Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

FRONT END DEVELOPER DAN BACK END DEVELOPER

DOSEN PENGAMPU
Hero Yudo Martono ST, MT

DISUSUN OLEH
Nisya Nurlaila Novianti

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA


2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis,
sehingga pada hari ini makalah yang berjudul “FRONT END DEVELOPER
DAN BACK END DEVELOPER” dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, dosen pengampu, Bapak Hero Yudo Martono ST, MT dan
juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai
hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada
makalah ini, kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-
luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada
kesempatan berikutnya.

Tasikmakaya, 7 Oktober 2022

Nisya Nurlaila Novianti


DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................................. iv
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................... 3
BAB II : PEMBAHASAN .................................................................................. v
2.1 Pengertian Front End Developer ................................................... 4
2.2 Tugas dan tanggung jawab Front End Developer .......................... 5
2.3 Skill yang harus dimiliki Front End Developer ................................ 6
2.4 Pengertian Back End Developer .................................................... 7
2.5 Tugas dan tanggung jawab Back End Developer ........................... 8
2.6 Skill yang harus dimiliki Back End Developer ................................. 9
2.7 Perbedaan Front End dan Back End Developer .............................10
2.8 Framework Front End dan Back End .............................................11
BAB III : PENUTUP ........................................................................................vi
3.1 Kesimpulan ....................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada perkembangan zaman yang sangat pesat ini serta sejalan


dengan era globalisasi, maka benda yang bernama komputer bukanlah
barang baru, melainkan media yang sangat membantu sekaligus
dibutuhkan peranannya bagi manusia sebagai penggunanya.
Perkembangan yang pesat akan teknologi komputer sehingga dapat
dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Maka seiring dengan hal tersebut
para penggunanya dituntut untuk menyesuaikan dengan perkembangan
komputer itu sendiri.
Pada beberapa tahun terakhir, pekerjaan sebagai front end dan back
end developer cukup banyak diminati. Hal ini tidak terlepas dari
berkembangnya industri teknologi dan digital, yang mana salah satunya
terkait dengan web developer. Bagi kamu yang berminat dengan
pengembangan aplikasi atau situs web, mungkin pekerjaan ini cocok
denganmu. Namun, tak jarang beberapa orang masih bingung mengenai
perbedaan dua pekerjaan ini. Jadi apa itu front end atau back end? Dan
apa saja perbedaannya? Dengan adanya makalah ini kami akan
menjelaskan apa saja yang harus anda ketahui mengenai front end dan
back end developer.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka


terdapat beberapa masalah yaitu:
a. Apa itu Front End Developer ?
b. Apa itu Back End Developer ?
c. Tugas serta tanggung jawab Front End dan Back End Developer ?
d. Skill yang harus dimiliki Front End dan Back End Developer ?
e. Apa saja perbedaan Front End dan Back End Developer ?
f. Framework Front End dan Back End Developer

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan


pengertian dan ruanglingkup Web Development yang salah dua
didalamnya terdapat Front End Developer dan Back End Developer,
selain itu makalah ini juga di ajukan untuk memenuhi salah satu
tugas Mata Kuliah Konsep Teknologi Informasi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Front End Developer

Pada dasarnya, front end adalah salah satu bagian dari website
yang menampilkan tampilan pada para pengguna. Bagian ini dibuat
dengan menggunakan HyperText Markup Language (HTTP), Cascading
Style Sheets (CSS), dan juga JavaScript. Sehingga, suatu URL bisa
bekerja dan menampilkan situs website dengan baik.

Berdasarkan laman Career Foundry, front end developer adalah mereka


yang memiliki tanggung jawab dalam menghubungkan suatu situs
website ataupun aplikasi dengan para penggunanya.

Mereka akan membuat gambar, tombol, teks, dan juga menu serta
interaksi antar setiap situs atau aplikasi dengan para pengguna. Oleh
karena itu, mereka juga biasa dikenal dengan client-side.

Front end adalah suatu hal yang tidak dibuat dengan merancang desain
dari suatu situs ataupun aplikasi dari nol. Karena, pada dasarnya hal
tersebut sudah dikerjakan oleh UI designer.

Tugas front end adalah memindahkan desain yang dibuat oleh UI


designer dalam bentuk yang lebih interaktif dan membuat desain
tersebut menjadi lebih hidup. Nah, untuk membuat suatu situs website
atau aplikasi, maka dibutuhkan juga seorang back end developer.

Tugas mereka adalah memastikan semua hal yang dibuat oleh front end
developer ataupun sistem dan server dibalik dibuatnya situs website atau
aplikasi bisa bekerja sebagaimana mestinya. Mereka juga sering disebut
dengan server-side.
2.2 Tugas dan tanggung jawab Front End Developer
1. Memastikan kelayakan teknis desain dari UI/UX
2. Mengoptimalkan kecepatan dari website/aplikasi
3. Menerapkan elemen visual situs web atau aplikasi
4. Menggunakan desain responsif dalam pembuatan antarmuka
pengguna situs web atau aplikasi
5. Menguji situs web atau aplikasi untuk kegunaan
6. Memecahkan masalah kode apa pun yang tidak berfungsi
7. Meningkatkan arsitektur visual situs web atau aplikasi
8. Memastikan bahwa semua kelayakan dari tampilan website sebelum
mengirimkannya ke tim back end
9. Berkolaborasi tim lainnya

2.3 Skill yang harus dimiliki Front End Developer

1. Menguasai bahasa pemrograman HTML dan CSS

HTML dan CSS merupakan skill utama yang harus dikuasai untuk menjadi
seorang front end developer. Hal ini karena CSS (Cascading Style Sheets)
dan HTML (HyperText Markup Language) merupakan landasan dari
pengembangan web. HTML digunakan untuk membuat rangkaian utama
dari sebuah website. Sedangkan CSS digunakan dalam mengatur
tampilan dari website tersebut, seperti, tata letak, warna, font, dan gaya
halaman.

2. JavaScript

Jika CSS dan HTML digunakan untuk membuat dasar dari


sebuah website, maka JavaScript diperlukan untuk membuat situs web
menjadi interaktif. Dikutip dari hackreactor.com, Javascript juga biasanya
digunakan dalam membuat aplikasi web dan seluler, membangun server
web sederhana, serta mengembangkan game. Selain itu, untuk
kemampuan yang lebih lanjut, seorang front end juga harus memiliki
kemampuan TypeScript. TypeScript adalah superset JavaScript yang
merupakan kompilasi dari JavaScript biasa.

3. Frameworks and Libraries

Menggunakan bahasa pemrograman bukanlah hal mudah, terkadang


kamu membutuhkan berbagai hal yang dapat menunjang pekerjaanmu,
salah satunya yaitu framework. Dengan menggunakan framework, kamu
dapat meringkas rangkaian kode yang panjang menjadi lebih ringkas. Ada
beberapa jenis framework seperti Angular dan Vue JS.

Sedangkan libraries merupakan kumpulan kode yang telah ditulis


sebelumnya yang dapat digunakan pengguna lain untuk mengoptimalkan
tugas. Salah satu jenis libraries yang sering digunakan yaitu jQuery.
jQuery adalah kumpulan plugin dan ekstensi yang membuat penggunaan
JavaScript di situs web yang telah dibuat menjadi lebih cepat dan lebih
mudah.

4. CSS preprocessors

Ketika ruang lingkup dan pengkodingan pada sebuah website semakin


besar, maka penggunaan CSS akan bertambah sulit. Tak jarang
seorang front end developer terjebak pada kondisi menulis kode berulang
atau mengutak-atik struktur file yang salah. Sehingga dapat membuang
waktu yang cukup banyak. Adapun solusi dari hal tersebut yaitu
penggunaan preprocessor CSS. Dilansir dari interviewbit.com,
penggunaan preprocessor CSS adalah metode lain untuk mempermudah
pemrograman CSS. SASS, LESS, dan Stylus adalah preprocessor CSS
yang memungkinkan pengembang membuat kode dalam bahasa
praprosesor. Dengan begitu, seorang front end developer bisa
menyelesaikan segala sesuatu yang akan jauh lebih sulit dicapai dengan
CSS. Preprocessor CSS nantinya akan membantu untuk memverifikasi
kode yang telah diatur di situs web berfungsi atau tidak.

5. Responsive design

Seperti yang kamu ketahui, kini semakin banyak penggunaan berbagai


perangkat seperti smartphone dan tablet dalam mengakses internet. Hal
ini juga mempengaruhi keahlian yang harus dimiliki seorang yang bekerja
sebagai front end. Responsive design adalah pendekatan tampilan grafis
yang digunakan untuk membuat konten yang sesuai dengan berbagai
ukuran layar. Saat membuat situs web, front end harus dapat memastikan
tampilan halaman dapat beradaptasi dengan perangkat yang digunakan
oleh pengunjung. Biasanya untuk membuat tampilan dengan responsive
design, front end dapat menggunakan kerangka kerja CSS seperti
Bootstrap.

6. Testing dan debugging

Seorang front end developer harus memiliki kapasitas untuk menguji


kelayakan sebuah situs web dan bebas dari bug. Dalam melakukan hal
tersebut, ada berbagai pendekatan untuk melakukan testing. Salah
satunya yaitu, pengujian fungsional untuk memeriksa bagian tertentu dari
sebuah situs web dan memvalidasi bahwa kinerjanya sesuai dengan
pengkodingan yang telah dilakukan.

7. Version control

Version control adalah proses merekam dan mengontrol perubahan pada


kode sumber sehingga jika terjadi kesalahan, kamu tidak perlu memulai
dari awal lagi. Dalam melakukan version control kamu dapat
menggunakan Git. Git adalah salah satu sistem kontrol versi yang paling
banyak digunakan. Sehingga jika ingin bekerja dalam pengembangan
web, kamu harus mempelajari cara menggunakan Git.

2.4 Pengertian Back End Developer

back end developer adalah pekerjaan yang bertugas


mengembankan, menyimpan data, dan komunikasi antara
database situs web atau aplikasi. Tiga komponen utama dari
pekerjaan back end developer yaitu server, aplikasi, dan
database. Sehingga back end developer juga memiliki peran
penting dalam kinerja situs web atau aplikasi.
Pada praktiknya, front end developer menggunakan berbagai
jenis alat, bahasa pemrograman, dan kerangka kerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Untuk melakukan hal tersebut,
mereka menggunakan berbagai jenis program mulai dari Java,
.NET, PHP, Ruby, NodeJS, dan Python.
Selain itu, back end juga bekerja sama dengan tim lainnya,
khususnya tim front end. Hal ini karena Mereka akan saling
mengirim dan menerima informasi dalam proses
mengembangkan sebuah situs web.
Dikutip dari indeed, salah satu contoh hasil kerja back end
developer yaitu ketika kamu membeli kemeja secara online. Back
end developer akan bertanggung jawab untuk menyimpan
informasi kartu kredit, ukuran kemeja yang kamu pesan, dan
informasi lain terkait pembelian yang kamu lakukan. Singkatnya,
kamu berinteraksi dengan front end untuk melakukan pembelian
dan back end menyimpan semua informasi kamu
di database server.
2.5 Tugas dan tanggung jawab Back End Developer
1. Mengelola dan mengembangkan sumber daya API (Application
Programming Interface) yang berfungsi di seluruh perangkat
2. Membuat sistem pemrosesan pembayaran yang menyimpan data yang
diperlukan dengan aman
3. Selalu perbarui aplikasi web, aman, dan cepat
4. Memantau status server
5. Menerapkan algoritma dan memecahkan masalah yang terkait dengan
sistem server atau data base
6. Mengembangkan CMS (Content Management System);
7. Mendukung pengembangan frontend dengan komunikasi yang jelas dan
dokumentasi yang baik
8. Menyimpan dan mengelola data secara efektif

2.6 Skill yang harus dimiliki Back End Developer

1. Memahami bahasa pemrograman back end

Jika front end menggunakan HTML dan CSS, maka back end lebih sering
menggunakan bahasa pemrograman seperti, Java, Python, PHP. Java
merupakan bahasa pemrograman yang banyak digunakan dalam
mengembangkan back end untuk aplikasi dan situs web. Sedangkan untuk
melakukan pengkodingan terkait server, back end developer biasanya
menggunakan Python dan PHP.

2. Memiliki pengetahuan mengenai frameworks

Seorang back end developer harus membiasakan diri dengan frameworks


dalam merancang sebuah website. Frameworks web dapat memberikan
landasan dasar bagi backend developer agar dapat membangun program
tertentu menggunakan bahasa pemrograman pilihan mereka. Jika bahasa
pilihanmu adalah Java, kamu dapat menggunakan Spring atau Micronaut.
Jika bahasa pilihanmu adalah Python, kamu dapat menggunakan Django
atau Flask sebagai kerangka kerja.
3. Memiliki pengetahuan tentang API

Dikutip dari bloomtech.com, API telah menjadi aspek yang semakin


penting dalam pengembangan back end. Application Programming
Interface atau API adalah seperangkat aturan dan definisi yang
memungkinkan klien, perangkat lunak, atau layanan yang berbeda untuk
berhubungan satu sama lain melalui internet. Seorang back end
developer harus memiliki pengetahuan yang luas tentang API. Hal ini
karena mereka adalah media yang memungkinkan transfer data. API
umumnya bertindak sebagai mediator antara backend dan database yang
memungkinkan developer mengambil data pengguna.

4. Struktur data dan algoritma

Back end developer akan selalu berhubungan dengan data. Agar dapat
mengelola data, seorang back end developer harus memiliki pemahaman
dasar tentang proses, struktur, dan algoritma yang digunakan untuk
mengimplementasikan dan menampilkan data tersebut. Beberapa di
antaranya termasuk pencarian linier dan biner, implementasi kode hash,
penyortiran data, tumpukan, antrian, dan daftar.

5. Databases and cache

Setiap situs web membutuhkan database untuk menangani data


pengunjung. Database tersebut nantinya akan memudahkan back end
developer untuk untuk memulihkan, mengatur, mengubah, dan
menyimpan informasi. Dikutip dari interviewbit.com, ada dua jenis
database yang tersedia di pasar yaitu SQL, dan NoSQL. Data base SQL
adalah data base yang mana data dipetakan dalam tabel dan masing-
masing terkait satu sama lain secara signifikan. Sedangkan data NoSQL
adalah database yang tidak membutuhkan skema dan tidak terkait antara
setiap tabel. Namun, semua alat ini digunakan untuk menangani data
dalam jumlah besar, dan mereka juga menggunakan cache untuk data
kecil pengguna individu.

6. Mengenal berbagai jenis server

Sebagai seorang back end developer, penting bagi kamu memiliki


pemahaman yang dalam mengenai server. Server adalah bagian
komputer atau sistem yang menyediakan data, sumber daya, dan layanan
(penyimpanan file, keamanan, dan basis data) ke komputer atau
pengunjung website melalui jaringan. Beberapa server yang paling populer
adalah Apache, NGINX, dan Microsoft.
2.7 Perbedaan Front End Developer dan Back End Developer

1. Perbedaan cara kerja


Dari penjelasan singkat terkait pengertian front end dan back end, kamu
pasti dapat mengambil kesimpulan bahwasannya cara kerja dari
mengelola front end dan back end cukup berbeda.
Seorang Front End Developer bertanggung jawab atas komposisi tampilan
sebuah website dan aplikasi. Mulai dari isi konten, warna-jenis-ukuran font,
gambar, serta tombol-tombol yang terdapat harus membuat pengguna
merasa nyaman ketika melihat dan berinteraksi di dalamnya. Sedangkan
untuk cara kerja Back End Developer, adalah dengan melakukan kontrol
dari sisi server, sistem, dan database. Bahasa pemrograman yang
biasanya digunakan dalam back end adalah PHP, Ruby, dan Phyton.

2. Perbedaan pada skill yang harus dikuasai

Perbedaan front end dan back end yang selanjutnya yaitu terdapat
pada skill yang dimiliki untuk keduanya. Apabila kamu ingin menjadi
seorang Front End Developer maka kemampuan dasar yang perlu
kamu miliki yaitu minimal menguasai tiga bahasa pemrograman
seperti Javascript, HTML dan CSS. Namun semakin banyak bahasa
pemrograman yang kamu kuasai, maka kesempatan untuk menjadi
seorang front end developer akan
semakin terbuka lebar.

3. Perbedaan waktu kerja

Perbedaan front end dan back end yang ketiga terdapat pada waktu
pengerjaannya. Seorang front end developer baru akan memulai
pekerjaannya saat UX Designer telah menyelesaikan pekerjaannya.
Apabila tidak ada perubahan dari sisi desain UX, maka front end
developer dapat segera mengeksekusi bahasa pemrograman pada
desain user interface.
Setelah front end developer menyelesaikan pekerjaannya, maka
kemudian back end developer mengambil alih pekerjaan. Di mana back
end developer menentukan penggunaan instruksi apa saja yang akan
diaplikasikan pada desain dan bahasa pemrograman yang digunakan.

4. Perbedaan pada posisi kerja di sebuah perusahaan

Perbedaan front end dan back end yang terakhir yaitu mengenai posisi
keduanya di sebuah perusahaan. Meskipun pada dasarnya Front End
Developer dan Back End Developer bekerja secara berdampingan namun
keduanya tidak selalu digabungkan pada satu posisi yang sama.
Di beberapa perusahaan terdapat kebijakan di mana seorang Front End
Developer tidak harus memiliki skill seorang Back End Developer. Karena
itu posisi kerja keduanya selalu dibedakan pada sebuah perusahaan.
Front End Developer bekerja di awal pembuatan aplikasi atau situs. Lalu
Back End Developer bekerja pada akhir tahap penyelesaian aplikasi atau
situs.
Meskipun perusahaan ada yang memilih menggunakan dua orang yang
berbeda untuk mengisi posisi Front End Developer dan Back End
Developer, ada pula perusahaan yang hanya menggunakan satu pekerja
untuk 2 skill tersebut.
Biasanya jika perusahaan mempekerjakan 1 orang untuk mengatasi 2 skill
tersebut maka pekerja yang dipilih pasti seorang yang sebut sebagai full
stack developer. Full stack developer adalah orang yang menguasai skill
yang dimiliki oleh Front End Developer dan Back End Developer.

2.8 Framework Front End dan Back End

Framework Front End

1. Vue.js
Vue.js adalah front end framework dengan rating tertinggi di
Github. Framework ini diluncurkan pada 2014 lalu oleh Evan
You. Seseorang yang juga merupakan salah satu kreator
framework Angular.
Vue.js adalah framework berjenis MVVM (Model-View
ViewModel) yang dibangun di atas bahasa JavaScript. Front
end framework yang satu ini punya aturan penulisan kode
yang simpel, sehingga mudah digunakan oleh pemula.
Selain itu ukuran Vue.js juga tergolong kecil, hanya 18 KB
saja! Meski begitu, kemampuannya tidak perlu diragukan
lagi. Karena, bisa digunakan untuk membangun web app,
mobile app, hingga progressive web app (PWA).
Fitur-Fitur Unggulan Vue.js:
 Virtual DOM (Document Object Model) – Tiruan
dari Real DOM untuk menyimpan dan mereview
perubahan kode sebelum menerapkannya di Real DOM.
 Components – Membuat sekaligus mengelola elemen
kustom dalam format HTML, nya sehingga dapat
digunakan berulang-ulang.
 Two-way Data Binding – Menjadikan setiap
perubahan kode di JavaScript berpengaruh terhadap
tampilan HTML, begitu pula sebaliknya.
Kelebihan Vue.js:
 Dokumentasi yang lengkap dan detail.
 Mudah digunakan untuk developer dengan keterampilan
JavaScript.
 Sangat fleksibel untuk merancang struktur aplikasi.
 Mendukung TypeScript, bahasa pemrograman berbasis
JavaScript.
Kekurangan Vue.js:
 Komponen yang tersedia belum stabil.
 Komunitas belum terlalu besar.
 Kebanyakan plugin dan komponen ditulis dengan
bahasa Mandarin sehingga sulit digunakan.
Gunakan Vue.js Jika:
Vue.js adalah front end framework yang cocok digunakan
untuk membangun proyek berskala kecil dari nol, khususnya
yang berjenis single page application (SPA).
Jangan Gunakan Vue.js Jika:
Vue.js kurang direkomendasikan untuk proyek-proyek
berskala besar, mengingat komponen yang belum stabil serta
dukungan komunitas yang masih minim.
Contoh Penggunaan Vue.js:
Beberapa perusahaan yang telah menggunakan Vue.js antara
lain 9gag, Alibaba, Reuters, dan Xiaomi.

2. React
React adalah front end framework yang dibangun oleh
raksasa teknologi dunia, Facebook (sekarang Meta) pada
2011 lalu. React merupakan framework open source di
bawah lisensi software MIT.
React sebenarnya bukan sebuah front end framework murni,
melainkan sebuah library berbasis JavaScript. Pun demikian,
ia tetap punya berbagai fitur layaknya sebuah framework,
contohnya DOM.
Di samping itu, React juga punya kinerja stabil. Hal tersebut
membuatnya bisa diandalkan untuk membangun PWA dan
SPA yang dipersiapkan untuk menampung banyak trafik.
Fitur-Fitur Unggulan React:
 Virtual DOM – Sama seperti Vue.js, React juga
dibekali Virtual DOM yang berguna untuk menyimpan
berbagai perubahan kode.
 Libraries Integration – Menjadikan React bisa
digunakan bersama dengan berbagai library berbasis
JavaScript.
 JSX (JavaScript XML) – Ekstensi sintaks JavaScript
untuk memudahkan modifikasi DOM dengan kode
berformat HTML.
Kelebihan React:
 Komponen bisa digunakan berulang-ulang di berbagai
halaman aplikasi.
 Kemudahan untuk menulis komponen tanpa perlu
mengenalkan (deklarasi) Class-nya.
 Menyediakan berbagai tools pengembang dengan fitur-
fitur yang melimpah.
Kekurangan React:
 Dokumentasi yang berubah-ubah, mengingat frekuensi
update yang terlalu sering.
 Agak sulit dipelajari pemula karena JSX yang
cenderung rumit.
Gunakan React Jika:
React paling pas digunakan untuk membangun SPA yang
cenderung kompleks dan membutuhkan banyak komponen
user interface seperti panel navigasi, tombol, dan akordion.
Selain itu, React juga lebih cocok jika dipakai bersama
library lain seperti Redux, karena dapat meningkatkan
kinerja SPA.
Jangan Gunakan React Jika:
React kurang cocok bagi Anda yang pemula dan belum
memahami JavaScript, apalagi JSX yang punya aturan kode
lebih rumit daripada JavaScript biasa.
Contoh Penggunaan React:
Di samping sebagai framework Facebook, React juga telah
dipakai untuk membangun berbagai website populer lain
seperti Netflix, Reddit, dan Pinterest.

3. Angular

Selain React, ternyata ada lagi front end framework buatan


raksasa teknologi lain. Framework yang dimaksud
adalah Angular yang dikembangkan oleh Google sejak 2009
lalu.
Mirip dengan React, Angular juga merupakan framework
open source. Nah, front end framework yang satu ini
berjenis MVC (Model View Controller) dan dibangun
dengan bahasa TypeScript.
Sayangnya, Angular punya aturan penulisan kode yang
cukup rumit. Selain itu, ukurannya juga tergolong besar
yakni 566 KB. Pun demikian, Angular terbukti handal untuk
membangun web dan mobile app, PWA, hingga RIA (Rich
Internet App).
Fitur-Fitur Unggulan Angular:
 Directives – Memudahkan developer untuk mengatur
DOM sehingga bisa menghasilkan konten berformat
HTML yang lebih dinamis.
 Hierarchical Injections – Memudahkan pengelolaan
komponen kode untuk keperluan pengujian atau
penggunaan ulang.
 Two-way Data Binding – Mirip dengan Vue.js,
Angular menggunakan two-way data binding untuk
kemudahan sinkronisasi antara Model dan View.
Kelebihan Angular:
 Setiap perubahan kode bisa ditampilkan hasilnya secara
instan berkat adanya Two-way Data Binding.
 Dapat menggunakan komponen secara berulang-ulang
cukup dengan sekali menulis komponen.
 Jumlah baris kode yang diperlukan untuk membangun
aplikasi jadi lebih sedikit.
 Dukungan resmi dari Google dan komunitas yang luas.
Kekurangan Angular:
 Agak sulit dipelajari oleh pemula, mengingat aturan
penulisan kode yang cukup rumit.
 Struktur aplikasi yang dihasilkan cenderung rumit,
sehingga bisa menurunkan kinerja aplikasi.
 Kemampuan SEO yang terbatas sehingga kurang SEO
Friendly.
Gunakan Angular Jika:
Angular adalah front end framework terbaik untuk
membangun aplikasi kompleks untuk keperluan bisnis
berskala besar.
Jangan Gunakan Angular Jika:
Angular kurang pas untuk membangun aplikasi simpel dan
ringan mengingat kerumitannya. Selain itu, ia juga tidak
cocok untuk website dengan tujuan menjaring trafik, karena
kurang SEO Friendly.
Contoh Penggunaan Angular:
Selain digunakan untuk membangun berbagai layanan
Google, Angular juga digunakan oleh banyak perusahaan
mulai dari Forbes, LEGO, UPS, dan BMW.

4. jQuery
jQuery adalah salah satu front end framework tertua yang
dirilis sejak tahun 2006. Meski begitu, jQuery masih cukup
relevan digunakan untuk membangun website, mobile app,
dan desktop app.
Sama seperti React, jQuery sebenarnya adalah library
JavaScript dan bukan merupakan framework. Nah, jQuery
punya fungsi utama yaitu untuk memanipulasi CSS dan
DOM sehingga menghasilkan website yang lebih interaktif.
Selain itu, jQuery juga menawarkan kemudahan penggunaan
dengan memangkas aturan penulisan kode JavaScript
menjadi lebih ringkas. jQuery juga didukung komunitas yang
luas dan berpengalaman.
Fitur-Fitur Unggulan jQuery:
 Versatile Event Handling – Memangkas jumlah baris
kode untuk perintah yang melibatkan aktivitas
pengguna, seperti klik pada mouse.
 jQuery Mobile – Framework HTML5 berbasis System-
UI untuk memudahkan developer dalam membangun
mobile app.
 Browser Interchangeability – Mampu menjalankan
berbagai fungsi di hampir semua browser tanpa
mengalami kendala berarti.
Kelebihan jQuery:
 Mudah dipelajari dan digunakan oleh pemula karena
penulisan kode yang simpel
 Mendukung hampir semua browser yang ada di pasaran.
 Menyediakan beragam pilihan plugin untuk menambah
fiturnya.
Kekurangan jQuery:
 Ukuran yang tergolong besar, satu package jQuery
terdiri atas semua komponen DOM, Events, Effects,
dan AJAX.
 Kinerja yang tergolong lambat, mengingat ukuran yang
besar.
 Tidak memiliki Data Layer, sehingga proses
memanipulasi DOM jadi lebih rumit.
Gunakan jQuery Jika:
jQuery lebih cocok digunakan untuk membangun aplikasi
desktop berbasis JavaScript. Selain itu, jQuery juga pilihan
yang pas untuk membangun website interaktif untuk
digunakan di berbagai jenis browser.
Jangan Gunakan jQuery Jika:
jQuery tidak sesuai untuk membangun ekosistem website
modern seperti PWA, SPA, atau web app. Hal ini karena
ketiadaan Data Layer yang bisa menyebabkan lambatnya
performa.
Contoh Penggunaan jQuery:
Beberapa perusahaan yang tercatat menggunakan jQuery
antara lain Microsoft, Uber, Twitter, dan Pandora.

5. Svelte

Bertolak belakang dengan jQuery, Svelte adalah front end


framework dengan usia paling muda yang ada di daftar ini.
Sebab, Svelte baru diluncurkan pada 2016 lalu.
Berbeda dengan yang lain, Svelte bukan merupakan
framework maupun library, melainkan sebuah compiler.
Nah, compiler yang satu ini berbasis JavaScript, HTML, dan
CSS sekaligus.
Meski menggabungkan tiga elemen, performanya tetap
stabil. Bahkan, Svelte dianggap sebagai salah satu
framework tercepat saat ini. Selain itu, ia juga tergolong
ringan karena aturan penulisan kode yang cenderung ringkas.
Fitur-Fitur Unggulan Svelte:
 Modularity Principles – Mengelompokkan berbagai
komponen lalu mengisolasinya sehingga memudahkan
proses pengembangan aplikasi.
 Boilerplate-free Coding – Menghasilkan modul secara
seragam dalam bentuk Vanilla JavaScript dari
komponen berformat HTML, CSS, dan JavaScript.
Kelebihan Svelte:
 Lebih ringan dan simpel karena bisa menggunakan
Library JavaScript yang sudah ada.
 Kinerja lebih cepat dibanding framework populer lain
seperti React atau Angular.
 Aturan kode yang minimalis sehingga proses
pengembangan aplikasi lebih cepat.
Kekurangan Svelte:
 Dukungan komunitas yang minim dan belum
berkembang
 Tools pengembang yang tersedia masih sedikit.
 Belum terlalu populer karena tergolong masih baru.
Gunakan Svelte Jika:
Svelte akan cocok digunakan untuk membangun proyek
berskala kecil dengan jumlah pengembang yang sedikit.
Compiler ini juga merupakan pilihan terbaik bagi Anda yang
masih pemula mengingat ringkasnya aturan kode.
Jangan Gunakan Svelte Jika:
Svelte bukan pilihan terbaik untuk membangun proyek
berskala besar, mengingat minimnya dukungan komunitas
dan tools yang tersedia belum banyak.
Contoh Penggunaan Svelte:
Beberapa website populer yang dibangun menggunakan
Svelte antara lain The New York Times, 1Password, dan
Rakuten.

6. Semantic UI
Mirip dengan Svelte, Semantic UI adalah front end
framework yang masih tergolong baru. Framework ini baru
diluncurkan 2014 oleh Jack Lukicthis, seorang full stack
developer.
Nah, Semantic UI adalah framework berbasis CSS. Itulah
sebabnya, front end framework yang satu ini secara bawaan
tidak menggunakan DOM maupun Data Binding sama sekali.
Meski begitu, Semantic UI mendukung integrasi dengan
framework lain, seperti React, Angular, dan Ember.js. Selain
itu, ia juga menyediakan dukungan plugin pihak ketiga untuk
menambah fitur-fiturnya.
Fitur-Fitur Unggulan Semantic UI:
 Themes Collections – Menyediakan ribuan tema dan
puluhan komponen untuk mempercantik dan menambah
fitur-fitur terkait interface.
 Exchangeable Concepts – Mengadopsi bahasa
manusia ke dalam aturan penulisan kode, contohnya
ketika menulis Class.
 Development Toolset – Memudahkan konfigurasi CSS,
JavaScript, dan Font, sehingga bisa digunakan untuk
aplikasi lain cukup dengan sekali tulis.
Kelebihan Semantic UI:
 Tersedia berbagai pilihan tema dan komponen UI.
 Aturan penulisan kode yang mudah dipahami.
 Mendukung berbagai integrasi sehingga banyak fitur
bisa ditambahkan.
Kekurangan Semantic UI:
 Ukuran package yang cukup besar.
 Dukungan komunitas yang masih tergolong minim.
 Fitur dan fungsi-fungsi bawaan yang cenderung
terbatas.
Gunakan Semantic UI Jika:
Semantic UI adalah front end framework terbaik untuk
membangun aplikasi dengan User Interface yang menarik,
responsif, tapi tetap ringan ketika digunakan.
Jangan Gunakan Semantic UI jika:
Semantic UI bukan pilihan yang tepat bagi Anda yang
kurang menguasai JavaScript. Pasalnya fitur bawaannya
cukup terbatas dan baru bisa bekerja maksimal ketika
terintegrasi dengan framework lain.
Contoh Penggunaan Semantic UI:
Semantic UI banyak digunakan oleh beberapa perusahaan
ternama seperti Snapchat, Ovrsea, Kmong, dan Accenture.

Framework Back End


 Spring, Hibernate adalah framework untuk bahasa
pemrograman Java.
 CodeIgniter, Laravel, Yii adalah contoh framework PHP.
 Django, Flask adalah framework untuk bahasa Python.
 Rails adalah framework untuk bahasa Ruby.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Meskipun Front End dan Back End berbeda tetapi
keduanya tetap penting, Pengembang Front End tidak
diwajibkan untuk menguasai Back End begitu juga
sebaliknya, Pengembang Back End juga tidak
diwajibkan untuk menguasai Front End. Tetapi jika ingin
menguasai keduanya maka Full Stack Developer
adalah pengembang yang bisa menggunakan atau
menguasai Front End dan Back End sekaligus. Namun
bukan hanya Full Stack Developer yang bisa membuat
sebuah web atau aplikasi hanya karena Full Stack
Developer menguasai Front End dan Back End,
Pengembang Front End dan Back End juga dapat
bekerja sama agar dapat menghasilkan web atau
aplikasi yang bagus, nyaman, dan aman.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gamelab.id/news/952-apa-saja-perbedaan-
front-end-dan-back-end

https://blog.skillacademy.com/perbedaan-front-end-dan-
back-end

https://www.niagahoster.co.id/blog/front-end-framework/

https://appkey.id/pembuatan-website/backend/framework-
backend/#:~:text=Seperti%20yang%20kita%20ketahui%2C%2
0framework,secara%20default%20di%20dalam%20framework

Anda mungkin juga menyukai