Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengerian Korelasi


Kata “korelasi” berasal dari bahasa Inggris correlation.  Dalam bahasa
Indonesia sering diterjemahkan dengan ‘hubungan’, ‘saling hubungan’, atau
‘hubungan timbal balik’.
Dalam ilmu statistik istilah ‘korelasi’ diberi pengertian sebagai
‘hubungan antar dua variabel atau lebih’.
Korelasi merupakan suatu hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya. Hubungan antara variabel tersebut bisa secara korelasional
dan bisa juga secara kausal. Jika hubungan tersebut tidak menunjukkan sifat
sebab akibat, maka korelasi tersebut dikatakan korelasional, artinya sifat
hubungan variabel satu dengan variabel lainnya tidak jelas mana variabel
sebab dan mana variabel akibat. Sebaliknya, jika hubungan tersebut
menunjukkan sifat sebab akibat, maka korelasinya dikatakan kausal artinya
jika variabel yang satu merupakan sebab, maka variabel lainnya merupakan
akibat.
Hubungan antara variabel dikenal dengan istilah bivariate correlation,
sedangkan hubungan antar lebih dari dua variabel disebut multivariate
correlation.
Hubungan antar variabel misalnya hubungan atau korelasi antara
prestasi studi (variabel X) dan kerajinan kuliah (variabel Y), maksudnya:
prestasi studi ada hubungannya dengan kerajinan kuliah. Hubungan antar
lebih dari dua variabel misalnya hubungan antara prestasi studi (variabel X1)
dan kerajinan kuliah (variabel X2), keaktifan mengunjungi perpustakaan
(variabel X3), keaktifan berdiskusi (variabel X4).
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang nilai-
nilainya bergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan X.
variabel itu digunakan untuk meramalkan atau menerangkan nilai variabel
yang lain. Variabel Terikat (dependent variable) adalah variabel yang  nilai-
nilainya bergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan Y.
Variabel itu merupakan variabel yang diramalkan atau diterangkan nilainya.
Dalam contoh variabel diatas dependent variable, yaitu variabel yang
dipengaruhi; sedangkan variabel kerajinan kuliah, keaktifan mengunjungi
perpustakaan, keaktifan berdiskusi disebut independent variable yaitu
variabel bebas, dalam arti : bermacam–macam variabel yang dapat
memberikan pengaruh terhadap prestasi studi.
B.     Arah Korelasi
Hubungan antar variabel itu jika di tilik dari segi arahnya, dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu hubungan yang sifatnya satu arah, dan
hubungan yang sifatnya berlawanan arah.
Analisis korelasi akan mencari derajat keeratan hubungan dan arah
hubungan. Nilai korelasi berada dalam rentang 0 sampai 1 atau nol sampai -1.
Tanda positif dan negative menunjukkan arah hubungan. Tanda positif
menunjukkan arah perubahan yang sama. Jika satu variabel naik, variabel
yang lain juga naik. Demikian pula sebaliknya. Tanda negative menunjukkan
arah perubahan yang berlawanan. Jika satu variabel naik, maka variabel yang
lain malah turun.
Disebut Korelasi Positif, jika dua variabel (atau lebih) yang berkorelasi,
berjalan paralel; artinya bahwa hubungan antar dua variabel (atau lebih) itu
menunjukan arah yang sama. Jadi, apabila variabel X mengalami kenaikan
atau penambahan akan diikuti pula dengan kenaikan atau pertambahan pada
variabel Y; atau sebaliknya penurunan atau pengurangan pada variabel X
akan diikuti pula dengan penurunan atau pengurangan pada variabel Y.
Contoh : kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diikuti dengan kenaikan
ongkos angkutan; sebaliknya jika harga BBM rendah, maka ongkos angkutan
pun murah (rendah). Dalam dunia pendidikan misalnya, terdapat korelasi
positif antara nilai hasil belajar matematika dan nilai hasil belajar fisika,
kimia, biologi dan sebagainya.
Disebut Korelasi Negatif jika dua variabel (atau lebih) yang korelasi
berjalan itu berjalan dengan arah yang berlawanan, bertentangan, atau
berkebalikan. Ini berarti bahwa kenaikan atau pertambahan pada variabel X
misalnya, akan diikuti dengan penurunan atau pengurangan pada variabel Y.
Contoh : makin meningkatnya kesadaran hukum di kalangan masyarakat
diikuti dengan makin menurunnya angka kejahatan atau pelanggaran; makin
giat berlatih makin sedikit kesalahan yang diperbuat oleh seseorang, makin
meningkatnya jumlah aseptor Keluarga Berencana diikuti dengan makin
menurunnya angka kelahiran; atau sebaliknya. Dalam dunia pendidikan
misalnya, makin kurang dihayati dan diamalkannya ajaran agam islam oleh
para remaja akan diikuti oleh makin meningkatnya frekuensi kenakalan
remaja; atau sebaliknya.
Pernyataan diatas bila dibuat bagannya adalah sebagai berikut:
         Korelasi Positif                                Korelasi Negatif
¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦
¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦
¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦ ¦
Var Var Var Var           Var      Var      Var     Var                                  
X Y    X    Y                                         X    Y    X   Y
C.     Peta Korelasi
Arah hubungan variabel yang kita cari korelasinya, dapat kita amati
melalui sebuah peta atau diagram, yang dikenal dengan nama Peta Korelasi.
Dalam peta korelasi itu dapat kita lihat pencaran titik atau momen dari variabel
yang sedang kita cari korelasinya; karena itu peta korelasi juga disebut Scatter
Diagram (Diagram Pencaran Titik).
Ciri yang terkandung dalam peta korelasi itu adalah:
1.      Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan Korelasi Positif
Maksimal, atau Korelasi Positif Tertinggi, atau Korelasi Positif Sempurna,
maka pencaran titik yang terdapat pada Peta Korelasi apabila dihubungkan
antara satu dengan yang lain, akan membentuk satu buah garis lurus yang
condong ke arah kanan (Lihat Diagram5.1)
2.      Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan Korelasi Negatif
Maksimal, atau Korelasi Negatif Tertinggi, atau Korelasi Negatif
Sempurna, maka pencaran titik yang terdapat pada Peta Korelasi apabila
dihubungkan antara satu dengan yang lain, akan membentuk satu buah
garis lurus yang condong ke arah kiri (Lihat Diagram5.2)
3.      Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan Korelasi Positif
yang tinggi atau kuat, maka pada Peta Korelasi pencaran titiknya sedikit
mulai menjauhi garis linear (garis lurus seperti telah disebutkan di atas),
yaitu titik tersebut terpencar atau berada di sekitar garis lurus tersebut,
dengan kecondongan ke arah kanan. (Lihat Diagram5.3)
4.      Jika korelasi antara variabel X dan variabel Y merupakan Korelasi Negatif
yang tinggi atau kuat, maka pencaran titik yang terdapat pada Peta
Korelasi itu juga sedikit mulai menjauhi garis linear, dengan kecondongan
ke arah kiri. (Lihat Diagram5.4)
5.      Baik Korelasi Positif maupun Korelasi Negatif  dikatakan sebagai
Korelasi yang Cukup atau Sedang dan Korelasi Rendah atau Lemah,
apabila pencaran titik pada Peta Korelasi itu semakin jauh tersebar /
menjauhi garis linear. (Lihat Diagram5.5)
D.    Angka Korelasi
1.      Pengertian
Tinggi-rendah, kuat-lemah, atau besar-kecilnya suatu korelasi dapat
diketahui dengan melihat besar kecilnya suatu angka (koefisien) yang
disebut Angka Indeks Korelasi atau Coefficient of Correlation.   
                  Y    1      2    3    4     5    6     7    8    9    10
10-
9-

8-
7-
6-
5-
4-
3-
2-
1-
0-
            1     2     3     4    5     6    7     8     9    10  X
DIAGRAM 5.1
Korelasi Positif Maksimal
      Y     1     2    3    4     5    6     7   8     9    10
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
            1     2     3     4     5    6     7    8     9    10  X
DIAGRAM 5.2
Korelasi Negatif Maksimal

        Y   1     2    3    4     5    6     7   8     9    10
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
            1     2     3     4     5     6    7    8     9    10  X
DIAGRAM 5.3
Korelasi Positif Tinggi
        Y    1      2    3     4    5    6     7    8    9    10
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
            1     2     3     4    5     6    7     8     9    10  X
DIAGRAM 5.4
Korelasi Positif Tinggi
       Y    1     2    3    4     5    6     7   8     9    10
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
            1     2     3    4     5     6     7    8     9    10  X
DIAGRAM 5.5
Korelasi Positif Lemah
       Y    1     2    3    4     5    6     7   8     9    10
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
            1     2     3     4     5    6    7     8     9    10  X
DIAGRAM 5.1
Korelasi Negatif Lemah
Jadi Angka Indeks Korelasi adalah sebuah angka yang dapat dijadikan
petunjuk untuk mengetahui seberapa besar kekuatan korelasi di antara
variabel yang sedang diselidiki korelasinya.
2.      Lambang
Angka korelasi biasa diberi lambang dengan huruf tertentu; misalnya
rxy sebagai lambang koefisien korelasi pada Teknik Korelasi Product
Moment, ρ (baca Rho) sebagai lambang koefisien korelasi pada Teknik 
Korelasi Tata Jenjang, ф (Baca Phi) sebagai lambang koefisien korelasi
pada Teknik Korelasi Phi C atau KK sebagai lambang koefisien korelasi
pada Teknik Korelasi Kontingensi, dan lain-lain.
3.     Besar
Angka korelasi itu besarnya berkisar antara 0 (nol) sampai dengan
±1,00 ; artinya bahwa angka korelasi itu paling tinggi adalah ± 1,00 dan
paling rendah adalah 0. Jika dalam perhitungan diperoleh angka korelasi
lebih dari 1,00 hal itu merupakan petunjuk bahwa dalam perhitungan
tersebut telah terjadi kesalahan.
Uji signifikansi koefisien korelasi dimaksudkan untuk menguji apakah
besarnya atau kuatnya hubungan antar-variabel yang di uji sama dengan nol.
Apabila besarnya hubungan sama dengan nol, hal tersebut menunjukkan
bahwa hubungan antar-variabel sangat lemah dan tidak berarti dan
sebaliknya apabila hubungan antar variabel secara signifikan berbeda
dengan nol, maka hubungan tersebut kuat dan berarti.
4.      Tanda
Korelasi antara variabel X dan variabel Y disebut Korelasi Positif
apabila angka indeks korelasinya bertanda “plus” (+) misalnya: rxy = + 0,235
; rxy = +0,751 dan sebagainya. Sebaliknya, apabila angka indeks korelasi
antara  variabel X dan variabel Y bertanda “minus” (-) ; maka korelasi yang
demikian itu disebut Korelasi Negatif, misalnya: rxy = -0,115 ; rxy = -0,587
Antara variabel X dan variabel Y dikatakan tidak ada korelasinya jika
indeks korelasinya = 0.
Perlu diingat di sini bahwa tanda “plus” dan “minus” yang terdapat di
depan angka indeks korelasi itu bukanlah tanda aljabar.
Tanda plus yang terdapat di depan angka indeks korelasi memberikan 
petunjuk bahwa korelasi itu adalah korelasi positiif (korelasi searah).
Sedangkan tanda minus yang terdapat di depan angka indeks korelasi 
memberikan petunjuk bahwa korelasi itu adalah korelasi negatif (korelasi
berlawanan arah).
Dengan  tanda minus di depan angka indeks korelasi tidak berarti
bahwa korelasi antar variabel itu besarnya kurang dari nol, sebab angka
korelasi yang  paling kecil adalah nol.
5.      Sifat
Angka indeks korelasi yang diperoleh dari proses perhitungan itu
sifatnya relatif, yaitu angka yang fungsinya melambangkan indeks
hubungan antar variabel yang dicari korelasinya. Jadi angka indeks korelasi
itu bukanlah angka yang bersifat eksak, atau angka yang merupakan ukuran
pada skala linear yang memiliki unit-unit yang sama besar, sebagaimana
yang terdapat pada mistar pengukur panjang (mistar penggaris).
Sebagai contoh, misalkan angka korelasi antara variabel X dan
variabel Y = 0,75 (rxy = 0,75), sedangkan angka korelasi antara variabel Y
dan variabel Z = 0,25 (ryz = 0,25). Di sini kita tidak dapat menyatakan bahwa
rxy = 3 kali lipatnya RYZ atau menyatakan bahwa ryz = 1/3 rxy
E.     Teknik Analisis Korelasional
1.      Pengertian
Analisis korelasional yang dimaksud disini adalah suatu kegiatan
menganalisis data tentang hubungan/kaitan antar variabel dalam suatu
penelitian (khususnya penelitian pendidikan) dengan menggunakan teknik-
teknik statistik.
Sebagai ilustrasi :
a.   Di sekolah X terdapat fenomena bahwa siswa yang prestasi belajar
bahasa Indonesianya baik umumnya memiliki prestasi matematika yang
baik pula. Timbul keinginan guru untuk meneliti apakah ada hubungan
antara variabel prestasi bahasa Indonesia dengan variabel prestasi
matematika, dan seberapa besar kekuatan hubungan itu. Jika penelitian
itu dilakukan, penganalisisan hasilnya tergolong pada teknik analisis
korelasional, yaitu korelasional sejajar. Maksudnya, kuat lemahnya
hubungan yang diperoleh dari penelitian itu bukanlah hubungan yang
berupa sebab akibat. Baiknya prestasi matematika bukan disebabkan oleh
baiknya prestasi bahasa Indonesia, atau sebaliknya, melainkan adanya
faktor lain, seperti faktor kecerdasan anak, faktor penempatan jam
pelajaran, dan lain-lain.
b.  Penelitian di atas berbeda dengan penelitian korelasional berikut ini.
Seseorang mahasiswa S tingkat akhir akan meneliti hubungan minat baca
dengan kecepatan efektif mambaca para siswa SMU kelas III di sekolah
Y. Sifat hubungan penelitian tersebut memperlihatkan hubungan sebab
akibat. Artinya, minat baca sebagai variabel pertama diperkirakan akan
menjadi sebab tinggi rendahnya kecepatan efektif membaca sebagai
variabel kedua. Jenis penelitian ini sering disebut korelasional sebab
akibat.
Analisis korelasi mencoba mengukur kekuatan hubungan antara dua
peubah demikian melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien korelasi.
Koefisien korelasi linear didefinisikan sebagai ukuran hubungan linear
antara dua peubah X dan Y, dan dilambangkan dengan r.
Analisis korelasi biasanya digunakan dalam pengujian hipotesis yang
bersifat asosiatif yaitu dugaan adanya hubungan antar variabel dalam
populasi. Pada langkah awal, biasanya dihitung terlebih dahulu nilai
koefisien korelasi antar variabel dalam sampel, kemudian koefisien yang
ditemukan diuji tingkat signifikansinya.
2.      Tujuan
Teknik analisis korelasional memiliki tiga macam tujuan, yaitu:
a.     Ingin mencari bukti (berlandaskan pada data yang ada), apakah memang
benar antara variabel yang satu dan variabel yang lain terdapat hubungan
atau korelasi.
b. Ingin menjawab pertanyaan apakah hubungan antar variabel itu (jika
memang ada hubungannya), termasuk hubungan yang kuat, cukupan,
ataukah lemah.

c. ingin memperoleh kejelasan dan kepastian (secara matematik) apakah


hubungan variabel itu merupakan hubungan yang berarti atau meyakinkan
(signifikan), ataukah hubungan yang tidak berarti atau tidak meyakinkan.

Anda mungkin juga menyukai