Laporan Labor Metalografi - Meilenytp
Laporan Labor Metalografi - Meilenytp
METALOGRAFI
DISUSUN OLEH
NO BP : 1901011036
KELAS :2A
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah segala puji bagi allah swt yg telah melimpahkan rahmat dan nikmat nyakepda kita
semua terutama kedapa penulis tentunya,karena berkat rahmat dan karunia itu penulis dapat
meenyelesaikan laporan praktek labor “METALOGRAFI”ini dengan baik dan benar serta tepat
pada waktunya.
Ucapan terimah kasih penulis ucapkan kepada orang tua,teman dan juga kepada instruktur yang
senantiasa membatu penulis selama ini dalam menyelesaikan laporan labor ini tepat pada
waktunya.dan jugha kepada rekan-rekan dan juga kepada pihak yang senantiasa memberikan
saran dan sebagainya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa pada penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kekurangan.untuk itu penulis mengharapkan masukkan serta kritikan yang sifat
nya dapat membantu menyempurnakan laporan yang penulis buat ini.dan semoga nanti nya bisa
berguna di masa yang akan datang.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
2.1 Metalografi
BAB IV ANALISA
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Metalografi
Metalografi merupakan disiplin ilmu yang mempalajari karakteristik
mikrostruktur dan makrostruktur suatu logam, paduan lgam dan material lainnya serta
hubungannya dengan sifat-sifat material atau biasa juga dikatakan suatu proses
mengukur suatu material bahan secara kualitatif maupun kuantitatif berdasarkan
informasi-informasi yang didapatkan dari material yang diamati. Dalam ilmu
metalurgi struktur mikro merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari karena
struktur mikro sangat berpengaruh pada sifat-sifat mekanik suatu logam. Struktur
mikro yang kecil akan membuat kekerasan logam meningkat dan juga sebaiknya,
struktur mikro yang besar akan membuat logam menjadi ulet atau kekerasannya
menurun. Struktur mikro itu sendiri dipengaruhi oleh komposisi kimia dari logam
tersebut serta yang dialaminya. Metalografi bertujuan mendapatkan struktur makro
dan mikro dari suatu logam sehingga dapat dianalisa sifat mekanik dari suatu logam
tersebut. Pengamatan metalografi dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Metalografi makro
2. Metalografi mikro
Untuk mengamati struktur mikro yang terbentuk pada logam yang diamati
biasanya memakai mikroskop optik. Sebelum benda uji diamati dengan mikroskop
optik, benda uji terebut harus melewati tahap-tahap preparasi. Tujuannya agar pada sat
mengamati benda yang diuji, struktur mikronya terlihat dengan jelas. Semakin sempurna
preparasi benda yang akan diuji, semakin sempurna gambar yang akan diperoleh Pertumbuhan
perlit meliputi pertumbuhan ferit dan sementit sekaligus secara besamaan. Pertumbuhan
dimulai dengan terjadinya pengintian sementit pada batas-batas butir austenite. Sementit ini
kemudian tumbuh dengan didahului oleh difusi atom-atom karbon. Sehingga di sekitar pelat atau
lapisan sementit merupakan daerah kekurangan karbon, maka bagian ini terjadi pelat-pelat ferit
yang mempunyai kelarutan karbon maksimum 0.025 persen. Petumbuhan sementit terjadi di
mana-mana yang diikuti oleh pertumbuhan ferit, sehingga akhirnya seluruhnya berubah menjadi
perlit.
Struktur mikro meliputi fasa yang setimbang. Fasa yang setimbang adalah fasa yang
terbentuk dari fasa cair ke fasa padat dengan laju pendinginan sangat lambat. Jenis
fasa ini terdiri dari perlit, ferit, austenit dll. yang dapat dianalisis dengan
menggunakan diagram fasa (Fe-C). Fasa yang tidak seimbang adalah fasa yang
terbentuk akibat pendinginan cepat. Jenis ini terdiri atas martensit, bainit, yang dapat
dianalisis dengan menggunakan diagram CCT (Continous-Cooling Tansformation).
Sedangkan ditinjau dari bentuk butir logam memiliki dua bentuk butir, yaitu equxial
dan elongation. Terdapat dua skala pengamatann yaitu:
1. Skala pengamatan makro, yaitu pengamatan dengan perbesaran 10 kali atau
lebih kecil. Yang diamati: Porositas, segregasi pada produk cor, pengotor, jennis perpatahan, dan
homogenitas struktur las.
2. Skala pengamatan mikro yaitu pengamatan 100 kali atau lebih besar. Yang
diamati: fasa, besar butir dan endapan.
1. sampel
Dalam pemotongan dan pengambilan sampel, perlu diperhatikan wilayah daerah kerja
sampel yang akan diamati yang biasanya disebut sebagai bidang orientasi dasar,
yaitu:
Bidan transversal: tegak lurus terhadap sumbu deformasi panas.
Bidang planar: sejajar dengan sumbu pengerjaan dan memiliki luas
permukaan yang paling besar dan yang paling sering bersinggungan dengan
rol
Bidang longitudinal: tegak lurus terhadap bidang planar dan sejejar dengan
arah pengerjaan.
2. Pemotongan sampel
Teknik pemotongan sampel dapat dilakukan dengan:
Pematahan: untuk bahan getas dan keras
Pengguntingan: untuk baja karbon rendah yang tipis dan linak
Penggergajian: untuk bahan yang lebih lunak dari 350 HB
Pemotongan abrasi
4. Pengamplasan
Pengamplasan bertujuan untuk meratakan dan menghaluskan permukaan sampel yang
akan diamati. Pengamplasan ini dilakukan secara berurutan yaitu dengan memakai
amplas kasar hingga amplas halus. Pemngamplasan kasar dilakukan dengan
menggunakan amplas dengn nomor dibawah 180#, sedangkan pengamplasan halus
menggunakan amplas dengan nomor lebih tinggi dari 180#. Pengamplasan dimulai
dengan meletakkan sampel pada kertas amplas dengan permukaan yang aka diamati
bersentuhan langsung dengan bagian kertas amplas tang kasar, kemudian sampel
ditekan dengan gerakan searah. Selama pengamplasan terjadi gesekan antara
permukaan sampel dan kertas amplas yang memungkinkan terjadinya keaikan suhu
yang dapat mempengaruhi mikrostruktur sampel sehingga diperlukan pendinginan
dengan cara dialiri air. Apabila ingin mengganti arah pengamplasan, Sampel
diusahakan berada pada kedudukan tegak lurus terhadap arah mula-mula.
Pengamplasan selesai spabila tidak teramati lagi adanya goresan-goresan pada
permukaan sampel, selanjutnya sampel siap dipoles.
5. Pemolesan (Polishing)
Pemolesan bertujuan untuk lebih menghaluskan dan melicinkan permuaan 2sampel
yang akan diamati setelah pengamplasan. Seperti halnya pengamplasan, pemolesan
dibagi dua yaitu pemolesan kasar dan halus. Pemolesan kasar menggunakan
abrasive dalam range sekitar 30 - 3 µm, sedangkan pemolesan halus menggunakan
abrasive sekitar 1 µm atau dibawahnya. Sebelum pemolesan dilakukan, sampel
terlebih dahulu dibersihkan dengan air. Pemolesan dimulai dengan menyalakan mesin
poles sambil dialiri air. Sampel digerakkan secara radial dengan bagian permukaan
sampel yang telah dipoles harus dilihat secara berkala. Berikutnya dilakukan
pemolesan halus dengan cara yang sama seperti di atas tetapi dengan mennganti air
dengan autosol.
6. Etsa (etching)
Etsa/etching dilakukan dengan mengikis daerah batas butir sehingga struktur bahan
dapat diamati dengan jelas dengan bantuan mikroskop optik. Zat etsa bereaksi dengan
sampel secara kimia pada laju reaksi yang berbeda tergantung pada batas butir,
kedalaman butir dan komposisi dari sampel. Sampel yang akan dietsa haruslah bersih
dan kering. Selama etsa, permukaan sampel diusahakan harus selalu erendam dalam
etsa. Waktu etsa harus diperkirakan sedemikian sehingga permukaan sampel yang
dietsa tidak sampai gosong karena pengikisan yang terlalu lama. Oleh karena itu
sebelum dietsa, sampel sebaiknya diolesi alkohol untuk memperlambat reaksi. Pada
pengetsaan masing-masing zat etsa yang digunakan memiliki karakteristik tersendiri
sehingga pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Zat etsa yang
umum digunakan untuk baja ialah nitral dan prical. Setelah reaksi etsa selesai, zat esta
dihilangkan dengan cara mencelukan sampel ke dalam air panas. Seandainya tidak
memungkinkan dapat digunakan air bersuhu ruang dan dilanjutkan dengan
pengeringan dengan alat pengering. Permukaan sampel yang telah dietsa tidak boeh
disentuh untuk mencegah permukaan menjadi kusam. Setelah dietsa, sampel siap
untuk diperiksa dibawah mikroskop.
memberikan panas. Tanur ini juga harus dilengkapi alat keselamatan tertentu, seperti
pengatur dan alat penunjuk untuk memelihara suhu yang dibutuhkan dalam
pekerjaan. Semua pemasanhan tanur harus dilengkapi tutup uap dan kipas
pembuangan untuk membuang asap hasil dari operasi perlakuan panas atau dalam hal
pemasangan gas untuk pembuangan uap gas. Aplkikasi yang dpaling umum adalah
untuk material logam walaupun perlakuan panas juga digunakan dalam pembuatan
berbagai materi lain, seperti kaca.
Secara umum perlakuan panas adalah memanaskan atau dendinginkan
materia, biasanya dalam suhu ekstrem, untuk mencapai hasil yang diinginkan seperti
pengerasan atau pelunakan material. Yang termasuk teknik perlakuan panas adalah
annealing, case hardening, precipitation strengthening, tempering dan quenching.
Perlu dicatat bahwa walaupun perlakuan panas sengaja dilakukan untuk tujuan
mengubah sifat, pemanasan dan pendinginan sering terjadi secara kebetulan selama
proses manufaktur lain seperti pembentukan panas (hot forming) atau pengelasan.
1. Normalisasi (normalizing)
Pengerjaan ini dilakukan dengan memanaskan baja hingga menjadi
fasa austenite penuh dan didinginkan di udara (pendinginan tungku) hingga
mencapai suhu kamar. Fasa yang dihasilkan berstruktur ferrite dan pearlite
tergantung komosisi unsur karbon. Proses normalizing bertujuan untuk
memperbaiki dan menghilangkan struktur butiran kasar dan ketidak
seragaman struktur dalam baja manjadi berstruktur yang normal kembali yang
otomatis mengembalikan keuletan baja lagi. Struktur butiran kasar terbentuk
karena waktu pemanasan dengan temperatur tinggi atau austenite yang
menyebabkan baja berstruktur butiran kasar. Pada proses normalizing ini baja dipanaskan secara
pelan-pelan sampai suhu 20˚C sampai 30˚C diatas suhu
2. Annealing
Annealing adalah proses pemanasan baja yang diikuti dengan pendinginan
lambat didalam tungku yang dimatikan. Tujuan dari annealing untuk
memperbaiki; mampu mesin, mampu bentuk, keuletan, kehomogenan
struktur, menghilangkan tegangan dalam, dan lain sebagainya.
3. Pengerasan (quenching)
Perlakuan baja ini dilakukan dengan memanaskan baja hingga fasa menjadi
austenite dan didinginkan secara cepat. Media pendinginan cepat seperti air,
oli, garam atau mesia pendinginan lainnya. Tujuan utama perlakuan ini untuk
meningkatkan kekerasan baja. Pengerjaan temper (tempering treatment)
dengan pencelupan cepat. Suhu pemanasan adalah agak rendah dibawah suhu
transformasi eutectoid. Tujuan utama yaitu mengurangi nilai kekerasan logam
sehingga keuletan (ductility) logam akan naik. Beberapa variabel penting
dalam perlakuan temper adalah temperatur, waktu pemanasan dan lain-lain.
5. Speroidisasi (speroidizing)
Perlakuan ini bertujuan untuk menghilangkan tegangan sisa di dalam
logam baja akibat perlakuan logam seperti proses las, produk cor-coran,
pengerjaan dingin, pencelupan cepat dan sebagainya. Proses ini dengan
memanaskan hingga temperatur mendekati suhu temperatur, ditahan untuk
beberapa saat kemudian didinginkan di udara. Perlakuan pemanasan untuk
menghasilkan karbida yang berbentuk bulat (globular) di dalam logam baja.
BAB III
METODE PENGUJIAN
2. Pengamplasan
Pasang amplas dengan ukuran paling kasar yaitu grit 80 pada piringan mesin.
Lalu lakukan pengamplasan selama 15 menit
Kontrol aliran air saat mengamplas
Setelah selesai tukar kertas amplas secara bertahap dari kasar ke halus, lakukan
seperti sebelumnya
Pastikan benda haasil pengamplasan datar
3. Polishing
Pasang kain amplas khusus (polishing cloth)
Oleskan pasta aluminium compon pada benda uji
Letakkan benda uji di atas kain amplas tadi dengan bagian yang dioleskan
menghadap kain
Hidupkan mesin dan lakukan pemolesan selama 30 menit supaya bagian benda
yang di amplas tadi mengkilap
Setelah selasai ambil benda kerja, lalu bersihkan dengan tissue
4. Mengetsa
Teteskan reagen etsa pada cawan secukupnya
Jepit benda kerja denga penjepit
Benda kerja dicelupkan kedalam reagenetsa selama beberapa detik
Setelah beberapa detik angkat benda kerja lalu bersihkan dengan air mengalir lalu
dilanjutkan dibersihkan dengan alkohol
Benda kerja dibersihkan dengan kertas pembersih
Keringkan benda kerja dengan alat pengering
5. Mengamati
Siapkan mikroskop dengan perlengkapannya
Letakkan benda uji dibawah lensa objektif mikroskop
Pengamatan dilakukan dengan lensa objektif yang paling kecil
Seteleh itu dilanjutkan dengan memeriksa struktur mikro di bawah mkroskop
Mulailah dengan jarak paling dekat antara lensa objektif denga bendaa kerja
untuk menghindari terjadinya benturan antara lensa dengan benda kerja
Setelah terlihat amati struktur mikro benda tersebut
6. Memotret
Pasangkah film kedalam kamera
Pasangkan kamera pada mikroskop
Buanglah zexpose dari film tersebut
Fokuskan jarak antara lensa dengan benda kerja dengan memutar roda tangan dari
mikroskop
Atur fokus kamera dengan benda kerja dengan memutar lensa pengatur fokus
Atur ASA konttrol sesuai dengan ASA film yang digunakan
Setelah pas lakukanlah pemotretan
BAB IV
ANALISA
A. Baja
Bahan etsa : Selama 5 detik
Pembesaran : Pembesaran 100X
Pembesaran 200X
Pembesaran 400X
Pembesaran 1000X
Benda uji diberi larutan etsa dan dicuci dengan alkohol selama beberapa detik bila melebihi waktu
maka permukaan akan terlihat semacam terbakar, oleh karena itu pengetsaan dilakukan selama 5 – 10
detik. Permukaan tersebut tampak seperti pada gambar dibawah ini pada pembesaran 100X, 200X,
400X, dan 1000X.
Dari hasil pengamatan dapat dilihat struktur yang paling dominan terdapat dalam unsur baja
karbon adalah struktur ferrite dan pearlite baik pembesaran 100X, 200X, 400X, dan 1000X. Pada gambar
terlihat tampak sebagian hitam dan putih serta putih yang dipisahkan oleh garis yang tidak beraturan.
Bercak – bercak putih ini dinamakan dengan ferrite yang memiliki sifat lunak (soft), ulet (ductile), dan
magnetik (magnetic) hingga temperatur tertentu, sedangkan bercak – bercak yang tampak hitam dan
putih pada gambar dinamakan dengan pearlite memiliki sifat yang lebih keras dan kuat daripada ferrite,
ini disebabkan oleh adanya fase cementite atau carbide dalam bentuk lamel-lamel.
Garis yang tidak beraturan ini adalah pembatas butir antara satu butir dengan butir lainnya oleh
karena garis pembatas tersebut maka dapat dilihat bahwa ukuran butir menjadi sangat beragam mulai
dari yang paling kecil, sedang hingga yang terbesar dengan bentuk yang tidak beraturan juga.
Banyak jumlah butir didalam logam ini pada pembesaran 1000X adalah sebagai berikut :
Jumlah butir : - Full :
- Half :
Jadi jumlah butir secara keseluruhan pada pembesaran 1000X ini berjumlah 18 butir.
B. Kuningan
Perbesaran 100X
Perbesaran 100X
Kuningan dengan Zn 47,5% pasca pegecoran.
Perbesaran 100X
C. Aluminium
Gambar diatas terlihat penampang memanjang dan melintang dari struktur mikro eutektik
aluminium dan Al3 Ni. Bagian yang lebih terang adalah matrik kontinu aluminium. Fasa yang
gelap adalah serabut Al3 Ni yang keras dan merupakan ikatan antara aluminium dan nikel.
Strukturmikro ini secara geometrik sebanding dengan polimer yang diperkuat degan serabut
gelas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelsh melakukan percobaan dan menganalisa data yang didapat penulisdapat
mengambil kesimpulan:
1. Dengan melakukan percobaan metalogarfi maka kita dapat mengetahui struktuk mikro
dan fasa yang terdapat pada logam dan paduannya
2. Jika larutan etsa diberikan lebih dari 10 detik maka permukaan rusak atau terlihat seperti
hangus
3. Fasa-fasa pearlite, ferrite, cementite, metansite, ladaburite, dan lainnya adalah jenis-jenis
mikro struktur yang terdapat pada logam
5.2 Saran
1. Sebelum melakukan percobaan hendaklah berdoa dahulu supaya diberikan kelancaran
dan keselamatan
2. Setelah itu siapkan bahan dan peralatan yang diperlukan
3. Sebelum melakukan pratikum paastikan memami setiap langkah kerjanya
4. Jaga selalu keselamatan diri, alat, dan lingkungan selama praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Davis, H.E, dan G.E, Troxell, “The Testing and Inspection of Engineering
Material”, Mc. Graw-Hill, New York, 1964.
“Job sheet Labor Pengujian Bahan dan Metrologi 2”, D3 Teknik Mesin, Politeknik Negeri
Padang, Padang, Sumatera Barat, 2021.