan
sebagaimana pengajuan pertama kali, dilengkapi dengan alasan
dilakukannya pengajuan Penilaian ulang, surat persetujuan
sebelumnya, dan dokumen pendukung terkini.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 240 -
12 ) Dalam hal BMN sudah laku terjual dengan cara Lelang, Kuasa
Pengguna Barang melakukan serah terima BMN kepada Pihak
Pemenang Lelang yang dituangkan dalam BAST (sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf K) setelah Pihak
Pemenang Lelang melakukan pelunasan .
13) Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan penetapan Keputusan
Penghapusan BMN kepada Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum paling lama 5 (lima) hari kerja setelah
tanggal BAST, dengan melampirkan:
a) fotokopi BAST antara Kuasa Pengguna Barang dan Pihak
Pemenang Lelang;
b) fotokopi salinan Risalah Lelang;
c) asli Surat Pernyataan yang memuat pernyataan bahwa Penjualan
telah dilaksanakan secara Lelang dan Risalah Lelang sedang
dalam proses pembuatan salinan , dalam hal Pihak Pemenang
Lelang telah melunasi harga Lelang dan Risalah Lelang belum
diperoleh dalam batas waktu pengajuan penetapan Keputusan
Penghapusan BMN (sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab X huruf G ) ; dan
d) fotokopi bukti setor ke Rekening Kas Umum Negara.
14) Berdasarkan usulan penetapan Keputusan Penghapusan BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum menetapkan Keputusan
Penghapusan BMN paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST,
disusun dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab XII huruf J .
15) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menyampaikan salinan Keputusan Penghapusan BMN kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN .
16) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum , Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditandatangani.
17) Kuasa Pengguna Barang menyusun laporan pelaksanaan
Pemindahtanganan BMN yang merupakan satu kesatuan dengan
laporan Penghapusan BMN paling lama 1 (satu) bulan setelah
Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan, dan disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab X huruf M .
18) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Pengelola Barang dan
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum serta
ditembuskan kepada Kepala Biro, dengan melampirkan dokumen
kelengkapan antara lain:
i/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 241 -
a) fotokopi BAST antara Kuasa Pengguna Barang dan Pihak
Pemenang Lelang;
b) fotokopi salinan Risalah Lelang;
c) asli Surat Pernyataan yang memuat pernyataan bahwa Penjualan
telah dilaksanakan secara Lelang dan Risalah Lelang sedang
dalam proses pembuatan salinan , dalam hal Pihak Pemenang
Lelang telah melunasi harga Lelang dan Risalah Lelang belum
diperoleh dalam batas waktu penyusunan pelaksanaan Penjualan
(Lampiran II Bab X huruf G) ;
d ) fotokopi Keputusan Penghapusan BMN ;
e) fotokopi bukti setor ke Rekening Kas Umum Negara; dan
f ) print out Register Transaksi Harian Penghapusan .
19 ) Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan, dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang
dan / atau Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan.
c. Bongkaran BMN Karena Perbaikan (Renovasi, Rehabilitasi, atau
Restorasi)
1) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Internal Penjualan
Bongkaran BMN (Lampiran II Bab X huruf A) dengan keanggotaan
berjumlah ganjil paling sedikit terdiri dari 3 ( tiga) orang yang
mengandung unsur atas:
a) wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang;
b) dapat melibatkan Sekretariat Unit Eselon 1/ Sekretariat
LNSW / Biro Umum bila diperlukan; dan / atau
c) dapat melibatkan instansi teknis terkait.
2) Tim Internal Penjualan Bongkaran BMN memiliki tugas, antara lain:
a) melakukan penelitian terhadap Bongkaran BMN karena
perbaikan (renovasi, rehabilitasi, atau restorasi) antara lain
penelitian data administratif , kondisi fisik, dan aspek yuridis;
b) menyusun laporan Penilaian yang merupakan satu kesatuan
dengan Laporan Tim Internal Penjualan;
c) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Penjualan
Bongkaran BMN ;
d ) membantu pelaksanaan Penjualan secara Lelang melalui instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pelayanan Lelang; dan
e) menyusun laporan pelaksanaan Penjualan Bongkaran BMN.
3) Hasil penelitian Tim Internal Penjualan Bongkaran BMN dituangkan
dalam Berita Acara Hasil Penelitian (Lampiran II Bab X huruf B) dan
dilaporkan kepada Kuasa Pengguna Barang.
1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 242 -
4) Dalam hal hasil penelitian Tim Internal Penjualan Bongkaran BMN
dapat ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan
usulan Penjualan Bongkaran BMN kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, dengan susunan sebagai
berikut:
a) usulan Penjualan Bongkaran BMN sebagaimana format pada
Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar Bongkaran BMN yang menjadi objek Penjualan Bongkaran
BMN dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab IX huruf E; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
( 1) fotokopi keputusan pembentukan Tim Internal Penjualan
Bongkaran BMN ;
( 2 ) Berita Acara Hasil Penelitian Tim Internal Penjualan
Bongkaran BMN;
(3) asli Surat Pernyataan kebenaran formil maupun materiil yang
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan
(Lampiran II Bab IX huruf G) ;
(4) fotokopi dokumen penganggaran pelaksanaan kegiatan
perbaikan BMN ; dan
(5) foto terkini Bongkaran BMN .
5) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian terhadap usulan Penjualan Bongkaran BMN
yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang termasuk meminta
keterangan / penjelasan , dalam hal diperlukan dapat melakukan
penelitian lapangan dan / atau melakukan Penilaian kembali atas
Penjualan Bongkaran BMN yang diajukan .
6) Persetujuan Penjualan Bongkaran BMN yang diterbitkan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab IX huruf I, ditindaklanjuti oleh Kuasa Pengguna
Barang dengan mengajukan usulan Penjualan Bongkaran BMN
dengan cara Lelang kepada instansi pemerintah yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya meliputi pelayanan Lelang.
7) Kuasa Pengguna Barang mengajukan Penjualan Bongkaran BMN
dengan cara Lelang kepada instansi pemerintah yang lingkup tugas
dan tanggung jawabnya meliputi pelayanan Lelang sebelum jangka
waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal persetujuan Penjualan
Bongkaran BMN dari Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum.
8) Dalam hal BMN tidak laku terjual pada Lelang pertama, Kuasa
Pengguna Barang dapat memilih alternatif sebagai berikut:
a) menugaskan Tim Internal untuk melakukan Penilaian kembali
dan ditindaklanjuti sesuai prosedur pengajuan usulan Penjualan
BMN;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 243 -
b) mengajukan Hibah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; atau
c) mengajukan pemusnahan bongkaran BMN.
9) Dalam hal Bongkaran BMN sudah laku terjual dengan cara Lelang,
Kuasa Pengguna Barang melakukan serah terima Bongkaran BMN
kepada Pihak Pemenang Lelang yang dituangkan dalam BAST
(sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf K) setelah
Pihak Pemenang Lelang melakukan pelunasan .
10) Kuasa Pengguna Barang menyusun laporan pelaksanaan Penjualan
Bongkaran BMN paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal BAST,
dengan menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf M .
11) Laporan pelaksanaan disampaikan kepada Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan ditembuskan kepada
Kepala Biro, dengan melampirkan dokumen kelengkapan antara lain:
a) BAST antara Kuasa Pengguna Barang dan Pihak Pemenang
Lelang;
b) fotokopi salinan Risalah Lelang;
c) Surat Pernyataan yang memuat pernyataan bahwa Penjualan
telah dilaksanakan secara Lelang dan Risalah Lelang sedang
dalam proses pembuatan salinan, dalam hal Pihak Pemenang
Lelang telah melunasi harga Lelang dan Risalah Lelang belum
diperoleh dalam batas waktu penyusunan pelaksanaan Penjualan
(Lampiran II Bab X huruf G); dan
d ) fotokopi bukti setor ke Rekening Kas Umum Negara.
12 ) Dalam hal berdasarkan penelitian Tim Internal Penjualan Bongkaran
BMN diketahui bahwa Bongkaran BMN tidak memiliki nilai jual,
Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan kepada Sekretaris
Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dilengkapi:
a) Keterangan upaya tindak lanjut yang telah dilakukan oleh Kuasa
Pengguna Barang atas Bongkaran BMN ; dan
b) Surat Pernyataan yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna
Barang bahwa pekerjaan perbaikan BMN tidak menghasilkan
bongkaran yang memiliki nilai jual (sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab X huruf G ) .
13) Dalam hal Bongkaran BMN tidak memiliki nilai jual dan / atau setelah
dilakukan Penjualan secara Lelang tidak laku terjual, Kuasa
Pengguna Barang dapat mengusulkan Pemindahtanganan BMN
dengan bentuk lainnya atau Pemusnahan sesuai dengan peraturan
perundang- undangan.
C. HIBAH
1. Ketentuan Dasar
a. Hibah BMN dilaksanakan dengan pertimbangan untuk:
1) kepentingan sosial;
2) kepentingan budaya;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 244 -
3) kepentingan keagamaan;
4) kepentingan kemanusiaan ;
5) kepentingan pendidikan yang bersifat non komersial; dan / atau
6) penyelenggaraan pemerintahan negara / daerah.
b. BMN dapat dihibahkan dalam hal memenuhi persyaratan:
1) bukan merupakan barang rahasia negara;
2) bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang
banyak; dan
3) tidak digunakan lagi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan negara.
c. BMN yang dihibahkan wajib digunakan sebagaimana ketentuan yang
ditetapkan dalam naskah Hibah .
d . Pihak yang dapat menerima Hibah , yaitu:
1) lembaga sosial, lembaga budaya, lembaga keagamaan , lembaga
kemanusiaan, atau lembaga pendidikan yang bersifat non komersial;
2) masyarakat, baik perorangan maupun kelompok, dalam rangka
menjalankan kebijakan pemerintah yang diatur dalam peraturan
perundangan-undangan;
3) pemerintah negara lain dalam kerangka hubungan internasional;
4) masyarakat internasional yang terkena akibat dari bencana alam ,
perang, atau wabah penyakit endemik;
5) Pemerintah Daerah / Desa;
6) BUMN berbentuk perusahaan umum dalam rangka menjaga
stabilitas ketahanan pangan atau BUMN lainnya dalam rangka
penugasan pemerintah sebagaimana tertuang dalam peraturan atau
keputusan yang ditetapkan oleh Presiden;
7) BUMD;
8) Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum; atau
9) Pihak Lain yang ditetapkan oleh Pengelola Barang.
2. Tata Cara Hibah BMN
a. BMN Berupa Tanah dan / atau Bangunan dan Selain Tanah dan / atau
Bangunan Yang Memiliki Bukti Kepemilikan
1) Kepala Biro melakukan penelitian atas permohonan Hibah BMN dari
Pemerintah Daerah / Pihak Lain, paling sedikit terhadap data BMN
yang diusulkan menjadi objek Hibah serta alasan dan dasar
pertimbangan permohonan.
2 ) Dalam hal permohonan dapat ditindaklanjuti, Kepala Biro meminta
konfirmasi dan klarifikasi tertulis kepada Kuasa Pengguna Barang
melalui Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro
Umum atas permohonan Hibah tersebut.
3) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan Hibah ( Lampiran
II Bab X huruf A) dengan keanggotaan paling sedikit terdiri atas:
/
l
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 245 -
a) wakil dari unsur Pengguna Barang, Sekretariat Unit Eselon
I / Sekretariat LNSW / Biro Umum dan Kuasa Pengguna Barang,
serta dapat melibatkan Unit Kerja yang membidangi hukum bila
diperlukan, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan ; atau
b) wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang dan Sekretariat Unit
Eselon I / Sekretariat LNSW / Biro Umum , serta dapat melibatkan
Pengguna Barang dan / atau Unit Kerja yang membidangi hukum
bila diperlukan, untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan.
4) Tim Persiapan Hibah memiliki tugas, antara lain:
a) menyiapkan dan melakukan penelitian data administratif ,
meliputi jenis BMN , NUP, tahun perolehan, lokasi, luas, bukti
kepemilikan dan nilai perolehan, untuk BMN berupa Tanah
dan / atau Bangunan;
b) menyiapkan dan melakukan penelitian data administratif ,
meliputi jenis BMN, NUP, tahun perolehan, bukti kepemilikan
dan nilai perolehan, untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan;
c) melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan dengan data
administratif;
d ) menyusun kajian / alasan perlu dilakukannya Hibah;
e) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Hibah;
dan
f ) menyusun laporan Pemindahtanganan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN .
5) Hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dituangkan dalam Berita Acara
Hasil Penelitian (Lampiran II Bab X huruf B) dan dilaporkan kepada
Kuasa Pengguna Barang.
6 ) Dalam hal hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dapat
ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan
Hibah kepada Pengguna Barang secara berjenjang melalui Sekretaris
Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum , dengan susunan
sebagai berikut:
a) usulan Hibah BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar barang yang menjadi objek permohonan Hibah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf D; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) data Pemohon Hibah;
( 2 ) softcopy / fotokopi keputusan pembentukan Tim Persiapan
Hibah ;
(3) asli Berita Acara Hasil Penelitian Tim Persiapan Hibah;
(4) hasil kajian Hibah BMN ;
(5) softcopy / fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan
BMN ;
f/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 246 -
(6) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN;
(7) softcopy/ fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau
dokumen lain yang disetarakan dengan bukti kepemilikan ;
(8) dalam hal tidak terdapat dokumen kepemilikan dan / atau
dokumen lainnya, dapat diganti dengan asli Surat
Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala Satuan Kerja
bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN yang diusulkan
untuk dihibahkan merupakan BMN pada Satuan Kerja
bersangkutan (Lampiran II Bab X huruf G) ;
(9) asli Surat Pernyataan bahwa Hibah BMN tidak mengganggu
penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan
yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang (Lampiran
II Bab X huruf G ) ;
( 10) asli Surat Pernyataan kebenaran materiil, yang
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan
( Lampiran II Bab X huruf G ) ;
(11) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan, kecuali terhadap BMN
yang tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
(12 ) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan ;'dan
( 13) foto terkini BMN .
7) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan analisis terhadap usulan Hibah yang disampaikan oleh
Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta keterangan / penjelasan
bila diperlukan.
8) Dalam hal berdasarkan analisis tersebut dapat ditindaklanjuti,
Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
mengajukan usulan Hibah kepada Pengguna Barang disertai dengan
kelengkapan dokumen pendukung dan fotokopi usulan Hibah dari
Kuasa Pengguna Barang.
9) Kepala Biro melakukan penelitian atas usulan Hibah yang
disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala
Biro Umum , meliputi penelitian administrasi, kondisi fisik, aspek
yuridis, dan kelayakan usulan.
10) Dalam hal usulan Hibah tersebut dapat ditindaklanjuti, maka
Pengguna Barang meminta Pemohon Hibah untuk menyampaikan
Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Hibah BMN yang
ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup oleh:
a) Gubernur / Bupati / Walikota atau pejabat Pemerintah Daerah
yang mempunyai tugas dan kewenangan untuk menandatangani,
untuk pemohon Hibah yang merupakan Pemerintah Daerah; atau
b) pimpinan yayasan / lembaga / pihak lainnya, untuk pemohon
Hibah yang merupakan Pihak Lain.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 247 -
11) Pengguna Barang mengajukan usulan permohonan persetujuan
Hibah kepada Pengelola Barang yang disusun dengan menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf H
dengan melampirkan kelengkapan dokumen pendukung.
12) Persetujuan Hibah yang diterbitkan oleh Pengelola Barang
ditindaklanjuti dengan penandatanganan Naskah Hibah antara
Pengguna Barang dan Penerima Hibah (sebelumnya merupakan
Pemohon Hibah ) paling lama 3 ( tiga) bulan sejak tanggal persetujuan
Hibah dan diikuti dengan serah terima barang yang dituangkan
dalam BAST (Lampiran II Bab X huruf K) .
13) Pengguna Barang bersama dengan Penerima Hibah menyusun
Naskah Hibah (Lampiran II Bab X huruf L) , paling sedikit memuat:
a) identitas para pihak;
b) jenis dan nilai barang yang menjadi objek Hibah BMN;
c) tujuan dan peruntukan Hibah BMN ;
d ) hak dan kewajiban para pihak;
e) klausul beralihnya tanggung jawab dan kewajiban kepada Pihak
Penerima Hibah BMN ; dan
f ) penyelesaian perselisihan .
14) Kepala Biro menyampaikan perintah penetapan Keputusan
Penghapusan BMN kepada Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum dengan melampirkan BAST Hibah yang
telah ditandatangani.
15) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf J paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST Hibah
ditandatangani.
16) Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN , disertai dengan fotokopi Naskah dan BAST
Hibah .
17) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum , Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh ) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditandatangani.
18) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan Pemindahtanganan
BMN yang merupakan satu kesatuan dengan laporan Penghapusan
BMN paling lama 1 (satu) bulan sejak Keputusan Penghapusan BMN
ditetapkan, dan disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf M , kepada:
a) Pengelola Barang, dengan melampirkan dokumen kelengkapan
antara lain fotokopi Naskah Hibah dan BAST Hibah, dan fotokopi
Keputusan Penghapusan BMN; dan ,
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 248 -
b) Pengguna Barang dan ditembuskan kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, dengan
melampirkan dokumen kelengkapan antara lain fotokopi
Keputusan Penghapusan BMN, dan print out Register Transaksi
Harian Penghapusan .
19) Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan , dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang
dan / atau Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan .
b. BMN selain Tanah dan / atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Bukti
Kepemilikan Dengan Nilai Perolehan Di Atas Rpl 00.000.000,00 (Seratus
Juta Rupiah )
1) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian atas permohonan Hibah BMN dari Pemerintah
Daerah / Pihak Lain, paling sedikit terhadap data BMN yang
diusulkan menjadi objek Hibah serta alasan dan dasar pertimbangan
permohonan .
2 ) Dalam hal permohonan dapat ditindaklanjuti, Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum meminta konfirmasi dan
klarifikasi tertulis kepada Kuasa Pengguna Barang atas permohonan
Hibah BMN tersebut.
3) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan Hibah (Lampiran
II Bab X huruf A) dengan keanggotaan paling sedikit terdiri atas
wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang dan Sekretariat Unit
Eselon 1/ Sekretariat LNSW / Biro Umum , serta dapat melibatkan
Pengguna Barang.
4) Tim Persiapan Hibah memiliki tugas, antara lain:
a) menyiapkan dan melakukan penelitian data administratif,
meliputi jenis BMN , NUP, tahun perolehan, dokumen perolehan
dan nilai perolehan;
b) melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan dengan data
administratif;
c) menyusun kajian yang paling sedikit memuat:
(1) latar belakang dan alasan;
( 2) data administrasi dan fisik BMN;
(3) rencana Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan dan
Penghapusan; dan
(4) manfaat Hibah bagi penerima;
d ) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Hibah;
dan
e ) menyusun laporan Pemindahtanganan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN .
5) Hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dituangkan dalam Berita Acara
Hasil Penelitian (Lampiran II Bab X huruf B) dan dilaporkan kepada
Kuasa Pengguna Barang.
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 249 -
6 ) Dalam hal hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dapat
ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan
Hibah BMN kepada Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum, dengan susunan sebagai berikut :
a) usulan Hibah BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar barang yang menjadi objek permohonan Hibah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf D; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) data Pemohon Hibah;
(2) softcopy / fotokopi keputusan pembentukan Tim Persiapan
Hibah;
(3) asli Berita Acara Hasil Penelitian Tim Persiapan Hibah;
(4) hasil kajian Hibah BMN;
(5) softcopy / fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan
BMN ;
(6) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN;
(7) softcopy / fotokopi Berita Acara Serah Terima (BAST)
perolehan barang dan / atau dokumen lainnya terkait
perolehan barang;
(8) dalam hal tidak terdapat BAST perolehan barang dan / atau
dokumen lainnya terkait perolehan barang, dapat diganti
dengan asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala
Satuan Kerja bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN
yang diusulkan untuk dihibahkan merupakan BMN pada
Satuan Kerja bersangkutan (Lampiran II Bab X huruf G ) ;
(9) asli Surat Pernyataan yang ditandatangani oleh Kuasa
Pengguna Barang yang menyatakan bahwa Hibah BMN tidak
mengganggu penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian
Keuangan (Lampiran II Bab X huruf G ) ;
(10) asli Surat Pernyataan kebenaran formil dan materiil, yang
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan
(Lampiran II Bab X huruf G);
(11) Kartu Identitas Barang ( KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan , kecuali terhadap BMN
yang tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
(12) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan ; dan
(13) foto terkini BMN.
7) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan analisis dan penelitian atas usulan Hibah yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta
keterangan / penjelasan bila diperlukan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 250 -
8) Dalam hal usulan Hibah tersebut dapat ditindaklanjuti, maka
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
meminta Pemohon Hibah untuk menyampaikan Surat Pernyataan
Kesediaan Menerima Hibah BMN yang ditandatangani di atas kertas
bermeterai cukup.
9 ) cukup oleh:
a) Gubernur / Bupati / Walikota atau pejabat Pemerintah Daerah
yang mempunyai tugas dan kewenangan untuk menandatangani,
untuk pemohon Hibah yang merupakan Pemerintah Daerah; atau
b) pimpinan yayasan / lembaga / pihak lainnya, untuk pemohon
Hibah yang merupakan Pihak Lain.
10) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
mengajukan permohonan persetujuan Hibah kepada Pengguna
Barang disertai dengan:
a) hasil analisis dan penelitian yang dilakukan oleh Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum;
b) permohonan Hibah yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Barang;
dan
c) kelengkapan dokumen pendukung.
11) Pengguna Barang melakukan penelitian atas permohonan Hibah
yang diajukan oleh Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala
Biro Umum , dalam hal dapat ditindaklanjuti maka Pengguna Barang
mengajukan permohonan persetujuan Hibah kepada Pengelola
Barang yang disusun dengan menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf H dengan melampirkan
kelengkapan dokumen pendukung.
12) Berdasarkan Persetujuan Hibah yang diterbitkan oleh Pengelola
Barang, Pengguna Barang menyampaikan perintah penyusunan dan
penandatanganan Naskah Hibah dan BAST kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dengan melampirkan
persetujuan Hibah dari Pengelola Barang.
13) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
bersama dengan Penerima Hibah menyusun Naskah Hibah
(Lampiran II Bab X huruf L) , paling sedikit memuat:
a) identitas para pihak;
b) jenis dan nilai barang yang menjadi objek Hibah;
c) tujuan dan peruntukan Hibah;
d) hak dan kewajiban para pihak;
e) klausul beralihnya tanggung jawab dan kewajiban kepada Pihak
Penerima Hibah BMN; dan
f ) penyelesaian perselisihan .
•/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 251 -
14) Penandatanganan Naskah Hibah antara Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan Penerima Hibah
(sebelumnya Pemohon Hibah ) paling lama 3 ( tiga) bulan sejak tanggal
persetujuan Hibah dan serah terima barang dituangkan dalam BAST
( Lampiran II Bab X huruf K)
15) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf J paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal
penandatanganan BAST Hibah.
16) Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN, disertai dengan fotokopi Naskah Hibah dan BAST
Hibah .
17) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum , Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditandatangani.
18) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan Pemindahtanganan
BMN yang merupakan satu kesatuan dengan laporan Penghapusan
BMN paling lama 1 (satu) bulan sejak Keputusan Penghapusan BMN
ditetapkan , dan disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf M , kepada:
a) Pengelola Barang, dengan melampirkan dokumen kelengkapan
antara lain fotokopi Naskah Hibah dan BAST Hibah , dan fotokopi
Keputusan Penghapusan BMN; dan
b) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
dengan ditembuskan kepada Pengguna Barang, dengan
melampirkan dokumen kelengkapan antara lain fotokopi Naskah
Hibah dan BAST Hibah , fotokopi Keputusan Penghapusan BMN ,
dan print out Register Transaksi Harian Penghapusan .
19 ) Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan, dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang
dan / atau Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan.
c. BMN selain Tanah Dan / Atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Bukti
Kepemilikan Dengan Nilai Perolehan Sampai Dengan Rp100.000.000,00
(Seratus Juta Rupiah ) Per Unit / Satuan
1) Kuasa Pengguna Barang melakukan penelitian atas permohonan
Hibah BMN dari Pemerintah Daerah / Pihak Lain, paling sedikit
terhadap data BMN yang diusulkan menjadi objek Hibah BMN serta
alasan dan dasar pertimbangan permohonan.
J
V
- 252 -
2 ) Dalam hal usulan permohonan Hibah BMN dapat ditindaklanjuti,
Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan Hibah ( Lampiran
II Bab X huruf A) dengan keanggotaan paling sedikit terdiri atas
wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang serta dapat melibatkan
Sekretariat Unit Eselon I / Sekretariat LNSW / Biro Umum bila
diperlukan .
3) Tim Persiapan Hibah memiliki tugas, antara lain:
a) menyiapkan dan melakukan penelitian data administratif ,
meliputi jenis BMN, NUP, tahun perolehan, dokumen perolehan
dan nilai perolehan;
b) melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan dengan data
administratif;
c) menyusun kajian yang mencakup sekurang-kurangnya:
(1) latar belakang dan alasan ;
(2) data administrasi dan fisik BMN ;
(3) rencana Penggunaan , Pemanfaatan , Pemindahtanganan dan
Penghapusan;
(4) kelayakan penerima Hibah dan manfaat Hibah bagi
penerima;
d ) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Hibah;
dan
e) menyusun laporan Pemindahtanganan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN .
4 ) Hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dituangkan dalam Berita Acara
Hasil Penelitian (Lampiran II Bab X huruf B) dan dilaporkan kepada
Kuasa Pengguna Barang.
5) Dalam hal hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dapat
ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang meminta Pemohon
Hibah untuk menyampaikan Surat Pernyataan Kesediaan Menerima
Hibah BMN yang ditandatangani di atas kertas bermeterai cukup
oleh:
a) Gubernur / Bupati / Walikota atau pejabat Pemerintah Daerah
yang mempunyai tugas dan kewenangan untuk menandatangani,
untuk pemohon Hibah yang merupakan Pemerintah Daerah ; atau
b) pimpinan yayasan / lembaga / pihak lainnya, untuk pemohon
Hibah yang merupakan Pihak Lain.
6) Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan Hibah kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan
ditembuskan kepada Pengguna Barang, dengan susunan sebagai
berikut:
a) usulan Hibah BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar barang yang menjadi objek permohonan Hibah
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf D; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
- 253 -
(1) data Pemohon Hibah;
(2 ) softcopy/ fotokopi keputusan pembentukan Tim Persiapan
Hibah;
(3) asli Berita Acara Hasil Penelitian Tim Persiapan Hibah;
(4) hasil kajian Hibah BMN;
(5) softcopy / fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan
BMN;
(6) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN;
(7) softcopy / fotokopi Berita Acara Serah Terima ( BAST)
perolehan barang dan / atau dokumen lainnya terkait
perolehan barang;
(8) dalam hal tidak terdapat BAST perolehan barang dan / atau
dokumen lainnya terkait perolehan barang, dapat diganti
dengan asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala
Satuan Kerja bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN
yang diusulkan untuk dihibahkan merupakan BMN pada
Satuan Kerja bersangkutan (Lampiran II Bab X huruf G);
(9) asli Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Hibah BMN;
(10) asli Surat Pernyataan yang ditandatangani oleh Kuasa
Pengguna Barang yang menyatakan bahwa Hibah BMN tidak
mengganggu penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian
Keuangan (Lampiran II Bab X huruf G) ;
(11) asli Surat Pernyataan kebenaran formil dan materiil, yang
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan
(Lampiran II Bab X huruf G) ;
(12) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan , kecuali terhadap BMN
yang tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
(13) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
(14) foto terkini BMN.
7) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian atas usulan Hibah yang disampaikan oleh
Kuasa Pengguna Barang, dan dapat melibatkan Pengguna Barang
bila diperlukan.
8) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian perencanaan
Pemindahtanganan BMN antara permohonan Hibah BMN dengan
perencanaan Pemindahtanganan BMN di RP4 BMN , Sekretaris Unit
Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum mengajukan revisi
penetapan RP4 disertai alasan dan data dukung kepada Pengguna
Barang dengan tetap melanjutkan proses permohonan Hibah BMN .
/
- 254 -
9) Persetujuan Hibah (Lampiran II Bab X huruf J ) yang diterbitkan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
ditindaklanjuti dengan penyusunan Naskah Hibah ( Lampiran II Bab
X huruf L) , paling sedikit memuat:
a) identitas para pihak;
b) jenis dan nilai barang yang menjadi objek Hibah;
c) tujuan dan peruntukan Hibah;
d) hak dan kewajiban para pihak;
e) klausul beralihnya tanggung jawab dan kewajiban kepada Pihak
Penerima Hibah BMN ; dan
f ) penyelesaian perselisihan .
10) Penandatanganan Naskah Hibah dilakukan antara Sekretaris Unit
Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan Penerima Hibah
(sebelumnya merupakan Pemohon Hibah ) paling lama 3 ( tiga) bulan
sejak tanggal persetujuan Hibah dan diikuti dengan serah terima
barang yang dituangkan dalam BAST ( Lampiran II Bab X huruf K) .
11) Berdasarkan BAST Hibah yang telah ditandatangani, Sekretaris Unit
Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum menetapkan
Keputusan Penghapusan BMN yang disusun dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf J paling
lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST Hibah ditandatangani.
12 ) Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN , disertai dengan fotokopi Naskah Hibah dan BAST
Hibah .
13) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum , Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN .
14) Kuasa Pengguna Barang menyusun laporan Pemindahtanganan BMN
yang merupakan satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN
paling lambat 1 (satu) bulan sejak Keputusan Penghapusan BMN
ditetapkan , dengan menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab X huruf M .
15) Laporan Penghapusan BMN disampaikan kepada kepada Pengelola
Barang dan Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro
Umum dan ditembuskan kepada Pengguna Barang, dengan
melampirkan dokumen kelengkapan antara lain:
a) fotokopi naskah dan BAST Hibah;
b) fotokopi Keputusan Penghapusan BMN ; dan
c) print out Register Transaksi Harian Penghapusan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 255 -
16) Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan , dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang
dan / atau Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan .
d . BMN Yang Dari Awal Perolehan Dimaksud Untuk Dihibahkan Dalam
Rangka Kegiatan Pemerintahan
1) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan Hibah ( Lampiran
II Bab X huruf A) dengan keanggotaan paling sedikit terdiri atas
wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang serta dapat melibatkan
Sekretariat Unit Eselon I / Sekretariat LNSW / Biro Umum bila
diperlukan.
2 ) Tim Persiapan Hibah memiliki tugas, antara lain:
a) menyiapkan dokumen penganggaran beserta kelengkapannya;
b) menyiapkan dan melakukan penelitian data administratif , antara
lain:
(1) status dan bukti kepemilikan , lokasi tanah, luas nilai tanah,
untuk BMN berupa Tanah;
( 2) tahun pembuatan , konstruksi, luas, dan status kepemilikan
serta nilai bangunan , untuk BMN berupa Bangunan;
(3) spesifikasi / identitas barang, tahun perolehan, jumlah , dan
nilai perolehan, untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan;
c) melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan dengan data
administratif;
d ) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Hibah;
dan
e) menyusun laporan Pemindahtanganan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN .
3) Hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dituangkan dalam Berita Acara
Hasil Penelitian (Lampiran II Bab X huruf B) dan dilaporkan kepada
Kuasa Pengguna Barang.
4) Dalam hal hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dapat
ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang meminta Calon
Penerima Hibah untuk menyampaikan Surat Pernyataan Kesediaan
Menerima Hibah BMN .
5) Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan Hibah kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan
ditembuskan kepada Pengguna Barang, dengan melampirkan:
a) usulan Hibah BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar barang objek Hibah BMN sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf D;
c) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN;
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 256 -
d ) dokumen penganggaran yang menunjukkan bahwa barang yang
diusulkan sejak perencanaan pengadaannya dimaksudkan untuk
dihibahkan;
e) data calon Penerima Hibah;
f ) rincian peruntukan, jenis / spesifikasi, status dan bukti
kepemilikan, dan lokasi; dan
g) hal lain yang dianggap perlu.
6) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian atas usulan Hibah yang disampaikan oleh
Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta keterangan / penjelasan
dari Kuasa Pengguna Barang bila diperlukan.
7) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian perencanaan
Pemindahtanganan BMN antara permohonan Hibah BMN dengan
perencanaan Pemindahtanganan BMN di RP4 BMN , Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum mengajukan revisi
penetapan RP4 disertai alasan dan data dukung kepada Pengguna
Barang dengan tetap melanjutkan proses permohonan Hibah BMN .
8) Persetujuan Hibah BMN yang diterbitkan oleh Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab X huruf J dan ditindaklanjuti dengan penyusunan Naskah
Hibah (sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf L) ,
paling sedikit memuat:
a) identitas para pihak;
b) jenis dan nilai barang yang menjadi objek Hibah;
c) tujuan dan peruntukan Hibah;
d) hak dan kewajiban para pihak;
e ) klausul beralihnya tanggung jawab dan kewajiban kepada Pihak
Penerima Hibah BMN; dan
f ) penyelesaian perselisihan.
9) Penandatanganan Naskah Hibah antara Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan Penerima Hibah
dilaksanakan paling lama 3 ( tiga) bulan sejak tanggal persetujuan
Hibah dan diikuti dengan serah terima barang yang dituangkan
dalam BAST (Lampiran II Bab X huruf K ) .
10) Berdasarkan BAST Hibah yang telah ditandatangani, Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum menetapkan
Keputusan Penghapusan BMN yang disusun dengan menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf J
paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST Hibah ditandatangani.
11) Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN , disertai dengan fotokopi Naskah dan BAST
Hibah.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 257 -
12 ) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum , Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditandatangani.
13) Kuasa Pengguna Barang menyusun laporan Pemindahtanganan BMN
yang merupakan satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN
paling lama 1 (satu) bulan sejak Keputusan Penghapusan BMN
ditetapkan , dengan menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab X huruf M , dan disampaikan kepada:
a) Pengelola Barang, dengan melampirkan dokumen kelengkapan
antara lain fotokopi Naskah dan BAST Hibah , dan fotokopi
Keputusan Penghapusan BMN ; dan
b) Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
dan ditembuskan kepada Pengguna Barang, dengan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain fotokopi Naskah dan BAST
Hibah , fotokopi Keputusan Penghapusan BMN , dan print out
Register Transaksi Harian Penghapusan .
14) Perubahan Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna sebagai akibat dari Penghapusan , dicantumkan dalam
Laporan Semesteran dan Laporan Tahunan Pengguna Barang
dan / atau Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan .
e. Bongkaran BMN Karena Perbaikan ( Renovasi, Rehabilitasi, atau
Restorasi)
1) Kuasa Pengguna Barang melakukan penelitian atas permohonan
Hibah Bongkaran BMN dari Pemerintah Daerah / Pihak Lain , paling
sedikit terhadap data Bongkaran yang diusulkan menjadi objek
Hibah Bongkaran BMN serta alasan dan dasar pertimbangan
permohonan .
2) Dalam hal usulan permohonan Hibah Bongkaran BMN dapat
ditindaklanjuti, Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan
Hibah Bongkaran BMN (Lampiran II Bab X huruf A) dengan
keanggotaan paling sedikit terdiri atas wakil dari unsur Kuasa
Pengguna Barang dan dapat melibatkan Sekretaris Unit Eselon
1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum bila diperlukan .
3) Tim Persiapan Hibah Bongkaran BMN memiliki tugas, antara lain:
a) menyiapkan dan melakukan penelitian terhadap Bongkaran BMN
karena perbaikan (renovasi, rehabilitasi, atau restorasi) yang
menjadi objek Hibah Bongkaran , antara lain penelitian kondisi
fisik, aspek yuridis, dan kelayakan Bongkaran.
b) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Hibah;
dan
c) menyusun laporan pelaksanaan Hibah Bongkaran BMN .
4) Hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dituangkan dalam Berita Acara
Hasil Penelitian ( Lampiran II Bab X huruf B) dan dilaporkan kepada
Kuasa Pengguna Barang.
u
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 258 -
5) Dalam hal hasil penelitian Tim Persiapan Hibah dapat
ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang meminta Pemohon
Hibah untuk menyampaikan Surat Pernyataan Kesediaan Menerima
Hibah Bongkaran BMN yang ditandatangani di atas kertas
bermeterai cukup oleh:
a) Gubernur / Bupati / Walikota atau pejabat Pemerintah Daerah
yang mempunyai tugas dan kewenangan untuk menandatangani,
untuk pemohon Hibah yang merupakan Pemerintah Daerah; atau
b) pimpinan yayasan / lembaga / pihak lainnya, untuk pemohon
Hibah yang merupakan Pihak Lain.
6) Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan Hibah Bongkaran BMN
kepada Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro
Umum dan ditembuskan kepada Pengguna Barang, dengan susunan
sebagai berikut:
a) usulan Hibah Bongkaran BMN yang disusun menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf
C;
b) daftar bongkaran yang menjadi objek Hibah Bongkaran BMN
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf E; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) data Pemohon Hibah Bongkaran BMN;
( 2) softcopy / fotokopi keputusan pembentukan Tim Persiapan
Hibah Bongkaran BMN;
(3) asli Berita Acara Hasil Penelitian Tim Persiapan Hibah
Bongkaran BMN;
(4) asli Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Hibah Bongkaran
BMN;
(5) asli Surat Pernyataan kebenaran formil dan materiil, yang
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan
(Lampiran II Bab X huruf G) ;
(6 ) softcopy / fotokopi dokumen penganggaran pelaksanaan
kegiatan perbaikan BMN; dan
(7) foto terkini Bongkaran BMN.
7) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian atas usulan Hibah Bongkaran BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta
keterangan / penjelasan bila diperlukan.
8) Persetujuan Hibah Bongkaran BMN yang diterbitkan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab X huruf J dan ditidaklanjuti dengan menyusun Naskah Hibah
Bongkaran BMN yang paling sedikit memuat:
a) identitas para pihak;
b) jenis dan nilai barang yang menjadi objek Hibah Bongkaran BMN;
c) tujuan dan peruntukan Hibah Bongkaran BMN;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 259 -
d ) hak dan kewajiban para pihak;
e) klausul beralihnya tanggung jawab dan kewajiban kepada Pihak
Penerima Hibah Bongkaran BMN; dan
f ) penyelesaian perselisihan.
9) Penandatanganan Naskah Hibah antara Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan Penerima Hibah
(sebelumnya merupakan Pemohon Hibah ) dilaksanakan paling lama
3 ( tiga) bulan sejak tanggal persetujuan Hibah dan diikuti dengan
serah terima barang yang dituangkan dalam BAST (Lampiran II Bab
Xhuruf K) .
10) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menyampaikan laporan pelaksanaan Hibah Bongkaran BMN paling
lama 1 (satu ) bulan sejak penandatanganan BAST Hibah Bongkaran
BMN , dan disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II Bab X huruf M .
11) Laporan pelaksanaan Hibah Bongkaran BMN disampaikan kepada
Pengguna Barang dan ditembuskan kepada Kuasa Pengguna Barang
dengan melampirkan dokumen kelengkapan antara lain fotokopi
Naskah dan BAST Hibah Bongkaran BMN .
D. TUKAR MENUKAR
1. Ketentuan Umum
a. Tukar Menukar BMN dilaksanakan dengan pertimbangan:
1) untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan
pemerintahan;
2 ) untuk optimalisasi BMN; dan
3) tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
b. Pertimbangan Tukar Menukar sebagaimana dimaksud dalam huruf
a angka 1) dan angka 2 ) meliputi:
1) dalam hal BMN berupa tanah dan / atau bangunan sudah tidak
sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;
2 ) guna menyatukan BMN yang lokasinya terpencar;
3) guna menyesuaikan bentuk BMN berupa tanah agar penggunaannya
lebih optimal;
4) dalam rangka pelaksanaan rencana strategis pemerintah / negara;
5) terhadap BMN berupa tanah dan / atau bangunan guna
mendapatkan / memberikan akses jalan; dan / atau
6) terhadap BMN selain tanah dan / atau bangunan yang ketinggalan
teknologi.
c. Tukar Menukar dilaksanakan setelah dilakukan kajian berdasarkan
aspek teknis, aspek ekonomis, dah aspek yuridis.
d . Barang pengganti utama Tukar Menukar diatur sebagai berikut:
1) BMN berupa tanah harus berupa:
a) Tanah; atau
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 260 -
b) Tanah dan bangunan .
2) BMN berupa tanah dan bangunan harus berupa:
a) Tanah; atau
b) Tanah dan bangunan .
3) BMN berupa bangunan, dapat berupa:
a) Tanah;
b) Tanah dan bangunan;
c) Bangunan; dan / atau
d) Selain tanah dan / atau bangunan.
4) Barang pengganti harus dalam kondisi siap digunakan pada tanggal
penandatanganan berita acara serah terima.
e. Mitra Tukar Menukar meliputi:
1) Pemerintah Daerah / Desa;
2 ) Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah , atau Badan
Hukum lainnya yang dimiliki Negara;
3) swasta, baik yang berbentuk badan hukum maupun perorangan;
atau
4 ) Pemerintah Negara lain.
f. Nilai barang pengganti atas Tukar Menukar paling sedikit seimbang
dengan nilai wajar BMN yang dilepas.
2. Tata Cara Tukar Menukar
a. BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan
1) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan Tukar Menukar
(Lampiran II Bab X huruf A) dengan keanggotaan berjumlah ganjil
paling sedikit terdiri atas wakil dari unsur Pengguna Barang dan
Kuasa Pengguna Barang.
2) Tim Persiapan Tukar Menukar memiliki tugas, antara lain:
a) meneliti perencanaan Pemindahtanganan BMN pada RP4 BMN
terhadap objek Tukar Menukar BMN ;
b) menyiapkan data administratif BMN yang akan ditukar, meliputi:
(1) data Tanah, antara lain status Penggunaan dan dokumen
kepemilikan , gambar situasi termasuk lokasi tanah , tahun
perolehan , luas, nilai perolehan , dan NJOP; dan
(2) data Bangunan , antara lain IMB, tahun pembangunan ,
tahun perolehan, konstruksi bangunan, luas, status
kepemilikan, nilai perolehan , dan NJOP;
c) menyusun dan mengidentifikasi kriteria barang pengganti,
berupa:
( 1) Tanah, meliputi luas dan lokasi yang peruntukannya sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah; dan / atau
(2) Bangunan , meliputi luas, rencana konstruksi bangunan,
sarana dan prasana penunjang;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 261 -
d) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Tukar
Menukar;
e) menyiapkan alasan dan pertimbangan dilakukannya Tukar
Menukar; dan
f ) mengusulkan metode pemilihan calon mitra Tukar Menukar.
3) Hasil penelitian Tim Persiapan Tukar Menukar dituangkan dalam
Berita Acara Hasil (Lampiran II Bab X huruf B) Penelitian dan
dilaporkan kepada Kuasa Pengguna Barang.
4) Dalam hal hasil penelitian Tim Persiapan Tukar Menukar dapat
ditindaklanjuti, maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan
Tukar Menukar BMN kepada Pengguna Barang secara berjenjang
melalui Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro
Umum , dengan susunan sebagai berikut:
a) usulan Tukar Menukar BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar barang yang menjadi objek Tukar Menukar BMN
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf D; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) fotokopi keputusan pembentukan Tim Persiapan Tukar
Menukar;
(2 ) asli Surat Pernyataan Tanggung Jawab mengenai perlunya
dilaksanakan Tukar Menukar yang ditandatangani oleh
Kuasa Pengguna Barang (Lampiran II Bab X huruf G);
(3) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN ;
(4) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN;
(5) fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau dokumen lain
yang disetarakan dengan bukti kepemilikan;
(6 ) dalam hal tidak terdapat dokumen kepemilikan dan / atau
dokumen lainnya, dapat diganti dengan asli Surat
Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala Satuan Kerja
bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN yang diusulkan
Tukar Menukar merupakan BMN pada Satuan Kerja
bersangkutan (Lampiran II Bab X huruf G);
(7) fotokopi Peraturan Daerah mengenai tata ruang wilayah dan
penataan kota;
(8) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan;
(9) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
(10) foto terkini BMN .
5) Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian terhadap usulan Tukar Menukar BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta
keterangan / penjelasan yang diperlukan .
if
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 262 -
6) Dalam hal berdasarkan penelitian terhadap usulan Tukar Menukar
BMN dapat ditindaklanjuti, Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum mengajukan usulan Tukar Menukar BMN
kepada Pengguna Barang disertai dengan kelengkapan dokumen
pendukungnya, disertai dengan fotokopi usulan Tukar Menukar BMN
dari Kuasa Pengguna Barang.
7) Kepala Biro melakukan penelitian atas usulan yang disampaikan
oleh Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
termasuk melakukan penelitian lapangan terhadap BMN yang
menjadi objek Tukar Menukar.
8) Dalam hal usulan tersebut dapat ditindaklanjuti, Pengguna Barang
menyampaikan usulan persetujuan Tukar Menukar BMN kepada
Pengelola Barang yang disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf H disertai dengan data
administratif dan kelengkapan dokumen pendukung.
9) Pengelola Barang menerbitkan persetujuan izin prinsip Tukar
Menukar dan ditindaklanjuti oleh Pengguna Barang dengan
membentuk Tim Pelaksanaan Tukar Menukar ( Lampiran II Bab X
huruf A) yang anggotanya paling sedikit terdiri atas unsur Pengelola
Barang, Pengguna Barang, Sekretariat Unit Eselon 1/ Sekretariat
LNSW / Biro Umum, Kuasa Pengguna Barang, Unit Kerja yang
membidangi hukum , dan Unit Kerja terkait lainnya di lingkungan
Kementerian Keuangan, serta instansi teknis terkait.
10) Tim Pelaksanaan Tukar Menukar memiliki tugas, antara lain:
a) melakukan pemilihan mitra Tukar Menukar;
b) melakukan pembahasan dengan mitra mengenai rincian
kebutuhan barang pengganti yang dituangkan dalam lembar
pembahasan termasuk waktu yang dibutuhkan untuk
menyiapkan barang pengganti;
c) melakukan penelitian administratif dan fisik;
d) menyiapkan hal-hal yang bersifat teknis;
e) menyusun dan menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang;
dan
I) menyusun laporan pelaksanaan Tukar Menukar dan laporan
Pemindahtanganan BMN yang merupakan satu kesatuan dengan
laporan Penghapusan BMN.
11) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim Pelaksanaan Tukar
Menukar dilaporkan kepada Kepala Biro.
12 ) Dalam hal hasil kajian dan penelitian Tim Pelaksanaan Tukar
Menukar dapat ditindaklanjuti, maka Pengguna Barang mengajukan
permohonan izin pelaksanaan Tukar Menukar kepada Pengelola
Barang dengan melampirkan laporan Tim Pelaksanaan Tukar
Menukar, termasuk namun tidak terbatas pada dokumen hasil
pemilihan mitra dan laporan penelitian spesifikasi barang pengganti
paling lama 6 (enam) bulan sejak izin prinsip Tukar Menukar
diterbitkan oleh Pengelola Barang.
/
*
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 263 -
13) Izin pelaksanaan Tukar Menukar diterbitkan oleh Pengelola Barang
dan ditindaklanjuti dengan penandatanganan Perjanjian Tukar
Menukar antara Pengguna Barang dan mitra Tukar Menukar paling
lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal izin pelaksanaan Tukar Menukar
dari Pengelola Barang.
14) Pengguna Barang bersama dengan mitra Tukar Menukar menyusun
Perjanjian Tukar Menukar ( Lampiran II Bab X huruf L) , paling sedikit
memuat:
a) Identitas para pihak yang terikat dalam perjanjian;
b) jenis dan nilai barang yang dilepas;
c) spesifikasi barang pengganti;
d ) pelaksanaan Penilaian untuk memastikan kesesuaian barang
pengganti;
e) klausul bahwa dokumen kepemilikan barang pengganti
diatasnamakan Pemerintah Republik Indonesia c.q. Kementerian
Keuangan Republik Indonesia;
f ) jangka waktu penyerahan objek Tukar Menukar;
g) hak dan kewajiban para pihak;
h ) ketentuan dalam hal terjadi ketidaksesuaian bagian dari barang
pengganti dengan spesifikasi yang telah ditentukan dalam
perjanjian Tukar Menukar;
i) ketentuan dalam hal terjadi keadaan kahar (force majeure) ;
j) sanksi; dan
k) penyelesaian perselisihan .
15) Dalam hal Mitra Tukar Menukar melaksanakan pekerjaan
pembangunan / pengadaan barang pengganti, Kepala Biro dapat
menunjuk konsultan pengawas dengan biaya yang dibebankan pada
mitra Tukar Menukar, berdasarkan usulan dari Kuasa Pengguna
Barang.
16) Kepala Biro memerintahkan Kuasa Pengguna Barang dan Sekretaris
Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum untuk memantau
pelaksanaan pengadaan / pembangunan barang pengganti
berdasarkan perjanjian Tukar Menukar bersama-sama dengan
konsultan pengawas. Hasil pemantauan Kuasa Pengguna Barang
dilaporkan secara periodik dalam bentuk tertulis kepada Kepala Biro
dan Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum ,
maupun sewaktu-waktu bila diperlukan .
17) Setelah pelaksanaan pengadaan / pembangunan barang pengganti
selesai, Kuasa Pengguna Barang melaporkan kepada Kepala Biro
melalui Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro
Umum .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 264 -
18) Kepala Biro melakukan pengecekan kesesuaian spesifikasi dan / atau
jumlah barang pengganti dengan yang tertuang dalam perjanjian
Tukar Menukar sebelum melakukan penyerahan BMN yang akan
dilepas dan melaporkan hasil pengecekan tersebut kepada Pengelola
Barang.
19 ) Dalam melakukan pengecekan , Kepala Biro dapat melibatkan APIP
dan Penilai.
20) Dalam hal dari hasil pengecekan tersebut terdapat ketidaksesuaian
spesifikasi dan / atau jumlah barang pengganti dengan yang tertuang
dalam perjanjian, mitra Tukar Menukar wajib
melengkapi / memperbaiki ketidaksesuaian tersebut.
21) Dalam hal kewajiban mitra Tukar Menukar untuk
melengkapi / memperbaiki ketidaksesuaian tidak dapat dipenuhi,
mitra Tukar Menukar wajib menyetor ke Rekening Kas Umum Negara
senilai sisa kewajibannya yang belum dipenuhi.
22 ) Kepala Biro melakukan penelitian kelengkapan dokumen barang
pengganti, meliputi tetapi tidak terbatas pada IMB dan bukti
kepemilikan , serta menyusun BAST Tukar Menukar (Lampiran II Bab
X huruf K) untuk ditandatangani oleh Pengguna Barang dan mitra
Tukar Menukar setelah seluruh kewajiban mitra Tukar Menukar
terpenuhi.
23) Berdasarkan BAST Tukar Menukar yang telah ditandatangani antara
Pengguna Barang dan mitra Tukar Menukar, maka Kepala Biro:
a) memerintahkan Sekretaris Unit Eselon / Sekretaris LNSW / Kepala
Biro Umum untuk menetapkan Keputusan Penghapusan BMN ;
dan
b) memerintahkan Kuasa Pengguna Barang untuk mencatat barang
pengganti sebagai BMN ke dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna
Barang.
24) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf J, paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST Tukar
Menukar ditandatangani.
25) Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN.
26) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum , Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh ) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditandatangani.
27) Kuasa Pengguna Barang mencatat barang pengganti sebagai BMN
dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna paling lama 5 (lima) hari sejak
tanggal penandatanganan BAST Tukar Menukar.
1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 265 -
28) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Tukar
Menukar dan laporan Pemindahtanganan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN paling lama 1
(satu) bulan setelah tanggal Keputusan Penghapusan BMN , dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf M .
29) Laporan Penghapusan BMN disampaikan kepada Pengelola Barang
dan Pengguna Barang sebagai dasar penerbitan Penetapan Status
Penggunaan oleh Pengelola Barang, dengan ditembuskan kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum,
dengan melampirkan dokumen kelengkapan antara lain:
a) fotokopi Perjanjian Tukar Menukar dan BAST Tukar Menukar;
b) fotokopi Keputusan Penghapusan BMN ; dan
c) print out Register Transaksi Harian Penghapusan .
b. BMN selain Tanah dan / atau Bangunan Yang Memiliki Bukti
Kepemilikan
1) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan Tukar Menukar
(sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf A) dengan
keanggotaan paling sedikit terdiri atas wakil dari unsur Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dan Kuasa
Pengguna Barang.
2) Tim Internal Tukar Menukar memiliki tugas, antara lain:
a) meneliti perencanaan Pemindahtanganan BMN pada RP4 BMN
terhadap objek Tukar Menukar BMN;
b) menyiapkan data administratif BMN yang akan ditukar, meliputi
status Penggunaan dan dokumen kepemilikan, tahun perolehan ,
dan nilai perolehan;
c) menyiapkan data administratif kebutuhan barang pengganti
meliputi status Penggunaan dan dokumen kepemilikan, tahun
perolehan, dan nilai perolehan ;
d ) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Tukar
Menukar;
e ) menyiapkan alasan dan pertimbangan dilakukannya Tukar
Menukar;
f ) melakukan Penilaian dan menyusun laporan Penilaian;
g) menyusun laporan persiapan Tukar Menukar;
h) mengusulkan calon mitra Tukar Menukar; dan
i) menyusun laporan pelaksanaan Tukar Menukar dan laporan
Pemindahtanganan BMN yang merupakan satu kesatuan dengan
laporan Penghapusan BMN.
3) Hasil persiapan Tim Internal Tukar Menukar dituangkan dalam
laporan persiapan Tukar Menukar (sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf M ) yang dilampiri laporan Penilaian
(sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab IX huruf D ) dan
disampaikan kepada Kuasa Pengguna Barang.
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 266 -
4) Dalam hal laporan sebagaimana angka 3) dapat ditindaklanjuti,
maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan Tukar Menukar
BMN kepada Pengguna Barang secara berjenjang melalui Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dengan
melampirkan:
a) usulan Tukar Menukar BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar barang yang menjadi objek Tukar Menukar BMN
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf D; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) fotokopi keputusan pembentukan Tim Internal Tukar
Menukar;
(2 ) Laporan hasil penelitian Tim Internal Tukar Menukar;
(3) asli Surat Pernyataan Tanggung Jawab mengenai perlunya
dilaksanakan Tukar Menukar yang ditandatangani oleh
Kuasa Pengguna Barang (Lampiran II Bab X huruf G) ;
(4) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN;
(5) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN;
(6) fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau dokumen lain
yang disetarakan dengan bukti kepemilikan;
(7) dalam hal tidak terdapat dokumen kepemilikan dan / atau
dokumen lainnya, dapat diganti dengan asli Surat
Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala Satuan Kerja
bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN yang diusulkan
Tukar Menukar merupakan BMN pada Satuan Kerja
bersangkutan (Lampiran II Bab X huruf G);
(8) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan , kecuali terhadap BMN
yang tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
(9) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
(10) foto terkini BMN .
5) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian terhadap usulan Tukar Menukar BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta
keterangan / penjelasan bila diperlukan.
6) Dalam hal berdasarkan penelitian terhadap usulan Tukar Menukar
BMN dapat ditindaklanjuti, Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum mengajukan usulan Tukar Menukar BMN
kepada Pengguna Barang disertai dengan kelengkapan dokumen
pendukung dan fotokopi usulan Tukar Menukar BMN dari Kuasa
Pengguna Barang.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 267 -
7) Kepala Biro melakukan penelitian atas usulan yang disampaikan
oleh Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum,
dalam melakukan penelitian .
8) Dalam hal usulan tersebut dapat ditindaklanjuti, Pengguna Barang
menyampaikan usulan persetujuan Tukar Menukar BMN kepada
Pengelola Barang disertai dengan data administratif dan kelengkapan
dokumen pendukung berikut Surat Pernyataan Tanggung Jawab
mengenai perlunya dilaksanakan Tukar Menukar yang
ditandatangani oleh Pengguna Barang, disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab X huruf H .
9) Persetujuan Tukar Menukar yang diterbitkan oleh Pengelola Barang
ditindaklanjuti dengan penandatanganan perjanjian Tukar Menukar
antara Pengguna Barang dan Mitra Tukar Menukar dan serah terima
BMN dituangkan dalam BAST Tukar Menukar ( Lampiran II Bab X
huruf K ) ; atau
10) Mitra Tukar Menukar menyediakan barang pengganti sesuai dengan
yang tercantum di dalam perjanjian Tukar Menukar.
11) Kepala Biro melakukan penelitian terhadap barang pengganti yang
disediakan oleh Mitra Tukar Menukar meliputi kesesuaian barang
pengganti dengan ketentuan yang tertuang di dalam perjanjian Tukar
Menukar serta kelengkapan dokumen administrasi atas barang
pengganti.
12) BAST Tukar Menukar ditandatangani setelah Mitra Tukar Menukar
menyelesaikan seluruh kewajibannya di mana barang pengganti
tersedia sesuai dengan yang tertuang di dalam perjanjian Tukar
Menukar dan siap untuk digunakan baik secara fisik maupun
administrasi atau telah disetorkan selisih nilai barang dalam hal nilai
BMN yang ditukar lebih tinggi daripada barang pengganti.
13) Berdasarkan BAST Tukar Menukar yang telah ditandatangani, maka
Kepala Biro:
a) memerintahkan Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum untuk menetapkan Keputusan
Penghapusan BMN ; dan
b) memerintahkan Kuasa Pengguna Barang untuk mencatat barang
pengganti sebagai BMN ke dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna
Barang.
14) Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf J paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST Tukar
Menukar ditandatangani.
15) Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN, disertai dengan fotokopi Perjanjian Tukar
Menukar dan BAST Tukar Menukar.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 268 -
16 ) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh ) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditandatangani.
17) Kuasa Pengguna Barang mencatat barang pengganti sebagai BMN
dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna paling lama 5 (lima) hari sejak
tanggal penandatanganan BAST Tukar Menukar.
18) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Tukar
Menukar dan laporan Pemindahtanganan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN paling lama 1
(satu) bulan setelah tanggal Keputusan Penghapusan BMN , dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf M .
19 ) Laporan Penghapusan BMN disampaikan kepada Pengelola Barang
dan Pengguna Barang dengan ditembuskan kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, dengan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain:
a) fotokopi Perjanjian Tukar Menukar dan BAST Tukar Menukar;
b) fotokopi Keputusan Penghapusan BMN ; dan
c) print out Register Transaksi Harian Penghapusan .
20) Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan Penetapan Status
Penggunaan BMN yang berasal dari barang pengganti hasil Tukar
Menukar paling lambat 6 (enam) bulan sejak tanggal BAST Tukar
Menukar sebagaimana ketentuan yang berlaku.
c. BMN selain Tanah dan / atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Dokumen
Kepemilikan Dengan Nilai Perolehan Di Atas Rp100.000.000,00 (Seratus
Juta Rupiah )
1) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan Tukar Menukar
( Lampiran II Bab X huruf A) dengan keanggotaan paling sedikit
terdiri atas wakil dari unsur Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum, Kuasa Pengguna Barang dan dapat
melibatkan Pengguna Barang.
2 ) Tim Persiapan Tukar Menukar memiliki tugas, antara lain:
a) meneliti perencanaan Pemindahtanganan BMN pada RP4 BMN
terhadap objek Tukar Menukar BMN;
b) menyiapkan data administratif BMN yang akan ditukar, meliputi
status Penggunaan dan dokumen perolehan, tahun perolehan,
dan nilai perolehan;
c) menyiapkan data administratif kebutuhan barang pengganti
meliputi dokumen perolehan , tahun perolehan, dan nilai
perolehan;
d ) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Tukar
Menukar;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 269 -
e ) menyiapkan alasan dan pertimbangan dilakukannya Tukar
Menukar;
f ) mengusulkan nilai taksiran atas BMN yang ditukar dan barang
pengganti yang dihasilkan oleh tim penaksir;
g) mengusulkan calon mitra Tukar Menukar; dan
h) menyusun laporan pelaksanaan Tukar Menukar dan laporan
Pemindahtanganan BMN yang merupakan satu kesatuan dengan
laporan Penghapusan BMN .
3) Hasil persiapan Tim Internal Tukar Menukar dituangkan dalam
laporan persiapan Tukar Menukar (Lampiran II Bab X huruf M ) yang
dilampiri laporan Penilaian (Lampiran II Bab IX huruf D ) dan
disampaikan kepada Kuasa Pengguna Barang.
4) Dalam hal laporan sebagaimana angka 3) dapat ditindaklanjuti,
maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan Tukar Menukar
BMN kepada Pengguna Barang secara berjenjang melalui Sekretaris
Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum dengan
melampirkan:
a) usulan Tukar Menukar BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf C;
b) daftar barang yang menjadi objek Tukar Menukar BMN ,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf D; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) fotokopi keputusan pembentukan Tim Persiapan Tukar
Menukar;
(2) Laporan hasil penelitian Tim Persiapan Tukar Menukar;
(3) asli Surat Pernyataan Tanggung Jawab mengenai perlunya
dilaksanakan Tukar Menukar yang ditandatangani oleh
Kuasa Pengguna Barang (Lampiran II Bab X huruf G) ;
(4) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN;
(5) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Pemindahtanganan BMN ;
(6) fotokopi Berita Acara Serah Terima (BAST) perolehan barang
dan / atau dokumen lainnya terkait perolehan barang;
(7) dalam hal tidak terdapat BAST perolehan barang dan / atau
dokumen lainnya terkait perolehan barang, dapat diganti
dengan asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala
Satuan Kerja bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN
yang diusulkan Tukar Menukar merupakan BMN pada
Satuan Kerja bersangkutan (Lampiran II Bab X huruf G);
(8) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan , kecuali terhadap BMN
yang tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
(9) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
(10) foto terkini BMN .
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 270 -
5) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian terhadap usulan Tukar Menukar BMN yang
disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta
keterangan / penjelasan yang diperlukan .
6) Dalam hal berdasarkan penelitian terhadap usulan Tukar Menukar
BMN dapat ditindaklanjuti, Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum mengajukan usulan Tukar Menukar BMN
kepada Pengguna Barang disertai dengan fotokopi usulan Tukar
Menukar BMN dari Kuasa Pengguna Barang dan kelengkapan
dokumen pendukungnya.
7) Kepala Biro melakukan penelitian atas usulan yang disampaikan
oleh Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum,
dan dapat melibatkan Unit Kerja yang membidangi hukum termasuk
melakukan penelitian lapangan bila diperlukan.
8) Dalam hal usulan tersebut dapat ditindaklanjuti, Pengguna Barang
menyampaikan usulan persetujuan Tukar Menukar BMN kepada
Pengelola Barang disertai dengan data administratif dan kelengkapan
dokumen pendukung termasuk Surat Pernyataan Tanggung Jawab
mengenai perlunya dilaksanakan Tukar Menukar yang
ditandatangani oleh Pengguna Barang yang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab X huruf H.
9) Pengelola Barang menerbitkan persetujuan Tukar Menukar dan
ditindaklanjuti oleh Pengguna Barang dengan memerintahkan untuk
melakukan penyusunan dan penandatanganan Perjanjian Tukar
Menukar dan BAST kepada Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum dengan melampirkan persetujuan Tukar
Menukar dari Pengelola Barang.
10) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menyusun dan menandatangani Perjanjian Tukar Menukar
(Lampiran II Bab X huruf L) dan BAST Tukar Menukar (Lampiran II
Bab X huruf K ) dengan Mitra Tukar Menukar.
11) Mitra Tukar Menukar menyediakan barang pengganti sesuai dengan
yang tercantum di dalam perjanjian Tukar Menukar.
12 ) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
melakukan penelitian terhadap barang pengganti yang disediakan
oleh Mitra Tukar Menukar meliputi kesesuaian barang pengganti
dengan ketentuan yang tertuang di dalam perjanjian Tukar Menukar
serta kelengkapan dokumen administrasi atas barang pengganti.
13) BAST Tukar Menukar ditandatangani setelah Mitra Tukar Menukar
menyelesaikan seluruh kewajibannya di mana barang pengganti
tersedia sesuai dengan yang tertuang di dalam perjanjian Tukar
Menukar dan siap untuk digunakan baik secara fisik maupun
administrasi atau telah disetorkan selisih nilai barang dalam hal nilai
BMN yang ditukar lebih tinggi daripada barang pengganti .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 271 -
14) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf J paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST Tukar
Menukar ditandatangani.
15) Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN .
16 ) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh ) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditandatangani.
17) Kuasa Pengguna Barang mencatat barang pengganti sebagai BMN
dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna berdasarkan BAST yang telah
ditandatangani antara Sekretaris Unit Eselon / Sekretaris
LNSW / Kepala Biro Umum dan Mitra Tukar Menukar paling lama 5
(lima) hari sejak tanggal BAST.
18) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Tukar
Menukar dan laporan Pemindahtanganan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN paling lama 1
(satu) bulan setelah tanggal Keputusan Penghapusan BMN , dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf M .
19) Laporan Penghapusan BMN disampaikan kepada Pengelola Barang
dan Pengguna Barang dengan ditembuskan kepada Sekretaris Unit
Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, dengan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain:
a) fotokopi Perjanjian Tukar Menukar dan BAST Tukar Menukar;
b) fotokopi Keputusan Penghapusan BMN ; dan
c) print out Register Transaksi Harian Penghapusan .
20) Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan Penetapan Status
Penggunaan BMN yang berasal dari barang pengganti hasil Tukar
Menukar paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal BAST Tukar
Menukar sebagaimana ketentuan yang berlaku.
d . BMN selain Tanah dan / atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Dokumen
Kepemilikan Dengan Nilai Perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00
(Seratus Juta Rupiah )
1) Kuasa Pengguna Barang membentuk Tim Persiapan Tukar Menukar
(Lampiran II Bab X huruf A) dengan keanggotaan paling sedikit
terdiri atas wakil dari unsur Kuasa Pengguna Barang dan dapat
melibatkan unsur Sekretaris Unit Eselon 1/ Sekretaris LNSW / Kepala
Biro Umum.
2) Tim Internal Tukar Menukar memiliki tugas, antara lain:
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLiK INDONESIA
- 272 -
a) meneliti perencanaan Pemindahtanganan BMN pada RP4 BMN
terhadap objek Tukar Menukar BMN ;
b) menyiapkan data administratif BMN yang akan ditukar, meliputi
status Penggunaan dan dokumen kepemilikan , tahun perolehan ,
dan nilai perolehan;
c) menyiapkan data administratif kebutuhan barang pengganti
meliputi status Penggunaan dan dokumen kepemilikan, tahun
perolehan , dan nilai perolehan ;
d ) menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan Tukar
Menukar;
e) menyiapkan alasan dan pertimbangan dilakukannya Tukar
Menukar;
f ) melakukan Penilaian dan menyusun laporan Penilaian;
g) menyusun laporan persiapan Tukar Menukar;
h) mengusulkan calon mitra Tukar Menukar; dan
i) menyusun laporan pelaksanaan Tukar Menukar dan laporan
Pemindahtanganan BMN yang merupakan satu kesatuan dengan
laporan Penghapusan BMN.
3) Hasil persiapan Tim Internal Tukar Menukar dituangkan dalam
laporan persiapan Tukar Menukar (sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf M ) yang dilampiri laporan Penilaian
(sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab IX huruf D) dan
disampaikan kepada Kuasa Pengguna Barang.
4) Dalam hal laporan sebagaimana angka 3) dapat ditindaklanjuti,
maka Kuasa Pengguna Barang mengajukan usulan Tukar Menukar
BMN kepada Pengelola Barang dan ditembuskan kepada Pengguna
Barang dan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNW , dengan melampirkan:
a) usulan Tukar Menukar BMN yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf H ;
b) daftar barang yang menjadi objek Tukar Menukar BMN
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab X huruf D; dan
c) dokumen pendukung, antara lain:
(1) Keputusan pembentukan Tim Internal Tukar Menukar;
( 2) Laporan hasil penelitian Tim Internal Tukar Menukar;
(3) asli Surat Pernyataan Tanggung Jawab mengenai perlunya
dilaksanakan Tukar Menukar yang ditandatangani oleh
Kuasa Pengguna Barang (Lampiran II Bab X huruf G) ;
(4) fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN;
(5) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
(6 ) foto terkini BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 273 -
5) Pengelola Barang menerbitkan persetujuan Tukar Menukar dan
ditindaklanjuti oleh Kuasa Pengguna Barang dengan menyusun dan
menandatangani Perjanjian Tukar Menukar (Lampiran II Bab X huruf
L) dan BAST Tukar Menukar (sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf K ) dengan Mitra Tukar Menukar.
6) Mitra Tukar Menukar menyediakan barang pengganti sesuai dengan
yang tercantum di dalam perjanjian Tukar Menukar.
7) Kuasa Pengguna Barang melakukan penelitian terhadap barang
pengganti yang disediakan oleh Mitra Tukar Menukar meliputi
kesesuaian barang pengganti dengan ketentuan yang tertuang di
dalam perjanjian Tukar Menukar serta kelengkapan dokumen
administrasi atas barang pengganti.
8) BAST Tukar Menukar ditandatangani setelah Mitra Tukar Menukar
menyelesaikan seluruh kewajibannya di mana barang pengganti
tersedia sesuai dengan yang tertuang di dalam perjanjian Tukar
Menukar dan siap untuk digunakan baik secara fisik maupun
administrasi atau telah disetorkan selisih nilai barang dalam hal nilai
BMN yang ditukar lebih tinggi daripada barang pengganti.
9) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan permohonan penghapusan
BMN kepada Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro
Umum atas BMN yang ditukar .
10) Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun dengan
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf J paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST Tukar
Menukar ditandatangani.
11) Salinan Keputusan Penghapusan BMN disampaikan oleh Sekretaris
Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum kepada Kuasa
Pengguna Barang paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal Keputusan
Penghapusan BMN.
12 ) Berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, Kuasa
Pengguna Barang menghapuskan BMN dari Daftar Barang Kuasa
Pengguna paling lama 10 (sepuluh ) hari sejak Keputusan
Penghapusan BMN ditandatangani.
13) Kuasa Pengguna Barang mencatat barang pengganti sebagai BMN
dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna berdasarkan BAST yang telah
ditandatangani antara Kuasa Pengguna Barang dan Mitra Tukar
Menukar paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal BAST.
14) Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Tukar
Menukar dan laporan Pemindahtanganan BMN yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN paling lama 1
(satu) bulan setelah tanggal Keputusan Penghapusan BMN , dan
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Bab X huruf M .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 274 -
15) Laporan Penghapusan BMN disampaikan kepada Pengelola Barang
dan Pengguna Barang dengan ditembuskan kepada Sekretaris Unit
Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum, dengan melampirkan
dokumen kelengkapan antara lain:
a) fotokopi Perjanjian Tukar Menukar dan BAST Tukar Menukar;
b) fotokopi Keputusan Penghapusan BMN; dan
c) print out Register Transaksi Harian Penghapusan.
16) Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan Penetapan Status
Penggunaan BMN yang berasal dari barang pengganti hasil Tukar
Menukar paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal BAST Tukar
Menukar sebagaimana ketentuan yang berlaku .
> 1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 275 -
BAB XI
PEMUSNAHAN BMN
A . UMUM
1. Pemusnahan BMN dilakukan dalam hal:
a. BMN tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan , dan / atau tidak
dapat dipindahtangankan;
b. Terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan .
2. Objek Pemusnahan, meliputi:
a. Bangunan;
b. Selain Tanah dan / atau Bangunan;
3. Pemusnahan BMN :
a. dilakukan dengan:
1) dibakar;
2) dihancurkan;
3) ditimbun;
4) ditenggelamkan;
5) dirobohkan; atau
6 ) cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. dituangkan dalam Berita Acara Pemusnahan; dan
c. dilaporkan kepada Pengelola Barang.
4. Kewenangan dan Tanggung Jawab
a. Kepala Biro memiliki kewenangan dan tanggung jawab:
1) meneliti usulan Pemusnahan BMN ;
2) menandatangani dan mengajukan usulan persetujuan Pemusnahan
BMN berupa Bangunan , selain Tanah dan / atau Bangunan yang
memiliki bukti kepemilikan , dan selain Tanah dan / atau Bangunan
yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai perolehan di atas
Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah ) kepada Pengelola Barang;
3) mengembalikan dan / atau menolak usulan persetujuan Pemusnahan
BMN berupa Bangunan , selain Tanah dan / atau Bangunan yang
memiliki bukti kepemilikan , dan selain Tanah dan / atau Bangunan
yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai perolehan di atas
Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah) ;
4) memerintahkan Kuasa Pengguna Barang untuk melaksanakan
Pemusnahan BMN berdasarkan persetujuan dari Pengelola Barang;
5) melakukan pembinaan atas pelaksanaan Pemusnahan BMN;
6) melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan
Pemusnahan BMN, termasuk tetapi tidak terbatas pada pemantauan
dan penertiban; dan
7) melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen Pemusnahan
BMN.
<1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 276 -
y
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 277 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 278 -
b) softcopy/ fotokopi Keputusan Penetapan Status Penggunaan
BMN ;
c) dokumen penetapan RP4 BMN disertai lampiran rencana
Penghapusan BMN ;
d) asli Laporan Penelitian yang dilampiri dengan Berita Acara Hasil
Penelitian Tim Internal Pemusnahan;
e) Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN yang disusun
menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XI huruf G;
f ) print out Daftar BMN yang dihentikan penggunannya;
g) asli Surat Pernyataan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XI huruf H yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang yang paling sedikit
memuat:
(1) identitas Kuasa Pengguna Barang;
(2 ) pernyataan mengenai tanggung jawab penuh atas
permohonan yang diajukan , baik materiil maupun formil; dan
(3) pernyataan bahwa BMN tidak lagi dapat digunakan ,
dimanfaatkan, dan / atau dipindahtangankan atau BMN harus
dilakukan Pemusnahan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
h ) softcopy/ fotokopi dokumen / bukti kepemilikan atau BAST
perolehan barang dan / atau dokumen lain yang disetarakan
dengan dokumen / bukti kepemilikan dan / atau BAST perolehan
barang;
i) dalam hal tidak terdapat dokumen kepemilikan , BAST perolehan
barang, dan / atau dokumen lainnya, dapat digantikan dengan:
(1) dokumen lainnya seperti dokumen kontrak , akte jual beli,
perjanjian jual beli, dan dokumen setara lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu; atau
(2) asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala Satuan
Kerja bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN yang akan
dimusnahkan merupakan BMN pada Satuan Kerja
bersangkutan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XI huruf H;
j) Kartu Identitas Barang (KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan , kecuali terhadap BMN yang
tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
k) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
l ) foto BMN.
e. Pengguna Barang melakukan penelitian atas usulan Pemusnahan BMN
yang disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW, paling sedikit terhadap:
1) kesesuaian BMN yang diusulkan untuk dimusnahkan dengan
perencanaan Penghapusan pada RP4 BMN ; dan
4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 279 -
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 280 -
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 282 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 284 -
BAB XII
PENGHAPUSAN BMN
A. UMUM
1. Penghapusan dapat dilakukan terhadap BMN berupa:
a. Tanah dan / atau Bangunan; dan
b. Selain Tanah dan / atau Bangunan.
2 . BMN selain Tanah dan / atau Bangunan termasuk tapi tidak terbatas pada
BMN berupa perangkat lunak ( software) komputer, lisensi, waralaba
( franchise) , hak paten, hak cipta, dan hasil kajian / penelitian yang
memberikan manfaat jangka panjang.
3. Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengguna dan / atau Daftar Barang
Kuasa Pengguna dilakukan dalam hal BMN sudah tidak berada dalam
penguasaan Pengguna Barang dan / atau Kuasa Pengguna Barang
disebabkan karena:
a. penyerahan kepada Pengelola Barang;
b. pengalihan status penggunaan BMN kepada Pengguna Barang lain;
c. Pemindahtanganan;
d. adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap dan sudah tidak ada upaya hukum lainnya;
e. melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan ;
f. Pemusnahan; atau
g. sebab-sebab lain.
4. Penghapusan dilakukan dengan menerbitkan keputusan Penghapusan BMN
dari Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan dari Pengelola Barang.
5. Dikecualikan dari ketentuan mendapat persetujuan Penghapusan dari
Pengelola Barang untuk BMN yang dihapuskan karena:
a. Pengalihan Status Penggunaan;
b. Pemindahtanganan; atau
c. Pemusnahan .
6 . Pelaksanaan Penghapusan BMN dilaporkan kepada Pengelola Barang.
7. Sebab-sebab lain yang merupakan sebab-sebab yang secara normal dapat
diperkirakan wajar menjadi penyebab Penghapusan, antara lain:
a. hilang, kecurian, terbakar, susut, menguap, mencair;
b. mati untuk hewan , ikan , dan tanaman;
c. harus dihapuskan untuk bangunan yang berdiri di atas tanah Pihak
Lain atau Pemerintah Daerah karena tidak dapat dilakukan
Pemindahtanganan;
d . harus dihapuskan untuk Aset Tetap Renovasi (ATR ) atas aset milik Pihak
Lain karena tidak dapat dilakukan Pemindahtanganan;
e. harus dihapuskan untuk bangunan dalam kondisi rusak berat dan / atau
membahayakan lingkungan sekitar;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 285 -
f. hams dihapuskan untuk tanah dan / atau bangunan yang menjadi objek
Pemanfaatan melalui Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur dan Kerja
Sama Terbatas Untuk Pembiayaan Infrastmktur, setelah BMN tersebut
diperhitungkan sebagai investasi pemerintah .
g. harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah
disediakan dalam dokumen penganggaran;
h. sebagai akibat dari keadaan kahar [ force majeure) ; dan
i. harus dihapuskan karena dinyatakan sudah dihentikan dan tidak akan
dilanjutkan .
8. Sebab-sebab lain yang secara normal dapat diperkirakan wajar menjadi
penyebab Penghapusan untuk BMN berupa Aset Tak Berwujud antara lain
karena tidak sesuai dengan perkembangan teknologi, tidak sesuai dengan
kebutuhan organisasi, rusak berat, atau masa manfaat / kegunaan telah
berakhir.
9. Penghapusan BMN tidak mengganggu pelaksanaan tugas dan fungsi
penyelenggaraan pemerintahan .
10. Kewenangan dan Tanggung Jawab
a. Kepala Biro memiliki kewenangan dan tanggung jawab:
1) meneliti usulan Penghapusan BMN;
2) menandatangani dan mengajukan usulan persetujuan Penghapusan
karena sebab-sebab lain untuk BMN berupa Tanah dan / atau
Bangunan , selain Tanah dan / atau Bangunan yang memiliki bukti
kepemilikan, selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak memiliki
bukti kepemilikan dengan nilai perolehan di atas Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah) , dan karena melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan kepada Pengelola Barang;
3) mengembalikan dan / atau menolak usulan persetujuan Penghapusan
karena sebab-sebab lain BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan,
selain Tanah dan / atau Bangunan yang memiliki bukti kepemilikan ,
selain Tanah dan / atau Bangunan yang tidak memiliki bukti
kepemilikan dengan nilai perolehan di atas Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah ) , dan karena melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
4) memerintahkan Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW untuk menerbitkan Keputusan
Penghapusan BMN berdasarkan persetujuan dari Pengelola Barang;
5) melakukan pembinaan atas pelaksanaan Penghapusan BMN;
6) melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan
Penghapusan BMN, termasuk tetapi tidak terbatas pada pemantauan
dan penertiban; dan
7) melakukan pengamanan dan pemeliharaan dokumen Penghapusan
BMN.
b. Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW memiliki
kewenangan dan tanggung jawab:
1) meneliti usulan Penghapusan BMN ;
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 286 -
ll
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 287 -
4) melaksanakan Penghapusan BMN dari Daftar Barang berdasarkan
keputusan Penghapusan BMN ;
5) melaporkan pelaksanaan Penghapusan BMN kepada Pengelola
Barang dan Pengguna Barang; dan
6 ) melakukan pengamanan dan pemeliharaan dokumen Penghapusan
BMN.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 289 -
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 293 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 299 -
(1) dokumen lainnya seperti dokumen kontrak, akte jual beli,
perjanjian jual beli, dan dokumen setara lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu; atau
(2 ) asli Surat Pernyataan bermeterai cukup dari Kepala Satuan
Kerja bersangkutan yang menyatakan bahwa BMN yang
diusulkan untuk dihapuskan merupakan BMN pada Satuan
Kerja bersangkutan yang disusun menggunakan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf F;
f ) Kartu Identitas Barang ( KIB) yang telah ditandatangani oleh
Kepala Satuan Kerja bersangkutan, kecuali terhadap BMN yang
tidak diharuskan dicatat dalam KIB;
g) Laporan Kondisi Barang dan / atau listing history yang telah
ditandatangani oleh Kepala Satuan Kerja bersangkutan; dan
h ) fotoBMN;
b. Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW melakukan
penelitian terhadap usulan Penghapusan BMN yang disampaikan oleh
Kuasa Pengguna Barang, termasuk meminta keterangan / penjelasan bila
diperlukan .
c. Dalam hal berdasarkan penelitian terhadap usulan Penghapusan BMN
dapat ditindaklanjuti, Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW mengajukan usulan Penghapusan BMN kepada
Pengguna Barang yang disusun menggunakan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf C disertai dengan
so/tcopi// fotokopi surat usulan Penghapusan BMN dari Kuasa Pengguna
Barang dan kelengkapan dokumen pendukungnya.
d. Kepala Biro melakukan penelitian atas usulan Penghapusan BMN yang
disampaikan oleh Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW , sekurang-kurangnya terhadap kesesuaian BMN yang diusulkan
untuk dihapuskan dengan perencanaan Penghapusan pada RP4 BMN .
e. Dalam hal usulan tersebut dapat ditindaklanjuti, Pengguna Barang
menyampaikan usulan Penghapusan BMN kepada Pengelola Barang yang
disusun menggunakan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Bab XII huruf D dan disertai dengan kelengkapan dokumen
pendukungnya.
f. Persetujuan Penghapusan BMN diterbitkan oleh Pengelola Barang dan
ditindaklanjuti oleh Pengguna Barang dengan menyampaikan perintah
penetapan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf I kepada
Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dengan
melampirkan persetujuan Penghapusan BMN dari Pengelola Barang.
g. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW
menetapkan Keputusan Penghapusan BMN yang disusun menggunakan
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Bab XII huruf J paling
lama 2 (dua) bulan sejak tanggal persetujuan Penghapusan BMN dari
Pengelola Barang.
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 300 -
BAB XIII
PENATAUSAHAAN BMN
A. UMUM
1. Penatausahaan BMN meliputi:
a. Pembukuan,
b. Inventarisasi, dan
c. Pelaporan BMN .
2 . Penatausahaan BMN dilaksanakan dalam rangka mendukung pengelolaan
BMN yang optimal melalui Pemutakhiran Data BMN untuk mendapatkan
data yang lengkap, akurat dan akuntabel.
3. Pemutakhiran Data BMN pada:
a. Pengguna Barang, dilaksanakan oleh:
1) UAPB;
2) UAPPB-E1; dan
3) UAPPB-W .
b. Kuasa Pengguna Barang, dilaksanakan oleh UAKPB dan dalam hal
diperlukan dapat dibantu oleh Unit Akuntansi Pembantu Kuasa
Pengguna Barang ( UAPKPB) .
4 . Pemutakhiran Data BMN dilakukan melalui:
a. Sistem Informasi Manajemen Aset Negara (SIMAN) ; dan
b. Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) ,
atau aplikasi perubahannya.
5. Koreksi terhadap data BMN dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang Penatausahaan BMN .
6 . Ruang Lingkup Pemutakhiran Data BMN meliputi:
a. Persediaan;
b. Aset Tetap, terdiri atas:
1) Tanah;
2) Peralatan dan Mesin;
3) Gedung dan Bangunan;
4) Jalan , Irigasi, dan Jaringan;
5) Aset Tetap Lainnya;
6) Konstruksi Dalam Pengerjaan; dan
7) Akumulasi Penyusutan atas Aset Tetap;
c. Aset Lainnya, terdiri atas:
1) Kemitraan dengan pihak ketiga;
2) Aset Tak berwujud;
3) Aset Lain-Lain, berupa aset tetap yang tidak digunakan dalam operasi
pemerintahan dan aset lain-lain berupa BMN;
4) Akumulasi Penyusutan Atas Aset Lainnya; dan
5) Akumulasi Amortisasi Aset Tak Berwujud; dan
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 302 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 303 -
<!
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 307 -
A. UMUM
1. Pengawasan dan pengendalian BMN dilakukan terhadap:
a. BMN;
b. pelaksanaan pengelolaan BMN; dan / atau
c. pejabat / pegawai yang melakukan pengelolaan / pengurusan BMN .
2. Pengawasan dan pengendalian BMN meliputi:
a. pemantauan; dan
b. penertiban
3. Pemantauan dan penertiban dilakukan oleh Pengguna Barang / Kuasa
Pengguna Barang, meliputi pelaksanaan:
a. Penggunaan;
b. Pemanfaatan;
c. Pemindahtanganan;
d . Pemusnahan;
e. Penghapusan;
f. Penatausahaan; dan
g. Pemeliharaan dan Pengamanan,
atas BMN yang berada di bawah penguasaannya.
4 . Penertiban BMN dilakukan sebagai tindak lanjut dari:
a. hasil pemantauan , dalam hal terdapat ketidaksesuaian pelaksanaan
Penggunaan, Pemanfaatan, Pemindahtanganan, Pemusnahan,
Penghapusan , Penatausahaan , Pengamanan, dan Pemeliharaan BMN
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan / atau
b. diterimanya surat permintaan penertiban dari Pengelola Barang sebagai
tindak lanjut dari hasil pemantauan, Investigasi Pengelola Barang,
dan / atau hasil audit APIP.
5. Penertiban BMN dilakukan dengan memperhatikan:
a. dalam hal merupakan kewenangan Kuasa Pengguna Barang, maka
penertiban dilakukan dalam 15 (lima belas) hari kerja sejak pemantauan
selesai atau sejak surat permintaan penertiban BMN dari Pengelola
Barang diterima;
b. dalam hal merupakan kewenangan Pengguna Barang, maka:
1) Kuasa Pengguna Barang mengusulkan kepada Pengguna Barang
paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak pemantauan selesai atau surat
permintaan penertiban BMN dari Pengelola Barang diterima; dan
2 ) Pengguna Barang melakukan penertiban paling lama 15 (lima belas)
hari kerja sejak usulan dari Kuasa Pengguna Barang diterima; atau
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 310 -
»/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 311 -
B. PEMANTAUAN BMN
1. Pemantauan Penggunaan BMN dilakukan terhadap:
a. BMN yang digunakan oleh Pengguna Barang / Kuasa Pengguna Barang;
b. BMN yang digunakan sementara oleh Pengguna Barang lain;
c. BMN yang diutilisasikan penggunaannya oleh Kuasa Pengguna Barang
lain;
d . BMN yang dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan
pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi Pengguna Barang;
e. penerbitan keputusan status Penggunaan BMN oleh Pengguna Barang
telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
f. penerbitan persetujuan Penggunaan BMN oleh Pengguna Barang telah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
g. pelaksanaan penggunaan sementara oleh Pengguna Barang lain telah
mendapat persetujuan dari Pengelola Barang / Pengguna Barang;
h . pelaksanaan utilisasi Penggunaan BMN oleh Kuasa Pengguna Barang
lain telah mendapat persetujuan dari Pengguna Barang;
i. pelaksanaan BMN yang dioperasikan oleh pihak lain telah mendapat
persetujuan dari Pengelola Barang;
j. penyampaian laporan pelaksanaan Penggunaan BMN telah dilakukan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
k. pelaksanaan kewenangan Penggunaan BMN telah dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundangan-undangan .
2 . Pemantauan Pemanfaatan BMN dilakukan terhadap:
a. BMN yang sedang dimanfaatkan atau BMN yang menjadi obyek
Pemanfaatan;
b. pelaksanaan Pemanfaatan BMN telah mendapatkan persetujuan dari
Pengelola Barang;
c. keputusan pelaksanaan Sewa telah diterbitkan oleh Pengguna Barang
sesuai persetujuan Sewa Pengelola Barang;
d . perjanjian Pemanfaatan BMN telah sesuai dengan persetujuan dari
Pengelola Barang;
e. Pemanfaatan BMN telah dilaksanakan sesuai perjanjian , antara lain
terhadap:
1) peruntukan Pinjam Pakai;
2) jenis kegiatan usaha, untuk Sewa dan Kerjasama Pemanfaatan;
3) Jangka waktu Pemanfaatan; dan
i/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 312 -
4) Penyetoran penerimaan negara dari Pemanfaatan.
f. penyampaian laporan pelaksanaan Pemanfaatan BMN telah
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan; dan
g. pelaksanaan kewenangan Pemanfaatan BMN telah dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundangan-undangan .
3. Pemantauan Pemindahtanganan BMN dilakukan terhadap:
a. BMN yang dipindahtangankan sesuai dengan persetujuan dari Pengelola
Barang / Pengguna Barang, antara lain:
1) kode barang; dan
2) NUP.
b. pelaksanaan Pemindahtanganan BMN telah mendapatkan persetujuan
dari Pengelola Barang / Pengguna Barang;
c. kesesuaian pelaksanaan Pemindahtanganan BMN dengan persetujuan
dari Pengelola Barang / Pengguna Barang, antara lain:
1) jenis Pemindahtanganan;
2) waktu pelaksanaan;
3) penyetoran penerimaan negara dari Pemindahtanganan; atau
4) pelaksanaan serah terima BMN .
d . penyampaian laporan pelaksanaan Pemindahtanganan BMN telah
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan;
e. pelaksanaan tindak lanjut Pemindahtanganan BMN melalui
Penghapusan BMN; dan
f . pelaksanaan kewenangan Pemindahtanganan BMN telah dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.
4 . Pemantauan Pemusnahan BMN dilakukan terhadap:
a. pelaksanaan Pemusnahan BMN telah mendapatkan persetujuan dari
Pengelola Barang / Pengguna Barang;
b. Pemusnahan BMN telah dilaksanakan sesuai persetujuan dari Pengelola
Barang / Pengguna Barang;
c. penyampaian laporan pelaksanaan Pemusnahan BMN telah
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan;
d . pelaksanaan tindak lanjut Pemusnahan BMN melalui Penghapusan
BMN ; dan
e. pelaksanaan kewenangan Pemusnahan BMN telah dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundangan-undangan .
5. Pemantauan Penghapusan BMN dilakukan terhadap:
a. pelaksanaan Penghapusan BMN telah mendapatkan persetujuan dari
Pengelola Barang / Pengguna Barang;
b. pelaksanaan Penghapusan BMN telah ditetapkan dan ditindaklanjuti
sesuai keputusan Penghapusan;
c. penerbitan keputusan Penghapusan oleh Pengguna Barang telah
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
d . penyampaian laporan pelaksanaan Penghapusan BMN telah
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan; dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLiK INDONESIA
- 313 -
/
(
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 315 -
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 316 -
D. PENERTIBAN
1. Penertiban Penggunaan BMN
Penertiban pelaksanaan Penggunaan BMN dilakukan dalam hal dari hasil
pemantauan ditemukan kondisi sebagai berikut:
a. BMN belum memiliki keputusan Penetapan Status Penggunaan , maka
Kuasa Pengguna Barang melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) mengajukan usul Penetapan Status Penggunaan BMN sesuai
ketentuan yang berlaku , dalam hal ini mengajukan kepada Pengelola
Barang atas BMN yang menjadi kewenangan Pengelola Barang
dan / atau mengajukan kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW atas BMN yang menjadi kewenangan
Pengguna Barang;
2 ) memastikan usulan Penetapan Status Penggunaan BMN sampai
dengan ditetapkan; dan
3) mencatat keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN ke dalam
aplikasi SIMAN.
b. BMN belum ditetapkan status penggunaannya oleh Pengguna Barang,
maka Kuasa Pengguna Barang melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) menyampaikan kembali usulan Penetapan Status Penggunaan BMN
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam 7
( tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal berita acara hasil
pemantauan;
2) memastikan usulan Penetapan Status Penggunaan BMN sampai
dengan diterbitkannya keputusan Penetapan Status Penggunaan oleh
Pengguna Barang; dan
3) mencatat Penetapan Status Penggunaan BMN ke dalam aplikasi SIMAN
c. BMN tidak digunakan sesuai dengan Penetapan Status Penggunaannya,
dikecualikan terhadap BMN yang sedang dilakukan Pemanfaatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan , maka Kuasa Pengguna
Barang melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) mengembalikan Penggunaan BMN sesuai dengan Penetapan Status
Penggunaannya dalam 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak
tanggal berita acara hasil pemantauan;
2) dalam hal Penggunaan BMN selanjutnya diperuntukkan sesuai
dengan peruntukan sekarang, maka Kuasa Pengguna Barang segera
mengusulkan Alih Fungsi dengan mengikuti ketentuan pada BAB
Penggunaan;
3) menuangkan pengembalian Penggunaan BMN ke dalam berita acara
penertiban BMN yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang;
dan
4) melaporkan secara tertulis kepada Pengguna Barang dengan
ditembuskan kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW dalam 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak
tanggal berita acara penertiban BMN ditandatangani, dengan
melampirkan:
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 319 -
\)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 321 -
i
MENTERi KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 324 -
</
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 325 -
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 326 -
g) terhadap BMN yang dicatat ganda oleh 2 (dua) satuan kerja atau
lebih dari K / L yang berbeda sebagaimana dimaksud pada huruf e)
di atas, ditindaklanjuti dengan melakukan koreksi pencatatan
berdasarkan keputusan penanggung jawab UAKPB dengan
mengacu pada berita acara hasil koordinasi pada tingkat Pengelola
Barang.
3) terdapat BMN yang seharusnya sudah dikeluarkan dari Daftar Barang,
penertibannya dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang dengan
mencatat transaksi Penghapusan BMN berdasarkan dokumen sumber;
b. penertiban terkait dengan penyajian nilai dan / atau kuantitas BMN
1) terdapat pencatatan atas nilai dan / atau kuantitas BMN yang
diindikasikan tidak wajar, penertibannya dilakukan dengan mekanisme
sebagai berikut:
a) Kuasa Pengguna Barang melaporkan nilai dan kuantitas BMN
yang tidak wajar dalam aplikasi SAKTI kepada Unit Eselon I dan
Pengguna Barang; dan
b) setelah menerima laporan dari Kuasa Pengguna Barang, Unit
Eselon I dan Pengguna Barang melakukan koordinasi penyelesaian
nilai dan kuantitas BMN tidak wajar dan dapat melibatkan
Pengelola Barang.
2 ) terdapat pencatatan nilai dan / atau kuantitas BMN yang tidak sesuai
dengan dokumen sumber , penertibannya dilakukan dengan mekanisme
sebagai berikut:
a) untuk BMN selain tanah, Kuasa Pengguna Barang melakukan
penyesuaian pencatatan nilai dengan menggunakan transaksi
koreksi nilai dan / atau kuantitas;
b) untuk BMN berupa tanah, apabila terdapat perbedaan
kuantitas / luasan tanah antara aplikasi SAKTI dengan sertipikat
bukti hak kepemilikan, maka Kuasa Pengguna Barang melakukan
hal-hal sebagai berikut:
(1) Kuasa Pengguna Barang melakukan klarifikasi kepada pihak-
pihak terkait mengenai penyebab / latar belakang perbedaan
kuantitas / luasan tanah dimaksud ;
( 2) dalam hal belum dilakukan koreksi karena proses klarifikasi
sedang berjalan , maka Pengguna Barang / Kuasa Pengguna
Barang wajib mengungkapkan perbedaan kuantitas / luasan
tanah dimaksud dalam Catatan atas Laporan Barang Milik
Negara (CalBMN ) ;
(3) apabila berdasarkan hasil klarifikasi yang dilengkapi dengan
data / dokumen / bukti yang memadai dapat diketahui bahwa
perbedaan kuantitas / luasan BMN disebabkan oleh hal-hal
wajar sesuai peraturan perundang-undangan dan tidak
terdapat indikasi penyimpangan , maka Kuasa Pengguna
Barang mengajukan usul koreksi kuantitas / luasan tanah
kepada Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW dengan melampirkan hasil
klarifikasi dan dokumen pendukung yang memadai;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 327 -
i!
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 330 -
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 333 -
e. dalam hal terdapat pengelolaan BMN yang menghasilkan penerimaan
negara, maka laporan tahunan harus dilampiri dengan salinan / fotokopi
bukti setor penerimaan negara ke Rekening Kas Umum Negara;
f. dalam hal salinan / fotokopi tidak ditemukan , dapat digantikan dengan
Surat Pemyataan yang ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang.
Surat Pernyataan tersebut sekurang-kurangnya memuat:
1) identitas Kuasa Pengguna Barang;
2) identitas BMN yang menghasilkan penerimaan negara;
3) identitas pihak yang menjadi mitra pengelolaan BMN ;
4) penjelasan singkat mengenai mekanisme yang ditempuh dalam
pengelolaan BMN yang menghasilkan penerimaan negara; dan
5) rincian data penyetoran penerimaan negara tersebut ke Rekening Kas
Umum Negara
g. Laporan tahunan disusun menggunakan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II BAB XIV angka 2 .
^ ^
ANDRIA SYAU
NIF'L2230213 199703 1 001
LAMPIRAN II
KEPUTUSAN MENTER1 KEUANGAN REFUBLIK INDONESIA
NOMOR 334 / KMK.01/ 2021
TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
-1-
BAB I
PENDAHULUAN
-2-
BAB II
RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA
( /
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 4-
KUASA
PENGGUNA
UNIT ESELON PENGGUNA PENGELOLA
NO KEGIATAN BARANG / KANWIL APIP
I BARANG BARANG
KPB
( SATKER )
4
Sekretaris Unit Eselon I menyampaikan RKBMN
kepada Pengguna Barang
oo
A A ^
~
KUASA
NO PENGGUNA PENGGUNA
KEGIATAN KANWIL UNIT ESELON I
BARANG / KPB BARANG
(SATKER )
c
1
Satker menyusun , kemudian menyampaikan RKBMN
PKP kepada Kepala Kantor Wilayah
[
==!
5
J t-
/ ;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 7 -
3. BAGAN ALUR PENYUSUNAN , PENELITIAN , DAN PENYAMPAIAN PERUBAHAN HASIL PENELAAHAN RKBMN DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN X
KUASA
PENGGUNA
NO PENGGUNA PENGELOLA
KEGIATAN BARANG / KANWIL UNIT ESELON I APIP
BARANG BARANG
KPB
(SATKER )
c
Satker menyusun , kemudian menyampaikan Usulan
1 Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN kepada Kepala [
5
J
Kantor Wilayah
- fit
i
Kepala Kantor Wilayah mengkompilasi dan
2 menyampaikan Usulan Perubahan Hasil Penelaahan 5
RKBMN kepada Sekretaris Unit Eselon I
Sekretaris Unit Eselon I meneliti Usulan Perubahan Hasil
Penelaahan RKBMN
Dalam hal berdasarkan pengecekan dimaksud :
a. Usulan Tidak Lengkap
o
1f
Meminta satker untuk melengkapi
Tidak
b . Usulan Lengkap
Langsung dilakukan penelitian terhadap usulan Lengkap Lengkap
3
Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN
Pengadaan dan / atau Pemeliharaan Tingkat Satker,
baik softcopy maupun hardcopy , berdasarkan
ketentuan yang berlaku
c . Usulan Tidak Benar
Tidak
Benar o.'r
Benar
Mengembalikan
diperbaiki
usulan kepada satker untuk
o
r
•
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 8-
KUASA
PENGGUNA
NO KEGIATAN PENGGUNA PENGELOLA
BARANG / KANWIL UNIT ESELON I APIP
KPB BARANG BARANG
(SATKER )
4
Sekretaris Unit Eselon I menyampaikan Usulan
Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN kepada Pengguna OQ
Barang
KUASA
PENGGUNA
NO KEGIATAN PENGGUNA PENGELOLA
BARANG / KANWIL UNIT ESELON I APIP
BARANG BARANG
KPB
(SATKER )
7
Pengguna Barang menyampaikan Usulan Perubahan
Hasil Penelaahan RKBMN kepada Pengelola Barang
r T
C D
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 12 -
2 . Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak Usulan Rencana Kebutuhan
Barang Milik Negara Tingkat Kuasa Pengguna Barang
Yang bertanda tangan di bawah ini , Kuasa Pengguna Barang ... (2 ) , menyatakan
bahwa:
1. Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara ... (2) periode Tahun Anggaran ... (3)
yang kami susun selaku Kuasa Pengguna Barang sesuai Peraturan Menteri Keuangan
Nomor ... (4 ) dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (5), telah benar dan lengkap
serta mematuhi penerapan kaidah Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara dan
telah disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan tugas dan fungsi ... (2)
2 . Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara tersebut disusun dengan
memperhatikan kesesuaian program, kegiatan, dan keluaran ( output ) berupa Barang
Milik Negara dengan Rencana Strategis ... (2) dan ketersediaan Barang Milik Negara
pada satuan kerja.
... (6 )
Kuasa Pengguna Barang
... (7)
(tanda tangan)
... (8 )
Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi nama Satuan Kerja.
(3) Diisi periode tahun anggaran RKBMN yang disusun .
(4) Diisi nomor Peraturan Menteri Keuangan tentang Perencanaan Kebutuhan Barang
Milik Negara.
(5) Diisi nomor Keputusan Menteri Keuangan tentang Pedoman Penyusunan ,
Penelitian dan Penyampaian Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara di
Lingkungan Kementerian Keuangan .
(6) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya surat pernyataan tanggung jawab
mutlak usulan RKBMN .
( 7) Diisi jabatan penandatangan surat pernyataan tanggung jawab mutlak usulan
RKBMN.
(8) Diisi nama pejabat yang menandatangani surat pernyataan tanggung jawab
mutlak usulan RKBMN.
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 10 -
NOTA DINAS
..
NOMOR ND - . ( 1)
Yth .. . ( 2 )
Dari ... (3)
Sifat ... ( 4)
Lampiran ... (5)
Hal Penyampaian RKBMN Tahun ... (5) pada Satuan Keija . .. (6)
Tanggal . . . (7 )
Atas perhatian dan kerjasama Bapak / Ibu , kami ucapkan terima kasih.
(tanda tangan)
. .. (10 )
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 11 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan tujuan nota dinas:
a. Kepala Kantor Wilayah; atau
b. Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW,
dalam hal tidak terdapat Kantor Wilayah dalam struktur
organisasinya;
(3) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan satuan kerja.
(4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi nama Satuan Kerja.
(7) Diisi periode tahun RKBMN yang disusun.
(8) Diisi tanggal naskah dinas ditandatangani.
(9) Dicantumkan apabila terdapat kebutuhan pengadaan Rumah Negara.
(10) Diisi nama pejabat yang menandatangani Surat Pengantar.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 13 -
3. Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pengadaan Tingkat Kuasa
Pengguna Barang
. ..
.
.... ... ( 19 )
(20)
(tanda tangan)
.... ( 21 )
¥
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 14 -
Petunjuk Pengisian :
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 15 -
4 . Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pemeliharaan Tingkat Kuasa Pengguna Barang
KEMENTERIAN / LEMBAGA • (3 )
UNIT ESELON I (4 )
UNIT WILAYAH (5 )
UNIT SATUAN KERJA (6 )
JENIS BELANJA (7 )
STATUS BARANG . . . (8 )
Halaman: ... ( 1 )
NO KODE BARANG
KONDISI KEBUTUHAN PEMELIHARAAN
URAIAN BARANG KET
B RR RB UNIT M -
( 1) (2) ( 3) (4) (5) (6 ) (7) (8) (9 )
... ( 9) . . . (10 ) .. . ( 1 1 ) . . . ( 12) ... ( 13) ... ( 14 ) ... ( 15) ... ( 16 ) ... ( 17)
( 18 )
... ( 19)
(tanda tangan)
.. . (20)
i/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 16 -
Petunjuk Pengisian:
RENCANA KEBUTUHAN PENGADAAN BARANG MILIK NEGARA KUASA PENGUNA ( RKBMN - PKP)
TAHUN (2)
Halaman: ... ( 1 )
( 1) (2) ( 3) ( 4) ( 5) ( 6) ( 7) ( 8)
.. ( 14 )
... (15)
(tanda tangan )
.... ( 16 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 18 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman.
( 2) Diisi tahun anggaran beijalan .
(3) Diisi Unit Eselon I yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan.
(4) Diisi Unit Wilayah yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan.
(5) Diisi kode dan nama Satuan Kerja yang bersangkutan.
(6) Diisi nomor urut.
( 7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (2) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku .
(9) Diisi kuantitas barang yang diusulkan, dengan satuan barang sesuai
ketentuan yang berlaku yaitu: panjang (m ) , luas (m2) , unit , buah , set, dan
sebagainya.
(10) Diisi dengan jumlah maksimum sesuai ketentuan tentang jumlah dan
spesifikasi kebutuhan Kendaraan Dinas di lingkungan Kementerian
Keuangan . Hanya untuk BMN berupa Alat Angkutan Darat Bermotor
Operasional non Jabatan.
(11) Diisi besaran optimalisasi existing data BMN, yaitu data existing BMN di
lingkungan Satuan Kerja / Pengguna Barang yang bersangkutan yang masih
dimungkinkan untuk dioptimalisasi.
(12 ) Diisi kuantitas kebutuhan riil yang dibutuhkan oleh Satuan Kerja.
(13) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(14) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya usulan RKBMN-PKP.
(15) Diisi jabatan penandatangan usulan RKBMN-PKP.
( 16) Diisi nama pejabat yang menandatangani usulan RKBMN-PKP.
J
!
/
t
;>
vm-
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 19 -
6. Penjelasan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Tingkat Kuasa
Pengguna Barang
KOP SURAT
PENJELASAN RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA
TAHUN ... ( 1 )
II . RKBMN PENGADAAN
Luas
(untuk kebutuhan berupa
Jumla Peruntuka
Uraian Peruntuka tanah / bangunan )
No h n Non Ket
Barang n Non
SBSK
( unit ) SBSK Total
SBSK
( m2 ) ( m2 )
2
t *n )
M M M. M M ia M M lii
- ( 9) (10 ) -( H ) ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15) ( 16 ) ( 17 )
No Uraian Barang
Jumlah Luas
Keterangan Pemilik / Perolehan
(unit) ( m2)
M M M M. M
...(25) .. .(26 ) . ..(27) . .. (28 ) (29)
BMN Objek RKBMN Pemeliharaan dalah Daftar Barang Kuasa Pengguna yang tidak diusulkan
kebutuhan pemeliharaannya:
Luas
No Uraian Barang NUP
( m2)
Alasan
(a) M (c) M . M
. .. (25) .. .(26 ) . .. (30) (28 ) (29)
(31 )
Kuasa Pengguna Barang
.. . (32 )
(tanda tangan)
. .. (33)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 21 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi tahun anggaran berjalan.
( 2) Diisi nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan alamat Satuan Kerja.
(4) Diisi dengan status gedung kantor yang saat ini ditempati Satuan Kerja:
a. milik sendiri;
b. menempati Gedung Keuangan Negara (GKN) ;
c. Sewa;
d. Pinjam Pakai;
e. Penggunaan Sementara BMN Eselon I lain lingkup Kemenkeu;
f. status lainnya
( pilih salah satu)
(5) Diisi dengan penjelasan mengenai wilayah kerja, termasuk kondisi geografis.
(6) Diisi dengan jumlah pengunjung rata-rata dalam sehari.
(7) Diisi dengan jumlah formasi jabatan / pelaksana sesuai kondisi ideal, dapat
mengacu pada jumlah pegawai sesuai Analisis Beban Kerja.
(8) Diisi dengan jumlah pejabat / pelaksana existing.
(9) Diisi nomor urut usulan kebutuhan pengadaan sesuai urutan skala prioritas
kebutuhan.
(10) Diisi dengan uraian barang.
(11) Diisi dengan uraian rencana fungsi BMN khusus untuk jenis kebutuhan
pengadaan berupa AADB.
(12) Diisi dengan jumlah usulan kebutuhan pengadaan .
(13) Diisi dengan luas kebutuhan tanah / bangunan yang telah terdapat SBSK.
( 14) Diisi dengan luas kebutuhan fasilitas tambahan yang belum terdapat SBSK
yang merupakan satu kesatuan bangunan dengan bangunan yang telah
terdapat SBSK.
(15) Diisi total kebutuhan luas bangunan ( penjumlahan nomor 13 dan 14)
(16) Diisi dengan rincian peruntukan fasilitas tambahan yang diusulkan
(17) Diisi dengan penjelasan mengenai hal-hal lain yang relevan terkait
kebutuhan pengadaan, termasuk informasi ketersediaan bengkel
resmi / rental resmi kendaraan di sekitar satuan kerja.
(18) Diisi dengan skema pemenuhan kebutuhan yang direncanakan:
a. Pembelian;
b. Sewa;
c. Alih Status;
d . Pembangunan.
( pilih salah satu dan diberi uraian singkat terkait pertimbangan pemilihan
skema pemenuhan kebutuhan)
(19) Diisi dengan tujuan pengadaan gedung kantor:
a. Penambahan Unit;
b. Perluasan;
c. Rekonstruksi ( pembangunan kembali) ;
d . tujuan lainnya.
(pilih salah satu dan diberi uraian singkat)
( 20) Diisi dengan gambaran umum singkat tentang kebutuhan barang yang
diusulkan untuk diadakan.
( 21) Diisi dengan uraian singkat mengenai maksud , tujuan, dan manfaat
diadakannya BMN tersebut, keterkaitan dengan rencana strategis,
t/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 22 -
interdependensi , serta kondisi dan informasi lainnyayang dapat menjelaskan
urgensi pengadaan BMN tersebut.
(22 ) Diisi dengan penjelasan mengenai informasi tentang BMN existing yang
terkait dengan rencana pengadaan , antara lain ketersediaan lahan (untuk
rencana pengadaan bangunan) dan rencana alih fungsi kendaraan dinas.
( 23) Diisi dengan penjelasan singkat lokasi BMN direncanakan akan diadakan,
ketersediaan dan kemudahan akses Bengkel Resmi untuk pemeliharaan .
( 24) Diisi dengan penjelasan mengenai permasalahan yang dihadapi ( jika ada)
terkait rencana kebutuhan pengadaan .
( 25) Diisi dengan nomor urut usulan pemeliharaan barang tambahan / BMN yang
tidak diusulkan pemeliharaan .
( 26) Diisi dengan uraian barang usulan pemeliharaan barang tambahan / BMN
yang tidak diusulkan pemeliharaan.
(27) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan dalam pemeliharaan barang
tambahan .
(28) Diisi dengan luas usulan pemeliharaan barang tambahan / BMN yang tidak
diusulkan pemeliharaan.
(29) Diisi dengan keterangan pemilik pemeliharaan barang tambahan / alasan
BMN diusulkan dalam barang tambahan / alasan BMN tidak diusulkan
pemeliharaan .
(30) Diisi NUP BMN yang tidak diusulkan pemeliharaan .
(31) Diisi dengan tempat dan tanggal ditandatanganinya Form Penjelasan .
(32 ) Diisi dengan jabatan penandatangan Form Penjelasan .
(33) Diisi dengan nama penandatangan Form Penjelasan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 23 -
7. Laporan Realisasi Penghapusan BMN
... , ... ( 14 )
LAPORAN REALISASI PENGHAPUSAN BMN
UNTUK BMN YANG MENJADI OBJEK RKBMN
PADA SATUAN KERJA .... ( 1 )
TAHUN (2 )
A . Daftar Barang yang Telah Diusulkan Penghapusan
JENIS HARGA HARGA LIMIT
No. TAHUN NILAI BUKU
KODE BARANG MEREK / TIPE NUP JUMLAH PEROLEHAN TERENDAH KETERANGAN
BARANG PEROLEHAN
( Rp ) ( Rp ) ( Rp )
ill 121 131 141 151 M 111 M 121 ( 10) ( ID
(3 ) (4 j
- (5 ) . . . (6 ) m (8 ) - (9) ... HQ) - (W ( 12 ) - ( 13 )
Total 0 0 0
B , Daftar Barang yang Telah Disetujui Untuk Dipindahtangankan (Terindikasi Idle )
JENIS HARGA HARGA LIMIT
No. KODE BARANG TAHUN NILAI BUKU
BARANG MEREK / TIPE NUP JUMLAH PEROLEHAN TERENDAH NOMOR PERSETUJUAN
PEROLEHAN
( Rp ) ( Rp ) ( RP )
111 121 111 111 151 M 1Z1 M 121 ( 10 ) HD
...(3) (4 ) . . . (5 ) (6 ) (7 ) (8 ) ... ( 9 ) ( 10 ) ... HD ... ( 12 ) ... ( 13 )
Total 0 0 0
C. Daftar Barang yang Telah Dihapuskan
JENIS HARGA HARGA LIMIT
No. KODE BARANG TAHUN NILAI BUKU NOMOR KEP
BARANG MEREK / TIPE NUP JUMLAH PEROLEHAN TERENDAH
PEROLEHAN PENGHAPUSAN
( Rp ) ( Rp ) ( Rp )
111 121 111 111 111 111 1Z1 111 121 ( 10 ) ( ID
...(3) (4 ) (5 ) (6 ) - <7) (8 ) ... ( 9 ) ... ( 10 ) HD ( 12 ) - ( 13 )
Total 0 0 0
Kuasa Pengguna Barang
... ( 15)
(tanda tangan)
... ( 16 )
t/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 24 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nama Satuan Kerja.
(2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi nomor urut.
(4 ) Diisi jenis barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku .
(5) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku .
(6) Diisi merek / tipe BMN .
(7) Diisi tahun perolehan BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
(8) Diisi nomor urut pendaftaran atas BMN.
(9) Diisi jumlah BMN yang akan dilakukan penghapusan / pemindahtanganan.
(10) Diisi harga perolehan atas BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
(11) Diisi nilai buku atas BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
(12) Diisi harga limit terendah BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
(13) Untuk Form A : Diisi keterangan yang diperlukan.
Untuk Form B : Diisi nomor persetujuan pemindahtanganan BMN .
Untuk Form C : Diisi nomor keputusan penghapusan BMN.
(14) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya Laporan Realisasi Penghapusan
BMN .
(15) Diisi jabatan penandatangan Laporan Realisasi Penghapusan BMN .
(16) Diisi nama yang menandatangani Laporan Realisasi Penghapusan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 25 -
Halaman: ... ( 1 )
KEMENTERI AN / LEMBAGA ... (3)
UNIT ESELON I ... (4 )
UNIT WILAYAH ... (5)
UNIT SATUAN KERJA ... (6 )
.... ( 14 )
... ( 15)
(tanda tangan)
... ( 16 )
( /
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 26 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman.
(2) Diisi t+1 tahun anggaran berjalan .
(3) Diisi nama Kementerian / Lembaga.
(4) Diisi Unit Eselon I yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan .
(5) Diisi Unit Wilayah yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan .
(6) Diisi kode dan nama Satuan Kerja yang bersangkutan .
(7) Diisi nomor urut.
(8) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi
BMN yang berlaku .
(9) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (2) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku .
( 10) Diisi lokasi rencana BMN diadakan.
(11) Diisi jumlah indikasi kebutuhan BMN .
(12) Diisi luas indikasi kebutuhan BMN untuk tanah dan / atau bangunan .
(13) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu
diungkap.
(14) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya Data Indikasi Kebutuhan
Pengadaan BMN.
(15) Diisi jabatan penandatangan Data Indikasi Kebutuhan Pengadaan BMN .
(16) Diisi nama pejabat yang menandatangani Data Indikasi Kebutuhan
Pengadaan BMN.
l/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 27 -
SURAT PERNYATAAN
NOMOR - (1 )
Yang bertanda tangan di bawah ini, Kuasa Pengguna Barang pada (2), menyatakan
bahwa Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pemeliharaan Barang Tambahan atas
Barang Milik Negara (BMN) yang belum / tidak tercatat dalam daftar BMN berupa:
KEBUTUHAN PEMELIHARAAN
NO . KODE BARANG URAIAN BARANG
UNIT M2
yang diajukan pada periode Tahun Anggaran ....(8) oleh Satuan Kerja ....(2) selaku Kuasa Pengguna
Barang, telah diajukan permohonan pengalokasian anggaran pengadaan pada tahun anggaran . ...( 9)
sehingga akan menimbulkan kewajiban pemeliharaan atas BMN dimaksud pada tahun angaran
. . . .(10 ).
(U )
Kuasa Pengguna Barang
- (12)
(tanda tangan)
... ( 13)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 28 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor surat sesuai ketentuan tata naskah dinas yang berlaku pada
Kementerian Keuangan .
(2) Diisi nama Satuan Kerja.
(3) Diisi nomor urut.
(4 ) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku .
(5) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom isian (5) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku.
(6) Diisi jumlah unit BMN yang belum / tidak tercatat dalam daftar BMN yang
diusulkan untuk dilakukan pemeliharaan , dalam satuan unit.
(7) Diisi jumlah luasan BMN yang belum / tidak tercatat dalam daftar BMN yang
diusulkan untuk dilakukan pemeliharaan , dalam satuan meter persegi (m2 ) .
(8) Diisi periode tahun anggaran RKBMN yang disusun.
(9 ) Diisi periode tahun anggaran pengajuan permohonan pengalokasian
anggaran pengadaan atas BMN yang belum / tidak tercatat dalam daftar
BMN yang diusulkan untuk dilakukan pemeliharaan.
(10) Diisi periode tahun anggaran pelaksanaan pengadaan yang BMN
belum / tidak tercatat dalam daftar BMN yang diusulkan untuk dilakukan
pemeliharaan.
(11) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya surat pernyataan .
(12) Diisi jabatan penandatangan surat pernyataan .
(13) Diisi nama pejabat yang menandatangani surat pernyataan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 29 -
10 . Surat Keterangan Kebenaran Digital
SURAT KETERANGAN
NOMOR - (1 )
dengan ini menerangkan bahwa data / dokumen digital RKBMN Tahun Anggaran (5 ) pada
satuan kerja . .. (6) , yang diupload ke Aplikasi SIMAN telah divalidasi , diteliti , dan telah sesuai
dengan aslinya serta dapat dipertanggungjawabkan.
.
... ... (6 )
... (7 )
( tanda tangan)
... (2)
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor surat sesuai ketentuan tata naskah dinas yang berlaku pada
Kementerian Keuangan.
(2 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani surat
keterangan.
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani surat
keterangan .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani surat keterangan .
(5) Diisi periode tahun anggaran RKBMN yang disusun / diubah.
(6) Diisi nama Satuan Kerja.
(7) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya surat pernyataan tanggung
jawab mutlak usulan RKBMN .
(8) Diisi jabatan penandatangan surat pernyataan keterangan.
(9 ) Diisi nama pejabat yang menandatangani surat keterangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 30 -
11. Usulan Perubahan Hasil Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pengadaan Tingkat Kuasa Pengguna Barang
... ( 15)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 31 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman .
(2 ) Diisi tahun anggaran berjalan .
(3) Diisi nama Satuan Kerja.
( 4) Diisi nomor urut.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I, Unit Wilayah , dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan .
(6) Diisi kode program / kegiatan / output/ jenis belanja sesuai Bagan Akun
Standar (BAS) .
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan ketentuan
penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku.
(9 ) Diisi kuantitas BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN yang
diusulkan untuk dilakukan perubahan, dalam satuan barang yang berlaku .
(10) Diisi kuantitas BMN yang diusulkan menggantikan besaran satuan barang
yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN, dalam satuan barang yang
berlaku.
(11) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN yang
sudah pernah diusulkan sebelumnya.
(12) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(13) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya RKBMN .
(14) Diisi jabatan penandatangan RKBMN.
(15) Diisi nama pejabat yang menandatangani RKBMN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 32 -
12 . Usulan Perubahan Hasil Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pemeliharaan Tingkat Kuasa Pengguna Barang
MATRIKS PERUBAHAN
UNIT ESELON I / RKBMN
JENIS KODE STATUS
NO WILAYAH / KPB / KET
BELANJA BARANG URAIAN BARANG BARANG SEMULA MENJADI
LOKASI ALASAN
UNIT PERUBAHAN
M2 UNIT M2
..(4 ) ..(5) . . (6 ) ....(7 ) . . . . (8 ) . . (9 ) . .. . (10) . . . . ( 11 ) .. .. (12 ) ....( 13) ....( 14 ) ....( 15)
.
... ... ( 16 )
Kuasa Pengguna Barang
... ( 17)
(tanda tangan)
.... ( 18 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 33 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman .
( 2) Diisi tahun anggaran berjalan .
(3) Diisi nama Satuan Kerja.
(4) Diisi nomor urut.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I, Unit Wilayah , dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan .
(6) Diisi kode dan uraian Bagan Akun Standar (BAS) Belanja Negara yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran tersebut.
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku.
(9) Diisi status BMN yang pemeliharaannya dapat dibiayai APBN: digunakan
sendiri atau pinjam pakai kurang dari 6 (enam) bulan.
(10) Diisi jumlah unit BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN yang
diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan unit.
(11) Diisi jumlah luasan BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN
yang diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan meter persegi
( m2) .
(12 ) Diisi jumlah unit BMN diusulkan barn menggantikan besaran usulan
sebelumnya (sebelum diubah ) , dalam satuan unit.
(13) Diisi luasan BMN diusulkan barn menggantikan besaran usulan
sebelumnya (sebelum diubah ) , dalam satuan meter persegi ( m2) .
(14) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN yang
sudah pernah diusulkan sebelumnya.
(15) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(16) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya usulan perubahan hasil
penelahaan RKBMN .
(17) Diisi jabatan penandatangan usulan perubahan hasil penelahaan RKBMN.
(18) Diisi nama pejabat yang menandatangani usulan perubahan hasil
penelahaan RKBMN .
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 34 -
13. Usulan Perubahan Hasil Penelitian Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara Kuasa Pengguna ( RKBMN PKP) Kuasa
Pengguna Barang
... (15)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 35 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman.
( 2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi nama Satuan Kerja.
(4 ) Diisi nomor urut.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I, Unit Wilayah , dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan.
(6) Diisi kode program / kegiatan / output / jenis belanja sesuai Bagan Akun
Standar (BAS) .
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku.
(9) Diisi kuantitas BMN yang tercantum pada Hasil Penelitian RKBMN- PKP
yang diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan barang yang
berlaku.
(10) Diisi kuantitas BMN yang diusulkan menggantikan besaran satuan barang
yang tercantum pada Hasil Penelitian RKBMN -PKP, dalam satuan barang
yang berlaku .
(11) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN- PKP
yang sudah pernah diusulkan sebelumnya.
(12 ) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(13) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya usulan RKBMN-PKP.
(14) Diisi jabatan penandatangan usulan RKBMN - PKP.
(15) Diisi nama pejabat yang menandatangani usulan RKBMN -PKP.
1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 36 -
NOTA DINAS
NOMOR ND - ... ( 1)
Yth ... ( 2)
Dari ... (3)
Sifat ... ( 4)
Lampiran ... ( 5)
Hal Penyampaian RKBMN Tahun ... 5) pada wilayah ... (6)
Tanggal ... (7)
(tanda tangan)
. . . (8)
Petunjuk Pengisian :
( 1) Diisi dengan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW ;
(2) Diisi dengan nomenklatur jabatan penandatangan pada Kantor Wilayah .
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4 ) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi nama wilayah kerja.
(6 ) Diisi periode tahun RKBMN yang disusun .
(7 ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(8 ) Diisi nama pejabat yang menandatangani nota dinas.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 37 -
15. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak Usulan Rencana
Kebutuhan Barang Milik Negara Tingkat Wilayah
(7)
(8)
(tanda tangan)
(9 )
Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi Kop surat resmi yang berlaku pada Kementerian Keuangan .
(2) Diisi nomor surat sesuai ketentuan tata naskah dinas yang berlaku pada
Kementerian Keuangan.
(3) Diisi nama Wilayah Kerja.
(4) Diisi periode tahun anggaran RKBMN yang disusun / diubah .
(5) Diisi nomor Peraturan Menteri Keuangan tentang Perencanaan Kebutuhan
Barang Milik Negara.
(6 ) Diisi nomor Keputusan Menteri Keuangan tentang Pedoman Penyusunan ,
Penelitian dan Penyampaian Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara di
Lingkungan Kementerian Keuangan .
( 7) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya surat pernyataan tanggung
jawab mutlak usulan RKBMN .
(8 ) Diisi jabatan penandatangan surat pernyataan tanggung jawab mutlak
usulan RKBMN .
(9 ) Diisi nama pejabat yang menandatangani surat pernyataan tanggung jawab
mutlak usulan RKBMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 38 -
16. Rekapitulasi Usulan Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik
Negara Kuasa Pengguna ( RKBMN- PKP) Tingkat Wilayah
RENCANA KEBUTUHAN PENGADAAN BARANG MILIK NEGARA KUASA PENGUNA ( RKBMN - PKP)
TINGKAT WILAYAH
TAHUN (2 )
Halaman:
(1 )
UNIT ESELON I (3)
UNIT WILAYAH (4 )
KEBUTUHAN
OPTIMALISASI RIIL BMN
KODE URAIAN USULAN EXISTING
NO SSSJ KET
BARANG BARANG BMN
BMN
( Maks. )
( 14 )
(15)
(tanda tangan)
( 16 )
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 39 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman .
(2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi Unit Eselon I yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan .
(4) Diisi Unit Wilayah yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan .
(5) Diisi kode dan nama Satuan Kerja yang bersangkutan.
(6) Diisi nomor urut.
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan
kodefikasi BMN yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (2) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku.
(9) Diisi kuantitas barang yang diusulkan, dengan satuan barang sesuai
ketentuan yang berlaku yaitu: panjang ( m ) , luas (m2) , unit, buah , set,
dan sebagainya.
(10) Diisi dengan jumlah maksimum sesuai ketentuan tentang jumlah dan
spesifikasi kebutuhan Kendaraan Dinas di lingkungan Kementerian
Keuangan . Hanya untuk BMN berupa Alat Angkutan Darat Bermotor
Operasional non Jabatan.
(11) Diisi besaran optimalisasi existing data BMN , yaitu data existing BMN
di lingkungan Satuan Kerja / Pengguna Barang yang bersangkutan
yang masih dimungkinkan untuk dioptimalisasi.
(12) Diisi kuantitas kebutuhan riil yang dibutuhkan oleh Satuan Kerja.
(13) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu
diungkap.
( 14) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya usulan RKBMN-PKP.
( 15) Diisi jabatan penandatangan usulan RKBMN-PKP.
( 16) Diisi nama pejabat yang menandatangani usulan RKBMN-PKP.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 40 -
17. Rekapitulasi Realisasi Penghapusan BMN Tingkat Wilayah
(tanda tangan)
(21 )
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 41 -
Petunjuk Pengisian:
1. Diisi nama Unit Wilayah.
2. Diisi tahun anggaran berjalan .
3. Diisi nomor urut.
4. Diisi 20 (dua puluh ) digit kode Satuan Kerja.
5. Diisi nama Satuan Kerja.
6. Diisi jenis barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
7. Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
8. Diisi merek / tipe BMN.
9. Diisi tahun perolehan BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
10. Diisi nomor urut pendaftaran atas BMN.
11. Diisi jumlah BMN yang akan dilakukan penghapusan / pemindahtanganan.
12. Diisi harga perolehan atas BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan.
13. Diisi nilai buku atas BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan.
14 . Diisi harga limit terendah BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
15. Untuk Form A : Diisi keterangan yang diperlukan.
Untuk Form B : Diisi nomor persetujuan pemindahtanganan BMN .
Untuk Form C : Diisi nomor keputusan penghapusan BMN .
16. Diisi jumlah nilai perolehan BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
17. Diisi jumlah nilai buku atas BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
18. Diisi jumlah harga limit terendah BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
19. Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya Laporan Realisasi Penghapusan
BMN .
20. Diisi jabatan penandatangan Laporan Realisasi Penghapusan BMN.
21. Diisi nama yang menandatangani Laporan Realisasi Penghapusan BMN.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 42 -
22. Rekapitulasi Usulan Perubahan Hasil Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pengadaan Tingkat Wilayah
Halaman: (1 )
UNIT WILAYAH : (3 )
UNIT ESELON 1 / MATRIKS PERUBAHAN RKBMN
PROGRAM / KEGIATAN / KODE URAIAN
NO WILAYAH / KPB / KET
OOTPUT/ JENIS BELANJA BARANG BARANG ALASAN
SEMULA MENJADI
LOKASI PERUBAHAN
( 13)
( 14 )
(tanda tangan )
( 15)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 43 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman .
(2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi nama Koordinator Wilayah .
(4) Diisi nomor urut.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I, Unit Wilayah , dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan.
(6) Diisi kode program / kegiatan / oufput / jenis belanja sesuai Bagan Akun
Standar (BAS) .
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi
BMN yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku .
(9 ) Diisi kuantitas BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN yang
diusulkan untuk dilakukan perubahan, dalam satuan barang yang berlaku.
( 10) Diisi kuantitas BMN yang diusulkan menggantikan besaran satuan barang
yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN , dalam satuan barang yang
berlaku.
(11) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN yang
sudah pernah diusulkan sebelumnya.
(12) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(13) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN .
(14) Diisi jabatan penandatangan usulan perubahan hasil penelaahan RKBMN.
(15) Diisi nama pejabat yang menandatangani usulan perubahan hasil
penelaahan RKBMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 44 -
23. Rekapitulasi Usulan Perubahan Hasil Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pemeliharaan Tingkat Wilayah
MATRIKS PERUBAHAN
UNIT ESELON I / RKBMN
JENIS KODE STATUS
NO WILAYAH / KPB / KET
BELANJA BARANG URAIAN BARANG BARANG SEMULA MENJADI
LOKASI ALASAN
UNIT M2 UNIT M2 PERUBAHAN
(1) (2) (3) (4) ( 5) (6 ) ( 7) (8) ( 9) ( 10) ( 11) ( 12 )
..(4 ) ..(5) .. (6 ) ....(7) . . . . (8 ) ..( 9) .. . . (10 ) .(1 1 ) . . . . (12 ) ...( 13) ....( 14 ) .... ( 15)
( 16 )
( 17)
(tanda tangan)
( 18 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 45 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman .
( 2) Diisi tahun anggaran berjalan .
(3) Diisi nama Koordinator Wilayah.
(4) Diisi nomor unit.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I , Unit Wilayah, dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan .
(6) Diisi kode dan uraian Bagan Akun Standar (BAS) Belanja Negara yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran tersebut.
( 7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku.
(9) Diisi status BMN yang pemeliharaannya dapat dibiayai APBN: digunakan
sendiri atau pinjam pakai kurang dari 6 (enam) bulan .
(10) Diisi jumlah unit BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN yang
diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan unit.
( 11) Diisi jumlah luasan BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN
yang diusulkan untuk dilakukan perubahan, dalam satuan meter persegi
(m2) .
(12 ) Diisi jumlah unit BMN diusulkan barn menggantikan besaran usulan
sebelumnya (sebelum diubah) , dalam satuan unit.
(13) Diisi luasan BMN diusulkan barn menggantikan besaran usulan
sebelumnya (sebelum diubah) , dalam satuan meter persegi ( m2) .
(14 ) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN yang
sudah pemah diusulkan sebelumnya.
(15) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(16) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN .
(17) Diisi jabatan penandatangan rekapitulasi usulan perubahan hasil
penelaahan RKBMN.
(18) Diisi nama pejabat yang menandatangani rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 46 -
24 . Rekapitulasi Usulan Perubahan Hasil Penelitian Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara Kuasa Pengguna ( RKBMN -
PKP) Tingkat Wilayah
Halaman: (1 )
UNIT WILAYAH : (3 )
( 1) (2) ( 3) ( 4) ( 5) (6 ) ( 7) ( 8) (9 )
( 13)
( 14 )
(tanda tangan)
(15 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 47 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman.
( 2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi nama Koordinator Wilayah.
(4) Diisi nomor urut.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I, Unit Wilayah , dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan .
(6) Diisi kode program / kegiatan / output / jenis belanja sesuai Bagan Akun
Standar (BAS) .
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku.
(9 ) Diisi kuantitas BMN yang tercantum pada Hasil Penelitian RKBMN - PKP
yang diusulkan untuk dilakukan perubahan, dalam satuan barang yang
berlaku.
(10) Diisi kuantitas BMN yang diusulkan menggantikan besaran satuan barang
yang tercantum pada Hasil Penelitian RKBMN-PKP, dalam satuan barang
yang berlaku.
(11) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN-PKP
yang sudah pernah diusulkan sebelumnya.
(12 ) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(13) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN-PKP.
( 14) Diisi jabatan penandatangan rekapitulasi usulan perubahan hasil
penelaahan RKBMN- PKP.
(15) Diisi nama pejabat yang menandatangani rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN- PKP.
y
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 48 -
25. Surat Pengantar Tingkat Unit Eselon I
NOTA DINAS
NOMOR (2 )
Yth. ( 3)
Dari (4 )
Hal Penyampaian RKBMN Tahun (5) pada (6 )
Tanggal (7 )
(tanda tangan)
... ( 9)
Petunjuk Pengisian :
( 1) Kop surat resmi yang berlaku pada Kementerian Keuangan .
(2) Diisi nomor surat sesuai ketentuan tata naskah dinas yang berlaku pada
Kementerian Keuangan .
(3) Diisi jabatan Pengguna Barang.
(4 ) Diisi jabatan Tingkat Eselon I .
(5) Diisi periode tahun RKBMN yang disusun .
(6) Diisi nama Unit Eselon I .
( 7) Diisi tanggal ditandatanganinya naskah dinas.
(8) Dicantumkan apabila terdapat kebutuhan baru dan penyediaan anggaran
angka dasar ( baseline ) dalam rangka rencana pengadaan dan / atau rencana
pemeliharaan BMN dilakukan berdasarkan mekanisme penganggaran
sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan karena kondisi darurat
atau kondisi lainnya.
(9 ) Diisi nama pejabat yang menandatangani naskah dinas.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 49 -
26. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak Usulan Rencana Kebutuhan
Barang Milik Negara Tingkat Eselon I
Yang bertanda tangan di bawah ini, Tingkat Eselon I (3), menyatakan bahwa:
1. Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (3) periode Tahun Anggaran (4 )
yang kami susun selaku Kuasa Pengguna Barang sesuai Peraturan Menteri Keuangan
Nomor (5) tentang Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara dan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor (6) tentang Pedoman Penyusunan , Penelitian Dan
Penyampaian Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian
Keuangan , telah benar dan lengkap serta mematuhi penerapan kaidah Perencanaan
Kebutuhan Barang Milik Negara dan telah disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan tugas dan fungsi (3)
2. Usulan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara tersebut disusun dengan memperhatikan
kesesuaian program , kegiatan , dam keluaran ( output ) berupa Barang Milik Negara dengan
Rencana Strategis (3) dan ketersediaan Barang Milik Negara pada satuan kerja.
(7 )
(8 )
(tanda tangan )
(9)
Petunjuk Pengisian :
( 1) Kop surat resmi yang berlaku pada Kementerian Keuangan .
(2) Diisi nomor surat sesuai ketentuan tata naskah dinas yang berlaku pada
Kementerian Keuangan .
( 3) Diisi nama Tingkat Eselon I .
(4 ) Diisi periode tahun anggaran RKBMN yang disusun / diubah .
(5) Diisi nomor Peraturan Menteri Keuangan tentang Perencanaan Kebutuhan
Barang Milik Negara.
(6 ) Diisi nomor Keputusan Menteri Keuangan tentang Pedoman Penyusunan ,
Penelitian dan Penyampaian Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara di
Lingkungan Kementerian Keuangan .
( 7) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya surat pernyataan tanggung
jawab mutlak usulan RKBMN .
(8) Diisi jabatan penandatangan surat pernyataan tanggung jawab mutlak
usulan RKBMN .
(9 ) Diisi nama pejabat yang menandatangani surat pernyataan tanggung jawab
mutlak usulan RKBMN .
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 50 -
27. Rekapitulasi Usulan Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara
Kuasa Pengguna ( RKBMN -PKP) Tingkat Eselon I
RENCANA KEBUTUHAN PENGADAAN BARANG MILIK NEGARA KUASA PENGUNA ( RKBMN - PKP)
TINGKAT ESELON I
TAHUN (2)
Halaman:
(1 )
UNIT ESELON I (3)
OPTIMALISASI KEBUTUHAN
KODE URAIAN USULAN
NO SSSJ EXISTING RIIL BMN KET
BARANG BARANG BMN
BMN ( Maks. )
( 1) ( 2) (3) ( 4) (5) (6 ) ( 7) (8)
( 12)
( 13)
(tanda tangan )
( 14 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 51 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman.
(2 ) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi Unit Eselon I yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan.
(4) Diisi Unit Wilayah yang membawahi Satuan Kerja yang bersangkutan.
(5) Diisi kode dan nama Satuan Kerja yang bersangkutan.
(6) Diisi nomor urut.
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan
kodefikasi BMN yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (2) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku .
(9 ) Diisi kuantitas barang yang diusulkan , dengan satuan barang sesuai
ketentuan yang berlaku yaitu: panjang ( m) , luas ( m2) , unit, buah, set,
dan sebagainya.
( 10) Diisi dengan jumlah maksimum sesuai ketentuan tentang jumlah dan
spesifikasi kebutuhan Kendaraan Dinas di lingkungan Kementerian
Keuangan . Hanya untuk BMN berupa Alat Angkutan Darat Bermotor
Operasional non Jabatan .
(11) Diisi besaran optimalisasi existing data BMN , yaitu data existing BMN
di lingkungan Satuan Kerja / Pengguna Barang yang bersangkutan
yang masih dimungkinkan untuk dioptimalisasi.
( 12 ) Diisi kuantitas kebutuhan riil yang dibutuhkan oleh Satuan Kerja.
(13) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu
diungkap.
(14) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya usulan RKBMN-PKP.
( 15) Diisi jabatan penandatangan usulan RKBMN - PKP.
( 16) Diisi nama pejabat yang menandatangani usulan RKBMN- PKP.
V>V ,V'*
*
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 52 -
28. Rekapitulasi Realisasi Penghapusan BMN Tingkat Tingkat Eselon I
LAPORAN REALISASI PENGHAPUSAN BMN
UNTUK BMN YANG MENJADI OBJEK RKBMN
PADA .... ( 1 )
TAHUN (2 )
A. Daftar Barang yang Telah Diusulkan Penghapusan
KODE URAIAN HARGA HARGA LIMIT
No. JENIS KODE TAHUN NILAI BUKU
SATKER SATKER MEREK / TIPE NUP JUMLAH PEROLEHAN TERENDAH KETERANGAN
BARANG BARANG PEROLEHAN
( Rp ) ( Rp ) ( RP )
ill 121 im. ill 151 M 1Z1 ill ( 10 ) ( ID ( 12 ) ( 13)
(3 ) - (4 ) - (5 ) - (6 ) -m (8 ) - (9) - ( 10 ) ... (U ) ... ( 12 ) ( 13 ) . . . ( 14 )
... US )
- ( 15)
Total ( 16 ) . . . ( 17 ) I
B , Daftar Barang yang Telah Disetujui Untuk Dipindahtangankan (Terindikasi Idle )
KODE URAIAN JENIS KODE
HARGA HARGA LIMIT
No. TAHUN NILAI BUKU NOMOR
SATKER SATKER MEREK / TIPE NUP JUMLAH PEROLEHAN TERENDAH
BARANG BARANG PEROLEHAN PERSETUJUAN
( Rp ) ( Rp ) ( Rp )
ill 121 111 111 111 1Z1 111 111 ( 10 ) (i i) ( 12 ) ( 13)
. . . (3 ) - (4 ) . . . (5 ) - (6 ) • (7)
Total
(8 )
- (9) ... OP ) ... HD . .. ( 12 )
( 16 ) |
... ( 13)
( 17 )
( 14 )
. .. ( 18 )
- ( 15)
•
C. Daftar Barang yang Telah Dihapuskan
KODE URAIAN HARGA HARGA LIMIT
No. JENIS KODE TAHUN NILAI BUKU NOMOR KEP
SATKER SATKER MEREK / TIPE NUP JUMLAH PEROLEHAN TERENDAH
BARANG BARANG PEROLEHAN PENGHAPUSAN
( Rp ) ( Rp ) ( Rp )
ill 111 131 111 111 M 1Z1 111 111 ( 10 ) HD ( 12 ) ( 13)
. . . (3 ) . . . (4 ) (5 ) ... (6 ) (7 ) - (8 ) - (9) ( 10 ) (ID ( 12 ) - (13) ... ( 14 ) ( 15 )
Total ( 16 ) I - ( 17 ) I - (18 )
( 19)
(20)
(tanda tangan)
(21 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 53 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nama Unit Eselon I.
( 2) Diisi tahun anggaran berjalan .
(3) Diisi nomor urut.
(4) Diisi 20 (dua puluh) digit kode Satuan Kerja.
(5) Diisi nama Satuan Kerja.
(6) Diisi jenis barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku .
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku .
(8) Diisi merek / tipe BMN.
(9) Diisi tahun perolehan BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan.
(10) Diisi nomor urut pendaftaran atas BMN.
(11) Diisi jumlah BMN yang akan dilakukan penghapusan / pemindahtanganan.
(12) Diisi harga perolehan atas BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan.
(13) Diisi nilai buku atas BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
(14) Diisi harga limit terendah BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan .
(15) Untuk Form A : Diisi keterangan yang diperlukan .
Untuk Form B : Diisi nomor persetujuan pemindahtanganan BMN .
Untuk Form C : Diisi nomor keputusan penghapusan BMN .
(16) Diisi jumlah nilai perolehan BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan.
(17) Diisi jumlah nilai buku atas BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan.
( 18) Diisi jumlah harga limit terendah BMN yang akan dilakukan
penghapusan / pemindahtanganan.
(19 ) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya Laporan Realisasi Penghapusan
BMN .
(20) Diisi jabatan penandatangan Laporan Realisasi Penghapusan BMN .
(21) Diisi nama yang menandatangani Laporan Realisasi Penghapusan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 54 -
29. Rekapitulasi Usulan Perubahan Hasil Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pengadaan Tingkat Tingkat Eselon I
( 13)
( 14 )
(tanda tangan)
( 15)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 55 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman.
(2) Diisi tahun anggaran berjalan .
(3) Diisi nama Tingkat Eselon I .
(4) Diisi nomor urut.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I, Unit Wilayah , dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan .
(6) Diisi kode program / kegiatan / output / jenis belanja sesuai Bagan Akun
Standar (BAS) .
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku.
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku.
(9 ) Diisi kuantitas BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN yang
diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan barang yang berlaku.
(10) Diisi kuantitas BMN yang diusulkan menggantikan besaran satuan barang
yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN , dalam satuan barang yang
berlaku.
(11) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN yang
sudah pernah diusulkan sebelumnya.
(12 ) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(13) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN.
(14) Diisi jabatan penandatangan rekapitulasi usulan perubahan hasil
penelaahan RKBMN.
(15) Diisi nama pejabat yang menandatangani rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 56 -
30. Rekapitulasi Usulan Perubahan Hasil Penelaahan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Pemeliharaan Tingkat Tingkat Eselon I
MATRIKS PERUBAHAN
UNIT ESELON I /
JENIS RKBMN
NO
KODE STATUS
WILAYAH / KPB / KET
BELANJA BARANG URAIAN BARANG BARANG SEMULA MENJADI
LOKASI ALASAN
PERUBAHAN
UNIT M2 UNIT M2
( 1) (2) (3) ( 4) ( 5) (6 ) ( 7) (8) (9 ) ( 10 ) ( 1 1) ( 12 )
..(4 ) ..(5) . . (6 ) ... .(7) . . . . (8 ) ..( 9 ) . . . . (10 ) ..(1 1) ....(12) ..( 13) ....( 14 ) ....( 15)
( 16 )
( 17)
(tanda tangan)
( 18 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 57 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman.
(2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi nama Tingkat Eselon I.
(4) Diisi nomor urut.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I, Unit Wilayah, dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan.
(6) Diisi kode dan uraian Bagan Akun Standar (BAS) Belanja Negara yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran tersebut.
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN
yang berlaku .
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku .
(9 ) Diisi status BMN yang pemeliharaannya dapat dibiayai APBN: digunakan
sendiri atau pinjam pakai kurang dari 6 (enam) bulan.
( 10) Diisi jumlah unit BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN yang
diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan unit.
(11) Diisi jumlah luasan BMN yang tercantum pada Hasil Penelaahan RKBMN
yang diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan meter
persegi (m2).
(12) Diisi jumlah unit BMN diusulkan baru menggantikan besaran usulan
sebelumnya (sebelum diubah ) , dalam satuan unit.
(13) Diisi luasan BMN diusulkan baru menggantikan besaran usulan
sebelumnya (sebelum diubah) , dalam satuan meter persegi ( m2) .
(14) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN yang
sudah pernah diusulkan sebelumnya.
(15) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu diungkap.
(16) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN.
(17) Diisi jabatan penandatangan rekapitulasi usulan perubahan hasil
penelaahan RKBMN .
(18) Diisi nama pejabat yang menandatangani rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN .
t/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 58 -
31. Rekapitulasi Usulan Perubahan Hasil Penelitian Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara Kuasa Pengguna ( RKBMN
PKP) Tingkat Eselon I
( 13)
( 14 )
(tanda tangan)
( 15)
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 59 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman .
( 2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi nama Tingkat Eselon I.
(4) Diisi nomor urut.
(5) Diisi informasi kode lokasi dan uraian Unit Kuasa Pengguna Barang,
dikelompokkan berdasarkan Unit Eselon I, Unit Wilayah , dan lokasi Unit
Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan .
(6) Diisi kode program / kegiatan / output / jenis belanja sesuai Bagan Akun
Standar (BAS) .
(7) Diisi kode barang berdasarkan ketentuan penggolongan dan kodefikasi
BMN yang berlaku .
(8) Diisi uraian nama barang sesuai kode pada kolom (4) berdasarkan
ketentuan penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku .
(9) Diisi kuantitas BMN yang tercantum pada Hasil Penelitian RKBMN- PKP
yang diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan barang yang
berlaku.
(10) Diisi kuantitas BMN yang diusulkan menggantikan besaran satuan
barang yang tercantum pada Hasil Penelitian RKBMN -PKP, dalam satuan
barang yang berlaku .
( 11) Diisi alasan yang mendasari dilakukannya perubahan pada RKBMN- PKP
yang sudah pernah diusulkan sebelumnya.
(12 ) Diisi keterangan dan / atau informasi penting lainnya yang perlu
diungkap.
(13) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya rekapitulasi usulan
perubahan hasil penelaahan RKBMN- PKP.
(14) Diisi jabatan penandatangan rekapitulasi usulan perubahan hasil
penelaahan RKBMN-PKP.
(15) Diisi nama pejabat yang menandatangani rekapitulasi usulan perubahan
hasil penelaahan RKBMN- PKP.
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 60 -
32 . Surat Pengantar Tingkat Pengguna Barang
NOTA DINAS
NOMOR (2 )
Yth . ( 3)
Dari (4 )
Hal Penyampaian RKBMN Tahun (5 ) pada (6 )
Tanggal (7 )
Atas perhatian dan kerjasama Bapak / Ibu , kami ucapkan terima kasih .
(tanda tangan )
... (7)
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor surat sesuai ketentuan tata naskah dinas yang berlaku pada
Kementerian Keuangan .
(2) Diisi jabatan Pengguna Barang .
(3) Diisi jabatan Tingkat Eselon I.
(4) Diisi periode tahun RKBMN yang disusun .
(5) Diisi nama Unit Eselon I.
(6 ) Diisi tanggal ditandatanganinya naskah dinas.
( 7) Diisi nama pejabat yang menandatangani surat pengantar.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 61 -
33. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak Usulan Rencana Kebutuhan
Barang Milik Negara Tingkat Pengguna Barang
(5 )
Pengguna Barang
(6 )
(7 )
Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi nomor surat sesuai ketentuan tata naskah dinas yang berlaku pada
Kementerian Keuangan .
( 2) Diisi nama Kementerian / Lembaga.
( 3) Diisi periode tahun anggaran RKBMN yang disusun / diubah .
(4) Diisi nomor Peraturan Menteri Keuangan tentang Perencanaan Kebutuhan
Barang Milik Negara.
( 5) Diisi tempat dan tanggal ditandatanganinya surat pernyataan tanggung
jawab mutlak usulan RKBMN .
(6 ) Diisi jabatan penandatangan surat pernyataan tanggung jawab mutlak
usulan RKBMN .
( 7) Diisi nama pejabat yang menandatangani surat pernyataan tanggung jawab
mutlak usulan RKBMN .
/
Aif-V V*
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 62 -
34 . Hasil Penelitian Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara Kuasa Pengguna
HASIL PENELITIAN
RENCANA KEBUTUHAN PENGADAAN BARANG MILIK NEGARA KUASA PENGGUNA ( RKBMN - PKP)
KEMENTERIAN KEUANGAN
TAHUN (2)
Halaman: (1 )
( 13)
Penanggung Jawab UAPB
( 14 )
(tanda tangan)
( 15)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 63 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman.
(2) Diisi tahun anggaran berjalan.
(3) Diisi nomor unit usulan kebutuhan pengadaan sesuai skala prioritas
pemenuhan.
(4 ) Diisi 20 (dua puluh ) digit kode Satuan Kerja.
(5) Diisi nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan kode barging sesuai ketentuan mengenai klasifikasi dan
kodefikasi BMN.
(7) Diisi dengan uraian barang sesuai ketentuan mengenai klasifikasi
dan kodefikasi BMN.
(8) Diisi dengan jumlah kebutuhan riil barang (standar kebutuhan sesuai
SSSJ dikurangi dengan BMN existing yang dapat dilakukan
optimalisasi) .
(9) Diisi dengan jumlah kebutuhan barang yang disetujui oleh Pengguna
Barang.
(10) Diisi dengan rencana bentuk skema pemenuhan kebutuhan apakah
akan dilakukan dengan pembelian / sewa / pengalihan status BMN /
atau skema pemenuhan kebutuhan yang lain yang dipandang lebih
efektif .
(11) Diisi dengan luas kebutuhan yang disetujui dalam satuan meter
persegi ( m2 ) untuk tanah dan / atau bangunan , dan jumlah unit
kebutuhan untuk BMN selain tanah dan / atau bangunan .
(12 ) Diisi dengan keterangan / uraian tentang informasi yang relevan
terkait kebutuhan BMN.
(13) Diisi dengan lokasi dan tanggal RKBMN-PKP ditetapkan .
(14) Diisi dengan jabatan pejabat yang menetapkan hasil penelitian
RKBMN-PKP.
(15) Diisi dengan nama pejabat yang menetapkan hasil penelitian RKBMN-
PKP.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 64 -
35. Perubahan Hasil Penelitian Rencana Kebutuhan Pengadaan Barang Milik Negara Kuasa Pengguna ( RKBMN - PKP)
(12 )
Penanggung Jawab UAPB
( 13)
(tanda tangan)
( 14 )
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 65 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomor halaman .
( 2) Diisi tahun anggaran beijalan.
(3) Diisi nomor unit usulan kebutuhan pengadaan sesuai skala prioritas
pemenuhan .
(4) Diisi 20 (dua puluh) digit kode Satuan Kerja.
(5) Diisi nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan kode barang sesuai ketentuan mengenai klasifikasi dan
kodefikasi BMN .
(7) Diisi dengan uraian barang sesuai ketentuan mengenai klasifikasi
dan kodefikasi BMN .
(8) Diisi kuantitas BMN yang tercantum pada Hasil Penelitian RKBMN-
PKP yang diusulkan untuk dilakukan perubahan , dalam satuan
barang yang berlaku.
(9) Diisi dengan jumlah kebutuhan barang yang disetujui oleh Pengguna
Barang.
(10) Diisi dengan rencana bentuk skema pemenuhan kebutuhan apakah
akan dilakukan dengan pembelian / sewa / pengalihan status BMN /
atau skema pemenuhan kebutuhan yang lain yang dipandang lebih
efektif.
(11) Diisi dengan keterangan / uraian tentang informasi yang relevan
terkait kebutuhan BMN.
(12 ) Diisi dengan lokasi dan tanggal perubahan RKBMN- PKP ditetapkan .
(13) Diisi dengan jabatan pejabat yang menetapkan perubahan hasil
penelitian RKBMN- PKP.
(14) Diisi dengan nama pejabat yang menetapkan perubahan hasil
penelitian RKBMN- PKP.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 66 -
Hardcopy Softcopy
(dikirim ( Upload
No Jenis Dokumen Format Nama File untuk
melalui di
upload
surat aplikasi
resmi) SIMAN )
Tingkat Kuasa Pengguna Barang
1 Surat Pengantar yang
ditandatangani Kuasa PDF v V 1. SP
Pengguna Barang
2 Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Mutlak
PDF v v 2. SPTJM
(SPTJM ) Kuasa Pengguna
Barang
3 RKBMN Pengadaan hasil
cetak aplikasi SIMAN yang
ditandatangani Kuasa
PDF v v 3. RKJPengadaan
Pengguna Barang
4 RKBMN Pemeliharaan
hasil cetak aplikasi SIMAN
PDF v v 4. RK_ Pemeliharaan
yang ditandatangani
Kuasa Pengguna Barang
5 RKBMN-PKP yang
ditandatangani oleh PDF v v 5. RKBMN_ PKP
Kuasa Pengguna Barang
6 Form Penjelasan yang
menyampaikan
penjelasan yang PDF v V 6 . Penjelasan
dibutuhkan atas usulan
yang diajukan
7 Laporan Realisasi PDF &
Penghapusan BMN
v v 7. RealJHapus
xls
8 Data Indikasi Kebutuhan
Pengadaan BMN (T-3)
PDF v v 8. Data_Indikasi
8 Dokumen pembahasan
dengan instansi teknis
PDF v V 8. Dok . RN_ PU
untuk RKBMN Pengadaan
Rumah Negara
9 Dokumen penganggaran
tahun penyusunan PDF v v 9. DIPA
RKBMN
10 Dokumen usulan
penganggaran untuk satu
PDF v v 10 . UsuLDIPA
tahun setelah
penyusunan RKBMN
11 Dokumen pendukung
atas pemeliharaan atas PDF v V 9 . BT
barang tambahan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 67 -
Hardcopy Softcopy
(dikirim (Upload
No Jenis Dokumen Format Nama File untuk
melalui di
upload
surat aplikasi
resmi) SIMAN )
12 Surat Keterangan
Kebenaran Digital PDF v v 9. SK_Digital
Tingkat Wilayah
1 Surat Pengantar yang
ditandatangani oleh PDF v v _
l .SP wil
Kepala Kantor Wilayah
2 Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Mutlak
(SPTJM ) yang PDF v v 2. SPTJM_wil
ditandatangani oleh
Kepala Kantor Wilayah
3 Rekapitulasi RKBMN
Pengadaan hasil cetak
aplikasi SIMAN yang PDF v v 3. RK_Pengadaan_wil
ditandatangani oleh
Kepala Kantor Wilayah
4 Rekapitulasi RKBMN
Pemeliharaan hasil cetak
aplikasi SIMAN yang 4.
PDF v v
ditandatangani RK_Pemeliharaan_wil
oleh
Kepala Kantor Wilayah
5 Rekapitulasi RKBMN-PKP
tingkat Kuasa Pengguna
Barang yang PDF v v 4. RKBMN_PKP wil _
ditandatangani oleh
Kepala Kantor Wilayah
6 Rekapitulasi Laporan
Realisasi Penghapusan PDF & 5.
v v
BMN ditandatangani oleh xls Rekap_Real_Hapus_wil
Kepala Kantor Wilayah
Tingkat Eselon I
1 Surat Pengantar yang
ditandatangani oleh
Sekretaris Unit Eselon PDF v v l .SP_el
1/ Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW
2 Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Mutlak
(SPTJM ) yang
ditandatangani oleh PDF v v _
2. SPTJM e1
Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW
3 Rekapitulasi RKBMN
Pengadaan hasil cetak
aplikasi SIMAN yang PDF v v 3. RK_Pengadaan_el
ditandatangani oleh
Sekretaris Unit Eselon
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 68 -
Hardcopy Softcopy
(dikirim (Upload
No Jenis Dokumen Nama File untuk
Format melalui di
upload
surat aplikasi
resmi) SIMAN )
I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW
4 Rekapitulasi RKBMN
Pemeliharaan hasil cetak
aplikasi SIMAN yang
ditandatangani oleh 4.
PDF v v
Sekretaris Unit Eselon RK_Pemeliharaan_e1
I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW
5 Rekapitulasi RKBMN-PKP
tingkat Tingkat Eselon I
yang ditandatangani oleh
PDF v v 4 . RKBM N_PKP_e1
Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW
6 Rekapitulasi Laporan
Realisasi Penghapusan
BMN ditandatangani oleh PDF & 5.
Rekap_Real_Hapus_e1
Sekretaris Unit Eselon
v v
xls
I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW
Tingkat Pengguna Barang
1 Surat Pengantar yang
ditandatangani oleh
Pejabat Eselon II yang
mendapat pelimpahan
PDF v v 1. SP_PB
wewenang dari Pengguna
Barang
2 Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Mutlak
(SPTJM ) yang
ditandatangani oleh
Pejabat Eselon II yang
PDF v v 2. SPTJM _PB
mendapat pelimpahan
wewenang dari Pengguna
Barang
3 Rekapitulasi RKBMN
Pengadaan hasil cetak
aplikasi SIMAN yang
ditandatangani oleh
Pejabat
PDF v v 3. RK_Pengadaan_PB
Eselon II yang mendapat
pelimpahan wewenang
dari Pengguna Barang
4 Rekapitulasi RKBMN
Pemeliharaan hasil cetak
4.
aplikasi SIMAN yang PDF v v
ditandatangani
RK_Pemeliharaan_PB
oleh
Pejabat Eselon II yang
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 69 -
Hardcopy Softcopy
( dikirim ( Upload
No Jenis Dokumen Format melalui
Nama File untuk
di
upload
surat aplikasi
resmi ) SIMAN )
mendapat pelimpahan
wewenang dari Pengguna
Barang
5 Laporan hasil reviu Aparat
Pengawasan Intern
Pemerintah yang PDF v V 5. Review_APIP PB
ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 70 -
BAB III
PERENCANAAN PENGGUNAAN , PEMANFAATAN , PEMINDAHTANGANAN , DAN
PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
KEUANGAN
UNIT ESELON I (D
UNIT WILAYAH (2 )
UNIT KPB/KODE SATKER (3) halaman ...(4 )
I. Tahun (5a)
Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan SBSK
No NUP Keterangan
Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
Hi 121 131 141 151 161 111 HI 1?1
-m (7 ) (8 ) (9 ) - (10) - (11) - (12) — (13 ) - (14 )
Tahun (4b)
Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan SBSK
No NUP Keterangan
Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
HI 121 HI HI HI HI 1Z1 HI HI
- (6 ) - (7 ) - .(8 ) — (9 ) - (10 ) - (11 ) - (12 ) - (13 ) - (14 )
Tahun (4c )
Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan SBSK
No NUP Keterangan
Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
HI HI HI HI HI HI HI HI HI
- .(6 ) - .(7 ) - (8 ) - (9 ) - (10 ) - (11 ) - (12 ) — (13 ) - (14 )
(15)
Kuasa Pengguna Barang
- (16)
(tanda tangan)
(17 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 71 -
Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi dengan nama unit eselon I.
( 2) Diisi dengan nama kantor wilayah.
(3) Diisi dengan nama dan 20 digit kode satuan keija.
(4) Diisi dengan halaman.
(5a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penggunaan.
(5b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penggunaan.
(5c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penggunaan.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9 ) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
( 10) Diisi dengan tahun perolehan barang.
( 11 ) Diisi dengan bentuk penggunaan ( pilih salah satu ) :
a. Rencana Penggunaan untuk digunakan sendiri dalam rangka pelaksanaan
tugas dan fungsi;
b. Rencana Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain ;
c. Rencana Penggunaan Sementara BMN;
d. Rencana Pengalihan Status Penggunaan BMN;
e. Rencana Utilisasi Penggunaan BMN;
f. Rencana Pengalihan Penggunaan Antar Kuasa Pengguna Barang; atau
g. Rencana Pengalihan Fungsi Penggunaan BMN.
( 12) Diisi dengan peruntukan penggunaan BMN berdasarkan rencana bentuk
penggunaan pada kolom 6.
Contoh: untuk gudang arsip
( 13) Diisi dengan luas SBSK existing untuk BMN berupa:
Bangunan gedung kantor , tanah , dan rumah Negara.
Catatan: perhitungan dapat menggunakan aplikasi SIMAN pada plugin Master
Aset.
( 14 ) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
(15) Diisi lokasi dan tanggal disahkan.
( 16) Diisi nama jabatan penandatangan.
( 17 ) Diisi nama pejabat penandatangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 72 -
UNITESELON I (D
UNIT WILAYAH (2 ) halaman . . .(3)
I. Tahun (4a)
Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan
No NUP SBSK Keterangan
Satker Satker Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
HI ]21 131 151 161 1Z1 1§1 191 10 11
(5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9 ) (10 ) (11 ) (12 ) (13 ) (14 ) (15 )
Tahun (4b)
Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan
No NUP SBSK Keterangan
Satker Satker Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
111 1?1 111 111 111 111 111 111 111 10 11
(5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9 ) (10 ) (11 ) (12 ) (13 ) (14 ) ( 15 )
Tahun ( 4c)
Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan
No NUP SBSK Keterangan
Satker Satker Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
111
(5 )
111
(6 )
111
(7 )
141
(8 )
111
(9 ) (10 )
1Z1
(11 )
181
(12 )
m(13 ) 10
(14 )
11
(15 )
(16)
(17 )
(tanda tangan)
(18)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 73 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I .
(2 ) Diisi dengan nama kantor wilayah.
(3) Diisi dengan halaman .
(4a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penggunaan.
( 4 b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penggunaan .
(4c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penggunaan .
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan 20 digit kode satuan kerja.
(7) Diisi dengan nama satuan kerja.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9 ) Diisi dengan uraian nama barang.
(10) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(11) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12 ) Diisi dengan bentuk penggunaan ( pilih salah satu) :
a. Rencana Penggunaan untuk digunakan sendiri dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi;
b. Rencana Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain;
c. Rencana Penggunaan Sementara BMN ;
d . Rencana Pengalihan Status Penggunaan BMN ;
e. Rencana Utilisasi Penggunaan BMN;
f. Rencana Pengalihan Penggunaan Antar Kuasa Pengguna Barang; atau
g. Rencana Pengalihan Fungsi Penggunaan BMN.
(13) Diisi dengan peruntukan penggunaan BMN berdasarkan rencana bentuk
penggunaan pada kolom 11.
Contoh: untuk gudang arsip
(14) Diisi dengan luas SBSK existing untuk BMN berupa:
Bangunan gedung kantor, tanah, dan rumah Negara.
Catatan: perhitungan dapat menggunakan aplikasi SIMAN pada plugin
Master Aset.
( 15) Diisi dengan informasi lain yang relevan.
( 16) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
( 17) Diisi nama jabatan penandatangan.
( 18) Diisi nama pejabat penandatangan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 74 -
(15)
... (16 )
(tanda tangan)
(17)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 75 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I .
(2) Diisi dengan halaman.
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penggunaan .
(3b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penggunaan .
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penggunaan .
(4) Diisi dengan nomor urut.
(5) Diisi dengan 20 digit kode satuan keija.
(6) Diisi dengan nama satuan kerja.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9 ) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(10) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(11) Diisi dengan bentuk penggunaan ( pilih salah satu) :
a. Rencana Penggunaan untuk digunakan sendiri dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi;
b. Rencana Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain;
c. Rencana Penggunaan Sementara BMN ;
d . Rencana Pengalihan Status Penggunaan BMN ;
e. Rencana Utilisasi Penggunaan BMN ;
f . Rencana Pengalihan Penggunaan Antar Kuasa Pengguna Barang; atau
g. Rencana Pengalihan Fungsi Penggunaan BMN.
(12) Diisi dengan peruntukan penggunaan BMN berdasarkan rencana bentuk
penggunaan pada kolom 10.
Contoh: untuk gudang arsip
(13) Diisi dengan luas SBSK existing untuk BMN berupa:
Bangunan gedung kantor, tanah, dan rumah Negara.
Catatan: perhitungan dapat menggunakan aplikasi SIMAN pada plugin
Master Aset.
(14) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
(15) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
(16) Diisi nama jabatan penandatangan .
(17) Diisi nama pejabat penandatangan .
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 76 -
(14)
Pengguna Barang
...(15)
(tanda tangan)
...(16)
i/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 77 -
Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi nama unit eselon I .
( la) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penggunaan .
( lb) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penggunaan .
( lc) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penggunaan .
(2) Diisi dengan halaman.
(3) Diisi dengan nomor urut.
(4) Diisi dengan 20 digit kode satuan kerja.
(5) Diisi dengan nama satuan kerja.
(6 ) Diisi dengan kode barang.
(7) Diisi dengan uraian nama barang.
(8) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(9) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(10) Diisi dengan bentuk penggunaan ( pilih salah satu) :
a. Rencana Penggunaan untuk digunakan sendiri dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi;
b. Rencana Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain;
c. Rencana Penggunaan Sementara BMN;
d . Rencana Pengalihan Status Penggunaan BMN ;
e. Rencana Utilisasi Penggunaan BMN;
f . Rencana Pengalihan Penggunaan Antar Kuasa Pengguna Barang; atau
g. Rencana Pengalihan Fungsi Penggunaan BMN .
(11) Diisi dengan peruntukan penggunaan BMN berdasarkan rencana bentuk
penggunaan pada kolom 9.
Contoh: untuk gudang arsip
(12 ) Diisi dengan luas SBSK existing untuk BMN berupa:
Bangunan gedung kantor, tanah , dan rumah Negara.
Catatan: perhitungan dapat menggunakan aplikasi SIM AN pada plugin
Master Aset.
(13) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
(14) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
(15) Diisi nama jabatan penandatangan .
(16) Diisi nama pejabat penandatangan.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 78 -
(17)
Kuasa Pengguna Barang
(18)
(tanda tangan)
(19 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 79 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I.
(2) Diisi dengan nama kantor wilayah.
(3) Diisi dengan nama satuan kerja.
(4) Diisi dengan halaman .
(5a) Diisi dengan tahun T+ 1 penyusunan rencana pemanfaatan.
(5b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemanfaatan.
(5c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemanfaatan.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(10) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(11) Diisi dengan foto BMN yang akan dimanfaatkan.
( 12) Diisi dengan luas rencana pemanfaatan.
(13) Diisi dengan bentuk pemanfaatan (pilih salah satu):
a. Sewa;
b. Pinjam Pakai;
c. Kerja Sama Pemanfaatan;
d . Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna;
e. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.
(14) Diisi dengan peruntukan pemanfaatan BMN berdasarkan rencana bentuk
pemanfaatan pada kolom 11.
Contoh: sewa space ATM
(15) Diisi dengan jangka waktu rencana pelaksanaan pemanfaatan .
(16) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
(17) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
(18) Diisi nama jabatan penandatangan .
( 19 ) Diisi nama pejabat penandatangan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 80 -
F. Rencana Pemanfaatan Barang Milik Negara Tingkat Wilayah
(18)
(19 )
(tanda tangan)
. . . ( 20)
j
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 81 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I .
(2) Diisi dengan nama kantor wilayah.
(3) Diisi dengan halaman.
(4 a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemanfaatan .
(4b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemanfaatan.
(4 c ) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemanfaatan.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan 20 digit kode satuan kerja.
(7) Diisi dengan nama satuan keija.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9) Diisi dengan uraian nama barang.
(10) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(11) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12) Diisi dengan foto BMN yang akan dimanfaatkan.
(13) Diisi dengan luas rencana pemanfaatan .
(14) Diisi dengan bentuk pemanfaatan ( pilih salah satu):
a. Sewa;
b. Pinjam Pakai;
c. Kerja Sama Pemanfaatan;
d . Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna;
e . Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.
(15) Diisi dengan peruntukan pemanfaatan BMN berdasarkan rencana bentuk
pemanfaatan pada kolom 11.
Contoh: sewa space ATM
(16) Diisi dengan jangka waktu rencana pelaksanaan pemanfaatan .
(17) Diisi dengan informasi lain yang relevan.
(18) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
(19) Diisi nama jabatan penandatangan.
(20) Diisi nama pejabat penandatangan .
l
MENTERi KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 82 -
G. Rencana Pemanfaatan Barang Milik Negara Tingkat Unit Eselon I
(17)
(18 )
(tanda tangan)
( 19)
MENTER! KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 83 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I.
(2) Diisi dengan halaman .
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemanfaatan.
(3b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemanfaatan.
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemanfaatan .
(4) Diisi dengan nomor unit.
(5) Diisi dengan 20 digit kode satuan kerja.
(6) Diisi dengan nama satuan kexja.
( 7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9 ) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(10) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(11) Diisi dengan foto BMN yang akan dimanfaatkan.
(12) Diisi dengan luas rencana pemanfaatan .
( 13) Diisi dengan bentuk pemanfaatan ( pilih salah satu) :
a. Sewa;
b. Pinjam Pakai;
c. Kerja Sama Pemanfaatan;
d. Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna;
e. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.
(14) Diisi dengan peruntukan pemanfaatan BMN berdasarkan rencana bentuk
pemanfaatan pada kolom 11.
Contoh: sewa space ATM
(15) Diisi dengan jangka waktu rencana pelaksanaan pemanfaatan .
(16) Diisi dengan informasi lain yang relevan.
(17) Diisi lokasi dan tanggal disahkan.
(18) Diisi nama jabatan penandatangan .
(19) Diisi nama pejabat penandatangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 84 -
III. Tahun....(3c )
Kode Nama Rencana Pemanfaatan
Kode Uraian Tahun Foto
No NUP Jangka Ket
Satker Satker Barang Barang Perolehan BMN Luas Bentuk Peruntukan
waktu
111
(4 )
121
(5 )
111
(6 )
in
(7 )
151
(8 ) (9 )
izi
(10 )
m
(11 )
m
(12 )
(10)
(13 )
(n)
(14 )
(12)
(15 )
(13)
( 16 )
(17)
Pengguna Barang,
(18 )
(tanda tangan)
(19)
•i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 85 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I.
(2) Diisi dengan halaman.
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemanfaatan .
(3b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemanfaatan .
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemanfaatan.
(4) Diisi dengan nomor unit.
(5) Diisi dengan 20 digit kode satuan kerja.
(6) Diisi dengan nama satuan kerja.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9 ) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
( 10) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(11) Diisi dengan foto BMN yang akan dimanfaatkan.
(12) Diisi dengan luas rencana pemanfaatan.
(13) Diisi dengan bentuk pemanfaatan ( pilih salah satu) :
a. Sewa;
b. Pinjam Pakai;
c. Kerja Sama Pemanfaatan;
d . Bangun Guna Serah atau Bangun Serah Guna;
e. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur.
(14) Diisi dengan peruntukan pemanfaatan BMN berdasarkan rencana bentuk
pemanfaatan pada kolom 11.
Contoh: sewa space ATM
(15) Diisi dengan jangka waktu rencana pelaksanaan pemanfaatan .
(16) Diisi dengan informasi lain yang relevan.
(17) Diisi lokasi dan tanggal disahkan.
(18) Diisi nama jabatan penandatangan .
(19) Diisi nama pejabat penandatangan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 86 -
I . Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat Kuasa Pengguna Barang
UNIT PPB-E I
UNIT WILAYAH : ...(2)
UNIT KPB ...(3) ha\ aman ....(4)
I. TAHUN : ...(5a)
Luas Alasan
Kode Uraian Identitas Tahun Tanah/ Jumlah Bentuk
No NUP Nilai Rencana
Barang Barang Barang Perolehan bangun Barang Pemindahta Ket
Perolehan Pemindah
ngananan
an tanganan
111 HI (4 ) 151 HI (8) (10) (11) (12)
.. .(6 ...(7) ...(8) .. .(9) ...(10) ...(11) . ..(12 ) ...(13) ...(14) ...(15) ...(16 ) ...(17)
1
(18)
Kuasa Pengguna Barang,
(19 )
(tanda tangan)
(20)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 87 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I.
(2) Diisi dengan nama kantor wilayah.
(3) Diisi dengan nama satuan keija.
(4 ) Diisi dengan halaman.
(5a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemindahtanganan .
(5b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemindahtanganan.
(5c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemindahtanganan.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(10) Diisi dengan nomor identitas dan merk barang.
(11) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12 ) Diisi dengan luas tanah / bangunan yang diusulkan pemindahtanganan .
(13) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan pemindahtanganan .
(14) Diisi dengan nilai perolehan barang.
(15) Diisi dengan bentuk pemindahtanganan yang direncanakan (pilih salah
satu) :
a. Penjualan;
b. Tukar menukar;
c. Hibah; atau
d . Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.
( 16) Diisi dengan alasan / urgensi pengusulan pemindahtanganan BMN .
(17) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
( 18) Diisi lokasi dan tanggal disahkan.
(19 ) Diisi nama jabatan penandatangan.
(20) Diisi nama pejabat penandatangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 88 -
J . Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat Wilayah
RENCANA PEMINDAHTANGANAN BMN
TINGKAT WILAYAH
UNIT PPB-E I (1 )
UNIT WILAYAH ...( 2) halaman:... f3J
.
I TAHUN . . .(4a)
Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP Ket
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Pemindahtanganan Pemindahtanganan
ill
(5 )
(3) M (5) 161 (Z1 m (91 (10) (11) (12) (13) (14)
(6 ) (7 ) (8 ) (9 ) (10 ) (11) (12 ) (13 ) ( 14 ) ( 15 ) ( 18 ) (17 ) (18 )
II . TAHUN : .. .( 4b)
Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP Ket
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Pemindahtanganan Pemindahtanganan
111 121 (5 ) (61 J21 (31 191 (10) (11) (12) (13) (14)
(5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9 ) (10 ) (11 ) ( 12 ) ( 13 ) (14 ) (15 ) (16 ) (17 ) ( 18 )
(19)
( 20 )
(tanda tangan)
(21)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 89 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I .
(2) Diisi dengan nama kantor wilayah.
(3) Diisi dengan halaman.
(4a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemindahtanganan .
(4 b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemindahtanganan .
( 4c ) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemindahtanganan .
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan 20 digit kode satker.
(7) Diisi dengan nama satker.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9) Diisi dengan uraian nama barang.
(10) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(11) Diisi dengan nomor identitas dan merk barang.
(12 ) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(13) Diisi dengan luas tanah / bangunan yang diusulkan pemindahtanganan .
(14) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan pemindahtanganan .
(15) Diisi dengan nilai perolehan barang.
( 16) Diisi dengan bentuk pemindahtanganan yang direncanakan ( pilih salah
satu) :
a. Penjualan;
b. Tukar menukar;
c. Hibah; atau
d. Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.
(17) Diisi dengan alasan / urgensi pengusulan pemindahtanganan BMN .
(18) Diisi dengan informasi lain yang relevan.
(19 ) Diisi lokasi dan tanggal disahkan.
(20) Diisi nama jabatan penandatangan .
(21) Diisi nama pejabat penandatangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 90 -
K. Rencana Pemindahtanganan BMN tingkat Unit Eselon I
II . TAHUN : ...(3b)
Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP Ket
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Pemindahtanganan Pemindahtanganan
111
(4 )
iai
(5 )
131
(6 )
141 (5) m in (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
nAZL (8 ) (9 ) (10 ) (11 ) ( 12) (13 ) (14 ) ( 15 ) ( 16 ) (17 )
(18)
(19)
(tanda tangan)
(20)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 91 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I.
(2) Diisi dengan halaman .
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemindahtanganan .
(3b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemindahtanganan .
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemindahtanganan .
(4) Diisi dengan nomor urut.
(5) Diisi dengan 20 digit kode satker.
(6) Diisi dengan nama satker.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(10) Diisi dengan nomor identitas dan merk barang.
(11) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12) Diisi dengan luas tanah / bangunan yang diusulkan pemindahtanganan .
(13) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan pemindahtanganan .
(14) Diisi dengan nilai perolehan barang.
(15) Diisi dengan bentuk pemindahtanganan yang direncanakan (pilih salah
satu):
a. Penjualan;
b. Tukar menukar;
c. Hibah; atau
d. Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.
(16) Diisi dengan alasan / urgensi pengusulan pemindahtanganan BMN .
(17) Diisi dengan informasi lain yang relevan.
(18) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
(19 ) Diisi nama jabatan penandatangan .
(20) Diisi nama pejabat penandatangan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 92 -
L . Rencana Pemindahtanganan Barang Milik Negara Kementerian Keuangan
RENCANA PEMINDAHTANGANAN BMN
KEMENTERIAN KEUANGAN
(18)
Pengguna Barang,
(19 )
(tanda tangan)
( 20 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 93 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I.
(2) Diisi dengan halaman .
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemindahtanganan.
(3b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana pemindahtanganan.
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemindahtanganan.
( 4) Diisi dengan nomor urut.
(5) Diisi dengan 20 digit kode satker.
(6) Diisi dengan nama satker.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9 ) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(10) Diisi dengan nomor identitas dan merk barang.
(11) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12) Diisi dengan luas tanah / bangunan yang diusulkan pemindahtanganan.
(13) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan pemindahtanganan .
(14) Diisi dengan nilai perolehan barang.
(15) Diisi dengan bentuk pemindahtanganan yang direncanakan (pilih salah
satu):
a. Penjualan;
b. Tukar menukar;
c. Hibah; atau
d . Penyertaan Modal Pemerintah Pusat.
(16) Diisi dengan alasan / urgensi pengusulan pemindahtanganan BMN.
(17) Diisi dengan informasi lain yang relevan.
( 18) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
(19 ) Diisi nama jabatan penandatangan .
(20) Diisi nama pejabat penandatangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 94 -
( 17)
Kuasa Pengguna Barang,
(18)
(tanda tangan)
(19)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 95 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I .
(2 ) Diisi dengan nama kantor wilayah.
(3) Diisi dengan nama satuan keija.
(4) Diisi dengan halaman.
(5a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penghapusan.
(5b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penghapusan.
(5c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penghapusan.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9 ) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(10) Diisi dengan nomor identitas dan merk barang.
(11) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12 ) Diisi dengan luas tanah / bangunan yang diusulkan penghapusan.
(13) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan penghapusan .
(14) Diisi dengan nilai perolehan barang.
(15) Diisi dengan alasan / urgensi pengusulan penghapusan BMN .
(16) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
(17) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
(18) Diisi nama jabatan penghapusan.
( 19) Diisi nama pejabat penghapusan .
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBL 1K INDONESIA
- 96 -
N . Rencana Penghapusan BMN tingkat Wilayah
RENCANA PENGHAPUSAN BMN
TINGKAT WILAYAH
UNIT PPB-E I .. . (1 )
UNIT WILAYAH ...( 2) halaman:...('3)
I . TAHUN . ..(4a )
Kode Nama Satker Kode Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Alasan Rencana
No Uraian Barang NUP Ket
Satker Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Penghapusan
111 (4) 1Z1 181 191 (10) (11) (12) (13)
(5 ) (6 ) (7) (8 ) (9 ) (10 ) (11 ) (12 ) (13 ) (14 ) (15 ) (16 ) (17 )
II . TAHUN : .. .( 4b)
Kode Nama Satker Kode Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Alasan Rencana
No Uraian Barang NUP Ket
Satker Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Penghapusan
111 121 131 111 151 151 1Z1 151 151 (10) (11) (12) (13)
(5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9 ) (10 ) (11 ) (12 ) (13 ) ( 14 ) (15 ) ( 16 ) ( 17 )
( 18)
( 19 )
(tanda tangan)
(20)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 97 -
Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi dengan nama unit eselon I.
( 2) Diisi dengan nama kantor wilayah .
(3) Diisi dengan halaman .
(4a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penghapusan .
( 4 b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penghapusan .
(4c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penghapusan .
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan 20 digit kode satker.
(7) Diisi dengan nama satker.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9 ) Diisi dengan uraian nama barang.
(10) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(11) Diisi dengan nomor identitas dan merk barang.
(12 ) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(13) Diisi dengan luas tanah / bangunan yang diusulkan penghapusan .
( 14) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan penghapusan.
(15) Diisi dengan nilai perolehan barang.
( 16) Diisi dengan alasan / urgensi pengusulan pemindahtanganan BMN .
(17) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
(18) Diisi lokasi dan tanggal disahkan.
(19) Diisi nama jabatan penandatangan.
(20) Diisi nama pejabat penandatangan .
/
*
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 98 -
O . Rencana Penghapusan BMN tingkat Unit Eselon I
Kode Nama Satker Kode Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Alasan Rencana
No Uraian Barang NUP Ket
Satker Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Penghapusan
ill HI 13). (4) 151 (6 ) (7) HI HI (10) (11) (12) (13)
(4 ) . - (5) (6 ) (7) (8 ) (9 ) ( 10 ) (11 ) ( 12 ) ( 13 ) ( 14 ) (15 ) (16 )
Kode Nama Satker Kode Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Alasan Rencana
No Uraian Barang NUP Ket
Satker Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Penghapusan
HI 1?1 131 141 151 1Z1 181 HI (10) (11) (12) (13)
(4 ) (5 ) (6 ) (7 ) (9 ) ( 10 ) (11 ) ( 12) (13 ) (14 ) (15 ) (16 )
(17)
(18)
(tanda tangan)
(19 )
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 100 -
P. Rencana Penghapusan Barang Milik Negara Kementerian Keuangan
RENCANA PENGHAPUSAN BMN
KEMENTERIAN KEUANGAN
UNIT PPB-E I : . . .( 1 ) halaman: ...(2 )
I. TAHUN , ..(3a )
Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Bentuk Alasan Rencana
No NUP Ket
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Pemindahtanganan Penghapusan
111 m (31 (4) 151 (61 (7) m (9) (10) (11) (12) (13) (14)
(4) (5 ) (6 ) (7 ) (8 ) (9 ) ( 10 ) ( 11 ) ( 12 ) (13 ) (14 ) (15 ) (16 ) (17 )
(18 )
Pengguna Barang,
(19)
(tanda tangan)
(20)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 101 -
Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi dengan nama unit eselon I .
(2 ) Diisi dengan halaman.
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penghapusan.
(3b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penghapusan.
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penghapusan.
(4) Diisi dengan nomor urut.
(5) Diisi dengan 20 digit kode satker .
(6 ) Diisi dengan nama satker.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan uraian nama barang.
(9 ) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(10) Diisi dengan nomor identitas dan merk barang.
( 1 1) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12 ) Diisi dengan luas tanah / bangunan yang diusulkan penghapusan .
(13) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan penghapusan .
(14) Diisi dengan nilai perolehan barang.
(15) Diisi dengan bentuk penghapusan.
(16) Diisi dengan alasan / urgensi pengusulan penghapusan BMN.
(17) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
(18) Diisi lokasi dan tanggal disahkan .
(19) Diisi nama jabatan penandatangan .
(20) Diisi nama pejabat penandatangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 102 -
Tahun (4 b )
Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan
No NUP SBSK Keterangan Status
Satker Satker Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
(5 ) (6 ) (7) . . . (8 ) ( 9) ( 10 ) (11) (12 ) ( 13) (14 ) ( 15 ) (16 )
Tahun ( 4c )
Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Penggunaan
No NUP SBSK Keterangan Status
Satker Satker Barang Barang Perolehan Bentuk Peruntukan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
(5) (6 ) (7 ) .. .(8 ) (9 ) ( 10) (11) (12 ) (13) (14 ) ( 15 ) ( 16 )
(17 )
Pengguna Barang,
(18)
(tanda tangan)
( 19)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 103 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama unit eselon I.
(2 ) Diisi dengan nama unit wilayah .
(3) Diisi dengan halaman .
(4a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penggunaan.
(4b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penggunaan.
(4c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penggunaan.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan 20 digit kode satuan kerja.
(7) Diisi dengan nama satuan kerja.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9 ) Diisi dengan uraian nama barang.
(10) Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(11) Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12 ) Diisi dengan bentuk penggunaan ( pilih salah satu) :
a. Rencana Penggunaan untuk digunakan sendiri dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi;
b. Rencana Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain;
c. Rencana Penggunaan Sementara BMN ;
d . Rencana Pengalihan Status Penggunaan BMN ;
e. Rencana Utilisasi Penggunaan BMN;
f . Rencana Pengalihan Penggunaan Antar Kuasa Pengguna Barang; atau
g. Rencana Pengalihan Fungsi Penggunaan BMN.
(13) Diisi dengan peruntukan penggunaan BMN berdasarkan rencana bentuk
penggunaan pada kolom 10 .
Contoh: untuk gudang arsip
(14) Diisi dengan luas SBSK existing untuk BMN berupa:
Bangunan gedung kantor, tanah , dan rumah Negara.
Catatan: perhitungan dapat menggunakan aplikasi SIMAN pada plugin
Master Aset.
(15) Diisi dengan informasi lain yang relevan
(16) Diisi dengan status / deskripsi perubahan RP4, misalkan: usulan barn
(untuk yang belum terdapat di RP4 awal) / Batal direncanakan (untuk
yang akan dihapus dari rencana awal) / Perubahan pada kolom ... ( jika
terdapat perubahan pada isian kolom RP4 awal) .
(17) Diisi lokasi dan tanggal disahkan.
(18) Diisi nama jabatan penandatangan.
(19 ) Diisi nama pejabat penandatangan.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 104 -
halaman ...(2)
I. Tahun : ....(3a)
Kode Nama Kode Uraian Tahun Rencana Pemanfaatan
No NUP Foto BMN Ket Status
Satker Satker Barang Barang Perolehan Luas Bentuk Peruntukan Jangka waktu
0) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (10) (11) (12) (13) (14)
. . .( 4 ) ...(5) . . . (6 ) ...(7 ) - ( B) . . . ( 9) ( 10 ) ( 11 ) (12) (13) (14 ) (15 ) (16) (17)
( 18)
Pengguna Barang,
... ( 19)
(tanda tangan)
(20)
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 105 -
Petunjuk Pengisian:
i/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 106 -
S. Perubahan Rencana Pemindahtanganan Barang Milik Negara Kementerian Keuangan
RENCANA PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA
KEMENTERIAN KEUANGAN
UNIT ESELON I : .. . ,(1a )
UNIT WILAYAH ....(1b)
halaman . ..(2)
I. Tahun ( 3a )
(19)
Pengguna Barang,
(20)
(tanda tangan )
(21)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 107 -
Petunjuk Pengisian:
( la)Diisi dengan natna Unit Eselon I .
( lb)Diisi dengan nama Kantor Wilayah ( Korwil) , jika ada.
(2) Diisi dengan urutan halaman .
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana pemindahtanganan.
(3b) Diisi dengan tahun T+2 penyusunan rencana pemindahtanganan.
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana pemindahtanganan.
(4 )Diisi dengan nomor urut rencana.
(5) Diisi dengan kode Satuan Keija / Kuasa Pengguna Barang sesuai pada aplikasi
SIMAN.
(6) Diisi dengan nama Satuan Keija / Kuasa Pengguna Barang.
(7) Diisi dengan kode barang
(8) Diisi dengan uraian barang
(9) Diisi dengan NUP barang
( 10) Diisi dengan Identitas Barang, misalkan: merk atau deskripsi barang
( 11) Diisi dengan tahun perolehan
( 12) Diisi dengan luas BMN yang akan dipindahtangankan
( 13) Diisi dengan jumlah BMN
(14) diisi dengan nilai perolehan BMN
(15) diisi dengan bentuk rencana pemindahtanganan (pilih salah satu) , yaitu:
a. Penjualan;
b. Tukar-menukar;
c. Hibah ; atau
d. Penyertaan Modal Pemerintah
(16) diisi dengan alasan pemindahtangananan, misalkan: rusak berat
( 17) diisi dengan informasi relevan terkait rencana pemindahtanganan
( 18) diisi dengan status / deskripsi perubahan RP4 , misalkan: usulan baru (untuk yang
belum terdapat di RP4 awal) / Batal direncanakan (untuk yang akan dihapus dari
rencana awal) / Perubahan pada kolom ... ( jika terdapat perubahan pada isian kolom
RP4 awal)
( 19) Diisi dengan lokasi, tanggal / bulan / tahun penandatanganan perubahan RP4
(20 ) Diisi nama jabatan penandatangan.
(21) Diisi nama pejabat penandatangan .
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 108 -
T. Perubahan Rencana Penghapusan Barang Milik Negara Kementerian Keuangan
RENCANA PENGHAPUSAN BMN
KEMENTERIAN KEUANGAN
UNIT ESELON I : ....(1a)
UNIT WILAYAH : ....(1b)
halaman: ...(2)
I. TAHUN : ...(3a)
Kode Nama Kode Uraian Identitas Tahun Luas Jumlah Nilai Alasan Rencana
No NUP Ket Status
Satker Satker Barang Barang Barang Perolehan Tanah/bangunan Barang Perolehan Penghapusan
111
(4)
121
(5 )
131
(6 )
111
( 7) (8)
m(9) (7)
(10 )
m
(11)
i?i
(12 )
(10)
(13)
Ob
( 14 )
0 2)
(15)
(13)
(16 )
(14)
(17)
(18 )
Pengguna Barang,
(19)
(tanda tangan)
(20)
j
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 109 -
Petunjuk Pengisian:
( la)Diisi dengan nama Unit Eselon I .
( lb)Diisi dengan nama Kan tor Wilayah ( Korwil) , jika ada.
(2)Diisi dengan urutan halaman.
(3a) Diisi dengan tahun T+ l penyusunan rencana penghapusan .
(3b) Diisi dengan tahun T+ 2 penyusunan rencana penghapusan .
(3c) Diisi dengan tahun T+3 penyusunan rencana penghapusan .
Diisi dengan nomor urut.
( 4)
(5)Diisi dengan 20 digit kode satker.
(6)Diisi dengan nama satker.
(7)Diisi dengan kode barang.
(8)Diisi dengan uraian nama barang.
Diisi dengan nomor urut pendaftaran ( NUP) barang.
(9 )
(10) Diisi dengan nomor identitas dan merk barang.
( 11)Diisi dengan tahun perolehan barang.
(12) Diisi dengan luas tanah / bangunan yang diusulkan penghapusan.
(13) Diisi dengan jumlah barang yang diusulkan penghapusan.
(14) Diisi dengan nilai perolehan barang.
(15) Diisi dengan alasan / urgensi pengusulan penghapusan BMN .
(16) Diisi dengan informasi lain yang relevan .
(17) Diisi dengan status / deskripsi perubahan RP4 , misalkan: usulan barn
(untuk yang belum terdapat di RP4 awal) / Batal direncanakan ( untuk yang
akan dihapus dari rencana awal) / Perubahan pada kolom ... ( jika terdapat
perubahan pada isian kolom RP4 awal) .
(18) Diisi dengan lokasi, tanggal / bulan / tahun penandatanganan perubahan
RP4
(19) Diisi nama jabatan penandatangan.
(20) Diisi nama pejabat penandatangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 110 -
BAB IV
STANDAR SPESIFIKASI DAN STANDAR JUMLAH
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Ill - -
Diketahui jumlah existing Rum ah Negara milik Kementerian Keuangan dari 3 (tiga)
unit Satuan Keija Kementerian Keuangan di wilayah Kabupaten Kudus adalah
sebagai berikut:
Rumah Negara Tipe A: - unit
Rumah Negara Tipe B: - unit
Rumah Negara Tipe C: 3 unit
Rumah Negara Tipe D: 20 unit
Rumah Negara Tipe E: 12 unit
Total Rumah Negara: 35 unit
Perhitungan kebutuhan riil Sarusun harus mempertimbangkan jumlah
existing Rumah Negara milik Kementerian Keuangan yang berada dalam satu
wilayah ( kabupaten / kota) yang sama. Sehingga dengan mengetahui jumlah
kebutuhan Sarusun dan jumlah existing Rumah Negara di Kabupaten Kudus,
dapat dihitung kebutuhan riil Sarusun sebagai berikut:
Tipe Unit Peruntukan Kebutuhan Existing Kebutuhan
Sarusun Rumah riil
Negara
Tipe A Pejabat Eselon I
Tipe B Pejabat Eselon II
Tipe C Pejabat Eselon III 3 3
Tipe D Pejabat Eselon IV 24 20 4
Tipe E Pejabat Eselon V 100 12 88
dan / atau Pelaksana
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 113 -
BAB V
PENGASURANSIAN BMN
NOTA DINAS
NOMOR ND - .... (1)
Yth ... ( 2)
Dari ... (3)
Sifat .. . ( 4 )
Lampiran . .. (5)
Hal Rencana Pengasuransian BMN pada .... (6 ) Tahun .... (7)
Tanggal . . . (8 )
(tanda tangan)
. .. ( U S
Tembusan :
. . . ( 12 )
Y
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 114 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan tujuan nota dinas:
a. Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum ,
dalam hal pihak yang menyampaikan usulan adalah Kuasa
Pengguna Barang; atau
b. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan , dalam hal yang
menyampaikan usulan adalah Sekretaris Unit Eselon
I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum.
(3) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani
usulan.
(4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan nama Satuan Keija atau Unit Eselon I.
(7) Diisi dengan tahun dilaksanakan pengasuransian BMN
(8) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(9) Diisi dengan jumlah BMN yang akan diasuransikan.
(10) Diisi dengan jumlah nilai pertanggungan BMN yang akan
diasuransikan.
(11) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani.
(12) Diisi dengan “Kepala Kantor Wilayah Satuan Kerja setempat" dalam
hal yang mengajukan usulan adalah Kepala Satuan Keija.
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 115 -
Kode KPB : . . . (6 )
Nama KPB : - (4)
. . . ( 2 1)
( tanda tangan )
( 22 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
116
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan jabatan yang mengajukan usulan (Kepala Satuan Kerja /
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum) .
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas Usulan .
(3) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(4) Diisi dengan nomenklatur Satuan Kerja atau Unit Eselon I.
(5) Diisi dengan tahun dilaksanakan pengasuransian BMN .
(6) Diisi dengan kode KPB
(7) Diisi dengan nomor urut.
(8) Diisi dengan kode BMN yang diusulkan untuk diasuransikan .
(9) Diisi dengan nama barang yang diusulkan untuk diasuransikan .
(10) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) BMN yang diusulkan untuk
diasuransikan.
(11) Diisi dengan luas BMN yang diusulkan untuk diasuransikan
(12) Diisi dengan detail lokasi BMN yang diusulkan untuk diasuransikan .
(13) Diisi dengan tahun pembangunan BMN yang diusulkan untuk
diasuransikan.
(14) Diisi dengan nilai perolehan BMN yang diusulkan untuk diasuransikan ,
dalam hal telah dilakukan revaluasi atas BMN tersebut maka diisi
dengan nilai hasil revaluasi.
(15) Diisi dengan risiko yang terdapat pada BMN yang diusulkan untuk
diasuransikan, misalnya BMN tersebut rawan banjir, gempa bumi atau
rawan kebakaran .
(16) Diisi dengan penggunaan dan fungsi atas BMN yang diusulkan untuk
diasuransikan, misalnya digunakan untuk gedung pimpinan atau
terdapat pemanfaatan pada sebagian BMN tersebut.
(17) Diisi dengan jangka waktu yang diusulkan untuk pengasuransian BMN ,
misalnya 1 tahun
(18) Diisi dengan perkiraan besaran premi asuransi terhadap BMN yang
diusulkan untuk diasuransikan.
(19) Diisi dengan pertimbangan usulan pengasuransian BMN, misalnya
gedung rawan roboh karena berada di daerah rawan gempa
(20) Diisi dengan keterangan, antara lain keterangan yang dapat
mempengaruhi keputusan pengasuransian dan kebutuhan
pertanggungan terhadap BMN seperti nilai bangunan tidak termasuk lift
dan pagar yang tercatat terpisah
( 21) Diisi dengan tempat dan tanggal pembuatan usulan rencana
pengasuransian BMN
(22) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
117
C. Surat Pernyataaan
SURAT PERNYATAAN
NOMOR: . . . (1 )
... (9)
(tanda tangan )
.. . (2)
Petunjuk pengisian:
(1 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
( 2 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani .
( 3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani.
(4) Diisi dengan jabatan penandatangan ( Kepala Satuan Kerja atau
Sekretaris Unit Eselon I ) .
( 5) Diisi dengan nama Satuan Kerja atau Unit Eselon I .
(6) Diisi dengan tahun dilaksanakan pengasuransian BMN .
( 7 ) Diisi dengan jumlah BMN yang akan diasuransikan .
(8) Diisi dengan jumlah nilai pertanggunan BMN yang akan diasuransikan
( 9 ) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan
</
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
118
D . Keputusan Penetapan Rencana Pengasuransian BMN
NOMOR .. . (1 )
TENTANG
Ditetapkan di . . . (9)
Pada tanggal . . . ( 10 )
a .n . MENTERI KEUANGAN
KEPALA BIRO MANAJEMEN BARANG
MILIK NEGARA DAN PENGADAAN ,
(tanda tangan)
... ( 11 )
Petunjuk Pengisian
(1) Diisi dengan penomoran Keputusan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan tahun dilaksanakan pengasuransian BMN.
(3) Diisi dengan pertimbangan lain jika ada.
(4) Diisi dengan Peraturan Pemerintah terkait dengan Pengelolaan BMN
(5) Diisi dengan Peraturan Menteri Keuangan terkait dengan
Pengasuransian BMN
(6) Diisi dengan Keputusan Menteri Keuangan tentang Pelimpahan
Wewenang Pengguna Barang Dalam Bentuk Mandat kepada Pejabat di
Lingkungan Kementerian Keuangan .
(7) Diisi dengan jumlah BMN yang akan diasuransikan .
(8) Diisi dengan jumlah nilai pertanggunan BMN yang akan diasuransikan.
(9) Diisi dengan tempat ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan.
(10) Diisi dengan tanggal ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan.
(11) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani.
/
A jrri Jh
38
&
%W
'
'
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 120 -
E. Lampiran Keputusan Penetapan Rencana Pengasuransian BMN
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR .. . (1)
TENTANG PENETAPAN RENCANA PENGASURANSIAN BARANG MILIK NEGARA
KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ... ( 2 )
a. n . MENTERI KEUANGAN
KEPALA BIRO MANAJEMEN BARANG MILIK NEGARA DAN
PENGADAAN ,
(tanda tangan)
- (17)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
121
Petunjuk Pengisian
(1) Diisi dengan penomoran Keputusan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan tahun dilaksanakan pengasuransian BMN .
(3) Diisi dengan nomor urut.
( 4) Diisi dengan kode KPB.
(5) Diisi dengan kode BMN yang diusulkan untuk diasuransikan.
(6) Diisi dengan nama barang yang diusulkan untuk diasuransikan .
(7) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) BMN yang diusulkan untuk
diasuransikan .
(8) Diisi dengan detail lokasi BMN yang diusulkan untuk diasuransikan.
(9) Diisi dengan tahun pembangunan BMN yang diusulkan untuk
diasuransikan.
( 10) Diisi dengan nilai perolehan BMN yang diusulkan untuk diasuransikan ,
dalam hal telah dilakukan revaluasi atas BMN tersebut maka diisi
dengan nilai hasil revaluasi.
(11) Diisi dengan risiko yang terdapat pada BMN yang diusulkan untuk
diasuransikan , misalnya BMN tersebut rawan banjir, gempa bumi atau
rawan kebakaran.
(12) Diisi dengan penggunaan dan fungsi atas BMN yang diusulkan untuk
diasuransikan, misalnya digunakan untuk gedung pimpinan atau
terdapat pemanfaatan pada sebagian BMN tersebut.
(13) Diisi dengan jangka waktu yang diusulkan untuk pengasuransian BMN ,
misalnya 1 tahun .
( 14) Diisi dengan perkiraan besaran premi asuransi terhadap BMN yang
diusulkan untuk diasuransikan.
(15) Diisi dengan pertimbangan usulan pengasuransian BMN , misalnya
gedung rawan roboh karena berada di daerah rawan gempa.
(16) Diisi dengan keterangan, antara lain keterangan yang dapat
mempengaruhi keputusan pengasuransian dan kebutuhan
pertanggungan terhadap BMN seperti nilai bangunan tidak termasuk lift
dan pagar yang tercatat terpisah.
(17) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
122
F. Surat Penyampaian kepada Lost Adjuster
Tembusan:
... (13)
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan tanggal, bulan dan tahun naskah dinas.
(3) Diisi dengan sifat naskah dinas.
(4) Diisi dengan jumlah lampiran naskah dinas.
(5) Diisi dengan perihal naskah dinas.
(6) Diisi dengan tujuan naskah dinas, dalam hal ini nama lost adjuster yang
ditunjuk:
( ) Diisi dengan jenis risiko / bencana yang terjadi.
7
(8) Diisi dengan lokasi atau kabupaten / kota terjadinya risiko / bencana
(9 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(10) Diisi dengan bukti dukung yang dilampirkan
( 1 1) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani.
(12) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani.
(13) Diisi dengan “ Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan”.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 123 -
G . Laporan Pengasuransian BMN
( tanda tangan )
. . . ( 20 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 124 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan “ Kementerian Keuangan” untuk laporan tingkat pengguna
barang atau nama Satuan Kerja untuk laporan tingkat Kuasa Pengguna
Barang.
(2 ) Diisi dengan tahun dilaksanakan pengasuransian BMN .
(3) Diisi dengan “PB” untuk laporan tingkat pengguna barang atau “ KPB”
untuk laporan tingkat Kuasa Pengguna Barang
(4) Diisi dengan kode Pengguna Barang untuk laporan tingkat pengguna
barang atau kode Kuasa Pengguna Barang untuk laporan tingkat Kuasa
Pengguna Barang.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan kode Kuasa Pengguna Barang.
(7) Diisi dengan kode BMN yang diasuransikan .
(8) Diisi dengan nama barang yang diasuransikan .
(9 ) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) BMN yang diasuransikan .
(10) Diisi dengan detail lokasi BMN yang diasuransikan.
( 1 1) Diisi dengan risiko yang diasuransikan atas BMN , misalnya seluruh
risiko atas BMN .
(12 ) Diisi dengan jangka waktu pengasuransian BMN sesuai dengan Polis.
(13) Diisi dengan penyedia pertanggungan risiko atas BMN , misalnya
Konsorsium Asuransi BMN .
(14) Diisi dengan Nilai Pertanggungan BMN yang diasuransikan .
(15) Diisi dengan besaran premi yang dibayarkan untuk pengasuransian
BMN .
( 16) Diisi dengan riwayat pengajuan dan penyelesaian klaim yang pernah
terjadi terhadap BMN yang diasuransikan , misalnya tanggal 1 Nov 2021
klaim disetujui dan telah disetor ke rekening kas umum negara sebesar
Rp800.000.000,00.
( 17) Diisi keterangan lain terkait BMN yang diasuransikan, misalnya masih
dalam proses pembangunan kembali setelah terkena bencana
( 18) Diisi dengan tempat dan tanggal pembuatan laporan pengasuransian
BMN.
( 19) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani.
(20) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani laporan.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 125 -
BAB VI
PENGGUNAAN BMN
NOTA DINAS
NOMOR ND - ... (1)
Yth . (2)
Dari (3)
Sifat (4)
Lampiran (5)
Hal (6 )
Tanggal (7)
a. n. Menteri Keuangan
... ( 15)
(tanda tangan)
... ( 16 )
Tembusan:
1. Menteri Keuangan
2. ... ( 17 )
3. ... ( 18)
4 . ... ( 18)
5. ... (18)
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 126 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan tujuan nota dinas, dalam hal ini kepada Dirjen Kekayaan
Negara / Direktur PKNSI / Kepala Kanwil DJKN / Kepala KPKNL, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan dalam bentuk
mandat kepada pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara.
(3) Diisi dengan Menteri Keuangan .
(4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan perihal nota dinas, contoh :
a. Permohonan Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Negara
pada Kementerian Keuangan c.q. KPP Pratama Jakarta Cempaka
Putih;
b. Permohonan Penggunaan Sementara Barang Milik Negara pada
Kementerian Keuangan c.q. KPP Pratama Klaten Oleh Komisi
Pemilihan Umum;
c. Permohonan Pengalihan Status Penggunaan Barang Milik Negara
dari Kementerian Keuangan c.q. KPP Pratama Yogyakarta kepada
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ;
d . dst.
(7) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN.
(9 ) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara;
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan
(12) Diisi dengan jenis dan luas / kuantitas BMN.
Contoh:
a. sebagian Tanah dan / atau Bangunan seluas 6m2 (enam meter
persegi) ;
b. 2 (dua) unit Sepeda Motor;
c. dst.
(13) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang diusulkan.
(14 ) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
(17) Diisi dengan “Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan “, dalam
hal yang mengajukan usulan adalah selain Kepala Biro Manajemen
BMN dan Pengadaan .
(18) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait.
1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 127 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Usulan Pengguna Barang Kepada Pengelola Barang
Lampiran
Nota Dinas Menteri
Keuangan
W Nomor : ... ( 1)
Tanggal : ... ( 2 )
2
JUMLAH
a . n . Menteri Keuangan
. . . ( 16 )
(tanda tangan)
. . . ( 17 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 128 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. Selain Tanah dan / atau Bangunan.
(4) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(5) Diisi dengan jenis usulan, antara lain: Penetapan Status Penggunaan,
Penggunaan Sementara, Pengalihan Status Penggunaan , Penggunaan
untuk Dioperasikan oleh pihak lain , dst.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan nama barang.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9 ) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(10) Diisi dengan:
a. lokasi BMN, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN berupa selain Tanah
dan / atau Bangunan.
(11) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan, untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan
(12) Diisi dengan:
a. luas dalam m2 (meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah atau
Bangunan; atau
b. dikosongkan, untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan.
(13) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(14) Diisi dengan tahun perolehan.
(15) Diisi dengan informasi penting lainnya, seperti: jangka waktu
Penggunaan BMN Untuk Dioperasikan Pihak Lain / Penggunaan
Sementara / Utilisasi Penggunaan.
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(17) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
t/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 129 -
2. Nota Dinas Usulan Penetapan Status Penggunaan dari Kuasa Pengguna
Barang Kepada Pengguna Barang
NOTA DINAS
NOMOR ND - . . . (1)
Yth. ... ( 2)
Dari ... (3)
Sifat .. . ( 4)
Lampiran ... (5)
Hal Permohonan Penetapan Status Penggunaan Barang Milik
Negara pada Kementerian Keuangan c.q. ... (6 )
Tanggal ... (7)
a . n. Menteri Keuangan
.. . ( 12)
(tanda tangan)
... (13)
Tembusan :
1 . Menteri Keuangan
2. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
3. ... ( 14 )
i/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 130 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan tujuan nota dinas, dalam hal ini kepada pejabat yang
berwenang memberikan persetujuan atas permohonan pengelolaan
BMN , sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan
yang mengatur pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan selaku
Pengguna Barang.
(3) Diisi dengan Menteri Keuangan .
(4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang mengajukan usulan;
(7) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(10) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang diusulkan.
(11) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan.
(12) Diisi dengan nomenklatur jabatan Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(13) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .
(14) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan KPKNL setempat.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 131 -
Lampiran Nota Dinas Usulan Penetapan Status Penggunaan dari Kuasa Pengguna Barang Kepada Pengguna Barang
Lampiran
Nota Dinas Menteri
Keuangan
w Nomor : ... (1)
Tanggal : .. . ( 2 )
AMG
2
JUMLAH
a . n . Menteri Keuangan
... ( 16 )
(tanda tangan)
. . . ( 17 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 132 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. Selain Tanah dan / atau Bangunan.
(4) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(5) Diisi dengan jenis usulan , antara lain: Penetapan Status Penggunaan ,
Penggunaan Sementara, Pengalihan Status Penggunaan , Penggunaan
untuk Dioperasikan oleh pihak lain , dst.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan nama barang.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
( 10) Diisi dengan:
a. lokasi BMN, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN berupa selain Tanah
dan / atau Bangunan .
(11) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan, untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan
(12) Diisi dengan:
a. luas dalam m 2 ( meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah atau
Bangunan; atau
b. dikosongkan , untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan .
(13) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(14) Diisi dengan tahun perolehan .
(15) Diisi dengan informasi penting lainnya, seperti: jangka waktu
Penggunaan BMN Untuk Dioperasikan Pihak Lain / Penggunaan
Sementara / Utilisasi Penggunaan.
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(17) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 133 -
3. Nota Dinas Usulan Kuasa Pengguna Barang ke Pengguna Barang
NOTA DINAS
NOMOR ND - ... (1)
Yth (2)
Dari ( 3)
Sifat ( 4)
Lampiran (5)
Hal (6)
Tanggal .. (7)
(tanda tangan )
... ( 15)
Tembusan :
1 . ... ( 16 )
2. ... ( 17 )
3. ... ( 18)
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 134 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan tujuan nota dinas:
c. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW,
dalam hal pihak yang menyampaikan usulan adalah Satuan Kerja;
atau
d. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan , dalam hal yang
menyampaikan usulan adalah Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW .
(3) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan satuan kerja.
(4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan perihal nota dinas.
(7) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(10) Diisi dengan jenis usulan.
(11) Diisi dengan jenis dan luas / kuantitas BMN.
Contoh:
a. sebagian Tanah dan / atau Bangunan seluas 6 m2 (enam meter
persegi);
b. 2 (dua) unit Sepeda Motor;
c. dst.
(12) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang diusulkan.
(13) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN.
( 14) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan.
( 15) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani.
(16) Diisi dengan " Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan" dalam hal
yang mengajukan usulan selain Kepala Biro Manajemen BMN dan
Pengadaan.
(17) Diisi dengan Kepala Kantor Wilayah Satuan Kerja Setempat.
(18) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait.
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 135 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Usulan Kuasa Pengguna Barang kepada Pengguna Barang
DAFTAR BARANG BERUPA ... ( 4) PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C.Q . ... ( 5 ) YANG DIUSULKAN ... ( 6 )
Dialihfungsikan
Lokasi / Menjadi ( 19 )
Nama Kode Merek / Tipe / Dokumen Tahun Nilai Nama Kode
No. Barang Barang NUP Identitas Kepemilikan Luas Kondisi Perolehan Perolehan Barang Barang Keterangan
1Z1 121 ( 10 ) ( i i) ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15) ( 16 ) M . 121 ( 17)
1
JUMLAH
(tanda tangan )
. . . ( 18 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 136 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi jabatan yang mengajukan usulan ( Kepala Satuan Kerja /
Sekretaris Unit Eselon 1/ Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW) .
( 2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(4 ) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan .
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(6) Diisi dengan jenis usulan , antara lain: Penetapan Status Penggunaan,
Penggunaan Sementara, Pengalihan Status Penggunaan, Penggunaan
untuk Dioperasikan oleh pihak lain, Pengalihan Fungsi BMN dst.
(7) Diisi dengan nomor urut.
(8) Diisi dengan nama barang.
(9 ) Diisi dengan kode barang.
(10) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(11) Diisi dengan:
a. lokasi BMN, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN, untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan .
( 12) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan , untuk dokumen
yang memiliki dokumen kepemilikan
(13) Diisi dengan:
a. luas dalam m2 (meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah dan / atau
Bangunan; atau
b. dikosongkan , untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan.
(14) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(15) Diisi dengan tahun perolehan.
(16) Diisi dengan nilai perolehan.
(17) Diisi dengan informasi penting lainnya, seperti: jangka waktu
Penggunaan BMN Untuk Dioperasikan Pihak Lain / Penggunaan
Sementara / Utilisasi Penggunaan.
(18) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
(19 ) Diisi dengan kode barang dan nama barang setelah dialihfungsikan.
Kolom ini hanya digunakan untuk BMN yang diusulkan untuk
Pengalihan Fungsi.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 137 -
B. Persetujuan Usulan Pengelolaan BMN
1. Nota Dinas Persetujuan Penggunaan Sementara BMN
S
NOTA DINAS
NOMOR ND - ... ( 1)
Yth . . . . ( 2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... ( 3)
Lampiran .. . ( 4)
Sehubungan dengan:
1. Nota Dinas Saudara Nomor ... (8);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (9 );
3. memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan Nomor . .. (10) ; dan
4 . melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor .. . ( 11)
pada prinsipnya kami menyetujui Penggunaan Sementara Barang Milik Negara ( BMN )
berupa ... (12 ) dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp...,00 (. .. rupiah ) ... (13) pada . . . (5)
oleh . .. (6) dengan jangka waktu selama . .. (14) , dengan rincian sebagaimana tercantum dalam
daftar barang pada Lampiran nota dinas ini .
Dalam rangka optimalisasi Penggunaan BMN guna menunjang penyelenggaraan tugas
dan fungsi Kementerian Keuangan dan guna tertib administrasi pengelolaan BMN, agar
Penggunaan Sementara BMN dimaksud dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penggunaan Sementara BMN dilakukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas
dan fungsi ... (6) dan tanpa imbalan.
2. Persetujuan Penggunaan Sementara ini ditindaklanjuti dengan penandatanganan
Perjanjian Penggunaan Sementara , dan serah terima BMN yang dituangkan dalam Berita
Acara Serah Terima ( BAST) .
3. Perjanjian Penggunaan Sementara paling sedikit memuat data BMN, para pihak yang
terikat dalam perjanjian, jangka waktu Penggunaan , hak dan kewajiban para pihak.
4 . Laporan Tindak Lanjut Penggunaan Sementara BMN yang dilampiri Perjanjian
Penggunaan Sementara dan BAST, agar disampaikan kepada Kepala Biro Manajemen BMN
dan Pengadaan dan Sekretaris Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW paling lama
1 (satu ) bulan sejak BAST ditandatangani.
5. Setelah jangka waktu berakhir, BMN tersebut segera diserahkan kembali kepada
Pengguna Barang dan dituangkan dalam BAST Pengembalian BMN, yang tembusannya
disampaikan kepada Pengelola Barang.
6. Laporan Pelaksanaan Penggunaan Sementara BMN disampaikan kepada Kepala Biro
Manajemen BMN dan Pengadaan dan Sekretaris Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW paling lama 1 (satu ) bulan sejak BAST Pengembalian BMN ditandatangani, dengan
melampirkan fotokopi BAST Pengembalian BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 138 -
7. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam nota dinas persetujuan ini, maka
akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
a. n. Menteri Keuangan
.... ( 15)
( tanda tangan )
. . . . ( 16 )
Tembusan:
1. Menteri Keuangan
2. ... (17 )
3. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan
4. ... ( 18)
d
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 139 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan tujuan nota dinas, dalam hal ini kepada pejabat yang
mengajukan permohonan Penggunaan Sementara BMN.
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(6) Diisi dengan nama Kementerian / Lembaga (atau unit pada
Kementerian / Lembaga) yang akan menggunakan sementara.
(7) Diisi dengan tanggal nota dinas Persetujuan Penggunaan Sementara
BMN .
(8) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal dalam Naskah Dinas usulan
Penggunaan Sementara BMN .
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan .
(12) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang dimohonkan
penggunaan sementara.
Contoh:
a. 20 (dua puluh) unit Peralatan Komputer;
b. sebagian Tanah dan / atau Bangunan seluas 6m2 (enam meter
persegi) yang berlokasi di Jalan Dr. Wahidin Raya No. l Jakarta
Pusat;
c. dst.
(13) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang dimohonkan Penggunaan
Sementara.
( 14) Diisi dengan jangka waktu Penggunaan Sementara BMN .
( 15) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang memberikan persetujuan
Penggunaan Sementara BMN.
(17) Diisi dengan Pengguna Barang pada Kementerian / Lembaga lain yang
akan menggunakan sementara, dalam hal persetujuan diterbitkan
oleh selain Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan.
(18) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan KPKNL setempat.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 140 -
Lampiran
Nota Dinas Menteri Keuangan
Nomor : ... (1)
Tanggal : . . . ( 2 )
DAFTAR BARANG PADA KEMENTERLAN KEUANGAN C.Q. ... ( 3 ) YANG DISETUJUI UNTUK DIGUNAKAN SEMENTARA OLEH ... ( 4)
JUMLAH
a. n. Menteri Keuangan
.. . ( 17 )
(tanda tangan)
. . . ( 18 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 141 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2 ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(4) Diisi dengan nama Kementerian / Lembaga (atau unit pada
Kementerian / Lembaga) yang akan menggunakan sementara
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nama barang.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(9) Diisi dengan:
a. lokasi BMN, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan .
( 10) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan , untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan
(11) Diisi dengan:
a. luas dalam m2 (meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah dan / atau
Bangunan; dan
b. dikosongkan , untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan .
( 12 ) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(13) Diisi dengan tahun perolehan .
( 14 ) Diisi dengan nilai perolehan .
( 15) Diisi dengan jangka waktu pelaksanaan Penggunaan Sementara BMN .
(16) Diisi dengan informasi penting lainnya.
(17) Diisi dengan nomenklatur jabatan Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(18) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
persetujuan Penggunaan Sementara BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 142 -
2 . Nota Dinas Persetujuan Utilisasi Penggunaan BMN
NOTA DINAS
NOMOR ND - ... (1)
Yth 1 . . . . (2 )
2 . ... (3)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... ( 4)
Lampiran ... (5)
Hal Persetujuan Utilisasi Penggunaan Barang Milik Negara Pada
... (6) Untuk Digunakan Oleh ... (7)
Tanggal .. . ( 8 )
Sehubungan dengan:
1. Nota Dinas Saudara Nomor ... (9 )
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (10)
3. memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan Nomor . . . ( 11) , dan
4. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (12)
pada prinsipnya kami menyetujui utilisasi penggunaan Barang Milik Negara (BMN ) berupa
... (13) dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp. , . ,00 ( .. . rupiah ) ... (14) pada . .. (6 ) oleh ... (7)
dengan jangka waktu selama . . . (15) , dengan rincian sebagaimana tercantum dalam daftar
barang pada Lampiran nota dinas ini.
Dalam rangka optimalisasi Penggunaan BMN guna menunjang penyelenggaraan tugas
dan fungsi Kementerian Keuangan dan guna tertib administrasi pengelolaan BMN , agar
Utilisasi Penggunaan BMN dimaksud dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Persetujuan ini ditindaklanjuti dengan penandatanganan Perjanjian Utilisasi Penggunaan
BMN antara ... ( 2) dan ... (3) disertai serah terima BMN yang dituangkan dalam Berita
Acara Serah Terima ( BAST) BMN paling lambat 1 (satu ) bulan sejak tanggal nota dinas
persetujuan ini.
2. ... (3) menyampaikan laporan tindak lanjut persetujuan ini kepada Kepala Biro Manajemen
BMN dan Pengadaan dengan disertai BAST BMN .
3. Setelah jangka waktu Utilisasi Penggunaan BMN berakhir, ... (3) menyerahkan kembali
BMN kepada .. . (2 ) yang dituangkan dalam BAST Pengembalian BMN dan ... (2 )
menyampaikan laporan pelaksanaan Utilisasi Penggunaan kepada Kepala Biro Manajemen
BMN dan Pengadaan dengan disertai rencana Penggunaan BMN dan BAST Pengembalian
BMN.
4 . Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam nota dinas persetujuan ini, maka
akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 143 -
Atas perhatian dan keija sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
a. n . Menteri Keuangan
Kepala Biro Manajemen BMN
dan Pengadaan ,
( tanda tangan)
... ( 16)
Tembusan:
1 . Menteri Keuangan
2 . . . . ( 17 )
3. ... ( 18)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 144 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan nomenklatur jabatan jabatan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang menatausahakan BMN.
(3) Diisi dengan nomenklatur jabatan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW yang akan menggunakan BMN .
( 4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan nama Unit Eselon I yang menatausahakan BMN c.q.
nama Satuan Keija.
(7) Diisi dengan nama Unit Eselon I yang akan menggunakan BMN c.q.
nama Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(9) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal nota dinas Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW terkait permohonan
persetujuan utilisasi Penggunaan BMN .
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN.
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
(12) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan .
(13) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang dilakukan utilisasi
Penggunaan .
Contoh:
sebagian Tanah dan / atau Bangunan seluas 6 m2 (enam meter persegi)
yang berlokasi di Jalan Dr. Wahidin Raya No.1 Jakarta Pusat.
(14) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang disetujui untuk
dilakukan utilisasi Penggunaan.
(15) Diisi jangka waktu utilisasi Penggunaan BMN .
(16) Diisi dengan nama pejabat Kepala Biro Manajemen BMN dan
Pengadaan.
(17) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
( 18) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang akan menggunakan BMN .
</
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 145 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Persetujuan Utilisasi Penggunaan BMN
Lampiran
Nota Dinas Menteri Keuangan
Nomor : ... ( 1)
Tanggal : ... (2 )
2
JUMLAH
a . n . Menteri Keuangan
Kepala Biro Manajemen
BMN dan Pengadaan
(tanda tangan)
. . . ( 18 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 146 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan .
(4) Diisi dengan nama Unit Eselon I yang menatausahakan BMN c.q.
nama Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nama Unit Eselon I yang akan menggunakan BMN c.q.
nama Satuan Keija.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan nama barang.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(10) Diisi dengan:
a. lokasi BMN , untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN, untuk BMN berupa selain Tanah
dan / atau Bangunan .
(11) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan , untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan
(12) Diisi dengan:
a. luas dalam m 2 (meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah dan / atau
Bangunan; atau
b. dikosongkan , untuk BMN berupa selain Tanah dan / atau
Bangunan .
(13) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(14) Diisi dengan tahun perolehan.
(15) Diisi dengan nilai perolehan.
(16) Diisi dengan jangka waktu pelaksanaan Utilisasi Penggunaan BMN.
(17) Diisi dengan informasi penting lainnya.
(18) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 147 -
3. Nota Dinas Persetujuan Pengalihan Penggunaan BMN
NOTA DINAS
NOMOR ND - . .. ( 1)
Yth 1. . . . (2)
2. ... (3)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... (4)
Lampiran ... (5)
Hal Persetujuan Pengalihan Penggunaan Barang Milik Negara pada . .. (6) kepada
... (7)
Tanggal •• • ( 8 )
Sehubungan dengan:
1. Nota Dinas Saudara Nomor ... (9) ,
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (10)
3. memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan Nomor . .. (11) , dan
4. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (12)
pada prinsipnya kami menyetujui Pengalihan Penggunaan Barang Milik Negara (BMN) berupa ... (13)
denganjumlah nilai perolehan sebesar Rp... ,00 (... rupiah ) ... (14 ) pada ... (6) kepada ... (7) , dengan rincian
sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran nota dinas ini.
Dalam rangka optimalisasi Penggunaan BMN guna menunjang penyelenggaraan tugas dan fungsi
Kementerian Keuangan dan guna tertib administrasi pengelolaan BMN, agar Pengalihan Penggunaan
BMN dimaksud dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Persetujuan ini ditindaklanjuti dengan serah terima BMN antara ... (2) dan ... (3) yang dituangkan
dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) BMN , paling lambat 1 (satu ) bulan sejak tanggal nota dinas
persetujuan ini.
2. Berdasarkan BAST BMN dimaksud , masing- masing Kuasa Pengguna Barang melakukan perubahan
atas pencatatan pada daftar barangnya sesuai dengan ketentuan di bidang Penatausahaan BMN.
3. ... ( 2 ) dan ... (3) menyampaikan laporan pelaksanaan Pengalihan Penggunaan BMN kepada Kepala
Biro Manajemen BMN dan Pengadaan dengan melampirkan BAST BMN dan printout perubahan daftar
barang bersangkutan.
4. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam nota dinas persetujuan ini , maka akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Atas perhatian dan keija sama Saudara , kami ucapkan terima kasih.
a. n. Menteri Keuangan
Kepala Biro Manajemen BMN dan
Pengadaan ,
(tanda tangan)
... ( 15)
Tembusan:
1 . Menteri Keuangan
2. ... ( 16)
3. ... (17
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 148 -
Petunjuk Pengisian :
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2 ) Diisi dengan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW yang menatausahakan BMN.
(3) Diisi dengan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW yang akan mendapatkan Pengalihan Penggunaan BMN .
(4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan nama Unit Eselon I yang menatausahakan BMN c.q.
nama Satuan Kerja.
(7) Diisi dengan nama Unit Eselon I yang akan menggunakan BMN c.q.
nama Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(9 ) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal nota dinas Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW terkait permohonan
persetujuan pengalihan Penggunaan .
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN .
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
( 12) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(13) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang disetujui pengalihan
penggunaan .
Contoh:
a . 20 (dua puluh) unit Peralatan Komputer;
b. sebagian Tanah dan / atau Bangunan seluas 6 m2 (enam meter
persegi) yang berlokasi di Jalan Dr. Wahidin Raya No. l Jakarta
Pusat;
c. dst
(14) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang disetujui pengalihan
penggunaan.
(15) Diisi dengan nama pejabat Kepala Biro Manajemen BMN dan
Pengadaan .
(16) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
( 17) Diisi dengan nama Satuan Kerja mengajukan permohonan Pengalihan
Penggunaan BMN .
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 149 -
Lampiran
Nota Dinas Menteri Keuangan
? Nomor : .. . ( 1)
Tanggal : ... ( 2 )
... ( 17)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 150 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan.
(4) Diisi dengan nama Unit Eselon I yang menatausahakan BMN c.q.
nama Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nama Unit Eselon I yang menerima Pengalihan
Penggunaan BMN c.q. nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan nama barang.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(10) Diisi dengan:
a. lokasi BMN , untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN, untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan .
(11) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan , untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan
(12) Diisi dengan:
a . luas dalam m2 (meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah dan / atau
Bangunan; atau
b. dikosongkan, untuk BMN berupa selain Tanah dan / atau
Bangunan .
(13) Diisi dengan Kondisi Barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(14) Diisi dengan tahun perolehan .
(15) Diisi dengan nilai perolehan.
(16) Diisi dengan informasi penting lainnya.
(17) Diisi dengan nama pejabat Kepala Biro Manajemen BMN dan
Pengadaan .
4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 151 -
NOTA DINAS
NOMOR ND - .. .. (1)
Yth . . . (2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat (3)
Lampiran (4 )
Hal Persetujuan Pengalihan Fungsi Barang Milik Negara pada ... (5)
Tanggal (6 )
Sehubungan dengan:
1. Nota Dinas Saudara Nomor ... (7) ,
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (8)
3. memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan Nomor . .. (9) , dan
4. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (10)
pada prinsipnya kami menyetujui Pengalihan Fungsi Barang Milik Negara (BMN ) berupa ... (11)
dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp ... ,00 (...rupiah ) ... (12) pada ... (5) , dengan rincian
sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran nota dinas ini.
Dalam rangka optimalisasi Penggunaan BMN guna menunjang penyelenggaraan tugas dan fungsi
Kementerian Keuangan dan guna tertib administrasi pengelolaan BMN , agar Pengalihan Fungsi BMN
dimaksud dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pengalihan Fungsi BMN dilakukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas dan fungsi ... (5)
dan Pengalihan Fungsi BMN tidak dapat dijadikan dasar bagi Kuasa Pengguna Barang dalam
mengajukan usulan penambahan kebutuhan BMN sejenis.
2 . Persetujuan ini ditindaklanjuti dengan melakukan perubahan pencatatan pada daftar barang sesuai
dengan ketentuan di bidang Penatausahaan BMN.
3. Menyampaikan laporan pelaksanaan Pengalihan Fungsi BMN kepada Kepala Biro Manajemen BMN
dan Pengadaan dengan ditembuskan kepada Pengelola Barang.
4. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam nota dinas persetujuan ini, maka akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
(tanda tangan)
.. . (13)
Tembusan:
1 . Menteri Keuangan
2. ... (14)
3. ... (15)
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 152 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
( 2) Diisi dengan tujuan nota dinas, dalam hal ini kepada pejabat yang
mengajukan permohonan Pengalihan Fungsi BMN.
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Unit Eselon I c.q. Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(7) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal nota dinas Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW terkait permohonan persetujuan
Pengalihan Fungsi BMN .
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang menjadi
dasar Penggunaan BMN .
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan .
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(11) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang disetujui pengalihan
fungsinya.
Contoh:
sebagian Tanah dan / atau Bangunan seluas 6 m2 (enam meter persegi) yang
berlokasi di Jalan Dr. Wahidin Raya No. l Jakarta Pusat.
(12) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang disetujui pengalihan
fungsinya.
(13) Diisi dengan nama pejabat Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan.
(14) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Eselon I yang membawahi
Satuan Kerja Kuasa Pengguna Barang yang menatausahakan BMN.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Satuan Keija yang
mengajukan pengalihan fungsi BMN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 153 -
Lampiran
Nota Dinas Menteri Keuangan
Nomor : ... ( 1)
Tanggal : ... (2)
Dialihfungsikan
Lokasi / Menjadi
Nama Kode Merek / Tipe / Dokumen Tahun Nilai Nama Kode
No. Barang Barang NUP Identitas Kepemilikan Luas Kondisi Perolehan Perolehan Barang Barang Keterangan
!§l M 1Z1 181 ( 10 ) ( 1 1) ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15) ( 16 ) ( 17 )
1.
2.
JUMLAH
a. n . Menteri Keuangan
Kepala Biro Manajemen BMN
dan Pengadaan
(tanda tangan)
... ( 18 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 154 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
( 2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan.
(4 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nama barang.
( 7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(9) Diisi dengan:
a. lokasi BMN, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN, untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan .
(10) Diisi dengan dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan , untuk
BMN yang memiliki dokumen kepemilikan
(11) Diisi dengan:
a. luas dalam m2 (meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah dan / atau
Bangunan; dan
b. dikosongkan untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan .
(12) Diisi dengan kondisi barang ( Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(13) Diisi dengan tahun perolehan .
(14) Diisi dengan nilai perolehan.
(15) Diisi dengan nama barang setelah dialihfungsikan .
(16) Diisi dengan kode barang setelah dialihfungsikan.
(17) Diisi dengan informasi lain yang signifikan, seperti alasan Pengalihan
Fungsi BMN , dst.
(18) Diisi dengan nama pejabat Kepala Biro Manajemen BMN dan
Pengadaan .
I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 155 -
5. Surat Persetujuan Penggunaan Sementara BMN Dengan Jangka Waktu
Sampai Dengan 1 (satu ) Bulan
Sehubungan dengan:
1. Surat Saudara Nomor ... (8)
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (9)
3. memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... ( 10) , dan
4. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (11)
pada prinsipnya kami menyetujui Penggunaan Sementara Barang Milik Negara (BMN) berupa ... (12 )
dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp ...,00 (...rupiah ) . . . (13) pada . . . (5) oleh . . . (6) dengan jangka
waktu selama ... (14 ) , dengan rincian sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran surat
ini.
Dalam rangka optimalisasi Penggunaan BMN guna menunjang penyelenggaraan tugas dan
fungsi Kementerian Keuangan dan guna tertib administrasi pengelolaan BMN , agar Penggunaan
Sementara BMN dimaksud dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penggunaan Sementara BMN dilakukan dalam rangka menunjang penyelenggaraan tugas dan
fungsi ... (6 ) dan tanpaimbalan .
2 . Persetujuan Penggunaan Sementara BMN ini ditindaklanjuti dengan penandatanganan Perjanjian
Penggunaan Sementara, dan serah terima BMN yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
(BAST) .
3. Perjanjian Penggunaan Sementara paling sedikit memuat data BMN, para pihak yang terikat dalam
perjanjian , jangka waktu Penggunaan , hak dan kewajiban para pihak.
4. Setelah jangka waktu berakhir , BMN tersebut segera diserahkan kembali kepada Kementerian
Keuangan c.q. ... (5) dan dituangkan dalam BAST Pengembalian BMN.
5. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat persetujuan ini , maka akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih .
(tanda tangan )
... ( 16 )
Tembusan:
1 . Menteri Keuangan
2. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan
3. ... ( 17)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 156 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan tanggal surat.
(3) Diisi dengan sifat surat.
(4) Diisi dengan jumlah lampiran surat.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan nama Kementerian / Lembaga (atau unit pada
Kementerian / Lembaga) yang akan menggunakan sementara.
(7) Diisi dengan tujuan surat, dalam hal ini kepada pejabat dari
Kementerian / Lembaga lain yang mengajukan permohonan
Penggunaan Sementara BMN.
(8) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal dalam Naskah Dinas usulan
Penggunaan Sementara BMN.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan .
(12) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang dimohonkan
penggunaan sementara.
Contoh:
a. 20 (dua puluh ) unit Peralatan Komputer;
b. sebagian tanah dan / atau bangunan seluas 6 m2 (enam meter
persegi) yang berlokasi di Jalan Dr. Wahidin Raya No. l Jakarta
Pusat;
c. dst.
(13) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang dimohonkan Penggunaan
Sementara.
(14) Diisi dengan jangka waktu Penggunaan Sementara BMN.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
persetujuan Penggunaan Sementara BMN.
(17) Diisi dengan nomenklatur jabatan kepala KPKNL setempat.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 157 -
Lampiran Daftar Barang Surat Persetujuan Penggunaan Sementara BMN Dengan Jangka Waktu Sampai Dengan 1 (satu) Bulan
Lampiran
Surat Menteri Keuangan
Nomor : ... (1)
Tanggal : . .. ( 2)
2.
JUMLAH
a. n . Menteri Keuangan
. . . ( 18 )
(tanda tangan)
... ( 19 )
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 158 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan tanggal surat.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan .
( 4) Diisi dengan “Kementerian Keuangan c.q. (nama Satuan Kerja yang
menatausahakan BMN) ”.
(5) Diisi dengan nama Kementerian / Lembaga (atau unit pada
Kementerian / Lembaga) yang akan menggunakan sementara.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan nama barang.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
( 10) Diisi dengan:
a. lokasi BMN, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN berupa selain Tanah
dan / atau Bangunan .
( 11) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan, untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan
(12 ) Diisi dengan:
a. luas dalam m2 ( meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah dan / atau
Bangunan; atau
b. dikosongkan , untuk BMN berupa selain Tanah dan / atau
Bangunan;
(13) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) ;
(14) Diisi dengan tahun perolehan;
(15) Diisi dengan nilai perolehan;
(16) Diisi dengan jangka waktu pelaksanaan Penggunaan Sementara BMN;
(17) Diisi dengan informasi lain yang signifikan;
(18) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(19) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
persetujuan Penggunaan Sementara BMN .
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 159 -
C. Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN
TENTANG
MEMUTUSKAN:
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 160 -
7. ... (13);
Ditetapkan di ... (14)
pada tanggal ... (15)
a . n. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
... ( 16 )
(tanda tangan)
.. . ( 17 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 161 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan pejabat yang menerima pelimpahan kewenangan Menteri
Keuangan selaku Pengguna Barang dalam hal ini Sekretaris Unit
Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW.
(3) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah yang mengatur
pengelolaan BMN .
( 4) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Presiden mengenai
kedudukan, tugas, dan fungsi kementerian negara serta susunan
organisasi, tugas, dan fungsi eselon I kementerian negara.
(5) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai penetapan status penggunaan BMN.
(6) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan
(8) Diisi dengan nomor, tanggal, dan hal Nota Dinas usulan Penetapan
Status Penggunaan BMN dari Kuasa Pengguna Barang.
(9 ) Diisi dengan jumlah dan jenis BMN yang ditetapkan status
penggunaannya.
(10) Diisi dengan nilai BMN yang menjadi objek penetapan status
penggunaan.
(11) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Eselon I terkait.
(12 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan KPKNL terkait.
(13) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan satuan kerja yang
menatausahakan BMN.
(14) Diisi dengan Kota / Kabupaten tempat penetapan .
(15) Diisi dengan tanggal penetapan.
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(17) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
keputusan
Penetapan Status Penggunaan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 162 -
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR
. . . (1) TENTANG PENETAPAN STATUS
PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA PADA
KEMENTERIAN KEUANGAN
DAFTAR BARANG MILIK NEGARA BERUPA SELAIN TANAH DAN / ATAU BANGUNAN YANG DITETAPKAN STATUS PENGGUNAANNYA PADA KEMENTERIAN KEUANGAN
Merek / Tipe /
No. Nama Barang Kode Barang NUP Tahun Perolehan Nilai Perolehan Keterangan
Identitas
a. n . Menteri Keuangan
Republik Indonesia,
... ( 10)
(tanda tangan)
... ( 11)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
163
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan nomor urut.
(3) Diisi dengan nama barang.
(4) Diisi dengan kode barang.
(5) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(6) Diisi dengan merek / tipe / identitas Barang Milik Negara yang
ditetapkan status penggunaannya.
(7) Diisi dengan tahun perolehan.
(8) Diisi dengan nilai BMN yang menjadi objek Penetapan Status
Penggunaan BMN sesuai dengan nilai yang tercatat di dalam dokumen
pengadaan / dokumen perolehan lainnya yang sah .
(9) Diisi dengan keterangan penting lainnya.
(10) Diisi dengan dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan
Menteri Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan
pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(11 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
Keputusan Penetapan Status Penggunaan BMN .
i/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
164
D . Surat Pernyataan
1. Surat Pernyataan
SURAT PERNYATAAN
NOMOR: . .. ( 1 )
(6)
(tanda tangan)
. .. (2)
Petunjuk pengisian:
(1 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan .
(5) Diisi dengan materi pernyataan sesuai kebutuhan .
(6 ) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan.
(
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
165
... ( 5) . . . (6 ) . . . ( 7)
adalah Barang Milik Negara yang dikuasai dan digunakan untuk penyelenggaraan
tugas dan fungsi Kementerian Keuangan c.q. ... (8) .
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar- benamya dalam rangka
permohonan penetapan status penggunaan Barang Milik Negara.
. . . , . . . (9)
(tanda tangan)
... (2)
Petunjuk Pengisian :
( 1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan .
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6 ) Diisi dengan luas tanah .
( 7) Diisi dengan lokasi tanah .
(8 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(9 ) Diisi dengan tempat, tanggal , bulan , dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
166
3. Surat Pernyataan Tanggung Jawab yang Menyatakan Barang Milik Negara
Berupa Bangunan Digunakan dan Dikuasai Kementerian Keuangan
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI
... ( 5) . . . (6 ) ... ( 7)
adalah Barang Milik Negara yang dikuasai dan digunakan untuk penyelenggaraan
tugas dan fungsi Kementerian Keuangan c.q. . .. (8) .
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar- benamya dalam rangka
permohonan penetapan status penggunaan Barang Milik Negara .
.. . , ... (9 )
(tanda tangan)
... (2)
Petunjuk Pengisian :
( 1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
( 3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan .
( 5) Diisi dengan nomor urut.
(6 ) Diisi dengan luas bangunan .
( 7) Diisi dengan lokasi bangunan .
(8 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja .
(9 ) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan .
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
167
dengan ini menyatakan bahwa Barang Milik Negara selain Tanah dan / atau Bangunan
yang memiliki bukti kepemilikan dengan perincian data:
adalah Barang Milik Negara yang dikuasai dan digunakan untuk penyelenggaraan
tugas dan fungsi Kementerian Keuangan c.q. . . . (8) .
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benamya dalam rangka
permohonan penetapan status penggunaan Barang Milik Negara.
. . . , .. . (9)
(tanda tangan)
... (2)
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan.
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan jenis BMN selain Tanah dan / atau Bangunan yang
memiliki bukti kepemilikan , seperti motor, mobil, pesawat, kapal, dll.
(7) Diisi dengan nilai perolehan .
(8) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(9) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan .
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
168
dengan ini menyatakan bahwa Barang Milik Negara selain Tanah dan / atau Bangunan
yang tidak memiliki bukti kepemilikan dengan nilai perolehan ... (5) per unit / satuan
dengan perincian data:
No. Jenis BMN selain Tanah dan / atau Bangunan Nilai Perolehan
adalah Barang Milik Negara yang dikuasai dan digunakan untuk penyelenggaraan
tugas dan fungsi Kementerian Keuangan c.q. ... (9 ) .
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dalam rangka
permohonan penetapan status penggunaan Barang Milik Negara.
. . . ( 10)
(tanda tangan)
... (2)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
169
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan.
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan.
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan .
(5) Diisi dengan:
a. di atas Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah) ; atau
b. sampai dengan Rpl 00.000.000,00 (seratus juta rupiah) .
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan jenis BMN selain Tanah dan / atau Bangunan .
(8) Diisi dengan nilai perolehan .
(9) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(10) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan.
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
170
6. Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Penetapan Status
Penggunaan / Menggunakan Sementara / Menerima Pengalihan
Penggunaan Barang Milik Negara
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI
. . . , . . . (8)
(tanda tangan)
... ( 3)
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan:
a. Menerima Pengalihan Barang Milik Negara;
b. Menggunakan Sementara Barang Milik Negara; atau
c. Menerima Pengalihan Penggunaan Barang Milik Negara.
( 2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan.
(4 ) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan.
(6) Diisi dengan jenis dan identitas BMN .
(7) Diisi nama Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
171
SURAT PERNYATAAN
NOMOR: . .. (1)
... , .. . (6 )
(tanda tangan)
... (2)
Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan .
(5) Diisi nama Satuan Kerja.
(6 ) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
172
E . Surat Keterangan
1. Surat Keterangan Kebenaran Fotokopi Sertipikat
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI
SURAT KETERANGAN
KEBENARAN FOTOKOPI SERTIPIKAT
NOMOR : ... (1 )
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : . . . ( 2)
NIP : . . . (3 )
Jabatan : . . . ( 4)
- , - (H)
(tanda tangan)
... (2)
Petunjuk Pengisian :
( 1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
( 4 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan .
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan jenis dan nomor sertipikat.
Contoh : SHP No. 012 / Desa Sri Martani.
(7) Diisi dengan luas tanah .
(8) Diisi dengan nama pemegang hak dalam sertipikat.
(9 ) Diisi dengan nomor surat ukur / gambar situasi.
( 10 ) Diisi dengan lokasi tanah .
( 11) Diisi dengan tempat , tanggal , bulan , dan tahun pembuatan Surat
Keterangan .
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
173
SURAT KETERANGAN
KEBENARAN FOTOKOPI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN / PERSETUJUAN BANGUNAN
GEDUNG , DOKUMEN PEROLEHAN BANGUNAN , DAN BERITA ACARA SERAH
TERIMA BANGUNAN
NOMOR: ... (1 )
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : . . . (2)
NIP : ... (3)
Jabatan : ... ( 4)
(tanda tangan)
.. . (2)
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
174
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan.
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nomor Izin Mendirikan Bangunan (IMB) / Persetujuan
Bangunan Gedung (PBG) .
(7) Diisi dengan tanggal Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Persetujuan
Bangunan Gedung (PBG) .
(8) Diisi dengan luas bangunan .
(9) Diisi dengan lokasi bangunan .
(10) Diisi dengan nomor dokumen perolehan bangunan.
(11) Diisi dengan tanggal dokumen perolehan bangunan.
(12) Diisi dengan luas bangunan .
(13) Diisi dengan lokasi bangunan .
(14 ) Diisi dengan nomor Berita Acara Serah Terima (BAST) .
(15) Diisi dengan tanggal Berita Acara Serah Terima (BAST) .
(16) Diisi dengan luas bangunan .
(17) Diisi dengan lokasi bangunan .
(18) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan Surat
Keterangan.
r
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
175
3. Surat Keterangan Kebenaran Fotokopi Dokumen Kepemilikan atau Dokumen
Lain Yang Setara Dengan Bukti Kepemilikan Barang Milik Negara Selain Tanah
dan / atau Bangunan
SURAT KETERANGAN
KEBENARAN FOTOKOPI DOKUMEN KEPEMILIKAN ATAU DOKUMEN LAIN YANG
SETARA DENGAN BUKTI KEPEMILIKAN BARANG MILIK NEGARA SELAIN TANAH
DAN / ATAU BANGUNAN
NOMOR: ... (1 )
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : . . . ( 2)
NIP : ... (3)
Jabatan : ... ( 4)
2. fotokopi dokumen lainnya seperti Surat Tanda Nomor Kendaraan atau Berita Acara
Serah Terima terkait perolehan barang untuk Barang Milik Negara selain Tanah
dan / atau Bangunan yang memiliki bukti kepemilikan:
(tanda tangan)
... (2 )
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
176
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
( 2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan .
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nomor dokumen kepemilikan .
( 7) Diisi dengan tanggal dokumen kepemilikan .
(8) Diisi dengan merk / tipe / jenis BMN selain Tanah dan / atau Bangunan
yang mempunyai bukti kepemilikan.
(9) Diisi dengan nomor mesin , untuk kendaraan bermotor.
(10) Diisi dengan nomor rangka, untuk kendaraan bermotor.
(11) Diisi dengan nomor polisi, untuk kendaraan bermotor.
(12 ) Diisi dengan nomor dokumen lainnya.
(13) Diisi dengan tanggal dokumen lainnya.
(14) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan Surat
Keterangan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
177
SURAT KETERANGAN
KEBENARAN FOTOKOPI BERITA ACARA SERAH TERIMA
TERKAIT PEROLEHAN BARANG DAN DOKUMEN LAINNYA
NOMOR: ... (1 )
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : . . . (2)
NIP : . . . (3 )
Jabatan : . . . ( 4)
dengan ini menerangkan bahwa fotokopi Berita Acara Serah Terima terkait perolehan barang
dan dokumen lainnya:
. .. ( 5) ... (6 )
- 7)
(
(tanda tangan)
... (2)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
178
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan.
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
( 4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan .
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nomor Berita Acara Serah Terima (BAST) .
(7) Diisi dengan tanggal Berita Acara Serah Terima (BAST) .
(8) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Keterangan .
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
179
SURAT KETERANGAN
PENGALIHAN FUNGSI BARANG MILIK NEGARA
NOMOR: ... (1 )
Demikian surat keterangan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya
- ( 7)
(tanda tangan)
... (2 )
Petunjuk pengisian:
1. Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
2. Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
3. Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
4. Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan .
5. Diisi dengan tahun penetapan RP4 .
6. Diisi dengan nama Satuan Kerja.
7. Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Keterangan .
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
180
Lampiran
Tanggal ... ( 2 )
Daftar Barang yang Mengalami Perubahan Fungsi
Tahun Fungsi
No. Kode Barang NUP Nama Barang Perolehan Semula Menjadi
J 3L M (6) JZL M (8)
l
2
Dst.
... , ... ( 9)
(tanda tangan)
.. . ( 10)
Petunjuk pengisian:
1. Diisi dengan penomoran naskah dinas unit organisasi.
2. Diisi dengan tanggal surat keterangan.
3. Diisi dengan Nomor Urut
4 . Diisi dengan Kode Barang
5. Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP)
6. Diisi dengan Nama Barang
7. Diisi dengan Tahun Perolehan
8. Diisi dengan Fungsi BMN
9. Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Keterangan.
10. Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
181
F. Laporan
1. Laporan Tindak Lanjut
LAPORAN
TENTANG ... (1)
NOMOR ... (2 )
A. Pendahuluan
( 3)
E. Penutup
( 7)
. . . , . . . (8)
... (9 )
( tanda tangan )
... ( 10)
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
182
Petunjuk pengisian:
(1 ) Diisi dengan judul laporan .
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan , Ruang Lingkup,
Dasar dari kegiatan / hal-hal yang dilaksanakan .
(4) Diisi dengan informasi mengenai tindak lanjut pelaksanaan kegiatan
pengelolaan BMN.
(5) Diisi dengan informasi mengenai hasil tindak lanjut yang
dilaksanakan.
(6) Diisi dengan simpulan dari kegiatan / hal-hal yang telah dilaksanakan
dan saran untuk perbaikan kedepannya.
(7) Diisi dengan kalimat penutup laporan .
(8) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan laporan.
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Laporan.
(10) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Laporan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
183
2 . Laporan Pelaksanaan
LAPORAN
TENTANG ... (1)
NOMOR ... (2 )
A. Pendahuluan
( 3)
E. Penutup
( 7)
. . . , . . . ( 8)
. .. ( 9)
( tanda tangan )
... ( 10 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
184
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan judul laporan .
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan , Ruang Lingkup,
Dasar dari kegiatan / hal-hal yang dilaksanakan.
(4) Diisi dengan informasi mengenai pelaksanaan kegiatan ataupun
progres kegiatan pengelolaan BMN.
(5) Diisi dengan informasi mengenai hasil kegiatan yang dicapai.
(6) Diisi dengan simpulan dari kegiatan / hal-hal yang telah dilaksanakan
dan saran untuk perbaikan kedepannya.
(7) Diisi dengan kalimat penutup laporan.
(8) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan laporan .
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Laporan.
(10) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Laporan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
185
G . Berita Acara
1. Berita Acara Serah Terima
-
Pada hari ini, ... (3) tanggal ... (3) bulan ... (3) tahun ... ( 3) (.. . ... ) ... (3) , kami yang
bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama
Jabatan
dalam hal ini bertindak ... ( 6) berdasarkan ... (7) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA;
2 . Nama : .. . (8 )
Jabatan : ... (9 )
dalam hal ini bertindak ... (10) berdasarkan ... (11) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
KEDUA ,
bahwa berdasarkan ... (12 ) maka kedua belah pihak sepakat untuk melakukan serah terima
... ( 13), dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
PIHAK PERTAMA melakukan penyerahan .. . (13) kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA
menerima penyerahan hak ... (13) dari PIHAK PERTAMA atas ... (14) dengan jumlah nilai
perolehan sebesar Rp..., 00 (... rupiah) (15).
Pasal 2
... (13) sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 digunakan oleh PIHAK ICEDUA dalam rangka . ..
( 16 ) .
Pasal 3
. . . (dan hal-hal lain yang dianggap penting untuk dimasukkan dalam materi berita acara serah
terima)...
Demikian Berita Acara Serah Terima ini dibuat dengan sebenarnya dalam rangkap 2 (dua)
dan ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal tersebut di atas untuk digunakan
sebagaimana mestinya.
. . . (8) . .. ( 4 )
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
186
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan perihal BAST.
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas Unit Organisasi.
(3) Diisi dengan hari, tanggal, bulan, dan tahun serah terima dilaksanakan.
(4) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani berita acara.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menandatangani
Berita Acara Serah Terima.
(6) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan Berita Acara
Serah Terima.
Contoh:
a. untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan; atau
b. selaku Kuasa Pengguna Barang.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai:
a. pelimpahan kewenangan di Lingkungan Kementerian Keuangan, dalam hal
penandatanganan dilakukan untuk dan atas nama Menteri keuangan; atau
b. pelaksanaan pengelolaan BMN di Lingkungan Kementerian Keuangan,
dalam hal penandatanganan dilakukan selaku Kuasa Pengguna Barang.
(8) Diisi dengan nama pihak kedua, antara lain:
a. pejabat yang berwenang menandatangani berita acara dari
Kementerian / Lembaga lain atau Pemerintah Daerah/ Desa;
b. Kuasa Pengguna Barang di Lingkungan Kementerian Keuangan; atau
c. Pihak lain yang merupakan mitra tukar-menukar / penjualan / hibah.
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menandatangani
berita acara dari Kementerian / Lembaga lain, Pemerintah Daerah / Desa, Kuasa
Pengguna Barang di Lingkungan Kementerian Keuangan, atau pihak lainnya.
(10) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan berita
acara.
(11) Diisi dengan dasar kewenangan yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA.
(12) Diisi dengan dokumen yang menjadi dasar adanya serah terima.
(13) Diisi dengan hal yang diserahterimakan.
(14) Diisi dengan objek yang diserahterimakan.
Dalam haljumlah BMN terlalu banyak untuk dideskripsikan satu persatu dapat
disusun dalam bentuk lampiran yang tidak terpisahkan dari Berita Acara Serah
Terima.
(15) Diisi dengan nilai perolehan objek yang diserahterimakan.
(16) Diisi dengan pertimbangan / alasan dilakukannya serah terima BMN.
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
187
Pada hari ini, ... (3) tanggal ... (3) bulan ... (3) tahun .. . (3) ... (3), kami yang
bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama
Jabatan
dalam hal ini bertindak .. . (6) berdasarkan ... (7) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA;
2. Nama : . . . (8 )
Jabatan : ... (9 )
dalam hal ini bertindak ... (10 ) berdasarkan ... (11) , yang selanjutnya disebut sebagai
PIHAK KEDUA,
sehubungan dengan telah berakhirnya jangka waktu Perjanjian ... (12 ) , maka PIHAK
PERTAMA akan mengembalikan BMN milik PIHAK KEDUA, dengan ketentuan sebagai
berikut:
Pasal 1
PIHAK PERTAMA melakukan penyerahan Barang Milik Negara pada Kementerian
Keuangan kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA menerima penyerahan kembali dari
PIHAK PERTAMA berupa ... (13) pada ... (14) dengan jumlah nilai perolehan sebesar
Rp ..., 00 (.. . rupiah) (15) .
Pasal 2
...(dan hal -hal lain yang dianggap penting untuk dimasukkan dalam materi berita acara
serah terima) ...
Demikian Berita Acara Serah Terima Pengembalian BMN ini dibuat dengan sebenarnya
dalam rangkap 2 (dua) dan ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal tersebut
di atas untuk digunakan sebagaimana mestinya.
. . . (8) ... ( 4)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
188
Petunjuk Pengisian:
(1 ) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi Pihak Pertama.
( 2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan hari, tanggal, bulan , dan tahun serah terima
dilaksanakan .
(4 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani berita
acara dari Kementerian / Lembaga / Pemerintah Daerah / Pemerintah
Desa / Pihak Lain yang mengembalikan BMN .
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani berita acara dari Kementerian / Lembaga / Pemerintah
Daerah / Pemerintah Desa / Pihak Lain yang mengembalikan BMN.
(6) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
berita acara.
(7) Diisi dengan dasar kewenangan yang dimiliki oleh PIHAK PERTAMA.
(8) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani berita
acara.
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani berita acara.
(10) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
Berita Acara Serah Terima.
Contoh:
a. untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan , atau
b. selaku Kuasa Pengguna Barang.
(11 ) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai:
a. pelimpahan kewenangan di Lingkungan Kementerian Keuangan,
dalam hal penandatanganan dilakukan untuk dan atas nama
Menteri keuangan, atau
b. pelaksanaan pengelolaan BMN di Lingkungan Kementerian
Keuangan, dalam hal penandatanganan dilakukan selaku Kuasa
Pengguna Barang.
(12) Diisi dengan “Penggunaan BMN " atau “Pemanfaatan BMN ".
(13) Diisi dengan deskripsi BMN yang menjadi objek.
Dalam hal jumlah BMN terlalu banyak untuk dideskripsikan satu
persatu dapat disusun dalam bentuk lampiran yang tidak terpisahkan
dari Berita Acara Serah Terima Pengembalian BMN .
(14) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(15) Diisi dengan jumlah nilai perolehan objek yang diserahterimakan.
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 189 -
H . Perjanjian
PERJANJIAN
ANTARA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DAN
... ( 1)
TENTANG
. . . ( 2)
NOMOR ... (3)
NOMOR ... (3)
Pada hari ini, ... (4 ) tanggal ... (4) bulan ... (4) tahun ... (4 ) ... (4 ) bertempat di ...
(5) , yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama ... ( 6)
Jabatan ... ( 7)
Alamat ... ( 8)
dalam hal ini bertindak . .. (9 ) berdasarkan ... (10) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA.
2. Nama
Jabatan
Alamat
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama ... ( 14) berdasarkan ... ( 15) , yang selanjutnya
disebut sebagai PIHAK KEDUA.
Selanjutnya PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA
PIHAK .
Bahwa PARA PIHAK masing-masing bertindak dalam kedudukannya sebagaimana
tersebut di atas, terlebih dahulu menerangkan bahwa:
a. ... (16 )
b . ... (16 )
Bahwa dalam membuat dan melaksanakan Perjanjian ini, PARA PIHAK memperhatikan
dan mendasarkan pada ketentuan dalam:
1. ... ( 17 ) ;
2 . ... ( 17 ) ;
3 . ... (17) .
PARA PIHAK setuju dan sepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu Perjanjian ... (2)
yang selanjutnya disebut Perjanjian , dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:
y
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 190 -
PASAL 1
OBJEK PERJANJLAN
PIHAK PERTAMA menyerahkan hak... ( 18 ) kepada PIHAK KEDUA , berupa ... (19 ) dengan
data sebagaimana tercantum dalam lampiran Perjanjian ini.
PASAL 2
TUJUAN ATAU PERUNTUKAN
BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan PIHAK KEDUA sebagai ... (20)
sesuai ketentuan perundang- undangan .
PASAL 3
JANGKA WAKTU
( 1) ... ( 21 ) ,
(2) . . . ( 21 ) ,
( 3) ... ( 21) .
PASAL 4
HAK DAN KEWAJIBAN
( 26 )
PASAL ...
PENUTUP
Perjanjian ini mulai berlaku pada tanggal penandatanganannya, dan wajib ditindaklanjuti
dengan Berita Acara Serah Terima Barang Milik Negara antara PIHAK PERTAMA dan
PIHAK KEDUA.
Demikian Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) yang masing-masing dibubuhi
meterai dan mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi masing-masing pihak. Dengan
membubuhkan tanda tangan di bawah ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah
membuat Perjanjian secara sah.
... ( 6) ... ( 1 1)
4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 191 -
Petunjuk Pengisian:
(1 ) Diisi dengan Kementerian / Lembaga, Pemerintah Daerah / Desa, Kuasa
Pengguna Barang di lingkungan Kementerian Keuangan, atau pihak
lain .
(2) Diisi dengan nama perjanjian.
(3) Diisi dengan penomoran sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
Kementerian / Lembaga, Pemerintah Daerah / Desa, Kuasa Pengguna
Barang di lingkungan Kementerian Keuangan, atau pihak lain .
( 4) Diisi dengan hari dan tanggal pembuatan perjanjian .
(5) Diisi dengan tempat penandatanganan perjanjian.
(6) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
perjanjian .
(7) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani perjanjian
(8) Diisi dengan alamat satuan kerja.
(9) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
Berita Acara Serah Terima.
Contoh:
a. untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan , atau
b. selaku Kuasa Pengguna Barang.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai:
a. pelimpahan kewenangan di Lingkungan Kementerian Keuangan,
dalam hal penandatanganan dilakukan untuk dan atas nama
Menteri keuangan, atau
b. pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan, dalam hal penandatanganan dilakukan selaku Kuasa
Pengguna Barang.
(11 ) Diisi dengan nama pihak kedua, antara lain:
a. pejabat yang berwenang menandatangani berita acara dari
Kementerian / Lembaga lain atau Pemerintah Daerah / Desa;
b. Kuasa Pengguna Barang di lingkungan Kementerian Keuangan,
atau pihak lain yang merupakan mitra Penggunaan / Pemanfaatan .
(12) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani berita acara dari Kementerian / Lembaga lain ,
Pemerintah Daerah / Desa, Kuasa Pengguna Barang di lingkungan
Kementerian Keuangan , atau pihak lainnya.
(13) Diisi dengan alamat Kementerian / Lembaga lain, Pemerintah
Daerah / Desa, Kuasa Pengguna Barang di lingkungan Kementerian
Keuangan, atau pihak lainnya.
(14) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
perjanjian.
(15) Diisi dengan dasar kewenangan yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA.
(16) Diisi dengan dasar pertimbangan dilaksanakannya perjanjian .
(17) Diisi dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(18) Diisi dengan “ Penggunaan BMN” atau “ Pemanfaatan BMN” .
(19) Diisi dengan deskripsi BMN yang menjadi objek.
(20) Diisi dengan deskripsi tujuan dan peruntukan dari
Penggunaan / Pemanfataan BMN oleh pihak kedua
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 192 -
4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 193 -
BAB VII
PEMANFAATAN BMN
*
NOTA DINAS
NOMOR ND - ... ( 1 )
Yth . ( 2)
Dari ( 3)
Sifat ( 4)
Lampiran ( 5)
Hal . (6)
Tanggal • (7 )
a. n . Menteri Keuangan
( 15)
(tanda tangan)
... ( 16 )
Tembusan :
1. Menteri Keuangan
2. . . . ( 17 )
3. ... ( 18)
4 ( 18)
a)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 194 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nomor dan kode Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan tujuan nota dinas, dalam hal ini kepada Dirjen Kekayaan
Negara / Direktur PKNSI / Kepala Kanwil DJKN / Kepala KPKNL, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan dalam bentuk
mandat kepada pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara.
(3) Diisi dengan Menteri Keuangan
(4 ) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan perihal nota dinas, contoh:
a. Permohonan Sewa pada Kementerian Keuangan c.q. KPP Pratama
Jakarta Cempaka Putih
b. Permohonan Pinjam Pakai pada Kementerian Keuangan c.q. KPP
Pratama Jakarta Cempaka Putih
c. Permohonan BGS / BSG pada Kementerian Keuangan c.q. KPP
Pratama Jakarta Cempaka Putih
d . Permohonan Penggunaan BMN Untuk Dioperasikan oleh pihak lain
pada Kementerian Keuangan c.q. KPP Pratama Jakarta Cempaka
Putih
(7) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penggunaan BMN .
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara;
( 10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan
( 11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan
( 12 ) Diisi dengan jenis usulan pengelolaan BMN dari Pengguna Barang ke
Pengelola Barang, seperti: “Sewa BMN“
(13) Diisi dengan jenis dan luas / kuantitas BMN, contoh:
a. sebagian Tanah dan / atau Bangunan seluas 6m2 (enam meter
persegi) ;
b. 2 (dua) unit Sepeda Motor;
c. dst.
(14) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang diusulkan .
(15) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan.
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan KMK yang mengatur
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
(17) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .
( 18) Diisi dengan “ Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan", dalam hal
yang mengajukan usulan adalah selain Kepala Biro Manajemen BMN
dan Pengadaan .
(19) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait.
4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 195 -
A . 1 Daftar Barang pada Lampiran Nota Dinas Usulan - Pengguna Barang ke Pengelola Barang
Lampiran
Nota Dinas Menteri
Keuangan
Nomor : ... ( 1)
Tanggal : ... ( 2)
Dokumen
Nama Kode Lokasi / Merek / Tahun Keterangan
No NUP Kepemilikan Luas Kondisi
Barang Barang Tipe / Identitas Perolehan
( 6) (7) ( 8) (9) ( 10 ) ( 11 ) ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15)
1
2
JUMLAH
a. n . Menteri Keuangan
. . . ( 16 )
(tanda tangan)
.. . (17 )
1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 196 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. Selain tanah dan / atau bangunan
(4 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(5) Diisi dengan jenis usulan , antara lain: Pinjam Pakai, BGS / BSG, dst.
(6) Diisi dengan nomor urut;
(7) Diisi dengan Nama Barang;
(8) Diisi dengan Kode Barang;
(9 ) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP);
(10) Diisi dengan:
a. Lokasi BMN , untuk BMN berupa tanah dan / atau bangunan , atau;
b. Merk / Tipe / Identitas BMN, untuk BMN selain tanah dan / atau
bangunan.
(11) Diisi dengan dokumen kepemilikan seperti BPKB, sertifikat dst.
(12) Diisi dengan:
a. Luas dalam m 2 untuk BMN berupa Tanah atau Bangunan) ; atau
b. Dikosongkan , untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan .
(13) Diisi dengan Kondisi Barang (Baik / Rusak Ringan / Risak Berat);
(14) Diisi dengan tahun perolehan;
(15) Diisi dengan informasi penting lainnya, seperti: jangka waktu
Pemanfaatan BMN
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan KMK yang mengatur
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(17) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 197 -
A . 2 Daftar Barang pada Lampiran Nota Dinas Usulan - Pengguna Barang ke Pengelola Barang (Sewa BMN )
Lampiran
Nota Dinas Menteri
Keuangan
Nomor : .... ( 1)
Tanggal : .... (2 )
Lokasi /
Usulan
No
Nama Kode
NUP
Merek / Dokumen Tahun Nilai Pihak Perun- Jangka Perio-
Barang Luas Kondisi Nilai
Barang Tipe / Kepemilikan Perolehan Perolehan Penyewa tukan Waktu desitas
Identitas Sewa
( 5) (6 ) ( 7) ( 8) ( 9) ( 10) ( 1 1) ( 12 ) ( 13) ( 14) ( 15) ( 16) ( 17) ( 18) ( 19 )
1
2
JUMLAH
a. n . Menteri Keuangan
( 20)
(tanda tangan)
( 21 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 198 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. Selain tanah dan / atau bangunan
(4) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan Nama Barang.
(7) Diisi dengan Kode Barang.
(8) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP).
(9) Diisi dengan:
a. lokasi BMN, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN berupa selain Tanah
dan / atau Bangunan .
(10) Diisi dengan dokumen kepemilikan seperti BPKB, sertifikat, dst.
(11) Diisi dengan:
a. luas dalam m2 (meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah atau
Bangunan; atau
b. dikosongkan , untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan .
(12) Diisi dengan Kondisi Barang (Baik / Rusak Ringan / Risak Berat) .
(13) Diisi dengan tahun perolehan.
(14) Diisi dengan nilai perolehan .
(15) Diisi dengan pihak penyewa.
(16) Diisi dengan peruntukan atas barang yang disewakan.
(17) Diisi dengan usulan besaran nilai sewa.
(18) Diisi dengan jangka waktu sewa.
(19 ) Diisi dengan periodisitas sewa.
(20) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan KMK yang mengatur
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(21) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 199 -
B. Surat Keputusan
1. Surat Keputusan Sewa BMN untuk Periodesitas Per Tahun atau Per Bulan
TENTANG
Menimbang : a. bahwa . .. (4 ) melalui surat Nomor ... (5) mengajukan usulan sewa Barang
Milik Negara berupa .. . (2 ) pada ... ( 3) seluas ... (6 ) kepada ...(7);
b. bahwa ... (8) atas nama Menteri Keuangan melalui Nota Dinas Nomor
... (9) telah menyetujui usulan sewa Barang Milik Negara tersebut untuk
jangka waktu selama ... (10) dengan nilai sewa sebesar Rp. .. , 00 (... rupiah )
(11 ) kepada ... (7);
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b serta melaksanakan ... (12 ) dan ... (13) , perlu menetapkan
Keputusan Menteri Keuangan ten tang Sewa Barang Milik Negara Berupa
... ( 2) Pada ... (3);
MEMUTUSKAN :
PERTAMA : Menyatakan tidak keberatan ... ( 4) menyewakan Barang Milik Negara pada . .. (3)
berupa ...(2) seluas . .. (6 ) kepada ... (7) dengan rincian sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Keputusan
Menteri Keuangan ini.
KEDUA : Sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA
dilaksanakan oleh ... (4 ) selaku Kuasa Pengguna Barang.
1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 200 -
ICETIGA : Nilai sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum
PERTAMA ditetapkan sebesar Rp. . . , 00 ( . . . rupiah ) ( 1) .
KEEMPAT : Jangka waktu sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum
PERTAMA selama ... ( 10) .
KELIMA : Penyewa dapat melakukan penerusan sewa kepada pihak ketiga dengan ketentuan
sebagai berikut: *(17).
1. Penerusan sewa dilakukan terhadap kelompok jenis kegiatan usaha bisnis
kepada kegiatan usaha bisnis dan / atau non bisnis;
2. Pemilihan pihak penerima penerusan sewa dilakukan oleh penyewa;
3. Penyewa menyampaikan informasi tertulis kepada Kuasa Pengguna Barang
atas penerusan sewa yang telah dilaksanakan;
4. Pihak penerima penerusan sewa tidak dapat melakukan penerusan sewa BMN
kepada pihak lain;
5. Penerusan sewa hanya dapat dilakukan terhadap BMN dengan periodesitas
tahunan dan uang sewa yang telah dibayar lunas secara sekaligus oleh
Penyewa;
6. Penerusan sewa tidak menghapuskan dan / atau mengalihkan tanggung jawab
penuh penyewaterhadap kewajibannya sebagai penyewa;
7. Jangka waktu penerusan sewa tidak boleh melebihi jangka waktu sewa;
8. Pengguna Barang dapat melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan penerusan sewa, apabila diperlukan.
KEENAM : Pelaksanaan sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum
PERTAMA, dituangkan dalam perjanjian sewa Barang Milik Negara di atas kertas
bermeterai cukup sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang dan pihak penyewa yang sekurang-
kurangnya memuat:
1 . dasar perjanjian;
2. para pihak yang terikat dalam perjanjian;
3. jenis dan luas Barang Milik Negara yang disewakan ;
4. besaran dan jangka waktu sewa, termasuk periodesitas sewa;
5. peruntukan sewa, termasuk kelompok jenis kegiatan usaha dan kategori
bentuk kelembagaan penyewa;
6. tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan pemeliharaan selama
jangka waktu sewa;
7. hak dan kewajiban para pihak;
8. hal lain yang diatur dalam persetujuan sewa Barang Milik Negara dari
Pengelola Barang dan Keputusan Menteri Keuangan ini;
KETUJUH : . . . (7) selaku pihak penyewa melakukan pembayaran uang sewa secara sekaligus
dengan cara menyetor ke Rekening Kas Umum Negara sebagai Penerimaan Negara
Bukan Pajak dengan MAP 423141 Akun Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan
Bangunan paling lambat 2 (dua) hari keija sebelum tanggal penandatanganan
perjanjian sewa Barang Milik Negara.
ICEDELAPAN : Seluruh biaya yang timbul atas pelaksanaan sewa Barang Milik Negara termasuk
tetapi tidak terbatas pada biaya pengamanan dan pemeliharaan Barang Milik
Negara yang disewa dibebankan kepada pihak penyewa.
KESEPULUH : Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan Menteri Keuangan ini, akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Salinan Keputusan Menteri Keuangan ini disampaikan kepada:
1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan ;
2. Menteri Keuangan;
3. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan selaku Pengguna Barang;
4. Inspektur Jenderal, Kementerian Keuangan;
5. Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan selaku Pengelola
Barang;
6 . Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan , Kementerian
Keuangan ;
7. Kepala Biro Hukum, Kementerian Keuangan;
8. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan , Kementerian Keuangan ;
9. ( Sekretaris Inspektorat Jenderal / Sekretaris Direktorat Jenderal.../ Sekretaris
Badan.../ Kepala Biro Umum ), Kementerian Keuangan,-
10. Kepala Kantor Wilayah .. . (18) ;
11. . . . ( 8) ;
12. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ... (18) ;
13. ... (5) .
Ditetapkan di ... ( 19 )
pada tanggal .... ( 19 )
an. Menteri Keuangan
Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan
( tanda tangan )
. . . ( 20 )
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 202 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan jenis Barang Milik Negara yang disewakan.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(4 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nomor, tanggal dan perihal surat usulan sewa Barang Milik
Negara.
(6) Diisi dengan luas / kuantitas BMN yang disewakan.
(7) Diisi dengan pihak penyewa.
(8) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menerbitkan
persetujuan sewa Barang Milik Negara.
(9 ) Diisi dengan nomor, tanggal dan perihal surat persetujuan sewa Barang Milik
Negara dari Pengelola Barang.
(10) Diisi dengan jangka waktu penyewaan Barang Milik Negara sesuai
persetujuan sewa Barang Milik Negara dari Pengelola Barang.
(11) Diisi dengan jumlah nilai sewa Barang Milik Negara sesuai persetujuan sewa
Barang Milik Negara dari Pengelola Barang.
(12 ) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(13) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan .
(14) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai pengelolaan
BMN .
(15) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Presiden mengenai kedudukan,
tugas, dan fungsi kementerian negara serta susunan organisasi, tugas, dan
fungsi Eselon I Kementerian Negara.
(16) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
mengenai Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara.
(17) Dicantumkan dalam hal terdapat penerusan sewa yang sudah direncanakan
sejak awal.
(18) Diisi dengan Kantor Wilayah Unit Eselon I bersangkutan dan Kan tor
Pelayanan Perbendaharaan Negara yang wilayah kerjanya melingkupi lokasi
Kuasa Pengguna Barang yang mengajukan usulan.
(19) Diisi dengan lokasi dan tanggal penandatanganan.
(20) Diisi dengan nama lengkap pejabat yang berwenang menandatangani
keputusan sewa Barang Milik Negara.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 203 -
Lampiran Daftar Barang Keputusan Sewa BMN untuk Periodesitas Per Tahun atau Per Bulan
LAM PI RAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR ... (1)
TENTANG ... ( 2 )
1?
PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C. Q. ... ( 3 ) YANG DILAKUKAN PEMANFAATAN DALAM BENTUK SEWA
Luas BMN
Jangka Nilai
No Jenis Barang Kode Barang NUP Lokasi yang Periodesitas Penyewa
Waktu Sewa
Disewakan
(4) ( 5) (6) ( 7) ( 8) (9 ) ( 10 ) ( 11 ) ( 12 ) ( 13)
1
2
an. Menteri Keuangan
Kepala Biro Manajemen Barang
Milik Negara dan Pengadaan
( tanda tangan )
... ( 14 )
0
MENTER 1 KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 204 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2 ) Diisi dengan judul sebagaimana tercantum dalam Keputusan Sewa.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(4) Diisi dengan nomor urut BMN yang disewakan .
(5) Diisi dengan jenis BMN .
(6) Diisi dengan kode BMN .
(7) Diisi dengan NUP BMN .
(8) Diisi dengan lokasi BMN.
(9 ) Diisi dengan luas BMN yang disewakan .
(10) Diisi dengan jangka waktu sewa.
(11) Diisi dengan periodesitas sewa.
(12 ) Diisi dengan nilai sewa masing- masing BMN .
(13) Diisi dengan nama penyewa BMN
(14) Diisi dengan nama lengkap pejabat yang berwenang menandatangani
keputusan sewa Barang Milik Negara.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 205 -
2 . Surat Keputusan Sewa BMN untuk Periodesitas Per Hari atau Per Jam
TENTANG
Menimbang : a. bahwa ... ( 4) melalui surat Nomor ... (5) tanggal .. . (5) mengajukan usulan sewa
Barang Milik Negara berupa ... (3) pada ... (4 );
b. bahwa . .. (6 ) atas nama Menteri Keuangan melalui Nota Dinas Nomor. .. (7 ) tanggal
.. . ( 7) telah menyetujui usulan sewa Barang Milik Negara tersebut untuk jangka
waktu selama ... (8) ;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b serta melaksanakan ...(9) dan ... (10) , perlu menetapkan Keputusan
Menteri Keuangan tentang Sewa Barang Milik Negara Berupa ... (3) Pada ...(4);
MEMUTUSKAN :
PERTAMA : Menyatakan tidak keberatan ... (4 ) menyewakan Barang Milik Negara pada ... ( 3)
berupa ... (2 ) dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Keputusan Menteri Keuangan ini.
KEDUA : Sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA
dilaksanakan oleh ... (4 ) selaku Kuasa Pengguna Barang.
•i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 206 -
KETIGA : Nilai sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA
ditetapkan dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dalam Keputusan Menteri Keuangan ini.
KEEMPAT : Jangka waktu sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum
PERTAMA selama ... (8) .
KELIMA : Penyewa dapat melakukan penerusan sewa kepada pihak ketiga dengan ketentuan
sebagai berikut: * (14) .
1. Penerusan sewa dilakukan terhadap kelompok jenis kegiatan usaha bisnis
kepada kegiatan usaha bisnis dan / atau non bisnis;
2. Pemilihan pihak penerima penerusan sewa dilakukan oleh penyewa;
3. Penyewa menyampaikan informasi tertulis kepada Kuasa Pengguna Barang atas
penerusan sewa yang telah dilaksanakan;
4 . Pihak penerima penerusan sewa tidak dapat melakukan penerusan sewa BMN
kepada pihak lain;
5. Penerusan sewa hanya dapat dilakukan terhadap BMN dengan periodesitas
tahunan dan uang sewa yang telah dibayar lunas secara sekaligus oleh Penyewa;
6. Penerusan sewa tidak menghapuskan dan / atau mengalihkan tanggung jawab
penuh penyewaterhadap kewajibannya sebagai penyewa;
7. Jangka waktu penerusan sewa tidak boleh melebihi jangka waktu sewa;
8. Pengguna Barang dapat melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan penerusan sewa, apabila diperlukan .
KEENAM : Pelaksanaan sewa Barang Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Diktum
PERTAMA , dituangkan dalam peijanjian sewa Barang Milik Negara di atas kertas
bermeterai cukup sesuai ketentuan Peraturan Perundang- undangan yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Barang dan pihak penyewa yang sekurang-
kurangnya memuat:
1. dasar perjanjian;
2. para pihak yang terikat dalam perjanjian;
3. jenis dan luas Barang Milik Negara yang disewakan;
4 . besaran dan jangka waktu sewa, termasuk periodesitas sewa;
5. peruntukan sewa, termasuk kelompok jenis kegiatan usaha dan kategori bentuk
kelembagaan penyewa;
6. tanggung jawab penyewa atas biaya operasional dan pemeliharaan selama
jangka waktu sewa;
7. hak dan kewajiban para pihak;
8. hal lain yang diatur dalam persetujuan sewa Barang Milik Negara dari Pengelola
Barang dan Keputusan Menteri Keuangan ini;
KETUJUH : Pihak penyewa melakukan pembayaran uang sewa secara sekaligus dengan cara
menyetor ke Rekening Kas Umum Negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak
dengan MAP 423141 Akun Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan Bangunan
sebelum tanggal penandatanganan perjanjian sewa Barang Milik Negara.
KEDELAPAN : Seluruh biaya yang timbul atas pelaksanaan sewa Barang Milik Negara termasuk
tetapi tidak terbatas pada biaya pengamanan dan pemeliharaan Barang Milik Negara
yang disewa dibebankan kepada pihak penyewa.
KESEPULUH : Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Keputusan Menteri Keuangan ini, akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Salinan Keputusan Menteri Keuangan ini disampaikan kepada:
1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Menteri Keuangan;
3. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan selaku Pengguna Barang;
4. Inspektur Jenderal, Kementerian Keuangan;
5. Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan selaku Pengelola
Barang;
6 . Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan, Kementerian
Keuangan;
7. Kepala Biro Hukum, Kementerian Keuangan;
8. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan , Kementerian Keuangan ;
9. ( Sekretaris Inspektorat Jenderal / Sekretaris Direktorat Jenderal.../ Sekretaris
Badan.. ./ Kepala Biro Umum ), Kementerian Keuangan, -
10. Kepala Kantor Wilayah . . . (15) ;
11. ... ( 7) ;
12. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ... (15) ;
13. ... ( 5) .
( tanda tangan )
...( 17 )
f/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 208 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan
(2 ) Diisi dengan jenis Barang Milik Negara yang disewakan .
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
( 4) Diisi dengan nomenklatur jabatan Kepala Satuan Kerja, misalnya: “ Kepala
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cakung Satu”.
(5) Diisi dengan nomor dan tanggal surat usulan sewa Barang Milik Negara.
(6) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menerbitkan
persetujuan sewa Barang Milik Negara.
(7) Diisi dengan nomor dan tanggal surat persetujuan sewa Barang Milik
Negara dari Pengelola Barang.
(8) Diisi dengan jangka waktu penyewaan Barang Milik Negara sesuai
persetujuan sewa Barang Milik Negara dari Pengelola Barang.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah yang mengatur
mengenai Pengelolaan Barang Milik Negara.
(12) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Presiden yang mengatur
mengenai Kedudukan , Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara.
(13) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
mengatur mengenai Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik
Negara.
(14) Dicantumkan dalam hal terdapat penerusan sewa yang sudah
direncanakan sejak awal.
(15) Diisi dengan Kantor Wilayah Unit Eselon I bersangkutan dan Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara yang wilayah kerjanya melingkupi
lokasi Kuasa Pengguna Barang yang mengajukan usulan .
(16) Diisi dengan tanggal penandatanganan .
(17) Diisi dengan nama lengkap pejabat yang berwenang menandatangani
keputusan sewa Barang Milik Negara.
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLiK INDONESIA
- 209 -
Lampiran Daftar Barang Keputusan Sewa BMN untuk Periodesitas Per Hari atau Per Jam
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
3* NOMOR ... (1)
TENTANG . .. ( 2 )
Luas BMN
No Jangka Nilai
Jenis Barang Kode Barang NUP Lokasi yang Periodesitas Keterangan
Waktu Sewa
Disewakan
(4) (5) ( 6) (7) ( 8) (9) ( 10 ) ( 11) ( 12 ) (13)
1
2
a. n . Menteri Keuangan
Kepala Biro Manajemen Barang Milik
Negara dan Pengadaan
( tanda tangan )
... ( 14)
4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 210 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan judul sebagaimana tercantum dalam Keputusan Sewa.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(4 ) Diisi dengan nomor urut BMN yang disewakan.
(5) Diisi dengan jenis BMN.
(6) Diisi dengan kode BMN .
( 7) Diisi dengan NUP BMN.
(8) Diisi dengan lokasi BMN .
(9 ) Diisi dengan luas BMN yang disewakan.
(10) Diisi dengan jangka waktu sewa.
(11) Diisi dengan periodesitas sewa.
(12) Diisi dengan nilai sewa masing-masing BMN.
(13) Diisi dengan keterangan tambahan yang diperlukan .
(14) Diisi dengan nama lengkap pejabat yang berwenang menandatangani
keputusan sewa Barang Milik Negara.
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 211 -
C . Surat Pernyataan
SURAT PERNYATAAN
NOMOR: .. . (1 )
- (6)
.... ttd .
. . . ( 2)
Petunjuk pengisian :
(1 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi .
(2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
( 4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan
( 5) Diisi dengan materi pernyataan sesuai dengan kebutuhan .
(6) Diisi dengan tempat, tanggal , bulan , dan tahun surat ditandatangani.
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 212 -
SURAT PERNYATAAN
NPWP ...( 4)
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa saya selaku penyewa BMN berupa... (5) bersedia
menjaga dan memelihara BMN yang saya sewa dan tidak akan menyewakan kepada pihak lain
serta mematuhi peijanjian dan mengikuti ketentuan yang berlaku selama jangka waktu Sewa.
Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
... (6) ,
(tanda tangan)
. . . ( 2)
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama calon penyewa.
(2) Diisi dengan jabatan calon penyewa.
(3) Diisi dengan alamat calon penyewa.
( 4) Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak calon penyewa.
(5) Diisi dengan jenis / identitas BMN yang disewa.
(6) Diisi dengan Kota / Kabupaten dan tanggal surat ditandatangani.
1)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 213 -
3. Surat Pernyataan Kesediaan Menerima Besaran Sewa Yang Ditetapkan Oleh
Pengguna Barang / Pengelola Barang Dari Calon Penyewa.
SURAT PERNYATAAN
NPWP . . . (4)
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa saya selaku penyewa BMN berupa ... (5) bersedia
memenuhi tarif sewa dari Pengelola Barang sesuai dengan surat Kepala / Direktur... (6 ) tanggal . . . (7 )
hal. . . (8 ) sesuai ketentuan yang berlaku. U
Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
... (9) ,
( tanda tangan)
... (2)
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama calon penyewa.
(2) Diisi dengan jabatan calon penyewa.
(3) Diisi dengan alamat calon penyewa.
( 4) Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak.
(5) Diisi dengan BMN yang disewakan .
(6) Diisi dengan nama unit Pengelola Barang (Direktur Jenderal Kekayaan
Negara / Direktur PKNSI / Kepala Kantor Wilayah DJKN / Kepala KPKNL)
yang berwenang menerbitkan persetujuan Sewa BMN
(7) Diisi dengan tanggal surat persetujuan Sewa BMN.
(8) Diisi dengan hal surat persetujuan Sewa BMN .
(9) Diisi dengan Kota / Kabupaten dan tanggal surat ditandatangani.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 214 -
D . Surat Keterangan Kebenaran Fotokopi Dokumen
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI
SURAT KETERANGAN
NOMOR. . . ( l )
NIP -(3)
Jabatan . . . ( 4)
. .. ( 5)
(tanda tangan)
. . . (2)
Petunjuk pengisian:
(1) Diisi dengan kepala naskah dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan penomoran naskah dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan.
(4) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan .
(6) Diisi dengan tempat, tanggal bulan dan tahun surat ditandatangani.
1)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 215 -
E. Laporan
1. Laporan Tindak Lanjut
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI
LAPORAN
TENTANG .. . (1)
NOMOR ... ( 2 )
A. Pendahuluan
(3)
E. Penutup
(7)
. . . (8 )
(9)
( tanda tangan )
(10)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 216 -
Petunjuk pengisian:
(1) Diisi dengan judul laporan.
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan , Ruang Lingkup, Dasar
dari kegiatan / hal- hal yang dilaksanakan.
(4 ) Diisi dengan informasi mengenai tindak lanjut pelaksanaan kegiatan
pengelolaan BMN .
(5) Diisi dengan informasi mengenai hasil tindak lanjut yang dilaksanakan.
(6) Diisi dengan simpulan dari kegiatan / hal-hal yang telah dilaksanakan dan
saran untuk perbaikan kedepannya.
(7) Diisi dengan kalimat penutup laporan .
(8) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan laporan.
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Laporan .
(10 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Laporan
P
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 217 -
2. Laporan Pelaksanaan
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI
LAPORAN
TENTANG . . . ( 1)
NOMOR (2 )
A. Pendahuluan
( 3)
E. Penutup
( 7)
- (8)
(9 )
( tanda tangan )
( 10)
1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 218 -
Petunjuk pengisian:
(1) Diisi dengan judul laporan .
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Ruang Lingkup, Dasar
dari kegiatan / hal-hal yang dilaksanakan.
(4) Diisi dengan informasi mengenai pelaksanaan kegiatan ataupun progres
kegiatan pengelolaan BMN .
(5) Diisi dengan informasi mengenai hasil kegiatan yang dicapai.
(6) Diisi dengan simpulan dari kegiatan / hal-hal yang telah dilaksanakan dan
saran untuk perbaikan kedepannya.
(7) Diisi dengan kalimat penutup laporan.
(8) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan laporan .
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Laporan .
(10) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Laporan .
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 219 -
3. Laporan Pelaksanaan Sewa
NOTA DINAS
NOMOR ND-. .. ( 1 )
Yth. •••(2)
Dari ... (3)
Sifat ... ( 4)
Lampiran •• (5)
Hal Laporan Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara Berupa... (6 ) pada ... (7)
Tanggal . . . ( 8)
( tanda tangan )
. . . (18 )
Tembusan :
... ( 19 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 220 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan tujuan penyampaian laporan , yaitu:
a. Pengelola Barang c.q. (Direktur Jenderal Kekayaan Negara / Direktur
PKNSI / Kepala Kantor Wilayah DJKN / Kepala KPKNL) ; dan
b. Pengguna Barang c.q. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan.
(3) Diisi dengan pengirim Naskah Dinas, dalam hal ini kepala Satuan Kerja
yang menatausahakan BMN.
(4) Diisi dengan sifat Nota Dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran Nota dinas.
(6) Diisi dengan BMN yang disewakan .
Contoh: sebagian tanah dan bangunan
(7) Diisi dengan nama satuan kerja.
(8) Diisi dengan tanggal Nota Dinas.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemanfaatan Barang Milik Negara;
( 10) Diisi dengan Nomor dan judul salinan Keputusan sewa BMN .
( 11) Diisi dengan luas BMN yang disewakan
( 12) Diisi dengan pihak yang menyewa BMN.
(13) Diisi dengan peruntukan sewa BMN.
(14) Diisi dengan nilai sewa BMN.
(15) Diisi dengan jangka waktu sewa.
(16) Diisi dengan tanggal mulai sampai dengan tanggal berakhir sewa BMN.
( 17) Diisi dengan nomor Peijanjian Sewa BMN.
( 18) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Nota Dinas.
( 19) Diisi dengan nama jabatan Pejabat Pimpinan Sekretaris Unit Eselon
1/ Kepala Kanwil yang membawahi unit kerja Kuasa Pengguna Barang.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 221 -
4. Laporan Perkembangan Sewa
NOTA DINAS
NOMOR ND-... ( 1)
Yth. .. . (2 )
Dari • •• (3)
Sifat ... (4)
Lampiran ...(5)
Hal Laporan Perkembangan Sewa Barang Milik Negara Berupa...(6 ) pada... (7)
Tanggal .. . (8 )
bersama ini kami sampaikan laporan perkembangan Sewa Barang Milik Negara berupa ... (6 ) seluas
... ( 11) kepada ... (12) untuk ... ( 13) sebesar ... (14 ) pada ... (7) selama ... (15) terhitung mulai ... ( 16 ).
Selanjutnya dapat kami sampaikan bahwa kondisi BMN dalam keadaan baik dan penyewa
BMN telah memenuhi semua kewajibannya. Dalam hal apabila akan dilakukan perpanjangan Sewa
BMN , kami akan segera menyampaikan usul perpanjangan Sewa BMN kepada Pengelola Barang
paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum jangka waktu Sewa BMN berakhir.
Bersama dengan nota dinas ini, terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai berikut:
1. foto BMN yang disewakan
2. fotokopi Keputusan Pelaksanaan Sewa BMN ... ( 10);
3. fotokopi Perjanjian Sewa BMN ... (17) , serta adendum ( jika ada) ;
4. dokumen pencatatan Sewa BMN ( jika ada ) ; dan
5. bukti setor ke rekening Kas Umum Negara ( jika belum disampaikan ) .
( tanda tangan )
... ( 18)
Tembusan :
... ( 19)
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 222 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan tujuan penyampaian laporan , yaitu:
a. Pengelola Barang c.q. (Direktur Jenderal Kekayaan Negara / Direktur
PKNSI / Kepala Kantor Wilayah DJKN / Kepala KPKNL); dan
b. Pengguna Barang c.q. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan.
(3) Diisi dengan pengirim Naskah Dinas, dalam hal ini kepala Satuan Kerja
yang menatausahakan BMN .
(4) Diisi dengan sifat Nota Dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran Nota dinas.
(6 ) Diisi dengan BMN yang disewakan .
Contoh: sebagian tanah dan bangunan
(7) Diisi dengan nama satuan kerja.
(8) Diisi dengan tanggal Nota Dinas.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemanfaatan Barang Milik Negara;
(10) Diisi dengan Nomor dan judul salinan Keputusan sewa BMN.
(11) Diisi dengan luas BMN yang disewakan
(12) Diisi dengan pihak yang menyewa BMN .
(13) Diisi dengan peruntukan sewa BMN .
(14 ) Diisi dengan nilai sewa BMN .
(15) Diisi dengan jangka waktu sewa.
(16) Diisi dengan tanggal mulai sampai dengan tanggal berakhir sewa BMN .
(17) Diisi dengan nomor Perjanjian Sewa BMN .
(18) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Nota Dinas.
(19) Diisi dengan nama jabatan Pejabat Pimpinan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Kanwil yang membawahi unit kerja Kuasa Pengguna Barang.
1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 223 -
5. Laporan Berakhirnya Sewa
NOTA DINAS
NOMOR ND- .. . ( 1)
Yth. . . . (2)
Dari ... ( 3)
Sifat .. . (4 )
Lampiran ... (5)
Hal Laporan Berakhirnya Sewa Barang Milik Negara Berupa ... (6 ) Pada
... (7 )
Tanggal : ... (8)
Sehubungan dengan hal di atas:
1 . berpedoman pada ... (9 ) ; dan
2. melaksanakan Keputusan Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan Nomor
. . . ( 10 ) ,
bersama ini kami bahwa pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara berupa ... (6) seluas
... (11) kepada ... (12 ) untuk ... (13) sebesar ... (14) pada ... (7) telah berakhir pada tanggal ... (15) .
Bersama dengan surat ini, terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai berikut:
1. fotokopi BAST Pengembalian BMN ;
2. dokumen pencatatan Sewa BMN ( jika ada); dan
3. bukti setor ke rekening Kas Umum Negara ( jika belum disampaikan ) .
Atas perhatian Bapak / Ibu, kami ucapkan terima kasih .
( tanda tangan )
. . . ( 16 )
Tembusan :
... ( 17 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 224 -
Petunjuk Pengisian:
(1 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan tujuan penyampaian laporan, yaitu:
a. Pengelola Barang c.q. (Direktur Jenderal Kekayaan Negara / Direktur
PKNSI / Kepala Kantor Wilayah DJKN / Kepala KPKNL) ; dan
b. Pengguna Barang c.q. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan .
(3) Diisi dengan pengirim Naskah Dinas, dalam hal ini kepala Satuan Kerja
yang menatausahakan BMN .
(4) Diisi dengan sifat Nota Dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran Nota dinas.
(6) Diisi dengan BMN yang disewakan.
Contoh: sebagian tanah dan bangunan
(7) Diisi dengan nama satuan kerja.
(8) Diisi dengan tanggal Nota Dinas.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemanfaatan Barang Milik Negara;
(10) Diisi dengan Nomor dan judul salinan Keputusan sewa BMN.
(11 ) Diisi dengan luas BMN yang disewakan
(12) Diisi dengan pihak yang menyewa BMN .
(13) Diisi dengan peruntukan sewa BMN .
(14) Diisi dengan nilai sewa BMN.
(15) Diisi dengan tanggal berakhir sewa BMN .
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Nota
Dinas.
(17) Diisi dengan nama jabatan Pejabat Pimpinan Sekretaris Unit Eselon
1/ Kepala Kanwil yang membawahi unit kerja Kuasa Pengguna Barang.
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 225 -
F. Berita Acara
1. Berita Acara Serah Terima
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI
Pada hari ini,... (3) tanggal... ( 3) bulan...(3) tahun ... (3) ( ) (3) , kami yang bertanda tangan di bawah
ini:
1. Nama
Jabatan
: - ( 4)
: ... (5)
dalam hal ini bertindak ... (6 ) berdasarkan ... (7) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ;
2. Nama : ... ( 8)
Jabatan : ... (9)
dalam hal ini bertindak ... (10) berdasarkan ... ( 11) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA ,
bahwa berdasarkan ... (12 ) maka kedua belah pihak sepakat untuk melakukan serah terima . .. (13) ,
dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
PIHAK PERTAMA melakukan penyerahan . .. ( 13) kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA menerima
penyerahan hak ... ( 13) dari PIHAK PERTAMA atas ... (14) dengan jumlah nilai perolehan sebesar
Rp...,00 (... rupiah ) (15) .
Pasal 2
. . . ( 13) sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 digunakan oleh PIHAK KEDUA dalam rangka ... (16) .
Pasal 3
...(dan hal - hal lain yang dianggap penting untuk dimasukkan dalam materi berita acara serah terima)...
Demikian Berita Acara Serah Terima ini dibuat dengan sebenarnya dalam rangkap 2 (dua ) dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal tersebut di atas untuk digunakan sebagaimana
mestinya.
. .. ( 8) ... (4)
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 226 -
Petunjuk Pengisian
(1 ) Diisi dengan perihal BAST.
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas Unit Organisasi.
(3) Diisi dengan hari, tanggal, bulan, dan tahun serah terima dilaksanakan.
(4) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani berita acara.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menandatangani
Berita Acara Serah Terima.
(6) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan Berita
Acara Serah Terima.
Contoh:
a. untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan; atau
b. selaku Kuasa Pengguna Barang.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai:
a. pelimpahan kewenangan di Lingkungan Kementerian Keuangan , dalam
hal penandatanganan dilakukan untuk dan atas nama Menteri
keuangan; atau
b. pelaksanaan pengelolaan BMN di Lingkungan Kementerian Keuangan,
dalam hal penandatanganan dilakukan selaku Kuasa Pengguna
Barang.
(8) Diisi dengan nama pihak kedua, antara lain:
a. pejabat yang berwenang menandatangani berita acara dari
Kementerian / Lembaga lain atau Pemerintah Daerah / Desa;
b. Kuasa Pengguna Barang di Lingkungan Kementerian Keuangan; atau
c. Pihak lain yang merupakan mitra tukar- menukar / penjualan / hibah.
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menandatangani
berita acara dari Kementerian / Lembaga lain , Pemerintah Daerah / Desa,
Kuasa Pengguna Barang di Lingkungan Kementerian Keuangan , atau pihak
lainnya.
(10) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan berita
acara.
(11 ) Diisi dengan dasar kewenangan yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA.
(12) Diisi dengan dokumen yang menjadi dasar adanya serah terima.
(13) Diisi dengan hal yang diserahterimakan .
(14) Diisi dengan objek yang diserahterimakan .
Dalam hal jumlah BMN terlalu banyak untuk dideskripsikan satu persatu
dapat disusun dalam bentuk lampiran yang tidak terpisahkan dari Berita
Acara Serah Terima.
(15) Diisi dengan nilai perolehan objek yang diserahterimakan.
(16) Diisi dengan pertimbangan / alasan dilakukannya serah terima BMN.
D
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 227 -
2 . Berita Acara Serah Terima Pengembalian BMN
. . . ( 1) . . . .
Pada hari ini, ... (3) tanggal... ( 3) bulan.. . (3) tahun... (3) (. . ) (3) , kami yang bertanda tangan di
bawah ini:
1. Nama : ... ( 4)
Jabatan : .. . ( 5)
dalam hal ini bertindak .. . ( 6) berdasarkan ... (7) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA;
2. Nama : . . . ( 8)
Jabatan : ... ( 9)
dalam hal ini bertindak ... (10 ) berdasarkan ... (11), yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
KEDUA,
sehubungan dengan telah berakhimya jangka waktu Perjanjian ... (12 ) , maka PIHAK PERTAMA
akan mengembalikan BMN milik PIHAK KEDUA, dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
PIHAK PERTAMA melakukan penyerahan Barang Milik Negara pada Kementerian Keuangan
kepada PIHAK KEDUA , dan PIHAK KEDUA menerima penyerahan kembali dari PIHAK PERTAMA
berupa ... (13) pada ... (14) dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp...,00 (...rupiah) (15) .
Pasal 2
(dan hal -hal lain yang dianggap penting untuk dimasukkan dalam materi berita acara serah
terima)
Demikian Berita Acara Serah Terima Pengembalian BMN ini dibuat dengan sebenarnya dalam
rangkap 2 (dua) dan ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal tersebut di atas untuk
digunakan sebagaimana mestinya.
. . . ( 8) ...(4 )
t/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 228 -
Petunjuk Pengisian
(1 ) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi Pihak Pertama.
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan hari, tanggal, bulan , dan tahun serah terima dilaksanakan.
(4) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani berita acara dari
Kementerian / Lembaga / Pemerintah Daerah / Pemerintah Desa / Pihak Lain
yang mengembalikan BMN.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menandatangani
berita acara dari Kementerian / Lembaga / Pemerintah Daerah / Pemerintah
Desa / Pihak Lain yang mengembalikan BMN.
(6) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan berita
acara.
(7) Diisi dengan dasar kewenangan yang dimiliki oleh PIHAK PERTAMA.
(8) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani berita acara.
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menandatangani
berita acara.
(10) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan Berita
Acara Serah Terima.
Contoh:
a. untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan, atau
b. selaku Kuasa Pengguna Barang.
(11 ) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai:
a. pelimpahan kewenangan di Lingkungan Kementerian Keuangan, dalam
hal penandatanganan dilakukan untuk dan atas nama Menteri
keuangan , atau
b. pelaksanaan pengelolaan BMN di Lingkungan Kementerian Keuangan,
dalam hal penandatanganan dilakukan selaku Kuasa Pengguna Barang.
(12) Diisi dengan “Penggunaan BMN” atau “ Pemanfaatan BMN” .
(13) Diisi dengan deskripsi BMN yang menjadi objek.
Dalam hal jumlah BMN terlalu banyak untuk dideskripsikan satu persatu
dapat disusun dalam bentuk lampiran yang tidak terpisahkan dari Berita
Acara Serah Terima Pengembalian BMN.
(14) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
.
(15) Diisi dengan jumlah nilai perolehan objek yang diserahterimakan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 229 -
3. Berita Acara Serah Terima BMN Dari Pihak Penyewa Kepada Kuasa Pengguna
Barang
Pada hari ini,...(2 ) tanggal...(2 ) bulan . . . ( 2 ) tahun...(2) ( . ) (2 ) , kami yang bertanda tangan di
bawah ini:
1. Nama
Jabatan
-(3)
. .. ( 4 )
Alamat ... ( 5)
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama . .. ( 4) selaku penyewa, yang selanjutnya disebut
sebagai PIHAK PERTAMA,
2. Nama . . . (6 )
Jabatan . .. ( 7 )
Alamat . . . (8 )
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (9) ,
yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA;
bahwa menindaklanjuti Peijanjian Sewa Barang Milik Negara Nomor... (10) , dengan ini maka kedua
belah pihak sepakat untuk melakukan serah terima Barang Milik Negara dengan ketentuan
sebagai berikut:
Pasal 1
PIHAK PERTAMA menyerahkan kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA menerima penyerahan
dari PIHAK PERTAMA, baik secara fisik maupun administrasi dalam kewenangannya masing-
masing, atas Barang Milik Negara milik Kementerian Keuangan berupa ... (11) yang berlokasi
di... (12 ) , dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Berita Acara Serah Terima Barang Milik Negara ini.
Pasal 2
Bahwa Barang Milik Negara yang dilakukan serah terima oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK
KEDUA dalam keadaan baik dan layak digunakan secara optimal sesuai fungsi dan
peruntukannya.
Pasal 3
Sejak penandatanganan Berita Acara Serah Terima ini, maka seluruh tanggung jawab pengelolaan
Barang Milik Negara yang menjadi objek serah terima berpindah dari PIHAK PERTAMA kepada
PIHAK KEDUA sesuai dengan ketentuan perundang- undangan.
Demikian Berita Acara Serah Terima ini dibuat dengan sebenarnya dalam rangkap 3 (tiga ) dan
ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal tersebut di atas untuk digunakan
sebagaimana mestinya.
Yang Menyerahkan , Yang Menerima ,
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
... ( 4) ... (7)
( tanda tangan ) ( tanda tangan )
... ( 5) . . . (8 )
P
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 230 -
Petunjuk Pengisian
1. Diisi dengan nomor BAST sesuai ketentuan tata naskah dinas Pihak
Pertama.
2 . Diisi dengan hari dan tanggal serah terima dilaksanakan.
3. Diisi dengan nama penyewa Barang Milik Negara.
4 . Diisi dengan nomenklatur jabatan penyewa Barang Milik Negara.
5. Diisi dengan alamat penyewa Barang Milik Negara.
6. Diisi dengan nama lengkap pejabat yang berwenang menandatangani berita
acara.
7. Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menandatangani
berita acara.
8. Diisi dengan alamat pejabat yang berwenang menandatangani berita acara.
9. Diisi dengan Keputusan Menteri Keuangan yang mengatur Pelimpahan
Kewenangan Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang.
10. Diisi dengan nomor dan tanggal perjanjian.
11. Diisi dengan jenis Barang Milik Negara, contoh: tanah dan / atau bangunan .
12. Diisi dengan lokasi Barang Milik Negara.
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 231 -
G . Perjanjian
1. Perjanjian
PERJANJIAN
ANTARA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DAN
.. . (1)
TENTANG
. . . (2)
Pada hari ini, ... (4) tanggal ... (4 ) bulan ... ( 4 ) tahun ... ( 4 ) ( . ) .. . ( 4 ) bertempat di ... (5) ,
yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama ... ( 6)
Jabatan .. . ( 7)
Alamat ... ( 8)
dalam hal ini bertindak ... (9 ) berdasarkan .. . (10) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA.
2. Nama
Jabatan
Alamat
dalam hal ini bertindakuntuk dan atas nama ... (14 ) berdasarkan ... ( 15) , yang selanjutnya
disebut sebagai PIHAK KEDUA.
Selanjutnya PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK.
Bahwa PARA PIHAK masing- masing bertindak dalam kedudukannya sebagaimana tersebut
di atas, terlebih dahulu menerangkan bahwa:
c. ... ( 16 )
d . ... (16 )
Bahwa dalam membuat dan melaksanakan Perjanjian ini, PARA PIHAK memperhatikan dan
mendasarkan pada ketentuan dalam:
1 . ... ( 17 );
2. ... ( 17);
3. ... (17) .
PARA PIHAK setuju dan sepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu Perjanjian .. . (2) yang
selanjutnya disebut Perjanjian , dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 232 -
PASAL 1
OBJEK PERJANJIAN
PIHAK PERTAMA menyerahkan hak... ( 18) kepada PIHAK KEDUA , berupa ... (19) dengan
data sebagaimana tercantum dalam lampiran Perjanjian ini.
PASAL 2
TUJUAN ATAU PERUNTUKAN
BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan PIHAK KEDUA sebagai ... (20) sesuai
ketentuan perundang-undangan .
PASAL 3
JANGKA WAKTU
(1) ... ( 21 ) ,
(2) ... ( 21) ,
(3) ... ( 21) .
PASAL 4
HAK DAN KEWAJIBAN
PASAL ... ( 26 )
PENUTUP
Perjanjian ini mulai berlaku pada tanggal penandatanganannya, dan wajib ditindaklanjuti
dengan Berita Acara Serah Terima Barang Milik Negara antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA.
Demikian Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua ) yang masing- masing dibubuhi meterai
dan mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi masing-masing pihak. Dengan
membubuhkan tanda tangan di bawah ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah
membuat Perjanjian secara sah.
... ( 6) . . . ( 11)
1 '
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 233 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan Kementerian / Lembaga, Pemerintah Daerah / Desa, Kuasa
Pengguna Barang di lingkungan Kementerian Keuangan , atau pihak
lain .
(2) Diisi dengan nama perjanjian.
(3) Diisi dengan penomoran sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
Kementerian / Lembaga, Pemerintah Daerah / Desa, Kuasa Pengguna
Barang di lingkungan Kementerian Keuangan , atau pihak lain.
(4) Diisi dengan hari dan tanggal pembuatan perjanjian .
(5) Diisi dengan tempat penandatanganan perjanjian.
(6) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani perjanjian.
(7) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani perjanjian
(8) Diisi dengan alamat satuan kerja.
( 9) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
Berita Acara Serah Terima.
Contoh:
a. untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan , atau
b. selaku Kuasa Pengguna Barang.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai:
c. pelimpahan kewenangan di Lingkungan Kementerian Keuangan ,
dalam hal penandatanganan dilakukan untuk dan atas nama Menteri
keuangan, atau
d . pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan,
dalam hal penandatanganan dilakukan selaku Kuasa Pengguna
Barang.
(11 ) Diisi dengan nama pihak kedua, antara lain:
c. pejabat yang berwenang menandatangani berita acara dari
Kementerian / Lembaga lain atau Pemerintah Daerah / Desa;
d . Kuasa Pengguna Barang di lingkungan Kementerian Keuangan, atau
pihak lain yang merupakan mitra Penggunaan / Pemanfaatan.
(12) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani berita acara dari Kementerian / Lembaga lain ,
Pemerintah Daerah / Desa, Kuasa Pengguna Barang di lingkungan
Kementerian Keuangan, atau pihak lainnya.
(13) Diisi dengan alamat Kementerian / Lembaga lain, Pemerintah
Daerah / Desa, Kuasa Pengguna Barang di lingkungan Kementerian
Keuangan , atau pihak lainnya.
(14) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
perjanjian .
(15) Diisi dengan dasar kewenangan yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA.
(16) Diisi dengan dasar pertimbangan dilaksanakannya perjanjian .
(17) Diisi dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku .
(18) Diisi dengan “ Penggunaan BMN” atau “ Pemanfaatan BMN” .
(19) Diisi dengan deskripsi BMN yang menjadi objek.
(20) Diisi dengan deskripsi tujuan dan peruntukan dari
Penggunaan / Pemanfataan BMN oleh pihak kedua
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 234 -
(21 ) Diisi dengan informasi jangka waktu Penggunaan / Pemanfaatan BMN
beserta mekanisme perpanjangan jangka waktu
Penggunaan / Pemanfaatan BMN.
(22) Diisi dengan hak PIHAK PERTAMA.
(23) Diisi dengan kewajiban PIHAK PERTAMA.
(24) Diisi dengan hak PIHAK KEDUA.
(25) Diisi dengan kewajiban PIHAK KEDUA.
(26) Diisi dengan nomor pasal dalam hal diperlukan pasal tambahan .
(27) Diisi dengan judul dan ketentuan yang akan diatur dalam hal
diperlukan ketentuan tambahan antara lain:
a. Penyelesaian Perselisihan;
b. Sanksi;
c. Ketentuan berakhirnya;
d. Keadaan Memaksa ( Kahar ) ;
e. Hasil BGS / BSG;
f. Besaran kontribusi tahunan dan mekanisme pembayaran; dan
g. Besaran hasil BGS / BSG yang digunakan langsung.
r
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 235 -
2 . Perjanjian Sewa
PERJANJIAN
ANTARA
Alamat . . . ( 8)
dalam hal ini bertindak selaku Kuasa Pengguna Barang Kementerian Keuangan pada...( l ) , yang
selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.
2. Nama ... (9 )
Jabatan . . . ( 10 )
Alamat . . . ( 11)
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama... (10) selaku penyewa, yang selanjutnya disebut
sebagai PIHAK KEDUA.
Selanjutnya PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 236 -
d . berdasarkan persetujuan ... (15) atas nama Menteri Keuangan tersebut, Kepala Biro Manajemen
Barang Milik Negara dan Pengadaan telah menetapkan Keputusan Pelaksanaan Sewa Barang
Milik Negara Nomor ... ( 17 ) tentang ... ( 17);
e. PIHAK KEDUA telah menyetorkan uang Sewa ke Rekening Kas Umum Negara pada hari ... (18)
tanggal ... (18) ;
Bahwa dalam membuat dan melaksanakan Perjanjian ini, PARA PIHAK memperhatikan dan
mendasarkan pada ketentuan dalam:
1. Peraturan Pemerintah... (19 ) ;
2. Peraturan Menteri Keuangan ... (20) ;
3. Keputusan Menteri Keuangan... ( 21);
4 . Keputusan Menteri Keuangan... (22 ); dan
5. (ditambahkan referensi ketentuan pengelolaan BMN lain terkait dengan menkanisme
pengelolaan BMN Kementerian Keuangan)
PARA PIHAK setuju dan sepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu Perjanjian Sewa Barang Milik
Negara, yang selanjutnya disebut Perjanjian, dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:
PASAL 1
OBJEK SEWA
Barang Milik Negara pada Kementerian Keuangan c.q.... ( l ) , berupa... (14) seluas... ( 23) yang berlokasi
di... ( 24 ) , yang selanjutnya disebut OBJEK SEWA , disewakan kepada PIHAK KEDUA
PASAL 2
PERUNTUKAN DAN RUANG LINGKUP
PASAL 3
JANGKA WAKTU SEWA
(1) Jangka waktu sewa BMN selama ... (27) , terhitung mulai tanggal ... (28) sampai dengan tanggal
... ( 28) , dengan periodesitas Sewa .... (29 ) .
( 2) Jika PIHAK KEDUA bermaksud untuk memperpanjang jangka waktu sewa, PIHAK KEDUA
harus menyampaikan permohonan kepada PIHAK PERTAMA paling lambat 6 ( enam ) bulan
sebelum berakhirnya jangka waktu Sewa.
(3) Perpanjangan sewa Barang Milik Negara dituangkan dalam adendum Perjanjian .
PASAL 4
NILAI SEWA
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 237 -
PASAL 5
TANGGUNG JAWAB
PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas segala kerugian yang diderita PIHAK PERTAMA yang timbul
dari pelanggaran atas dan / atau tidak dilaksanakannya ketentuan Perjanjian ini, atau yang timbul dari
kesalahan atau kelalaian PIHAK KEDUA dalam pelaksanaan Peijanjian ini.
PASAL 6
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
f. menolak usul perpanjangan jangka waktu Sewa yang diajukan oleh PIHAK KEDUA apabila :
1) terjadi perubahan kebijakan pimpinan atas penggunaan BMN; dan / atau
2) terjadi perubahan Rencana Umum Tata Ruang atau Rencana Tata Ruang Wilayah dari
Pemerintah Daerah setempat.
g. menerima kembali OBJEK SEWA dari PIHAK KEDUA setelah berakhirnya jangka waktu
Sewa;
h . menerima barang-barang PIHAK KEDUA yang terletak dan / atau melekat pada OBJEK SEWA
sepanjang PIHAK PERTAMA memerlukannya dalam rangka menunjang penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan;
( 2) PIHAK PERTAMA wajib:
a. menyerahkan OBJEK SEWA kepada PIHAK KEDUA dalam rangka pelaksanaan Sewa;
b. menyampaikan pembatalan perjanjian secara tertulis kepada PIHAK KEDUA apabila PIHAK
KEDUA tidak melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban yang diatur dalam Peijanjian
ini;
c. memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA dalam hal PIHAK PERTAMA menolak
permohonan perpanjangan jangka waktu Sewa yang diajukan oleh PIHAK KEDUA;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 238 -
PASAL 7
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
PASAL 8
PIHAK KEDUA dapat melakukan penerusan sewa kepada PIHAK KETIGA dengan ketentuan sebagai
berikut:
a . Penerusan sewa dapat dilakukan terhadap kelompok jenis kegiatan usaha bisnis kepada
kegiatan usaha bisnis dan / atau non bisnis;
b. Pemilihan pihak penerima penerusan sewa dilakukan oleh PIHAK KEDUA;
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 239 -
c. PIHAK KEDUA menyampaikan informasi tertulis kepada PIHAK PERTAMA atas penerusan
sewa yang telah dilaksanakan;
d . Pihak penerima penerusan sewa tidak dapat melakukan penerusan sewa BMN kepada pihak
lain;
e. Penerusan sewa hanya dapat dilakukan terhadap BMN dengan periodesitas tahunan dan
uang sewa yang telah dibayar lunas secara sekaligus oleh Penyewa;
f. Penerusan sewa tidak menghapuskan dan / atau mengalihkan tanggung jawab penuh PIHAK
KEDUA terhadap kewajibannya sebagai PIHAK KEDUA;
g. Jangka waktu penerusan sewa tidak boleh melebihi jangka waktu sewa.
h . PIHAK PERTAMA dapat melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
penerusan sewa, apabila diperlukan .
PASAL 9
KEADAAN MEMAKSA
( 1) Keadaan memaksa adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak PIHAK KEDUA dan
tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga hak dan kewajiban yang ditentukan dalam
Perjanjian menjadi tidak dapat dipenuhi, antara lain gempa bumi, banjir, kebakaran ,
kerusuhan, huru hara, perubahan peraturan perundang- undangan termasuk peraturan dari
pemerintah daerah setempat.
( 2) Pemberitahuan atas teijadinya peristiwa Keadaan Memaksa dapat dilakukan PIHAK KEDUA
tidak lebih dari 7 ( tujuh ) hari kalender setelah Keadaan Memaksa terjadi, dan melakukan segala
sesuatu yang sewajamya dapat dilakukan untuk mengatasi dampak dari peristiwa Keadaan
Memaksa tersebut dalam pemberitahuan tersebut.
(3) Apabila PIHAK KEDUA tetap tidak dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya berdasarkan
Perjanjian ini sebagai akibat terjadinya Keadaan Memaksa , maka hal tersebut tidak dapat
dianggap sebagai pelanggaran Perjanjian dan bertanggung jawab atas kerugian yang
ditimbulkan atas Keadaan Memaksa tersebut.
( 4) Apabila segala upaya yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA untuk mengatasi Keadaan Memaksa
tidak dapat membuat BMN dapat difungsikan atau digunakan secara layak oleh PIHAK
PERTAMA , maka atas keadaan ini PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA akan mendiskusikannya
lebih lanjut untuk dapat mencari penyelesaian terbaik.
PASAL 10
PENGAKHIRAN DAN PERUBAHAN PERJANJIAN
(1) -
Tanpa mengesampingkan hal hal lain dalam Perjanjian ini yang dapat bertentangan, Perjanjian
ini berakhir sesuai jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) .
(2) Segala sesuatu yang belum diatur dalam Perjanjian ini atau perubahan yang dipandang perlu
oleh PARA PIHAK, termasuk perpanjangan jangka waktu , diatur lebih lanjut dalam perjanjian
tambahan (adendum ) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.
PASAL 11
HUKUM YANG BERLAKU
Perjanjian ini tunduk pada dan ditafsirkan sesuai dengan Hukum Indonesia.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 240 -
PASAL 12
PENUTUP
( 1) Segala ketentuan dan persyaratan dalam Peijanjian ini berlaku serta mengikat bagi PARA
PIHAK yang menandatangani dan pengganti -penggantinya.
( 2) Semua lampiran Peijanjian ini merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan
dari Peijanjian ini.
( 3) Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 3 (tiga) dalam bahasa Indonesia dan mempunyai kekuatan
hukum yang sama yang mengikat bagi PARA PIHAK, rangkap pertama dan rangkap kedua
masing-masing bermeterai cukup, rangkap pertama dan rangkap ketiga untuk PIHAK
PERTAMA , sedangkan rangkap kedua untuk PIHAK KEDUA.
Demikian Peijanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari, tanggal, bulan, dan
tahun serta tempat sebagaimana tersebut pada awal Peijanjian ini untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
¥
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 241 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan satuan kerja Kementerian Keuangan yang menyewakan BMN.
(2 ) Diisi dengan unit / nama penyewa BMN.
(3) Diisi dengan nomor perjanjian.
(4) Diisi dengan hari dan tanggal perjanjian.
contoh : Jumat, empat belas juli dua ribu tujuh belas (14-07-2017)
(5) Diisi dengan nama kuasa pengguna barang yang menatausahakan BMN .
(6) Diisi dengan Nomor Induk Pegawai ( NIP) Kuasa Pengguna Barang yang
menatausahakan BMN.
(7) Diisi dengan nomenklatur jabatan Kuasa Pengguna Barang yang
menatausahakan BMN .
(8) Diisi dengan alamat Kuasa Pengguna Barang yang menatausahakan BMN
(9 ) Diisi dengan nama penyewa BMN.
(10) Diisi dengan nomenklatur jabatan penyewa BMN.
(11) Diisi dengan alamat penyewa BMN.
(12) Diisi dengan bentuk kelembagaan calon penyewa sesuai dengan PMK yang
mengatur tentang Pemanfaatan Barang Milik Negara.
(13) Diisi dengan nomor dan tanggal surat permohonan untuk menyewa BMN .
(14) Diisi objek Sewa BMN .
Contoh: sebagian bangunan gedung kantor pemerintah
(15) Diisi dengan nama unit Pengelola Barang (Direktur Jenderal Kekayaan
Negara / Direktur PKNSI / Kepala Kantor Wilayah DJKN / Kepala KPKNL) yang
berwenang menerbitkan persetujuan sewa BMN .
(16) Diisi dengan nomor dan tanggal surat persetujuan Pengelola Barang.
(17) Diisi dengan nomor dan tanggal Keputusan Sewa BMN dari Kepala Biro
Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan .
(18) Diisi dengan hari dan tanggal sebagaimana tercantum dalam bukti setor dari
Penyewa.
(19) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai pengelolaan
BMN
(20) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
mengenai Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara
(21) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara;
(22) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan
(23) Diisi dengan luas BMN yang disewakan .
(24) Diisi dengan lokasi BMN yang disewakan .
(25) Diisi dengan peruntukan Sewa BMN.
(26) Diisi dengan tujuan pemanfaatan objek Sewa BMN.
(27) Diisi dengan jangka waktu Sewa BMN.
(28) Diisi dengan tanggal mulai dan berakhirnya Sewa BMN.
(29 ) Diisi dengan periodesitas Sewa BMN .
(30) Diisi dengan nilai Sewa BMN .
(31) Dicantumkan dalam hal terdapat persetujuan penerusan sewa
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
242
BAB VIII
PENGAMANAN DAN PEMELIHARAAN BMN
m
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... ( 1)
TENTANG
PENUNJUKAN PENGHUNIAN RUMAH NEGARA
Menimbang : a. bahwa Rumah Negara golongan I dengan keputusan nomor ... (2) terletak di
... (3) diizinkan untuk ditempati oleh Sdr ... (4);
b. bahwa berkenaan dengan izin tersebut di atas perlu mengatur penghunian
dan persewaan Rumah Negara dimaksud ) ;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
243
KEDUA : Pembayaran sewa terhitung mulai rumah tersebut ditempati oleh yang
bersangkutan , yaitu sejak tanggal ... (17) dengan memotong langsung dari daftar
gaji yang dilakukan oleh bendaharawan gaji dan hams disetor langsung ke Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara , serta menyampaikan 1 (satu ) bukti setor
kepada . .. (18) .
KETIGA : Ketentuan penghunian Rumah Negara Golongan I tersebut sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KEEMPAT : Apabila ketentuan tersebut pada diktum KETIGA tidak ditaati oleh penghuni
maka hak penghunian yang diberikan kepadanya dapat dicabut dan segala akibat
yang timbul karena pencabutan izin tersebut dibebankan kepada yang
bersangkutan .
KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan segala
sesuatu akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya bila dikemudian
ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini.
Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada :
1. Menteri Keuangan ;
... ( 24 )
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
244
1. Surat izin penghunian Rumah Negara golongan I ini hanya berlaku selama pemegangnya (yang
berhak) menduduki jabatan / bekeija di lingkungan Kementerian Keuangan .
2. Pemegang surat izin penghunian Rumah Negara ini harus mengosongkan rumah tersebut dan
menyerahkan rumah dalam keadaan lengkap kepada pimpinan instansi atau pejabat yang
ditunjuk dalam waktu 2 (dua ) bulan setelah tidak menduduki jabatan
3. Dilarang memindahkan hak surat izin penghunian Rumah Negara ini atau
menyewakan / mengontrakan sebagian atau seluruh bangunan rumah.
4. Dilarang mengubah atau menambah bangunan rumah tanpa izin (dari pimpinan instansi atau
pejabat yang ditunjuk).
5. Dilarang menggunakan sebagian atau seluruh rumah untuk keperluan lain diluar yang telah
ditentukan.
6. Pemegang surat izin penghunian Rumah Negara wajib memelihara sebaik- baiknya Rumah
Negara.
7. Pemegang surat izin penghunian Rumah Negara wajib membayar sewa Rumah Negara.
8. Penghuni membayar pajak-pajak, retribusi dan lain-lain yang berkaitan dengan penghunian
Rumah Negara dan membayar biaya pemakaian daya listrik, telepon, air, dan / atau gas.
9. Pemegang surat izin penghunian Rumah Negara bertanggung jawab atas segala biaya untuk
memperbaiki kerusakan yang teijadi sebagai akibat kesalahan / kelalaiannya.
10. Setelah dikeluarkan surat izin penghunian Rumah Negara, Rumah Negara dimaksud harus sudah
ditempati oleh yang berhak.
11 . Pelanggaran terhadap ketentuan- ketentuan dimaksud diatas dapat berakibat dibatalkannya
surat izin penghunian Rumah Negara.
12. Surat izin penghunian ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa jika
dikemudian hari temyata ada kekeliruan, maka surat izin penghunian ini dapat dicabut atau
diubah sebagaimana mestinya
Pemohon
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Penetapan Status Golongan Rumah
Negara yang akan dihuni.
(3) Diisi dengan alamat lengkap BMN.
(4) Diisi dengan nama pegawai yang mendapat penunjukan penghunian Rumah Negara
(5) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai
Rumah Negara.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
245
(6) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang menjadi dasar
penggunaan BMN.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri terkait yang mengatur pedoman
teknis pengadaan, pendaftaran, penetapan status, penghunian, pengalihan status,
dan pengalihan hak Rumah Negara.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
organisasi dan tata keija Kementerian Keuangan.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab dari Pengelola Barang kepada
Pengguna Barang.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan yang mengatur
pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang.
(11) Diisi dengan golongan dan Idas/ tipe Rumah Negara.
(12) Diisi dengan NIP pegawai yang mendapat penunjukan penghunian Rumah Negara.
(13) Diisi dengan jabatan penerima penunjukan penghunian Rumah Negara.
(14) Diisi dengan pangkat dan gaji pokok pegawai yang menerima penunjukan penghunian
Rumah Negara.
(15) Diisi dengan tanggal awal ijin penghunian Rumah Negara.
(16) Diisi dengan uang sewa perbulan yang harus dibayarkan penerima penunjukan
penghunian Rumah Negara.
(17) Diisi dengan tanggal awal pemotongan uang sewa
(18) Diisi dengan satuan keija yang menatausahakan BMN.
(19) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara penerima setoran uang
sewa Rumah Negara.
(20) Diisi dengan nama lokasi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara penerima setoran
uang sewa Rumah Negara.
(21) Diisi dengan lokasi penetapan keputusan penunjukan penghunian Rumah Negara.
(22) Diisi dengan tanggal penetapan keputusan penunjukan penghunian Rumah Negara
(23) Diisi dengpn jabatan Kepala Satuan Keija yang menatausahakan BMN.
(24) Diisi dengannama Kepala Satuan Keija yang menatausahakan BMN.
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
246
B. Surat Izin Penghunian Golongan II
%
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... ( 1)
TENTANG
PENUNJUKAN PENGHUNIAN RUMAH NEGARA
Menimbang : a. bahwa Rumah Negara golongan II dengan keputusan nomor ... (2) terletak di
... (3) diizinkan untuk ditempati oleh Sdr ... (4) ;
b. bahwa berkenaan dengan izin tersebut di atas perlu mengatur penghunian
dan persewaan Rumah Negara dimaksud) ;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
247
KEDUA : Pembayaran sewa terhitung mulai rumah tersebut ditempati oleh yang
bersangkutan , yaitu sejak tanggal ... (18) dengan memotong langsung dari daftar
gaji yang dilakukan oleh bendaharawan gaji dan hams disetor langsung ke Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara , serta menyampaikan 1 (satu ) bukti setor
kepada . .. (19) .
KETIGA : Ketentuan penghunian Rumah Negara Golongan II tersebut sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.
KEEMPAT Apabila ketentuan tersebut pada diktum KETIGA tidak ditaati oleh penghuni
maka hak penghunian yang diberikan kepadanya dapat dicabut dan segala akibat
yang timbul karena pencabutan izin tersebut dibebankan kepada yang
bersangkutan.
KELIMA Keeputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan segala
sesuatu akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya bila dikemudian
ternyata terdapat kekeliman dalam penetapan ini.
Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada :
1. Menteri Keuangan ;
2. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ... (20 ) di .. . (21) ;
3. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan ;
4. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan ;
5. Sekretaris Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW;
6. Bendaharawan / Pembuat Daftar Gaji Kantor / Satuan Kerja ... (19) .
... ( 25)
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
248
1. Surat izin penghunian Rumah Negara golongan II ini hanya berlaku selama pemegangnya (yang
berhak) menduduki jabatan / bekeija di lingkungan Kementerian Keuangan .
2. Pemegang surat izin penghunian Rumah Negara ini, haras mengosongkan Rumah tersebut dan
menyerahkan rumah dalam keadaan lengkap kepada pejabat eselon I atau pejabat yang ditunjuk
dalam waktu 2 (dua) bulan setelah yang bersangkutan tidak berhak lagi menghuni Rumah Negara
Golongan II karena ; pensiun, diberhentikan dengan hormat atau tidak hormat, meninggal dunia,
mutasi ke daerah atau ke instansi lain, berhenti atas kemauan sendiri, melanggar lanrangan
penghunian Rumah Negara.
3. Dilarang memindahkan hak surat izin penghunian Rumah Negara ini atau
menyewakan / mengontrakan sebagian atau selurah bangunan rumah.
4. Dilarang mengubah atau menambah bangunan rumah tanpa izin (dari pejabat eselon I atau
pejabat yang ditunjuk).
5. Dilarang menggunakan sebagian atau selurah rumah untuk keperluan lain diluar yang telah
ditentukan.
6. Pemegang surat izin penghunian Rumah Negara wajib memelihara sebaik-baiknya Rumah
Negara.
7. Pemegang surat izin penghunian Rumah Negara wajib membayar sewa Rumah Negara.
8. Penghuni membayar pajak-pajak, retribusi dan lain-lain yang berkaitan dengan penghunian
Rumah Negara dan membayar biaya pemakaian daya listrik, telepon, air, dan / atau gas.
9. Pemegang Surat Izin Penghunian Rumah Negara bertanggung jawab atas segala biaya untuk
memperbaiki kerasakan yang teijadi sebagai akibat kesalahan / kelalaiannya.
10. Setelah dikeluarkan Surat Izin Penghunian Rumah Negara, Rumah Negara dimaksud haras
sudah ditempati oleh yang berhak.
11. Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dimaksud diatas dapat berakibat dibatalkannya
Surat Izin Penghunian Rumah Negara.
12. Masa berlakunya izin penghunian Rumah Negara Golongan II adalah 2 (dua) tahun dan dapat
diperpanjang/ dicabut setelah dilakukan evaluasi.
13. Surat Izin Penghunian ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa jika
dikemudian hari temyata ada kekeliraan, maka Surat Izin Penghunian ini dapat dicabut atau
diubah sebagaimana mestinya.
Materai
Rp. 10.000,- ... (3)
NIP ...(22 )
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Penetapan Status Golongan Rumah
Negara yang akan dihuni.
(3) Diisi dengan alamat lengkap BMN.
(4) Diisi dengan nama pegawai yang mendapat penunjukan penghunian Rumah Negara
(5) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah yang mengatur mengenai
Rumah Negara.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
249
(6) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang menjadi dasar
penggunaan BMN.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri terkait yang mengatur pedoman
teknis pengadaan, pendaftaran, penetapan status, penghunian, pengalihan status,
dan pengalihan hak Rumah Negara.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
organisasi dan tata keija Kementerian Keuangan.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
pendelegasian kewenangan dan tanggung jawab dari Pengelola Barang kepada
Pengguna Barang.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan yang mengatur
pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan selaku Pengguna Barang.
(11) Diisi dengan golongan dan klas/ tipe Rumah Negara.
(12) Diisi dengan NIP pegawai yang mendapat penunjukan penghunian Rumah Negara.
(13) Diisi dengan jabatan penerima penunjukan penghunian Rumah Negara.
(14) Diisi dengan pangkat dan gaji pokok pegawai yang menerima penunjukan penghunian
Rumah Negara.
(15) Diisi dengan tanggal awal ijin penghunian Rumah Negara.
(16) Diisi tanggal berakhimya penghunian Rumah Negara
(17) Diisi dengan uang sewa perbulan yang harus dibayarkan penerima penunjukan
penghunian Rumah Negara.
(18) Diisi dengan tanggal awal pemotongan uang sewa.
(19) Diisi dengan satuan keija yang menatausahakan BMN.
(20) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara penerima setoran uang
sewa Rumah Negara.
(21) Diisi dengan nama lokasi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara penerima setoran
uang sewa Rumah Negara.
(22) Diisi dengan lokasi penetapan keputusan penunjukan penghunian Rumah Negara.
(23) Diisi dengan tanggal penetapan keputusan penunjukan penghunian Rumah Negara.
(24) Diisi dengan jabatan Kepala Satuan Keija yang menatausahakan BMN.
(25) Diisi dengan nama Kepala Satuan Keija yang menatausahakan BMN.
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
250
C . Surat Pernyataan Untuk Menaati Kewajiban dan Larangan
SURAT PERNYATAAN
Nama .. . ( 1 )
NIP .. . ( 2 )
Pangkat / Golongan : ... (3)
Jabatan ... (4)
dengan ini menyatakan bahwa
1 . Tidak / belum memiliki rumah pribadi pada domisili kerja di Kantor ... (5) , sehingga dengan
ini kami sampaikan permohonan untuk dapat diberikan ijin penghunian Rumah Negara
yang terletak di ... (6 )
2. Akan menaati setiap ketentuan terkait kewajiban dan larangan penghunian Rumah
Negara, apabila saya lalai / tidak mematuhi hal tersebut, saya siap menerima sanksi
administrasi, kedisiplinan dan / atau sanksi lainnya sesuai dengan ketntuan yang berlaku.
3. Bersedia untuk mengembalikan Rumah Negara yang akan dihuni apabila masa izin
penghunian telah berakhir / Rumah Negara tersebut dibutuhkan untuk kepentingan
organisasi dan / atau (khusus bagi pegawai non pejabat) Rumah Negara tersebut
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pejabatstruktural yang belum memperoleh
fasilitas Rumah Negara.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan keadaan sebenarnya dan untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
( 7)
Pemohon
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nama pemohon.
(2) Diisi dengan NIP pemohon.
(3) Diisi dengan pangkat/ golongan pemohon.
(4) Diisi dengan jabatan pemohon.
(5) Diisi dengan satuan kexja tempat pemohon bekeija.
(6) Diisi dengan alamat lengkap Rumah Negara yang diajukan pemohon.
(7) Diisi dengan lokasi dan tanggal ditandatanganinya permohonan.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
251
D . Permohonan Surat Izin Menempati Rumah Negara
Pemohon
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 252 -
BAB IX
PENILAIAN BMN
- 253 -
Unsur
No. Pembanding 1 Pembanding 2 Objek Penilaian
Pembanding
Eksterior
11 Ban Baik Baik Sudah Tipis
12 Velg Baik, Racing Baik, Racing Standar
13 Spion Baik Baik Baik
14 Bemper Baik Baik Baik
15 Lampu , Baik Baik Baik, Accu Soak
Kelistrikan dan
Accu
16 Central Lock Baik Baik Rusak
Kelengkapan Lainnya
17 Power Steering baik baik Oli Bocor
18 Suspensi ( peer, baik baik Peer schock breker
arm , karet- karet harus diganti
dll )
19 AC baik baik Rusak ringan
20 Jenis AC baik baik Double Blower
2 1 Dokumen baik baik BPKB dan STNK
kepemilikan
22 Plat Nomor Hitam Hitam Merah
23 Harga 60.000.000 57.000.000
24 Foto
- 254 -
tabel penyesuaian objek Pembanding memberikan gambaran besaran
biaya dan persentase yang dibutuhkan untuk
memperbaiki / mengembalikan kondisi objek Penilaian menjadi
sebagaimana objek Pembanding.
Keterangan Tabel Penyesuaian Objek Pembanding
1) Pembanding 1 dan Pembanding 2 mempunyai kondisi yang lebih
baik dibanding objek Penilaian , hal ini ditunjukan dengan tanda
minus pada nilai persentase pembanding.
2) Merk / type objek pembanding mempunyai merk dan type yang sama
dengan objek Penilaian sehingga penyesuaiannya adalah 0%.
3) Perbaikan mesin objek Penilaian agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp6.000.000,00
4) Perbaikan body objek Penilaian agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp6.000.000,00
5) Perbaikan dashboard objek Penilaian agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp600.000,00
6) Perbaikan jok objek Penilaian agar kondisi menyerupai pembanding
1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan biaya
Rpl .000.000,00
7) Perbaikan ban objek Penilaian agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp3.000.000,00
8) Perbaikan velg objek Penilaian agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp3.000. 000,00
9) Perbaikan accu objek Penilaian agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp600.000,00
10) Perbaikan central objek Penilaian lock agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp300.000 ,00
11) Perbaikan Power Steering objek Penilaian agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp4.000.000 ,00
12) Perbaikan suspensi objek Penilaian agar kondisi menyerupai
pembanding 1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan
biaya Rp1.500.000,00
13) Perbaikan AC objek Penilaian agar kondisi menyerupai pembanding
1 maupun pembanding 2 diperkirakan memerlukan biaya
Rpl .200.000,00
Tabel pembobotan
y
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 255 -
Penyesuaian Penilaian
19 AC - 2.00% -2.11%
Nilai Indikasi
24.400 . 000 , 00 23.530 .000, 00
Pembobotan 55%
45%
Nilai Setelah Pembobotan
10.980 . 000 , 00 12.941 .500, 00
Nilai Taksiran 23.921 .500, 00
Pembulatan 24.000.000, 00
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 256 -
2 . Perhitungan Penilaian menggunakan Pendekatan Biaya
a) Perhitungan penyusutan
Penyusutan Fisik
Perhitungan penyusutan fisik dapat dilakukan namun tidak terbatas
pada penggunaan referensi tabel penyusutan sebagai berikut:
NO. PENYUSUTAN
KONDISI
(%)
I . BAIK (0% s / d 30%)
BARU
IV. SCRAP
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 257 -
NO. KONDISI PENYUSUTAN
(%)
Keusangan Fungsional
Perhitungan keusangan fungsional pada prinsipnya menggunakan
justifikasi dan subjektivitas Tim . Dalam hal Tim kesulitan untuk
menentukan besaran penyusutan fungsional , maka dapat
menggunakan namun tidak terbatas pada tabel keusangan sebagai
berikut:
Uraian Jenis Usia Barang (Tahun ) Keterangan
Barang
1 2 3 4 5-9 10-
dst
£ £ berfungsi membantu
£ oi
o Ol LO 00 suatu proses
Alat Besar Alat-alat berat
£ £ £
o
£
10 O
£ o Ol o
?
£ L
? £
i
£ £
Cl
£ £
5? o id o
o ci id -i
'
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 258 -
Alat Angkut Tak Alat angkut yang tidak
Bermesin
§ £ fc
mengkonsumsi daya
£ £ (N
listrik / baterai/ bahan
$ *d *3 *od * * bakar
o 3 3
Meubelair / Alat Memiliki unsur kayu
Penyimpan g serendah-rendahnya
Perlengkapan
g g 7
c
<N t 65%
Kantor Kayu
£ *
* *
o d in 2 2 in
<N
Keusangan Ekonomis
Perhitungan keusangan ekonomis diperhitungkan dengan biaya yang
diperlukan untuk menyesuaikan objek Penilaian dengan kondisi yang
diinginkan atau dipersyaratkan oleh faktor eksternal, sehingga minat
( permintaan ) terhadap barang tersebut tidak berkurang.
b) Perhitungan NRC
(19 ) Data Pasar
BMN berupa 1 (satu) unit Kendaraan Operasional dengan spesifikasi
sebagai berikut:
Merk : Kijang Innova
Tahun Pembuatan : 2017
NRC didapatkan dengan mencari nilai barang yang sejenis dan serupa,
dilakukan secara langsung antara lain dengan mendatangi showroom
mobil bekas ataupun secara daring ( online) dengan melakukan
konfirmasi nilai terkini kepada penjual.
(20) Koefisien Harga
contoh satu:
BMN berupa 1 (satu) unit mesin pemanas udara tenaga surya merk
Ariston yang diproduksi dan diperoleh di tahun 2010.
Umur ekonomis ( n) : 7 tahun
Harga pembelian ( HP) : Rpl 2.500.000,00
Tahun Penilaian : 2020
Tingkat inflasi (i) : 5%
Maka perhitungan NRC adalah sebagai berikut:
[ NRC = HP x ( 1 + i ) » ]
NRC = 12.500 .000 x ( 1 +0 ,05) 7
= 17.588 .755
c) Menghitung Penilaian
BMN berupa 1 (satu) unit mesin ketik dengan jangka waktu
penggunaan selama 5 tahun dan kondisi Rusak Ringan .
NRC Rp1.500.000,00
Kondisi Rusak Ringan
Penyusutan fisik kategori 55%
Keusangan fungsional : kategori 12,1% s / d 17%
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 259 -
ditentukan oleh Tim sebesar 15%
Keusangan ekonomis : 0%
NRCx ( l - p ) ( 1 - Kf ) ( 1 -Ke )
NRC 1.500.000 x ( 1-55%) (1-15%) (1-0%)
1.500.000 x (45%) (85%)
573.750
Pembulatan: Rp575.000 , 00
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 260 -
B. Jenis material dan satuan material bongkaran Bangunan
No. Material Satuan
Bahan Kayu
1. Balok / Papan Kayu berdasarkan dimensinya Batang atau m3
2. Kusen Kayu Unit
3. Daun Pintu / Jendela Kayu Unit
Bahan Baja
4. Baja Profil Kg
Bahan Baja Ringan
5. Atap / Canopy Rangka Baja Ringan Kg
Bahan Besi
6. Tulangan Beton Kg
7. Teralis Unit atau Kg
8. Pagar Unit atau kg
9. Daun Pintu Besi Unit atau kg
10 . Besi Lainnya Kg
Bahan Alumunium
11. Rangka Partisi / Rangka Plafond , dan lain-lain Kg
12. Kusen Alumunium Unit
13. Daun Pintu / Jendela Alumunium Unit
14 . Alumunium lainnya kg
Bahan Lainnya
15. Genteng Tanah Liat / Beton / Keramik / Metal Buah
16 . Seng Gelombang/ Asbes Gelombang / Spandek Lembar
17. Material lainnya yang masih memiliki nilai ekonomis
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 261 -
C . Berita Acara Survei Lapangan
. .. ( l )
4 dst.
berdasarkan keputusan ... (5) Nomor ... (5) tanggal ... (5) telah melaksanakan survei lapangan
dalam rangka penelitian dan pemeliharaan terhadap Barang Milik Negara pada ... (2) berupa
... (6) yang terletak di . .. (7) .
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh tanggung jawab untuk
digunakan sebagaimana mestinya.
Dibuat di ...
Mengetahui, Tim,
1) .. .
... (tanda tangan ) 1. .. . (9) ... (tanda tangan )
( 8)
2) ...
... (tanda tangan) 2. ... (9 ) ... (tanda tangan)
(8)
3. ... (9 ) ... (tanda tangan )
4. dst
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 262 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(4) Diisi dengan hari, tanggal dan tahun pelaksanaan survei lapangan.
(5) Diisi dengan keterangan Surat Keputusan penetapan Tim .
(6) Diisi dengan uraian singkat objek Penilaian .
(7) Diisi dengan alamat BMN disimpan dan dilakukan Penilaian .
(8) Diisi dengan jabatan , tanda tangan , dan nama saksi yang mengetahui
pelaksanaan survei lapangan .
(9 ) Diisi dengan nama anggota Tim yang melakukan survei lapangan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 263 -
D . Laporan Penilaian
LAPORAN PENILAIAN
... (diisi dengan “ peralatan dan/ atau mesirC atau “ bongkaran BMN” )
PADA . .. (diisi dengan nama Satuan Keija pemilik objek Penilaian )
YANG BERLOKASI DI ... (disii dengan alamat lokasi objek Penilaian )
TANGGAL PENILAIAN
(diisi tanggal saat Nilai Taksiran ditetapkan , yaitu pada tanggal terakhir survei lapangan
atas objek Penilaian sebagaimana tercantum dalam Berita Acara Survei Lapangan)
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 264 -
PENGANTAR
Yth. . . .
Hormat kami,
Ketua Tim,
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 265 -
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PENGANTAR
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PENILAI
ASUMSI DAN SYARAT PEMBATAS
RINGKASAN NILAI
I. LINGKUP PELAKSANAAN PENILAIAN
A. DASAR PENUGASAN
B. TUJUAN PENILAIAN
C. TANGGAL SURVEI LAPANGAN DAN TANGGAL PENILAIAN
D. DEFINISI NILAI
E. DESKRIPSI OBJEK PENILAIAN
E. 1. Legalitas Objek Penilaian
E.2 . Lokasi Objek Penilaian
E.3. Deskripsi dan Identifikasi Objek Penilaian
F. PENDEKATAN PENILAIAN
G. STANDAR PENILAIAN
H. SUMBER INFORMASI
I. SYARAT PENGUNGKAPAN / DISCLOSURE
II . ANALISIS DATA
A. ANALISIS DATA
B. PENILAIAN
III . SIMPULAN NILAI
LAMPIRAN
- 266 -
PERNYATAAN NILAI
Tim menyatakan bahwa nilai yang dihasilkan adalah:
1) Berdasarkan pengetahuan dan data yang diperoleh dari hasil survei serta dari pihak-
pihak tertentu sebagai narasumber yang tepercaya.
2) Berdasarkan penyataan atas fakta yang ada terkini, yang dinyatakan dalam laporan
ini.
3) Berdasarkan atas analisis, opini, dan simpulan nilai yang dibatasi oleh asumsi,
kondisi dan syarat pembatas.
4) Berdasarkan pada kondisi tidak dipengaruhi kepentingan apapun pada saat ini dan
masa yang akan datang atas objek Penilaian .
5) Berdasarkan pada peninjauan langsung terhadap objek Penilaian dalam laporan ini .
6} Laporan ini disusun dengan berpedoman pada peraturan terkait.
7) ... ( diisi dengan penyataan- pernyataan lain yang menurut Tim diperlukan )
1) Penilaian dilakukan berdasarkan data dan informasi yang disampaikan oleh sumber
yang dapat dipercaya dan atas ketidakbenaran data dan / atau informasi tersebut
bukan menjadi tanggung jawab Tim.
2) Objek Penilaian dinilai sebagai objek yang bebas dari segala beban atasnya, kecuali
dinyatakan lain.
3) Keterangan yang diberikan oleh pihak lain dianggap relevan dan layak selama
berdasarkan analisis objektif yang dilakukan Tim.
4) Penilaian dilaksanakan dengan mempertimbangkan batasan dan peraturan
pemerintah yang terkait dengan objek Penilaian , kecuali dinyatakan lain .
5) ... (diisi dengan penyataan lain dan asumsi-asumsi yang digunakan oleh Tim dalam
melakukan Penilaian )
Laporan Penilaian ini dibuat dengan syarat batasan umum sebagai berikut:
- 267 -
4) ... (diisi dengan syarat batasan lain yang membatasi ruang lingkup Penilaian dan
melindungi Tim terhadap penyalahgunaan hasil Penilaian )
RINGKASAN NILAI
Alamat Objek Penilaian : ... (diisi dengan alamat lokasi objek Penilaian )
Pemilik / Penguasa Objek : . .. (diisi dengan nama Satuan Kerja pemilik objek Penilaian )
Alamat Pemilik : ... (diisi dengan alamat Satuan Keija pemilik objek Penilaian )
1 2 3 4
1
(diisi dengan jenis objek ( diisi dengan jumlah ( diisi dengan besaran nilai
Penilaian ) objek Penilaian ) taksiran objek Penilaian )
dst.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 268 -
1) LINGKUP PELAKSANAAN PENILAIAN
A. DASAR PENUGASAN
Dasar penugasan adalah Keputusan Pembentukan Tim Internal Nomor ...
tanggal .. . ten tang ... (diisi dengan keterangan Keputusan Pembentukan Tim ) untuk
melakukan Penilaian BMN berupa ... (diisi dengan deskripsi objek Penilaian ) .
B. TUJUAN PENILAIAN
Nilai Taksiran merupakan nilai yang dihasilkan oleh Tim yang ditetapkan oleh
... (diisi dengan nama jabatan pimpinan Satuan Keijayang menetapkan Tim). Unsur
Tim terdiri dari pejabat dan / atau pegawai di lingkungan . .. (nama Satuan Kerja
pemilik objek Penilaian ) dan disusun dalam rangka ... (diisi dengan
“ pemindahtanganan melalui penjualan/ tukar menukat* atau “ pemanfaatan melalui
sewa” atau “ penjualan bongkaran BMNj .
E. DESKRIPSI OBJEK PENILAIAN
- 269 -
F. PENDEKATAN PENILAIAN
... (diisi dengan uraian secara umum mengenai pendekatan Penilaian yang
digunakan oleh Tim )
G. STANDAR PENILAIAN
Data yang digunakan dalam melakukan Penilaian ini diperoleh dari . .. (diisi
dengan sumber data Penilaian: data pasar, data daring, dst) . Tim melakukan
verifikasi terhadap data tersebut melalui ... (diisi dengan cara Tim melakukan
verifikasi data melalui survei lapangan ) .
I. SYARAT PENGUNGKAPAN / DISCLOSURE
.. . (Tim mengungkapkan fakta dan informasi penting dan relevan terkait objek
Penilaian yang belum dituangkan dalam bagian- bagian sebelumnya, jika diperlukan )
2) ANALISIS DATA
A. ANALISIS DATA
... (diisi dengan uraian analisis data yang dilakukan oleh Tim dalam mencari data
pembanding)
B. PENILAIAN
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 270 -
3) SIMPULAN NILAI
TIM INTERNAL
1 2 3
2.
3.
dst.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 271 -
LAMPIRAN
*dokumen
1
perolehan
*dokumen
2 kepemilikan ,
jika ada
3
JUMLAH
Kuantitas
No Uraian Barang Kondisi Nilai Taksiran Keterangan
/ Volume
1
2
3
JUMLAH
t
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 272 -
BAB X
PEMINDAHTANGANAN BMN
TENTANG
PEMBENTUKAN ... (3) BARANG MILIK NEGARA PADA
... ( 4)
Menimbang a. bahwa pada ... ( 4) terdapat Barang Milik Negara dalam kondisi
rusak berat dan / atau sudah tidak dapat digunakan untuk
kegiatan operasional kantor, sehingga perlu dilakukan . . . (3)
atas BMN tersebut;
b. bahwa untuk melaksanakan ... (3) BMN sebagiamana dimaksud
dalam huruf a, perlu dibentuk suatu Tim Penjualan Barang
Milik Negara;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan ... ( 1)
selaku Kuasa Pengguna Barang ten tang Pembentukan Tim ... (3)
Barang Milik Negara pada ... ( 4) ;
Mengingat 1. Peraturan Pemerintah ... (5) ;
2. Peraturan Menteri Keuangan ... (6 ) ;
3. Keputusan Menteri Keuangan .. . (7) ;
4. Keputusan Menteri Keuangan ... (8) .
MEMUTUSKAN :
Menetapkan KEPUTUSAN ... ( 1) SELAKU KUASA PENGGUNA BARANG TENTANG
PEMBENTUKAN ... ( 3) BARANG MILIK NEGARA PADA ... (4 )
PERTAMA Membentuk ... (3) Barang Milik Negara pada ... ( 4) dengan susunan
keanggotaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ... ( 1) selaku
Kuasa Pengguna Barang ini.
KEDUA ... (3) Barang Milik Negara sebagaimana dalam Diktum PERTAMA
mempunyai tugas untuk:
1 . ... (9)
2. ... ( 9)
3. ... ( 9)
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
KETIGA : Masa tugas Tim Penjualan Barang Milik Negara adalah sejak
keputusan ini ditetapkan sampai dengan ... (10) dan dapat
diperpanjang.
ICEEMPAT : Keputusan ... (1) ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Salinan Keputusan .. . (1) ini disampaikan kepada:
1. Sektretaris Jenderal Kementerian Keuangan;
2. Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan;
3. .. . ( 11)
4. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan
Pengadaan Kementerian Keuangan;
5. Kepala Kan tor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang ...
(12) ;
6. Anggota Tim Penjualan Barang Milik Negara pada . .. (4) .
(tanda tangan )
. .. (15)
4/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 274 -
LAMPIRAN
KEPUTUSAN . . . ( 1 )
NOMOR KEP- . . . (2)
TENTANG PEMBENTUKAN . . . ( 3)
BARANG MILIK NEGARA PADA . . . (4)
(tanda tangan)
... ( 14)
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Keija terkait.
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan “Tim Internal Penjualan”, “Tim Persiapan Hibah”, “Tim
Persiapan Tukar Menukar” atau “Tim Pelaksanaan Tukar Menukar” .
(4 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah yang mengatur
pengelolaan BMN.
(6) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemindahtanganan BMN .
( 7) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan .
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan .
(9) Diisi dengan tugas Tim sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
Keputusan Menteri Keuangan ini dan dapat ditambahkan / dikurangi
sesuai kebutuhan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 275 -
( 10) Diisi dengan tanggal, bulan , dan tahun berakhirnya Tim .
(11) Diisi dengan Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris
LNSW.
(12 ) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
sesuai wilayah kerja.
( 13) Diisi dengan tempat penetapan .
(14) Diisi dengan tanggal penetapan.
(15) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menetapkan keputusan
Pembentukan Tim.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 276 -
B . Berita Acara Penelitian Pemindahtanganan BMN
BERITA ACARA
PENELITIAN DAN PEMERIKSAAN BARANG MILIK NEGARA
YANG DIUSULKAN UNTUK DILAKUKAN ... ( 1 ) PADA .. . ( 2 )
NOMOR BA - ... ( 3)
Pada hari ini, .. . ( 4) tanggal ... (4) bulan ... ( 4) tahun ... (4) ) ... (4) , kami selaku ...
(5) Barang Milik Negara pada .. . ( 2) yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Ketua
2. Sekretaris
4 dst.
telah melaksanakan penelitian dan pemeriksaan terhadap Barang Milik Negara pada ... (2)
berdasarkan ... (6 ) sebagaimana daftar terlampir. Kami menyatakan bahwa Barang Milik Negara
tersebut telah memenuhi persyaratan ... (1) Barang Milik Negara sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan ... (7) , antara lain karena . .. (8) , sehingga lebih menguntungkan bagi
negara apabila dilakukan ... (1) atas BMN tersebut.
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh tanggung jawab untuk
digunakan sebagaimana mestinya.
Dibuat di ... (9 )
. .. (5) ,
Mengetahui
1. ... ... (tanda tangan)
- 277 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan bentuk pemindahtanganan antara lain Penjualan , Hibah,
atau Tukar Menukar.
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(4) Diisi dengan hari, tanggal, bulan , dan tahun pelaksanaan penelitian
dan pemeriksaan BMN .
(5) Diisi dengan “Tim Internal Penjualan” , “Tim Persiapan Hibah” atau
“Tim Persiapan Tukar Menukar”
(6) Diisi dengan Keputusan tentang pembentukan Tim
Pemindahtanganan BMN.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Pemindahtanganan BMN .
(8) Diisi dengan alasan / pertimbangan dilaksanakannya
pemindahtanganan BMN .
(9 ) Diisi dengan tempat pembuatan berita acara.
(10) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani berita
acara.
if
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 278 -
C . Nota Dinas Usulan Pemindahtanganan BMN
NOTA DINAS
NOMOR ND - .. . (1)
Yth ... ( 2)
Dari ... (3)
Sifat ... ( 4)
Lampiran .. . (6)
Hal Permohonan ... (7) Barang Milik Negara pada Kementerian Keuangan
c.q (8)
Tanggal .. . (9 )
(tanda tangan )
... ( 17)
Tembusan :
1 . ... ( 18)
2. ... ( 19 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 279 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan tujuan nota dinas:
a. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW dalam
hal pihak yang menyampaikan usulan adalah Satuan Kerja; atau
b. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan dalam hal yang
menyampaikan usulan adalah Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW.
(3) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan satuan kerja.
(4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan nama Satuan Keija yang menatausahakan BMN .
(7) Diisi dengan bentuk pemindahtanganan BMN, antara lain Penjualan ,
Hibah atau Tukar Menukar.
(8) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(9 ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemindahtanganan BMN .
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(12) Diisi dengan jenis dan luas / kuantitas BMN.
Contoh:
a. “sebagian Tanah dan/ atau Bangunan seluas 6m2 (enam meter
persegi)”;
b. “2 (dua) unit Sepeda Motor”; dst
(13) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang diusulkan .
(14) Diisi dengan besaran nilai limit penjualan dalam hal bentuk
pemindahtanganan yang diusulkan adalah Penjualan.
(15) Diisi dengan alasan / pertimbangan dilaksanakannya
pemindahtanganan BMN
(16) Diisi dengan dokumen kelengkapan yang dibutuhkan dalam usulan
Pengelolaan BMN sebagaimana dipersyaratkan dalam Lampiran I
Keputusan Menteri Keuangan ini.
(17) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani.
(18) Diisi dengan " Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan" dalam hal
tujuan nota dinas sebagaimana angka (3) huruf a.
(19) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait dalam hal tujuan nota dinas sebagaimana angka (3)
huruf b.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 280 -
DAFTAR BARANG BERUPA .... (4 ) PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C .Q. ... ( 5 ) YANG DIUSULKAN UNTUK DILAKUKAN ... ( 6 )
Lokasi/
Nama Kode Dokumen Tahun Nilai Nilai
No NUP Merek/ Tipe/ Luas Kondisi Keterangan
Barang Barang Kepemilikan Perolehan Perolehan Limit
Identitas
(7) (8 ) 0) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
1
2
JUMLAH
(tanda tangan)
... ( 19)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 281 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi jabatan yang mengajukan usulan (Kepala Satuan Kerja /
Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala Biro Umum) .
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tanggal nota dinas.
( 4) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan .
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan bentuk Pemindahtanganan BMN antara lain Penjualan,
Hibah, atau Tukar Menukar
(7) Diisi dengan nomor urut.
(8) Diisi dengan nama barang.
(9 ) Diisi dengan kode barang.
(10) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(11) Diisi dengan:
a. lokasi BMN , untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN, untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan .
(12) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan, untuk dokumen
yang memiliki dokumen kepemilikan.
(13) Diisi dengan:
a. luas dalam m2 ( meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah dan / atau
Bangunan; atau
b. dapat dikosongkan untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan .
(14 ) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(15) Diisi dengan tahun perolehan .
(16) Diisi dengan nilai perolehan .
(17) Diisi dengan besaran nilai limit penjualan, dalam hal bentuk
pemidahtanganan yang diusulkan adalah Penjualan BMN.
( 18) Diisi dengan informasi penting lainnya, seperti alasan BMN dijual
(19) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 282 -
E . Daftar Barang Nota Dinas Usulan Pemindahtanganan Bongkaran BMN
DAFTAR BONGKARAN BARANG MILIK NEGARA HASIL PERBAIKAN ( RENOVASI / REHABILITASI / RESTORASI )
PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C.Q. ... ( 4)
YANG DIUSULKAN UNTUK ... ( 5 )
... ( 12 )
(tanda tangan)
... ( 1 3)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 283 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan jabatan kepala Satuan Kerja.
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(4 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja yang menatausahakan BMN .
(5) Diisi dengan jenis usulan pemindahtanganan BMN dari Kuasa
Pengguna Barang ke Pengguna Barang, seperti;
-
a. “Dijual”, atau
b. “Dihibahkan”;
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan uraian barang yang menjadi bongkaran BMN seperti:
kaca, kayu, besi pagar, dst.
(8) Diisi dengan kuantitas atau volume barang.
(9) Diisi dengan besaran nilai limit penjualan per satuan barang.
( 10) Diisi dengan besaran nilai limit penjualan total barang.
(11) Diisi dengan informasi penting lainnya.
( 12) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani usulan sebagaimana diatur Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(13) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 284 -
F. Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI
SURAT KETERANGAN
PENGHENTIAN PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA
PADA ... (1)
NOMOR: ... (2 )
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : .. . ( 3)
NIP : . .. ( 4 )
Jabatan : .. . (5)
dengan ini menerangkan bahwa berdasarkan penelitian fisik , Barang Milik Negara
sebagaimana rincian terlampir ... (6) .
.
... . .. (8 )
(tanda tangan)
... (3)
Petunjuk pengisian:
( 1) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
( 2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi .
(3) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan .
( 4 ) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan .
(6) Diisi dengan alasan penghentian penggunaan .
Contoh: “ kondisinya rusak berat dan tidak ekonomis apabila diperbaiki” .
(7 ) Diisi dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225 / PMK. 05 / 2019
tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat, beserta perubahan atau
penggantinya.
(8) Diisi dengan tempat , tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Keterangan .
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 285 -
G. Surat Pernyataaan
SURAT PERNYATAAN
NOMOR : ... (1 )
... (6 )
(tanda tangan)
... ( 2)
Petunjuk pengisian:
(1 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
( 3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(4 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan .
( 5) Diisi dengan materi pernyataan sesuai kebutuhan .
(6) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Pernyataan .
¥
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 286 -
H . Nota Dinas Pengguna Barang Kepada Pengelola Barang
%
s
NOMOK ND- ... (1)
Yth. .. . ( 2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... (3)
Lampiran ... (4)
Hal Permohonan ... (5) Barang Milik Negara pada Kementerian
Keuangan c.q. ... (6)
Tanggal .. . ( 7 )
Sehubungan dengan hal di atas:
1. berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan ... (8) ;
2. memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan ... (9); dan
3. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan ... (10) ,
bersama ini kami sampaikan permohonan ... (5) BMN berupa ... (11) dengan jumlah nilai
perolehan sebesar Rp... , 00 (... rupiah ) ... ( 12 ) “ dan nilai limit oeniualan sebesar Rv , 00
( . .. rupiahI ( 13 )” pada Kementerian Keuangan c.q. ... (6 ) , dengan rincian sebagaimana
tercantum dalam daftar barang pada Lampiran nota dinas ini.
Sebagai bahan pertimbangan , terlampir kami sampaikan pula dokumen sebagai berikut:
1. ... ( 14 );
2. ... (14 ) ;
3. ... ( 14 ) .
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih .
a. n . Menteri Keuangan
... (15)
(tanda tangan )
... (16)
Tembusan :
1. Menteri Keuangan
2. ... ( 17 )
3. ... (18)
4 . ... ( 18)
5. ... ( 18)
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 287 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan tujuan nota dinas, dalam hal ini kepada Dirjen Kekayaan
Negara / Direktur PKNSI / Kepala Kanwil DJKN / Kepala KPKNL, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan dalam bentuk
mandat kepada pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara.
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan bentuk Pemindahtanganan BMN antara lain Penjualan,
Hibah, atau Tukar Menukar.
(6) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(7) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemindahtanganan BMN.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan .
(11) Diisi dengan jenis dan luas / kuantitas BMN.
Contoh:
a. “sebagian Tanah dan/ atau Bangunan seluas 6m2 (enam meter
persegi )”;
b. “ 2 (dua) unit Sepeda Motor”;
c. dst.
(12) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang diusulkan.
(13) Diisi dengan besaran nilai limit penjualan dalam hal bentuk
pemindahtangan yang diusulkan adalah Penjualan BMN .
( 14) Diisi dengan dokumen kelengkapan yang dibutuhkan dalam usulan
sebagaimana dipersyaratkan dalam Lampiran I Keputusan Menteri ini.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani usulan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan
BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
(17) Diisi dengan “ Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan", dalam hal
yang mengajukan usulan adalah selain Kepala Biro Manajemen BMN
dan Pengadaan .
(18) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 288 -
I. Nota Dinas Persetujuan Penjualan BMN
NOTA DINAS
NOMOR ND-.... (1)
Yth ... ( 2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... (3)
Lampiran ... ( 4)
Hal Persetujuan Penjualan Barang Milik Negara Selain Tanah dan / atau
Bangunan Pada ... (5)
Tanggal - (6 )
Sehubungan dengan:
1. Nota Dinas Saudara Nomor ... (7);
2. Peraturan Menteri Keuangan ... (8);
3. Peraturan Menteri Keuangan ... (9 );
4. Memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan ... (10); dan
5. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan ... (11) ,
dengan ini diberitahukan bahwa usulan Penjualan Barang Milik Negara (BMN ) berupa ... (12)
dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp... , 00 (... rupiah ) ... (13) pada ... (5) sebagaimana
tercantum dalam lampiran nota dinas ini, pada prinsipnya dapat disetujui , dengan ketentuan
Penjualan dilaksanakan secara lelang.
Guna tertib administrasi pengelolaan BMN, pelaksanaan Penjualan BMN tersebut agar
berpedoman pada:
1. Peraturan Pemerintah ... (14 )
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor . .. (9 );
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penjualan BMN tidak mengganggu tugas operasional ... (5) dan persetujuan ini tidak
merupakan jaminan disediakannya dana anggaran untuk pengadaan BMN yang baru
sebagai pengganti BMN yang dijual.
2. Persetujuan ini segera ditindaklanjuti dengan Penjualan BMN secara lelang.
3. Pengajuan permohonan atas pelaksanaan lelang secara lengkap paling lambat 6 (enam )
bulan sejak tanggal persetujuan ini diterbitkan .
4 . Penjualan secara lelang atas BMN agar dilakukan melalui ... (15) dengan nilai limit sebesar
Rp...,00 (...rupiah) ... (16 ) berdasarkan ... (17) , dan hasil Penjualan seluruhnya disetorkan
ke rekening Kas Umum Negara
5. Serah terima BMN dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima ( BAST) dan dilakukan
setelah Pihak Pemenang Lelang melakukan pelunasan ke Rekening Kas Umum Negara
6. Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal BAST
BMN ditandatangani.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 289 -
... (19 )
Tembusan:
1. Menteri Keuangan;
2. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan;
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
( 2) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan unit organisasi / satuan
kerja yang mengusulkan pemindahtanganan .
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4 ) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(7) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal dalam Naskah Dinas usulan
Penjualan BMN.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pendelegasian Kewenangan Dan Tanggung Jawab Tertentu Dari
Pengelola Barang Kepada Pengguna Barang;
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemindahtanganan BMN .
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan
(12) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang disetujui.
(13) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang disetujui.
(14) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai
Pengelolaan BMN .
(15) Diisi dengan Kan tor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang setempat.
(16) Diisi dengan jumlah nilai limit Penjualan yang disetujui.
(17) Diisi dengan dasar pertimbangan persetujuan besaran nilai limit,
antara lain:
1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 290 -
.
a Laporan Penilaian dari Tim Internal Penjualan dan Surat
Pernyataan Tanggung Jawab Nilai Limit dari Kuasa Pengguna
Barang; atau
b. Hasil Penelitian Sekretaris Unit Eselon I / Sekretaris LNSW / Kepala
Biro Umum.
( 18) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani persetujuan Penjualan BMN sebagaimana diatur
dalam mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN
di lingkungan Kementerian Keuangan.
(19) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
persetujuan Penjualan BMN .
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 291 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Persetujuan Penjualan BMN Selain Tanah dan / atau Bangunan Yang Tidak Memiliki Bukti
Kepemilikan Dengan Nilai Perolehan Sampai Dengan Rp 100.000 . 000 , 00 (Seratus Juta Rupiah )
Lampiran
-
Itf Nota Dinas Menteri Keuangan
Nomor : ... ( 1)
Tanggal : ... ( 2)
DAFTAR BARANG SELAIN TANAH DAN / ATAU BANGUNAN PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C. Q . ... ( 3 )
YANG DISETUJUI UNTUK DIJUAL
2
Jumlah
a. n . Menteri Keuangan
. . . ( 14 )
(tanda tangan)
. . . (15 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 292 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(4) Diisi dengan nomor urut.
(5) Diisi dengan nama barang.
(6) Diisi dengan kode barang.
(7) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(8) Diisi dengan merk / tipe / identitas BMN .
(9 ) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(10) Diisi dengan tahun perolehan .
(11) Diisi dengan nilai perolehan.
(12 ) Diisi dengan besaran nilai limit penjualan .
(13) Diisi dengan informasi lain yang signifikan / informasi penting lainnya.
(14) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani persetujuan Penjualan BMN sebagaimana diatur
dalam mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN
di lingkungan Kementerian Keuangan.
(15) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
persetujuan Penjualan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 293 -
J . Nota Dinas Persetujuan Hibah BMN
*
NOTA DINAS
NOMOR ND- ... (1)
Yth . . . (2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... (3)
Lampiran ... ( 4)
Hal Persetujuan Hibah Barang Milik Negara Pada ... (5)
Tanggal . . . (6 )
Sehubungan dengan:
1. Nota Dinas Saudara Nomor ... (7 ) tanggal ... (7 ) hal ... (7 );
2 . Peraturan Menteri Keuangan .. . (8 )
3. Peraturan Menteri Keuangan ... (9 ) ; dan
4. dan memperhatikan Keputusan Menteri Keuangan ... (10) ,
dengan ini diberitahukan bahwa usulan Hibah Barang Milik Negara ( BMN ) pada ... (5) berupa
... (11) dengan nilai perolehan sebesar Rp...,00 (... rupiah ) ... (12 ) kepada ... (13) , dengan
rincian sebagaimana tercantum dalam daftar barang pada Lampiran nota dinas ini untuk
digunakan .. . ( 14 ) , pada prinsipnya dapat disetujui .
Guna tertib administrasi pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) , pelaksanaan Hibah
BMN tersebut memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1. Persetujuan Hibah BMN ini ditindaklanjuti dengan penandatanganan Naskah Hibah
antara Pengguna Barang dan Penerima Hibah paling lambat 2 (dua ) bulan sejak tanggal
surat persetujuan ini.
2 . Berdasarkan Naskah Hibah , Pengguna Barang melakukan serah terima BMN kepada
Penerima Hibah yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima ( BAST) BMN paling
lambat 7 (tujuh) hari sejak tanggal Naskah Hibah;
3. Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan paling lama 2 (dua ) bulan sejak tanggal BAST
BMN ditandatangani.
4 . Berdasarkan Keputusan Penghapusan , Kuasa Pengguna Barang menghapus BMN dari
Daftar Barang Pengguna / Kuasa Pengguna ( DBP / DBKP) .
5. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan Pemindahtanganan BMN yang
merupakan satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN kepada Pengelola Barang
c.q. ... (15) , Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan , dan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW paling lambat 1 (satu ) bulan kerja sejak Keputusan
Penghapusan ditetapkan , dengan melampirkan fotokopi Naskah Hibah , BAST, dan
Keputusan Penghapusan serta printout perubahan Daftar Barang Kuasa Pengguna.
6. Menyampaikan fotokopi / scan Berita Acara Serah Terima kepada Menteri Keuangan c.q.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko selaku Unit Akuntansi yang
mengelola hibah .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 294 -
7 . Kebenaran materiil atas jenis, jumlah, tahun, dan nilai BMN yang dihibahkan serta calon
Penerima Hibah tersebut menjadi tanggung jawab Kuasa Pengguna Barang.
8 . Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat persetujuan ini , maka akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya .
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
(tanda tangan)
. .. ( 17 )
Tembusan:
1 . Menteri Keuangan
2. Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan
3. Kepala Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
( 2) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan unit organisasi / satuan
kerja yang mengusulkan pemindahtanganan .
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(7) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal naskah dinas permohonan
persetujuan Hibah BMN.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Pendelegasian Kewenangan Dan Tanggung Jawab Tertentu
Dari Pengelola Barang Kepada Pengguna Barang.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai pemindahtanganan BMN .
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan.
(11) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang disetujui.
(12) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang disetujui.
(13) Diisi dengan Pihak Calon Penerima Hibah BMN yang disetujui.
(14) Diisi dengan Tujuan Penggunaan BMN yang dimohonkan untuk
dihibahkan kepada Calon Penerima Hibah.
(15) Diisi dengan Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
setempat.
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani persetujuan Hibah BMN sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 295 -
( 17) Diisidengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
persetujuan Hibah BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 296 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Persetujuan Hibah BMN
Lampiran
Nota Dinas Menteri Keuangan
$ Nomor : ... (1)
Tanggal : ... (2 )
DAFTAR BARANG SELAIN TANAH DAN / ATAU BANGUNAN PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C . Q . ... ( 3 )
YANG DISETUJUI UNTUK DIHIBAHKAN KEPADA ... ( 4)
2
Jumlah
a. n . Menteri Keuangan
. . . ( 14 )
(tanda tangan)
.. . ( 15 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 297 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
( 2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(4) Diisi dengan penerima Hibah BMN.
(5) Diisi dengan nomor unit.
(6) Diisi dengan nama barang.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan Nomor Unit Pendaftaran ( NUP) .
(9 ) Diisi dengan: merk / tipe / identitas BMN .
(10) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(11) Diisi dengan tahun perolehan .
(12 ) Diisi dengan nilai perolehan.
(13) Diisi dengan alasan atau tujuan dilakukan Hibah BMN .
(14) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani persetujuan Hibah BMN sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(15) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
persetujuan Hibah BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 298 -
K. Berita Acara Serah Terima
Pada hari ini, ... (3) tanggal ... (3) bulan ... (3) tahun ... (3) ( . ) (3) , kami yang bertanda
tangan di bawah ini:
1. Nama : ... (4 )
Jabatan : ... (5)
dalam hal ini bertindak ... (6) berdasarkan . .. (7) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA;
2. Nama : . . . (8 )
Jabatan : ... (9 )
dalam hal ini bertindak ... (10) berdasarkan ...(11) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
KEDUA,
bahwa berdasarkan ... (12 ) maka kedua belah pihak sepakat untuk melakukan serah terima
... (13), dengan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
PIHAK PERTAMA melakukan penyerahan ... (13) kepada PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA
menerima penyerahan hak ... (13) dari PIHAK PERTAMA atas ... (14) dengan jumlah nilai
perolehan sebesar Rp..., 00 (... rupiah ) ( 15) .
Pasal 2
... (13) sebagaimana tersebut dalam Pasal 1 digunakan oleh PIHAK KEDUA dalam rangka ...
( 16 ) .
Pasal 3
...(dan hal -hal lain yang dianggappenting untuk dimasukkan dalam mated berita acara serah
terima)...
Demikian Berita Acara Serah Terima ini dibuat dengan sebenarnya dalam rangkap 2 (dua)
dan ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal tersebut di atas untuk digunakan
sebagaimana mestinya.
. . . ( 8) ... ( 4)
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 299 -
Petunjuk Pengisian:
(1 ) Diisi dengan bentuk Pemindahtanganan BMN, antara lain Penjualan ,
Hibah, atau Tukar Menukar
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan atau
penomoran Naskah Dinas unit organisasi, disesuaikan dengan
kewenangannya.
(3) isi dengan hari, tanggal, bulan , dan tahun serah terima dilaksanakan .
(4) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani berita
acara.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Berita Acara Serah Terima.
(6) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
Berita Acara Serah Terima.
Contoh:
a. untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan; atau
b. selaku Kuasa Pengguna Barang.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai:
a. pelimpahan kewenangan di Lingkungan Kementerian Keuangan ,
dalam hal penandatanganan dilakukan untuk dan atas nama
Menteri keuangan; atau
b. pelaksanaan pengelolaan BMN di Lingkungan Kementerian
Keuangan , dalam hal penandatanganan dilakukan selaku Kuasa
Pengguna Barang.
(8) Diisi dengan nama pihak kedua, antara lain:
a. pejabat yang berwenang menandatangani berita acara dari
Kementerian / Lembaga lain atau Pemerintah Daerah / Desa; atau
b. Pihak lain yang merupakan mitra tukar-menukar / penjualan / hibah .
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani berita acara dari Kementerian / Lembaga lain,
Pemerintah Daerah / Desa, atau pihak lainnya.
(10) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
berita acara.
(11 ) Diisi dengan dasar kewenangan yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA.
(12) Diisi dengan dokumen yang menjadi dasar adanya serah terima.
(13) Diisi dengan hal yang diserahterimakan .
(14) Diisi dengan objek yang diserahterimakan .
(15) Dalam hal jumlah BMN terlalu banyak untuk dideskripsikan satu
persatu dapat disusun dalam bentuk lampiran yang tidak terpisahkan
dari Berita Acara Serah Terima.
(16) Diisi dengan nilai perolehan objek yang diserahterimakan.
(17) Diisi dengan pertimbangan / alasan dilakukannya serah terima BMN.
u]
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 300 -
L. Naskah Hibah / Perjanjian Tukar Menukar
NASKAH HIBAH /
PERJANJIAN TUKAR MENUKAR *)
ANTARA
KEMENTERLAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DAN
... ( 1 )
TENTANG
. . . (2)
NOMOR ... (3)
NOMOR ...(3)
Pada hari ini, ... (4) tanggal ... (4) bulan ... (4) tahun ... (4 ) ... (4) bertempat di ... (5) ,
yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama . . . ( 6)
Jabatan ... ( 7)
Alamat ... ( 8)
dalam hal ini bertindak ... (9 ) berdasarkan ... (10) , yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA.
2. Nama ... (11)
Jabatan ... ( 12 )
Alamat ... 13)
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama ... (14) berdasarkan ... (15) , yang selanjutnya
disebut sebagai PIHAK KEDUA.
Selanjutnya PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut PARA PIHAK.
Bahwa PARA PIHAK masing-masing bertindak dalam kedudukannya sebagaimana tersebut
di atas, terlebih dahulu menerangkan bahwa:
a. ... (16 )
b. .. . (16 )
Bahwa dalam membuat dan melaksanakan Perjanjian ini, PARA PIHAK memperhatikan dan
mendasarkan pada ketentuan dalam:
1. ... (17 );
2. ... (17 ) ;
3 . ... (17) .
PARA PIHAK setuju dan sepakat untuk mengikatkan diri dalam suatu Perjanjian ... ( 2) yang
selanjutnya disebut Perjanjian, dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:
PASAL 1
OBJEK PERJANJIAN
PIHAK PERTAMA menyerahkan kepada PIHAK KEDUA , berupa . .. ( 18) dengan data
sebagaimana tercantum dalam lampiran Perjanjian ini.
PASAL 2
TUJUAN ATAU PERUNTUKAN
BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan PIHAK KEDUA sebagai ... (19 ) sesuai
ketentuan perundang-undangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 301 -
PASAL 3
HAK DAN KEWAJIBAN
PASAL ... ( 26 )
PENUTUP
Perjanjian ini mulai berlaku pada tanggal penandatanganannya, dan wajib ditindaklanjuti
dengan Berita Acara Serah Terima Barang Milik Negara antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA.
Demikian Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua ) yang masing- masing dibubuhi meterai
dan mempunyai kekuatan hukum mengikat bagi masing-masing pihak. Dengan
membubuhkan tanda tangan di bawah ini, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah
membuat Perjanjian secara sah .
Petunjuk Pengisian :
*) pilih salah satu
(1 ) Diisi dengan Kementerian / Lembaga, Pemerintah Daerah / Desa, atau
pihak lain .
( 2 ) Diisi dengan nama perjanjian .
( 3) Diisi dengan penomoran sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada
Kementerian / Lembaga, Pemerintah Daerah / Desa, atau pihak lain .
(4 ) Diisi dengan hari dan tanggal pembuatan perjanjian .
(5) Diisi dengan tempat penandatanganan perjanjian .
(6 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani perjanjian .
(7) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani perjanjian .
(8) Diisi dengan alamat satuan kerja .
(9 ) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
Berita Acara Serah Terima.
•I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 302 -
Contoh:
c. untuk dan atas nama Menteri Keuangan Republik Indonesia selaku
Pengguna Barang Kementerian Keuangan , atau
d . selaku Kuasa Pengguna Barang.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai:
e. pelimpahan kewenangan di Lingkungan Kementerian Keuangan ,
dalam hal penandatanganan dilakukan untuk dan atas nama Menteri
keuangan, atau
f. pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan,
dalam hal penandatanganan dilakukan selaku Kuasa Pengguna
Barang.
(11 ) Diisi dengan nama pihak kedua, antara lain:
e. pejabat yang berwenang menandatangani berita acara dari
Kementerian / Lembaga lain atau Pemerintah Daerah / Desa; atau
f pihak lain yang merupakan penerima hibah / mitra tukar menukar.
.
(12) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani berita acara dari Kementerian / Lembaga lain,
Pemerintah Daerah / Desa, atau pihak lainnya.
(13) Diisi dengan alamat Kementerian / Lembaga lain , Pemerintah
Daerah / Desa, atau pihak lainnya.
(14) Diisi dengan kewenangan yang dijalankan dalam penandatanganan
perjanjian .
(15) Diisi dengan dasar kewenangan yang dimiliki oleh PIHAK KEDUA.
(16 ) Diisi dengan dasar pertimbangan dilaksanakannya perjanjian .
(17) Diisi dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku .
(18) Diisi dengan deskripsi BMN yang menjadi objek.
(19) Diisi dengan deskripsi tujuan dan peruntukan dari Hibah / Tukar
Menukar BMN oleh pihak kedua
(20) Diisi dengan hak PIHAK PERTAMA.
(21) Diisi dengan kewajiban PIHAK PERTAMA .
(22) Diisi dengan hak PIHAK KEDUA.
(23) Diisi dengan kewajiban PIHAK KEDUA.
(24) Diisi dengan nomor pasal dalam hal diperlukan pasal tambahan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 303 -
(25) Diisi dengan judul dan ketentuan yang akan diatur dalam hal diperlukan
ketentuan tambahan antara lain:
No Tukar
Uraian Hibah
Menukar
1 Penyelesaian Perselisihan V V
2 Sanksi V
3 Keadaan Memaksa ( kahar) 7 7
4 Dasar perjanjian 7 7
Klausul beralihnya tanggungjawab dan kewajiban
5 kepada pihak
penerima hibah V
6 Spesifikasi barang pengganti V
7 Pelaksanaan penilaian barang pengganti V
Klausul bahwa dok. kepemilikan barang pengganti
8
an Pemerintah RI V
9 Ketentuan apabila barang pengganti tidak sesuai V
(26) Diisi dengan nomor pasal terakhir.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 304 -
M . Laporan Pelaksanaan
KEPALA NASKAH DINAS UNIT ORGANISASI
LAPORAN
TENTANG . . . ( 1 )
NOMOR LAP- . . . (2)
A. Pendahuluan
( 3) .
E. Penutup
. (7 ) .
. . . ( 8)
... ( 9)
(tanda tangan)
... ( 10)
Petunjuk Pengisian:
(1 ) Diisi dengan judul laporan .
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Ruang Lingkup,
Dasar dari kegiatan / hal-hal yang dilaksanakan .
(4) Diisi dengan informasi mengenai pelaksanaan kegiatan ataupun progres
kegiatan pengelolaan BMN.
(5) Diisi dengan informasi mengenai hasil kegiatan yang dicapai.
(6) Diisi dengan kesimpulan dari kegiatan / hal-hal yang telah dilaksanakan
dan saran untuk perbaikan kedepannya.
(7) Diisi dengan kalimat penutup laporan.
(8) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan laporan .
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan satuan kerja.
(10) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani laporan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 305 -
BAB XI
PEMUSNAHAN BMN
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM INTERNAL PEMUSNAHAN BARANG MILIK NEGARA PADA
... (3)
... (1) ,
Menimbang a. bahwa pada ... (3) terdapat Barang Milik Negara dalam kondisi
rusak berat dan / atau sudah tidak dapat digunakan untuk
kegiatan operasional kantor, sehingga perlu dilakukan
Pemusnahan;
b. bahwa untuk melaksanakan Penghapusan Barang Milik
Negara melalui Pemusnahan , perlu dibentuk suatu Tim
Internal Pemusnahan Barang Milik Negara;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan ... (1)
tentang Pembentukan Tim Internal Pemusnahan Barang Milik
Negara pada ... (3) ;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4355);
2. Peraturan Pemerintah Nomor ... ( 4) ;
PERTAMA : Membentuk Tim Internal Pemusnahan Barang Milik Negara pada ...
(3) dengan susunan keanggotaan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan ... (1) .
r
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 306 -
KEDUA : Tim Pemusnahan Barang Milik Negara sebagaimana dalam Diktum
PERTAMA mempunyai tugas untuk:
1. menyiapkan data administratif BMN yang akan dimusnahkan ;
2. melakukan penelitian administratif , meliputi penelitian data dan
dokumen BMN;
3. melakukan penelitian fisik, untuk mencocokkan kesesuaian fisik
BMN yang akan dimusnahkan dengan data administratif;
4 . menyiapkan kelengkapan dokumen pendukung usulan
Pemusnahan BMN;
5. menyiapkan alasan dan pertimbangan dilakukannya
Pemusnahan BMN;
6. meiaksanakan Pemusnahan BMN ;
7. menyusun laporan pelaksanaan Pemusnahan BMN;
8. menyusun laporan Penghapusan BMN. jika diperlukan;
9. . .. (8)
KETIGA : Masa tugas Tim Internal Pemusnahan Barang Milik Negara adalah
sejak keputusan ini ditetapkan sampai ... (9) dan dapat
diperpanjang.
KEEMPAT : Keputusan ... (1) ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan .
Salinan Keputusan ... (1) ini disampaikan kepada:
1. Sektretaris Jenderal Kementerian Keuangan;
2. Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan;
3. ... ( 10);
4. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan;
5. Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang ...
( i i );
6. Anggota Tim Internal Pemusnahan Barang Milik Negara pada
... ( 3) .
Ditetapkan di ... ( 12 )
pada tanggal ... (13)
( 1),
. ..
(tanda tangan)
. .. ( 14 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 307 -
LAMPIRAN
KEPUTUSAN ... ( 1)
NOMOR ICEP- ... ( 2)
TENTANG PEMBENTUKAN TIM PEMUSNAHAN
BARANG MILIK NEGARA PADA ... ( 3)
... ( 1) ,
(tanda tangan)
. .. ( 14)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 308 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Satuan Kerja yang
memiliki kewenangan untuk membentuk Tim Internal Pemusnahan .
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(4) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai
pengelolaan BMN .
(5) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemusnahan BMN.
(6) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan .
(8) Diisi dengan tugas Tim Internal Pemusnahan lainnya, jika ada dan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
(9 ) Diisi tanggal, bulan, dan tahun berakhirnya masa tugas Tim Internal
Pemusnahan.
(10) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang menjadi induk Satuan
Kerja yang menetapkan Tim Pemusnahan.
(11) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
sesuai wilayah kerja.
(12) Diisi dengan tempat penetapan keputusan Tim Internal Pemusnahan .
(13) Diisi dengan tanggal penetapan keputusan Tim Internal Pemusnahan.
(14) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menetapkan keputusan
Pembentukan Tim Internal Pemusnahan .
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 309 -
B. Laporan Penelitian
LAPORAN PENELITIAN
TIM INTERNAL PEMUSNAHAN BMN
PADA ...
( diisi nama Satuan Kerja yang akan melakukan Pemusnahan )
TANGGAL PENELITIAN
- 310 -
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. LATAR BELAKANG
A. DASAR PENUGASAN
B. TUJUAN PENELITIAN
II. PENELITIAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
B. HASIL PENELITIAN
LAMPIRAN
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 311 -
I. LATAR BELAKANG
A. DASAR PENUGASAN
... ( diisi deskripsi objek Pemusnahan yang dilakukan penelitian, dapat berupa
penjelasan deskriptif atau uraian atas semua hal terkait objek penelitian antara lain
mengenai perolehan , keterangan, dan keberadaan objek )
E. SYARAT PENGUNGKAPAN / DISCLOSURE
... (Tim mengungkapkan fakta dan informasi penting dan relevan terkait objek
Pemusnahan yang belum dituangkan dalam bagian- bagian sebelumnya, jika
diperlukan )
II . PENELITIAN
A. PELAKSANAAN PENELITIAN
... (diisi uraian mengenai pelaksanaan kegiatan penelitian )
B. HASIL PENELITIAN
... (diisi uraian mengenai hasil pelaksanaan kegiatan penelitian )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 312 -
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Tim sebagaimana uraian
dimaksud pada laporan ini, Tim menyampaikan simpulan penelitian sebagai berikut:
1 2 3
1.
2.
3.
dst.
« /
An .<
, >
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 313 -
LAMPIRAN
*telah
memenuhi
1
syarat
pemusnahan
2
3
JUMLAH
Kuantitas /
No Uraian Barang Satuan Keterangan
Volume
4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 314 -
C . Berita Acara Hasil Penelitian
... ( i )
BERITA ACARA
HASIL PENELITIAN DAN PEMERIKSAAN BARANG MILIK NEGARA
YANG DIUSULKAN UNTUK DIMUSNAHKAN PADA . .. ( 2 )
NOMOR BA - ... ( 3)
Pada hari ini, ... (4 ) tanggal ... ( 4) bulan ... (4) tahun .. . (4 ) ... (4 ) , kami
selaku Tim Pemusnahan pada ... (2 ) yang bertanda tangan di bawah ini:
4 dst.
telah melaksanakan penelitian dan pemeriksaan terhadap Barang Milik Negara pada . ..
(2) berdasarkan Keputusan ... (5) Nomor ... ( 6) sebagaimana daftar terlampir. Kami
menyatakan bahwa Barang Milik Negara tersebut telah memenuhi persyaratan
pemusnahan Barang Milik Negara sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 83/ PMK.06 / 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan
Penghapusan Barang Milik Negara, antara lain karena .. . (7) .
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh tanggung jawab
untuk digunakan sebagaimana mestinya.
«I
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 315 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(4) Diisi dengan tanggal hari terakhir pelaksanaan penelitian terhadap
objek Pemusnahan .
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Satuan Kerja yang
menetapkan keputusan pembentukan Tim Internal Pemusnahan.
(6) Diisi dengan dengan nomor, tanggal, dan perihal keputusan
pembentukan Tim Pemusnahan.
(7) Diisi dengan alasan / pertimbangan dilaksanakannya Pemusnahan.
(8) Diisi dengan tempat pembuatan berita acara.
(9) Diisi dengan nama pejabat / pegawai yang mendampingi pelaksanaan
survei.
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 316 -
D . Nota Dinas Usulan Pemusnahan BMN dari Kuasa Pengguna Barang ke
Pengguna Barang
. .. ( l )
NOTA DINAS
NOMOR ND- ... (2 )
(tanda tangan)
... ( 16 )
Tembusan :
1 . Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
2. ... ( 17 )
3. ... ( 17 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 317 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tujuan nota dinas:
a. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW,
dalam hal pihak yang menyampaikan usulan adalah Satuan Kerja;
atau
b. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan, dalam hal yang
menyampaikan usulan adalah Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW.
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani
usulan .
(5) Diisi dengan sifat nota dinas.
(6) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(7) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Pemusnahan BMN .
( 10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(12) Diisi dengan jenis dan luas / kuantitas BMN.
Contoh:
c. “sebagian Tanah dan/ atau Bangunan seluas 6m2 (enam meter
persegi)” ]
-
d. “2 (dua) unit Sepeda Motor”,
e. dst.
(13) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang diusulkan untuk
dimusnahkan.
(14) Diisi dengan pertimbangan / alasan dilakukan Pemusnahan BMN;
(15) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan .
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .
(17) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 318 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Usulan Pemusnahan BMN dari Kuasa Pengguna Barang ke Pengguna Barang
DAFTAR BARANG BERUPA ... ( 4) PADA ... ( 5 ) YANG DIUSULKAN UNTUK DIMUSNAHKAN
Lokasi /
Nama Kode Merek / Tipe Dokumen Tahun Nilai
No Barang Barang NUP / Identitas Kepemilikan Kondisi Perolehan Perolehan Keterangan
(6 ) ( 7) (8) (9 ) ( 10) ( 11) ( 12 ) ( 1 3) (14 ) ( 15)
1
2
3
JUMLAH
(tanda tangan)
. . . ( 16 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 319 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani usulan.
( 2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tanggal nota dinas.
( 4) Diisi dengan:
a. Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan nama barang.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(10) Diisi dengan:
a. lokasi BMN , untuk BMN berupa Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN, untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan.
(11) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan, untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan .
(12 ) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(13) Diisi dengan tahun perolehan.
(14) Diisi dengan nilai perolehan .
(15) Diisi dengan informasi penting lainnya.
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 320 -
E. Nota Dinas Usulan Pemusnahan Bongkaran BMN dari Kuasa Pengguna
Barang ke Pengguna Barang
- ( 1)
NOTA DINAS
NOMOR ND-... / • • • / • • (2 )
( tanda tangan )
... ( 14 )
Tembusan :
1. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
2. ... ( 15)
3. ... ( 15)
ti
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 321 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tujuan nota dinas:
a. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW ,
dalam hal pihak yang menyampaikan usulan adalah Satuan Kerja;
atau
b. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan , dalam hal yang
menyampaikan usulan adalah Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani
usulan .
(5) Diisi dengan sifat nota dinas.
(6) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(7) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Pemusnahan BMN .
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(12) Diisi dengan pertimbangan / alasan perlu dilakukan Pemusnahan;
(13) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan.
(14) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait.
H
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 322 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Usulan Pemusnahan Bongkaran BMN dari Kuasa Pengguna Barang ke Pengguna Barang
DAFTAR BONGKARAN BARANG MILIK NEGARA HASIL PERBAIKAN ( RENOVASI / REHABILITASI / RESTORASI )
PADA ... ( 4 ) YANG DIUSULKAN UNTUK DIMUSNAHKAN
(tanda tangan)
... ( 10)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 323 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani
usulan.
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(4) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan uraian material bongkaran BMN, seperti: kaca, kayu , besi
pagar, dst.
(7) Diisi dengan jumlah kuantitas atau volume barang.
(8) Diisi dengan jenis satuan barang.
(9 ) Diisi dengan informasi penting lainnya.
( 10) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .
•j
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 324 -
F Nota Dinas Usulan Pemusnahan dari Pengguna Barang ke Pengelola Barang
.
NOTA DINAS
NOMOR ND -... (1)
Yth . . . (2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... ( 3)
Lampiran ... (4 )
Hal Permohonan Pemusnahan Barang Milik Negara Pada
Kementerian Keuangan c.q. ... (5)
Tanggal . . . (6 )
(tanda tangan)
... ( 14 )
Tembusan :
1. ... ( 15)
2. ... (16 )
3. ... (16 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 325 -
Petunjuk pengisian:
( 1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
( 2 ) Diisi dengan tujuan nota dinas, dalam hal ini kepada Dirjen Kekayaan
Negara / Direktur PKNSI / Kepala Kanwil DJKN / Kepala KPKNL, sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
pelimpahan kewenangan Menteri Keuangan dalam bentuk mandat
kepada pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Pemusnahan BMN .
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(9 ) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(10) Diisi dengan jenis dan luas / kuantitas BMN.
Contoh:
a. “sebagian Tanah dan/ atau Bangunan seluas 6m2 (enam meter
persegi)”\
b. “2 (dua) unit Sepeda Motor”;
c. dst.
(11) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN yang diusulkan untuk
dimusnahkan.
(12) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan Pemusnahan
BMN.
(13) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan
pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(14) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Sekretariat Unit Eselon
I / Sekretariat LNSW / Biro Umum yang membawahi Satuan Kerja
terkait.
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait.
4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 326 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Usulan Pemusnahan Dari Pengguna Barang ke Pengelola Barang
Lampiran
Nota Dinas Menteri Keuangan
9 Nomor : ... (1)
.
Tanggal : .. ( 2 )
DAFTAR BARANG BERUPA ... ( 3 ) PADA KEMENTERIAN KEUANGAN C. Q . ... ( 4) YANG DIUSULKAN UNTUK DIMUSNAHKAN
Lokasi /
Nama Kode Merek / Tipe Dokumen Tahun Nilai
No Barang Barang NUP / Identitas Kepemilikan Kondisi Perolehan Perolehan Keterangan
(5) (6) ( 7) ( 8) ( 9) ( 10) ( 11) ( 12 ) (13) ( 14 )
1
2
3
JUMLAH
a. n . Menteri Keuangan
... (15)
(tanda tangan)
. . . ( 16 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 327 -
Petunjuk Pengisian
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2 ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan .
( 4) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nama barang.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP).
(9) Diisi dengan:
a. lokasi BMN , untuk BMN berupa Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan .
(10) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan , untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan.
(11) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(12) Diisi dengan tahun perolehan.
(13) Diisi dengan nilai perolehan.
(14) Diisi dengan informasi penting lainnya, seperti alasan dilakukannya
Pemusnahan .
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan
pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan .
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 328 -
G. Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN
... ( l )
SURAT KETERANGAN
PENGHENTIAN PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA
PADA ... (2 )
NOMOR: ... (3)
dengan ini menerangkan bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim
Internal Pemusnahan yang dibentuk melalui Keputusan . .. (6 ) Nomor ... (7 ) , Barang
Milik Negara sebagaimana rincian terlampir dihentikan karena ... (8) .
• •* ? . . . ( 10)
(tanda tangan)
... ( 4)
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 329 -
Petunjuk pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(4) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan Penghentian Penggunaan BMN .
(5) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan Penghentian Penggunaan BMN .
(6) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN .
(7) Diisi dengan nomor, tanggal dan hal dari keputusan pembentukan
Tim Internal Pemusnahan .
(8) Diisi dengan alasan penghentian penggunaan .
Contoh: “kondisi rusak berat dan tidak ekonomis apabila diperbaiki”.
(9) Diisi dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225 / PMK.05 / 2019
tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat, beserta perubahan
atau penggantinya.
(10) Diisi dengan tempat dan tanggal pembuatan Surat Keterangan
Penghentian Penggunaan BMN.
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 330 -
H . Surat Pernyataan
SURAT PERNYATAAN
NOMOR: ... (1 )
Demikian pernyataan ini kami buat dengan keadaan sebenarnya untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
.. . ( 6)
(tanda tangan)
Petunjuk pengisian:
(1 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan.
( 3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(4 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan .
( 5) Diisi dengan materi pernyataan , sesuai kebutuhan .
(6 ) Diisi dengan tempat dan tanggal pembuatan Surat Pernyataan .
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 331 -
I . Berita Acara Pemusnahan
... ( l )
BERITA ACARA
PEMUSNAHAN BARANG MILIK NEGARA
PADA ... ( 2 )
NOMOR BA - ... (3)
Pada hari ini, ... ( 4) tanggal ... ( 4) bulan .. . ( 4) tahun ) ... (4) , kami selaku
Tim Internal Pemusnahan pada ... (2 ) yang bertanda tangan di bawah ini:
2. .. . / . . . Sekretaris
4 dst.
telah melaksanakan pemusnahan Barang Milik Negara dengan cara ... (5) pada . . . (2)
berdasarkan surat persetujuan ... (6) Nomor ... (7) sebagaimana daftar terlampir. Kami
menyatakan bahwa Barang Milik Negara tersebut telah memenuhi persyaratan
penghapusan Barang Milik Negara sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor ... (8) , karena telah dimusnahkan dengan cara ... (5) sehingga tindak
lanjut berikutnya adalah dihapuskan.
Demikian Berita Acara Pemusnahan ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh
tanggung jawab untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Dibuat di . ..
Mengetahui Tim Pemusnahan ,
1 . ... ... (tanda tangan)
2 . . .. ... (tanda tangan )
3. ... ... (tanda tangan)
... (9 ) 4 . dst
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 332 -
Petunjuk Pengisian :
(1 ) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(4) Diisi dengan nama hari dan tanggal pelaksanaan pemusnahan objek
Pemusnahan.
(5) Diisi dengan metode Pemusnahan .
(6) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang menerbitkan surat
persetujuan Pemusnahan.
(7) Diisi dengan nomor dan tanggal surat persetujuan Pemusnahan.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Pemusnahan BMN .
(9) Diisi dengan nama pejabat / pegawai yang mendampingi pelaksanaan
Pemusnahan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 333 -
J . Laporan Pelaksanaan Pemusnahan
... ( l )
LAPORAN
PELAKSANAAN PEMUSNAHAN BARANG MILIK NEGARA
PADA . . . (2 )
NOMOR LAP- ... (3 )
A. Pendahuhian
(4 )
E. Penutup
(8)
.. . , ... (9)
... ( 10)
selaku Kuasa Pengguna Barang,
(tanda tangan )
... ( 11)
Petunjuk Pengisian:
(1 ) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
( 3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(4 ) Diisi dengan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan , Ruang Lingkup,
dan Dasar dari pelaksanaan kegiatan .
( 5) Diisi dengan informasi mengenai pelaksanaan Pemusnahan BMN .
(6 ) Diisi dengan informasi mengenai hasil kegiatan yang dicapai.
y
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 334 -
(7) Diisi dengan kesimpulan dari kegiatan / hal-hal yang telah
dilaksanakan dan saran untuk perbaikan kedepannya.
(8) Diisi dengan penutup.
(9) Diisi dengan tempat dan tanggal pembuatan laporan.
(10) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani laporan.
(11 ) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani laporan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 335 -
K. Persetujuan Pemusnahan BMN
*
NOTA DINAS
NOMORND- ... (1)
Yth . . . ( 2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... (3)
Lampiran ... ( 4 )
Hal Persetujuan Pemusnahan Barang Milik Negara pada ... (5)
Tanggal . . . (6)
Sehubungan dengan:
1. surat Saudara Nomor ... (7) ;
2. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (8) ; dan
3. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (9) ,
dengan ini diberitahukan bahwausulan Pemusnahan Barang Milik Negara (BMN) berupa ... (10) denganjumlah nilai
perolehan sebesar Rp...,00 (...rupiah) ... (11) pada ... (5) sebagaimana tercantum dalam lampiran persetujuan ini,
pada prinsipnya dapat disetujui.
Guna tertib administrasi pengelolaan BMN, pelaksanaan Pemusnahan BMN tersebut agar berpedoman
pada:
1. Peraturan Pemerintah Nomor ... (12) ; dan
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (13) ,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pemusnahan BMN tidak mengganggu tugas operasional ... (5);
2. Pemusnahan BMN dilaksanakan paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkannya surat persetujuan ini
dan dituangkan dalam Berita Acara Pemusnahan.
3. Persetujuan ini segera ditindaklanjuti dengan Penghapusan BMN dari Daltar Barang Kuasa Pengguna
berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang ditetapkan paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal Berita
Acara Pemusnahan.
4. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Pemusnahan BMN yang merupakan satu
kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN kepada Pengelola Barang c.q. ... (14) dan ... (15) paling lambat 1
(satu ) bulan sejak Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan dengan melampirkan Keputusan Penghapusan dan
Berita Acara Pemusnahan.
5. Kebenaran materiil atas jenis, jumlah, tahun , dan nilai BMN yang dimusnahkan tersebut menjadi tanggung
jawab Kuasa Pengguna Barang.
6. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat persetujuan ini, maka akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
a. n. Menteri Keuangan
... (15)
(tanda tangan)
... ( 16)
Tembusan :
1. Menteri Keuangan
2 . Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
3. ... ( 14 )
Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
( 2 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja yang mengusulkan Pemusnahan .
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4) Diisi denganjumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan tanggal nota dinas.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 336 -
(7) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal Nota Dinas usulan
Pemusnahan BMN yang disampaikan oleh Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(10) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang disetujui untuk
dimusnahkan.
Contoh:
a. “13 (tiga belas) unit Peralatan Komputer
b. “130 (seratus tiga puluh) unit Alat Kantor dan Rumah Tangga”;
c. dst.
(11) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN.
(12 ) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai
pengelolaan BMN .
(13) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Pemusnahan BMN.
(14) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang terkait.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menerbitkan surat persetujuan Pemusnahan BMN.
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menerbitkan persetujuan
Pemusnahan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 337 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Persetujuan Pemusnahan BMN
Lampiran
Nota Dinas Menteri Keuangan
& Nomor : ... (1)
Tanggal : ... ( 2 )
DAFTAR BARANG BERUPA ... ( 3 ) PADA ... ( 4 ) YANG DISETUJUI UNTUK DIMUSNAHKAN
2
3
Jumlah
a. n. Menteri Keuangan
.. . ( 15)
(tanda tangan)
. .. (16 )
H)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 338 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan jenis BMN:
a. “ Persediaan” ;
b. “ Aset Tetap Lainnyoatau
c. “ Selain Tanah dan/ atau Bangunan” ;
( 4) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nama barang.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(9) Diisi dengan:
a. lokasi BMN , untuk BMN berupa Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN, untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan .
(10) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(11) Diisi dengan tahun perolehan.
(12) Diisi dengan jumlah .
(13) Diisi dengan nilai perolehan.
(14) Diisi dengan keterangan lainnya, seperti: alasan dilakukan
Pemusnahan BMN.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menerbitkan surat persetujuan Pemusnahan BMN .
( 16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menerbitkan persetujuan
Pemusnahan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 339 -
L Persetujuan Pemusnahan Bongkaran BMN
.
%
NOTA DINAS
NOMOR ND- ... ( 1)
Yth : . . . (2 )
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... (3)
Lampiran ... (4 )
Hal Persetujuan Pemusnahan Bongkaran Barang Milik Negara pada ... (5)
Tanggal . . . (6 )
Sehubungan dengan:
1. surat Saudara Nomor ... (7);
2 . melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (8); dan
3. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (9) ,
dengan ini diberitahukan bahwa usulan Pemusnahan bongkaran BMN pada ... (5) sebagaimana
tercantum dalam lampiran persetujuan ini, pada prinsipnya dapat disetujui.
Guna tertib administrasi pengelolaan BMN, pelaksanaan Pemusnahan BMN tersebut agar
berpedoman pada:
1. Peraturan Pemerintah Nomor ... (10) ; dan
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (11) ,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pemusnahan dilaksanakan paling lambat 1 (satu ) bulan sejak tanggal diterbitkannya surat
persetujuan ini dan dituangkan dalam Berita Acara Pemusnahan.
2. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Pemusnahan kepada Pengelola
Barang c.q. . .. (12) dan (13) paling lambat 1 (satu ) bulan sejak tanggal Berita Acara
Pemusnahan dengan melampirkan Berita Acara Pemusnahan .
3. Kebenaran materiil atas jenis dan jumlah material yang dimusnahkan menjadi tanggung jawab
Kuasa Pengguna Barang.
4. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat persetujuan ini, maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
a. n. Menteri Keuangan
... ( 13)
(tanda tangan )
... (14 )
Tembusan:
1 . Menteri Keuangan
2. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
3. ... ( 12)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 340 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan Kerja
yang mengusulkan Pemusnahan.
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
( 4) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(7) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal nota dinas usulan Pemusnahan
BMN yang disampaikan oleh Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementerian Keuangan .
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai
pengelolaan BMN.
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Pemusnahan BMN
(12 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara dan Lelang terkait.
(13) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menerbitkan
surat persetujuan Pemusnahan BMN.
(14) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang menerbitkan
surat persetujuan Pemusnahan BMN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 341 -
Lampiran
Lv Nota Dinas Menteri Keuangan
Nomor : ... (1)
Tanggal : ... ( 2)
DAFTAR BONGKARAN BARANG MILIK NEGARA HASIL PERBAIKAN ( RENOVASI / REHABILITASI / RESTORASI )
PADA ... ( 3 ) YANG DISETUJUI UNTUK DIMUSNAHKAN
a. n . Menteri Keuangan
... (9)
(tanda tangan)
. . . ( 10)
HJ
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 342 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(4) Diisi dengan nomor urut.
(5) Diisi dengan uraian material bongkaran , seperti: kaca, kayu, besi
pagar, dst.
(6) Diisi dengan kuantitas atau volume barang.
(7) Diisi dengan jenis satuan material, seperti meter, meter persegi
persegi, liter, dst.
(8) Diisi dengan informasi penting lainnya.
(9) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menerbitkan surat persetujuan Pemusnahan BMN .
(10) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menerbitkan persetujuan
Pemusnahan BMN .
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 343 -
M . Nota Dinas Penyampaian Persetujuan Pemusnahan BMN
... ( l )
NOTA DINAS
NOMOR ND- ... ( 2 )
Sehubungan dengan Nota Dinas ... (8) Nomor ... (9 ) , bersama ini kami dapat kami
sampaikan hal-hal sebagai berikut:
1 . Melalui Nota Dinas tersebut disampaikan persetujuan Pemusnahan Barang Milik
Negara ( BMN ) pada ... (6 ) berupa ... (10) dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp
...,00 (... rupiah) ... (11) sebagai tindak lanjut dari permohonan Kepala Biro
Manajemen BMN dan Pengadaan melalui Nota Dinas Nomor ... (12) .
2. Adapun Pemusnahan BMN tersebut dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Persetujuan ini segera ditindaklanjuti dengan pelaksanaan Pemusnahan yang
dituangkan ke dalam Berita Acara Pemusnahan.
b . Saudara / i segera menyampaikan Berita Acara Pemusnahan kepada .. . (13) untuk
diterbitkan Keputusan Penghapusan BMN paling lama 1 (satu ) bulan sejak
tanggal persetujuan Pemusnahan BMN .
c. Selanjutnya, Saudara / i menyampaikan laporan Pemusnahan yang merupakan
satu kesatuan dengan laporan Penghapusan BMN kepada Pengelola Barang c. q.
... ( 14) dan Pengguna Barang paling lama 1 (satu ) bulan sejak tanggal penetapan
Keputusan Penghapusan BMN .
Demikian kami sampaikan. Atas perhatian dan kerja sama Saudara / i, kami
ucapkan terima kasih.
(tanda tangan )
... ( 15)
Tembusan :
1 . ... ( 13)
2. ... (14 )
Petunjuk Pengisian:
( 1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Satuan Kerja yang
mengajukan usulan Pemusnahan BMN .
(4) Diisi dengan sifat nota dinas.
( 5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 344 -
(7) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(8) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani
surat persetujuan Pemusnahan dari Pengelola Barang.
(9) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal Nota Dinas persetujuan
Pemusnahan dari Pengelola Barang.
(10) Diisi dengan jenis dan keterangan BMN yang disetujui untuk
dimusnahkan berdasarkan persetujuan dari Pengelola Barang.
(11) Diisi dengan jumlah nilai perolehan berdasarkan surat persetujuan
dari Pengelola Barang.
(12) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal Nota Dinas permohonan
persetujuan Pemusnahan BMN dari Pengguna Barang.
(13) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang berwenang untuk
menerbitkan Keputusan Penghapusan BMN.
(14) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menerbitkan surat persetujuan Pemusnahan BMN.
(15) Diisi dengan nama pejabat yang menandatangani Nota Dinas
Penyampaian Persetujuan Pemusnahan BMN.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 345 -
BAB XII
PENGHAPUSAN BMN
KEPUTUSAN . . . ( 1)
SELAKU KUASA PENGGUNA BARANG
NOMOR KEP- ... ( 2 )
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM INTERNAL PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA PADA
... (3)
. . . ( 1 ),
Menimbang a. bahwa pada ... (3) terdapat Barang Milik Negara (BMN ) dalam
kondisi rusak berat dan / atau sudah tidak dapat digunakan
untuk kegiatan operasional kantor, sehingga perlu dilakukan
Penghapusan;
b. bahwa untuk melaksanakan Penghapusan BMN, perlu
dibentuk suatu Tim Internal Penghapusan BMN;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam hurufa dan huruf b , perlu menetapkan Keputusan ... (1)
tentang Pembentukan Tim Internal Penghapusan Barang Milik
Negara pada ... (3);
Mengingat 1. Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4355);
2. Peraturan Pemerintah Nomor ... ( 4) ;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (5);
4. Keputusan Menteri Keuangan . . . (6) ;
5. Keputusan Menteri Keuangan ... ( 7) .
MEMUTUSKAN :
Menetapkan KEPUTUSAN ... (1) SELAKU KUASA PENGGUNA BARANG
TENTANG PEMBENTUKAN TIM INTERNAL PENGHAPUSAN
BARANG MILIK NEGARA PADA . . . ( 3) .
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 346 -
Ditetapkan di ... ( 12 )
pada tanggal ... (13)
... (1) ,
(tanda tangan )
... (14 )
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 347 -
LAMPIRAN
KEPUTUSAN ... (1)
NOMOR KEP- ... ( 2)
TENTANG PEMBENTUKAN TIM INTERNAL
PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA
PADA ... (3)
... ( 1),
(tanda tangan)
... ( 14)
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 348 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Satuan Kerja yang
memiliki kewenangan untuk membentuk Tim Internal Penghapusan .
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(4) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai
pengelolaan BMN.
(5) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Penghapusan BMN.
(6) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(7) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(8) Diisi dengan tugas dari Tim Internal Penghapusan lainnya, jika ada
dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan .
(9) Diisi tanggal, bulan, dan tahun berakhirnya masa tugas Tim Internal
Penghapusan.
(10) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang menjadi induk Satuan
Kerja yang menetapkan Tim Penghapusan.
(11) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
sesuai wilayah kerja.
(12 ) Diisi dengan tempat penetapan keputusan Tim Internal Penghapusan.
(13) Diisi dengan tanggal penetapan keputusan Tim Internal Penghapusan .
(14) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menetapkan keputusan
Pembentukan Tim Internal Penghapusan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 349 -
B. Berita Acara Hasil Penelitian
BERITA ACARA
PENELITIAN DAN PEMERIKSAAN BARANG MILIK NEGARA
YANG DIUSULKAN UNTUK DIHAPUSKAN PADA ... ( 2 )
NOMOR BA - .. . (3)
Pada hari ini, ... (4) tanggal .. . ( 4) bulan ... (4 ) tahun ... (4 ) ... (4) , kami
selaku Tim Internal Penghapusan pada ... ( 2) yang bertanda tangan di bawah ini:
4 dst.
telah melaksanakan penelitian dan pemeriksaan terhadap Barang Milik Negara pada . . .
(2) berdasarkan Keputusan ... (5) Nomor ... (6) sebagaimana daftar terlampir. Kami
menyatakan bahwa Barang Milik Negara tersebut telah memenuhi persyaratan
penghapusan Barang Milik Negara sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 83/ PMK.06 / 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan
Penghapusan Barang Milik Negara, antara lain karena ... (7) .
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya dan penuh tanggung jawab
untuk digunakan sebagaimana mestinya.
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 350 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(4) Diisi dengan tanggal hari terakhir pelaksanaan penelitian dan
pemeriksaan terhadap objek Penghapusan.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Satuan Kerja yang
menetapkan keputusan pembentukan Tim Internal Penghapusan .
(6) Diisi dengan dengan nomor, tanggal, dan perihal keputusan
pembentukan Tim Penghapusan.
(7) Diisi dengan alasan / pertimbangan dilaksanakannya Penghapusan.
(8) Diisi dengan tempat pembuatan berita acara.
(9 ) Diisi dengan nama pejabat / pegawai yang mendampingi pelaksanaan
survei.
if
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 351 -
C. Nota Dinas Usulan Penghapusan dari Kuasa Pengguna Barang ke Pengguna
Barang
... ( l )
NOTA DINAS
NOMOR ND- .. . (2 )
Yth . . . (3)
Dari ... ( 4)
Sifat ... ( 5)
Lampiran . . . ( 6)
, Hal Permohonan Penghapusan Barang Milik Negara Pada ... (7)
Tanggal . . . ( 8)
(tanda tangan)
... ( 16 )
Tembusan :
1. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
2. ... ( 17 )
3. ... ( 17 )
f
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 352 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tujuan nota dinas:
a. Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW ,
dalam hal pihak yang menyampaikan usulan adalah Satuan Kerja;
atau
b. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan , dalam hal yang
menyampaikan usulan adalah Sekretaris Unit Eselon I / Kepala
Biro Umum / Sekretaris LNSW .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani
usulan.
(5) Diisi dengan sifat nota dinas.
(6) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(7) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(9 ) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang
menjadi dasar Penghapusan BMN .
( 10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
(11) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(12) Diisi dengan jenis dan luas / kuantitas BMN.
Contoh:
a. “sebagian Tanah dan/ atau Bangunan seluas 6m2 (enam meter
persegi )”;
b. “2 (dud) unit Sepeda Motor”]
c . dst.
(13) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN.
(14) Diisi dengan pertimbangan / alasan dilakukan Penghapusan BMN .
(15) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan .
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
(17) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja terkait.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 353 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Usulan Penghapusan BMN
Lokasi /
Nama Kode Merek / Tipe Dokumen Tahun Nilai
No Barang Barang NUP / Identitas Kepemilikan Kondisi Perolehan Perolehan Keterangan
M ill M. M ( 10) (i i) ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15 )
1
2
3
JUMLAH
(tanda tangan)
... ( 16 )
HJ
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 354 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani usulan .
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(4) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. selain Tanah dan / atau Bangunan .
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan nomor urut.
(7) Diisi dengan nama barang.
(8) Diisi dengan kode barang.
(9) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
( 10) Diisi dengan:
a. lokasi BMN , untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan .
(11) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan , untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan.
(12) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(13) Diisi dengan tahun perolehan.
(14) Diisi dengan nilai perolehan.
(15) Diisi dengan informasi penting lainnya.
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 355 -
D . Nota Dinas Usulan Penghapusan dari Pengguna Barang ke Pengelola Barang
NOTA DINAS
NOMOR ND- ... (1)
Yth . . . ( 2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat ... (3)
Lampiran ... ( 4)
Hal Permohonan Penghapusan Barang Milik Negara Pada
Kementerian Keuangan c.q. ... (5) Karena ... (6)
Tanggal ... (7)
(tanda tangan )
... ( 15)
Tembusan :
1. ... ( 16 )
2. ... ( 17)
3. ... (17)
/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 356 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan tujuan nota dinas, dalam hal ini kepada Diijen Kekayaan
Negara/ Direktur PKNSI / Kepala Kanwil DJKN / Kepala KPKNL, sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pelimpahan
kewenangan Menteri Keuangan dalam bentuk mandat kepada pejabat di
lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
(4) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Satuan Keija
(6) Diisi dengan jenis Penghapusan:
a “ Sebab-sebab Loin Yang Merupakan Sebab-sebab Secara Normal Dopat
Diperkirakan Wajar Menjadi Penyebab PenghapusanL
b. “Adanya Putusan Pengadilan Yang Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap dan
TldakAda Upaya Hukum Lainnyd’
c. “ Melaksanjakan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan!’
( ) Diisi dengan tanggal nota dinas.
7
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan yang menjadi
dasar Penghapusan BMN.
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan
Kementeiian Keuangan.
(10) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan mengenai
pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementeiian Keuangan.
(11) Diisi dengan jenis dan luas/ kuantitas BMN.
Contoh:
a. “sebagian Tanah dan/ atau Bangunan setuas 6m2 (enam meterpersegi)”;
-
b. “2 (dua) unit Sepeda Motor”,
c. dst.
(12) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN.
(13) Diisi dengan dokumen kelengkapan pengajuan usulan.
(14) Diisi dengan nomenMatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementeiian Keuangan.
(15) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Sekretariat Unit Eselon
I / Sekretariat LNSW/ Biro Umum yang membawahi Satuan Keija terkait
(17) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi/ Satuan Keija
terkait.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 357 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Usulan Penghapusan Dari Pengguna Barang ke Pengelola Barang
Lampiran
Nota Dinas Menteri Keuangan
& .
Nomor : . . (1)
1? Tanggal : . . . (1)
JUMLAH
a. n . Menteri Keuangan
. . . ( 16 )
(tanda tangan)
. . . ( 17 )
cj
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 358 -
Petunjuk Pengisian
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan:
a. Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. Selain Tanah dan / atau Bangunan .
( 4) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nama barang.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(9) Diisi dengan:
a. lokasi BMN , untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN berupa selain Tanah
dan / atau Bangunan .
(10) Diisi dengan jenis dan nomor dokumen kepemilikan, untuk BMN yang
memiliki dokumen kepemilikan.
(11) Diisi dengan:
a. luas dalam m2 (meter persegi) , untuk BMN berupa Tanah atau
Bangunan; atau
b. jumlah, untuk BMN selain Tanah dan / atau Bangunan.
(12) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
(13) Diisi dengan tahun perolehan.
(14) Diisi dengan nilai perolehan.
(15) Diisi dengan informasi penting lainnya, seperti jenis Penghapusan dan
alasan dilakukannya Penghapusan .
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan sesuai dengan Keputusan Menteri
Keuangan mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan
pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian Keuangan.
(17) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani usulan.
J
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 359 -
E . Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN
... ( l )
SURAT KETERANGAN
PENGHENTIAN PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA
PADA . .. (2 )
NOMOR : ... (3)
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama ... ( 4)
NIP ... ( 5)
Jabatan ... ( 6)
dengan ini menerangkan bahwa berdasarkan penelitian fisik yang dilakukan oleh Tim
Internal Penghapusan yang dibentuk melalui Keputusan ... (6 ) Nomor ... (7) , Barang
Milik Negara sebagaimana rincian terlampir dihentikan karena ... (8) .
. . . , . . . ( 10)
(tanda tangan)
. . . (4 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 360 -
Petunjuk pengisian :
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
( 4) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan Penghentian Penggunaan BMN.
(5) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Keterangan Penghentian Penggunaan BMN.
(6) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Keterangan Penghentian Penggunaan BMN.
(7) Diisi dengan nomor, tanggal dan hal dari keputusan pembentukan
Tim Internal Penghapusan .
(8) Diisi dengan alasan penghentian penggunaan .
Contoh: “hilang dan tidak dapat ditemukan”.
(9 ) Diisi dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225 / PMK.05 / 2019
tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat, beserta perubahan
atau penggantinya.
(10) Diisi dengan tempat dan tanggal pembuatan Surat Keterangan
Penghentian Penggunaan BMN
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 361 -
F. Surat Pernyataan
SURAT PERNYATAAN
NOMOR . . . ( 1 )
. .. , . . . (6)
(tanda tangan)
... (2)
Petunjuk pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(3) Diisi dengan NIP pejabat yang berwenang menandatangani Surat
Pernyataan .
(4) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani Surat Pernyataan .
(5) Diisi dengan materi pernyataan, sesuai kebutuhan.
(6 ) Diisi dengan tempat dan tanggal pembuatan Surat Pernyataan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 362 -
G. Laporan Penghapusan
... ( l )
LAPORAN
PELAKSANAAN PENGHAPUSAN BARANG MILIK NEGARA
PADA ... ( 2 )
NOMOR LAP- . .. ( 3 )
A. Pendahuluan
( 4)
E . Penutup
(8)
.. ., ... (9 )
... ( 10 )
Selaku Kuasa Pengguna Barang
( tanda tangan )
... ( 11)
Petunjuk Pengisian:
(1 ) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
( 3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(4) Diisi dengan Latar Belakang, Maksud dan Tujuan , Ruang Lingkup,
dan Dasar dari pelaksanaan kegiatan .
( 5) Diisi dengan informasi mengenai Penghapusan BMN .
(6) Diisi dengan informasi mengenai hasil kegiatan yang dicapai.
U
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 363 -
(7) Diisi dengan kesimpulan dari kegiatan / hal-hal yang telah
dilaksanakan dan saran untuk perbaikan kedepannya.
(8) Diisi dengan penutup.
(9) Diisi dengan tempat dan tanggal pembuatan laporan.
(10) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani laporan.
(11) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani laporan.
1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 364 -
H . Persetujuan Penghapusan BMN
%
NOTA DINAS
NOMOR ND- ... (1)
Yth . . . (2)
Dari Menteri Keuangan
Sifat .. . (3)
Lampiran ... ( 4)
Hal Persetujuan Penghapusan Barang Milik Negara pada ... (5)
Tanggal . . . (6 )
Sehubungan dengan:
1. Nota Dinas Saudara Nomor ... (7); dan
2 . melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (8);
3. melaksanakan Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (9) ,
dengan ini diberitahukan bahwa usulan Penghapusan Barang Milik Negara (BMN ) berupa
... (10) dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp..., 00 (... rupiah) ... (11) pada ... (5)
sebagaimana tercantum dalam lampiran persetujuan ini, pada prinsipnya dapat
disetujui.
Guna tertib administrasi pengelolaan BMN , pelaksanaan Penghapusan BMN
tersebut agar berpedoman pada:
1. Peraturan Pemerintah Nomor ... ( 12 ); dan
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor ... (13) ,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Persetujuan ini segera ditindaklanjuti dengan Penghapusan BMN dari Daftar Barang
Kuasa Pengguna berdasarkan Keputusan Penghapusan BMN yang ditetapkan paling
lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal surat persetujuan ini ditetapkan .
2 . Kuasa Pengguna Barang menyampaikan laporan pelaksanaan Penghapusan BMN
kepada Pengelola Barang c.q. ... (14) dan ... ( 15) paling lambat 1 (satu ) bulan sejak
Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan dengan melampirkan Keputusan
Penghapusan BMN.
3. Apabila di kemudian hari ditemukan bukti bahwa Penghapusan BMN dimaksud
diakibatkan adanya unsur kelalaian dan / atau kesengajaan dari pihak pengurus
dan / atau penanggung jawab BMN tersebut, maka tidak menutup kemungkinan
kepada yang bersangkutan akan dikenakan sanksi Tuntutan Ganti Rugi dan / atau
pidana sesuai ketentuan yang berlaku .
4. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat persetujuan ini, maka akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 365 -
Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
a. n. Menteri Keuangan
... (15)
( tanda tangan)
... (16 )
Tembusan:
1 . Menteri Keuangan
2. Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
3. ... ( 14 )
¥
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 366 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
(2) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan
Kerja yang mengusulkan Penghapusan.
(3) Diisi dengan sifat nota dinas.
( 4) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(5) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(6) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(7) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal nota dinas usulan
Penghapusan BMN yang diajukan oleh Satuan Kerja.
(8) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan .
(9) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(10) Diisi dengan jenis dan jumlah / kuantitas BMN yang disetujui untuk
dihapuskan.
Contoh:
a. “13 (tiga belas) unit Peralatan Komputer
b. “130 (seratus tiga puluh) unit Alat Kantor dan Rumah Tangga
c. dst.
(11) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN.
(12) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai
pengelolaan BMN.
(13) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Pemusnahan BMN .
(14 ) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang terkait.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menerbitkan surat persetujuan Pemusnahan BMN.
( 16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menerbitkan persetujuan
Penghapusan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 367 -
Lampiran Daftar Barang Nota Dinas Persetujuan Penghapusan BMN
Lampiran
L4* Nota Dinas Menteri Keuangan
m Nomor : ... ( 1)
Tanggal : ... ( 2)
DAFTAR BARANG BERUPA ... ( 3 ) PADA KEMENTERLAN KEUANGAN C. Q . . . . ( 4) YANG DISETUJUI UNTUK DIHAPUSKAN
2
3
JUMLAH
a. n . Menteri Keuangan
... (15)
(tanda tangan)
.. . ( 16)
'"S'
i
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 368 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan.
( 2) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(3) Diisi dengan jenis BMN:
a. “ Persediaan” ;
b. “ Aset Tetap Lainnyd
c. “ Aset Tak Berwujud” ; atau
d . “ Selain Tanah dan/ atau Bangunan
(4) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(5) Diisi dengan nomor urut.
(6) Diisi dengan nama barang.
(7) Diisi dengan kode barang.
(8) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) , untuk BMN selain
Persediaan.
(9 ) Diisi dengan merk / tipe / identitas BMN, untuk BMN selain Persediaan .
(10) Diisi dengan kondisi barang (Baik / Rusak Ringan / Rusak Berat) .
( 11) Diisi dengan tahun perolehan .
(12) Diisi dengan jumlah .
(13) Diisi dengan nilai perolehan .
(14) Diisi dengan keterangan lainnya, seperti jenis dan alasan dilakukan
Penghapusan BMN.
(15) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menerbitkan surat persetujuan Penghapusan BMN.
(16) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menerbitkan persetujuan
Penghapusan BMN .
Z
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 369 -
I . Nota Dinas Penyampaian Persetujuan Penghapusan BMN
... ( l )
NOTA DINAS
NOMOR ND- .. . (2 )
Yth ... ( 3)
Dari Kepala Biro Manajemen BMN dan Pengadaan
Sifat ... ( 4)
Lampiran . .. (5)
Hal Penyampaian Persetujuan Penghapusan Barang Milik
Negara Pada Kementerian Keuangan c.q. ... (6 )
Tanggal ... (7)
Sehubungan dengan surat ... (8) Nomor .. . ( 9) , bersama ini dapat kami sampaikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Melalu surat tersebut disampaikan persetujuan Penghapusan Barang Milik Negara
( BMN ) pada ... (6 ) berupa ... (10) dengan jumlah nilai perolehan sebesar Rp... , 00
(... rupiah ) ... ( 11) sebagai tindak lanjut atas permohonan dari Kepala Biro Manajemen
BMN dan Pengadaan melalui Nota Dinas Nomor ... (12 ).
2. Adapun Penghapusan BMN tersebut dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Persetujuan ini segera Saudara tindaklanjuti dengan menerbitkan Keputusan
Penghapusan BMN paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal persetujuan ;
b. Saudara menyampaikan Keputusan Penghapusan BMN dimaksud kepada ...
( 13) paling lambat 5 (lima ) hari setelah Keputusan Penghapusan BMN
ditetapkan .
c. melakukan Penghapusan BMN dari Daftar Barang Kuasa Pengguna Barang
paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan .
d . Selanjutnya, Saudara menyampaikan laporan pelaksanaan Penghapusan BMN
kepada Pengelola Barang c.q. ... (14) dan Kepala Biro Manajemen BMN dan
Pengadaan dengan melampirkan Keputusan Penghapusan BMN dan printout
Register Transaksi Harian Penghapusan paling lama 1 (satu ) bulan sejak
Keputusan Penghapusan BMN ditetapkan.
Demikian kami sampaikan . Atas perhatian dan kerja sama Saudara kami
ucapkan terima kasih.
(tanda tangan )
... ( 15)
Tembusan :
1 . ... ( 13)
2. ... (14 )
l/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 370 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Satuan Kerja yang
mengajukan usulan Penghapusan BMN .
( 4) Diisi dengan sifat nota dinas.
(5) Diisi dengan jumlah lampiran nota dinas.
(6) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(7) Diisi dengan tanggal nota dinas.
(8) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang menandatangani
surat persetujuan Penghapusan dari Pengelola Barang.
(9) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal Nota Dinas persetujuan
Penghapusan dari Pengelola Barang
(10) Diisi dengan jenis dan keterangan BMN yang disetujui untuk
dihapuskan berdasarkan surat persetujuan dari Pengelola Barang.
(11) Diisi dengan jumlah nilai perolehan berdasarkan surat persetujuan
dari Pengelola Barang.
(12 ) Diisi dengan nomor dan tanggal Nota Dinas permohonan persetujuan
Penghapusan BMN dari Pengguna Barang.
(13) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang berwenang untuk
menerbitkan Keputusan Penghapusan BMN.
(14) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menerbitkan surat persetujuan Penghapusan BMN .
(15) Diisi dengan nama pejabat yang menandatangani Nota Dinas
Penyampaian Persetujuan Penghapusan BMN.
(16) Diisi dengan nama jabatan pejabat yang menerbitkan persetujuan
Penghapusan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 371 -
J . Keputusan Penghapusan BMN
$
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR . .. (1 )
TENTANG
Menimbang : a. bahwa berdasarkan ... (3) Nomor ... (4 ) dinyatakan bahwa Barang Milik
Negara (BMN ) berupa ... (5) dengan nilai perolehan sebesar Rp... , 00
(... rupiah) . .. (6 ) pada ... (2) telah memenuhi persyaratan Penghapusan
BMN karena BMN ... (7) .
b. bahwa ... (8) melalui Nota Dinas Nomor ... (9) , mengusulkan
Penghapusan BMN tersebut dari Daftar Barang . .. (2) ;
c. bahwa ... (10) melalui surat Nomor ... (11) , pada prinsipnya telah
menyetujui Penghapusan BMN tersebut;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, dan huruf c, serta dalam rangka melaksanakan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor ... (12 ) dan Nomor . . . (13) , perlu
menetapkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Penghapusan
Barang Milik Negara Pada ... (2 ) .
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 372 -
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di . . . (18)
Pada tanggal ... (19)
a. n . Menteri Keuangan
. . . ( 20 ) ,
( tanda tangan )
... ( 21 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 373 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2 ) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan judul dokumen yang menjadi dasar pengajuan
Keputusan Penghapusan , antara lain dokumen seperti Berita Acara
Hasil Penelitian , salinan putusan pengadilan, Berita Acara Serah
Terima, dst.
(4) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal dokumen yang menjadi dasar
pengajuan Keputusan Penghapusan , antara lain dokumen seperti
Berita Acara Hasil Penelitian, salinan putusan pengadilan , Berita
Acara Serah Terima, dst.
(5) Diisi dengan jumlah dan jenis BMN yang akan ditetapkan untuk
dihapuskan .
Contoh:
“13 (tiga belas) unit Peralatan dan Mesin”.
(6) Diisi dengan jumlah nilai perolehan BMN .
(7) Diisi dengan alasan Penghapusan BMN .
Contoh:
" hilang" atau " force majeure" .
(8) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
mengajukan usulan Penghapusan BMN.
(9) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal usulan Penghapusan BMN.
(10) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menerbitkan persetujuan Penghapusan BMN .
(11) Diisi dengan nomor, tanggal, dan perihal persetujuan Penghapusan
BMN .
(12) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelimpahan kewenangan pelaksanaan pengelolaan BMN di
lingkungan Kementerian Keuangan.
(13) Diisi dengan nomor dan perihal Keputusan Menteri Keuangan
mengenai pelaksanaan pengelolaan BMN di lingkungan Kementerian
Keuangan.
(14) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Pemerintah mengenai
pengelolaan BMN .
(15) Diisi dengan nomor dan perihal Peraturan Menteri Keuangan
mengenai Penghapusan BMN .
(16) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang menjadi induk Satuan
Kerja yang mengajukan usulan Penghapusan BMN .
(17) Diisi dengan nama Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
sesuai wilayah kerja.
(18) Diisi dengan tempat penetapan keputusan Penghapusan BMN.
(19) Diisi dengan tanggal penetapan keputusan Penghapusan BMN.
(20) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Sekretaris Unit Eselon
I / Kepala Biro Umum / Sekretaris LNSW yang menjadi induk Satuan
Kerja yang berwenang menetapkan keputusan Penghapusan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 374 -
( 21) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menetapkan keputusan
Penghapusan BMN .
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 375 -
LAM PI RAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR . . . (1)
TENTANG PENGHAPUSAN MILIK NEGARA
PADA .. . ( 2 )
Jumlah
a . n . Menteri Keuangan
. . . ( 12 ) ,
( tanda
tangan)
. . . ( 13 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 376 -
Petunjuk Pengisian:
(1) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas jabatan Menteri Keuangan .
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan nomor unit.
( 4) Diisi dengan nama barang.
(5) Diisi dengan kode barang.
(6) Diisi dengan Nomor Urut Pendaftaran ( NUP) .
(7) Diisi dengan:
a. lokasi BMN, untuk BMN berupa Tanah dan / atau Bangunan; atau
b. merk / tipe / identitas BMN , untuk BMN selain Tanah dan / atau
Bangunan
(8) Diisi dengan tahun perolehan .
(9) Diisi dengan nilai perolehan .
( 10) Diisi dengan alasan / pertimbangan Penghapusan BMN .
(11) Diisi dengan keterangan penting lainnya.
(12) Diisi dengan nama jabatan pimpinan Sekretariat Unit Eselon
I / Sekretariat LNSW / Biro Umum yang berwenang menerbitkan
Keputusan Penghapusan BMN .
(13) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
keputusan Penghapusan BMN .
1
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 377 -
BAB XIII
PENATAUSAHAAN BMN
Surat Keterangan KPB terkait hasil pemutakhiran data BMN pada SIMAN
SURAT KETERANGAN
PADA . . . ( 1 )
NOMOR: . .. (2 )
dengan ini menyatakan bahwa data BMN pada aplikasi SIMAN sudah dimutakhirkan sesuai dengan
keadaan terkini.
Demikian keterangan ini kami buat sesuai dengan keadaan sebenamya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
... , . . . (6 )
(tanda tangan)
... (3)
Petunjuk pengisian:
(1) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(2) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi.
(3) Diisi dengan nama pimpinan Unit Organisasi / Satuan Kerja terkait
(4) Diisi dengan NIP pimpinan Unit Organisasi / Satuan Kerja terkait.
(5) Diisi dengan nomenklatur jabatan pimpinan Unit Organisasi / Satuan Kerja
terkait.
(6) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan , dan tahun pembuatan Surat
Keterangan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 378 -
BAB XIV
BAB PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BMN
... (1)
SURAT KETERANGAN
PADA ... (2 )
NOMOR: ... (3)
Nama ... ( 4)
NIP ... ( 5)
Jabatan . . . ( 6)
dengan ini menerangkan bahwa berdasarkan ... (7) atas nama ... (8) dan ... (9 ) dilakukan perubahan
nilai / kuantitas atas Barang Milik Negara dengan rincian sebagai berikut :
Kuantitas
Kode Nama Nilai Nilai Kuantitas
No NUP Pada Dokumen Keterangan
Barang Barang Awal Seharusnya Awal Kepemilikan
( 10) ( 11) ( 12 ) (13) ( 14) (15) ( 16) (17) ( 18)
Demikian keterangan ini kami buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
•* •7 ... (19 )
( tanda tangan )
... ( 4)
4
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 379 -
Petunjuk pengisian:
(1) Diisi dengan Kepala Naskah Dinas unit organisasi.
(2) Diisi dengan nama Satuan Kerja.
(3) Diisi dengan penomoran Naskah Dinas unit organisasi
( 4) Diisi dengan nama pejabat yang berwenang menandatangani
(5) Diisi dengan NIP nama pejabat yang berwenang menandatangani
(6) Diisi dengan nomenklatur jabatan pejabat yang berwenang
menandatangani
( 7) Diisi dengan jenis dan nomor bukti kepemilikan.
(8) Diisi dengan nama pemilik aset pada bukti kepemilikan.
(9) Diisi dengan
a) nomor dan tanggal Nota Dinas Sekretaris Unit Eselon I / Kepala Biro
Umum / Sekretaris LNSW yang berisi arahan terkait koreksi
kuantitas / luasan tanah; atau
b) Nomor dan tanggal hasil audit / review dari APIP.
(10) Diisi dengan no urut
(11) Diisi dengan kode barang
(12) Diisi dengan nama barang
(13) Diisi dengan NUP
(14) Diisi dengan nilai buku BMN sebelum dilakukan koreksi
(15) Diisi dengan nilai buku BMN setelah dilakukan koreksi
(16) Diisi dengan kuantitas awal BMN sebelum dilakukan koreksi
(17) Diisi dengan kuantitas pada dokumen kepemilikan
(18) Diisi dengan informasi pen ting lainnya
(19 ) Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan Surat
Keterangan .
f7
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 380 -
2 . Laporan Pengawasan dan Pengendalian BMN
A . PENGGUNAAN BMN
Keputusan Keputusan / Persetujuan Penggunaan BMN oleh Pihak Lain
Penetapan Status dari
Luas Dipergunakan
Tanah / Penggunaan Pengelola Barang
Kode Uraian Dokumen Sendiri untuk Terindikasi
Sengketa
No NUP Tugas dan Idle
Barang Barang Kepemilikan Bangunan Nomor Instansi Nomor Instansi
( m 2) Fungsi Jenis Pihak Lain yang
dan yang Penggunaan
dan yang PNBP
Menggunakan
Tanggal Menerbitkan Tanggal Menerbitkan
( 4) ( 5) (6) ( 7) ( 8) (9) ( 12 ) ( 13) ( 14 ) ( 15) ( 16 ) ( 17) ( 18) ( 19)
00) ( 11 )
V
0*
% A &
'
" ter '
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 381 -
B. PEMANFAATAN BMN
C. PEMINDAHTANGANAN BMN
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 382 -
D . PEMUSNAHAN BMN
E . PENGHAPUSAN BMN
Luas Keputusan Penghapusan
Kode Uraian Tanah / Surat Persetujuan Penghapusan
No Barang NUP Laporan Penghapusan
Barang Bangunan Instansi yang
( m2) Nomor dan Tanggal Nomor Tanggal
Menerbitkan
( 1) (2) (3) (4) (5) (6 ) (7) ( 8) (9) ( 10 )
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 383 -
F. LAPORAN HASIL PENERTIBAN
Kode Uraian Dasar Bentuk Penertiban Tindak Lanjut Hasil Pemantauan dan
No NUP Penertiban
Barang Barang Penertiban
Penggunaan Pemanfaatan Pemindahtanganan Pemusnahan Penghapusan
M 1Z1 181 ( 9) ( 10 ) ( ID
ill 12 ) 131 141 151
( 12 )
( 14 )
NIP ( 15)
J
(
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 384 -
Petunjuk Pengisian Tabel A. Penggunaan BMN:
(1) Diisi periode pengawasan dan pengendalian , misalnya pelaksanaan
pengawasan dan pengendalian Tahun Anggaran 2020 yang dilaporkan
pada Tahun Anggaran 2021, maka diisi dengan Tahun Anggaran 2020.
(2 ) Diisi kode satuan kerja (satker) yang melaporkan .
(3) Diisi nama satker yang melaporkan .
(4) Diisi nomor urut.
(5) Diisi kode barang. Yang dilaporkan adalah khusus untuk BMN berupa
tanah dan / atau bangunan , dan BMN selain tanah dan / atau bangunan
yang memiliki bukti kepemilikan (seperti sepeda motor, mobil, kapal,
dan pesawat terbang) , baik yang sudah ada penetapan status
penggunaannya maupun yang belum ditetapkan status
penggunaannya.
(6) Diisi uraian barang.
(7) Diisi nomor urut pendaftaran barang.
(8) Diisi jenis dokumen dan nomor dokumen kepemilikan , misalnya:
a. untuk tanah Sertipikat Hak Pakai (SHP) Nomor xxx tanggal xxx a.n
xxxxx;
b. untuk bangunan diisi dengan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) , jika ada;
c. untuk sepeda motor dan mobil Nomor Bukti Pemilik Kendaraan
Bermotor (BPKB) xxx Nomor Polisi xxx.
(9) Diisi luas tanah / bangunan.
(10) Diisi nomor dan tanggal Keputusan Penetapan Status Penggunaan
BMN, apabila sudah ditetapkan status penggunaannya.
(11) Diisi instansi yang menerbitkan Keputusan Penetapan Status
Penggunaan BMN dari Pengelola Barang. Untuk keputusan dari
Pengelola Barang dirincikan instansi penerbitnya: KPKNL / Kanwil
DJKN / Kantor Pusat DJKN .
(12) Diisi "Ya" atau "Tidak" .
a. Diisi "Ya" , untuk BMN yang digunakan untuk tugas dan fungsi.
b. Diisi "Tidak" , dalam hal BMN tersebut tidak digunakan untuk tugas
dan fungsi.
(13) Diisi "Ya" atau "Tidak" .
a. Diisi "Ya" , untuk BMN yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan
tugas dan fungsi, atau BMN yang digunakan tetapi tidak sesuai
dengan tugas dan fungsi sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan di bidang BMN Idle .
b. Diisi "Tidak" untuk BMN yang digunakan untuk tugas dan fungsi.
(14) Diisi BMN yang Dioperasikan Oleh Pihak Lain atau Penggunaan Sementara.
(15) Diisi nomor dan tanggal Keputusan / Persetujuan.
(16) Diisi Instansi yang menerbitkan Keputusan / Persetujuan dari Pengelola
Barang: KPKNL / Kanwil DJKN / Kantor Pusat DJKN .
(17) Diisi nama pihak lain yang menggunakan atau mengoperasionalkan.
(18) Diisi nilai PNBP dari BMN yang Dioperasionalkan Oleh Pihak Lain , jika ada.
(19) Hanya diisi sengketa yang sudah dalam proses berperkara di pengadilan.
Diisi nomor register perkara.
V
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 385 -
1/
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 387 -
Barang. Diisi nomor dan tanggal keputusan penetapan status
Penggunaan;
c. menyerahkan BMN yang tidak digunakan kepada Pengelola Barang.
Diisi nomor dan tanggal surat penyerahan;
d. penertiban lainnya. Diisi uraian upaya penertiban lainnya dari Kuasa
Pengguna Barang / satker.
(7) Diisi bentuk penertiban Pemanfaatan :
a. mengajukan usulan Pemanfaatan pada Pengelola Barang. Diisi
nomor dan tanggal surat usulan Pemanfaatan;
b. penertiban lainnya. Diisi uraian upaya penertiban lainnya dari
Kuasa Pengguna Barang / satker.
(8) Diisi bentuk penertiban Pemindahtanganan:
a. pembatalan pelaksanaan Pemindahtanganan. Diisi nomor dan
tanggal surat pembatalannya;
b. penertiban lainnya. Diisi uraian upaya penertiban lainnya dari
Kuasa Pengguna Barang / satker.
(9) Diisi bentuk penertiban Pemusnahan:
a. menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang mengenai rincian
dari ketidaksesuaian BMN disertai dengan alasan. Diisi dengan nomor
dan tanggal laporan .
b. melakukan inventarisasi BMN yang dimusnahkan tetapi belum
mendapatkan persetujuan Pengelola Barang / Pengguna Barang. Diisi
dengan daftar BMN yang telah dimusnahkan tetapi belum
mendapatkan persetujuan Pengelola Barang / Pengguna Barang.
c. mengajukan usulan Pemusnahan BMN . Diisi dengan nomor dan
tanggal surat usulan Pemusnahan BMN .
d. mengajukan kembali permohonan persetujuan . Diisi dengan nomor dan
tanggal surat permohonan persetujuan Pemusnahan BMN .
e. menyampaikan laporan pelaksanaan Pemusnahan . Diisi dengan nomor
dan tanggal laporan pelaksanaan Pemusnahan .
f. menerbitkan Keputusan Penghapusan BMN. Diisi dengan nomor dan
tanggal Keputusan Penghapusan BMN .
g. Menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang mengenai
ketidaksesuaian kewenangan persetujuan Pemusnahan. Diisi dengan
nomor dan tanggal laporan.
(10) Diisi bentuk penertiban Penghapusan:
a. menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang mengenai rincian dari
ketidaksesuaian BMN disertai dengan alasan. Diisi dengan nomor dan
tanggal laporan.
b. melakukan inventarisasi BMN yang dihapuskan tetapi belum
mendapatkan persetujuan Pengelola Barang / Pengguna Barang. Diisi
dengan daftar BMN yang telah dihapuskan tetapi belum mendapatkan
persetujuan Pengelola Barang / Pengguna Barang.
c. mengajukan usulan Penghapusan BMN . Diisi dengan nomor dan
tanggal surat usulan Penghapusan BMN .
d. menyampaikan persetujuan Penghapusan BMN kepada Pengguna
Barang untuk menerbitkan Keputusan Penghapusan BMN. Diisi
dengan nomor dan tanggal surat penyampaian persetujuan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
- 388 -
Penghapusan BMN .
e. melakukan perubahan pencatatan pada aplikasi SAKTI dan melaporkan
pelaksanaan Penghapusan BMN . Diisi dengan nomor dan tanggal
laporan Penghapusan BMN.
f. mengajukan kembali usulan Penghapusan BMN . Diisi dengan nomor
dan tanggal surat usulan Penghapusan BMN
g. menghapuskan BMN dari Daftar Barang dengan cara mengubah
pencatatan melalui aplikasi SAKTI dan menyampaikan laporan
pelaksanaan Penghapusan BMN . Diisi dengan nomor dan tanggal
laporan pelaksanaan Penghapusan BMN .
h . menyampaikan laporan pelaksanaan Penghapusan BMN. Diisi dengan
nomor dan tanggal laporan.
i. menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang mengenai
ketidaksesuaian kewenangan persetujuan Penghapusan . Diisi dengan
nomor dan tanggal laporan.
(11) Diisi uraian tindak lanjut hasil pemantauan dan penertiban.
(12) Diisi tempat dan tanggal pelaporan.
(13) Diisi jabatan Kuasa Pengguna Barang.
(14) Diisi nama Kuasa Pengguna Barang.
(15) Diisi Nomor Induk Pegawai ( NIP) Kuasa Pengguna Barang.
IfvlUM
(sYAH
NIP » 0213 ^
199703 1 001