Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH HADIST TARBAWI

“PESERTA DIDIK”

Disusun Oleh Kelompok 7:

Dosen Pengampu: Drs. Mahfuz, M.Pd.I

1. Deatri (21591042)
2. Dwi Novita Sari (21591060)
3. Vera Deviana (21591224)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya yang besar sehingga kami pada akhirnya dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Hadits Tarbawi yang berjudul "Peserta Didik" tepat pada
waktunya.

Ucapan terima kasih tak hentinya kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
Hadits Tarbawi Drs. Mahfuz, M.Pd.I yang telah memberikan bimbingan serta dukunganya
sehingga makalah ini kami susun dengan baik. Semoga makalah ini bisa menambah ilmu
yang bermanfaat bagi para pembaca.

Ada kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, kami pun
menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih banyak kekurangan, maka kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi bahan pembelajaran kami untuk
menyusun makalah yang lebih baik lagi untuk ke depannya.

Curup , November 2022

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB PENDAHULUAN.........................................................................................1
A.Latar Belakang.....................................................................................................1
B.Rumusan Masalah................................................................................................2
C.Tujuan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A.Pengertian peserta didik.......................................................................................5
B.Hadis tentang peserta didik..................................................................................6
BAB III PENUTUP.................................................................................................11
A.Kesimpulan............................................................................................................11
B.Saran......................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peserta didik adalah orang yang memilii potensi dasar, yang perlu dikembangkan
melalui pendidikan, baik melalui fisik maupun psikis, baik itu pendidikan di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada. Potensi
dasar itu sering disebut sebagai fitrah.. dalam menentukan potensi fitrah tersebut orang tua
memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan.

Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan karena dipahami sebagai
kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dimiliki seorang anak. Manusia akan menemukan
status sebagai manusia apabila telah mendapatkan pendidikan. Untuk itu pendidikan bagi
anak menjadi factor penting dalam memanusiakan manusia. Melalui pendidikan itulah
manusia dapat menemukan pengetahuan, kecakapan, dan keahlian dalam kehidupannya.

Sebagai makhluk yang imitasi (meniru) pendidikan menjadi hal yang harus diberikan
pada anak. Tanpa dididik anak tidak akan mampu mengembangkan fitrah kebaikan yang
dibawa sejak lahir tersebut. Untuk itu pendidikan terhadap anak harus dioptimalkan sehingga
segala potensinya dapat berkembang dan bermanfaat dalam hidupnya diwaktu akan dating.
Dengan pendidikan anak akan mampu membedakan yang baik dan buruk, benar dan salah,
dan lain sebagainya sehingga hidupnya dapat berkualitas dan dapat berhasil sesuai apa yang
diharapkan.Dalam makalah ini akan dipaparkan beberapa hadits terkait dengan peserta didik
meliputi hadits tentang fitrah anak, kemuliaan martabat peserta didik, keutamaan peserta
didik, dan lain-lain

B. RUMUSAN MASALAH

A. Apa pengertian peserta didik ?

B. Bagaimana hadits tentang peserta didik ?

C.TUJUAN

A.Mengetahui pengertian peserta didik

B.Mengetahui hadis tentang peserta didik

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Peserta Didik

Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu.
Sedangkan secara terminology peserta didik adalah anak atau individu yang mengalami
perubahan, pertumbuhan dan perkembangan, sehingga masih memerlukan bimbingan dan
arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian struktural proses pendidikan.
Bengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase
perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik, mental maupun psikis.

Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan tentu peserta didik
tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan untuk menuju
kesempurnaan. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang peserta didik berada pada usia balita
selalu mendapatkan bantuan dari orang tuanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
peserta didik merupakan barang mewah (raw material) yang harus diolah dan dibentuk
sehingga menjadi suatu produk pendidikan. Berdasarkan hal tersebut secara singkat dapat
dikatakan bahwa setiap peserta didik memiliki eksistensi atau kehadiran dalam sebuah
lingkungan, seperti halnya sekolah, keluarga, pesantren bahkan dalam lingkungan
masyarakat. Dengan diakuinya keberadaan seorang peserta didik dalam konteks kehadiran
dan keindividuannya, maka tugas dari seorang pendidik adalah memberikan bantuan, arahan,
dan bimbingan kepada peserta didik menuju kesempurnaan atau sesuai dengan
kedewasaannya kriteria peseta didik :Syamsul nizar mendeskripsikan enam kriteria peserta
didik, yaitu:

a) Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa


b) peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri
c) peserta didik memiliki periodasi perkembangan dan pertumbuhan
d) peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan
oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
e) peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan
dan berkembang secara dinamis.1

1
Vandha. Pendidikan Islam dan Sumber Daya Manusia. (Jakarta. 2008) hlm. 72

5
Di dalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi adalah objek atau
tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang secara langsung berperan sebagai subyek atau
individu yang perlu mendapat pengakuan dari lingkungan sesuai dengan keberadaan individu
itu sendiri. Sehingga dengan pengakuan tersebut seorang peserta didik akan mengenal
lingkungan dan mampu berkembang dan membentuk kepribadian sesuai dengan lingkungan
yang dipilihnya dan mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya pada lingkungan
tersebut. Sehingga agar seorang pendidik harus mampu memahami peserta didik beserta
segala karakteristiknya. Adapun hal-hal yang harus dipahami adalah:

a) Kebutuhannya
b) dimensi-dimensinya
c) intelegensinya
d) kepribadiannya2

B. Hadits tentang peserta didik

Semua manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu suci, sebagian ulama mengatakan
bahwa fitrah tersebut adalah potensi beragama. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang
berbunyi:

ْ ِ‫ ُد َعلَى ْالف‬Aَ‫و ٍد يُول‬AAُ‫لُّ َموْ ل‬AA‫ ُك‬A‫لَّم‬A‫ ِه َو َس‬Aْ‫لَّى هَّللا ُ َعلَي‬A‫ص‬


ُ‫َأبَ َواه‬Aَ‫ َر ِة ف‬A‫ط‬ ِ ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
َ ‫ا َل النَّبِ ُّي‬AAَ‫ا َل ق‬AAَ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ق‬
‫لم‬AA‫ارى ومس‬AA‫ ْدعَا َء رواه البخ‬A‫ا َج‬AAَ‫ َرى فِ ْيه‬Aَ‫ هَلْ ت‬،َ‫ص َرانِ ِه َأوْ يُ َم ِّج َسانِ ِه َك َمثَ ِل ْالبَ ِه ْي َم ِة تُ ْنتَ ُج ْالبَ ِه ْي َمة‬ ِّ َ‫يُهَ ِّودَانِ ِه َأوْ يُن‬
‫ ومالك وغيره‬A‫وأبوداود والترمذى والنسائى‬

Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa nabi SAW bersabda:”Setiap anak dilahirkan


menurut fitrah (potensi beragama islam), Selanjutnya, kedua orang tuanyalah yang
membelokannya menjadi yahudi, Nasrani, atau Majusi bagaikan binatang melahirkan
binatang, apakah kamu melihat kekurangan padanya?” (HR. Imam bukhari dan Imam
Muslim, Abu Dawud, tirmidzi, Nasa’I, Malik)

Dari hadits di atas ada dua hal yang dapat di pahami yaitu, pertama: setiap manusia
yang lahir memiliki potensi, menjadi orang jahat dan potensi yang lainnya. Kedua: potensi
tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan terutama orang tua karena merekalah yang
pertama yang sangat berperan dalam menjadikan anaknya menjadi yahudi, nasrani, dan
majusi. Konsep hadits tersebt sesuai dengan teori konvergensi pada perkembangannya
dipengaruhi oleh keturunan dan lingkungan.

2
Widodo Supriyono, filsafat Manusia dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996) hlm. 105

6
Yaitu setiap anak yang lahir akan dipengaruhi oleh factor keturunannya, contoh anak yang
terlahir dari keluraga yang baik-baik tentunya dia akan menjadi anak yang baik serta
dipengaruhi oleh lingkungannya. Hanya saja dalam konsep hadits di atas secara umum
manusia lahir memiliki potensi yang sama. Maka dari itu sebagai orang tua wajib baginya
untuk memilihkan lingkungan yang baik agar anak dapat berkembang ke arah yang baik.

Dalam hal fitrah anak, orang tua memiliki peranan terbesar dalam pendidikan anak.
Orang tuanyalah yang akan menentukan keberhasilan pendidikan anak. Pendidikan tersebut
yang membedakan antara anak dengan hewan yang begitu lahir induknya membiarkan
anaknya tumbuh dan berkembang untuk memenuhi tugasnya sebagai hewan dewasa karena
hewan umumnya telah diberi perlengkapan yang sudah memungkinkan untuk berkembang
mencapai kedewasaan berupa insting yang dimilikinya.

Menurut Al-Ghazali anak adalah amanah Allah yang harus dijaga dan dididik untuk
mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah. Semua bayi yang
dilahirkan di dunia ini bagaikan sebuah mutiara yang belum diukir dan belum berbentuk tapi
amat bernilai tinggi. Kedua orang tuanyalah yang akan mengukir dan membentuknya menjadi
mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi semua orang. Ketergantungan anak terhadap
orang tua hendaknya dikurangi secara bertahap sampai akil baligh. 3Islam memandang bahwa
kemampuan dasar manusia atau pembawaan disebut fitrah, dalam surat Ar-Rum ayat 30
disebutkan bahwa fitrah adalah:“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-
lurusnya, (sesuai dengan kecenderungan aslinya), itulah fitrah Allah yang menciptakan
manusia atau fitrah. Itulah agama yang lurus, namun kebanyakan orang tidak
mengetahuinya”(QS. Ar-Rum: 30) Fitrah dalam ayat tersebut implikasi kependidikan yang
berkonotasi paham nativisme. Kata fitrah di atas mengandung makna kejadian yang
membawa potensi dasar beragama yang benar yaitu agama islam. fitrah dalam pengertian ini
berkaitan juga dengan faktor hereditas (keturunan) yang bersumber dari orang tua termasuk
keturunan beragama (religionitas) sebagaimana hadits di atas.

Menurut Ali Fikri sebagaimana dikutip oleh H.M Arifin kecenderungan nafsu itu
berpindah dari orangtua secara turun menurun, oleh karena itu anak adalah rahasia dari orang
tuanya, karena manusia dari sejak awal perkembagannya berada digaris keturunan
keagamaan orang tuanya. Jika orang tuanya muslim, maka anaknya menjadi muslim, dan jika
orang tuanya kafir maka anaknya akan menjadi kafir pula. Oleh karena itu usaha untuk
mempengaruhi jiwa manusia melalui pendidikan dapat berperan positif untuk mengarahkan
perkembangan seseorang kepada jalan kebenaran, hal ini terutama dapat dilakukan oleh orang
3
Nur Uhbiyati, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002) hlm. 89-94

7
tua, karena tanpa usaha melalui pendidikan yang baik dari orang tua, maka nak akan
terjerumus ke dalam kesesatan dan kesalahan. Allah memberi kebebasan kepada manusia
untuk memilih dua jalan yaitu benar dan salah sebagaimana ayat berikut:“dan aku tunjukkan
dia dua macam(jalan yang benar dan jalan yang sesat)”.

Dengan demikian fitrah (potensi) manusia diberi Allah kemampuan untuk memilih jalan
yang benar ataupun salah. Kemampuan memilih tersebut dipengaruhi oleh proses pendidikan
yang ditempuh oleh seseorang. Dengan pendidikan akan melatih seseorang untuk mampu
berfikir sehat, mampu membedakan yang benar dan yng salah, oleh karena itu dapat
menentukan pilihan yang tepat pada jalan yang benar bukan jalan yang sesat.4Peserta didik
memiliki kemuliaanSehubungan dengan ini ditemukan hadits antara lain:

‫ آدَابَهُ ْم رواه‬A‫نُوْ ا‬AA‫ َأوْ الَ َد ُك ْم َوَأحْ ِس‬A‫وْ ا‬AA‫ َأ ْك ِر ُم‬:‫ول‬AA‫لم يق‬AA‫ه وس‬AA‫لى هللا علي‬AA‫ول هللا ص‬AA‫ رس‬:‫معت‬AA‫ال س‬AA‫عن أنس ق‬
‫القضائى‬.

Dari Anas, saya mendengarkan Rasulullah SAW bersabda:Muliakanlah anak-anakmu dan


baguskanlah pendidikannya”.(HR. Qadhai). Hadits tersebut memang perintah kepada orang
tua untuk memuliakan anaknya dengan bagu, akan tetapi dapat juga kita pahami dari hadits
tersebut tertuju kepada peserta didik, dimana seorang peserta didik harus memiliki kemuliaan
atau martabat.

Adapun diantara membaguskan pendidikan anak pada hadits di atas yaitu: memberikan
pemahaman-pemahaman kepada anak, memberikan teladan memilihkan lembaga pendidikan
yang baik bagi perkembangan anaknya serta memilihkan teman sebaya yang tidak akan
menjerumuskan anaknya kepada jalan yang tidak baik Peserta didik terhindar dari kutukan
Allah

ٌ A‫ةٌ َم ْل ُع‬Aَ‫ ُّد ْنيَا َم ْلعُون‬A‫م يَقُو ُل َأالَ ِإ َّن ال‬Aَ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل‬
َّ‫ا ِإال‬AAَ‫ا فِيه‬AA‫ون َم‬A َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬
ُ ‫عن أبى هُ َر ْي َرةَ يَقُو ُل َس ِمع‬
‫ِذ ْك ُر هَّللا ِ َو َما َواالَهُ َوعَالِ ٌم َأوْ ُمتَ َعلِّ ٌم رواه الترمذى‬

Dari Abu Hurairah, ia berkata: saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:


“sesungguhnya dunia dan isinya terkutuk, kecuali dzikir kepada Allah dan hal-hal yang
terkait dengannya, alim (guru), dan mutaalim (peserta didik).(HR. Tirmidzi)5

Dari hadits di atas jelaslah bahwa salah satu yang tidak terhindar dari kutukan Allah
adalah mutaalim/orang yang belajar (peserta didik), hal ini karena peserta didik merupakan

4
Suryani, Hadits Tarbawi (Yogyakarta: Teras, 2012) hlm. 96-98
5
Al-Tirmidzi, Al-Maktabah Al-Syamilah

8
sosok yang sedang mencari kebenaran yaitu dengan menuntut ilmu, sehingga ketika pendidik
telah memiliki ilmu derajatnya akan diangkat oleh Allah SWT.Peserta didik adalah orang
yang lebih baik.

ِ ‫ ِري َك‬A‫الِ ُم َو ْال ُمتَ َعلِّ ُم َش‬AA‫م َعلَ ْي ُك ْم بِهَ َذا ْال ِع ْل ِم ْال َع‬Aَ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل‬
‫ ِر‬Aْ‫ان فِي االَج‬ َ َ‫ع َْن َأبِي ُأ َما َمةَ قَا َل ق‬
َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬
‫اس رواه الطبرانى‬ ِ َّ‫َوالَ خَ ي َْر فِي َساِئ ِر الن‬

Dari Abi Umamah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “hendaklah kamu ambil ilmu ini…
orang alim(pendidik) dan mutaalim (peserta didik) berserikat dalampahala dan tidak ada
manusia yang lebih daripadanya.(HR. Thabrani).6

Dalam hadits di atas, dapat dipahami bahwa pendidik dan peserta didik merupakan
manusia yang lebih baik. Hal ini perlu diperhatikan oleh pendidik agar tidak terjadinya
otoriter dalam mengajar, serta guru merasa lebih baik di depan peserta didiknya.Tedapat juga
hadits lain yaitu:

‫م َم ْن تَ َعلَّ َم ْالقُرْ آنَ َوعَلَّ َمهُ رواه البخارى‬Aْ ‫ضلَ ُك‬


َ ‫م ِإ َّن َأ ْف‬Aَ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل‬ َ َ‫ع َْن ع ُْث َمانَ ب ِْن َعفَّانَ قَا َل ق‬
َ ‫ال النَّبِ ُّي‬

Utsman bin Affan berkata, Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya orang yang paling
utama diantara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannaya”.

Hadits ini menjelaskan orang yang paling utama adalah yang mempelajari Al-Qur’an
dan mengajarkannya. Dalam hal ini kami berpendapat bahwa segala bentuk ilmu pengetahuan
yang benar berasal atau ada didlam Al-Qur’an. Maka peserta didik yang mempelajari ilmu
agama akan tergolong kepada orang yang utama.Hadits tentang petunjuk ilmu dan hidayah

ِ ‫ل ْال َغ ْي‬A
‫ث‬ ِ Aَ‫دَى َو ْال ِع ْل ِم َك َمث‬Aُ‫ ِه ِمنَ ْاله‬Aِ‫ا بَ َعثَنِي هّللا ُ ب‬AA‫ ُل َم‬Aَ‫ا َل َمث‬AAَ‫لَّم ق‬A‫ ِه َو َس‬Aْ‫صلَّى هّللا ُ َعلَي‬ َ ‫ع َْن َأبِي ُمو َسى ع َْن النَّبِ ِّي‬
‫ت‬ ْ ‫ َك‬A‫ا ِدبُ َأ ْم َس‬AA‫ا َأ َج‬AAَ‫َت ِم ْنه‬ ْ ‫ان‬AA‫ب ْال َكثِي َْر َو َك‬ َ ‫َت ْال َكَأَل َو ْال ُع ْش‬ْ ‫ت ْال َما َء فَا َ ْنبَت‬
ْ َ‫اب َأرْ ضًا ف َكانَ ِم ْنهَا نَقِيَّةٌ قَبِل‬ َ ‫ص‬ َ ‫ْال َكثِي ِْر َأ‬
‫ا ًء‬AA‫ك َم‬ ُ A‫ان اَل تُ ْم ِس‬A ٌ A‫ا ِه َي قِ ْي َع‬AA‫ت ِم ْنهَا طَاِئفَةً ُأ ْخ َرى ِأنَّ َم‬ ْ َ‫صاب‬َ ‫ َوَأ‬A‫زَر ُعوْ ا‬ َ ‫اس فَ َش ِربُوا َو َسقَوْ ا َو‬ َ َّ‫ْال َما َء فَنَفَ َع هّللا ُ بِهَا الن‬
‫ك َرْأسًا‬ َ ِ‫ك َمثَ ُل َم ْن فَقُهَ فِي دي ِْن هّللا ِ َونَفَ َعهُ َما بَ َعثَنِي هّللا ُ بِ ِه فَ َعلِ َم َو َعلَّ َم َو َمثَ ُل َم ْن لَ ْم يَرْ فَ ْع بِ َذ ل‬ َ ِ‫ت َكًأَل فَ َذل‬ُ ِ‫َواَل تُ ْنب‬

ُ ‫َولَ ْم يَ ْقبَلْ هُدَى هّللا ِ الَّ ِذى ُأرْ ِس ْل‬


‫ل‬A‫ باب فض‬: ‫ كتاب العلم‬: ‫ت بِ ِه (اخرجه الشيخان واحمد وهذه رواية البخاري‬
) ‫من علم وعلّم‬

Dari Abi Musa r.a. berkata : Nabi Saw bersabda : “ perumpamaan petunjuk (hidayah) dan
ilmu yang diberikan Allah kepadaku bagaikan hujan yang mengguyur bumi. Ada diantara
6
Al-Thabrani, Al-Mu’jam Al-Kabir. Al-Maktabah Al-Syamilah

9
bagian bumi itu yang gembur dan menyerap air, lalu ia menumbuhkan rerumputan dan
ilalang yang banyak. Dan ada sebagian lagi yang padat yang dapat menahan air (danau),
kemudian Allah menjadikannya bermanfaat bagi manusia sehingga mereka bisa minum
binatang ternak dan bercocok tanam. Dan ada tanah tandus yang tidak bisa menyimpan air
juga tidak bisa menumbuhkan rerumputan. Itulah perumpamaan oranga yang memahami
agama Allah dan mengambil manfaat dari apa yang diberikan Allah kepadaku. Ia tahu dan
mengajarkan apa yang ia ketahui. Juga perumpamaan orang yang acuh tak acuh dan tidak
mau menerima hidayah Allah yang diberikan Allah kepadaku.” (Muttafaq’alaih).7

Hadits di atas Pada hadis diatas Nabi Saw. Mengumpamakan petunjuk dan ilmu yang
untuk disampaikan kepada manusia yang menjadi tugas yang diberikan Allah, adalah
seumpama hujan lebat yang menimpa suatu daerah. Sebagian tanah didaerah itu ada yang
subur lalu tumbuhlah disitu tumbuhan-tumbuhan yang baik, yang kering yang basah serta
banyak rambut. Sebagian tanah didaerah itu keras, dan air tidak meresap ketanah. Karena itu
tergenglah ar diatasnya, maka air itu dapat dipergunakan untuk minuman manusia. Sebagian
tanah yang lain merupakan licin, tandus, tidak dapat menampung air dan tidak dapat pula
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Bagian tanah yang pertama diibaratkan orang yang dapat
mendalamkan pengetahuan dalam ilmu agama dan hukum Allah serta memberi manfaat
kepadanya dengan apa yang Nabi datangkan. Dia mempelajari agama dan mengajarkan apa
yang telah dkatahui kepada orang lain.

Sebagian tanah yang tidak dapat menghasilkan apa-apa, tidak dapat menampung air
menjadi minuman dan tidak dapat menumbuhkan tanam-tanaman adalah perumpamaan orang
yang sombong, tidak ada kemauannya untuk menerima ilmu atau tidak ada perhatiannya
untuk beramal. Dia merupakan tanah yang benar-benar berzat garam, tidak dapat menampung
air, bahkan merusaknya. Ini adalah perumpamaan orang yang tidak mau menerima
agama.8Dari hadis tersebut dapat diketahui bahwa ada golongan yang ilmunya memberi
faedah bagi dirinya sendiri, dan bagi masyarakatnya.

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

7
Muhil Dhofir, Syarah dan Terjamah Riyadhus Shalihin/ Imam Nawawi, (Jakarta Al-‘I’tishom), hlm. 532.
8
Teuku, Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Mutiara Hadis 6 Pemerintahan & Jihad, Berburu, Qurban, Minuman
&Perhiasan, Tata Krama, Memberi Salam, Pengobatan& Penyakit, Perlakuan terhadap Binatang, Keutamaan.

10
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa peserta didik adalah seorang
individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik,
mental maupun psikis.

kriteria peserta didik adalah sebagai berikut: Peserta didik bukanlah miniatur orang
dewasa, peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri,
peserta didik memiliki periodasi perkembangan dan pertumbuhan, peserta didik adalah
makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan
maupun lingkungan dimana ia berada, peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan
rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik, dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani
dan nafs. Terdapat hadits-hadits yang menjelaskan tentang peserta didik diantaranya sudah
tertera pada pembahasan di atas yaitu hadits tentang keutamaan peserta didik, kemuliaan
peserta didik, hadits tentang petunjuk ilmu dan hidayah.

B.SARAN

Demikian makalah ini kami buat. Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

DAFTAR PUSTAKA

Al-Tirmidzi, Al-Maktabah Al-Syamilah. Dhofir Muhil. Syarah dan Terjamah Riyadhus


Shalihin/ Imam Nawawi. Jakarta: Al-‘I’tishom.

11
Hasbi Ash Shidieqy, Teuku Muhammad. Mutiara Hadis 6 Pemerintahan & Jihad, Berburu,
Qurban, Minuman &Perhiasan, Tata Krama, Memberi Salam, Pengobatan& Penyakit,
Perlakuan terhadap Binatang, Keutamaan Etika, Syair, Ru’yah & Mimpi, Beberapa
Keutamaan Nabi Saw.,Keutamaan Para Nabi. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2003.

Supriyono Widodo. Filsafat Manusia dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 1996.

Uhbiyati Nur. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2002.

Vandha. Pendidikan Islam dan Sumber Daya Manusia. Jakarta: 2008.

12

Anda mungkin juga menyukai