Anda di halaman 1dari 7

KLIPING TENTANG

SEKSUAL

DI SUSUN
OLEH :

NAMA :
KELAS : X IPS

SMA NEGERI 01 LUMAR


TAHUN AJARAN 2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat, anugerah,
petunjuk serta kekuatan yang telah diberikan pada saya, sehingga penyusunan kliping “tentang
Pornografi” ini dapat terlaksana dengan baik.
Kami berusaha menyusun kliping hingga sedemikian rupa dengan harapan untuk membantu
orang lain dalam memahami materi tentang pornografi
Di samping itu, kami berharap agar kliping ini dapat dijadikan bekal pengetahuan untuk
melangkah ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan kliping di masa
yang akan datang.
Semoga kliping sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya.

Lumar 14 November 2022


Daftar Isi
Kata pengantar ……………………………………………………………..
Daftar isi ……………………………………………………………..
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang ……………………………………………………………..
b. Tujuan ……………………………………………………………..
Bab II Pembahasan
a. Pengertian Seksual ……………………………………………………………..
b. Jenis Kekerasan ……………………………………………………………..
Seksual
c. Contoh Bentuk ……………………………………………………………..
Kekerasan Seksual
d. Bentuk Kekerasan ……………………………………………………………..
Seksual pada Anak
Bab III Penutup
a. Kesimpulan ……………………………………………………………..
b. Saran ……………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Remaja adalah suatu fase yang harus dialami manusia sebagai individu. Remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12 – 22 tahun,
dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun
psikolog.

Dalam perkembangannya remaja mengalami perubahan emosional, kognitif, dan psikis, salah
satu perubahan yang tidak bisa dihindari adalah motivasi dan rasa keingintahuan yang tinggi
terhadap berbagai hal yang menimpa dirinya termasuk masalah-masalah yang berhubungan
dengan seksualitas. Kecanggihan teknologi membuat mudahnya mengakses content bermuatan
seks yaitu pornografi sehingga banyak remaja yang menikmati hal ini dan menjadi candu.
Paparan pornografi pada anak-anak terutama didapat melalui intenet yang diperburuk dengan
“lifestyle” dan kurangnya pengawasan, tidak ada komunikasi, tuntutan terlalu tinggi, kekerasan
pada anak, tidak tahu potensi anak, serta diskriminasi dari orang tua dan lingkungan dapat
memicu remaja untuk dapat terpapar pornografi.

B. TUJUAN

1. Memahami apa itu pengertian Seksual


2. Jenis Kekerasan Seksual
3. Contoh Bentuk Kekerasan Seksual
4. Bentuk Kekerasan Seksual pada Anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pornografi
Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, melecehkan, dan/atau
menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan relasi kuasa
dan/atau gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan psikis dan/atau fisik termasuk
yang mengganggu kesehatan reproduksi seseorang dan hilang kesempatan melaksanakan
pendidikan dengan aman dan optimal.

B. Jenis Kekerasan Seksual

Berdasarkan jenisnya, kekerasan seksual dapat digolongkan menjadi kekerasan seksual yang
dilakukan secara:

1. verbal,
2. nonfisik,
3. fisik, dan
4. daring atau melalui teknologi informasi dan komunikasi.

C. Contoh Bentuk Kekerasan Seksual

Selain pemerkosaan, perbuatan-perbuatan di bawah ini termasuk kekerasan seksual.

1. berperilaku atau mengutarakan ujaran yang mendiskriminasi atau melecehkan


penampilan fisik, tubuh ataupun identitas gender orang lain (misal: lelucon seksis, siulan,
dan memandang bagian tubuh orang lain);
2. menyentuh, mengusap, meraba, memegang, dan/atau menggosokkan bagian tubuh pada
area pribadi seseorang;
3. mengirimkan lelucon, foto, video, audio atau materi lainnya yang bernuansa seksual
tanpa persetujuan penerimanya dan/atau meskipun penerima materi sudah menegur
pelaku;
4. menguntit, mengambil, dan menyebarkan informasi pribadi termasuk gambar seseorang
tanpa persetujuan orang tersebut;
5. memberi hukuman atau perintah yang bernuansa seksual kepada orang lain (seperti saat
penerimaan siswa atau mahasiswa baru, saat pembelajaran di kelas atau kuliah jarak jauh,
dalam pergaulan sehari-hari, dan sebagainya);
6. mengintip orang yang sedang berpakaian;
7. membuka pakaian seseorang tanpa izin orang tersebut;
8. membujuk, menjanjikan, menawarkan sesuatu, atau mengancam seseorang untuk
melakukan transaksi atau kegiatan seksual yang sudah tidak disetujui oleh orang tersebut;
9. memaksakan orang untuk melakukan aktivitas seksual atau melakukan percobaan
pemerkosaan; dan
10. melakukan perbuatan lainnya yang merendahkan, menghina, melecehkan, dan/atau
menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan relasi kuasa
dan/atau gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan psikis dan/atau fisik
termasuk yang mengganggu kesehatan reproduksi seseorang dan hilang kesempatan
melaksanakan pendidikan dengan aman dan optimal.

D. Bentuk Kekerasan Seksual pada Anak

Bentuk kekerasan seksual pada anak adalah segala tindakan yang mencakup pelecehan dan
kekerasan pada anak di bawah umur. Ada bermacam bentuk kekerasan seksual yang bisa terjadi
pada anak, yaitu: 

 Eksibisionisme, atau mengekspos alat kelamin sendiri kepada anak di bawah umur.
 Melakukan kontak fisik, seperti memegang atau menyentuh.
 Melakukan hubungan intim ke anak. 
 Masturbasi di hadapan anak di bawah umur atau memaksa anak di bawah umur untuk
masturbasi.
 Percakapan cabul, panggilan telepon, pesan teks, atau interaksi digital lainnya.
 Memproduksi, memiliki, atau membagikan gambar atau film porno anak-anak.
 Perdagangan seks.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Kenakalan remaja dapat dimulai dari tindakan coba-coba yang kemudian bisa
menimbulkan perilaku menyimpang. Seberapa besar penyimpangan yang terjadi
menentukan kadar kenakalan remaja yang diperbuat dan seberapa besar dampak
yang ditimbulkan. Menurut Elida Prayitno (2006: 8), tingkah laku negatif bukan
merupakan ciri perkembangan remaja yang normal, karena remaja yang
berkembang positif akan memperlihatkan perilaku yang baik.
Agar dalam jangka panjang beban pemerintah tidak bertambah, pendidikan (baik
dasar, menengah, atas, dan tinggi) perlu ditingkatkan mutunya. Selain kualitas,
karakter siswa agar menjadi generasi yang unggul juga perlu dibentuk sehingga
siswa dapat berprestasi dan terhindar dari bentuk-bentuk kenakalan remaja yang
memberikan dampak negatif.

Anda mungkin juga menyukai