Anda di halaman 1dari 24

A.

Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri dari 26 huruf ,yakni :
Huruf Dibaca Huruf Dibaca
A A N en
B Be O o
C Ce P pe
D De Q ki
E E R er
F F S es
G Ge T te
H Ha U u
I I V fe
J Je W we
K ka X eks
L el Y ye
M em Z zet

B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, i, u ,e , dan o.
Contoh :
a. Pemakaian huruf vokal a dan i
Contoh Pemakaian dalam Kata
Huruf Vokal Di Awal Di Tengah Di Akhir

A api tari lusa

I ini siang murni

Catatan : Dalam pengajaran lafal kata ,dapat digunakan tanda aksen jika ejaan menimbulkan
keraguan.
Misal : Ayah bekerja di kebun.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f,
g, h, ,j, k, l, m, n, p, q, r ,s, t, v, w, x, y, dan z.
Contoh :
a. Pemakaian huruf kosonan d dan m
Pemakaian dalam Kata
Huruf Konsonan Di Awal Di Tengah Di Akhir

D dari ada abad


M mumi nama tanam

Catatan : huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.

D. Huruf Diftong
Huruf ini dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Contoh :
a. Pemakaian huruf diftong ai dan au
Pemakaian dalam Kata
Huruf Diftong Di Awal Di Tengah Di Akhir
Ai ainun syair pandai
Au aurat jauh danau

E. Gabungan Huruf Konsonan


Di dalam bahasa Indonesia terdapat 4 gabungan huruf yang melambangkan konsonan yaitu kh,
ng, ny, sy.
Contoh : Pemakaian huruf kh dan sy.
Gabungan Huruf Konsonan Pemakaian dalam Kata
Di Awal Di Tengah Di Akhir
Kh khusus akhir tarikh
Ng ngilu bangga perang
F. Penggunaan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut :
a. Jika di tengah kata ada vokal yangberurutan ,pemenggalan dilakukan di antara
kedua huruf vokal itu.
Contoh : ma-in ,sa-at.
Huruf diftong ai ,au ,dan oi tidak pernah dipisahkan dalam pemenggalan dua huruf
itu ,misalnya : au-la bukan a-u-la.
b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan ,termasuk gabungan huruf konsonan ,di
antara dua buah huruf vokal ,pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misal : mu-ta-khir, ba-pak.
c. Jika di tengah kata ada dua buah huruf konsonan yang berurutan ,pemenggalan
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu karenan gabungan huruf konsonan
tidak pernah dipisahkan. Misal : bang-sa, man-di.
d. Jika di tengah kata ada tuga buah huruf konsonan atau lebih ,pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan kedua. Misal
: ikh-las, bang-krut.
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan ,termasuk awalan yang mengalami perubahan
bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya ,dapat
dipenggal pada pergantian baris. Misal : me-rasa-kan ,makan-nan.
Catatan :
a. Bentuk dasar pada kata turutan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
b. Akhiran –i tidak dipenggal.
c. Pada kata yang berimbuhan sisipan pemenggalan dilakukan seperti berikut :
Misalnya : si-nam-bung ,te-lun-juk.

3. Jika suatu kata terdiri lebih darii satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung
dengan unsur lain ,pemenggalan kata dapat dilakukan dengan pemenggalan diantara
unsur-unsur itu atau pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b ,1c ,dan 1d di
atas. Misal : foto-grafi ,fo-to-gra-fi.
Pemakaian Huruf Kapital dan Miring
A. Huruf Kapital
1. Dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Misalnya :
• Kita seorang pejuang.
• Apa maksudmu ?
2. Dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya :
• Desi bertanya, ”Kapan dia pulang?”
• “Besok siang, ” kata Ayah, ”Dia akan berangkat.”
3. Dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan dan kitab suci ,temasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya :
• Allah SWT.
• Yang Maha Esa
• Bimbing hamba-Mu ,ya Allah.
• Al-Qur’an
4. Dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang diikuti nama orang.
Misalnya :
• Mahaputra Yamin
• Haji Abdul Fattah
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya :
• Tahun ini dia pergi naik haji.
• Dia baru saja diangkat menjadi datuk.
5. Dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau
yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama istansi, atau nama tempat.
Misalnya :
• Wakil Presiden Jusuf Kalla
• Insinyur Soekarno
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat, yang
tidak diikuti nama orang atau nama tempat.
Misalnya :
• Siapa bupati yang baru dilantik itu?
• Besok adalah pelantikan Brigadir Jenderal Ahmad menjadi mayor jenderal.
6. Dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Misalnya :
• Marcelino Lefrant
• Dewi Rezer
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya :
• 2 watt
• mesin spinner
7. Dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa ,suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya :
• suku Badui
• bahasa Indonesia
huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa ,suku ,dan bahasa yang
dipakai sebagai bentuk dasar kata keturunan.
Misalnya :
• mengindonesiakan kata asing
• keinggris-inggrisan
8. Dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan ,hari, har raya ,dan peristiwa sejarah.
Misalnya :
• bulan Februari
• Perang Uhud
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai
sebagai nama.
Misalnya :
• Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
9. Dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misalnya :
• Dataran Tinggi Dieng
• Lembah Baliem
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi
unsur nama diri.
Misalnya :
• Berlayar ke samudera
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan
sebagai nama jenis.
Misalnya :
• pisang ambon
10. Dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara ,lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya :
• Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
• Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama yang bukan nama resmi negara
,lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya :
• menjadi sebuah republik
11. Dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama badan ,lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya :
• Perserikatan Bangsa-Bangsa
• Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
12. Dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna)
di dalam nama buku ,majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di,
ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya :
• Bacalah majalah Bahasa dan Sastra
• Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata.”
13. Dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya :
• Dr.
• Sdr.
14. Dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya :
• Mereka pergi ke rumah Pak Lurah
• Kakak bertanya, “Itu apa, Pak?”
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk kekerabatan yang
tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya :
• Kita harus menghormati Bapak dan Ibu kita.
Huruf kapitatal dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya :
• Surat Anda telah kami terima.

B. Huruf Miring

1. Dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan.
Misalnya :
• majalah Bahasa dan Kesusastraan
• buku Negarakertagama karangan Prapanca
2. Dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf ,bagian kata, kata, atau kelompok
kata.
Misalnya :
• Huruf pertama kata abad ialah a
• Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
3. Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah dsesuaikan
ejaannya.
Misal :
• Nama ilmiah buah manggis adalah Carcinia Mangostana.
• Politik divide et impera pernah ,merajalela di negeri ini.

A. KATA DASAR
Kata yang berupa kata dasar di tulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya :
Ibu percaya bahwa engkau tahu.
Kantor pajak penuh sesak.

B. KATA TURUNAN
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
Bergeletar
Dikelola
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran di tulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya :
Bertepuk tangan
Sebar luaskan
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu di tulis serangkai.
Dilipatgandakan
Menyebarluaskan
4. Jika salah satu unsur gabungan kata yang hanya di pakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu di tulis serangkai.
Misalnya :
Mahasiswa
Mancanegara
Swadaya
Catatan :
(1) Jika bentuk terikat di ikuti oleh kata yang huruf awalannya adalah huruf kapital, di
antara kedua unsur itu di tuliskan tanda penghubungn (-).
Misalnya :
Non-Indonesia
Pan-Afrikanisme
(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan yang bukan kata
dasar, gabungan itu di tulis terpisah.
Misalnya :
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa mmelindungi kita.
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

C. BENTUK ULANG
Bentuk ulang di tulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya :
Undang-undang
Terus-menerus

D. GABUNGAN KATA
1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur
unsurnya di tulis terpisah.
Misalnya:
Duta besar
Model linier
2. Gabungan kata, termasuk istilah yang khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan
pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian diantara
unsur yang bersangkutan.
Misalnya :
Mesin-hitung tangan
Buku sejarah-baru
3. Gabungan kata berikut di tulis serangkai.
Misalnya :
Daripada
Kepada
Padahal
Bagaimana

E. KATA GANTI -ku, kau-, -mu, dan -nya


Kata ganti -ku, dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: -ku, -mu, dan -
nya di tulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

F. KATA DEPAN di, ke, dan dari


Kata depan di, ke, dan dari di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
sebuah kata yang lazim di anggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Kita perlu berfikir sepuluh tahun ke depan.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Catatan :
Kata-kata yang di cetak miring di bawah ini di tulis serangkaian.
Surat perintah itu di keluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting.

G. KATA si DAN sang


Kata si dan sang di tulis terpisah dengan kata yang dari kata yang menggikutinya.
Misalnya :
Surat itu dikirim kembali kepada si pengirim..
Harimau itu marah sekali karena sang kancil.

H. PARTIKEL
1. Partikel lah, kah, dang tah di tulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Bacalah buku itu baik-baik.
Jakarta adalah ibu kota Republic Indonesia.
2. Partikel pun di tulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Apa pun yang di makn ia tetap kurus.
Hendak pulang pun sudah taka da kendaraan.
Catatan :
Kelompok yang lazim di anggap padu misalnya, adapun, andaipun, ataupun,
bagaimanpun, biarpun, kalaupun, maupun, meskipun, sekalipun, walaupun di tulis
serangkai.
Misalnya :
Adapun sebab-sebabnya belum di ketahui.
Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.
3. Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap di tulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya.
Misalnya ;
Pegawai negri mendapat kenaikan gaji per 1 April
Harga kain itu Rp. 2.000.000,- per helai.

I. SINGKATAN DAN AKRONIM


1. Singkatan adalah bentuk yang di pendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang, nama gelar, nam sapaan, jabatan, atau pangkat di ikuti dengan
tanda titik.
Misalnya :
A.S. Kramawijaya
Muh. Yamin
Sukanto S.A
b. Singkatan nama resmi, lembaga pemeintah, dan ketatanegaraan, badan atau organisasi,
serta nama dokumen resmi yang terdiri dari huruf awal kata di tulis dengan huruf
kapital dan tidak di ikuti dengan tanda titik.
Misalnya :
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
PT Perseroan terbatas
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga kata atau lebih di ikuti satu tanda titik.
Misalnya :
Dll dan lain-lain
Dsb dan sebagainya
Dst dan seterusnya
Yth Yang terhormat
a.n atas nama
u.b untuk beliau
d.Lambing kimia, singkatan satuan ukur, takaran, timbangan, dan mata uang tidak di ikuti
tanda titik.
Misalnya :
Cm centimeter
Kg kilogram
Rp rupiah
2. Akronim adalah singkatan yang berupa huruf awal, gabungan suku kata ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan sebagai kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata di tulis seluruhnya
dengan huruf kapital.
Misalnya :
SIM Surat Ijin Mengemudi
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata di tulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya :
Akabri Akademik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Kowani Konggres Wanita Indonesia
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, taupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya dengan huruf kecil.
Misalnya :
Pemilu Pemilihan Umum
Tilang Bukti Pelanggaran
Catatan :
Jika di anggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperlukan syarat-syarat berikut. (1)
jumlah suku kata atau akronim hendaknya jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada
kata Indonesia. (2) akronim di bentukkan untuk memperindahkan keserasian kombinasi vokal
dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

J. ANGKA DAN LAMBANG BILANGAN


1. Angka di pakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim di
gunakan angka arab atau angka romawi.
2. Angka di gunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, luas, berat, da nisi, (ii) satuan
waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya :
5 kilogram
10 liter
10 persen
3. Angka yang lazim di gunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, dan
kamar pada alamat.
Misalnya :
Jalan Tanah Abang 1 No. 15
Hotel Indonesia, kamar 196
4. Angka di gunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya :
Surat Yasin : 9
Bab X, Pasal 5, Halaman 225
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a.Bilangan utuh
Misalnya :
Dua belas 12
Dua puluh dua 22
Dua ratus dua puluh dua 222
b.Bilangan pecahan
Misalnya :
Setengah ½
Satu per tiga 1/3
6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya :
Bab II
Bab ke-2
Bab kedua
7. Penulisan lambing bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut.
Misalnya :
Tahun 50-an atau tahun lima puluhan
Uang 5000-an atau lima ribuan
8. Lambang bilangan yang daoat di nyatakan dengan satu atau dua kata di tulis dengan huruf
kecuali jika beberapa lambing bilangan di pakai secara berurutan, seperti dalam perincihan
dan pemaparan.
Misalnya :
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat di tulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat di
ubah sehingga bilangan yang tidak dapat di nyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat pada awal kalimat.
Misalnya :
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah di baca.
Misalnya :
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu di tulis dengan angka dan huruf sekaligus dalm teks kecuali di dalam
dokumenresmi seperti akta, dan kuitansi.
Misalnya :
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
12. Jika bilangan di lambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp. 999,75 (Sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

IV. Penulisan Unsur Serapan


Bahasa Indonesia telah menyerap berbagai unsur dari bahasa lain, baik bahasa daerah
maupun dari bahasai asing Sansekerta, Arab, Pertugis, Belanda, Inggris, dan bahasa asing lain.
Berdasarkan cara masuknya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi dua
golongan, yaitu (1) unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia dan
(2) unsur asing yang pengucapan dan penulisannyadisesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Untuk keperluan itu telah diusahakan ejaan asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk
Indonesia masih dpat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Di dalam Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dicantumkan aturan penyesuaian itu. Dapat ditambahkan
bahwa hal ini terutama dikenakan kepada kata dan istilah yang baru masuk ke dalam bahasa
Indonesia, serapan lama yang sudah dianggap umum tidak selalu harus mengikuti aturan
penyesuaian tadi.
Berikut ini contoh unsur serapan itu.

Baku Tidak Baku


apotek apotik
atlet atlit

Baku Tidak Baku


beranggautakan beranggotakan
keanggotaan keanggautaan

V. Pemakaian Tanda Baca


A. Tanda Titik (.)
1. Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya :
• Ibuku tinggal di Surabaya.
• Biarlah mereka tidur di sana.
2. Dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan ,ikhtsar ,atau huruf.
Misalnya :
• III.Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jenderal Agraria
3. Dipakai untuk memisahkan jam, waktu, menit ,dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya :
• Pukul 1.53.23 (pukul 1 lewat 53 menit 23 detik)
4. Dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya :
• 0.23.30 jam (23 menit 30 detik)
5. Dipakai di antara nama penulis ,judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru ,dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya :
• Siregar,Merari.1920.Azab dan Sengsara.Weltervreden:Balai Pustaka.
6. a. Dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatan.
Misalnya :
• Tsunami yang terjadi pada 2004 menewaskan 243.000 jiwa.
b. Tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatan yang tidak menunjukkan
jumlah.
Misalnya :
• Galuh lahir pada tahun 1998 di Jakarta.
7. Tidak dipakai pada ahkir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel
,dan sebagainya.
Misalnya :
• Bentuk dan Kebudayaan (Bab I UUD ’45)
• Acara Kunjungan Adam Malik
8. Tidak dipakai di belakang alamat pengirim dan tanggal surat atau nama dan alamat
penerima surat.
Misalnya :
• Yth. Sdr. Moh.Hasan
Jalan K.H. Ahmad Dahlan 54
Surakarta

B. Tanda Koma (,)


1. Dipakai di antara unsusr-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya :
• Rani membeli buku, penghapus ,dan pensil.
• Tiga ,dua , ...satu!
2. Dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara satu dengan kalimat yang setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melaikan.
Misalnya :
• Dia bukan anak saya ,melainkan anak Pak Hadi.
3. a. Dipakai untuk memisahkan anak kalmat dengan induk kalimat jika anak kalimat
didahului induk kalimatnya.
Misalnya :
• Kalau hari ini hujan ,saya tidak akan datang
• Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
b. Tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimatnya jika anak
kalimatnya mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya :
• Saya tidak akan datang kalau hari ini hujan.
• Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
4. Dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada
awal kalimat. Termasuk di dalamya oleh karena itu ,jadi ,lagi pula ,meskipun begitu, dan
akan tetapi.
Misalnya :
• Oleh karena itu ,kita harus waspada.
• Jadi, soalnya tidak semudah itu.
5. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh ,kasian dari kata yang lain yang
terdapat di dalam kalimat.
Misalnya :
• O, begitu ?
• Wah ,bukan main !
6. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya :
• Kata Ibu, “Saya gembira sekali.” “Saya gembira sekali”,kata Ibu ,”karena kamu lulus.”
7. Dipakai di antara nama dan alamat ,bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal ,dan nama
tempat atau wilayah dan negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya :
• Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran ,Universitas
Indonesia ,Jalan Raya Salemba 6, jakarta.
8. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya :
• Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tata-bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2.
Djakarta : PT Pustaka Rakjat.
9. Dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya :
• WJ.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia Untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP
Indonesia.1967), hlm. 4.
10. Dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga ,atau marga.
Misalnya :
• Ny.Ratulangi ,M.A.
11. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
Misalnya :
• Rp 12,50
12. Dipakai untuk mengapit keterangan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya :
• Semua siswa ,baik yang laki-laki maupun perempuan ,mengikuti latihan paduan suara.
13. Dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat.
Misalnya :
• Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
14. Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya
dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya :
• “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.

C. Tanda Titik Koma (;)


a. Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya : Malam makin larut ; pekerjaan belum selesai juga.
b. Dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di
dalam kalimat majemuk.
Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; saya sendiri
asyik mendengarkan siaran “Pilihan pendengar.”

D .Tanda Titik Dua (:)


1. a. Dipakai pada akhir suatu pernyaataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya : Kita sekarang memerlukan perabit rumah tangga : meja, kursi, dan almari.
b. Tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
Misalnya : Kita memerlukan meja, kursi ,dan almari.
2. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya :
• Ketua : M. Haryono
Sekretaris : Sulistiana
Bendahara : Naning

3. Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya :
✓ Ibu : (meletakkan beberapa koper) “Bawa koper ini ,Mir!”
✓ Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat koper dan masuk)
✓ Ibu: “Jangan lupa. Letakkan baik-baik!” (duduk di kursi besar)

4. Dipakai (i) di antara jilid atau nomor halaman, (ii)di antara bab dan ayat kitab suci, (iii)di
antara judul dan anak judul dalam suatu karangan, serta (iv)nama kota dan acuan dalam
karangan.
Misalnya :
• Surah Al-Fatihah : 6

E. Tanda Hubung (-)


i. Menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah karena pergantian baris.
Misalnya :
• Di samping cara-cara lama itu juga ada cara yang baru.
ii. Menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan depannya pada
pergantian baris.
Misalnya :
• Kini ada cara baru untuk mengukur panas.
iii. Menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya : anak-anak ,berulang-ulang
iv. Menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya :
8-4-1973 ,p-a-n-i-t-i-a
v. Boleh dipakai untuk memperjelas (i)hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan
(ii)penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya : tanggung jawab dan kesetiakawanan-sosial ,ber-evolusi
vi. Dipakai untuk merangkaikan (i)se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital
,(ii)ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan
atau kata ,dan (v)nama jabatan rangkap.
Misalnya :
• se-Tulungagung
• ulang tahun ke-17
vii. Merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya :
• di-smash
• pen-tackle-an

F . Tanda Pisah
1. Membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
2. Menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih jelas.
3. Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’.
G. Tanda Elipsis (...)
1. Dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya : Kalau begitu ...ya, marilah kita bergerak.
2. Menunjukkan bahwa dalam kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya : Sebab-sebab kemerosotan ...akan diteliti lebih lanjut.

H. Tanda Tanya (?)


1. Dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya : Siapakah dia ?
2. Dipakai di dalam tanda kurung menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya : Ia dilahirkan pada tahun 1888 (?).

I. Tanda Seru (!)


1. Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang
menggambarkan kesungguhan ,ketidakpercayaan, atau pun rasa emosi yang kuat.
Misalnya : Merdeka!

J. Tanda Kurung ((...))


1. Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya : Bagian Perencanaan sudah menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2. Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya : Keterangan itu (lihat Tabel 2) menunjukkan arus perkembangan pasaran.
3. Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya dalam teks tersebut dapat dihilangkan.
Misalnya : Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).

K. Tanda Kurung Siku ([...])


1. Mengapit huruf, kata ,atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau
bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau
kekurangan itu memang terdapat dalam naskah asli.
Misalnya : Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya : Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 3-7] tidak dibicarakan)
perlu dibentangkan di sini.

L. Tanda Petik (“...”)


1. Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis
lain.
Misalnya : Pasal 36 UUD 1945 berbunyi ,”Bahasa negara kita ialah Bahasa Indonesia.”
2. Mengapit judul syair ,karangan ,atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya : Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa ,dari Suatu Tempat.
3. Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya : Ia bercelana panjang yang dikalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya : Kata Rio ,”Saya juga minta satu.”
5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik
mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau
bagian kalimat.
Misalnya : Karena warna kulitnya , Waode mendapat julukan “Si Hitam”.

M. Tanda Petik Tunggal (‘...’)


1. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya : Tanya Basri ,”Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
2. Mengapit makna ,terjemahan ,atau penjelasan kata ungkapan asing.
Misalnya : feed-back balikan

N. Tanda Garis Miring


1. Dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yng
terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya : No. 7/PK/1973
2. Dipakai sebagai pengganti kata dan ,atau ,atau tiap.
Misalnya : harganya Rp 250,00 /lembar
O. Tanda Apostrof (‘)
Menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya : Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan )

Anda mungkin juga menyukai