Anda di halaman 1dari 13

Penerimaan pemerintah :

Prinsip-prinsip perpajakan
I
Dr. Khairani Alawiyah Matondang, S.Pd., M.Si
Putri Kemala Dewi Lubis, SE.,M.Si.,Ak.,CA

KELOMPOK 11
Novia Christiani Tampubolon Teresia Reginanta Ginting
7213141010 7213141030

Sri Wulandari Br Tarigan Muhammad Nur Fathan


7213141026 22PMM202
Latar belakang
menurut Sadono Sukirno (2008), pemerintah merupakan salah satu badan yang bertugas
mengatur kegiatan ekonomi seperti kegiatan mengembangkan prasarana ekonomi dan sosial
sehingga peranan pemerintah cukup aktif dalam kegiatan ekonomi karena tanpa campur
tangan pemerintah maka kondisi perekonomian tidak akan seimbang.Dengan demikian dalam
sistem perekonomian modern, peranan pemerintah dapat dibagi dalam tiga bagian,
yaituperanan alokasi, peranan distribusi, dan peranan stabilisas.
Untuk mendapatkan suatu kekayaan, pemerintah melakukan suatu kebijakan yang menjadi
suatu pendapatan negara, kebijakan ini adalah pemungutan pajak kepada wajib pajak.
Di Indonesia pemugutan pajak di buat bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan atau
pengeluaran pemeritah saja, tetapi untuk mengatur kondisi ekonomi atau sosial yang ada di
Indonesia. Penerimaan pemerintah daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan
berasal dari beberapa sumber, salah satu sumber penerimaan tersebuah adalah pajak.
B. PAJAK
A. Pengertian Pajak
B. Fungsi Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang yang di (paksakan) 1. Fungsi sebagai penerimaan (butgeter)
dengan tiada mendapat jasa timbal 2. Fungsi mengatur (regulerend)
(kontraprestasi) yang langsung dapat di tunjukan 3. Fungsi stabilitas
dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum. (Mardiasmo 2016 : 1). 4. Fungsi redistribusi
5. Fungsi demokrasi
C. Sistem pajak D. Prinsip-prinsip Pajak
Menurut hancock pada bukunya yang
berjudul “Taxation : Policy and 1. Asas equality
Practice”lima karakteristik yang di
2. Asas certainty
harapakan pada sistem perpajakan
yaitu ; 3. Asas convinience of payment
1. Efesiensi Ekonomi 4. Asas efficiency
2. Administratif sederhana
3. Fleksibel
4. Akuntabel secara Politik
5. Adil

E. Kebijakan Pajak

1. Kebijakan pajak merupakan kebijakan fiskal berdasarkan pengertian sempit.


Sedangkan kebijakan fiskal berdasarkan pengertian luas adalah kebijakan untuk mempengaruhi
produksi masyarakat, kesempatan kerja, dan inflasi, dengan mempergunakan instrumen pemungutan
pajak dan pengeluaran belanja negara (Mansury, 1999:1).

2. Kebijkan negara merupakan bagian dari system perpajakan suatu negara.


Suatu keputusan yang diambil pemerintah dalam rangka meningkatkan penerimaan negara dari
sektor pajak untuk digunakan menyelesaikan kebutuhan dana bagi negara (Marsuni, 2006:37-38).

Cobham (2005:4-5) menjelaskan bahwa empat tujuan yang harus dicapai dalam pembuatan suatu
kebijakan pajak yaitu :
1. Revenue
2. Redistribution
3. Representation
4. Re-pricing Economic Alternatives
C. Insiden Pajak dan Distribusi Pendapatan

B. Distribusi Pendapatan
A. Insiden Pajak

Pengertian Distribusi Pendapatan


Musgrave membedakan analisis insiden pajak
menjadi tiga yaitu : Distribusi pendapatan merupakan salah

1. Insiden Pajak Anggaran Berimbang satu dari pembangunan ekonomi

2. Insiden Pajak Deferesial Distribusi pendapjuga memiliki beberapa


3. Insiden Pajak Absolut jenis seperti berikut :
1. Distribusi pendapatan perorangan
2. Distribusi Fungsional
3. Distribusi Ragional
C. Insiden Pajak dan Distribusi Pendapatan

Faktor yang Mempengaruhi Distribusi


Tujuan Distribusi
Pendapatan
distribusi pendapatan memiliki beberapa tujuan
1. Pembangunan infrastruktur yang tidak
dalam penerapannya, yakni berupa:
merata.
1. Meningkatkan taraf hidup masyarakat
2. Pertambahan penduduk yang tinggi
2. Memberikan hak dan keadilan bagi setiap
3. Inflasi
warga negara
3. Menurunkan resiko kriminalitas khususnya 4. Investasi yang terlalu banyak pada

perampokan proyek padat modal

4. Menumbuhkan rasa solidaritas dan sosial 5. Rendahnya mobilitas sosial.


yang tinggi antar masyarakat 6. .Menurunnya nilai tukar yang
berdampak pada industri dalam negeri
Indikator Pengukur Distribusi Pendapatan

Terdapat beberapa indikator yang bisa mengukur distribusi pendapatan,


yakni indikator lorez, indeks rasio gini, dan distribusi ukuran.
1. Indikator Lorez
2. Indeks Rasio Gini
3. Distribusi Ukuran
D. PENDEKATAN PADA ANALISIS PAJAK

Mangkoesoebroto menjelaskan bahwa analisis insiden pajak dapat dilakukan melalui dua
pendekatan, yaitu pendekatan keseimbangan parsial dan pendekatan keseimbangan umum.
1.Insiden Pajak Pendekatan Keseimbangan Persial
Pendekatan keseimbangan parsial yaitu suatu pendekatan dimana yang dianalisis adalah distribusi
pendapatan yang terjadi dalam suatu pasar saja sebagai akibat adanya suatu pajak.

2. Insiden Pajak Pendekatan Keseimbangan Umum


Pendekatan ini menganalisis pengaruh suatu jenis pajak dalam suatu pasar tehadap keseimbangan
pada pasar-pasar lainnya terkait dengan pihak yang dikenakan pajak tersebut, serta pendekatan ini
juga menganalisis penawaran dan permintaan barang-barang lain atau permintaan dan penawaran
faktor-faktor produksi yang terkait dengan rokok, sebagai contoh, dalam perekonomian sebagai
akibat tindakan pemerintah mengenakan cukai tembakau.
“Analisis kebijakan perpajakan : studi kasus KPP PRATAMA SINGARAJA”

Kepatuhan Wajib Pajak terhadap kewajiban perpajakan sangat perlu diperhatikan. Kepatuhan pajak
diartikan sebagai suatu kesadaran wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakan (Marlinah, 2020). Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah melakukan
berbagai upaya untuk memaksimalkan penerimaan pajak. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
melalui reformasi peraturan perundangundangan di bidang perpajakan dengan diberlakukannya self
assesment system dalam pemungutan pajak. Self Assessment System ini artinya bahwa wajib pajak
menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkannya sendiri besarnya hutang pajak.
Disisi lain, Pemerintah juga harus terus berhati-hati untuk menjaga defisit APBN terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) agar tetap di bawah 3%. Apalagi, semenjak virus corona menyebar ke berbagai
negara, Indonesia, melalui pernyataan Sri Mulyani, diprediksi akan mengalami defisit 2,2%-2,5% jauh
dari pada target tahun 2020 yaitu 1,76% (pajakku.com, 2020). Komponen realisasi pendapatan negara
masih mengalami kontraksi yang dimana penerimaan perpajakan tumbuh negatif dibandingkan
tahun sebelumnya disebabkan perlambatan kegiatan ekonomi dan pemanfaatan insentif fiskal.
Penerimaan pajak hingga Agustus 2020 sebesar Rp676,9 triliun atau 56,5% dari target penerimaan
pajak tahun ini berdasarkan Perpres 72 tahun 2020, maka penerimaan pajak sampai akhir Agustus
mengalami kontraksi 15,6%.
Analisis Kasus :

Mengenai insentif perpajakan ini tentunya bertujuan untuk membantu stimulus


perekonomian dengan meringankan beban wajib pajak, sehingga dana yang sebelumnya
digunakan untuk membayar pajak dapat digunakan untuk tambahan modal usaha.
Selain itu, dengan pembebasan pajak maka harga barang/jasa dapat diturunkan,
sehingga harapannya daya beli masyarakat akan semakin tinggi yang pada akhirnya
akan dapat menjaga stabilitas perekonomian sejalan dengan meningkatnya daya beli
masyarakat akan barang/jasa. Disisi lain, pemerintah harus tetap berhati-hati menjaga
defisit APBN yang dimana pemberian relaksasi pajak ini berimbas pada defisit APBN
tahun 2020 terus melebar hingga menyentuh angka 2,8% atau naik dibandingkan
realisasi hingga akhir tahun 2019 sebesar 2,2% dari PDB.
KESIMPULAN
pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling utama. Selain sebagai sumber
penerimaan negara yang paling utama (fungsi budget), pajak juga memiliki fungsi lain,
yaitu sebagai alat untuk mengatur dan mengawasi kegiatan-kegiatan swasta dalam
perekonomian (fungsi pengatur), dan sebagai alat anggaran (budget) pajak berfungsi
sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membaiayai kegiatan-kegiatan pemerintah,
terutama kegiatan rutin.
Dan dalam studi kasus Hasil penelitian menyatakan bahwa kebijakan relaksasi pajak
mendapat respon positif dari wajib pajak dengan dimanfaatkannya relaksasi tersebut
karena banyak wajib pajak yang mengalami penurunan penghasilan, sehingga tidak
mampu dalam membayar pajak. Penerapan kebijakan relaksasi perpajakan dapat
dikatakan telah efektif dan efisien karena menurut wajib pajak kebijakan tersebut sangat
membantu meringankan beban wajib pajak. Kebijakan relaksasi perpajakan ini tentunya
berdampak pada perekonomian negara yang dimana ketika wajib pajak memanfaatkan
insentif akan dapat meningkatkan daya beli masyarakat yang secara tidak langsung dapat
membantu menjaga stabilitas perekonomian negara.

Anda mungkin juga menyukai