Anda di halaman 1dari 24

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

ISSN: 2232-0172
Vol 9 Edisi 2, Des 2020
Diterbitkan online pada Mei 2021
hal.22-222423

Jurnal Bisnis Kontemporer

Transparansi, Partisipasi, Kompetensi Pengelolaan


Keuangan Dana Desa di Indonesia
Enni Savitri, Andreas, Volta Diyanto,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Riau, Indonesia

Tatang Ary Gumanti


Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya,
Indonesia

Nik Herda Nik Abdullah


Sekolah Bisnis Taylor, Fakultas Bisnis dan Hukum, Universitas Taylor,
Malaysia
© Penulis 2020. Artikel ini diterbitkan dengan akses terbuka oleh Taylor's Press.

Abstrak:Fenomena penyalahgunaan dana desa menimbulkan keresahan bagi


masyarakat dan pemerintah pada umumnya. Penelitian sebelumnya menemukan
beberapa permasalahan terkait penggunaan dana desa di Desa Dompas, Kecamatan
Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
transparansi, partisipasi, dan kompetensi terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan
dana desa di Provinsi Riau. Populasi penelitian ini adalah 520 desa di Provinsi Riau,
sedangkan sampelnya adalah 128 responden di Kabupaten Bengkalis dan Kampar di
Provinsi Riau. Pengumpulan data dilakukan melalui survei kuesioner. Responden
adalah mereka yang mengelola keuangan desa yaitu kepala desa, sekretaris desa, dan
bendahara desa. Analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda.
Temuan menunjukkan bahwa transparansi, partisipasi, dan kompetensi berpengaruh
terhadap akuntabilitas pengelolaan keuangan desa. Kebaruan dari penelitian ini adalah
menggunakan transparansi dalam akuntabilitas pengelolaan keuangan desa (VFM).
Dengan demikian, VFM akan meningkatkan akuntabilitas desa dalam mengelola dana
melalui keahlian dan pengetahuan aparat desa dalam mengelola keuangan desa, yang
berujung pada akuntabilitas. Oleh karena itu, semakin baik kompetensi sumber daya
manusia dalam hal VFM, semakin baik pula akuntabilitas pengelolaan dana desa. Studi
ini juga memiliki implikasi praktis bagi pemerintah desa, pemerintah daerah, dan
masyarakat. VFM akan meningkatkan akuntabilitas desa dalam mengelola dana melalui
keahlian dan pengetahuan aparat desa dalam mengelola keuangan desa, yang berujung
pada akuntabilitas. Oleh karena itu, semakin baik kompetensi sumber daya manusia
dalam hal VFM, semakin baik pula akuntabilitas pengelolaan dana desa. Studi ini juga

Korespondensi: Enni Savitri, Universitas Riau, Indonesia. Surel:enni.savitri@lecturer.unri.ac.id

22 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Enni Savitri, Andreas, Volta Diyanto, Tatang Ary Gumanti and Nik Herda Nik Abdullah

memiliki implikasi praktis bagi pemerintah desa, pemerintah daerah, dan masyarakat.
VFM akan meningkatkan akuntabilitas desa dalam mengelola dana melalui keahlian
dan pengetahuan aparat desa dalam mengelola keuangan desa, yang berujung pada
akuntabilitas. Oleh karena itu, semakin baik kompetensi sumber daya manusia dalam
hal VFM, semakin baik pula akuntabilitas pengelolaan dana desa. Studi ini juga
memiliki implikasi praktis bagi pemerintah desa, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Kata kunci:Akuntabilitas, kompetensi, pengelolaan keuangan, partisipasi, transparansi.

1. PENGANTAR

Penyalahgunaan wewenang dalam pengelolaan keuangan tidak hanya ditemukan


dalam bisnis tetapi juga pemerintahan desa. Fenomena penyalahgunaan dana desa
menimbulkan keresahan bagi masyarakat dan pemerintah pada umumnya.
Fenomena ini terjadi, misalnya, di beberapa kecamatan di Kabupaten Bengkalis,
beberapa masalah sedang ditangani oleh kejaksaan negara Bengkalis. Kasus
pidana alokasi dana desa terjadi pada tahun 2012 di Kecamatan Rupat Utara yang
melibatkan Kepala Desa dan Bendahara Desa Tanjung Punak. Kasus ini
menimbulkan kerugian negara (Ismail et al., 2016). Sulistia (2017) menemukan
beberapa permasalahan terkait penggunaan dana desa di Desa Dompas,
Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis. Pertama, bagian dari gambaran
kegiatan pelaksanaan dana desa, pada kenyataannya, tidak terealisasi dengan baik
sebagaimana tercantum dalam Wesel. Kedua, minimnya kapasitas aparatur desa di
bidang pengelolaan keuangan desa (VFM). Ketiga, penggunaan dana desa belum
optimal sesuai peruntukannya. Penyalahgunaan Alokasi Dana Desa juga terjadi di
Desa Jangkang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis yang melibatkan Kepala
Desa dan Bendahara. Cara yang digunakan untuk mengelabui dana desa dengan
menyampaikan laporan ratusan juta dana yang disalahgunakan dan dialihkan ke
dana yang tidak terpakai pada akhir tahun anggaran (SiLPA) pada tahun
berikutnya. Kabupaten Bengkalis yang melibatkan Kepala Desa dan Bendahara.
Cara yang digunakan untuk mengelabui dana desa dengan menyampaikan laporan
ratusan juta dana yang disalahgunakan dan dialihkan ke dana yang tidak terpakai
pada akhir tahun anggaran (SiLPA) pada tahun berikutnya. Kabupaten Bengkalis
yang melibatkan Kepala Desa dan Bendahara. Cara yang digunakan untuk
mengelabui dana desa dengan menyampaikan laporan ratusan juta dana yang
disalahgunakan dan dialihkan ke dana yang tidak terpakai pada akhir tahun
anggaran (SiLPA) pada tahun berikutnya.
Kasus lain juga terjadi di Kabupaten Kampar. Penggunaan alokasi Dana
Desa Tanjung di Kecamatan Koto Kampar dapat dilihat bahwa jumlah Dana

23 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Transparansi, Partisipasi, Kompetensi Pengelolaan Keuangan Dana Desa di Indonesia

Desa Tanjung telah digunakan untuk pembangunan dan biaya lainnya. Namun
masih terdapat biaya operasional yang tidak seharusnya dikeluarkan untuk
seperti peralatan operasional kantor seperti kursi atau bangku, yang pembelian
operasionalnya juga dilakukan pada tahun lalu (Putra, 2017).
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyebutkan permasalahan dalam
pengelolaan keuangan desa bersumber dari kurangnya pengetahuan aparat desa
dalam pelaporan tata kelola keuangan yang berpotensi terjadinya kecurangan
atau korupsi (Abidin, 2015). Indonesia Corruption Watch (ICW) menyebutkan
empat faktor penyebab korupsi dana desa. Pertama, kurangnya partisipasi
masyarakat dalam proses perencanaan dan pemantauan dana desa. Kedua,
kurangnya kompetensi yang dimiliki oleh kepala desa dan perangkat desa.
Ketiga, kelembagaan desa belum sepenuhnya diberdayakan. Keempat, arena
persaingan pemilihan kepala desa menghasilkan biaya politik yang tinggi
(Dewi et al., 2016). Oleh karena itu, demi terciptanya pengelolaan keuangan
yang baik, pemerintah desa dituntut untuk memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai salah satu pedomannya adalah akuntabilitas.
Akuntabilitas publik adalah kewajiban seseorang yang diberi perintah
untuk bertanggung jawab, memberikan dan menjelaskan segala kegiatan dan
tugasnya kepada pemberi amanah yang memiliki hak dan kekuasaan untuk
memikul tanggung jawab itu (Mahmudi, 2009). Tuntutan akuntabilitas
pengelolaan dana desa kini menjadi fokus penting bagi perangkat desa karena
akuntabilitas menunjukkan keberhasilan pencapaian visi UU Desa untuk
mewujudkan desa yang maju, kuat, mandiri, adil, dan demokratis yang
memiliki kewenangan penuh dalam pengelolaan dana desa.
mengelola/mengatur sendiri untuk mencapai kesejahteraan masyarakat desa.
Akuntabilitas menunjukkan bahwa pejabat publik telah bertindak dengan benar,
berperilaku etis, dan bertanggung jawab atas kinerjanya. Dengan kata lain,
Akuntabilitasmerupakan indikator penting dalam mengukur kemampuan
suatu pemerintahan untuk mendapatkan kepercayaan publik dan merupakan
salah satu parameter tinggi rendahnya partisipasi masyarakat (Kholmi, 2016).
Akuntabilitas penting dalam pengelolaan dana desa untuk memberikan
kepastian kepercayaan masyarakat kepada pemerintah serta menjembatani
kesenjangan antara pemerintah dan masyarakat (Aucoin dan Heintzmen, 2000).
Beberapa penelitian menemukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
akuntabilitas pengelolaan keuangan, yaitu transparansi, partisipasi masyarakat,
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, efektivitas sistem
pengendalian internal, pemanfaatan teknologi informasi, komitmen manajemen,
otoritas pengambilan keputusan, budaya organisasi, dan kompetensi sumber
daya manusia (Savitri dkk., 2020; Widyatama dkk., 2017; Yudianto dan
Sugiarti, 2017).

24 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Enni Savitri, Andreas, Volta Diyanto, Tatang Ary Gumanti and Nik Herda Nik Abdullah

Transparansi merupakan bentuk keterbukaan dalam memberikan informasi


oleh pemerintah kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi terkait dengan
kegiatan pengelolaan sumber daya publik (Mahmudi, 2009). Transparansi artinya
setiap masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk mengetahui
proses penganggaran yang menyangkut kepentingan dan aspirasi masyarakat,
terutama pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam mengelola dana desa. Aliyah
dan Nahar (2012) menyatakan bahwa transparansi publik mempengaruhi
akuntabilitas pengelolaan keuangan dimana pengelolaan keuangan dilakukan
secara transparan untuk meningkatkan akuntabilitas yang efektif. Pemerintah harus
mampu memberikan segala informasi yang mencakup aspek integritas keuangan
secara jujur dan terbuka kepada publik karena kegiatan pemerintah dalam rangka
menjalankan amanah rakyat.
Kompetensi perangkat desa diperlukan agar pengelolaan dana desa untuk
pembangunan berbagai aspek dapat dicapai dengan menggunakan kecerdasan,
pengetahuan, dan keterampilan serta perilaku untuk mendorong pembangunan
desa yang optimal (Anto dan Amir, 2017). Sebagai syarat untuk dianggap
mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas di bidang pekerjaan
tertentu, mereka harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan keahlian yang
terkait dengan pekerjaannya. Thomas (2013) menyatakan bahwa kurangnya
kompetensi aparat desa menjadi salah satu kendala dalam pengelolaan dana
desa. Ferina dkk. (2016), Dewi dkk. (2016), dan Makalalag dkk. (2017)
menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan
daerah. Sebaliknya, Widyatama dkk. (2017) menyatakan bahwa kompetensi
aparatur tidak berpengaruh terhadap Akuntabilitas.
Akuntabilitas akan tercapai jika ada partisipasi dari masyarakat yang
menyampaikan segala aspirasi dan berkontribusi dalam proses pengelolaan
dana yang diperoleh. Berdasarkan prinsip VFM yang dilakukan, yaitu
partisipatif, akuntabel, tertib, dan disiplin yang membutuhkan keterlibatan
masyarakat dalam pengelolaannya. Pengelolaan dana desa memerlukan peran
serta masyarakat karena salah satu prioritas dalam penggunaan dana desa
adalah pemberdayaan masyarakat. Untuk memberdayakan masyarakat dalam
berbagai kegiatan desa, partisipasi merupakan hal yang harus dilakukan.
Pemberdayaan masyarakat hanya dapat tercapai jika masyarakat berpartisipasi
aktif dalam kegiatan desa, seperti ikut serta dalam pembangunan jalan desa.
Septianis (2012) menegaskan bahwa partisipasi masyarakat berpengaruh
signifikan terhadap akuntabilitas keuangan desa. Partisipasi masyarakat tidak
hanya melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan dalam setiap
program pembangunan tetapi juga melibatkan identifikasi masalah dan potensi
yang ada di masyarakat (Tumbel, 2017). Namun, Hehamahua (2015)
menyatakan bahwa partisipasi masyarakat tidak akan mempengaruhi
akuntabilitas.

25 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Transparansi, Partisipasi, Kompetensi Pengelolaan Keuangan Dana Desa di Indonesia

Faktor transparansi, partisipasi, dan kompetensi sangat mempengaruhi


akuntabilitas alokasi dana desa (ADD) pemerintah desa. Kompetensi seseorang
dalam artian aparatur pemerintahan yang semakin tinggi dapat meningkatkan
akuntabilitas serta partisipasi masyarakat berdampak membawa perubahan
besar karena partisipasi erat kaitannya dengan akuntabilitas. Berdasarkan latar
belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh transparansi, partisipasi, dan kompetensi terhadap akuntabilitas
manajemen. Sampel penelitian adalah 128 desa di Kabupaten Bengkalis dan
Kampar. Hasil penelitian menunjukkan transparansi, partisipasi, dan
kompetensi berpengaruh terhadap akuntabilitas VFM. Pembaruan penelitian ini
adalah menggunakan transparansi dalam akuntabilitas VFM.

2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Teori agensi


Teori keagenan adalah konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara
prinsipal dan agen. Prinsipal adalah mereka yang memberikan mandat kepada
pihak lain, yaitu agen, untuk melakukan segala aktivitas atas nama prinsipal
dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Meckling, 1976).
Teori keagenan berpendapat bahwa motivasi strategis dan preferensi manajer
tidak selaras dengan para pemegang saham (Park dan Lee, 2020). Ferrell et al.,
(2016) menyatakan bahwa masalah keagenan dapat terjadi melalui peningkatan
pilihan investasi, yang tidak mempengaruhi kinerja. Situasi ini akan
menimbulkan ketidakpuasan dari sudut pandang pemegang saham atau
prinsipal. Di sini, prinsipal dapat menegakkan struktur tata kelola untuk
memantau tindakan manajemen guna memastikan mereka bertindak untuk
memaksimalkan nilai bagi pemegang saham (Dawson et al., 2016). Dengan
demikian,
Di pemerintahan daerah di Indonesia, teori keagenan telah dipraktikkan,
disadari atau tidak disadari. Dalam organisasi sektor publik, prinsipal adalah
rakyat, dan agen adalah pemerintah, dalam hal ini kepala desa dan perangkat
desa lainnya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menjelaskan adanya hubungan yang
jelas antara teori keagenan dan akuntabilitas. Akuntabilitas adalah kewajiban
pemegang amanah/pejabat/kepala desa dan perangkatnya untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah
(prinsipal) yang berhak dan wewenang untuk meminta tanggung jawab itu.
Pendeknya, kepala desa dan perangkatnya harus bertanggung jawab untuk

26 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Enni Savitri, Andreas, Volta Diyanto, Tatang Ary Gumanti and Nik Herda Nik Abdullah

mengelola sumber daya dan melaksanakan kebijakan yang dipercayakan kepada


pelapor dalam mencapai tujuan yang ditetapkan secara berkala. Transparansi
memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat berhak untuk mengetahui secara
terbuka dan komprehensif tentang tanggung jawab pemerintah dalam mengelola
sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan kepatuhannya terhadap peraturan
perundang-undangan.
Sesuai pasal 71 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 disebutkan
keuangan desa adalah hak dan kewajiban desa, yang dapat dinilai dengan uang
dan segala sesuatu yang berupa uang dan barang yang berkaitan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban desa. kewajiban. Selanjutnya pada bagian 2
disebutkan bahwa adanya hak dan kewajiban akan menimbulkan pendapatan,
pengeluaran, pembiayaan, dan VFM. Pasal 93 ayat 1 Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 menyebutkan bahwa VFM meliputi: perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban. Undang-undang
Kementerian Dalam Negeri RI Nomor 113 Tahun 2014 tentang VFM, ada lima
tahapan dalam melakukan VFM yang baik, yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban.
Menurut Badan Tata Usaha Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Republik Indonesia (2000:12), akuntabilitas adalah kewajiban
untuk memberikan pertanggungjawaban atau jawaban, menjelaskan kinerja dan
tindakan seseorang/pimpinan suatu unit organisasi kepada pihak yang berhak. atau
wewenang untuk meminta pertanggungjawaban mereka. Akuntabilitas penting
untuk menjamin nilai-nilai seperti efisiensi, efektivitas, keandalan, dan
prediktabilitas. Akuntabilitas harus konkrit dan ditentukan oleh undang-undang
melalui serangkaian prosedur yang sangat spesifik mengenai masalah apa yang
harus dipertanggungjawabkan. Termasuk dalam pengertian ini, akuntabilitas
memiliki peran penting untuk mengurangi penyimpangan dan penyalahgunaan
sumber daya untuk kepentingan publik (Jorge et al., 2011). Dengan demikian,
akuntabilitas keuangan oleh tim manajemen sering dianggap sama pentingnya
dengan upaya lembaga pendanaan dan pemerintah (Savitri et al., 2020; Parker et
al., 2018). Selain itu, akuntabilitas tingkat tinggi akan mengamankan kinerja
entitas dalam jangka panjang (Abdullah et al., 2019).
2.2 Hipotesisperkembangan
2.2.1 Transparansi akuntabilitas pengelolaan dana desa
Menurut Mahmudi (2009), transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam
memberikan informasi terkait pengelolaan sumber daya publik kepada pihak
yang membutuhkan informasi. Pemerintah harus menyediakan informasi
keuangan dan informasi lainnya yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pengambilan keputusan.

27 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Transparansi, Partisipasi, Kompetensi Pengelolaan Keuangan Dana Desa di Indonesia

Mengenai masalah keagenan, praktik VFM di organisasi sektor publik


adalah konsep yang didasarkan pada teori keagenan. Dalam hal ini yang
bertindak sebagai agen (pemberi wewenang) adalah pemerintah desa.
Manajemen pemerintah desa yang bertindak sebagai agen harus
mempertanggungjawabkan pengelolaan yang dimulai dari perencanaan hingga
pertanggungjawaban. Oleh karena itu, pemerintah desa harus dituntut untuk
transparan kepada masyarakat dan melibatkan mereka (Mahmudi, 2015).
Transparansi adalah kebebasan untuk mengakses kegiatan politik dan ekonomi
pemerintah dalam pengambilan keputusan, dan akuntabilitas bertanggung
jawab atas integritas keuangan, pengungkapan, dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan. Jadi, Dapat disimpulkan bahwa transparansi
dan akuntabilitas adalah asas keterbukaan yang memungkinkan masyarakat
mengetahui dan mendapatkan akses informasi yang seluas-luasnya tentang
pengelolaan keuangan daerah dan terwujudnya kewajiban
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan penguasaan sumber daya dan
kekayaan daerah. pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Aliyah dan Nahar (2012) menyatakan
bahwa transparansi publik mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan keuangan
dimana pengelolaan keuangan yang transparan dapat meningkatkan
akuntabilitas yang efektif. Rumusan hipotesis pertama adalah sebagai berikut:
Kewajiban mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber
daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Aliyah dan Nahar (2012) menyatakan
bahwa transparansi publik mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan keuangan
dimana pengelolaan keuangan yang transparan dapat meningkatkan
akuntabilitas yang efektif. Rumusan hipotesis pertama adalah sebagai berikut:
Kewajiban mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber
daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Aliyah dan Nahar (2012) menyatakan
bahwa transparansi publik mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan keuangan
dimana pengelolaan keuangan yang transparan dapat meningkatkan
akuntabilitas yang efektif. Rumusan hipotesis pertama adalah sebagai berikut:
H1: Transparansi berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa.
2.2.2 Partisipasi masyarakat dalam akuntabilitas pengelolaan dana
desa
Menurut Badan Penyelenggara Negara (LAN) dan Badan Pemeriksa Internal
Pemerintah (BPKP) (2000), partisipasi adalah setiap warga negara memiliki
suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui
perantaraan lembaga yang sah yang mewakili kepentingannya. Partisipasi ini
dibangun atas dasar kebebasan berserikat dan berbicara serta berpartisipasi

28 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Enni Savitri, Andreas, Volta Diyanto, Tatang Ary Gumanti and Nik Herda Nik Abdullah

secara konstruktif. Menurut Ferina dkk. (2016), partisipasi adalah asas dimana
setiap warga desa di desa yang bersangkutan berhak untuk terlibat dalam setiap
pengambilan keputusan untuk setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
desa dimana mereka tinggal.
Teori keagenan menjelaskan perbedaan kepentingan yang dimiliki antara
prinsipal dan agen, yang menyebabkan tidak adanya jaminan bahwa agen akan
selalu bertindak sesuai keinginan prinsipal. Partisipasi masyarakat juga
berperan penting dalam mengendalikan kegiatan pemerintahan desa yang
terkait dengan pengelolaan dana desa. Masyarakat tidak hanya menerima
tanggung jawab dari pemerintah desa tetapi juga melakukan pengawasan
langsung dari tahap perencanaan hingga tahap pengelolaan (Mahmudi, 2009)..
Lebih lanjut Hasniati (2016) menjelaskan bahwa dalam hubungan
keagenan juga dijelaskan bahwa masyarakat adalah prinsipal, sehingga
merupakan hak masyarakat untuk memperoleh tanggung jawab pengelolaan
dana desa oleh agen yaitu pemerintah desa. Partisipasi masyarakat dapat
membantu berbagai kegiatan desa, termasuk pembangunan desa. Hasniati
(2016) menunjukkan bahwa peran serta masyarakat sangat dibutuhkan demi
keberhasilan pembangunan di desa ke arah yang lebih baik, peran dan kinerja
pemerintah desa juga sangat diharapkan mampu menjalankan tugas pokok
memimpin dan mengkoordinasikan dalam melaksanakan rumah tangga desa.
urusan, melakukan pembinaan dan pembinaan masyarakat serta pembinaan
ekonomi desa.
Menurut Devas dan Grant (2003), akuntabilitas dapat diperkuat melalui
peningkatan partisipasi masyarakat. Sebagai kunci untuk meningkatkan daya
tanggap pemerintah daerah terhadap masyarakat miskin, dan menjadikan
pembangunan lebih berpihak pada masyarakat miskin. Sebagai mekanisme
akuntabilitas, partisipasi dilakukan mulai dari evaluasi hingga pelaporan
(Ebrahim, 2003). Seperti halnya di Los Angeles, partisipasi merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan akuntabilitas dalam merespon tingginya tingkat
ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah. Banyak warga menyalahkan
pejabat untuk pengambilan keputusan (Kim dan Schachter, 2013).
Akuntabilitas akan tercapai jika ada partisipasi dari masyarakat yang
menyampaikan segala aspirasi dan berkontribusi dalam proses pengelolaan
dana yang diperoleh. Zeyn (2011) menemukan bahwa peran masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan, pelaksanaan, pengendalian,
dan pengawasan dapat meningkatkan kinerja pemerintah secara efektif, efisien,
transparan, dan akuntabel. Hipotesis kedua dari penelitian ini adalah:
H2: Partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan
dana desa.

29 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Transparansi, Partisipasi, Kompetensi Pengelolaan Keuangan Dana Desa di Indonesia

2.2.3 Kompetensi pengelola dana desa dalam akuntabilitas


pengelolaan dana desa
Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan
suatu pekerjaan atau tugas berdasarkan keterampilan dan pengetahuan serta
didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut (Winarsih dan
Kristianti, 2017). Menurut Winarsih dan Kristianti (2017), kompetensi sebagai
suatu kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh Aparatur Desa Sipil
berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam
menjalankan tugas dan jabatannya, agar Aparatur Desa Sipil dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan efisien.
Jensen dan Meckling, (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan
dalam teori keagenan bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus
of contract) antara pemilik sumber daya ekonomi (principals) dan manajer
(agents) yang mengurusi penggunaan dan pengendalian. dari sumber daya ini.
Perangkat desa dengan kompetensi yang memadai tentunya akan mendukung
keberhasilan VFM. Pemerintah desa sebagai agen harus bisa mentaati aturan
terkait VFM, apalagi jumlah keuangan desa yang diterima desa selalu
meningkat setiap tahunnya dan diawasi ketat oleh pemerintah pusat. VFM
masih memiliki banyak kendala dalam pelaksanaannya, salah satunya dari
faktor sumber daya manusia (SDM). Kompetensi berpengaruh positif terhadap
pengelolaan laporan keuangan dana desa (Abidin, 2015)
Kompetensi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi akuntabilitas.
Untuk meningkatkan akuntabilitas diperlukan kompetensi (Winarsih dan
Kristianti, 2017). Kompetensi mengacu pada pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan, yang dapat dilakukan dengan standar tertentu. Kompetensi
merupakan tindakan perilaku yang memerlukan kombinasi ketiga lini tersebut.
Kompetensi ini ditunjukkan dalam konteks kerja dan dipengaruhi oleh budaya
organisasi dan lingkungan kerja. Dengan kata lain, kompetensi mencakup
kombinasi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan atau fungsi dalam pengaturan kerja. (Jermias dan
Setiawan, 2008), menyatakan bahwa kompetensi aparatur merupakan faktor
penting karena kompetensi merupakan faktor internal. Pendapat ini sejalan
dengan beberapa penelitian, seperti Subroto (2009), Aziz (2016), Ferina et al.
(2016), Dewi dkk. (2016), dan Makalalag dkk. (2017). Mereka menyatakan
bahwa kompetensi sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi akuntabilitas pengelolaan dana desa. Hipotesis ketiga dari
penelitian ini adalah:
H3: Kompetensi pengelola dana desa berpengaruh terhadap akuntabilitas
pengelolaan dana desa.

30 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Enni Savitri, Andreas, Volta Diyanto, Tatang Ary Gumanti and Nik Herda Nik Abdullah

2.3 Kerangka Penelitian


Kerangka penelitian dikembangkan untuk penelitian ini untuk mempelajari
pengaruh transparansi, partisipasi masyarakat dan kompetensi pengelola dana
desa terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa. Gambar 1 menunjukkan
variabel yang terlibat dalam penelitian ini.

Transparansi

Partisipasi komunitas Akuntabilitas

Kompetensi

Gambar 1:Kerangka teoritis

3. METODE PENELITIAN

3.1 Pemilihan sampel


Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Sampel yang
dipilih haruslah kecamatan dan desa yang berada dalam kategori desa pesisir.
Sampel harus desa yang menerima bagian terbesar dari dana desa. Desa harus
terletak di Kabupaten Bengkalis atau Kampar, Provinsi Riau.
3.2 Pengumpulan data
Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada para kepala desa. Skala
Likert 5 poin digunakan untuk menyatakan setuju atau tidak setujunya
responden. Kuesioner disebarkan langsung kepada 164 responden di setiap
desa. Respondennya adalah kepala desa, sekretaris, bendahara, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), dan masyarakat setempat. Data yang digunakan
diklasifikasikan menjadi data primer (Creswell et al., 2007). Kuesioner yang
dikelola secara personal adalah peneliti mengambil data dengan turun ke
lapangan dan menyebarkan kuesioner tertulis kepada responden yang dijadikan

31 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Transparansi, Partisipasi, Kompetensi Pengelolaan Keuangan Dana Desa di Indonesia

sampel (Sekaran & Bougie, 2017). Responden dalam penelitian ini adalah
aparatur VFM di setiap desa di Kabupaten Bengkalis dan Kampar. Kuesioner
diberikan kepada responden disertai dengan surat permintaan untuk menjadi
responden.
3.3 Pengukuran variabel
Tabel 1 menyajikan definisi dan indikator variabel dalam penelitian ini.

Tabel 1:Definisi dan Indikator Variabel Penelitian


Tida Variabel Definisi variabel Indikator
k
1 Akuntabilitas Pertanggungjawaban keuangan adalah • Perencanaan
Keuangan kewajiban pemegangnya untuk • Penerapan
memberikan pertanggungjawaban, • Administrasi
menyajikan, melaporkan, dan • Pelaporan
mengungkapkan segala kegiatan yang • Akuntabilitas
menjadi tanggung jawabnya kepada (Mahmudi, 2009)
yang berhak memegangnya atas segala
hak dan kewajiban desa yang dapat
dinilai dengan uang dan segala sesuatu
yang berbentuk uang. uang dan yang
berkaitan dengan barang dengan
melaksanakan hak dan kewajiban desa
(Mahmudi, 2009).

32 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Enni Savitri, Andreas, Volta Diyanto, Tatang Ary Gumanti and Nik Herda Nik Abdullah

Tida Variabel Definisi variabel Indikator


k
2 Transparansi Transparansi adalah keterbukaan • Informatif
pemerintah dalam memberikan • Keterbukaan
informasi yang berkaitan dengan • Pengungkapan
pengelolaan sumber daya publik (Mahmudi, 2009)
kepada pihak yang membutuhkan
informasi. Pemerintah harus
menyediakan informasi keuangan dan
informasi lainnya yang akan
digunakan oleh pihak yang
berkepentingan dalam pengambilan
keputusan (Mahmudi, 2009).
3 Partisipasi Partisipasi merupakan asas dimana,  Pengambilan
setiap warga desa di desa yang keputusan
bersangkutan berhak untuk terlibat  penganggaran
dalam setiap pengambilan keputusan  Mengimplemen
dalam setiap kegiatan yang dilakukan tasikan
oleh pemerintah desa tempat anggaran
tinggalnya (Wibisono dan Purnomo, (Wibosono dan
2017). Purnomo, 2017)
4 Kompetensi Kompetensi adalah suatu kemampuan  Pengetahuan
untuk melaksanakan atau melakukan  Keterampilan
suatu pekerjaan atau tugas  Sikap
berdasarkan keterampilan dan (Winarsih dan
pengetahuan serta didukung oleh sikap Kristianti, 2017)
kerja yang dituntut oleh pekerjaan
tersebut (Winarsih dan Kristianti,
2017).

4. TEMUAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Tingkat respons survei


Sampel dan persentase kuesioner yang dikembalikan ditunjukkan pada Tabel 2.

Meja 2:Tingkat pengembalian kuesioner


Informasi Total Persentase
Kuesioner dibagikan 164 100,00%

33 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Transparansi, Partisipasi, Kompetensi Pengelolaan Keuangan Dana Desa di Indonesia

Kuesioner yang tidak dikembalikan 36 21,25%


Kuesioner yang dikembalikan 128 78,05%
Kuesioner yang dapat diproses 128 78,05%

Berdasarkan Tabel 1, dari 164 kuesioner yang dikirimkan kepada para pengurus
perangkat VFM di Kabupaten Bengkalis dan Kampar diperoleh 128 (78,05%)
kuesioner dan diolah untuk dianalisis.
4.2 Karakteristik responden
Gambaran umum responden, yang memuat ciri-ciri yang diteliti meliputi jenis
kelamin, umur, latar belakang pendidikan, pendidikan terakhir, dan lama
menduduki jabatan responden. Rangkuman karakteristik responden dijelaskan
pada Tabel 3.

Tabel 3:Demografi responden


Variabel Kategori Frekuensi Persentase
Pria 75 59,60%
Seks
Perempuan 53 41,40%
25-30 tahun 22 17,20%
31-35 tahun 49 38,30%
Usia
36-40 tahun 29 22,70%
> 40 tahun 28 21,90%
Akuntansi ekonomi 37 28,90%
Latar belakang Hukum/Teknik 27 21,10%
pendidikan Sosial 22 17,20%
Yang lain 42 32,80%
SMA/ sederajat 40 31,30%
Ijazah (D3) 29 22,70%
Pendidikan terakhir
Strata 1 (S1) 54 42,20%
Strata 2 (S2) 5 3,90%
1-5 tahun 89 69,50%
Panjang kantor 6-10 tahun 29 22,70%
11-15 tahun 10 7.80%

Tabel 3 menunjukkan karakteristik responden laki-laki sebanyak 75 orang


(59,6%), dan perempuan 53 orang (41,4%). Dapat disimpulkan bahwa
responden dalam penelitian ini adalah aparatur VFM di Kabupaten Bengkalis
dan Kampar yang masih didominasi oleh pegawai laki-laki. Karakteristik
responden berusia 25-30 tahun sebanyak 22 orang (17,2%), responden berusia

34 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Enni Savitri, Andreas, Volta Diyanto, Tatang Ary Gumanti and Nik Herda Nik Abdullah

31-35 tahun sebanyak 49 orang (38,3%), responden berusia 36-40 tahun


sebanyak 29 orang (22,7%), dan responden berusia > 40 tahun sebanyak 28
orang (21,9%). Hal ini menunjukkan bahwa usia responden masih didominasi
oleh karyawan yang berusia 31-35 tahun.
Latar belakang pendidikan ekonomi atau akuntansi responden berjumlah
37 orang (28,9%), responden yang memiliki latar belakang pendidikan
hukum/teknis sebanyak 27 orang (21,1%), responden yang memiliki latar
belakang pendidikan sosial sebanyak 22 orang (17,2%), dan responden berlatar
belakang pendidikan lainnya sebanyak 42 orang (32,8%). Hal ini menunjukkan
bahwa latar belakang pendidikan responden masih didominasi oleh pegawai
dengan latar belakang pendidikan lain. Tingkat pendidikan seseorang dapat
menentukan bagaimana orang tersebut menduduki suatu jabatan di suatu
instansi pemerintah agar sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh instansi
tersebut.
Dari 128 kuesioner yang dapat diolah diketahui karakteristik responden
yang memiliki latar belakang pendidikan SMA atau sederajat sebanyak 40
orang (31,3%), Diploma 29 orang (22,7%), Sarjana 54 orang (42,2%) dan Guru
sebanyak 5 orang (3,9%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
memiliki gelar sarjana (S1). Waktu kerja responden digunakan untuk
mengetahui pengalaman kerja responden sehingga diharapkan dapat mengenal
instansi tempat responden bekerja. Lama pengalaman kerja responden adalah
sebagai berikut: 89 orang (69,5%) 1-5 tahun, 29 orang (22,7%) 6-10 tahun, 10
orang (7,8%) 11-15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memiliki pengalaman kerja 1-5 tahun.
4.3 Statistik deskriptif
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan terhadap 128 responden yang
diambil dari masing-masing desa di Kabupaten Bengkalis dan Kampar. Statistik
deskriptif variabel dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4:Statistik deskriptif variabel N=128


Maksimu Berart Standar
Variabel Minimum
m i deviasi
Akuntabilitas (Y) 3.20 5.00 4.1156 0,3118
Transparansi 2.00 5.00 4.2453 0.4326
(X1)
Partisipasi (X2) 3,00 5.00 4.1953 0.3658
Kompetensi (X3) 3,00 5.00 4.0792 0,4171

Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4 akuntabilitas memiliki nilai rata-


rata sebesar 4,1156 dengan standar deviasi sebesar 0,31182 yang menunjukkan

35 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Transparansi, Partisipasi, Kompetensi Pengelolaan Keuangan Dana Desa di Indonesia

akuntabilitas pengelolaan keuangan desa di kecamatan Bengkalis dan Kampar


tergolong baik. Artinya rata-rata desa telah mampu melaksanakan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dengan baik pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
VFM. Transparansi memiliki nilai rata-rata sebesar 4,2453 dengan standar
deviasi sebesar 0,43269 yang menunjukkan bahwa transparansi telah dilakukan
dengan baik. Partisipasi memiliki nilai rata-rata 4,1953 dengan standar deviasi
0,36584 yang berarti partisipasi telah dilaksanakan secara efektif. Kompetensi
memiliki nilai minimal 3,00, nilai maksimal 5,00, nilai rata-rata 4,0792, dan
standar deviasi 0,41716, yang menunjukkan bahwa kompetensi di desa
kabupaten Bengkalis dan Kampar cukup baik. Artinya rata-rata aparatur desa
sudah memiliki kompetensi yang baik dari segi pengetahuan, sikap, dan
kemampuan.
4.4 Hasil uji kualitas data
Pengujian kualitas data meliputi dua hal, yaitu uji validitas dan uji reliabilitas.
Berdasarkan hasil perhitungan akuntabilitas akuntabilitas, transparansi,
partisipasi, dan kompetensi VFM dapat diketahui bahwa setiap pernyataan
berada di atas kriteria 0,173 (r tabel). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa secara statistik setiap indikator pernyataan untuk setiap variabel adalah
valid dan layak untuk dijadikan data penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh nilai koefisien Alpha Cronbach >0,60 sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua instrumen dalam penelitian ini reliabel. Selain itu, hasil uji
normalitas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
4.5 Hasil analisis regresi linier berganda
Analisis regresi berganda merupakan analisis untuk mengetahui pengaruh
variabel transparansi, partisipasi, dan kompetensi terhadap akuntabilitas. Hasil
analisis regresi disajikan pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5: Hasil uji regresi linier berganda


Beta tidak Kesalaha Tingkat
Variabel t-stat Toleransi VIF Adj. R2
standar n standar signifikan
4.09 0,454
(Konstan) 2.864 0,000
2
4.61
Transparansi 11.718 0,121 0,000 0,434 2.302
9
Partisipasi 0,564 0,125 4.49 0,000 0,665 1.504
2

36 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Enni Savitri, Andreas, Volta Diyanto, Tatang Ary Gumanti and Nik Herda Nik Abdullah

2.65
Kompetensi 0,233 0,088 0,009 0,828 1.207
8

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa data penelitian bebas dari adanya
multikolinearitas karena nilai VIF lebih kecil dari 10. Hasil penelitian
menunjukkan tidak terdapat heteroskedastisitas pada model regresi. Hasil
dalam model ini menunjukkan bahwa pengaruh semua variabel independen
(transparansi, partisipasi, dan kompetensi) adalah positif dan signifikan.
Dengan demikian, transparansi, partisipasi, dan kompetensi berpengaruh positif
terhadap pengelolaan dana desa. Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa
korelasi ganda kuadrat (R²) untuk akuntabilitas adalah 0,454.
4.6 hasil dan Diskusi
4.6.1 Itupengaruh transparansi terhadap akuntabilitas pengelolaan
dana desa
Transparansi ternyata berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan dana
desa. Transparansi yang dilakukan oleh desa sudah tergolong baik, artinya desa
telah mampu memberikan informasi yang terbuka baik mengenai informasi
keuangan maupun kebijakan yang diambil pemerintah serta menjamin akses
bagi setiap orang atau masyarakat dalam memperoleh informasi tersebut untuk
meningkatkan akuntabilitas dalam manajemen keuangan. VFM dalam
organisasi sektor publik adalah konsep yang didasarkan pada teori keagenan.
Dalam hal ini yang bertindak sebagai agen yang memberikan kewenangan
adalah pemerintah desa. Manajemen pemerintah desa yang bertindak sebagai
agen harus mempertanggungjawabkan pengelolaan yang dimulai dari
perencanaan hingga pertanggungjawaban. Oleh karena itu, pemerintah desa
harus dituntut untuk transparan kepada masyarakat dan melibatkan masyarakat
(Mahmudi, 2015).
Dalam pelaksanaan VFM, masyarakat dilibatkan dalam proses
pelaksanaan pengelolaan keuangan yang ada (Siregar dan Muslihah, 2019). Hal
ini dilakukan karena pemerintah desa menyadari bahwa transparansi sangat
dibutuhkan dalam pengelolaan keuangan agar tidak terjadi mismatch anggaran
yang digunakan oleh kepala desa dan dapat diketahui oleh masyarakat. Hal ini
menunjukkan bahwa transparansi VFM terbuka bagi masyarakat sehingga
masyarakat dapat mengetahui dan memahami. Sekaligus dalam hal ini
masyarakat bisa langsung mengawasi pengelolaan yang ada.
Hasil penelitian ini jelas menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan yang
baik harus memenuhi unsur transparansi meliputi informasi, keterbukaan, dan
keterbukaan sehingga prinsip transparansi dapat menjaga kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah dalam pengelolaan dana desa yang akuntabel.

37 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Transparansi, Partisipasi, Kompetensi Pengelolaan Keuangan Dana Desa di Indonesia

Penelitian ini juga telah mencerminkan penerapan prinsip transparansi, yaitu


pemerintah desa dapat mengungkapkan hal-hal yang material kepada
masyarakat sehingga memungkinkan masyarakat memperoleh akses informasi
yang seluas-luasnya. Dapat disimpulkan bahwa transparansi berpengaruh
signifikan terhadap akuntabilitas pemerintah desa dalam pengelolaan keuangan
desa. Artinya semakin tinggi tingkat transparansi maka semakin baik
pemerintah desa dalam mengelola keuangan desa. Hasil penelitian ini sejalan
dengan (Dewi et al., 2016), (Widyatama et al., 2017), dan (Hanifah dan
Praptoyo, 2015), yang menyatakan bahwa transparansi mempengaruhi
akuntabilitas keuangan desa. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
(Hehamahua, 2015) bahwa transparansi suatu laporan tidak akan membuat
akuntabilitas akan meningkat.
4.6.2 Pengaruh Partisipasi Masyarakat Terhadap Akuntabilitas
Pengelolaan Dana Desa
Partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan dana
desa. Desa telah mampu berpartisipasi dengan baik dalam pengelolaan
keuangan bersama masyarakat untuk mendorong peningkatan akuntabilitas
dalam VFM. Partisipasi dalam pengelolaan keuangan akan mendorong
hubungan positif antara masyarakat dengan pemerintah. Hal ini karena
partisipasi akan membuat pemerintah lebih sering berinteraksi dengan
masyarakat. Partisipasi masyarakat dapat menjadi salah satu faktor yang dapat
meningkatkan akuntabilitas dalam VFM. Semakin tinggi partisipasi
masyarakat, maka pengelolaan alokasi dana desa cenderung semakin
akuntabel. Hal ini mengikuti teori keagenan bahwa partisipasi masyarakat
merupakan salah satu penilaian utama terhadap kinerja agen (Anto dan Amir,
2017). Bentuk upaya partisipasi masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah
desa adalah seolah-olah masyarakat dilibatkan dalam pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan gagasan. Masyarakat dilibatkan dalam penyusunan
anggaran desa dan dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan (Mada et al., 2017) dan (Kartika, 2012),
dan (Dewi dan Gayatri, 2019), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
partisipasi terhadap akuntabilitas dana desa, hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya partisipasi masyarakat. Semakin tinggi jumlah individu yang
terlibat dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan yang berkaitan
dengan kebutuhan masyarakat, semakin tinggi keterlibatan individu tersebut
maka semakin tinggi rasa tanggung jawabnya untuk melaksanakan keputusan
yang telah dihasilkan. Pembangunan suatu desa dikatakan baik jika hasil
pengelolaan dana desa juga baik. Artinya semakin intens partisipasi
masyarakat, maka pengelolaan dana desa semakin akuntabel. Namun,
Hehamahua (2015) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat tidak akan
mempengaruhi akuntabilitas,

38 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Enni Savitri, Andreas, Volta Diyanto, Tatang Ary Gumanti and Nik Herda Nik Abdullah

4.6.3 Pengaruh kompetensi terhadap akuntabilitas pengelolaan dana


desa
Kompetensi berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa.
Aparatur desa memiliki keahlian dan pengetahuan dalam mengelola keuangan
desa, maka proses VFM akan mencapai akuntabilitas. Oleh karena itu, semakin
baik kompetensi sumber daya manusia dalam hal VFM maka akan
meningkatkan akuntabilitas pengelolaan dana desa. Penatalayan yang baik
dapat terwujud jika hamba memiliki kompetensi. Hal ini karena organisasi akan
menempatkan sumber daya manusia pada tempat yang tepat. Pernyataan
tersebut menunjukkan bahwa organisasi harus diisi oleh orang-orang yang
memiliki kompetensi sesuai dengan posisi tanggung jawabnya. Penelitian ini
membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap akuntabilitas VFM. Hal
ini menunjukkan kompetensi aparatur yang ada sudah baik sehingga dapat
meningkatkan akuntabilitas dalam VFM. Dalam melakukan pengelolaan
keuangan, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkompeten di bidangnya.
Akuntabilitas menjadi kontrol aparatur yang lengkap atas segala sesuatu yang
telah dilakukan dalam suatu pemerintahan sehingga peran pemerintah sebagai
agen menjadi faktor penting dalam mempertanggungjawabkan kinerja
pemerintah kepada prinsipal atau rakyat.
Untuk mendukung keberhasilan akuntabilitas dalam suatu pemerintahan,
banyak faktor yang dapat mempengaruhi aspek ini, salah satunya adalah
kompetensi pejabat. Menurut Subroto (2009), rendahnya kompetensi SDM
aparatur pemerintah desa menjadi faktor penghambat VFM yang akuntabel.
Berdasarkan hasil karakteristik responden dari latar belakang pendidikan,
aparat desa berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, namun hal tersebut
tidak menghalangi aparat desa untuk melaksanakan tugasnya dalam mengelola
keuangan desa. Karena sebelum menjabat sebagai perangkat desa, petugas
terlebih dahulu mengikuti tes untuk mendapatkan jabatan tersebut. Agar desa
lebih mengetahui aparat mana yang memiliki kompetensi dan dapat
menjalankan tugasnya, selain itu untuk meningkatkan kompetensinya,
sebaiknya aparat lebih banyak mengikuti pelatihan khususnya di VFM. Petugas
juga harus memiliki kemampuan penguasaan teknologi informasi. Hasil
penelitian ini sejalan dengan (Yudianto dan Sugiarti, 2017) dan (Budiana et al.,
2019), menunjukkan bahwa Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh
signifikan terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa. Sedangkan Widyatama
et al., (2017) menyatakan bahwa kompetensi aparatur tidak berpengaruh
signifikan terhadap akuntabilitas.

39 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Transparansi, Partisipasi, Kompetensi Pengelolaan Keuangan Dana Desa di Indonesia

5. KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh transparansi, partisipasi,


dan kompetensi terhadap akuntabilitas pengelolaan pengelolaan dana desa.
Responden terdiri dari kepala desa, sekretaris desa, dan bendahara desa di
setiap desa di Kabupaten Bengkalis dan Kampar Provinsi Riau, Indonesia.
Diharapkan dengan mengetahui faktor-faktor yang menentukan VFM, pembuat
kebijakan dapat memanfaatkannya.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa transparansi yang dilakukan oleh
desa tergolong sangat baik. Desa telah mampu memberikan keterbukaan
informasi mengenai informasi keuangan dan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Transparansi menjamin akses bagi setiap orang atau masyarakat
dalam memperoleh informasi tersebut sehingga transparansi dapat
meningkatkan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan. Dengan demikian,
peningkatan partisipasi masyarakat dalam VFM akan meningkatkan
akuntabilitas desa dalam mengelola dana. Selain itu, ketika aparat desa
memiliki keahlian dan pengetahuan dalam mengelola keuangan desa, maka
proses VFM akan mencapai akuntabilitas. Semakin baik kompetensi sumber
daya manusia maka semakin baik pula akuntabilitas pengelolaan dana desa.
Pemerintah dan pembuat kebijakan dari negara berkembang, khususnya
Indonesia,
Secara keseluruhan penelitian melaporkan bahwa transparansi, partisipasi,
dan kompetensi berpengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelolaan
pengelolaan dana desa. Temuan ini menunjukkan bahwa pengelolaan dana desa
akan meningkat ketika transparansi, partisipasi, dan kompetensi meningkat.
Untuk mensukseskan pengelolaan dana desa, pembuat kebijakan harus
memastikan adanya transparansi, partisipasi, dan kompetensi.

Referensi
Abdullah, NHN, Darsono, JT, Respati, H., & Said, J. (2019). Meningkatkan
akuntabilitas dan keberlanjutan melalui penciptaan nilai dan kemampuan
dinamis: studi empiris di perusahaan kepentingan publik. Jurnal Studi
Manajemen Polandia, 19(2), 9-21.
Abidin, MZ (2015). Tinjauan atas pelaksanaan keuangan desa dalam
mendukung kebijakan dana desa. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik,
6(1), 61-76.
Aliyah, S., & Nahar, A. (2012). Pengaruh penyajian laporan keuangan daerah
dan aksesibilitas laporan keuangan daerah terhadap transparansi dan

40 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Enni Savitri, Andreas, Volta Diyanto, Tatang Ary Gumanti and Nik Herda Nik Abdullah

akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Jepara. Jurnal


Akuntansi & Auditing, 8(2), 137-150.
Anto, RP, & Amir, M. (2017). Kompetensi perangkat desa dalam pengelolaan
dana desa di Kabupaten Konawe Utara-Indonesia. IOSR Jurnal Bisnis dan
Manajemen, 19(11), 66-71.
Aucoin, P., & Heintzman, R. (2000). Dialektika akuntabilitas kinerja dalam
reformasi manajemen publik. Tinjauan Internasional Ilmu Administrasi,
66(1), 45-55.
Aziz, NLL (2016). Otonomi desa dan efektivitas dana desa. Jurnal Penelitian
Politik. 13(2), 193-211.
Budiana, DA, Said, D., & Nursini. (2019). Pengaruh kompetensi desa dan
sistem pengendalian intern terhadap akuntabilitas pengelolaan desa. Jurnal
Penelitian Ilmiah, 7(1), 10-20.
Creswell, JW, Vicki L., & Plano, C. (2007). Merancang dan melakukan
penelitian metode campuran. Thousand Oaks: Publikasi SAGE.
Dawson, GS, Denford, JS, Williams, CK, Preston, D., & Desouza, KC (2016).
Pemeriksaan tata kelola TI yang efektif di sektor publik menggunakan
pandangan hukum teori keagenan. Jurnal Sistem Informasi Manajemen,
33(4), 1180-1208.
Devas, N., & Grant, U. (2003). Pengambilan keputusan pemerintah daerah-
partisipasi warga dan akuntabilitas lokal: beberapa bukti dari Kenya dan
Uganda. Administrasi Publik dan Pembangunan, 23(4), 307-306.
Dewi, RA, Ramadhanti, W., & Wiratno, A. (2016). Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah desa pasca penerapan
undang-undang nomor 6 tahun 2014. Jurnal Akuntansi Aktua, 3(6), 311-
327.
Dewi, NKAJPD, & Gayatri. (2019). Faktor-faktor yang berpengaruh pada
akuntabilitas pengelolaan dana desa. e-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 26(2), 1269-1298.
Ibrahim, A. (2003). Akuntabilitas dalam praktik: Mekanisme untuk LSM.
Pembangunan Dunia, 31(5), 813-829.
Ferina, IS, Burhanuddin, & Lubis, H. (2016). Tinjauan kesiapan pemerintah
desa dalam implementasi peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113
tentang pengelolaan keuangan desa (studi kasus pada pemerintah desa di
Kabupaten Ogan Hilir). Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, 14(3),
321-336.
Ferrell, A, Hao, L., & Renneboog, L. (2016). Perusahaan yang bertanggung
jawab secara sosial. Jurnal Ekonomi Keuangan, 122(3), 585-606.
Francis, P., & James, R. (2003). Menyeimbangkan pengurangan kemiskinan
pedesaan dan partisipasi warga: Kontradiksi program desentralisasi
Uganda. Pembangunan Dunia, 31(2), 325-337.

41 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Transparansi, Partisipasi, Kompetensi Pengelolaan Keuangan Dana Desa di Indonesia

Hanifah, SI, & Praptoyo, S. (2015). Akuntabilitas dan transparansi


pertanggugjawaban anggaran pendapatan belanja desa (APBDes). Jurnal
Ilmu & Riset Akuntansi (JIRA), 4(8), 1-15.
Hasniati. (2016). Model akuntabilitas pengelolaan dana desa. Jurnal Analisis
dan Pelayanan Publik, 2(1), 15-29.
Hehamahua, H. (2015). Analisis dampak alokasi dana desa terhadap
perekonomian masyarakat (studi kasus di Desa Namlea Siahoni
Kabupaten Buru). Jurnal Ilmu Sosial dan Pembangunan, 6(3), 15-23.
Ismail, M., Widagdo, AK, & Widodo, A. (2016). Sistem akuntansi pengelolaan
dana desa. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 19(2), 323-339.
Jensen, MC, & Meckling, WH (1976). Teori perusahaan: Perilaku manajerial,
biaya agensi dan struktur kepemilikan. Jurnal Ekonomi Keuangan, 3(4), 305-
360.
Jermias, J., & Setiawan, T. (2008). Efek moderasi hierarki dan sistem kontrol
pada hubungan antara partisipasi anggaran dan kinerja. Jurnal Akuntansi
Internasional, 43(3), 268-292.
Jorge, SM, Sa, PM, Pattaro, AF, & Lourenco, RP (2011). Transparansi
keuangan pemerintah daerah di Portugal dan Italia: Studi eksplorasi
komparatif tentang faktor-faktor penentunya. Makalah dipresentasikan
pada Konferensi CIGAR Dua Tahunan ke-13, Ghent, Belgia, 1-24.
Kartika, RS (2012). Partisipasi masyarakat dalam mengelola alokasi dana desa
di desa tegeswetan dan Desa Jangkrikan Kecamatan Kepil Kabupaten
Wonosobo. Jurnal Bina Raja, 4(3), 179-188.
Kholmi, M. (2016). Akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa (studi di Desa
Kedungbetik Kecamatan Kesamben Kabupaten Jombang). Ekonomika-
Bisnis, 7(2), 143-152.
Kim, S., & Schachter, HL (2013). Partisipasi warga dalam proses anggaran dan
akuntabilitas pemerintah daerah. Studi kasus pembelajaran organisasi dari
Amerika Serikat dan Korea Selatan. Tinjauan Kinerja dan Manajemen
Publik, 36(3), 456-471.
Lembaga Administrasi Negara dan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan RI. (2000). Akuntabilitas dan good governance, modul 1-5,
modul sosialisasi sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP). LAN BPKP RI, Jakarta.
Mada, S., Kalangi, L., & Gamaliel, H. (2017). Pengaruh kompetensi aparat
pengelola dana desa, komitmen organisasi pemerintah desa, dan
partisipasi masyarakat terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa di
Kabupaten Gorontalo. Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing, 8(2), 106-
115.

42 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Enni Savitri, Andreas, Volta Diyanto, Tatang Ary Gumanti and Nik Herda Nik Abdullah

Makalalag, AJ, Nangoi, GB; & Karamoy, H. (2017). Akuntabilitas pengelolaan


dana desa di Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota Kotamobagu. Jurnal
Riset Akuntansi dan Auditing Goodwill, 8(1), 149-158.
Mahmudi. (2009). akuntansi sektor publik. Yogyakarta: Pers UII.
Mahmudi. (2015). Manajemen kinerja sektor publik (Edisi Ketiga).
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Panda, B., & Leepsa, NM (2017). Teori keagenan: Tinjauan teori dan bukti
tentang masalah dan perspektif. Jurnal Tata Kelola Perusahaan India,
10(1), 74-95.
Park, B. -J., & Lee, K. -H. (2020). Sensitivitas kinerja sosial perusahaan
terhadap kinerja keuangan perusahaan: Perspektif teori agensi "berbasis
waktu". Jurnal Manajemen Australia, 1-24.
Parker, DW, Dressel, U., Chevers, D., dan Zeppetella, L., (2018). Perspektif teori
agensi tentang kemitraan publik-swasta: Proyek pembangunan internasional.
Jurnal Internasional Manajemen Produktivitas dan Kinerja, 67(2), 239-259.
Putra, PE (2017). Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Tanjung
Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar. e-Jurnal Fakultas
Ilmu Politik Dan Sosial Universitas Riau, 5(1), 1-14.
Savitri, E., Andreas, & Diyanto, V. (2019). Efektivitas pengelolaan dana desa.
Jurnal Internasional Riset Sains & Teknologi, 8(9), 1373-1377.
Savitri, E., Andreas, A., Syahza, A., Gumanti, Nik Abdullah, NH (2020).
Mekanisme tata kelola perusahaan dan kinerja keuangan: peran
manajemen laba. Isu Kewirausahaan dan Keberlanjutan, 7(4), 3395-3409 .
Sekaran, U., & Bougie, R. (2017). Metode penelitian untuk bisnis: Pendekatan
pengembangan-keahlian. Edisi 6, Buku 2, Jakarta Selatan: Salemba
Empat.
Siregar, HO, & Muslihah, S. (2019). Implementasi prinsip good governance
dalam konteks pemerintahan desa di Kabupaten Bantul Yogyakarta.
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah, 6(4), 503-514.
Subroto, A. (2009). Akuntabilitas pengelolaan alokasi dana Desa (studi
pengelolaan alokasi dana desa di Wilayah Kecamatan Tlogomulyo
Kabupaten Temanggung tahun 2008). Tesis. Universitas Diponegoro,
Semarang, Indonesia.
Sulistia, R. (2017). Kapasitas pemerintah desa dalam mengelola dana desa di
desa dompas kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis. e-Jurnal
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Riau, 4(1), 1-9.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2004). Undang-undang Nomor 12
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2014). Nomor 60 Tahun 2014
tentang dana desa dari APBN.

43 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Transparansi, Partisipasi, Kompetensi Pengelolaan Keuangan Dana Desa di Indonesia

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang Nomor 6


Tahun 2014 tentang Desa.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2014). Peraturan menteri
pertanahan nomor 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa.
Tomas. (2013). Pengelolaan alokasi dana desa dalam upaya meningkatkan
pembangunan di Desa Sebawang Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana
Tuding. Jurnal Pemerintahan Integratif, 1(1), 51-64.
Tumbel, SM (2017). Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana desa di
Desa Tumaluntung Satu Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa
Selatan. Jurnal Politico, 6(1), 1-28.
Wibisono, N., & Purnomo, H. (2017). Partisipasi masyarakat dalam
pemantauan dana desa di Kabupaten Madiun, Indonesia. Studi Negara
Berkembang, 7(10), 124-129.
Widyatama, A., Novita, L., & Diarespati. (2017). Pengaruh dan pengendalian
sistem pengendalian internal terhadap akuntabilitas pemerintah desa
dalam mengelola Alokasi Dana Desa (ADD). Jurnal Berkala Akuntansi
dan Keuangan Indonesia, 2(2), 1-20.
Winarsih, S., & Kristianti, DR (2017). Pengelolaan dana desa dalam perspektif
keuangan negara untuk tujuan pemberdayaan masyarakat desa. Kemajuan
dalam Penelitian Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora (ASSEHR),
131, 277-281.
Yudianto, I., & Sugiarti, E. (2017). Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian
Instansi Pemerintah (SPIP) terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa
di Wilayah Kecamatan Klari, Kecamatan Karawang Timur, Kecamatan
Majalaya dan Kecamatan Rengasdengklok Kapubaten Karawang). Jurnal
Akuntansi dan Keuangan, 17(1), 1-18.
Zeyn, E. (2011). Pengaruh good governance dan standar akuntansi pemerintahan
terhadap akuntabilitas keuangan dengan komitmen organisasi sebagai
pemoderasi. Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan, 1(1), 21-37.

44 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020


Enni Savitri, Andreas, Volta Diyanto, Tatang Ary Gumanti and Nik Herda Nik Abdullah

Enni Savitriadalahseorang Associate


Professor di Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Riau, Indonesia.
Penelitiannyatopik meliputi Tata Kelola
Perusahaan, Kewirausahaan, Manajemen
Keuangan dan Keuangan.

Andreasadalah Associate Professor di Fakultas Ekonomi dan


Bisnis, Universitas Riau, Indonesia. Topik penelitiannya
meliputi Auditing dan Keuangan.

Volta Diyantoadalah Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis,


Universitas Riau, Indonesia. Topik
penelitiannya meliputi Auditing.

Tatang Ary Gumantiadalah Guru Besar di Fakultas Ekonomi


dan Bisnis, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Indonesia.
Topik penelitiannya meliputi Keuangan dan Akuntansi.

Nik Herda Nik Abdullahadalah Dosen Akuntansi di School


of Accounting and Finance, Taylor's Business School,
Taylor's University, Malaysia. Topik penelitiannya meliputi
Akuntansi Manajemen, Penciptaan Nilai, dan Akuntabilitas.

45 Tinjauan Bisnis Taylor, Vol. 9 Edisi 2, Des 2020

Anda mungkin juga menyukai