Anda di halaman 1dari 1

Durhaka Karena Stroke

" Stroke itu bisa membuat istri durhaka pada suaminya, anak durhaka pada orang tuanya dan
keluarga menderita", perkataan ustadz Haris Allahuyarham terngiang di telingaku.
Stroke tidak mengenal usia. Walau sebagian besar diderita orang tua, namun tidak menutup
kemungkinan terjadi pada usia muda.
Seperti yang terjadi pada Fakhrur Rozzie dan istrinya. Tiba - tiba Kusuma tidak bisa berdiri dan
bicara. Sempat terjadi pro kontra dengan mertuanya sehingga memaksa Rozie untuk
mengungsikan istrinya di desa dan mengikhtiarkan dengan PAZ saja.
Sebulan rasa tertekan berkecamuk dalam dadanya hingga sempat hendak mengundurkan diri dari
PAZ. Namun Allah menuntun hatinya dalam ikatan ukhuwah. Beberapa PAZtrooper dan keluarga
mendukung penuh kesembuhan Kusuma.
Alhamdulillah, bi'idznillah dalam waktu 6 bulan, Kusuma sudah bisa berjalan dan berbicara. Lalu
3 bulan kemudian menyusul sang suami mengikuti pelatihan Basic PAZ AlKasaw dan berniat
untuk berjuang menyebarkan kebaikan PAZ Al Kasaw.
Stroke bisa membuat seorang istri meninggalkan suaminya. Karena sang suami stres, emosional,
tidak bisa memberikan nafkah dan merepotkan seluruh keluarga. Stroke juga bisa membuat
seorang anak meninggalkan orang tuanya, menitipkan pada panti wreda karena tidak sanggup
memandikan, menyuapi dan melayani segala deritanya.
Stroke bisa membuat keluarga menderita ketika tulang punggung tak bisa menopang keluarga,
biaya pengobatan yang tidak murah sementara tuntutan biaya hidup semakin tinggi.
Maka Rasulullah pun berkata kepada seorang lelaki,
" Apakah orang tuamu masih hidup?”. Lelaki tadi menjawab: “Iya”. Nabi bersabda: “Kalau
begitu datangilah keduanya dan berjihadlah dengan berbakti kepada mereka” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Maka ketika ada ilmu PAZ di keluarga kita. Tak hanya bermanfaat untuk kesembuhan orang lain,
tetapi juga diri kita sendiri. Anak-anak sudah terbiasa menterapi orang tuanya, karena gerakannya
sangat sederhana.
Selama lebih 2 pekan kemarin aktivitas saya agak melandai. Sepekan pertama benar-benar lemas.
Sehingga yang biasanya butuh 4 orang yang memegangi, ternyata cukup Kusuma saja yang
menterapi saya.
Di rumah, setiap malam Azimah yang semangat mengetuk palu di tumit saya dan Fairuz
melakukan gerakan terapi lain.
Walau saat ini belum stabil, sehari sehat aktivitas full, besoknya terkapar lagi. Tapi anak-anak
begiti memgerti kapan Bundanya harus rehat, kapan harus direpoti dan kapan harus diterapi.
Maka tak inginkah kelak anak-anak yang akan menjaga kita? Anak-anaklah yang mendoakan
kita.
Anak-anaklah yang akan menterapi kita saat tubuh sudah renta tak berdaya.
Maka mulailah dari diri kita sendiri. Selama jalan surga masih terbuka ketika mereka hidup, maka
pulanglah dengan bekal pelatihan PAZ. Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya.
Maka apabila ada pasien stroke yang bi'idznillah sembuh dengan wasilah tangan kita. Lalu beliau
bisa beraktivitas kembali menjadi tulang punggung keluarga. Maka pahala itu akan tetap mengalir
hingga maut memisahkan kita dengan dunia.

Anda mungkin juga menyukai