Anda di halaman 1dari 2

Foto Para Pemain Pembuatan Flm La Hila

Kisah Seorang Putri ” LA HILA DONGGO


” Berubah Menjadi Bambu Berdarah
November 17, 2018 lensabima.com Headline, Peristiwa, Sastra

Kabupaten Bima. LENSABIMA.COM,- Dalam waktu dekat ini sedang dirilis Film


Bima/Dompu mengisahkan seorang Putri cantik nan jelita dialah La Hila Donggo. Dimana
dalam flim itu diangkat dari karya tulis Muslimin Hamzah dalam Ensiklopedia Bima Tahun
2014.

Inilah cerita singkat La HILA gadis Cantik jelita. Konon ceritanya dia berkulit putih bersih
memiliki leher berjenjang, saat ia makan dan minum saking putihnya makanan dan minuman
yang ditelan terlihat jelas. Alis sang putri seperti semut beriring, rambutnya panjang terurai
bahkan tiada ternoda sekalipun Putri La Hila bagai Bidadari yang turun dari Kayangan.

” Jika sang putri mandi keramas atau mencuci rambut, dibutuhkan tujuh belah Jeruk bundar
(Dalam bahasa Bima Dungga Mbolo) serta tujuh belah Kelapa atau tiga setengah butir,”
cerita Sadam yang juga Putra Asli Donggo Kala ini saat dikonfirmasi Media Lensa Bima
ditaman Kota Dompu Minggu (17/11/2018) sekitar pukul 13.50 Wita.

Foto: Suasana shoting Flm La Hila

Manakala sang putri mengeringkan rambutnya, diperlukan tujuh galah panjang untuk
menjemurnya. Masa itu, gadis ini belakangan akrab dipanggil La Hila atau Sang Putri yang
Hilang. Ceritanya bermula ketika kabar mengenai kecantikan La Hila terkenal seantero negeri
hingga ke kerajaan seberang.
” Kecantikan sang Putri membuat pemuda dimasa itu ingin meminangnya. Para pemuda itu
merasa cemburu dan berujung pada keributan di antara mereka,” cerita Sadam yang dia kutip
dari Muslimin Hamzah dalam Ensiklopedia Bima, 2004.

Paman dan bibi La Hila lanjut Sadam, mencium bahaya besar jika keadaan dibiarkan
berlarut-larut. Untuk menghindari bahaya yang lebih besar, anaknya La Hila diminta untuk
menyembunyikan diri.

” Rencana paman dan bibinya tersebut tidak disampaikan ke orang tua La Hila. La Hila setuju
bersembunyi. Dia minta paman dan bibinya membuat lubang persembunyian dalam tanah,
semacam bunker. La Hila minta supaya disertakan pula perangkat menenun dalam lubang
persembunyiannya itu,” tuturnya.

Dalam adegan Film itu, pagi -pagi La Hila masuk ke dalam lubang yang sudah disiapkan.
Sore harinya paman dan bibinya mengantar makanan. Esok harinya, keduanya kembali
mengantar makanan La Hila, kegiatan itu dikerjakan semata mata untuk menyelamatkan
putrinya.

” Disuatu ketika, mereka tidak menemukan La Hila di tempatnya. Hanya ada alat menenun
saja di situ. Paman dan bibinya sangat sedih. Bibinya menangis seraya mencabut pucuk
rebung (Anak Bambu) yang tumbuh dekat lubang persembunyian La Hila,” ungkapnya.

Setelah Paman dan Bibinya mencabut Rebung anehnya, rebung tersebut mengeluarkan darah.
Disaat bersamaan terdengar teriakan menahan sakit. Namun orang yang berteriak tidak
tampak. Bunyi teriakannya, dalam buku tersebut La Hila mengatakan “Jangan dicabut, sakit
bibi. Ini saya bibi. Saya sudah menjadi Rebung ”.

” Mengetahui teriakan itu adalah La Hila, pasangan suami istri itu kaget. Dalam buku itu juga
La Hila, berpesan kepada paman dan bibinya, “Bambu ini jangan dirusak. tolong dijaga
hingga anak cucu” Kisah ini dikenal dengan cerita Bambu Berdarah (O,O Nda,a) di Desa
Kala,” ucapnya.

Di penghujung Film itu dikisahkan, mengetahui anaknya sudah hilang, ibunda La Hila
mendatangi lubang persembunyian anaknya. Dia menangis mengelilingi pohon rebung
tersebut seraya bernyanyi.

” Itulah asal mula “Kalero“, musik khas Donggo. Semoga saja Film itu nantinya bisa
menciptakan sejarah lain yang ada di Bima maupun Dompu dimana didua daerah ini dikenal
dengan daerah bersejarah,” harapnya. (Lb. Bang Can)

Anda mungkin juga menyukai