Anda di halaman 1dari 5

AKUNTANSI FORENSIK

“FOLLOW THE MONEY”

Oleh :

NAMA KELOMPOK 06 :
1. Ida Ayu Made Saras Dwi Antika (1902622010464 / 07)
2. Ni Made Pirayani (1902622010466 / 09)
3. Putu Adelia Regithanatar Wangy (1902622010481 / 24)
4. Ni Made Ayu Intan Kumala Sari (1902622010486 / 29)
5. Pande Komang Junitri Dyanti (1902622010488 / 31)
6. Sukma Gayatri (1902622010492 / 34)

KELAS : J Malam 2019

PRODI / SEMESTER : Akuntansi / VII

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2022
PEMBAHASAN

1. Pengertian Follow The Money


Follow the money secara harafiah berarti “mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan
dalam suatu arus uang atau arus dana”. Jejak-jejak ini akan membawa penyidik atau akuntan
forensik ke arah pelaku fraud. Pertama kita akan melihat naluri penjahat. Tanpa disadari,
nalurinya ini akan meninggalkan jejak-jejak berupa gambaran mengenai arus uang. Jejak-
jejak uang atau money trails inilah yang dipetakan oleh penyidik. Ketentuan perundang-
undangan mengenai tindak pidana pencucian uang mengingatkan kita bahwa bukan kejahatan
utamanya saja yang merupakan tindak pidana, tetapi juga pencucian uangnya adalah tindak
pidana. Teknologi informasi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam teknik follow
the money. Uang sangat cair (likuid), mudah mengalir. Itulah sebabnya follow the money
mempunyai banyak peluang untuk digunakan dalam investigasi. Namun, mata uang kejahatan
atau currency of crime bukanlah uang semata-mata. Mengetahui currency of crime akan
membuka peluang baru untuk menerapkan teknik follow the money.

2. Naluri Penjahat
Dalam setiap kejahatan pada umumnya, dan fraud khususnya, ada suatu gejala yang
sangat lumrah, yakni pelaku berupaya memberi kesan bahwa ia tidak terlibat fraud. Untuk itu,
pelaku “harus jauh” dari fraud itu sendiri dan “harus jauh” dari uang yang merupakan hasil
kejahatan. Itulah sebabnya, salah satu aksioma dalam fraud ialah fraud is hidden atau fraud
itu tersembunyi. Dilain pihak, motif dari perbuatan fraud itu sendiri pada umumnya, adalah
mendapatkan uang. Kalaupun bukan itu motifnya ada aliran uang ke diri pelaku (atau
keluarganya). Pada akhirnya ada arus uang atau dana dari “tempat persembunyian” atau
“tempat penitipan” yang mengalir ke alamat si pelaku utama. Jejak-jejak kejahatan, dalam hal
ini, berupa arus uang. Karena itu, dalammencari pelaku, investigator menelusuri jejak-jejak
uang ini. Tehnik investigatif yang menelusuri arus dana dan mencari muaranya, disebut
Follow The Money.

3. Kriminalisasi Dari Pencucian Uang


Pola perilaku pelaku kejahatan dengan “menjauhkan” uang dari pelaku dan
perbuatannya dilakukan melalui cara placement, layering, dan integration.
a) Placement: upaya menempatkan uang tunai hasil kejahatan ke dalam system keuangan
atau upaya menempatkan kembali dana yan sudah berada dalam system keuangan ke
dalam system keuangan.
b) Layering: upaya mentransfer harta kekayaan hasil kejahatan yang telah berhasil
masuk dalam system keuangan melalui tahap placement.
c) Integration: upaya menggunakan kekayaan yang berasal dari tindak pidana yang telah
berhasil masuk dalam system keuangan melalui placement dan layering, seolah-olah
merupakan kekayaan halal.

Tindak perbuatan ini dengan tegas diperlakukan serbagai tindak pidana sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak pidana Pencucian uang
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 25 tahun 2003. Dengan
diperlakukannya pencucian uang sebagai tindak pidana (kriminalisasi dari pencucian uang),
maka banyak kasus kejahatan (termasuk tindak pidana korupsi) dapat diproses (pengadilan)
melalui kejahatan utamanya dan melalui pencucian uangnya. Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK) merupakan Lembaga yang penting untuk mengungkapkan
pelaku-pelaku dengan menelusuri laporan-laporan dari berbagai sumber, tanpa harus
membuktikan kejahatan utamanya.

4. Terorisme Dari Pencucian Uang


Pengeboman di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton di Jakarta pada tanggal 17
Juli 2009 dapat berlangsung karena ada dukungan dana yang cukup memadai. Polisi
menduga, beberapa orang dalam kelompok tersebut menjadi semacam penghubung antara
jaringan dan sumber dana, yang berada di dalam maupun diluar negeri. Hal tersebut
menunjukkan adanya hubungan antara terorisme sebagai kejahatan utama atau tindak pidana
asal (predicate crime) dengan pencucian uang. Pencucian uang yang lebih sulit ditelusuri atau
dilacak adalah dengan menghindari transaksi perbankan yang berkewajiban melaporkan
transaksi yang mencurigakan kepada otoritas (di Indonesia PPATK). Salah satu cara
pemindahan dana dikenal dengan nama hawala.

Kewajiban Melapor bagi Penyelenggara Negara


Kewajiban melapor harta kekayaan bagi penyelenggara negara, ditetapkan dalam Undang
undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Korupsi. Ketentuan KPK tersebut mendefinisikan “Harta Kekayaan Penyelenggaraan
Negara” sebagai harta benda yang dimiliki oleh penyelenggara negara beserta istri dan anak
yang masih menjadi tanggungan, baik berupa harta bergerak, harta tidak bergerak, maupun
hak-hak lainnya yang dapat dinilai dengan uang yang diperoleh penyelenggara negara
sebelum, selama dan setelah memangku jabatannya. Harta kekayaan penyelenggara negara
dilaporkan dalam “Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara” disingkat (LHKPN).
LHKPN adalah daftar seluruh Harta Kekayaan Penyelenggara Negara, yang dituangkan
dalam formulir yang ditetapkan oleh KPK.

Ketaatan dalam melapor harta


Teknik audit investigative dengan menggunakan perbandingan kenaikan dan penurunan asset
merupakan teknik yang ampuh, terutama jika diikuti dengan ketentuan beban pembuktian
terbalik. Ditingkaat penyelenggara Negara teknik audit investigative ini akan efektif kalau
penyelenggara Negara menaati ketentuan undang undang mengenai pelaoran harta kekayaan

5. Follow The Money Dan Data Mining


Tehnik investigasi ini sebenarnya sangat sederhana. Kesulitannya adalah datanya
sangat banyak dalam hitungan terabytes. Kita tidak bisa mulai dengan pelakunya, yang kita
ingin kita lihat justru adanya pola-pola arus dana yang menujuke suatu tempat (yang memberi
indikasi tentang pelaku atau otak kejahatan). Disamping kerumitan karena data yang begitu
besar, juga diperlukan kecermatan dan persistensi dalam mengumpulkan bahan-bahannya.
Kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi informasi, memfasilitasi proses ini.

6. Mata Uang Kejahatan


Ciri dari penggunaan currency of crime yang bukan berupa uang adalah izin-izin atau
lisensi untuk akses ke sumber-sumber daya alam yang umumnya dialokasikan kepada
keluarga dan kerabat sang diktator. Dalam hal itu currency of crime- nya bisa berupa intan
berlian, minyak bumi, pasir laut, kayu bundar (logs), ganja, dan lain sebagainya. Di sini ada
dua arus yang bisa diikuti investigator, yakni arus dana dan arus fisik barang. Arus fisik
barang sering memberikan indikasi kuat, karena adanya anomali. Contoh: data statistic resmi
mengenai impor-ekspor yang menunjukkan kesenjangan yang besar, antara data negara
pengimpor dan negara pengekspor.
DAFTAR PUSTAKA

Kurnianto. (2017). Follow The Money. Retrieved from scribd:


https://id.scribd.com/document/354912293/FOLLOW-THE-MONEY-docx (diakses
pada 23 November 2022)

Anda mungkin juga menyukai