Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PRKATIKUM EPIDEMIOLOGI

HUBUNGAN ANTARA FERTILITAS, MORBIDITAS DAN


MORTALITAS DENGAN KOMPOSISI PENDUDUK

Oleh
Ana Tazkia Zahro
NIM. G41210097
Golongan A

Dosen Pengampu
Ida Nurmawati, S.KM, M.Kes

PROGRAM STUDI D IV MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2022
HUBUNGAN ANTARA FERTILITAS, MORBIDITAS, MORTALITAS
BAYI DENGAN KOMPOSISI PENDUDUK
Ana Tazkia Zahro

Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata
dari seorang wanita atau kelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini
menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fertilitas mencakup peranan
kelahiran pada perubahan penduduk. Istilah fertilitas adalah sama dengan kelahiran
hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan dengan ada
tanda-tanda kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, jantung berdenyut, dan
sebagainya (Mantra, 2003:145). Angka kesakitan (morbiditas) merupakan indikator
penting yang digunakan untuk penilaian dan perencanaan program yang bertujuan
untuk menurunkan kesakitan dan kematian di suatu wilayah. Angka kesakitan ialah
jumlah kejadian suatu penyakit yang dirumuskan sebagai jumlah anak yang sakit
per 1000 anak yang bisa terkena penyakit (Kardjati dan Alisjahbana, 1985).
Mortalitas atau kematian menurut Budi Utomo (1985) dalam Mantra (2000)
adalah peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen,
yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk mencerminkan
keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat
sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat
erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Kemajuan yang dicapai dalam
bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan
tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Dengan demikian angka
kematian bayi merupakan tolok ukur yang sensitif dari semua upaya intervensi yang
dilakukan oleh pemerintah khususnya di bidang kesehatan.
Angka Kematian Bayi di Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan dengan
negara berkembang lainnya (Dewi, 2013). Menurut WHO pada tahun 2013 AKB
di dunia 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKB di negara berkembang 37 per 1.000
kelahiran hidup dan AKB di negara maju 5 per 1.000 kelahiran hidup. AKB di Asia
Timur 11 per 1.000 kelahiran hidup, Asia Selatan 43 per 1.000 kelahiran hidup,
Asia Tenggara 24 per 1.000 kelahiran hidup, dan Asia Barat 21 per 1.000 kelahiran
hidup (WHO, 2014). Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
menyebutkan Angka Kematian Bayi (AKB) 32 per 1.000 kelahiran hidup. Bila
dibandingkan dengan Malaysia, Filiphina dan Singapura, angka tersebut lebih
besar, dimana AKB Malaysia 7 per 1.000 kelahiran hidup, Filiphina 24 per 1.000
kelahiran hidup dan Singapura 2 per 1.000 kelahiran hidup (WHO, 2014). Menurut
Kementrian Kesehatan Indonesia tahun 2013 angka kelahiran di Indonesia sebesar
4.738.692 bayi. Jika angka kelahiran bayi sekitar 5 juta per tahun dan AKB 20 per
1.000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi meninggal,
setiap 1 jam 10 bayi meninggal di Indonesia (Roesli Utami, 2008).
Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal di dunia pada bulan pertama
kehidupan dan dua pertiganya meninggal pada minggu pertama. Penyebab utama
kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan
persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah. Kurang lebih
98% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar kematian ini
dapat dicegah dengan pencegahan dini dan pengobatan yang tepat (Saiffudin,
2014).
Hubungan antara fertilitas dengan keadaan demografi yang berdampak positif yakni
meningkatnya jumlah kelahiran yang akan mengakibatkan pertumbuhan penduduk
menjadi semakin tinggi. Namun, jika dilihat saat ini jumlah penduduk di Indonesia
amatlah banyak yakni sekitar 273,5 juta per tahun 2020 sehingga pemerintah
menekan jumlah angka kelahiran dengan melakukan program Keluarga Berencana
yaitu anjuran untuk cukup memiliki 2 anak saja. Disisi lain angka morbiditas yang
menyebabkan kematian pada bayi juga masih tinggi yaitu 32 per 1000 kelahiran
hidup dengan penyebab asfiksia dan komplikasi berat lahir rendah. Semakin tinggi
morbiditas maka semain banyak bayi atau penduduk yang mengalami keluhan
Kesehatan dan derajat Kesehatan masyarakat semakin buruk. Sedangkan mortalitas
berpengaruh negative terhadapt demografi. Semakin meningkat jumlah kematian
maka pertumbuhan penduduk semakin rendah.

Anda mungkin juga menyukai