BAB I
SYARAT – SYARAT UMUM KONTRAK
A. KETENTUAN UMUM
1. Definisi 1.1 Dalam syarat-syarat Umum Kontrak ini kata-kata dan ungkapan-ungkapan
harus mempunyai arti seperti yang dimaksudkan atau di definisikan sebagai
berikut :
a. Pemasokan Barang adalah layanan pekerjaan penyediaan barang
yang spesifikasinya ditetapkan oleh PPK M.
b. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA adalah Kepala
SKPD sebagai pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk
melaksanakan tugas dan fungsi SKPD yang dipimpinnya
c. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat KPA adalah
pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan
PA dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD.
d. PPK adalah pejabat yang diangkat dengan keputusan Pengguna
Anggaran, atau Kuasa Pengguna Anggaran jika pada Sekretariat
Daerah, sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan pengadaan barang/jasa.
e. Pejabat Pengadaan adalah tim yang diangkat oleh PA, atau PPK jika
pada Sekretariat Daerah, dengan surat perintah untuk melaksanakan
pemilihan penyedia jasa;
f. Pelaksana Pengawasan Teknis adalah personil yang ditunjuk untuk
mengawasi pelaksanaan pekerjaan dalam waktu tertentu sesuai
jangka waktu yang telah ditetapkan sebagaimana dalam kontrak pada
paket pekerjaan tersebut dalam hal ini adalah Pejabat Pemeriksa
Barang.
g. Penyedia barang adalah badan usaha atau orang perseorangan
kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa;
h. Kontrak adalah perikatan antara PPK dengan penyedia barang / jasa
dalam pelaksanaan pengadaan barang / jasa.
i. Kontrak harga satuan adalah bahwa penyelesaian seluruh pekerjaan
dilakukan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang
pasti dan tetap untuk setiap satuan / unsur pekerjaan dengan
spesifikasi teknis barang tertentu, yang volume pekerjaannya masih
bersifat perkiraan sementara. Jumlah volume dan nilai kontrak yang
dibayarkan dihitung berdasarkan pelaksanaan di lapangan dan
dengan ketentuan bahwa pembayarannya didasarkan pada hasil
pengukuran bersama atas volume barang yang diterima.
j. Dokumen kontrak adalah keseluruhan dokumen yang mengatur
hubungan hukum antara PPK dan Penyedia Barang / Jasa untuk
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan, yang terdiri dari dan
dengan urutan kekuatan hukum sebagai berikut :
1) Surat Perjanjian;
2) Surat penunjukan Penyedia Barang/Jasa;
3) Surat penawaran;
4) Adendum dokumen Pengadaan Langsung (bila ada);
5) Syarat-syarat khusus kontrak;
6) Syarat-syarat umum kontrak;
7) Spesifikasi teknis;
8) Dokumen lain yang tercantum dalam lampiran kontrak;
k. Harga kontrak adalah harga yang tercantum dalam surat penunjukan
Penyedia Barang/Jasa yang selanjutnya disesuaikan menurut
ketentuan kontrak;
l. Hari adalah hari kalender; bulan adalah bulan kalender;
m. Mata pembayaran utama adalah mata pembayaran pokok dan
penting yang nilai bobot kumulatifnya minimal 80% (delapan puluh
persen) dari seluruh nilai pekerjaan, dihitung mulai dari mata
pembayaran yang nilai bobotnya terbesar yang ditetapkan dalam
2. Penerapan 2.1 Ketentuan-ketentuan pada syarat - syarat umum kontrak harus diterapkan
secara luas tanpa melanggar ketentuan yang ada dalam dokumen kontrak
keseluruhan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.2 Dokumen kontrak harus diinterprestasikan dalam urutan kekuatan hukum
sebagai berikut :
a. Surat Perjanjian
b. Surat Penawaran
c. Adendum dokumen Pengadaan Langsung (jika ada)
d. Syarat-syarat khusus kontrak
e. Syarat-syarat umum kontrak
f. Spesifikasi teknis
g. Dokumen lain yang tercantum dalam lampiran kontrak.
3. Asal Penyedia Barang / 3.1 Jasa pemasok barang untuk pekerjaan ini adalah merupakan layanan jasa
Jasa dari Penyedia Barang / Jasa nasional yang berdomisili di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
9. Harga dan Sumber Dana 8.1 Biaya pelaksanaan pengadaan ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kota Surabaya, tahun anggaran 2022, Kode Kegiatan
1.03.10.2.01.11; Kode Rekening : 5.1.02.01.01.0001
8.2 Biaya pelaksanaan pengadaan tersebut ayat 8.1 diatas sudah termasuk
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 11% (sebelas persen), dan
didasarkan atas harga satuan tetap (fixed unit price) yang rinciannya
tercantum dalam kuantitas dan harga satuan.
10. Wewenang dan 10.1 PPK memutuskan hal-hal yang bersifat kontraktual dalam kapasitas sebagai
Keputusan Pengguna pemilik pekerjaan.
Jasa
11. Surat Perintah Kerja 11.1 Pengguna jasa harus sudah menerbitkan SPK selambat-lambatnya
14(empat belas) hari sejak penandatanganan kontrak, setelah dilakukan
penyerahan lapangan.
11.2 Dalam SPK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan kontrak
yang akan dinyatakan penyedia jasa dalam pernyataan dimulainya
pekerjaan.
12. Hak dan Kewajiban Para 12.1 Hak dan kewajiban PPK
Pihak a. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh
Penyedia Barang / Jasa
b. Melakukan perubahan kontrak
c. Menangguhkan pembayaran
d. Mengenakan denda keterlambatan
e. Memberikan instruksi sesuai jadual
12.2 Hak dan kewajiban Penyedia Barang / Jasa
a. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan jadual
pelaksanaan pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak
b. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan jadual penyerahan
pekerjaan yang telah ditetapkan dalam kontrak.
13. Cacat Mutu 13.1 Yang dimaksud dengan cacat mutu adalah bila material hotmix yang dikirim
berdasarkan hasil uji laboratorium tidak memenuhi syarat Spesifikasi Hotmix
HRS, AC, ATB.
13.2 Pejabat Pemeriksa Barang wajib memeriksa barang yang dikirim oleh
penyedia barang / jasa bila terdapat cacat mutu dalam pekerjaan, Pejabat
Pemeriksa Barang dapat memerintahkan Penyedia Barang / Jasa untuk
mengganti sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan dan tidak cacat;
13.3 Kuasa Pengguna Anggaran dapat meminta pihak ketiga untuk memperbaiki
cacat mutu bila Penyedia Barang / Jasa tidak melaksanakannya dalam
waktu masa perbaikan cacat mutu sesuai yang tercantum dalam syrat
pemberitahuan konsultan pengawas / pengawas lapangan diketahui dengan
biaya dibebankan kepada Penyedia Barang / Jasa.
14. Jadwal Pelaksanaan 14.1 Pelaksaan Pekerjaan dilaksanakan selama 30 (tiga puluh lima) hari kalender
Pekerjaan terhitung sejak diberikannya Surat Perintah Pengiriman sampai dengan
Serah Terima Pekerjaan.
14.2 Jadwal Pelaksanaan pengiriman bahan/material disesuaikan dengan
kebutuhan jam, tanggal, hari, lokasi pengiriman dan volume yang tercantum
dalam Surat Permintaan Pengiriman Barang ( SPPB ).
14.3 Pekerjaan dinyatakan selesai apabila Penyedia Barang/Jasa telah
melaksanakan pekerjaan selesai 100% (seratus persen) sesuai ketentuan
kontrak dan telah dinyatakan dalam berita acara pemeriksaan dan
penerimaan barang dengan Serah Terima Pekerjaan ( STT-1 ).
15. Keterlambatan 15.1 Apabila Penyedia Jasa terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal,
Pelaksanaan Pekerjaan maka PPK memberikan peringatan secara tertulis dan apabila tidak dapat
merealisasi pesanan pengiriman barang sampai dengan peringatan ke 3
(tiga), maka akan dilakukan pemutusan kontrak secara sepihak sedangkan
Jaminan Pelaksanaan dicairkan untuk Negara dan dilakukan Black list sesuai
aturan yang berlaku.
15.2 Jika terjadinya keterlambatan progres phisik antara 5 % - 7 %, maka Rapat
Pembuktian Keterlambatan (Show Cause Meeting) akan dilaksanakan antara
Pemimpin Proyek, Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan /PPHP dan
Kontraktor.
15.3 Jika terjadinya keterlambatan progres phisik antara 7 % - 10 %, maka Rapat
Pembuktian Keterlambatan (Show Cause Meeting) akan dilaksanakan antara
Pemimpin Proyek, Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan /PPHP dan
Kontraktor.
15.4 Jika terjadinya keterlambatan progres phisik lebih besar dari 10 % , maka
Rapat Pembuktian Keterlambatan (Show Cause Meeting) akan dilaksanakan
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Pemerintah Kota Surabaya,
Pemimpin Proyek, Pejabat Pemeriksa Hasil Pekerjaan /PPHP dan
Kontraktor, untuk mengambil keputusan apakah Kontraktor dapat
melanjutkan pekerjaannya/ kontraknya. Bilamana antara ketiga belah pihak
sepakat, maka Kontraktor dapat melanjutkan pekerjaannya atau bilamana
tidak maka Kontraktor akan diberhentikan kontraknya.
16. Penggunaan Penyedia 16.1 Penyedia Barang / Jasa dilarangan mengalihkan pelaksanaan pekerjaan
Jasa Usaha utama berdasarkan kontrak, dengan melakukan sub kontrak
kepada pihak lain, kecuali sebagaian pekerjaan utama kepada penyedian
barang jasa spesialis.
16.2 Yang terbukti menyalahgunakan fasilitas dan kesempatan yang
diperuntukkan bagi usaha kecil termasuk koperasi kecil dikenakan sanksi
sesuai ketentuan dalam syarat-syarat khusus kontrak.
17. Keadaan Kahar 17.1 Yang dimaksud keadaan kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar
kehendak para pihak sehingga kewajiban yang ditentukan dalam kontrak
menjadi tidak dapat dipenuhi.
17.2 Penyedia barang / jasa dibebaskan dari denda-denda dan sanksi apabila
keterlambatan penyelesaian pekerjaan disebabkan oleh terjadinya peristiwa-
peristiwa diluar kekuasaan atau kemampuan penyedia barang / jasa yang
dianggap sebagai keadaan kahar yang disetujui oleh PPK M, misalnya:
a. Bencana alam atau peperangan;
b. Kejadian-kejadian akibat kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang
moneter dan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah bahwa akibat
kebijaksanaan tersebut dapat digolongkan sebagai keadaan kahar.
17.3 Apabila terjadi peristiwa-peristiwa tersebut diatas, penyedia barang / jasa
harus memberitahukan secara tertulis kepada PPK dalam waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari setelah terjadinya keadaan kahar dengan
menyertakan pernyataan keadaan kahar dari instansi yang berwenang.
17.4 Atas persetujuan PPK M, dibuatkan Berita Acara dan selanjutnya batas
waktu penyelesaian pekerjaan dapat diperpanjang, yang dituangkan dalam
Addendum / Amandemen Kontrak.
18. Itikat Baik 18.1 Para pihak bertindak berdasarkan asas saling percaya yang disesuaikan
dengan hak dan kewajiban yang terdapat dalam kontrak.
18.2 Para pihak setuju untuk melaksanakan perjanjian dengan jujur tanpa
menonjolkan kepentingan masing-masing pihak. Bila selama kontrak salah
satu pihak merasa dirugikan, maka diupayakan tindakan yang terbaik untuk
mengatasikeadaan tersebut.
19. Penghentian dan 19.1 Penghentian kontrak dilakukan bilamana terjadi hal-hal diluar kekuasaan
Pemutusan Kontrak para pihak untuk melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam kontrak,
yang disebabkan oleh timbulnya perang, pemberontakan, perang saudara,
sepanjang kejadian-kejadian tersebut berkaitan dengan negara kesatuan
republik indonesia, kekacauan dan huru-hara serta bencana alam yang
19. Penyelesaian Perselisihan 20.1 Apabila terjadi perselisihan dalam pelaksanaan kontrak ini, penyedia barang
/ jasa dan PPK sepakat untuk menyelesaikan secara musyawarah untuk
mufakat;
20.2 Jika penyelesaian sebagaimana dimaksud di atas tidak tercapai, maka
kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan di Pengadilan
Negeri Surabaya sesuai dengan Hukum Acara Perdata yang berlaku.
20. Bahasa dan Hukum 21.1 Kontrak dibuat dalam bahasa Indonesia serta tunduk kepada peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
21. Perpajakan 22.1 Penyedia Barang / Jasa harus mengetahui, memahami dan patuh terhadap
semua peraturan perundang-undangan tentang pajak yang berlaku di
Indonesia dan sudah diperhitungkan dalam penawaran.
22.2 Perubahan peraturan perundang-undangan tentang pajak yang terjadi
setelah pembukaan penawaran harus dilakukan penyesuaian.
22. Denda dan Ganti Rugi 23.1 Apabila penyerahan pekerjaan dilakukan melampaui batas waktu yang telah
disepakati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13.1, maka penyedia barang
/ jasa dikenakan denda keterlambatan untuk setiap satu hari keterlambatan
sebesar 1‰ (satu permil) dari biaya pelaksanaan pekerjaan.
23.2 Apabila penyedia barang / jasa melalaikan ketentuan-ketentuan yang telah
disepakati dan atau ketentuan serta syarat-syarat teknis, dan ternyata tidak
segera memperbaiki kelalaian tersebut setelah menerima 2 (dua) kali surat
peringatan dari PPK M, maka untuk tiap kelalaian yang telah diperingatkan,
penyedia barang / jasa dikenakan sanksi denda setiap kali kelalaian sebesar
1% (satu permil) dari biaya pelaksanaan pekerjaan.
23.3 Apabila jadual waktu penyerahan pekerjaan yang telah disepakati ternyata
dilampaui, sedangkan pekerjaan secara keseluruhan belum selesai, dan
karena sesuatu hal terjadi pemutusan kontrak, maka penyedia barang / jasa
tetap dikenakan denda tersebut ayat 22.1 dan 22.2. Pasal ini, dengan
mempertimbangkan nilai barang (volume terkini) yang telah dilaksanakan
dan yang dapat disetujui PPK M.
23.4 Semua denda tersebut diatas, dapat dilaksanakan oleh PPK melalui
pemotongan terhadap pembayaran yang diterimakan kepada penyedia
barang / jasa.
23.5 Besarnya denda yang dibayar oleh PPK atas keterlambatan pembayaran
tagihan penyedia barang / jasa sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang
terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat
itu menurut ketetapan Bank Indonesia, atau dapat diberikan kompensasi
sesuai ketentuan dalam dokumen kontrak.
23. Serah Terima Pekerjaan 24.1 Penyedia Barang wajib menyerahkan barang sesuai spesifikasi teknis
dengan jangka waktu yang dipersyaratkan, serta persyaratan lainnya yang
ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang;
24.2 Jika barang yang dikirim tidak sesuai dengan jenis dan mutu barang yang
ditetapkan dalam kontrak, Penyedia barang harus mengganti barang yang
tidak sesuai dengan biaya sepenuhnya ditanggung Penyedia Barang / Jasa.
B. KETENTUAN KHUSUS
24. Penilaian Pekerjaan 25.1 PPK harus melakukan penilaian atas hasil pekerjaan dalam masa
pelaksanaan pekerjaan.
25.2 Penilaian atas hasil pekerjaan dilakukan terhadap mutu dan kemajuan fisik
pekerjaan;
25. Penangguhan Pekerjaan 26.1 Apabila Penyedia Barang / Jasa sampai batas waktu yang ditentukan dalam
kontrak tidak dapat mengirim barang sesuai spesifikasi teknis maka sanksi
penangguhan pembayaran dan sanksi administrasi black list selama 2 tahun.
26. Pengambilalihan 27.1 Pekerjaan Pengadaan Barang ini, baik sebagian maupun seluruhnya
dilarang dialihkan oleh penyedia barang / jasa kepada pihak lain tanpa
persetujuan tertulis dari PPK M.
27.2 Jika ternyata penyedia barang / jasa menyerahkan sebagian pekerjaan atau
seluruhnya kepada pihak lain, dan peringatan-peringatan tertulis dari PPK
tidak diindahkan oleh penyedia barang / jasa, maka setelah mengadakan
perhitungan, PPK berhak membatalkan Surat Perjanjian / SPK secara
sepihak
27. Penundaan atas Perintah 28.1 PPK dapat memerintahkan Penyedia Barang / Jasa untuk menunda
PPK dimulainya pelaksanaan pekerjaan atau memperlambat kemajuan suatu
kegiatan pekerjaan.
28. Instruksi 29.1 Penyedia Barang / Jasa wajib melaksanakan semua instruksi Kuasa
Pengguna Anggaran yang berkaitan dengan kontrak.
29.2 Semua instruksi harus dilakukan secara tertulis.
BAB II
SYARAT – SYARAT KHUSUS KONTRAK
A. KETENTUAN UMUM
1. Definisi 1.1 PPK adalah Kuasa Pengguna Anggaran Pembangunan Jalan :
Nama : Adi Gunita, S.T
NIP : 19850826 201001 1 009
Jabatan : Kepala Bidang Jalan dan Jembatan Dinas Sumber Daya Air
dan Bina Marga Kota Surabaya.
Alamat : Jl. Jimerto No.6-8 Surabaya
2. Pembayaran 2.1 Pembayaran prestasi pekerjaan dilakukan dengan sistem termin sebagai
berikut :
a. Pembayaran biaya pelaksanaan pekerjaan ini dibayarkan secara
sekaligus (satu termin) setelah penyelesaian pekerjaan sebesar
100% dari nilai Kontrak.
b. Harga Satuan Penawaran sudah termasuk biaya Uji Laboratorium
material Hotmix.
c. Benda Uji Hotmix diambil setiap hari dilokasi Workshop dilakukan oleh
Dinas setiap pengiriman material di lokasi (workshop)
d. Material yang dikirim harus melalui proses penimbangan Tonase
terlebih dahulu dan Penyedia barang / Jasa bertanggung jawab atas
kebenaran datanya.
3. Pengalaman Pekerjaan -
4. Jadual Pelaksanaan 3.1 Pelaksaan Pekerjaan dilaksanakan selama 30 (Tiga Puluh) hari kalender
Pekerjaan terhitung sejak diberikannya Surat Perintah Pengiriman sampai dengan
Serah Terima Pekerjaan.
3.2 Kontraktor harus menyiapkan jadwal pelaksanaan kemudian jadwal
pelaksanaan itu harus diserahkan dan mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan, dengan detil yang disyaratkan dari Spesifikasi ini, dimana detil
tersebut harus menunjukkan urutan kegiatan yang diusulkan oleh
Kontraktor dalam melaksanakan Pekerjaan.
3.3 Setiap 30 hari kalender terhitung mulai 15 hari setelah Surat penunjukan
pemenang, Kontraktor harus melengkapi Jadwal Pelaksanaan untuk
menggambarkan secara akurat kemajuan pekerjaan (progress) aktual
sampai tanggal 25 pada bulan tersebut.
3.4 Setiap interval mingguan Kontraktor harus menyerahkan pada setiap hari
Jum’at pagi, jadwal kegiatan mingguan /Progres Volume Pengiriman yang
dilaksanakan selama minggu tersebut.
5. Lingkup Pekerjaan 4.1 PPK menentukan nama paket pekerjaan sebagaimana kebutuhan volume
dan lokasi pengiriman yang diinstruksikan lebih lanjut
6. Denda dan Ganti Rugi 5.1 Kompensasi atas keterlambatan pembayaran adalah sebesar bunga
terhadap nilai tagihan yang terlambat dibayar berdasarkan tingkat suku
bunga yang berlaku pada saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia.
5.2 a. Denda langsung dipotong dari pembayaran kepada penyedia jasa.
b. Ganti rugi dibayar kepada penyedia jasa setelah dibuat amandemen
Kontrak.
BAB III
KATA PENGANTAR DAN PENUTUP
Dokumen Pengadaan Barang / Jasa ini disusun berisi persyaratan – persyaratan yang ditetapkan sebagai
pedoman Pejabat pengadaan dalam melaksanakan penilaian kualifikasi untuk mendapatkan penyedia barang /
jasa yang diyakini mempunyai kompetensi dan kemampuan usaha dalam melaksanakan pekerjaan dengan baik,
dan juga agar pelaksanan pengadaan dilakukan secara efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil dan
akuntabel.
Dokumen Pengadaan ini disampaikan kepada peserta agar dapat mempermudah peserta dalam
mengikuti pengadaan barang / jasa dan bagi penyedia barang / jasa diharapkan dapat memenuhi persyaratan
yang ditetapkan, memahami prosedur tahapan serta cara penilaian kualifikasi yang diberlakukan pada Dinas
Sumber Daya Air dan Bina Marga Kota Surabaya.
a) Penyedia Barang / Jasa harus mampu menjamin suhu aspal Hotmix sampai di
tempat gudang penampungan (workshop Jl Tambaksari No. 11 Surabaya )
minimal 130 ᴼC. Jika kurang suhu tersebut maka aspal Hotmix tidak diterima.
b) Surat Keterangan atau surat dukungan dari Principal / Distributor / Agen / Dealer
yang memuat:
a) Ketersediaan barang
b) Barang yang disediakan adalah 100% baru dan memenuhi spesifikasi sesuai
dokumen pemilihan baik kualifikasi dan kuantitasnya.
2) Jenis Campuran Beraspal
a) Lapis Tipis Aspal Pasir (SS)
Tipis Aspal Pasir (Latasir) yang selanjutnya disebut SS, terdiri dari dua jenis
campuran, SS-A dan SS -B. Pemilihan SS-A dan SS-B tergantung pada tebal nominal
minimum. Latasir biasanya memerlukan penambahan filler agar memenuhi
kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan.
b) Lapis Tipis Aspal Beton (Hot Rolled Sheet, HRS)
Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS, terdiri dari dua jenis
campuran, HRS Pondasi (HRS-Base) dan HRS Lapis Aus (HRS Wearing Course, HRS-WC)
dan ukuran maksimum agregat masing- masing campuran adalah 19 mm. HRS-Base
mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar daripada HRS-WC.
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus dirancang
sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam Spesifikasi. Dua kunci utama
adalah :
i. Gradasi yang benar-benar senjang.
Agar diperoleh gradasi yang benar – benar senjang, maka selalu dilakukan
pencampuran pasir halus dengan agregat pecah mesin.
ii. Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus memenuhi
ketentuan yang ditunjukkan1 dalam Spesifikasi ini.
Lataston bergradasi semi senjang sebagai pengganti Lataston bergradasi senjang
hanya boleh digunakan pada daerah dimana pasir halus yang diperlukan untuk
membuat gradasi yang benar-benar senjang tidak dapat diperoleh dan disetujui
terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
6.3.2 BAHAN
1) Agregat– Umum
a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar campuran
beraspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumusan campuran kerja (lihat Pasal
6.3.3), memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(1a) sampai
dengan Tabel 6.3.3.(1d), tergantung campuran mana yang dipilih.
b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 1.11 dari
Spesifikasi ini.
c) Sebelum memulai pekerjaan Penyedia Jasa harus sudah menumpuk setiap fraksi
agregat pecah dan pasir untuk campuran beraspal, paling sedikit untuk kebutuhan satu
bulan dan selanjutnya tumpukan persediaan harus dipertahankan paling sedikit untuk
kebutuhan campuran beraspal satu bulan berikutnya.
d) Dalam pemilihan sumber agregat, Penyedia Jasa dianggap sudah memperhitungkan
penyerapan aspal oleh agregat. Variasi kadar aspal akibat tingkat penyerapan aspal
yang berbeda, tidak dapat diterima sebagai alasan untuk negosiasi kembali harga
satuan dari Campuran beraspal.
e) Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %.
f) Berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih dari 0,2.
2) Agregat Kasar
a) Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan ayakan No.4
(4,75 mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih, keras, awet dan bebas dari
lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang
diberikan dalam Tabel 6.3.2.(1a).
b) Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam ukuran
nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan seperti ditunjukan pada
Tabel 6.3.2.(1b).
c) Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan dalam Tabel
6.3.2.(1a). Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat
agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih
berdasarkan uji menurut SNI 7619 : 2012 dalam Lampiran 6.3.C.
d) Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.
e) Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi pencampur
aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin feeds) sedemikian
rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan dengan baik.
Tabel 6.3.2.(1a) Ketentuan Agregat Kasar
ASTM D4791
Partikel Pipih dan Lonjong
Perbandingan 1 : 5 Maks. 10 %
Catatan :
*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu
atau lebih dan 90% agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
Tabel 6.3.2.(1b) Ukuran Nominal Agregat Kasar Penampung Dingin untuk Campuran
Aspal
Ukuran nominal agregat kasar penampung dingin (cold bin)
Jenis Campuran minimum yang diperlukan (mm)
5 - 10 10 - 14 14 - 22 22 - 30
Lataston Lapis Aus Ya Ya
Lataston Lapis Pondasi Ya Ya
Laston Lapis Aus Ya Ya
Laston Lapis Antara Ya Ya Ya
Laston Lapis Pondasi Ya Ya Ya Ya
3) Agregat Halus
a) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil
pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.4 (4,75 mm).
b) Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari agregat
kasar.
c) Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi
pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin feeds)
yang terpisah sehingga gradasi gabungan dan presentase pasir didalam campuran dapat
dikendalikan dengan baik.
d) Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas yang tidak
melampaui 15% terhadap berat total campuran.
Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau
bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari batu yang
memenuhi ketentuan mutu dalam Pasal 6.3.2.(1).
Untuk memperoleh agregat halus yang memenuhi ketentuan diatas :
i) bahan baku untuk agregat halus dicuci terlebih dahulu secara mekanis sebelum
dimasukkan kedalam mesin pemecah batu.
ii) digunakan scalping screen dengan proses berikut ini :
fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama
(primary crusher) tidak boleh langsung digunakan.
7
agregat yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama (primary
crusher) harus dipisahkan dengan vibro scalping screen yang dipasang di
antara primary crusher dan secondary crusher.
material tertahan vibro scalping screen akan dipecah oleh secondary
crusher, hasil pengayakannya dapat digunakan sebagai agregat halus.
Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kota Surabaya
Spesifikasi Hotmix HRS
material lolos vibro scalping screen hanya boleh digunakan sebagai
komponen material Lapis Pondasi Agregat.
e) Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel
6.3.2.(2).
Tabel 6.3.2.(2) Ketentuan Agregat Halus
% lolos No.8 40 50 60 70
% lolos No.30 paling sedikit 32 paling sedikit 40 paling sedikit 48 paling sedikit 56
6.3.3 CAMPURAN
1) KomposisiUmumCampuran
Campuran beraspal dapat terdiri dari agregat, bahan pengisi, bahan aditif, dan aspal.
2) Kadar Aspal dalam Campuran
Persentase aspal yang aktual ditambahkan ke dalam campuran ditentukan
berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan sebagaimana tertuang dalam Rencana
Campuran Kerja (JMF) dengan memperhatikan
11 penyerapan agregat yang digunakan
3) Prosedur Rancangan Campuran
a) Sebelum diperkenankan untuk menghampar setiap campuran beraspal dalam
Pekerjaan, Penyedia Jasa disyaratkan untuk menunjukkan semua usulan metoda kerja,
agregat, aspal, dan campuran yang memadai dengan membuat dan menguji campuran
Latasir
Sifat-sifat Campuran
Kelas A & B
Penyerapan aspal (%) Maks. 2,0
Jumlah tumbukan per bidang 50
Min. 3,0
Rongga dalam campuran (%) (2)
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 20
Rongga terisi aspal (%) Min. 75
Stabilitas Marshall (kg) 12 Min. 200
Min. 2
Pelelehan (mm)
Maks. 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 80
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 60 ºC (3) Min. 90
Lataston
Lapis Aus Lapis Pondasi
Sifat-sifat Campuran
Semi Semi
Senjang Senjang
Senjang Senjang
Kadar aspal efektif (%) Min 5,9 5,9 5,5 5,5
Penyerapan aspal (%) Maks. 1,7
Jumlah tumbukan per bidang 75
Min. 4,0
Rongga dalam campuran (%) (2)
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 18 17
Rongga terisi aspal (%) Min. 68
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800
Pelelehan (mm) Min 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah
Min.
perendaman selama 24 jam, 60 ºC (3) 90
Rongga dalam campuran (%) pada
Min.
Kepadatan membal (refusal)(4) 3
Tabel 6.3.5.(1) Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran &
Pemadatan
Viskositas Aspal Perkiraan Temperatur As C)
No Prosedur Pelaksanaan
(Pas) Tipe I Tipe IIB
1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 1 165 1
2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 1 155 1
Pencampuran, rentang temperatur
3 0,2 - 0,5 145 – 155 155 – 165
sasaran
Menuangkan campuran aspal dari
4 0,5 135 – 150 145 – 160
alat pencampur ke dalam truk
5 Pemasokan ke Alat Penghampar 0,5 - 1,0 130 – 150 140 – 160
6 Pemadatan Awal (roda baja) 1-2 125 – 145 135 – 155
7 Pemadatan Antara (roda karet) 2 - 20 100 – 125 110 – 135
8 Pemadatan Akhir (roda baja) < 20 > 95 >105
Catatan :
1 Pas = 100 cSt = 100 mm2/s dimana : Pas : Pascal seconds
cSt : Centistokes
mm2/s : square millimeter per second
Penentuan temperatur pencampuran dan pemadatan aspal Tipe IIA harus dilakukan
berdasarkan nilai viskositas seperti yang tertera dalam Tabel 6.3.5.(1). Contoh
20
1.0
Viskosit as (Pa.s)
Rentang visikositas
Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kota Surabaya pencampuran
Spesifikasi Hotmix HRS
0.1
000
70 80 90 100 110 120 130 70 150 70 170 180 190 200
Rentang temperatur Rentang pencampuran
pemadatan pemadatan
Cb = ---------------------------------------------------------------------------------- Kadar
aspal yang ditetapkan dalam Rumus Campuran Kerja
h) Tonase yang digunakan untuk pembayaran adalah: Tonase seperti disebutkan pada
butir (a) di atas x Cb
i) Bilamana perbaikan pada campuran aspal yang tidak memenuhi ketentuan
telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 6.3.1.(8) dari Spesifikasi
ini, maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas yang akan
dibayar bila pekerjaan semula dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan untuk
pekerjaan atau kuantitas tambahan yang diper-lukan untuk perbaikan tersebut.
j) Kadar aspal aktual (kadar aspal efektif + penyerapan aspal) yang digunakan Penyedia
Jasa dalam menghitung harga satuan untuk berbagai campuran beraspal yang termasuk
dalam penawarannya haruslah berdasarkan perkiraannya sendiri. Tidak ada
penyesuaian harga yang akan dibuat sehubungan dengan perbedaan kadar aspal
optimum yang ditetapkan dalam JMF dan kadar aspal dalam analisa harga satuan dalam
penawaran
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut Harga Kontrak
per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang ditunjukkan di bawah ini dan dalam
Daftar Kuantintas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan
kompensasi penuh untuk mengadakan dan memproduksi dan menguji dan mencampur
24
serta menghampar semua bahan, termasuk semua pekerja, peralatan, pengujian, perkakas
dan pelengkapan lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan
dalam Seksi ini.
25