Makalah Hukum Nila
Makalah Hukum Nila
Dosen Pengampu.
Di Susun Oleh;
Nila Rizkia
FAKULTAS HUKUM
KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan segala nikmat, taufik dan
karunia-Nya kepada umat seluruh alam yang mana dengan tanpa pertolongan-
Nya makalah ini pastinya tidak akan dapat terselesaikan. Sholawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada promotor kebangkitan umat islam Nabi
Agung Muhammad SAW, dengan perjuangan beliaulah kita semua dapat
merasakan indahnya islam dan mendapat syafa’atnya kelak di hari kiamat
Aamiin.
KATA PENGANTAR...............................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan Masalah..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4
C Qowaid ussuliyyah..........................................................................................9
A. Kesimpulan..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di dalam syariat Islam dikenal istilah kaidah, yang berfungsi untuk
Ada tiga kaidah utama dalam syariat islam yang pertama, kaidah
fiqihiyyah. Yang kedua, kaidah ushuliyah. Dan yang ketiga kaidah dhabith
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
A.Qawaid Fiqhiyyah
kaidah yaitu rumusan asas yang menjadi hukum; aturan yang sudah pasti,
patokan; dalil
Qaidah dengan arti dasar atau fondasi sesuatu yang bersifat materi terdapat
Yang artinya; “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di
antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.
diperoleh kesimpulan bahwa sesuatu yang sudah diyakini hukumnya maka dia
tidak bisa dihilangkan karena adanya keraguan yang datang setelah
itu,dibuatlah kaidah keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan keraguan (al-
yaqinu laa yazuulu bisy syak)
yang artinya; "Allah tidak menghukum kamu karena sumpahmu yang tidak
kamu sengaja, tetapi Dia menghukum kamu karena niat yang terkandung
dalam hatimu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun.”
Dan juga dari hadis Rasulullah SAW. a. Hadis riwayat Muslim dari Umar bin
Khattab r.a. Rasulullah bersabda:
mendapatkan apa yang diniyatkannya. siapa yang berhijrah karena Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya tersebut karena Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang
berhijrah karena ingin memperoleh harta dunia atau karena perempuan yang
akan dinikahinya, maka hijrahnya tersebut karena hal tersebut.’’
Adapun dalil Al-Qur’an yang membahas ini salah satunya di surat yusuf
ayat 36:
yang aratinya"Dan kebanyakan mereka hanya mengikuti dugaan.
Sesungguhnya dugaan itu tidak sedikit pun berguna untuk melawan kebenaran.
Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.”
ada yang dijawab oleh orang-orang kafir dan sebagiannya ada yang tidak
mereka jawab. Dan kebanyakan mereka orang-orang kafir itu hanya mengikuti
dugaan bahwa sembahan mereka dapat memberi manfaat, menolak mudarat
dan dapat mendekatkan mereka kepada Allah. Sesungguhnya dugaan itu tidak
sedikit pun berguna untuk melawan kebenaran yang datang dari Allah.
Sungguh, Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka kerjakan dan akan memberi balasan kelak di
Hari Kemudian
hukum Islam yang bisa diterapkan secara tepat pada setiap keadaan yang sulit
atau sukar tetapi ada kemudahan di dalamnya yang mampu menjawab berbagai
kaidah asasiyyah tersebut berdasarkan sub atau pada bab-bab tertentu yang
kondisional dan situasional pada prosedur yang tepat berdasarkan kaidah fiqih
ditinggalkan sekiranya tak ada sesuatu lain yang dapat menempati posisinya.
diselesaikan dengan hal lain. Namun yang perlu diperhatikan adalah syarat -
syarat untuk memenuhi kaidah ini karena banyak orang yang mengambil
Adat adalah suatu perbuatan atau perkataan yang terus menerus dilakukan
oleh manusia lantaran dapat diterima akal dan secara kontinyu manusia mau
Suatu adat atau ‘urf dapat diterima jika memenuhi syarat-syarat berikut:
C . QAWAID USHULIYAH
Ushul Fiqh berasal dari dua kata, yaitu kata ushl bentuk jamak dari Ashl
dan kata fiqh. Ashl secara etimologi diartikan sebagai “fondasi sesuatu, baik
yang bersifat materi ataupun bukan”. Sedangkan secara terminologi, kata ashal
hukum), seperti pernyataan para ulama ushul fiqh bahwa ashl dari wajibnya
shalat lima waktu adalah firman Allah SWT dan Sunnah Rasul. Kedua :
Qaidah (dasar, fondasi), yaitu dasar atau fondasi sesuatu, seperti sabda Nabi
Muhammad SAW :
”Islam itu didirikan atas lima ushul (dasar atau fondasi)”. Ketiga : Rajih (yang
terkuat), yaitu yang terkuat, seperti dalam ungkapan para ahli ushul fiqih :
”Yang terkuat dari (isi/kandungan) suatu hukum adalah arti hakikatnya”.
Orang tersebut harus dinyatakan masih hidup sebelum ada berita tentang
kematiannya. Iatetap terpelihara haknya seperti tetap mendapatkan waris,
begitu juga ikatan perkawinannya dianggap tetap.
Dari kelima pengertian ashal di atas, yang biasa digunakan adalah dalil,
yakni dalildalil fiqih. Maka qaidah ushuliyyah adalah dalil syara’ yang bersifat
menyeluruh,universal dan global (kulli dan mujmal). Qaidah ushuliyyah
merupakan sejumlah peraturan untuk menggali hukum
-Asal dalam perintah menunjukan arti wajib` kecuali ada dalil yang
memalingkanya.
Nahi adalah tuntutan untuk meninggalkan perbuatan dari orang yang lebih
tinggiderajatnya kepada yang rendah.
اــقــلــــطـم
satuan (afrad) yang ada dalam lafal itu tanpa pembatasan jumlah tertentu.
Menurut jumhur ulama, ‘am dibangun dari khas. Oleh karena itu khas lebih
kuat dari‘am. Maka ‘am dapat digugurkan ketika ditemukan khas. Sedangkan
khas tidak dapat digugurkan dengan adanya ‘am.
Menurut jumhur ulama, ‘am dibangun dari khas. Oleh karena itu khas
lebih kuat dari‘am. Maka ‘am dapat digugurkan ketika ditemukan khas.
Sedangkan khas tidak dapat digugurkan dengan adanya ‘am.
Kaidah-kaidah ‘Am :
ز وـجـي
diperbolehkan.
يــل
دــيــقــت ىلـع لـيــل د مـقــي مـل اـم هــقـلــط ا ىلـع قـلـطـمـل اه
membatasinya.
ــق الــطه
memutlakannya
دـيـيــقــت ىلــعه
Lafal mutlak tidak boleh dinyatakan mutlak jika telah ada yang membatasinya.
هــق الـــط
Muqayyad tidak akan tetap dikatakan muqayyad jika ada dalil lain yang
menunjukan kemutlakannya.
مـكــحــل ا
Mutlak itu tidak dibawa ke mukoyyad jika yang berbeda hanya hukumnya
4.Mantuq (yang tersurat) dan Mafhum (yang tersirat)
yang diucakan. Mafhum adalah lafal yang kandungan hukumnya ada dibalik
arti mantuq.
Pertama: FahwalKhitab yaitu apabila yang tersirat lebih utama dari yang
Kedua: Lahnul Khitab, yaitu apabila yang tidak diucapkan (tersirat) sama
mantuqnya
Contoh:
mukhalafahnya dalah jika istri yang ditalak tidak hamil, maka mantan suami
tidakharus memberi nafkah.
Mujmal adalah lafal yang mencakup kemungkinan segala keadaan dan hukum
sighotnya tidak menunjukan apa yang dimaksud (tidak jelas). Dan Mubayyan
Murodif adalah dua kata atau lebih, satu arti. Contohnya : Qur’an adalah
Lafadz musytarak adalah satu lafadz yang mempunyai dua arti atau lebih
9. Yang lebih ringan diantara dua bahaya bisa dilakukan demi menjaga yang
lebih membahayakan. Contoh: Seorang istri boleh ditalak karena bahaya, dan
suami tidak perlu memberi nafkahah kepadanya.
12. Kesulitan menuntut adanya kemudahan. Contoh: Semua rukhsoh dari Allah
untuk membuat seorang dan meringankan beban mukalaf dengan adanya tujuh
sebab: 1. Bepergian 2. Sakit 3. Paksaan 4. Lupa 5. Tidak tahu 6. umumul bala
(ganguan umum) 7. Kekurangan.
. 9.Kaidah Istishab :
1. Apa yang ditetapkan oleh sesuatu yang meyakinkan, maka tidak dapat
dihilangkan dengan sesuatu yang meragukan
2. Asal sesuatu adalah ketepan yang telah ada menurut keadaan semula
sehingga terdapat suatu ketetapan yang mengubahnya.
3. Hukum sesuatu pada asalnya adalah boleh sehingga ada dalil yang
mengharamkannya.
4. An niyatu sartun lisairil ‘amal biha sholaku wal fasadu lil’amal. Niat itu
adalah syarat bagi semua amalan dalam ibadah dengan niat akan diketahui baik
& buruknya amalan.Fungsi Kaidah Ushuliyyah Fungsi utama dari kaidah
Ushuliyah menurut Amin Darmah adalah untuk mengangkat ketentuan-
ketentuan hukum islam yang terpapar dalam al-Qur’an danalSunnah, sehingga
setiap orang mukallaf dapat mengetahuinya dengan baik, dan
hukum itu yang terpapar secara acak dalm al-Qur’an dan al-Sunnah dalam
bentuk kalam-kalam yang tertulis, dan mereka tidak berjumpa langsung
dengan rasulullahsebagai orang yang menyampaikan kalam tersebut dan
mampu menjelaskannya dengan baik.29 Dengan demikian, kaidah ushulliyyah
ini hanya merupakan metodelogi kajian hukum dari nash-nash al-Quran dan al-
Sunnah yang berfungsi mengangkat ketentuan-ketentuan hukum islam, untuk
kemudian menjadi pedomanbagi orang-orang mukallaf dalam menjalani
kehidupan ini.
a. Ilmu ushul fiqih merupakan parameter (tolak ukur) cara berinstinbat fikih
yang benar. Kedudukan ilmu ushul fiqih (dalam fiqih) ibarat kedudukan ilmu
nahwu dalhal pembicaraan dan penilisan, qawaid fiqhiyyah merupakan
wasilah, jembatan penghubung, antara dalil dan hukum. Tugas qawaid
fiqhiyyah adalah mengeluarkan hukum dari fdalildalil yang tafshili (terperinci).
Ruang lingkup qawaid ushuliyyah adalah dalil dan hukum seperti amr itu
menunjukan wajib, nahyi menunjukan haram, dan wajib mukhayar bila telah
dikjerjakan sebagaian orang, maka yang lainya bebas dari tanggung jawab.
Qawaid fiqhiyyah adalah
d. Eksistensi qawaid fiqhiyyah baik dalam teori maupun realitas lahir setelah
e. Qawaid fiqhiyyah sama dengan ushul fiqih dari satu sisi dan berbeda dari
sisi yang lain. Adapun persamaannya yaitu keduannya sama-sama mempunyai
kaidah yang mencakuip berbagai juz’i, sedangkan perbedaannya yaitu kaidah
ushul adalah masalah-masalah yang dicakup oleh bermacam-macam dalil
tafshily yang dapat mengeluarkan hukum syara’. Kalau kaidah fiqih adalah
masalah-masalah yang mengandung hukumhukum fiqih saja. Mujtahid dapat
sampai kepadanya dengan berpegang kepada masalah-masalah yang
dijelaskan ushul fiqih.
KESIMPULAN
Kaidah ushuliyyah atau kaidah ushul fiqih adalah kaidah yang membahas
https://firanda.com/2367-qawaid-fiqhiyyah-al-kubra-
muqaddimah-kaidah-1.html.
https://ia601506.us.archive.org/35/items/TugasIslamicLawAldi/T