Kliping Tentang Seksual
Kliping Tentang Seksual
SEKSUAL
DI SUSUN
OLEH :
NAMA :
KELAS : X IPS
Remaja adalah suatu fase yang harus dialami manusia sebagai individu. Remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12 – 22 tahun,
dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun
psikolog.
Dalam perkembangannya remaja mengalami perubahan emosional, kognitif, dan psikis, salah
satu perubahan yang tidak bisa dihindari adalah motivasi dan rasa keingintahuan yang tinggi
terhadap berbagai hal yang menimpa dirinya termasuk masalah-masalah yang berhubungan
dengan seksualitas. Kecanggihan teknologi membuat mudahnya mengakses content bermuatan
seks yaitu pornografi sehingga banyak remaja yang menikmati hal ini dan menjadi candu.
Paparan pornografi pada anak-anak terutama didapat melalui intenet yang diperburuk dengan
“lifestyle” dan kurangnya pengawasan, tidak ada komunikasi, tuntutan terlalu tinggi, kekerasan
pada anak, tidak tahu potensi anak, serta diskriminasi dari orang tua dan lingkungan dapat
memicu remaja untuk dapat terpapar pornografi.
B. TUJUAN
Berdasarkan jenisnya, kekerasan seksual dapat digolongkan menjadi kekerasan seksual yang
dilakukan secara:
1. verbal,
2. nonfisik,
3. fisik, dan
4. daring atau melalui teknologi informasi dan komunikasi.
Bentuk kekerasan seksual pada anak adalah segala tindakan yang mencakup pelecehan dan
kekerasan pada anak di bawah umur. Ada bermacam bentuk kekerasan seksual yang bisa terjadi
pada anak, yaitu:
Eksibisionisme, atau mengekspos alat kelamin sendiri kepada anak di bawah umur.
Melakukan kontak fisik, seperti memegang atau menyentuh.
Melakukan hubungan intim ke anak.
Masturbasi di hadapan anak di bawah umur atau memaksa anak di bawah umur untuk
masturbasi.
Percakapan cabul, panggilan telepon, pesan teks, atau interaksi digital lainnya.
Memproduksi, memiliki, atau membagikan gambar atau film porno anak-anak.
Perdagangan seks.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kenakalan remaja dapat dimulai dari tindakan coba-coba yang kemudian bisa
menimbulkan perilaku menyimpang. Seberapa besar penyimpangan yang terjadi
menentukan kadar kenakalan remaja yang diperbuat dan seberapa besar dampak
yang ditimbulkan. Menurut Elida Prayitno (2006: 8), tingkah laku negatif bukan
merupakan ciri perkembangan remaja yang normal, karena remaja yang
berkembang positif akan memperlihatkan perilaku yang baik.
Agar dalam jangka panjang beban pemerintah tidak bertambah, pendidikan (baik
dasar, menengah, atas, dan tinggi) perlu ditingkatkan mutunya. Selain kualitas,
karakter siswa agar menjadi generasi yang unggul juga perlu dibentuk sehingga
siswa dapat berprestasi dan terhindar dari bentuk-bentuk kenakalan remaja yang
memberikan dampak negatif.