Anda di halaman 1dari 2

NAMA : NONI NOVELA BABU

NIM : 2009010027
MATA KULIAH : ETIKA DAN LEGISLASI VETERINER

Seperti diketahui bahwa Sapi betina produktif merupakan sapi betina yang berdasarkan hasil
pemeriksaan reproduksi dokter hewan atau petugas teknis yang ditunjuk di bawah
pengawasan dokter hewan, dinyatakan memiliki organ reproduksi normal serta dapat
berfungsi optimal/baik sebagai sapi induk.
Dasar Hukum Larangan Pemotongan Sapi Betina Produktif adalah Undang-Undang No. 18
Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pasal 18 ayat (2) bahwa ternak
ruminansia betina produktif dilarang disembelih karena merupakan penghasil ternak yang
baik, kecuali untuk keperluan penelitian, pemuliaan atau untuk keperluan pengendalian dan
penanggulangan penyakit hewan.
Ketentuan larangan tersebut tidak berlaku apabila hewan besar betina :
1.      Berumur lebih dari 8 (delapan) tahun atau sudah beranak lebih dari 5 (lima) kali
2.      Tidak produktif (majir) dinyatakan oleh dokter hewan atau tenaga asisten kontrol
teknik reproduksi di bawah penyeliahan dokter hewan
3.      Mengalami kecelakaan yang berat
4.      Menderita cacat tubuh yang bersifat genetis yang dapat menurun pada keturunananya
sehingga tidak baik untuk ternak bibit.
5.      Menderita penyakit menular yang menurut Dokter Hewan pemerintah harus
dibunuh/dipotong bersyarat guna memberantas dan mencegah  penyebaran
penyakitnya, menderita penyakit yang mengancam  jiwanya
6.      Membahayakan keselamatan manusia (tidak terkendali)

Jika larangan pemotongan ternak betina  produktif dilanggar, maka ada sanksi hukumnya dan
ini berlaku pula untuk pemotongan ternak ruminansia kecil .  Ketentuan Pidana pada Undang-
Undang No. 18 Tahun 2009 pasal 86 sebagai berikut :
1.      Ternak ruminania kecil betina produktif sebagaimana dimaksud  pada pasal 18 ayat 2
dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 6
(enam) bulan dan atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,-(satu juta rupiah) dan
paling banyak Rp.5.000.000,-(lima juta rupiah).
2.      Ternak ruminansia besar betina produktif sebagaimana dimaksud  dalam  pasal 18
ayat 2 dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling
lama 9 (Sembilan) bulan dan atau denda paling sedkit Rp. 5.000.000,- (lima juta
rupiah) dan paling banyak Rp.25.000.000,-(dua puluh lima juta rupiah).
3.      Pelanggaran pasal 18 (2) juga termasuk pelanggaran yang dikenakan sanksi
administratif antara  lain:
 Peringatan secara tertulis
 Penghentian sementara ijin pemotongan (jagal)
 Pencabutan ijin pemotongan/jagal
 Pengenaan denda

Larangan pemotongan ternak ruminansia betina produktif akan dikenakan sanksi administratif
dan atau sanksi pidana berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang
Peternakan dan Kesehatan hewan pasal 86 sebagai berikut :
Setiap orang yang menyembelih :
1. Ternak ruminansia kecil betina produktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat
(4) dipidana dengan pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 6
(enam) bulan dan denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan paling
banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah); atau
2. Ternak ruminansia besar betina produktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat
(4) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Kebijakan pemerintah ini diatur dalam undang-undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang
Peternakan dan Kesehatan Hewan, undang-undang ini mengantikan undang-undang Nomor
18 Tahun 2009 tentang Petenakan dan Kesehatan Hewan. Undang-undang ini melarang
adanya pemotongan ternak betina produktif kecuali untuk alasan yang diperbolehkan.
Larangan ini diatur secara jelas dan tegas termasuk ancaman pidana bagi pelanggarnya.
Tujuan undang-undang ini adalah untuk memberikan kepastian hukum dan pengaturan secara
jelas dan tegas mengenai larangan pemotongan ternak betina produktif. Undang-undang ini
mengatur secara jelas mengenai larangan pemotongan ternak betina produktif untuk dapat
mendukung kelestarian atau menjaga populasi ternak. Pengaturan secara jelas dan tegas ini
diharapkan akan dapat mengurangi pemotongan terdahap ternak betina produktif yang selama
ini dilakukan. Undang-undang ini bertujuan tidak hanya sebatas mengurangi pemotongan
ternak betina produktif tetapi melarang ternak betina produktif untuk dipotong. Larangan
yang ada didalam undang-undang ini sudah jelas mengatur bahwa ternak betina produktif
tidak boleh dipotong sama sekali kecuali yang dikecualikan dalam undang-undang ini.
Larangan ini sudah lama ada dengan harapan dapat meningkat populasi ternak yang ada.

Anda mungkin juga menyukai