com
ISSN: 2232-0172
Vol 9 Edisi 2, Des 2020
Diterbitkan online pada Mei 2021
hal.22-222423
memiliki implikasi praktis bagi pemerintah desa, pemerintah daerah, dan masyarakat.
VFM akan meningkatkan akuntabilitas desa dalam mengelola dana melalui keahlian
dan pengetahuan aparat desa dalam mengelola keuangan desa, yang berujung pada
akuntabilitas. Oleh karena itu, semakin baik kompetensi sumber daya manusia dalam
hal VFM, semakin baik pula akuntabilitas pengelolaan dana desa. Studi ini juga
memiliki implikasi praktis bagi pemerintah desa, pemerintah daerah, dan masyarakat.
1. PENGANTAR
Desa Tanjung telah digunakan untuk pembangunan dan biaya lainnya. Namun
masih terdapat biaya operasional yang tidak seharusnya dikeluarkan untuk
seperti peralatan operasional kantor seperti kursi atau bangku, yang pembelian
operasionalnya juga dilakukan pada tahun lalu (Putra, 2017).
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyebutkan permasalahan dalam
pengelolaan keuangan desa bersumber dari kurangnya pengetahuan aparat desa
dalam pelaporan tata kelola keuangan yang berpotensi terjadinya kecurangan
atau korupsi (Abidin, 2015). Indonesia Corruption Watch (ICW) menyebutkan
empat faktor penyebab korupsi dana desa. Pertama, kurangnya partisipasi
masyarakat dalam proses perencanaan dan pemantauan dana desa. Kedua,
kurangnya kompetensi yang dimiliki oleh kepala desa dan perangkat desa.
Ketiga, kelembagaan desa belum sepenuhnya diberdayakan. Keempat, arena
persaingan pemilihan kepala desa menghasilkan biaya politik yang tinggi
(Dewi et al., 2016). Oleh karena itu, demi terciptanya pengelolaan keuangan
yang baik, pemerintah desa dituntut untuk memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai salah satu pedomannya adalah akuntabilitas.
Akuntabilitas publik adalah kewajiban seseorang yang diberi perintah
untuk bertanggung jawab, memberikan dan menjelaskan segala kegiatan dan
tugasnya kepada pemberi amanah yang memiliki hak dan kekuasaan untuk
memikul tanggung jawab itu (Mahmudi, 2009). Tuntutan akuntabilitas
pengelolaan dana desa kini menjadi fokus penting bagi perangkat desa karena
akuntabilitas menunjukkan keberhasilan pencapaian visi UU Desa untuk
mewujudkan desa yang maju, kuat, mandiri, adil, dan demokratis yang
memiliki kewenangan penuh dalam pengelolaan dana desa.
mengelola/mengatur sendiri untuk mencapai kesejahteraan masyarakat desa.
Akuntabilitas menunjukkan bahwa pejabat publik telah bertindak dengan benar,
berperilaku etis, dan bertanggung jawab atas kinerjanya. Dengan kata lain,
Akuntabilitasmerupakan indikator penting dalam mengukur kemampuan
suatu pemerintahan untuk mendapatkan kepercayaan publik dan merupakan
salah satu parameter tinggi rendahnya partisipasi masyarakat (Kholmi, 2016).
Akuntabilitas penting dalam pengelolaan dana desa untuk memberikan
kepastian kepercayaan masyarakat kepada pemerintah serta menjembatani
kesenjangan antara pemerintah dan masyarakat (Aucoin dan Heintzmen, 2000).
Beberapa penelitian menemukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
akuntabilitas pengelolaan keuangan, yaitu transparansi, partisipasi masyarakat,
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, efektivitas sistem
pengendalian internal, pemanfaatan teknologi informasi, komitmen manajemen,
otoritas pengambilan keputusan, budaya organisasi, dan kompetensi sumber
daya manusia (Savitri dkk., 2020; Widyatama dkk., 2017; Yudianto dan
Sugiarti, 2017).
secara konstruktif. Menurut Ferina dkk. (2016), partisipasi adalah asas dimana
setiap warga desa di desa yang bersangkutan berhak untuk terlibat dalam setiap
pengambilan keputusan untuk setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah
desa dimana mereka tinggal.
Teori keagenan menjelaskan perbedaan kepentingan yang dimiliki antara
prinsipal dan agen, yang menyebabkan tidak adanya jaminan bahwa agen akan
selalu bertindak sesuai keinginan prinsipal. Partisipasi masyarakat juga
berperan penting dalam mengendalikan kegiatan pemerintahan desa yang
terkait dengan pengelolaan dana desa. Masyarakat tidak hanya menerima
tanggung jawab dari pemerintah desa tetapi juga melakukan pengawasan
langsung dari tahap perencanaan hingga tahap pengelolaan (Mahmudi, 2009)..
Lebih lanjut Hasniati (2016) menjelaskan bahwa dalam hubungan
keagenan juga dijelaskan bahwa masyarakat adalah prinsipal, sehingga
merupakan hak masyarakat untuk memperoleh tanggung jawab pengelolaan
dana desa oleh agen yaitu pemerintah desa. Partisipasi masyarakat dapat
membantu berbagai kegiatan desa, termasuk pembangunan desa. Hasniati
(2016) menunjukkan bahwa peran serta masyarakat sangat dibutuhkan demi
keberhasilan pembangunan di desa ke arah yang lebih baik, peran dan kinerja
pemerintah desa juga sangat diharapkan mampu menjalankan tugas pokok
memimpin dan mengkoordinasikan dalam melaksanakan rumah tangga desa.
urusan, melakukan pembinaan dan pembinaan masyarakat serta pembinaan
ekonomi desa.
Menurut Devas dan Grant (2003), akuntabilitas dapat diperkuat melalui
peningkatan partisipasi masyarakat. Sebagai kunci untuk meningkatkan daya
tanggap pemerintah daerah terhadap masyarakat miskin, dan menjadikan
pembangunan lebih berpihak pada masyarakat miskin. Sebagai mekanisme
akuntabilitas, partisipasi dilakukan mulai dari evaluasi hingga pelaporan
(Ebrahim, 2003). Seperti halnya di Los Angeles, partisipasi merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan akuntabilitas dalam merespon tingginya tingkat
ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah. Banyak warga menyalahkan
pejabat untuk pengambilan keputusan (Kim dan Schachter, 2013).
Akuntabilitas akan tercapai jika ada partisipasi dari masyarakat yang
menyampaikan segala aspirasi dan berkontribusi dalam proses pengelolaan
dana yang diperoleh. Zeyn (2011) menemukan bahwa peran masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan, pelaksanaan, pengendalian,
dan pengawasan dapat meningkatkan kinerja pemerintah secara efektif, efisien,
transparan, dan akuntabel. Hipotesis kedua dari penelitian ini adalah:
H2: Partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan
dana desa.
Transparansi
Kompetensi
3. METODE PENELITIAN
sampel (Sekaran & Bougie, 2017). Responden dalam penelitian ini adalah
aparatur VFM di setiap desa di Kabupaten Bengkalis dan Kampar. Kuesioner
diberikan kepada responden disertai dengan surat permintaan untuk menjadi
responden.
3.3 Pengukuran variabel
Tabel 1 menyajikan definisi dan indikator variabel dalam penelitian ini.
Berdasarkan Tabel 1, dari 164 kuesioner yang dikirimkan kepada para pengurus
perangkat VFM di Kabupaten Bengkalis dan Kampar diperoleh 128 (78,05%)
kuesioner dan diolah untuk dianalisis.
4.2 Karakteristik responden
Gambaran umum responden, yang memuat ciri-ciri yang diteliti meliputi jenis
kelamin, umur, latar belakang pendidikan, pendidikan terakhir, dan lama
menduduki jabatan responden. Rangkuman karakteristik responden dijelaskan
pada Tabel 3.
2.65
Kompetensi 0,233 0,088 0,009 0,828 1.207
8
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa data penelitian bebas dari adanya
multikolinearitas karena nilai VIF lebih kecil dari 10. Hasil penelitian
menunjukkan tidak terdapat heteroskedastisitas pada model regresi. Hasil
dalam model ini menunjukkan bahwa pengaruh semua variabel independen
(transparansi, partisipasi, dan kompetensi) adalah positif dan signifikan.
Dengan demikian, transparansi, partisipasi, dan kompetensi berpengaruh positif
terhadap pengelolaan dana desa. Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa
korelasi ganda kuadrat (R²) untuk akuntabilitas adalah 0,454.
4.6 hasil dan Diskusi
4.6.1 Itupengaruh transparansi terhadap akuntabilitas pengelolaan
dana desa
Transparansi ternyata berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan dana
desa. Transparansi yang dilakukan oleh desa sudah tergolong baik, artinya desa
telah mampu memberikan informasi yang terbuka baik mengenai informasi
keuangan maupun kebijakan yang diambil pemerintah serta menjamin akses
bagi setiap orang atau masyarakat dalam memperoleh informasi tersebut untuk
meningkatkan akuntabilitas dalam manajemen keuangan. VFM dalam
organisasi sektor publik adalah konsep yang didasarkan pada teori keagenan.
Dalam hal ini yang bertindak sebagai agen yang memberikan kewenangan
adalah pemerintah desa. Manajemen pemerintah desa yang bertindak sebagai
agen harus mempertanggungjawabkan pengelolaan yang dimulai dari
perencanaan hingga pertanggungjawaban. Oleh karena itu, pemerintah desa
harus dituntut untuk transparan kepada masyarakat dan melibatkan masyarakat
(Mahmudi, 2015).
Dalam pelaksanaan VFM, masyarakat dilibatkan dalam proses
pelaksanaan pengelolaan keuangan yang ada (Siregar dan Muslihah, 2019). Hal
ini dilakukan karena pemerintah desa menyadari bahwa transparansi sangat
dibutuhkan dalam pengelolaan keuangan agar tidak terjadi mismatch anggaran
yang digunakan oleh kepala desa dan dapat diketahui oleh masyarakat. Hal ini
menunjukkan bahwa transparansi VFM terbuka bagi masyarakat sehingga
masyarakat dapat mengetahui dan memahami. Sekaligus dalam hal ini
masyarakat bisa langsung mengawasi pengelolaan yang ada.
Hasil penelitian ini jelas menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan yang
baik harus memenuhi unsur transparansi meliputi informasi, keterbukaan, dan
keterbukaan sehingga prinsip transparansi dapat menjaga kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah dalam pengelolaan dana desa yang akuntabel.
5. KESIMPULAN
Referensi
Abdullah, NHN, Darsono, JT, Respati, H., & Said, J. (2019). Meningkatkan
akuntabilitas dan keberlanjutan melalui penciptaan nilai dan kemampuan
dinamis: studi empiris di perusahaan kepentingan publik. Jurnal Studi
Manajemen Polandia, 19(2), 9-21.
Abidin, MZ (2015). Tinjauan atas pelaksanaan keuangan desa dalam
mendukung kebijakan dana desa. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik,
6(1), 61-76.
Aliyah, S., & Nahar, A. (2012). Pengaruh penyajian laporan keuangan daerah
dan aksesibilitas laporan keuangan daerah terhadap transparansi dan