Anda di halaman 1dari 12

RESUME

Nama : Adhi Surya Amanda

NIM : 19030021

Topik Judul : Proses Polimerisasi Pembentukan Polipropilena


(PP) Pada Reaktor Loop Tubular

Tempat : PT Polytama Propindo

Latar Belakang :

Perkembangan industri Indonesia mengalami banyak kemajuan, baik


dalam hal kualitas maupun kuantitas, terutama industri padat modal maupun
teknologi. Salah satu industri yang penting adalah industri polimer dan plastik
(Anang et al., 2017).

Salah satu produk industri polimer yang penting yaitu polipropilena (PP).
PP merupakan polimer yang ringan karena memiliki densitas sebesar 0,90-0,92
g/cm3 memiliki kekerasan dan kerapuhan paling tinggi serta bersifat kurang stabil
terhadap panas (Nicko et al., 2011).

Polipropilena (PP) adalah sebuah polimer termo-plastik yang dibuat oleh


industri kimia dan digunakan dalam berbagai aplikasi, diantaranya pengemasan,
tekstil (contohnya tali, pakaian, dan karpet), alat tulis, perlengkapan labolatorium,
komponen otomotif, dan uang kertas polimer. Polipropilena mempunyai specific
gravity rendah dibandingkan dengan jenis plastik lain.

Saat ini, beberapa proses digunakan untuk memproduksi PP (bubur, larutan,


fase gas, curah), tetapi yang paling modern Pabrik PP menggunakan teknologi
Spheripol, yang melakukan polimerisasi dalam reaktor loop tubular massal.

Tujuan Umum :

1. Untuk memenuhi kurikulum yang telah ditetapkan pada


program studi Teknik Kimia Institut Teknologi Petroleum
Balongan.

2. Memahami lingkungan dunia kerja yang sesungguhnya.

3. Melengkapi ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan


membandingkan ilmu terapannya kedalam dunia industri yang
sebenarnya.

4. Menerapkan pengetahuan ilmiah yang terkait dengan bidang


industri di tempat pelaksanaan kerja praktek.

Tujuan Khusus :

1. Mengetahui Proses Kerja Reaktor yang ada di PT Polytama


Propindo Indramayu.
2. Memahami Proses Polimerisasi di PT Polytama Propindo
Indramayu.
3. Menganalisa Pembentukan Polipropilena di PT Polytama Propindo
Indramayu.

Dasar Teori :

Sekitar 19% dari semua plastik yang digunakan saat ini didasarkan pada
poli(propilena) (PP). Saat ini, beberapa proses digunakan untuk memproduksi PP
(bubur, larutan, fase gas, curah), tetapi yang paling modern Pabrik PP
menggunakan teknologi Spheripol, yang melakukan polimerisasi dalam reaktor
loop tubular massal. Proses ini terdiri dari enam tahap dasar:
1. Pra-perlakuan dan persiapan katalis sistem
2. Prapolimerisasi
3. Polimerisasi
4. Pemisahan fase cair
5. pemulihan monomer
6. pengeringan dan ekstrusi bubuk polimer.

Keuntungan utama dari proses ini berhubungan langsung dengan


konfigurasi geometri dari reaktor loop, karena jenis reaktor ini memberikan
tingkat penghilangan panas yang lebih tinggi dan mencegah deposisi polimer
pada dinding reaktor internal Dalam proses Spheripol modern.

Polimerisasi

Polimerisasi secara garis besar dibagi menjadi dua, polimerisasi adisi


(poliadisi) dan polimerisasi kondensasi (polikondensasi). terdapat istilah chain-
growth polymerization yang identik dengan polimerisasi adisi dan step-growth
polymerization sebutan lain bagi polimerisasi adisi. Hal tersebut didasari pada
kesamaan mekanisme.

Polimerisasi adisi yaitu bergabungnya monomer-monomer yang


mempunyai ikatan rangkap. Ikatan rangkap tersebut akan menjadi jenuh ketika
monomer-monomer berikatan satu dengan yang lain. Polimerisasi adisi
melibatkan reaksi rantai. Pembawa rantai pada polimerisasi adisi dapat berupa
spesies reaktif yang mengandung satu elektron tak berpasangan yang disebut
radikal bebas atau beberapa ion.

Polimer kondensasi yaitu reaksi penggabungan monomer-monomer yang


mempunyai gugus fungsional. Dalam proses ini biasanya monomer yang
bergabung tidak sejenis dan polimer yang dibentuk disebut kopolimer dan ada
molekul yang dilepaskan seperti pelepasan air.
Pada chain-growth polimerization seperti halnya pada polimerisasi adisi,
monomer akan menjadi bagian dari polimer tanpa ada sisa (hasil samping).
Berikut contoh chain-growth polimerization pada reaksi pembentukan polistirene
dari monomer stirene. Dalam reaksi ini digunakan inisiator (senyawa yang
berfungsi membantu mengawali reaksi) anion yaitu suatu ion yang bermuatan
negatif dengan simbol A :

Gambar 1. Contoh chain-growth polimerization

Pada step-growth polimerization dimana antar rantai polimer yang


sedang tumbuh (growing chain) dapat saling bereaksi. Sebagai gambaran adalah
reaksi pembentukan PET (polietilentertalat) jenis plastik yang banyak dipakai
sebagai botol air minuman dalam kemasan.

Gambar 2. Contoh step-growth polimerization


Polipropilena

Polipropilena merupakan salah satu jenis polimer komoditi, digunakan


diantaranya sebagai material dalam bagian-bagian mobil dan perkakas, tali,
anyaman, karpet, dan film. Popilpropilena (isotaktik) stereoregular dibuat dengan
metode polimerisasi dengan katalis koordinasi kompleks. Polimer yang memiliki
struktur yang sangat stereoregular dengan sedikit atau tanpa percabangan rantai
maka ia berada dalam bentuk kristal. Polimer kristal umumnya lebih keras, lebih
kuat, lebih keruh (tingkat kebeningannya), lebih tahan terhadap pelarut, dan massa
jenisnya lebih tinggi dari pada polimer yang amorf. Bentuk yang linier dan
bermassa jenis tinggi memiliki derajat keteraturan yang tinggi. Karena polimer
kristal lebih tahan terhadap pelarut, bagian yang larut dipakai sebagai ukuran
kasar dari derajat kekristalan. Dari sudut sifat-sifat polimer, kekristalan penting
karena pengaruhnya terhadap sifat mekanik. Polipropilena yang memiliki sifat-
sifat yang diinginkan secara komersial tersebut dibuat dengan menggunakan
katalis koordinasi kompleks yaitu katalis Ziegler-Natta.

Polipropilena memiliki titik leleh yang cukup tinggi 149–170 ᵒ C,


sedangkan titik kristalisasinya antara 130– 135 ᵒ C. Ketahanan polipropilena
terhadap bahan kimia (chemical resistance) sangat tinggi, tetapi impact
strength-nya rendah. Polipropilena adalah salah satu dari bahan
termoplastik yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan sehingga membuat
bahan ini serbaguna dan menjadi salah satu dari termoplastik komersial
terpenting, konsumsinya meningkat dengan cepat dibandingkan polimer
termoplastik lainnya.

Tabel 1. Perbandingan Specific Gravity Dari Berbagai Material Plastik.


Mekanisme Reaksi Polimerisasi Propilena

Polimerisasi heterogen terjadi pada tempat-tempat aktif yang terlokalisasi


di atas permukaan aktif. Komponen organologam mengaktifkan tempat aktif
tersebut melalui alkilasi atom logam transisi pada permukaannya. Mekanismenya
digambarkan bahwa monomer terinkoporasi ke dalam polimer melalui reaksi
penyisipan antar atom logam transisi dan karbon ujung rantai polimer
terkoordinasi. Mekanisme reaksi polimerisasi propilena menggunakan logam
tansisi titan sebagai katalis berupa TiCl4 dan kokatalis Al(CH2CH3) dapat
dijabarkan sebagai berikut :

1. Pembentukan kompleks ko-katalis dan donor (Moore, 1996)

Reaksi antara ko-katalis dan donor berlangsung spontan (hanya terjadi


dalam beberapa detik). TEAL (tri etil aluminium) bereaksi dengan donor
(cyclo hexyl dimethoxy silane) membentuk kompleks asambasa yang
terurai menjadi etyl-cyclo hexyl methyl methoxy silane dan diethyl
aluminium methoxy.

Karena jumlah TEAL berlebih maka kompleks asam basa bereaksi lagi
dengan TEAL membentuk kompleks kokatalis.
2. Aktivasi katalis

Untuk memudahkan penulisan, selanjutnya kompleks kokatalis ditulis


AlEt3. Kompleks kokatalis diadsorbsi oleh katalis menjadi katalis aktif dan
dietil aluminium klorida.

Dari mekanisme reaksi di atas, terlihat bahwa reaksi aktivasi katalis terjadi
proses bolak-balik. Reaksi bola-balik sangat dipengaruhi oleh suhu.
Aktivasi katalis merupakan reaksi eksotermis, sehingga suhu dijaga agar
tidak terlalu tinggi sebab jika terlalu tinggi maka reaksi akan bergeser ke
arah kiri. Ini mengakibatkan jumlah pusat aktif yang terbentuk menjadi
berkurang. Hal ini akan menyebabkan jumlah monomer yang terinisiasi
tidak banyak dan berakibat pada menurunnya mileage (g polimer/ mg
katalis yang digunakan).

3. Inisiasi

Propilena (monomer) bereaksi di pusat aktif katalis (Ti) membentuk


kompleks yang kemudian akan terkoordinasi membentuk tahap transisi.
Tahap transisi (transition state) adalah tahap dimana gugus etil pada pusat
aktif terlepas dan membentuk ikatan dengan propilena pada akhir rantai
(terjadi penyisipan). Kemudian terjadi migrasi rantai dan terbentuklah
pusat aktif yang baru.
4. Propagasi

Proses pada tahap inisiasi berulang juga pada propagasi sehingga diperoleh
polipropilena dengan keteraturan yang tinggi . Rantai polimer tumbuh pada
permukaan katalis melalui reaki-reaksi penyisipan rantai monomer yang
terkompleksasi dan gugus Et yang asalnya dari kokatalis organologam
(AlRt3) berakhir sebagai gugus ujung rantai..
5. Terminasi

Terminasi rantai yang tumbuh bisa terjadi dengan beberapa cara. Chain
transfer (transfer rantai) pada polimerisasi propilena terjadi dengan
beberapa cara, tergantung pada katalis dan kondisi operasi yang digunakan.
Transfer rantai ke monomer atau transfer hidrida internal menghasilkan
ujung rantai tak jenuh. Chain transfer yang sering dilakukan yaitu
menggunakan zat hidrogen untuk mengontrol berat molekul polimer. Pada
konsentrasi hidrogen dan derajat polimerisasi tertentu, hidrogen dapat
memutuskan ikatan antara Ti dan Cl pada rantai polimer sehingga terbentuk
ikatan antara Ti dan H. Namun monomer akan mudah menyisip antara
ikatan Ti dan H, sehingga terjadi polimerisasi lagi.

Tanpa penerapan pereaksi-pereaksi transfer seperti itu, berat molekul akan


menjadi telalu tinggi untuk pemakaian komersial.

Penggunaan Reaktor Loop Tubular

Reaktor loop digunakan untuk melakukan langkah-langkah


prapolimerisasi dan polimerisasi. Pada langkah pra polimerisasi, suhu dan kondisi
aliran lebih ringan daripada yang digunakan dalam langkah polimerisasi untuk
mengontrol fragmentasi katalis, mencegah partikel terlalu panas dan menghindari
pembentukan fraksi serbuk halus, yang berbahaya bagi operasi proses.

Reaktor loop (LR) biasanya terdiri dari dua bagian tabung yang
terhubung yang membentuk lingkaran. Bagian tubular biasanya berjaket untuk
memungkinkan kontrol suhu dengan bantuan cairan pendingin, biasanya air.
Sebuah pompa ditempatkan di antara dua bagian tubular mempertahankan aliran
kontinu campuran reaksi, yang harus diatur ke nilai yang dapat menjamin
fluidisasi partikel polimer, mencegah pengendapan partikel dan memastikan
tidak adanya gradien suhu yang signifikan di sepanjang radial arah. Selain itu,
laju aliran yang tinggi mendorong tingkat pencampuran yang tinggi dan juga
tingkat perpindahan panas yang tinggi ke jaket pendingin, membuat loop reaktor
cukup berguna untuk aplikasi industri.
DAFTAR PUSTAKA

Fontoura, T. B., Andrade Neto, A. S., Melo, P. A., & Pinto, J. C. (2021). Two-phase
multi-scale modeling of a tubular loop propylene polymerization reactor. Chemical
Engineering Journal Advances, 5(December 2020).
https://doi.org/10.1016/j.ceja.2020.100072
Murni, S. W., & Hidayat, T. (2010). Polimerisasi Propilena menggunakan Katalisator
TiCl 4 dan Kokatalis Tri Etil Aluminium. 1–6.
Permono, A. (2018). Polimer dan Polimerisasi. 95. https://books.google.co.id/books?
id=LcddDwAAQBAJ&pg=PA95&dq=uji+kuat+sobek&hl=en&sa=X&ved=0ahUK
Ewjk_sGA77_gAhWUdn0KHXLBBMYQ6AEIKjAA#v=onepage&q=uji kuat
sobek&f=true
Setiorini, I. A. (2019). Karakteristik termoplastik elastomer dari karet alam dan
polipropilena dengan penambahan carbon black filler elastomeric thermoplastic
characteristics of natural ruber aand polypropylenewith the addition of carbon black
filler. Jurnal Teknik Patra Akademika, 10(02), 41–55.
Siburian, R. A. F., Simbolon, T. R., Sebayang, K., Simanjuntak, C., Marpaung, H.,
Wirjosoentono, B., Tamrin, & Supeno, M. (2007). Ilmu material. In Polimer: Ilmu
Material.

Anda mungkin juga menyukai