Anda di halaman 1dari 15

MK : Manajemen Keperawatan

Dosen : Maria Puji S. Kep. Ns., M. Kep (MP)

Oleh Kelompok 6:

1. Riama Yanti Sitinjak( 042021011)

2. Rosdiyanti Sinaga( 042021012)

3. Ermelinda Manek( 042021017)

Pengendalian Mutu Asuhan dan Pelayanan Keperawatan

1. Konsep dasar dan tujuan pengendalian

Pengendalian /pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai

dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut (Schermerhorn,2002).

Menurut Ibnu Samsi (1994:148) pengendalian merupakan salah satu fungsi managemen

yang dibutuhkan untuk menjamin agar semua keputusan, rencana dan pelaksanaan kegiatan

mencapai tujuan dengan hasil yang baik dan efisien. Senada dengan pengertian tersebut,

indriyo(1990:54) menjelaskan bahwa ada tiga tahap dalam proses pengendalian:

 Proses penentuan standar

 Proses evaluasi dan penilaian

 Proses perbaikan

Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan. Pengendalian dalam

manajemen dilakukan untuk mengarahkan kegiatan manajemen sesuai dengan yang

direncanakan. Selain itu, pengendalian dilaksanakan agar kegiatan yang dilakukan tidak banyak

terjadi kesalahan yang berakibat negatif terhadap klien dan pihak yang terkait dengan
manajemen.

Menurut Mockler ( 1984 ), pengendalian dalam manajemen adalah usaha sistematis untuk

menetapkan standar prestasi kerja agar sesuai dengan tujuan perencanaan, untuk mendesain

sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan

standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah ada deviasi dan untuk mengukur

signifikansinya, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan  bahwa sumber

daya digunakan dengan cara yang efektif dan efisien mungkin untuk mencapai tujuan.

Tujuan pengendalian managemen adalah untuk memotivasi dan memberi semangat

kepada para anggota organisasi, dan selanjutnya mencapai tujuan organisasi. Ini merupakan

proses mendeteksi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja dan

ketidakberesan yang disengaja, seperti pencurian atau penyalagunaan sumber daya.

Perinsip pengarahan dan pengendalian

Pengarahan yang baik akan terlihat dalam bentuk ( 5 W dan 1 H):

a. what( apa yang harus dilakukan oleh staf perawat)

b. who( siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan)

c. when( jam berapa seharusnya dilakukan ( mulai jam masuk sampai jam pulang)

d. How( bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frekuensi yang harus dikerjakan)

e. why( kenapa pekerjaan itu harus dilakukan

f. where( dimana? tentunya diruangan)

Proses pengendalian berhasil jika mengandung beberapa karakteristik antara lain

• menggambarkan kegiatan sebenarnya

• melaporkan kesalahan dengan tepat


• berpandangan kedepan

• menunjukkan kesalahan pada hal hal yang kritis

• bersifat objektif dan fleksibel

• mengembangkan pola kegiatan organisasi

• bersifat ekonomis dan mudah dimengerti

• menunjukkan kegiatan perbaikan

2. Indikator mutu asuhan keperawatan

Mutu pelayanan adalah derajat memberikan pelayanan secara efesien dan efektif sesuai dengan

standar profesi yang dilaksanakan secara menyeluruh terhadap kebutuhan pasien ( Nurssalam

2016). Indikator merupakan suatu cara untuk mengukur penampilan dari suatu kegiatan dan

menilai suatu perubahan dengan menggunakan instrumen( Nursalam 2016).

Menurut Nursalam ( 2013) Suatu pelayanan harus memiliki mutu yang baik dalam

pelaksanaannya yakni:

 Caring

 kolaborasi

 kecepatan

 empati

 kejujuran

 komunikasi teraupetik

Indikator utama pelayanan kesehatan di Rumah sakit ada enam( Nursalam 2016 yakni:

• keselamatan pasien

• pengelolaan nyeri dan kenyamanan


• tingkat kepuasan pasien

• perawatan diri

• kecemasan pasien

• perilaku pasien

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, melalui SK Direktur Jenderal Pelayanan Medik,

No.YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 telah menetapkan "Standar Asuhan Keperawatan di Rumah

Sakit". Standar Asuhan Keperawatan menurut Departemen Kesehatan meliputi enam standar

yaitu:

1) Pengkajian keperawatan

2) Diagnosa keperawatan,

3) Perencanaan keperawatan,

4) Intervensi keperawatan,

5) Evaluasi keperawatan, dan

6) Catatan asuhan keperawatan.

Dalam melaksanakan intervensi keperawatan terdapat 14 kebutuhan pasien yang harus

mendapat perhatian perawat yaitu:

1) Memenuhi kebutuhan oksigen

2) Memenuhi kebutuhan nutrisi dan keseimbangan cairan serta elektrolit

3) Memenuhi kebutuhan eliminasi

4) Memenuhi kebutuhan keamanan

5) Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan

6) Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur

7) Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani


8) Memenuhi kebutuhan spiritual

9) Memenuhi kebutuhan emosional

10) Memenuhi kebutuhan komunikasi

11) Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis

12) Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan

13) Memenuhi kebutuhan penyuluhan

14) Memenuhi kebutuhan rehabilitasi.

Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu terkait dengan
struktur, proses dan outcome system pelayanan rumah sakit tersebut. Mutu asuhan
pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan oleh
masyarakat, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi RS.

a. Aspek struktur (input)


Struktur adalah semua input untuk system pelayanan sebuah RS yang meliputi
1) M1 (tenaga),
2) M2 (sarana prasarana),
3) M3 (metode asuhan keperawatan),
4) M4 (dana),
5) M5 (pemasaran), dan lainnya.

Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur system RS tertata
dengan baik akan lebih menjamin mutu pelyanaan. Kualitas struktur RS
diukur dari tingkat kewajaran, kuantitas, biaya (efisiensi), dan mutu dari
masing-masing komponen struktur

b. Proses

Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain yang
mengadakan interkasi secara profesional dengan pasien. Interaksi ini diukur antara
lain dalam bentuk penilaian tentang penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana
tindakan pengobatan, indikasi tindakan, penanganan penyakit, dan prosedur
pengobatan.
c. Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi lain
terhdaap pasien. Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan
meliputi:
1. Angka infeki nosokomial : 1-2%
2. Angka kematian kasar: 3-4%
3. Kematian pasca bedah: 1-2%
4. Kematian ibu melahirkan: 1-2%
5. Kematian bayi baru lahir: 20/1000
6. NDR (Net Death Rate): 2,5%
7. ADR (Anesthesia Death Rate) maksimal 1/5000
8. PODR (Post-Operation Death Rate): 1%
9. POIR (Post-Operative Infection Rate): 1%
Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS:
1. Biaya per unit untuk rawat jalan
2. Jumlah penderita yang mengalami dekubitus
3. Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur
4. BOR (Bed Occupancy Ratio) : 70-85%
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur
pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai parameter BOR
yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%

(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)


5. BTO (Bed Turn Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat
tidur/tahun
6. TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong
7. LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi, infeksi nosokomial; gawat
darurat; tingkat kontaminasi dalam darah; tingkat kesalahan; dan
kepuasan pasien)
8. Normal tissue removal rate: 10%

3. Jenis pengendalian ruang rawat

a. Pengendalian karyawan

b. Pengendalian keuangan

c. Pengendalian reproduksi

d. Pengendalian waktu

e. Pengendalian teksnis

f. Pengendalian kebijaksanaan

g. Pengendalian penjualan

h. Pengendalian inventaris

i. Pengendalian inventaris

Jenis indikator mutu pelayanan keperawatan

• Jenis indikator mutu pelayanan keperawatan di IGD

• Jenis indikator mutu pelayanan keperawatan di instalasi rawat inap

• Jenis Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan di Intensive Care Unit

• Jenis Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan di Kamar Operasi

• Jenis Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan di Instalasi Rawat Jalan

4. Proses menjaga mutu asuhan keperawatan di ruang rawat

Menurut Jacobalis (2000) kualitas pelayanan kesehatan di ruang rawat inaprumah sakit dapat

diuraikan dari beberapa aspek ,yaitu :

1. Penampilan keprofesian menyangkut pengetahuan,sikap dan perilaku


2. efisiensi dan efektifitas , menyangkut pemanfaatan sumber daya

3. Keselamatan pasien, menyangkut keselamatan san keamanan pasien

4. Kepuasan pasien, menyangkut kepuasan fisik, mental, dan sosial terhadap lingkungan

rumah sakit, kebersihan, kenyamanan, kecepatan pelayanan keramahan, perhatian,

biaya yang diperlukan dan sebagainya

Menurut Muninjaya (2007), ciri-ciri asuhan keperawatan yang berkualitas antara lain:

• Memenuhi standar profesi yang ditetapkan

• Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secaranwajar , efesien

dan efektif

• Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan

memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya,agama ,etika dan tata nilai

Menurut Robbins (2008) komitmen terhadap mutu harus menjadi peranutama setiap

pemimpin dan setiap orang dalam lembaga/organisasi untukmeningkatkan mutu karena mutu

adalah urusan setiap orang, disamping komitmenkerjasama tim yang solid, kepengawasan yang

ketat dan sumber daya yangmemadai merupakan faktor yang menentukan keberhasilan

peningkatan mutu.

Menurut Deming dalam Wijono (1999) menyatakan untuk membantumenyelenggarakan dan

menegakkan organisasi mutu dalam jangka panjang dan berkelanjutan terdiri dari empat tahapan yang

satu mengikuti yang lain berulang-ulang yaitu melalui perencanaan ( plan), pelaksanaan (do),

pemeriksaan (check ) dan perbaikan (action). Dalam setiap prosesnya senantiasa

melakukan perencanaan yang matang, implementasi yang terukur dengan jelas, dilakukan evaluasi dan

analisis data yang akurat serta tindakan perbaikan yang sesuai dan monitoring pelaksanaannya agar bisa

menuntaskan masalah yang terjadi diorganisasi (Prabowo, 2009)

5. Pengenalan penilaian akreditasi/sertifikasi


Akreditasi tingkat dasar menilai 5 kegiatan pelayanan di rumah sakit yaitu:

• Administrasi dan Manajemen

• Pelayanan Medis

• Pelayanan keperawatan

• Pelayanan gawat darurat

• Rekam medik

Akreditasi tingkat lengkap menilai 17 kegiatan pelayanan:

• administrasi dan manajemen

• pelayanan medis

• pelayanan keperawatan

• pelayanan gawat darurat

• rekam medik, farmasi

• radiologi, kamar operasi

• pengendalian infeksi

• pelayanan infeksi

• pelayanan resiko tinggi

• laboratorium

• keselamtan kerja, kebakran dan kewaspadaan bencana ( K3)

• Pelayanan intensif

• pelayanan transfusi darah

• pelayanan rehabilitasi medik

• pelayanan Gizi
6. Manajemen dalam pengaturan alur kerja dalam pelaksanaan penanganan pasien

Covid 19

a. Memberikan layanan pada pasien COVID-19 dan non COVID-19 dengan menerapkan

prosedur skrining, triase dan tata laksana kasus

b. melakukan antisipasi penularan terhadap tenaga kesehatan dan pengguna layanan

kesehatan dengan penerapan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi dan

penerapan keselamtan dan kesehatan kerja diunit kerja dan pemenuhan alat pelindung diri

c. menerapkan protokol pencegahan covid-19 yaitu memakai masker, mencuci tangan,

menjaga jarak

Pembagian dan pengaturan zona resiko covid-19:

Pemanfaatan teknologi informasi untuk inovasi layanan

kesehatan seperti:

• Sistem pendaftaran melalui telepon atau secara online

untuk membatasi jumlah orang yang berada di Rumah

Sakit .

• skrining ketika mengunjungi Rumah sakit.

• Sistem pembayaran secara online

Pengaturan alur layanan

1. Alur pasien

a. Langsung ke Rumah Sakit (atas permintaan pasien sendiri dan tanpa perjanjian)

b. Melalui rujukan (dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau (Fasilitas

kesehatan rujukan lanjut ( FKRL)

c. melalui registrasi online


Skrining pada pengunjung dan petugas Rumah sakit

Langkah-langkah yang dilakukan pada saat skrining adalah :

• Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40 s/d 60 detik atau

dengan hand sanitizer selama 20 sd 30 detik

• semua pasien wajib menggunakan masker

Pembagian zona risiko penularan covid 19 di rumah sakit

Zona covid 19

• Merupakan area/ruangan yang tingkat risiko terjadinya penularan COVID-19 tinggi

karena berhubungan secara angsung maupun tidak langsung.

• Area pelayanan : area rawat jalan khusus COVID-19, area IGD khusus COVID-19, area

• rawat inap khusus COVID-19, area ruang isolasi khusus COVID-19 (tekanan negatif /

• ventilasi normal), area ruang rawat intensif (ICU/HCU) khusus COVID-19, area ruang

• bersalin khusus COVID-19, area Ruang Operasi khusus COVID-19.

• Area penunjang : area laboratorium khusus COVID-19, area Radiologi khusus covid-19 ,

area bagian gizi , area kamar jenasah dan area pengaolahan lim

Zona non covid 19

Merupakan area/ruangan yang tingkat risiko terjadinya penularan COVID-19 rendah karena

tidak berhubungan langsung dengan pelayanan pasien covid-19.Yang termasukdalam zona non

COVID-19 meliputi:

• Area Administrasi: ruangan manejemen Rumah Sakit, ruang pertemuan, ruang

pendaftaran, gudang logistik, ruang rekam medik, administrasi dan lainnya. Area

Pelayanan : area rawat jalan non COVID-19, area IGD non COVID-19, instalasirawat

inap non COVID-19, area rawat intensif (ICU/HCU) non COVID-19, area ruang bersalin
non covid 19, ruang operasi non covid-19

• Area penunjang : area laboratorium non COVID, area radiologi non COVID-19, area

bagian gizi non COVID-19, laundri, area farmasi dan layanan non COVID-19 lainnya

7. Advocator bagi manajemen rumah sakit dalam efektivitas dan efisiensi proses pelayanan

dan penyem buhan pasien

Tindakan seorang advocator adalah menginformasikan dan mendukung secara obyektif,

berhati-hati agar tidak bertentangan dengan setuju atau tidak setuju suatu keputusan yang dipilih

klien. Seorang advokator menginformasikan hak-hak klien dalam situasi apapun sehingga klien

dapat mengambil keputusan sendiri. Fokus peran advokasi perawat adalah menghargai keputusan

klien dan meningkatkan otonomi klien. Hak-hak yang dimiliki oleh klien yakni hak untuk

memilih nilai-nilai yang sesuai dan penting bagi hidupnya, hak untuk menentukan jenis tindakan

yang terbaik untuk mencapai nilai-nilai yang diinginkan dan hak untuk membuang nilai-nilai

yang mereka pilih tanpa paksaan dari orang lain

Peran perawat sebagai advokator

Perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya

pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien memahami semua

informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional

maupun professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai nara

sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus

dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus

dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, hak-hak
klien tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata

tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan tempat klien

menjalani perawatan. Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut:

• penyakit yang dideritanya

• tindakan medik apa yang hendak dilakukan.

8. Adaptasi interpersonal dalam mengelola emosi dalam menangani burn out untuk

pasien Covid 19

Burn out didefinisikan sebagai respon dari stresor emosional dan interpersonal yang kronis secara

berkepanjangan dengan ditandai ; adanya kelelahan emosional (emotional exhausted),

depersonalisasi(depersonalization), dan penurunan pencapaian diri (reduce personalaccomplishment)

(Maslach dkk., 2001).

Kecerdasan emosional adalah bagian kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan beradaptasi

untuk mengamati perasaan danemosi diri sendiri serta orang lain, kapasitas individu untuk

mengatasiemosinya, kemampuan untuk memahami kondisi emosi orang disekitarnya, dan untuk

menggunakan emosinya tersebut sebagai panduandalam berpikir dan bertindak (Salovey &

Mayer, 1990)

Coronavirus Anxiety didefinisikan sebagai ketakutan yang terus-menerus atau tidak

terkendali yang mengganggu kehidupan sehari-hari dalam menanggapi pandemi COVID-19

yang ditandai dengan gejala fisiologis antara lain pusing, gangguan tidur, kelumpuhandi luar

kendali (tonic immobility), kehilangan nafsu makan dan mual atau sakit perut (Lee, 2020)

Pada umumnya pasien terdeteksi covid merasa stress . rasa khawatir akan covid yang

memburuk mungkin jadi bayang bayang setiap hari sehingga ingin segera sembuh . disaatsudah

memuncak , pasien bisa mengalami burn out. Burnout ini indikatornya pikiran penuhhal

negative, Lelah, kelelahan. Hal ini disebabkan karena minim stimulus, minim aktivitas.Mungki
karena berkumpul dengan pasien lain yang sama sama mengeluh sakit, yang juga butuh

didengarkan. Nuansanya negative sehingga terjadi burn out.

Hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi burn out antara lain:

1) Eksplorasi hobi masa kecil. Pasien memiliki waktu yang cukup banyak untuk

mengeksplore hobi masa kecilnya. Lakukan aktivitas yang bisa membantu pikiran lebih

netral, Bahagia, bisa denganmenggambar, melukis, mendengarkan music, menciptakan

ide bisnis, semua bisadilakukan dalam kondisi duduk

2) Latihan relaksasi . Relaksasi tidak hanya meditasi tetapi juga dengan Latihan napas . saat

menghirup napas usahakan focus pada aliran udara yang terasa melewati hidung,

tenggorokan,lalu hembuskan lewat mulut, nikmati tiap tarikan dan hembusan agar lebih

rileks

3) Buat agenda kegiatan. Buat agenda kegiatan harian mulai pagi hingga malam. Contoh

pagi diisi dengan ha-lhal yang disyukuri , personal hygiene, olahraga ringan, sarapan.

menghubungi teman atau sahabat, mendengarkan music dan apresiasi film dan berdoa.

Selain pasien burn out juga bisa dialami oleh para nakes :

Banyaknya angka kejadian burn out pada perawat mengharuskan adanya upaya untuk

mengurangi burnout tersebut. Upaya yang bisa dilakukan salah satunya yaitu

peningkatankopingmelaluimanagement stress. Kegiatan management stress dapat dilakukan

melalui penerapan program “ABCs stress management”.

Management stress adalah suatu program untuk melakukan pengontrolan atau pengaturan

stres yang bertujuan untuk mengenal penyebab stress dan mengetahui teknik-teknik mengelola

stres, sehingga orang lebih baik dalam menguasai stress dalam kehidupan daripada dihimpit oleh

stress itu sendiri. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni belajar
menanggulanginya secara adaptif dan efektif.

ABC Stress management sebagai konstruksi suatu respon terhadap stres

berkepanjangan( burn out)

Komponen dari ABC stres management antara lain;

a. Kesadaran (Awareness)

kuncinya adalah jujur kepada diri sendiri . kaji resiko personal untuk menganalisa

respon terhadap stres yang lebih jauh, dengan bertanya diri sendir dan menjawab

dengan jujur adalah salah satu untuk menilai resiko pribadi kita

b. kepercayaan

Setelah selesai pada tahap A dari management stress, kita akan beralih ke bagian B.

Bagian B merupakan keyakinan pada diri sendiri. Hubungan kita dengan batin kita

merupakan hubungan yang paling penting dari semua. Membangun citra diri kita dan

harga diri akan memungkinkan kita untuk memblokir negativisme

c. Komitmen

untuk melanjutkan tindakan kita mengnali dan mengurangi pekerjaan setelah kita

mengenali tanda tanda peringatan stres yang akan kita alami dengan Memperhatikan

kesehatan fisik sendiri merupakan tindakan pencegahan dengan program istirahat

yang cukup, nutrisi dan olahraga.

Anda mungkin juga menyukai