Anda di halaman 1dari 6

1.

Tanda dan Gejala Stunting

Menurut Kementrian desa, (2017) balita stunting dapat dikenali dengan ciri-ciri
sebagai berikut:

1. Tanda pubertas terlambat.

2. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar.

3. Pertumbuhan gigi terlambat.

4. Usia 8 - 10 tahun anak menjadi lebih pendiam

5. Tidak banyak melakukan eye contact.

6. Pertumbuhan melambat.

7. Wajah tampak lebih muda dari usianya.

Sumber : 14_BAB_II.pdf (poltekkes-malang.ac.id)

2. Diagnosis Stunting

Dalam buku tumbuh kembang anak karangan Prof.Soetjiningsih pada umumnya


diagnosis perawakan pendek didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, analisis
kurva pertumbuhan, analisis umur tulang kalo diperlukan, pemeriksaan laboratorium.

Untuk membuat dignosis pendek diperlukan

1. Anamnesis yang teliti tentang berat badan waktu lahir dan umur kehamilan,
TB ibu dan ayah, penyakit kronis, anamnesis makanan, perlakuan salah terhadap
anak dan sebagainya

2. Pemeriksaan fisik
a) Posisi penderita : terlentang atau berdiri dengan pakaian seminimal mungkin
b) Bentuk muka
c) Disporposi perawakan
d) Status gizi
e) Anomali tulang
f) Frekuensi pernfasan
g) Kulit
3. Pengukuran

a) Tinggi badan (TB)

- Segmen bawah (SB) dari simfisis smapai ujung kaki


- Segmen atas (SA) : TB-SB
- Rasio normal SA/SB :
a) Lahir 1,7
b) 3 tahun 1,3
c) 8 tahun lebih 1,0

Bila rasio SA/SB lebih tinggi berarti ekstremitas bawah pendek misalnya
dispalsia tulang, hipertiroid. Bila rasio SA/SB lebih rendah berarti tubuh
pendek (skoliosis) ata leher pendek (Sindrom klippel Feil)

b) Rentang Lengan (RL)

1. Nila normal RL-TB adalah

- Lahir s/d 7 tahun -3cm

- 8 tahun s.d 12 tahun 0

- 1 tahun + 1cm pada wanita / 4 cm pada pria

2. Rentang lengan pendek terhadap displasia tulang

3. Lingkar kepala

4. Berat badan

5. Bandingkan dengan acuan baku

6. Hitung kenaikan TB/tahun

7. Minta parameter anak waktu lahir, umur orang tua saat pubertas dan TB
orangtua

4. Pemeriksaan penunjang

a) Urinalisis
b) Darah

- Darah rutin
- Gula darah

- Tes fungsi hati

- Tes fungsi tiroid

c) Imagine

- Umur tulang dan analisis tulang

Sumber : https://eprints.umm.ac.id/58829/4/BAB%20II.pdf

3. Prognosis Stunting

Permasalahan stunting pada usia dini terutama pada periode 1000 HPK, akan
berdampak pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Stunting menyebabkan
organ tubuh tidak tumbuh dan berkembang secara optimal. Balita stunting
berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di dunia dan menyebabkan
55 juta Disability-Adjusted Life Years (DALYs) yaitu hilangnya masa hidup sehat
setiap tahun. Adapun prognosis dari stunting yaitu:

a. Prognosis baik
Stunting dapat memiliki prognosis yang baik jika mendapat intervensi yang
cepat dan tepat. Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi,
yaitu intervensi gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi
gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung. Selain mengatasi
penyebab langsung dan tidak langsung, diperlukan prasyarat pendukung yang
mencakup komitmen politik dan kebijakan untuk pelaksanaan, keterlibatan
pemerintah dan lintas sektor, serta kapasitas untuk melaksanakan. Penurunan
stunting memerlukan pendekatan yang menyeluruh, yang harus dimulai dari
pemenuhan prasyarat pendukung.

b. Prognosis Buruk
Prognosis dapat menjadi buruk apabila anak mengalami penyakit penyerta
seperti infeksi. Penyakit infeksi dapat mengakibatkan kejadian stunting dimana
penyakit nfeksi disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan cacing. penyakit
Penyakit infeksi banyak dialami bayi dan balita dikarenakan rentannya terkena
penyakit, penyakit infeksi sendiri bisa mengekibatkan keadaan status gizi bayi
dan balita berkurang sehingga menurunnya nafsu makan dan tergangganggunya
penyerapan dalam saluran pencernaan. Penyakit infeksi pada balita yang sering
terjadi sangat erat kaitanya dengan kejadian pertumbuhan balita yang kurang
optimal sehinga berdampak pada kejadia stunting.

Sumber: https://tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis%202018/Pedoman%20Pelaksanaan
%20Intervensi%20Penurunan%20Stunting%20Terintegrasi%20Di%20Kabupaten%20Kota.pdf

4. Dampak Stunting

1. Pada Jangka pendek akibat stunting pada tubuh adalah terganggunya


perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan
metabolisme dalam tubuh.

2. Dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga
mudah sakit, dan resiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.

Sumber: https://tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis%202018/Pedoman%20Pelaksanaan
%20Intervensi%20Penurunan%20Stunting%20Terintegrasi%20Di%20Kabupaten%20Kota.pdf

5. Penatalaksanaan Stunting

Masalah stunting haruslah


segera di atasi karena kasus
stunting ini memiliki
potensi trans-generasi, karena
ibu yang stunting akan
cenderung memiliki anak yang
stunting. Stunting dapat
mempengaruhi tumbuh
kembang anak dan
kesehatan anak
hingga masa dewasa dan juga
anak stunting akan memiliki
daya saing yang renda
Upaya penanggulangan stunting menurut Lancet pada Asia Pasific Regional
Workshop (2010) diantaranya :

a.Edukasi kesadaran ibu tentang ASI Eksklusif (selama 6 bulan).

b. Edukasi tentang MP-ASI yang beragam (umur 6 bulan-2 tahun).

c.Intervensi mikronutrien melalui fortifikasi dan pemberiam suplemen.

d. Iodisasi garam secara umum.

e. Intervensi untuk pengobatan malnutrisi akut yang parah.

f. Intervensi tentang kebersihan dan sanitasi.

Kejadian balita stunting dapat dilakukan dengan cara memutus mata rantainya
sejak janin dalam kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi
bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi,
mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu
setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI sajasampai umur 6 bulan (Eksklusif) dan
setelah umur 6 bulan diberi Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah
dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi
suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang
bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan
pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan
balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini
terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya
balita stunting (Kemenkes R.I, 2013).

Sumber

https://www.jhtm.or.id/index.php/jhtm/article/download/87/87

Anda mungkin juga menyukai