Anda di halaman 1dari 32

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses produksi industri selama ini memperhatikan tentang

keamanan lingkungan. Hal ini sesuai dengan adanya program pemerintah

tentang kesehatan lingkungan yaitu aturan tentang pengelolahan kualitas air

dan pengendalian limbah air, beberapa perusahaan,mengabaikan peraturan

pemerintah tentang kesehatan lingkungan dengan membung limbah industri

tanpa memperhatikan standart kualitas minimum limbah yang akan di buang

(SyaifudinZuhdi, 2020:1).

Limbah merupakan buangan atau suatu yang tidak terpakai dapat

berbentuk cair, gas, dan padat (Ira Yulida, 2020:50). Air limbah merupakan

buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun

domestik (rumah tangga). Kehadiran air limbah dapat berdampak negatif

bagi lingkungan. terutama kesehatan manusia sehingga perlu dilakukan

penanganan air limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh

air limbah tergantung jenis dan karakteristik air limbah.

Industri-industri diharuskan mengolah terlebih dahulu limbah yang

dimiliki, agar kandungan tidak melebihi standar, sebelum di salurkan ke

WWTP (Waste Water Treatment Plant). Dimana diharapkan air limbah yang

masuk ke WWTP telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul

“Proses Pembuatan Pupuk Kompos” dengan harapan setelah diberikan

edukasi mengenai teori tersebut siswa SD Negeri 2 Puncak dapat

membuang sampah pada tempatnya dan juga dapat memanfaatkan sampah

yang sudah tidak terpakai tersebut menjadi suatu hal yang memiliki nilai

dan harga.

1.2 Tema

Tema yang diambil dalam Kuliah Kerja Nyata Tematik ini yaitu

mengenai “Pembuatan Pupuk Kompos Kuliah Kerja Nyata Tematik di Desa

Puncak”.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan

pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan Umum

1. Mahasiswa dapat menjadi fasilitator, motivator dan inspirator

untuk masyarakat Desa Puncak

2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat pada saat

perkuliahan.

3. Mahasiswa dapat memenuhi program perkuliahan kerja

praktek di semester 5

1.3.2 Tujuan Khusus

2
3

1. Masyarakat Desa Puncak khususnya siswa dan siswi SD

Negeri 2 Puncak dapat mengetahui pemanfaatan sampah

organik yang dapat dibuat menjadi pupuk

2. Masyarakat Desa Puncak memperoleh ilmu yang dapat di

implementasikan secara mandiri

3. Masyarakat Desa Puncak dapat terbiasa melakukan hal yang

dapat menjadi sebuah budaya yaitu membuang sampah pada

tempatnya.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

1. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan.

2. Tersusunnya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan

perkuliahan.

3. Memaksimalkan keilmuan teknik kimia yang di miliki oleh

mahasiswa.

1.4.2 Manfaat Bagi Institut Teknologi Petroleum Balongan

1. Tersusunnya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan yang

nyata di lapangan.

2. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan

melibatkan tenaga terampil dari lapangan dalam kegiatan kerja

praktik.

1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat Desa Puncak


1. Dapat bekerjasama dengan mahasiswa untuk membantu

kegiatan di Desa Puncak

2. Dapat bekerjasama dengan tenaga pembimbing akademik dan

tenaga pembimbing lapangan untuk memberikan masukan

yang relevan dengan kegiatan masyarakat di Desa Puncak.

BAB II

4
5

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Kompos

Salah satu upaya mengoptimalkan pertumbuhan dan produktivitas

tanaman adalah dengan pemberian pupuk kompos. Kompos merupakan

pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah

mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Proses pembuatan kompos

(komposting) dapat dilakukan dengan cara aerobik maupun anaerobik.

Proses pengomposan adalah proses menurunkan C/N bahan organik hingga

sama dengan C/N tanah. Keunggulan dari pupuk kompos ini adalah ramah

lingkungan, dapat menambah pendapatan peternak dan dapat meningkatkan

kesuburan tanah dengan memperbaiki kerusakan fisik tanah akibat

pemakaian pupuk anorganik (kimia) secara berlebihan (Ratriyanto, dkk,

2019 : 9).

Kompos adalah hasil penguraian bahan organik melalui proses

biologis dengan bantuan organisme pengurai. Proses penguraian dapat

berlangsung secara aerob (dengan udara) maupun anaerob (tanpa bantuan

udara) (Yulianto, dkk, 2009 : 3).

Limbah peternakan dan pertanian, bila tidak dimanfaatkan akan

menimbulkan dampak bagi lingkungan berupa pencemaran udara, air dan

tanah, menjadi sumber penyakit, dapat memacu peningkatan gas metan dan

juga gangguan pada estetika dan kenyamanan. Satu ekor sapi setiap harinya

menghasilkan kotoran berkisar 8-10 kg per hari atau 2,6-3,6 ton per tahun

atau setara dengan 1,5-2 ton pupuk organik sehingga akan mengurangi
penggunaan pupuk anorganik dan mempercepat proses perbaikan lahan.

Limbah ternak sebagai hasil akhir dari usaha peternakan memiliki potensi

untuk dikelola menjadi pupuk organik seperti kompos yang dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan daya dukung lingkungan, meningkatkan

produksi tanaman, meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi

dampak pencemaran terhadap lingkungan (Ratriyanto, dkk, 2019 : 10).

Pupuk kompos adalah pupuk yang berasal dari proses penguraian

sampah organik, seperti dedaunan. Pupuk kompos terkenal dapat

menyuburkan tanaman dan tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Dengan

menggunakan pupuk kompos, tanaman dapat berkembang dengan baik,

dikarenakan kompos merupakan bahan alami yang tidak merusak

lingkungan tanah. Mendaur ulang sampah menjadi pupuk kompos

mempunyai keuntungan ganda, yaitu pertama kita dapat mengolah sampah

secara tepat guna dan yang kedua adalah dengan mengolah sampah menjadi

pupuk kompos, maka keuntungan secara komersial akan tinggi, karena

pupuk kompos mempunyai nilai jual yang cukup tinggi (Anwar, dkk, 2019 :

47).

Pengomposan ialah salah satu dari berbagai metode pengolahan

sampah organik dimana bertujuan untuk mengurangi dan juga mengubah

komposisi sampah menjadi produk yang bermanfaat. Menurut Suwatanti

(2017) dalam Aristoteles, pengomposan merupakan salah satu pengolahan

limbah organik menjadi produk baru berupa humus dan pada umumnya

kompos terbuat dari limbah organik yang berasal dari tumbuhan dan kotoran

6
7

hewan, yang sengaja ditambahkan agar terjadi keseimbangan unsur nitrogen

dan karbon sehingga mempercepat proses pembusukan dan menghasilkan

rasio N/C yang ideal. Sehingga berangkat dari permasalahan yang ditemui

di masyarakat dimana limbah sampah organik di desa gedung harapan yang

ada selama ini hanya dibiarkan begitu saja tanpa ada pengolahan yang

dilakukan dan apabila dapat dilakukan pengolahan yang tepat limbah

organik tersebut dapat bermanfaat dan memiliki nilai tambah apabila

jumlahnya diperbanyak atau diproduksi secara masal (Aristoteles, dkk, 2021

: 18).

Pupuk kompos merupakan hasil pelapukan dari berbagai bahan

yang berasal dari mahluk hidup seperti dedaunan, cabang, dan ranting

tanaman, kotoran hewan, dan sampah. Di alam, kompos dapat terjadi

dengan sendirinya, tetapi berlangsung lama sekali, dapat mencapai puluhan

tahun. Proses pembuatan kompos dapat dipercepat dengan memberikan

activator (Latifah, dkk, 2014 : 1).

Kompos adalah pupuk yang dihasilkan dari bahan organik melalui

proses pembusukan. Pembuatannya dilakukan pada suatu tempat yang

terlindung dari matahari dan hujan. Untuk mempercepat perombakan,

pematangan, serta menambah unsur hara dapat ditambahkan campuran

kapur dan kotoran ternak (ayam, sapi, atau kambing). Aktivator buatan telah

dikenal dan dipasarkan dengan berbagai nama seperti EM4, Stardec,

Orgadec, BioPos, Harmony dan lainnya. Namun activator dapat disiapkan

sendiri oleh petani atau pembuat kompos dengan bahan yang tersedia di
tempat. Bahan yang dapat dipilih antara lain campuran buah yang sudah

cukup tua atau urin hewan. Bisa juga sisa nasi bersama sisa sampah pasar

(air cucian ikan dan isi usus ternak yang banyak teruang/ bisa diambil dari

pasar sayur/ rumah potongan hewan). (Latifah, dkk, 2014 : 2).

Sampah Organik (Kompos) merupakan hasil perombakan bahan

organik oleh mikrobia dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki

nisbah C/N yang rendah. Bahan yang ideal untuk dikomposkan memiliki

nisbah C/N sekitar 30, sedangkan kompos yang dihasilkan memiliki nisbah

C/N < 20. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi di atas

30 akan terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut

terlalu rendah akan terjadi kehilangan N karena menguap selama proses

perombakan berlangsung. Kompos yang dihasilkan dengan fermentasi

menggunakan teknologi mikrobia efektif dikenal dengan nama bokashi.

Dengan cara ini proses pembuatan kompos dapat berlangsung lebih singkat

dibandingkan cara konvensional (Dwi Haryanto, dkk, 2017 : 2).

2.2 Tujuan Pengomposan

Pengomposan biasanya dilakukan untuk tujuan pengelolaan

lingkungan dengan memanfaatkan kembali limbah yang tersedia sehingga

berhasil guna kegiatan pertanian dan lingkungan asri (Latifah, dkk, 2014 :3).

Tujuan lain adalah jenis kompos yang dihasilkan dapat diatur

sesuai keinginan pelaksana dan waktu pengomposan dapat dipercepat dari

pada cara alami. Pelaksana juga dapat mengatur jumlah bahan dan tempat

8
9

pengomposan seperti di halaman rumah depan atau belakang, di sawah atau

ladang dan sebagainya (Latifah, dkk, 2014 : 3).

Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi limbah rumah tangga

yang berada di lingkungan desa dan apabila dapat diproduksi dalam sekala

besar atau secara masal maka akan memiliki nilai tambahan. Diharapkan

pula produk kompos ini dapat menjadi alternatif bagi para masyarakat desa

untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia dan pupuk buatan pabrik yang

sudah sering digunakan oleh masyarakat desa (Aristoteles, dkk, 2021 : 18).

Fungsi utama kompos adalah membantu memperbaiki sifat fisik,

kimia dan biologi tanah. Secara fisik kompos dapat menggemburkan tanah,

aplikasi kompos pada tanah akan meningkatkan jumlah rongga sehingga

tanah menjadi gembur. Sementara sifat kimia yang mampu dibenahi dengan

aplikasi kompos adalah meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada

tanah dan dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air

(water holding capacity). Sedangkan untuk perbaikan sifat biologi, kompos

dapat meningkatkan populasi mikroorganisme dalam tanah (Yulianto, dkk,

2009 : 3).

2.3 Jenis-Jenis Kompos

Kompos sangat beragam jenisnya, dapat ditinjau dari berbagai

aspek. Kompos dapat berbentuk padat atau cair. Kompos dapat dibuat dari

bahan seragam seperti jerami, kulit durian, titonia, eceng gondok dan

lainnya. Kompos dapat juga berasal dari bahan dasar berbagai campuran

sisa organik, seperti campuran bahan organik dari pasar pagi atau pasar
sayur. Penamaan kompos biasanya sesuai dengan bahan dasar utamanya .

Kompos yang dibuat dari bahan utama jerami disebut kompos jerami tetapi

kompos yang terbuat dari berbagai bahan sisa sayuran asal pasar atau dari

pemukiman padat di kota besar disebut dengan kompos pasar atau kompos

sampah kota (Latifah,dkk,2014:4).

Kompos yang terjadi secara alamiah tanpa diberi activator untuk

mempercepat proses pengomposan biasa disebut sebagai kompos saja. Jika

diberi tambahan larutan untuk mempercepat penguraian maka bahan yang

diperoleh disebut sebagai kompos bokhasi (Latifah,dkk,2014:5).

2.4 Manfaat Kompos

Pengomposan sampah organik memiliki banyak manfaat yang

dapat menguntungkan masyarakat. Keuntungan yang dapat diperoleh dari

pengomposan dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain : (Yulianto,

dkk, 2009 : 4)

A. Aspek Ekonomi :

1. Menghemat biaya transportasi sampah ke TPA dan penimbunan

limbah

2. Mengurangi volume sampah

3. Memiliki nilai ekonomi lebih dari bahan asalnya

4. Menambah penghasilan.

B. Aspek Lingkungan :

1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran sampah

2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan

10
11

3. Menghindari/tidak menjadi sumber penyakit karena lalat dan

bakteri-bakteri yang merugikan.

C. Aspek bagi Tanah/Tanaman:

1. Meningkatkan kesuburan tanah

2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah

3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah

4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah

5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, kandungan gizi, dan

jumlah panen).

6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman

7. Menekan pertumbuhan / serangan penyakit tanaman

8. Meningkatkan retensi / ketersediaan hara di dalam tanah.

Kompos dan Pengomposan

D. Aspek bagi Masyarakat/Sosial :

1. Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat (usaha padat karya)

2. Menciptakan lingkungan yang sehat bagi masyarakat

3. Mengubah pandangan masyarakat bahwa sampah merupakan

masalah menjadi sesuatu yang berkah.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi dan Mengontrol Proses Pengomposan

Pada kondisi alami, limbah organik yang ada di permukaan tanah

dengan temperatur permukaan normal dan kondisi aerob akan

terdekomposisi secara lambat. Proses dekomposisi alami dapat dipercepat


secara buatan dengan cara memperbaiki kondisi proses dekomposisi.

Kondisi dekomposisi optimum dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Nilai optimal yang mengontrol proses pengomposan

NO Parameter Nilai Optimum

1. Ukuran partikel bahan 25-40 mm


50 mm untuk aerasi alami dan
timbunan panjang
2. Nisbah C/N 20 - 40

3. Kandungan lengas 50% - 60 %

4. Keasaman (pH) 5,0 – 8,0

5. Suhu 55 oC – 60oC untuk 4 – 5 hari

6. Aerasi Secara periodik timbunan di balik

7. Kehalusan bahan Makin halus makin cepat


terdekomposisi
8. Ukuran timbunan Panjang bervariasi, tinggi 1,5 m dan
lebar 2,5 m
9. Aktivator Tahap awal mesofilik (fungi
selulopati, bakteri penghasil asam),
suhu meningkat 40oC
(bakteritermofilik, aktinomisetes
dan fungi), suhu > 70oC (bakteri
termofilik), suhu udara ambien
(bakteri mesofilik dan fungi)
(Sumber : Iskandar,dkk,2006:43)

12
13

2.6 Proses Pembuatan

Proses pengomposan adalah proses menurunkan C/N bahan

organik hingga sama dengan C/N tanah (<20). Selama proses pengomposan,

terjadi perubahan-perubahan unsur kimia yaitu : 1) karbohidrat, selulosa,

hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO2 dan H2O, 2) penguraian senyawa

organik menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman. Pengolahan kotoran

sapi yang mempunyai kandungan N, P dan K yang tinggi sebagai pupuk

kompos dapat mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanah dan

memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik. Pada tanah yang baik/sehat,

kelarutan unsurunsur anorganik akan meningkat, serta ketersediaan asam

amino, zat gula, vitamin dan zat-zat bioaktif hasil dari aktivitas

mikroorganisme efektif dalam tanah akan bertambah, sehingga

pertumbuhan tanaman menjadi semakin optimal (Sutrisno, dkk, 2019 :77)

Terdapat dua macam proses pembuatan pupuk, yaitu proses

pembuatan pupuk secara aerob dan anaerob. Proses pembuatan pupuk

kompos metode aerob ini disarankan dilakukan di tempat yang terbuka

dengan sirkulasi udara yang baik. Pembuatan kompos cara anaerob ialah

modifikasi biologis pada struktur kimia dan biologi bahan organik tanpa

bantuan udara atau oksigen sedikitpun(hampa udara).(Cundari, dkk, 2019:7)

Metode dalam penulisan artikel ini menggunakan pendekatan

kualitatif dengan model deskriptif eksplanatif yang bermaksud memberikan

gambaran mendetail terkait program kerja pembuatan pupuk kompos selama

pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata sekaligus menjelaskan langkah-langkah


mulai dari sebelum pembuatan, proses, hingga output dan outcome dari

program kerja tersebut. Data-data yang digunakan dalam pembuatan artikel

ini merupakan data primer yang bersumber daripada pengalaman dan

observasi langsung oleh anggota kelompok, serta data sekunder yang

diperoleh melalui kajian sejumlah literatur dan penelitian terdahulu terkait

pembuatan pupuk kompos. Adapun pembuatan pupuk kompos dalam

program kerja ini memiliki tahapan-tahapan sebagai beriku menurut

(Fahlevi, dkk, 2021:3)

1. Lubangi wadah atau ember yang dipakai untuk membuat pupuk.

2. Masukkan tanah atau kompos ke dalam wadah tersebut.

3. Masukkan sampah organic (bisa daun kering atau buah busuk, sisa

sayuran, kotoran kelinci, kulit buah dan potongan sayur).

4. Timbun sampah yang telah dimasukkan tadi dengan tanah atau kompos.

5. Masukkan sampah organik lagi.

6. Timbun lagi dengan tanah atau kompos.

7. Tutup wadah tersebut rapat-rapat atau bisa dikasih benda yang berat

diatasnya supaya lebih rapat lagi.

8. Diamkan selama 3-6 minggu sampai semuanya hancur dan berubah jadi

pupuk.

14
15

BAB III

METODEOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Pendahuluan

Dalam melaksanakan Kerja Praktek berdasarkan hasil data dalam

kegiatan KKN Tematik LLDIKTI 4 Desa Puncak pada kegiatan Proses

Pembuatan Pupuk Kompos di Desa Puncak yang dilakukan pada tanggal 27-

28 Juli 2022 dengan peserta merupakan siswa dan siswa SD Negeri 2

Puncak kelas 4 dan 5 di Desa Puncak. Untuk kemudian dikaji sesuai dengan

bidang keahlian yang dimiliki.

3.2 Pengambilan Data

Dalam melakukan kegiatan pengambilan data, penulis akan

membutuhkan data primer, data sekunder, dan observasi lapangan.

1. Data Primer

Data primer ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan

langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang

bersangkutan yang memerlukannya. Data yang diperoleh dari observasi

lapangan dan wawancara dengan masyarakat Desa Puncak khususnya

siswa dan siswi SD Negeri 2 Desa Puncak pada bulan Juli 2022.
2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan

oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah

ada. Data yang diperoleh dari pengumpulan sumber atau literatur

berbagai instansi. Dalam kegiatan kerja praktek ini menggunakan

pengumpulan data sekunder melalui study literature

3.3 Pengolahan Data

Pengelolahan data yang dilakukan oleh penulis dengan

menggunakan Metode Kualitatif. Metode Kualitatif adalah pengolahan data

dengan mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

lapangan dan dokumentasi yang telah didapat dari Desa Puncak, Kecamatan

Cigugur, Kabupaten Kuningan selama pelaksanaan Kerja Praktek.

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan penulis untuk pengolahan

data ini :

1. Sosialisasi tentang apa itu Pupuk Kompos.

2. Pengelolaan sampah organik menjadi Pupuk Kompos.

Pengelolaan Pupuk Melubangi


Kompos Wadah/Ember

16
17

Masukkan Sampah
Timbun Sampah Organik Organik (Buah-buahan,
Tadi Dengan Tanah atau Sayur-sayuran, Daun-
Kompos daun Kering, Kotoran
Hewan)

Masukan Sampah Timbun Lagi Dengan


Organik Lagi Tanah Atau Kompos

Diamkan Selama 3-6


Minggu Sampai Semua Tutup Wadah Tersebut
Hancur Dan Berubah Dengan Rapat-rapat
Menjadi Pupuk

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Pupuk Kompos

Mulai

Pendahuluan

Pengumpulan Data :
1. Data Primer
2. Data Sekunder

Observasi Lapangan

Pengolahan Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


Gambar 3.2 Diagram Alir Pelaksanaan Kerja Praktek
BAB IV

GAMBARAN UMUM DESA

4.1 Profil Wilayah Desa

Desa Puncak yang terletak di lereng Gunung Ciremai ini

berbatasan dengan, sebelah Barat Gunung Ciremai, sebelah Utara dengan

Desa Pajambon, sebelah Selatan dengan Kecamatan Kadugede yaitu Desa

Bayuning, Ciherang dan Sagarahiang yang diawali dari Purna Jiwa dan

batas alamnya adalah kali yang membentang sampai ke Kadugede, sebelah

Timur dengan Desa Cileuleuy. Wilayahnya dibagi beberapa Kampung yaitu

kampung Ciwuni, kampung Santana dan Mula Bengkeng, dan kampung

Pasawahan, kampung-kampung tersebut terdiri dari beberapa Blok,

diantaranya kampung Ciwuni terdiri dari blok Cirabak, blok Babakan blok

Tarikolot dan blok Golodog, Kampung Cisantana terdiri dari blok Malar,

Blok Sawahbera, blok Dano, blok Parenca dan blok Kadurama, pada tahun

1980-an Desa Puncak dimekarkan menjadi dua desa, yaitu Desa Puncak dan

Desa Cisantana, kemudian batas desa pun berubah menjadi sebelah Barat

Gunung Ciremai, sebelah Utara Desa Cisantana. Setelah itu, sekitar tahun

1983-an dimekarkan lagi menjadi tiga desa, menjadi Desa Puncak, Desa

Cisantana dan Desa Babakanmulya, oleh sebab itu batas desa sebelah Timur

pun menjadi berubah dari Desa Cileuleuy menjadi Desa Babakanmulya.

18
19

.Nama-nama Kepala Desa/Kuwu Desa Puncak Setiap Periode :

1. Tahun 1967 – 1975 (Sutono)

2. Tahun 1975 – 1983 (Sar’an)

3. Tahun 1983 – 1991 (Sudirja)

4. Tahun 1991 – 1999 (Sar’an)

5. Tahun 1999 – 2007 (Suryana)

6. Tahun 2007 – 2013 (Oyo Sunaryo)

7. Tahun 2013 – 2019 (Diding Muslihudin. A. Ma)

4.1.1 Visi Dan Misi

Desa Puncak mempunyai visi dan misi sebagai berikut :

(Nuntun Batur Ngajak Baraya Ngawangun Desa) yang memiliki

arti Menuntun Teman, Mengajak Semua, Ngebangun Desa.

(Sumber : www.desa-puncak.kuningankab.go.id).

4.1.2 Kondisi Geografis

Desa Puncak memiliki letak geografis dan perbatasan

dengan desa disekitarnya, sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Geografis Desa Puncak


a. Letak Geografis
Luas Wilayah 1,388,29 Ha
Ketinggian dari permukaan 1000,00 Mm
laut
Curah hujan rata-rata 3000,00 Mm
Suhu Rata-rata Harian 29,00 o
c
b. Batas wilayah
Sebelah Utara Cisantana
Sebalah Timur Babakanmulya
Sebalah Selatan Ciherang
Sebalah Barat Gunung Ciremai
c. Keadaan Wilayah
Sawah 300,34 Ha
Tanah Kering 307,5 Ha
Tanah Hutan 753,58 Ha
Perkebunan 26,3 Ha
Fasilitas Umum 26,80 Ha
d. Kondisi Jalan
Jalan Provinsi/ Hotmix 0,340 Km Baik
Jalan Kabupaten 0,8 Km Perlu
perbaikan
Jalan Desa 0,8 Km Baik
Panjang Jlan Gang/ plur 2,2 Km Baik
aspal
e. Jarak Tempuh
Jarak ke kota Kecamatan 3 Km 10 menit
Jarak ke kota Kabupaten 6 Km 20 menit
Jarak ke Ibu kota Provinsi 147 Km 5 jam
(Sumber : KKN Tematik LLDIKTI 4 Desa Puncak)

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Desa Puncak memiliki beberapa sarana dan prasarana, di

antaranya :

Tabel 4.2 Fasilitas Desa Puncak


a Sarana Pemerintahan Banyaknya Keterangan
Balai Desa 1 buah Baik
b Sarana Pendidikan
PAUD 1 buah baik
SD 3 buah baik
Tempat Bermain Anak 2 buah baik
Jumlah Lembaga 7 buah baik
Pendidikan Agama
c Sarana Kesehatan
Posyandu 5 Unit baik
Poliklinik 1 Unit baik
d Sarana Wisata
Tempat Wisata 1 buah Baik

20
21

e Olah Raga
Lapangan Volly 4 buah Baik
Lapangan Sepak Bola 1 buah Baik
Lapangan Bulu 1 buah Baik
Tangkis
f. Umum lainnya
Mesjid 2 buah Baik
Mushola/langar 18 buah Baik
(Sumber : KKN Tematik LLDIKTI 4 Desa Puncak)

4.2 Peta Lokasi

Peta Lokasi Desa Puncak, kecamatan Cigugur, Kabupaten

Kuningan, Jawa Barat.

Gambar 4.1 Peta Desa Puncak

(Sumber : KKN Tematik LLDIKTI 4 Desa Puncak)


4.3 Demografi Desa

Lampiran data penduduk demografi Desa Babatan terlampir,

sebagai berikut :

Tabel 4.3 Data Demografi Desa Puncak


Jumlah Laki-laki 2241 orang
Jumlah Perempuan 2091 orang
Jumlah Total 4332 orang
Jumlah Kepala Keluarga 1275 KK
Kepadatan Penduduk 312,04 per KM
(Sumber : KKN Tematik LLDIKTI 4 Desa Puncak)

4.3.0

4.3.1 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk yang sedang ditempuh di

Desa Puncak memiliki berbagai macam tingkatan, di antaranya :

Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Puncak


Tingkatan Pendidikan Laki-laki Perempuan
Usia 3-6 tahun yang 26 orang 24 orang
belum masuk TK
Usia 3-6 tahun yang 28 orang 25 orang
sedang TK
Usia 7-18 tahun yang 0 orang 2 orang
tidak pernah sekolah
Usia 7-18 tahun yang 123 orang 107 orang
sedang sekolah
Usia 18 - 56 tahun tidak 0 orang 0 orang
pernah sekolah
Usia 18 - 56 tahun 3 orang 2 orang
pernah SD tetapi tidak
tamat
Tamat SD/sederajat 215 orang 216 orang
Usia 12 - 56 tahun tidak 2 orang 1 orang

22
23

tamat SLTP
Usia 18 - 56 tahun tidak 5 orang 6 orang
tamat SLTA
Jumlah Total 785 orang
(Sumber : KKN Tematik LLDIKTI 4 Desa Puncak)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengolahan Sampah Menjadi Pupuk Kompos

Pupuk kompos adalah pupuk yang berasal dari proses penguraian

sampah organik, seperti dedaunan. Pupuk kompos terkenal dapat

menyuburkan tanaman dan tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Dengan

menggunakan pupuk kompos, tanaman dapat berkembang dengan baik,

dikarenakan kompos merupakan bahan alami yang tidak merusak

lingkungan tanah. Mendaur ulang sampah menjadi pupuk kompos

mempunyai keuntungan ganda, yaitu pertama kita dapat mengolah sampah

secara tepat guna dan yang kedua adalah dengan mengolah sampah menjadi

pupuk kompos, maka keuntungan secara komersial akan tinggi, karena

pupuk kompos mempunyai nilai jual yang cukup tinggi (Anwar, dkk,

2019:47).

Kuliah Kerja Nyata Tematik di Desa Puncak, Kecamatan Cigugur,

Kabupaten Kuningan, Jawa Barat merupakan target sasaran penulis dalam

melakukan kegiatan Pengolahan Sampah Organik menjadi Pupuk Kompos


kepada siswa dan siswi SD Negeri 2 Puncak, pada saat itu Ketua Desa

Puncak yang sedang menjabat yaitu bapak Mustopa S.Tp

Setelah penulis melakukan pengamatan dan pengumpulan data-

data berdasarkan hasil observasi lapangan dan wawancara dengan siswa dan

siswi SD Negeri 2 Puncak melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik di

Desa Puncak mengenai Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos

didapatkan hasil sebagai berikut :

5.1.1 Sosialisasi Pupuk Kompos

Siswa dan siswi SD Negeri 2 Puncak sebelumnya belum

pernah mendapatkan sosialisasi tentang pemanfaatan sampah

organik yang dapat dijadikan pupuk kompos. Sehingga siswa dan

siswi SD Negeri 2 Puncak belum mengenali dan mengerti bahwa

sampah yang tidak memiliki nilai ekonomis ternyata dapat menjadi

suatu hal yang lebih berharga, siswa dan siswi SD Negeri 2 Puncak

juga kesulitan untuk membedakan jenis sampah baik itu organik

ataupun anorganik..

Berdasarkan masalah diatas maka penulis memberikan

sosialisasi terkait pembuaatan pupuk kompos. Sosialisasi yang

disampaikan diantaranya apa itu pupuk kompos, bahan apa saja

yang dapat digunakan dalam pembuatan Pupuk Kompos, dan cara

pengelolaan sampah organik menjadi pupuk kompos yang memiliki

nilai ekonomis yang lebih tinggi.

24
25

Sosialisasi ini dilakukan di sekolah SD Negeri 2 Puncak,

Desa Puncak, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa

Barat. Sosialisasi ini kita lakukan dengan tema Pembuatan Pupuk

Kompos Kuliah Kerja Nyata Tematik Desa Puncak, siswa dan

siswi SD Negeri 2 Puncak dan guru-guru pun ikut berpartisipasi

dalam kegiatan ini. Disana penulis mulai menjelaskan dari

dasarnya terlebih dahulu, apa itu sampah organik dan anorganik

serta perbedaan sampah organik dan anorganik kepada siswa dan

siswi SD Negeri 2 Puncak sampai mereka memahami bagaimana

membuat pupuk kompos. Kegiatan ini juga dibantu dengan teman-

teman KKN Tematik yang ada di Desa Puncak.

Bahan Baku :
1. Buah-buahan
Pengertian Pupuk Kompos 2. Sayur-sayuran
3. Daun-daun kering
4. Kotoran Hewan

Gambar 5.1 Tahapan Sosialisasi Pupuk Kompos


Gambar 5.2 Sosialisasi Pupuk Kompos

(Sumber : KKN Tematik LLDIKTI 4 Desa Puncak)

Sosialisasi ini dilakukan dikelas 4 dan 5 SD Negeri 2

Puncak menggunakan media infocus dengan power point terlampir.

5.1.2 Pengelolahan dan Pemanfaatan Pupuk Kompos

Pengelolaan sampah organik menjadi pupuk kompos

diajarkan kepada siswa dan siswi SD Negeri 2 Puncak. Diawal

sosialisasi siswa dan siswi diperkenalkan apa itu pupuk kompos,

beserta bahan dan alat apa saja yang perlu dipersiapkan, dan yang

terakhir penulis mengajak siswa dn siswi SD Negeri 2 Puncak

untuk mempraktekan bagaimana cara pengolahan sampah menjadi

pupuk kompos.

Pupuk kompos yang berasal dari sampah organik seperti

buah-buahan, sayur-sayuran, daun kering, ataupun kotoran hewan

sebagai bahan utama dalam proses pembuatan pupuk kompos.

Berikut ini proses pembuatan pupuk kompos :

1. Lubangi wadah atau ember yang dipakai untuk membuat

pupuk.

2. Masukkan tanah atau kompos ke dalam wadah tersebut.

3. Masukkan sampah organic (bisa daun kering atau buah busuk,

sisa sayuran, kotoran kelinci, kulit buah dan potongan sayur).

4. Timbun sampah yang telah dimasukkan tadi dengan tanah atau

kompos.

26
27

5. Masukkan sampah organik lagi.

6. Timbun lagi dengan tanah atau kompos.

7. Tutup wadah tersebut rapat-rapat atau bisa dikasih benda yang

berat diatasnya supaya lebih rapat lagi.

8. Diamkan selama 3-6 minggu sampai semuanya hancur dan

berubah jadi pupuk.

Setelah Pupuk kompos selesai dibuat maka namyak sekali

manfaatnya dalam berbagai aspek baik itu dalam aspek ekonomi,

lingkungan, tanah/tumbuhan, dan masyarakat/sosial.

Gambar 5.3 Quiz Tentang Pupuk Kompos

(Sumber : KKN Tematik LLDIKTI 4 Desa Puncak)


Gambar 5.4 Foto Bersama Siswa dan Siswi SD Negeri 2 Puncak

(Sumber : KKN Tematik LLDIKTI 4 Desa Puncak)

5.2 Pembahasan

Masyarakat Desa Puncak, Kecamatan Cigugur, Kabupaten

Kuningan, Jawa Barat khususnya siswa dan siswi SD Negeri 2 Puncak

belum pernah mendapatkan sosialisasi tentang bagaaimana proses

pembuatan pupuk kompos.

Pelaksanaan program di Desa Puncak, Kecamatan Cigugur,

Kabupaten Kuningan berjalan dengan lancar dan sukses. Pelatihan

pengelolaan sampah rumah tangga dengan metode komposting perlu terus

diupayakan mengingat produksi sampah rumah tangga yang semakin

banyak. Hal ini dipicu denganrendahnya kesadaran 3R, yaitu reuse

(memakaikembali barang bekas yang masih bisa dipakai), reduce (berusaha

mengurangi sampah), dan recyle (mendaur ulang sampah agar dapat

dimanfaatkan).

28
29

Setelah dilakukannya kegiatan pengelolaan sampah menjadi pupuk

kompos ini siswa dan siswi SD Negeri 2 Puncak yang sebelumnya tidak

tahu menjadi tahu bagaimana membedakan sampah organik dan anorganik

serta bagaimana pemanfaatanya terutama mengolahnya menjadi pupuk

kompos yang lebih berguna.

Pertama penulis melakukan kegiatan sosialisasi Pupuk Kompos,

siswa dan siswi SD Negeri 2 Puncak dengan cepat dapat memahami materi

yang di berikan oleh penulis. Kedua penulis menjelaskan bahan apa saja

yang ada dalam pengelolaan sampah menjadi Pupuk Kompos yang baik dan

benar, disini siswa dan siswi SD negeri 2 Puncak dapat memahami materi

yang diberikan oleh penuis. Ketiga penulis menjelaskan dan mengajak siswa

dan siswi cara pengolahan Pupuk Kompos secara sederhana, antusias dari

siswa dan siswi SD Negeri 2 Puncak sangat tinggi ditambah kegiatan ini

dibantu oleh teman-teman KKN Tematik Desa Puncak sehingga mereka

bersemangat dalam mempraktekannya.

Penulis juga melakukan pengamatan di sekolah tersebut, fasilitas

pendukung untuk membuang sampah yang ada di SD Negeri 2 Puncak ini

masih kurang belum adanya perbedaan tempat sampah untuk sampah

organik dan anorganik, tempat sampah yang ada di sekolah SD Negeri 2

Puncak masih dijadikan satu antara sampah organik dan anorganik. Fasilitas

tempat sampah organik dan anorganik berfungsi sebagai tempat pemilahan

awal sampah yang kemudian dapat di olah kembali menjadi produk baru.
Penulis memberi masukan kepada sekolah SD Negeri 2 Puncak

agar diadakannya perbedaan tempat sampah antara sampah organik dan

anorganik, kegiatan sosialisai mengenai pemanfaatan sampah ini minimal

dilakukan 1 bulan sekali agar siswa dan siswi terbiasa dalam membuang

sampah sesuai dengan jenisnya dan dapat memanfaatkan kembali sampah

yang tidak berharga tersebut menjadi sesuatu hal yang memiliki nilai

ekonomis yang tinggi seperti mengolah smpah tersebut menjadi pupuk

kompos.

BAB VI

KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil KKN Tematik LLDIKTI Wilayah 4 pada kegiatan

Pembuatan Pupuk Kompos di SD Negeri 2 Puncak Desa Puncak,

Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan yang dilaksanakan pada tanggal

27-28 Juli 2022, dapat disimpulkan bahwa :

30
31

1. Masyarakat Desa Puncak khususnya siswa dan siswi SD Negeri 2

Puncak dapat memahami dengan mudah materi yang disampaikan oleh

penulis karena tidak hanya teori yang diberikan tetapi juga praktek

2. Siswa dan siswi sangat tertarik sekali untuk membuat sampah menjadi

pupuk kompos karena sangat mudah sekali dalam pengolahan dan juga

bahan yang diperlukan sangatlah tidk susah untuk dicari.

3. Fasilitas pendukung untuk membuang sampah yang ada di SD Negeri 2

Puncak ini masih kurang belum adanya perbedaan tempat sampah untuk

sampah organik dan anorganik. Fasilitas tempat sampah organik dan

anorganik berfungsi sebagai tempat pemilahan awal sampah yang

kemudian dapat di olah kembali menjadi produk baru.

6.2. Saran

Secara keseluruhan penulis sampaikan rasa bangga terhadap antusiasme

partisipasi siswa dan siswi SD Negeri 2 Puncak dalam mengikuti kegiatan

Pengolahan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos Namun demikian

penulis memberikan beberapa rekomendasi saran sebagai bahan evaluasi,

koreksi, dan pengembangan agar lebih baik lagi lain waktu yang akan

datang kepada sekolah SD Negeri 2 Puncak dan siswa siswi SD Negeri 2

Puncak secara khususnya, diantaranya :

1. Siswa dan siswi SD Negeri 2 Puncak dapat membagikan ilmu yang

sudah didapat terkait sosialisasi pembuatan pupuk kompos kepada

masyarakat dan siswa siswi lain di Desa Puncak yang tidak memahami

dan mengikuti sosialisasi


2. Kegiatan Sosisalisasi kemarin sangatlah sebentar karena terbatas oleh

waktu sehingga penulis tidak dapat meninjau pupuk kompos yang telah

dibuat sampai pupuk tersebut dapat digunakan secara maksimal.

32

Anda mungkin juga menyukai